teknologi green pada bangunan berkelanjutan … · pembangkit listrik di indonesia pada sector...
TRANSCRIPT
1
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
TEKNOLOGI GREEN PADA BANGUNAN BERKELANJUTAN
M. Natsir Abduh Jurusan Teknik Sipil, FakultasTeknik, Universitas Bosowa
Email: [email protected]
.
ABSTRAK Perkembangan bangunan merupakan salah satu sektor penyumbang terbesar terjadinya pemanasan
global. Fenomena alam tentang global warming atau pemanasan global telah disadari oleh seluruh umat
manusia sebagai dampak dari aktivitas manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada di
muka bumi. Bangunan teknik sipil dalam perencanaan, penggunaan bahan atau material ramah
lingkungan serta pelaksanaan tidak efisien dan ramah lingkungan akan memicu dampak kerusakan
lingkungan yang cukup besar. Upaya yang bisa dilakukan oleh manusia hanya menahan laju dari dampak
tersebut. Dalam studi literatur ini beberapa upaya-upaya yang dilakukan sehingga munculah Konsep
Green Technology/Teknologi Hijau atau dapat disebut juga Clean Technology/Enviromental Technology.
Integrasi antara teknologi modern dan ilmu lingkungan yang diaplikasikan untuk melestarikan
pemenuhan kebutuhan masyarakat secara berkelanjutan di masa depan tanpa merubah lingkungan dan
sumber daya alam. Green building (Green Construction), mengacu pada aspek tata guna lahan,
penggunaan material yang mudah terbarukan, penghematan energi, hemat air bersih, hemat
bahan/material bangunan, kualitas udara dalam ruangan, kebisingan dan memperhatikan kesehatan
perhuninya berdasarkan kaidah pembangunan berkelanjutan (Abduh Natsir, 2016). Upaya untuk
menghasilkan bangunan ramah lingkungan, yaitu sejak perencanaan pembangunan, operasional,
pemeliharaan, renovasi bahkan sampai pembongkaran. Konsep green building berupa pemaksimalan
fungsi bangunan dalam beberapa aspek, yaitu: a) Life cycle assessment (Uji AMDAL), b) Efisiensi Desain
Struktur, c) Efisiensi Energi, d) Efisiensi Air dan e) Efisiensi Material. Prinsip-prinsip Sustainable design dan
continuously construction dengan memperhatikan low-impact materials, energy efficiency, quality dan
durability, design for reuse dan recycling, biomimicry, service substitution dan renewability.
Kata Kunci: Bangunan Berkelanjutan, Green Building, Green Material.
1. PENDAHULUAN
Pemanasan global telah menjadi salah satu isu penting yang disuarakan di sejumlah
negara. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa sebagian
besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar
disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui
efek rumah kaca. Konsentrasi CO2 di udara dari waktu ke waktu cenderung mengalami
peningkatan terlebih setelah terjadi revolusi industri (Salim, 2010). Perkembangan bangunan
yang merupakan salah satu sektor penyumbang terbesar terjadinya pemanasan global.
Semen sebagai bahan utama dalam pembangunan, ternyata dalam produksinya
merupakan penyumbang gas CO2 yang cukup besar. Data dari Inter-Governmental Panel on
climate Change/IPCC pabrik semen dalam setahun menghasilkan gas CO2 sekitar 930 juta ton,
menempati urutan kedua setelah pembangkit tenaga lintrik atau dengan kata lain berkontribusi
sekitar 7% dari total emisi gas CO2 yang berkisar 13.470 juta ton/tahun. Fenomena alam
2
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
tentang global warming atau pemanasan global telah disadari oleh seluruh umat manusia
sebagai dampak dari aktivitas manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam di muka bumi.
Isu tentang Green Building atau bangunan hijau muncul setelah isu lingkungan yang
bermuara pada pemanasan global (global warming) disuarakan. Gerakan ini merupakan upaya
dalam mengelola bangunan dan lingkungan sehingga dapat bermanfaat bagi generasi
sekarang maupun generasi akan datang. Sisa material dari proses atau kegiatan dalam setiap
bangunan yang tidak dikelola dengan baik dapat mencemari lingkungan sekitar yang akan
berdampak buruk terhadap kehidupan. Kecenderungan peningkatan nilai dan jumlah konstruksi
dari tahun ke tahun sehingga berdampak pada berkurangnya cadangan sumber daya alam dan
bertambahnya limbah yang dihasilkan.
Pencemaran atau polusi dan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan
menyebabkan semakin menurunnya daya dukung lingkungan. Pemenuhan kebutuhan untuk
pembangunan dalam aspek pertumbuhan ekonomi sering dilakukan tanpa mengindahkan
lingkungan. Berkurangnya lahan produktif, menyempitnya ruang terbuka hijau peruntukan area
resapan air menjadi salah satu faktor munculnya gerakan green building.
Dampak pemanasan glogal mendorong pergerakan ke arah pembangunan
berkelanjutan melalui usaha peningkatkan efisiensi ekonomi, pengaruh sosial budaya,
perlindungan terhadap ekosistem dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Aspek penting
dalam pembangunan berkelanjutan adalah proses konstruksi yang berkelanjutan.
Penyajikan studi literatur dalam penulisan terhadap green building (green contruction)
dan hubungannya dengan pembangunan berkelanjutan diperlukan untuk menjawab masalah
bangunan yang menjadi tantangan teknik sipil. Tinjauan terhadap green building dan
hubungannya dengan pembangunan berkelanjutan, khususnya mengenai standar aspek
penataan lahan, pemanfaatan material terbarukan, penghematan energi, hemat air bersih,
hemat bahan/material bangunan, kualitas udara dalam ruangan, kebisingan dan
memperhatikan kesehatan penghuninya berdasarkan kaidah pembangunan berkelanjutan
(Abduh Natsir, 2016).
2. KAJIAN LITERATUR
Teknologi ramah lingkungan telah ramai dikampanyekan, dikenalkan pada masyarakat
dengan konsep ramah lingkungan. Selain itu perusahaan-perusahaan mulai diwajibkan untuk
menggunakan teknologi yang ramah lingkungan dan penanganan pengolahan limbah sesuai
dengan standard yang telah ditetapkan oleh lembaga-lembaga terkait, seperti dengan adanya
ISO 4001 tentang lingkungan. Kelangkaan BBM & BBG serta fenomena global warming
menyebabkan setiap bidang keilmuwan berlomba untuk melakukan inovasi penggunaan
energi-energi alternatif selain minyak dan gas bumi. Bidang-bidang keilmuan berlomba
menciptakan dan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan Green Technology. Energi
alternatif yang banyak dieksplorasi oleh para ahli agar bisa digunakan sebagai pengganti BBM
dan BBG adalah energi matahari, angin, biofuel, biogas, dan bioetanol. Indonesia merupakan
negara tropis yang dilewati oleh garis khatuliswa sehingga mendapatkan sinar matahari yang
cukup sepanjang tahun. Kondisi geografis ini sehingga energi alternatif matahari sangat cocok
diterapkan.
3
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
Konstruksi bangunan rumah harus memperhatikan unsur penggunaan bahan/material
dan bentuk bangunan yang mampu mengurangi penggunaan lampu untuk pencahayaan,
penggunaan air condition (AC) untuk pendingin, serta sistem pembuangan limbah yang baik.
2.1. Green Building (Green Construction)
Pengertian Green Building dalam bahasa indonesia adalah berupa bangunan hijau. Arti
yang sebenarnya yaitu sebuah konsep tentang merencanakan suatu bangunan yang ramah
terhadap lingkungan. Green building disebut bangunan yang berkelanjutan mengacu pada
struktur dalam proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang
efisien pada tahapan pelaksanaan bangunan. Perencanaan dimulai dari penentuan tapak,
desain konstruksi, operasional, pemeliharaan, maupun renovasi dan pembongkaran. Akan
tetapi yang lebih penting didahului dengan Uji Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL). Dalam melakukan suatu perencanaan bangunan seharusnya melakukan kajian
AMDAL apakah dalam pengadaan bangunan tersebut dapat mempengaruhi lingkungan sekitar
baik itu segi sosial, ekonomi ataupun alam sekitar. Apabila dalam hasil kajian memberikan
pengaruh yang cukup besar maka bangunan tersebut sudah menyalahi konsep dasar dari green
building. Hal ini membutuhkan kerjasama yang erat dari semua pihak yang berkepentingan
pada semua tahapan pembangunan. Konsep Green Building melengkapi desain bangunan yang
memperhatikan sisi ekonomis, utilitas, daya tahan, dan kenyamanan.
Green Building atau Green Construction, ialah sebuah gerakan berkelanjutan yang mencita-
citakan terciptanya konstruksi terutama bangunan gedung mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan dan pemakaian produk konstruksi yang ramah lingkungan, efisien dalam
pemakaian energi dan sumber daya, serta biaya rendah (Kresna, 2011)
Green Building (Green Construction) atau Gerakan konstruksi hijau ini mengarah pada
keberlanjutan atau sustainabilitas yang mengedepankan keseimbangan antara keuntungan
jangka pendek terhadap resiko jangka panjang. Bentuk usaha dalam pengelolaan tidak merusak
kesehatan, keamanan dan kesejahteraan masa depan, memperhatikan aspek lingkungan atau
yang bernuansa alam. Kegiatan konstruksi dan operasional bangunan menggunakan hampir 40
% dari seluruh energi dan sumber daya alam, 40 % dari emisi gas rumah kaca dihasilkan dari
industri konstruksi, dan 40 % menghasilkan limbah konstruksi dan bangunan (United Nations
Environment Programme UNEP, 2007).
Konsumsi sumber daya alam dan energi secara spesifik belum ada penelitian mengenai
jenis pekerjaan konstruksi yang mengkonsumsi sumber daya alam paling besar dan
menghasilkan limbah paling banyak. Umumnya pemanfaatan sumber daya alam dan produksi
limbah tegantung pada jenis kegiatan konstruksi (Wulfram I.Ervianto, 2012).
a. Tata Guna Lahan
Tata guna lahan atau land use merupakan pengaturan penggunaan lahan. Usaha
penerapan penggunaan lahan yang terencana sehingga pemanfaatannya tepat, meliputi
pemanfaatn lingkungan yang maksimal, termasuk kemudahan akses fasilitas umum, akses
pejalan kaki dan penyediaan air bersih yang efisien. Menata ruang terbuka hijau (RTH) sekaligus
tata pendingin udara agar tidak menimbulkan kenaikan suhu. Tujuan utama dalam mengatur
tata letak tersebut adalah untuk mereduksi penggunaan energi.
4
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
Bentuk pendekatan “figure ground” adalah suatu bentuk usaha mengolah pola “existing figure
ground” melalui cara penambahan, pengurangan atau merubah pola geometris. Disamping itu
merupakan bentuk analisis hubungan antara massa bengunan dengan ruang terbuka figure
ground yang menekankan adanya open space. Melalui figure ground plant dapat diketahui pola
atau tipologi, konfigurasi solid void yang merupakan elementasi kawasan. Pengaturan
penggunaan lahan terdiri dari lahan terbangun (urban solid) dan lahan terbuka (urban void).
- Urban Solid, yaitu berupa bangunan dan blok-blok kosong dengan tipe yang terdiri dari;
massa bangunan, persil lahan blok hunian yang ditonjolkan dan edges yang berupa
bangunan.
- Urban void, yaitu ruang kosong yang terdapat diantara tatanan bangunan yang dibentuk
oleh danya ruang terbuka, seperti jalan yang merupakan ruang penghubung. Tipe urban
void terdiri dari; ruang terbula berupa pekarangan, jaringan utama jalan dan lapangan
untuk public, serta area parkir.
b. Pemilihan Material
Green building dibutuhkan pemilihan material yang tepat dengan menggunakan
material yang awet serta material yang dapat didaur ulang. Pengertian awet bahwa tidak
dibutuhkan penggantian berkala sehingga didalamnya terdapat unsur efisiensi. Pemilihan
material dengan inovasi atau mendapat lisensi ramah lingkungan. Banyak pilihan terhadap
material ramah lingkungan atau alternatif Bahan Bangunan Hijau. Namun dengan isu ilegal
logging yang masih banyak penggunaan kayu sebagai material mulai ditinggalkan untuk
kelestarian lingkungan. Penggunaan batu alam, gypsum, bahan dinding seperti hebel dan b-
panel, alumunium serta baja ringanpun menjadi pilihan yang tepat. Karena selain ramah
lingkungan juga mampu menunjang ketahanan bangunan dan tentunya healthy conditional.
Beberapa kriteria material ramah lingkungan sebagai berikut:
- Tidak beracun, baik sebelum maupun sesudah dimanfaatkan
- Proses pembuatannya tidak menghasilkan zat-zat berbahaya bagi lingkungan
- Memberi kesan bersinergi dengan alam, atau semakin dekat dengan alam karena kesan
alami dari material tersebut (misalnya bata mengingatkan kita pada tanah, kayu pada
pepohonan)
- Bisa didapatkan dengan mudah dan dekat (tidak memerlukan ongkos atau proses
memindahkan yang besar, karena menghemat energi BBM untuk memindahkan material
tersebut ke lokasi pembangunan)
- Bahan material yang dapat terurai dengan mudah secara alami
c. Efisiensi Penggunaan Energi
Bangunan di area dengan pencahayaan dan sirkulasi udara yang cukup, memerlukan
enegi listrik untuk penerangan dan AC yang efisien. Efisiensi energi dalam hal aspek lahan yaitu
dengan cara merancang lahan dan bangunan dengan mempertimbangkan aspek penghematan
penggunaan energi. Pengalihan fungsi area tanam menjadi bangunan menyumbang emisi CO2
sebesar 18,3 %. Kemudian jika bangunan sudah dipakai baik sebagai rumah tinggal atau
bangunan komersial menyumbang emisi CO2 sebesar lebih dari 15 %.
5
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
Intensitas Konsumsi Energi (IKE) adalah besar energi yang digunakan suatu bangunan
gedung perluas area yang dikondisikan dalam satu bulan atau satu tahun. Area yang
dikondisikan adalah area yang diatur temperatur ruangannya sedemikian rupa sehingga
memenuhi standar kenyamanan dengan udara sejuk disuplai dari sistem tata udara gedung.
Menurut Outlook Energi Nasioal 2011, dalam kurun waktu 2000-2009 konsumsi energi
Indonesia meningkat dari 709,1 juta SBM (Setara Barel Minyak/BOE) ke 865,4 juta SBM),
meningkat rata-rata sebesar 2,2 % pertahun. Sampai pada tahun 2011, konsumsi energi terbesar
masih dikuasai oleh sektor industry, kemudian diikuti sektor rumah tangga dan sektor
transportasi.
Pembangkit listrik di Indonesia pada sector ketenagakelistrikan saat ini masih didominasi
oleh penggunaan bahan bakar fosil, khususnya batubara. Daerah yang masih mengalami
kekurangan energi listrik seperti Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara dan Papua. Pembangkit
listrik daerah ini masih menggunakan BBM dengan komponen biaya pembangkitan merupakan
komponen terbesar. Energi alternatif selain dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuh efisiensi
atau penghematan melalui penerapan energi yang dapat diperbaharui seperti panel surya.
Gambar 1. Garfik Laju Konsumsi Energi Per-Sektor
d. Efisiensi Penggunaan Air
Data WHO (2000), diperkirakan terdapat 2 milyar manusia perhari terkena dampak
kekurangan air pada lebih dari 40 negara didunia. Sebanyak 1,1 milyar tidak mendapatkan air
yang cukup dan 2,4 milyar tidak mendapatkan sanitasi yang layk. Sedangkan pada tahun 2050
diprediksi bahwa 1 dari 4 orang akan terkena dampak dari kekurangan air bersih (Gardner-
Outlaw and Engelman, 1997 dalam UN, 2003).
Di Indonesia dengan jumlah penduduk mencapai lebih 200 juta, kebutuhan air bersih
menjadi sesuatu yang utama. Kecenderungan konsumsi air diperkirakan meningkat 15%-35%
6
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
perkapita-pertahun. Ketersediaan air bersih cenderung berkurang akibat kerusakan alam dan
pencemaran.
Pengadaan air bersih di Indonesia untuk skala yang besar masih terpusat di daerah
perkotaan, dan dikelola oleh Perusahan Air Minum (PAM) pada kota yang bersangkutan.
Namun demikian secara nasional jumlahnya masih belum mencukupi dan dapat dikatakan
relatif kecil yakni 16,08 %. Daerah yang belum mendapatkan pelayanan air bersih dari PAM
umumnya menggunakan air tanah (sumur), air sungai, air hujan, air sumber (mata air) dan
lainnya. Prosentasi banyaknya rumah tangga dan sumber air minum yang digunakan di
berbagai daerah di Indonesia sangat bervariasi tergantung dari kondisi geografisnya (Survey
Penduduk Antar Sensus-SUPAS, 1995). Secara nasional sumber kebutuhan air penduduk
Indonesia dapat digambarkan pada Gambar 2.
Sekitar 119 juta rakyat Indonesia belum memiliki akses terhadap air bersih (Suara
Pembaruan 23 Maret 2007). Penduduk Indonesia yang dapat mengakses air bersih untuk
kebutuhan sehari-hari baru mencapai 20 % dari total penduduk Indonesia dan ini didominasi
bagi yang tinggal di perkotaan. Sisanya 80 % rakyat Indonesia terpaksa mempergunakan air
yang tidak layak secara kesehatan. Diperkirakan tahun 2019 jumlah penduduk perkotaan
mencapai 150,2 juta jiwa dengan konsumsi per-kapita sebesar 125 liter, sehingga kebutuhan air
mencapai 18,775 milyar liter per-hari. Menurut LIPI pada tahun 2015, kebutuhan air untuk
industri akan melonjak sebesar 700 %, perumahan naik rata-rata 65 % dan produksi pangan
naik 100 %.
Riskesdas (2010) dalam UNICEF (2012), prosentase rumah tangga untuk mendapatkan
akses ke sumber air bersih dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 2. Hasil SUPAS tentang Sumber Air Minum
7
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
Gambar 3. Akses Air Bersih Berdasarkan Provinsi di Indonesia.
Gambar 4. Berbagai Konsumsi Air Bersih Rumah Tangga
8
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
Tidak ada yang mengetahui secara pasti berapa banyak air yang dikonsumsi oleh
penduduk Indonesia setiap harinya. Dibutuhkan pendekatan matematika sederhana, dan belum
menghitung tambahan air yang diperlukan untuk mencuci pakaian, membersihkan rumah dan
kebutuhan rumah tangga, berkebun dan sanitasi lainnya. Menurut WHO kebutuhan dapat
mencapai 70 liter per-individu per-hari. Perhitungan ini pun belum memasukkan kebutuhan air
untuk kebutuhan pertanian dan industri.
Mengacu pada perhitungan WHO (2010), kebutuhan air adalah 30 liter per-individu per-
hari, yaitu 10 liter untuk minum dan 20 liter untuk sanitasi. Asumsi pada akhir tahun 2014, jumlah
penduduk Indonesia 252 juta orang (mengambil angka pembulatan dari BPS, 2014 dan rata-rata
tanpa memandang demografi penduduk), maka per-hari jumlah air yang dikonsumsi oleh
penduduk Indonesia adalah 7,56 milyar liter.
e. Managemen Lingkungan
Sistem manajemen lingkungan (SML) adalah sistem manajemen yang berencana,
menjadwalkan, menerapkan dan membantu kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kinerja lingkungan (Tibor dan Feldman, 1996). Menerapkan manajemen
lingkungan merupakan salah satu konsep green building, termasuk pemanfaatan lahan,
menjaga dan memanajemen pelaksanaan serta pengawasan bangunan. Konsistensi terhadap
tata guna lahan, penerapan pemanfaatan material ramah lingkungan (Green Material) dan
efisiensi energi. Manajemen terhadap kebersihan lingkungan dan merupakan sesuatu yang
harus dilakukan dan persampahan melalui daur ulang (recycle).
Keuntungan membangun dengan konsep green building:
- Green Building menghemat energi. Hal ini dipengaruhi oleh desain bangunan, ventilasi
udara, penggunaan solar panel.
- Penggunaan air yang lebih hemat. Seluruh sistem yang menggunakan air, terutama pada
toilet, didesain menghemat penggunaan air, seperti flush pada toilet, teknologi water sense
pada dish washers, dan masih banyak lagi.
- Green Building menyehatkan untuk manusia. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat kelembaban
udara, ventilasi yang sangat memadai, dan filtrasi udara.
- Green Building mengurangi sampah / limbah yang ditimbulkan manusia. Hal ini
dikarenakan, hampir seluruh bahan bangunan yang digunakan berasal dari daur ulang yang
dimana ini memenuhi konsep penyelamatan lingkungan yang sangat sederhana, yaitu
Reduce, Reuse, dan Recycle.
Dari keempat keuntungan membangun tersebut, semuanya berperan
dalam mengurangi emisi karbon yang dibuang. Pemakaian kaca pada kaseluruhan bangunan,
dan penggunaan solar panel, dapat mengurangi tingkat penggunaan listrik.
2.2. Green Material
Berkembangnya budaya dan teknologi mengakibatkan kebutuhan manusia dalam
memenuhi kehidupan terus meningkat, sementara daya dukung alam semakin menurun. Usaha
yang berkelanjutan dalam menjaga kelestarian lingkungan dan alam, sehingga kebutuhan
manusia tetap dipenuhi dengan baik.
9
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
Pembangunan telah banyak menghabiskan sumber daya alam dan mengakibatkan
kerusakan lingkungan. Pembangunan ini mempunyai pengaruh negatif terhadap sosial-ekonomi
maupun budaya suatu daerah. Perencanaan dan penggunaan material yang ramah lingkungan,
design interior dan exterior juga dilakukan untuk penerapan ramah lingkungan. Pemilihan
material yang tepat bagi pembangunan, menghemat sumber daya alam yang dipakai, akan
berakibat positif terhadap kelestarian lingkungan.
Para produsen berlomba melahirkan inovasi bahan bangunan ramah lingkungan dalam
penerapan Green Material sekaligus untuk memenuhi persaingan pasar. Penerapan Green
Material menuntut melakukan inovasi sehingga bangunan didesain menggunakan material
ramah lingkungan.
Material yang ramah lingkungan yang umum dipergunakan pada bangunan, misalnya;
batu bata, semen, batu alam, keramik lokal, kayu, dan sebagainya. Semen, keramik, batu bata,
aluminium, kaca, dan baja sebagai bahan baku utama dalam pembuatan sebuah bangunan
berperan penting dalam mewujudkan konsep bangunan ramah lingkungan. Hutan sebagai
paru–paru bumi telah banyak di eksploitasi sehingga alternative lain adalah penggunaan baja
ringan pengganti kayu alam sebagai salah satu perwujudan Green Material. Material ramah
lingkungan dapat diukur dari kriteria seperti kayu yang makin sulit didapat, tetapi apabila
dipakai dengan hemat dan benar bisa membuat kita merasa semakin dekat dengan alam.
2.3. Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan merupakan sebuah upaya pembangunan yang meliputi
aspek ekonomi, sosial, lingkungan bahkan budaya untuk kebutuhan masa kini tetapi tidak
mengorbankan atau mengurangi kebutuhan generasi yang akan datang. Konsep ini menuntut
keselarasan antara lingkungan, sosial dan ekonomi dari daerah tersebut.
Secara umum ciri-ciri pembangunan berkelanjutan yakni pembangunan yang dilaksanakan
mampu meminimalkan pencemaran lingkungan, memperhatikan lingkungan fisik dan sosialnya,
dilakukan dengan melihat nilai-nilai dasar pada kemanusian. Hal lain bahwa memperhatikan
moral yang dianut masyarakat, bersifat fundamental dan ideal serta berjangka panjang dan
pendek, serta berpedoman untuk selalu mempertahankan stabilitas ekonomi, politik, sosial
budaya dan keamanan nasional.
Konsep keberlanjutan telah berkembang kedalam berbagai isu lain secara komprehensif,
selain isu lingkungan, ekonomi dan sosial. Isu lingkungan seperti emisi gas buang, perubahan
iklim, keaneka ragaman hayati, perlindungan habitat, estetika. Isu ekonomi seperti produktivitas,
aktivasi ekonomi, tenaga kerja dan isu sosial seperti pemerataan, kesehatan, nilai-nilai budaya,
dan peran serta masyarakat. Pengembangan infrastruktur berkelanjutan tersebut seharusnya
mengedepankan keseimbangan dan integrasi aspek fisik-lingkungan, sosial-budaya dan
ekonomi (Dorodjatun, 2011).
Salah satu aspek penting dalam pembangunan berkelanjutan adalah proses konstruksi
berkelanjutan dengan menggunakan metode pelaksanaan serta penggunaan material yang
tepat, efisien dan ramah lingkungan. Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development
menjadi wacana pada event-event Seminar Go Green, isu pemanasan Global dan solusi-solusi
untuk mengatasinya bermunculan mulai dari Rancangan Bangunan Ramah Lingkungan,
Bangunan Hemat Energi, kemudian muncul beberapa penilaian terhadap kawasan maupun
10
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
bangunan yang dinilai/rating memenuhi Green Environment dan Green Building oleh GBCI
(Green Building Council Indonesia); LEED yang dirumuskan oleh para pakar/pengandil
Lingkungan.
Berbicara tentang Pembanguan Berkelanjutan berarti mencakup material ramah
lingkungan dan metode konstruksi yang hemat bahan dan hemat energi, menggabungkan
material (alam dan buatan); metode konstruksi dan teknologi inovasi menciptakan desain
bangunan yang ramah lingkungan (green building). Apabila dikaitkan dengan penggunaan
teknologi hemat energi dan inovatif, pendekatan pada logika eko-teknik untuk melestarikan
energi pemenuhan kebutuhan yang merupakan dua dari enam logika dalam pendekatan
Pembangunan Berkelanjutan (Simon Guy dan Graham Farmer, 2013).
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif melalui metode penelitian literatur
atau penelitian kepustakaan. Metode yang digunakan dalam pencarian data, atau cara
pengamatan (bentuk observasi) secara mendalam terhadap tema yang diteliti. Dalam penelitian
ini memuat beberapa gagasan atau teori yang saling berkaitan secara kukuh serta didukung
oleh data-data dari sumber pustaka. Sumber bahan kajian adalah jurnal penelitian ilmiah
nasional maupun internasional, disertasi, tesis, skripsi, laporan penelitian ilmiah, buku-buku teks
yang dapat dipertanggungjawabkan asal usulnya, makalah, laporan/kesimpulan seminar,
catatan/rekaman diskusi ilmiah, tulisan-tulisan resmi terbitan pemerintah dan lembaga-lembaga
lain.
Beberapa data-data pustaka yang didapatkan dibahas secara mendalam dan teliti
sebagai pendukung atau penentang gagasan atau teori awal untuk menghasilkan kesimpulan.
Kesimpulan penelitian kepustakaan salah satunya dapat diperoleh dengan cara mengumpulkan
data/informasi dari berbagai sumber pustaka kemudian diolah dan disajikan dengan cara baru
untuk memperoleh kepentingan yang baru.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Konsep Green Building
Green Building pada skala yang lebih kecil dan cenderung untuk berfokus pada
penggunaan material-material yang digunakan yaitu material-material yang tersedia secara
lokal. Konsep ini ada untuk dapat memenuhi kebutuhan generasi-generasi berikutnya mulai dari
sekarang.
Green building merupakan suatu pembangunan yang mengarah pada perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan yang memperhatikan lingkungan. Hemat sumber daya sepanjang
siklus hidup bangunan, pemilihan lokasi atau tata guna lahan, desain konstruksi, operasional
dan perawatan serta renovasi bangunan, bahkan sampai pada peruntuhan. Konsep ini
memperluas dan melengkapi desain bangunan dengan memperhatikan sisi ekonomi, utilitas,
durabilitas, dan kenyamanan (US EPA, 2009).
Penerapan konsep green building memperkenalkan tentang perbaikan perilaku manusia
dan teknologi terhadap bangunan sehingga dapat menyumbangkan dampak yang cukup
11
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
banyak dalam mengatasi kerusakan lingkungan atau terhadap pemanasan global. Secara umum
ada tiga elemen-elemen bidang utama yang perlu di pertimbangkan dalam green building
yakni; a) Life Cycle Assessment, b) Efisiensi Desain Struktur, c) Efisiensi Energi.
Konsep green building berupa pemaksimalan fungsi bangunan dalam beberapa aspek,
yaitu: a) Life cycle assessment (Uji AMDAL), b) Efisiensi Desain Struktur, c) Efisiensi Energi, d)
Efisiensi Air dan e) Efisiensi Material.
a. Life Cycle Assesment (Uji AMDAL)
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dibutuhkan dalam pengadaan
bangunan yang kemungkinan memberi dampak terhadap lingkungan sekitar, baik dari segi
sosial, budaya, ekonomi maupun keamanan. Dalam konsep green building menunjukkan hasil
analisis tidak memberikan pengaruh atau dampak buruk yang besar terhadap lingkungan
sekitar.
Gambar 5. Beberapa Komponen Yang Diperhatikan
b. Efisiensi Desain Struktur
Setiap bangunan konstruksi bermula pada tahap konsep dan desain. Tahap konsep
pada kenyataannya merupakan salah satu langkah utama dalam proyek yang memiliki dampak
terbesar pada biaya dan kinerja proyek. Tujuan utama adalah merencanakan bangungan yang
memiliki konsep green building adalah untuk meminimalkan dampak yang akan disebabkan
dalam bangunan tersebut baik itu selama pelaksanaan dan selama penggunaan. Perencanaan
bangunan gedung yang tidak efisien dalam struktur juga memberikan efek buruk terhadap
lingkungan, yaitu pemakaian bahan bangunan yang sangat banyak sehingga terjadi
pemborosan.
12
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
c. Efisiensi Energi
Konsumsi energi–baik energi yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari, seperti
kondisi bangunan dengan mudahnya angin dan sinar matahari masuk kedalam bangunan,
energi penggunaan listrik.
Penggunaan energi operasional, penggunaan jendela yang se-efisiensi dan insulasi pada
dinding, plafon atau tempat masuknya aliran udara ke dalam bangunan gedung. Selain itu
desain bangunan surya pasif, sering dilaksanakan di rumah-rumah rendah energi. Penempatan
jendela yang efektif (pencahayaan) dapat memberikan cahaya lebih alami dan mengurangi
kebutuhan penerangan listrik di siang hari. Konsep penghematan energi pada bangunan
dimulai dengan pemilihan lahan. Lahan dimana bangunan ditempatkkan akan terjadi efisiensi
energi, seperti penggunaan listrik akibat pencahaan, air melalui lahan yang dekat atau cukup
banyak sumbernya.
Intensitas Konsumsi Energi (IKE) dijadikan acuan untuk melihat seberapa besar
konservasi energi yang dilakukan gedung. Istilah yang digunakan pada industry tujuannya
adalah konsumsi energi spesifik (Spesific Energy Consumption) yaitu besar penggunaan energi
untuk satuan produk yang dihasilkan.
Tabel 1. Standar IKE Untuk Berbagai Tipe/Fungsi Bangunan
Tipe
Bangunan
Rentang IKE (KWH/m2/Tahun Waktu Operasi Acuan
(Benchmark Operasi Hours) Batas
Bawah Acuan
Batas
Atas
Perkantoran 210 250 285 10 jam/hr, 5 hr/minggu, 52 minggu/thn =
2.600 jam/thn
Hotel 290 350 400 24 jam/hr, 7 hr/minggu, 52 minggu/thn =
8.736 jam/thn
Apartemen 300 350 400 24 jam/hr, 7 hr/minggu, 52 minggu/thn =
8.736 jam/thn
Sekolah 195 235 265 8 jam/hr, 5 hr/minggu, 52 minggu/thn = 2.080
jam/thn
Rumah Sakit 320 400 450 24 jam/hr, 7 hr/minggu, 52 minggu/thn =
8.736 jam/thn
Pertokoan 350 450 500 12 jam/hr, 7 hr/minggu, 52 minggu/thn =
4.368 jam/thn
Pada tabel diatas memberikan gambaran bahwa apabila pemakaian listrik pada rentang
lebih rendah daripada batas bawah, maka bangunan gedung tersebut dikatakan hemat
sehingga perlu mempertahankan dengan melaksanakan SOP dan pemeliharaan yang sistematis.
Apabila pemakaian di antara batas bawah dan acuan, maka bangunan gedung tersebut
13
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
dikatakan agak hemat sehingga perlu meningkatkan kinerja dengan melakukan tuning up. Jika
pemakaian di antara acuan dan batas atas, maka bangunan gedung tersebut dikatakan agak
boros sehingga perlu melakukan beberapa perubahan. Selanjutnya apabila di atas batas atas,
maka perlu dilakukan retrofitting atau replacement.
d. Efisiensi Air
Pada saat jumlah penduduk Indonesia 285 juta orang sesuai prediksi BPS, maka jumlah
air yang dibutuhkan oleh penduduk Indonesia akan semakin meningkat menjadi 8,55 milyar liter
per harinya. Keluarga di rumah memiliki peran yang besar dalam mengajarkan perilaku
penggunaan air secara optimal demi kelestarian air untuk masa depan generasi mendatang.
Menghemat air secara langsung mengurangi pengelusaran rumah tangga, dapat melalui 3 P,
yakni; pengurangan, penggunaan kembali, dan pelestarian air.
Usaha sederhana yang perlu dilakukan setiap hari dalam penghematan energi air, antara
lain:
- Mandi dengan shower
- Menggunakan shower pada saat mandi dapat menghemat air lebih dari 60 % apabila
dibandingkan menggunakan gayung yang dapat menghabiskan air sekitar 15 liter.
Penggunaan bathtub lebih banyak lagi menghabiskan air 100-300 liter.
- Tutup kran air pada saat tidak dimanfaatkan
- Kebiasaan yang dilakukan pada saat masuk kamar mandi adalah membuka kran air
sekalipun air belum dimanfaatkan. Seperti pada saat menggosok gigi biasanya kran air tetap
terbuka sehingga air mengalir terus dan tentu saja menjadi pemborosan.
- Tampung air hujan
- Sistem ini menggunakan penampungan air (reservoir) bawah tanah di suatu tempat atau
dibawah gedung. Sumber airnya berasal dari atap dan permukaan melalui paving pori.
Melalui penampungan air yang besar dapat menghemat air tanah dan menghemat energi
listrik untuk kebutuhan pompa air.
- Pelihara tanaman dan rumput
- Tanaman dan rumput yang ditanam akan membantu bumi mengolah kembali air yang
terserap kedalam tanah untuk menjadi air bersih.Dapat juga dilakukan dengan membuat
lubang resapan biopori yang dapat meningkatkan daya resapan air dan mengatasi banjir.
4.2. Integrasi Green Building dan Teknologi
a. Penggunaan Energi Aternatif
Energi terbarukan berasal dari energy alam yang berkelanjutan seperti tenaga
surya, tenaga angin, arus airproses biologi, dan panas bumi. Energi terbarukan sinar dari
matahari dapat diubah menjadi energi listrik menggunakan komponen sel surya. Penggunaan
sel surya merubah sinar matahari menjadi arus listrik menjadi arus Direct Current (DC). Arus
yang dihasilkan sebanding dengan intensitas sinar matahari yang diterima dan juga sebanding
dengan luas permukaan dari sel surya yang terpapar sinar matahari. Desain bangunan dengan
menciptakan pemanfaatan prinsip dari sel surya sebagai panel surya yang dapat digunakan
sebagai atap rumah. Menciptakan panel surya yang mampu berputar untuk menyesuaikan
posisinya mencari intensitas matahari yang tertinggi atau desain bangunan dengan bentuk
14
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
sayap lebar dan mampu mengikuti arah kemana arah sinar matahari. Selain fungsi sebagai
tenaga listrik juga berfungsi mereduksi panas yang ada dalam bangunan.
Sistem ventilasi alami yang memadai untuk menciptakan lingkungan udara yang sehat,
melalui sirkulasi udara yang baik sehingga meningkatkan kesehatan dan produktivitas
penghuninya. Bangunan juga selayaknya dilengkapi jendela yang berfungsi kebutuhan cahaya
dan panas untuk menghemat penggunaan energi (terutama untuk lampu serta AC).
Penggunaan sumber energi angin, panas bumi dan matahari, penerapan panel surya,
penggunaan lampu, peralatan elektronik yang hemat energi, serta teknologi energi terbarukan
diyakini dapat mengurangi biaya listrik bangunan.
Tujuan pemanfaatan cahaya matahari sebagai pencahayaan alami dalam bangunan
adalah sebagai berikut:
- Menghemat energi dan biaya operasional bangunan;
- Menciptakan ruang yang sehat mengingat sinar matahari mengandung ultraviolet yang
memberikan efek psikologis bagi manusia dan memperjelas kesan ruang;
- Mempergunakan cahaya alami sejauh mungkin ke daalam bangunan, baik sebagai sumber
penerangan langsung maupun tidak langsung.
Beberapa kriteria minimalisis dampak lingkungan, berikut:
- Penggunaan bahan bangunan yang meminimalkan penggunaan Volatile Organic
Compounds (VOCs) di dalam bangunan.
- Material Penggunaan material dan sumber daya yang berkelanjutan, memiliki energi
terkandung yang rendah dan menghasilkan dampak lingkungan yang minimal,
- Penerapan efisiensi penggunan air, seperti dengan menggunakan kran, shower, kloset yang
eco-friendly,
- Melakukan sistem daur ulang air limbah dan menggunakan kembali air hujan untuk
keperluan lainnya selain untuk diminum.
Cahaya buatan dikelola atau diperoleh dari perusahaan pemerintah melalui suatu
pembangkit tenaga. Perusahaan tersebut adalah perusahan Listrik Negara (PLN) yang
menyelenggarakan dan menyiapkan sesuatu tenaga pembangkit listrik dengan dengan sistem :
- Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
- Pembangkit Listrik tenaga Air (PLTA), dan
- Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
Penggunaan air tanah yang berasal dari sumur dangkal ataupun dalam tanpa
memberikan masukan tambahan air pada tanah yang berakibat turunnya permukaan air tanah
dan turunnya permukaan tanah. Solusinya yaitu dengan membuat tandon air penadah hujan di
bawah tanah atau membuat sumur resapan penadah air hujan. Sistem penadah hujan, pada
saat air turun di atas bangunan gedung yang kemudian direkayasa sedemikian rupa sehingga
direncanakan air akan berkumpul pada satu tempat dan dialirkan menuju sumur resapan untuk
menghindari terjadinya penurunan permukaan air tanah.
b. Penggunaan Material Alternatif
- Semen
Inovatif antara bahan dan teknologi dapat membuat beton yang ramah lingkungan,
yaitu dengan mengurangi kadar semen pada setiap pengerjaan beton. Hal ini dapat
15
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
dilakukan melalui pengurangan porsi semen yang harus digantikan dengan bahan
material cementitious sebagai aditif yang berkualitas dengan kadar yang sesuai,
sehingga tetap diperoleh beton berkinerja tinggi. Aditif dimaksud seperti abu terbang,
silica fume yang diolah pada silo semen dengan teknologi beton modern yang dapat
memperoleh penghematan energy 21,1% (IPCC).
- Hebel
Komponen utama dinding bangunan dari Bahan Hebel dan B-panel sebagai alternative
pengganti dinding batu bata. Hebel yaitu bahan bangunan untuk dinding, berupa blok
dinding yang mempunyai keunggulan dari segi kekuatan dan efisiensi waktu pada
pelaksanaan dibandingkan bahan lain. Hebel ini terdiri dari material kapur, semen, pasir
silica dan air melalui teknologi penggilingan dan pemintalan dan pencampuran
kemudian dicetak dan dipotong sesuai dengan ukuran. Bentuk hebel ini membuat
efisien pada dimensi dinding, sehingga mengurang waste factor pemakaian bahan, dan
dapat dikategorikan bahan hemat sampah konstruksi.
- B-panel
Bahan bangunan dinding lain B-panel adalah panel beton pracetak-prategang, terbuat
dari perpaduan panel komposit beton reinforced–expanded polystyrene (EPS) yang
memiliki karakteristik insulasi thermal dan akustik serta tahana terhadap gempa. Bahan
ini 100% recyclable dapat didaur-ulang dan jangka pemakaian sangat lama (selama
umur bangunan), serta tidak beracun dan tidak membusuk, oleh karena itu merupakan
sistem bahan bangunan hemat energi dan ramah lingkungan yang inovatif.
- Genteng Beton
Atap bangunan dari genteng atau beton sebagai komponen penutup atap bangunan,
penutup atap bahan tanah liat genteng dengan teknologi pembakaran yang modern
(tunnel) dapat menciptakan genteng keramik. Bahan atap ini dapat mereduksi panas,
termasuk dengan pemilihan atap yang berwarna terang yang kuat menahan terik panas
matahari dan juga terhadap curah hujan.
- Roop Garden
Roof garden (penghijauan atap) melalui Prefabricated Extensive Green Roof Tray System
(PEG), yaitu bahan ramah lingkungan dan dibuat pra-fabrikasi, sistem modul,
implementasi praktis. Keunggulan bahan ini adalah dapat mengurangi panas pada
permukaan atap bangunan sebesar 8 derajat celcius sehingga menjadi lebih sejuk
(paten system milik United Premas Limited), menyerap CO2 dan mengeluarkan O2
sehingga memperbaiki kualitas udara, membantu menghilangkan partikel udara panas,
menyejukan udara karena mengurangi suhu permukaan atap melalui bayangan dan
evapotranspiration saat tanaman bernafas oleh karena kontribusi oksigen dari
pepohonan.
5. KESIMPULAN
Hasil pembahasan disimpulkan.
16
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
1. Konsep green building berupa pemaksimalan fungsi bangunan dalam beberapa aspek,
yaitu: a) Life cycle assessment (Uji AMDAL), b) Efisiensi Desain Struktur, c) Efisiensi
Energi, d) Efisiensi Air dan e) Efisiensi Material.
2. Green building (juga dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan yang
berkelanjutan) yaitu untuk dapat memenuhi kebutuhan generasi-generasi sekarang
maupun generasi berikutnya, mengacu pada proses yang bertanggung jawab terhadap
lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh siklus hidup-bangunan: mulai dari
penentuan tapak untuk desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi
pembongkaran.
3. Prinsip-prinsip Sustainable design dan continuously construction dengan
memperhatikan low-impact materials,energy efficiency, quality and durability, design for
reuse and recycling, biomimicry, service substitution dan renewability.
DAFTAR PUSTAKA
1. Allen & Iano, 2008. Fundamentals of building construction: materials and methods.
Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons Inc.
2. Agung C.Nugroho, 2011. Sertifikasi Arsitektur Bangunan Hijau Menuju Bangunan Yang
Ramah Lingkungan. Jurnal Teknik Arsitektur Universitas Bandar Lampung, Desember
2011.
3. Abduh Natsir, Dirawan Gufran D, 2015. Evaluation of Environmental and Socio-Cultural
Dimension of Sustainability Eco-Airport International Airport Sultan Hasanuddin. Jurnal
Environmental Volume: 95 (2015) issue No.3 (2015) Page:703-713, tahun 2015.
4. Abduh Natsir, Dirawan Gufran D, 2015. Analysis of Noise and Air Pollution on Sultan
Hasanuddin Internatioanl Airport Based Eco-Airport. Jurnal of Industrial Pollution
Control, 31 (1) (2015) pp 149-155, Tahun 2015.
5. Abduh Natsir, 2016. Pengembangan Bandara Udara Ramah Lingkungan Pada Bandar
Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar, Disertasi Universitas Negeri Makassar.
6. Baker, N.V.1987. Passive and Low Energy Building Design for Tropical Inland Climates,
London : The Commonwealth Secretariat. Intergovernmental Panel on climate change
4th,Assessment Report (2007) Findings.
7. Budihardjo,Eko. 1997 . Tata ruang dan lingkungan menuju pembangunan kota yang
Berkelanjutan. Jakarta: penerbit Jembatan.
8. Ghini, I. 2009. Konstruksi Bangunan Rumah Ramah Lingkungan. Kompas Forum [online].
Tersedia: http://forum.kompas.com/green-global-warming/18518-konstruksi-bangunan-
rumah-ramah-lingkungancyprus-house.html.
9. Hopkins, R. 2002. A Natural Way of Building. Transition Culture. Retrieved: 2007-03-30.
10. Hendai. (2011) jendela yang bekerja sebagai panel surya. [online]. Tersedia:
http://hendai9.wordpress.com/category/uncategorized/page/3.
11. Kresna. 2011. Bangunan Hijau (Green Building). [online]. Tersedia:
http://newkidjoy.blogspot.com/2011/05/bangunan-hijau-green-building.
12. Lasera, A. 2012. “Rumah Hemat Energi dan Ramah Lingkungan”. Makalah Kompetisi
Artikel Online 2012. Temanggung.
17
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
13. Lilo AC, Jati Utomo DW, Sri Sumarni, Jeni P, 2017. Kajian Penerapan Green Building Pada
Gedung Bank Indonesia Surakarta. Jurnal UNS 2017.
14. Munir, A. 2009. “Sains Arsitektur 2”. Makalah Peneilitian Pemasangan Green Panel
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
15. Nanda F, Syahrizal dan Andi Putra R, 2017. Penilaian Kriteria Green Building Pada
Bangunan Gedung Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Jurnal Teknik Fomit 3 (2)
ITS.
16. R. Andini, 2012. Analisa Pengaruh Penerapan Konsep Green Building Terhadap
Keputusan Investasi Pada National Hospital Surabaya. Jurnal Teknik ITS Vol. 1, No. 1
(Sept.2012) ISSN 2301-9271 Surabaya ITS.
17. Rifki Achmad, Abduh Natsir, Dirawan Gufran D, 2016. Environmental sustainability: the
case of the Sultan Hasanuddin International Airport, Makassar South Sulawesi, 2016.
Jurnal World Transactions on Engineering and Technology Education. Volume 14, No.3,
2016, Tahun 2016.
18. Sulistiyowati.(2009). Pengelolaan Bangunan Ramah Lingkungan.Jakarta: Kementrian
Negara Lingkungan Hidup. http://en.wikipedia.org/wiki/Green_building.
19. Simon Guy dan Graham Farmer, 2013. Teknologi Bahan Inovatif Pada Pembangunan
Berkelanjutan (Translate), Univesity of Newcastle Upon Tyne.
20. US EPA 2006. Green Building. U.S. Environmental Protection Agency
21. Yefrichan. 2010. Jenis-Jenis Panel Sel Surya. [online].
http://yefrichan.wordpress.com/tag/teknologi-surya/page/7.