teori belajar dan aplikasinya

38
Manfaat teori belajar bagi guru: 1. Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar. 2. Membantu proses belajar lebih efektif, efisien dan produktif. 3. Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses pembelajarannya. 4. Menjadi panduan guru untuk mengelola kelas. 5. Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil belajar siswa yang telah dicapai. 6. Membantu guru dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada siswa sehingga dapat mencapai prestasi maksimal. Hal-hal yang harus diketahui dalam teori belajar: 1. Konsep dasar teori tersebut beserta ciri-ciri dan persyaratan yang melingkupinya. 2. Bagaimana sikap dan peran guru dalam proses pembelajaran jika teori tersebut diterapkan. 3. Faktor-faktor lingkungan (fasilitas, alat, suasana) apa yang perlu diupayakan untuk mendorong proses pembelajaran. 4. Tahapan apa saja yang harus dilakukan guru untuk melaksanakan proses pembelajaran. 1

Upload: dedi-yulianto

Post on 28-May-2015

10.745 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Teori belajar dan aplikasinya

Manfaat teori belajar bagi guru:

1. Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar.

2. Membantu proses belajar lebih efektif, efisien dan produktif.

3. Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses

pembelajarannya.

4. Menjadi panduan guru untuk mengelola kelas.

5. Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil

belajar siswa yang telah dicapai.

6. Membantu guru dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada siswa

sehingga dapat mencapai prestasi maksimal.

Hal-hal yang harus diketahui dalam teori belajar:

1. Konsep dasar teori tersebut beserta ciri-ciri dan persyaratan yang

melingkupinya.

2. Bagaimana sikap dan peran guru dalam proses pembelajaran jika teori tersebut

diterapkan.

3. Faktor-faktor lingkungan (fasilitas, alat, suasana) apa yang perlu diupayakan

untuk mendorong proses pembelajaran.

4. Tahapan apa saja yang harus dilakukan guru untuk melaksanakan proses

pembelajaran.

5. Apa yang harus dilakukan siswa dalam proses belajarnya.

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan ketika mengkritisi teori

belajar adalah:

1. Mengenali tokoh, perjalanan hidup dan proses akademik yang ditempuh serta

perjuangan yang ditempuh untuk menelurkan teori belajar yang

dikemukakannya.

2. Memahami konteks generasi, situasi zaman atau tahun yang melatar belakangi

peristiwa kelahiran teori-teori belajar tersebut.

3. Proses kekinian dari teori tersebut dan perkembangannya.

1

Page 2: Teori belajar dan aplikasinya

Teori Belajar:

1. Behavioristik

2. Kognitif

3. Kognisi Sosial dan Humanistik

4. Konsep Ki Hajar Dewantara

5. Teori Sibernetik

A. Teori belajar Behavioristik:

a. Edward Lee Thorndike (1874-1949)

Thorndike menyatakan ada 2 prinsip belajar, yaitu law of effect dan law of

exercise, yang terangkum dalam teorinya yaitu The Connectionism Theory.

Law of effect adalah prinsip yang menyatakan bahwa seseorang dapat dengan

cepat menguasai perilaku baru, apabila ia merasa memperoleh sesuatu yang

menyenangkan, memuaskan ketika melakukan perbuatan (response) yang

berkenaan dengan perilaku tersebut di atas. Law of exetcise adalah prinsip

yang menyatakan bahwa makin sering perilaku baru itu dipraktikkan atau

dilatih penerapannya makin kuat dan makin cepat berintegrasi dengan

keseluruhan perilaku kebiasaannya.

Belajar: peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa:

stimulus (S) dengan respon (R).

Stimulus: suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda

untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat R.

Respon: sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya

perangsang.

Edward Lee Thorndike

2

Page 3: Teori belajar dan aplikasinya

b. Ivan P. Pavlov (1849-1936)

Dalam teorinya Pavlov menyatakan bahwa gerakan refleks itu dapat dipelajari

dan dapat berubah dengan melakukan latihan. Refleks dibagi menjadi dua

bagian, yaitu refleks wajar, refleks yang terjadi dengan sendirinya saat

diberikan rangsang, sedangkan refleks bersyarat adalah refleks yang harus

dipelajari.

Menurut teori conditioning, belajar adalah suatu proses perubahan yang

terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions), dapat berupa latihan yang

dilakukan secara terus menerus sehingga menimbulkan reaksi (response).

Kelemahannya adalah menganggap bahwa belajar adalah hanya terjadi secara

otomatis dan lebih menonjolkan peranan latihan-latihan, di mana keaktifan

dan pribadi seseorang tidak dihiraukan.

- Clasical Conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah

proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing.

- Perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara

berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.

Ivan P. Pavlov

3

Page 4: Teori belajar dan aplikasinya

Eksperimen Pavlov

4

Page 5: Teori belajar dan aplikasinya

c. Burrhus F. Skinner (1904-1990)

Skinner menyatakan bahwa belajar merupakan “Tingkah laku sebagai

hubungan antara perangsang (S) dan respon (R)” yang terkenal dengan

teorinya Operant Conditioning Theory. Ada dua macam respon dalam

kegiatan belajar.

Respondent response reflexive respons, bersifat spontan atau dilakukan secara

reflek, diluar kemampuan seseorang. Dalam situasi yang demikian seseorang

cukup belajar dengan stimulus yang diberikan dan ia akan memberikan

respons yang sepadan dengan stimuli yang datang.

Operant Response (Instrumental Response), respon yang timbul dan

berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang

yang demikian disebut dengan reinforcing stimuli atau reinforcer, karena

perangsang ini memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme.

Prosedur pembentukan tingkah laku dalam operant response secara sederhana

adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi hal-hal apa yang merupakan reinforcer bagi tingkah laku

yang akan dibentuk.

2. Menganalisa, dan selanjutnya mengidentifikasi komponen-komponen itu

lalu disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya

tingkah laku yang dimaksud.

Berdasarkan urutan komponen-komponen itu sebagai tujuan sementara,

mengidentifikasi reinforcer untuk masing-masing komponen-komponen itu.

Melakukan pembentukan tingkah laku, dengan menggunakan urutan yang

telah disusun. Kalau komponen pertama telah dilakukan, maka hadiahnya

(reinforcer) diberikan. Kemudian komponen kedua, jika yang pertama sudah

terbentuk, yang kemudian diberi hadiah pula (komponen pertama tidak

memerlukan hadiah lagi)

5

Page 6: Teori belajar dan aplikasinya

- Operant Conditioning

- Gaya mengajar guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan

(drill) dan latihan (exercise).

- Manajemen kelas berupa usaha untuk memodifikasi perilaku (behavior

modification).

Burrhus F. Skinner

Eksperimen Skinner

d. Robert Gagne′ (1916-2002)

Gagne mengemukakan ada lima kemampuan hasil belajar yaitu tiga bersifat

kognitif, satu bersifat afektif, dan satu bersifat psikomotorik. Kemampuan itu

adalah kemampuan/keterampilan intelektual mampu menggunakan hal yang

kompleks dalam suatu situasi baru dimana diberikan sedikit bimbingan dalam

memilih dan menerapkan aturan-aturan dan konsep-konsep yang telah

dipelajari sebelumnya. Kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau

mungkin sekumpulan sikap yang dapat ditunjukkan oleh perilaku yang

mencerminkan pilihan tindakan terhadap kegiatan-kegiatan IPA. Kemampuan

6

Page 7: Teori belajar dan aplikasinya

informasi verbal, keterampilan motorik bertolak dari model belajarnya, Gagne

mengemukakan delapan fase dalam satu tindakan belajar (learning act). Fase-

fase itu merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distruktur oleh

siswa (yang belajar) atau guru. Fase-fase tersebut adalah:

1. Fase Motivasi: Dimotivasi untuk bahwa belajar akan memperoleh hadiah.

2. Fase Pengenalan: Memberikan perhatian pada bagian yang esensial dari

suatu kejadian instruksional.

3. Fase Perolehan: Jika sudah mendapatkan informasi yang relevan, maka

telah siap untuk menerima pelajaran.

4. Fase Retensi: Informasi harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke

memori jangka panjang.

5. Fase Pemanggilan: Memperoleh hubungan antara informasi yang telah kita

pelajari dengan informasi yang telah dipelajari sebelumnya.

6. Fase Generalisasi: Proses transfer informasi pada situasi-situasi baru

7. Fase Penampilan: Siswa harus memperlihatkan bahwa mereka telah

belajar sesuatu melalui penampilan yang tampak.

8. Fase Umpan Balik: Siswa memperoleh umpan balik dari penampilan

mereka.

Sembilan Kondisi Instruksional:

1. Gaining attention = mendapatkan perhatian

2. Inform learner of objectives = menginformasikan siswa mengenai tujuan

yang akan dicapai.

3. Stimulate recall of prerequisite learning = stimulasi kemampuan dasar

siswa untuk persiapan belajar.

4. Present new material = penyajian materi baru

5. Provide guidance = menyediakan bimbingan

6. Elicit performance = memunculkan tindakan

7. Provide feedback about correctness = siap memberikan umpan balik

langsung terhadap hasil yang baik.

8. Assess performance = menilai hasil belajar yang ditunjukkan.

7

Page 8: Teori belajar dan aplikasinya

9. Enhance retention and recall.

Robert Gagne′

e. Edwin Guthrie (1886-1959)

Teori yang dikemukakan oleh Guthrie adalah teori conditioning yang

menitikberatkan pada cara-cara atau upaya tertentu untuk mengubah

kebiasaan yang kurang baik menjadi kebiasaan yang baik. Menurut Guthrie

tingkah laku manusia itu adalah merupakan deretan-deretan tingkah laku yang

terdiri dari unit-unit. Unit-unit tingkah laku ini merupakan respons atas

rangsangan yang terjadi sebelumnya dan menjadi rangsang berikutnya.

Beberapa metode yang disarankan guthrie untuk mengubah tingkah laku atau

kebiasan-kebiasan adalah:

1. Metode Reaksi Berlawanan (Incompatible Response Method)

Dasar pemikiran metode reaksi berlawanan adalah bahwa manusia adalah

merupakan organisme yang selalu bereaksi terhadap rangsang-rangsang.

2. Metode Membosankan (Exhaustion Method)

8

Page 9: Teori belajar dan aplikasinya

Hubungan asosiasi antara rangsang dengan reaksi pada tingkah laku yang

burutk dibiarkan sampai kemudian menjadi bosan atas keburukannya.

3. Metode Mengubah Lingkungan (Change of Enviromental Method)

Merupakan cara yang digunakan dengan memutuskan hubungan rangsang

antara rangsang dengan respons yang buruk yang akan dihilangkan.

f. Clark C. Hul (1884-1952)

Dalam teorinya ia mengatakan bahwa suatu kebutuhan harus ada pada diri

seseorang yang sedang belajar, kebutuhan itu dapat berupa motif, maksud,

ambisi atau aspirasi. Dalam hal ini efisiensi belajar tergantung pada besarnya

tingkat pengurangan dan kepuasan motif yang menyebabkan timbulnya usaha

belajar individu.

Prinsip penguat (reinforcer) menggunakan seluruh situasi yang memotivasi,

mulai dari dorongan biologis yang merupakan kebutuhan utama seseorang.

Jadi pada diri seseorang harus ada motif sebelum belajar terjadi atau

dilakukan.

9

Page 10: Teori belajar dan aplikasinya

Aplikasi teori Behavioristik dalam pembelajaran:

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik adalah ciri-

ciri kuat yang mendasarinya yaitu:

1. Mementingkan pengaruh lingkungan

2. Mementingkan bagian-bagian (elementalistik)

3. Mementingkan peranan reaksi

4. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur

stimulus respon

5. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuknya sebelumnya.

6. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan

7. hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan

Peran Guru:

1. Menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap (modul, instruksi,

dll).

2. Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat diikuti

contoh-contoh (dilakukan sendiri/simulasi).

3. Bahan pelajaran disusun sederhana menuju kompleks.

4. Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan

pencapaian suatu keterampilan tertentu.

5. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.

6. Kesalahan harus diperbaiki.

7. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat

menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik

ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan.

8. perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang

sesuai mendapat penghargaan negatif.

9. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak.

Peran Siswa:

1. Berlaku (doing) sesuai instruksi.

2. Meniru perilaku yang dicontoh.

10

Page 11: Teori belajar dan aplikasinya

3. Mengikuti aturan-aturan yang ditetapkan (positif-diulangi, negatif-

dihilangkan).

4. Berlatih melalui pengulangan dan pembiasaan.

5. Menguasai keterampilan dasar sebagai persyaratan penguasaan keterampilan

selanjutnya.

B. Teori Kognitif dan Konstruktivisme

- Kognitif

a. Wertheimer

b. Kurt Koffka

c. Kohler (1887-1959)

- Konstruktivisme

a. John Dewey (1856-1952)

b. Jean Piaget (1898-1980)

c. Jerome Brunner (1915- )

d. David Ausubel

Wolfgang Kohler (1887-1959)

- Insight : pengamatan atau pemahaman mendadak terhadap hubungan antar

bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Insight ini sering dihubungkan

dengan pernyataan aha.

11

Page 12: Teori belajar dan aplikasinya

Kohler (1925): suggested that problem solving involves mentally combining

and recombining various elements of a problem until a structure that solves the

problem is achieved.

Eksperimen Kohler

John Dewey (1856-1952)

- Belajar harus bersifat aktif, langsung terlibat, berpusat pada siswa (SCL = Student-Centered Learning) dalam konteks pengalaman sosial.

- Kesadaran sosial menjadi tujuan dari semua pendidikan

- Guru bertindak sebagai fasilitator

John Dewey

12

Page 13: Teori belajar dan aplikasinya

Jean Piaget (1896-1980)

Piaget mengemukakan aspek-aspek perkembangan intelektual anak sebagai berikut:

1. Aspek Struktur: Ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental dan perkembangan berpikir logis anak-anak. Tindakan-tindakan menuju perkembangan operasi-operasi dan selanjutnya menuju pada perkembangan struktur-struktur. Struktur yang juga disebut skemata atau juga biasa disebut dengan konsep, merupakan organisasi mental tingkat tinggi.

2. Aspek Isi: Isi maksudnya adalah pola perilaku anak khas yang tercermin pada respons yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya.

3. Aspek Fungsi: Fungsi adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual. Perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan adaptasi.

- Belajar mendasari pada pengamatan yang melibatkan seluruh indra, menyimpan kesan lebih lama dan menimbulkan sensasi yang membekas pada siswa.

- Proses belajar terdiri dari 3 tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi (penyeimbangan).

- Guru memfasilitasi proses terjadinya ketidakseimbangan (disequilibrium).

Jean Piaget

13

Page 14: Teori belajar dan aplikasinya

Jerome Burner (1915- )

Bruner menyatakan bahwa inti belajar adalah bagaimana orang memilih, mempertahankan dan mentransformasikan informasi secara aktif. Menurut Bruner selama kegiatan belajar berlangsung hendaknya siswa dibiarkan untuk menemukan sendiri (dicovery learning) makna segala sesuatu yang dipelajari. Dalam hal ini siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berperan dalam memecahkan masalah. Dengan cara tersebut diharapkan mereka mampu memahami konsep-konsep dalam bahasa mereka sendiri.

Tiga Tahap perkembangan kognitif anak

- Enaktif (0-3 tahun)

- Ikonik (3-8 tahun)

- Simbolik (>8 tahun)

Belajar: upaya membebaskan siswa untuk belajar sendiri: discovery (belajar dengan cara menemukan)

Kurikulum spiral pemberian materi dari yang sederhana sampai yang komplek

Jerome Burnner

14

Page 15: Teori belajar dan aplikasinya

David Ausubel : TEORI BELAJAR BERMAKNA (1918-2008)

Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif

siswa melalui proses belajar yang bermakna. Sama seperti Bruner dan Gagne,

Ausubel beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada

di tingkat pendidikan dasar- akan bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan

dalam kegiatan langsung. Namun untuk siswa pada tingkat pendidikan lebih

tinggi, maka kegiatan langsung akan menyita banyak waktu. Untuk mereka,

menurut Ausubel, lebih efektif kalau guru menggunakan penjelasan, peta konsep,

demonstrasi, diagram, dan ilustrasi.

Konsep Teori Kognitif

- Siswa: pembelajar yang aktif

- Belajar: proses menemukan (insight – aha) dan memperoleh penyelesaian masalah (problem solving).

- Guru: pendamping, teman diskusi serta fasilitator, yang memberikan alat belajar, memanipulasi situasi dan kondisi belajar sehingga siswa bisa belajar sendiri.

- Kegiatan belajar: to explore, to manipulate, to experiment, to question, and to search out answers for themselves activity is essential.

- Fasilitas: Laboratories, workshops and technologies that encourage interactivity such as multimedia, hypermedia and virtual reality.

15

Page 16: Teori belajar dan aplikasinya

Aplikasi teori kognitif dan konstruktivistik dalam pembelajaran

Tujuan pendidikan menurut teori belajar kognitif adalah:

1. Menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi.

2. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksikan oleh peserta didik.

3. Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari

4. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya.

5. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitator dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.

Bukan Aplikasi Teori Kognitif

16

Page 17: Teori belajar dan aplikasinya

Aplikasi Teori Kognitif: Learner at the Controls

The new process

C. Teori Kognisi Sosial dan Humanistik

Kognisi Sosial

1. Lev Vygotsky (1896 – 1934)

17

Page 18: Teori belajar dan aplikasinya

- Dampak sosial, peer debrieffing

- Scaffolding

- Zone of Proximal Development (ZDP)

2. Albert Bandura (1925 - )

- Teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri

- Modelling = peneladanan

- Eksperimen Bobo Doll menunjukkan anak meniru secara persis perilaku agresif dari orang dewasa sekitarnya.

Contoh Aplikasi:

- Berkunjung ke tokoh/ahli tertentu (sebagai model)

- Demonstrasi

- Role Playing

18

Page 19: Teori belajar dan aplikasinya

Humanistik

1. Abraham Maslow

19

Page 20: Teori belajar dan aplikasinya

20

Page 21: Teori belajar dan aplikasinya

2. Carl Rogers (1902 - )

- Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa.

- Kualitas belajar mencakup: keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa

- Dua tipe belajar: (1) kognitif (kebermaknaan), (2) experiential (pengalaman atau signifikansi).

3. Teori Psikologi Gestalt

Teori ini disebut juga field theory atau insight full learning. Menurutnya

manusia bukan hanya sekadar mahluk reaksi yang hanya berbuat atau

bereaksi jika ada rangsang yang mempengaruhinya. Manusia adalah individu

yang mempunyai kebulatan antara jasmani dan rohani. Secara pribadi

manusia tidak secara langsung bereaksi kepada rangsang dan tidak pula reaksi

itu dilakukan secara tidak terarah, tidak pula dilakukan dengan cara trial and

error.

Reaksi yang dilakukan manusia tergantung pada rangsang dan bagaimana

motif-motif yang terdapat pada dirinya. Manusia adalah mahluk yang

memiliki kebebasan.

21

Page 22: Teori belajar dan aplikasinya

Aplikasi teori Humanistik dalam pembelajaran:

- Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit human being selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan.

- Guru: memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa.

- Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.

- Proses belajar: menyenangkan dan bermakna bagi siswa.

D. Ki Hajar Dewantara (1889)

Menurut Ki Hajar Dewantara Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup

tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala

kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan

sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan

setinggi-tingginya

- Ing ngarsa sung tulada: di depan memberi teladan

- Ing madya mangun karsa: di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa.

- Tut wuri handayani: dari belakang memberikan dorongan dan arahan.

22

Page 23: Teori belajar dan aplikasinya

E. Teori Sibernetik

Teori belajar Sibernetik merupakan teori belajar yang paling baru

dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Teori ini berkembang

sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori

Sibernetik belajar adalah pemprosesan informasi. Teori ini lebih

mementingkan sistem informasi dari pesan tersebut. Teori Sibernetik

berasumsi bahwa tidak ada satu jenispun cara belajar yang ideal untuk

segala situasi. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.

Teori ini telah dikembangkan oleh penganutnya, antara lain seperti

pendekatan-pendekatan yang berorientasi pada pemprosesan informasi yang

dikembangkan Gage dan Berliner, Biehler dan Snowman, Baine, serta

Tennyson. Bahwa proses pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dari

proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan

informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali

informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval).

Kelebihan Teori Sibernetik:

1. Cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.

2. Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis.

3. Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap.

4. Adanya keterarahan seluruh kegiatan kepada tujuan yang ingin dicapai.

5. Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.

6. Kontrol belajar memungkinkan belajar belajar sesuai dengan irama

masing-masing individu.

7. Balikan informative memberikan rambu-rambu yang jelas tentang

tingkat untuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja

yang diharapkan.

23

Page 24: Teori belajar dan aplikasinya

Kelemahan Teori Sibernetik:

Teori ini dikritik karena lebih menekankan pada sistem informasi yang

dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajar.

Teori ini dikembangkan oleh Landa, Pask dan Scott.

Asumsi lain dari teori Sibernetik ini adalah bahwa tidak ada satu proses

belajarpun yang ideal untuk segala situasi, kartena cara belajar sangat

ditentukan oleh sistem informasi. Oleh karena itu, sebuah informasi

mungkin akan dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam proses

belajar, dan informasi yang sama itu mungkin akan dipelajari siswa lain

melalui proses belajar yang berbeda.

Teori Sibernetik mendekripsikan tindakan belajar merupakan proses internal

yang mencakup beberapa tahapan.

a. Landa

Landa merupakan salah seorang ahli psikologi yang beraliran Sibernetik.

Menurut Landa, ada dua macam proses berpikir. Pertama, disebut

proses berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir linier, konvergen, lurus

menuju kesatu target tertentu. Seperti: penyelesaian soal matematika.

Kedua, adalah cara berpikir heuristik, yakni cara berpikir divergen,

menuju kebeberapa target sekaligus. Seperti: penafsiran makna gaya

belajar efektif.

24

Page 25: Teori belajar dan aplikasinya

Proses belajar akan berjalan dengan baik jika apa yang hendak dipelajari

itu atau masalah yang hendak dipecahkan (atau dalam istilah yang lebih

teknis yaitu sistem informasi yang hendak dipelajari) diketahui ciri-

cirinya. Satu hal lebih tepat apabila disajikan dalam bentuk “terbuka”

dan memberi keleluasaan siswa untuk berimajinasi dan berpikir.

Misalnya, agar siswa mampu memahami sebuah rumus matematika,

biasanya mengikuti urutan tahap demi tahap yang sudah teratur dan

mengarah kesatu target tertentu. Namun untuk memahami makna suatu

konsep yang luas dan banyak memiliki interpretasi (misalnya konsep

“kebahagiaan), maka akan lebih baik jika proses berpikir siswa

dibimbing ke arah yang “menyebar” (heurtistik) dengan harapan

pemahaman mereka terhadap konsep itu tidak tunggal, menoton,

dogmatis dan linier.

b. Pask dan Scott

Bernard Scott Pask

Pendekatan serialis yang diusulkan oleh Pask dan Scott sama dengan

pendekatan algoritmik. Namun, cara berpikir menyeluruh (wholist) tidak

sama dengan heuristik. Cara berpikir menyeluruh adalah berpikir yang

cenderung melompat ke depan, langsung kegambaran lengkap sebuah

sistem informasi. Ibarat melihat lukisan, bukan detail-detail yang kita

amati lebih dahulu, tetapi seluruh lukisan itu sekaligus, baru sesudah itu

kebagian-bagian yang lebih kecil.

25

Page 26: Teori belajar dan aplikasinya

Teori belajar Pask yakni Conversation Theory yang menganggap social

systems as symbolic, dimana orientasinya pada sistem bahasa yang mana

tanggapan bergantung pada penafsiran seseorang atas salah satu

seseorang perilaku lain dan di mana makna tersebut disepakti melalui

percakapan. Teori tersebut juga menjelaskan interaksi antara dua atau

lebih sistem kognitif, seperti guru dan siswa atau perspektif yang

berbeda dalam satu individu dan bagaimana mereka terlibat dalam

dialog di atas sebuah konsep tertentu dan mengidentifikasi perbedaan

dalam cara mereka memahaminya.

Conversation itu sendiri memiliki beberapa kategori yakni:

1. Monolog : conversation yang lebih kepada proses internal dalam diri

individu.

2. Dialoge: digunakan untuk mencapai mufakat

3. Dialectic: percakapan untuk mendapatkan kebenaran dari argument

logis yang berfokus pada pemikiran analitikal dan informasi factual.

4. Construction: percakapan digunakan untuk membuat sesuatu yang

baru

Proses belajar Pask sendiri terdiri dari beberapa tahap diantaranya; (1)

explanation, (2) justification, (3) comparison, (4) evalution dan sampai

tercapainya (5) agreement. Yang di mana kelima tahap tersebut terus

berlangsung dalam diri seseorang ketika ia belajar.

26

Page 27: Teori belajar dan aplikasinya

Kesimpulan:

PERBANDINGAN TEORI BELAJAR BEHAVOIR, KOGNITIF, HUMANISTIK DAN SIBERNETIK

KONSEP BEHAVIOR KOGNITIF HUMANISTIK SIBERNETIK

Pengertian

Belajar: Perubahan perilaku, bila mampu menunjukkan perilaku

Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman (yang tidak selalu berupa perubahan perilaku)

Tujuan “memanusiakan manusia”, lambat laun dapat mengaktualisasikan dirinya, efektif.

Berkembang sejalan dengan ilmu informasi. Belajar adalah pengolahan informasi

Pembelajaran

Stimulus dan respon, apa yang terjadi pada diri individu tidak diperhatikan faktor lain penguatan atau “reinforcement” (positif dan negatif); Pavlov, Thordike, Skinner, Guthire, Hull, Watson

Setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan didalam dirinya, dan tertata dalam bentuk “struktur kognitif” pembelajaran akan berhasil bila materi baru bersinambung dengan struktur kognitif yang sudah ada. Ada tiga teori (1) Perkembangan Piaget, (2) Kognitif Burner, (3) Bermakna Ausubel

Terwujud teori Bloom dan Krathwohl (taksonomi: kognitif, afektif, dan psikomotor): Kolb dengan “belajar 4 tahap: konkrit, aktif reflektif, konsep tualisasi, dan eksperimentasi aktif): Honey dan Mumford (dengan 4 tipe mahaasiswa: aktifis, reflektor, teoris, dan pragmatis); Habernas (dengan 3 tipe belajar: Teknis, Praktis dan Emansipatoris)

Pembelajaran berlangsung sejalan dengan “Sistem informasi”. Tidak ada satu pun cara belajar ideal untuk segala situasi. Landa (pendekatan “algoritmik” dan heuristik); Pask dan Scott (tipe mahasiswa: “wholist” dan Serialist).

Kritik

Kurang mampu menjelaskan proses belajar yang kompleks; hasil belajar tidak hanya bisa obervable terlalu menyederhanakan masalah belajar yang sesungguhnya, tidak semua hasil belajar bisa diamati.

Lebih dekat kepada psikologi daripada teori belajar, aplikasi dalam pembelajaran tidak mudah. Kurang bisa memahami struktur kognitif mahasiswa, apalagi kalau dipilah menjadi bagian yang diskrit. Pada tahap lanjut (advanced) sulit memahami dan mengidentifikasi pengetahuan dan pengalaman mahasiswa yang sudah ada dan dimiliki.

Sukar diterapkan dalam konteks yang lebih praktis. Terlalu dekat dengan dunia filsafat

Karena lebih menekankan kepada sistem informasi yang akan dipelajari, kurang terhadap proses pembelajaran berlangsung. Sulit untuk dipraktikkan

27

Page 28: Teori belajar dan aplikasinya

28