teknologi green pada bangunan berkelanjutan … · pembangkit listrik di indonesia pada sector...

17
1 Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017 TEKNOLOGI GREEN PADA BANGUNAN BERKELANJUTAN M. Natsir Abduh Jurusan Teknik Sipil, FakultasTeknik, Universitas Bosowa Email: [email protected] . ABSTRAK Perkembangan bangunan merupakan salah satu sektor penyumbang terbesar terjadinya pemanasan global. Fenomena alam tentang global warming atau pemanasan global telah disadari oleh seluruh umat manusia sebagai dampak dari aktivitas manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada di muka bumi. Bangunan teknik sipil dalam perencanaan, penggunaan bahan atau material ramah lingkungan serta pelaksanaan tidak efisien dan ramah lingkungan akan memicu dampak kerusakan lingkungan yang cukup besar. Upaya yang bisa dilakukan oleh manusia hanya menahan laju dari dampak tersebut. Dalam studi literatur ini beberapa upaya-upaya yang dilakukan sehingga munculah Konsep Green Technology/Teknologi Hijau atau dapat disebut juga Clean Technology/Enviromental Technology. Integrasi antara teknologi modern dan ilmu lingkungan yang diaplikasikan untuk melestarikan pemenuhan kebutuhan masyarakat secara berkelanjutan di masa depan tanpa merubah lingkungan dan sumber daya alam. Green building (Green Construction), mengacu pada aspek tata guna lahan, penggunaan material yang mudah terbarukan, penghematan energi, hemat air bersih, hemat bahan/material bangunan, kualitas udara dalam ruangan, kebisingan dan memperhatikan kesehatan perhuninya berdasarkan kaidah pembangunan berkelanjutan (Abduh Natsir, 2016). Upaya untuk menghasilkan bangunan ramah lingkungan, yaitu sejak perencanaan pembangunan, operasional, pemeliharaan, renovasi bahkan sampai pembongkaran. Konsep green building berupa pemaksimalan fungsi bangunan dalam beberapa aspek, yaitu: a) Life cycle assessment (Uji AMDAL), b) Efisiensi Desain Struktur, c) Efisiensi Energi, d) Efisiensi Air dan e) Efisiensi Material. Prinsip-prinsip Sustainable design dan continuously construction dengan memperhatikan low-impact materials, energy efficiency, quality dan durability, design for reuse dan recycling, biomimicry, service substitution dan renewability. Kata Kunci: Bangunan Berkelanjutan, Green Building, Green Material. 1. PENDAHULUAN Pemanasan global telah menjadi salah satu isu penting yang disuarakan di sejumlah negara. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca. Konsentrasi CO2 di udara dari waktu ke waktu cenderung mengalami peningkatan terlebih setelah terjadi revolusi industri (Salim, 2010). Perkembangan bangunan yang merupakan salah satu sektor penyumbang terbesar terjadinya pemanasan global. Semen sebagai bahan utama dalam pembangunan, ternyata dalam produksinya merupakan penyumbang gas CO2 yang cukup besar. Data dari Inter-Governmental Panel on climate Change/IPCC pabrik semen dalam setahun menghasilkan gas CO2 sekitar 930 juta ton, menempati urutan kedua setelah pembangkit tenaga lintrik atau dengan kata lain berkontribusi sekitar 7% dari total emisi gas CO2 yang berkisar 13.470 juta ton/tahun. Fenomena alam

Upload: volien

Post on 06-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TEKNOLOGI GREEN PADA BANGUNAN BERKELANJUTAN … · Pembangkit listrik di Indonesia pada sector ketenagakelistrikan saat ini masih didominasi oleh penggunaan bahan bakar fosil, khususnya

1

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

TEKNOLOGI GREEN PADA BANGUNAN BERKELANJUTAN

M. Natsir Abduh Jurusan Teknik Sipil, FakultasTeknik, Universitas Bosowa

Email: [email protected]

.

ABSTRAK Perkembangan bangunan merupakan salah satu sektor penyumbang terbesar terjadinya pemanasan

global. Fenomena alam tentang global warming atau pemanasan global telah disadari oleh seluruh umat

manusia sebagai dampak dari aktivitas manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada di

muka bumi. Bangunan teknik sipil dalam perencanaan, penggunaan bahan atau material ramah

lingkungan serta pelaksanaan tidak efisien dan ramah lingkungan akan memicu dampak kerusakan

lingkungan yang cukup besar. Upaya yang bisa dilakukan oleh manusia hanya menahan laju dari dampak

tersebut. Dalam studi literatur ini beberapa upaya-upaya yang dilakukan sehingga munculah Konsep

Green Technology/Teknologi Hijau atau dapat disebut juga Clean Technology/Enviromental Technology.

Integrasi antara teknologi modern dan ilmu lingkungan yang diaplikasikan untuk melestarikan

pemenuhan kebutuhan masyarakat secara berkelanjutan di masa depan tanpa merubah lingkungan dan

sumber daya alam. Green building (Green Construction), mengacu pada aspek tata guna lahan,

penggunaan material yang mudah terbarukan, penghematan energi, hemat air bersih, hemat

bahan/material bangunan, kualitas udara dalam ruangan, kebisingan dan memperhatikan kesehatan

perhuninya berdasarkan kaidah pembangunan berkelanjutan (Abduh Natsir, 2016). Upaya untuk

menghasilkan bangunan ramah lingkungan, yaitu sejak perencanaan pembangunan, operasional,

pemeliharaan, renovasi bahkan sampai pembongkaran. Konsep green building berupa pemaksimalan

fungsi bangunan dalam beberapa aspek, yaitu: a) Life cycle assessment (Uji AMDAL), b) Efisiensi Desain

Struktur, c) Efisiensi Energi, d) Efisiensi Air dan e) Efisiensi Material. Prinsip-prinsip Sustainable design dan

continuously construction dengan memperhatikan low-impact materials, energy efficiency, quality dan

durability, design for reuse dan recycling, biomimicry, service substitution dan renewability.

Kata Kunci: Bangunan Berkelanjutan, Green Building, Green Material.

1. PENDAHULUAN

Pemanasan global telah menjadi salah satu isu penting yang disuarakan di sejumlah

negara. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa sebagian

besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar

disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui

efek rumah kaca. Konsentrasi CO2 di udara dari waktu ke waktu cenderung mengalami

peningkatan terlebih setelah terjadi revolusi industri (Salim, 2010). Perkembangan bangunan

yang merupakan salah satu sektor penyumbang terbesar terjadinya pemanasan global.

Semen sebagai bahan utama dalam pembangunan, ternyata dalam produksinya

merupakan penyumbang gas CO2 yang cukup besar. Data dari Inter-Governmental Panel on

climate Change/IPCC pabrik semen dalam setahun menghasilkan gas CO2 sekitar 930 juta ton,

menempati urutan kedua setelah pembangkit tenaga lintrik atau dengan kata lain berkontribusi

sekitar 7% dari total emisi gas CO2 yang berkisar 13.470 juta ton/tahun. Fenomena alam

Page 2: TEKNOLOGI GREEN PADA BANGUNAN BERKELANJUTAN … · Pembangkit listrik di Indonesia pada sector ketenagakelistrikan saat ini masih didominasi oleh penggunaan bahan bakar fosil, khususnya

2

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

tentang global warming atau pemanasan global telah disadari oleh seluruh umat manusia

sebagai dampak dari aktivitas manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam di muka bumi.

Isu tentang Green Building atau bangunan hijau muncul setelah isu lingkungan yang

bermuara pada pemanasan global (global warming) disuarakan. Gerakan ini merupakan upaya

dalam mengelola bangunan dan lingkungan sehingga dapat bermanfaat bagi generasi

sekarang maupun generasi akan datang. Sisa material dari proses atau kegiatan dalam setiap

bangunan yang tidak dikelola dengan baik dapat mencemari lingkungan sekitar yang akan

berdampak buruk terhadap kehidupan. Kecenderungan peningkatan nilai dan jumlah konstruksi

dari tahun ke tahun sehingga berdampak pada berkurangnya cadangan sumber daya alam dan

bertambahnya limbah yang dihasilkan.

Pencemaran atau polusi dan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan

menyebabkan semakin menurunnya daya dukung lingkungan. Pemenuhan kebutuhan untuk

pembangunan dalam aspek pertumbuhan ekonomi sering dilakukan tanpa mengindahkan

lingkungan. Berkurangnya lahan produktif, menyempitnya ruang terbuka hijau peruntukan area

resapan air menjadi salah satu faktor munculnya gerakan green building.

Dampak pemanasan glogal mendorong pergerakan ke arah pembangunan

berkelanjutan melalui usaha peningkatkan efisiensi ekonomi, pengaruh sosial budaya,

perlindungan terhadap ekosistem dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Aspek penting

dalam pembangunan berkelanjutan adalah proses konstruksi yang berkelanjutan.

Penyajikan studi literatur dalam penulisan terhadap green building (green contruction)

dan hubungannya dengan pembangunan berkelanjutan diperlukan untuk menjawab masalah

bangunan yang menjadi tantangan teknik sipil. Tinjauan terhadap green building dan

hubungannya dengan pembangunan berkelanjutan, khususnya mengenai standar aspek

penataan lahan, pemanfaatan material terbarukan, penghematan energi, hemat air bersih,

hemat bahan/material bangunan, kualitas udara dalam ruangan, kebisingan dan

memperhatikan kesehatan penghuninya berdasarkan kaidah pembangunan berkelanjutan

(Abduh Natsir, 2016).

2. KAJIAN LITERATUR

Teknologi ramah lingkungan telah ramai dikampanyekan, dikenalkan pada masyarakat

dengan konsep ramah lingkungan. Selain itu perusahaan-perusahaan mulai diwajibkan untuk

menggunakan teknologi yang ramah lingkungan dan penanganan pengolahan limbah sesuai

dengan standard yang telah ditetapkan oleh lembaga-lembaga terkait, seperti dengan adanya

ISO 4001 tentang lingkungan. Kelangkaan BBM & BBG serta fenomena global warming

menyebabkan setiap bidang keilmuwan berlomba untuk melakukan inovasi penggunaan

energi-energi alternatif selain minyak dan gas bumi. Bidang-bidang keilmuan berlomba

menciptakan dan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan Green Technology. Energi

alternatif yang banyak dieksplorasi oleh para ahli agar bisa digunakan sebagai pengganti BBM

dan BBG adalah energi matahari, angin, biofuel, biogas, dan bioetanol. Indonesia merupakan

negara tropis yang dilewati oleh garis khatuliswa sehingga mendapatkan sinar matahari yang

cukup sepanjang tahun. Kondisi geografis ini sehingga energi alternatif matahari sangat cocok

diterapkan.

Page 3: TEKNOLOGI GREEN PADA BANGUNAN BERKELANJUTAN … · Pembangkit listrik di Indonesia pada sector ketenagakelistrikan saat ini masih didominasi oleh penggunaan bahan bakar fosil, khususnya

3

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

Konstruksi bangunan rumah harus memperhatikan unsur penggunaan bahan/material

dan bentuk bangunan yang mampu mengurangi penggunaan lampu untuk pencahayaan,

penggunaan air condition (AC) untuk pendingin, serta sistem pembuangan limbah yang baik.

2.1. Green Building (Green Construction)

Pengertian Green Building dalam bahasa indonesia adalah berupa bangunan hijau. Arti

yang sebenarnya yaitu sebuah konsep tentang merencanakan suatu bangunan yang ramah

terhadap lingkungan. Green building disebut bangunan yang berkelanjutan mengacu pada

struktur dalam proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang

efisien pada tahapan pelaksanaan bangunan. Perencanaan dimulai dari penentuan tapak,

desain konstruksi, operasional, pemeliharaan, maupun renovasi dan pembongkaran. Akan

tetapi yang lebih penting didahului dengan Uji Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL). Dalam melakukan suatu perencanaan bangunan seharusnya melakukan kajian

AMDAL apakah dalam pengadaan bangunan tersebut dapat mempengaruhi lingkungan sekitar

baik itu segi sosial, ekonomi ataupun alam sekitar. Apabila dalam hasil kajian memberikan

pengaruh yang cukup besar maka bangunan tersebut sudah menyalahi konsep dasar dari green

building. Hal ini membutuhkan kerjasama yang erat dari semua pihak yang berkepentingan

pada semua tahapan pembangunan. Konsep Green Building melengkapi desain bangunan yang

memperhatikan sisi ekonomis, utilitas, daya tahan, dan kenyamanan.

Green Building atau Green Construction, ialah sebuah gerakan berkelanjutan yang mencita-

citakan terciptanya konstruksi terutama bangunan gedung mulai dari tahap perencanaan,

pelaksanaan dan pemakaian produk konstruksi yang ramah lingkungan, efisien dalam

pemakaian energi dan sumber daya, serta biaya rendah (Kresna, 2011)

Green Building (Green Construction) atau Gerakan konstruksi hijau ini mengarah pada

keberlanjutan atau sustainabilitas yang mengedepankan keseimbangan antara keuntungan

jangka pendek terhadap resiko jangka panjang. Bentuk usaha dalam pengelolaan tidak merusak

kesehatan, keamanan dan kesejahteraan masa depan, memperhatikan aspek lingkungan atau

yang bernuansa alam. Kegiatan konstruksi dan operasional bangunan menggunakan hampir 40

% dari seluruh energi dan sumber daya alam, 40 % dari emisi gas rumah kaca dihasilkan dari

industri konstruksi, dan 40 % menghasilkan limbah konstruksi dan bangunan (United Nations

Environment Programme UNEP, 2007).

Konsumsi sumber daya alam dan energi secara spesifik belum ada penelitian mengenai

jenis pekerjaan konstruksi yang mengkonsumsi sumber daya alam paling besar dan

menghasilkan limbah paling banyak. Umumnya pemanfaatan sumber daya alam dan produksi

limbah tegantung pada jenis kegiatan konstruksi (Wulfram I.Ervianto, 2012).

a. Tata Guna Lahan

Tata guna lahan atau land use merupakan pengaturan penggunaan lahan. Usaha

penerapan penggunaan lahan yang terencana sehingga pemanfaatannya tepat, meliputi

pemanfaatn lingkungan yang maksimal, termasuk kemudahan akses fasilitas umum, akses

pejalan kaki dan penyediaan air bersih yang efisien. Menata ruang terbuka hijau (RTH) sekaligus

tata pendingin udara agar tidak menimbulkan kenaikan suhu. Tujuan utama dalam mengatur

tata letak tersebut adalah untuk mereduksi penggunaan energi.

Page 4: TEKNOLOGI GREEN PADA BANGUNAN BERKELANJUTAN … · Pembangkit listrik di Indonesia pada sector ketenagakelistrikan saat ini masih didominasi oleh penggunaan bahan bakar fosil, khususnya

4

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

Bentuk pendekatan “figure ground” adalah suatu bentuk usaha mengolah pola “existing figure

ground” melalui cara penambahan, pengurangan atau merubah pola geometris. Disamping itu

merupakan bentuk analisis hubungan antara massa bengunan dengan ruang terbuka figure

ground yang menekankan adanya open space. Melalui figure ground plant dapat diketahui pola

atau tipologi, konfigurasi solid void yang merupakan elementasi kawasan. Pengaturan

penggunaan lahan terdiri dari lahan terbangun (urban solid) dan lahan terbuka (urban void).

- Urban Solid, yaitu berupa bangunan dan blok-blok kosong dengan tipe yang terdiri dari;

massa bangunan, persil lahan blok hunian yang ditonjolkan dan edges yang berupa

bangunan.

- Urban void, yaitu ruang kosong yang terdapat diantara tatanan bangunan yang dibentuk

oleh danya ruang terbuka, seperti jalan yang merupakan ruang penghubung. Tipe urban

void terdiri dari; ruang terbula berupa pekarangan, jaringan utama jalan dan lapangan

untuk public, serta area parkir.

b. Pemilihan Material

Green building dibutuhkan pemilihan material yang tepat dengan menggunakan

material yang awet serta material yang dapat didaur ulang. Pengertian awet bahwa tidak

dibutuhkan penggantian berkala sehingga didalamnya terdapat unsur efisiensi. Pemilihan

material dengan inovasi atau mendapat lisensi ramah lingkungan. Banyak pilihan terhadap

material ramah lingkungan atau alternatif Bahan Bangunan Hijau. Namun dengan isu ilegal

logging yang masih banyak penggunaan kayu sebagai material mulai ditinggalkan untuk

kelestarian lingkungan. Penggunaan batu alam, gypsum, bahan dinding seperti hebel dan b-

panel, alumunium serta baja ringanpun menjadi pilihan yang tepat. Karena selain ramah

lingkungan juga mampu menunjang ketahanan bangunan dan tentunya healthy conditional.

Beberapa kriteria material ramah lingkungan sebagai berikut:

- Tidak beracun, baik sebelum maupun sesudah dimanfaatkan

- Proses pembuatannya tidak menghasilkan zat-zat berbahaya bagi lingkungan

- Memberi kesan bersinergi dengan alam, atau semakin dekat dengan alam karena kesan

alami dari material tersebut (misalnya bata mengingatkan kita pada tanah, kayu pada

pepohonan)

- Bisa didapatkan dengan mudah dan dekat (tidak memerlukan ongkos atau proses

memindahkan yang besar, karena menghemat energi BBM untuk memindahkan material

tersebut ke lokasi pembangunan)

- Bahan material yang dapat terurai dengan mudah secara alami

c. Efisiensi Penggunaan Energi

Bangunan di area dengan pencahayaan dan sirkulasi udara yang cukup, memerlukan

enegi listrik untuk penerangan dan AC yang efisien. Efisiensi energi dalam hal aspek lahan yaitu

dengan cara merancang lahan dan bangunan dengan mempertimbangkan aspek penghematan

penggunaan energi. Pengalihan fungsi area tanam menjadi bangunan menyumbang emisi CO2

sebesar 18,3 %. Kemudian jika bangunan sudah dipakai baik sebagai rumah tinggal atau

bangunan komersial menyumbang emisi CO2 sebesar lebih dari 15 %.

Page 5: TEKNOLOGI GREEN PADA BANGUNAN BERKELANJUTAN … · Pembangkit listrik di Indonesia pada sector ketenagakelistrikan saat ini masih didominasi oleh penggunaan bahan bakar fosil, khususnya

5

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

Intensitas Konsumsi Energi (IKE) adalah besar energi yang digunakan suatu bangunan

gedung perluas area yang dikondisikan dalam satu bulan atau satu tahun. Area yang

dikondisikan adalah area yang diatur temperatur ruangannya sedemikian rupa sehingga

memenuhi standar kenyamanan dengan udara sejuk disuplai dari sistem tata udara gedung.

Menurut Outlook Energi Nasioal 2011, dalam kurun waktu 2000-2009 konsumsi energi

Indonesia meningkat dari 709,1 juta SBM (Setara Barel Minyak/BOE) ke 865,4 juta SBM),

meningkat rata-rata sebesar 2,2 % pertahun. Sampai pada tahun 2011, konsumsi energi terbesar

masih dikuasai oleh sektor industry, kemudian diikuti sektor rumah tangga dan sektor

transportasi.

Pembangkit listrik di Indonesia pada sector ketenagakelistrikan saat ini masih didominasi

oleh penggunaan bahan bakar fosil, khususnya batubara. Daerah yang masih mengalami

kekurangan energi listrik seperti Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara dan Papua. Pembangkit

listrik daerah ini masih menggunakan BBM dengan komponen biaya pembangkitan merupakan

komponen terbesar. Energi alternatif selain dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuh efisiensi

atau penghematan melalui penerapan energi yang dapat diperbaharui seperti panel surya.

Gambar 1. Garfik Laju Konsumsi Energi Per-Sektor

d. Efisiensi Penggunaan Air

Data WHO (2000), diperkirakan terdapat 2 milyar manusia perhari terkena dampak

kekurangan air pada lebih dari 40 negara didunia. Sebanyak 1,1 milyar tidak mendapatkan air

yang cukup dan 2,4 milyar tidak mendapatkan sanitasi yang layk. Sedangkan pada tahun 2050

diprediksi bahwa 1 dari 4 orang akan terkena dampak dari kekurangan air bersih (Gardner-

Outlaw and Engelman, 1997 dalam UN, 2003).

Di Indonesia dengan jumlah penduduk mencapai lebih 200 juta, kebutuhan air bersih

menjadi sesuatu yang utama. Kecenderungan konsumsi air diperkirakan meningkat 15%-35%

Page 6: TEKNOLOGI GREEN PADA BANGUNAN BERKELANJUTAN … · Pembangkit listrik di Indonesia pada sector ketenagakelistrikan saat ini masih didominasi oleh penggunaan bahan bakar fosil, khususnya

6

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

perkapita-pertahun. Ketersediaan air bersih cenderung berkurang akibat kerusakan alam dan

pencemaran.

Pengadaan air bersih di Indonesia untuk skala yang besar masih terpusat di daerah

perkotaan, dan dikelola oleh Perusahan Air Minum (PAM) pada kota yang bersangkutan.

Namun demikian secara nasional jumlahnya masih belum mencukupi dan dapat dikatakan

relatif kecil yakni 16,08 %. Daerah yang belum mendapatkan pelayanan air bersih dari PAM

umumnya menggunakan air tanah (sumur), air sungai, air hujan, air sumber (mata air) dan

lainnya. Prosentasi banyaknya rumah tangga dan sumber air minum yang digunakan di

berbagai daerah di Indonesia sangat bervariasi tergantung dari kondisi geografisnya (Survey

Penduduk Antar Sensus-SUPAS, 1995). Secara nasional sumber kebutuhan air penduduk

Indonesia dapat digambarkan pada Gambar 2.

Sekitar 119 juta rakyat Indonesia belum memiliki akses terhadap air bersih (Suara

Pembaruan 23 Maret 2007). Penduduk Indonesia yang dapat mengakses air bersih untuk

kebutuhan sehari-hari baru mencapai 20 % dari total penduduk Indonesia dan ini didominasi

bagi yang tinggal di perkotaan. Sisanya 80 % rakyat Indonesia terpaksa mempergunakan air

yang tidak layak secara kesehatan. Diperkirakan tahun 2019 jumlah penduduk perkotaan

mencapai 150,2 juta jiwa dengan konsumsi per-kapita sebesar 125 liter, sehingga kebutuhan air

mencapai 18,775 milyar liter per-hari. Menurut LIPI pada tahun 2015, kebutuhan air untuk

industri akan melonjak sebesar 700 %, perumahan naik rata-rata 65 % dan produksi pangan

naik 100 %.

Riskesdas (2010) dalam UNICEF (2012), prosentase rumah tangga untuk mendapatkan

akses ke sumber air bersih dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 2. Hasil SUPAS tentang Sumber Air Minum

Page 7: TEKNOLOGI GREEN PADA BANGUNAN BERKELANJUTAN … · Pembangkit listrik di Indonesia pada sector ketenagakelistrikan saat ini masih didominasi oleh penggunaan bahan bakar fosil, khususnya

7

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

Gambar 3. Akses Air Bersih Berdasarkan Provinsi di Indonesia.

Gambar 4. Berbagai Konsumsi Air Bersih Rumah Tangga

Page 8: TEKNOLOGI GREEN PADA BANGUNAN BERKELANJUTAN … · Pembangkit listrik di Indonesia pada sector ketenagakelistrikan saat ini masih didominasi oleh penggunaan bahan bakar fosil, khususnya

8

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

Tidak ada yang mengetahui secara pasti berapa banyak air yang dikonsumsi oleh

penduduk Indonesia setiap harinya. Dibutuhkan pendekatan matematika sederhana, dan belum

menghitung tambahan air yang diperlukan untuk mencuci pakaian, membersihkan rumah dan

kebutuhan rumah tangga, berkebun dan sanitasi lainnya. Menurut WHO kebutuhan dapat

mencapai 70 liter per-individu per-hari. Perhitungan ini pun belum memasukkan kebutuhan air

untuk kebutuhan pertanian dan industri.

Mengacu pada perhitungan WHO (2010), kebutuhan air adalah 30 liter per-individu per-

hari, yaitu 10 liter untuk minum dan 20 liter untuk sanitasi. Asumsi pada akhir tahun 2014, jumlah

penduduk Indonesia 252 juta orang (mengambil angka pembulatan dari BPS, 2014 dan rata-rata

tanpa memandang demografi penduduk), maka per-hari jumlah air yang dikonsumsi oleh

penduduk Indonesia adalah 7,56 milyar liter.

e. Managemen Lingkungan

Sistem manajemen lingkungan (SML) adalah sistem manajemen yang berencana,

menjadwalkan, menerapkan dan membantu kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk

meningkatkan kinerja lingkungan (Tibor dan Feldman, 1996). Menerapkan manajemen

lingkungan merupakan salah satu konsep green building, termasuk pemanfaatan lahan,

menjaga dan memanajemen pelaksanaan serta pengawasan bangunan. Konsistensi terhadap

tata guna lahan, penerapan pemanfaatan material ramah lingkungan (Green Material) dan

efisiensi energi. Manajemen terhadap kebersihan lingkungan dan merupakan sesuatu yang

harus dilakukan dan persampahan melalui daur ulang (recycle).

Keuntungan membangun dengan konsep green building:

- Green Building menghemat energi. Hal ini dipengaruhi oleh desain bangunan, ventilasi

udara, penggunaan solar panel.

- Penggunaan air yang lebih hemat. Seluruh sistem yang menggunakan air, terutama pada

toilet, didesain menghemat penggunaan air, seperti flush pada toilet, teknologi water sense

pada dish washers, dan masih banyak lagi.

- Green Building menyehatkan untuk manusia. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat kelembaban

udara, ventilasi yang sangat memadai, dan filtrasi udara.

- Green Building mengurangi sampah / limbah yang ditimbulkan manusia. Hal ini

dikarenakan, hampir seluruh bahan bangunan yang digunakan berasal dari daur ulang yang

dimana ini memenuhi konsep penyelamatan lingkungan yang sangat sederhana, yaitu

Reduce, Reuse, dan Recycle.

Dari keempat keuntungan membangun tersebut, semuanya berperan

dalam mengurangi emisi karbon yang dibuang. Pemakaian kaca pada kaseluruhan bangunan,

dan penggunaan solar panel, dapat mengurangi tingkat penggunaan listrik.

2.2. Green Material

Berkembangnya budaya dan teknologi mengakibatkan kebutuhan manusia dalam

memenuhi kehidupan terus meningkat, sementara daya dukung alam semakin menurun. Usaha

yang berkelanjutan dalam menjaga kelestarian lingkungan dan alam, sehingga kebutuhan

manusia tetap dipenuhi dengan baik.

Page 9: TEKNOLOGI GREEN PADA BANGUNAN BERKELANJUTAN … · Pembangkit listrik di Indonesia pada sector ketenagakelistrikan saat ini masih didominasi oleh penggunaan bahan bakar fosil, khususnya

9

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

Pembangunan telah banyak menghabiskan sumber daya alam dan mengakibatkan

kerusakan lingkungan. Pembangunan ini mempunyai pengaruh negatif terhadap sosial-ekonomi

maupun budaya suatu daerah. Perencanaan dan penggunaan material yang ramah lingkungan,

design interior dan exterior juga dilakukan untuk penerapan ramah lingkungan. Pemilihan

material yang tepat bagi pembangunan, menghemat sumber daya alam yang dipakai, akan

berakibat positif terhadap kelestarian lingkungan.

Para produsen berlomba melahirkan inovasi bahan bangunan ramah lingkungan dalam

penerapan Green Material sekaligus untuk memenuhi persaingan pasar. Penerapan Green

Material menuntut melakukan inovasi sehingga bangunan didesain menggunakan material

ramah lingkungan.

Material yang ramah lingkungan yang umum dipergunakan pada bangunan, misalnya;

batu bata, semen, batu alam, keramik lokal, kayu, dan sebagainya. Semen, keramik, batu bata,

aluminium, kaca, dan baja sebagai bahan baku utama dalam pembuatan sebuah bangunan

berperan penting dalam mewujudkan konsep bangunan ramah lingkungan. Hutan sebagai

paru–paru bumi telah banyak di eksploitasi sehingga alternative lain adalah penggunaan baja

ringan pengganti kayu alam sebagai salah satu perwujudan Green Material. Material ramah

lingkungan dapat diukur dari kriteria seperti kayu yang makin sulit didapat, tetapi apabila

dipakai dengan hemat dan benar bisa membuat kita merasa semakin dekat dengan alam.

2.3. Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan merupakan sebuah upaya pembangunan yang meliputi

aspek ekonomi, sosial, lingkungan bahkan budaya untuk kebutuhan masa kini tetapi tidak

mengorbankan atau mengurangi kebutuhan generasi yang akan datang. Konsep ini menuntut

keselarasan antara lingkungan, sosial dan ekonomi dari daerah tersebut.

Secara umum ciri-ciri pembangunan berkelanjutan yakni pembangunan yang dilaksanakan

mampu meminimalkan pencemaran lingkungan, memperhatikan lingkungan fisik dan sosialnya,

dilakukan dengan melihat nilai-nilai dasar pada kemanusian. Hal lain bahwa memperhatikan

moral yang dianut masyarakat, bersifat fundamental dan ideal serta berjangka panjang dan

pendek, serta berpedoman untuk selalu mempertahankan stabilitas ekonomi, politik, sosial

budaya dan keamanan nasional.

Konsep keberlanjutan telah berkembang kedalam berbagai isu lain secara komprehensif,

selain isu lingkungan, ekonomi dan sosial. Isu lingkungan seperti emisi gas buang, perubahan

iklim, keaneka ragaman hayati, perlindungan habitat, estetika. Isu ekonomi seperti produktivitas,

aktivasi ekonomi, tenaga kerja dan isu sosial seperti pemerataan, kesehatan, nilai-nilai budaya,

dan peran serta masyarakat. Pengembangan infrastruktur berkelanjutan tersebut seharusnya

mengedepankan keseimbangan dan integrasi aspek fisik-lingkungan, sosial-budaya dan

ekonomi (Dorodjatun, 2011).

Salah satu aspek penting dalam pembangunan berkelanjutan adalah proses konstruksi

berkelanjutan dengan menggunakan metode pelaksanaan serta penggunaan material yang

tepat, efisien dan ramah lingkungan. Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development

menjadi wacana pada event-event Seminar Go Green, isu pemanasan Global dan solusi-solusi

untuk mengatasinya bermunculan mulai dari Rancangan Bangunan Ramah Lingkungan,

Bangunan Hemat Energi, kemudian muncul beberapa penilaian terhadap kawasan maupun

Page 10: TEKNOLOGI GREEN PADA BANGUNAN BERKELANJUTAN … · Pembangkit listrik di Indonesia pada sector ketenagakelistrikan saat ini masih didominasi oleh penggunaan bahan bakar fosil, khususnya

10

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

bangunan yang dinilai/rating memenuhi Green Environment dan Green Building oleh GBCI

(Green Building Council Indonesia); LEED yang dirumuskan oleh para pakar/pengandil

Lingkungan.

Berbicara tentang Pembanguan Berkelanjutan berarti mencakup material ramah

lingkungan dan metode konstruksi yang hemat bahan dan hemat energi, menggabungkan

material (alam dan buatan); metode konstruksi dan teknologi inovasi menciptakan desain

bangunan yang ramah lingkungan (green building). Apabila dikaitkan dengan penggunaan

teknologi hemat energi dan inovatif, pendekatan pada logika eko-teknik untuk melestarikan

energi pemenuhan kebutuhan yang merupakan dua dari enam logika dalam pendekatan

Pembangunan Berkelanjutan (Simon Guy dan Graham Farmer, 2013).

3. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif melalui metode penelitian literatur

atau penelitian kepustakaan. Metode yang digunakan dalam pencarian data, atau cara

pengamatan (bentuk observasi) secara mendalam terhadap tema yang diteliti. Dalam penelitian

ini memuat beberapa gagasan atau teori yang saling berkaitan secara kukuh serta didukung

oleh data-data dari sumber pustaka. Sumber bahan kajian adalah jurnal penelitian ilmiah

nasional maupun internasional, disertasi, tesis, skripsi, laporan penelitian ilmiah, buku-buku teks

yang dapat dipertanggungjawabkan asal usulnya, makalah, laporan/kesimpulan seminar,

catatan/rekaman diskusi ilmiah, tulisan-tulisan resmi terbitan pemerintah dan lembaga-lembaga

lain.

Beberapa data-data pustaka yang didapatkan dibahas secara mendalam dan teliti

sebagai pendukung atau penentang gagasan atau teori awal untuk menghasilkan kesimpulan.

Kesimpulan penelitian kepustakaan salah satunya dapat diperoleh dengan cara mengumpulkan

data/informasi dari berbagai sumber pustaka kemudian diolah dan disajikan dengan cara baru

untuk memperoleh kepentingan yang baru.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Konsep Green Building

Green Building pada skala yang lebih kecil dan cenderung untuk berfokus pada

penggunaan material-material yang digunakan yaitu material-material yang tersedia secara

lokal. Konsep ini ada untuk dapat memenuhi kebutuhan generasi-generasi berikutnya mulai dari

sekarang.

Green building merupakan suatu pembangunan yang mengarah pada perencanaan,

pelaksanaan dan pengawasan yang memperhatikan lingkungan. Hemat sumber daya sepanjang

siklus hidup bangunan, pemilihan lokasi atau tata guna lahan, desain konstruksi, operasional

dan perawatan serta renovasi bangunan, bahkan sampai pada peruntuhan. Konsep ini

memperluas dan melengkapi desain bangunan dengan memperhatikan sisi ekonomi, utilitas,

durabilitas, dan kenyamanan (US EPA, 2009).

Penerapan konsep green building memperkenalkan tentang perbaikan perilaku manusia

dan teknologi terhadap bangunan sehingga dapat menyumbangkan dampak yang cukup

Page 11: TEKNOLOGI GREEN PADA BANGUNAN BERKELANJUTAN … · Pembangkit listrik di Indonesia pada sector ketenagakelistrikan saat ini masih didominasi oleh penggunaan bahan bakar fosil, khususnya

11

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

banyak dalam mengatasi kerusakan lingkungan atau terhadap pemanasan global. Secara umum

ada tiga elemen-elemen bidang utama yang perlu di pertimbangkan dalam green building

yakni; a) Life Cycle Assessment, b) Efisiensi Desain Struktur, c) Efisiensi Energi.

Konsep green building berupa pemaksimalan fungsi bangunan dalam beberapa aspek,

yaitu: a) Life cycle assessment (Uji AMDAL), b) Efisiensi Desain Struktur, c) Efisiensi Energi, d)

Efisiensi Air dan e) Efisiensi Material.

a. Life Cycle Assesment (Uji AMDAL)

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dibutuhkan dalam pengadaan

bangunan yang kemungkinan memberi dampak terhadap lingkungan sekitar, baik dari segi

sosial, budaya, ekonomi maupun keamanan. Dalam konsep green building menunjukkan hasil

analisis tidak memberikan pengaruh atau dampak buruk yang besar terhadap lingkungan

sekitar.

Gambar 5. Beberapa Komponen Yang Diperhatikan

b. Efisiensi Desain Struktur

Setiap bangunan konstruksi bermula pada tahap konsep dan desain. Tahap konsep

pada kenyataannya merupakan salah satu langkah utama dalam proyek yang memiliki dampak

terbesar pada biaya dan kinerja proyek. Tujuan utama adalah merencanakan bangungan yang

memiliki konsep green building adalah untuk meminimalkan dampak yang akan disebabkan

dalam bangunan tersebut baik itu selama pelaksanaan dan selama penggunaan. Perencanaan

bangunan gedung yang tidak efisien dalam struktur juga memberikan efek buruk terhadap

lingkungan, yaitu pemakaian bahan bangunan yang sangat banyak sehingga terjadi

pemborosan.

Page 12: TEKNOLOGI GREEN PADA BANGUNAN BERKELANJUTAN … · Pembangkit listrik di Indonesia pada sector ketenagakelistrikan saat ini masih didominasi oleh penggunaan bahan bakar fosil, khususnya

12

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

c. Efisiensi Energi

Konsumsi energi–baik energi yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari, seperti

kondisi bangunan dengan mudahnya angin dan sinar matahari masuk kedalam bangunan,

energi penggunaan listrik.

Penggunaan energi operasional, penggunaan jendela yang se-efisiensi dan insulasi pada

dinding, plafon atau tempat masuknya aliran udara ke dalam bangunan gedung. Selain itu

desain bangunan surya pasif, sering dilaksanakan di rumah-rumah rendah energi. Penempatan

jendela yang efektif (pencahayaan) dapat memberikan cahaya lebih alami dan mengurangi

kebutuhan penerangan listrik di siang hari. Konsep penghematan energi pada bangunan

dimulai dengan pemilihan lahan. Lahan dimana bangunan ditempatkkan akan terjadi efisiensi

energi, seperti penggunaan listrik akibat pencahaan, air melalui lahan yang dekat atau cukup

banyak sumbernya.

Intensitas Konsumsi Energi (IKE) dijadikan acuan untuk melihat seberapa besar

konservasi energi yang dilakukan gedung. Istilah yang digunakan pada industry tujuannya

adalah konsumsi energi spesifik (Spesific Energy Consumption) yaitu besar penggunaan energi

untuk satuan produk yang dihasilkan.

Tabel 1. Standar IKE Untuk Berbagai Tipe/Fungsi Bangunan

Tipe

Bangunan

Rentang IKE (KWH/m2/Tahun Waktu Operasi Acuan

(Benchmark Operasi Hours) Batas

Bawah Acuan

Batas

Atas

Perkantoran 210 250 285 10 jam/hr, 5 hr/minggu, 52 minggu/thn =

2.600 jam/thn

Hotel 290 350 400 24 jam/hr, 7 hr/minggu, 52 minggu/thn =

8.736 jam/thn

Apartemen 300 350 400 24 jam/hr, 7 hr/minggu, 52 minggu/thn =

8.736 jam/thn

Sekolah 195 235 265 8 jam/hr, 5 hr/minggu, 52 minggu/thn = 2.080

jam/thn

Rumah Sakit 320 400 450 24 jam/hr, 7 hr/minggu, 52 minggu/thn =

8.736 jam/thn

Pertokoan 350 450 500 12 jam/hr, 7 hr/minggu, 52 minggu/thn =

4.368 jam/thn

Pada tabel diatas memberikan gambaran bahwa apabila pemakaian listrik pada rentang

lebih rendah daripada batas bawah, maka bangunan gedung tersebut dikatakan hemat

sehingga perlu mempertahankan dengan melaksanakan SOP dan pemeliharaan yang sistematis.

Apabila pemakaian di antara batas bawah dan acuan, maka bangunan gedung tersebut

Page 13: TEKNOLOGI GREEN PADA BANGUNAN BERKELANJUTAN … · Pembangkit listrik di Indonesia pada sector ketenagakelistrikan saat ini masih didominasi oleh penggunaan bahan bakar fosil, khususnya

13

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

dikatakan agak hemat sehingga perlu meningkatkan kinerja dengan melakukan tuning up. Jika

pemakaian di antara acuan dan batas atas, maka bangunan gedung tersebut dikatakan agak

boros sehingga perlu melakukan beberapa perubahan. Selanjutnya apabila di atas batas atas,

maka perlu dilakukan retrofitting atau replacement.

d. Efisiensi Air

Pada saat jumlah penduduk Indonesia 285 juta orang sesuai prediksi BPS, maka jumlah

air yang dibutuhkan oleh penduduk Indonesia akan semakin meningkat menjadi 8,55 milyar liter

per harinya. Keluarga di rumah memiliki peran yang besar dalam mengajarkan perilaku

penggunaan air secara optimal demi kelestarian air untuk masa depan generasi mendatang.

Menghemat air secara langsung mengurangi pengelusaran rumah tangga, dapat melalui 3 P,

yakni; pengurangan, penggunaan kembali, dan pelestarian air.

Usaha sederhana yang perlu dilakukan setiap hari dalam penghematan energi air, antara

lain:

- Mandi dengan shower

- Menggunakan shower pada saat mandi dapat menghemat air lebih dari 60 % apabila

dibandingkan menggunakan gayung yang dapat menghabiskan air sekitar 15 liter.

Penggunaan bathtub lebih banyak lagi menghabiskan air 100-300 liter.

- Tutup kran air pada saat tidak dimanfaatkan

- Kebiasaan yang dilakukan pada saat masuk kamar mandi adalah membuka kran air

sekalipun air belum dimanfaatkan. Seperti pada saat menggosok gigi biasanya kran air tetap

terbuka sehingga air mengalir terus dan tentu saja menjadi pemborosan.

- Tampung air hujan

- Sistem ini menggunakan penampungan air (reservoir) bawah tanah di suatu tempat atau

dibawah gedung. Sumber airnya berasal dari atap dan permukaan melalui paving pori.

Melalui penampungan air yang besar dapat menghemat air tanah dan menghemat energi

listrik untuk kebutuhan pompa air.

- Pelihara tanaman dan rumput

- Tanaman dan rumput yang ditanam akan membantu bumi mengolah kembali air yang

terserap kedalam tanah untuk menjadi air bersih.Dapat juga dilakukan dengan membuat

lubang resapan biopori yang dapat meningkatkan daya resapan air dan mengatasi banjir.

4.2. Integrasi Green Building dan Teknologi

a. Penggunaan Energi Aternatif

Energi terbarukan berasal dari energy alam yang berkelanjutan seperti tenaga

surya, tenaga angin, arus airproses biologi, dan panas bumi. Energi terbarukan sinar dari

matahari dapat diubah menjadi energi listrik menggunakan komponen sel surya. Penggunaan

sel surya merubah sinar matahari menjadi arus listrik menjadi arus Direct Current (DC). Arus

yang dihasilkan sebanding dengan intensitas sinar matahari yang diterima dan juga sebanding

dengan luas permukaan dari sel surya yang terpapar sinar matahari. Desain bangunan dengan

menciptakan pemanfaatan prinsip dari sel surya sebagai panel surya yang dapat digunakan

sebagai atap rumah. Menciptakan panel surya yang mampu berputar untuk menyesuaikan

posisinya mencari intensitas matahari yang tertinggi atau desain bangunan dengan bentuk

Page 14: TEKNOLOGI GREEN PADA BANGUNAN BERKELANJUTAN … · Pembangkit listrik di Indonesia pada sector ketenagakelistrikan saat ini masih didominasi oleh penggunaan bahan bakar fosil, khususnya

14

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

sayap lebar dan mampu mengikuti arah kemana arah sinar matahari. Selain fungsi sebagai

tenaga listrik juga berfungsi mereduksi panas yang ada dalam bangunan.

Sistem ventilasi alami yang memadai untuk menciptakan lingkungan udara yang sehat,

melalui sirkulasi udara yang baik sehingga meningkatkan kesehatan dan produktivitas

penghuninya. Bangunan juga selayaknya dilengkapi jendela yang berfungsi kebutuhan cahaya

dan panas untuk menghemat penggunaan energi (terutama untuk lampu serta AC).

Penggunaan sumber energi angin, panas bumi dan matahari, penerapan panel surya,

penggunaan lampu, peralatan elektronik yang hemat energi, serta teknologi energi terbarukan

diyakini dapat mengurangi biaya listrik bangunan.

Tujuan pemanfaatan cahaya matahari sebagai pencahayaan alami dalam bangunan

adalah sebagai berikut:

- Menghemat energi dan biaya operasional bangunan;

- Menciptakan ruang yang sehat mengingat sinar matahari mengandung ultraviolet yang

memberikan efek psikologis bagi manusia dan memperjelas kesan ruang;

- Mempergunakan cahaya alami sejauh mungkin ke daalam bangunan, baik sebagai sumber

penerangan langsung maupun tidak langsung.

Beberapa kriteria minimalisis dampak lingkungan, berikut:

- Penggunaan bahan bangunan yang meminimalkan penggunaan Volatile Organic

Compounds (VOCs) di dalam bangunan.

- Material Penggunaan material dan sumber daya yang berkelanjutan, memiliki energi

terkandung yang rendah dan menghasilkan dampak lingkungan yang minimal,

- Penerapan efisiensi penggunan air, seperti dengan menggunakan kran, shower, kloset yang

eco-friendly,

- Melakukan sistem daur ulang air limbah dan menggunakan kembali air hujan untuk

keperluan lainnya selain untuk diminum.

Cahaya buatan dikelola atau diperoleh dari perusahaan pemerintah melalui suatu

pembangkit tenaga. Perusahaan tersebut adalah perusahan Listrik Negara (PLN) yang

menyelenggarakan dan menyiapkan sesuatu tenaga pembangkit listrik dengan dengan sistem :

- Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

- Pembangkit Listrik tenaga Air (PLTA), dan

- Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)

Penggunaan air tanah yang berasal dari sumur dangkal ataupun dalam tanpa

memberikan masukan tambahan air pada tanah yang berakibat turunnya permukaan air tanah

dan turunnya permukaan tanah. Solusinya yaitu dengan membuat tandon air penadah hujan di

bawah tanah atau membuat sumur resapan penadah air hujan. Sistem penadah hujan, pada

saat air turun di atas bangunan gedung yang kemudian direkayasa sedemikian rupa sehingga

direncanakan air akan berkumpul pada satu tempat dan dialirkan menuju sumur resapan untuk

menghindari terjadinya penurunan permukaan air tanah.

b. Penggunaan Material Alternatif

- Semen

Inovatif antara bahan dan teknologi dapat membuat beton yang ramah lingkungan,

yaitu dengan mengurangi kadar semen pada setiap pengerjaan beton. Hal ini dapat

Page 15: TEKNOLOGI GREEN PADA BANGUNAN BERKELANJUTAN … · Pembangkit listrik di Indonesia pada sector ketenagakelistrikan saat ini masih didominasi oleh penggunaan bahan bakar fosil, khususnya

15

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

dilakukan melalui pengurangan porsi semen yang harus digantikan dengan bahan

material cementitious sebagai aditif yang berkualitas dengan kadar yang sesuai,

sehingga tetap diperoleh beton berkinerja tinggi. Aditif dimaksud seperti abu terbang,

silica fume yang diolah pada silo semen dengan teknologi beton modern yang dapat

memperoleh penghematan energy 21,1% (IPCC).

- Hebel

Komponen utama dinding bangunan dari Bahan Hebel dan B-panel sebagai alternative

pengganti dinding batu bata. Hebel yaitu bahan bangunan untuk dinding, berupa blok

dinding yang mempunyai keunggulan dari segi kekuatan dan efisiensi waktu pada

pelaksanaan dibandingkan bahan lain. Hebel ini terdiri dari material kapur, semen, pasir

silica dan air melalui teknologi penggilingan dan pemintalan dan pencampuran

kemudian dicetak dan dipotong sesuai dengan ukuran. Bentuk hebel ini membuat

efisien pada dimensi dinding, sehingga mengurang waste factor pemakaian bahan, dan

dapat dikategorikan bahan hemat sampah konstruksi.

- B-panel

Bahan bangunan dinding lain B-panel adalah panel beton pracetak-prategang, terbuat

dari perpaduan panel komposit beton reinforced–expanded polystyrene (EPS) yang

memiliki karakteristik insulasi thermal dan akustik serta tahana terhadap gempa. Bahan

ini 100% recyclable dapat didaur-ulang dan jangka pemakaian sangat lama (selama

umur bangunan), serta tidak beracun dan tidak membusuk, oleh karena itu merupakan

sistem bahan bangunan hemat energi dan ramah lingkungan yang inovatif.

- Genteng Beton

Atap bangunan dari genteng atau beton sebagai komponen penutup atap bangunan,

penutup atap bahan tanah liat genteng dengan teknologi pembakaran yang modern

(tunnel) dapat menciptakan genteng keramik. Bahan atap ini dapat mereduksi panas,

termasuk dengan pemilihan atap yang berwarna terang yang kuat menahan terik panas

matahari dan juga terhadap curah hujan.

- Roop Garden

Roof garden (penghijauan atap) melalui Prefabricated Extensive Green Roof Tray System

(PEG), yaitu bahan ramah lingkungan dan dibuat pra-fabrikasi, sistem modul,

implementasi praktis. Keunggulan bahan ini adalah dapat mengurangi panas pada

permukaan atap bangunan sebesar 8 derajat celcius sehingga menjadi lebih sejuk

(paten system milik United Premas Limited), menyerap CO2 dan mengeluarkan O2

sehingga memperbaiki kualitas udara, membantu menghilangkan partikel udara panas,

menyejukan udara karena mengurangi suhu permukaan atap melalui bayangan dan

evapotranspiration saat tanaman bernafas oleh karena kontribusi oksigen dari

pepohonan.

5. KESIMPULAN

Hasil pembahasan disimpulkan.

Page 16: TEKNOLOGI GREEN PADA BANGUNAN BERKELANJUTAN … · Pembangkit listrik di Indonesia pada sector ketenagakelistrikan saat ini masih didominasi oleh penggunaan bahan bakar fosil, khususnya

16

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

1. Konsep green building berupa pemaksimalan fungsi bangunan dalam beberapa aspek,

yaitu: a) Life cycle assessment (Uji AMDAL), b) Efisiensi Desain Struktur, c) Efisiensi

Energi, d) Efisiensi Air dan e) Efisiensi Material.

2. Green building (juga dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan yang

berkelanjutan) yaitu untuk dapat memenuhi kebutuhan generasi-generasi sekarang

maupun generasi berikutnya, mengacu pada proses yang bertanggung jawab terhadap

lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh siklus hidup-bangunan: mulai dari

penentuan tapak untuk desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi

pembongkaran.

3. Prinsip-prinsip Sustainable design dan continuously construction dengan

memperhatikan low-impact materials,energy efficiency, quality and durability, design for

reuse and recycling, biomimicry, service substitution dan renewability.

DAFTAR PUSTAKA

1. Allen & Iano, 2008. Fundamentals of building construction: materials and methods.

Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons Inc.

2. Agung C.Nugroho, 2011. Sertifikasi Arsitektur Bangunan Hijau Menuju Bangunan Yang

Ramah Lingkungan. Jurnal Teknik Arsitektur Universitas Bandar Lampung, Desember

2011.

3. Abduh Natsir, Dirawan Gufran D, 2015. Evaluation of Environmental and Socio-Cultural

Dimension of Sustainability Eco-Airport International Airport Sultan Hasanuddin. Jurnal

Environmental Volume: 95 (2015) issue No.3 (2015) Page:703-713, tahun 2015.

4. Abduh Natsir, Dirawan Gufran D, 2015. Analysis of Noise and Air Pollution on Sultan

Hasanuddin Internatioanl Airport Based Eco-Airport. Jurnal of Industrial Pollution

Control, 31 (1) (2015) pp 149-155, Tahun 2015.

5. Abduh Natsir, 2016. Pengembangan Bandara Udara Ramah Lingkungan Pada Bandar

Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar, Disertasi Universitas Negeri Makassar.

6. Baker, N.V.1987. Passive and Low Energy Building Design for Tropical Inland Climates,

London : The Commonwealth Secretariat. Intergovernmental Panel on climate change

4th,Assessment Report (2007) Findings.

7. Budihardjo,Eko. 1997 . Tata ruang dan lingkungan menuju pembangunan kota yang

Berkelanjutan. Jakarta: penerbit Jembatan.

8. Ghini, I. 2009. Konstruksi Bangunan Rumah Ramah Lingkungan. Kompas Forum [online].

Tersedia: http://forum.kompas.com/green-global-warming/18518-konstruksi-bangunan-

rumah-ramah-lingkungancyprus-house.html.

9. Hopkins, R. 2002. A Natural Way of Building. Transition Culture. Retrieved: 2007-03-30.

10. Hendai. (2011) jendela yang bekerja sebagai panel surya. [online]. Tersedia:

http://hendai9.wordpress.com/category/uncategorized/page/3.

11. Kresna. 2011. Bangunan Hijau (Green Building). [online]. Tersedia:

http://newkidjoy.blogspot.com/2011/05/bangunan-hijau-green-building.

12. Lasera, A. 2012. “Rumah Hemat Energi dan Ramah Lingkungan”. Makalah Kompetisi

Artikel Online 2012. Temanggung.

Page 17: TEKNOLOGI GREEN PADA BANGUNAN BERKELANJUTAN … · Pembangkit listrik di Indonesia pada sector ketenagakelistrikan saat ini masih didominasi oleh penggunaan bahan bakar fosil, khususnya

17

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

13. Lilo AC, Jati Utomo DW, Sri Sumarni, Jeni P, 2017. Kajian Penerapan Green Building Pada

Gedung Bank Indonesia Surakarta. Jurnal UNS 2017.

14. Munir, A. 2009. “Sains Arsitektur 2”. Makalah Peneilitian Pemasangan Green Panel

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

15. Nanda F, Syahrizal dan Andi Putra R, 2017. Penilaian Kriteria Green Building Pada

Bangunan Gedung Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Jurnal Teknik Fomit 3 (2)

ITS.

16. R. Andini, 2012. Analisa Pengaruh Penerapan Konsep Green Building Terhadap

Keputusan Investasi Pada National Hospital Surabaya. Jurnal Teknik ITS Vol. 1, No. 1

(Sept.2012) ISSN 2301-9271 Surabaya ITS.

17. Rifki Achmad, Abduh Natsir, Dirawan Gufran D, 2016. Environmental sustainability: the

case of the Sultan Hasanuddin International Airport, Makassar South Sulawesi, 2016.

Jurnal World Transactions on Engineering and Technology Education. Volume 14, No.3,

2016, Tahun 2016.

18. Sulistiyowati.(2009). Pengelolaan Bangunan Ramah Lingkungan.Jakarta: Kementrian

Negara Lingkungan Hidup. http://en.wikipedia.org/wiki/Green_building.

19. Simon Guy dan Graham Farmer, 2013. Teknologi Bahan Inovatif Pada Pembangunan

Berkelanjutan (Translate), Univesity of Newcastle Upon Tyne.

20. US EPA 2006. Green Building. U.S. Environmental Protection Agency

21. Yefrichan. 2010. Jenis-Jenis Panel Sel Surya. [online].

http://yefrichan.wordpress.com/tag/teknologi-surya/page/7.