teori-bandura

20
1. Teori Bandura A. Albert Bandura Albert Bandura lahir pada tanggal 4 Desember 1925, di kota kecil Mundare bagian selatan Alberta, Kanada. Dia sekolah di sekolah dasar dan sekolah menengah yang sederhana, dengan fasilitas pendidikan yang sangat terbatas, namun dengan hasil rata-rata yang sangat memuaskan. Setelah selesai SMA, dia bekerja pada perusahaan penggalian jalan raya Alaska Highway di Yukon. Dia menerima gelar sarjana muda di bidang psikologi dari University of British of Columbia tahun 1949. Kemudian dia masuk University of Lowa, tempat dimana ia meraih gelar Ph.D tahun 1952. Baru setelah itu dia menjadi sangat berpengaruh dalam tradisi behavioris dan teori pembelajaran.Waktu di Lowa dia bertemu dengan Virginia Varns, seorang instruktur sekolah perawat. Mereka kemudian menikah dan dikaruniai dua orang puteri. Setelah lulus dia meneruskan pendidikanya ke tingkat post-doktoral di Wichita Guidance Center di Wichita, Kansas. Tahun 1953, dia mulai mengajar di Stanford University. Disinilah dia kemudian bekerja sama dengan salah satu seorang anak didiknya, Richard Walters. Buku pertama hasil kerja sama mereka berjudul

Upload: dwi-budi-sumartono

Post on 07-Dec-2014

51 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

All about Bandura

TRANSCRIPT

Page 1: Teori-Bandura

1. Teori Bandura

A. Albert Bandura

Albert Bandura lahir pada tanggal 4 Desember 1925, di kota

kecil Mundare bagian selatan Alberta, Kanada. Dia sekolah di sekolah

dasar dan sekolah menengah yang sederhana, dengan fasilitas pendidikan

yang sangat terbatas, namun dengan hasil rata-rata yang sangat

memuaskan. Setelah selesai SMA, dia bekerja pada perusahaan penggalian

jalan raya Alaska Highway di Yukon.

Dia menerima gelar sarjana muda di bidang psikologi dari

University of British of Columbia tahun 1949. Kemudian dia masuk

University of Lowa, tempat dimana ia meraih gelar Ph.D tahun 1952. Baru

setelah itu dia menjadi sangat berpengaruh dalam tradisi behavioris dan

teori pembelajaran.Waktu di Lowa dia bertemu dengan Virginia Varns,

seorang instruktur sekolah perawat. Mereka kemudian menikah dan

dikaruniai dua orang puteri. Setelah lulus dia meneruskan pendidikanya ke

tingkat post-doktoral di Wichita Guidance Center di Wichita, Kansas.

Tahun 1953, dia mulai mengajar di Stanford University. Disinilah dia

kemudian bekerja sama dengan salah satu seorang anak didiknya, Richard

Walters. Buku pertama hasil kerja sama mereka berjudul Adolescent

Aggression terbit tahun 1959. Sayangnya, Walters mati muda karena

kecelakaan sepeda motor. Bandura menjadi presiden APA tahun 1973, dan

menerima APA Award atas jasa-jasanya dalam distinguished Scientifik

Contribution tahun 1980. Sampai sekarang dia masih mengajar di stanford

University.

Dalam perkembangan Psikologi, yang mendapat sebutan mazhab

‘kedua’ adalah karya para ahli yang berhu¬bungan dengan teori

Behaviorisme. Teori yang bersifat umum ini dirumuskan oleh John B.

Watson (1878-1958) tepat pada peralihan abad ini. Saat itu, Watson adalah

seorang guru besar psikologi di Universitas Johns Hopkins. la berupaya

menjadikan studi tentang manusia seobjektif dan seilmiah mungkin,

karenanya seperti Sigmund Freud, ia berusaha mereduksikan tingkah laku

Page 2: Teori-Bandura

manusia menjadi perkara kimiawi dan fisik semata.

Kini kata ‘behaviorisme’ biasanya digunakan untuk melukiskan isi

sejumlah teori yang saling berhubungan di bi¬dang psikologi, sosiologi

dan ilmu ilmu tingkah laku meliputi bukan hanya karya John Watson,

melainkan juga karya tokoh tokoh seperti Edward Thorndike, Clark Hull,

John Dollard, Neal Miller, B.F. Skinner, dan masih banyak lagi. Para

pendahulu aliran pemikiran ini adalah Isaac Newton, yang berhasil

mengembangkan metode ilmiah di bidang ilmu ilmu fisik, dan Charles

Darwin, yang menyatakan bahwa manusia merupakan hasil proses evolusi

secara kebetulan dari bina¬tang binatang yang lebih rendah.

Behaviorisme amat banyak menentukan perkembangan psikologi terutama

dalam ekperimen eksperimen. Walaupun Watson sering dianggap tokoh

utama aliran ini, tetapi sebenarnya perkembangannya dapat dilacak sampai

kepada empirisisme dan hedonisme pada abad XVIII – XVIII.

Aristoteles berpendapat bahwa pada waktu lahir jiwa manusia

tidak memiliki apa-apa, ibarat sebuah meja lilin (tabula rasa) yang siap

dilukis oleh pengalaman. Dari Aristoteles, John Locke (1632 1704), tokoh

empirisme Inggris, meminjam konsep ini. Menurut kaum empiris, pada

waktu lahir manusia tidak mempunyai “warna mental”. Warna ini didapat

dari pengalaman. Pengalaman satu satunya jalan ke pemilikan

pengetahuan. Bukanlah ide yang menghasilkan pengetahuan, tetapi

keduanya adalah produk pengalaman. Secara psikologis, ini berarti seluruh

perilaku manusia, kepribadian dan temperamen ditentukan oleh

pengalaman inderawi (sensory experience). Pikiran dan perasaan, bukan

penyebab perilaku tetapi disebabkan perilaku masa lalu.

Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme dan juga

psikoanalisis. Behaviorisme ingin menganalisis hanya perilaku yang

nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Belakangan,

teori kaum behavioris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena

menurut mereka seluruh perilaku manusia kecuali instink adalah hasil

belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh

Page 3: Teori-Bandura

lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik

atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui

bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor faktor lingkungan.

Albert Bandura menambahkan konsep belajar sosial (social learning). la

mempermasalahkan peranan, ganjaran, dan hukuman dalam proses belajar.

Banyak perilaku yang tidak dapat dijelaskan dengan mekanisme pelaziman

dan peneguhan.

Bandura menyatakan bahwa belajar terjadi karena peniruan

(imitation). Kemampuan meniru respons orang lain, misalnya meniru

bunyi yang sering didengar, adalah penyebab utama belajar. Ganjaran dan

hukuman bukanlah faktor penting dalam belajar, tetapi faktor yang penting

dalam melakukan satu tindakan (performance).

B. Isi Teori

Dalam situasi alami, orang belajar tingkah laku-tingkah laku baru

dengan jalan mengamati model model tingkah laku orang lain dan melalui

efek-efek perbuatannya sendiri. Proses kognitif menyerap informasi dari

bermacam-macam tingkah laku yang diamati. informasi ini kemudian

disimpan dalam ingatan yang mungkin kemudian akan diujudkan dalam

tingkah laku. Sehubungan dengan itu komponen belajar dapat di bedakan

menjadi tiga macam, yaitu :model tingkah laku, akibat-akibat tingkah laku

dan proses kognitif.

a. Model Tingkah Laku

Peranan utama model tingkah laku adalah memindahkan informasi

kepada pengamat. Peranan ini dapat dirinci menjadi tiga macam, yaitu

sebagai contoh untuk ditiru, menguatkan atau melemahkan ketahanan

pengamat terhadap dilakukannya tingkah laku tertentu, memindahkan

pola-pola tingkah laku baru.

Sebagai stimulus, model tingkah laku dapat dibedakan menjadi tiga

macam yaitu :

Model hidup (life modeling), termasuk disini anggota- anggota

keluarga, handai tolan, teman sekerja dan sebagainya dengan siapa

Page 4: Teori-Bandura

seseorang mempunyai hubungan langsung. dalam kehidupan sehari-

hari seseorang memperoleh informasi dari hubungansosial ini.

Model simbolik (symbolic modeling), model simbolik adalah

gambaran tingkah laku dalam pikiran.dalam kehidupan modern ini

media massa merupakan sumber model-model tingkah laku.

Deskripsi verbal, deskripsi verbal adalah model yang bukan berupa

tingkah laku, tetapi berujud intruksi-intruksi, misalkan serangkaian

instruksi untuk merakit peralatan.

b. Akibat-akibat atau konsekuensi-konsekuensi tingkah laku.

Konsekuensi tingkah laku juga merupakan unsur yang penting dalam

teori belajar sosial, yang menyangkut tiga macam reinforcement, yaitu

Direct reinforcement, yaitu suatu tipe konsekuensi. peristiwa yang

dapat menguatkan tingkah laku baik menyenangkan atau tidak

menyenangkan. Misalkan dengan memberikan hadiah kepada

seorang anak yang mendapatkan nilai baik.

Vicarious reinforcement, yaitu konsekuensi yang terkait dengan

tingkah laku orang lain yang diamati. Sebagai contoh ialah anak

yang melihat temannya berkelahi, karena perbuatan berkelahi itu

dipuji oleh teman-taman sekelasnya hal itu merupakan reinforcement

yang mengarah dilakukannya perbuatan berkelahi di waktu-waktu

yang lain.

Selain itu Vicarious reinforcement, juga berfungsi membangkitkan

respons-respons yang bersifat emosional. yang nantinya akan

membangkitkan rasa puas, bangga, agung dan sebagainya.

Self-reinforcement, yaitu konsekuensi yang berhubungan dengan

standar tingkah laku pribadi.. Self reinforcement, self reinforcement

ia harus secara sadar diusahakan sendiri oleh seseorang.self

reinforcement memiliki tiga unsuru, yaitu standar tingkah laku

buatan sendiri, kajian-kajian yang memberikan reinforcement

dibawah pengendalian sendiri, seseorang sebagai pelaku

reinforcement sendiri.

Page 5: Teori-Bandura

Pada umumnya orang membuat standar tingkah laku bagi dirinya

sendiri dan cenderung mrespon terhadap tingkah lakunya sendiri

dengan cara-cara yang menyenangkan kalau tingkah lakunya sesuai

atau melampaui standar tersebut.sebaliknya dia akan merespon

dengan car mengkritik diri sendiri kalau tingkah lakunya tidak sesuai

dengan standar

c. Proses Kognitif

Dalam teori belajar sosial, proses kognitif memegang peranan penting.

Kemampuan seseorang untuk membuat kode, menyimpan

pengalaman-pengalaman dalam bentuk lambang yang membayangakan

konsekuensi-konsekuensi yang bakal terjadi penting sekali untuk

memperoleh dan mengubah tingkah laku.

Pemrosesan kognitif terhadap peristiwa–peristiwa yang mungkin

terjadi menjembatani jurang antara tingkah laku dan hasil tingkah laku.

Proses kognitif memiliki empat macam komponen, yaitu : perhatian,

retansi, reproduksi motorik dan motivasi. Perhatian dan retansi

mengatur diperolehnya perbuatan-perbuatan yang diamati.berikutnya

perbuatan-perbuatan tersebut diatur oleh mekanisme produksi motorik

dan motivasi.

1) Perhatian

Menurut Bandura, perhatian itu penting karena tingkah laku-tinkah

laku yang baru tidak dapat diperoleh kecuali kalau diperhatikan

dan di persepsi secara tepat.perhatian ini dipengaruhi beberapa

faktor, antara lain karakteristikmodel,karakteristik dan nialai

fungsional tingkah laku yang diamati ditentukan oleh

reinforcement dari tinkah laku. Tingkah laku yang mempengaruhi

perhatian ialah kompleksitas dan relefansi.

Relevansi menunjuk pada arti dan pentingnya tingkah laku yang

diamati bagi orang yang mengamatinya. Di antara karakteristik

orang yang mengamati ysng mempengaruhi perhatian adalah

persepsi ketrampilan mengamati, taraf terbangkitnya

Page 6: Teori-Bandura

emosi,perilaku yang lampau dan kemampuan indrawi. Taraf

terbangkitnya emosi dan persepsi mempengaruhi dipilihnya hal-hal

yang akan diamat, sedangkan ketrampilan mengamati

mempengaruhi ketepatan pemrosesan.

2) Retensi

Retensi berkaitan dengan pengkodean tingkah laku menjadi kode

fisual atau kode verbal dan penyimpanannya di dalam ingatan.

pentingnya proses ini adalah bahwa orang yangbelajar tidak dapat

memperoleh manfaat dari tingkahlaku-tingkah laku yang

diamatinya terkecuali kalau tingkah laku itu dikode dan disimpan

di dalam ingatan untuk kelak digunakan pada waktu yang lain.

Satu proses retansi yang penting ialahlatiahn atau praktak yang

diulang –ulang.proses retansi juga dipengaruhi oleh taraf

perkembangan seseorang.

3) Reproduksi Motorik

Setelah memperoleh kode simbolik,dilakukannya tingkah laku -

tingkah laku yang diperoleh itu bergantung pada reproduksi

motorik dan motivasi seseorang. reproduksi motorik ialah memilih

dan menyusun respons-respons pada taraf kognitif, diikuti dengan

tindak perbuatan.

4) Motivasi

Belajar melalui pengamatan menjadi efektif apabila pelajar

memiliki motivasi yang tinggi untuk dapat melakukan tingkah laku

modelnya. Observasi mungkin memudahkan orang untuk

menguasai tingkah laku tertentu, tetapi kalau motivasi untuk itu

tidak ada, maka tidak akan terjadi proses belajar. Selain itu juga,

harus ada penguatan dalam motivasi, misalnya motivasi banyak

ditentukan oleh kesesuaian antara karakteristik pribadi pengamat

dengan karakteristik modelnya. Ciri-ciri model seperti usia, status

sosial, seks, keramahan, dan kemampuan penting dalam

menentukan tingkat imitasi. Anak lebih senang meniru model

Page 7: Teori-Bandura

seusianya daripada model dewasa. Anak juga cenderung meniru

model yang standar prestasinya dalam jangkauannya, alih-alih

model yang standarnya di luar jangkauannya. Anak yang sangat

dependen cenderung mengimitasi model yang dependennya lebih

ringan. Imitasi juga dipengaruhi oleh interaksi antara ciri model

dengan observernya. Anak cenderung mengimitasi orang tuanya

yang hangat dan terbuka, gadis lebih mengimitasi ibunya.

Namun, penguasaan skill dan pengetahuan yang kompleks tidak hanya

bergantung pada proses perhatian, retensi, motor reproduksi dan

motivasi saja. Tetapi juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang

berasal dari diri pembelajar sendiri yakni “sense of self Efficacy” dan

“self – regulatory system”.

Efikasi Diri (Self Effication)

Bagaimana orang bertingkah laku dalam situasi tertentu tergantung

kepada resiprokal antara lingkungan dengan kondisi kognitif,

khususnya faktor kognitif yang berhubungan dengan keyakinannya

bahwa dia mampu atau tidak mampu melakukan tindakan yang

memuaskan. Bandura menyebut keyakinan atau harapan diri ini

sebagai efikasi diri, dan harapan hasilnya disebut ekspektasi hasil.

1. Efikasi Diri atau efikasi ekspektasi (self effication – efficacy

expectation)

Efikasi diri adalah persepsi diri sendiri mengenai seberapa

bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Efikasi diri

berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki

kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan.

2. Ekspektasi Hasil (outcome expectations)

Perkiraan atau estimasi diri bahwa tingkah laku yang dilakukan

diri itu akan mencapai hasil tertentu. Efikasi adalah penilaian

diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk,

tepat atau salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuai dengan

yang dipersyaratkan. Efikasi ini berbeda dengan aspirasi (cita-

Page 8: Teori-Bandura

cita), karena cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang

seharusnya dicapai, sedang efikasi menggambarkan penilaian

kemampuan diri. Orang dapat memiliki ekspektasi hasil yang

realistik (apa yang diharapkan sesuai dengan kenyataan), atau

sebaliknya ekspektasi hasilnya tidak realistik (mengharap

terlalu tinggi dari hasil nyata yang dapat dicapai).

Sumber Efikasi Diri

Perubahan tingkah laku dalam sistem Bandura kuncinya adalah

perubahan ekspektasi efikasi (efikasi diri). Efikasi diri atau

keyakinan kebiasaan diri itu dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan

atau diturunkan melalui salah satu atau kombinasi empat sumber,

yakni pengalaman menguasai sesuatu prestasi (performance

accomplishment), pengalaman vikarius (vicarious experience),

persuasi sosial (social persuation) dan pembangkitan emosi

(emotional / psycholoical states).

1. Pengalaman Performansi

Adalah prestasi yang pernah dicapai pada massa yang telah

lalu. Sebagai sumber, performansi masa lalu menjadi pengubah

efikasi diri yang paling kuat pengaruhnya. Prestasi (masa lalu)

yang bagus akan meningkatkan ekspektasi efikasi, sedangkan

kegagalan akan menurunkan efikasi. Mencapai keberhasilan

akan memberi dampak efikasi yang berbeda-beda, tergantung

proses pencapaiannya:

i. Semakin sulit tugasnya, keberhasilan akan membuat efikasi

semakin tinggi.

ii. Kerja sendiri, lebih meningkatkan efikasi dibanding kerja

kelompok, dibantu orang lain.

iii. Kegagalan menurunkan efikasi, kalau orang merasa sudah

berusaha sebaik mungkin.

iv. Kegagalan dalam suasana emosional/stress, dampaknya

tidak seburuk kalau kondisinya optimal.

Page 9: Teori-Bandura

v. Kegagalan sesudah orang memiliki keyakinan efikasi yang

kuat, dampaknya tidak seburuk kalau kegagalan itu terjadi

pada orang yang keyakinan efikasinya belum kuat.

vi. Orang yang biasa berhasil, sesekali gagal tidak

mempengaruhi efikasi.

2. Pengalaman Vikarius

Diperoleh melalui model sosial. Efikasi akan meningkat ketika

mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya efikasi akan

menurun jika mengamati orang yang kemampuannya kira-kira

sama dengan dirinya ternyata gagal. Kalau figur yang diamati

berbeda dengan diri si pengamat, pengaruh vikarius tidak besar.

Sebaliknya ketika mengamati kegagalan figur yang setara

dengan dirinya, bisa jadi orang tidak mau mengerjakan apa

yang pernah gagal dikerjakan figur yang diamatinya itu dalam

jangka waktu yang lama.

3. Persuasi Sosial

Efikasi diri juga dapat diperoleh, diperkuat atau dilemahkan

melalaui persuasi sosial. Dampak dari sumber ini terbatas,

tetapi pada kondisi yang tepat persuasi dari orang kain dapat

mempengaruhi efikasi diri. Kondisi itu adalah rasa percaya

kepada pemberi persuasi dan sifat realistik dari apa yang

dipersuasikan.

4. Keadaan Emosi

Keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan

mempengaruhi efikasi di bidang kegiatan itu. Emosi yang kuat,

takut, cemas, stress, dapat mengurangi efikasi diri. Namun bisa

terjadi, peningkatan emosi (yang tidak berlebihan dapat

meningktakan efikasi diri).

Efikasi Diri Sebagai Prediktor Tingkah Laku

Menurut Bandura, sumber pengontrol tingkah laku adalah

resiprokal antara lingkungan, tingkah laku, dan pribadi. Efikasi diri

Page 10: Teori-Bandura

merupakan variabel pribadi yang penting, yang kalau digabung

dengan tujuan-tujuan spesifik dan pemahaman mengenai prestasi,

akan menjadi pennetu tingkah laku mendatang yang penting,

revikasi diri bersifat pragmental. Setiap individu mempunyai

efikasi diri yang berbeda-beda pada situasi yang berbeda,

tergantung pada:

a. Kemampuan yang dirtuntut oleh situasi yang berbeda itu

b. Kehadiran orang lain, khususnya saingan dalam situasi itu.

c. Keadaan fisiologis dan emosional; kelelahan, kecemasan,

apatis, murung.

Efikasi yang Tinggi atau rendah, dikombinasikan dengan

lingkungan yang responsif atau tidak responsif, akan menghasilkan

empat kemungkinan prediksi tingkah laku, yaitu

Efikasi Lingkungan Prediksi hasil tingkah laku

Tinggi Responsif Sukses, melaksanakan tugas yang sesuai

dengan kemampuannya.

Rendah Tidak responsif Depresi, melihat orang lain sukses

pada tugas yang dianggapnya sulit.

Tinggi Tidak responsif Berusaha keras mengubah lingkungan

menjadi responsif, melakukan protes, aktivitas sosial, bahkan

memaksakan perubahan.

Rendah Responsif Orang menjadi apatis, pasrah, merasa tidak

mampu.

Efikasi Kolektif

Keyakinan masyarakat bahwa usaha mereka secara bersama-sama

dapat menghasilkan perubahan sosial tertentu, disebut efikasi

kolektif. Ini buka jiwa kelompok tetapi lebih sebagai efikasi

pribadi dari banyak orang yang bekerja bersama. Bandura

berpendapat, orang berusaha mengontrol kehidupan dirinya bukan

hanya melalui efikasi diri individual, tetapi juga melalui efikasi

kolektif. Misalnya, dalam bidang kesehatan, orang memiliki efikasi

Page 11: Teori-Bandura

diri yang tinggi untuk berhenti merokok atau melakukan diet, tetapi

mungkin memiliki efikasi kolektif yang rendah dalam hal

mengurangi polusi lingkungan, bahaya tempat kerja dan penyakit

infeksi.

Efikasi diri dan efikasi kolektif bersama-sama saling melengkapi

untuk mengubah gaya hidup manusia. Efikasi kolektif timbul

berkaitan dengan masalah-masalah perusakan hutan, kebijakan

perdagangan internasional, perusakan ozon, kemajuan teknologi,

hukum dan kejahatn, birorasi, perang, kelaparan, bencana alam,

dan sebagainya.

2. Implikasi Teori Bandura dalm keperwawatan.

Teori Bandura dalam keperawatan dapat diterapkan dengan metode

Mentoring. Mentoring dalam hal ini berarti proses pemberian dukungan atau

bimbingan kepada seseorang yang bertujuan agar orang tersebut mampu

mencapi tujuan tertinggi yang diingkan. Sedangkan Mentor atinya adalah

Seorang penasehat atau pembimbing yang dipercaya dan bersahabat, terutama

seseorang yang baru di suatu peran tertentu. Seorang mentor terlibat di dalam

hubungan interpersonal yang kuat dengan orang yang kurang berpengalaman,

pada umumnya orang yang lebih muda yang akan diberikan bimbingan.

Dalam dunia keperawatan, perawat mentor meruoakan perawat yang telah

menyelesaikan pendidikan, pelatihan dan mengikuti kemajuan yang ada.

Perawat mentor haruslah mengetahui pada yang ada di dihadapinya, mampu

memberi dukungan dan dorongan keberanian, mengerti dan berbicara dengan

ungkapan akademik dan tuntutan esoteris dan harus mengenali kompetensi

setiap bimbingnya

Dalam Teori Mentoring, menurut Bandura aspek yang paling

penting adalah aspek model atau teladan dalam proses mentoring. Ini

dikarenakan orang yang dibimbing akan meniru perilaku, nilai-nilai dan sikap

mentor, maka mentor kualitas mentor akan sangat berpengaruh dalam kualitas

bimbingan yang diberikan. Mentor yang berkualitas, adalah mentor yang

mempunyai figur seperti di bawah ini 

Page 12: Teori-Bandura

Mempunyai pengetahuan cukup

Pengalaman yg memadai

Memahami dan mengerti

Penasehat yang baik

Mempunyai ketetapan hati

Mempunyai perencanaan yang baik

Memiliki penguasaan diri

Pembimbing atau penunjuk jalan yang dipercaya

Mentoring dalam dunia pendidikan keperawatan bertujuan untuk

menumbuhkan kemandirian, pembelajaran yang dapat diatur sendiri dan

memungkinkan pembelajaran yang tidak mungkin dilakukan di dalam kelas.

Ciri perawat mentor dalam pendidikan keperawatan adalah

Muncul pada masa awal untuk menawarkan dukungan, menghilangkan

rasa takut dari pengasingan, ketidakpedulian, cemoohan

Dapat bertindak sebagai seorang pembimbing

Dapat memberikan peringatan dan pandangan, mefasilitasi pembelajaran,

menberi umpan balik, kritik konstruktif dan pujian

Dapat menerjemahkan dan menerangkan syarat-syarat kursus

Bertindak sebagai advokat

Memperbolehkan kemandirian dan dapat memisahkan diri