teknologi produksi dan manajemen usahatani · 2014. 4. 22. · jagung : teknologi produksi dan...

159
. JAGUNG TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI EDITOR: : Teguh Prasetyo Endang Iriani Cahyati Setiani Moh. Ismail Wahab Kerjasama BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TENGAH Dengan PT. SYNGENTA INDONESIA

Upload: others

Post on 30-Jul-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

.

JAGUNG

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI

EDITOR: :

Teguh Prasetyo Endang Iriani

Cahyati Setiani Moh. Ismail Wahab

Kerjasama

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA

TENGAH

Dengan

PT. SYNGENTA INDONESIA

Page 2: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

.

BPTP Jawa Tengah Telp. (024) 6924965 / 6924967

Fax. (024) 6924966

Homepage : http://jateng.litbang.deptan.go.id e-mail : [email protected]

[email protected]

Page 3: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i

KATA PENGANTAR

Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

mencapai sekitar 18,9 juta ton. Kebutuhan jagung untuk

masa yang akan datang diperkirakan akan semakin

meningkat, sehingga pemerintah berupaya untuk

meningkatkan produksi. Salah satu upaya yang dilakukan

adalah meningkatkan produktivitas melalui penerapan

teknologi produksi dan manajemen usahatani yang efisien

agar pendapatan petani jagung lebih meningkat.

Berbagai inovasi teknologi budidaya mulai dari

pengolahan tanah, tanam, sampai pasca panen disajikan

pada buku ini. Selain itu, buku ini juga memuat

manajemen usahatani jagung mulai dari perencanaan

sampai evaluasi hasil. Buku ini disusun dengan bahasa

yang populer, sehingga dapat digunakan sebagai rujukan

bagi para parktisi, terutama penyuluh, petugas pertanian,

dan para mahasiswa yang sedang melakukan praktek

lapangan atau membina petani dalam usahatani jagung.

Ucapan terimakasih disampaikan kepada tim

penyusun dan PT Syngenta Indonesia yang telah

bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Jawa Tengah hingga tebitnya buku ini. Besar harapan

kami buku ini dapat memberi kontribusi bagi para

penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan produksi

jagung nasional.

Ungaran, November 2013

Kepala Balai

Dr. Ir. Moh Ismail Wahab, M.Si

Page 4: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani ii

KATA SAMBUTAN

Jagung sebagai salah satu makanan pokok

pengganti beras adalah komoditas strategis di Indonesia.

Kebutuhan jagung sebagai pemenuh bahan pangan dan

pakan terus meningkat. Saat ini produksi jagung dalam

negri belum mampu memenuhi kebutuhan domestik.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan selama

Januari-September 2013, total impor jagung tercatat

sebesar 2 juta ton atau US$ 578,1 juta. Produksi jagung

tahun ini menurun 0,55 juta ton atau 2,83%

dibandingkan 2012. Penurunan produksi tersebut

disebabkan karena anomali iklim, turunnya luas panen

sebanyak 1,7% dan penurunan produktivitas sebesar

1,16%.

Dalam upaya mengatasi tantangan penurunan

produksi dan meningkatkan produksi jagung yang

berkelanjutan, kerjasama dan sinergi antara pemangku

kepentingan yang mencakup pemerintah, pengusaha,

lembaga swadaya masyarakat, dan petani sangat

diperlukan.

Kemitraan Pertanian Berkelanjutan Indonesia

(Partnership for Indonesia’s Sustainable Agriculture –

PISAgro), dibentuk untuk memfasilitasi kemitraan publik

swasta dalam mengatasi ketahanan pangan nasional

dengan cara meningkatkan produksi pertanian secara

lestari dan meningkatkan penghidupan petani kecil.

Aspirasi PISAgro adalah mencapai target meningkatkan

produktivitas komoditas pertanian strategis, pendapatan

petani dan memperbaiki lingkungan hidup masing-masing

sebanyak 20% pada setiap dekade.

Page 5: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani iii

Untuk mewujudkan swasembada jagung di Indonesia

dan memenuhi target pemerintah mencapai 21 juta ton

produksi jagung di tahun 2014, diperlukan kerja keras

dalam meningkatkan produktivitas jagung. Karenanya,

saya memberikan apresisasi yang tinggi kepada

Kelompok Kerja Jagung PISAgro, yang dibawah

kepemimpinan Syngenta bekerja sama dengan Balai

Pengkajian Tekonogi Pertanian Jawa Tengah, menerbitkan

buku panduan “Jagung: Teknologi Produksi dan

Manajemen Usahatani” sebagai modul pelatihan kepada

para petani.

Saya juga memberikan apresiasi dalam usaha

memberdayakan petani kecil untuk dapat berpartisipasi

dalam rantai pasok makanan dengan cara meningkatkan

pengetahuan dan keahlian bertanam secara baik dan

ramah lingkungan sehingga akan meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan petani secara

berkelanjutan.

Direktur Eksekutif

Kemitraan Pertanian Berkelanjutan

Partnership for Indonesia’s Sustainable Agriculture

(PISAgro)

Laksmi Prasvita

Page 6: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani iv

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ....................................... i

KATA SAMBUTAN .......................................... ii

DAFTAR ISI................................................... iv

1. Ekonomi Jagung.......................................

Joko Triastono dan Teguh Prasetyo 1-24

2. Teknologi Budidaya Jagung.......................

Endang Iriani dan Sodiq Jauhari 25-58

3. Hama dan Penyakit Utama Jagung.............

Endang Iriani 59-98

4. Pascapanen dan Pengolahan Jagung...........

Agus Sutanto dan Dwi Nugraheni 99-120

5. Manajemen Usahatani Jagung ...................

Teguh Prasetyo dan Cahyati Setiani 121-138

6. Inovasi Kelembagaan Petani Mendukung

Pengembangan Jagung..............................

Cahyati Setiani dan Joko Triastono

139-152

Page 7: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Ekonomi Jagung di Indonesia

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 1

EKONOMI JAGUNG DI INDONESIA

Joko Triastono dan Teguh Prasetyo

[email protected]

PENDAHULUAN

Jagung (Zea mays) merupakan salah satu serealia

yang strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai

peluang untuk dikembangkan karena kedudukannya

sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah

beras (Kasryno et al., 2007; Purwanto, 2007;

Zubachtirodin et al., 2007). Jagung dapat dimanfaatkan

untuk pangan, pakan dan bahan baku industri (Kasryno

et al., 2007; Zubachtirodin et al., 2007). Jagung juga

dapat digunakan sebagai bahan bakar nabati (biofuel)

(Kasryno et al., 2007; Purwanto, 2007; Richana dan

Suarini, 2007).

Dalam perekonomian nasional, jagung

penyumbang terbesar kedua setelah padi dalam

subsektor tanaman pangan. Sumbangan jagung terhadap

Produk Domestik Bruto (PDB) terus meningkat setiap

tahun. Pada tahun 2000, kontribusi jagung dalam

perekonomian nasional mencapai Rp 9,4 trilyun dan pada

tahun 2003 meningkat menjadi Rp 18,2 trilyun. Kondisi

demikian mengindikasikan besarnya peranan jagung

dalam memacu pertumbuhan subsektor tanaman pangan

dan perekonomian secara umum (Zubachtirodin et al.,

2007).

Dengan berkembang pesatnya industri

peternakan, jagung merupakan komponen utama (60%)

dalam ransum pakan. Diperkirakan lebih dari 55%

Page 8: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Ekonomi Jagung di Indonesia

2 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

kebutuhan jagung dalam negeri digunakan untuk pakan,

sedangkan untuk konsumsi pangan hanya sekitar 30%,

dan sisanya untuk kebutuhan industri lainnya dan benih.

Dengan demikian, peran jagung sebetulnya sudah

berubah lebih sebagai bahan baku industri dibanding

sebagai bahan pangan (Kasryno et al. 2007).

Perubahan pola permintaan jagung juga

mendorong perubahan adopsi teknologi benih. Mulai awal

tahun 1990an, industri benih jagung hibrida berkembang

pesat yang diikuti oleh percepatan adopsi teknologi

jagung hibrida. Percepatan adopsi ini terkait dengan

promosi dan penyuluhan yang dilakukan oleh industri

benih jagung hibrida. Diperkirakan luas areal tanam

jagung hibrida lebih dari 30% dari total areal pertanaman

jagung di Indonnesia. Penyebaran jagung lokal

diperkirakan kurang dari 25% yang mayoritas ditanam di

Madura, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan

(Kasryno et al. 2007).

Geografis komoditas jagung juga mengalami

pergeseran. Pada saat masih berstatus sebagai komoditas

pangan, daerah penyebaran jagung didominasi oleh Jawa

Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Nusa

Tenggara Timur. Dengan berkembangnya Industri

peternakan peran Lampung dan Sumatera Utara mulai

mengalahkan posisi Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan

Nusa Tenggara Timur. Selain itu juga terdapat

pergeseran penggunaan lahan untuk jagung. Semula

pada saat permintaan jagung untuk konsumsi umumnya

diusahakan pada lahan kering, terutama pada musim

hujan. Dengan berkembangnya adopsi teknologi maka

areal pertanaman jagung menyebar ke lahan sawah

Page 9: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Ekonomi Jagung di Indonesia

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 3

beririgasi, terutama di Lampung, Sumatera Utara dan

Jawa Timur (Kasryno et al. 2007).

Permintaan jagung terus meningkat dari tahun ke

tahun sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk

dan industri. Disamping itu, kelangkaan bahan bakar

minyak dari fosil mendorong berbagai negara mencari

energi alternatif dari bahan bakar nabati, salah satunya

adalah jagung. Hal ini mengakibatkan permintaan akan

jagung semakin meningkat, sulit didapat dan mahal

harganya, karena pengekspor jagung terbesar di dunia

seperti Amerika serikat dan Cina telah mengurangi

ekspornya untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya

yang semakin meningkat (Purwanto, 2007). Perubahan

pola permintaan jagung ke depan perlu dijadikan acuan

dalam penentuan kebijakan ketahanan dan diversifikasi

pangan di Indonesia.

Tulisan ini merupakan revew dari berbagai sumber

pustaka yang menyajikan kondisi ekonomi jagung dan

implikasinya bagi penelitian jagung pada masa datang.

KONDISI EKONOMI JAGUNG

Kondisi Pertanaman Jagung

Tanaman jagung mempunyai adaptasi yang luas

dan relatif mudah dibudidayakan, sehingga komoditas ini

ditanam oleh petani di Indonesia pada lingkungan fisik

dan sosial-ekonomi yang sangat beragam. Jagung dapat

ditanam pada lahan kering, lahan sawah, lebak, dan

pasang surut, dengan berbagai jenis tanah, pada

berbagai tipe iklim, dan pada ketinggian tempat 0 –

2.000 m dari permukaan air laut (Zubachtirodin et al.,

2007).

Page 10: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Ekonomi Jagung di Indonesia

4 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

Luas panen jagung dalam kurun waktu 2008 –

2012 mengalami fluktuasi dengan trend yang menurun

rata-rata - 0,13% per tahun. Produksi jagung pada kurun

waktu yang sama menunjukkan trend yang meningkat

dengan laju 4,05% per tahun. Walaupun terjadi

penurunan luas panen jagung, namun produksinya

meningkat. Hal ini disebabkan adanya kenaikan

produktivitas jagung pada kurun waktu yang sama, yaitu

dengan laju 3,94% per tahun (Tabel 1). Peningkatan

produksi dan produktivitas jagung tersebut terkait

dengan pengembangan varietas jagung hibrida,

peningkatan intensitas pertanaman dan penerapan

pengelolaan tanaman terpadu (PTT). Pertanaman jagung

pada musim hujan (MH) lebih luas daripada musim

kemarau (MK) (Purwanto, 2007). Sekitar 57% produksi

biji jagung dihasilkan dari pertanaman pada MH, 24%

pada MK I dan 19% pada MK II (Kasryno, 2002).

Pertanaman jagung pada MH umumnya diusahakan pada

lahan kering, sedangkan pada MK diusahakan pada

sawah tadah hujan dan sawah irigasi (Zubachtirodin et

al., 2007).

Tabel 1. Perkembangan luas panen, produktivitas dan

produksi jagung periode 2008 – 2012

Tahun Luas Panen Produktivitas Produksi

Ha % ku/ha % ton %

2008 4.001.288 - 40,78 - 16.317.251 - 2009 4.160.903 3,99 42,37 3,90 17.629.748 8,04 2010 4.131.568 (0,71) 44,36 4,70 18.327.636 3,96 2011 3.864.896 (6,45) 45,65 2,91 17.643.250 (3,73) 2012 3.966.871 2,64 47,80 4,71 18.961.645*) 15,74

Rata-rata

4.025.105 (0,13) 4,05 11.904.967 3,94

Keterangan : *) Angka Ramalan II

Sumber : www.deptan.go.id/infoeksekutif/tan/TPATAP-

2011-ARAM-II-

Page 11: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Ekonomi Jagung di Indonesia

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 5

Penerapan inovasi teknologi di tingkat petani

masih beragam, bergantung pada orientasi produksi

(subsisten, semi komersial, komersial), kondisi kesuburan

tanah, risiko yang dihadapi, dan kemampuan petani

membeli atau mengakses sarana produksi. Penyebaran

penggunaan varietas pada tahun 2005 adalah 22%

hibrida, dan selebihnya komposit (unggul dan lokal).

Angka ini masih di bawah Thailand dan Filippina yang

telah menggunakan benih hibrida masing-masing 98%

dan 65%. Masih mahalnya benih hibrida dan

pertimbangan risiko yang dihadapi, cukup banyak petani

yang menanam benih hibrida turunan (F2) (Zubachtirodin

et al., 2007).

Tingkat Konsumsi Jagung

Beras sebagai pangan pokok masyarakat

Indonesia merupakan sumber karbohidrat dengan

kandungan mencapai 80 – 85% dengan kandungan kalori

sebesar 365 kkalori/100 gram (Anomin, 2013b). Selain

beras, bahan pangan pokok lainnya yang merupakan

sumber karbohidrat antara lain adalah jagung, ubikayu,

ubijalar, sagu, tales dan kentang. Jagung merupakan

bahan pangan pokok yang paling banyak digunakan

selain beras karena mempunyai kandungan karbohidrat

mencapai 70 – 80% dan merupakan menu makanan yang

bersifat substitusi atau suplemen bagi manusia. Sebagai

pangan pokok jagung diolah menjadi nasi jagung. Jagung

juga dapat diolah dalam berbagai variasi masakan,

sebagai lauk ataupun sebagai hidangan selingan. Selain

mengandung karbohidrat, jagung mempunyai kandungan

gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan

makanan pokok pengganti beras, sehingga sangat

bermanfaat untuk kesehatan (memenuhi nutrisi dan

Page 12: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Ekonomi Jagung di Indonesia

6 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

sebagai obat) (Anonim, 2011).

Jagung merupakan sumber kalori pengganti atau

suplemen bagi beras. Meskipun cenderung menurun

tingkat konsumsinya, jagung masih merupakan bahan

makanan pengganti atau supplemen bagi sebagian

masyarakat pedesaan khususnya di Jawa Tengah, Jawa

Timur, NTT dan seluruh propinsi Sulawesi. Proporsi

penggunaan jagung sebagai bahan pangan cenderung

menurun, sebaliknya penggunaan sebagai bahan pakan

dan bahan baku industri meningkat. Sebagai bahan

pangan, jagung dikonsumsi dalam bentuk jagung basah,

jagung kering pipilan, dan dalam bentuk tepung jagung.

Bentuk yang paling banyak dikonsumsi rumah tangga

diperkotaan adalah jagung basah, sedang di pedesaan

jagung pipilan (Sudaryanto et al., 1993).

Perkembangan tingkat konsumsi jagung perkapita

secara nasional adalah 28,98 kg/kapita/tahun (1970),

turun menjadi 15,75 kg/kapita/tahun (1980), 8,48

kg/kapita/tahun (1990), 5,93 kg/kapita/tahun pada tahun

1993, kemudian turun menjadi 3,4 kg/kapita/tahun pada

tahun 2002 turun menjadi 3,2 kg/kapita/tahun pada

tahun 2004 (Ariani, 2006). Secara umum tingkat

konsumsi jagung/kapita/tahun di pedesaan lebih tinggi

dibanding konsumsi di perkotaan. Propinsi yang tingkat

konsumsi jagung perkapitanya tinggi adalah Lampung

dengan tingkat pemakaian 11,84 kg/kapita/tahun, Jawa

Tengah 8,57 kg/kapita/tahun, Jawa Timur 9,80

kg/kapita/tahun, NTT 39,21 kg/kapita/tahun, Sulawesi

Utara 13,79 kg/kapita/tahun dan Sulawesi Tenggara

14,66 kg/kapita/tahun (Sudaryanto et al., 1998).

Page 13: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Ekonomi Jagung di Indonesia

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 7

Kalau dahulu bangsa Indonesia dikenal dengan

pola berbagai pangan pokok lokal seperti jagung di

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), kini hal tersebut

tidak seluruhnya benar. Walaupun di beberapa kabupaten

di Propinsi NTT masih dijumpai masyarakat yang

mengkonsumsi jagung, namun sebagian besar

masyarakat sudah mengkonsumsi beras sebagai

makanan pokoknya. Hal ini terlihat dari partisipasi

konsumsi beras di Provinsi NTT yang sudah mencapai

hampir 100%, sedangkan untuk jagung tidak sampai

32%. Sehingga kedudukan jagung telah tergeser oleh

beras (Tabel 2) (Ariani, 2006).

Tabel 2. Tingkat partisipasi konsumsi jagung dan beras di

Provinsi NTT tahun 2002

No Jenis Pangan Tingkat Partisipasi

(%)

1 Jagung

a. Jagung basah

b. Jagung pipilan

c. Tepung jagung

31,9

30,6

0,2

2 Beras

a. Beras

b. Beras ketan

c. Tepung beras

98,9

1,6

1,7

Sumber : Ariani, 2006.

Masyarakat mengalihkan fungsi jagung tidak lagi

sebagai makanan pokok tetapi sebagai makanan selingan

atau snack, sehingga jumlah yang dikonsumsi juga

sangat terbatas. Pola konsumsi pangan pokok kelompok

masyarakat juga berubah yang mengarah kepada beras

dan bahan pangan berbasis tepung terigu, termasuk mie

kering, mie basah, mie instan. Dari keragaan data

Page 14: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Ekonomi Jagung di Indonesia

8 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

tersebut menunjukkan bahwa pangan lokal seperti jagung

telah ditinggalkan oleh masyarakat, dan pangan global

seperti mie menunjukkan kebalikannya.

Diversifikasi pangan sesuai potensi lokal

merupakan bagian yang penting dari strategi pangan

nasional. Pemerintah jangan lagi berkonsentrasi pada

beras, namun dapat mengandalkan pangan pokoknya

berbasis pangan lokal seperti jagung, sagu, ubi jalar, ubi

kayu dan pisang. Tentu semuanya tidak lagi disajikan

secara apa adanya seperti standar kuliner dimasa lalu,

tetapi harus dimodernisasi tampilan dan cita rasa serta

penyajiannya, dan metoda mengolahnya disesuaikan

dengan cita rasa masyarakat modern. Keberhasilan

diversifikasi pangan terkait dengan citra kuliner masakan

tradisional. Kemajuan pendidikan dan kesejahteraan

masyarakat, menuntut tampilan pangan yang lebih baik.

Masyarakat tidak lagi makan jagung dan ubi dengan

bentuk apa adanya. Oleh karena itu, untuk memenuhi

selera masyarakat yang semakin maju yang

mengkonsumsi mie dan roti, perlu dikembangkan

makanan berbasis tepung jagung, tepung sagu, tepung

ubi kayu dan lain-lain yang dapat diproduksi sendiri di

dalam negeri (Husodo, 2013).

Perubahan Struktur Permintaan Jagung

Sebelum tahun 1990, penggunaan jagung di

Indonesia lebih banyak (86%) untuk konsumsi langsung,

hanya sekitar 6% untuk industri pakan. Penggunaan

jagung untuk industri pangan juga masih rendah (7,5%).

Dengan berkembangnya industri peternakan maka terjadi

pergeseran pola konsumsi jagung di Indonesia. Dalam

periode 1990-2002 telah terjadi pergeseran penggunaan

Page 15: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Ekonomi Jagung di Indonesia

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 9

jagung, walaupun masih didominasi untuk konsumsi

langsung. Setelah tahun 2002, penggunaan jagung lebih

banyak untuk kebutuhan industri pakan selain industri

pangan. Selama tahun 2002-2005, penggunaan jagung

untuk konsumsi menurun sekitar 2,0% per tahun.

Sebaliknya penggunaan jagung untuk industri pakan dan

industri pangan meningkat masing-masing sebesar

5,86% per tahun dan 3,01% per tahun (Zubachtirodin et

al., 2007).

Perkembangan Harga

Harga jagung di tingkat produsen dalam periode

1995 – 2007 terus meningkat dengan laju 16,6% per

tahun. Pada tahun 1995 harga jagung di tingkat produsen

Rp 394/kg, dan pada tahun 2006 meningkat menjadi Rp

1.802/kg. Sedangkan harga jagung di tingkat

konsumen/harga eceran selama kurun waktu 1995 –

2007 mengalami peningkatan dengan laju 17,07% per

tahun. Pada tahun 1995 harga jagung di tingkat

konsumen Rp 507/kg dan pada tahun 2007 mencapai Rp

2.885/kg (Purwanto, 2007). Saat ini harga jagung lokal

telah mencapai Rp 3.600/kg. Diperkirakan sampai akhir

tahun harga jagung bisa naik sampai Rp 3.800/kg

(Arifenie, 2013).

Pemanfaatan Jagung untuk Pakan

Tiga puluh tahun lalu, penggunaan jagung

umumnya masih didominasi untuk pangan, baik sebagai

pengganti beras di daerah tertentu maupun sebagai

pangan tambahan. Dengan berkembangnya industri

unggas pada awal tahun 1970-an, maka jagung mulai

dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk pakan unggas

Page 16: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Ekonomi Jagung di Indonesia

10 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

modern. Permintaan jagung untuk pakan terus meningkat

sejalan dengan berkembangnya industri pakan unggas.

Saat ini, sebagian besar produksi jagung digunakan untuk

pakan dan volume penggunaannya untuk pangan

cenderung menurun (Tangendjaja dan Wina, 2007).

Jagung merupakan sumber energi utama pakan,

terutama untuk ternak monogastrik seperti ayam, itik,

puyuh, dan babi karena kandungan energi, yang

dinyatakan sebagai energi termetabolisme (ME), relatif

tinggi dibanding bahan pakan lainnya. Dalam ransum

unggas, baik ayam boiler maupun petelur, jagung

menyumbang lebih dari separuh energi yang dibutuhkan

ayam. Tingginya kandungan energi jagung berkaitan

dengan tingginya kandungan pati ( > 60%) biji jagung.

Di samping itu, jagung mempunyai kandungan serat

kasar yang relatif rendah sehingga cocok untuk pakan

ternak (Tangendjaja dan Wina, 2007).

Jagung mengandung > 3% lemak berupa asam

lemak tidak jenuh. Asam lemak ini dapat meningkatkan

ukuran telur disamping bermanfaat dalam sintesis

hormon reproduksi. Selain itu, jagung mengandung

protein 8,5% jauh lebih rendah dibanding kebutuhan

ayam boiler yang mencapai > 22% dan ayam petelur >

17%. Sehingga untuk membuat pakan ayam perlu

ditambahkan sumber protein yang tinggi seperti bungkil

kedelai. Untuk melengkapi kandungan asam amino dalam

ransum pakan ayam dapat ditambahkan asam amino

sintesis (Tangendjaja dan Wina, 2007).

Saat ini sekitar 85 – 90% produksi pakan di

Indonesia ditujukan untuk unggas (ayam broiler dan

petelur). Sekitar 5 – 7% dari produksi pakan ditujukan

untuk ikan dan 5% untuk babi dan sisanya untuk ternak

Page 17: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Ekonomi Jagung di Indonesia

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 11

lainnya seperti puyuh dan burung berkicau. Jika saat ini

produksi pakan di Indonesia mencapai 7 juta ton, maka

diperlukan jagung sebanyak 3,85 juta ton. Di masa

mendatang, dengan jumlah penduduk meningkat dan

pendapatan per kapita masyarakat meningkat, maka

konsumsi produk unggas akan meningkat pula. Dengan

meningkatnya produk unggas maka kebutuhan bahan

baku jagung untuk pakan unggas juga akan meningkat

(Tangendjaja dan Wina, 2007).

Jumlah pabrik pakan sebanyak 97 pabrik pada

tahun 1995 dan menurun menjadi 62 pabrik pada tahun

1999 sebagai akibat sulitnya memperoleh bahan baku

pakan dan krisis moneter pada tahun 1997. Sentra pabrik

pakan terdapat di Jawa barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,

Sumatera Utara dan Lampung (Tangendjaja dan Wina,

2007).

Pengolahan jagung untuk industri, pangan

maupun pati, memberikan hasil samping yang umumnya

digunakan untuk pakan. Penggilingan jagung secara

tradisional untuk menghasilkan beras jagung akan

menghasilkan empok yang dapat digunakan untuk pakan.

Penggilingan jagung secara modern dengan cara kering

memberikan hasil samping berupa hormini yang dapat

dimanfaatkan sebagai pakan. Penggilingan jagung secara

basah untuk menghasilkan pati jagung akan

mengeluarkan berbagai hasil samping berupa corn gluten

meal (CGM), corn gluten feed (CGF) dan corn germ meal,

dan sebagainya yang umumnya dimanfaatkan untuk

pakan (Tangendjaja dan Wina, 2007).

Limbah tanaman jagung juga dapat dimanfaatkan

untuk pakan, tetapi hanya untuk ternak ruminansia

karena tingginya kandungan serat. Jerami jagung

Page 18: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Ekonomi Jagung di Indonesia

12 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

merupakan bahan pakan penting untuk sapi pada saat

rumput sulit diperoleh, terutama pada musim kemarau.

Jerami jagung yang diawetkan dengan pengeringan

matahari menghasilkan hay dan disimpan oleh petani

untuk persediaan pakan sapi pada musim kemarau.

Dengan berkembangnya usaha penggemukan sapi impor

dan usaha sapi perah, seluruh tanaman jagung dapat

dimanfaatkan sebagai pakan. Jagung ditanam secara

khusus untuk menggantikan rumput. Tanaman jagung

pada umur tertentu, terutama ketika bulir mulai tumbuh,

mampunyai nilai gizi yang tinggi untuk sapi. Berdasarkan

pengkajian integrasi jagung dengan ternak yang telah

dilakukan di beberapa kabupaten di Indonesia diperoleh

hasil bahwa pemberian limbah tanaman jagung dalam

bentuk hay, silase atau fermentasi dapat meningkatkan

bobot badan harian sapi dibandingkan dengan pakan

tradisional. Sistem integrasi jagung dengan sapi juga

mampu memberikan keuntungan yang lebih besar,

karena lebih efisien dalam penyediaan pakan ternak dan

bahan organik (Tangendjaja dan Wina, 2007).

Pemanfaatan Limbah Jagung untuk Energi

Kenaikan harga bahan bakar minyak dan

menipisnya cadangan sumber minyak bumi di Indonesia

dapat menjadi penghambat pembangunan pertanian

berkelanjutan. Salah satu potensi energi alternatif adalah

limbah biomasa yang dihasilkan dari aktivitas produksi

pertanian yang jumlahnya sangat besar. Potensi limbah

biomasa terbesar adalah dari limbah kayu hutan,

kemudian diikuti oleh limbah padi, jagung, ubi kayu,

kelapa, kelapa sawit dan tebu. Menurut Prasetyo (2002)

limbah batang dan daun jagung kering sebesar 3,46

Page 19: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Ekonomi Jagung di Indonesia

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 13

ton/ha. Pada tahun 2012 luas panen jagung adalah 3,9

juta ha, sehingga limbah pertanian yang dihasilkan

sekitar 13,49 juta ton. Pemanfaatan jagung dan

limbahnya sebagai sumber bio energi dengan teknologi

konversi energi yang ada saat ini antara lain adalah : (a)

sebagai bahan bakar tungku untuk proses pengeringan

dan pemanasan, (b) sebagai bahan bakar padat untuk

proses pirolisis dan gasifikasi, (c) sebagai bahan baku

pembuatan etanol, dan (d) sebagai bahan baku potensial

pembuatan biodiesel (Widodo et al., 2013).

Upaya Peningkatan Produksi Jagung

Salah satu target “Empat Sukses” pembangunan

pertanian 2010 – 2014 Kementerian pertanian adalah

pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan.

Pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan

merupakan kelanjutan dari Program Ketahanan Pangan

yang berjalan sampai dengan tahun 2010 dengan target

utama swasembada kedelai, gula dan daging serta

swasembada berkelanjutan padi dan jagung (Kementan,

2010). Dalam rangka pencapaian swasembada dan

swasembada berkelanjutan, diperlukan kerja keras dari

semua pihak dan instansi terkait, dari pusat, provinsi,

kabupaten/kota, kecamatan, dan desa. Kerja keras

semua pihak dan instansi terkait diperlukan karena

adanya tantangan pembangunan pertanian yang semakin

komplek, antara lain : (a) tekanan jumlah penduduk, (b)

perubahan iklim, (c) alih fungsi lahan, dan (d)

kerusakan/kurangnya infrastruktur pertanian (Suswono,

2011).

Jagung merupakan pangan stategis, sehingga

ditetapkan oleh Kementerian Pertanian sebagai salah satu

Page 20: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Ekonomi Jagung di Indonesia

14 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

dari lima komoditas prioritas nasional. Jagung dalam

Renstra Kementerian Pertanian 2010 - 2014 ditargetkan

dapat swasembada pada tahun 2014 melalui program

peningkatan swasembada dan swasembada

berkelanjutan. Target produksi jagung tahun 2013

sebesar 26 juta ton pipilan kering (Suwandi, 2012).

Jagung dikategorikan sebagai tanaman palawija

(tanaman kedua setelah padi), sehingga perhatian

terhadap tanaman ini tidak seintensif pada tanaman padi.

Jagung umumnya ditanam petani sebagai tanaman sela

di antara musim tanam padi dan dapat pula sebagai

tanaman tumpang sari di lahan kering. Oleh karena itu,

produksi jagung cenderung fluktuatif (Gafar, 2013). Pada

tahun 2012 produksi jagung sebesar 19,38 juta ton, yang

diperoleh dari luas panen jagung 3,9 juta ha dengan

tingkat produktivitas 4,9 ton/ha (BPS, 2013).

Jagung selain sebagai bahan pangan juga sebagai

bahan baku industri, bahan baku pakan ternak dan

energi. Jagung sebagai bahan baku pakan ternak akan

menghasilkan daging dan telur yang merupakan sumber

protein hewani bagi penduduk. Sejalan dengan

peningkatan jumlah penduduk, kebutuhan jagung juga

meningkat. Pada tahun 2013, kebutuhan jagung lebih

besar dibandingkan produksi dalam negeri. Untuk

menutupi kekurangannya diperlukan impor jagung

sebesar 2,8 juta ton. Impor jagung terutama diperlukan

untuk memenuhi bahan baku industri pakan ternak

(Anonim, 2013a).

Untuk mengurangi ketergantungan terhadap

impor, Kementerian Pertanian menetapkan target

swasembada jagung pada tahun 2014 sebesar 29 juta ton

pipilan kering (Suwandi, 2012). Peningkatan produksi

Page 21: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Ekonomi Jagung di Indonesia

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 15

jagung terutama dilakukan melalui dua pendekatan yaitu

peningkatan produktivitas (intensifikasi) dan perluasan

areal tanam (ekstensifikasi). Peluang peningkatan

produktivitas masih sangat terbuka karena produktivitas

aktual saat ini masih jauh di bawah potensi produktivitas

(selisih hasil) dari varietas unggul yang telah dilepas ke

pasaran. Sedangkan perluasan areal tanam dilakukan

melalui pembukaan lahan baru (pencetakan sawah) dan

pemanfaatan lahan di bawah tegakan tanaman tahunan.

Perkembangan produktivitas jagung cukup baik,

pada tahun 1988 produktivitas jagung masih kurang dari

2 ton per/ha, kemudian meningkat menjadi hampir 3

ton/ha pada 2003, dan untuk tahun terakhir ini sekitar 4

ton/ha. Kuncinya adalah pada jagung dilakukan

penyebaran benih hibrida, yakni hasil persilangan benih

jantan dan betina yang dipilih sifat unggulnya, tapi hanya

dapat dipakai untuk sekali tanam. Benih hibrida itu

diperkenalkan pada tahun 1980-an dan berkembang

1990-an. Setelah tahun 2000, pengembangan benih

hibrida sangat intensif oleh produsen benih swasta. Sejak

1980-an sampai kini telah dilepas benih jagung hibrida

tak kurang dari 100 varietas. Pada saat ini sebagian besar

petani di sentra produksi jagung Jawa Timur dan Jawa

Tengah telah menanam jagung hibrida (Gafar, 2013).

Sampai saat ini telah dikenal beberapa varietas

jagung dengan potensi hasil 6 – 7 ton/ha untuk jagung

komposit dan 8 – 10 ton/ha untuk jagung hibrida

(Puslitbangtan, 2008). Saat ini tingkat produktivitas

jagung sebesar 4,9 ton/ha, sehingga masih ada peluang

untuk meningkatkan produktivitas sampai 2 – 5 ton/ha

tergantung dari varietas jagung yang digunakan.

Page 22: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Ekonomi Jagung di Indonesia

16 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

Dalam upaya pencapaian swasembada jagung

diperlukan peran dari semua pemangku kepentingan

melalui : (a) mengupayakan penambahan luas baku

sawah melalui cetak sawah baru, (b) melakukan

perluasan areal tanam melalui kegiatan optimasi lahan,

(c) melakukan peningkatan indeks pertanaman (IP)

melalui perbaikan jaringan irigasi dan optimalisasi

alsintan pra panen, (d) melaksanakan perbaikan budidaya

tanaman (teknologi), (e) meningkatkan produktivitas

melalui perluasan Sekolah Lapangan Pengelolaan

Tanaman Terpadu (SL-PTT), (f) meningkatkan

penggunaan varietas unggul produktivitas tinggi dan

adaptif terhadap perubahan iklim, (g) meningkatkan

penerapan teknologi pasca panen untuk mengurangi

susut hasil, (h) melaksanakan pengendalian hama

terpadu dan antisipasi perubahan iklim, dan (i)

mengembangkan sistem pemasaran dan pola kemitraan

(Heriawan, 2013). Suwandi (2012) melaporkan bahwa

upaya yang telah dilakukan dalam peningkatan produksi

jagung adalah : (a) penciptaan dan penelitian varietas

benih unggul, (b) Sekolah Lapangan Pengelolaan

Tanaman terpadu (SL-PTT), (c) Bantuan Langsung Benih

Unggul (BLBU), (d) bantuan benih dari Cadangan Benih

Nasional (CBN), (e) Gerakan Peningkatan Produksi

Pangan Berbasis Korporasi (GP3K), (f) perluasan areal,

dan (g) pelatihan dan penyuluhan.

Permasalahan

Beberapa permasalahan yang dihadapai dalam

pengembangan jagung antara lain : (a) produksi tidak

merata setiap bulannya, sehingga pada waktu tertentu

pabrik pakan kekurangan bahan baku jagung, (b)

Page 23: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Ekonomi Jagung di Indonesia

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 17

lemahnya permodalan petani, terutama untuk penyediaan

sarana produksi pertanian dan pada waktu tertentu

beberapa sarana itu sulit diperoleh, (c) produksi jagung

sebagian besar diproduksi pada MH, sedangkan alat

pengering dan gudang sangat terbatas, menyebabkan

banyak produksi jagung yang mengalami kerusakan, (d)

belum adanya jaminan harga pada saat panen raya, (e)

lemahnya kelembagaan petani jagung, sehingga harga

ditentukan oleh konsumen, tengkulak, dan pengepul

(pedagang), dan (f) masih terbatasnya benih hibrida di

tingkat petani merupakan salah satu masalah dalam

upaya percepatan peningkatan produksi (Purwanto,

2007).

IMPLIKASI BAGI PENELITIAN JAGUNG

Untuk meningkatkan produktivitas jagung

diperlukan inovasi teknologi, sehingga penelitian juga

diperlukan untuk mendukung program pengembangan

jagung, seperti : (a) pembentukan varietas hibrida dan

komposit yang lebih unggul (termasuk penggunaan

bioteknologi), diantaranya varietas toleran kemasaman

tanah dan kekeringan, (b) produksi benih sumber dan

sistem perbenihan, (c) teknologi budidaya yang makin

efisien (pendekatan PTT), dan (d) pascapanen untuk

meningkatkan mutu dan nilai tambah produk

(Zubachtirodin et al., 2007).

Prioritas penelitian pada lembaga penelitian publik

(milik pemerintah) hendaknya lebih difokuskan kepada

upaya peningkatan produktivitas jagung komposit untuk

konsumsi penduduk. Sedangkan penelitian jagung hibrida

dapat diserahkan kepada lembaga penelitian swasta.

Page 24: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Ekonomi Jagung di Indonesia

18 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

Kalaupun lembaga penelitian publik melakukan penelitian

jagung hibrida, agar diarahkan pada target

pengembangan tertentu yang belum ditangani swasta,

misalnya sesuai untuk daerah kering, berkualitas baik

dan sebagainya (Kasryno et al., 2007).

Lembaga penelitian publik hendaknya melakukan

penelitian secara komprehensif yang mencakup

perbenihan, budidaya, panen, dan pengolahan hasil untuk

meningkatkan efisiensi produksi, dan penelitian biokimia

jagung. Penelitian hendaknya lebih berorientasi pada

pemecahan masalah yang dihadapi petani di lapangan

(demand driven) dan lebih banyak pula melakukan

penelitian bersama petani (joint innovation). Pada

dasarnya petani lebih tekun melakukan pengamatan

terhadap pertanamannya karena menyangkut hidup

mereka. Oleh karena itu, Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian (BPTP) yang ada di setiap provinsi dituntut

kemampuannya memahami kondisi pertanian di

daerahnya, tidak sebagai pelaksana penelitian tetapi

sebagai mitra balai penelitian komoditas dalam menguji

dan mengembangkan teknologi (Kasryno et al., 2007).

PENUTUP

1. Jagung merupakan salah satu serealia yang strategis

dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk

dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber

utama karbohidrat dan protein setelah beras. Jagung

dapat dimanfaatkan untuk pangan, pakan, bahan baku

industri, dan bahan bakar nabati (biofuel).

2. Masyarakat mengalihkan fungsi jagung tidak lagi

sebagai makanan pokok tetapi sebagai makanan

Page 25: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Ekonomi Jagung di Indonesia

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 19

selingan atau snack, sehingga jumlah yang dikonsumsi

juga sangat terbatas. Untuk meningkatkan tingkat

konsumsi jagung perlu dikembangkan makanan

berbasis tepung jagung sebagai bahan pembuatan mie

dan roti.

3. Proporsi penggunaan jagung sebagai bahan pangan

cenderung menurun, sebaliknya penggunaan sebagai

bahan pakan, bahan baku industri dan bahan baku

energi meningkat.

4. Permintaan jagung terus miningkat sejalan dengan

peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan

industri (pangan dan pakan). Permintaan jagung yang

terus meningkat dan adanya kenaikan harga bahan

bakar minyak memicu kenaikan harga jagung.

5. Pada saat ini kebutuhan jagung lebih besar

dibandingkan produksi dalam negeri. Untuk menutupi

kekurangannya diperlukan impor jagung, terutama

untuk memenuhi bahan baku industri pakan ternak.

6. Untuk memenuhi kebutuhan jagung dalam negeri

Pemerintah melalui Kementerian Pertanian

menetapkan target swasembada jagung pada tahun

2014. Upaya yang dilakukan untuk mencapai target

swasembada dengan peningkatan produksi melalui:

(a) penciptaan dan penelitian varietas benih unggul,

(b) Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman terpadu

(SL-PTT), (c) Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU),

(d) bantuan benih dari Cadangan Benih Nasional

(CBN), (e) Gerakan Peningkatan Produksi Pangan

Berbasis Korporasi (GP3K), (f) perluasan areal, dan (g)

pelatihan dan penyuluhan.

Page 26: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Ekonomi Jagung di Indonesia

20 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

7. Beberapa permasalahan yang dihadapai dalam

pengembangan jagung antara lain : (a) produksi tidak

merata setiap bulannya, sehingga pada waktu tertentu

pabrik pakan kekurangan bahan baku jagung, (b)

lemahnya permodalan petani, terutama untuk

penyediaan sarana produksi pertanian dan pada waktu

tertentu beberapa sarana itu sulit diperoleh, (c)

produksi jagung sebagian besar diproduksi pada MH,

sedangkan alat pengering dan gudang sangat terbatas,

menyebabkan banyak produksi jagung yang

mengalami kerusakan, (d) belum adanya jaminan

harga pada saat panen raya, (e) lemahnya

kelembagaan petani jagung, sehingga harga

ditentukan oleh konsumen, tengkulak, dan pengepul

(pedagang), dan (f) masih terbatasnya benih hibrida di

tingkat petani merupakan salah satu masalah dalam

upaya percepatan peningkatan produksi.

8. Prioritas penelitian pada lembaga penelitian publik

(milik pemerintah) hendaknya lebih difokuskan kepada

upaya peningkatan produktivitas jagung komposit

untuk konsumsi penduduk. Sedangkan penelitian

jagung hibrida dapat diserahkan kepada lembaga

penelitian swasta.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Budidaya Jagung (Zea Mays. L.).

http://sietawill.wordpress.com/2011/01/08/

budidaya-jagung-zea-mays-l/

Anonim. 2013a. Impor Jagung Pakan Ternak Akan

Melonjak 86%. http:

//industri.kontan.co.id/.../impor-jagung-pakan-

ternak-akan-melonjak-...

Page 27: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Ekonomi Jagung di Indonesia

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 21

Anonim, 2013b. Kandungan Beras.

http://id.wikipedia.org/wiki/Beras

Ariani, M. 2006. Diversifikasi Pangan di Indonesia :

Antara Harapan dan Kenyataan. Forum Agro

Ekonomi, Jakarta.

Arifenie, F.N. 2013. Sampai Akhir Tahun, Harga Jagung

Masih Tinggi. http://

industri.kontan.co.id/news/sampai-akhir-tahun-

harga-jag.

BPS. 2013. Produksi Padi, Jagung dan Kedelai (Angka

Sementara Tahun 2012). Berita Resmi Statistik,

No 20/03/Th XVI, 1 Maret 2013.

Gafar, S. 2013. Misteri Jagung dan Kedelai. Surat Kabar

Harian Kompas (Halaman 6), tanggal 25 Maret

2013.

Heriawan, R. 2013. Strategi Kebijakan Pembangunan

Ketahanan Pangan. Materi disampaikan pada

Rakor Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa

Tengah, tanggal 27 Maret 2013.

Husodo, S.Y. 2013. Kearifan Lokal Untuk Kemajuan

Pertanian Indonesia. Makalah Disampaikan paad

Acara Seminar Nasional Optimalisasi Sumberdaya

dan Kearifan Lokal Untuk Pengembangan

Agribisnis Dan Peningkatan Ketahanan Pangan,

Semarang 10 September 2013. Kerjasama

Program Studi Agribisnis Jurusan Pertanian

Fakultas Peternakan dan Pertanian UNDIP dengan

BPTP Jawa Tengah.

Kasryono, F. 2002. Perkembangan Produksi dan

Konsumsi Jagung Dunia Selama Empat Dekade

yang lalu dan Imlikasinya bagi Indonesia. Makalah

Disampaikan pada Diskusi Nasional agribisnis

Jagung. Bogor, 24 Juni 2002. Badan Litbang

Pertanian.

Page 28: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Ekonomi Jagung di Indonesia

22 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

Kasryno, F., E. Pasandaran, Suyamto dan M.O.

Adyana. 2007. Gambaran Umum Ekonomi

Jagung Indonesia. Jagung, Teknik Produksi dan

Pengembangan. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang

Pertanian. Bogor.

Kementerian Pertanian. 2010. Rencana Strategis

Pembangunan Pertanian Tahun 2010-2014.

Jakarta.

Prasetyo, T., J. Handoyo dan C. Setiani. 2002.

Karakteristik Sistem Usahatani Jagung-Ternak di

Lahan Irigasi. Prosiding Seminar Nasional : Inovasi

Teknologi Palawija. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan

Litbang Pertanian. Bogor.

Purwanto, S. 2007. Perkembangan Produksi dan

Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung.

Jagung, Teknik Produksi dan Pengembangan.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman

Pangan. Badan Litbang Pertanian. Bogor.

Puslitbangtan. 2008. Penelitian Padi dan Palawija :

Teknologi untuk Petani. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Richana, N dan Suarini. 2007. Teknologi Pengolahan

Jagung. Jagung, Teknik Produksi dan

Pengembangan. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang

Pertanian. Bogor.

Sudaryanto,T., Erwidodo, dan A.Purwanto.1993.

Pola Konsumsi Beras, Jagung dan Kedelai serta

Implikasinya terhadap Proyeksi Permintaan.

Makalah disampaikan pada Simposium Penelitian

Tanaman Pangan III. Pusat Penelitian Tanaman

Pangan. Bogor,23-25 Agustus 1993.

Page 29: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Ekonomi Jagung di Indonesia

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 23

Sudaryanto, T., A.Suryana, dan Erwidodo.1998.

Penawaran, Permintaan dan Konsumsi Jagung di

Indonesia: Pengalaman Pelita IV dan Proyeksi

Pelita VI. Prosiding Seminar dan Lokakarya

Nasional Jagung. Akselerasi Pengembangan

Teknologi Hasil Penelitian Jagung Menunjang

Intensifikasi. Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertania. Pusat Penelitian Tanaman Pangan.Balai

Penelitian Tanaman Jagung dan Serelia

Lain.Maros, 11-12 Nopermber 1997.

Suswono, 2011. Sambutan Menteri Pertanian pada

Pertemuan Sinkronisasi dan Koordinasi Program

dan Kegiatan dalam rangka Percepatan dan

Pencapaian Target Produksi Padi. Yogyakarta, 16

Februari 2011.

Suwandi. 2012. Pelaksanaan dan Program 2012 dan

Kick off Pembangunan Pertanian 2013. Makalah

disampaikan pada Musrenbang Pertanian Provinasi

DIY. Yogyakarta, 2 Februari 2012.

Tangendjaja, B dan E. Wina, 2007. Limbah Tanaman

dan Produk Samping Industri Jagung untuk Pakan.

Jagung, Teknik Produksi dan Pengembangan.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman

Pangan. Badan Litbang Pertanian. Bogor.

Widodo, T.W., A. Asari, N. Ana, dan R. Elita. 2013.

Bio Energi Berbasis Jagung dan Pemanfaatan

Limbahnya.

http://mekanisasi.litbang.deptan.go.id/ind/phocad

ownload/ Makal...

Zubachtirodin, M.S. Pabbage dan Subandi. 2007.

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan

Jagung. Jagung, Teknik Produksi dan

Pengembangan. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang

Pertanian. Bogor.

Page 30: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Ekonomi Jagung di Indonesia

24 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

Page 31: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 25

TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG

Endang Iriani dan Sodiq Jauhari

[email protected]

PENDAHULUAN

Nilai ekonomi jagung, isu tentang kebutuhan

energi bahan bakar telah membawa era baru dalam

pemanfaatan sumber energi yang ada di bumi ini. Salah

satu sumber energi bahan bakunya adalah tanaman atau

bagian tanaman. Jagung saat ini tidak hanya bermanfaat

sebagai sumber pangan (food), pakan (feed), tetapi juga

sebagai sumber energi bahan bakar (fuel). Fungsi ketiga

menjadikan komoditas ini memiliki nilai ekonomi yang

lebih dibandingkan sebelumnya. Stimulasi harga yang

lebih baik pada beberapa tahun terakhir mendorong

penanaman jagung tidak lagi hanya dilakukan di lahan

marjinal tetapi meluas ke lahan subur.

Tanaman Jagung telah lama dibudidayakan di

Indonesia, akan tetapi rata-rata hasilnya relatif lebih

rendah. Hasil penelitian oleh berbagai institusi

pemerintah maupun swasta telah menghasilkan teknologi

budidaya jagung dengan produktivitas 4,5-10,0 t/ha,

bergantung pada potensi lahan dan teknologi produksi

yang diterapkan (Subandi et al. 2006). Produktivitas

jagung nasional baru mencapai 3,4 t/ha (Hafsah 2004,

Departemen Pertanian 2004). rendahnya hasil jagung

terutama disebabkan oleh penggunaan benih yang tidak

berkualitas, pengelolaan tanah yang tidak mencapai

kondisi optimal bagi pertumbuhannya, pemupukan yang

belum memadai dan kurangnya pengendalian organisme

Page 32: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

26 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

pengganggu tanaman (OPT). Penggunaan benih bermutu,

varietas unggul merupakan langkah awal menuju

keberhasilan dalam usahatani jagung.

Lahan sebagai tempat tumbuh tanaman perlu

mendapatkan perhatian yang seksama. Kekurangan

unsur hara yang diperlukan oleh tanaman jagung dapat

mengakibatkan rendahnya produktivitas, oleh karena itu

takaran, cara dan waktu pemupukan yang tepat yang

disertai dengan pengolahan tanah yang baik, dapat

membantu meningkatkan ketersediaan hara yang

diperlukan sehingga akan memberikan hasil jagung yang

lebih tinggi. Populasi tanaman juga merupakan salah satu

faktor yang dapat menentukan produksi tanaman.

Populasi tanaman atau jarak tanam erat hubungannya

dengan umur varietas jagung yang ditanam.

Meningkatnya nilai ekonomi jagung karena

peningkatan produktivitas maupun harga jual dapat

merubah persepsi petani tehadap komoditas ini. Dengan

penerapan teknologi budidaya yang tepat pada kondisi

lingkungan yang sesuai produktivitas jagung dapat

mencapai 12 ton/hektar.

Gambar 1. Keragaan Pertanaman dan hasil jagung

Page 33: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 27

MENGENAL VARIETAS JAGUNG

Varietas jagung berdasarkan genotipenya

digolongkan menjadi 2, yaitu bersari bebas (komposit)

dan hibrida (Zubachtirodin, 2009). Varietas jagung

bersari bebas/ komposit dicirikan adanya penyerbukan

acak antar tanaman dalam varietas, sehingga merupakan

suatu populasi.

Varietas bersari bebas (komposit) dibentuk dari

beberapa galur murni atau berbagai plasmanutfah.

Dengan demikian populasi ini merupakan campuran

antara tanaman yang satu dengan yang lain dan berbeda

genotipenya. Keseragaman varietas bersari bebas

(komposit) hanya dalam beberapa karakter karena

banyak gen belum mencapai fiksasi. Contoh; Arjuna,

Bisma, Lagaligo, Lamuru, Kresna, Gumarang,

Sukamaraga, Srikandi Kuning-1, Srikandi Putih-1, dan

Anoman-1 (Zubachtirodin, 2009).

Varietas jagung jenis hibrida ialah keturunan

langsung dari persilangan dua tetua F1, tetua dapat

berupa galur murni, hibrida silang tunggal dan varietas

atau populasi bersari bebas. Tetua hibrida biasa disebut

materi induk (parent stock). Contoh: Bima-1, Bima-2,

Bima-3, Bima-4, Bima-5, Bima-6, BISI-2, BISI-16, P12,

NK11, NK33, dsb (Zubachtirodin, 2009).

Page 34: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

28 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

Tabel 1. Perbedaan jenis jagung komposit dan hibrida

KOMPOSIT/BERSARI BEBAS HIBRIDA

Dibentuk dari beberapa

galur murni atau berbagai

plasmanutfah.

Peyerbukan secara acak

antar tanaman dalam

varietas.

Tanaman biasanya tidak

seragam.

Hasil panen dapat

digunakan sabagai benih

musim berikut.

Contoh: Lamuru, Sukmaraga,

Bisma, Srikandi kuning

dsb

Dibentuk dari

persilangan antara

varietas bersari bebas

atau populasi dengan

galur atau hibrida,

persilangan antara

galur dengan galur.

Potensi hasil lebih

tinggi, tanaman lebih

seragam.

Benih turunan

potensinya menurun.

Contoh: BISI-2, Pioneer,

Bima-1, Bima-2,

Bima-3, Bima-4, dsb.

Sumber : Zubachtirodin, 2009

Gambar 2. Perbedaan jagung komposit dan hibrida

KOMPOSIT HIBRIDA

Page 35: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 29

KESESUAIAN LINGKUNGAN UNTUK JAGUNG

Tanaman jagung mempunyai kemampuan

adaptasi yang luas dan relatif mudah dibudidayakan

sehingga banyak ditanam petani di Indonesia pada

lingkungan fisik dan sosial ekonomi yang sangat

beragam. Secara rinci syarat tumbuh tanaman jagung

membutuhkan lingkungan tumbuh yang sesuai agar

menghasilkan jagung sesuai dengan yang diinginkan,

(Anonim, 2011; Akil dan Hadijah, 2007) antara lain :

Waktu Tanam

Salah satu masalah yang dihadapi dalam upaya

peningkatan produktivitas jagung adalah

penanaman yang sering tertunda. Pada lahan

kering beriklim kering seperti di Nusa Tenggara

Timur dengan curah hujan terbatas dan eratik,

penanaman jagung harus tepat waktu agar

tanaman tidak mengalami kekeringan. Pada lahan

sawah tadah hujan pada musim kemarau, jagung

sebaiknya ditanam segera setelah panen padi pada

saat kondisi tanah masih lembab, dan sumur

sebaiknya dibuat untuk menjamin ketersedian air

bagi tanaman. Pada lahan sawah irigasi dengan air

terbatas, pola tanam padi - jagung - jagung dapat

disarankan (Bahtiar et al.2005).

Iklim

Jagung dapat tumbuh dengan baik pada berbagai

tipe iklim (tipe iklim A, B, C, D, dan E menurut

Page 36: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

30 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

klasifikasi Oldeman). Jagung sebaiknya ditanam

pada awal musim hujan atau menjelang musim

kemarau. Tanaman jagung membutuhkan sinar

matahari, tanaman yang ternaungi,

pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan

hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara

23 OC – 30 OC.

Tanah

Tanaman jagung dapat tumbuh pada berbagai

macam tanah seperti lahan kering, lahan sawah,

lebak, pasang surut, dengan berbagai jenis tanah,

dengan tanah bertekstur ringan sampai sedang.

Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah

khusus, namun tanah yang gembur, subur dan

kaya humus akan berproduksi optimal. Jenis tanah

yang dapat ditanami jagung antara lain andosol,

laktosol, grumosol, tanah berpasir. Keasaman

tanah yang baik bagi pertumbuhan jagung adalah

pH tanah antara 5,6 - 7,5, pada ketinggian tempat

sampai 1000 m dpl.

Gejala Kekurangan Hara Tanaman Jagung

Tanaman jagung termasuk komoditas pangan

yang sangat respon dengan pemupukan. Gejala

defisiensi tanaman akan suatu unsur dapat

kelihatan pada organ vegetatif (daun) dan organ

produksi (tongkol). Berikut diperlihatkan defisiensi

hara tertentu pada tanaman jagung (Anonim,

2013):

Page 37: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 31

Gejala Kekurangan Nitrogen (N)

Gejala kekurangan atau kelebihan N pada

tanaman jagung dapat diidentifikasi melalui warna

daun. Kekurangan N mengakibatkan klorosis pada

daun (berwarna kuning pada daun). Sebaliknya,

kelebihan N membuat daun berwarna hijau gelap.

Pengukuran klorofil daun menggunakan

klorofilmeter dan pengukuran warna daun

menggunakan BWD berkorelasi positif dengan

kadar N daun (Syafruddin et al. 2007)

Gejala kekurangan Nitrogen

(N):

Daun berwarna kuning pada

ujung daun dan melebar menuju

tulang daun. Warna kuning

membentuk huruf V. Gejala

nampak pada daun bagian bawah

Gejala lain

tanaman

kekurangan

nitrogen (N)

yaitu tongkol

kecil dan ujung

tongkol tidak

berbiji

Page 38: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

32 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

Gejala Kekurangan Posphor (P)

Gejala kekurangan posphor (P) :

pinggir daun berwarna

ungu kemerahan mulai dari

ujung ke pangkal daun.

Gejala nampak pada daun

bagian bawa

Gejala lain tanaman kekurangan posfor (P),

kesuburan polen menurun sehingga mengganggu persarian dan pembentukan biji, pembentuk kan biji tidak sempurna, tongkol kecil dan sering bengkok

Page 39: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 33

Gejala Kekurangan Kalium

Gejala kekurangan Kalium (K):

Daun berwarna kuning, bagian

pinggir biasanya berwarna coklat

seperti terbakar, tulang daun

tetap hijau. Gejala warna kuning

membentuk huruf V terbalik.

Gejala nampak pada daun bagian

bawah.

Gejala lain tanaman kekurangan

kalium (K) yaitu ujung tongkol tidak berbiji

penuh, bijinya jarang dan tidak sempurna

Gejala Kekurangan Sulfur (S)

Gejala kekurangan Sulfur (S):

Pangkal daun berwarna kuning dan bergaris-gasir. Gejala nampak pada daun yang terletak dekat pucuk

Page 40: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

34 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

Air

Tanaman jagung termasuk komoditas yang tidak

banyak membutuhkan air, namun bila terjadi

defisiensi air segera diairi. Jumlah air yang

digunakan tanaman dipengaruhi oleh suhu udara,

angin, jumlah air tersedia dalam tanah dan

kelembaban. Tingkat penggunaan air tanaman

jagung 400 – 500 ml/musim atau 6 – 7,5 ml/hari.

Fase pertumbuhan tanaman jagung yang perlu

pengairan yaitu: 1) fase pertumbuhan awal

selama 15 – 25 hari, 2) fase vegetatif selama 25

– 40 hari, 3) fase pembungaan selama 15 – 20

hari, 4) fase pengisian biji selama 35 – 45 hari

dan 5) fase pematangan selama 10 – 25 hari.

Daya tahan air pada lahan sawah yang ditanami

jagung dengan teknologi tanpa olah tanah lebih

lama dibanding dengan teknologi olah tanah

sempurna. Curah hujan ideal sekitar 85-200

mm/bulan dan harus merata. Aerasi dan

ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang

dari 8 %. (Anonim, 2013)

Gambar 3. Fase pertumbuhan tanaman jagung

Page 41: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 35

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG

Mengingat tanaman jagung dapat diusahakan di

berbagai jenis tanah, baik pada lahan kering maupun

lahan sawah (tadah hujan atau irigasi) maka komponen

teknologi yang dapat diterapkan dalam produksi jagung

sesuai PTT (Akil dan Hadijah, 2007; Samijan dkk, 2009:

Andi, T.,2007; Subandi, dkk.,2006) terdiri atas:

Komponen Dasar

1. Varietas unggul yang sesuai dengan karakteristik

lahan, lingkungan, dan keinginan petani setempat,

baik jenis komposit/bersari bebas ataupun hibrida.

2. Benih bermutu (kemurnian/bersertifikat dan daya

kecambah > 95%), diberi perlakuan benih (seed

treatment) dengan metalaksil 2 g (bahan produk)

per 1 kg benih. Kebutuhan benih 15 – 20 kg/ha

tergantung ukuran benih, semakin kecil ukuran

benih bobot 1000 biji < 200 gr semakin sedikit

kebutuhan benih.

3. Populasi tanaman antara 66.600 – 70.000

tanaman/ha, jarak tanam 75 cm x 40 cm, 2

tanaman/lubang atau 75 cm x 20 cm, 1 tanaman

per lubang untuk musim hujan, 70cm x 40 cm 2

tanaman/lubang atau 70 cm x 20 cm, 1 tanaman

/lubang untuk musim kemarau. Penanaman

dengan menggunakan tugal kayu atau alat tanam

mekanis.

4. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan

status hara tanah. Pemupukan Nitrogen (urea)

berdasarkan stadia pertumbuhan tanaman dan

Page 42: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

36 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

Bagan Warna Daun (BWD). Pemupukan P dan K

berdasarkan status hara tanah sesuai hasil ana-

lisis laboratorium atau anjuran setempat. Bahan

organik atau pupuk kandang 1,5 – 3,0 t/ha

sebagai penutup benih pada lubang tanam untuk

mengatasi masalah kesuburan tanah terutama

pada lahan kering masam.

Komponen Pilihan

1. Penyiapan lahan, diolah sempurna dengan bajak

dan garu atau cangkul, atau tanpa olah tanah.

2. Pembuatan saluran drainase (khusus untuk

pertanaman pada lahan kering saat musim hujan)

sekaligus pembumbunan.

3. Pembuatan saluran irigasi dan cara pendistribusian

air (khusus untuk pertanaman pada lahan sawah

saat musim kemarau).

4. Pengendalian gulma secara terpadu.

5. Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu

(PHT).

6. Panen dan prosesing.

Berdasarkan sifatnya, komponen-komponen

teknologi tersebut dapat dibedakan menjadi dua bagian:

(1) teknologi untuk tujuan memecahkan masalah

setempat atau spesifik lokasi, dan (2) teknologi untuk

perbaikan cara budidaya yang efisien (Zubachtirodin,

dkk., 2009). Dalam penerapannya tidak semua

komponen teknologi diterapkan sekaligus, terutama di

lokasi yang mempunyai masalah spesifik. Ada empat

Page 43: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 37

komponen teknologi yang harus diterapkan (komponen

dasar) secara bersamaan.

Jika keempat komponen teknologi dasar tersebut

diterapkan secara bersamaan, sumbangan terhadap

peningkatan dan efisiensi produksi jagung cukup besar.

SYARAT BENIH

Varietas Unggul

Diantara komponen teknologi produksi jagung,

varietas unggul (baik hibrida maupun bersari bebas)

mempunyai peranan penting dalam upaya peningkatan

produktivas jagung (Zubachtirodin, 2007). Peranannya

menonjol baik dalam potensi peningkatan hasil per

satuan luas maupun sebagai salah satu komponen

pengendalian hama dan penyakit. Selain potensi

produktivitas dan ketahanannya terhadap hama dan

penyakit, karakter tanaman lain yang perlu

dipertimbangkan dalam pemilihan varietas jagung unggul

adalah kesesuaiannya dengan kondisi lingkungan (tanah

dan iklim), toleran kekeringan atau tanah masam, pola

tanam, pola usahatani, serta preferensi petani terhadap

karakter lainnya seperti umur, warna biji, atau hijauan

untuk pakan ternak.

Semakin banyak varietas yang dilepas dan

tersedia di tingkat petani dengan karakter spesifik yang

sesuai dengan kondisi lingkungan setempat, semakin

memudahkan petani mengambil keputusan untuk

menentukan suatu varietas yang sesuai dengan sumber

daya yang ada di lingkungannya.

Varietas-varietas jagung unggul bersari

bebas/komposit dan hibrida yang telah dihasilkan oleh

Page 44: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

38 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

Badan Litbang Pertanian selama 12 tahun terakhir

disajikan dalam Tabel 2. (Syuryawati, dkk., 2000)

Tabel 2. Varietas unggul jagung yang telah dilepas oleh

Badan Litbang Pertanian dalam kurun waktu 10

tahun terakhir (1996 – 2007)

Varietas

Tahun pelepasan

Potensi hasil (t/ha)

Umur panen (hari)

Ketahanan penyakit

bulai

Keunggulan spesifik

Komposit/ bersari bebas Lagaligo Gumarang Kresna Lamuru Palakka Sukmaraga Srikandi Kuning Srikandi Putih Anoman Putih

1996 2000 2000 2000 2003 2003 2004 2004 2006

7,5 8,0 7,0 7,6 8,0 8,5 7,9 8,1 6,5

90 82 90 95 95

105 110 110 103

Toleran Ag.Toleran Ag.Toleran Ag.Toleran Toleran Toleran Rendah Rendah Rendah

T. kekeringan Umur genjah Umur sedang T. kekeringan Umur sedang T. kemasaman Prot bermutu Prot bermutui untuk pangan

Hibrida Semar-10 Bima-1 Bima-2 Bima-3 Bima-4 Bima-5 Bima-6

2001 2001 2007 2007 2008 2008 2008

9,0 9,0

11,0 10,0 12,0 11,0 11,0

97 97

100 100 102 103 104

Ag. Toleran Ag. Toleran Ag. Toleran Toleran Ag. peka Ag. peka Ag. peka

Biomas tinggi Stay green Stay green Stay green Stay green Stay green Stay green

Keterangan : T : Toleran; Ag : Agak; Prot : Protein

Benih Bermutu

Selain varietas unggul yang mampu memberikan

produktivitas tinggi, kualitas benih juga merupakan salah

satu faktor penentu produktivitas. Pemilihan suatu

varietas unggul yang sesuai kondisi lingkungan setempat,

dengan penggunaan benih bermutu merupakan langkah

Page 45: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 39

awal menuju keberhasilan dalam usahatani jagung

(Zubachtirodin, dkk., 2007). Penggunaan benih

bersertifikat dengan vigor tinggi sangat dianjurkan.

Disarankan pula sebelum melakukan penanaman

hendaknya dilakukan pengujian daya kecambah benih.

Hal ini penting karena dalam budi-daya jagung tidak

dianjurkan melakukan penyulaman tanaman yang tidak

tumbuh. Pertumbuhan tanaman sulaman biasanya tidak

normal karena adanya persaingan untuk tumbuh, dan biji

yang terbentuk dalam tongkol tidak penuh akibat

penyerbukan tidak sempurna, sehingga tidak akan

mampu meningkatkan hasil.

Benih yang bermutu, jika ditanam akan tumbuh

serentak pada saat 4 hari setelah tanam dalam kondisi

normal. Penggunaan benih bermutu akan lebih

menghemat jumlah benih yang ditanam dan populasi

tanaman yang dianjurkan dapat terpenuhi (minimal

66.600 tanaman/ha).

Sebelum benih ditanam, hendaknya diberi

perlakuan benih (seed treatment) dengan metalaksil

(umumnya berwarna merah) sebanyak 2 g (bahan

produk) per 1 kg benih yang dicampur dengan 10 ml air.

Larutan tersebut dicampur dengan benih secara merata,

sesaat sebelum tanam. Perlakuan benih ini dimaksudkan

untuk mencegah serangan penyakit bulai yang

merupakan penyakit utama pada jagung. Benih jagung

yang umumnya dijual dalam kemasan biasanya sudah

diperlakukan dengan metalaksil (warna merah) sehingga

tidak perlu lagi diberi perlakuan benih.

Page 46: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

40 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

PENGOLAHAN LAHAN

Cara penyiapan lahan sangat bergantung pada

fisik tanah seperti tekstur tanah. Tanah bertekstur berat

perlu pengolahan yang intensif. Sebaliknya, tanah

bertekstur ringan sampai sedang dapat disiapkan dengan

teknik olah tanah konservasi seperti olah tanah minimum

(OTM) atau TOT Keuntungan penyiapan lahan dengan

teknik olah tanah konservasi adalah dapat memajukan

waktu tanam, menghemat tenaga kerja, mengurangi

pemakaian bahan bakar untuk mengolah tanah dengan

traktor , mengurangi erosi, dan meningkatkan kandungan

air tanah (FAO, 2000). Budi daya jagung dengan teknik

penyiapan lahan konservasi dapat berhasil baik pada

tanah bertekstur ringan sampai sedang dan ditunjang

oleh drainase yang baik (Lopez-Belido et al. 1996 dalam

Akil dan Hadijah, 2007).

Penyiapan lahan, diolah sempurna dengan bajak

dan garu atau cangkul, atau tanpa olah tanah. Lahan

dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman

yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke

dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan

bajak. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-

20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat saluran

drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-

30 cm, kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama

pada tanah yang drainasenya jelek (Widiyah, dkk, 2001;

Andi, T., 2007).

Pada tanah bertekstur ringan, sedang, dan berat,

penyiapan lahan dengan sistem TOT dan gulma disemprot

dengan herbisida berbahan aktif glifosat sebanyak 3 l/ha,

hasil jagung tidak berbeda antartekstur tanah.

Page 47: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 41

Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur

(dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar kapur

merata/pada barisan tanaman, + 1 bulan sebelum

tanam. Sebelum tanam sebaiknya lahan disebari dengan

pupuk kandang matang untuk mencegah penyakit layu

pada tanaman jagung.

Gambar 4. Persiapan dan pengolahan lahan

POPULASI TANAMAN

Salah satu faktor penentu produktivitas jagung

adalah populasi tanaman yang terkait erat dengan jarak

tanam dan mutu benih (Akil dan Hadijah,2007;

Zubachtirodin, 2009).

Jarak tanam yang digunakan disesuaikan dengan

kondisi lahan, sifat varietas dan musim. Pada kondisi

lahan subur sebaiknya digunakan jarak tanam agak lebar

dibanding lahan kurang subur. Pada tanah subur

pertumbuhan tanaman lebih besar dibanding tanah

kurang subur sehingga membutuhkan ruang tumbuh

yang lebih lebar. Selain faktor kesuburan tanah, ada

Page 48: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

42 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

varietas yang secara genetis memiliki kanopi lebar

sehingga jarak tanam yang digunakan lebih lebar

dibanding varietas yang secara genetis memiliki kanopi

sempit. Selain faktor kesuburan lahan dan sifat genetis

tanaman, musim juga turut menentukan penggunaan

jarak tanam. Pada musim hujan jarak tanam yang

digunakan lebih lebar dibanding musim kemarau. Pada

musim kemarau jarak tanam yang digunakan lebih rapat

dibanding pada musim hujan. Hal ini disebabkan pada

musim kemarau penguapan air tinggi dibanding musim

hujan sehingga untuk mengurangi penguapan air

digunakan jarak tanam rapat. Jarak tanam yang umum

digunakan adalah : 70-75cm x 20cm, 1 tanaman/ lubang

atau 70–75cm x 40cm, 2 tanaman/lubang dengan

populasi= 66.000-71.000 tanaman/ha. Atau

menggunakan cara tanam legowo 90–40cm x 20cm, 1

tanaman/lubang atau 100–40cm x 40cm, 2

tanaman/lubang dengan populasi = 71.000 - 77.000

tan/ha. Untuk memenuhi populasi tanam-an tersebut,

viabilitas benih dianjurkan lebih dari 95% karena dalam

budidaya jagung tidak dianjurkan melakukan penyulaman

tanaman yang tidak tumbuh dengan biji karena

peluangnya untuk dapat tumbuh normal sangat kecil dan

biasanya tongkol yang terbentuk kurang berisi. Bunga

betina dari tanaman sulaman biasanya tidak terserbuki

dengan sempurna oleh tepungsari dari bunga jantan

tanaman lain karena berbunganya terlambat, sedangkan

peluang terjadinya penyerbukan sendiri hanya sekitar 5%

sehingga menyebabkan tongkol kurang berbiji.

Penyulaman dapat dilakukan dengan tanaman muda yang

seumur.

Page 49: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 43

Penanaman dilakukan dengan tugal dan tali jarak

tanam yang telah diberi tanda sesuai ukuran yang akan

digunakan. Berikut diperlihatkan beberapa jarak tanam

yang biasa digunakan di lapangan. Penggunaan cara

tanam legowo sangat efektif dilakukan untuk menujang

peningkatan indeks pertanaman (IP) jagung pada lahan

sawah tadah hujan. Cara tanam legowo selain

memberikan border bagi tanaman juga mempermudah

penanaman selanjutnya sebelum tanaman sebelumnya

panen. Border bagi tanaman berarti memperbanyak

tanaman pinggir sehingga memberikan penyinaran yang

merata bagi tanaman tanpa ada ternaungi.

Gambar 5. Jarak tanam jagung

Page 50: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

44 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

PEMUPUKAN BERIMBANG

Tanaman jagung digolongkan sebagai salah satu

tanaman indikator untuk mengetahui ketersediaan hara

dalam tanah, oleh karena itu untuk dapat tumbuh dan

berkembangnya tanaman jagung secara optimal relatif

dibutuhkan hara yang cukup, sehingga pemupukan

merupakan salah satu faktor kunci bagi keberhasilan

budidaya jagung. Pemberian pupuk, baik pupuk organik

maupun anorganik pada dasarnya adalah guna memenuhi

kebutuhan hara yang diperlukan untuk tumbuh dan

berkembangnya tanaman.

Untuk efisiensi pemberian pupuk maka

pemupukan dilakukan secara berimbang, artinya

pemberian berdasarkan kepada keseimbangan antara

hara yang dibutuhkan oleh tanaman jagung berdasarkan

sasaran tingkat hasil yang ingin dicapai dengan

ketersediaan hara dalam tanah. Tidak semua pupuk yang

diberikan ke dalam tanah dapat diserap oleh tanaman.

Nitrogen yang dapat diserap hanya 55-60% (Patrick and

Reddy 1976 dalam Syafruddin, dkk, 2007), P sekitar 20%

(Hagin and Tucker 1982 dalam Syafruddin, dkk, 2007), K

antara 0-70% (Tisdale and Nelson 1975 dalam

Syafruddin, dkk, 2007), dan S sekitar 33% (Morris 1987).

Tanggapan tanaman terhadap pupuk yang

diberikan bergantung pada jenis pupuk dan tingkat

kesuburan tanah. Karena itu, takaran pupuk berbeda

untuk setiap lokasi. Oleh karena itu, pemupukan

berimbang sering pula disebut pemupukan atau

pengelolaan hara spesifik lokasi.

Pemupukan berimbang menawarkan beberapa

prinsip dan perangkat untuk mengop-timalkan

Page 51: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 45

penggunaan hara dari sumber-sumber alami atau lokal

sesuai dengan kebutuhan tanaman jagung. Sumber hara

alami dapat berasal dari tanah, pupuk kandang, sisa

tanaman, dan air irigasi. Pupuk kimia (anorganik) pada

dasarnya hanya untuk memenuhi kekurangan hara alami

yang diperlukan tanaman untuk dapat tumbuh dan

berkembang sampai menghasilkan biji sesuai dengan

yang dikehendaki. Untuk itu waktu pemberian dan

takaran pupuk yang diberikan hendaknya disesuaikan

dengan umur tanaman/stadia pertumbuhan tanaman.

Penentuan takaran pupuk (N, P, dan K) yang tepat

untuk tanaman jagung dapat dilakukan melalui analisis

tanah sebelum penanaman (Samijan, dkk., 2009). Selain

itu dapat pula dilakukan dengan menggunakan BWD

(Bagan Warna Daun), seperti halnya yang biasa dilakukan

pada tanaman padi. Takaran pupuk yang diberikan secara

tepat pada waktu yang tepat, akan lebih efisien dibanding

dengan takaran yang tepat tetapi saat pemberiannya

tidak tepat. Dalam hal ini yang penting adalah porsi

pemberian pupuk N pada setiap aplikasi perlu disesuaikan

dengan stadia pertumbuhan tanaman, untuk itu sebagai

panduan pemberian pupuk pada tanaman jagung

disajikan dalam Tabel di bawah ini

Rekomendasi Pemupukan Jagung Spesifik Lokasi

Rekomendasi pemupukan di lahan sawah

Dosis pemupukan pada tananaman jagung

disarankan untuk dipertajam dengan menggunakan

bantuan Bagan Warna Daun (BWD) (Samijan, dkk.,

2009).

Page 52: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

46 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

Tabel 3. Dosis, waktu aplikasi dan acuan pemupukan

pada tanaman jagung di lahan sawah (kg/ha):

Anjuran Pupuk

ke-1

Pupuk

ke-2

Pupuk

ke-3

Pupuk

Tambahan Tanda

vegetatif

Daun 3 Daun 6-8 Daun >

10

Bunga

jantan <25%

Umur (hst) 7-10 21-25 >50 40-45

Acuan Lain BWD BWD BWD<4

Dosis Pupuk

Phonska (kg/ha)

150 150

Urea (kg/ha)

100 50-100 100-150 75

Pemupukan N pada Tanaman Jagung Lahan Sawah

Berdasarkan Bagan Warna Daun (BWD)

< 4 4,0 – 4,5 >4,5

Skala BWD Urea (kg/ha) Urea

(kg/1000m2)

< 4 150 15,0

4,0 – 4,5 125 12,5

>4,5 100 10,0

Page 53: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 47

Rekomendasi Pemupukan di Lahan Kering

Dosis pemupukan pada tananaman jagung

disarankan untuk dipertajam dengan menggunakan

bantuan Bagan Warna Daun (BWD)

Tabel 4. Dosis, waktu aplikasi dan acuan pemupukan

pada tanaman jagung di lahan kering (kg/ha):

Anjuran Pupuk ke-1 Pupuk ke-2 Pupuk

Tambahan

Tanda vegetatif

Daun 3 Daun -8 Bunga jantan <25%

Umur (hst) 7-10 25-30 40-45

Acuan Lain BWD BWD <4

Dosis Pupuk

Phonska (kg/ha)

200-300 0-100

Urea (kg/ha) 50 100-75 75

Pemupukan N pada Tanaman Jagung Lahan Kering

Berdasarkan Bagan Warna Daun (BWD)

< 4 4,0 – 4,5 >4,5

Skala BWD Urea (kg/ha) Urea

(kg/1000m2)

< 4 175 17,5

4,0 – 4,5 150 15,0

>4,5 125 12,5

Page 54: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

48 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

Pemupukkan bisa menggunakan pupuk tunggal

sesuai rekomendasi dari Balai Tanaman Serealia

(Balitsereal) (Safrudin, dkk. 2007; Zubachtirodin, 2009;).

Setelah 5-6 hari dari saat benih ditanam, biasanya benih

sudah tumbuh menjadi tanaman kecil dan sudah muncul

di atas permukaan tanah. Pemupukan diberikan sebanyak

2-3 kali dengan perbandingan takaran dan waktu aplikasi

seperti yang disajikan dalam Tabel 5 adalah sebagai

berikut :

Tabel 5. Pemupukan jagung menggunakan pupuk tunggal

Jenis Pupuk

Takaran 2) Pupuk

(kg/ha)

Takaran Pupuk (kg/ha)

7 – 10 hst

25 – 30 hst

40 – 45 hst

Urea 300 – 350 30% 70% BWD

ZA1) 50-100 100% - -

SP36 100 – 200 100% - -

KCl 50 - 200 50% 50% -

Keterangan:

Hanya diberikan jika dari hasil analisis tanah

kekurangan unsur sulfur (S). 1) Takaran dapat berubah disesuaikan dengan hasil

analisis tanah sebelum tanam atau rekomendasi

setempat.

- Jika menggunakan pupuk majemuk, takaran unsur

N, P, dan K disetarakan dengan pupuk tunggal.

- Cara aplikasi pupuk: pupuk diletakkan dalam lubang

yang dibuat dengan tugal di samping tanaman

dengan jarak 5 – 10 cm dari tanaman, dan ditutup

dengan tanah/pupuk kandang/pupuk organik.

Hst = hari setelah tanam.

Page 55: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 49

Jumlah pupuk N, P, dan K yang akan diberikan

dapat diketahui dari hasil analisis tanah. Penggunaan

pupuk dengan takaran dan saat yang tepat merupakan

kunci dari efisiensi pemupukan. Prinsip utama

pemupukan pada tanaman jagung adalah porsi dari

pupuk yang diberikan harus seimbang dan sesuai dengan

fase pertumbuhan tanaman.

Takaran pupuk pada Tabel 3 dan 4 dapat berubah,

bergantung pada tingkat kesuburan tanah di lokasi

setempat. Jika analisis tanah belum dilakukan dan

rekomendasi pemupukan setempat juga belum tersedia,

maka takaran pupuk N ditentukan dengan bantuan Bagan

Warna Daun (BWD), sebagaimana yang dikembangkan

dalam pemupukan N pada tanaman padi.

Penggunaan BWD untuk mengetahui takaran pupuk

N dilakukan pada saat tanaman berumur 40-45 hari

setelah tanam atau setelah pemupukan N kedua dengan

takaran dan porsi pemberian yang sesuai dalam Tabel 3

dan 4. Penggunaan BWD pada prinsipnya bertujuan untuk

mengamati keseimbangan hara pada tanaman N dalam

tanaman. Jika hasil pengamatan dengan BWD

menunjukkan tanaman kekurangan N maka perlu segera

penambahan pupuk N. Sebaliknya, jika hara N sudah

cukup tersedia bagi tanaman maka tidak perlu

penambahan pupuk N.

Tahapan pengamatan hara N pada tanaman jagung

dengan menggunakan BWD adalah sebagai berikut:

Pada saat tanaman berumur 7-10 hst, tanaman diberi

pupuk N (urea) bersamaan dengan pupuk SP36 dan

KCl dengan porsi/takaran pemberian seperti disajikan

dalam Tabel 5

Page 56: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

50 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

Pada saat tanaman berumur 25-30 hst, tanaman

dipupuk dengan porsi/ takaran sesuai dalam Tabel 5

Pada saat tanaman berumur 40-45 hst, bergantung

pada umur varietas yang ditanam, dilakukan

pengamatan hara N melalui daun tanaman

menggunakan BWD.

Daun yang diamati adalah daun yang telah membuka

sempurna (daun ke 3 dari atas). Pilih 20 tanaman

secara acak pada setiap petak pertanaman (+ 1 ha).

Pada saat mengamati daun, lindungi daun yang

diamati tingkat kehijauan warnanya dari sinar

matahari agar pengamatan tidak terganggu oleh

pantulan cahaya yang dapat mengurangi kecermatan

hasil pengamatan.

Daun yang diamati letakkan di atas BWD. Bagian

daun yang diamati adalah sekitar sepertiga dari

ujung daun. Bandingkan warna daun dengan skala

warna yang ada di BWD, kemudian lakukan

pencatatan skala warna yang paling sesuai dengan

warna daun yang diamati. BWD memiliki skala warna

dengan tingkat kehijauan 2 hingga 5. Jika warna

daun berada di antara skala warna 2 dan 3 pada

BWD, berarti nilai kehijauan daun adalah 2,5. Apabila

warna daun berada di antara skala warna 3 dan 4,

berarti nilai kehijauan daun adalah 3,5 atau 4,5 jika

warna daun berada di antara skala warna 4 dan 5.

Rata-ratakan nilai warna dari 20 daun yang diamati,

nilai rata-rata skala warna tersebut digunakan untuk

menentukan perlu atau tidaknya tambahan pupuk N.

Page 57: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 51

TEKNIK PENANAMAN

Sistem dan Cara Tanam

Monokultur

Seluruh lahan hanya ditanami jagung.

Tumpang Sari ( intercropping ),

Melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur

sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama

umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari

beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi

gogo.

Tumpang Gilir ( Multiple Cropping ),

Dilakukan secara beruntun sepanjang tahun

dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain

untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh:

jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah,

dll.

Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ),

Pola tanam dengan menyisipkan satu atau

beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok

(dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu

yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang

tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan

kacang panjang.

Tanaman Campuran ( Mixed Cropping )

Penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh

tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya,

Page 58: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

52 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi

riskan terhadap ancaman hama dan penyakit.

Contoh: tanaman campuran seperti jagung,

kedelai, ubi kayu.

Lubang Tanam dan Cara Tanam

Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan

tiap lubang hanya diisi 1-2 butir benih. Jarak tanam

jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin

panjang umurnya jarak tanam semakin lebar. Jagung

berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman,

jarak tanamnya 40x70 cm (2 tanaman /lubang).

Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya

20x70 cm (1 tanaman/lubang).

Pengelolaan Tanaman

Untuk mendapatkan hasil yang optimal

pertanaman jagung harus dikelola secara intensif

(Akil dan Hadijah,2007; Zubachtirodin, 2009).

Penjarangan dan Penyulaman

Penjarangan dilakukan pada tanaman yang

tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau

atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah.

Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh

dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain

yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan

untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati,

dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst)

menggunakan tanaman yang seumur. Jumlah dan

jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama

dengan sewaktu penanaman. Untuk memenuhi

Page 59: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 53

populasi tanaman tersebut, viabilitas benih

dianjurkan lebih dari 95% karena dalam budidaya

jagung tidak dianjurkan melakukan penyulaman

tanaman yang tidak tumbuh dengan biji karena

peluangnya untuk dapat tumbuh normal sangat kecil

dan biasanya tongkol yang terbentuk kurang berisi.

Bunga betina dari tanaman sulaman biasanya tidak

terserbuki dengan sempurna oleh tepungsari dari

bunga jantan tanaman lain karena berbunganya

terlambat, sedangkan peluang terjadinya

penyerbukan sendiri hanya sekitar 5% sehingga

menyebabkan tongkol kurang berbiji.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali.

Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda

dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll.

Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran

tanaman yang pada umur tersebut masih belum

cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan

setelah tanaman berumur 15 hari.

Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan

penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar

tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang

bermunculan di atas permukaan tanah karena

adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6

minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan.

Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman

diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan

Page 60: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

54 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan

yang memanjang.

Pengairan dan Penyiraman

Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman

secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab,

tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun

menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan

lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-

parit di antara bumbunan tanaman jagung.

Ciri dan Umur Panen

Umur panen + 86-96 hari setelah tanam.

Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn)

dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter

tongkol 1-2 cm), jagung rebus/bakar, dipanen

ketika matang susu dan jagung untuk beras jagung,

pakan ternak, benih, tepung dll dipanen jika sudah

matang fisiologis, dengan tanda-tanda (Akil dan

Hadijah, 2007): (a) umur tanaman mencapai

maksimum, yakni setelah pengisian biji optimal; (b)

daun menguning dan sebagian besar mulai

mengering; (c) klobot sudah kering atau kuning; (d)

bila klobot dibuka, biji terlihat mengkilap dan keras,

bila ditekan dengan kuku tidak membekas pada biji;

dan (e) kadar air biji 25-35%., dimana biji sudah

mengeras dengan ditandai adanya lapisan hitam

(black layer) pada pangkal biji yang melekat pada

tongkol (janggel), (minimal 50%/baris). Adanya

lapisan hitam tersebut menunjukkan bahwa

translokasi hasil fotosintesis kedalam biji jagung

telah terhenti.

Page 61: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 55

Gambar 6. Lapisan hitam (black layer) pada pangkal biji

PENUTUP

Dalam budidaya jagung, capaian hasil biji kering

yang optimal untuk suatu lokasi adalah salah satu

sasaran yang ingin dicapai oleh petani. Untuk itu,

komponen-komponen teknologi (dasar) prinsip harus

diterapkan ditambah dengan komponen teknologi

alternatif/pilihan yang diperlukan di lingkungan setempat

untuk dapat tercapainya produksi yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Akil dan Hadijah Dahlan, 2007. Budi Daya Jagung dan

Diseminasi Teknologi. Jagung, Teknik Produksi

dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang

Pertanian. Bogor.

Anonim, 2011. Budidaya Jagung (Zea Mays. L.).

http://sietawill.wordpress.com/2011/01/08/

budidaya-jagung-zea-mays-l/

Black layer

Page 62: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

56 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

Anonim, 2013. Teknologi Budidaya Jagung (Zea maize)

http://sulbar.litbang.deptan.go.id/index.2013/22

/02/ teknologi- budidaya-jagung-zea-maize-

tanpa-olah-tanah-tot-pada-lahan-sawah-tadah-

hujan.

Andi Trisyono., Y (ed). 2010. Pedoman teknis

manajemen tanaman jagung. PT Sygenta

Indonesia (seed Division). Jakarta

Bahtiar,A.F. Fadhly, M. Rauf, A. Njamuddin,

Margaretha, N. Syam, A. Tenrirawe,

Syuryawati, A. Biba, H. A. Dahlan, S.

Panikkai, B. Hafid, A.M. Mappeare, dan M.

Tahir. 2005. Studi karakterisasi sistem produksi

serta persepsi dan sikap pengguna teknologi

serealia. Laporan Akhir. Balai PenelitianTanaman

Serealia. Maros

Departemen Pertanian. 2004. Statistik Pertanian

(Agriculture Statistics). Departemen Pertanian

Republik Indonesia.

FAO. 2000. Conservation Agriculture. WWW. FAO. Org

Hafsah, M.J. 2004. Peningkatan produksi dan mutu

jagung. Makalah disampaikan pada Seminar

Sehari Mekanisasi Pertanian: Peran Strategis

Mekanisasi Pertanian dalam Pengembangan

Agroindustri Jagung. Jakarta, 20 Desember 2004.

Syafruddin, Faesal, dan M. Akil., 2007. Pengelolaan

Hara pada Tanaman Jagung. Jagung, Teknik

Produksi dan Pengembangan. Pusat Penelitian

dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan

Litbang Pertanian. Bogor.

Samijan, E. Kushartanti, T. Reni Prastuti dan

Syamsul Bahri. 2009. Pengelolaan Tanaman

terpadu jagung. BPTP Jawa Tengah.

Page 63: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 57

Subandi, Zubachtirodin, S. Saenong, dan I.U.

Firmansyah. 2006. Ketersediaan teknologi

produksi dan program penelitian jagung. Dalam:

Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional

Jagung 29-30 September 2005 di Makassar .

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman

Pangan. Bogor

Syuryawati, Zubachtirodin, Contance Rapar. 2000.

Diskripsi varietas unggul jagung. Balitsereal.

Maros

Widiyati, N., A.F. Fadhly, R. Amir, dan E.O. Momuat.

2001. Sistem pengolahan tanah dan efisiensi

pemberian pupuk NPK terhadap petumbuhan dan

hasil jagung. Risalah Penelitian Jagung dan

Serealia Lain.

Zubachtirodin, 2009. Teknologi peningkatan produksi

jagung. Makalah disampaikan pada acara

“Pembinaan Calon Penangkar Benih Jagung

Komposit Berbasis Komunal”dari desa Sidomulyo,

Bumirejo, dan Giyanti, Kecamatan Sambong,

Kabupaten Blora pada tanggal 10 Juli 2009 di

P4MI Blora, Jawa Tengah.

Zubachtirodin, Syuryawati, Contance Rapar. 2007.

Petunjuk teknis produksi benih sumber jagung

komposit (bersari bebas). Balisereal Maros.

Zubachtirodin, Sania Saenong, Mappaganggang S.

Pabbage, M. Asrai, Diah Setyorini, S.

Kartaatmadja dan F. Kasim. 2009. Pedoman

umum PTT jagung. Puslitbangtan (Bogor),

BBP2TP (Bogor), Balitsereal (Maros).

Page 64: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Teknologi Budidaya Tanaman Jagung

58 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

Page 65: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung:  

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 59  

HAMA DAN PENYAKIT UTAMA PADA JAGUNG  

Endang Iriani [email protected]  

 PENDAHULUAN

Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas pertanian yang masuk pada subsektor tanaman pangan. Pada saat proses produksi atau dalam fase budidaya, tanaman jagung juga tidak luput dari serangan hama penyakit, seperti halnya tanaman pertanian lain.

Salah satu kendala penting dalam upaya peningkatan produksi jagung adalah gangguan biotis yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu gangguan oleh makroorganisme yang dikenal dengan gangguan hama, dan gangguan oleh mikroorganisme yang disebut sebagai gangguan penyakit. Mikroorganisme penyebab penyakit dikelompokkan ke dalam tiga golongan yaitu cendawan, bakteri, dan virus (Semangun, 1995).

Kerugian yang ditimbulkan oleh serangan hama penyakit ini bisa dibilang tidak kecil, bahkan beberapa diantaranya ada yang berpotensi menimbulkan kegagalan. Oleh karena itu, penanganan yang tepat terhadap serangan hama dan penyakit tanaman akan meningkatkan hasil produksi petani (Oka, 1995).

Serangan hama dan penyakit jagung, baik di lapang maupun di gudang merupakan salah satu masalah dalam program peningkatan produksi. Hingga saat ini diketahui sekitar 50 jenis serangga yang menyerang tanaman jagung, meski hanya beberapa diantaranya yang sering menimbulkan kerusakan yang berarti (Sudjono, 1988).

Page 66: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung  

60 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani  

Hama utama yang biasanya dijumpai pada pertanaman jagung adalah lalat bibit, ulat grayak, penggerek batang dan tongkol. Secara rinci jenis hama dan bagian tanaman yang diserang dikelompokkan sebagai berikut (Tabel 1)

Tabel 1. Jenis hama dan bagian tanaman yang diserang

Serangan hama

Nama umum

Bagian tanaman yang diserang Aka

r Ttk tumb

Daun

Batang

Tongkol

Atherigona sp.

Lalat bibit

+

Dactylispa balyi

Pengorok daun

+

Ostrinia furnacalis

Penggk batang

+ + +

Spodoptera sp

Ulat grayak

+

Helicoverpha armigera

Penggk. Tongkl

+ +

Sitophilus. Sp

Kumbang bubuk

+ 1)

Sumber : Bedjo dan Sri Wahyuni Indiati, 1995 Keterangan : Ttk : titik Tumb. : tumbuh Penggk: penggerek Tongkl : tongkol

1) : pada simpanan jagung tongkolan dan pipilan

PERANAN KOMPONEN PENGENDALIAN

Peranan Varietas Tahan

Penggunaan varietas tahan telah dinyatakan sebagai cara pengendalian yang baik, bisa dipadukan

Page 67: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung:  

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 61  

dengan cara lain (Saleh, 1993). Varietas tahan hama penyakit akan menghambat perkembangan hama penyakit sehingga menekan tingkat serangan dan kehilangan hasil pada level yang lebih rendah. Mekanisme ketahanan varietas dapat bersifat non-preferensi, antibiosis, dan toleransi tanaman (Painter, 1951). Peranan Kultur Teknis

Kultur teknis akan mengurangi sumber inokulum. Beberapa kegiatan dalam kultur teknis meliputi : membasmi tanaman sumber inokulum, mengatur waktu tanam yang tepat dan serempak, tumpang sari, rotasi tanaman, pengolahan tanah yang baik, drainase yang baik, irigasi yang baik, pemupukan yang berimbang, waktu panen yang tepat, penggunaan mulsa, tanaman perangkap, pemangkasan, dan pola tanam (Oka, 1995). Peranan Musuh Alami/Antagonis

Musuh alami yang meliputi vertebrata, predator, parasit, patogen hama, dan mikroorganisme antagonis akan menghambat laju perkembangan hama maupun penyakit. Predator adalah serangga yang memangsa serangga lain yang umumnya lebih kecil. Sebaliknya parasit adalah umumnya serangga kecil yang menginfeksi serangga dewasa, larva atau telur serangga yang lebih besar. Patogen adalah mikroorganisme yang menginfeksi serangga ataupun tanaman. Sedangkan mikroorganisme antagonis adalah mikroorganisme yang mampu memarasit langsung ataupun mengeluarkan zat yang menghambat mikroorganisme lain (Suyono, 1988; Tandiabang, 2000).

Page 68: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung  

62 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani  

Peranan Pestisida

Pestisida kimia berperan membasmi hama dan patogen penyebab penyakit secara langsung. Namun dibalik itu dapat menimbulkan resistensi serangga terhadap pestisida (Saleh, 1993). Karena sifat meracuninya tidak spesifik, maka dapat membasmi serangga berguna yang bukan sasaran. Selain itu dapat membahayakan bagi hewan atau manusia yang mengkonsumsi hasil pertanian yang disemprot. Mengingat akan pengaruh negatif dari pemakaian pestisida kimia ini maka penggunaannya hanya dibolehkan dalam keadaan yang terpaksa kalau tidak ada cara lain yang lebih aman atau pada pertanaman yang tidak untuk memproduksi bahan pangan atau pakan seperti untuk produksi benih. Pengendalian Hama Penyakit Terpadu (PHT)

Pengendalian hama penyakit terpadu merupakan suatu cara pengendalian yang dilakukan dengan memadukan berbagai komponen pengendalian dengan maksud untuk mencapai hasil yang optimal dengan biaya yang minimal dan ramah lingkungan. Painter (1951) mengemukakan bahwa kombinasi cara pengendalian akan lebih efektif dibanding dengan cara pengendalian tunggal/masing-masing.

Page 69: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung:  

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 63  

HAMA TANAMAN JAGUNG

Lalat bibit (Atherigona sp. Stein)

Daerah sebaran : Jawa, Sumatera, Sulawesi, NTT. Tanaman inang lain

: Jagung, padi gogo, sorgum, gandum, dan rumput Cynodon dactylon, Panicum repens serta Paspalum conjugatum

Penyebabnya : Lalat Atherigona sp.

Biologi

Lama hidup serangga dewasa bervariasi antara lima sampai 23 hari, serangga betina hidup dua kali lebih lama daripada yang jantan. Serangga dewasa sangat aktif terbang dan sangat tertarik pada kecambah atau tanaman yang baru muncul di atas permukaan tanah. Imago kecil dengan ukuran panjang 2,5-4,5 mm. Imago betina mulai meletakkan telur tiga sampai lima hari setelah kawin dengan jumlah telur 7- 22 butir atau bahkan hingga 70 butir. diletakkan secara tunggal, berwarna putih, memanjang, diletakkan dibawah permukaan daun. Periode telur 1-3 hari. Larva terdiri dari tiga instar yang berwarna putih krem pada awalnya dan selanjutnya menjadi kuning hingga kuning gelap. Lama stadium larva antara 8-10 hari. Larva yang baru menetas melubangi batang yang kemudian membuat terowongan, sampai dasar batang, sehingga tanaman menjadi kuning dan akhirnya mati. Pupa terdapat pada pangkal batang dekat atau di bawah permukaan tanah, umur pupa 5-11 hari pada pagi atau sore hari. Puparium berwarna coklat kemerah-merahan sampai coklat dengan ukuran panjang

Page 70: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung  

64 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani  

4,1 mm (Bejo, dkk., 1995; Ortega, 1997; Yasin, dkk., 2011).

Gejala Serangan

Lalat bibit menyerang tanaman jagung dengan cara meletak- kan telur di bawah permukaan daun. Larva yang baru menetas melubangi dengan cara menggerek batang kemudian membuat terowongan sampai dasar batang, sehingga tanaman jagung menjadi kuning dan akhirnya mati. Pupa terdapat pada pangkal batang dekat atau di bawah permukaan tanah. Jika tanaman terserang mengalami recovery (proses penyembuhan), maka pertumbuhannya akan kerdil (puser). Oleh karena hama ini menyerang pada awal pertumbuhan tanaman jagung mulai tumbuh sampai umur tiga minggu (Tandiabang, 2000), maka cara pengendaliannyapun harus sedini mungkin. Varietas tahan terhadap lalat bibit belum dikembangkan di Indonesia (Bejo, dkk., 1995; Yasin, dkk., 2011).

Pengendalian

Komponen pengendalian yang diperlukan :

1). Pergiliran tanaman, dan Tanam serempak, akan sangat membantu memutus siklus hidup lalat bibit, terutama setelah selesai panen jagung

2).   Cara kultur praktis juga belum direkomendasikan. berbahan aktif carbofuran dengan takaran 0,12 kg – 0,24 kg b.a/ha diberikan melalui tanah bersama biji pada waktu tanam atau diberikan pada kuncup daun umur tanaman satu minggu.

3). Aplikasi insektisida salah satu cara yang dianjurkan yaitu menggunakan pestisida kimia sistimik: Lalat

Page 71: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung:  

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 65  

Bibit, dapat dikendalikan dengan bahan aktif Tiametoksam (nama dagang: Cruiser 350FS) dengan dosis 4 ml/Kg benih. Pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan perlakuan benih (seed dressing)

4). Menyebar mulsa jerami padi merata sebanyak 5 t/ha setelah tanam jagung

5). Kebersihan di sekitar areal penanaman hendaklah dijaga dan selalu diperhatikan terutama terhadap tanaman inang yang sekaligus sebagai gulma;

6). Pemanfaatan agensia hayati dapat dilakukan dengan memanfaatkan parasit Trichogramma spp. yang memarasit telur. Sedangkan Opius sp. dan Tetrastichus sp. memarasit larva (Anonymous, 1995; Tandiabang, 2000).

Gambar 1. Imago lalat bibit Ulat Pemotong

Gejala: secara umum tanaman jagung yang terserang biasanya terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah yang ditandai dengan adanya bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman jagung yang masih muda

Page 72: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung  

66 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani  

itu roboh di atas tanah (Bejo, dkk., 1995; Yasin, dkk., 2011).

Penyebab : beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis sp. (A. ipsilon); Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera). 1. Penggerek Batang (Ostrinia furnacalis)

Daerah sebaran : Asia, Eropa, dan Amerika Tanaman inang lain : Jagung, sorgum, terong,

Amaranthus sp., Panicum sp. Penyebabnya : Ostrinia furnacalis Guenee

Biologi

Ngengat aktif malam hari, dan menghasilkan beberapa generasi per tahun, umur imago/ngengat dewasa 7-11 hari. Ngengat betina lebih menyukai meletakkan telur pada tanaman jagung yang tinggi dan telur di letakkan pada permukaan bagian bawah daun utamanya pada daun ke 5-9, umur telur 3-4 hari. Larva yang baru menetas berwarna putih kekuning-kuningan, makan berpindah-pindah, larva instar III makan pada bagian alur bunga jantan, setelah instar lanjut menggerek batang, umur larva 17-30 hari. Pupa biasanya terbentuk di dalam batang, berwarna coklat kemerah merahan, umur pupa 6-9 hari.

Hama ini merupakan salah satu hama utama pada tanaman jagung sehingga perlu diwaspadai. Kehilangan hasil akibat hama tersebut mencapai 20−80%. Besarnya kehilangan hasil dipengaruhi oleh padat populasi larva serta umur tanaman saat terserang. (Bejo, dkk., 1995; Tandiabang, 2000; Yasin, dkk., 2011)

Page 73: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung:  

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 67  

Gejala Serangan

Hama ini menyerang semua bagian tanaman jagung pada seluruh fase pertumbuhan. Kehilangan hasil akibat serangannya dapat mencapai 80%. Tingginya kerusakan hasil yang ditimbulkan tersebut karena titik serangnya bukan hanya pada bagian tertentu saja, namun hampir di semua bagian tanaman jagung bisa menjadi incarannya. Selain itu, hama ini juga menyerang pada semua fase pertumbuhan tanaman jagung.

Larva Ostrinia furnacalis ini mempunyai karakteristik kerusakan pada setiap bagian tanaman jagung yaitu lubang kecil pada daun, lubang gorokan pada batang, bunga jantan, atau pangkal tongkol, batang dan tassel yang mudah patah, tumpukan tassel yang rusak.

Penggunaan agensia hayati dengan memanfaatkan musuh alami seperti parasitoid Trichogramma spp. dapat memarasit telur O. furnacalis. Bakteri Bacillus thuringiensis Kurstaki mengendalikan larva O. Furnacalis. Serta aplikasi cendawan Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae untuk mengendalikan larva O. Furnacalis (Novik, 2013; Wakman, 2013).

Pengendalian

Komponen pengendaliannya meliputi komponen pengendali terpadu :

1) Pergiliran tanaman, 2) Tanam serempak, 3) Sanitasi inang liar, 4) Pemangkasan bunga jantan 25%, 5) Pemberian biopestisida (Bacillus thuringiensis)

Page 74: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung  

68 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani  

6) Ulat penggerek daun/batang (Ostrinia furnacalis) dapat dikendalikan dg Insektidida dg bahan aktif lamda sihalotrin dan tiametoksam (nama dagang: Alika 247 ZC), dg dosis 0.8 ml/liter.

Gambar 2. Larva penggerek batang

2. Ulat Grayak (Spodoptera sp.)

Daerah sebaran : Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya

Tanaman inang lain : Jagung, teki, kedelai, dan kacang-kacangan

: Daun berlubang-lubang atau tinggal tulang daunnya.

Penyebabnya : Spodoptera sp. Biologi

Ngengat berwarna coklat, aktif di malam hari. Telurnya berwarna putih sampai kekuningan, berkelompok. Tiap ekor bisa bertelur 400 butir, periode telur 5 hari. Larva aktif dimalam hari, umur larva 31 hari, stadium kepompong 8 hari. Pupa, ulat berkepompong dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon) berwana coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm. Siklus hidup berkisar antara 30 –

Page 75: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung:  

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 69  

60 hari (lama stadium telur 2 – 4 hari, larva yang terdiri dari 5 instar : 20 – 46 hari, pupa 8 – 11 hari). Tanaman Inang hama ini bersifat polifag, selain jagung juga menyerang tomat, kubis, cabai, buncis, bawang merah, terung, kentang, kangkung, bayam, padi, tebu, jeruk, pisang, tembakau, kacang-kacangan, tanaman hias, gulma Limnocharis sp., Passiflora foetida, Ageratum sp., Cleome sp., Trema sp. (Bedjo, dkk., 1995; Yasin, dkk., 2011; Wakman, 2013).

Gejala Serangan

Larva yang masih kecil merusak daun dan menyerang secara serentak berkelompok. dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun, umumnya terjadi pada musim kemarau.

Kemampuan ulat grayak merusak tanaman jagung berkisar antara 5-50%. Ngengat aktif malam hari, sayap bagian depan berwarna coklat atau keperak-perakan, sayap belakang berwarna keputihan. Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadang tersusun 2 lapis), warna coklat kekuning-kuningan, berkelompok (masing-masing berisi 25–500 butir) tertutup bulu seperti beludru. Larva mempunyai warna yang bervariasi, ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan dan hidup berkelompok. Ulat menyerang tanaman pada malam hari, dan pada siang hari bersembunyi dalam tanah (tempat yang lembab). Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar.

Page 76: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung  

70 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani  

Pengendalian

Komponen pengendaliannya meliputi 1) Pergiliran tanaman, 2) Tanam serempak, 3) Sanitasi inang liar, 4) Penyemprotan dengan insektisida : monokrotofos,

klorpirifos, diazifos, sianofenfos, sipermetrin, betasiflutrin atau lamdasihalortrin. dan karboril dosis 2 cc/l

5)   Pengendalian secara fisik dapat dilakukan dengan memasang alat perangkap ngengat sex feromonoid sebanyak 40 buah/Ha semenjak tanaman jagung berumur 2 minggu. Ulat grayak (Spodoptera sp.) dapat dikendalikan dengan Insektidida dengan bahan aktif lamda sihalotrin dan tiametoksam (nama dagang: Alika 247 ZC), dg dosis 0.8 ml/liter.

Penggunaan agensia hayati dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami seperti : Cendawan Cordisep, Aspergillus flavus, Beauveria bassina, Nomuarea rileyi, dan Metarhizium anisopliae. Dari golongan bakteri yaitu Bacillus thuringensis. Pemanfaatan patogen virus untuk ulat ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan Sl-NPV (Spodoptera litura – Nuclear Polyhedrosis Virus). Parasit lain yang dapat dimanfaatkan adalah parasitoid Apanteles sp., Telenomus spodopterae, Microplistis similis, dan Peribeae sp. dan Trichogramma evanescens (Pabbage, 2003)

Page 77: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung:  

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 71  

Gambar 3. Larva ulat grayak 3. Penggerek Tongkol (Heliotis armigera, dan Helicoverpa

armigera)

Daerah sebaran : Diseluruh dunia termasuk di Indonesia

Tanaman inang lain

:

Penyebab : Helicoverpa armigera (Hbn.) atau Heliotis armigera

Biologi Imago betina akan meletakkan telur satu persatu

pada rambut (silk) tongkol atau bagian tanaman lain pada waktu sore sampai malam hari. Banyaknya telur per ekor ngengat mencapai 1000 butir. Stadia telur 2-5 hari. Larva mengalami 6 instar dalam periode waktu 17-24 hari. Pupa terbentuk di dalam tanah selama 12-24 hari. Satu siklus hidupnya sekitar 35 hari (Bedjo, dkk., 1995; Yasin, dkk., 2011; Novik, 2013; Wakman, 2013).

Gejala Serangan

Adanya lubang-lubang melintang pada daun tanaman stadia vegetatif. Rambut tongkol jagung

Page 78: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung  

72 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani  

terpotong, ujung tongkol ada bekas gerekan dan seringkali ada larvanya. Sesaat setelah menetas larva akan menginvasi masuk ke dalam tongkol dan akan memakan biji yang sedang mengalami perkembangan. Infestasi serangga ini akan menurunkan kualitas dan kuantitas tongkol jagung. Pada lubang bekas gorokan hama ini terdapat kotoran hama tersebut, biasanya hama ini lebih dahulu menyerang pada tangkai bunga.

Pengendalian

Komponen pengendalian terpadu 1) Menanam varietas jagung yang kelobotnya menutup

tongkol rapat, 2) Menggunakan musuh alami seperti : a). Parasit

telur Trichogramma sp, b. Parasit telur larva muda Eriborus sp., Tachinid, c. Cedawan entomophaga Metharhizium, d. Nuclear Polyhidrosis virus (NPV),

3) Penyemprotan insektisida pada ambang kerusakan 3 tongkol per 50 tanaman dengan Azodrin 15 WSC, Hostation 40 EC atau Nogos 50 EC (Anonymous, 1995). Penyemprotan dilakukan setelah terbentuk rambut jagung pada tongkol hingga rambut jagung berwarna coklat.

Pemanfaatan agensia hayati dan cukup efektif untuk mengendalikan penggerek tongkol adalah Parasit, Trichogramma spp. merupakan parasit telur dan Eriborus argentiopilosa (Ichneumonidae) parasit pada larva muda. Cendwan Metarhizium anisopliae. menginfeksi larva dan aplikasi bakteri Bacillus thuringensis

Page 79: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung:  

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 73  

Kutu Daun (Mysus persicae dan Aphis) Daerah sebaran : Diseluruh daerah beriklim tropis Tanaman inangnya : Jagung, sorgum, jewawut, tebu,

tuton (Panicum colonum), bunto, tanjing (Pennisetum macrostychum)

Penyebabnya : Mysus persicae dan Aphis (Rhopalosiphum maydis Fitc).

Biologi

Serangga berwarna hijau, ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap (Bedjo, dkk., 1995; Yasin, dkk., 2011; Novik, 2013; Wakman, 2013).

Gejala Serangan

Gejala langsung apabila populasi tinggi helaian daun menguning dan mengering. Gejala tidak langsung Hama ini mengisap cairan tanaman jagung terutama pada daun muda, kotorannya berasa manis sehingga menggundang semut dan berpotensi menimbulkan serangan sekunder yaitu cendawan jelaga. Serangan parah menyebabkan daun tanaman mengalami klorosis(kuning), dan menggulung. Kutu ini juga menjadi serangga vektor penular virus mosaik ataupun garis-garis klorosis sejajar tulang daun.

Pengendalian

Komponen untuk pengendalian secara terpadu meliputi : 1) Musuh alami : Predator Harmonia actomaculata dan H. syrphids, 2) Parasit, 3) Insekktisida systematik karbofuran di berikan melalui pucuk pada sladia vegetatif atau dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, asetamiprid,

Page 80: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung  

74 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani  

klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan. (Anonymous, 1995)

Hama Kumbang Landak

Daerah sebaran : Jawa, Sumatera, Sulawesi.

Tanaman inangnya : Jagung, Sorgum, Padi dan Ilalang.

Penyebab : Dactylispa balyi Gest.

Gejalanya

Bekas gerekan pada daun sejajar dengan tulang daun. Serangan yang berat dapat menyebabkan daun mengering (Bedjo, dkk., 1995; Yasin, dkk., 2011; Novik, 2013; Wakman, 2013).

Biologi

Sayap depan tebal dan sayap belakang tipis berwarna hitam. Telurnya di letakkan di jaringan daun muda sebelah atas diantara epidermis daun. Seekor betina bertelur sampai 75 butir. Periode telur 6-13 hari. Larva hidup dan makan didalam jaringan daun. Stadia larva I – IV sekitar 18-24 hari. Kepompong berada pada daun yang mengering. Stadium kepompong 8 –14 hari.

Pengendalian

Komponen pengendalian terpadu meliputi : 1) Waktu tanaman serempak, 2) Pergiliran tanaman, 3) Sanitasi inang liar dan sisa tanaman, 4) Aplilkasi insektisida efektif seperti klorpirifos dan

Page 81: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung:  

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 75  

isosaktion (Bedjo, dkk., 1995) Kumbang Bubuk (Sitophilus zeamais Motsch) Daerah sebaran : Tersebar luas di seluruh dunia Tanaman inangnya : Padi, jagung, sorgum, dan kacang-

kacangan Penyebabnya : Kumbang Sitophilus sp (Motsch).

Biologi

Serangga betina mampu bertelur 300-500 butir. Periode telur 3-7 hari. Serangga dewasa tanpa diberi makan dapat bertahan hidup 36 hari, dan bila diberi makan dapat hidup antara 3-5 bulan pada kadar air biji 14% dan kelembaban nisbi 70%. Perkembangan populasi sangat cepat bila bahan simpanan kadar airnya di atas 15% (Bedjo, dkk., 1995; Yasin, dkk., 2011).

Kerusakan biji oleh kumbang bubuk dapat mencapai 85% dengan penyusutan bobot biji 17%. Sitophilus zeamais Motsch dikenal dengan maize weevil atau kumbang bubuk, merupakan serangga yang bersifat polifag. Selain menyerang jagung, juga beras, gandum, kacang tanah, kacang kapri, kacang kedelai, kelapa dan jambu mete. S. Zeamais lebih dominan terdapat pada jagung dan padi. S. Zeamais merusak biji jagung dalam penyimpanan dan juga dapat menyerang tongkol jagung yang masih berada di pertanaman.

Gejala Serangan

Biji jagung berlubang-lubang dan bercampur kotoran serangga serta banyak kumbang bubuk. Kumbang bubuk menyerang mulai dari lapangan sampai digudang penyimpanan biji (Wakman, 2013).

Page 82: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung  

76 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani  

Pengendalian

Komponen pengendalian terpadu meliputi

1) Varietas tahan : Genjah Madura dan Goter, Serangan hama selama tanaman di lapangan dapat terjadi jika tongkol terbuka. Tanaman yang kekeringan, dengan pemberian pupuk yang rendah menyebabkan tanaman mudah terserang busuk tongkol sehingga dapat diinfeksi oleh kumbang bubuk. Untuk mencegah Sitophilus zeamais dilakukan panen yang tepat pada saat jagung mencapai masak fisiologis, karena panen yang tertunda dapat menyebabkan meningkatnya kerusakan biji di penyimpanan dan penggunaan varietas yang mempunyai penutupan kelobot yang baik akan mengurangi serangan.

2) Pengeringan benih/biji kadar air 10%, Panen yang tepat pada saat jagung mencapai masak fisiologis untuk mencegah Sitophilus zeamais, karena panen yang tertunda dapat menyebabkan meningkatnya kerusakan biji di penyimpanan.

3) Sanitasi tempat penyimpanan biji. Kebersihan dan pengelolaan gudang Kebanyakan hama gudang cenderung bersembunyi atau melakukan hibernasi sesudah gudang tersebut kosong. Untuk itu dibersihkan semua struktur gudang dan membakar semua biji yang terkontaminasi serta membuang dari area gudang. Selain itu karung-karung bekas yang masih berisi sisa biji harus dibuang. Semua struktur gudang harus diperbaiki, termasuk dinding yang retak-retak dimana serangga dapat bersembunyi, dan memberi perlakuan insektisida

Page 83: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung:  

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 77  

baik pada dinding maupun plafon gudang

4) Pengasapan,

5) Bahan nabati untuk di campur biji sebelum disimpan serbuk daun putri malu, daun mindi, daun nimba, akar tuba, Lantana camara, biji mahoni dan dringo dengan takaran 20-110 gr/kg biji, tepung biji dari Annona sp. dan Melia sp.

6) Hayati : penggunaan agensi patogen dapat mengendalikan kumbang bubuk seperti Beauveria bassiana pada konsentrasi 109 konidia/ml takaran 20 ml/kg biji dapat mencapai mortalitas 50%. Penggunaan parasitoid Anisopteromalus calandrae (Howard) mampu menekan kumbang bubuk.

7) Kapur barus atau insektisida karbofuran dibungkus kain dimasukkan kedalam kontainer/jerigen jagung sebelum ditutup. Perkembangan populasi kumbang bubuk akan meningkat pada kadar air 15% atau lebih.

8) Fisik dan mekanis pada suhu lebih rendah dari 50C dan di atas 350C perkembangan serangga akan berhenti. Penjemuran dapat menghambat perkembangan kumbang bubuk. Sortasi dapat dilakukan dengan memisahkan biji rusak yang terinfeksi oleh serangga dengan biji sehat (utuh).

9) Fumigasi, fumigan merupakan senyawa kimia yang dalam suhu dan tekanan tertentu berbentuk gas, dapat membunuh serangga/hama melalui sistem pernapasan. Fumigasi dapat dilakukan pada tumpukan komoditas kemudian ditutup rapat dengan lembaran plastik. Fumigasi dapat pula

Page 84: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung  

78 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani  

dilakukan pada penyimpanan yang kedap udara seperti penyimpanan dalam silo, dengan menggunakan kaleng yang dibuat kedap udara atau pengemasan dengan menggunakan jerigen plastik, botol yang diisi sampai penuh kemudian mulut botol atau jerigen dilapisi dengan parafin untuk penyimpanan skala kecil. Jenis fumigan yang paling banyak digunakan adalah phospine (PH3), dan Methyl Bromida (CH3Br). (Bedjo, dkk., 1995).

PENYAKIT TANAMAN JAGUNG

Jenis penyakit yang disebabkan oleh cendawan adalah bulai, bercak daun, hawar daun, hawar upih, karat daun, busuk batang, dan gosong bengkak. Jenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri meliputi bakteri busuk batang, hawar/layu bakteri Goss, dan layu bakteri Stewart (Shurtleff 1980). Jenis penyakit yang disebabkan oleh virus adalah penyakit virus mosaik kerdil, penyakit virus kerdil khlorotik, penyakit virus mosaik jagung, penyakit virus gores, dan penyakit virus mosaik tebu (Wakman et al 2001, Shurtleff 1980)

Penyakit Jamur/cendawan

Hipa jamur menginfeksi tanaman jagung dapat melalui luka yang disebabkan oleh manusia, angin, pasir tertiup angin, serangga, nematoda, atau jamur lainnya, atau melalui lubang alami seperti hidatoda, nektar, stomata, atau penetrasi langsung menggunakan tekanan maupun enzim.

Jamur merupakan penyebab sebagian besar penyakit infeksi pada jagung yang meliputi bulai (downy

Page 85: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung:  

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 79  

mildews ), bercak (spots) , hawar (blight ), dan kelainan bentuk (deformations). Banyak penyakit tanaman dalam mempertahankan hidupnya dengan struktur yang dibentuk oleh patogennya. Seperti jamur di luar musim tanam jagung bertahan hidup pada bagian tanaman yang mati maupun hidup, di tanah maupun pada serangga dengan bentuk seklerotia, spora, konidia (Sumartini, dkk., 1995).

Kehilangan hasil jagung akibat penyakit dilaporkan bervariasi. Namun, Shurtleff (1980) mengemukakan perkiraan kehilangan hasil jagung akibat penyakit dalam skala dunia mencapai 9,4%. Khusus penyakit bulai, kehilangan hasil dapat mencapai 100% pada varietas rentan. Penyakit bercak daun dapat menyebabkan penurunan hasil 90%, sedangkan penyakit hawar daun 70% (Sudjono 1988). Penyakit busuk batang dapat menyebabkan kerusakan tanaman hingga 65% pada varietas rentan (Wakman, 2000; Wakman, dkk., 2007). Penyakit Bulai/Downy mildew (Peronoscleropora spp)

Daerah sebaran : Diseluruh propinsi di Indonesia Tanaman inangnya : Jagung, sorgum, tebu, beberapa

jenis rumput rumputan.

Penyebab

Cendawan Peronosclerospora maydis, P. philippinenisis, P. sacchari, P. sorghi, P. heteropogoni, P. spontanea, P. miscantii, Seclerophthora macrospora, S. rayssiae dan Sclerospora graminicola (Wakman dan Djatmiko, 2002). Namun di Indonesia hanya dua pertama yang dilaporkan (Semangun, 1993; Sudjono, 1988). Baru-baru ini dilaporkan adanya P. sorghi menyerang

Page 86: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung  

80 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani  

tanaman jagung di dataran tinggi Karo Berastagi Sumatera Utara (Wakman et al., 2003), Shurtleff (1980), Wakman dan Djatmiko (2002), serta Rathore dan Siradhana (1988) melaporkan bahwa penyakit bulai pada jagung dapat disebabkan oleh 10 spesies dari tiga generasi yaitu:

1. Peronosclerospora maydis (Java downy mildew) 2. P. philippinensis (Philippine downy mildew) 3. P. sorghi (Sorghum downy mildew) 4. P. sacchari (Sugarcane downy mildew) 5. P. spontanea (Spontanea downy mildew) 6. P. Miscanthi (Miscanthi downy mildew). 7. P. heteropogoni (Rajasthan downy mildew) 8. Sclerophthora macrospora (Crazy top) 9. S. rayssiae var. zeae (Brown stripe) 10. Sclerospora graminicola (Graminicola downy

mildew)

Biologi

Cendawan menginfeksi tanaman jagung yang baru tumbuh. Konidia yang lepas dari konidiofor di waktu subuh apabila jatuh pada air gutasi di pucuk tanaman jagung yang baru tumbuh akan berkecambah dan menginfeksi melalui stomata terus berkembang sampai titik tumbuh dan seterusnya menyebar secara sistimik.

Gejala Serangan (1) pada tanaman berumur 2-3 minggu, daun runcing

dan kecil, kaku dan pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih;

(2) pada tanaman berumur 3-5 minggu, tanaman yang terserang mengalami gangguan pertumbuhan,

Page 87: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung:  

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 81  

daun berubah warna dan perubahan warna ini dimulai dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi;

(3) pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua.

Penyakit bulai pada tanaman jagung menyebabkan

gejala sistemik yang meluas keseluruh bagian tanaman dan menimbulkan gejala lokal (setempat). Gejala sistemik terjadi bila infeksi cendawan mencapai titik tumbuh sehingga semua daun yang dibentuk terinfeksi. Tanaman yang terinfeksi penyakit bulai pada umur masih muda umumnya tidak menghasilkan buah, tetapi bila terinfeksi pada tanaman yang sudah tua namun masih terbentuk buah dan umumnya pertumbuhannya kerdil. Gejala lainnya adalah terbentuk anakan yang berlebihan dan daun-daun menggulung dan terpuntir, bunga jantan berubah menjadi massa daun yang berlebihan dan daun sobek-sobek

Pengendalian Komponen pengendalian untuk PHT meliputi : 1) Varietas tahan bulai : Lagaligo, Surya, BISI-4,

Pioneer P-4, P5,P9,P10,P12 dan NK6326 (Wakman, 2000; Wakman et al., 2002).  

2) Tanam serempak, 3) Penanaman dilakukan menjelang atau awal musim

penghujan 4) Aplikasi fungisida berbahan aktif metalaksil melalui biji

(seed treatmen) 5) Dilakukan pencabutan tanaman yang terserang,

kemudian dimusnahkan (Shurtleff, 1980; Sudjono, 1988; Sumartini dan

Page 88: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung  

82 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani  

Hardaningsih, 1995; Wakman, et al, 2002)

Gambar 4. Gejala penyakit bulai Penyakit Bercak Daun Daerah sebaran : Penyakit ini tersebar luas di dunia Tanaman inangnya : Jagung, sorgum, “sudangrass”,

johnsongrass, gama grass dan teosinte.

Penyebabnya : 1) Helminthoporium maydis Nisik. (Syn. Bipolaris maydis (Nisik) Shoemaker, Drechslera maydis (Nisik) Subram dan Jain) Stadia Perfectnya Cochliobolus heterostrophus (Drechs) Drechs,

2) Helminthosporium turcicum Pass. (Syn. Exserohilum turcicum (Pass) Leonard dan Suggs. Bipolaris turcica (Pass) Shoemaker; Drechslera turcica (Pass) Subram dan Jain) Stadia perfectnya Trichometasphaeria turcica Luttrell (Syn. Setospharia turcica

Page 89: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung:  

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 83  

(Luttrell) Leonard dan Suggs) Spora (konidia) memanjang, sedikit membengkok,bersekat tiga sampai delapan. Tangkai konidia bersekat dua sampai empat.

Gejala Serangan

Pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat (Sumartini, dkk., 1995; Shurtleff, 1980; Wakman, 2002; Wakman, dkk., 2013).

Bercak atau hawar dapat juga terjadi pada tongkol dan pelepah. Pengendalian

Komponen pengendalian terpadu meliputi : 1) pergiliran tanaman 2) Varietas tahan : Banyak varietas jagung unggul

yang telah dilepas tahan penyakit bercak daun H. maydis (Syuryawali et al 2000). Sedangkan varietas/galur jagung yang tahan hawar daun H. turcicum di dataran tinggi yaitu Pioneer-8, IPB-4, C-10, NK-11, FPC-9923, Exp.9702, Exp.9703, Kenia-1, Kenia-2, Kenia-3, dan Trop-Late White

3) Sanitasi sisa tanaman, 4) Mengatur kondisi lahan tidak lembab 5) Prenventif  diawal  dengan  fungisida  hanya  untuk  produksi  

Page 90: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung  

84 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani  

benih,  karena  penyakit  ini  dapat  tersebar  melalui  biji  yang  terinfeksi  (Sumartini  dan  Hardaningsih,  1995;  Sudjono,  1988).

Gambar 5. Gejala serangan bercak daun

Penyakit Hawar Daun (Leaf bligh)

Daerah sebaran : Penyakit ini tersebar luas di dunia Tanaman inangnya : Jagung, sorgum, “sudangrass”,

johnsongrass, gama grass dan teosinte.

Penyebabnya : Penyakit bercak daun penyebabnya adalah : Bipolaris maydis Syn. Pada B. maydis ada dua ras yaitu ras O dan ras T (Shurtleff, 1980).

Gejala Serangan

Penyakit bercak daun pada tanaman jagung dikenal dua tipe menurut ras patogennya yaitu ras O dan T. Ras O bercak berwarna coklat kemerahan dengan ukuran 0,6 x (1,2-1,9) cm, sedangkan Ras T bercak berukuran lebih besar yaitu (0,6-1,2) x (0,6-2,7) cm. Ras T berbentuk kumparan dengan bercak berwarna hijau kuning atau

Page 91: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung:  

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 85  

klorotik kemudian menjadi coklat kemerahan. Kedua ras ini, ras T lebih berbahaya (virulen) dibanding ras O dan pada bibit jagung yang terserang menjadi layu atau mati dalam waktu 3-4 minggu setelah tanam. Tongkol yang terserang/terinfeksi dini, biji akan rusak dan busuk, bahkan tongkol dapat gugur (Shurtleff, 1980; Wakman, 2013).

Bercak pada ras T terdapat pada seluruh bagian tanaman (daun, pelepah, batang, tangkai kelobot, biji, dan tongkol). Permukaan biji yang terinfeksi ditutupi miselium berwarna abu-abu sampai hitam sehingga dapat menurunkan hasil yang cukup besar. Cendawan ini dalam bentuk miselium dan spora dapat bertahan hidup dalam sisa tanaman di lapang atau pada biji di penyimpanan. Konidia yang terbawa angin atau percikan air hujan dapat menimbulkan infeksi pertama pada tanaman jagung.

Pengendalian

Komponen pengendalian terpadu meliputi : 1) pergiliran tanaman 2) Varietas tahan : Bima-1, Srikandi Kuning-1,

Sukmaraga dan Palakka 3) Sanitasi sisa tanaman, 4) Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai

akarnya (Eradikasi tanaman) yang terinfeksi bercak daun Pengendalian penyakit karat dan hawar daun dapat menggunakan fungisida dg bahan aktif azoksistrobin dan difenokonazol (nama dagang: Amistartop 325 SC) dg dosis 0.5 – 1 ml/liter

5) Prenventif diawal dengan fungisida hanya untuk produksi benih, karena penyakit ini dapat tersebar melalui biji yang terinfeksi (Sumartini dan

Page 92: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung  

86 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani  

Hardaningsih, 1995; Sudjono, 1988).

Gambar 6. Penyakit hawar daun

Penyakit Karat Daun (Rust)

Daerah sebaran : Diseluruh dunia termasuk di semua

wilayah Indonesia. Tanaman inangnya : Jagung, Teosinte, Tripsacum sp

dan Erianthus sp Penyebabnya : Tiga spesies penyebab penyakit

karat pada jagung ; dua spesies dari genus Puccinia yaitu P. polysora dan P. sorghi, dan satu spesies dari genus Physopella yaitu P. zeae. Cendawan ini mempunyai dua jenis spora yaitu uredospora yang dihasilkan didalam uredium, dan teliospora yang di produksi di dalam telium. Uredospora bersel

Page 93: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung:  

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 87  

tunggal dan permukaannya berbulu halus, sedangkan teliospora bersel dua dan kulit luarnya tidak berbulu.

Gejala Serangan

Pada tanaman dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan memanjang, pada kedua permukaan helaian daun jagung bagian bawah dan atas, berwarna coklat kemerahan. Daun yang terserang berat akan mengering (Shurtleff, 1980; Sumartini, dkk., 1995; Wakman, dkk., 2007).

Pengendalian

Komponen pengendalian untuk PHT meliputi : 1) Varietas tahan karat : Arjuna, Kalingga, Wiyasa,

Pioneer-2, 2) Sanitasi kebun dari gulma inang, 3) Fungisida mancozeb (Dithane M45), triadomefon

atau dithiokarbonat. (Sumartini dan Hardaningsih, 1995; Sudjono, 1988)

Page 94: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung  

88 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani  

Gambar 7. Gejala penyakit karat

Busuk Pelepah (Rhizoctonia solani)

Daerah sebaran : Tersebar diseluruh dunia Tanaman inangnya : Banyak jenis tanaman. Cynodon

dactylon banyak terserang hawar upih di musim hujan di Sulawesi Selatan.

Penyebabnya : Cendawan Rhizoctonia solani Kuhn. Cendawan tidak membentuk spora, hanya membentuk Sclerotia.

Gejala Serangan

Gejala serangan ditandai dengan adanya bercak berwarna agak kemerahan kemudian berubah menjadi abu-abu, selanjutnya bercak meluas, seringkali diikuti pembentukan sklerotium dengan bentuk tidak beraturan berwarna putih kemudian berubah menjadi cokelat.

Serangan penyakit dimulai dari bagian tanaman yang paling dekat dengan permukaan tanah kemudian menjalar ke bagian atas. Pada varietas yang tidak tahan

Page 95: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung:  

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 89  

penyakit ini (rentan) serangan cendawan dapat mencapai pucuk atau tongkol. Cendawan bertahan hidup sebagai miselium dan sklerotium pada biji, di tanah dan pada sisa-sisa tanaman di lapang. Keadaan tanah yang basah, lembab, dan drainase yang kurang baik akan merangsang pertumbuhan miselium dan sklerotia. Penyakit ini, umumya menyerang pada musim hujan.

Pengendalian

Komponen pengendalian terpadu meliputi : 1) Varietas tahan, 2) Pergiliran tanaman dengan tanaman tidak sefamili 3) Sanitasi kebun, 4) Jarak tanam jangan terlalu rapat, 5) Pengaturan drainase air agat tidak terjadi genangan 6) Hindari menggunakan pupuk kandang berlebihan, 7) Cendawan antagonis Trichoderma viride dan T.

harzianum 8) Pengendalian kimiawi dengan menggunakan

fungisida berbahan aktif mankozeb dan karbendazim. Dosis/konsentrasi sesuai dengan petunjuk pada kemasan. (Iriani Endang dan Sumartini, 1995; Sumartini dan Sri Hardiningsih, 1995).

Page 96: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung  

90 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani  

Gambar 8. Gejala Busuk pelepah

Penyakit Gosong Bengkak (Corn smut/boil smut) Daerah sebaran : Tersebar diseluruh dunia Tanaman inangnya : Penyebabnya : Cendawan Ustilago maydis (DC)

Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC.

Gejala Serangan

Masuknya cendawan ini ke dalam biji pada tongkol sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkus rusak dan spora tersebar (Shurtleff, 1980; Sumartini, dkk., 1995; Wakman, dkk., 2007; Wakman, 2013).

Page 97: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung:  

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 91  

Pengendalian

Komponen pengendalian terpadu meliputi : (1) mengatur kelembaban; (2) memotong bagian tanaman dan dibakar; (3) benih yang akan ditanam dicampur fungisida

Gambar 9. Gejala penyakit gosong Ustilago

Penyakit Busuk Tongkol dan Busuk Biji Daerah sebaran : Tersebar diseluruh dunia Tanaman inangnya : jagung, sorgum, gandum, oats,

barley, kapas, kedelai, dll. Penyebabnya : Beberapa penyebab busuk

batang/tongkol pada jagung yaitu : 1) Fusarium spp, Colletotrichum sp, Diplodia sp, Macrophomina sp, 2) Pythium sp, Cephalosporium sp dan bakteri Erwinia sp (Shurtleff, 1980; Wakman, 2002).

Page 98: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung  

92 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani  

Gejala Serangan

1) Pangkal batang busuk sehingga bagian atas layu dan mengering,

2) Tongkol yang terserang menjadi busuk sebagian atau seluruhnya.

Pengendalian

Komponen pengendalian untuk PHT : 1) Varietas tahan, benih sehat, 2) Pergiliran tanaman, 3) Pemupukan berimbang, 4) Drainase yang baik di musim hujan, 5) Populasi tanaman jangan rapat, 6) Hindari penanaman pada musim hujan, 7) Biopestisida, 8) Fungisida efektif (Shurtleff, 1980, Sumartini dan Hardaningsih, 1995; Sudjono, 1988).

Penyakit Biji

Daerah sebaran : Tersebar luas diseluruh dunia Tanaman inangnya : Jagung, sorgum, gandum, jewawut

dan biji rumput-rumputan lain. Penyebabnya : Cendawan Aspergillus spp.,

Fusarium spp., Diplodia spp., Helminthosporium, Bothryos-phaeria sp., Cladosporium sp., Rhizoctonia sp., Rhizopus sp., Colletotrichum sp., Trichoderma sp.

Page 99: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung:  

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 93  

Gejala Serangan

Dapat diketahui setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang. Biji busuk berwarna hitam, coklat hijau, kuning, putih, abu-abu, dll. tergantung patogennya (Shurtleff, 1980; Sumartini, 1995; Wakman, 2013).

Pengendalian

Komponen pengendalian terpadu meliputi 1) Varietas tahan, 2) Panen tepat waktu, 3) Pengeringan yang baik, kelembaban rendah, suhu

4-10°C, 4) Aplikasi asam organik : propionic, isobutyric, acetic

dan campurannya dengan ammonium isobutyrate, 5) Penyimpanan biji yang baik, kadar air dibawah 15%

(Shurtleff, 1980; Sudjono, 1988).

Gambar 10. Gejala penyakit busuk tongkol dan biji

Page 100: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung  

94 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani  

Penyakit Virus Mozaik

Daerah sebaran : Tersebar diseluruh dunia : Afrika, Amerika, Asia, dan Australia. Di Indonesia di laporkan ada di Jawa dan Sulawesi.

Tanaman inangnya : Jagung, sorgun, dan banyak jeni rumputan lain.

Penyebabnya : 1) Virus mosaik tebu, 2) Virus mosaik kerdil jagung, 3) Virus mosaik ketimun

Gejala Serangan

Mozaik pada daun, adanya perubahan warna daun yang menjadi hijau muda di antara hijau tua normal. Serangannya sistimik (Shurtleff, 1980; Saleh, dkk., 1989; Wakman, dkk., 2007; Yasin, dkk., 2011).

Pengendalian

Komponen pengendalian PHT meliputi 1) Varietas tahan, 2) Aplikasi insektisida untuk serangga vektor dengan

monokrotofos, tamaron, atau thiodan, 3) Pergiliran tanaman, 4) Sanitasi gulma inang 5) Tidak penggunakan benih yang berasal dari

tanaman yang terinfeksi virus (Saleh et al., 1993; Semangun, 1993; Sumartini dan Hardaningsih, 1995; Wakman et al., 2001).

 

 

 

Page 101: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung:  

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 95  

 

 

 

 

PENUTUP

Dalam budidaya jagung salah satu kendala yang dapat menyebabkan penurunan hasil adalah serangan hama dan penyakit. Kehilangan hasil dan kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh serangan hama dan penyakit yaitu tingkat serangan yang mencapai >20 hingga 100% atau puso. Beberapa hama utama yang perlu diperhatikan pada tanaman jagung adalah ulat daun, penggerek batang, penggerek tongkol, hama gudang. Sedang penyakit uatama tanaman jagung yang perlu diperhatikan yaitu penyakit yang disebabkan oleh cendawan seperti downey mildew, busuk pelepah, hawar daun, busuk tongkol serta akibat serangan virus.

Klorotik kerdil

Mosaik virus

Virus gores tebu

Page 102: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung  

96 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani  

Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata dengan dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

DAFTAR PUSTAKA

Amran Muis, 2007. Pengelolaan Penyakit busuk pelepah (Rhizoctonia solani Kuhn.) pada tanaman jagung Jurnal Litbang Pertanian, 26(3), Badan Litbang Pertanian. Bogor.

Bejo dan Sri Wahyuni, 1995. Hama-hama penting tanaman jagung dan pengendaliannya, p. 1-18. Dalam: Pengenalan Hama dan Penyakit Tanaman Jagung serta Pengendaliannya. Monograf Balittan Malang, No. 13. Badan Litbang Pertanian. Puslitbang Tanaman Pangan. Balittan Malang

Iriani, E. and Sumartini. 1995. Control of corn sheath blight (Rhizoctonia solani) by cultural practices. Prosiding Kongres Nasional XII dan Seminar Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi Indonesia Yogyakarta.

M. Yasin Said, Soenartiningsih, A. Tanrirawe, A.M. Adnan, Wasmo Wakman, A. Haris Talanca dan Syafruddin. 2011. Petunjuk Lapang Hama-Penyakit-Hara pada jagung. Balitsereal Maros.

Novik, K., 2013. Hama Penyakit Tanaman Jagung. http/www.tanibojonegoro.com/2013/03/hama/ penyakit-jagung-html

Page 103: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung:  

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 97  

Saleh, N., Y. Baliadi dan A.A. Cook. 1989. Identifikasi virus mosaik kerdil jagung pada tanaman jagung di Indonesia. Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor:

Saleh, K.M. 1993. The use of resistant varieties and insecticide applications in controlling insect pests and the effects of resistant varieties on parasitoid development. Proceeding of the Symposium on Integrated Pest Management Control Component. Biotrop Special Publication No.50:157-165.

Shurtleff, M.C. 1980. Compendium of Corn Diseases. 2nd edition. The American Phytopathological Society.

Semangun, H. 1993. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Sumartini dan Sri Hardaningsih. 1995. Penyakit jagung dan pengendaliannya. Dalam: Pengenalan Hama dan Penyakit Tanaman Jagung serta Pengendaliannya. Monograf Balittan Malang, No. 13. Badan Litbang Pertanian. Puslitbang Tanaman Pangan. Balittan Malang

Sudjono, M.S. 1988. Penyakit Jagung dan Pengendaliannya. Dalam Subandi, M. Syam, dan A. Widjono. 1988. Jagung. Puslitbangtan Bogor.

Oka, I.N. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Gadjah Mada University Press..

Ortega, C.A. 1987. Insect pests of maize. A Guide for Field Identification. CIMMYT Mexico. http://www. peipfi-komdasulsel.org/jurnal-perlindungan/ teknologi-pengendalian-hama-penyakit-jagung-di-lapangan-dan-gudang.htm#sthash.LPYWioyI.dpuf

Page 104: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Hama dan Penyakit Utama Pada Jagung  

98 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani  

Painter, R.H. 1951. Insect Resistan in Crop Plants. The Mac Millan Company. New York. Pp.520.

Tandiabang, Y. 2000. Pengelolaan hama utama tanaman jagung. Prosiding Aplikasi Paket Teknologi pertanian Sulawesi Tengah. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Jakarta : 16 hal.

Wakman, W. 2000. Downy mildew disease of maize in Indonesia : Problem, Research, and solving. Paper presented at the International Congress and Symposium on Southeast Asian Agricultural Sciences (IC-SAAS). Bogor Agricultural University. 6-8 November 2000. 9 pages

Wakman, W., M.S. Kontong, A. Muis, D.M. Persley, and D.S. Teakle. 2001. Mosaic disease of maize caused by sugarcane mosaic potyvirus in Sulawesi. Indonesian Journal of Agricultural Science. 2(2):56-59.

Wakman, W. 2002. Penyakit utama tanaman jagung di Indonesia. Makalah disajikan pada Seminar Expose Palawija di BPTP Lampung 16-18 Oktober 2002

Wakman, W. dan H.A. Djatmiko. 2002. Sepuluh spesies cendawan penyebab penyakit bulai pada tanaman jagung. Makalah disajikan pada Seminar PFI di Purwokerto 7 September 2002.

Wakman, W. dan Burhanudin, 2007. Pengelolaan Penyakit Pra Panen Jagung. Teknik dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian, Bogor.

Wakman, W., 2013. Teknologi Pengendalian Hama Penyakit Jagung. http/www.peipti.komdasuksel .org/jurnal perlindungan/teknologi-hama-penyakit-jagung-di-lapangan-dan-gudang-html

Page 105: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Pasca Panen dan Pengolahan Jagung

Jagung: Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 99

PASCA PANEN DAN PENGOLAHAN JAGUNG

Agus Sutanto dan Dwi Nugraheni

[email protected]

PENDAHULUAN

Jagung (Zea mays) merupakan komoditi strategis

tanaman palawija. Penggunaannya dapat dimanfaatkan

sebagai bahan substitusi beras. Selain itu jagung juga

dapat dimanfaatkan untuk bahan pangan, pakan ternak

dan bahan industri. Kebutuhan jagung pada dasa warsa

terakhir ini terus meningkat, karena berkembangnya

agribisnis ternak dan bahan baku industri. Pada tahun

1991, kebutuhan jagung nasional sebesar 6.55 juta ton.

Pada tahun 1995 dan 2000 meningkat tajam

kebutuhannya mencapai 9.14 juta ton (1995) dan 10.91

juta ton (2000).

Dari tingginya kebutuhan jagung tersebut, sebagian

besar digunakan sebagai bahan baku industri sebesar 60

% (Saenong, dkk., 2002). Sedangkan sebagai bahan

baku industri ini sebagian besar digunakan untuk

mencukupi industri pakan ternak sebesar 57 %.

Tingginya kebutuhan jagung untuk pakan ternak, bisa

dilihat dari laju perkembangan usaha ternak ayam

pedaging mencapai 13 % per tahun dan ayam petelur

mencapai 5.5 % per tahun. Sehingga dalam periode

yang sama, tahun 1982 – 2001, terjadi peningkatan

permintaan jagung dengan laju 8 % per tahun.

Sebagai bahan pangan, jagung mempunyai

kandungan pati yang cukup tinggi sebesar 60 – 61.5 %.

Page 106: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Pasca Panen dan Pengolahan Jagung

100 Jagung: Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

Nilai gizi jagung hampir sama dengan beras. Pada

jagung mempunyai kandungan karbohidrat 70 %, lebih

rendah dari pada beras yang kandungannya mencapai

77.5 – 80 %. Namun nilai gizinya lebih tinggi pada

jagung, karena kandungan protein dan lemak jagung

lebih tinggi dari pada beras (Tabel 1).

Tabel 1. Kandungan gizi pada jagung dan beras (tiap 100 gram bahan)

No Unsur Jagung Beras

1 Protein (gr) 10 6 – 7 2 Lemak (gr) 4.5 0.4 – 1.9 3 Karbohidrat (gr) 70 77.5 – 80 4 Air (gr) 10 12 5 Serat (gr) 2 0.3 – 0.9 6 Abu (gr) 2 0.5 – 1.2

Sumber : Grubben, dkk., 1996.

Jagung mempunyai potensi produksi yang besar

dan prospek penggunaannya juga baik sebagai bahan

makanan dan pakan. Dalam kegiatan pemasarannya

masih dijumpai beberapa kendala, yaitu ketersediaan

produk sepanjang tahun dan mutu yang memenuhi

syarat. Oleh karena itu penanganan pasca panen

menjadi penting artinya agar jagung tidak menjadi rusak

dan hilang.

Produk jagung merupakan produk musiman dan

sifatnya mudah rusak. Oleh karena itu untuk menjamin

ketersediaan akan kebutuhan jagung yang bermutu, perlu

penanganan pasca panen jagung yang lebih baik. Pasca

panen jagung meliputi saat pemanenan sampai dengan

penyimpanan dan pengolahan hasilnya. Sehingga

pengembangan jagung lebih terarah dengan baik.

Page 107: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Pasca Panen dan Pengolahan Jagung

Jagung: Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 101

PASCA PANEN JAGUNG

Pemanenan

Jagung varietas lokal ditanam petani, karena

akan digunakan sebagai bahan makanan pokok

maupun pengganti beras. Sedangkan petani yang

menanam jagung hibrida, biasanya untuk dijual ke

pasar. Jagung yang dijual biasanya dalam bentuk

pipilan kering. Dari hasil pengamatan di lapangan

sangat jarang ditemukan petani yang menjual jagung

dalam keadaan panen muda atau dijual jagung muda.

Biasanya petani memanen jagung pada umur 100 hari

setelah tanam (HST).

Cara memanen jagung melalui beberapa

tahapan. Tahap pertama jagung dipangkas pada

ujung tanaman di atas tongkol. Keadaan ini dibiarkan

selama + 10 hari. Hal ini dimaksudkan agar kadar

air dan tingkat kematangan jagung lebih sempurna.

Dari beberapa diskripsi varietas jagung

ditunjukkan bahwa umur panen jagung sangat

bervariasi antara 80 – 120 HST. Namun kebiasaan

petani memperlakukan cara panen untuk semua

varietas jagung dengan memangkas ujung tanaman

jagung pada umur 100 HST. Pada keadaan dipangkas

ini dibiarkan selama 10 hari, sehingga kematangan

jagung lebih dipercepat dan meratakan tingkat

kematangan jagung. Selain itu juga dimanfaatkan

untuk melakukan pengeringan jagung atau

mengurangi kadar air jagung saat panen. Apabila

jenis jagung adalah komposit, maka cara panen ini

dianjurkan untuk diambil bibitnya, maka

Page 108: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Pasca Panen dan Pengolahan Jagung

102 Jagung: Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

pengeringannya sampai kelobot jagung tampak kering

benar.

Pemanenan merupakan tahap awal yang sangat

penting dari seluruh rangkaian kegiatan penanganan

pasca panen jagung, karena tidak hanya berpengaruh

terhadap kuantitas hasil panen melainkan juga

berpengaruh pada kualitasnya. Cara panen yang

kebanyakan dilakukan oleh petani adalah tongkol

dipuntir sehingga lepas dari batangnya. Sedangkan

cara yang lain dengan pemangkasan bagian atas

tanaman atau pucuk batang kemudian jagung dikupas

dan dibiarkan dipertanaman supaya menjadi lebih

kering dan pada saat pemetikan akan memudahkan

pemanenan. Pemotongan biasanya dilakukan dengan

sabit dan sebagian kecil memanen dengan cara

membuka klobotnya.

Tingkat kehilangan atau penyusutan hasil diukur

dari kuantitas dan kaulitasnya. Kehilangan kuantitas

hasil produk jagung dapat dikatakan relatif tidak ada.

Biasanya petani memetik jagung, kemudian

mengumpulkan dalam wadah karung plastik atau

bagor untuk memudahkan pengangkutan dari lahan

usahatani sampai ke rumah. Alat transportasi yang

digunakan bisa dilakukan dengan dipikul, sepeda,

atau kendaraan bermotor.

Page 109: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Pasca Panen dan Pengolahan Jagung

Jagung: Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 103

Pengeringan

Proses pengeringan hasil pertanian bertujuan

untuk penguapan sebagian air dari bahan sampai

kadar air yang aman untuk disimpan, atau serendah –

rendahnya mencapai kadar air keseimbangannya

(Henderson dan Perry, 1976). Ada beberapa

keuntungan melakukan pengeringan adalah

mencegah kerusakan dan meningkatkan daya simpan,

mempertahankan viabilitas benih, menambah nilai

ekonominya, memudahkan tindakan pengolahan lebih

lanjut, serta memudahkan dan mengurangi biaya

transportasi.

Pengeringan juga dapat menurunkan kadar air

sehingga dapat menghindari kontaminasi

Aspergilus flavus. Dari hasil penelitian disebutkan

bahwa pada saat panen biasanya jagung sudah

terkontaminasi jamur tersebut antara 0 – 14 ppb.

Dan apabila hal ini mengalami penundaan

pengeringan selama 2 hari, dapat menyebabkan

peningkatan kontaminasi sampai 5 – 7 kali. Untuk

mengatasi hal tersebut maka jagung perlu segera

dikeringkan setelah panen hingga kadar air biji

mencapai 14 – 15 %.

Petani di Jawa Tengah umumnya

mengeringkan jagung dengan cara menjemur tongkol

langsung di tanah atau menggunakan alar berupa

tikar dan sejenisnya. Untuk mempercepat laju

pengeringan, penjemuran sebaiknya menggunakan

alas plastik kedap air. Pengeringan jagung dengan

cara mengasapi tongkol berkelobot yang berjarak 100

cm dari sumber asap dapat menurunkan kadar air biji

Page 110: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Pasca Panen dan Pengolahan Jagung

104 Jagung: Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

dari 29 % menjadi 14 % selama 7 hari. Sebagai

sumber panas dalam pengasapan digunakan sekam

sebanyak 60 kg/hari. Dengan cara ini dihasilkan biji

atau benih dengan daya tumbuh tinggi (92.9 %).

40

3

30 1

2

20

10

0

10 20 30 40 50 60 7 0 80 90

Gambar 1. Hubungan antara lama penjemuran dengan

persentase kadar air dan butir retak

(Sumber : Thahir et.al., 1989)

Pengeringan dapat dilakukan dengan cara

tongkol berklobot, tanpa klobot, dan dalam bentuk

pipilan. Pengeringan berklobot dapat mengurangi

keretakan jagung. Menurut Thahir et.al., (1989),

dari ketiga cara tersebut pengeringan tongkol

Ket. : __ kadar air

- - - butir retak 1 = tanpaklobot 2 = jagung pipilan 3 = jagung klobot

3

1

2

Page 111: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Pasca Panen dan Pengolahan Jagung

Jagung: Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 105

berklobot dapat mengurangi keretakan jagung.

Hal ini dapat digambarkan pada gambar laju

pengeringan dan keretakan yang timbul pada

pengeringan (Gb.1).

Gambar 2. Para-para tempat pengeringan dan

penyimpanan

Pada daerah dataran tinggi biasanya

berhawa sejuk, sehingga untuk pengeringan atau

pemanasan dengan sinar matahari menjadi sangat

terbatas dan memerlukan waktu yang lebih lama

dibandingkan di dataran rendah. Hal ini sistem

pengeringan dengan para – para di atas perapian

dapur merupakan teknologi tepat guna yang paling

murah dan mudah. Pengeringan ini tidak

terpengaruh dengan kondisi iklim dan udara

pegunungan. Pengeringannya lebih murah,

karena dilakukan saat petani melakukan kegiatan

di dapur. Pengeringan ini sekaligus juga sebagai

tempat penyimpanannya.

Pengeringan tipe rak juga dapat

dikembangkan sebagai alat pengering jagung.

Page 112: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Pasca Panen dan Pengolahan Jagung

106 Jagung: Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

Kerangka alat pengering jagung terdiri dari tiga

rak (atas, tengah, dan bawah) ini terbuat dari

bambu. Ruang pengeringan (plenum) berdinding

triplek, tungku pembakaran terbuat dari drum dan

pipa besi dipasang memanjang melalui titik tengah

drum ke ruang plenum.

Cerobong pembuangan

Rak 1

Rak 2 pipa besi

Rak 3

Plenum

Gambar 3. Alat pengering jagung tiga rak

Kapasitas alat pengering tipe rak ini sekitar

240 kg jagung tongkol atau 80 kg untuk masing -

masing rak. Sebagai sumber pemanas dapat

Drum bekas

Page 113: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Pasca Panen dan Pengolahan Jagung

Jagung: Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 107

digunakan sekam (2.5 kg/jam) atau tongkol

jagung (2 kg/jam), masing – masing mampu

menghasilkan suhu plenum sebesar 410C.

Pengeringan pada tingkat suhu ini dapat

menurunkan kadar air biji jagung dari 35 %

menjadi 17 % selama 64 jam (8 hari)

pengeringan. Mutu biji jagung yang dikeringkan

dengan alat ini cukup tinggi dengan daya

berkecambah 96 % (Tastra, 2001).

Untuk menghindari terserangnya hama dan

penyakit dalam penyimpanan, sebaiknya dilakukan

sortasi dan grading. Dari hasil pengamatan

dilapangan, dikatakan bahwa 100 % petani tidak

pernah dan tidak tahu melakukan sortasi dan

grading jagung tongkol berkelobot sebelum

melakukan pengeringan dan penyimpanan jagung.

Sortasi dimaksudkan untuk memisahkan antara

jagung kelobot terbuka dengan jagung kelobot

tertutup dan jagung yang mengandung

hama/rusak dengan jagung sehat/baik.

Sedangkan grading adalah memisahkan dan

memilah jagung dalam kelas besar dan kecilnya.

Kegunaan sortasi dan grading dilakukan

sebelum penyimpanan sangat besar sekali,

terutama untuk memisahkan jagung sehat dan

jagung yang terserang hama. Jagung yang mudah

terserang adalah jagung yang mempunyai kelobot

terbuka di ujungnya. Jagung dengan kelobot

terbuka harus dipisahkan dengan kelobot tertutup,

dan diantara kelobot tertutup dipisahkan lagi

berdasarkan serangan hamanya dari yang sehat /

tidak terserang hama. Ciri jagung terserang hama

Page 114: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Pasca Panen dan Pengolahan Jagung

108 Jagung: Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

bisa dilihat dari ujung kelobot atau kelobot yang

ada noda serangan hama.

Jagung yang sudah disortasi dan digrading

dapat dinaikkan ke atas para – para untuk

disimpan. Sedangkan jagung yang berkelobot

terbuka atau jagung terserang hama, harus segera

diproses pengeringan, pemipilan dan proses

lanjutannya. Hal ini dilakukan untuk mengurangi

resiko kerusakan hasil yang lebih besar.

Pemipilan

Alat pasca panen yang paling pertama

digunakan adalah alat pemipil jagung. Pemipilan

jagung sebaiknya dilakukan pada keadaan kering

pipil atau pada kadar air mencapai 14 – 15 %.

Pemipilan jagung pada keadaan basah akan

menyebabkan pelukaan jagung karena masih

dalam kondisi lunak. Apalagi bila pemipilan

jagung dilakukan dengan alat atau mesin (alsin)

pemipil, maka kondisi kering pipil menjadi

persyaratan utama. Hal ini karena alat atau mesin

pemipil jagung biasanya menggunakan sistem

pukulan dan gesekan. Jagung yang masih basah

kondisinya sangat lunak, sehingga mudah rusak

bila kena pukulan dan gesekan.

Ada beberapa tipe/jenis alat yang dapat

dipergunakan untuk memipil jagung tongkol,

antara lain mesin pemipil, pemipil pedal, pemipil

tangan dan pemipil tradisional (seperti parutan).

Masing – masing alat menghasilkan kapasitas dan

mutu yang tidak sama. Dalam tabel di atas

ditunjukan bahwa pemipil jagung “Pedal sheller”

Page 115: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Pasca Panen dan Pengolahan Jagung

Jagung: Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 109

mempunyai kapasitas lebih besar dibanding

dengan pemipil tangan ( Hand sheller).

Tabel 2. Hubungan antara alat pemipil, kadar air dan

kerusakan jagung.

Alat Pemipil Kadar Air (%)

Kapasitas (kg/jam/org)

Biji pecah (%)

Kotoran (%)

Hand Sheller

yang dimodifikasi

Pedal sheller

21

16 11

21 16 11

12.5

13.0 15.4

14.1 18.9 25.0

9.5

5.2 3.1

6.8 4.3 2.3

0.3

0.3 0.1

0.4 0.3 0.3

Sumber : Lubis, 1981

Alsin pemipil jagung tipe engkol (hand sheller)

banyak dijual di pasar bebas, merupakan produk

pabrikan yang sudah baku dan mudah ditemukan

di toko alat / mesin pertanian (lihat gambar 1).

Sedangkan tipe pedal (Pedal sheller) adalah alat

pemipil jagung hasil pengembangan prototype PJ –

1 dari Balitkabi. Dalam pembuatannya, tipe pedal

mengalami modifikasi dari bengkel pembuatnya,

yaitu adanya tempat duduk dan roda untuk

memindahkan alat (gambar 4)

Page 116: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Pasca Panen dan Pengolahan Jagung

110 Jagung: Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

Gambar 4. Hand sheller dan Pedal Sheller sudah

banyak dijual di pasar

Dari ketiga cara pemipilan tersebut diperoleh

keragaan performans (unjuk kerja) masing –

masing alat dilihat dari aspek teknis kapasitas alat,

efisiensi dan daya tumbuhnya, sebagaimana dapat

dilihat pada table 2. Kapasitas efektif alat pemipil

tipe engkol lebih kecil dibandingkan dengan tipe

pedal, namun masih lebih besar dibanding dengan

cara tradisional. Alat pemipil tipe engkol

bentuknya lebih kecil, mempunyai lubang ‘intake’

jagung yang bisa diatur. Lubang ‘intake’ gunanya

untuk memasukkan jagung yang akan dipipil.

Lubang ini bisa diatur besar dan kecilnya sesuai

diameter tongkol jagung yang dimasukkan. Bila

tongkol jagung besar, maka ‘intake’ harus besar

pula, karena bila ‘intake’ kecil menyebabkan

tongkol tidak masuk dan tidak dipipil. Pada

keadaan sebaliknya, jagung kecil dimasukkan pada

‘intake’ yang besar, jagung tidak terpipil atau

terpipil sedikit, karena tidak ada gesekan pada

baris jagung dengan baik.

Page 117: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Pasca Panen dan Pengolahan Jagung

Jagung: Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 111

Tabel 3. Keragaan rata – rata hasil pipilan jagung

dari 3 jenis alat pipil jagung (pedal, engkol

dan tradisional) di Getas, tahun 2004.

No Alat pipil K.e (kg/jam)

E.p ( % )

K.p. ( % )

D.t. ( % )

1 Pedal (Pedal sheller)

165.0 a 98.7 a 1.3 a 63.3 b

2 Engkol (Hand

sheller)

47.3 b 94.7 b 1.5 a 61.3 b

3 Tradisional 20.2 c 100.0a 1.1 a 67.3 a

Coefficience of var. ( % )

29.16 1.62 29.15 12.09

Sumber : Sutanto, dkk., 2005

Keterangan :

K.e. = kapasitas efektif alat pemipil jagung

( kg/jam )

E.p. = efisiensi pemipilan jagung ( % )

K.p. = kerusakan hasil pipilan jagung ( % )

D.t. = daya tumbuh hasil pipilan jagung ( % )

Angka sekolom yang diikuti dengan huruf yang sama

tidak berbeda nyata pada uji BNT, = 5 %.

Bentuk tongkol setelah dipipil biasanya tidak

utuh lagi kecuali dengan cara tradisional masih utuh 99

%. Bentuk tongkol setelah pemipilan dengan alat

pemipil pedal rata – rata terbelah menjadi 4 bagian

atau lebih, bahkan hasil pipilan jagung tercampur

dengan pecahan tongkol yang berukuran kecil. Hal ini

bisa dilihat dari hasil pipilan yang tidak bersih dari

kotoran tongkol. Sedangkan bentuk tongkol setelah

dipipil dengan alat pipil engkol biasanya masih utuh

atau pecah menjadi dua bagian sebanyak 40 %.

Gambaran lengkap bentuk tongkol setelah dan hasil

pipilan dapat dilihat pada gambar berikut.

Page 118: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Pasca Panen dan Pengolahan Jagung

112 Jagung: Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

Gambar 5. Bentuk tongkol dan hasil pipilan jagung

setelah dilakukan pemipilan

Hasil jagung pipil dengan alat pipil pedal

memang tidak bisa bersih atau tercampur dengan

pecahan tongkol. Hal ini adalah kelemahan alat

pipil pedal, karena tidak dilengkapi dengan blower

untuk membersihkan campuran/ kotorannya.

Untuk membersihkan hasil pipilannya, harus

dibersihkan dengan ditampi/ diayak lagi, sehingga

menjadi bersih.

Prototipe alat pemipil pedal dibuat tidak

menggunakan blower atau ayakan pembersih,

karena penambahan bagian blower memerlukan

tambahan tenaga penggerak. Sedangkan

penggerak pedal adalah dengan tenaga manusia.

Tenaga manusia ini sangat terbatas, sehingga

untuk rancangan alat pipil pedal ini tidak

dilengkapi dengan blower. Kalaupun alat pemipil

ini ditambahkan blower, maka penggeraknya yang

paling sesuai adalah dengan mesin/ motor diesel.

Efisiensi pemipilan menunjukkan prosentase

jagung yang tidak terpipil terhadap jagung terpipil.

Dengan efisiensi tinggi berarti menunjukan bahwa

sebagian besar jagung dapat terpipil dengan

sempurna. Menurut laporan disebutkan bahwa

Page 119: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Pasca Panen dan Pengolahan Jagung

Jagung: Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 113

pemipilan dengan tipe pedal mempunyai efisiensi

lebih besar dibanding dengan tipe engkol, masing

– masing adalah 98.7 % dan 94.7 %.

Kerusakan hasil pemipilan adalah untuk

melihat hasil pipilan yang rusak yang diakibatkan

oleh alat pemipilnya. Prinsip kerja suatu

rancangan alat pemipil adalah gesekan dan

pukulan, sehingga perlu diukur tingkat atau

persentase kerusakan hasilnya. Dari hasil

pengamatan dilaporkan bahwa persentase

kerusakan hasil pipilan tertinggi sampai terkecil

berturut – turut adalah cara pipil engkol (1.5 %),

alat pipil tipe pedal (1.3 %) dan cara tradisional

(1.1 %).

Kerusakan hasil pipilan dapat dilihat secara

fisik dari keretakan, pelukaan butir jagung atau

butir pecah. Kerusakan butir jagung sangat

penting sebagai salah satu faktor untuk melihat

kualitas jagung dalam perdagangan/ pasar.

Semakin banyak butir pecah/ rusak, semakin

menurun pula kualitasnya dan menyebabkan

harga semakin murah. Kerusakan butir jagung

juga menyebabkan penyimpanan menjadi lebih

sulit, karena butir yang pecah atau retak mudah

terkontaminasi hama/ penyakit.

Kerusakan butir jagung juga dapat

menyebabkan daya tumbuhnya menjadi rendah.

Dari hasil pipilan dengan dengan persentase

kerusakan hampir sama, setelah diuji daya

tumbuhnya menunjukkan bahwa perlakuan

pemipilan jagung cara tradisional mempunyai

persentase daya tumbuh tertinggi ( 67.3 % ).

Page 120: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Pasca Panen dan Pengolahan Jagung

114 Jagung: Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

Kemudian disusul masing – masing alat pipil tipe

pedal mempunyai daya tumbuh 63.3 % dan tipe

engkol mempunyai daya tumbuh 61.3 %.

Terhadap cara tradisional (kontrol) mempunyai

daya tumbuh tertinggi (67.3 %) dan berbeda

nyata dibanding dengan kedua alat pemipil yang

diperkenalkan. Sedangkan untuk penggunaan alat

pemipil jagung tidak mempunyai beda nyata pada

efek daya tumbuh hasil pipilannya.

Biasanya untuk memperoleh benih jagung

hanya memerlukan jumlah yang sedikit saja.

Untuk itu pemipilan jagung dengan tujuan sebagai

bibit jagung disarankan untuk dipipil dengan cara

tradisional. Namun apabila pemipilan jagung

untuk memperoleh benih yang baik dan jumlah

banyak atau untuk tujuan komersial, maka

penggunaan alat pemipil sangat diperlukan untuk

digunakan. Alat pemipil yang digunakan bisa alat

pemipil tipe pedal maupun tipe engkol, karena

hasilnya tidak menunjukkan perbedaan yang

nyata. Apabila petani ingin mencukupi kebutuhan

benihnya sendiri, maka lebih baik dilakukan

pemipilan dengan cara tradisional. Hal ini selain

dapat memilih langsung bagian biji yang baik, juga

dapat menseleksi biji yang baik dan hasil

kerusakan biji paling sedikit.

Dengan semakin berkembangnya ilmu dan

teknologi, maka upaya untuk memperpanjang

daya simpan telah dilakukan beberapa pengujian.

Salah satu cara penyimpanan yang telah dikaji

oleh BPTP Jawa Tengah adalah penyimpanan

jagung pipilan dengan plastic “hermetic system”.

Page 121: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Pasca Panen dan Pengolahan Jagung

Jagung: Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 115

Cara penyimpanan dengan plastik hermetic system

dikembangkan oleh IRRI pada beberapa negara di

Asia. Penyimpanan ini terutama untuk hasil dari

jenis biji – bijian, antara lain : gabah, beras,

jagung, kedele, kacang tanah, dan kopi. Selain

mudah penggunaannya dan praktis, alat ini dapat

digunakan berulang – ulang dan memerlukan

relatif sedikit ruangan dibandingkan dengan cara

tradisional di atas. Bahan untuk penyimpanan

terbuat dari plastik dengan desain khusus untuk

menyimpan hasil pertanian, oleh karena itu cara

mendapatkannya harus diperoleh dari pabrikan.

Gambar 6. Cara penggunaan hermetic system

Penyimpanan sistem hermetic menggunakan

plastik yang kedap udara luar, sehingga dapat

mempertahankan ketahanan/ keutuhan biji -

bijian. Pada keadaan tersimpan, oksigen di dalam

sistem hermetic akan turun hingga mencapai 3 %

dan gas karbon dioksida meningkat hingga tidak

memungkinkan lagi terjadi pernapasan aerob di

dalamnya. Pada kondisi ini kehidupan serangga

dan jamur menjadi tidak bisa hidup atau

berkembang biak. Sebaliknya pada penyimpanan

Page 122: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Pasca Panen dan Pengolahan Jagung

116 Jagung: Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

jagung hanya dengan karung bagor tanpa dilapisi

sistem hermetic, keadaan tersebut menyebabkan

terjadinya respirasi yang leluasa dari biji – bijian

sendiri maupun serangga dan jamur yang ada

pada jagung tersebut. Hal ini telah ditunjukkan

pada hasil daya tumbuh jagung hasil penyimpanan

selama 3 bulan di atas (tabel 4).

Tabel 4. Daya tumbuh jagung terhadap cara

penyimpanannya

No U R A I A N Daya tumbuh

jagung (%)

1 Sebelum disimpan 88.0

2 Disimpan dengan

hermetic system

78.4

3 Disimpan tanpa

hermetic system

71.4

Sumber : Sutanto, dkk., 2005

PENGOLAHAN JAGUNG

Penganekaragaman jenis olahan jagung untuk

bahan pangan perlu dicarikan pembuatan menu – menu

yang sesuai dengan bahan dan sasarannya. Sesuai

dengan bahan dimaksudkan bahwa bahan utama jagung

memerlukan bahan pencampur yang seimbang dengan

bahan – bahan lain sehingga kandungan nilai nutrisi

memenuhi standar optimal untuk dikonsumsi.

Sedangakan sesuai dengan sasaran dimaksudkan pada

jenis olahan disesuaikan dengan selera sasaran

konsumen pada umumnya.

Suatu produk dari bahan dasar jagung sudah

banyak dibuat diantaranya : marning, nasi jagung, dll.

Selain itu juga dibuat menjadi kerupuk jagung yang telah

diuji coba di Kabupaten Temanggung sejak tahun 2005.

Page 123: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Pasca Panen dan Pengolahan Jagung

Jagung: Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 117

Tahapan proses pembuatan kerupuk jagung adalah

sebagaimana pada diagram berikut :

Gambar 7. Diagram pengolahan kerupuk jagung

Digiling tipis

Kerupuk mentah

Dipotong kecil dan dijemur

Dikukus

Tepung jagung

+ Air, bumbu

Digoreng

Dijual

Nasi jagung

Dikemas

Kerupuk matang

+ Bumbu dan aroma

Page 124: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Pasca Panen dan Pengolahan Jagung

118 Jagung: Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

Gambar 8. Kerupuk jagung andalan produk olahan dari bahan jagung

Produk lain dari bahan jagung adalah kue semprit

maizena. Kue ini menggunakan bahan dari tepung

maizena yang banyak dijual di pasaran. Tepung maizena

dapat sebagai bahan utama maupun sebagai bahan

substitusi, karena resep aslinya adalah menggunakan

tepung terigu. Kue semprit maizena biasa disebut

sebagai kue semprit karena dibuat dengan cara ditekan

atau disemprotkan. Umumnya kue kering semprit dibuat

dengan creaming methode, maksudnya adalah mentega /

margarin dikocok bersama gula.

Menyemprit adonan bisa dilakukan dengan

berbagai cara. Cara yang paling sederhana menyemprit

adonan adalah adonan dimasukkan dalam kantong plastik

segitiga, kemudian kita siapkan spuit untuk membentuk

kue. Alat spuit lain yang lebih praktis berupa tabung

alumunium, dari bahan stainless atau plastik. Bagian

atas untuk meletakkan alat penekan dan bagian bawah

untuk meletakkan cetakan. Untuk menghasilkan kue

kering yang cukup banyak ragamnya, kita bisa

melakukan pada permainan bahan perasa, seperti coklat,

moka atau berbagai macam aroma yang lain.

Page 125: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Pasca Panen dan Pengolahan Jagung

Jagung: Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 119

Gambar 9. Aneka olahan kue kering berbahan tepung jagung

Bahan utama dalam pembuatan kue semprit ini

adalah tepung, bisa dari tepung terigu, tepung tapioka,

tepung maizena, tepung beras, ataupun tepung ketan.

Tepung – tepung ini bisa saling menggantikan atau

dikombinasikan, tergantung dari rasa kue yang

diinginkan. Cara – cara atau resep pembuatan kue

semprit adalah sebagai berikut :

Bahan :

Mentega / margarin 150 gr

Gula halus 200 gr

Telur 2 butir

Tepung maizena 250 gr

Tepung terigu 250 gr

Soda kue ½ sdt

Kayu manis bubuk ½ sdt

Cara membuat :

- Kocok gula dan mentega sampai halus, masukkan

telur dan kocok sampai tercampur rata

- Masukkan campuran tepung dan aduk dengan

garpu atau sendok kayu sampai rata benar

- Semprotkan pada loyang yang telah diolesi

dengan mentega

- Panggang atau oven dengan api yang sedang

sampai matang

Page 126: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Pasca Panen dan Pengolahan Jagung

120 Jagung: Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

DAFTAR PUSTAKA

Grubben, G.J.H., and Soetjipto P. (Editors), 1996.

Plant Resources of South – East Asia. Cereals.

Prosea. Bogor.

Henderson, S.M. and R.L. Perry, 1976. Agriculture

proces engineering. The AVI Publ. Co.,

Connecticut.

Lubis, S., 1981. Pengaruh alat Pemipil dan Tingkat

Kadar Air Jagung terhadap Kerusakan. Laporan

kemajuan Penelitian Teknologi Lepas Panen. No.

Saenong, S., Firdaus K., Wasmo K., Imam U.F., dan

Akil, 2002. Inovasi Teknologi Jagung. Menjawab

Tantangan Ketahanan Pangan Nasional.

Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor.

Sutanto, A., Djoko P., Kendriyanto, Hendro K., 2005.

Kajian pasca panen dan pengolahan produk jagung

putih untuk bahan pangan. Laporan Kegiatan.

BPTP Jawa Tengah. 2005.

Tastra, I.K., 2001. Peranan Alsintan dalam Mendukung

Program Intensifikasi Padi, jagung, dan kedele di

Jawa Timur. Buletin Palawija. Jurnal Tinjauan

Ilmiah Penelitian Tanaman Palawija No. 2, tahun

2001, Balitkabi. Malang.

Thahir, R., Sudaryono, Sumardi dan Soeharmadi,

1989. Teknologi Pasca Panen Jagung. Risalah

Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan Tahunh

1989. Badan Litbang, Jakarta

Page 127: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Manajemen Usahatani Jagung

Jagung :Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 121

MANAJEMEN USAHATANI JAGUNG

Teguh Prasetyo dan Cahyati Setiani

[email protected]

PENDAHULUAN

Keputusan petani dalam melakukan usahatani

tergantung dari faktor – faktor produksi yang dikuasai.

Faktor-faktor produksi tersebut digunakan sebagai

masukan atau korbanan dalam suatu proses produksi

untuk memperoleh hasil. Dengan kata lain bahwa faktor

produksi adalah input yang digunakan untuk suatu proses

produksi usahatani (Sri Widodo, 2008). Faktor-faktor

produksi dalam usahatani adalah lahan, iklim, modal,

tenaga kerja, dan manajemen. Faktor tenaga kerja dan

modal berasal dari manusia yang erat hubungannya

dengan teknologi, sedangkan sumberdaya lahan dan iklim

lebih bersifat pemberian alam (Hanafie, 2010.). Dengan

menggunakan modal dan teknologi, maka faktor produksi

lahan, iklim, dan tenaga kerja dapat memberikan

manfaat yang lebih baik bagi manusia. Faktor-faktor

tesebut haruslah dikelola (faktor manajemen) secara

efisien dan seefektif mungkin agar memperoleh hasil atau

produksi yang maksimal.

Faktor teknologi seperti penggunaan benih,

pengolahan tanah, cara tanam, pemupukan,

pembubunan, pengendalian hama dan penyakit,

pengairan serta penanganan pasacapanen merupakan

unsur yang mempengaruhi hasil. Penerapan teknologi

dalam usahatani haruslah dikelola dan dimengerti secara

baik oleh petani, artinya bahwa petani haruslah mampu

dalam menentukan, mengorganisir, dan

Page 128: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Manajemen Usahatani Jagung

122 Jagung :Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

mengkoordinasikan segala faktor produksi yang dikuasai

agar dapat memberikan hasil yang maksimal. Ukuran

dari keberhasilan usahatani adalah kemampuannya dalam

mengembalikan modal yang digunakan agar usahanya

berkelanjutan (Prasetyo dan Paryono, 2009).

Usahatani jagung, umumnya dikelola oleh petani

sendiri. Ia sebagai pengelola, ia sebagai tenaga kerja,

dan dia pula sebagai salah satu dari konsumen produksi

usahataninya. Oleh karena itu dalam manajemen

usahatani, para petani sudah terbayang cabang usaha

apa yang akan dipilih, kapan, berapa luas, dan dimana

mereka akan melakukan usahataninya. Untuk menjadi

manajer usahatani yang berhasil, maka pemahaman

terhadap prinsip teknik dan prinsip ekonomi menjadi

syarat bagi seorang pengelola (Hanafie, 2010).

FAKTOR PRODUKSI DALAM USAHATANI JAGUNG

Faktor Lahan dan Iklim

Faktor Lahan

Lahan adalah sebidang tanah dengan luasan dan

kemiringan tertentu yang menjamin tumbuhnya

tanaman, hewan, dan manusia, sehingga dapat

mempengaruhi produktivitas dan produksi pertanian.

Pengaruh lahan terhadap produktivitas juga didasarkan

atas perolehannya terhadap air sehingga muncul istilah

lahan sawah irigasi, tadah hujan dan lahan kering.

Kondisi ini akan berpengaruh terhadap pola tanam dan

teknologi yang di terapkan. Pada era sebelum 80 an,

lahan berkonotasi erat dengan pertanian dan desa. Dalam

perjalanan waktu, situasi, dan kondisi serta

perkembangan teknologi dan kebutuhan, maka telah

Page 129: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Manajemen Usahatani Jagung

Jagung :Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 123

terjadi persaingan antara sektor pertanian dengan sektor

lainnya seperti industri, perumahan dan perkantoran,

prasarana umum, bangunan pendidikan dan sosial dalam

penggunaan lahan.

Lahan sawah intensif beserta perangkat jaringan

irigasi dan pengairannya dibangun dengan biaya tinggi

dalam kurun waktu yang lama, oleh sebab itu harus

dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh kegiatan usahatani.

Namun fakta menunjukkan bahwa lahan sawah irigasi

yang telah dibangun selama ini banyak yang dikonversi

menjadi lahan non pertanian, oleh karena itu perlunya

penetapan lahan sawah abadi. Menurut Kasryno, 2009)

penetapan lahan sawah abadi seluas 15 juta ha harus

didasarkan atas kriteria yang jelas, baik dari aspek teknis

maupun aspek hukum sosial dan ekonomi. Berdasarkan

hasil simulasi yang dilakukan, dapat diketahui bahwa luas

lahan sawah yang layak dipertahankan sebagai lahan

sawah abadi di Jawa Tengah adalah suluas 774.121 ha.

Alih fungsi lahan sawah irigasi ke non pertanian di

Pulau Jawa rata-rata 22.200 ha/tahun ( Kasryno, 2009).

Di Jawa Tengah pada pada periode 2000 - 2009 telah

terjadi penurunan luas lahan sawah dengan pola tanam

padi-padi palawija menjadi tidak ditanami lagi yaitu

sekitar 1.610 ha/tahun. Jelas bahwa konversi lahan yang

terjadi di Jawa Tengah berpengaruh terhadap produksi

padi dan palawija termasuk jagung. Agar terjadi

keseimbangan antara konversi lahan dan kestabilan

produksi diperlukan upaya-upaya untuk memperluas

areal tanam di lahan kering seperti di lahan perhutani,

perkebunan atau lahan-lahan tidur. Selain itu juga

diperlukan peningkatan indeks pertanaman (IP),

peningkatan produktivitas serta menetapkan luasan lahan

Page 130: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Manajemen Usahatani Jagung

124 Jagung :Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

abadi untuk lahan sawah yang ditinjau dari berbagai

aspek, baik teknis, hukum, ekonomi dan sosial.

Faktor Iklim

Iklim adalah merupakan salah satu faktor produksi

yang dapat mempengaruhi produktivitas dan peroduksi

pertanian termasuk jagung. Secara umum Indonesia

mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan kemarau.

Dua musim tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi

atmosfir kawasan laut Pasifik, dan merupakan wilayah

pertemuan sirkulasi meridional dan zonal yang sangat

menentukan kondisi iklim di Indonesia. Pada kondisi

normal, dinamika iklim di Indonesia mempunyai pola

tertentu yang berulang secara periodik, sehingga para

petani terutama di Jawa berpegangan pada Pranoto

Mongso dalam melakukan aktivitas kegiatan

usahataninya, namun pola ini tampaknya bergeser karena

adanya fenomena anomali iklim.

Fenomena anomali iklim merupakan gejala alam

yang bersifat global dan besar pengaruhnya terhadap

pola iklim global dan regional. Anomali iklim yang sering

berdampak negatif terhadap produksi padi adalah El-Nino

dan La-Nina. El - Nino adalah merupakan manifestasi

keadaan berupa kemarau panjang dan/ kekeringan,

sedangkan La - Nina suatu keadaan anomali iklim yang

berdampak pada tingginya curah hujan, meskipun pada

musim kemarau. Peningkatan frekuensi kejadian

pergeseran awal musim hujan dan awal musim kemarau,

mengakibatkan kejadian iklim pada suatu periode sulit

diprediksi. Hal ini sangat berisiko terhadap usahatani

khususnya tanaman pangan termasuk usahatani jagung,

namun juga dapat berakibat sebaliknya.

Page 131: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Manajemen Usahatani Jagung

Jagung :Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 125

Sebagai contoh adalah pada tahun 2010, pada

saat terjadi La- Nina tipis yang mengakibatkan rata-rata

curah hujan di Jawa Tengah lebih tinggi dibandingkan

dengan curah hujan normal, sehingga ada pasokan air

pada pertanaman jagung. Akibatnya produksi jagung

meningkat dari tahun sebelumnya. Data ini dapat dilihat

dalam periode lima tahun terakhir, bahwa produksi

jagung di Jawa Tengah mengalami peningkatan yang

berarti yaitu dari 2.679.914 ton pada 2008, menjadi

2.990.600 ton pada 2012. Pada periode yang sama

produktivitas naik dari 41,92 ku/ha menjadi 53,93 ku/ha

(Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura

Provinsi Jawa Tengah, 2013).

Unsur iklim yang pengaruhnya dominan terhadap

sistem usahatani adalah curah hujan, karena erat

kaitannya dengan masalah sumberdaya air. Faktor air

semakin menjadi perhatian serius karena tidak saja

disebabkan oleh penggunaan kebutuhan untuk pertanian

tetapi juga meningkatnya kebutuhan non pertanian.

Dengan meningkatnya jumlah penduduk, berkembangnya

permukimam, pariwisata dan berkembangnya industri

akan meningkat pula kebutuhan air, hali ini akan

mempunyai dampak terhadap ketersediaan air untuk

sektor pertanian (Subagyono, 2012; Sri Widodo, 2008).

Terkait dengan penyediaan air, hal yang perlu

mendapatkan perhatian adalah perbaikan jaringan irigasi

induk, sekunder, tersier, serta perluasan jaringan irigasi

tingkat usahatani (Jitut) tingkat desa (Jides), embung

dan sumur pantek (pompanisasi). Untuk itu pembagian

kewenangan terhadap pemeliharaan jaringan irigasi dan

pengairan tingkat pusat, provinsi dan kabupaten perlu

Page 132: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Manajemen Usahatani Jagung

126 Jagung :Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

mendapatkan perhatian, baik dari aspek sinergitas,

koordinasi serta implementasi di lapangan.

Faktor Tenaga Kerja

Telah disebutkan di atas bahwa keputusan petani

dalam usahatani jagung tergantung dari faktor – faktor

produksi. Faktor tenaga kerja yang mempengaruhi hasil

produksi jagung, utamanya adalah besarnya curahan

tenaga kerja dan kualitas sumberdaya manusia. Dalam

usahatani jagung telah dikenal tiga jenis tenaga kerja

yaitu tenaga kerja manusia, ternak dan mekanik. Tenaga

kerja manusia dapat mengerjakan semua jenis pekerjaan

berdasarkan tingkat kemampuannya. Tolok ukur yang

digunakan untuk menentukan tenaga kerja dalam

usahatani jagung antara lain adalah pendidikan baik

formal maupun non formal, usia, pengalaman, kesetaraan

atau gender, serta jumlah tenaga kerja yang dialokasikan

dalam proses produksi. Sebagai contoh adalah bahwa

petani jagung yang sudah berusia lanjut seringkali kurang

memperhatikan perkembangan teknologi, biasanya

mereka hanya menerapkan yang pernah dilakukan,

kurang informasi, serta sulit menerima hal – hal baru.

Kebutuhan tenaga kerja untuk kegiatan usahatani

jagung harus dibuat sesuai urutan kegiatan mulai dari

persiapan tanam, pengolahan tanah, tanam hingga

panen. Seperti sumberdaya lainnya, tujuan utama dalam

penggunaan tenaga kerja adalah membuat agar tenaga

kerja yang tersedia sama dengan yang diperlukan.

Apabila terjadi kelebihan ketersediaan tenaga kerja,

perencanaan diarahkan untuk memperoleh kesempatan

kerja lain yang produktif. Sebaliknya bila ketersediaan

tenaga tidak mencukupi maka diperlukan penyusunan

strategi yang optimum sehingga kebutuhan tenaga kerja

Page 133: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Manajemen Usahatani Jagung

Jagung :Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 127

dapat tercukupi. Ketersediaan tenaga kerja dibedakan

menjadi tenaga kerja laki-laki dan wanita.

Pemakaian ukuran jam kerja umumnya dihitung

bahwa 8 jam kerja sama dengan satu hari kerja. Untuk

tenaga anak-anak sekolah umur 15 tahun ke atas

dihitung setengah dari ketersediaan tenaga dewasa laki-

laki maupun wanita. Jumlah hari kerja per bulan setelah

dikurangi hari istirahat, sosial, agama, dan lain-lain

dihitung 25 hari efektif per bulan baik tenaga laki-laki

maupun perempuan. Satuan kerja diperukan untuk

mengukur tingkat efisiensi, yaitu jumlah pekerjaan

produktif yang berhasil diselesaikan oleh seorang pekerja.

Untuk mencapai efisiensi tenaga kerja perlu dikaji

komponen-komponennya yang mendukung tenaga kerja

untuk menyelesaikan suatu produk. Kebutuhan tenaga

kerja untuk kegiatan usahatani jagung mulai dari

persiapan, olah tanah sampai panen mencapai sekitar

175 HOK/ha.

Faktor Modal

Modal dalam arti ekonomi adalah sebagian dari

nilai hasil produksi yang disisihkan untuk dipergunakan

dalam produksi selanjutnya. Dalam perusahaan yang

disebut modal adalah seluruh kekayaan perusahaan yang

digunakan untuk usaha. Unsur permodalan merupakan

salah satu faktor sangat penting dalam proses produksi

selain lahan, tenaga kerja, dan manajemen. Bagi

usahatani, tanpa adanya permodalan yang memadahi,

tidak mungkin dapat melakukan pengembangan usaha

dan memperoleh peningkatan laba (Mirza, 2000;

Malchow-Moeler dan Thorsen, 2000). Berdasarkan

fungsinya, modal dalam usahatani dibagi menjadi modal

Page 134: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Manajemen Usahatani Jagung

128 Jagung :Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

tetap dan modal tidak tetap (Haerudin, 1999; Kristi,

2009). Modal tetap adalah modal yang dapat digunakan

dalam berkali-kali proses produksi, misalnya bangunan,

mesin pertanian, cangkul, ternak. Modal tidak tetap

adalah modal yang digunakan dalam satu kali proses

produksi seperti pupuk, benih, obat-obatan.

Berdasarkan sumbernya, modal dalam usahatani

jagung dapat dibedakan menjadi (a) milik sendiri, (b)

pinjaman atau kredit, (c) hibah atau warisan, (d) usaha

lain, dan (e) kontrak sewa. Modal sendiri diartikan

sebagai modal internal, terutama diperoleh dari laba

usaha. Sifat dari modal ini adalah tertanam sebagai

modal di dalam rumah tangga petani untuk jangka waktu

yang tak terbatas. Sehubungan dengan hal ini, petani

dituntut untuk bekerja keras agar modal yang telah

terkumpul dapat untuk dipergunakan dalam produksi

selanjutnya. Modal sendiri berasal dari sisa hasil usaha

yang tidak digunakan untuk kebutuhan konsumtif.

Penerapan teknologi membutuhkan tambahan

input atau faktor produksi yang lebih banyak.

Meningkatkan produksi dan produktivitas usahatani, tidak

terlepas dari penggunaan teknologi dan tambahan modal

untuk penerapannya. Apabila modal yang dimilik oleh

petani jumlahnya terbatas, maka dapat diperoleh melalui

pinjaman atau kredit. Berbagai paket skim kredit modal

usaha kecil menengah untuk berbagai komoditi secara

umum termasuk jagung telah ditetapkan pemerintah

bekerja sama dengan bank-bank umum dan berbagai

pihak (Direktorat Pembiayaan Pertanian, 2011).

Page 135: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Manajemen Usahatani Jagung

Jagung :Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 129

Faktor Manajemen

Dibaca dari asal katanya istilah manajemen

berasal dari bahasa Italia yaitu meneggeriari yang

artinya adalah mengendalikan hewan khususnya kuda.

Dalam perkembangannya istilah manajemen digunakan

untuk mengendalikan atau mengelola suatu organisasi

dan usaha termasuk usahatani jagung. Jadi kalau kita

berpikir didasarkan atas manajemen dapat diartikan

bahwa dalam melaksanakan suatu kegiatan apapun akan

dilandasi suatu cara mengendalikan, mengarahkan, dan

memanfaatkan segala faktor/sumberdaya yang dimiliki

untuk tujuan tertentu agar dapat menghasilkan output

sesuai dengan tujuan.

Manajemen merupakan suatu proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan atas

usaha-usaha yang dilakukan baik secara individu maupun

para anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Manajemen adalah suatu usaha yang

berhubungan dengan cara mengintegrasikan dan

mengoperasionalkan faktor-faktor produksi secara efisien

pada unit usaha yang menguntungkan secara

berkelanjutan. Sebagai suatu proses, maka titik utama

dari manajemen adalah harus memiliki fungsi

perencanaan, pengorganisasian, pengerahan, koordinasi,

dan pengawasan atau evaluasi (planning, organizing,

actuating, coordinating, dan controlling).

Fungsi perencanaan dalam manajemen merupakan

suatu kegiatan untuk mengambil keputuasan tentang apa

yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dan output.

Perencanaan akan dapat membantu petani dalam

mengalokasikan sumberdaya yang dimilik dan yang akan

Page 136: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Manajemen Usahatani Jagung

130 Jagung :Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

dipakai dalam usahatani. Fungsi lain dari manajemen

adalah pengorganisasian yaitu suatu pekerjaan yang

dilakuakan oleh petani untuk mengatur dan

menggabungkan segala sumberdaya yang dimiliki,

terutama yang terkait dengan aspek tenaga kerja, baik

yang berasal dari dalam keluarga maupun dari luar

anggota keluarga. Kegiatan yang dilakukan dalam

pengorganisasian adalah meliputi penetapan struktur

tenaga kerja dengan pembagian tugas, pengaturan hak

dan wewenang masing-masing sehingga dapat

bekerjasama secara efisien dalam mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.

Fungsi manajemen berikutnya adalah actuating

atau pengarahan orang- orang agar mau bekerjasama

secara sadar dalam suatu kelompok kerjasama guna

mencapai tujuan dan keluaran yang diharapkan. Dengan

fungsi tersebut maka manajer harus tahu persis

kebutuhan dari orang-orang terkait, sehingga sang

manajer dapat menggerakan stafnya atau anggota/

tenaga kerjanya untuk mengerjakan tugas-tugas sesuai

dengan bidangnya. Fungsi koordinasi adalah suatu

kegiatan untuk menyatukan, menyamakan, memadukan

berbagai arahan atau berbagai kegiatan untuk mencapai

tujuan dari usaha itu agar diperoleh out put yang

diharapkan. Fungsi yang terakhir dari manajemen adalah

pengawasan yaitu suatu tindakan yang sistematis untuk

melihat dan mengarahkan agar kegiatan yang telah

direncanakan dapat sesuai dengan perencanaan semula

sehingga tujuan dari organisasi dapat tercapai dan dapat

menghasilkan produk baik berupa barang atau jasa

sesuai yang telah ditargetkan.

Page 137: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Manajemen Usahatani Jagung

Jagung :Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 131

PENERAPAN MANAJEMEN DALAM USAHATANI

JAGUNG

Dalam konteks usahatani jagung, manajemen

dapat diartikan sebagai suatu rangkaian tindakan atau

proses produksi untuk mencapai hasil sesuai dengan yang

diharapkan. Salah satu fungsi dalam menerapkan

manajemen dalam usahatani jagung adalah perencanaan.

Perencanaan usahatani jagung adalah merupakan suatu

kegiatan untuk mengambil keputusan tentang apa yang

akan dilakukan untuk mendapatkan hasil produksi

(output). Perencanaan usahatani jagung merupakan

kegiatan yang paling awal oleh karena itu lakukan dengan

benar.

Usahatani adalah kegiatan manusia melakukan

usaha dengan cara menyatupadukan antara sarana

produksi (benih, pupuk, obat2an, peralatan), SDA (lahan,

iklim, air), tenaga kerja, dan modal untuk tujuan

memperoleh hasil. Penyediaan sarana produksi utamanya

pupuk dan benih bermutu merupakan faktor produksi

usahatani jagung yang pengaruhnya cukup dominan.

Pada aspek penyediaan pupuk, paling tidak ada tiga hal

yang yang menjadi perhatian yaitu tentang dosis

penggunaan, jenis pupuk, dan waktu pemupukan.

Selain pupuk, benih merupakan salah satu faktor

produksi yang menentukan keberhasilan budidaya

tanaman jagung. Benih adalah merupakan bahan

tanaman dan sebagai pembawa potensi genetik pada

varietas-varietas unggul. Oleh karena itu benih yang

berkualitas merupakan syarat mutlak yang perlu dipenuhi

dalam manajemen usahatani. Peningkatan produksi

jagung akibat penggunaan benih berkualitas. Sejalan

dengan itu, penggunaan benih varietas unggul berkualitas

Page 138: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Manajemen Usahatani Jagung

132 Jagung :Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

merupakan salah satu komponen teknologi dasar..

Ketersediaan benih unggul bermutu di tingkat lapangan

menjadi begitu penting dalam pengembangan sistem

usahatani jagung (Baihaki, 2008).

Sampai saat ini sudah banyak benih varietas

unggul baru (VUB) jagung yang beredar di pasaran,

tetapi yang digunakan dan dikembangkan oleh petani

masih terbatas. Keberhasilan penggunaan benih bermutu

sangat ditentukan oleh manajemen industri perbenihan

untuk memproduksi, mendistribusikan dan memasarkan

benih sampai kepada pengguna.

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI

JAGUNG

Analisis kelayakan finansial usahatani adalah salah

satu cara untuk mengukur atau mengevaluasi kinerja

usahatani yang terkait dengan biaya dan pendapatan.

Dalam usahatani jagung, petani akan menggunakan

tenaga kerja, modal, dan sarana produksi usahatani

sebagai korbanan (biaya usahatani) untuk memperoleh

produksi yang diharapkan. Usahatani jagung dapat

dikatakan berhasil apabila petani dapat menjual hasil

produksinya (penerimaan usahatani), kemudian

mengembalikan modal usahanya yang berupa sarana

produksi, tenaga kerja upahan, alat-alat yang digunakan,

sewa lahan (apabila lahan disewa), bunga modal,

kewajiban bayar pajak atau iuran lainnya serta usahanya

dapat berkelanjutan. Pendapatan petani dapat dihitung

dengan cara menilai penerimaan usahatani dikurangi total

biaya usahatani dalam satuan rupiah.

Menurut (Suratiyah, 2006), untuk menghitung

kelayakan finansial usahatani dapat dilakukan dengan

Page 139: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Manajemen Usahatani Jagung

Jagung :Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 133

tiga pendekatan yaitu (1) pendekatan nominal (nominal

approach), (2) pendekatan nilai yang akan datang (future

value approach), dan (3) pendekatan nilai sekarang

(present value approach). Analisis kelayakan usahatani

dengan pendekatan nominal adalah tidak perlu

menghitung nilai uang menurut waktu, tetapi yang

digunakan untuk menghitung adalah harga-harga yang

berlaku, sehingga langsung dapat dihitung biaya-biaya

pengeluaran dan nilai penerimaan dalam satu periode

proses produksi. Pendekatan nilai yang akan datang

adalah menjumlahkan semua biaya pengeluaran dalam

suatu proses produksi dengan memperhitungkan nilai

uang untuk waktu yang akan datang atau pada saat akhir

proses produksi. Pendekatan nilai sekarang adalah

menjumlahkan semua biaya pengeluaran dan penerimaan

usahatani dengan memperhitungkan nilai sekarang pada

saat dimulainya proses produksi.

Dalam tulisan ini yang digunakan untuk

menghitung kelayakan finansial usahatani jagung adalah

pendekatan nominal, selain sederhana dan mudah

diaplikasikan, karena petani jagung sebagian besar

adalah petani kecil yang menggunakan modal sendiri,

sehingga tidak memperhitungkan discount factor dalam

penggunaan modalnya. Akan tetapi bagi petani yang

menggunakan modal berasal dari pinjaman berupa kredit

sebaiknya menggunakan pendekatan nilai sekarang dan

nialai yang akan datang, karena harus memperhitungkan

bunga modal dalam pembiaayan usahataninya.

Hasil analisis finansial usahatani jagung dapat

dilihat pada Tabel 1. Diketahui bahwa biaya produksi,

rata –rata adalah Rp11.512.625,-. Apabila jagung

tersebut dijual Rp 3600,-/kg, maka dapat dikatakan

Page 140: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Manajemen Usahatani Jagung

134 Jagung :Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

bahwa keuntungan untuk setiap ha adalah Rp 17.287.375

,-. Biaya tertinggi dalam usahatani jagung adalah sewa

lahan yang dapat mencapai 52.11 % dari total biaya

produksi. Dari perhitungan finansiil dapat diketahui

bahwa R/C yang diperoleh dapat mencapai 2,50, artinya

bahwa setiap Rp 1.000.000,- yang diinvestasikan untuk

usahatani jagung akan menghasilkan Rp 2.500.000,-.

Tabel 1. Analisis finansial usahatani jagung di Kabupaten

Purworejo, 2013

Uraian Satuan Jagung

Volume Harga (Rp/sat) Nilai Rp'000

Biaya Variabel 1. Benih Kg 30 55.000 1.650.000 2. Pupuk - Urea Kg 300 2.000 600.000

- NPK Phonska Kg 200 2.500 500.000 - Pupuk Organik Kg 500 500 250.000 3. Obat-obatan Unit

4. Tenaga Kerja - Pengolahan Tanah HOK 60 30.000 1.800.000 - Tanam HOK 40 30.000 1.200.000 - Menyiang HOK 45 30.000 1.350.000 - Memupuk HOK 20 30.000 600.000 - Pengendalian OPT HOK 5 30.000 150.000

- Panen HOK 15 30.000 450.000 - Pengeringan HOK 11 30.000 330.000

5. Bahan Pendukung - Karung plastic Lbr 60 3,000 180.000

Biaya Tetap

- PBB XXX XXX 100.000 100.000 - Sewa Lahan Ha 6.000.000

Total biaya 11.512.625

Nilai hasil Kg 8.000 3.600 28.800.000

Laba 17.287.375

R/C 2,50

Sumber : Prasetyo, T (2013)

Page 141: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Manajemen Usahatani Jagung

Jagung :Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 135

PENUTUP

Permintaan jagung terutama untuk pakan unggas

dan industri dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada

2014 kebutuhan jagung diperkirakan sebanyak 29 juta

ton, 50% diantaranya disediakan untuk kebutuhan pakan

ternak. Dengan memperhatikan permintaan yang

semakin meningkat, maka diperlukan terobosan –

terobosan, salah satunya adalah meningkatkan

produktivitas melalui penerapan teknologi budidaya dan

manajemen usahatani yang memadahi. Manajemen

usahatani jagung merupakan suatu proses perencanaan

sampai kepada pemasaran hasil. Manajemen usahatani

jagung dapat dikatakan berhasil manakala sebagian dari

nilai hasil produksi dapat untuk membiayai kebutuhan

keluarga dan sebagian disisihkan untuk dipergunakan

dalam produksi selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Baihaki, A. 2008. Permasalahan Yang Dihadapi Oleh

Pemulia Perseorangan dalam Pengembangan

Benih Unggul Melalui Industri Perbenihan dan

Perbibitan Swasta Nasional. Disampaikan dalam

Integrated Workshop: “Konsolidasi Sumberdaya

Iptek Pangan Untuk Mencapai Kemandirian Benih

dan Bibit Dalam Rangka Mewujudkan Ketahanan

Pangan 2015. BPPT. Jakarta. 15 p.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura

Provinsi Jawa Tengah. 2013. Pengembangan

Tanaman Pangan 2013 dan Rencana Tahun 2014.

Disampaikan pada acara Pertemuan Forum

Perbenihan Tanaman Pangan Jawa Tengah, 8 Mei

2013 di Solo, Jawa Tengah.

Page 142: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Manajemen Usahatani Jagung

136 Jagung :Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

Direktorat Pembiayaan Pertanian. 2011. Kebijakan

Pembiayaan Pertanian. Materi disampaikan pada

acara Sosialisasi Rencana Aksi Percepatan

Penyaluran Kredit Program Sektor Pertanian,

Direktorat Pembiayaan Pertanian, Direktorat

Jenderal Sarana dan Prasarana Pertanian,

Kementerian Pertanian. Solo 24-25 Maret 2011.

Haerudin, D. 1999. Aneka Skim Kredit untuk Modal

Usaha. Yayasan Bhakti Kencana. Jakarta.

Hanafie, R. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Penerbit

Andi. Yogyakarta.

Kasryno, F. 2009. Integrasi Pengelolaan Lahan dan Air :

Prospek Mencapai Kemandirian Pangan di

Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta.

Kristi, A.R. 2009. Eksistensi Lembaga Keuangan Mikro

dalam Pembangunan Ekonomi Pedesaan.

http://kolokiumkpmipb.wordpress.com

Malchow-Moeller, T. And Thorsen, B.J. 2000. A Dynamic

Agricultural Household Model with Uncertain

Income and Irriversible on Indivisible Investment

Under Credit Constraints. http

://ideas.respec.org/p/adh/narheu/2000-7.html.

Mirza, T. 2000. Kredit Usaha Tani, Antara Harapan dan

Kenyataan. Usahawan No. 05 TH. XXIX. Jakarta.

Prasetyo, T., dan , T.J. Paryono. 2009. Modal dan Produk

Pembiayaan LKMA. Membangun Lembaga

Keuangan Mikro Agribisnis. Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian.

Ungaran.

Page 143: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Manajemen Usahatani Jagung

Jagung :Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 137

Prasetyo, T. 2013. Inovasi Sistem Usahatani Terpadu

Untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan di Jawa

Tengah. Makalah disampaikan pada acara Seminar

Nasional Pengembangan Sistem Agribisnis

Tanaman Pangan dan Hortikultura Guna

Menunjang Kedaulatan Pangan, 6 Juli 2013 di

Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Sri Widodo. 2008., Campur Sari Agro Ekonomi. Penerbit

Liberty. Yogyakarta.

Subagyono, K. 2012. Analisis Kebutuhan dan

Ketersediaan Benih UPBS dalam Percepatan

Diseminasi Varietas Unggul Baru. Makalah

disampaikan pada Workshop Peningkatan Kinerja

UPBS Badan Litbang Pertanian, Denpasar 21-23

November 2012.

Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani. Penerbit Penebar

Swadaya, Jakarta.

Page 144: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Manajemen Usahatani Jagung

138 Jagung :Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

Page 145: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Inovasi Kelembagaan Tani Mendukung Pengembangan Jagung

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 139

INOVASI KELEMBAGAAN TANI MENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG

Cahyati Setiani dan Joko Triastono

[email protected]

PENDAHULUAN

Swasembada jagung merupakan salah satu

prioritas program pembangunan pertanian yang akan

dicapai pada 2014. Menyikapi program tersebut,

Kebijakan yang ditempuh Dinas Pertanian Tanaman

Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah adalah

meningkatkan produktivitas dan penambahan areal

tanam. Peningkatan produktivitas jagung dari rata-rata

produktivitas jagung di Jawa Tengah 4,7 ton/ha menjadi

5,8 ton/ha dan Indeks Pertanaman (IP) 1 menjadi 1,2.

Implementasi dilapang melalui peningkatan ketersediaan

air pada 25% lahan, peningkatan penggunaan pupuk

54% (anorganik dan otganik), pengendalian OPT dan

dampak perubahan iklim sehingga luas pertanaman

yang aman minimal 95% melalui pengendalian hama

terpadu (PHT) dan spot stop. Perbaikan penanganan

pasca panen untuk penurunan susut 1%, peningkatan

bantuan benih hibrida mencapai 80%, peningkatan

intensitas penyuluhan. Penambahan areal tanam

minimal 5%/tahun (Dipertanhort Jateng,2012).

Berkaitan dengan kebijakan tersebut, mengingat

pelaksana lapang peningkatan produktivitas jagung

dilakukan oleh petani, maka diperlukan dukungan

inovasi kelembagaan tani. Kebijakan dan teknologi

pertanian (termasuk pengembangan jagung) hanya

akan efektif, jika dan hanya jika dikelola oleh suatu

kelembagaan tani yang baik. Pengembangan

kelembagaan tani menjadi penting, karena petani

Page 146: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Inovasi Kelembagaan Tani Mendukung Pengembangan Jagung

140 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

merupakan penerap dan sasaran utama implementasi

teknologi. Petani jika berusahatani secara individu terus

berada di pihak yang lemah karena petani secara

individu akan mengelola usaha tani dengan luas garapan

kecil dan terpencar serta kepemilikan modal yang

rendah. Sehingga, dengan berkelompok maka petani

tersebut akan lebih kuat, baik dari segi kelembagaannya

maupun permodalannya.

Kelembagaan petani desa umumnya belum

berjalan dengan baik, disebabkan i) partisipasi dan

kekompakan anggota kelompok masih relatif rendah, ii)

pengelolaan kegiatan produktif anggota kelompok

bersifat individu, iii)pembentukan dan pengembangan

kelembagaan tidak menggunakan basis social capital, iv)

kelembagaan yang dibangun terbatas hanya untuk

memperkuat ikatan horizontal, bukan ikatan vertikal

(Zuraida dan Rizal, 1993; Agustian et al., 2003;

Syahyuti, 2003; Purwanto et al., 2007). Menurut

Purwanto, et al (2007), kelembagaan petani masih

belum seperti apa yang diharapkan, salah satu

penyebabnya adalah kekurang-pedulian terhadap

pentingnya menemukan celah masuk (entry-point)

kelembagaan, sehingga menimbulkan kebingungan

dalam rekayasa kelembagaan yang sesuai dengan

tujuan produksi pertanian. Kondisi tersebut diperparah

dengan upaya mengejar waktu agar suatu program

dapatmenunjukkan hasil dalam waktu singkat.

Upaya pengembangan kelembagaan tani

seharusnya tidak hanya menyentuh persoalan biofisik

dan ekonomi, tetapi lebih ditekankan pada persoalan

kelembagaan yang mengatur dan menjamin

keberlanjutan kelembagaan kelompok tani serta

membutuhkan waktu yang lama (Setiani, C. 2011;

Page 147: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Inovasi Kelembagaan Tani Mendukung Pengembangan Jagung

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 141

Kuscahyo., 2011). Tulisan ini merupakan review dari

berbagai sumber pustaka dan pengalaman lapang yang

menguraikan tentang tahapan inovasi kelembagaan

yang perlu dilakukan dalam pengembangan usahatani

jagung.

PENGERTIAN DAN PRINSIP INOVASI

KELEMBAGAAN TANI

Pengertian Kelembagaan Tani

Kelembagaan adalah Suatu jaringan yang terdiri

dari sejumlah orang dan lembaga untuk tujuan tertentu,

memiliki aturan dan norma, serta memiliki struktur

(Hutington, 1965; Uphoff 1986; Syahyuti, 2007) .

Kelembagaan dapat berbentuk sebuah relasi sosial yang

melembaga (non formal institution), atau dapat juga

berupa lembaga dengan struktur dan badan hukum

(formal institution). Lembaga adalah bentuk

kelembagaan formal, yang memiliki struktur tegas dan

diformalkan.

Kelembagaan mengandung dua aspek yakni

”aspek kultural” dan ”aspek struktural”. Aspek kultural

terdiri dari hal-hal abstrak yang menentukan “jiwa”

suatu kelembagaan yaitu nilai, norma, dan aturan,

kepercayaan, moral, ide, gagasan, doktrin, keinginan,

kebutuhan, dan orientasi. Sementara, aspek struktural

lebih statis, yang berisi struktur, peran, hubungan antar

peran, integrasi antar bagian, struktur umum,

perbandingan struktur tekstual dengan struktur riel,

struktur kewenangan, hubungan kegiatan dengan

tujuan, aspek solidaritas, keanggotaan, klik, profil, pola

kekuasaan, dan lain-lain. Kedua aspek ini secara

bersama-sama membentuk dan menentukan perilaku

Page 148: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Inovasi Kelembagaan Tani Mendukung Pengembangan Jagung

142 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

seluruh orang dalam kelembagaan tersebut. Keduanya,

merupakan komponen pokok yang selalu exist dalam

setiap kelompok sosial, dan berfungsi ibarat dua sisi

mata uang.

Menurut Mardikanto (1993) pengertian

kelembagaan tani adalah sekumpulan petani yang terdiri

dari petani dewasa (pria/wanita) maupum petani-taruna

yang terikat secara informal dalam suatu wilayah

kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama

serta berada di lingkungan pengaruh dan dipimpin oleh

seorang kontaktani. Sedangkan kelembagaan tani sesuai

Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 273 /Kpts /OT.160

/4 / 2007, adalah kumpulan petani yang dibentuk atas

dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi

lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan

keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan

usaha anggota.

Prinsip Inovasi Kelembagaan Tani

Inovasi kelembagaan tani dilaksanakan dengan

mengacu pada 10 prinsip dasar (Departemen Pertanian,

2007), sebagai berikut:

Bertolak atas kenyataan yang ada (existing

condition), tiap masyarakat memiliki sejarahnya

sendiri, sehingga kondisi yang ada harus menjadi

dasar pengembangan.

Kebutuhan, masyarakat memang sungguh-sungguh

membutuhkan adanya kelompok tani.

Berpikir dalam kesisteman, parsial dan temporal.

Partisipatif, seluruh keputusan dan aksi haruslah

merupakan kesepakatan semua pihak.

Efektifitas, kelembagaan tani hanyalah alat, bukan

tujuan sehingga berpikirlah pada hasil akhir.

Efisiensi, kelembagaan tani yang terbentuk akan

menjadikan semua kegiatan menjadi lebih murah,

Page 149: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Inovasi Kelembagaan Tani Mendukung Pengembangan Jagung

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 143

lebih mudah, dan lebih sederhana baik secara

keseluruhan maupun secara bagian per bagian.

Fleksibilitas, kelembagaan yang dibentuk harus

sesuai dengan sumberdaya yang ada, kondisi yang

dihadapi, keinginan, dan kebutuhan petani.

Orientasi pada nilai tambah atau keuntungan bagi

seluruh anggota.

Desentralisasi, setiap komponen dalam kelembagaan

tani harus mampu beroperasi dengan kewenangan

cukup, sehingga kreatifitasnya dapat berkembang

optimal.

Keberlanjutan, harus mampu membangun

kekuatannya sendiri dan tetap mampu beroperasi,

meskipun input atau dukungan dari luar berkurang.

Menurut Akhmad (2007), upaya yang harus

dilakukan petani untuk menaikkan posisi tawar petani

adalah sebagai berikut:

Konsolidasi petani dalam satu wadah untuk

menyatukan gerak ekonomi dalam setiap rantai

pertanian, dari pra produksi sampai pemasaran.

Kolektifikasi produksi, yaitu perencanaan

produksi secara kolektif untuk menentukan pola,

jenis, kuantitas dan siklus produksi secara

kolektif.

Kolektifikasi dalam pemasaran produk pertanian.

Hal ini dilakukan untuk mencapai efisiensi biaya

pemasaran dengan skala kuantitas yang besar,

dan menaikkan posisi tawar petani dalam

perdagangan produk pertanian.

Kelembagaan tani dibentuk untuk memenuhi

kebutuhan sosial anggotanya. Sifatnya tidak linier,

namun cenderung merupakan kebutuhan individu

anggotanya, berupa: kebutuhan fisik, kebutuhan rasa

aman, kebutuhan hubungan sosial, pengakuan, dan

pengembangan pengakuan (Elizabeth dan Darwis,

2003). Prinsip-prinsip yang harus dipenuhi oleh suatu

Page 150: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Inovasi Kelembagaan Tani Mendukung Pengembangan Jagung

144 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

kelembagaan petani agar tetap eksis dan berkelanjutan

adalah:

Prinsip Otonomi

Pengertian prinsip otonomi dapat dibagi kedalam

dua bentuk yaitu otonomi individu dan otonomi desa.

Otonomi indivudu adalah situasi yang memungkinkan

individu dapat mengaktualisasikan segala potensi terbaik

yang ada di dalam dirinya secara optimal. Otonomi desa

adalah penyesuaian kelembagaan tani dengan tatanan

hidup di desa dan lingkungan sumberdaya alam (Basri,

2005; Syahyuti, 2007).

Prinsip Pemberdayaan

Inti utama pemberdayaan adalah tercapainya

kemandirian kelembagaan tani dengan menggunakan

basis kebudayaan yang ada (Payne, 1997; Taylor dan

Mckenzie, 1992). Pada proses pemberdayaan yang perlu

menjadi perhatian adalah tidak hanya terfokus pada

internal (horizontal) tetapi juga eksternal (vertikal),

utamanya tata hubungan kelembagaan dengan mitra

(Saptana, et al, 2003; Uphoff, 1996; Elizabeth, 2007)

Prinsip Kemandirian Lokal

Semua tahapan dalam proses pemberdayaan

harus dilakukan secara desentralisasi. Upaya

pemberdayaan yang berbasis pada pendekatan

desentralisasi akan menumbuhkan kondisi otonom yang

menjamin setiap komponen akan tetap eksis.

Kemandirian lokal mensyaratkan pengelolaan yang lebih

mengedepankan partisipasi dan komunikasi (Amien,

2005).

Page 151: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Inovasi Kelembagaan Tani Mendukung Pengembangan Jagung

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 145

TAHAPAN INOVASI KELEMBAGAAN TANI

Membangun Kelembagaan Tani

Membangun kelembagaan baru berdasarkan

kelembagaan yang sudah ada dengan memperhatikan:

a). Tidak merubah struktur, posisi, dan peran para

tokohnya; b). Pendekatan dengan pola partisipatif; c).

Selalu melibatkan ketokohan institusi bersangkutan; dan

d). Penyusunan modelnya berlandaskan pertimbangan

ilmiah dan praktis sesuai situasi, kondisi, dan

penyaluran para petugas di lapangan.

Membentuk Struktur Organisasi

Pembentukan struktur organisasi perlu

mempertimbangkan tiga komponen, yaitu:

kompleksitas, formalitas, dan sentralitas. Tingkat

kompleksitas berkaitan dengan berapa banyak jumlah

aktifitas-aktifitas yang berbeda dalam organisasi yang

diperlukan, secara horizontal (berdasarkan fungsi-

fungsi), vertikal (level hirarkhi), dan spatial (hubungan

antar bagian secara lokasi). Tingkat formalitas berkaitan

dengan jumlah pekerjaan yang dispesialisasikan.

Derajad sentralitas berkaitan dengan pengambilan

keputusan yang dikonsentrasikan

Kepengurusan kelompok tani perlu dikelola oleh

sumberdaya manusia yang berpengalaman di bidang

usahatani jagung baik budidaya, pasca panen, maupun

pemasaran. Beberapa kriteria yang dipersyaratkan,

diantaranya (1) Minimal berpendidikan SLTA,; (2)

Mempunyai pengalaman dibidang usahatani jagung

minimal 3 tahun; (3) Diprioritaskan personil dari desa

setempat; (4) Berkepribadian baik, beriman, jujur, adil,

cakap, berwibawa, dan penuh pengabdian terhadap

ekonomi desa.

Page 152: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Inovasi Kelembagaan Tani Mendukung Pengembangan Jagung

146 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

Merekrut Anggota

Perekrutan anggota dilakukan secara partisipatif

dan selektif. Anggota memang benar-benar

membutuhkan wadah kelompok tani dalam kaitannya

untuk meningkatkan usahatani jagung yang dikelolanya.

Memahami sepenuhnya bahwa dengan menjadi anggota

kelompok tani akan lebih efisien, dan ekonomis

dibanding bila usahatani tersebut dilakukan secara

individu.

Menyusun Road Map Usahatani

Usahatani jagung yang disusun tanpa perencanaan

yang matang, berarti sama saja sedang merencanakan

kegagalan. Perencanaan usaha adalah suatu dokumen

tertulis yang menguraikan semua rencana berkenaan

dengan usaha yang akan dilakukan secara detail dan

merupakan suatu cetak biru (blue print) yang realitis

dan logis. Langkah awal dalam mempersiapkan

perencanaan usaha sebaiknya dapat menjawab lima

pertanyaan penting, yaitu:

Apa yang dimiliki (kekuatan dan kelemahan)

Kearah mana usaha yang akan dilakukan

Bagaimana cara mendapatkan dan memastikan

kesuksesan yang ingin diraih

Rintangan apa yang akan dihadapi

Page 153: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Inovasi Kelembagaan Tani Mendukung Pengembangan Jagung

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 147

Gambar 1. Struktur organisasi kelembagaan tani

Ketua Kelompok

Tani

Bendahara

Anggota

Panen dan Pasca

Panen

Budidaya Perbekalan Pemasaran

Pembina:

- Dinas Pertanian

- Penyuluh

Lapangan

- Kepala Desa

- Lembaga

Keuangan

- Swasta Sekretaris

Page 154: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Inovasi Kelembagaan Tani Mendukung Pengembangan Jagung

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 148

Page 155: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Ekonomi Jagung di Indonesia

148 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

Untuk menghasilkan perencanaan usaha (Road

Map) yang terkesan bernafas dan benar-benar menjadi

“ruh” bagi perjalanan dan keberlangsungan hidup usaha

yang akan dikelola, maka kerangka perencanaan usaha

yang dibuat harus terstruktur secara baik, rapi, dan

sistematis. Sistematika kerangka perencanaan usaha

yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam menulis dan

membuat perencanaan usaha.

Menggunakan dan memperkuat modal sosial.

Dalam konteks ekonomi, modal sosial merupakan

prasayarat terjadinya sebuah tatanan ekonomi yang

sehat dan rasional. Dasar menggunakan dan memperkuat

modal sosial mengacu pada tiga hal, yaitu: a).

Kepercayaan (trust); b). Norma yang dijalankan; dan c).

Jaringan sosial (social network).

PENUTUP

Permasalahan yang dihadapi petani pada

umumnya adalah lemah dalam hal organisasi dan

permodalan. Akibatnya karena terdesak masalah

keuangan posisi tawar ketika panen lemah. Oleh karena

itu dibutuhkan kemitraan yang dapat mendorong

usahatani dan meningkatkan akses petani terhadap pasar

(Saragih, 2002). Kesadaran yang perlu dibangun pada

petani adalah kesadaran berkomunitas/kelompok yang

tumbuh atas dasar kebutuhan. Tujuannya adalah (1)

untuk mengorganisasikan kekuatan para petani, (2)

memperoleh posisi tawar dan (3) berperan dalam

negosiasi dan menentukan harga produk pertanian yang

diproduksi anggotanya (Masmulyadi, 2007).

Ada empat kriteria agar asosiasi petani itu kuat

dan mampu berperan aktif dalam memperjuangkan hak-

haknya, yaitu: (1) asosiasi harus tumbuh dari petani

sendiri, (2) pengurusnya berasal dari para petani dan

dipilih secara berkala, (3) memiliki kekuatan

Page 156: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Ekonomi Jagung di Indonesia

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 149

kelembagaan formal dan (4) bersifat partisipatif. Dengan

terbangunnya kesadaran seperti diatas, maka diharapkan

petani mampu berperan sebagai kelompok yang kuat dan

mandiri, sehingga petani dapat meningkatkan

pendapatannya dan memiliki akses pasar dan akses

perbankan.

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, A.; Supena, F.; Syahyuti; dan E.

Ariningsih. 2003. Studi Baseline Program PHT

Perkebunan Rakyat Lada di Bangka Belitung dan

Lampung. Laporan Penelitian. Pusat Penelitian

dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.

Bogor.

Akhmad, S., 2007. Membangun Gerakan Ekonomi

Kolektif dalam Pertanian Berkelanjutan;

Perlawanan Terhadap Liberalisasi dan Oligopoli

Pasar Produk Pertanian. Tegalan Diterbitkan oleh

BABAD. Purwokerto. Jawa Tengah.

Amien, M., 2005. Kemandirian Lokal. Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.

Basri, Faisal H. 2005. “Tantangan dan Peluang Otonomi

Daerah”. Universitas Brawijaya,Malang.

http://128.8.56.108/irisdata/PEG/Bahasa/malang

/Malang.

Page 157: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Ekonomi Jagung di Indonesia

150 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

Cahyati Setiani, Munir Eti Wulanjari, dan Teguh

Prasetyo. 2011. Peran Kelembagaan Formal

dalam pengembangan PTT Padi di Jawa Tengah.

Prosiding Semiloka Penguatan Pengelolaan

Tanaman Terpadu dan Antisipasi Perubahan Iklim

untuk Peningkatan Produksi Pangan. Kerjasama

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan

teknologi Pertanian-Pemerintah Provinsi Jawa

Tengah dan Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Departemen Pertanian, 2007. Pedoman Penumbuhan,

Pengembangan dan Gabungan Kelompoktani,

Permentan No: 273/Kpts/OT.160/4/2007 Tentang

Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani.

Elizabeth, R dan Darwis, V., 2003. Karakteristik Petani

Miskin dan Persepsinya terhadap Program JPS di

Propinsi Jawa Timur. SOCA. Bali.

Elizabeth, R., 2007. Penguatan dan Pemberdayaan

Kelembagaan Petani Mendukung

Kuscahyo Budi Prayogo. 2011. Pola alih Teknologi

dalam Diseminasi Inovasi teknologi SL-PTT di Jawa

Tengah. Prosiding Semiloka Penguatan

Pengelolaan Tanaman Terpadu dan Antisipasi

Perubahan Iklim untuk Peningkatan Produksi

Pangan. Kerjasama Balai Besar Pengkajian dan

Pengembangan teknologi Pertanian-Pemerintah

Provinsi Jawa Tengah dan Universitas Sebelas

Maret. Surakarta.

Mardikanto. T, 1993. Penyuluhan Pembangunan

Pertanian. Sebelas Maret University Press,

Surakarta.

Page 158: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Ekonomi Jagung di Indonesia

Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani 151

Masmulyadi, 2007. Membangun Kesadaran dan

Keberdayaan Petani. Diakses dari Internet

tanggal 14 Maret 2007.

Payne, M., 1997. Modern Social Work Theory. Second

Edition. McMilan Press Ltd. London.

Purwanto; Mat Syukur; dan Pudji Santoso, 2007.

Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Dalam

Mendukung Pembangunan Pertanian Di Jawa

Timur. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

Malang. Jawa Timur.

Saptana, T; Pranadji; Syahyuti dan Roosganda,

E.M., 2003. Transformasi Kelembagaan untuk

Mendukung Ekonomi Kerakyatan di Pedesaan.

Laporan Penelitian. PSE. Bogor.

Saragih, Bungaran, 2002. Pengembangan Agribisnis

dalam Pembangunan Ekonomi Nasional

Menghadapi Abad ke 21. http/www. 202. 159.

18. 43/jsi.htm (online). 10 Oktober 2002.

Syahyuti, 2003. Bedah Konsep Kelembagaan : Strategi

Pengembangan dan Penerapannya dalam

Penelitian Pertanian. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Taylor, D.R.F; dan McKenzie. 1992. Dvelopment from

Wihins. Routledge. Chapter 1

Uphoff, N., 1996. Local Institution and Participation for

Sustainable Development.IIED. London.

Page 159: TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN USAHATANI · 2014. 4. 22. · Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani i KATA PENGANTAR Produksi jagung nasional saat ini (2012) sudah

Ekonomi Jagung di Indonesia

152 Jagung : Teknologi Produksi dan Manajemen Usahatani

Zuraida, D dan J. Rizal (ed), 1993. Masyarakat dan

Manusia dalam Pembangunan : Pokok-Pokok

Pemikiran Selo Soemardjan. Pustaka Sinar

Harapan. Syahyuti 2007. Modul Pengembangan

Kelembagaan Agribisnis.http://www.geocities

.com/syahyuti/2007modulkelembagaanpuap.pdf

Jakarta.