tempe

12
NAMA : Angga Setiyawan NIM : 141710101040 KELAS : THP-A KELOMPOK : 4 1. Tempe Tempe adalah makanan hasil fermentasi yang sangat terkenal di Indonesia. Tempe yang biasa dikenal oleh masyarakat Indonesia adalah tempe yang menggunakan bahan baku kedelai. Fermentasi kedelai dalam proses pembuatan tempe menyebabkan perubahan kimia maupun fisik pada biji kedelai, menjadikan tempe lebih mudah dicerna oleh tubuh. Tempe segar tidak dapat disimpan lama, karena tempe tahan hanya selama 2 x 24 jam, lewat masa itu, kapang tempe mati dan selanjutnya akan tumbuh bakteri atau mikroba perombak protein, akibatnya tempe cepat busuk ( Sarwono, 2005). Pada awalnya tempe hanya terkenal di pulau Jawa dan merupakan makanan yang biasa dimakan dan dihidangkan setiap hari. Seiring dengan berjalannya waktu, tempe tidak hanya dikenal dipulau Jawa, melainkan hampir seluruh pelosok Indonesia dan biasa disebut sebagai makan Nasional (Wirakusuma, 2005). Hingga saat ini kedelai masih merupakan bahan utama untuk pembuatan tempe. Meskipun belum sepopuler tempe dengan bahan dasar kedelai, salah satu ragam tempe yang ada di Indonesia adalah tempe kecipir yang mulai dikenal di Indonesia pada awal tahun 1980-an. Fermentasi adalah perubahan kimia dalam bahan makanan yang disebabkan oleh enzim dari kedelai yang mengandung enzim lipoksidase. Bahan pangan umumnya merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan berbagai jenis mikroorganisme (Buckle, 2007). Selain meningkatkan mutu gizi, fermentasi kedelai menjadi tempe juga mengubah aroma kedelai yang berbau langu menjadi aroma khas tempe. Jamur yang berperanan dalam proses fermentasi tersebut adalah Rhizopus oligosporus. Beberapa sifat penting dari Rhizopus oligosporus antara lain meliputi: aktivitas enzimatiknya, kemampuan menghasilkan antibiotika, biosintesa vitamin vitamin B, kebutuhannya akan senyawa sumber karbon dan nitrogen, perkecambahan spora, dan penertisi miselia jamur tempe ke dalam jaringan biji kedelai (Kasmidjo, 1990). Proses fermentasi pembuatan tempe memakan waktu 36 48 jam. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan kapang yang hampir tetap dan tekstur yang lebih kompak. Jika proses fermentasi terlalu lama, menyebabkan

Upload: anggasetiyawan

Post on 04-Oct-2015

14 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

TUgas

TRANSCRIPT

  • NAMA : Angga Setiyawan

    NIM : 141710101040

    KELAS : THP-A

    KELOMPOK : 4

    1. Tempe

    Tempe adalah makanan hasil fermentasi yang sangat terkenal di Indonesia.

    Tempe yang biasa dikenal oleh masyarakat Indonesia adalah tempe yang

    menggunakan bahan baku kedelai. Fermentasi kedelai dalam proses pembuatan

    tempe menyebabkan perubahan kimia maupun fisik pada biji kedelai, menjadikan

    tempe lebih mudah dicerna oleh tubuh. Tempe segar tidak dapat disimpan lama,

    karena tempe tahan hanya selama 2 x 24 jam, lewat masa itu, kapang tempe mati

    dan selanjutnya akan tumbuh bakteri atau mikroba perombak protein, akibatnya

    tempe cepat busuk ( Sarwono, 2005). Pada awalnya tempe hanya terkenal di pulau

    Jawa dan merupakan makanan yang biasa dimakan dan dihidangkan setiap hari.

    Seiring dengan berjalannya waktu, tempe tidak hanya dikenal dipulau Jawa,

    melainkan hampir seluruh pelosok Indonesia dan biasa disebut sebagai makan

    Nasional (Wirakusuma, 2005).

    Hingga saat ini kedelai masih merupakan bahan utama untuk pembuatan

    tempe. Meskipun belum sepopuler tempe dengan bahan dasar kedelai, salah satu

    ragam tempe yang ada di Indonesia adalah tempe kecipir yang mulai dikenal di

    Indonesia pada awal tahun 1980-an. Fermentasi adalah perubahan kimia dalam

    bahan makanan yang disebabkan oleh enzim dari kedelai yang mengandung enzim

    lipoksidase. Bahan pangan umumnya merupakan medium yang baik untuk

    pertumbuhan berbagai jenis mikroorganisme (Buckle, 2007).

    Selain meningkatkan mutu gizi, fermentasi kedelai menjadi tempe juga

    mengubah aroma kedelai yang berbau langu menjadi aroma khas tempe. Jamur

    yang berperanan dalam proses fermentasi tersebut adalah Rhizopus

    oligosporus. Beberapa sifat penting dari Rhizopus oligosporus antara lain meliputi:

    aktivitas enzimatiknya, kemampuan menghasilkan antibiotika, biosintesa vitamin

    vitamin B, kebutuhannya akan senyawa sumber karbon dan nitrogen,

    perkecambahan spora, dan penertisi miselia jamur tempe ke dalam jaringan biji

    kedelai (Kasmidjo, 1990). Proses fermentasi pembuatan tempe memakan waktu 36

    48 jam. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan kapang yang hampir tetap dan

    tekstur yang lebih kompak. Jika proses fermentasi terlalu lama, menyebabkan

  • NAMA : Angga Setiyawan

    NIM : 141710101040

    KELAS : THP-A

    KELOMPOK : 4

    terjadinya kenaikan jumlah bakteri, jumlah asam lemak bebas, pertumbuhan jamur

    juga menurun dan menyebabkan degradasi protein lanjut sehingga terbentuk

    amoniak. Akibatnya, tempe yang dihasilkan mengalami proses pembusukan dan

    aromanya menjadi tidak enak. Hal ini terjadi karena senyawa yang dipecah dalam

    proses fermentasi adalah karbohidrat (Winarno, 1980).

    Tempe segar mempunyai aroma lembut seperti jamur yang berasal dari

    aroma miselium kapang bercampur dengan aroma lezat dari asam amino bebas dan

    aroma yang ditimbulkan karena penguraian lemak makin lama fermentasi

    berlangsung, aroma yang lembut berubah menjadi tajam karena terjadi pelepasan

    amonia (Astawan, 2004). Menurut Hidayat (2008), selain jenis tempe kedelai ada

    jenis tempe yang lain, yakni tempe leguminosa non kedelai dan tempe non

    leguminosa. Tempe leguminosa non kedelai diantaranya adalah tempe benguk,

    tempe kecipir, tempe kedelai hitam, tempe lamtoro, tempe kacang hijau, tempe

    kacang merah, dan lain-lain. Sedangkan jenis tempe non leguminosa diantaranya

    tempe gandum, tempe sorghum, tempe campuran beras dan kedelai, tempe ampas

    tahu, tempe bongkrek, tempe ampas kacang, tempe tela, dan lain-lain.

    Khasiat dan Kandungan Gizi

    Asam Lemak

    Selama proses fermentasi tempe, terdapat tendensi adanya peningkatan

    derajat ketidakjenuhan terhadap lemak. Dengan demikian, asam lemak tidak jenuh

    majemuk (polyunsaturated fatty acids, (PUFA) meningkat jumlahnya. Dalam

    proses itu asam palmitat dan asam linoleat sedikit mengalami penurunan,

    sedangkan kenaikan terjadi pada asam oleat dan linolenat (asam linolenat tidak

    terdapat pada kedelai). Asam lemak tidak jenuh mempunyai efek penurunan

    terhadap kandungan kolesterol serum, sehingga dapat menetralkan efek negatif

    sterol di dalam tubuh.

    Vitamin

    Dua kelompok vitamin terdapat pada tempe, yaitu larut air (vitamin B

    kompleks) dan larut lemak (vitamin A, D, E, dan K). Tempe merupakan sumber

  • NAMA : Angga Setiyawan

    NIM : 141710101040

    KELAS : THP-A

    KELOMPOK : 4

    vitamin B yang sangat potensial. Jenis vitamin yang terkandung dalam tempe antara

    lain vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), asam pantotenat, asam nikotinat (niasin),

    vitamin B6 (piridoksin), dan B12 (sianokobalamin). Vitamin B12 umumnya

    terdapat pada produk-produk hewani dan tidak dijumpai pada makanan nabati

    (sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian), namun tempe mengandung vitamin B12

    sehingga tempe menjadi satu-satunya sumber vitamin yang potensial dari bahan

    pangan nabati. Kenaikan kadar vitamin B12 paling mencolok pada pembuatan

    tempe; vitamin B12 aktivitasnya meningkat sampai 33 kali selama fermentasi dari

    kedelai, riboflavin naik sekitar 8-47 kali, piridoksin 4-14 kali, niasin 2-5 kali, biotin

    2-3 kali, asam folat 4-5 kali, dan asam pantotenat 2 kali lipat. Vitamin ini tidak

    diproduksi oleh kapang tempe, tetapi oleh bakteri kontaminan seperti Klebsiella

    pneumoniae dan Citrobacter freundii. Kadar vitamin B12 dalam tempe berkisar

    antara 1,5 sampai 6,3 mikrogram per 100 gram tempe kering. Jumlah ini telah dapat

    mencukupi kebutuhan vitamin B12 seseorang per hari. Dengan adanya vitamin B12

    pada tempe, para vegetarian tidak perlu merasa khawatir akan kekurangan vitamin

    B12, sepanjang mereka melibatkan tempe dalam menu hariannya.

    Mineral

    Tempe mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup.

    Jumlah mineral besi, tembaga, dan zink berturut-turut adalah 9,39; 2,87; dan 8,05

    mg setiap 100 g tempe. Kapang tempe dapat menghasilkan enzim fitase yang akan

    menguraikan asam fitat (yang mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor dan

    inositol. Dengan terurainya asam fitat, mineral-mineral tertentu (seperti besi,

    kalsium, magnesium, dan zink) menjadi lebih tersedia untuk dimanfaatkan tubuh.

    Antioksidan

    Di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk

    isoflavon. Seperti halnya vitamin C, E, dan karotenoid, isoflavon juga merupakan

    antioksidan yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi

    pembentukan radikal bebas. Dalam kedelai terdapat tiga jenis isoflavon, yaitu

    daidzein, glisitein, dan genistein. Pada tempe, di samping ketiga jenis isoflavon

    tersebut juga terdapat antioksidan faktor II (6,7,4-trihidroksi isoflavon) yang

  • NAMA : Angga Setiyawan

    NIM : 141710101040

    KELAS : THP-A

    KELOMPOK : 4

    mempunyai sifat antioksidan paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam

    kedelai. Antioksidan ini disintesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai

    menjadi tempe oleh bakteri Micrococcus luteus dan Coreyne bacterium. Penuaan

    (aging) dapat dihambat bila dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari

    mengandung antioksidan yang cukup. Karena tempe merupakan sumber

    antioksidan yang baik, konsumsinya dalam jumlah cukup secara teratur dapat

    mencegah terjadinya proses penuaan dini. Penelitian yang dilakukan

    di Universitas North Carolina, Amerika Serikat, menemukan bahwa genestein dan

    fitoestrogen yang terdapat pada tempe ternyata dapat mencegah kanker prostat dan

    payudara (http://www.wikipedia.com).

    Tempe kedelai mengandung senyawa antioksidan yang salah satunya

    adalah genistein. Masyarakat tidak hanya mengkonsumsi tempe ketika masih segar,

    tetapi juga tempe ketika sudah busuk, sebagai lauk pauk dan campuran sayur".

    Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa dari 200 gram tempe segar dihasilkan

    tempe busuk sekitar 250 gram" Setiap 200 gram sampel tempe, menghasilkan

    ekstrak metanol sekitar 0,883 gram untuk tempe segar dan 1,676 gram untuk tempe

    busuk" Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap 200 gram sampel tempe dalam

    ekstrak metanol mengandung senyawa genistein sekitar 47,9 g pada tempe segar

    dan 4635,7 g pada tempe busuk. Kontribusi daya antioksidan senyawa genistein

    dalam ekstrak methanol sekitar 17,5% pada tempe segar dan sekitar 25% pada

    tempe busuk (Novi, 2007).

    2. Tape

    Tape adalah salah satu makanan tradisional Indonesia yang dihasilkan dari

    proses fermentasi bahan pangan berkarbohidrat, seperti singkong dan ketan. Tape

    bisa dibuat dari singkong atau ubi kayu dan hasilnya dinamakan tape singkong. Ada

    berbagai nama tape, yaitu peyeum, tapai tela, tapai pulut dan lao-chao (Hidayat et

    al., 2006). Pembuatan tape tidak hanya berbahan baku singkong maupun ketan.

    Tape juga dapat dibuat dari ubi jalar, karena kandungan karbohidrat ubi jalar

    relative tinggi. Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas var. Ayamurasaki) merupakan

    salah satu jenis ubi jalar yang mulai banyak mendapat perhatian belakangan ini.

  • NAMA : Angga Setiyawan

    NIM : 141710101040

    KELAS : THP-A

    KELOMPOK : 4

    Bahan pangan ini mulai banyak diminati masyarakat karena selain mempunyai

    komposisi gizi yang baik juga memiliki fungsi fisiologis tertentu bagi tubuh. Ubi

    jalar ungu memiliki kulit dan daging umbi yang berwarna ungu kehitaman (ungu

    pekat) yang disebabkan oleh pigmen antosianin.

    Kandungan nutrisi ubi jalar ungu lebih tinggi bila dibandingkan ubi jalar

    varietas lain. Ubi jalar ungu merupakan sumber karbohidrat, vitamin dan mineral.

    Vitamin yang terkandung dalam ubi jalar ungu antara lain vitamin A, vitamin C,

    thiamin, dan riboflavin, sedangkan mineral dalam ubi jalar ungu diantaranya adalah

    Cu, Mg, K, Zn, Fe, P, dan Ca. Kandungan lainnya adalah protein, lemak, serat kasar,

    kadar abu dan antosianin (Kumalaningsih, 2007). Pengolahan ubi jalar ungu

    menjadi tape merupakan salah satu usaha dalam diversifikasi pangan. Disamping

    itu, pengolahan ubi jalar ungu menjadi tape juga merupakan usaha untuk

    meningkatkan daya guna bahan mentah dari ubi jalar ungu. Jika dibandingkan

    dengan ubi jalar putih, ubi jalar ungu memiliki tekstur yang agak berair dan mudah

    hancur saat dikukus dengan waktu yang lama.

    Untuk mendapatkan tekstur ubi jalar yang agak keras tetapi tetap gembur

    dan tidak hancur selama pengukusan, dapat dilakukan dengan mengatur waktu

    pengukusan. Pengukusan bahan baku tape akan memudahkan terjadinya

    perombakan oleh aktivitas enzim (Gunadnya dan Semadi, 1997). Harris dan

    Karmas (1989) menyatakan, dalam pengukusan ubi jalar ungu yang dilakukan

    dengan waktu yang terlalu lama mengakibatkan produk akan kehilangan banyak zat

    gizi yang terkandung didalamnya. Pengukusan dalam waktu yang lama akan

    menghasilkan tape yang bertekstur terlalu lunak dan terkadang hancur, sebaliknya

    pengukusan yang terlalu singkat dapat menghasilkan tape yang bertekstur keras dan

    kurang diminati oleh masyarakat. Selain lama waktu pengukusan, lama fermentasi

    juga dapat mempengaruhi karakteristik tape ubi jalar ungu yang dihasilkan.

    Fermentasi yang terlalu lama dapat menghasilkan tape yang memiliki kandungan

    alkohol yang tinggi dan rasa asam yang kurang disukai masyarakat. Berdasarkan

    permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

    waktu pengukusan dan fermentasi yang tepat untuk mendapatkan tape ubi jalar

    ungu dengan karakteristik terbaik.

  • NAMA : Angga Setiyawan

    NIM : 141710101040

    KELAS : THP-A

    KELOMPOK : 4

    3. Nata de Coco

    Nata de Coco merupakan makanan pencuci mulut (desert). Nata de Coco

    adalah makanan yang banyak mengandung serat, mengandung selulosa kadar tinggi

    yang bermanfaat bagi kesehatan dalam membantu pencernaan. Kadungan kalori

    yang rendah pada Nata de Coco merupakan pertimbangan yang tepat produk Nata

    de Coco sebagai makan diet. Dari segi penampilannya makanan ini memiliki nilai

    estetika yang tinggi, penampilan warna putih agak bening, tekstur kenyal, aroma

    segar. Dengan penampilan tersebut maka nata sebagai makanan desert memiliki

    daya tarik yang tinggi. Dari segi ekonomi produksi nata de coco menjanjikan nilai

    tambah. Uning (1974) mengungkapkan bahwa pembuatan nata yang diperkaya

    dengan vitamin dan mineral akan mempertinggi nilai gizi dari produk ini. Nata de

    Coco dibentuk oleh spesies bakteri asam asetat pada permukaan cairan yang

    mengandung gula, sari buah, atau ekstrak tanaman lain (Lapuz et al., 1967).

    Beberapa spesies yang termasuk bakteri asam asetat dapat membentuk selulosa,

    namun selama ini yang paling banyak dipelajari adalah A. xylinum (Swissa et al.,

    1980). Bakteri A. xylinum termasuk genus Acetobacter (Ley & Frateur, 1974).

    Bakteri A. xylinum bersifat Gram negatip, aerob, berbentuk batang pendek atau

    kokus (Moat, 1986; Forng et al., 1989). Pemanfaatan limbah pengolahan kelapa

    berupa air kelapa merupakan cara mengoptimalkan pemanfaatan buah kelapa.

    Limbah air kelapa cukup baik digunakan untuk substrat pembuatan Nata

    de Coco. Dalam air kelapa terdapat berbagai nutrisi yang bisa dimanfaatkan bakteri

    penghasil Nata de Coco. Nutrisi yang terkandung dalam air kelapa antara lain : gula

    sukrosa 1,28%, sumber mineral yang beragam antara lain Mg2+3,54 gr/l

    (Woodroof, 1972, Pracaya 1982), serta adanya faktor pendukung pertumbuhan

    (growth promoting factor) merupakan senyawa yang mampu meningkatkan

    pertumbuhan bakteri penghasil nata (A. xylinum) (Lapus et al., 1967). Adanya gula

    sukrosa dalam air kelapa akan dimanfaatkan oleh A. xylinum sebagai sumber

    energi, maupun sumber karbon untuk membentuk senyawa metabolit diantaranya

    adalah selulosa yang membentuk Nata de Coco. Senyawa peningkat pertumbuhan

    mikroba (growth promoting factor) akan meningkatkan pertumbuhan mikroba,

    sedangkan adanya mineral dalam substrat akan membantu meningkatkan aktifitas

  • NAMA : Angga Setiyawan

    NIM : 141710101040

    KELAS : THP-A

    KELOMPOK : 4

    enzim kinase dalam metabolisme di dalam sel A. xylinum untuk menghasilkan

    selulosa. Dengan perrtimbangan diatas maka pemanfaatan limbah air kelapa

    merupakan upaya pemanfaatan limbah menjadi produk yang memiliki nilai tambah.

    Fermentasi Nata de Coco dilakukan melalui tahap-tahap berikut: 3

    - Persiapan bahan dan alat

    - Pemeliharaan biakan murni A. xylinum.

    - Pembuatan starter.

    - Fermentasi.

    - Pemanenan

    - Pengolahan

    - Pengemasan

    4. Yogurt

    Yoghurt adalah salah satu produk susu terkoagulasi (mengental), diperoleh

    dari fermentasi asam laktat melalui aktifitas bakteri Lactobacillus bulgaricus dan

    Streptococcus thermophilus, dimana mikroorganisme ini dalam produk akhir harus

    hidup aktif dan berlimpah. Kerja bakteri asam laktat memfermentasikan susu

    ternyata meningkatkan kandungan gizi yoghurt. Khususnya vitamin B-kompleks,

    di antaranya vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin), vitamin B3 (niasin),

    vitamin B6 (piridoksin), asam folat, asam pantotenat, dan biotin. Sederet vitamin

    tersebut membantu meningkatkan kesehatan sistem reproduksi, kekebalan tubuh,

    dan ketajaman fungsi berpikir. Dengan rajin minum yoghurt, terutama yang

    murni/polos, dapat merangsang tubuh mempercepat proses peremajaan sel.

    Pembuatan yoghurt menggunakan bakteri L. bulgaricus dan S.

    thermophilus. Kedua bakteri itu mengurai laktosa (gula susu) menjadi asam laktat

    dan berbagai komponen aroma dan citarasa. L. bulgaricus lebih berperan pada

    pembentukan aroma, sedangkan S. thermophilus lebih berperan pada pembentukan

    citarasa. Yoghurt dibuat dengan memasukkan bakteri spesifik ke dalam susu di

    bawah temperatur dan kondisi lingkungan yang dikontrol. Bakteri L. bulgaricus dan

    S. thermophlillus merombak gula susu alami dan melepaskan asam laktat sebagai

  • NAMA : Angga Setiyawan

    NIM : 141710101040

    KELAS : THP-A

    KELOMPOK : 4

    produk sisa. Keasaman yang meningkat menyebabkan protein untuk membuat susu

    menjadi menggumpal.

    Bagi orang yang selalu diare setiap kali minum susu karena menderita

    intoleransi laktosa (lactose intolerance) akan aman-aman saja jika meminum

    yoghurt. Proses fermentasi telah menguraikan sebagian besar gula susu (laktosa)

    menjadi komponen-komponen sederhana. Ellie Metchnikoff, ahli mikrobiologi asal

    Rusia yang memenangi Hadiah Nobel bidang fisiologi kedokteran pada tahun 1908,

    meneliti kebiasaan minum yoghurt penduduk kawasan Balkan. Hasilnya,

    Metchnikoff mendapati secara umum penduduk Balkan panjang usia (capaian usia

    rata-rata 87 tahun) dan tampak lebih muda dari usianya. Menurut Metchnikoff,

    meminum yoghurt meningkatkan jumlah bakteri baik di dalam sistem pencernaan,

    khususnya usus halus. Karenanya, peminum yoghurt umumnya jarang menderita

    penyakit akibat cemaran mikroba, seperti influenza, dan diare. Fakta penduduk

    Balkan yang ditemukan Metchnikoff tersebut kemudian melahirkan teori panjang

    usia dan tetap awet muda (Metchnikoffs longevity-without-aging theory).

    Manfaat Yoghurt

    Yoghurt memiliki beberapa manfaat jika dikonsumsi, antara lain:

    1) Membantu proses penyerapan nutrisi

    Yoghurt meningkatkan penyerapan kalsium dan vitamin B. Adanya asam laktat

    pada yoghurt akan membantu mencerna kalsium susu. Dengan begitu, kalsium

    akan lebih mudah diserap.

    2) Menetralisir antibiotik

    Mengonsumsi antibiotik memang berfungsi mematikan kuman, namun

    antibiotik tidak pandang bulu kuman yang mana saja yang perlu dibunuh dan

    mana yang sebetulnya tidak perlu dimusnahkan.

  • NAMA : Angga Setiyawan

    NIM : 141710101040

    KELAS : THP-A

    KELOMPOK : 4

    3) Menjaga kesehatan pencernaan

    Bakteri-bakteri yang berperan dalam yoghurt dapat mengubah zat-zat

    prekarsinogenik (zat-zat pemicu kanker) yang ada dalam saluran pencernaan,

    hingga mampu menghambat terjadinya kanker. Berbagai penyakit dapat

    dicegah, seperti maag, susah buang air besar, diare, dan potensi mencegah

    kanker kolon.

    4) Kaya akan kalsium

    Dalam satu gelas yoghurt rata-rata terkandung sekitar 450 mg kalsium. Mineral

    ini sangat bermanfaat bagi kesehatan kolon.

    5) Mencegah jantung koroner

    Bakteri baik, yakni Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus yang terdapat

    dalam yoghurt, akan menghasilkan asam folat dan vitamin B kompleks, kedua

    vitamin ini berguna mencegah munculnya penyakit jantung koroner.

    6) Meningkatkan daya tahan tubuh atau imunitas dari probiotik bakteri di dalam

    yoghurt

    Penelitian yang dilakukan terhadap 68 orang yang mengonsumsi yoghurt dua

    cangkir per hari menunjukkan hasil yang cukup positif. Mereka ini mempunyai

    kadar interferon lebih tinggi. Dalam kamus saku kedokteran Dorland, interferon

    adalah famili glikoprotein yang salah satu pembentukannya dapat dirangsang

    oleh bakteri, berfungsi sebagai imunoregulator dan mengeluarkan aktivitas

    antivirus. Penelitian lain yang dilakukan pada hewan menunjukkan bahwa

    yoghurt mengandung faktor yang memiliki efek antitumor.

    7) Mengurangi kolesterol

    Penelitian pada beberapa orang yang mengonsumsi yoghurt secara teratur dalam

    jumlah dan waktu tertentu ternyata menunjukkan jumlah kolesterol dalam serum

    darahnya menurun. Mekanisme penurunan kolesterol ini bisa terjadi karena

    bakteri asam laktat yang ada dalam yoghurt dapat mendegradasi kolesterol

  • NAMA : Angga Setiyawan

    NIM : 141710101040

    KELAS : THP-A

    KELOMPOK : 4

    menjadi coprostanol. Coprostanol ini merupakan zat yang tak dapat diserap oleh

    usus. Berkat yoghurt, coprostanol dan sisa kolesterol dikeluarkan bersama-sama

    tinja. Sebuah laporan mengenai hal ini memaparkan bahwa penurunan kolesterol

    oleh bakteri Lactobacillus dapat mencapai kisaran 27% - 38%.

    8) Mencegah pathogen

  • NAMA : Angga Setiyawan

    NIM : 141710101040

    KELAS : THP-A

    KELOMPOK : 4

    DAFTAR PUSTAKA

    Badan Standardisasi Nasional. 1992. SNI Yoghurt (SNI 01-2981-1992.1992).

    Forng, E.R., Anderson,S.M., & Cannon, R.E.. 1989. Synthetic Medium for

    Acetobacter xylinum That Can Be Used for Isolation of Auxotrophic Mutan

    and Study of Cellulose Biosynthesis. App. and Environ. Microbiol. 55 :

    1317-1319.

    http://www.jawaban.com diakses tgl 20 oktober 2011

    http://www.wikipedia.com diakses tgl 20 oktober 2011

    http://almaizarnetagh.blogspot.com/2013/04/makalah-cara-pembuatan

    tape_2862.html

    Marwan W. 2006. Proses Pembuatan dan Analisis Mutu Yoghurt. Buletin Teknik

    Pertanian

    Novi Dewi Sartika. 2007. Studi Pendahuluan Daya Antioksidan Ekstrak Metanol

    Tempe Segar Dan Tempe "Busuk" Kota Malang Terhadap Radikal Bebas

    DPPH (1,1 -difenil-2-pikrilhidrazil). Skripsi. Universitas Negeri Malang

    Sarwono. 2005. Membuat Tempe dan Oncom. Cetakan 29. Jakarta

    Uning. S.B., 1974. Studi Mengenai Penggunaan Berbagai Umur Bakteri

    Acetobacter xylinum pada Pembentukan Nata de Coco secara Fermentasi

    dari Medium air Kelapa. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

    Widianarko . 2002. Tips Pangan Teknologi, Nutrisi, dan Keamanan Pangan.

    Grasindo. Jakarta

    www.manglayang.blogsome.com. 2005. Sejarah dan Perkembangan Yoghurt. 30-

    12-2005

  • NAMA : Angga Setiyawan

    NIM : 141710101040

    KELAS : THP-A

    KELOMPOK : 4

    ANGGA SETIYAWAN

    141710101040

    KELOMPOK 4

    ANGGA SETIYAWAN

    141710101040

    KELOMPOK 4