tentang tanaman produk bioteknologi
TRANSCRIPT
TENTANG TANAMAN PRODUK BIOTEKNOLOGI
?
ISU DAN FAKTA
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik PertanianBadan Penelitian dan Pengembangan PertanianDepartemen Pertanian2008
ISBN:978-979-3919-09-6
Penulis:
Bahagiawati dan M. Herman
Penyunting:
M. Machmud dan Sutrisno
Alamat:
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan
Sumberdaya Genetik Pertanian
Jl. Tentara Pelajar 3A, Bogor 16111
Tel. : (0251) 8337975, 8339793
Faks. : (0251) 8338820
E-mail: [email protected]://www.indobiogen.or.id
Hhttp://www.biogen.litbang.deptan.go.id
Hak Cipta BB-Biogen 2008C
ISU DAN FAKTATANAMAN PRODUK BIOTEKNOLOGI
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi danSumber Daya Genetik Pertanian
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianDepartemen Pertanian
16
DAFTAR BACAAN
Agbios. 2006. Agbios database. http://www/agbios.com.
American Soybean Association. 2005. Dispelling the myths. The real facts
about agricultural biotechnology and biotech food. http://www.asaasc.
com/pdf/dispelling_may.pdf.
Brookes, G. and P. Barfoot. 2004. Co-existence in North America
agriculture: Can GM crops be grown with conventional and organic
crops? PG Economics Ltd (UK). http://www.pgeconomics.co.uk
Brookes, G. and P. Barfoot. 2006. GM crops: The first ten years-global
socio-economic and environmental impacts. ISAAA Brief No. 36.
ISAAA Ithaca, NY.
Carino, F.A., R.V. Ebora, E.M. Mendoza, I.F. Dalmaico, and F.V.
Aninas. 2003. What you want to know about genetically modified
organizing. Philippine Council for Advanced Science and
Development, Department of Science Technology. 16 p.
Fessenden, M. 2008. New study shows that transgenic plants don't hurt
beneficial bugs Cornell Chronicle Online. http://www.news.cornell.
edu/, June 3, 2008.
Hilbeck, A. and D.A. Andow. 2004. Environmental risk assessment of
genetically modified organisms: Vol. 1. A case study of Bt maize in
Kenya. CAB International, Wallingford, UK.
Hilbeck, A., D.A. Andow, and E.M.G. Fontes. 2006. Environmental risk
assessment of genetically modified organisms: Vol. 2. A case study of
Bt cotton in Brazil. CAB International, Wallingford, UK.
Huang, J. and Q. Wang. 2002. Agriculture biotechnology development and
policy in China. AgBioForum, The Journal of Agrobiotechnology
Management and Economics 5(4):153-166.
James, C. 2007. Global status of commercialized biotech/GM crops: 2007.
ISAAA Brief No. 37. ISAAA Ithaca, NY.
iii
KATA PENGANTAR
Bioteknologi pertanian merupakan ilmu dan teknologi yang relatif
baru di mana salah satu cabangnya adalah perakitan tanaman transge-
nik menggunakan teknologi DNA rekombinan. Beberapa tanaman
produk bioteknologi telah dilepas untuk komersialisasi di berbagai
negara di dunia. Walaupun telah terjadi peningkatan yang sangat nyata
dari adopsi produk bioteknologi ini secara global. Pemanfaatan pro-
duk ini masih tetap menjadi isu yang kontroversi. Oleh sebab itu,
sebagai suatu lembaga riset di bidang bioteknologi pertanian maka
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber
Daya Genetik Pertanian (BB-Biogen) perlu menyampaikan isu yang
berkembang di masyarakat dan fakta ilmiah yang ada sampai saat ini
tentang produk bioteknologi.
Buku ini diterbitkan oleh BB-Biogen dengan bantuan sebagian dana
dari the Institute of International Agriculture, Michigan State
University, dan Program for Biosafety System (PBS), International
Food Policy Research Institute, Amerika Serikat. Semoga buku ini da-
pat memberikan informasi yang benar bagi masyarakat di Indonesia,
khususnya para pengambil keputusan, peneliti, dan akademisi.
Bogor, Juni 2008
v
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................... v
ISU-ISU YANG TIDAK BENAR TENTANG TANAMAN
PRODUK BIOTEKNOLOGI ........................................................... 1
ISU DAN FAKTA TENTANG TANAMAN PRODUK
BIOTEKNOLOGI ............................................................................ 3
Bioteknologi Umum .................................................................... 3
Budi Daya Pertanian .................................................................... 5
Lingkungan .................................................................................. 9
Kesehatan Manusia ...................................................................... 13
DAFTAR BACAAN ........................................................................ 16
14
gunakan gen yang berasal dari organisme yang menyebabkan alergi
pada sekelompok orang. Sampai sekarang tidak terbukti bahwa
produk bioteknologi yang telah mendapat izin untuk dikomersialkan
dapat menimbulkan alergi karena sudah dilakukan pengkajian
alergenisitas.
Isu 21:
Tanaman produk bioteknologi meningkatkan
risiko kanker.
Fakta:
Kekhawatiran ini berdasarkan pemikiran bahwa
DNA tanaman produk bioteknologi tidak dapat
dicerna oleh pencernaan lalu akan masuk ke
jaringan saluran pencernaan manusia dan menyebabkan kanker. Isu ini
tidak benar. DNA adalah molekul organik yang sangat mudah hancur
dan dicerna begitu masuk saluran pencernaan manusia sehingga tidak
ada peluang untuk masuk ke sel manusia dan menimbulkan kanker.
Menurut ilmu kedokteran kanker diduga terjadi antara lain apabila
seseorang makan makanan yang bersifat karsinogenik. Sampai saat
ini, tidak terbukti adanya produk bioteknologi yang bersifat
karsinogenik.
Isu 22:
Tanaman produk bioteknologi meningkatkan kekebalan terhadap
antibiotika.
Fakta:
Sampai saat ini kasus tanaman produk bioteknologi menimbulkan
kekebalan terhadap antibiotika belum pernah terjadi. Kekebalan
terhadap suatu antibiotik dapat terjadi apabila antibiotik diberikan ke
kiri atas
12
Isu 17:
Tanaman produk bioteknologi yang mengandung
gen Bt dapat mematikan organisme bukan sasaran
(non-target) yang menguntungkan.
Fakta:
Hasil beberapa penelitian menyatakan bahwa
produk bioteknologi yang mengandung gen Bt
aman terhadap organisme berguna yang berada di air dan tanah,
seperti lebah madu, serangga predator (pemangsa hama tanaman)
kumbang lady bird, lacewing, collembola (serangga dekomposer),
cacing tanah, dan Daphnia magna (serangga air). Hasil penelitian lain
juga menyatakan hal yang sama; populasi serangga berguna pada
pertanaman produk bioteknologi dan non bioteknologi tidak berbeda.
Hasil penelitian lapang terbatas di Indonesia pada tahun 2001 me-
nunjukkan bahwa pertanaman kapas Bt tidak berpengaruh terhadap
organisme bukan sasaran.
Isu 18:
Tanaman produk bioteknologi dapat menimbulkan hama super.
Fakta:
Kekhawatiran timbulnya hama super terjadi karena kemungkinan
munculnya biotipe baru serangga yang lebih ganas akibat penanaman
produk bioteknologi yang mengandung gen Bt. Hal ini dikaitkan
dengan hasil penelitian laboratorium dan kasus di lapang mengenai
terjadinya hama tahan pestisida Bt.
Sampai saat ini, kasus munculnya hama super pada pertanaman pro-
duk bioteknologi yang mengandung gen Bt belum pernah dilaporkan.
Petani di negara maju yang memiliki lahan luas seperti di Amerika
Serikat, Australia, dan Kanada yang menanam tanaman transgenik Bt
1
ISU-ISU YANG TIDAK BENAR TENTANG TANAMAN
PRODUK BIOTEKNOLOGI
Bioteknologi Umum
Isu 1: Produk pertanian hasil pemulian dengan bioteknologi berbeda
dengan produk pemuliaan tradisional.
Isu 2: Bahan pangan yang dihasilkan dengan bioteknologi mengan-
dung gen sedangkan bahan makanan yang dirakit dengan
teknologi tradisional tidak mengandung gen.
Isu 3: Sejak pertama kali produk bioteknologi dikomersialisasikan,
tidak ada perkembangan adopsi dan aplikasi produk tersebut.
Isu 4: Hanya negara industri/maju terutama Amerika Serikat yang
memanfaatkan produk bioteknologi.
Isu 5: Tanaman produk bioteknologi mengandung gen tidak halal.
Budi Daya Pertanian
Isu 6: Tanaman produk bioteknologi hanya cocok untuk petani di
negara maju seperti Amerika Serikat.
Isu 7: Produk bioteknologi merugikan petani.
Isu 8: Tanaman produk bioteknologi telah merugikan petani
Indonesia.
Isu 9: Petani merugi karena tidak dapat menggunakan benih yang
dihasilkannya sendiri.
Isu 10: Petani Indonesia akan tergantung pada perusahaan multi-
nasional jika menanam produk bioteknologi.
Isu 11: Petani bisa didakwa oleh perusahaan benih multinasional.
Isu 12: Tanaman produk bioteknologi mengancam pertanian organik.
2
Lingkungan
Isu 13: Introduksi tanaman produk bioteknologi meningkatkan peng-
gunaan pestisida.
Isu 14: Perpindahan gen (gene flow) terjadi dari tanaman bioteknologi
ke tanaman non bioteknologi mengancam biodiversitas.
Isu 15: Tanaman produk bioteknologi dapat menimbulkan gulma
super.
Isu 16: Penanaman jagung Bt mengancam kupu-kupu monarch.
Isu 17: Tanaman produk bioteknologi yang mengandung gen Bt dapat
mematikan organisme bukan sasaran yang menguntungkan.
Isu 18: Tanaman produk bioteknologi dapat menimbulkan hama
super.
Kesehatan Manusia
Isu 19: Makanan yang berasal dari produk bioteknologi tidak aman
bagi kesehatan manusia.
Isu 20: Tanaman produk bioteknologi menyebabkan alergi.
Isu 21: Tanaman produk bioteknologi meningkatkan risiko kanker.
Isu 22: Tanaman produk bioteknologi meningkatkan kekebalan ter-
hadap antibiotika.
11
secara alami sulit menghasilkan keturunan, sehingga kemungkinan
terjadinya gulma super sangat kecil. Sampai saat ini belum dilaporkan
terjadinya gulma di sekitar tanaman produk bioteknologi menjadi
tahan herbisida.
Isu 16:
Penanaman jagung Bt mengancam kehidupan
kupu-kupu monarch.
Fakta:
Pada tahun 1999 Losey dan kawan-kawan
melaporkan hasil penelitian pengaruh makanan
buatan terhadap larva kupu-kupu monarch di laboratorium Cornell
University. Makanan buatan tersebut terdiri atas campuran daun
milkweed dan serbuk sari jagung Bt dalam jumlah yang sangat besar.
Mereka menemukan bahwa 44% larva kupu-kupu monarch mati.
Kematian ini terjadi karena larva kupu-kupu dipaksa makan makanan
yang tidak alami. Di alam, makanan utama larva kupu-kupu monarch
hanya daun milkweed, dan milkweed ini tidak banyak dijumpai pada
lahan jagung, namun di padang rumput, di tepi hutan, dan di tepi
jalan.
Beberapa hasil penelitian lapang menyatakan bahwa jagung Bt tidak
mengancam pertumbuhan dan perkembangan kupu-kupu monarch di
alam. National Academy of Science (NAS) dan Environmental
Protection Agency (EPA) di Amerika Serikat menekankan bahwa
jagung Bt tidak membahayakan perkembangan kupu-kupu monarch di
lapang. Penanaman jagung Bt justru berpengaruh baik terhadap per-
kembangan kupu-kupu monarch karena menurunnya penggunaan pes-
tisida yang berspektrum luas.
10
produksi dan penjualan pestisida di dunia. Pada
tahun 2008 Monsanto memperkirakan akan terjadi
penurunan penjualan pestisida sebesar 28% karena
peningkatan areal tanaman produk bioteknologi.
Isu 14:
Perpindahan gen (gene-flow) dari tanaman biotek-
nologi ke tanaman non bioteknologi mengancam
biodiversitas.
Fakta:
Perpindahan gen terjadi karena adanya persilangan antar spesies dan
ini lebih banyak terjadi pada tanaman yang menyerbuk silang misal-
nya jagung, dan sulit terjadi pada pada tanaman menyerbuk sendiri
antara lain padi, kentang, dan kapas. Perpindahan gen merupakan
fenomena alami yang dapat terjadi baik pada tanaman produk biotek-
nologi maupun tanaman non bioteknologi. Namun demikian, peluang
keberhasilan persilangan antar spesies memberikan keturunan adalah
kecil karena keberhasilan terbentuknya embrio sangat kecil. Dengan
demikian ancaman tanaman produk bioteknologi mengganggu
biodiversitas adalah sangat kecil.
Isu 15:
Tanaman produk bioteknologi dapat menimbulkan gulma super.
Fakta:
Isu yang berkembang dari tanaman produk bioteknologi tahan
herbisida adalah munculnya gulma super di sekitar tanaman tahan her-
bisida karena kemungkinan terjadinya perpindahan gen. Gulma super
ini dikhawatirkan sulit dikendalikan dengan herbisida. Seperti yang
telah dijelaskan pada fakta isu 14, perpindahan gen antar tanaman
3
ISU DAN FAKTA TENTANG TANAMAN
PRODUK BIOTEKNOLOGI
Bioteknologi Umum
Isu 1:
Produk pertanian hasil pemuliaan dengan biotek-
nologi berbeda dengan produk pemuliaan dengan
teknologi pertanian tradisional.
Fakta:
Sebenarnya kedua produk di atas tidak berbeda,
kecuali proses perakitannya. Pemuliaan dengan
bioteknologi merupakan pengembangan teknik pemuliaan tradisional
yang menggunakan sistem persilangan. Sistem persilangan tersebut
ditujukan untuk memperbaiki sifat tanaman. Aplikasi bioteknologi
dapat memperbaiki sifat tanaman dengan lebih efisien dan akurat ka-
rena gen dari sifat tertentu yang ingin ditambahkan sudah dikarak-
terisasi secara akurat serta dapat dilacak. Teknologi ini memberikan
peluang bagi pemulia untuk merakit tanaman yang diinginkan dengan
waktu lebih cepat. Di samping itu, bioteknologi dapat digunakan
untuk pemuliaan tanaman dengan sifat tertentu yang tidak mungkin
dilakukan dengan pesilangan tradisional.
Isu 2:
Bahan pangan yang dihasilkan dengan bioteknologi mengandung gen
sedangkan bahan makanan yang dirakit dengan teknologi tradisional
tidak mengandung gen.
Fakta:
Semua makluk hidup mengandung gen, semakin tinggi tingkatan
organisme semakin banyak dan kompleks gen yang dimiliki. Dengan
Petani
9
Isu 12:
Tanaman produk bioteknologi mengancam
pertanian organik.
Fakta:
Pada saat ini tidak ada tanaman produk biotek-
nologi yang dilepas untuk tujuan komersial di
Indonesia. Pengalaman petani di Amerika
Serikat selama 12 tahun menunjukkan bahwa pertanian produk biotek-
nologi dapat berdampingan baik dengan pertanian organik maupun
pertanian non bioteknologi. Terdeteksinya sejumlah kecil serbuk sari
dari produk bioteknologi dalam produk organik tidak mendatangkan
masalah dibandingkan dengan adanya residu pestisida dalam produk
organik tersebut. Laporan menyatakan bahwa masalah residu pestisida
merupakan 25% dari masalah kontaminasi produk organik di Amerika
Serikat. Keharmonisan antara petani produk bioteknologi, non biotek-
nologi, dan organik juga terjadi di negara lain seperti Eropa.
Lingkungan
Isu 13:
Introduksi tanaman produk bioteknologi meningkatkan penggunaan
pestisida.
Fakta:
Sejak tanaman produk bioteknologi mulai ditanam pada tahun 1996
telah terjadi penurunan penggunaan pestisida di berbagai negara
seperti Amerika Serikat, Kanada, Argentina, Australia, Brazil, Afrika
Selatan, Cina, dan Filipina. Pada tahun 2003 Bayer melaporkan bahwa
penjualan pestisidanya menurun sekitar 60% sebagai akibat pening-
katan luas areal tanaman produk bioteknologi. Monsanto dan Bayer
merupakan dua perusahaan multinasional yang dulunya mendominasi
4
demikian setiap bahan pangan baik yang dihasilkan dengan teknologi
tradisional maupun bioteknologi kedua-duanya mengandung gen.
Isu 3:
Sejak pertama kali produk bioteknologi di-
komersialisasikan, tidak ada perkembangan
adopsi dan aplikasi produk tersebut.
Fakta:
Sejak dilepas pada tahun 1996 untuk tujuan
komersialisasi, telah terjadi peningkatan luas
areal penanaman produk bioteknologi secara
global, yaitu dari 1,7 juta hektar menjadi 114,7 juta hektar pada tahun
2007. Pada 2007 produk bioteknologi ditanam di 23 negara yang ter-
diri atas 11 negara industri dan 12 negara berkembang. Selain negara
yang menanam produk bioteknologi, ada 29 negara yang tidak me-
nanam tetapi mengimpor produk bioteknologi untuk bahan pangan
dan pakan.
Isu 4:
Hanya negara industri/maju terutama Amerika Serikat yang
memanfaatkan produk bioteknologi.
Fakta:
Negara yang memanfaatkan produk bioteknologi tidak hanya negara
maju seperti Amerika Serikat. Pada awal penanamannya ada 5 negara
lain, yaitu Kanada, Australia, Argentina, Afrika Selatan, dan Meksiko.
Pada tahun 2007 ada 23 negara yang menanam produk bioteknologi,
yaitu Amerika Serikat, Argentina, Brazil, Kanada, India, Cina,
Paraguay, Afrika Selatan, Uruguay, Filipina, Australia, Spanyol,
Meksiko, Kolombia, Cili, Perancis, Honduras, Republik Chechnia,
8
Dow AgroScience, Mycogen, Dekalb, Pioneer, dan AgroEvo sehingga
memperkecil terjadi monopoli. Di India dan Cina, produk biotekno-
logi juga diproduksi oleh perusahaan swasta nasional dan lembaga
pemerintah. Di Indonesia, beberapa lembaga penelitian pemerintah
telah melakukan perakitan tanaman transgenik yang diharapkan akan
dimanfaatkan petani Indonesia di masa mendatang.
Isu 11:
Petani bisa didakwa oleh perusahaan benih multinasional.
Fakta:
Hal ini dapat terjadi di mana saja terutama di negara-negara maju se-
perti Amerika Serikat dan Kanada, di mana hak kekayaan intelektual
(HKI) telah diterapkan dengan baik. Adanya lisensi antara petani dan
perusahaan benih karena paten yang dimiliki oleh perusahaan peng-
hasil benih tersebut. Hal ini tidak hanya terjadi pada benih biotek-
nologi, tetapi juga benih-benih yang dihasilkan dari pemuliaan non
bioteknologi terutama benih hibrida. HKI tidak hanya melindungi pe-
rusahaan tetapi juga petani agar dapat menggunakan benih dengan
kualitas terjamin kemurniannya. Khusus untuk komoditas biotekno-
logi, petani di Amerika Serikat dan Kanada juga harus membayar
technology fee (biaya teknologi). Biaya ini sebagai kompensasi biaya
yang sangat besar yang telah digunakan perusahaan untuk perakitan
dan perbanyakan benih. Meskipun demikian, petani di Amerika
Serikat dan Kanada masih mendapatkan keuntungan sehingga mereka
tetap menggunakan benih bioteknologi ini walaupun harus membayar
lebih mahal dibandingkan dengan menggunakan benih non biotekno-
logi. Perusahaan multinasional di negara-negara di luar Amerika
Serikat seperti India, Cina, dan Filipina juga memasukkan biaya
teknologi ke dalam harga benih.
5
Portugal, Jerman, Slovakia, Rumania, dan Polandia. Selain negara
yang menanam produk bioteknologi, 29 negara mengimpor produk
tersebut untuk pangan dan pakan, yaitu Jepang, Singapura, Indonesia,
Thailand, New Zealand, Switzerland, Korea Selatan, Taiwan, Federasi
Rusia, Malaysia, dan 19 negara Uni Eropa.
Isu 5:
Tanaman produk bioteknologi mengandung gen
tidak halal.
Fakta:
Sampai saat ini tidak ada tanaman produk biotek-
nologi yang telah diizinkan untuk dikomersialkan
mengandung gen yang berasal dari hewan apalagi
yang tidak halal. Dengan demikian, kekhawatiran
bahwa tanaman produk bioteknologi mengandung gen tidak halal
tidak beralasan.
Budi Daya Pertanian
Isu 6:
Tanaman produk bioteknologi hanya cocok untuk petani di negara
maju seperti Amerika Serikat.
Fakta:
Isu ini tidak benar dan tidak sesuai dengan fakta yang ada di lapang
karena ternyata petani di negara berkembangpun juga memanfaatkan
produk bioteknologi, antara lain Afrika Selatan, Filipina, India, Cina,
Argentina, Brazil, dan Meksiko.
6
Isu 7:
Produk bioteknologi merugikan petani.
Fakta:
Produk bioteknologi tidak merugikan petani. Sebagai contoh pada
tahun 2003 petani di India yang menanam kapas Bt memperoleh
keuntungan 84% lebih besar dari petani yang menanam kapas non Bt.
Pada tahun 2006 jumlah petani yang menanam produk bioteknologi
hanya 10,3 juta dari 22 negara, sedangkan pada tahun 2007 meningkat
menjadi 12 juta petani dari 23 negara, berarti dalam setahun terjadi
peningkatan 14%. Hal ini mengindikasikan bahwa petani mau dan
merasa senang menanam dan tidak merasa dirugikan. Di Asia, pada
tahun 2007 sekitar 7,1 juta petani di Cina menanam kapas Bt
sedangkan di India sekitar 3,8 juta petani yang menanam kapas Bt.
Isu 8:
Tanaman produk bioteknologi telah merugikan
petani Indonesia.
Fakta:
Isu ini tidak benar dan tidak terbukti, karena ber-
dasarkan hasil studi sosiologi dan ekonomi yang
dilakukan pada tahun 2001 dan 2002 menunjuk-
kan bahwa petani-petani penanam kapas Bollgard
di Sulawesi Selatan mendapat kenaikan hasil per ha. Pada tahun
2001 petani kapas Bt mendapat keuntungan bersih berkisar antara
Rp 3.100.000-Rp 5,600.000/ha dibandingkan dengan petani kapas non
Bt yang hanya memperoleh hasil rata-rata Rp 600.000. Hasil studi
2002 menunjukkan bahwa 95,7% responden (petani kapas) di
Sulawesi Selatan berkeinginan menanam kembali kapas Bt pada
musim berikutnya.
7
Isu 9:
Petani merugi karena tidak dapat menggunakan
benih yang dihasilkannya sendiri.
Fakta:
Benih tidak hanya merupakan input satu-satunya
dalam sistem budi daya tanaman. Namun, mem-
beli benih baru baik benih produk bioteknologi
maupun bukan dilakukan petani karena terbukti tanaman yang dihasil-
kannya tumbuh lebih baik dan memberikan produksi dan keuntungan
lebih tinggi. Hal ini juga telah terjadi di pertanian non bioteknologi
seperti benih hibrida, sayuran, dan tanaman perkebunan dan industri,
di mana benih yang mereka gunakan dibeli dari perusahaan benih
yang pada umumnya menjual benih bersertifikat. Di negara maju telah
menjadi kebiasaan petani membeli benih dari perusahaan benih se-
hingga petani mendapatkan benih yang baik dan bukan palsu. Hal ini
juga telah terjadi di Indonesia, di mana banyak petani telah membeli
benih khususnya tanaman hortikultura dari perusahaan benih pada
setiap musim tanam.
Isu 10:
Petani Indonesia akan bergantung pada perusahaan multinasional jika
menanam produk bioteknologi.
Fakta:
Perusahaan multinasional tidak hanya memproduksi benih produk
bioteknologi tetapi juga benih produk teknologi tradisional seperti
varietas unggul dan varitas hibrida serta input pertanian lainnya
seperti pestisida. Di samping itu produk bioteknologi pada saat kini
tidak hanya diproduksi oleh satu perusahaan multinasional, tetapi be-
berapa perusahaan multinasional seperti Monsanto, Syngenta, Bayer,
6
Isu 7:
Produk bioteknologi merugikan petani.
Fakta:
Produk bioteknologi tidak merugikan petani. Sebagai contoh pada
tahun 2003 petani di India yang menanam kapas Bt memperoleh
keuntungan 84% lebih besar dari petani yang menanam kapas non Bt.
Pada tahun 2006 jumlah petani yang menanam produk bioteknologi
hanya 10,3 juta dari 22 negara, sedangkan pada tahun 2007 meningkat
menjadi 12 juta petani dari 23 negara, berarti dalam setahun terjadi
peningkatan 14%. Hal ini mengindikasikan bahwa petani mau dan
merasa senang menanam dan tidak merasa dirugikan. Di Asia, pada
tahun 2007 sekitar 7,1 juta petani di Cina menanam kapas Bt
sedangkan di India sekitar 3,8 juta petani yang menanam kapas Bt.
Isu 8:
Tanaman produk bioteknologi telah merugikan
petani Indonesia.
Fakta:
Isu ini tidak benar dan tidak terbukti, karena ber-
dasarkan hasil studi sosiologi dan ekonomi yang
dilakukan pada tahun 2001 dan 2002 menunjuk-
kan bahwa petani-petani penanam kapas Bollgard
di Sulawesi Selatan mendapat kenaikan hasil per ha. Pada tahun
2001 petani kapas Bt mendapat keuntungan bersih berkisar antara
Rp 3.100.000-Rp 5,600.000/ha dibandingkan dengan petani kapas non
Bt yang hanya memperoleh hasil rata-rata Rp 600.000. Hasil studi
2002 menunjukkan bahwa 95,7% responden (petani kapas) di
Sulawesi Selatan berkeinginan menanam kembali kapas Bt pada
musim berikutnya.
7
Isu 9:
Petani merugi karena tidak dapat menggunakan
benih yang dihasilkannya sendiri.
Fakta:
Benih tidak hanya merupakan input satu-satunya
dalam sistem budi daya tanaman. Namun, mem-
beli benih baru baik benih produk bioteknologi
maupun bukan dilakukan petani karena terbukti tanaman yang dihasil-
kannya tumbuh lebih baik dan memberikan produksi dan keuntungan
lebih tinggi. Hal ini juga telah terjadi di pertanian non bioteknologi
seperti benih hibrida, sayuran, dan tanaman perkebunan dan industri,
di mana benih yang mereka gunakan dibeli dari perusahaan benih
yang pada umumnya menjual benih bersertifikat. Di negara maju telah
menjadi kebiasaan petani membeli benih dari perusahaan benih se-
hingga petani mendapatkan benih yang baik dan bukan palsu. Hal ini
juga telah terjadi di Indonesia, di mana banyak petani telah membeli
benih khususnya tanaman hortikultura dari perusahaan benih pada
setiap musim tanam.
Isu 10:
Petani Indonesia akan bergantung pada perusahaan multinasional jika
menanam produk bioteknologi.
Fakta:
Perusahaan multinasional tidak hanya memproduksi benih produk
bioteknologi tetapi juga benih produk teknologi tradisional seperti
varietas unggul dan varitas hibrida serta input pertanian lainnya
seperti pestisida. Di samping itu produk bioteknologi pada saat kini
tidak hanya diproduksi oleh satu perusahaan multinasional, tetapi be-
berapa perusahaan multinasional seperti Monsanto, Syngenta, Bayer,
8
Dow AgroScience, Mycogen, Dekalb, Pioneer, dan AgroEvo sehingga
memperkecil terjadi monopoli. Di India dan Cina, produk biotekno-
logi juga diproduksi oleh perusahaan swasta nasional dan lembaga
pemerintah. Di Indonesia, beberapa lembaga penelitian pemerintah
telah melakukan perakitan tanaman transgenik yang diharapkan akan
dimanfaatkan petani Indonesia di masa mendatang.
Isu 11:
Petani bisa didakwa oleh perusahaan benih multinasional.
Fakta:
Hal ini dapat terjadi di mana saja terutama di negara-negara maju se-
perti Amerika Serikat dan Kanada, di mana hak kekayaan intelektual
(HKI) telah diterapkan dengan baik. Adanya lisensi antara petani dan
perusahaan benih karena paten yang dimiliki oleh perusahaan peng-
hasil benih tersebut. Hal ini tidak hanya terjadi pada benih biotek-
nologi, tetapi juga benih-benih yang dihasilkan dari pemuliaan non
bioteknologi terutama benih hibrida. HKI tidak hanya melindungi pe-
rusahaan tetapi juga petani agar dapat menggunakan benih dengan
kualitas terjamin kemurniannya. Khusus untuk komoditas biotekno-
logi, petani di Amerika Serikat dan Kanada juga harus membayar
technology fee (biaya teknologi). Biaya ini sebagai kompensasi biaya
yang sangat besar yang telah digunakan perusahaan untuk perakitan
dan perbanyakan benih. Meskipun demikian, petani di Amerika
Serikat dan Kanada masih mendapatkan keuntungan sehingga mereka
tetap menggunakan benih bioteknologi ini walaupun harus membayar
lebih mahal dibandingkan dengan menggunakan benih non biotekno-
logi. Perusahaan multinasional di negara-negara di luar Amerika
Serikat seperti India, Cina, dan Filipina juga memasukkan biaya
teknologi ke dalam harga benih.
5
Portugal, Jerman, Slovakia, Rumania, dan Polandia. Selain negara
yang menanam produk bioteknologi, 29 negara mengimpor produk
tersebut untuk pangan dan pakan, yaitu Jepang, Singapura, Indonesia,
Thailand, New Zealand, Switzerland, Korea Selatan, Taiwan, Federasi
Rusia, Malaysia, dan 19 negara Uni Eropa.
Isu 5:
Tanaman produk bioteknologi mengandung gen
tidak halal.
Fakta:
Sampai saat ini tidak ada tanaman produk biotek-
nologi yang telah diizinkan untuk dikomersialkan
mengandung gen yang berasal dari hewan apalagi
yang tidak halal. Dengan demikian, kekhawatiran
bahwa tanaman produk bioteknologi mengandung gen tidak halal
tidak beralasan.
Budi Daya Pertanian
Isu 6:
Tanaman produk bioteknologi hanya cocok untuk petani di negara
maju seperti Amerika Serikat.
Fakta:
Isu ini tidak benar dan tidak sesuai dengan fakta yang ada di lapang
karena ternyata petani di negara berkembangpun juga memanfaatkan
produk bioteknologi, antara lain Afrika Selatan, Filipina, India, Cina,
Argentina, Brazil, dan Meksiko.
Petani
9
Isu 12:
Tanaman produk bioteknologi mengancam
pertanian organik.
Fakta:
Pada saat ini tidak ada tanaman produk biotek-
nologi yang dilepas untuk tujuan komersial di
Indonesia. Pengalaman petani di Amerika
Serikat selama 12 tahun menunjukkan bahwa pertanian produk biotek-
nologi dapat berdampingan baik dengan pertanian organik maupun
pertanian non bioteknologi. Terdeteksinya sejumlah kecil serbuk sari
dari produk bioteknologi dalam produk organik tidak mendatangkan
masalah dibandingkan dengan adanya residu pestisida dalam produk
organik tersebut. Laporan menyatakan bahwa masalah residu pestisida
merupakan 25% dari masalah kontaminasi produk organik di Amerika
Serikat. Keharmonisan antara petani produk bioteknologi, non biotek-
nologi, dan organik juga terjadi di negara lain seperti Eropa.
Lingkungan
Isu 13:
Introduksi tanaman produk bioteknologi meningkatkan penggunaan
pestisida.
Fakta:
Sejak tanaman produk bioteknologi mulai ditanam pada tahun 1996
telah terjadi penurunan penggunaan pestisida di berbagai negara
seperti Amerika Serikat, Kanada, Argentina, Australia, Brazil, Afrika
Selatan, Cina, dan Filipina. Pada tahun 2003 Bayer melaporkan bahwa
penjualan pestisidanya menurun sekitar 60% sebagai akibat pening-
katan luas areal tanaman produk bioteknologi. Monsanto dan Bayer
merupakan dua perusahaan multinasional yang dulunya mendominasi
4
demikian setiap bahan pangan baik yang dihasilkan dengan teknologi
tradisional maupun bioteknologi kedua-duanya mengandung gen.
Isu 3:
Sejak pertama kali produk bioteknologi di-
komersialisasikan, tidak ada perkembangan
adopsi dan aplikasi produk tersebut.
Fakta:
Sejak dilepas pada tahun 1996 untuk tujuan
komersialisasi, telah terjadi peningkatan luas
areal penanaman produk bioteknologi secara
global, yaitu dari 1,7 juta hektar menjadi 114,7 juta hektar pada tahun
2007. Pada 2007 produk bioteknologi ditanam di 23 negara yang ter-
diri atas 11 negara industri dan 12 negara berkembang. Selain negara
yang menanam produk bioteknologi, ada 29 negara yang tidak me-
nanam tetapi mengimpor produk bioteknologi untuk bahan pangan
dan pakan.
Isu 4:
Hanya negara industri/maju terutama Amerika Serikat yang
memanfaatkan produk bioteknologi.
Fakta:
Negara yang memanfaatkan produk bioteknologi tidak hanya negara
maju seperti Amerika Serikat. Pada awal penanamannya ada 5 negara
lain, yaitu Kanada, Australia, Argentina, Afrika Selatan, dan Meksiko.
Pada tahun 2007 ada 23 negara yang menanam produk bioteknologi,
yaitu Amerika Serikat, Argentina, Brazil, Kanada, India, Cina,
Paraguay, Afrika Selatan, Uruguay, Filipina, Australia, Spanyol,
Meksiko, Kolombia, Cili, Perancis, Honduras, Republik Chechnia,
10
produksi dan penjualan pestisida di dunia. Pada
tahun 2008 Monsanto memperkirakan akan terjadi
penurunan penjualan pestisida sebesar 28% karena
peningkatan areal tanaman produk bioteknologi.
Isu 14:
Perpindahan gen (gene-flow) dari tanaman biotek-
nologi ke tanaman non bioteknologi mengancam
biodiversitas.
Fakta:
Perpindahan gen terjadi karena adanya persilangan antar spesies dan
ini lebih banyak terjadi pada tanaman yang menyerbuk silang misal-
nya jagung, dan sulit terjadi pada pada tanaman menyerbuk sendiri
antara lain padi, kentang, dan kapas. Perpindahan gen merupakan
fenomena alami yang dapat terjadi baik pada tanaman produk biotek-
nologi maupun tanaman non bioteknologi. Namun demikian, peluang
keberhasilan persilangan antar spesies memberikan keturunan adalah
kecil karena keberhasilan terbentuknya embrio sangat kecil. Dengan
demikian ancaman tanaman produk bioteknologi mengganggu
biodiversitas adalah sangat kecil.
Isu 15:
Tanaman produk bioteknologi dapat menimbulkan gulma super.
Fakta:
Isu yang berkembang dari tanaman produk bioteknologi tahan
herbisida adalah munculnya gulma super di sekitar tanaman tahan her-
bisida karena kemungkinan terjadinya perpindahan gen. Gulma super
ini dikhawatirkan sulit dikendalikan dengan herbisida. Seperti yang
telah dijelaskan pada fakta isu 14, perpindahan gen antar tanaman
3
ISU DAN FAKTA TENTANG TANAMAN
PRODUK BIOTEKNOLOGI
Bioteknologi Umum
Isu 1:
Produk pertanian hasil pemuliaan dengan biotek-
nologi berbeda dengan produk pemuliaan dengan
teknologi pertanian tradisional.
Fakta:
Sebenarnya kedua produk di atas tidak berbeda,
kecuali proses perakitannya. Pemuliaan dengan
bioteknologi merupakan pengembangan teknik pemuliaan tradisional
yang menggunakan sistem persilangan. Sistem persilangan tersebut
ditujukan untuk memperbaiki sifat tanaman. Aplikasi bioteknologi
dapat memperbaiki sifat tanaman dengan lebih efisien dan akurat ka-
rena gen dari sifat tertentu yang ingin ditambahkan sudah dikarak-
terisasi secara akurat serta dapat dilacak. Teknologi ini memberikan
peluang bagi pemulia untuk merakit tanaman yang diinginkan dengan
waktu lebih cepat. Di samping itu, bioteknologi dapat digunakan
untuk pemuliaan tanaman dengan sifat tertentu yang tidak mungkin
dilakukan dengan pesilangan tradisional.
Isu 2:
Bahan pangan yang dihasilkan dengan bioteknologi mengandung gen
sedangkan bahan makanan yang dirakit dengan teknologi tradisional
tidak mengandung gen.
Fakta:
Semua makluk hidup mengandung gen, semakin tinggi tingkatan
organisme semakin banyak dan kompleks gen yang dimiliki. Dengan
2
Lingkungan
Isu 13: Introduksi tanaman produk bioteknologi meningkatkan peng-
gunaan pestisida.
Isu 14: Perpindahan gen (gene flow) terjadi dari tanaman bioteknologi
ke tanaman non bioteknologi mengancam biodiversitas.
Isu 15: Tanaman produk bioteknologi dapat menimbulkan gulma
super.
Isu 16: Penanaman jagung Bt mengancam kupu-kupu monarch.
Isu 17: Tanaman produk bioteknologi yang mengandung gen Bt dapat
mematikan organisme bukan sasaran yang menguntungkan.
Isu 18: Tanaman produk bioteknologi dapat menimbulkan hama
super.
Kesehatan Manusia
Isu 19: Makanan yang berasal dari produk bioteknologi tidak aman
bagi kesehatan manusia.
Isu 20: Tanaman produk bioteknologi menyebabkan alergi.
Isu 21: Tanaman produk bioteknologi meningkatkan risiko kanker.
Isu 22: Tanaman produk bioteknologi meningkatkan kekebalan ter-
hadap antibiotika.
11
secara alami sulit menghasilkan keturunan, sehingga kemungkinan
terjadinya gulma super sangat kecil. Sampai saat ini belum dilaporkan
terjadinya gulma di sekitar tanaman produk bioteknologi menjadi
tahan herbisida.
Isu 16:
Penanaman jagung Bt mengancam kehidupan
kupu-kupu monarch.
Fakta:
Pada tahun 1999 Losey dan kawan-kawan
melaporkan hasil penelitian pengaruh makanan
buatan terhadap larva kupu-kupu monarch di laboratorium Cornell
University. Makanan buatan tersebut terdiri atas campuran daun
milkweed dan serbuk sari jagung Bt dalam jumlah yang sangat besar.
Mereka menemukan bahwa 44% larva kupu-kupu monarch mati.
Kematian ini terjadi karena larva kupu-kupu dipaksa makan makanan
yang tidak alami. Di alam, makanan utama larva kupu-kupu monarch
hanya daun milkweed, dan milkweed ini tidak banyak dijumpai pada
lahan jagung, namun di padang rumput, di tepi hutan, dan di tepi
jalan.
Beberapa hasil penelitian lapang menyatakan bahwa jagung Bt tidak
mengancam pertumbuhan dan perkembangan kupu-kupu monarch di
alam. National Academy of Science (NAS) dan Environmental
Protection Agency (EPA) di Amerika Serikat menekankan bahwa
jagung Bt tidak membahayakan perkembangan kupu-kupu monarch di
lapang. Penanaman jagung Bt justru berpengaruh baik terhadap per-
kembangan kupu-kupu monarch karena menurunnya penggunaan pes-
tisida yang berspektrum luas.
kiri atas
12
Isu 17:
Tanaman produk bioteknologi yang mengandung
gen Bt dapat mematikan organisme bukan sasaran
(non-target) yang menguntungkan.
Fakta:
Hasil beberapa penelitian menyatakan bahwa
produk bioteknologi yang mengandung gen Bt
aman terhadap organisme berguna yang berada di air dan tanah,
seperti lebah madu, serangga predator (pemangsa hama tanaman)
kumbang lady bird, lacewing, collembola (serangga dekomposer),
cacing tanah, dan Daphnia magna (serangga air). Hasil penelitian lain
juga menyatakan hal yang sama; populasi serangga berguna pada
pertanaman produk bioteknologi dan non bioteknologi tidak berbeda.
Hasil penelitian lapang terbatas di Indonesia pada tahun 2001 me-
nunjukkan bahwa pertanaman kapas Bt tidak berpengaruh terhadap
organisme bukan sasaran.
Isu 18:
Tanaman produk bioteknologi dapat menimbulkan hama super.
Fakta:
Kekhawatiran timbulnya hama super terjadi karena kemungkinan
munculnya biotipe baru serangga yang lebih ganas akibat penanaman
produk bioteknologi yang mengandung gen Bt. Hal ini dikaitkan
dengan hasil penelitian laboratorium dan kasus di lapang mengenai
terjadinya hama tahan pestisida Bt.
Sampai saat ini, kasus munculnya hama super pada pertanaman pro-
duk bioteknologi yang mengandung gen Bt belum pernah dilaporkan.
Petani di negara maju yang memiliki lahan luas seperti di Amerika
Serikat, Australia, dan Kanada yang menanam tanaman transgenik Bt
1
ISU-ISU YANG TIDAK BENAR TENTANG TANAMAN
PRODUK BIOTEKNOLOGI
Bioteknologi Umum
Isu 1: Produk pertanian hasil pemulian dengan bioteknologi berbeda
dengan produk pemuliaan tradisional.
Isu 2: Bahan pangan yang dihasilkan dengan bioteknologi mengan-
dung gen sedangkan bahan makanan yang dirakit dengan
teknologi tradisional tidak mengandung gen.
Isu 3: Sejak pertama kali produk bioteknologi dikomersialisasikan,
tidak ada perkembangan adopsi dan aplikasi produk tersebut.
Isu 4: Hanya negara industri/maju terutama Amerika Serikat yang
memanfaatkan produk bioteknologi.
Isu 5: Tanaman produk bioteknologi mengandung gen tidak halal.
Budi Daya Pertanian
Isu 6: Tanaman produk bioteknologi hanya cocok untuk petani di
negara maju seperti Amerika Serikat.
Isu 7: Produk bioteknologi merugikan petani.
Isu 8: Tanaman produk bioteknologi telah merugikan petani
Indonesia.
Isu 9: Petani merugi karena tidak dapat menggunakan benih yang
dihasilkannya sendiri.
Isu 10: Petani Indonesia akan tergantung pada perusahaan multi-
nasional jika menanam produk bioteknologi.
Isu 11: Petani bisa didakwa oleh perusahaan benih multinasional.
Isu 12: Tanaman produk bioteknologi mengancam pertanian organik.
13
harus menyediakan sebagian lahannya untuk menanam tanaman non
bioteknologi sebagai plot refugia untuk menghindari kemungkinan
terbentuknya hama biotipe baru.
Patahnya ketahanan tanaman terhadap hama biotipe baru merupakan
fenomena alami yang dapat terjadi pada tanaman tahan hama yang
dirakit dengan pemuliaan tradisional juga. Sebagai contoh di
Indonesia adalah timbulnya hama wereng coklat biotipe baru pada
pertanaman padi tahan wereng yang dapat dihindari dengan pergiliran
tanaman.
Kesehatan Manusia
Isu 19:
Makanan yang berasal dari produk bioteknologi
tidak aman bagi kesehatan manusia.
Fakta:
Produk bioteknologi dikhawatirkan dapat meng-
ganggu kesehatan manusia karena dapat bersifat
allergen, menyebabkan kanker dan menimbulkan
kekebalan tubuh terhadap antibiotika. Namun
sampai saat ini hal tersebut belum pernah terjadi. Hal ini karena
produk bioteknologi merupakan suatu produk yang paling hati-hati di-
kaji keamanannya terhadap lingkungan, manusia, dan hewan sebelum
dilepas ke lapang.
Isu 20:
Tanaman produk bioteknologi menyebabkan alergi.
Fakta:
Alergi terhadap suatu jenis makanan pada diri seseorang berbeda-
beda. Saat ini perakitan produk bioteknologi tidak dibenarkan meng-
v
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................... v
ISU-ISU YANG TIDAK BENAR TENTANG TANAMAN
PRODUK BIOTEKNOLOGI ........................................................... 1
ISU DAN FAKTA TENTANG TANAMAN PRODUK
BIOTEKNOLOGI ............................................................................ 3
Bioteknologi Umum .................................................................... 3
Budi Daya Pertanian .................................................................... 5
Lingkungan .................................................................................. 9
Kesehatan Manusia ...................................................................... 13
DAFTAR BACAAN ........................................................................ 16
14
gunakan gen yang berasal dari organisme yang menyebabkan alergi
pada sekelompok orang. Sampai sekarang tidak terbukti bahwa
produk bioteknologi yang telah mendapat izin untuk dikomersialkan
dapat menimbulkan alergi karena sudah dilakukan pengkajian
alergenisitas.
Isu 21:
Tanaman produk bioteknologi meningkatkan
risiko kanker.
Fakta:
Kekhawatiran ini berdasarkan pemikiran bahwa
DNA tanaman produk bioteknologi tidak dapat
dicerna oleh pencernaan lalu akan masuk ke
jaringan saluran pencernaan manusia dan menyebabkan kanker. Isu ini
tidak benar. DNA adalah molekul organik yang sangat mudah hancur
dan dicerna begitu masuk saluran pencernaan manusia sehingga tidak
ada peluang untuk masuk ke sel manusia dan menimbulkan kanker.
Menurut ilmu kedokteran kanker diduga terjadi antara lain apabila
seseorang makan makanan yang bersifat karsinogenik. Sampai saat
ini, tidak terbukti adanya produk bioteknologi yang bersifat
karsinogenik.
Isu 22:
Tanaman produk bioteknologi meningkatkan kekebalan terhadap
antibiotika.
Fakta:
Sampai saat ini kasus tanaman produk bioteknologi menimbulkan
kekebalan terhadap antibiotika belum pernah terjadi. Kekebalan
terhadap suatu antibiotik dapat terjadi apabila antibiotik diberikan ke
15
dalam tubuh tidak dengan semestinya (tidak tepat dosis). Kalau kita
makan produk bioteknologi yang mengandung gen tahan antibiotika,
maka gen tersebut akan dicerna dan tidak dapat berfungsi sehingga
tidak mungkin ditransfer ke bakteri di dalam saluran pencernaan
manusia. Dengan demikian kekhawatiran ini sangat kecil kemungkin-
annya terjadi. Malahan pemberian obat berupa antibiotika oleh dokter
secara tidak benar telah terbukti menyebabkan kekebalan terhadap
antibiotika tersebut.
16
DAFTAR BACAAN
Agbios. 2006. Agbios database. http://www/agbios.com.
American Soybean Association. 2005. Dispelling the myths. The real facts
about agricultural biotechnology and biotech food. http://www.asaasc.
com/pdf/dispelling_may.pdf.
Brookes, G. and P. Barfoot. 2004. Co-existence in North America
agriculture: Can GM crops be grown with conventional and organic
crops? PG Economics Ltd (UK). http://www.pgeconomics.co.uk
Brookes, G. and P. Barfoot. 2006. GM crops: The first ten years-global
socio-economic and environmental impacts. ISAAA Brief No. 36.
ISAAA Ithaca, NY.
Carino, F.A., R.V. Ebora, E.M. Mendoza, I.F. Dalmaico, and F.V.
Aninas. 2003. What you want to know about genetically modified
organizing. Philippine Council for Advanced Science and
Development, Department of Science Technology. 16 p.
Fessenden, M. 2008. New study shows that transgenic plants don't hurt
beneficial bugs Cornell Chronicle Online. http://www.news.cornell.
edu/, June 3, 2008.
Hilbeck, A. and D.A. Andow. 2004. Environmental risk assessment of
genetically modified organisms: Vol. 1. A case study of Bt maize in
Kenya. CAB International, Wallingford, UK.
Hilbeck, A., D.A. Andow, and E.M.G. Fontes. 2006. Environmental risk
assessment of genetically modified organisms: Vol. 2. A case study of
Bt cotton in Brazil. CAB International, Wallingford, UK.
Huang, J. and Q. Wang. 2002. Agriculture biotechnology development and
policy in China. AgBioForum, The Journal of Agrobiotechnology
Management and Economics 5(4):153-166.
James, C. 2007. Global status of commercialized biotech/GM crops: 2007.
ISAAA Brief No. 37. ISAAA Ithaca, NY.
iii
KATA PENGANTAR
Bioteknologi pertanian merupakan ilmu dan teknologi yang relatif
baru di mana salah satu cabangnya adalah perakitan tanaman transge-
nik menggunakan teknologi DNA rekombinan. Beberapa tanaman
produk bioteknologi telah dilepas untuk komersialisasi di berbagai
negara di dunia. Walaupun telah terjadi peningkatan yang sangat nyata
dari adopsi produk bioteknologi ini secara global. Pemanfaatan pro-
duk ini masih tetap menjadi isu yang kontroversi. Oleh sebab itu,
sebagai suatu lembaga riset di bidang bioteknologi pertanian maka
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber
Daya Genetik Pertanian (BB-Biogen) perlu menyampaikan isu yang
berkembang di masyarakat dan fakta ilmiah yang ada sampai saat ini
tentang produk bioteknologi.
Buku ini diterbitkan oleh BB-Biogen dengan bantuan sebagian dana
dari the Institute of International Agriculture, Michigan State
University, dan Program for Biosafety System (PBS), International
Food Policy Research Institute, Amerika Serikat. Semoga buku ini da-
pat memberikan informasi yang benar bagi masyarakat di Indonesia,
khususnya para pengambil keputusan, peneliti, dan akademisi.
Bogor, Juni 2008
17
Lokollo, E.M., A. Syam, dan A.K. Zakaria. 2001. Kajian sosial ekonomi
pengembangan kapas transgenik di Sulawesi Selatan MT 2001. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, 2001.
Morse, S., R.M. Bennett, and Y. Ismael. 2004. Genetically modified insect
resistance in cotton: Some farm level economic impacts in India. Crop
Protection 24:433-440.
Siregar, H. dan L.M. Kolopaking. 2002. Telaahan sosial ekonomi usaha-
tani kapas Bt: Temuan awal dari Provinsi Sulawesi Selatan. Makalah
disampaikan pada ”Seminar evaluasi penanganan kapas transgenik
MT 2002 di Sulawesi Selatan”. Hotel Salak, Bogor, 14 November
2002.
Suwanto, A., Y. Hala, and N. Amin. 2002. Environment risk assessment of
transgenic cotton in South Sulawesi, Indonesia: Impact on soil
microorganisme. Phase II Progress Report. November 2002. 6 p.
Trisyono, Y.A., E. Mahrub, dan B. Timan. 2001. Kapas transgenik
Bollgard: Efek terhadap hama sasaran dan organisme bukan sasaran.
UGM. Yogyakarta. 52 hlm.
USDA. 2002. Butterflies and Bt corn: Allowing science to guide decision.
http://www.ars.usda.gov/sites/monarch/index.html
Wu, K., Y. Peng, and S. Jia. 2003. What we have learnt on impact of Bt
cotton on non-target organisms in China. http://www.AgBiotechNet.
com (ABN 112).
Yorobe, J.M. and C.B. Quicoy. 2006. Economic impact of Bt corn in the
Philippines. The Philippines Agricultural Scientist 89(3):258-267.