teori belajar dan aplikasinya dalam kehidunpan

Upload: caesar-cakra-kusuma

Post on 16-Jul-2015

953 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

TEORI BELAJAR DAN APLIKASINYA DALAM KEHIDUPAN(makalah)

HALAMAN JUDUL

Caesar Cakra Kusuma 1715061231 Bimbingan Konseling Makalah yang Ditulis ntuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Perbaikan Nilai Mata Kuliah Pengantar Psikologi FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2012

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya yang dicurahkan sampai saat ini kepada kita. Alhamdulillah atas berkat dan rahmatnya proses penulisan makalah telah saya laksanakan dengan baik dan dapat diselesaikannya penulisan makalah ini. makalah ini merupakan satu bukti nyata kinerja yang saya laksanakan untuk mendapatkan Mendapatkan Perbaikan Nilai Mata Kuliah Pengantar Psikologi. Berbagai pengalaman, pembelajaran yang saya dapatkan selama proses pengerjaan makalah semoga dapat menambah pengetahuan dan pengalaman yang akan terus mengasah kemampuan yang saya miliki dalam bidang Bimbingan dan Konseling. Adapun tujuan dari pembuatan makalah yang penulis lakukan diharapkan dapat digunakan sebagaimana mestinya bagi mahasiswa jurusan bimbingan dan konseling, dan profesi pendidik yang terkait guna meningkatkan mutu bimbingan dan konseling dan sebagai bahan tambahan informasi mengenai teori belajar dan aplikasinya dalam kehidupan. Dalam prosesnya, Laporan penulisan makalah yang peneliti lakukan mungkin belum sempurna seperti yang diharapkan. Untuk itu, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun bagi penulisan ini. Semoga segala perbaikan dan evaluasi dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Untuk pendidikan dan untuk Indonesia. Jakarta, 26 Januari 2012 Penulis

2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................i KATA PENGANTAR.....................................................................................ii DAFTAR ISI.................................................................................................iii BAB I............................................................................................................1 PENDAHULUAN..........................................................................................1 A. Pentingnya Teori Belajar................................................................1

BAB II...........................................................................................................3 KAJIAN TEORI.............................................................................................3 B. 1. 2. 3. 4. 5. Teori Belajar....................................................................................3 Teori Behaviorisme......................................................................3 Teori Kognitivisme.......................................................................6 Teori Konstruktivisme..................................................................7 Teori Belajar Humanistik...........................................................10 Teori Belajar Kecerdasan Ganda..............................................11

BAB III........................................................................................................12 PEMBAHASAN..........................................................................................12 C. Pembahasan Aplikasi Teori Belajar dalam Kehidupan................12

Aplikasi teori belajar dalam kehidupan berhubungan erat dengan proses belajar, dalam proses belajar pasti terjadi proses pembelajaran karena proses belajar dan proses pembelajaran mempunyai hubungan yang sangat erat seperti dikatakan Hamalik menajar dan belajar adalah dua peristiwa yang berbeda, tetapi terdapat hubungan yang erat, bahkan terjadi kaitan dan interaksi saling pengaruh-mempengaruhi dan saling menunjang satu sama

2

lain. Sejalan dengan pendapat tersebut Susilana menyatakan bahwa pembelajaran merupakan akumulasi dari konsep mengajar dan konsep belajar. Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada penumbuhan aktivitas subjek didik. Berikut ini akan dijelaskan mengenai aplikasi teori belajar dalam proses pembelajaran:.....................................................................................12 1. 2. 3. 4. Aplikasi teori behavioristik.........................................................12 Aplikasi teori kognitivisme.........................................................15 Aplikasi Teori Konstruktivisme..................................................15 Aplikasi Teori Humanistik..........................................................16

Aplikasi Teori Humanistik

3

BAB I PENDAHULUAN

A. Pentingnya Teori Belajar Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap individu sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa individu itu belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada individu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan tingkat pengetahuan keterampilan, atau sikapnya. Belajar menurut Hamalik adalah: Belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan siati hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan siati pengiiasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan Belajar tidak hanya mengingat sejumlah fakta-fakta atau teori-teori yang tercantum dalam buku pelajaran tetapi lebih luas daripada itu yakni dala proses pembelajaran harus bermakna bagi peserta didik dan orang yang belajar tersebut, proses belajar terjadi selama manusia hidup di bumi ini yaitu dari mulai lahir sampai meninggal. Pengertian belajar terjadi selama manusia hidup di buni ini yaitu dari milai lahir sampai meninggal. Pengertian belajar sangat luas dan tidak hanya terjadi dalam ruang kelas atau sekolah tetapi belajar terjadi di lingkungan kehidupan sehari-hari yang disengaja atau pun tidak disengaja, seperti dikatakan hamalik bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lngkungan. Belajar menurut Surya dalam Susilana menyatakan bahwa indikator belajar dengan perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Sejalan dengan pendapat tersebut menurut 1

Witherington

dalam

Susilana

menyatakan

bahwa

belajar

merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai suatu pola-pola respon yang berupa keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan atau pemahaman. Beberapa pengertian belajar diatas mengatakan bahwa belajar pada intinya yaitu perubahan tingkah laku tersebut mencakup banyak aspek seperti: keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan dan pemahaman semua itu di landasi pada teori belajar. Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses inhern yang kompleks dari belajar. Ada tiga persepektif utama dalam teori belajar, yaitu behaviorisme, teori pertama kognitisme, dan konstruktivisme. Pada dasarnya

dilengkapi oleh teori kedua dan seterusnya, sehingga ada varian, gagasan utama, ataupun tokoh yang tidak dapat dimasukkan dengan jelas termasuk yang mana, atau bahkan menjadi teori tersendiri. Namun hal ini tidak perlu diperdebatkan. Yang lebih penting untuk di pahami adalah teori mana yang baik untuk diterapkan pada kawasan tertentu, dan teori mana yang sesuai untuk kawasan lainnya. Pemahaman semacam ini penting untuk dapat meningkatkan kualitas dalam aplikasinya dalam kehidupan. Bruner dalam Degeng mengemukakan bahwa teori belajar adalah deskriptif. Deskriptif artinya, tujuan teori belajar adalah menjelaskan proses belajar. Teori belajar menaruh perhatian pada bagaimana individu belajar.

2

BAB II KAJIAN TEORI

B. Teori Belajar Teori belajar berpangkal pada pandangan hakikat manusia, yaitu hakikat manusia menurut pandangan John locke yaitu manusia merupakan organisme yang pasif. Locke menganggap bahwa manusia itu seperti kertas putih, hendak ditulisi apa kertas itu sangat tergantung pada orang yang menulisnya, berdasarkan pandangan elementeristik.Sedangkan menurut Leibnitz pandangan mengenai hakikat manusia adalah organism yang aktif. Manusia merupakan sumber daripada semua kegiatan. Pada dasarnya manusia bebas untuk berbuat, manusia bebas untuk membuat pilihan dalam setiap situasi. Titik pusat kebebasan ini adalah kesadarannya sendiri. Dari pandangan ini muncul aliran belajar yaitu belajar kognitif-holistik.

tersebut

muncul

aliran

belajar

behavioristi-

1. Teori Behaviorisme Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indra dengan kecemderungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respons (R-S). belajar adalah upaya untuk membentuk hubungan stimulus dan respons sebanyak-banyaknya. Teori-teori belajar yang termasuk ke dalam kelompok behavioristik diantaranya: 1. Koneksionisme, dengan tokohnya Thorndike 2. Classical conditioning, dengan tokohnya Pavlop

1

3. Operant conditioning, yang dikembangkan oleh Skinner 4. Systematic behavior, yang dikembangkan oleh hull 5. Contiguous conditioning, yang dikembangkan oleh Guthrie Tokoh-tokoh penting yang mengembangkan teori belajar behavioristik, dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Thorndike Teori koneksionisme yang dipelopori oleh Thorndike,

memandang bahwa yang menjadi dasar terjadinya belajar adalah adanya asosiasi antara kesan panca indera (sense of impression) dengan dorongan yang muncul untuk bertindak (impuls to action) (Mukminan, 1997 : 8). Ini artinya, toeri behaviorisme yang lebih dikenal dengan nama contemporary behaviorist ini memandang bahwa belajar akan terjadi pada diri anak, jika anak mempunyai ketertarikan terhadap masalah yang dihadapi. Siswa dalam konteks ini dihadapkan pada sikap untuk dapat memilih respons yang tepat dari berbagai respons yang mungin bisa dilakukan Menurut Thorndike, belajar akan berlangsung pada diri siswa jika siswa berada dalam tiga macam hukum belajar, yaitu : 1) The Law of Readiness (hokum kesiapan belajar), 2) The Law of Exercise (hukum latihan), dan 3) The Law of Effect (hokum pengaruh). Hukum kesiapan belajar ini merupakan prinsip yang menggambarkan suatu keadaan si pembelajar (siswa) cenderung akan mendapatkan kepuasan atau dapat juga ketidakpuasan. b. Pavlov Konsep teori yang dikemukakan oleh Ivan Petrovitch Pavlov ini secara garis besar tidak jauh berbeda dengan pendapat

2

Thorndike. Jika Throndike ini menekankan tentang hubungan stimulus dan respons, dan di sini guru sebaiknya tahu tentang apa yang akan diajarkan, respons apa yang diharapkan muncul pada diri siswa, serta tahu kapan sebaiknya hadiah sebagai reinforcement itu diberikan; maka Pavlov lebih mencermati arti pentingnya penciptaan kondisi atau lingkungan yang diperkirakan dapat menimbulkan respons pada diri siswa. c. E.R Guthrie Pendapat Thorndike dan Pavlov ini ditegaskan lagi oleh Guthrie, di mana ia menyatakan dengan hukumnya yaitu The Law of Association, yang berbunyi : A combination of stimuli which has accompanied a movement will on its recurrence tend to be followed by that movement (Guthrie, 1952 :13). Secara sederhana dapat diartikan bahwa gabungan atau kombinasi suatu kelas stimuli yang menyertai atau mengikuti suatu gerakan tertentu, maka ada kecenderungan bahwa gerakan itu akan diulangi lagi pada situasi/stimuli yang sama. Teori behaviorisme yang menekankan adanya hubungan antara stimulus (S) dengan respons (R) secara umum dapat dikatakan memiliki arti yang penting bagi siswa untuk meraih keberhasilan belajar. Caranya, guru banyak memberikan stimulus dalam proses pembelajaran, dan dengan cara ini siswa akan merespons secara positif apa lagi jika diikuti dengan adanya reward yang berfungsi sebagai reinforcement (penguatan terhadap respons yang telah ditunjukkan). Oleh karena teori ini berawal dari adanya percobaan sang tokoh behavioristik terhadap binatang, maka dalam konteks pembelajaran ada beberapa prinsip umum

2

yang harus diperhatikan. Menurut Mukinan, beberapa prinsip tersebut adalah: 1. Teori ini beranggapan bahwa yang dinamakan belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu jika yang bersangkutan dapat menunjukkan perubahan tingkah laku tertentu. 2. Teori ini beranggapan bahwa yang terpenting dalam belajar adalah adanya stimulus dan respons, sebab inilah yang dapat diamati. Sedangkan apa yang terjadi di antaranya dianggap tidak penting karena tidak dapat diamati. Reinforcement, yakni apa saja yang dapat menguatkan timbulnya respons, merupakan faktor penting dalam belajar. Respons akan semakin kuat apabila reinforcement (baik positif maupun negatif) ditambah. 1. Teori Kognitivisme Pada memperoleh belajar. Teori-teori yang termasuk ke dalam kelompok kognitif holistic di antaranya: 1. Teori Gestalt, dengan tokohnya Kofka, Kohler, dan Wetheimer 2. Teori Medan (field theory), dengan tokohnya lewin 3. Teori organismik yang dikembangkan oleh wheeler teori belajar kognitivisme, Tujuan dan belajar adalah sangat pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan perseptual untuk pemahaman. tingkahlaku dipengaruhi oleh proses berfikir internal yang terjadi selama proses

2

4. Teori humanistic, dengan tokohnya maslow dan rogers 5. Teori konstruktivistik, dengan tokohnya jean piaget Menurut peaget, manusia berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya secaca kognitif (mental). Untuk itu, manusia harus mengembangkan skema pikiran lebih umum atau rinci, atau perlu perubahan, menjawab dan menginterpretasikan pengalamanpengalaman tersebut. Dengan cara itu, pengetahuan seseorang terbentuk dan selalu berkembang. Proses tersebut meliputi: 1. Skema/skemata dengannya adalah struktur kognitif dan yang terus seseorang beradaptasi

mengalami perkembangan mental dalam interaksinya dengan lingkungan. Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori untuk mengidentifikasikan rangsangan yang datang, dan terus berkembang. 2. Asimilasi adalah proses kognitif perubahan skema yang tetap mempertahankan konsep awalnya, hanya menambah atau merinci. 3. Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal sudah tidak cocok lagi. Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya (skemata). Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi.

1

1. Teori Konstruktivisme Konstruktivisme adalah integrasi prinsip yang diekplorasi melalui teori chaos, network, dan teori kekompleksitas dan organisasi diri. Belajar adalah proses yang terjadi dalam lingkungan samar-samar dari peningkatan elemenelemen inti- tidak seluruhnya dikontrol oleh individu. Belajar (didefinisikan sebagai pengetahuan yang dapat ditindak) dapat terletak di luar diri kita (dalam organisasi atau suatu database), terfokus pada hubungan serangkaian informasi yang khusus, dan hubungan tersebut memungkinkan kita belajar lebih banyak dan lebih penting dari pada keadaan yang kita tahu sekarang. Konstruktivisme diarahkan oleh pemahaman bahwa keputusan didasarkan pada perubahan yang cepat. Informasi baru diperoleh secara kontinu, yang penting adalah kemampuan untuk menentukan antara informasi yang penting dan tidak penting. Yang juga penting adalah kemampuan mengetahui kapan informasi berganti (baru). Prinsip-prinsip konstruktivisme sebagaimana yang diungkapkan Siemens adalah: 1. Belajar dan pengetahuan terletak pada keberagaman opini. 2. Belajar adalah suatu proses menghubungkan (connecting)sumber-sumber informasi tertentu. 3. Belajar mungkin saja terletak bukan pada alat-alat manusia. 4. Kapasitas untuk mengetahui lebih banyak merupakan hal yang lebih penting dari pada apa yang diketahui sekarang.

1

5. Memelihara berkelanjutan.

dan

menjaga

hubungan-hubungan

(connections) diperlukan untuk memfasilitasi belajar 6. Kemampuan untuk melihat hubungan antara bidangbidang, ide-ide, dan konsep merupakan inti keterampilan. Saat ini (pengetahuan yang akurat dan up-to-date) adalah maksud dari semua aktivitas belajar konektivistik. Penentu adalah proses belajar itu sendiri. Pemilihan atas apa yang dipelajari dan makna dari informasi yang masuk nampak melalui realita yang ada. Konstruktivisme juga menyatakan tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan aktivitas. Pengetahuan yang dibutuhkan dihubungkan (to be connected) dengan orang yang tepat dalam konteks yang tepat agar dapat diklasifikasikan sebagai belajar. Behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme tidak menyatakan tantangan-tantangan dari pengetahuan organisasional dan pergantian (transference). Aliran informasi dalam suatu organisasi merupakan elemen penting dalam hal efektifitas secara organisasi. Aliran informasi dianalogikan sama dengan pipa minyak dalam sebuah indusri. Menciptakan, hendaknya menjaga, menjadi dan memanfaatkan aktivitas aliran informasi Aliran kunci organisasional.

pengetahuan dapat diumpamakan sebagai sebuah sungai yang berliku-liku melalui ekologi suatu organisasi. Di daerah tertentu meluap dan di tempat lain airnya surut. Sehatnya ekologi belajar dari suatu organisasi tergantung pada efektifnya pemeliharan aliran informasi.

1

Analisis jaringan sosial merupakan unsur-unsur tambahan dalam memahami model-model belajar di era digital. Art Kleiner (2002) menguraikan quantum theory of trust milik Karen Stephenson yang menjelaskan tidak hanya sekadar bagaimana mengenal kapabelitas kognitif kolektif dari suatu organisasi, tetapi bagaimana mengolah dan meningkatkannya. Starting point konstruktivisme adalah individu. Pengetahuan personal terdiri dari jaringan, yang hidup dalam organisasi atau institusi, yang pada gilirannya memberi umpan balik pada jaringan itu, dan kemudian terus menerus member pengalaman belajar kepada individu. Gerak perkembangan pengetahuan (personal ke jaringan ke organisasi) memungkinkan pebelajar tetap mutakhir dalam bidangnya melalui hubungan (connections) yang mereka bentuk. 1. Teori Belajar Humanistik Seorang ahli mazhab teori belajar humanistik, Carl Rogers menyatakan bahwa setiap individu itu mempunyai cara belajar yang berbeda dengan individu yang lain. Oleh itu, strategi dan pendekatan dalam proses pengajaran dan pembelajaran hendaklah dirancang dan disusun mengikut kehendak dan perkembangan emosi pelajar itu. Rogers juga menjelaskan bahawa setiap individu mempunyai potensi dan keinginan untuk mencapai kecemerlangan kendiri. Maka, guru hendaklah menjaga kendiri pelajar dan member bimbingan supaya potensi mereka dapat diperkembangkan ke tahap optimum. Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si

2

pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya Tujuan utama teori humanistik adalah pendidik membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada proses belajar, ialah : 1. Proses pemerolehan informasi baru, 2. Personalia informasi ini pada individu. Tokoh penting dalam teori belajar humanistik secara teoritik antara lain adalah: 1. Arthur Combs 2. Maslow 3. Carl Rogers 1. Teori Belajar Kecerdasan Ganda Teori Kecerdasan Ganda (Multiple Inteligence) yang dikemukakan oleh Howard Gardner seorang professor psikologi dari Harvard University akan dijadikan acuan untuk lebih memahami bakat dan kecerdasan individu. Pada dasarnya siswa adalah individu yang unik. Setiap siswa memiliki potensi dan kemempuan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Tidak semua individu memilki profil

2

intelegensi yang sama. Setiap individu juga memilki bakat dan minat belajar yang berbeda-beda. Terdapat tujuh jenis kecerdasan dasar yaitu : 1. Kecerdasan Bahasa. 2. Kecerdasan Matematis/Logis. 3. Kecerdasan Spasial. 4. Kecerdasan Kinestetik. 5. Kecerdasan Musikal. 6. Kecerdasan Interpersonal. 7. Kecerdasan Naturalis.

2

BAB III PEMBAHASAN

A. Pembahasan Aplikasi Teori Belajar dalam Kehidupan Aplikasi teori belajar dalam kehidupan berhubungan erat dengan proses belajar, dalam proses belajar pasti terjadi proses pembelajaran karena proses belajar dan proses pembelajaran mempunyai hubungan yang sangat erat seperti dikatakan Hamalik menajar dan belajar adalah dua peristiwa yang berbeda, tetapi terdapat hubungan yang erat, bahkan terjadi kaitan dan interaksi saling pengaruhmempengaruhi dan saling menunjang satu sama lain. Sejalan dengan pendapat tersebut Susilana menyatakan bahwa pembelajaran merupakan akumulasi dari konsep mengajar dan konsep belajar. Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada penumbuhan aktivitas subjek didik. Berikut ini akan dijelaskan mengenai aplikasi teori belajar dalam proses pembelajaran: 1. Aplikasi teori behavioristik Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur

3

pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan Pebelajar oleh karakteristik akan struktur memiliki pengetahuan tersebut. diharapkan

pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid. Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi. Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka. Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan

4

sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar. Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas mimetic, yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar. Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara benar sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.

5

1. Aplikasi teori kognitivisme Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran, guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret,

keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana kekompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai

keberhasilan siswa. Dari penjelasan diatas jelas bahwa aplikasinya dalam pembelajaran adalah seorang pendidik, guru harus dapat

memahami bagaimana cara belajar siswa yang baik, sebab siswa tidak akan dapat memahami bahan ajar bila mereka tidak mampu mencerna dari apa yang siswa dengar ataupun tangkap. 2. Aplikasi Teori Konstruktivisme Bagi kaum konstruktivis, mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan suatu penciptaan suasana yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi aktif guru bersama-sama siswa dalam membangun pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Jadi mengajar adalah belajar itu sendiri. Menurut prinsip konstruktivisme, guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan sebagaimana

6

mestinya. Sebagai fasilitator dan mediator tugas guru dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab dalam merencanakan aktivitas belajar, proses belajar serta hasil belajar yang diperolehnya. Dengan demikian menjadi jelas bahwa memberi kuliah atau ceramah bukanlah tugas utama guru. 2. Memberikan sejumlah kegiatan yang dapat merangsang keingintahuan siswa dan mendorong mereka untuk meng-ekspresikan gagasan-gagasannya serta mengkomukasikan-nya secara ilmiah. 3. Menyediakan sarana belajar yang merangsang siswa berpikir secara produktif. Guru hendaknya menciptakan rangsangan problematik belajar yang melalui penyediaan siswa situasi belajar memungkinkan

memecahkan masalah. 4. Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan tingkat perkembangan berpikir siswa. Guru dapat menunjukkan dan mempertanyakan sejauh mana pengetahuan siswa untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan dengan pengetahuan yang dimilikinya. 1. Aplikasi Teori Humanistik Teori belajar humanisitik sering dikritik karena sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis. Teori ini dianggap lebih dekat dengan bidang filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi daripada bidang pendidikan itu sendiri, sehingga agak sulit untuk mengaplikasikannya ke dalam langkah-langkah yang lebih kongkret dan praktis. Namun karena sifatnya yang ideal, yaitu memanusiakan manusia maka teori belajar humanistik mampu

7

memberikan arah terhadap semua komponen pembelajaran untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut. Semua komponen pendidikan, termasuk di dalamnya tujuan pendidikan diarahkan pada terbentuknya manusia yang ideal, manusia yang dicita-citakan, yaitu manusia yang mampu mencapai aktualisasi diri. Untuk itu sangat perlu diperhatikan bagaimana perkembangan peserta didik dalam mengaktualisasikan dirinya, pemahaman terhadap dirinya, serta realisasi diri. Pengalaman emosional dan karateristik khusus individu dalam belajar perlu diperhatikan oleh guru dalam merencanakan pembelajaran. Seseorang akan dapat belajar dengan baik apabila mempunyai pengertian tentang dirinya sendiri dan dapat membuat pilihanpilihan secara bebas ke arah mana ia akan berkembang. Dengan demikian teori belajar humanistik mampu menjelaskan bagaimana tujuan ideal tersebut dapat dicapai. Teori belajar humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahani arah belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya. Meskiun teori ini masih sulit diterapkan ke dalam langkah-langkah pembelajaran yang praktis dan operasional, namun sumbangannya begitu besar. Ide-ide, konsep-konsep, taksonomi-taksonomi tujuan yang telah dirumuskannya dapat membantu para pendidik dan guru dalam memahami hakekat manusia. Hal ini akan dapat membantu mereka dalam menentukan komponen-komponen pembelajaran seperti perumusan tujuan, penentuan materi, pemilihan strategi pembelajaran, serta pengembangan alat evaluasi, ke arah pembentukan manusia yang dicita-citakan tersebut. Kegiatan pembelajaran yang dirancang secara sistematis, tahap demi tahap secara ketat, sebagaimana tujuan-tujuan

8

pembelajaran yang telah dinyatakan secara eksplisit dan dapat diukur, kondisi belajar yang diatur dan ditentukan, serta pengalaman-pengalaman belajar yang dipilih siswa, mungkin saja berguna bagi guru tetapi tidak berguna bagi siswa. Menurut teori belajar humanistik, agar belajar lebih bermakna bagi siswa, maka diperlukan inisiatif dan keterlibatan penuh dari siswa sendiri, sehingga siswa akan mendapatkan pengalaman belajar. 2. Aplikasi Teori Kecerdasan Ganda guru bukan lagi berperan sebagai sumber (resources), tapi harus lebih berperan sebagai manajer kegiatan pembelajaran. Dalam menerapkan teori kecerdasan ganda, sistem sekolah perlu menyediakan guru-guru yang kompeten dan mampu membawa anak mengembangkan potensi-potensi kecerdasan yang mereka miliki. Guru musik misalnya, selain mampu memainkan instrumen musik, ia juga harus mampu mengajarkannya sehimgga dapat menjadi panutan yang baik bagi siswa yang memiliki kecerdasan musikal.

BAB IV KESIMPULAN

9

1. Teori belajar behavoritismeBelajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indra dengan kecemderungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respons (R-S). 2. Teori belajar kognitifBelajar

adalah

pengorganisasian

aspek-aspek

kognitif

dan

perseptual untuk memperoleh pemahaman. Tujuan dan tingkahlaku sangat dipengaruhi oleh proses berfikir internal yang terjadi selama proses belajar 3. Teori belajar konstruktivisme Belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi 4. Teori belajar humanistik Teori belajar yang didasari pada pembelajaran manusia bergantung kepada emosi dan perasaannya. 5. Teori belajar kecerdasan ganda Tujuh jenis kecerdasan dasar yaitu: Kecerdasan Bahasa, Kecerdasan Matematis/Logis, Kecerdasan Spasial, Kecerdasan Kinestetik, Kecerdasan Musikal, Kecerdasan Interpersonal, Kecerdasan Naturalis

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik,Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. (2005). Jakarta: Bumi Aksara. Surya, Mohammad. 1992. Psikologi Pendidikan. Bandung: PPB UPI

10

Susilana, R. dan Muraedi. (2006). Penelitian Pendidikan. Bandung : UPI Pres. Degeng, N.S. 1999. Paradigma Baru Pendidikan Memasuki Era Desentralisasi dan Demokrasi. Jurnal Getengkali Edisi 6 Tahun III 1999/2000 Budingsih Asri C, (2005). Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta, Yogyakarta.

11