teodas antidepresi fix
TRANSCRIPT
Diare adalah suatu keadaan meningkatnya berat dari fases (>200 mg/hari)
yang dapat dihubungkan dengan meningkatnya cairan, frekuensi BAB, tidak enak
pada perinal, dan rasa terdesak untuk BAB dengan atau tanpa inkontinensia fekal
(Daldiyono, 1990).
Diare merupakan salah satu penyakit pada saluran pencernaan yang
disebabkan oleh bakteri ataupun virus. Pada saat diare terjadi pengeluaran feses
yang berlebihan, yang diakibatkan oleh tidak seimbangnya mikroflora pada
saluran pencernaan yang disebabkan oleh infeksi bakteri patogen penyebab diare
(Handayani, 2012).
Keseimbangan mikroflora sangat penting dalam saluran pencernaan,
karena jika tidak maka proses pencernaan akan terganggu. Salah satu cara
agarkeseimbangan mikroflora pada saluran pencernaan tetap terjaga yaitu dengan
mengkonsumsi makanan ataupun minuman yang mengandung probiotik. Hal ini
dikarenakan karena probiotik mampu menekan pertumbuhan bakteri patogen yang
ada pada saluran pencernaan. Keseimbangan mikroflora usus akan tercapai
apabila perbandingan antara bakteri yang menguntungkan terhadap bakteri yang
merugikan sebesar 80% : 20% 1 atau 85%:15%.2 Keadaan diare dapat merusak
mukosa usus dan juga villi usus. Sehingga pertumbuhan dari villi usus dapat
terganggu (Handayani, 2012).
Diare atau diarrhea merupakan kondisi rangsangan buang air besar yang
terus menerus disertai keluarnya feses atau tinja yang kelebihan cairan, atau
memiliki kandungan air yang berlebih dari keadaan normal. Umumnya diare
menyerang balita dan anak-anak. Namun tidak jarang orang dewasa juga bisa
terjangkit diare. Jenis penyakit diare bergantung pada jenis klinik penyakitnya
(Anne, 2011).
Klinis tersebut dapat diketahui saat pertama kali mengalami sakit perut.
Ada lima jenis klinis penyakit diare, antara lain:
1. Diare akut, bercampur dengan air. Diare memiliki gejala yang datang tiba-tiba
dan berlangsung kurang dari 14 hari. Bila mengalami diare akut, penderita
akan mengalami dehidrasi dan penurunan berat badan jika tidak diberika
makan dam minum (Anne, 2011).
2. Diare kronik. Diare yang gejalanya berlangsung lebih dari 14 hari yang
disebabkan oleh virus, Bakteri dan parasit, maupun non infeksi (Anne, 2011).
3. Diare akut bercampur darah. Selain intensitas buang air besar meningkat, diare
ini dapat menyebabkan kerusakan usus halus,spesis yaitu infeksi bakteri dalam
darah, malnutrisi atau kurang gizi dan dehidrasi (Anne, 2011).
4. Diare persisten. Gejalanya berlangsung selama lebih dari 14 hari. Dengan
bahaya utama adalah kekurangan gizi. Infeksi serius tidak hanya dalam usus
tetapi menyebar hingga keluar usus (Anne, 2011).
5. Diare dengan kurang gizi berat. Diare ini lebih parah dari diare yang lainnya,
karena mengakibatkan infeksi yang sifatnya sistemik atau menyeluruh yang
berat, dehidrasi, kekurangan vitamin dan mineral. Bahkan bisa mengakibatkan
gagal jantung (Anne, 2011).
Beberapa hal yang dapat menyebabkan diare antara lain :
infeksi bakteri
beberapa jenis bakteri dikonsumsi bersama dengan makanan atau minuman,
contohnyaCampylobacter, Salmonella, Shigella, dan Escherichia coli (E. coli)
(National Digestive Diseases Information Clearinghouse, 2007).
infeksi virus
beberapa virus menyebabkan diare, termasuk rotavirus, Norwalk
virus, cytomegalovirus, herpes simplex virus, and virus hepatitis (National
Digestive Diseases Information Clearinghouse, 2007).
intoleransi makanan
beberapa orang tidak mampu mencerna semua bahan makanan, misalnya pemanis
buatan dan laktosa (National Digestive Diseases Information Clearinghouse,
2007).
parasit
parasit dapat memasuki tubuh melalui makanan atau minuman dan menetap di
dalam system pencernaan. Parasit yang menyebabkan diare misalnya Giardia
lamblia, Entamoeba histolytica, andCryptosporidium (National Digestive Diseases
Information Clearinghouse, 2007).
reaksi atau efek samping pengobatan
antibiotik, penurun tekanan darah, obat kanker dan antasida mengandung
magnesium yang mampu memicu diare (National Digestive Diseases Information
Clearinghouse, 2007).
gangguan intestinal (National Digestive Diseases Information Clearinghouse,
2007).
kelainan fungsi usus besar (National Digestive Diseases Information
Clearinghouse, 2007).
Pada anak anak dan orang tua diatas 65 tahun diare sangat berbahaya. Bila
penanganan terlambat dan mereka jatuh ke dalam dehidrasi berat maka bisa
berakibat fatal. Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan cairan, kekurangan
kalium (hipokalemia) dan adakalanya acidosis (darah menjadi asam), yang tidak
jarang berakhir dengan shock dan kematian. Keadaan ini sangat berbahaya
terutama bagi bayi dan anak-anak kecil, karena mereka memiliki cadangan cairan
intrasel yang lebih sedikit sedangkan cairan ekstra-selnya lebih mudah lepas
daripada orang dewasa (Adnyana, 2008).
Penggolongan obat diare ada dibagi menjadi:
A. Kemoterapeutika
Walaupun pada umumnya obat tidak digunakan pada diare, ada beberapa
pengecualian dimana obat antimikroba diperlukan pada diare yag disebabkan oleh
infeksi beberapa bakteri dan protozoa. Pemberian antimikroba dapat mengurangi
parah dan lamanya diare dan mungkin mempercepat pengeluaran toksin.
Kemoterapi digunakan untuk terapi kausal, yaitu memberantas bakteri penyebab
diare dengan antibiotika (tetrasiklin, kloramfenikol, dan amoksisilin, sulfonamida,
furazolidin, dan kuinolon) (Schanack, 1980).
B. Zat penekan peristaltik usus
Obat golongan ini bekerja memperlambat motilitas saluran cerna dengan
mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Contoh: Candu dan
alkaloidnya, derivat petidin (definoksilat dan loperamin), dan antikolinergik
(atropin dan ekstrak beladona) (Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007).
C. Adsorbensia
Adsorben memiliki daya serap yang cukup baik. Khasiat obat ini adalah
mengikat atau menyerap toksin bakteri dan hasil-hasil metabolisme serta melapisi
permukaan mukosa usus sehingga toksin dan mikroorganisme tidak dapat
merusak serta menembus mukosa usus. Obat-obat yang termasuk kedalam
golongan ini adalah karbon, musilage, kaolin, pektin, garam-garam bismut, dan
garam-garam alumunium ) (Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007).
Obat diare yang dapat dibeli bebas mengandung adsorben atau gabungan
antara adsorben dengan penghilang nyeri (paregorik). Adsorben mengikat bakteri
dan toksin sehingga dapat dibawa melalui usus dan dikeluarkan bersama tinja.
Adsorben yang digunakan dalam sediaan diare antara lain attapulgit aktif, karbon
aktif, garam bismuth, kaolin dan pektin (Harkness, 1984).
LOPERAMIDA
Pemerian: serbuk putih sampai agak kuning, melebur pada suhu lebih kurang
225oC disertai peruraian. (Farmakope Indonesia IV, 1995).
Kelarutan: sukar larut dalam air dan asam encer, mudah larut dalam metanol dan
kloroform. (Farmakope Indonesia IV, 1995).
Obat ini memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot
sirkuler dan longitudinal usus. Obat ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga
diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor
tersebut. Obat ini sama efektifnya dengan difenoksilat untuk pengobatan diare
kronik. Efek samping yang sering dijumpai adalah kolik abdomen, sedangkan
toleransi terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi. Pada sukarelawan yang
mendapatkan dosis besar loperamid, kadar puncak pada plasma dicapai dalam
waktu empat jamsesudah makan obat. Masa laten yang lama ini disebabkan oleh
penghambatan motilitas saluran cerna dan karena obat mengalami sirkulasi
enterohepatik. Waktu paruhnya adalah 7-14jam. Loperamid tidak diserap dengan
baik melalui pemberian oral dan penetrasinya ke dalam otak tidak baik; sifat-sifat
ini menunjang selektifitas kerja loperamid. Sebagian besar obat diekskresikan
bersama tinja. Kemungkinan disalahgunakannya obat ini lebih kecil
dari difenoksilat karena tidak menimbulkan euphoria seperti morfin dan
kelarutannya rendah (Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007).
Adnyana, Ketut. 2004. Sekilas Tentang Diare. Tersedia online di http://www.blogdokter.net/2008/10/30/sekilas-tentang-diare/. [Diakses tanggal 28 April 2014]
Anne, Ahira. 2011. Penyakit Diare Akut. Tersedia online di http://www.anneahira.com/diare-akut.htm. [Diakses tanggal 28 April 2014]
Daldiyono. 1990. Diare, Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta : Infomedika.
Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007. Farmakologi dan Terapi ed 5. Jakarta : Penerbit UI Press.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Handayani, Rina., et al. 2012. Pengaruh Pemberian Probiotik Pediococcus pentosaceus Isolat Dadih Sebagai Anti Diare Pada Mencit Putih (Mus muscullus). Tersedia online di http://jurnalsain-unand.com/FilesJurnal/7367220178-Rina%20Handayani.pdf (diakses 31 April 2014)
Harkness, Richard. 1984. Interkasi Obat. Bandung : Penerbit ITB.
National Digestive Diseases Information Clearinghouse. 2007. Diarrhea. Tersedia online
di www.digestive.niddk.nih.gov . [Diakses tanggal 28 April 2014]
Schanack, W., et al. 1980. Senyawa Obat, Edisi kedua. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.