teknik benefisasi ikm inovasi teknologi

7
Tugas ke 2 Mata Kuliah Teknik Benefisasi IKM (2 sks) Dosen Pengampu : Indra Perdana, S.T., M.T., Ph.D Teknik Benefisasi Industri Kecil dan Menengah dalam Pengolahan Singkong menjadi kerupuk Petulo dengan Inovasi Teknologi Oleh : Andik Irawan 11/ 322749/PTK/07426 MAGISTER TEKNIK SISTEM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA Yogyakarta 2012

Upload: andik-irawan

Post on 04-Jan-2016

45 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Teknik Benefisasi IKM Inovasi Teknologi

Tugas ke 2 Mata Kuliah

Teknik Benefisasi IKM (2 sks)

Dosen Pengampu : Indra Perdana, S.T., M.T., Ph.D

Teknik Benefisasi Industri Kecil dan Menengah dalam

Pengolahan Singkong menjadi kerupuk Petulo dengan Inovasi Teknologi

Oleh :

Andik Irawan 11/ 322749/PTK/07426

MAGISTER TEKNIK SISTEM

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

Yogyakarta 2012

Page 2: Teknik Benefisasi IKM Inovasi Teknologi

A. Pendahuluan

Singkong, yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu, adalah pohon

tahunan tropika dan subtropika, Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil

karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran.

Merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata bergaris tengah

2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis singkong yang ditanam. Daging

umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan simpan

meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya

warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat racun bagi manusia.

Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat miskin

protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena

mengandung asam amino metionin [Wikipedia].

B. Kandungan Gizi Singkong

Tabel kandungan gizi singkong per 100 gram :

Kandungan gizi singkong per 100 gram meliputi:

1 Kalori 121 kal

2 Air 62,50 gram

3 Fosfor 40,00 gram

4 Karbohidrat 34,00 gram

5 Kalsium 33,00 miligram

6 Vitamin C 30,00 miligram

7 Protein 1,20 gram

8 Besi 0,70 miligram

9 Lemak 0,30 gram

10 Vitamin B1 0,01 miligram

sumber wikipedia

C. Pengolahan Singkong

Singkong merupakan bahan baku yang cukup mudah ditemui di berbagai daerah

khususnya di pulau Jawa, hampir setiap daerah memiliki tanaman Singkong sebagai

tanaman tahunan. Industri rumah tangga saat ini tidak sedikit menggunakan bahan

baku singkong sebagai bahan pangan olahan dengan hasil makanan olahan dari bahan

dasar Singkong.

Dalam kasus tugas 1, akan di bahas secara tradisional dalam pengolahan

Singkong menjadi kerupuk Petulo, selanjutnya pada tugas 2 akan di bahas secra

kompleks proses pengolahan singkong menjadai kerupuk petulo dengan memadukan

Page 3: Teknik Benefisasi IKM Inovasi Teknologi

teknologi tepat guna dengan inovasi teknologi dalam pengolahan singkong menjadi

kerupuk petulo, khususnya di desa Nogosari Kabupaten Jember.

Diagram pengolahan singkong menjadi kerupuk Petulo dengan Inovasi Teknologi :

Gambar 1. Pengolahan singkong menjadi kerupuk Petulo proses secara Tradisional

D. Cara Pengolahan

1. Singkong siap panen di cabut dari tanah gembur kemudian dipisahkan batang dan

buahnya. Dan selanjutnya seleksi buah rusak.

2. Buah singkong yang baru dipanen di kelupas antara kulit dan daging singkong,

pemisahan kulit dan daging masih dengan cara manual sebab konstruksi yang

berbeda lebih rumit untuk pemisahan dengan menggunakan mesin. Selain itu

Pohon Ubi Kayu

(Singkong)

Sortasi BuahPemisahan busuk / rusak

(Manual Process)

Pengupasan(Manual Process)

Kulit

Daging

Mesin Perajang (Chooper Machine)

Pencucian (Manual Process)

Chips Singkong

Pengering Mesin (jam)

Sinar Matahari 2/3 hariChips Singkong

kering

Inventori Chip

kering dan tepung

Mesin Penepung

Tepung Halus

Tepung KasarPengayakkan

Pencampuran Bahan

Mesin Cetak Otomatis Mesin Cetak Manual

Kerupuk Petulo basah

Penjemuran Sinar Matahari

Kerupuk Petulo

Kering

Oven Kerupuk

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

Page 4: Teknik Benefisasi IKM Inovasi Teknologi

pemisahan kulit yang terlalu tebal secara langsung memotong daging, sehingga

untuk lebih aman diharapkan pemisahan manual dapat di kerjakan di proses ini.

3. Buah singkong yang telah terpisah dari kulit dan daging di bersihkan dari kotoran

apapun, pembersihan ini dilakukan dengan pencucian. Pencucian ini dapat

dilakukan dengan cara manual atau menggunakan tabung putar dengan diameter

tertentu agar jumlah (kg) daging singkong dapat di cuci dengan cara putar.

4. Sebelum perajangan daging singkong lebih baiknya adalah pemotongan dengan

panjang maksimal singkong saat masuk ke mesin perjangan, sehingga mesin

perajangan dapat bekerja tanpa beban yang cukup besar. Perajangan ini bertujuan

menghasilkan chip dengan ukuran dan ketebalan tertentu yang seragam,

perajangan dilakukan agar proses pengeringan chip singkong tidak membutuhkan

waktu yang lama, selain itu tidak terjadi perubahan warna pada singkong kering.

Chip yang terlalu besar akan memperlambat proses pengeringan sehingga

menimbulkan jamur yang akan merubah warna dari chip singkong. Sehingga

diharapakan dengan mesin perajangan hasil chip singkong dapat seragam dan

memiliki ukuran yang relatif sama.

5. Setelah perajangan dilakukan pengeringan chip singkong. Pengeringan ini dapat

dilakukan dengan menggunakan sangrai atau pengeringan manual dengan sinar

matahari. Pengeringan manual (dengan sinar matahari) jelas akan memperlambat

proses produksi, belum lagi ketika terjadi musim penghujan, sehingga penggunaan

mesin sangrai chip singkong dapat digunakan sebagai pengering. Mesin pengering

ini memiliki cara kerja dengan cara menimbulkan panas dari bahan bakar

(arang/gas/dll) kemudian dengan putaran secara otomatis chip tidak perlu dibalik

karena mesin ini memiliki sistem rotari sangrai.

6. Setelah chip kering perlu dilakukan penyimpanan chip kering sebagai inventory

atau dapat dilakukan penepungan chip singkong. Mesin penepung chip singkong

disini digunakan untuk merubah chip kering menjadi bubuk singkong dengan

mesh tertentu agar dapat digunakan dalam pembuatan kerupuk petulo.

7. Setelah penepungan dilakukan proses pengayakan, pengayakan ini dilakukan

dengan mesin pengayak dengan output dua kategori, kategori pertama

menghasilkan tepung dengan lembut, dan kategori kedua tepung yang masih

kasar. Tepung yang masih kasar di proses ulang dengan mesin penepung, begitu

seterusnya hingga menghasilkan tepung yang halus.

Page 5: Teknik Benefisasi IKM Inovasi Teknologi

8. Selanjutnya proses inventory dalam proses ini dapat dilakukan dengan tujuan

penyimpanan bahan baku primer jadi (tepung). Kemudian dari tepung halus

dilakukan pencampuran baan baku lain dengan mesin pencampur, agar didapatkan

rasa kerupuk petulo yang khas.

9. Dari hasil mixing didapat sebuah tepung pasta dengan kekentalan tertentu yang

selanjutnya dilakukan proses pencetakan. Proses cetak dapat dilakukan dengan

cara manual cetak atau dapat menggunakan mesin cetak kerupuk, mesin cetak

kerupuk bertujuan memiliki keseragaman kerupuk petulo dan model yang hampir

sama, dengan maksud pasar dari kerupuk ini memiliki nilai lebih bagi para

pembeli.

10. Didapatkan sebuah hasil cetakan yang masih basah, dan selanjutnya dilakukan

proses pengeringan. Proses pengeringan kerupuk dapat dilakukan dengan cara

pengeringan sinar matahari atau pengeringan dengan mesin oven. Mesin oven

memiliki fungsi dalam pengeringan kerupuk, dengan waktu dan keseragaman

kering pada kerupuk petulo.

11. Setelah mendapat kerupuk petulo kering dan siap jual, langkah selanjutnya adalah

pengemasan. Pengemasan dilakukan agar kerupuk petulo memiliki umur yang

lebih lama serta tidak mudah terkontaminasi dengan kotoran. Selain itu

pengemasan produk mampu memberikan ciri khas bagi konsumen.

E. Kesimpulan

Dari berbagai proses diatas mulai dari bahan baku singkong yang memiliki nilai jual

cukup murah kemudian dilakukan proses tambahan dengan tujuan memberi nilai jual

pada bahan atau produk yang akan di proses. Perubahan bentuk dengan bahan baku

tetap yakni singkong menjadi kerupuk petulo secara ekonomis juga mampu merubah

minat konsumen dengan melihat kondisi awal hanya sebuah singkong menjadi sebuah

makanan ringan atau produk baru yang lebih unik serta memiliki rasa yang berbeda

dengan bahan baku awal. Selain itu perubahan ini bertujuan menguak lebih dalam

step by step proses benefisiasi dalam sebuah bahan baku menjadi produk baru yang

dapat diterima dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari bahan baku awal yang

semula hanyalah singkong.

F. Analisis Ekonomi Sederhana (dalam proses benefisiasi)

Harga singkong di Jember : Rp. 1000,- / kg

Harga Tepung gaplek : Rp. 8500,- / kg

Page 6: Teknik Benefisasi IKM Inovasi Teknologi

Harga Kerupuk Petulo di Jember : Rp. 15.000,- / kg

Singkong 1kg menjadi ± 150 gr tepung

Misalkan :

10 kg singkong = 1,5 Kg tepung

10 x Rp. 1000,- = Rp. 10.000,-

Harga jual tepung 1,5 kg x Rp 8.500,- = Rp. 12.750,-

1,5 kg Tepung = ± 2 kg kerupuk petulo

Harga jual kerupuk petulo 2,2 kg x Rp 15.000 = Rp. 30.000,-

Berikut ilustrasi usaha (harga alat hanya simulasi)

1. Investasi

Lahan lokasi milik sendiri (anggap sewa 1th)= Rp. 1.000.000,-

Mesin Perajang 100kg/jam = Rp. 4.000.000,-

Mesin Pengering 100kg/jam = Rp. 7.000.000,-

Mesin Penepung 70kg/jam = Rp. 5.000.000,-

Mesin Cetak 80kg/jam = Rp. 15.000.000,-

Mesin Pencampur 70kg/jam = Rp. 2.500.000,-

Mesin Oven 70kg/jam = Rp. 6.000.000,-

Total = Rp. 41.500.000,-

2. Biaya tetap

Penyusutan / bulan

Lahan lokasi 12bln = Rp. 84.000,-

Mesin Perajang 60bln = Rp. 67.000,-

Mesin Pengering 60bln = Rp. 117.000,-

Mesin Penepung 60bln = Rp. 84.000,-

Mesin Cetak 72bln = Rp. 209.000,-

Mesin Pencampur 39bln = Rp. 65.000,-

Mesin Oven 48bln = Rp. 125.000,-

Total = Rp. 751.000,-

3. Biaya Variabel / hari

Bahan baku 1000kg = Rp. 1.000.000,-

Tenaga kerja 10org/hari = Rp. 300.000,-

Bahan Bakar alat ± = Rp. 100.000,-

Bahan campuran = Rp. 200.000,-

Total = Rp. 1.600.000,-

30 hari x Rp. 1.600.000,- = Rp. 48.000.000,-

Page 7: Teknik Benefisasi IKM Inovasi Teknologi

4. Total Biaya / bulan

Biaya tetap + Biaya Variabel / hari = Rp. 751.000,- + Rp. 48.000.000,- = Rp.

48.751.000,-

5. Produksi / bulan

1000 kg singkong = 150 kg tepung

a. 150 kg x Rp. 8500 = Rp. 1.275.000,-

Jika menjadi kerupuk

150 kg tepung = 200kg kerupuk

b. 200kg kerupuk x Rp. 15.000,- = Rp. 3.000.000,-

Misal b. Rp. 3.000.000,- x 30 = Rp. 90.000.000,-

6. Jumlah modal

Investasi + Total Biaya / bulan = Rp. 85.000.000,-

7. Rugi laba

Produksi / bulan - Total Biaya / bulan

Rp. 90.000.000,- - Rp. 48.751.000,- = Rp 41.249.000,-

8. Cash flow

Rugi laba + biaya tetap penyusutan

Rp 41.249.000,- + Rp. 751.000,- = Rp. 42.000.000,-

9. BEP

Total Biaya / bulan : Produksi / bulan

Rp. 48.751.000,- : Rp. 90.000.000,- = 0.54

Artinya pengembalian modal alat dapat dicapai dalam ± 6 bulan

Rp. 48.751.000,- : 6000 = 8.125,-

Artinya titik impas produksi adalah jika harga kerupuk minimal Rp. 8.125,-