tentang tanaman produk bioteknologi

22
TENTANG TANAMAN PRODUK BIOTEKNOLOGI ? ISU DAN FAKTA Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2008 ISBN:978-979-3919-09-6

Upload: others

Post on 24-Nov-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TENTANG TANAMAN PRODUK BIOTEKNOLOGI

TENTANG TANAMAN PRODUK BIOTEKNOLOGI

?

ISU DAN FAKTA

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik PertanianBadan Penelitian dan Pengembangan PertanianDepartemen Pertanian2008

ISBN:978-979-3919-09-6

Page 2: TENTANG TANAMAN PRODUK BIOTEKNOLOGI

Penulis:

Bahagiawati dan M. Herman

Penyunting:

M. Machmud dan Sutrisno

Alamat:

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan

Sumberdaya Genetik Pertanian

Jl. Tentara Pelajar 3A, Bogor 16111

Tel. : (0251) 8337975, 8339793

Faks. : (0251) 8338820

E-mail: [email protected]://www.indobiogen.or.id

Hhttp://www.biogen.litbang.deptan.go.id

Hak Cipta BB-Biogen 2008C

Page 3: TENTANG TANAMAN PRODUK BIOTEKNOLOGI

ISU DAN FAKTATANAMAN PRODUK BIOTEKNOLOGI

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi danSumber Daya Genetik Pertanian

Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianDepartemen Pertanian

Page 4: TENTANG TANAMAN PRODUK BIOTEKNOLOGI

16

DAFTAR BACAAN

Agbios. 2006. Agbios database. http://www/agbios.com.

American Soybean Association. 2005. Dispelling the myths. The real facts

about agricultural biotechnology and biotech food. http://www.asaasc.

com/pdf/dispelling_may.pdf.

Brookes, G. and P. Barfoot. 2004. Co-existence in North America

agriculture: Can GM crops be grown with conventional and organic

crops? PG Economics Ltd (UK). http://www.pgeconomics.co.uk

Brookes, G. and P. Barfoot. 2006. GM crops: The first ten years-global

socio-economic and environmental impacts. ISAAA Brief No. 36.

ISAAA Ithaca, NY.

Carino, F.A., R.V. Ebora, E.M. Mendoza, I.F. Dalmaico, and F.V.

Aninas. 2003. What you want to know about genetically modified

organizing. Philippine Council for Advanced Science and

Development, Department of Science Technology. 16 p.

Fessenden, M. 2008. New study shows that transgenic plants don't hurt

beneficial bugs Cornell Chronicle Online. http://www.news.cornell.

edu/, June 3, 2008.

Hilbeck, A. and D.A. Andow. 2004. Environmental risk assessment of

genetically modified organisms: Vol. 1. A case study of Bt maize in

Kenya. CAB International, Wallingford, UK.

Hilbeck, A., D.A. Andow, and E.M.G. Fontes. 2006. Environmental risk

assessment of genetically modified organisms: Vol. 2. A case study of

Bt cotton in Brazil. CAB International, Wallingford, UK.

Huang, J. and Q. Wang. 2002. Agriculture biotechnology development and

policy in China. AgBioForum, The Journal of Agrobiotechnology

Management and Economics 5(4):153-166.

James, C. 2007. Global status of commercialized biotech/GM crops: 2007.

ISAAA Brief No. 37. ISAAA Ithaca, NY.

iii

KATA PENGANTAR

Bioteknologi pertanian merupakan ilmu dan teknologi yang relatif

baru di mana salah satu cabangnya adalah perakitan tanaman transge-

nik menggunakan teknologi DNA rekombinan. Beberapa tanaman

produk bioteknologi telah dilepas untuk komersialisasi di berbagai

negara di dunia. Walaupun telah terjadi peningkatan yang sangat nyata

dari adopsi produk bioteknologi ini secara global. Pemanfaatan pro-

duk ini masih tetap menjadi isu yang kontroversi. Oleh sebab itu,

sebagai suatu lembaga riset di bidang bioteknologi pertanian maka

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber

Daya Genetik Pertanian (BB-Biogen) perlu menyampaikan isu yang

berkembang di masyarakat dan fakta ilmiah yang ada sampai saat ini

tentang produk bioteknologi.

Buku ini diterbitkan oleh BB-Biogen dengan bantuan sebagian dana

dari the Institute of International Agriculture, Michigan State

University, dan Program for Biosafety System (PBS), International

Food Policy Research Institute, Amerika Serikat. Semoga buku ini da-

pat memberikan informasi yang benar bagi masyarakat di Indonesia,

khususnya para pengambil keputusan, peneliti, dan akademisi.

Bogor, Juni 2008

Page 5: TENTANG TANAMAN PRODUK BIOTEKNOLOGI

v

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................... v

ISU-ISU YANG TIDAK BENAR TENTANG TANAMAN

PRODUK BIOTEKNOLOGI ........................................................... 1

ISU DAN FAKTA TENTANG TANAMAN PRODUK

BIOTEKNOLOGI ............................................................................ 3

Bioteknologi Umum .................................................................... 3

Budi Daya Pertanian .................................................................... 5

Lingkungan .................................................................................. 9

Kesehatan Manusia ...................................................................... 13

DAFTAR BACAAN ........................................................................ 16

14

gunakan gen yang berasal dari organisme yang menyebabkan alergi

pada sekelompok orang. Sampai sekarang tidak terbukti bahwa

produk bioteknologi yang telah mendapat izin untuk dikomersialkan

dapat menimbulkan alergi karena sudah dilakukan pengkajian

alergenisitas.

Isu 21:

Tanaman produk bioteknologi meningkatkan

risiko kanker.

Fakta:

Kekhawatiran ini berdasarkan pemikiran bahwa

DNA tanaman produk bioteknologi tidak dapat

dicerna oleh pencernaan lalu akan masuk ke

jaringan saluran pencernaan manusia dan menyebabkan kanker. Isu ini

tidak benar. DNA adalah molekul organik yang sangat mudah hancur

dan dicerna begitu masuk saluran pencernaan manusia sehingga tidak

ada peluang untuk masuk ke sel manusia dan menimbulkan kanker.

Menurut ilmu kedokteran kanker diduga terjadi antara lain apabila

seseorang makan makanan yang bersifat karsinogenik. Sampai saat

ini, tidak terbukti adanya produk bioteknologi yang bersifat

karsinogenik.

Isu 22:

Tanaman produk bioteknologi meningkatkan kekebalan terhadap

antibiotika.

Fakta:

Sampai saat ini kasus tanaman produk bioteknologi menimbulkan

kekebalan terhadap antibiotika belum pernah terjadi. Kekebalan

terhadap suatu antibiotik dapat terjadi apabila antibiotik diberikan ke

Page 6: TENTANG TANAMAN PRODUK BIOTEKNOLOGI

kiri atas

12

Isu 17:

Tanaman produk bioteknologi yang mengandung

gen Bt dapat mematikan organisme bukan sasaran

(non-target) yang menguntungkan.

Fakta:

Hasil beberapa penelitian menyatakan bahwa

produk bioteknologi yang mengandung gen Bt

aman terhadap organisme berguna yang berada di air dan tanah,

seperti lebah madu, serangga predator (pemangsa hama tanaman)

kumbang lady bird, lacewing, collembola (serangga dekomposer),

cacing tanah, dan Daphnia magna (serangga air). Hasil penelitian lain

juga menyatakan hal yang sama; populasi serangga berguna pada

pertanaman produk bioteknologi dan non bioteknologi tidak berbeda.

Hasil penelitian lapang terbatas di Indonesia pada tahun 2001 me-

nunjukkan bahwa pertanaman kapas Bt tidak berpengaruh terhadap

organisme bukan sasaran.

Isu 18:

Tanaman produk bioteknologi dapat menimbulkan hama super.

Fakta:

Kekhawatiran timbulnya hama super terjadi karena kemungkinan

munculnya biotipe baru serangga yang lebih ganas akibat penanaman

produk bioteknologi yang mengandung gen Bt. Hal ini dikaitkan

dengan hasil penelitian laboratorium dan kasus di lapang mengenai

terjadinya hama tahan pestisida Bt.

Sampai saat ini, kasus munculnya hama super pada pertanaman pro-

duk bioteknologi yang mengandung gen Bt belum pernah dilaporkan.

Petani di negara maju yang memiliki lahan luas seperti di Amerika

Serikat, Australia, dan Kanada yang menanam tanaman transgenik Bt

1

ISU-ISU YANG TIDAK BENAR TENTANG TANAMAN

PRODUK BIOTEKNOLOGI

Bioteknologi Umum

Isu 1: Produk pertanian hasil pemulian dengan bioteknologi berbeda

dengan produk pemuliaan tradisional.

Isu 2: Bahan pangan yang dihasilkan dengan bioteknologi mengan-

dung gen sedangkan bahan makanan yang dirakit dengan

teknologi tradisional tidak mengandung gen.

Isu 3: Sejak pertama kali produk bioteknologi dikomersialisasikan,

tidak ada perkembangan adopsi dan aplikasi produk tersebut.

Isu 4: Hanya negara industri/maju terutama Amerika Serikat yang

memanfaatkan produk bioteknologi.

Isu 5: Tanaman produk bioteknologi mengandung gen tidak halal.

Budi Daya Pertanian

Isu 6: Tanaman produk bioteknologi hanya cocok untuk petani di

negara maju seperti Amerika Serikat.

Isu 7: Produk bioteknologi merugikan petani.

Isu 8: Tanaman produk bioteknologi telah merugikan petani

Indonesia.

Isu 9: Petani merugi karena tidak dapat menggunakan benih yang

dihasilkannya sendiri.

Isu 10: Petani Indonesia akan tergantung pada perusahaan multi-

nasional jika menanam produk bioteknologi.

Isu 11: Petani bisa didakwa oleh perusahaan benih multinasional.

Isu 12: Tanaman produk bioteknologi mengancam pertanian organik.

Page 7: TENTANG TANAMAN PRODUK BIOTEKNOLOGI

2

Lingkungan

Isu 13: Introduksi tanaman produk bioteknologi meningkatkan peng-

gunaan pestisida.

Isu 14: Perpindahan gen (gene flow) terjadi dari tanaman bioteknologi

ke tanaman non bioteknologi mengancam biodiversitas.

Isu 15: Tanaman produk bioteknologi dapat menimbulkan gulma

super.

Isu 16: Penanaman jagung Bt mengancam kupu-kupu monarch.

Isu 17: Tanaman produk bioteknologi yang mengandung gen Bt dapat

mematikan organisme bukan sasaran yang menguntungkan.

Isu 18: Tanaman produk bioteknologi dapat menimbulkan hama

super.

Kesehatan Manusia

Isu 19: Makanan yang berasal dari produk bioteknologi tidak aman

bagi kesehatan manusia.

Isu 20: Tanaman produk bioteknologi menyebabkan alergi.

Isu 21: Tanaman produk bioteknologi meningkatkan risiko kanker.

Isu 22: Tanaman produk bioteknologi meningkatkan kekebalan ter-

hadap antibiotika.

11

secara alami sulit menghasilkan keturunan, sehingga kemungkinan

terjadinya gulma super sangat kecil. Sampai saat ini belum dilaporkan

terjadinya gulma di sekitar tanaman produk bioteknologi menjadi

tahan herbisida.

Isu 16:

Penanaman jagung Bt mengancam kehidupan

kupu-kupu monarch.

Fakta:

Pada tahun 1999 Losey dan kawan-kawan

melaporkan hasil penelitian pengaruh makanan

buatan terhadap larva kupu-kupu monarch di laboratorium Cornell

University. Makanan buatan tersebut terdiri atas campuran daun

milkweed dan serbuk sari jagung Bt dalam jumlah yang sangat besar.

Mereka menemukan bahwa 44% larva kupu-kupu monarch mati.

Kematian ini terjadi karena larva kupu-kupu dipaksa makan makanan

yang tidak alami. Di alam, makanan utama larva kupu-kupu monarch

hanya daun milkweed, dan milkweed ini tidak banyak dijumpai pada

lahan jagung, namun di padang rumput, di tepi hutan, dan di tepi

jalan.

Beberapa hasil penelitian lapang menyatakan bahwa jagung Bt tidak

mengancam pertumbuhan dan perkembangan kupu-kupu monarch di

alam. National Academy of Science (NAS) dan Environmental

Protection Agency (EPA) di Amerika Serikat menekankan bahwa

jagung Bt tidak membahayakan perkembangan kupu-kupu monarch di

lapang. Penanaman jagung Bt justru berpengaruh baik terhadap per-

kembangan kupu-kupu monarch karena menurunnya penggunaan pes-

tisida yang berspektrum luas.

Page 8: TENTANG TANAMAN PRODUK BIOTEKNOLOGI

10

produksi dan penjualan pestisida di dunia. Pada

tahun 2008 Monsanto memperkirakan akan terjadi

penurunan penjualan pestisida sebesar 28% karena

peningkatan areal tanaman produk bioteknologi.

Isu 14:

Perpindahan gen (gene-flow) dari tanaman biotek-

nologi ke tanaman non bioteknologi mengancam

biodiversitas.

Fakta:

Perpindahan gen terjadi karena adanya persilangan antar spesies dan

ini lebih banyak terjadi pada tanaman yang menyerbuk silang misal-

nya jagung, dan sulit terjadi pada pada tanaman menyerbuk sendiri

antara lain padi, kentang, dan kapas. Perpindahan gen merupakan

fenomena alami yang dapat terjadi baik pada tanaman produk biotek-

nologi maupun tanaman non bioteknologi. Namun demikian, peluang

keberhasilan persilangan antar spesies memberikan keturunan adalah

kecil karena keberhasilan terbentuknya embrio sangat kecil. Dengan

demikian ancaman tanaman produk bioteknologi mengganggu

biodiversitas adalah sangat kecil.

Isu 15:

Tanaman produk bioteknologi dapat menimbulkan gulma super.

Fakta:

Isu yang berkembang dari tanaman produk bioteknologi tahan

herbisida adalah munculnya gulma super di sekitar tanaman tahan her-

bisida karena kemungkinan terjadinya perpindahan gen. Gulma super

ini dikhawatirkan sulit dikendalikan dengan herbisida. Seperti yang

telah dijelaskan pada fakta isu 14, perpindahan gen antar tanaman

3

ISU DAN FAKTA TENTANG TANAMAN

PRODUK BIOTEKNOLOGI

Bioteknologi Umum

Isu 1:

Produk pertanian hasil pemuliaan dengan biotek-

nologi berbeda dengan produk pemuliaan dengan

teknologi pertanian tradisional.

Fakta:

Sebenarnya kedua produk di atas tidak berbeda,

kecuali proses perakitannya. Pemuliaan dengan

bioteknologi merupakan pengembangan teknik pemuliaan tradisional

yang menggunakan sistem persilangan. Sistem persilangan tersebut

ditujukan untuk memperbaiki sifat tanaman. Aplikasi bioteknologi

dapat memperbaiki sifat tanaman dengan lebih efisien dan akurat ka-

rena gen dari sifat tertentu yang ingin ditambahkan sudah dikarak-

terisasi secara akurat serta dapat dilacak. Teknologi ini memberikan

peluang bagi pemulia untuk merakit tanaman yang diinginkan dengan

waktu lebih cepat. Di samping itu, bioteknologi dapat digunakan

untuk pemuliaan tanaman dengan sifat tertentu yang tidak mungkin

dilakukan dengan pesilangan tradisional.

Isu 2:

Bahan pangan yang dihasilkan dengan bioteknologi mengandung gen

sedangkan bahan makanan yang dirakit dengan teknologi tradisional

tidak mengandung gen.

Fakta:

Semua makluk hidup mengandung gen, semakin tinggi tingkatan

organisme semakin banyak dan kompleks gen yang dimiliki. Dengan

Page 9: TENTANG TANAMAN PRODUK BIOTEKNOLOGI

Petani

9

Isu 12:

Tanaman produk bioteknologi mengancam

pertanian organik.

Fakta:

Pada saat ini tidak ada tanaman produk biotek-

nologi yang dilepas untuk tujuan komersial di

Indonesia. Pengalaman petani di Amerika

Serikat selama 12 tahun menunjukkan bahwa pertanian produk biotek-

nologi dapat berdampingan baik dengan pertanian organik maupun

pertanian non bioteknologi. Terdeteksinya sejumlah kecil serbuk sari

dari produk bioteknologi dalam produk organik tidak mendatangkan

masalah dibandingkan dengan adanya residu pestisida dalam produk

organik tersebut. Laporan menyatakan bahwa masalah residu pestisida

merupakan 25% dari masalah kontaminasi produk organik di Amerika

Serikat. Keharmonisan antara petani produk bioteknologi, non biotek-

nologi, dan organik juga terjadi di negara lain seperti Eropa.

Lingkungan

Isu 13:

Introduksi tanaman produk bioteknologi meningkatkan penggunaan

pestisida.

Fakta:

Sejak tanaman produk bioteknologi mulai ditanam pada tahun 1996

telah terjadi penurunan penggunaan pestisida di berbagai negara

seperti Amerika Serikat, Kanada, Argentina, Australia, Brazil, Afrika

Selatan, Cina, dan Filipina. Pada tahun 2003 Bayer melaporkan bahwa

penjualan pestisidanya menurun sekitar 60% sebagai akibat pening-

katan luas areal tanaman produk bioteknologi. Monsanto dan Bayer

merupakan dua perusahaan multinasional yang dulunya mendominasi

4

demikian setiap bahan pangan baik yang dihasilkan dengan teknologi

tradisional maupun bioteknologi kedua-duanya mengandung gen.

Isu 3:

Sejak pertama kali produk bioteknologi di-

komersialisasikan, tidak ada perkembangan

adopsi dan aplikasi produk tersebut.

Fakta:

Sejak dilepas pada tahun 1996 untuk tujuan

komersialisasi, telah terjadi peningkatan luas

areal penanaman produk bioteknologi secara

global, yaitu dari 1,7 juta hektar menjadi 114,7 juta hektar pada tahun

2007. Pada 2007 produk bioteknologi ditanam di 23 negara yang ter-

diri atas 11 negara industri dan 12 negara berkembang. Selain negara

yang menanam produk bioteknologi, ada 29 negara yang tidak me-

nanam tetapi mengimpor produk bioteknologi untuk bahan pangan

dan pakan.

Isu 4:

Hanya negara industri/maju terutama Amerika Serikat yang

memanfaatkan produk bioteknologi.

Fakta:

Negara yang memanfaatkan produk bioteknologi tidak hanya negara

maju seperti Amerika Serikat. Pada awal penanamannya ada 5 negara

lain, yaitu Kanada, Australia, Argentina, Afrika Selatan, dan Meksiko.

Pada tahun 2007 ada 23 negara yang menanam produk bioteknologi,

yaitu Amerika Serikat, Argentina, Brazil, Kanada, India, Cina,

Paraguay, Afrika Selatan, Uruguay, Filipina, Australia, Spanyol,

Meksiko, Kolombia, Cili, Perancis, Honduras, Republik Chechnia,

Page 10: TENTANG TANAMAN PRODUK BIOTEKNOLOGI

8

Dow AgroScience, Mycogen, Dekalb, Pioneer, dan AgroEvo sehingga

memperkecil terjadi monopoli. Di India dan Cina, produk biotekno-

logi juga diproduksi oleh perusahaan swasta nasional dan lembaga

pemerintah. Di Indonesia, beberapa lembaga penelitian pemerintah

telah melakukan perakitan tanaman transgenik yang diharapkan akan

dimanfaatkan petani Indonesia di masa mendatang.

Isu 11:

Petani bisa didakwa oleh perusahaan benih multinasional.

Fakta:

Hal ini dapat terjadi di mana saja terutama di negara-negara maju se-

perti Amerika Serikat dan Kanada, di mana hak kekayaan intelektual

(HKI) telah diterapkan dengan baik. Adanya lisensi antara petani dan

perusahaan benih karena paten yang dimiliki oleh perusahaan peng-

hasil benih tersebut. Hal ini tidak hanya terjadi pada benih biotek-

nologi, tetapi juga benih-benih yang dihasilkan dari pemuliaan non

bioteknologi terutama benih hibrida. HKI tidak hanya melindungi pe-

rusahaan tetapi juga petani agar dapat menggunakan benih dengan

kualitas terjamin kemurniannya. Khusus untuk komoditas biotekno-

logi, petani di Amerika Serikat dan Kanada juga harus membayar

technology fee (biaya teknologi). Biaya ini sebagai kompensasi biaya

yang sangat besar yang telah digunakan perusahaan untuk perakitan

dan perbanyakan benih. Meskipun demikian, petani di Amerika

Serikat dan Kanada masih mendapatkan keuntungan sehingga mereka

tetap menggunakan benih bioteknologi ini walaupun harus membayar

lebih mahal dibandingkan dengan menggunakan benih non biotekno-

logi. Perusahaan multinasional di negara-negara di luar Amerika

Serikat seperti India, Cina, dan Filipina juga memasukkan biaya

teknologi ke dalam harga benih.

5

Portugal, Jerman, Slovakia, Rumania, dan Polandia. Selain negara

yang menanam produk bioteknologi, 29 negara mengimpor produk

tersebut untuk pangan dan pakan, yaitu Jepang, Singapura, Indonesia,

Thailand, New Zealand, Switzerland, Korea Selatan, Taiwan, Federasi

Rusia, Malaysia, dan 19 negara Uni Eropa.

Isu 5:

Tanaman produk bioteknologi mengandung gen

tidak halal.

Fakta:

Sampai saat ini tidak ada tanaman produk biotek-

nologi yang telah diizinkan untuk dikomersialkan

mengandung gen yang berasal dari hewan apalagi

yang tidak halal. Dengan demikian, kekhawatiran

bahwa tanaman produk bioteknologi mengandung gen tidak halal

tidak beralasan.

Budi Daya Pertanian

Isu 6:

Tanaman produk bioteknologi hanya cocok untuk petani di negara

maju seperti Amerika Serikat.

Fakta:

Isu ini tidak benar dan tidak sesuai dengan fakta yang ada di lapang

karena ternyata petani di negara berkembangpun juga memanfaatkan

produk bioteknologi, antara lain Afrika Selatan, Filipina, India, Cina,

Argentina, Brazil, dan Meksiko.

Page 11: TENTANG TANAMAN PRODUK BIOTEKNOLOGI

6

Isu 7:

Produk bioteknologi merugikan petani.

Fakta:

Produk bioteknologi tidak merugikan petani. Sebagai contoh pada

tahun 2003 petani di India yang menanam kapas Bt memperoleh

keuntungan 84% lebih besar dari petani yang menanam kapas non Bt.

Pada tahun 2006 jumlah petani yang menanam produk bioteknologi

hanya 10,3 juta dari 22 negara, sedangkan pada tahun 2007 meningkat

menjadi 12 juta petani dari 23 negara, berarti dalam setahun terjadi

peningkatan 14%. Hal ini mengindikasikan bahwa petani mau dan

merasa senang menanam dan tidak merasa dirugikan. Di Asia, pada

tahun 2007 sekitar 7,1 juta petani di Cina menanam kapas Bt

sedangkan di India sekitar 3,8 juta petani yang menanam kapas Bt.

Isu 8:

Tanaman produk bioteknologi telah merugikan

petani Indonesia.

Fakta:

Isu ini tidak benar dan tidak terbukti, karena ber-

dasarkan hasil studi sosiologi dan ekonomi yang

dilakukan pada tahun 2001 dan 2002 menunjuk-

kan bahwa petani-petani penanam kapas Bollgard

di Sulawesi Selatan mendapat kenaikan hasil per ha. Pada tahun

2001 petani kapas Bt mendapat keuntungan bersih berkisar antara

Rp 3.100.000-Rp 5,600.000/ha dibandingkan dengan petani kapas non

Bt yang hanya memperoleh hasil rata-rata Rp 600.000. Hasil studi

2002 menunjukkan bahwa 95,7% responden (petani kapas) di

Sulawesi Selatan berkeinginan menanam kembali kapas Bt pada

musim berikutnya.

7

Isu 9:

Petani merugi karena tidak dapat menggunakan

benih yang dihasilkannya sendiri.

Fakta:

Benih tidak hanya merupakan input satu-satunya

dalam sistem budi daya tanaman. Namun, mem-

beli benih baru baik benih produk bioteknologi

maupun bukan dilakukan petani karena terbukti tanaman yang dihasil-

kannya tumbuh lebih baik dan memberikan produksi dan keuntungan

lebih tinggi. Hal ini juga telah terjadi di pertanian non bioteknologi

seperti benih hibrida, sayuran, dan tanaman perkebunan dan industri,

di mana benih yang mereka gunakan dibeli dari perusahaan benih

yang pada umumnya menjual benih bersertifikat. Di negara maju telah

menjadi kebiasaan petani membeli benih dari perusahaan benih se-

hingga petani mendapatkan benih yang baik dan bukan palsu. Hal ini

juga telah terjadi di Indonesia, di mana banyak petani telah membeli

benih khususnya tanaman hortikultura dari perusahaan benih pada

setiap musim tanam.

Isu 10:

Petani Indonesia akan bergantung pada perusahaan multinasional jika

menanam produk bioteknologi.

Fakta:

Perusahaan multinasional tidak hanya memproduksi benih produk

bioteknologi tetapi juga benih produk teknologi tradisional seperti

varietas unggul dan varitas hibrida serta input pertanian lainnya

seperti pestisida. Di samping itu produk bioteknologi pada saat kini

tidak hanya diproduksi oleh satu perusahaan multinasional, tetapi be-

berapa perusahaan multinasional seperti Monsanto, Syngenta, Bayer,

Page 12: TENTANG TANAMAN PRODUK BIOTEKNOLOGI

6

Isu 7:

Produk bioteknologi merugikan petani.

Fakta:

Produk bioteknologi tidak merugikan petani. Sebagai contoh pada

tahun 2003 petani di India yang menanam kapas Bt memperoleh

keuntungan 84% lebih besar dari petani yang menanam kapas non Bt.

Pada tahun 2006 jumlah petani yang menanam produk bioteknologi

hanya 10,3 juta dari 22 negara, sedangkan pada tahun 2007 meningkat

menjadi 12 juta petani dari 23 negara, berarti dalam setahun terjadi

peningkatan 14%. Hal ini mengindikasikan bahwa petani mau dan

merasa senang menanam dan tidak merasa dirugikan. Di Asia, pada

tahun 2007 sekitar 7,1 juta petani di Cina menanam kapas Bt

sedangkan di India sekitar 3,8 juta petani yang menanam kapas Bt.

Isu 8:

Tanaman produk bioteknologi telah merugikan

petani Indonesia.

Fakta:

Isu ini tidak benar dan tidak terbukti, karena ber-

dasarkan hasil studi sosiologi dan ekonomi yang

dilakukan pada tahun 2001 dan 2002 menunjuk-

kan bahwa petani-petani penanam kapas Bollgard

di Sulawesi Selatan mendapat kenaikan hasil per ha. Pada tahun

2001 petani kapas Bt mendapat keuntungan bersih berkisar antara

Rp 3.100.000-Rp 5,600.000/ha dibandingkan dengan petani kapas non

Bt yang hanya memperoleh hasil rata-rata Rp 600.000. Hasil studi

2002 menunjukkan bahwa 95,7% responden (petani kapas) di

Sulawesi Selatan berkeinginan menanam kembali kapas Bt pada

musim berikutnya.

7

Isu 9:

Petani merugi karena tidak dapat menggunakan

benih yang dihasilkannya sendiri.

Fakta:

Benih tidak hanya merupakan input satu-satunya

dalam sistem budi daya tanaman. Namun, mem-

beli benih baru baik benih produk bioteknologi

maupun bukan dilakukan petani karena terbukti tanaman yang dihasil-

kannya tumbuh lebih baik dan memberikan produksi dan keuntungan

lebih tinggi. Hal ini juga telah terjadi di pertanian non bioteknologi

seperti benih hibrida, sayuran, dan tanaman perkebunan dan industri,

di mana benih yang mereka gunakan dibeli dari perusahaan benih

yang pada umumnya menjual benih bersertifikat. Di negara maju telah

menjadi kebiasaan petani membeli benih dari perusahaan benih se-

hingga petani mendapatkan benih yang baik dan bukan palsu. Hal ini

juga telah terjadi di Indonesia, di mana banyak petani telah membeli

benih khususnya tanaman hortikultura dari perusahaan benih pada

setiap musim tanam.

Isu 10:

Petani Indonesia akan bergantung pada perusahaan multinasional jika

menanam produk bioteknologi.

Fakta:

Perusahaan multinasional tidak hanya memproduksi benih produk

bioteknologi tetapi juga benih produk teknologi tradisional seperti

varietas unggul dan varitas hibrida serta input pertanian lainnya

seperti pestisida. Di samping itu produk bioteknologi pada saat kini

tidak hanya diproduksi oleh satu perusahaan multinasional, tetapi be-

berapa perusahaan multinasional seperti Monsanto, Syngenta, Bayer,

Page 13: TENTANG TANAMAN PRODUK BIOTEKNOLOGI

8

Dow AgroScience, Mycogen, Dekalb, Pioneer, dan AgroEvo sehingga

memperkecil terjadi monopoli. Di India dan Cina, produk biotekno-

logi juga diproduksi oleh perusahaan swasta nasional dan lembaga

pemerintah. Di Indonesia, beberapa lembaga penelitian pemerintah

telah melakukan perakitan tanaman transgenik yang diharapkan akan

dimanfaatkan petani Indonesia di masa mendatang.

Isu 11:

Petani bisa didakwa oleh perusahaan benih multinasional.

Fakta:

Hal ini dapat terjadi di mana saja terutama di negara-negara maju se-

perti Amerika Serikat dan Kanada, di mana hak kekayaan intelektual

(HKI) telah diterapkan dengan baik. Adanya lisensi antara petani dan

perusahaan benih karena paten yang dimiliki oleh perusahaan peng-

hasil benih tersebut. Hal ini tidak hanya terjadi pada benih biotek-

nologi, tetapi juga benih-benih yang dihasilkan dari pemuliaan non

bioteknologi terutama benih hibrida. HKI tidak hanya melindungi pe-

rusahaan tetapi juga petani agar dapat menggunakan benih dengan

kualitas terjamin kemurniannya. Khusus untuk komoditas biotekno-

logi, petani di Amerika Serikat dan Kanada juga harus membayar

technology fee (biaya teknologi). Biaya ini sebagai kompensasi biaya

yang sangat besar yang telah digunakan perusahaan untuk perakitan

dan perbanyakan benih. Meskipun demikian, petani di Amerika

Serikat dan Kanada masih mendapatkan keuntungan sehingga mereka

tetap menggunakan benih bioteknologi ini walaupun harus membayar

lebih mahal dibandingkan dengan menggunakan benih non biotekno-

logi. Perusahaan multinasional di negara-negara di luar Amerika

Serikat seperti India, Cina, dan Filipina juga memasukkan biaya

teknologi ke dalam harga benih.

5

Portugal, Jerman, Slovakia, Rumania, dan Polandia. Selain negara

yang menanam produk bioteknologi, 29 negara mengimpor produk

tersebut untuk pangan dan pakan, yaitu Jepang, Singapura, Indonesia,

Thailand, New Zealand, Switzerland, Korea Selatan, Taiwan, Federasi

Rusia, Malaysia, dan 19 negara Uni Eropa.

Isu 5:

Tanaman produk bioteknologi mengandung gen

tidak halal.

Fakta:

Sampai saat ini tidak ada tanaman produk biotek-

nologi yang telah diizinkan untuk dikomersialkan

mengandung gen yang berasal dari hewan apalagi

yang tidak halal. Dengan demikian, kekhawatiran

bahwa tanaman produk bioteknologi mengandung gen tidak halal

tidak beralasan.

Budi Daya Pertanian

Isu 6:

Tanaman produk bioteknologi hanya cocok untuk petani di negara

maju seperti Amerika Serikat.

Fakta:

Isu ini tidak benar dan tidak sesuai dengan fakta yang ada di lapang

karena ternyata petani di negara berkembangpun juga memanfaatkan

produk bioteknologi, antara lain Afrika Selatan, Filipina, India, Cina,

Argentina, Brazil, dan Meksiko.

Page 14: TENTANG TANAMAN PRODUK BIOTEKNOLOGI

Petani

9

Isu 12:

Tanaman produk bioteknologi mengancam

pertanian organik.

Fakta:

Pada saat ini tidak ada tanaman produk biotek-

nologi yang dilepas untuk tujuan komersial di

Indonesia. Pengalaman petani di Amerika

Serikat selama 12 tahun menunjukkan bahwa pertanian produk biotek-

nologi dapat berdampingan baik dengan pertanian organik maupun

pertanian non bioteknologi. Terdeteksinya sejumlah kecil serbuk sari

dari produk bioteknologi dalam produk organik tidak mendatangkan

masalah dibandingkan dengan adanya residu pestisida dalam produk

organik tersebut. Laporan menyatakan bahwa masalah residu pestisida

merupakan 25% dari masalah kontaminasi produk organik di Amerika

Serikat. Keharmonisan antara petani produk bioteknologi, non biotek-

nologi, dan organik juga terjadi di negara lain seperti Eropa.

Lingkungan

Isu 13:

Introduksi tanaman produk bioteknologi meningkatkan penggunaan

pestisida.

Fakta:

Sejak tanaman produk bioteknologi mulai ditanam pada tahun 1996

telah terjadi penurunan penggunaan pestisida di berbagai negara

seperti Amerika Serikat, Kanada, Argentina, Australia, Brazil, Afrika

Selatan, Cina, dan Filipina. Pada tahun 2003 Bayer melaporkan bahwa

penjualan pestisidanya menurun sekitar 60% sebagai akibat pening-

katan luas areal tanaman produk bioteknologi. Monsanto dan Bayer

merupakan dua perusahaan multinasional yang dulunya mendominasi

4

demikian setiap bahan pangan baik yang dihasilkan dengan teknologi

tradisional maupun bioteknologi kedua-duanya mengandung gen.

Isu 3:

Sejak pertama kali produk bioteknologi di-

komersialisasikan, tidak ada perkembangan

adopsi dan aplikasi produk tersebut.

Fakta:

Sejak dilepas pada tahun 1996 untuk tujuan

komersialisasi, telah terjadi peningkatan luas

areal penanaman produk bioteknologi secara

global, yaitu dari 1,7 juta hektar menjadi 114,7 juta hektar pada tahun

2007. Pada 2007 produk bioteknologi ditanam di 23 negara yang ter-

diri atas 11 negara industri dan 12 negara berkembang. Selain negara

yang menanam produk bioteknologi, ada 29 negara yang tidak me-

nanam tetapi mengimpor produk bioteknologi untuk bahan pangan

dan pakan.

Isu 4:

Hanya negara industri/maju terutama Amerika Serikat yang

memanfaatkan produk bioteknologi.

Fakta:

Negara yang memanfaatkan produk bioteknologi tidak hanya negara

maju seperti Amerika Serikat. Pada awal penanamannya ada 5 negara

lain, yaitu Kanada, Australia, Argentina, Afrika Selatan, dan Meksiko.

Pada tahun 2007 ada 23 negara yang menanam produk bioteknologi,

yaitu Amerika Serikat, Argentina, Brazil, Kanada, India, Cina,

Paraguay, Afrika Selatan, Uruguay, Filipina, Australia, Spanyol,

Meksiko, Kolombia, Cili, Perancis, Honduras, Republik Chechnia,

Page 15: TENTANG TANAMAN PRODUK BIOTEKNOLOGI

10

produksi dan penjualan pestisida di dunia. Pada

tahun 2008 Monsanto memperkirakan akan terjadi

penurunan penjualan pestisida sebesar 28% karena

peningkatan areal tanaman produk bioteknologi.

Isu 14:

Perpindahan gen (gene-flow) dari tanaman biotek-

nologi ke tanaman non bioteknologi mengancam

biodiversitas.

Fakta:

Perpindahan gen terjadi karena adanya persilangan antar spesies dan

ini lebih banyak terjadi pada tanaman yang menyerbuk silang misal-

nya jagung, dan sulit terjadi pada pada tanaman menyerbuk sendiri

antara lain padi, kentang, dan kapas. Perpindahan gen merupakan

fenomena alami yang dapat terjadi baik pada tanaman produk biotek-

nologi maupun tanaman non bioteknologi. Namun demikian, peluang

keberhasilan persilangan antar spesies memberikan keturunan adalah

kecil karena keberhasilan terbentuknya embrio sangat kecil. Dengan

demikian ancaman tanaman produk bioteknologi mengganggu

biodiversitas adalah sangat kecil.

Isu 15:

Tanaman produk bioteknologi dapat menimbulkan gulma super.

Fakta:

Isu yang berkembang dari tanaman produk bioteknologi tahan

herbisida adalah munculnya gulma super di sekitar tanaman tahan her-

bisida karena kemungkinan terjadinya perpindahan gen. Gulma super

ini dikhawatirkan sulit dikendalikan dengan herbisida. Seperti yang

telah dijelaskan pada fakta isu 14, perpindahan gen antar tanaman

3

ISU DAN FAKTA TENTANG TANAMAN

PRODUK BIOTEKNOLOGI

Bioteknologi Umum

Isu 1:

Produk pertanian hasil pemuliaan dengan biotek-

nologi berbeda dengan produk pemuliaan dengan

teknologi pertanian tradisional.

Fakta:

Sebenarnya kedua produk di atas tidak berbeda,

kecuali proses perakitannya. Pemuliaan dengan

bioteknologi merupakan pengembangan teknik pemuliaan tradisional

yang menggunakan sistem persilangan. Sistem persilangan tersebut

ditujukan untuk memperbaiki sifat tanaman. Aplikasi bioteknologi

dapat memperbaiki sifat tanaman dengan lebih efisien dan akurat ka-

rena gen dari sifat tertentu yang ingin ditambahkan sudah dikarak-

terisasi secara akurat serta dapat dilacak. Teknologi ini memberikan

peluang bagi pemulia untuk merakit tanaman yang diinginkan dengan

waktu lebih cepat. Di samping itu, bioteknologi dapat digunakan

untuk pemuliaan tanaman dengan sifat tertentu yang tidak mungkin

dilakukan dengan pesilangan tradisional.

Isu 2:

Bahan pangan yang dihasilkan dengan bioteknologi mengandung gen

sedangkan bahan makanan yang dirakit dengan teknologi tradisional

tidak mengandung gen.

Fakta:

Semua makluk hidup mengandung gen, semakin tinggi tingkatan

organisme semakin banyak dan kompleks gen yang dimiliki. Dengan

Page 16: TENTANG TANAMAN PRODUK BIOTEKNOLOGI

2

Lingkungan

Isu 13: Introduksi tanaman produk bioteknologi meningkatkan peng-

gunaan pestisida.

Isu 14: Perpindahan gen (gene flow) terjadi dari tanaman bioteknologi

ke tanaman non bioteknologi mengancam biodiversitas.

Isu 15: Tanaman produk bioteknologi dapat menimbulkan gulma

super.

Isu 16: Penanaman jagung Bt mengancam kupu-kupu monarch.

Isu 17: Tanaman produk bioteknologi yang mengandung gen Bt dapat

mematikan organisme bukan sasaran yang menguntungkan.

Isu 18: Tanaman produk bioteknologi dapat menimbulkan hama

super.

Kesehatan Manusia

Isu 19: Makanan yang berasal dari produk bioteknologi tidak aman

bagi kesehatan manusia.

Isu 20: Tanaman produk bioteknologi menyebabkan alergi.

Isu 21: Tanaman produk bioteknologi meningkatkan risiko kanker.

Isu 22: Tanaman produk bioteknologi meningkatkan kekebalan ter-

hadap antibiotika.

11

secara alami sulit menghasilkan keturunan, sehingga kemungkinan

terjadinya gulma super sangat kecil. Sampai saat ini belum dilaporkan

terjadinya gulma di sekitar tanaman produk bioteknologi menjadi

tahan herbisida.

Isu 16:

Penanaman jagung Bt mengancam kehidupan

kupu-kupu monarch.

Fakta:

Pada tahun 1999 Losey dan kawan-kawan

melaporkan hasil penelitian pengaruh makanan

buatan terhadap larva kupu-kupu monarch di laboratorium Cornell

University. Makanan buatan tersebut terdiri atas campuran daun

milkweed dan serbuk sari jagung Bt dalam jumlah yang sangat besar.

Mereka menemukan bahwa 44% larva kupu-kupu monarch mati.

Kematian ini terjadi karena larva kupu-kupu dipaksa makan makanan

yang tidak alami. Di alam, makanan utama larva kupu-kupu monarch

hanya daun milkweed, dan milkweed ini tidak banyak dijumpai pada

lahan jagung, namun di padang rumput, di tepi hutan, dan di tepi

jalan.

Beberapa hasil penelitian lapang menyatakan bahwa jagung Bt tidak

mengancam pertumbuhan dan perkembangan kupu-kupu monarch di

alam. National Academy of Science (NAS) dan Environmental

Protection Agency (EPA) di Amerika Serikat menekankan bahwa

jagung Bt tidak membahayakan perkembangan kupu-kupu monarch di

lapang. Penanaman jagung Bt justru berpengaruh baik terhadap per-

kembangan kupu-kupu monarch karena menurunnya penggunaan pes-

tisida yang berspektrum luas.

Page 17: TENTANG TANAMAN PRODUK BIOTEKNOLOGI

kiri atas

12

Isu 17:

Tanaman produk bioteknologi yang mengandung

gen Bt dapat mematikan organisme bukan sasaran

(non-target) yang menguntungkan.

Fakta:

Hasil beberapa penelitian menyatakan bahwa

produk bioteknologi yang mengandung gen Bt

aman terhadap organisme berguna yang berada di air dan tanah,

seperti lebah madu, serangga predator (pemangsa hama tanaman)

kumbang lady bird, lacewing, collembola (serangga dekomposer),

cacing tanah, dan Daphnia magna (serangga air). Hasil penelitian lain

juga menyatakan hal yang sama; populasi serangga berguna pada

pertanaman produk bioteknologi dan non bioteknologi tidak berbeda.

Hasil penelitian lapang terbatas di Indonesia pada tahun 2001 me-

nunjukkan bahwa pertanaman kapas Bt tidak berpengaruh terhadap

organisme bukan sasaran.

Isu 18:

Tanaman produk bioteknologi dapat menimbulkan hama super.

Fakta:

Kekhawatiran timbulnya hama super terjadi karena kemungkinan

munculnya biotipe baru serangga yang lebih ganas akibat penanaman

produk bioteknologi yang mengandung gen Bt. Hal ini dikaitkan

dengan hasil penelitian laboratorium dan kasus di lapang mengenai

terjadinya hama tahan pestisida Bt.

Sampai saat ini, kasus munculnya hama super pada pertanaman pro-

duk bioteknologi yang mengandung gen Bt belum pernah dilaporkan.

Petani di negara maju yang memiliki lahan luas seperti di Amerika

Serikat, Australia, dan Kanada yang menanam tanaman transgenik Bt

1

ISU-ISU YANG TIDAK BENAR TENTANG TANAMAN

PRODUK BIOTEKNOLOGI

Bioteknologi Umum

Isu 1: Produk pertanian hasil pemulian dengan bioteknologi berbeda

dengan produk pemuliaan tradisional.

Isu 2: Bahan pangan yang dihasilkan dengan bioteknologi mengan-

dung gen sedangkan bahan makanan yang dirakit dengan

teknologi tradisional tidak mengandung gen.

Isu 3: Sejak pertama kali produk bioteknologi dikomersialisasikan,

tidak ada perkembangan adopsi dan aplikasi produk tersebut.

Isu 4: Hanya negara industri/maju terutama Amerika Serikat yang

memanfaatkan produk bioteknologi.

Isu 5: Tanaman produk bioteknologi mengandung gen tidak halal.

Budi Daya Pertanian

Isu 6: Tanaman produk bioteknologi hanya cocok untuk petani di

negara maju seperti Amerika Serikat.

Isu 7: Produk bioteknologi merugikan petani.

Isu 8: Tanaman produk bioteknologi telah merugikan petani

Indonesia.

Isu 9: Petani merugi karena tidak dapat menggunakan benih yang

dihasilkannya sendiri.

Isu 10: Petani Indonesia akan tergantung pada perusahaan multi-

nasional jika menanam produk bioteknologi.

Isu 11: Petani bisa didakwa oleh perusahaan benih multinasional.

Isu 12: Tanaman produk bioteknologi mengancam pertanian organik.

Page 18: TENTANG TANAMAN PRODUK BIOTEKNOLOGI

13

harus menyediakan sebagian lahannya untuk menanam tanaman non

bioteknologi sebagai plot refugia untuk menghindari kemungkinan

terbentuknya hama biotipe baru.

Patahnya ketahanan tanaman terhadap hama biotipe baru merupakan

fenomena alami yang dapat terjadi pada tanaman tahan hama yang

dirakit dengan pemuliaan tradisional juga. Sebagai contoh di

Indonesia adalah timbulnya hama wereng coklat biotipe baru pada

pertanaman padi tahan wereng yang dapat dihindari dengan pergiliran

tanaman.

Kesehatan Manusia

Isu 19:

Makanan yang berasal dari produk bioteknologi

tidak aman bagi kesehatan manusia.

Fakta:

Produk bioteknologi dikhawatirkan dapat meng-

ganggu kesehatan manusia karena dapat bersifat

allergen, menyebabkan kanker dan menimbulkan

kekebalan tubuh terhadap antibiotika. Namun

sampai saat ini hal tersebut belum pernah terjadi. Hal ini karena

produk bioteknologi merupakan suatu produk yang paling hati-hati di-

kaji keamanannya terhadap lingkungan, manusia, dan hewan sebelum

dilepas ke lapang.

Isu 20:

Tanaman produk bioteknologi menyebabkan alergi.

Fakta:

Alergi terhadap suatu jenis makanan pada diri seseorang berbeda-

beda. Saat ini perakitan produk bioteknologi tidak dibenarkan meng-

Page 19: TENTANG TANAMAN PRODUK BIOTEKNOLOGI

v

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................... v

ISU-ISU YANG TIDAK BENAR TENTANG TANAMAN

PRODUK BIOTEKNOLOGI ........................................................... 1

ISU DAN FAKTA TENTANG TANAMAN PRODUK

BIOTEKNOLOGI ............................................................................ 3

Bioteknologi Umum .................................................................... 3

Budi Daya Pertanian .................................................................... 5

Lingkungan .................................................................................. 9

Kesehatan Manusia ...................................................................... 13

DAFTAR BACAAN ........................................................................ 16

14

gunakan gen yang berasal dari organisme yang menyebabkan alergi

pada sekelompok orang. Sampai sekarang tidak terbukti bahwa

produk bioteknologi yang telah mendapat izin untuk dikomersialkan

dapat menimbulkan alergi karena sudah dilakukan pengkajian

alergenisitas.

Isu 21:

Tanaman produk bioteknologi meningkatkan

risiko kanker.

Fakta:

Kekhawatiran ini berdasarkan pemikiran bahwa

DNA tanaman produk bioteknologi tidak dapat

dicerna oleh pencernaan lalu akan masuk ke

jaringan saluran pencernaan manusia dan menyebabkan kanker. Isu ini

tidak benar. DNA adalah molekul organik yang sangat mudah hancur

dan dicerna begitu masuk saluran pencernaan manusia sehingga tidak

ada peluang untuk masuk ke sel manusia dan menimbulkan kanker.

Menurut ilmu kedokteran kanker diduga terjadi antara lain apabila

seseorang makan makanan yang bersifat karsinogenik. Sampai saat

ini, tidak terbukti adanya produk bioteknologi yang bersifat

karsinogenik.

Isu 22:

Tanaman produk bioteknologi meningkatkan kekebalan terhadap

antibiotika.

Fakta:

Sampai saat ini kasus tanaman produk bioteknologi menimbulkan

kekebalan terhadap antibiotika belum pernah terjadi. Kekebalan

terhadap suatu antibiotik dapat terjadi apabila antibiotik diberikan ke

Page 20: TENTANG TANAMAN PRODUK BIOTEKNOLOGI

15

dalam tubuh tidak dengan semestinya (tidak tepat dosis). Kalau kita

makan produk bioteknologi yang mengandung gen tahan antibiotika,

maka gen tersebut akan dicerna dan tidak dapat berfungsi sehingga

tidak mungkin ditransfer ke bakteri di dalam saluran pencernaan

manusia. Dengan demikian kekhawatiran ini sangat kecil kemungkin-

annya terjadi. Malahan pemberian obat berupa antibiotika oleh dokter

secara tidak benar telah terbukti menyebabkan kekebalan terhadap

antibiotika tersebut.

Page 21: TENTANG TANAMAN PRODUK BIOTEKNOLOGI

16

DAFTAR BACAAN

Agbios. 2006. Agbios database. http://www/agbios.com.

American Soybean Association. 2005. Dispelling the myths. The real facts

about agricultural biotechnology and biotech food. http://www.asaasc.

com/pdf/dispelling_may.pdf.

Brookes, G. and P. Barfoot. 2004. Co-existence in North America

agriculture: Can GM crops be grown with conventional and organic

crops? PG Economics Ltd (UK). http://www.pgeconomics.co.uk

Brookes, G. and P. Barfoot. 2006. GM crops: The first ten years-global

socio-economic and environmental impacts. ISAAA Brief No. 36.

ISAAA Ithaca, NY.

Carino, F.A., R.V. Ebora, E.M. Mendoza, I.F. Dalmaico, and F.V.

Aninas. 2003. What you want to know about genetically modified

organizing. Philippine Council for Advanced Science and

Development, Department of Science Technology. 16 p.

Fessenden, M. 2008. New study shows that transgenic plants don't hurt

beneficial bugs Cornell Chronicle Online. http://www.news.cornell.

edu/, June 3, 2008.

Hilbeck, A. and D.A. Andow. 2004. Environmental risk assessment of

genetically modified organisms: Vol. 1. A case study of Bt maize in

Kenya. CAB International, Wallingford, UK.

Hilbeck, A., D.A. Andow, and E.M.G. Fontes. 2006. Environmental risk

assessment of genetically modified organisms: Vol. 2. A case study of

Bt cotton in Brazil. CAB International, Wallingford, UK.

Huang, J. and Q. Wang. 2002. Agriculture biotechnology development and

policy in China. AgBioForum, The Journal of Agrobiotechnology

Management and Economics 5(4):153-166.

James, C. 2007. Global status of commercialized biotech/GM crops: 2007.

ISAAA Brief No. 37. ISAAA Ithaca, NY.

iii

KATA PENGANTAR

Bioteknologi pertanian merupakan ilmu dan teknologi yang relatif

baru di mana salah satu cabangnya adalah perakitan tanaman transge-

nik menggunakan teknologi DNA rekombinan. Beberapa tanaman

produk bioteknologi telah dilepas untuk komersialisasi di berbagai

negara di dunia. Walaupun telah terjadi peningkatan yang sangat nyata

dari adopsi produk bioteknologi ini secara global. Pemanfaatan pro-

duk ini masih tetap menjadi isu yang kontroversi. Oleh sebab itu,

sebagai suatu lembaga riset di bidang bioteknologi pertanian maka

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber

Daya Genetik Pertanian (BB-Biogen) perlu menyampaikan isu yang

berkembang di masyarakat dan fakta ilmiah yang ada sampai saat ini

tentang produk bioteknologi.

Buku ini diterbitkan oleh BB-Biogen dengan bantuan sebagian dana

dari the Institute of International Agriculture, Michigan State

University, dan Program for Biosafety System (PBS), International

Food Policy Research Institute, Amerika Serikat. Semoga buku ini da-

pat memberikan informasi yang benar bagi masyarakat di Indonesia,

khususnya para pengambil keputusan, peneliti, dan akademisi.

Bogor, Juni 2008

Page 22: TENTANG TANAMAN PRODUK BIOTEKNOLOGI

17

Lokollo, E.M., A. Syam, dan A.K. Zakaria. 2001. Kajian sosial ekonomi

pengembangan kapas transgenik di Sulawesi Selatan MT 2001. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, 2001.

Morse, S., R.M. Bennett, and Y. Ismael. 2004. Genetically modified insect

resistance in cotton: Some farm level economic impacts in India. Crop

Protection 24:433-440.

Siregar, H. dan L.M. Kolopaking. 2002. Telaahan sosial ekonomi usaha-

tani kapas Bt: Temuan awal dari Provinsi Sulawesi Selatan. Makalah

disampaikan pada ”Seminar evaluasi penanganan kapas transgenik

MT 2002 di Sulawesi Selatan”. Hotel Salak, Bogor, 14 November

2002.

Suwanto, A., Y. Hala, and N. Amin. 2002. Environment risk assessment of

transgenic cotton in South Sulawesi, Indonesia: Impact on soil

microorganisme. Phase II Progress Report. November 2002. 6 p.

Trisyono, Y.A., E. Mahrub, dan B. Timan. 2001. Kapas transgenik

Bollgard: Efek terhadap hama sasaran dan organisme bukan sasaran.

UGM. Yogyakarta. 52 hlm.

USDA. 2002. Butterflies and Bt corn: Allowing science to guide decision.

http://www.ars.usda.gov/sites/monarch/index.html

Wu, K., Y. Peng, and S. Jia. 2003. What we have learnt on impact of Bt

cotton on non-target organisms in China. http://www.AgBiotechNet.

com (ABN 112).

Yorobe, J.M. and C.B. Quicoy. 2006. Economic impact of Bt corn in the

Philippines. The Philippines Agricultural Scientist 89(3):258-267.