pengembangan produk wisata di kawasan wisata … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk...

53
PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA TERPADU TAMANSARI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT NIA KURNIASIH DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

Upload: trinhque

Post on 05-Mar-2019

257 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA TERPADU TAMANSARI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT

NIA KURNIASIH

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013

Page 2: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

RINGKASAN

NIA KURNIASIH. Pengembangan Produk Wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh E.K.S. HARINI MUNTASIB dan RESTI MEILANI.

Kecamatan Tamansari yang memiliki keindahan bentang alam khas dipadu dengan keragaman seni, budaya, religi dan keunikan sejarah masa lalu yang tinggi serta kekhasan sosial masyarakat sangat prospektif bagi pengembangan pariwisata. Pengembangan pariwisata Kecamatan Tamansari dapat dilakukan melalui pengemasan potensi wisata yang ada menjadi produk yang memiliki nilai jual. Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor telah mencanangkan Kecamatan Tamansari untuk dijadikan Kawasan Wisata Terpadu Tamansari. Namun, produk yang dikembangkan masih sangat terbatas sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus – September 2012 di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari, Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Pengumpulan data melalui observasi lapang, studi pustaka, wawancara, dan kuisioner.

Potensi alam Kecamatan Tamansari meliputi bentang alam yang berbukit di bawah kaki Gunung Salak dengan ketinggian 700 m dpl sehingga memiliki udara yang sejuk, segar dan pemandangan alam pegunungan yang indah, Curug Nangka, Setu Tamansari, Bumi Perkemahan Sukamantri, dan hamparan lahan persawahan dengan berbagai komoditas unggulan yang dihasilkannya. Potensi seni dan budaya terdiri dari beranekaragam jenis seni budaya daerah, peninggalan sejarah, maupun event tradisional. Potensi religi meliputi keberadaan Pura Parahyangan Agung Jagatkharta dan Vihara Nichiren Syoshu Indonesia di tengah masyarakat yang mayoritas beragama Islam. Selain itu, wilayah ini merupakan sentra tanaman hias serta sentra sepatu dan sandal sebagai sektor lapangan usaha mayoritas masyarakatnya.

Pengembangan produk wisata dilakukan berdasarkan potensi dan produk wisata yang ada, rencana pengelola dan keinginan pengunjung. Pengembangan produk wisata yang disarankan adalah pengembangan produk berupa aktivitas, fasilitas dan barang. Pengembangan produk berupa aktivitas meliputi pengembangan program wisata yaitu Wisata Konservasi Tamansari, Wisata Pendidikan Industri Tamansari, Mulih ka Lembur Tamansari, dan Wisata Religi-Budaya Tamansari. Pengembangan produk berupa fasilitas meliputi pembangunan Warsita, penyediaan kendaraan khusus wisata, akomodasi, demplot tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang dengan melakukan penganekaragaman souvenir khas.

Kata kunci: Kawasan Wisata Terpadu Tamansari, pengembangan, produk wisata.

Page 3: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

SUMMARY

NIA KURNIASIH. Tourism Product Development in Tamansari Integrated Tourism Area of Bogor District West Java Province. Under supervision of E.K.S. HARINI MUNTASIB and RESTI MEILANI.

Tamansari Sub-district with its beautiful landscape combined with high diversity of arts, cultural, religious potentials, and historical uniqueness, as well as high distinctiveness of social community were very prospective for the development of tourism. Tourism in Tamansari Sub-district could be developed through packaging of tourism potential into tourism products with high commercial value. Bogor district’s government had declared Tamansari as Tamansari Integrated Tourism Area. However, there were limited number of products which had been developed. Therefore, it was necessary to carry out research on the development of tourism product in Tamansari Integrated Tourism Area. This study was carried out on August – September 2012, in Tamansari Integrated Tourism Area, Tamansari Sub-district, Bogor District. Data was collected through field observation, literature study, interviews, and questionnaires.

Natural potentials of Tamansari Sub-district covered hilly landscape at the foot of Mount Salak on the height of 700 m above sea level that the area had cool and fresh air, and beautiful mountain scenery, Curug Nangka, Setu Tamansari. Sukamantri Camping Ground, and there were agricultural fields that produced excellent commodities. Arts and cultural potentials consisted of many different types of local cultural arts, historical heritage, and traditional events. Religious potentials included Pura Parahyangan Agung Jagatkharta and Indonesian Nichiren Syoshu temple. In addition, the region was also the central of ornamental plants cultivation, as well as shoes and sandals home industries which played the major business sector in the community.

Tourism product development was done according to potentions and tourism product aready exist, management planning, and visitor request. The recommended tourism products included development product in the form activities, facilities, and goods. Product development in the form activities including the development tourism programs such as Tamansari Conservation Tourism, Tamansari Industrial Education Tours, Mulih ka Lembur Tamansari, Tamansari Religion-Culture Tourism. Product development in the form facilities such as Warsita construction, provision of special vehicles tourism, accommodation, plant demonstration plots and a souvenirs production house for conservation tourism and aromatic plants demonstration plots. Product development in the form of goods to diversify souvenirs.

Key word: Development, Tamansari Integrated Tourism Area, tourism product.

Page 4: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA TERPADU TAMANSARI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT

NIA KURNIASIH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013

Page 5: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengembangan

Produk Wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari Kabupaten Bogor Provinsi

Jawa Barat adalah benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen

pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan

tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan

dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2013

Nia Kurniasih NIM E34080104

Page 6: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

Judul Skripsi : Pengembangan Produk Wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat

Nama : Nia Kurniasih NIM : E34080104

Menyetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS Resti Meilani, S. Hut M.Si NIP. 19550410 198203 2 002 NIP. 19770514 200501 2 001

Mengetahui:

Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni,MS NIP. 19580915 198403 1 003

Tanggal Lulus:

Page 7: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah,

inayah dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul Pengembangan

Produk Wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari dapat terselesaikan.

Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata,

Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa potensi Kecamatan

Tamansari sangat prospektif untuk pengembangan pariwisata. Pengembangan

pariwisata dapat dilakukan melalui pengemasan potensi yang ada menjadi produk

wisata yang memiliki nilai jual. Pengembangan produk wisata di Kawasan

Wisata Terpadu Tamansari diharapkan dapat meningkatkan minat serta keinginan

wisatawan untuk kembali berwisata di kawasan tersebut.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data mengenai

permintaan pengunjung terhadap produk wisata sebagai salah satu dasar dalam

penyusunan pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu

Tamansari. Selain itu juga memberikan masukan dan sedikit sumbangsih

pemikiran bagi kemajuan pariwisata di Kabupaten Bogor. Harapan penulis,

semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Maret 2013

Penulis

Page 8: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa

Barat pada tanggal 23 Mei 1990 sebagai anak ketiga dari

tiga bersaudara pasangan Bapak Majid dan Ibu Wasri.

Jenjang pendidikan yang ditempuh penulis diawali di RA

Al Hikmah Mekarmukti pada tahun 1996. Penulis lulus

dari SDN 1 Kertayasa pada tahun 2002, kemudian

melanjutkan sekolah di MTsN Sindangsari dan lulus pada tahun 2005. Tahun

2008 penulis lulus dari sekolah SMAN 1 Kuningan dan pada tahun yang sama

penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN (Seleksi

Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Penulis memilih Departemen

Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif dalam beberapa organisasi

kemahasiswaan yakni Anggota Himpunan Mahasiswa Kuningan (HIMARIKA)

(2008 - 2009), Staf Human Resource Development (HRD) HIMARIKA (2009-

2010), Anggota Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan

Ekowisata (HIMAKOVA), Sekretaris Umum II Badan Eksekutif Mahasiswa

(BEM) Fakultas Kehutanan (2009-2010) dan Departemen Kerohanian

HIMARIKA (2010-2011). Selain itu penulis juga melakukan kegiatan Praktek

Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cilacap-Baturaden pada tahun 2010,

Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat pada tahun

2011 dan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Bukit

Duabelas (TNBD) Jambi tahun 2012. Untuk memperoleh gelar Sarjana

Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Pengembangan

Produk Wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari Kabupaten Bogor Provinsi

Jawa Barat dibimbing oleh Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS dan Resti

Meilani, S.Hut., M.Si.

Page 9: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas curahan rahmat,

hidayah dan inayahNya sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Dalam

penyusunan tugas akhir ini penulis tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu ucapan terima kasih dan

penghargaan tak luput penulis sampaikan kepada:

1. Orangtua tercinta, kakakku tersayang (Suhana dan Iwan Kurniawan) atas

ketulusan kasih sayang, cinta, perhatian, doa, dan dukungan yang telah

diberikan pada penulis. Seutuhnya karya ini didedikasikan untuk kalian.

2. Ibu Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS dan Ibu Resti Meilani, S.Hut.,

M.Si, selaku dosen pembimbing atas kesabaran dan keikhlasannya dalam

memberikan bimbingan ilmu, nasihat, dan motivasi kepada penulis.

3. Ibu Dr. Efi Yuliati Yovi, S.Hut., M.Life.Env.Sc selaku dosen penguji dan

Bapak Dr. Ir. Tutut Sunarminto, M.Si selaku ketua sidang yang telah

memberikan arahan dan masukannya bagi penulis.

4. Beastudi Etos, Karya Salemba Empat, B-SMART Bank Muamalat atas

bantuan moril dan materiil selama penulis menempuh studi.

5. Seluruh dosen KSHE yang telah banyak memberikan ilmu dan nasehat

kepada penulis selama kuliah dan staf departemen yang banyak membantu

penulis.

6. Bappeda dan Disparbud Kabupaten Bogor, serta seluruh pengelola di

Kawasan Wisata Terpadu Tamansari yang telah banyak membantu dan

memberi masukan dalam penyusunan skripsi penulis.

7. Teman-teman seperjuangan Lab RAE dan teman-teman Edelweiss 45 atas

dukungan, perhatian, doa, nasihat dan kebersamaan.

8. Sang Murabbiah dan saudara selingkaran serta sahabat Rumah Quran IPB

sebagai tempat bernaung dan berkeluh kesah, terima kasih atas ketulusan

perhatian, motivasi, doa, dan ukhuwah selama ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu kelancaran studi penulis, baik selama kuliah maupun dalam

penyelesaian skripsi ini.

Page 10: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2 Tujuan .................................................................................... 2

1.3 Manfaat .................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 3

2.1 Wisata dan Produk Wisata ..................................................... 3

2.2 Produk Wisata ........................................................................ 3

2.3 Pengembangan Produk Wisata ............................................... 6

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 8

3.1 Waktu dan Tempat ................................................................. 8

3.2 Alat dan Bahan ....................................................................... 8

3.3 Jenis dan Metode Pengumpulan Data .................................... 8

3.4 Analisis Data .......................................................................... 9

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ............................. 12

4.1 Letak Geografis ...................................................................... 12

4.2 Kondisi Topografi dan Iklim .................................................. 12

4.3 Kondisi Sosial Ekonomi ......................................................... 12

4.4 Aksesibilitas ........................................................................... 12

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 13

5.1 Inventarisasi Potensi Wisata .................................................. 13

5.2 Inventarisasi Produk Wisata yang Ada .................................. 18

5.3 Rencana Pengembangan Produk Wisata oleh Pengelola ....... 22

5.4 Permintaan Pengunjung Terhadap Produk Wisata ................. 24

5.5 Pengembangan Produk Wisata ............................................... 28

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 38

6.1 Kesimpulan ............................................................................ 38

Page 11: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

v

6.2 Saran ....................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 39

Page 12: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

DAFTAR TABEL

No Halaman

1 Jenis dan metode pengumpulan data ......................................................... 9

2 Matriks pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari ....................................................................... 29

Page 13: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1 Kawasan Wisata Terpadu Tamansari Kabupaten Bogor .......................... 8

2 Sistematika penelitian pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari ....................................................................... 9

3 Curug di Kawasan TNGHS: (a) Curug Nangka; (b) Curug Daun; dan (c) Curug Kawung ..................................................................................... 13

4 Kubangan di sepanjang aliran Curug Nangka, Curug Daun dan Curug kawung: (a) Leuwi Anjangan dan (b) Leuwi Jurig ................................... 14

5 Dua Kompleks perkemahan di Bumi Perkemahan Sukamantri ................ 15

6 Setu Tamansari .......................................................................................... 15

7 Bangunan adat dan pertunjukkan seni “Unjuk Tujuh Gunung” di Kampung Budaya Sindangbarang ............................................................. 17

8 Pura Parahyangan Agung Jagatkharta dan Vihara Nichiren Syoshu Indonesia ................................................................................................... 17

9 Kebun murbei, tempat pemeliharaan ulat sutera, dan ruang serbaguna.... 18

10 Aneka souvenir di Galeri Rumah Sutera................................................... 19

11 Salah satu rangkaian kegiatan piodalan pura ............................................ 20

12 Beberapa kegiatan yang dapat diikuti di kampung Budaya Sindangbarang: (a) kegiatan membatik, (b) belajar alat musik tradisional, (c)permainan tradisional, dan (d) praktek nutu ...................... 20

13 Beberapa rangkaian upacara “Seren Taun” dan pertunjukkan seni “Unjuk Tujuh Gunung”: (a) barisan rengkong, (b) pertunjukkan seni angklung gubrag, (c) parebut seeng, dan (d) seni tari pembuka pertunjukkan seni “Unjuk Tujuh Gunung” ............................................... 21

14 Karakteristik pengunjung di setiap lokasi wisata berdasarkan jenis kelamin ...................................................................................................... 25

15 Karakteristik pengunjung di setiap lokasi wisata berdasarkan asal daerah ........................................................................................................ 26

16 Karakteristik pengunjung di setiap lokasi wisata berdasarkan usia .......... 27

17 Karakteristik pengunjung di setiap lokasi wisata berdasarkan pendidikan terakhir ................................................................................... 27

18 Karakteristik pengunjung di setiap lokasi wisata berdasarkan pekerjaan . 28

Page 14: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Bogor termasuk wilayah yang kaya akan potensi wisata. Adanya

dukungan posisi geografis Kabupaten Bogor yang sangat strategis, karena menjadi

simpul dari tiga provinsi, yakni DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat, tentunya

menjadikan Kabupaten Bogor memiliki peluang yang besar bagi pemasaran

pariwisata. Potensi wisata tersebut salah satunya berada di wilayah Kecamatan

Tamansari, yang hanya berjarak ±9 km dari Kota Bogor (Disbudpar Kabupaten

Bogor 2009).

Kecamatan Tamansari memiliki potensi alam, seni budaya dan religi yang

sangat prospektif bagi pengembangan pariwisata. Potensi alam Kecamatan

Tamansari meliputi bentang alam yang berbukit di bawah kaki Gunung Salak

dengan ketinggian 700 m dpl sehingga memiliki udara yang sejuk, segar dan

pemandangan alam pegunungan yang indah, keindahan air terjun yang menjulang,

setu yang membentang di tengah-tengah kawasan, hutan yang lebat dan

menghijau, dan hamparan lahan persawahan dengan berbagai komoditas unggulan

yang dihasilkannya. Potensi seni dan budaya terdiri dari beranekaragam jenis seni

budaya daerah, peninggalan sejarah, maupun event tradisional. Potensi religi

meliputi keberadaan pura dan vihara ditengah masyarakat yang mayoritas

beragama islam. Selain itu, wilayah ini merupakan sentra tanaman hias serta

sentra sepatu dan sandal sebagai sektor lapangan usaha mayoritas masyarakatnya.

Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk berkunjung.

Pengembangan pariwisata Kecamatan Tamansari dapat dilakukan melalui

pengemasan potensi wisata yang ada menjadi produk yang memiliki nilai jual.

Hal ini berdasarkan Kodhyat (2007) bahwa pengembangan kegiatan wisata harus

ditunjang oleh pengembangan produk wisata. Selain itu, Egam (2012) juga

menyatakan bahwa pengembangan produk wisata merupakan bagian integral dari

seluruh kerangka pengembangan wisata. Hal tersebut sudah mulai dilakukan oleh

Pemerintah Daerah setempat. Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor telah

mencanangkan Kecamatan Tamansari untuk dijadikan Kawasan Wisata Terpadu

Page 15: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

2

Tamansari. Kawasan Wisata Terpadu Tamansari yang berkarakteristik sejenis

dengan Kawasan Wisata Puncak sebagai tumpuan pengembangan pariwisata

Kabupaten Bogor saat ini akan menjadi destinasi wisata alternatif Kabupaten

Bogor. Namun, produk yang dikembangkan masih sangat terbatas sehingga perlu

dilakukan penelitian mengenai pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata

Terpadu Tamansari.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengembangkan produk wisata di

Kawasan Wisata Terpadu Tamansari Kabupaten Bogor, dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Inventarisasi potensi wisata Kawasan Wisata Terpadu Tamansari.

2. Inventarisasi produk wisata yang telah ada dan rencana pengelola berkaitan

dengan pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari.

3. Inventarisasi permintaan pengunjung terhadap produk wisata di Kawasan

Wisata Terpadu Tamansari.

4. Menyusun pengembangan produk wisata berdasarkan potensi yang ada,

rencana pengelola dan keinginan pengunjung.

1.3 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini yaitu memberikan masukan mengenai

pengembangan produk wisata kepada pengelola Kawasan Wisata Terpadu

Tamansari.

Page 16: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Wisata dan Pariwisata

Undang-undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan mendefinisikan

wisata sebagai kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,

pengembangan diri, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi

dalam jangka waktu sementara. UU tersebut juga mendefinisikan pariwisata

sebagai berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta

layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan Pemerintah

Daerah.

Suyitno (1999) menyatakan bahwa wisata berbeda dengan perjalanan pada

umumnya, karena suatu perjalanan dikatakan wisata apabila memiliki

karakteristik sebagai berikut:

1. Bersifat sementara, dalam jangka waktu pendek (waktu yang ditentukan),

pelaku wisata akan kembali ke tempat asalnya.

2. Melibatkan beberapa komponen wisata, misalnya sarana transportasi,

akomodasi, restoran, objek wisata, toko cinderamata, dan lain-lain.

3. Umumnya dilakukan dengan mengunjungi objek dan atraksi wisata daerah atau

bahkan negara secara berkesinambungan.

4. Perjalanan dilakukan dalam suasana santai.

5. Memiliki tujuan yang pada dasarnya untuk mendapatkan kesenangan.

2.2 Produk Wisata

Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar agar orang

tertarik perhatiannya, ingin memperolehnya, menggunakannya dan

mengkonsumsinya untuk memenuhi keinginan atau kebutuhannya (Kotler & Gary

2008). Alma (2011) menyatakan bahwa produk bukan hanya berbentuk sesuatu

yang berwujud saja, tetapi juga sesuatu yang tidak berwujud seperti pelayanan

jasa. Semua diperuntukkan guna memuaskan kebutuhan dan memuaskan

keinginan. Kodhyat (2007) menyatakan bahwa produk wisata adalah segala

sesuatu yang diminati dan dibeli oleh wisatawan untuk dinikmati. Medlik dan

Page 17: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

4

Middleton (1973) diacu dalam Smith (1994) mengkonsepkan produk wisata

sebagai kumpulan aktivitas, jasa, dan keuntungan yang menyusun keseluruhan

pengalaman kepariwisataan.

Menurut Yoeti (2006) ada 3 macam karakteristik produk wisata, yaitu:

1. Transaksi penjualan tidak mengakibatkan pemindahan hak milik.

2. Waktu memproduksi dan mengkonsumsi berlangsung pada waktu yang

bersamaaan.

3. Produk wisata tidak bisa dicoba sebelum melakukan pembelian.

Produk wisata merupakan gabungan dari berbagai komponen (Militina

2005). Ada lima komponen produk wisata tersebut (Kodhyat 2007), yaitu:

1. Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW)

Adalah komponen yang paling utama karena ODTW merupakan pendorong

atau motivator utama bagi wisatawan untuk mengunjungi daerah Tujuan Wisata

(DTW). ODTW terdiri dari empat jenis, yaitu:

1) Alam: bentang alam/pemandangan, hutan, flora/fauna, goa, air terjun, danau,

dan lain sebagainya.

2) Budaya: museum, arkheologi/situs sejarah, tradisi, istana/keraton, tempat

ibadah, dan lain sebagainya.

3) Aktivitas: trekking, hiking, canoeing, caving, viewing, belanja/shopping,

ziarah, studi, berobat, dan lain sebagainya.

4) Peristiwa (events): festival, upacara keagamaan, upacara pernikahan,

perayaan, dan lain sebagainya.

2. Fasilitas

Merupakan segala sesuatu yang dibutuhkan dan yang memberikan berbagai

kemudahan bagi wistawan dalam bewisata. Ada tiga jenis fasilitas yang

diperlukan wisatawan, yaitu:

1) Fasilitas dalam bentuk prasarana (infrastruktur) seperti bandar udara,

pelabuhan, stasiun kereta api, terminal bis, jembatan, jalan raya, instalasi

listrik, instalasi air minum, telepon, dan lain sebagainya. Prasarana pada

dasarnya tidak bersifat memikat datangnya wisatawan, akan tetapi jika

komponen ini tidak ada, wisatawan pun menjadi enggan berkunjung (Ahmad

1990 diacu dalam Lalamentik 2009).

Page 18: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

5

2) Fasilitas dalam bentuk sarana seperti alat-alat transportasi, alat

telekomunikasi, sarana akomodasi (hotel, motel, losmen, dan lain

sebagainya), restoran/rumah-rumah makan, sarana kesehatan (rumah sakit,

klinik, puskesmas, dan lain sebagainya), sarana keamanan (kantor/pos polisi,

hansip, dan lain sebagainya), dan tempat-tempat hiburan.

3) Fasilitas dalam bentuk amenitas seperti ruangan ber-AC, bathtub/shower

dengan air panas dan air dingin di kamar mandi, lift, dan fasilitas lain yang

dapat memberikan kenyamanan bagi wisatawan.

3. Suasana yang kondusif

Suasana yang kondusif berarti keadaan, situasi atau kondisi yang

memberikan rasa tenteram, aman dan nyaman bagi wisatawan. Beberapa hal yang

perlu diperhatikan dalam mendukung terciptanya suasana kondusif adalah

keamanan, kenyamanan, dan keramahan. Persepsi terbentuk saat atau setelah

wisatawan menikmati produk wisata. Munculnya kepuasan atau ketidakpuasan

sangat mempengaruhi perilaku wisatawan (Purnomo 2010). Oleh karena itu,

memelihara lingkungan yang memuaskan wisatawan agar betah lama tinggal di

lokasi wisata merupakan tugas penting dalam pengembangan produk wisata.

4. Jasa layanan

Jasa layanan berupa perbuatan atau tindakan-tindakan manusia pemberi jasa

dalam bentuk pelayanan yang diberikan kepada wisatawan sehubungan dengan

pemenuhan kebutuhan wisatawan seperti tour operator, pemanduan yang

diberikan oleh pramuwisata, agen perjalanan, dan informasi wisata yang diberikan

oleh petugas informasi. Pelayanan merupakan ruh yang akan menggerakkan

aktivitas pariwisata sebab yang dibeli wisatawan adalah pelayanan sejak ia

berangkat, datang ke DTW dan kembali ke tempat asalnya (Fiatiano 2007).

5. Kenang-kenangan/cinderamata

Merupakan segala sesuatu yang berbentuk kebendaan yang dapat menjadi

alat bantu untuk mengingatkan para wisatawan akan kunjungan mereka ke DTW

tertentu, seperti souvenir/cinderamata, postcard, film, video. Selain itu kenang-

kenangan juga diartikan sebagai kesan yang tertera dalam ingatan wisatawan

tentang apa yang dilihat dan dialaminya dalam kunjungannya ke DTW tertentu.

Page 19: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

6

2.3 Pengembangan Produk Wisata

Pengembangan dapat diartikan memajukan dan memperbaiki, atau

meningkatkan sesuatu yang telah ada (Lubis 2006). Moraru (2011) menyatakan

bahwa pengembangan produk wisata merupakan peningkatan produk yang sudah

ada termasuk memelihara dan memajukan produk yang sudah ada serta

mempekenalkan produk baru. Pengembangan produk wisata merupakan prasyarat

untuk memenuhi perubahan permintaan pengunjung dan menjamin keuntungan

jangka panjang dari sebuah industri wisata, dan pengembangannya harus

memperhatikan aspek permintaan dan penawaran produk wisata (Smith 1994).

Pengembangan/penganekaragaman produk wisata ini diharapkan dapat

meningkatkan jumlah kunjungan. Premono dan Kunarso (2008) menyatakan

bahwa keragaman produk sangat berpengaruh signifikan terhadap jumlah

kunjungan. Pengembangan produk wisata dilakukan dengan tetap bertumpu pada

ciri khas kealamian objek wisata, dilakukan secara terpadu oleh semua

stakeholder, memunculkan kekhasan objek wisata, pengaktifan kembali objek dan

daya tarik wisata yang pasif/belum dikembangkan dan pengemasan secara

menarik (Purnomo 2008).

Pengembangan terhadap produk wisata dapat dilakukan melalui

pengemasan secara optimal komponen-komponen pembentuknya. Perjalanan

wisata ke DTW dapat terpuaskan jika didukung oleh pengemasan produk wisata

yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pengunjung (Fiatiano 2007).

Pengemasan produk berperan penting dalam membentuk citra positif suatu obyek

wisata (Purnomo 2009). Fiatiano (2007) mencontohkan penataan DTW di Bali,

yakni penataan objek wisata Danau Kintamani. Danau Kintamani merupakan

atraksi inti dengan pendukungnya adalah kesenian tari Barong, kerajinan perak,

Pasar Sukowati, dan Pemandian Tirta Empul. Jarak antara objek inti dan

pendukung yang dekat dan rutenya dirancang berbentuk lingkaran (cycle)

sehingga dapat kembali ke tempat keberangkatan semula dengan mudah dan

dalam waktu singkat.

Pengembangan produk sangat ditentukan oleh semua stakeholder terkait dan

dilaksanakan secara terpadu (Purnomo 2008). Fiatiano (2007) juga menambahkan

bahwa pengembangan produk wisata tersebut disempurnakan dengan adanya

Page 20: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

7

komitmen dan kerjasama antara penyelenggara kepariwisataan seperti pemerintah

daerah, jasa-jasa kepariwisataan dan masyarakat disekitar objek. Kewajiban

pemerintah daerah adalah merencanakan pembangunan, pengorganisasian,

pemeliharaan dan pengawasan dalam segala sektor yang mendukung kegiatan

pariwisata. Industri jasa harus memberikan pelayanan yang unggul dalam

diferensiasi dan inovasi produk. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam bersikap

menerima kedatangan wisatawan, ikut terlibat dalam mengambil keputusan

pembangunan pariwisata dan berpartisipasi dalam memelihara sarana-sarana yang

terdapat di objek wisata. Selain itu, masyarakat ikut andil mendukung kegiatan

pariwisata dalam bentuk berjualan produk khas daerah tersebut dengan tetap

memperhatikan faktor higienis dan sanitasinya serta pelayanannya (Fiatiano

2007).

Page 21: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September 2012 di

Kawasan Wisata Terpadu Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor

(Gambar 1).

Gambar 1 Kawasan Wisata Terpadu Tamansari Kabupaten Bogor.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera digital,

alat perekam suara, panduan wawancara, kuisioner, dan alat tulis.

3.3 Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Data yang akan dikumpulkan adalah data mengenai potensi wisata,

pengunjung, dan pengelola (Tabel 1). Penelitian dilakukan dengan tahapan

mengumpulkan data-data tersebut melalui observasi lapang, studi pustaka,

wawancara, dan kuisioner, kemudian melakukan analisis dan penyusunan

pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari (Gambar

2).

Page 22: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

9

Tabel 1 Jenis dan metode pengumpulan data

No. Data Rincian Data Metode

Pengumpulan Data

1 Potensi wisata

Objek dan daya tarik wisata: 1. Alam: bentang alam, flora/fauna, curug, dan

lain sebagainya. 2. Budaya: arkeologi/situs sejarah, tradisi,

tempat ibadah. 3. Peristiwa (events): festival, upacara

keagamaan, perayaan, dan lain sebagainya. 4. Kondisi sosial budaya masyarakat

Observasi lapang, wawancara, dan studi pustaka

2 Produk wisata yang telah ada

Karakteristik produk wisata Observasi lapang, wawancara, dan studi pustaka

3 Pengunjung Karakteristik (jenis kelamin, asal daerah, usia, pendidikan dan pekerjaan) dan keinginan/harapan pengunjung terhadap pengembangan produk wisata.

Kuisioner dan wawancara

4 Pengelola Produk wisata yang telah dikembangkan, pengelolaan produk wisata, dan rencana pengembangan produk wisata.

Wawancara

Gambar 2 Sistematika penelitian pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari.

Karakteristik pengunjung dan keinginan/harapan pengunjung terhadap pengembangan produk wisata

1. Kebijakan pengelola dalam pengelolaan produk

2. Rencana dan strategi pengelola dalam pengembangan produk

Produk yang ada: 1. ODTW 2. Fasilitas 3. Suasana yang kondusif 4. Jasa pelayanan 5. Kenang-kenangan

Pengembangan Produk Wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari

Inventarisasi Supply

Identifikasi kebijakan pengelola

Inventarisasi Demand

Wawancara Observasi lapang. Studi pustaka dan

wawancara

Kuisioner dan wawancara

Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif

Page 23: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

10

3.3.1 Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan data mengenai potensi

wisata. Sumber pustaka yang dijadikan acuan penelitian berupa jurnal, buku,

laporan penelitian dan sebagainya.

3.3.2 Observasi/pengamatan lapang

Kegiatan observasi lapang dilakukan dengan langsung melihat kondisi yang

sebenarnya. Kegiatan observasi lapang ini dilakukan untuk mengetahui potensi

wisata dan produk wisata yang ada.

3.3.3 Wawancara

3.3.3.1 Pengelola

Wawancara dilakukan kepada beberapa informan. Informan dalam

penelitian ini adalah pengelola dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(Bappeda), Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Bogor,

Pemerintah Kecamatan Tamansari, Pemerintah Desa Tamansari, Pemerintah Desa

Pasireurih serta pengelola di setiap lokasi wisata di Kawasan Wisata Terpadu

Tamansari yang mengetahui secara keseluruhan terkait pengelolaan produk

wisata. Wawancara dilakukan dengan menggunakan panduan wawancara untuk

mengumpulkan data mengenai pengelolaan wisata dan produknya, jenis produk

yang dikembangkan, dan rencana pengembangan produk wisata.

3.3.3.2 Pengunjung

Wawancara kepada pengunjung dilakukan dengan menggunakan kuisioner.

Pengambilan sampel pengunjung dilakukan dengan metode convinience sampling,

yaitu berdasarkan kesediaan responden yang ditemui di lokasi penelitian. Jumlah

sampel yang diambil ditentukan berdasarkan kejenuhan data. Sampel pengunjung

diambil dari lima lokasi yaitu Curug Nangka, Bumi Perkemahan Sukamantri,

Kampung Budaya Sindangbarang, Agrowisata Batu Gede Sutera Alam, dan Pura

Parahyangan Agung Jagatkharta. Kelima lokasi tersebut merupakan lokasi wisata

yang sudah dikunjungi oleh wisatawan.

3.4 Analisis Data

Analisis data yang digunakan secara keseluruhan merupakan metode

deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif

kualitatif dilakukan terhadap hasil inventarisasi dan verifikasi potensi wisata,

Page 24: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

11

produk wisata yang ada, hasil wawancara kepada pengelola mengenai rencana

pengembangan produk wisata, dan hasil wawancara kepada pengunjung mengenai

harapan/keinginan pengunjung terhadap pengembangan produk wisata. Analisis

deskriptif kuantitatif dilakukan terhadap hasil wawancara pengunjung mengenai

karakteristik pengunjung dengan menggunakan tabulasi sederhana. Penyusunan

pengembangan produk wisata didasarkan pada potensi wisata, produk yang telah

ada, keinginan pengunjung dan rencana pengelola. Penyusunannya disajikan

dalam sebuah bentuk matriks.

Page 25: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Geografis

Kecamatan Tamansari merupakan pemekaran yang terjadi pada tahun 2001,

dari Kecamatan Ciomas yang terdiri dari 8 desa, 88 RW dan 338 RT. Kecamatan

Tamansari ini memiliki luas wilayah 2.630.936 Ha dengan batas wilayah:

1. Sebelah utara : Kecamatan Ciomas dan Bogor Selatan

2. Sebelah selatan : Gunung Salak

3. Sebelah barat : Kecamatan Tenjolaya dan Dramaga

4. Sebelah timur : Kecamatan Cijeruk

4.2 Kondisi Topografi dan Iklim

Wilayah Kecamatan Tamansari berada pada ketinggian 700 m dpl dan

merupakan kawasan berbukit yang berada di bawah kaki Gunung Salak. Kondisi

ini menyebabkan udara sejuk dengan suhu rata-rata 25 - 300C.

4.3 Kondisi Sosial Ekonomi

Kecamatan Tamansari memiliki jumlah penduduk 84.179 jiwa dengan

sebagian besar penduduk bermatapencaharian sebagai buruh. Kecamatan ini

termasuk ke dalam wilayah penyangga resapan air dan kawasan hijau. Selain itu,

sebagai wilayah pengembangan pertanian perkotaan dengan produksi pertanian

pangan yang menonjol, yaitu palawija. Kecamatan Tamansari ini juga merupakan

sentra tanaman hias dan keras yang pemasarannya telah memasuki pangsa pasar

lokal, regional, bahkan nasional. Industri lainnya yang berkembang di daerah ini

adalah home industry (pengrajin sepatu dan sandal) serta perdagangan lainnya.

4.4 Aksesibilitas

Kecamatan Tamansari terletak 9 km dari Kota Bogor, 40 km dari ibukota

Kabupaten Bogor, 120 km dari ibukota Provinsi Jawa Barat dan 96 km dari

ibukota Negara Republik Indonesia, Jakarta. Akses masuk ke wilayah Kecamatan

Tamansari melalui gerbang utama Tol Jagorawi pintu tol Bogor melewati Kota

Bogor ke arah Empang-Cikaret-Ciapus-Kecamatan Tamansari.

Page 26: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Inventarisasi Potensi Wisata

Kawasan Wisata Terpadu Tamansari merupakan keterpaduan beberapa

objek wisata yang terdiri dari wisata alam, seni budaya dan religi yang tersebar di

Kecamatan Tamansari. Wilayah Kawasan Wisata Terpadu Tamansari merupakan

kawasan berbukit dibawah kaki Gunung Salak sehingga memiliki udara yang

sejuk dan panorama pegunungan yang indah. Hal tersebut didukung adanya

keindahan Curug Nangka, hamparan Bumi Perkemahan Sukamantri dan Setu

Tamansari.

Curug Nangka merupakan kawasan wisata air terjun yang terdapat di Desa

Sukajadi. Curug Nangka ini berada di bawah pengelolaan Taman Nasional

Gunung Halimun Salak (TNGHS). Dinamakan Curug Nangka karena konon

dahulu diatas curug tersebut terdapat pohon nangka yang buahnya jatuh dan tak

pernah habis dimakan. Curug Nangka terdiri dari tiga tahap dengan masing-

masing ketinggian ±10 - 20 m. Lokasinya cukup tersembunyi di dalam lembah

yang curam ditutupi tebing-tebing tinggi, sekitar 500 m dari pintu masuk. Selain

Curug Nangka, disini juga terdapat Curug Daun dan Curug Kawung (Gambar 3).

a b c

Gambar 3 Curug di Kawasan TNGHS: (a) Curug Nangka; (b) Curug Daun; dan (c) Curug Kawung.

Page 27: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

14

Curug Daun posisinya berada diantara Curug Nangka dan Curug Kawung

melewati jalan yang cukup lebar dengan kondisi turun naik. Dinamakan Curug

Daun karena aliran airnya menyerupai bentuk daun. Curugnya tidak terlalu tinggi,

hanya sekitar 6 m dengan aliran air cukup deras. Dipercaya bahwa orang yang

mandi atau cuci muka menggunakan air curug tersebut dapat meningkatkan

kharisma atau kewibawaan. Curug Kawung berada di hulu kawasan Curug

Nangka dan berjarak sekitar 1 km dari Curug Daun. Curugnya memiliki

ketinggian 25 m.

Ketiga Curug tersebut berada di kaki Gunung Salak pada ketinggian sekitar

750 m dpl dengan curah hujan 4000 mm/tahun dan suhu udara 20 - 220C.

Sepanjang aliran ketiga curug tersebut terdapat kubangan air yang agak dalam dan

cukup lebar, yaitu Leuwi Anjangan (Gambar 4a) dan Leuwi Jurig (Gambar 4b).

Mitos yang dipercaya bahwa jika ada orang yang mandi, cuci muka di Leuwi

Anjangan maka akan langgeng hubungan dengan pasangannya. Leuwi Jurig

dipercaya mampu menyembuhkan orang yang kena gangguan makhluk halus,

sihir, guna-guna dan lainnya.

a b

Gambar 4 Kubangan di sepanjang aliran Curug Nangka, Curug Daun, dan Curug

Kawung (a) Leuwi Anjangan; (b) Leuwi Jurig.

Bumi Perkemahan Sukamantri yang menyediakan dua kompleks

perkemahan dengan kapasitas tampung keseluruhan 20 - 30 unit kemah (300

orang pekemah) terletak tidak jauh dari Curug Nangka, dan masih berada di kaki

Gunung Salak pada ketinggian 750 m dpl (Gambar 5). Bumi Perkemahan

Sukamantri ini berada di bawah pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun

Salak.

Page 28: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

15

Gambar 5 Dua Kompleks Pekemahan di Bumi Perkemahan Sukamantri.

Setu Tamansari dengan luas 2,4 Ha terletak ditengah-tengah kawasan ini

(Gambar 6). Setu ini merupakan potensi wisata yang belum dikembangkan. Setu

Tamansari menawarkan panorama Gunung Salak yang indah dan menyegarkan.

Wisata air bisa dilaksanakan di lokasi ini. Selain itu, akses menuju lokasi yang

sangat mudah dan tempatnya yang strategis di tepi jalan sangat cocok dikunjungi

untuk sekedar bersantai atau melepas lelah.

Gambar 6 Setu Tamansari.

Sebagai wilayah pengembangan pertanian, kawasan ini banyak

menghasilkan berbagai komoditas unggulan, diantaranya talas. Menurut

Widiyanti (2008), Kecamatan Tamansari merupakan daerah sentra produksi talas

terbesar di Kabupaten Bogor. Komoditas lainnya berupa padi, pala, nanas,

jagung, singkong, dan daun poh-pohan.

Kawasan Wisata Terpadu Tamansari juga menjadi lokasi bagi Agrowisata

Batu Gede Sutera Alam atau lebih dikenal sebagai Rumah Sutera, yang terletak di

Page 29: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

16

Desa Pasir Eurih. Rumah Sutera ini merupakan industri perorangan di bidang

persuteraan alam, yaitu mulai dari kegiatan penanaman murbei, pemeliharaan ulat

sutera, pemanenan kokon, hingga pengolahan pasca panen. Agrowisata ini berdiri

sejak tahun 2000 dengan luas wilayah sekitar 2 ha.

Kondisi topografi Kecamatan Tamansari termasuk sebagai daerah dataran

tinggi yang cukup baik untuk budidaya dan pengembangan komoditas jamur tiram

putih (Sitanggang 2008), sehingga di kawasan ini banyak dibudidayakan jamur

dan saat ini sedang dilakukan usaha budidaya jamur secara menyeluruh oleh

berbagai kelompok tani di Desa Tamansari untuk mewujudkan Desa Tamansari

sebagai sentra jamur. Selain itu, di kawasan ini banyak dibudidayakan tanaman

hias. Budidaya tanaman hias merupakan usaha yang banyak dikelola oleh

masyarakat yang bersifat rumahan maupun perusahaan. Kecamatan Tamansari

pernah mendapat sebutan sebagai sentra tanaman hias karena banyaknya

masyarakat yang membudidayakan tanaman hias. Sampai saat ini, usaha

budidaya tanaman hias masih berorientasi pada peningkatan produksi. Seperti

halnya industri tanaman hias, di Kawasan ini terdapat industri pengrajin sepatu

dan sandal yang juga masih berorientasi pada produksi dan potensial untuk

dikembangkan sebagai destinasi wisata. Menjadi pengrajin sepatu dan sandal

merupakan mata pencaharian mayoritas masyarakat Desa Pasir Eurih. Industri ini

bersifat rumahan. Selain itu, Desa Pasir Eurih ini juga merupakan jalur

pengembangan wilayah peternakan. Kelompok Tani Mitra Tohaga

mengembangkan peternakan itik melalui integrasi kegiatan pembibitan dan

diversifikasi budidayanya.

Tidak hanya dianugerahi potensi alam yang mempesona, Kawasan Wisata

Terpadu Tamansari juga memiliki keragaman seni, budaya dan keunikan sejarah

masa lalu yang tinggi. Terdapat Kampung Budaya Sindangbarang sebagai salah

satu kampung adat di Jawa Barat dengan arsitektur bangunan bergaya khas adat

Sunda dan kehidupan Pasundan seluruhnya, seperti tata cara hidup dan kebiasaan

adat, permainan tradisional, dan pertunjukkan kesenian. Selain itu, terdapat juga

event tahunan seperti upacara “Seren Taun” setiap bulan Muharram, dan

pertunjukkan seni “Unjuk Tujuh Gunung” (Gambar 7). Di Kawasan ini tersebar

beberapa situs purbakala seperti Situs Sindangbarang dan Sumur Jalatunda.

Page 30: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

17

Gambar 7 Bangunan adat dan petunjukkan seni “Unjuk Tujuh Gunung” di Kampung Budaya Sindangbarang.

Tempat ibadah umat agama lain yaitu Pura Parahyangan Agung Jagatkharta

dan Vihara Nichiren Syoshu Indonesia dibangun ditengah-tengah mayoritas

masyarakat yang beragama Islam (Gambar 8). Pura Parahyangan Agung

Jagatkharta yang memiliki arti alam dewata yang sangat sempurna kesuciannya,

merupakan pura terbesar di Jawa Barat dan konon merupakan istana bagi Prabu

Siliwangi dan leluhur Jawa Barat. Pembangunan Pura ini dirintis sejak tahun

1995. Bentuk bangunan Pura ini mirip dengan Candi Cangkuang di Garut, Jawa

Barat. Setiap minggunya pura ini ramai dikunjungi peziarah, baik dari Bogor

maupun luar Bogor bahkan dari luar provinsi Jawa Barat, terutama dari Bali.

Vihara Nichiren Syoshu Indonesia adalah salah satu vihara terbesar di Jawa

barat. Vihara ini hanya dikunjungi umat Budha sekali setiap akhir bulan sebagai

koordinasi pusat dari agama Budha aliran Nichiren. Tempat ibadah umat Budha

ini dibangun diatas tanah seorang umat Budha berkebangsaan Jepang sehingga

arsitektur bangunannya bergaya khas Jepang.

Gambar 8 Pura Parahyangan Agung Jagatkharta dan Vihara Nichiren Syoshu Indonesia.

Page 31: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

18

5.2 Produk Wisata yang Telah Ada

Pengunjung yang datang mengunjungi Kawasan Wisata Terpadu Tamansari

dapat menikmati beberapa produk wisata yang telah dikembangkan. Pengunjung

yang datang bisa melakukan hiking menuju Curug Nangka dan bebas menikmati

kesegaran ketiga curug yang ada dan pemandangan alam di sekitarnya, melakukan

outbond serta melakukan wisata berkemah di area camping ground. Fasilitas

yang disediakan berupa toilet, mushola, warung makan, lapangan parkir dan pos

jaga keamanan. Wisatawan yang datang dapat menggunakan jasa pemandu dari

Kompepar (kelompok penggerak pariwisata) yang beranggotakan masyarakat

sekitar, atau bisa juga bebas berwisata sendiri dengan adanya pemanduan secara

tidak langsung melalui papan-papan informasi, walaupun keterangan-keterangan

yang ada belum cukup menginterpretasikan objek kepada pengunjung.

Bumi Perkemahan Sukamantri biasa digunakan untuk wisata berkemah dan

outdoor games seperti war games, outbond, pendidikan lapangan dan lain-lain.

Fasilitas yang dapat disediakan berupa toilet, mushola, shelter, warung makan,

bentang lapang dan peralatan yang digunakan untuk berkemah. Pengunjung yang

datang juga bisa melihat dan mempelajari industri persuteraan alam di Agrowisata

Batu Gede Sutera Alam atau lebih dikenal Rumah Sutera, mulai dari berkebun

murbei, penetasan telur ulat sutera, pemeliharaan ulat kecil dan ulat besar,

pembentukan kokon, pemanenan kokon dan pengolahan pasca panen yaitu

pemintalan kokon menjadi benang sutera sampai penenunan kain sutera. Selain

itu, pengunjung juga bisa mengadakan pertemuan, arisan dan sebagainya di ruang

serbaguna serta melihat berbagai jenis tanaman hias, palem, dan green house

koleksi anggrek dari beberapa negara.

Gambar 9 Kebun murbei, tempat pemeliharaan ulat sutera dan ruang serbaguna.

Page 32: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

19

Setelah melihat dan mempelajari proses industri sutera, pengunjung bisa

mengunjungi Galeri Rumah Sutera sebagai pusat souvenir. Aneka souvenir yang

disediakan merupakan hasil pengolahan pasca panen seperti kain sutera, pakaian

jadi berbahan sutera dan beberapa bermotif batik seperti kebaya, syal, pasmina,

kerudung, gantungan kunci dan bross (Gambar 10). Selain itu, ada juga teh dari

pucuk murbei dan kopi bubuk sebagai hasil panen dari tanaman kopi yang

terdapat di kebun koleksi. Semua kegiatan tersebut dikemas sederhana oleh

pengelola ke dalam dua paket wisata yaitu Paket Sutera Alam 1 dan Sutera Alam

2. Paket Sutera Alam 1 terdiri dari tour guide meninjau proses pembuatan kain

sutera dengan tambahan fasilitas welcome drink, snack, dan makan siang. Paket

Sutera Alam 2 hampir sama dengan Paket Sutera Alam 1, hanya pada paket ini

tidak mendapatkan fasilitas makan siang dan guide. Pengunjung yang datang

harus bersifat rombongan sekitar 30 - 180 orang.

Gambar 10 Aneka souvenir di Galeri Rumah Sutera.

Pura Parahyangan Agung Jagatkharta merupakan salah satu daya tarik

wisata minat khusus, bagi umat Hindu sering dikunjungi untuk

berziarah/beribadah dan bagi umat lain dikunjungi hanya sekedar ingin tahu,

melepas lelah dan memandang alam yang indah. Selain itu, terdapat berbagai

acara perayaan dan pertunjukkan seni dalam event tertentu yang menarik banyak

wisatawan untuk berkunjung seperti pada upacara piodalan/ulang tahun Pura

(Gambar 11).

Page 33: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

20

Gambar 11 Salah satu rangkaian kegiatan piodalan pura.

Pengunjung yang datang dapat mengetahui dan mempelajari sejarah budaya

Sunda seperti pengenalan bangunan adat, bercocok tanam, nutu, mengenal dan

belajar alat musik Sunda tradisional, belajar kerajinan tradisional, membatik,

marak lauk, pertunjukkan kesenian, permainan tradisional dan sebagainya

(Gambar 12). Semua kegiatan tersebut dikemas dalam beberapa paket wisata,

yaitu Paket Mulih ka Lembur, Sawengi di Kampung Budaya, Sono Ka Lembur,

Nyunda di Bogor, Paket Camping/LDK, dan fun games.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 12 Beberapa kegiatan yang dapat diikuti di Kampung Budaya Sindangbarang: (a) kegiatan membatik; (b) belajar alat musik tradisional; (c) permainan tradisional; dan (d) praktek nutu.

Page 34: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

21

Pengunjung yang datang juga dapat menyaksikan event tahunan seperti

upacara “Seren Taun” yang dilaksanakan pada bulan Muharram dan pertunjukkan

seni “Unjuk Tujuh Gunung” (Gambar 13). Upacara “Seren Taun” merupakan

upacara ungkapan rasa syukur masyarakat terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas

hasil Panen dan hasil bumi yang diperoleh pada tahun ini dan berharap hasil panen

tahun depan akan lebih baik lagi. Upacara ini berlangsung selama tujuh hari

meliputi upacara ritual dan penampilan kesenian tradisional. Pertunjukkan seni

“Unjuk Tujuh Gunung” merupakan pertunjukkan seni budaya dari tujuh gunung

di Sunda yaitu Gunung Halimun, Salak, Gede dan Pangrango, Tampomas,

Galunggung, dan Papandayan. Dipercaya bahwa gunung merupakan Kabuyutan

yang harus dijaga kelestariannya, serta dikaki gunung terdapat masyarakat adat

yang masih memelihara kesenian dan budayanya yang jarang dilihat oleh orang

lain.

a b

c d

Gambar 13 Beberapa rangkaian upacara “Seren Taun” dan pertunjukkan seni “Unjuk Tujuh Gunung”: (a) barisan rengkong; (b) pertunjukkan seni angklung gubrag; (c) parebut seeng; (d) seni tari pembukaan pertunjukkan seni “unjuk Tujuh Gunung”. (Sumber a, b, dan c: www.kampungbudayasindangbarang.com)

Page 35: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

22

5.3 Rencana Pengembangan Produk Wisata oleh Pengelola

Kawasan Wisata Terpadu Tamansari pada dasarnya baru sebatas program

yang dicanangkan oleh Bappeda Kabupaten Bogor pada tahun 2008. Program ini

dibentuk sebagai alternatif untuk mengimbangi wisata di Kawasan Puncak.

Pengelolaan dilakukan oleh pemerintah, pengelola di setiap lokasi wisata dan

masyarakat.

Pihak pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

(Disparbud) Kabupaten Bogor hanya bersifat mendampingi dan memfasilitasi.

Pada tahun 2009, Disparbud menindaklanjuti program tersebut dengan

mengadakan sosialisasi mengenai Kawasan Wisata Terpadu kepada masyarakat,

memfasilitasi pembentukan 3 desa wisata di Kecamatan Tamansari yaitu desa

wisata Tamansari, Pasir Eurih dan Sukajadi, mengadakan pelatihan pariwisata

terhadap masyarakat desa yang dibentuk sebagai desa wisata, dan pembentukan

profil Kawasan Wisata Terpadu Tamansari (buku, leaflet dan VCD). Selain itu,

pada tahun 2010 Disparbud melakukan pendampingan terhadap pengurus dan

masyarakat desa wisata di Kecamatan Tamansari, melakukan kerjasama dengan

LPM Universitas Pancasila dalam rangka pengembangan pariwisata berbasis

masyarakat di Kecamatan Tamansari, dan memfasilitasi pengajuan biaya melalui

PNPM Mandiri dari Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.

Pengelola setiap lokasi wisata terdiri dari Balai Taman Nasional, yayasan,

perorangan dan masyarakat. Curug Nangka dan Bumi Perkemahan Sukamantri

berada dibawah pengelolaan Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Setu

Tamansari berada di atas tanah desa dan pengelolaannya hingga saat ini berada di

bawah pemerintahan Desa Tamansari. Pura Parahyangan Agung Jagatkharta dan

Vihara Nichiren Syoshu Indonesia dikelola oleh yayasan keagamaan umat

masing-masing. Agrowisata Batu Gede Sutera Alam dan budidaya tanaman hias

merupakan usaha milik pribadi.

Usaha budidaya jamur merupakan usaha perorangan dan saat ini tengah

dikembangkan juga oleh beberapa kelompok tani di Desa Tamansari. Usaha

peternakan bebek dikembangkan oleh kelompok tani di Desa Pasireurih. Industri

sepatu dan sandal dikelola oleh masyarakat Desa Pasireurih sebagai sektor

lapangan usaha mayoritas. Kampung Budaya Sindangbarang merupakan milik

Page 36: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

23

pribadi yang pengelolaannya dilakukan secara bersama dengan masyarakat

Kampung Sindangbarang.

Adanya program Kawasan Wisata Terpadu Tamansari ini belum

tersosialisasikan dengan baik. Sebagian besar pengelola belum mengetahui

mengenai program ini. Pengelolaan Kawasan Wisata Terpadu Tamansari yang

seharusnya dapat memadukan antarpengelola, hingga saat ini belum terintegrasi.

Pengelolaan masih berjalan sendiri-sendiri. Pembentukan Desa Wisata sebagai

langkah awal perwujudan Kawasan Wisata Terpadu Tamansari seharusnya

dikelola oleh masyarakat secara menyeluruh. Akan tetapi, pengelolaan yang

berjalan saat ini hanya dilakukan oleh sebagian masyarakat yang aktif terlibat

dalam kepengurusan desa wisata.

Pengembangan produk wisata terus diupayakan oleh para pengelola. Upaya

pengembangan produk wisata dilakukan dengan cara mengembangkan potensi-

potensi objek wisata di setiap lokasi wisata dan mengembangkan objek-objek

wisata yang belum berkembang. Pengelola Curug Nangka tetap mempertahankan

produk wisata yang ada dengan terus berupaya memelihara dan meningkatkan

kualitas pendukung produk seperti fasilitas sarana prasarana. Akan tetapi,

pengelola menawarkan kerjasama dengan berbagai pihak untuk mengembangkan

produk wisata dengan mendayagunakan area parkir.

Seharusnya pengelolaan Bumi perkemahan Sukamantri berada dibawah

pengelolaan TNGHS, akan tetapi kurangnya SDM menyebabkan pengelolaannya

masih dilakukan oleh pihak Perum Perhutani. Selain tetap mempertahankan

produk wisata yang ada, pengelola Bumi Perkemahan Sukamantri terus berupaya

meningkatkan pelayanan dan menggali potensi untuk menganekaragamkan atraksi

wisata.

Pengelola Kampung Budaya Sindangbarang terus menggali potensi budaya

Sunda untuk meragamkan atraksi wisata. Pengelola Agrowisata Batu Gede Sutera

Alam tetap mempertahankan produk wisata yang ada, namun masih membuka

peluang kerjasama dengan berbagai pihak untuk pemasokan murbei dan

pengolahan pascapanen seperti proses pembatikan kain di lokasi tersebut.

Pengelola Desa Wisata Pasireurih terus menggali potensi untuk

pembentukan produk. Pengelola berencana menyelenggarakan wisata pendidikan

Page 37: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

24

berbasis bebek. Peternakan bebek yang diusahakan oleh Kelompok Tani Mitra

Tohaga selama ini hanya berorientasi pada peningkatan produksi. Pengelola

berencana meningkatkan nilai jual peternakan bebek terpadu ini dengan

menyelenggarakan wisata pendidikan berupa pengajaran menggembala bebek dan

pembuatan telur asin. Selain itu, pengelola juga berencana membangun Warsita

(Warung Informasi Wisata) sebagai pusat informasi dari Desa Wisata Pasireurih.

Warsita ini akan dibangun bersebelahan dengan Kampung Budaya

Sindangbarang.

Pengelola Desa Wisata Tamansari terus mengadakan sosialisasi kepada

masyarakat. Bantuan dana program PNPM disalurkan untuk penataan fisik seperti

pengadaan homestay, pengadaan peta wisata dan papan informasi. Selain itu,

digunakan untuk pelatihan SDM, seperti pelatihan kesenian, pelatihan kuliner dan

pelatihan lainnya disamping terus menggali potensi desanya terutama dari sektor

pertanian. Beberapa rencana kedepan, pengelola berencana menyelenggarakan

wisata bersepeda keliling kawasan. Banyaknya komunitas pengendara sepeda

yang berlalu lalang di sepanjang kawasan ini pada hari libur menjadi peluang bagi

pengelola untuk mengembangkan wisata sepeda keliling kawasan. Selain itu,

mengadakan souvenir khas, diantaranya miniatur pura sebagai salah satu icon

Desa Wisata Tamansari.

5.4 Permintaan Pengunjung Terhadap Produk Wisata

5.4.1 Karakteristik pengunjung

Data yang diambil mengenai karakteristik pengunjung meliputi jenis

kelamin, asal wisatawan, usia, pendidikan terakhir dan pekerjaan. Jumlah

responden yang didapatkan dari lima lokasi wisata sebanyak 50 orang, dengan

rincian sembilan responden dari Curug Nangka, 14 responden dari Bumi

Perkemahan Sukamantri, sepuluh responden dari Kampung Budaya

Sindangbarang, empat responden dari Agrowisata Batu Gede Sutera Alam dan 13

responden dari Pura Parahyangan Agung Jagatkharta.

Berdasarkan 50 responden yang diwawancarai menunjukkan bahwa

mayoritas pengunjung di seluruh lokasi (60%) adalah perempuan. Ditinjau dari

masing-masing lokasi (Gambar 14), di Curug Nangka dan Bumi Perkemahan

Sukamantri mayoritas pengunjung adalah laki-laki (56%) dan (77%). Kedua

Page 38: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

25

lokasi tersebut merupakan objek yang cukup menantang dan menempuhnya

memerlukan kondisi fisik yang prima. Mayoritas pengunjung di tiga lokasi

lainnya adalah perempuan, dengan persentase pada masing-masing lokasi sebesar

60% untuk Kampung Budaya Sindangbarang, 75% untuk Agrowisata Batu Gede

Sutera Alam, dan 92% untuk Pura Parahyangan Agung Jagatkharta. Keadaan

pengunjung yang didominasi perempuan merupakan hal yang wajar karena sifat

kegiatan wisata dan akses menuju lokasi yang mudah.

Gambar 14 Karakteristik pengunjung di setiap objek wisata berdasarkan jenis kelamin.

Sebagian besar pengunjung berasal dari Bogor dan Jakarta masing-masing

34% dan paling sedikit dari Semarang dan Cianjur masing-masing 2%.

Pengunjung yang datang dari Semarang dan Cianjur diajak oleh pengunjung lain

yang berasal dari Bogor dan Jakarta. Kondisi ini menunjukkan bahwa Kawasan

Wisata Terpadu Tamansari hanya dikenal oleh pengunjung dari daerah yang dekat

saja. Begitu pula dengan mayoritas pengunjung di setiap lokasi wisata yang

didominasi oleh daerah yang dekat saja (Gambar 15). Curug Nangka dan Pura

Parahyangan Agung Jagatkharta didominasi pengunjung asal Bogor, masing-

masing sebanyak 56% dan 69%. Mayoritas pengunjung Bumi Perkemahan

Sukamantri berasal dari Depok dan Jakarta (43%), mayoritas pengunjung

Kampung Budaya Sindangbarang dari Jakarta (90%) dan mayoritas pengunjung

Agrowisata Batu Gede Sutera Alam dari Bekasi (75%). Hal ini menjadi masukan

bagi pengelola untuk terus meningkatkan kegiatan promosi.

0

2

4

6

8

10

12

14

Curug Nangka BumiPerkemahanSukamantri

KampungBudaya

Sindangbarang

Agrowisata BatuGede Sutera

Alam

PuraParahyangan

AgungJagatkharta

Jum

lah

Peng

unju

ng (o

rang

)

Objek Wisata

Laki-laki

Perempuan

Page 39: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

26

Gambar 15 Karakteristik pengunjung di setiap lokasi wisata berdasarkan asal daerah.

Sebagian besar wisatawan (54%) adalah remaja. Kegiatan rekreasi dan

petualangan merupakan daya tarik tersendiri bagi remaja. Selain itu, pada usia

remaja umumnya orang memiliki semangat dan motivasi tinggi serta kondisi fisik

yang kuat untuk melakukan wisata.

Ditinjau di setiap lokasi wisata, mayoritas pengunjung di Curug Nangka,

Bumi Perkemahan Sukamantri dan Pura Parahyangan Agung Jagatkharta adalah

kelompok usia remaja (15 – 24 tahun) masing-masing 56%, 86%, dan 54%

(Gambar 16). Curug Nangka dan Bumi perkemahan Sukamantri merupakan objek

wisata yang cukup menantang sehingga disukai oleh pengunjung remaja laki-laki.

Pura Parahyangan Agung Jagatkharta memiliki panorama indah dan menyejukkan

serta akses yang sangat mudah sehingga sangat disukai oleh remaja perempuan.

Kondisi tersebut sangat disukai usia remaja. Mayoritas pengunjung Kampung

Budaya Sindangbarang dan Agrowisata Batu Gede Sutera Alam adalah kelompok

usia anak (9 – 14 tahun) masing-masing 40% dan 75%. Akses menuju kedua

lokasi ini sangat mudah dan kedua lokasi ini menawarkan wisata pendidikan,

sehingga banyak dikunjungi oleh rombongan dari berbagai sekolah dengan

pesertanya merupakan anak-anak sekolah yang termasuk dalam kelompok usia

anak. Pada saat pnelitian berlangsung, Kampung Budaya Sindangbarang

didominasi pengunjung kelompok usia anak SMP (14 tahun) dan di Agrowisata

Batu Gede Sutera Alam didominasi pengunjung kelompok usia anak SD (10-11

tahun).

0123456789

10

Curug Nangka BumiPerkemahanSukamantri

KampungBudaya

Sindangbarang

Agrowisata batuGede Sutera

Alam

PuraParahyangan

AgungJagatkharta

Jum

lah

peng

unju

ng (o

rang

)

Objek wisata

Bogor

Depok

Bekasi

Jakarta

Semarang

Cianjur

Page 40: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

27

Gambar 16 Karakteristik pengunjung di setiap lokasi wisata berdasarkan usia.

Sebagian besar wisatawan berlatar pendidikan terakhir SMA (36%) dan

berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa (68%). Begitu pula dengan pengunjung di

setiap lokasi wisata, mayoritas pengunjung didominasi oleh pelajar/mahasiswa

(Gambar 17 dan Gambar 18). Hal ini terjadi karena sebagian besar objek wisata

di Kawasan Wisata Terpadu menawarkan wisata pendidikan dan didukung oleh

adanya objek wisata yang berfungsi untuk penelitian, wisata dan konservasi.

Beragamnya jenis pekerjaan pengunjung menunjukkan bahwa Kawasan Wisata

Terpadu Tamansari ini dikunjungi oleh semua lapisan masyarakat. Jika dikaitkan

dengan ketersediaan waktu luang, pelajar/mahasiswa memiliki kesempatan

berwisata pada waktu libur dibandingkan profesi lainnya.

Gambar 17 Karakteristik pengunjung di setiap lokasi berdasarkan pendidikan terakhir.

0

2

4

6

8

10

12

14

Curug Nangka BumiPerkemahanSukamantri

KampungBudaya

Sindangbarang

Agrowisata BatuGede Sutera

Alam

PuraParahyangan

AgungJagatkharta

Jum

lah

peng

unju

ng (o

ang)

Objek wisata

9-14 tahun

15-24 tahun

25-50 tahun

> 50 tahun

0123456789

Curug Nangka Bumi PerkemahanSukamantri

Kampung BudayaSindangbarang

Agrowisata BatuGede Sutera Alam

Pura ParahyanganAgung Jagatkharta

Jum

lah

peng

unju

ng (o

rang

)

Objek wisata

TKSDSMPSMAD3S1S2

Page 41: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

28

Gambar 18 Karakteristik pengunjung disetiap lokasi wisata berdasarkan pekerjaan.

5.4.2 Harapan/keinginan pengunjung terhadap produk wisata

Setiap pengunjung yang berwisata ke Kawasan Wisata Terpadu Tamansari

memiliki harapan dan keinginan terhadap produk wisata. Sebanyak 68%

pengunjung menginginkan pengadaan souvenir khas baik berupa makanan khas

maupun kerajinan tangan. Pengunjung di lokasi wisata yang tidak menyediakan

paket wisata (Curug Nangka, Bumi Perkemahan Sukamantri dan Pura

Parahyangan Agung Jagakharta) menginginkan adanya paket wisata (72%).

Pengunjung lainnya menginginkan adanya penganekaragaman atraksi wisata,

peningkatan fasilitas dan pelayanan.

5.5 Pengembangan Produk Wisata

Penyusunan pengembangan produk wisata dilakukan berdasarkan pada

potensi wisata yang ada, rencana pengelola serta keinginan dan harapan

pengunjung, kemudian dihasilkan saran atau rekomendasi pengembangan produk

wisata (Tabel 2).

02468

10121416

Curug Nangka BumiPerkemahanSukamantri

KampungBudaya

Sindangbarang

AgrowisataBatu Gede

Sutera Alam

PuraParahyangan

AgungJagatkharta

Jum

lah

peng

unju

ng (o

rang

)

Objek wisata

Karyawan swasta

PNS

Purn TNI AD

Guru

Wiraswasta

IRT

Pelajar/Mahasiswa

Tidak Bekerja

Page 42: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

Tabel 2 Matriks pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari No Dasar Penyusunan Pengembangan Produk Wisata Rekomendasi

Pengembangan Produk Wisata

Potensi wisata Produk wisata yang ada

Rencana pengelola Keinginan pengunjung

1 2

Potensi Alam: 1. Curug Nangka 2. Curug Kawung 3. Curug Daun 4. Leuwi Jurig 5. Leuwi Anjangan 6. Setu Tamansari 7. Pegunungan 8. Pemandangan alam 9. Area camping

ground 10. Iklim mikro

setempat (sejuk) 11. Kualitas air (jernih) 12. Area persawahan 13. Komoditas

pertanian (talas, jagung, nanas, daun poh-pohan dsb)

14. Flora dan fauna Potensi Budaya: 1. Bangunan adat

Sunda 2. Permainan

Aktivitas: 1. Menikmati Curug

Nangka 2. Menikmati Curug

Kawung 3. Menikmati

pemandangan alam, flora dan fauna

4. Camping 5. Tracking 6. Outbond 7. Piknik/duduk

santai 8. Fotografi 9. War games 10. Pendidikan

lapangan 11. Penelitian 12. Pelatihan 13. 8 paket wisata

Kampung Budaya Sindangbarang (belajar

1. Membuka peluang investasi/kerjasama

2. Menambah atraksi wisata

3. Menyelenggarakan wisata pendidikan berbasis bebek

4. Menyelenggarakan wisata bersepeda keliling kawasan

5. Mengadakan souvenir khas, diantaranya miniatur pura

6. Membangun WARSITA (Warung Informasi Wisata).

1. Pengadaan souvenir khas

2. Pengadaan paket wisata

3. Penganekaragaman atraksi wisata

1. Pengembangan program-program wisata: a. Wisata

Konservasi Tamansari

b. Wisata Pendidikan Industri Tamansari

c. Mulih ka Lembur Tamansari

d. Wisata Religi-Budaya Tamansari

29

Page 43: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

Tabel 2 Matriks pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari (lanjutan) No Dasar Penyusunan Pengembangan Produk Wisata Rekomendasi

Pengembangan Produk Wisata

Potensi wisata Produk wisata yang ada

Rencana pengelola Keinginan pengunjung

3

tradisional 3. Pertunjukan

kesenian Sunda 4. Alat musik

tradisional 5. Alat masak

tradisonal 6. Situs purbakala 7. Event tahunan:

a. Upacara seren taun

b. Pertunjukan seni Unjuk Tujuh Gunung

Potensi Religi: 1. Pura Parahyangan

Agung jagatkharta 2. Vihara Nichiren

Syoshu Indonesia 3. Upacara hari raya

keagamaan 4. Upacara piodalan

pura

membatik, permainan tradisional, alat musik tradisional, bertani tradisional, marak lauk, tari tradisional Sunda, dan lainnya): a. Mulih ka

lembur A b. Mulih ka

lembur B c. Mulih ka

lembur C d. Sono ka

lembur e. Diajar nyunda f. Wewengi di

Kampung Budaya

g. Imah pangiwa

2. Pengembangan fasilitas: a. Pembangunan

Warsita b. Penyediaan

kendaraan khusus wisata

c. Penyediaan demplot tanaman untuk wisata konservasi

d. Penyediaan tempat pengolahan souvenir wisata konservasi

e. Penyediaan demplot tanaman aromatik

30

Page 44: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

Tabel 2 Matriks pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari (lanjutan) No Dasar Penyusunan Pengembangan Produk Wisata Rekomendasi

Pengembangan Produk Wisata

Potensi wisata Produk wisata yang ada

Rencana pengelola Keinginan pengunjung

4 Sosial Masyarakat: 1. Mitos 2. Mata pencaharian:

a. Pembudidaya tanaman hias

b. Pengrajin sepatu dan sandal

c. Industri persuteraan alam

d. Industri budidaya jamur

e. Peternakan bebek

h. Imah pasangrahan

i. Program fun games

14. Festival seren taun guru bumi

15. Festival Unjuk Tujuh Gunung

16. Bermain di playground

17. Ibadah/semedi 18. 2 paket wisata

di Agrowisata batu Gede Sutera Alam (belajar proses pembuatan kain sutera): a. Paket

Sutera Alam 1

b. Paket Sutera Alam 2

f. Akomodasi (home stay, pasanggarahan Kampung Budaya Sindangbarang, cottage Agrowisata Batu Gede Sutera Alam, area camping ground di Bumi Perkemahan Sukamantri dan Curug Nangka)

31

Page 45: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

Tabel 2 Matriks pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari (lanjutan)

No Dasar Penyusunan Pengembangan Produk Wisata Rekomendasi Pengembangan Produk

Wisata Potensi wisata Produk wisata yang

ada Rencana pengelola Keinginan pengunjung

Barang: 1. Souvenir olahan

sutera (kain, pasmina, kebaya, syal, gantungan kunci, bros)

2. Aneka tanaman hias (Bromile, puring dan lain-lain)

3. Teh murbei 4. Kopi bubuk 5. Jamur tiram

putih 6. Jamur crispy

aneka tingkatan pedas

3. Penganekaragaman souvenir: a. kerajinan tangan

(miniatur pura, bangunan adat, pakakas Sunda, miniatur jamur, aneka motif khas sepatu dan sandal, aneka olahan getah pinus dan hasil kerajinan dari bunga dan daun kering)

b. makanan (fortifikan susu dari limbah ulat sutera, dan aneka jamur konsumsi) 32

Page 46: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

33

Pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari yang

direkomendasikan meliputi:

1. Aktivitas

Pengembangan produk wisata berupa aktivitas dilakukan dengan

pengemasan produk dalam bentuk program-program wisata, yaitu:

a. Wisata Konservasi Tamansari

Potensi alam Kawasan Wisata Terpadu Tamansari diantaranya berupa

Curug Nangka dan Bumi Perkemahan Sukamantri yang termasuk dalam Kawasan

TNGHS merupakan areal bekas pengelolaan Perum Perhutani. Taman nasional

merupakan salah satu kawasan konservasi yang bertujuan menjaga dan

melestarikan ekosistem beserta komponennya dari suatu kawasan. Salah satu

bentuk pemanfaatan hutan yang bisa dilakukan di kawasan tersebut adalah

pemanfaatan jasa lingkungan hutan melalui pengelolaan wisata. Aktivitas wisata

yang bisa dilakukan berupa berkemah, menikmati pemandangan alam, menikmati

air terjun, berfoto dan sebagainya. Selain itu, adanya potensi lain berupa

keragaman vegetasi dapat dilakukan aktivitas wisata konservasi. Vegetasi yang

mendominasi kedua areal tersebut adalah pinus (Pinus merkusii). Vegetasi

lainnya berupa rasamala (Altingia excelsa), puspa (Schima wallichi), pasang

(Quercus sp), ramogiling (Schefflera actinophylla), seuhang (Pygum latifolium),

ipis kulit (Kibessia azzorea), dan paku tiang (Cyathea arborea).

Kegiatan wisata konservasi yang dapat dikembangkan berupa pengenalan

berbagai jenis flora, proses pembibitan, penanaman dan pemeliharaannya, proses

penyadapan getah pinus, serta proses pembuatan souvenir berupa pengemasan

bibit tanaman secara menarik dan kerajinan tangan dari getah pinus, daun dan

bunga kering berbagai jenis tumbuhan tersebut. Setelah dilakukannya beragam

kegiatan tersebut, pengunjung dapat melanjutkan menikmati potensi alam

Tamansari lainnya yaitu Setu Tamansari. Pengunjung bisa melakukan aktivitas

memancing, berperahu (canoeing) atau sekedar duduk santai menikmati indahnya

panorama Gunung Salak yang menjulang. Selanjutnya, pengunjung dapat

melakukan aromaterapi sebagai kegiatan penutup. Kegiatan aromaterapi

dilakukan di lokasi budidaya tanaman hias. Kegiatan aromaterapi ini berupa

pengenalan sampai pengolahan pasca panen berbagai jenis tanaman aromatik,

Page 47: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

34

penggunaan jasa kesehatan menggunakan produk aromaterapi, aneka jamu dan

produk olahan tanaman aromaterapi.

b. Wisata Pendidikan Industri Tamansari

Rekomendasi dikembangkannya penyelenggaraan wisata pendidikan

industri didasarkan pada potensi usaha budidaya ulat sutera, tanaman hias,

peternakan bebek, usaha budidaya jamur serta pengrajin sepatu dan sandal yang

selama ini hanya berorientasi pada peningkatan produksi. Usaha-usaha tersebut

sangat potensial untuk dikembangkan sebagai wisata. Wisata yang dapat

dikembangkan adalah wisata pendidikan industri, mengingat pengunjung yang

datang ke Kawasan Wisata Terpadu Tamansari didominasi usia remaja dengan

profesi sebagai pelajar/mahasiswa.

Penyelenggaraan wisata pendidikan ini dapat menjadi penunjang

pembelajaran di sekolah, meningkatkan pengetahuan dan skill para pelajar. Hal

ini sesuai dengan Kamsinah (2008) yang menyatakan bahwa karya wisata

merupakan metode belajar yang dapat meningkatkan keaktifan dan mendorong

tercapainya elaborasi teori-teori yang diperoleh peserta didik. Akan tetapi,

pengembangan wisata pendidikan industri ini juga terbuka untuk pengunjung dari

berbagai kalangan. Pengembangan wisata pendidikan industri ini merupakan

bagian dari upaya meningkatkan pendapatan pengusaha.

Wisata pendidikan industri yang bisa dilakukan berupa kegiatan budidaya

ulat sutera, budidaya tanaman hias, beternak bebek, budidaya jamur serta belajar

membuat sepatu dan sandal. Kegiatan budidaya ulat sutera terdiri dari pengenalan

cara berkebun murbei, pemeliharaan ulat, pemintalan benang, sampai kegiatan

penenunan kain dan pengolahan pascapanen lainnya. Kegiatan selanjutnya adalah

pengenalan budidaya tanaman hias yaitu mengenal jenis-jenis tanaman hias serta

budidayanya.

Pengunjung kemudian dapat melakukan praktek beternak bebek dimulai dari

belajar pembibitan itik, pemeliharaan, menggembala sampai pengolahan

pascapanen. Begitu pula dalam kegiatan pengenalan budidaya jamur serta sepatu

dan sandal, pengunjung nantinya akan diajarkan dan melakukan praktek

bagaimana membudidayakan jamur serta belajar membuat sepatu dan sandal.

Selain meningkatkan produk usaha budidaya, dapat juga dilakukan peningkatan

Page 48: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

35

souvenir. Hasil kegiatan praktek yang dilakukan pengunjung dapat dijadikan

souvenir, misalnya pengunjung membuat motif sepatu/sandal sesuai dengan kreasi

yang diinginkannya bertuliskan nama dan lokasi wisata.

c. Mulih ka Lembur Tamansari

Mulih ka Lembur merupakan salah satu paket wisata yang disediakan di

Kampung Budaya Sindangbarang. Paket wisata tersebut terdiri dari kegiatan

pengenalan sejarah Kampung Budaya, pengenalan fungsi bangunan adat, praktek

bercocok tanam, trekking ke situs purbakala, mengenal permainan tradisional dan

pertunjukkan tradisional. Kegiatan wisata dalam Mulih ka Lembur Tamansari ini

adalah memadukan kegiatan wisata dalam paket wisata Mulih ka Lembur dengan

kegiatan lainnya di luar Kampung Budaya Sindangbarang. Misalnya setelah

kegiatan praktek bercocok tanam pengunjung diajak menuju tempat pengrajin

sepat dan sandal dan dapat melakukan praktek membuat sepatu dan sandal,

kemudian pengunjung diajak menuju peternakan bebek untuk belajar beternak

bebek secara terpadu.

Bercocok tanam merupakan mata pencaharian masyarakat terdahulu yang

masih ada sampai sekarang. Pengrajin sepatu dan sandal merupakan mata

pencaharian mayoritas masyarakat saat ini. Beternak bebek merupakan kegiatan

kelompok tani di Desa Pasir Eurih (lokasi keberadaan Kampung Budaya

Sindangbarang) selain bercocok tanam. Melalui paduan ketiga kegiatan ini,

pengunjung mengetahui perkembangan mata pencaharian di kampung tersebut.

Paket-paket wisata lainnya yang telah tersedia di Kampung Budaya

Sindangbarang ini dapat dikombinasikan dengan kegiatan wisata lainnya di lokasi

lain sesuai keinginan pengunjung.

d. Wisata Religi-Budaya Tamansari

Pengunjung yang ingin berziarah dan mengetahui lebih jauh sejarah, tradisi

seni dan kebudayaan Sunda Bogor dapat melakukan wisata religi-budaya

Tamansari. Pengunjung akan diajak mengunjungi Kampung Budaya

Sindangbarang, Situs Purbakala, dan Pura Parahyangan Agung Jagatkharta.

Kampung Sindangbarang merupakan kampung tertua di Bogor. Kampung

Sindangbarang merupakan salah satu tempat penting Kerajaan Pajajaran, yakni

terdapat keraton kerajaan tempat tinggalnya salah satu istri dari Prabu Siliwangi

Page 49: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

36

yang bernama Dewi Kentring Manik Mayang Sunda. Sampai saat ini, tradisi seni

dan budaya Sunda masih terpelihara, salah satunya adalah upacara adat “Seren

Taun”. Situs Purbakala yang masih ada adalah Situs Sindangbarang berupa 33

buah titik Punden Berundak dan Taman Sri Bagenda di Sindangbarang, yaitu

taman yang berupa kolam dengan panjang 15 X 45 meter. Pura Parahyangan

Agung Jagatkharta dipercaya sebagai stana/tempat tinggal Prabu Siliwangi dan

para leluhur Jawa Barat.

2. Fasilitas

Fasilitas yang disediakan dalam mendukung kegiatan wisata tersebut adalah

pembangunan Warsita (Warung Informasi Wisata) sebagai pusat Kawasan Wisata

Terpadu Tamansari yang berfungsi sebagai pusat informasi, pusat tiket masuk

kawasan dan pusat souvenir. Kendaraan khusus wisata disediakan untuk

memudahkan selama perjalanan wisata berlangsung. Bagi pengunjung yang

membawa kendaraan pribadi dapat ditempatkan di area parkir sekitar Warsita

selama kegiatan wisata berlangsung. Fasilitas lain yang disediakan adalah

demplot tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta

demplot tanaman aromatik untuk pengembangan wisata aromaterapi.

Bagi pengunjung yang ingin menginap atau tinggal dalam waktu beberapa

lama, pilihan akomodasi yang disediakan berupa berkemah di Curug Nangka atau

Bumi Perkemahan Sukamantri bagi yang ingin menikmati kesegaran alam,

menginap di pasanggarahan Kampung Budaya Sindangbarang bagi yang ingin

menikmati nuansa kampung, penginapan di Agrowisata Batu Gede Sutera Alam

atau menikmati homestay, tinggal bersama masyarakat sekitar agar dapat

menikmati dan mempelajari kehidupan masyarakat sehari-hari.

3. Barang

Pengembangan produk wisata berupa barang dilakukan dengan melakukan

penganekaragaman souvenir khas. Kegiatan wisata sangat berkaitan dengan

souvenir/cinderamata. Souvenir merupakan kesan yang tertera dalam ingatan

wisatawan tentang apa yang dilihat dan dialaminya dalam kunjungannya ke DTW

tertentu (Kodhyat 2007). Adanya souvenir yang khas dapat menjadi daya tarik

Page 50: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

37

wisatawan untuk kembali berkunjung ke DTW dan menjadi daya tarik bagi

wisatawan lain yang belum berkunjung untuk mengunjungi DTW tersebut.

Penganekaragaman souvenir khas dapat berupa kerajinan tangan dan

makanan. Berbagai macam hasil kerajinan tangan yang dapat disediakan antara

lain beragam jenis miniatur, seperti miniatur pura, bangunan adat, pakakas Sunda,

dan miniatur jamur. Selain itu, dapat disediakan aneka motif khas sepatu dan

sandal, aneka olahan getah pinus dan hasil kerajinan dari bunga dan daun kering.

Souvenir khas berupa makanan yang dapat dikembangkan antara lain susu

fortifikasi limbah ulat sutera, aneka jamur konsumsi dan hasil olahan pertanian.

Fortifikan limbah ulat sutera merupakan modifikasi protein yang dihasilkan dari

limbah ulat sutera untuk dicampurkan dalam susu bubuk. Fortifikan pada susu

bubuk biasanya diperoleh dari whey atau kasein yang harganya cukup mahal dan

tidak diproduksi dalam negeri. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pemanfaatan

limbah ulat sutera di Agrowisata Batu Gede Sutera Alam.

Jenis jamur konsumsi yang dikembangkan saat ini adalah jamur tiram putih.

Dalam rangka mewujudkan Tamansari sebagai sentra jamur diharapkan

dikembangkan berbagai jenis jamur lainnya, seperti jamur merang dan jamur

kuping. Selain itu, sebagai wilayah pengembangan pertanian, berbagai komoditas

pertanian yang dihasilkan dapat juga dijadikan souvenir dengan dipasarkan

langsung di Warsita ataupun dengan sistem memanen sendiri di lahan.

Page 51: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kawasan Wisata Terpadu Tamansari yang memiliki keindahan bentang

alam khas dipadu dengan keragaman seni, budaya, religi dan keunikan sejarah

masa lalu yang tinggi serta kekhasan sosial masyarakat memiliki daya tarik

masing-masing yang dapat dikembangkan menjadi produk wisata.

Pengembangan produk meliputi aktivitas, fasilitas, dan barang. Pengembangan

produk berupa aktivitas dilakukan melalui pengemasan produk dalam bentuk

program wisata berupa pengembangan wisata konservasi Tamansari, wisata

pendidikan industri Tamansari, Mulih ka Lembur Tamansari, dan wisata religi-

budaya Tamansari. Pengembangan produk berupa fasilitas berupa pembangunan

Warsita, penyediaan kendaraan khusus wisata, demplot tanaman dan tempat

pengolahan souvenir wisata konservasi serta penyediaan demplot tanaman

aromatik. Pengembangan produk berupa barang dilakukan dengan melakukan

penganekaragaman souvenir berupa kerajinan tangan (miniatur pura, bangunan

adat, pakakas Sunda, miniatur jamur, aneka motif khas sepatu dan sandal, aneka

olahan getah pinus dan hasil kerajinan dari bunga dan daun kering) dan makanan

(fortifikan susu dari limbah ulat sutera, dan aneka jamur konsumsi).

6.2 Saran

1. Diperlukan adanya kerjasama yang erat antara berbagai pihak dalam

mengelola dan mengembangkan produk wisata Kawasan Wisata Terpadu

Tamansari secara terintegrasi. Pihak pemerintah dapat berkontribusi dalam

menyediakan sarana prasarana, memasarkan produk, dan melakukan

pengawasan di segala sektor yang mendukung kegiatan wisata. Pengelola

disetiap lokasi wisata secara terintegrasi harus memberikan pelayanan yang

unggul dalam pengembangan produk. Masyarakat ikut terlibat aktif secara

positif dengan berperan sebagai pemandu wisata dan penyedia produk khas.

2. Diadakan pelatihan dan pendidikan bagi masyarakat sebagai upaya

pemberdayaan dan peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengembangan

produk wisata dan peningkatan pelayanan wisatawan.

Page 52: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

DAFTAR PUSTAKA

Alma B. 2011. Manajemen Perpasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: CV. ALFABETA.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor. 2009. Kawasan Wisata Terpadu Tamansari. Bogor: CV. Dwi Putra Mandiri.

Egam PP. 2012. Pengembangan Wisata Kota untuk Memperkuat Citra Kota Wisata. Kasus: Permukiman Bantik di Malalayang. Manado: Jurusan Arsitektur Universitas Sam Ratulangi.

Fiatiano E. 2007. Tata Cara Mengemas Produk Pariwisata pada Daerah Tujuan Wisata. Masyarakat, Kebudayaan dan Politik XX(3):1-11.

Kamsinah. 2008. Metode Dalam Proses Pembelajaran: Studi Tentang Ragam dan Implementasinya. Lentera Pendidikan XI (1): 101-114

Kodhyat H. 2007. Cara Mudah Memahami dan Mengembangkan Pariwisata Indonesia. Jakarta: Indonesia Ecotourism Network (INDECON).

Kotler P, Gary A. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran Jilid 1. Ed ke-12. Sabran B [Penerjemah]. Diterjemahkan dari Principles of Marketing, 12th Ed. Jakarta: Erlangga.

Lalamentik OJ. 2009. Dampak Pola Pengembangan Keterpaduan Komponen Produk Wisata Terhadap Peningkatan Pendapatan Pemerintah dan Masyarakat di Provinsi Sulawesi Utara. Analisis VI(1): 47-54.

Lubis HS. 2006. Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat Sumatera Utara. [Tesis]. Medan: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Militina T. 2005. Nilai Non Fisik Produk Wisata Budaya dan Bauran Promosi Sebagai Faktor Penentu Keputusan Membeli Produk Wisata Budaya di Kalimantan Timur. Jurnal Ekonomi dan Manajemen VI(3):494-503.

Moraru AD. 2011. Development and Diversification of Services-An Approach at Tourism Services Level in Romania. Annales Universitatis Apulensis Series Oeconomica XIII(1):127-133.

Purnomo C. 2008. Efektivitas Strategi Pemasaran Produk Wisata Minat Khusus Goa Cerme, Imogiri, Bantul. Jurnal Siasat Bisnis XII(3):187-197.

Purnomo C. 2009. Strategi Pemasaran Produk Wisata Minat Khusus Goa Cerme, Imogiri, Bantul. Karisma III(2):99-112.

Purnomo C. 2010. Persepsi Wisatawan Mancanegara Terhadap Mutu Produk Wisata di Kabupaten Bantul. EFEKTIF Jurnal Bisnis dan Ekonomi I(1): 43-53.

Page 53: PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA … · tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang

40

Sitanggang RJ. 2008. Analisis Usahatani dan Tataniaga Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor: Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Smith SLJ. 1994. The Tourism Product. Annals of Tourism Research 21(3): 582-595.

Suyitno. 1999. Perencanaan Wisata. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Widiyanti S. 2008. Analisis Efisiensi Pemasaran Talas (Kasus di Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [Skripsi]. Bogor: Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Yoeti OA. 2006. Tours and Travel Marketing. Jakarta: Pradnya Paramita.