telaah normatif tentang perjanjian baku pada perjanjian ekspedisi

Upload: supardi

Post on 20-Jul-2015

98 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TELAAH NORMATIF TENTANG PERJANJIAN BAKU PADA PERJANJIAN EKSPEDISI MUATAN KAPAL LAUT A.Latar Belakang Masalah Perjanjian merupakan suatu perbuatan hukum ganda dimana satu pihak atau lebihmengikatkan diri terhadap satu pihak atau lebih lainnyamengenai sesuatu hal. Dan perjanjian ini dianggap sah apabila dalam perjanjian tersebut telah memenuhi syarat-syarat sebagaimana diatur dalam pasal 1320 BW ( Kitab Undang-undang Hukum Perdata )

Pasal 1320 KUH Perdata menentukan bahwa untuk dinyatakan sah, suatu perjanjian harus memenuhi 4 (Empat) syarat yaitu :

a.Kata b.Adanya

sepakat

dari

mereka untuk obyek

yang

mengikatkan

diri(

Toestaming Bekwaamheid Onderwerp

) ) )

kecakapan suatu

mengadakan tertentu( Een

perikatan( Bepaal

c.Mengenai

d.Mengenai kausa yang diperbolehkan( Geoorloofde Oorzaak ) Syarat kata sepakat dari mereka yang mengikatkan diri adalah menyangkut penawaran dan permintaan yang berisi pernyataan kehendak baik dari pihak yang menawarkan maupun dari yang ditawari, bahwa disetujui untuk mengadakan suatu perjanjian . Dan pernyataan kehendak terjadi apabila ada persesuain kehendak diantara kedua belah pihak.

Telah dikemukakan diatas bahwa terjadinya suatu perjanjian dikarenakan adanya kata sepakat atau konsensus, jadi perjanjian itu pada umumnya tidak dibuat secara formal tetapi konsensual, sehingga disebut dengan asas konsensualisme

Asas Konsensualisme mempunyai hubungan yang erat dengan asas kekuatan mengikat (Pacta Sunt Servanda) atau perjanjian yang dibuat para pihak mengikat pihakpihak yang membuatnya. Pada dasarnya seseorang atau badan hukum itu bebas mengadakan perjanjian apa saja asalkan didasarkan pada suatu itikadyang baik dan tidak bertentangan dengan ketentuan undang-undang, Kesusilaan, kepatutan, dan ketertiban umum, dengan demikian perjanjian itu mengikat dan masing-masing pihak harus bertanggung jawab terhadap apa yang telah diperjanjikan dalam suatu perjanjian, hal ini sesuai dengan asas didalam suatu perjanjian yaitu asas kebebasan berkontrak (contracts urijheid), dimana disebutkan bahwa didalam suatu perjanjian diberikan suatu kebebasan seluas-luasnya kepada para pihak untuk mengadakan suatu perjanjian yang berisi apa saja asalkan tidak melanggar undang-undang, ketertibaan umum dan kesusilaan.

Berdasarkan asas kebebasan berkontrak, maka sering timbul suatu perjanjianyang isinyamengandung syarat-syarat yang bersifat membatasi tanggung jawab, menghapuskan tanggung jawab, membebaskan tanggung jawab, mengurangi tanggung jawab ataupun meringankan tanggung jawabyang mana sering disebut dengan istilah Klausula eksonerasi (exenoratie clausule) yang mana hal ini banyak terdapat pada perjanjian baku ( standard contract). Contoh konkrit dari suatu perjanjian baku adalah perjanjian pengangkutan dimana perjanjian ini hanya dibuat oleh salah satu pihak saja yaitu pihak pengangkut, sehingga secara langsung maupun tidak langsung isi dari perjanjian pengangkutan ini lebih menguntungkan pihak pengangkut walaupun pada dasarnya, isinya tidak bersifat memojokkan ataupun merugikan salah satu pihak, tetapi dengan telah dibuatnya perjanjian oleh pihak pengangkut maka mau tidak mau, paham tidak paham maka pihak yang lain harus mengikuti pihak yang membuat perjanjian (pengangkut), sehingga ketika terjadi suatu wanprestasi atau terjadi suatu resiko yang disebabkan oleh pihak pengangkut walaupun tidak langsung, maka pihak yang turut

dalam perjanjian tersebut sering merasa dirugikan dan / atau harus menanggung kerugian dan tidak mendapatkan suatu penggantian yang layak atau yang sesuai dengan kerugian yang di derita.