tekinik pelabuhan edit (2).pdf

91
BAB I PELAYARAN 1.1. Pendahuluan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan berciri nusantara yang disatukan oleh wilayah perairan sangat luas dengan batas-batas, hak-hak, dan kedaulatan yang ditetapkan dalam undang-undang (Konsideran Menimbang a UU No. 17/2008). Dalam upaya mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, mewujudkan Wawasan Nusantara serta memantapkan ketahanan nasional diperlukan sistem transportasi nasional untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah, dan memperkukuh kedaulatan negara (Konsideran Menimbang b UU No. 17/2008). Pelayaran yang terdiri dari atas angkutan di perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan pelayaran, dan perlindungan lingkungan maritim, merupakan bagian dari sistem tranportasi nasional yang harus dikembangkan potensi dan peranannya untuk mewujudkan sistem transportasi yang efektif dan efisien, serta membantu terciptanya pola distribusi nasional yang mantap dan dinamis (Konsideran Menimbang c UU No. 17/2008). Adapun Pelayaran diselenggarakan mempunyai tujuan : memperlancar arus perpindahan orang dan/atau barang melalui perairan dengan mengutamakan dan melindungi angkutan di perairan dalam rangka memperlancar kegiatan perekonomian nasional; membina jiwa kebaharian; menjunjung kedaulatan negara; menciptakan daya saing dengan mengembangkan industri angkutan nasional; menunjang, menggerakkan, dan mendorong pencapaian tujuan pembangunan nasional; memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa dalam rangka perwujudan Wawasan Nusantara; dan meningkatkan ketahanan nasional (Pasal 3 UU No. 17/2008). 1.2. Angkutan di Perairan Angkutan di Perairan adalah kegiatan mengangkut dan/atau memindahkan penumpang dan/atau barang dengan menggunakan kapal (Pasal 1 ayat 3 UU No. 17/2008). Adapun jenis angkutan di perairan terdiri atas : angkutan laut, angkutan sungai dan danau; dan angkutan penyeberangan (Pasal 6 UU No. 17/2008). 1.2.1. Angkutan laut Angkutan laut adalah kegiatan angkutan yang menurut kegiatannya melayani kegiatan angkutan laut (Pasal 1.12 Peraturan Pemerintah No. 61/2009). Adapun angkutan laut terdiri dari atas : angkutan laut dalam negeri, angkutan laut luar negeri, angkutan laut khusus dan angkutan laut pelayaran-rakyat (Pasal 7 UU No. 17/2008). Angkutan laut berperan penting dalam dunia perdagangan internasional maupun domestik. Angkutan laut juga membuka akses dan

Upload: wawan

Post on 06-Feb-2016

60 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

BAB I

PELAYARAN

1.1. Pendahuluan

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan berciri

nusantara yang disatukan oleh wilayah perairan sangat luas dengan batas-batas,

hak-hak, dan kedaulatan yang ditetapkan dalam undang-undang (Konsideran

Menimbang a UU No. 17/2008). Dalam upaya mencapai tujuan nasional berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

mewujudkan Wawasan Nusantara serta memantapkan ketahanan nasional

diperlukan sistem transportasi nasional untuk mendukung pertumbuhan ekonomi,

pengembangan wilayah, dan memperkukuh kedaulatan negara (Konsideran

Menimbang b UU No. 17/2008). Pelayaran yang terdiri dari atas angkutan di

perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan pelayaran, dan perlindungan

lingkungan maritim, merupakan bagian dari sistem tranportasi nasional yang harus

dikembangkan potensi dan peranannya untuk mewujudkan sistem transportasi yang

efektif dan efisien, serta membantu terciptanya pola distribusi nasional yang mantap

dan dinamis (Konsideran Menimbang c UU No. 17/2008).

Adapun Pelayaran diselenggarakan mempunyai tujuan : memperlancar arus

perpindahan orang dan/atau barang melalui perairan dengan mengutamakan dan

melindungi angkutan di perairan dalam rangka memperlancar kegiatan

perekonomian nasional; membina jiwa kebaharian; menjunjung kedaulatan negara;

menciptakan daya saing dengan mengembangkan industri angkutan nasional;

menunjang, menggerakkan, dan mendorong pencapaian tujuan pembangunan

nasional; memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa dalam rangka perwujudan

Wawasan Nusantara; dan meningkatkan ketahanan nasional (Pasal 3 UU No.

17/2008).

1.2. Angkutan di Perairan

Angkutan di Perairan adalah kegiatan mengangkut dan/atau memindahkan

penumpang dan/atau barang dengan menggunakan kapal (Pasal 1 ayat 3 UU No.

17/2008). Adapun jenis angkutan di perairan terdiri atas : angkutan laut, angkutan

sungai dan danau; dan angkutan penyeberangan (Pasal 6 UU No. 17/2008).

1.2.1. Angkutan laut

Angkutan laut adalah kegiatan angkutan yang menurut kegiatannya melayani

kegiatan angkutan laut (Pasal 1.12 Peraturan Pemerintah No. 61/2009).

Adapun angkutan laut terdiri dari atas : angkutan laut dalam negeri, angkutan

laut luar negeri, angkutan laut khusus dan angkutan laut pelayaran-rakyat (Pasal 7

UU No. 17/2008). Angkutan laut berperan penting dalam dunia perdagangan

internasional maupun domestik. Angkutan laut juga membuka akses dan

Page 2: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

menghubungkan wilayah pulau, baik daerah sudah yang maju maupun yang masih

terisolasi. Sebagai negara kepulauan (archipelagic state), Indonesia memang amat

membutuhkan angkutan laut, karena Indonesia merupakan negara kepulauan yang

dua per tiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi yang strategis

karena berada di persilangan rute perdagangan dunia.

a. Angkutan Dalam Negeri

Kegiatan angkutan laut dalam negeri dilakukan oleh perusahaan angkutan laut

nasional dengan menggunakan kapal berbendera Indonesia serta diawaki oleh Awak

Kapal berkewarganegaraan Indonesia. Kapal Asing dilarang mengangkut

penumpang dan/atau barang antar pulau atau antar pelabuhan di wilayah perairan

Indonesia (Pasal 8 UU No. 17/2008). Angkutan laut dalam negeri disusun dan

dilaksanakan secara terpadu, baik intra maupun antarmoda yang merupakan satu

kesatuan sistem transportasi nasional dengan trayek tetap dan teratur (liner) serta

dapat dilengkapi dengan trayek tidak tetap dan tidak teratur (tramper). Kegiatan yang

melayani trayek tetap dan teratur dilakukan dalam jaringan trayek dengan

memperhatikan : pengembangan pusat industri, perdagangan, dan pariwisata;

pengembangan wilayah dan/atau daerah; rencana umum tata ruang; keterpaduan

intra dan antarmoda transportasi; dan perwujudan Wawasan Nusantara. Penyusunan

jaringan trayek tetap dan teratur dimaksud dilakukan bersama oleh Pemerintah,

pemerintah daerah, dan asosiasi perusahaan angkutan laut nasional dengan

memperhatikan masukan asosiasi pengguna jasa angkutan laut (UU No. 17/2008

pasal 9 ayat 5). Pengoperasian kapal pada jaringan trayek tetap dan teratur

dilakukan oleh perusahaan angkutan nasional dengan mempertimbangkan : kelaikan

kapal; menggunakan kapal bendera Indonesia dan diawaki oleh warga negara

Indonesia; keseimbangan permintaan dan tersedianya ruangan; dan kondisi alur dan

fasilitas pelbuhan yang disinggahi; dan tipe dan ukuran kapal sesuai dengan

kebutuhan (Pasal 9 ayat 7 UU No. 17/2008).

b. Angkutan Luar Negeri

Kegiatan angkutan laut dari dan ke luar negeri dilakukan oleh perusahaan

angkutan laut nasional dan/atau perusahaan angkutan laut asing dengan

menggunakan kapal berbendera Indonesian dan/atau kapal asing. Hal ini

dilaksanakan agar perusahaan angkutan laut nasional memperoleh pangsa muatan

yang wajar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kegiatan

angkutan laut dari dan ke luar negeri yang termasuk angkutan lintas batas dapat

dilakukan dengan trayek tetap dan teratur serta trayek tidak tetap dan tidak teratur.

Perusahaan angkutan laut asing hanya dapat melakukan kegiatan angkutan laut ke

dan dari pelabuhan Indonesia yang terbuka bagi perdagangan luar negeri dan wajib

menunjuk perusahaan nasional sebagai agen umum. Perusahaan angkutan laut

asing yang melakukan kegiatan angkutan angkutan laut ke dan dari pelabuhan

Indonesia yang terbuka untuk perdagangan luar negeri secara berkesinambungan

dapat menunjuk perwakilannya di Indonesia (Pasal 11 UU No. 17/2008).

Page 3: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

c. Angkutan Laut Khusus

Kegiatan angkutan laut khusus dilakukan oleh badan usaha untuk menunjang

usaha pokok untuk kepentingan sendiri dengan menggunakan kapal berbendera

Indonesia yang memenuhi persyaratan kelaiklautan dan diawaki oleh Awak Kapal

berkewarganegaraan Indonesia yang mendapat izin operasi dari Pemerintah serta

diselenggarakan dengan menggunakan kapal berbendera Indonesia yang laik laut

dengan kondisi dan persyaratan kapal sesuai dengan jenis kegiatan usaha pokoknya

(Pasal 13 ayat 1-3).

Kegiatan angkutan laut khusus dilarang mengangkut muatan atau barang milik

pihak lain dan/atau mengangkut muatan atau barang umum kecuali dalam hal tidak

tersedianya kapal dan belum adanya perusahaan angkutan yang mampu melayani

sebagian atau seluruh permintaan jasa angkutan yang ada (Pasal 13 ayat 4 – 5 UU

No. 17/2008).

Pelaksana kegiatan angkutan laut asing yang melakukan kegiatan angkutan

khusus ke pelabuhan Indonesia yang terbuka bagi perdagangan luar negeri wajib

menunjuk perusahaan angkutan laut nasional atau pelaksana kegiatan angkutan laut

khusus sebagai agen umum (Pasal 13 ayat 6 UU No, 17/2008).

Sedangkan pelaksana kegiatan angkutan laut khusus hanya dapat menjadi

agen bagi kapal yang melakukan kegiatan yang sejenis dengan usaha pokoknya

(Pasala 13 ayat 7 UU No. 17/2008).

d. Angkutan Laut Pelayaran-Rakyat

Angkutan laut pelayaran-rakyat sebagai usaha masyarakat yang bersifat

tradisional dan merupakan bagian dari usaha angkutan di perairan mempunyai

peranan yang penting dan karakteristik tersendiri. Kegiatan angkutan laut-rakyat

dilakukan oleh perseorangan warga negara Indonesia atau badan usaha dengan

menggunakan kapal berbendera Indonesia yang memenuhi persyratan kelaiklautan

kapal serta diawaki oleh Awak Kapal berkewarganegaraan Indonesia (Pasal 15 ayat

1 -2 UU No. 17/2008).

Adapun tujuan pengembangan angkutan laut pelayaran-rakyat dilaksanakan

untuk

a. Meningkatkan pelayanan ke daerah pedalaman dan/atau perairan yang memiliki alur dengan kedalaman terbatas termasuk sungai dan danau;

b. Meningkatkan kemampuannya sebagai lapangan usaha angkutan laut nasional dan lapangan kerja; dan

c. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia dan kewiraswastaan dalam bidang usaha angkutan laut nasional (Pasal 16 ayat 2 UU RI No. 17/2008).

Armada angkutan laut pelayaran-rakyat dapat dioperasikan di dalam negeri

dan lintas batas, baik dengan trayek tetap dan teratur maupun trayek tidak tetap dan

teratur (Pasal 16 ayat 3 UU RI No. 17/2008).

Page 4: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

1.2.2. Angkutan Sungai dan Danau

Angkutan sungai dan Danau adalah kegiatan angkutan dengan menggunakan

kapal yang dilakukan di sungai, danau, waduk, rawa, banjir kanal, dan terusan untuk

mengangkut penumpang dan/atau barang yang diselenggarakan oleh perusahaan

angkutan sungai dan danau (Pasal 1.14 Peraturan Pemerintah No. 61/2009)

Kegiatan angkutan sungai dan danau di dalam negeri dilakukan oleh orang

perseorangan warga negara Indonesia atau badadan usaha dengan menggunakan

kapal berbendera Indonesia yang memenuhi persyratan kelaiklautan kapal serta

diawaki oleh Awak Kapal berkewarganegaraan Indonesia (Pasal 18 ayat 1 UU RI No.

17/2008).

Kegiatan angkutan sungai dan danau antara Negara RI dan negara tetangga

dilakukan berdasarkan perjanjian antara Pemerintah RI dan pemeritah negara

tetangga yang bersangkutan. Angkutan dimaksud hanya dapat dilakukan oleh kapal

berbendera Indonesia dan/atau kapal berbendera negara yang bersangkutan (Pasal

18 ayat 2-3 UU RI No. 17/2008). Kegiatan angkutan sungai dan danau disusun dan

dilakukan dengan secara terpadu dengan memperhatikan intra-dan antarmoda yang

merupakan satu kesatuan sistem transportasi nasional dan dapat dilaksanakan

dengan menggunakan trayek tetap dan teratur atau trayek tidak tetap dan tidak

teratur. Kegiatan angkutan ini juga dilarang dilakukan di laut kecuali mendapat izin

dari Syahbandar dengan tetap memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal (Pasal 18

ayat 4 – 6 UU RI No. 17/2008).

1.2.3. Angkutan Penyeberangan

Angkutan penyeberangan merupakan angkutan yang berfungsi sebagai

jembatan yang menghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta api yang

dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan serta

muatannya dan dilaksanakan dengan menggunakan trayek tetap dan teratur (Pasal

22 ayat 1 dan 3 UU RI No. 17/2008).

Kegiatan angkutan penyeberangan di dalam negeri dilakukan oleh badan

usaha dengan menggunakan kapal berbendera Indonesia yang memenuhi

persyaratan kelaiklautan kapal serta diawaki oleh Awak kapal berkewarganegaraan

Indonesia. Kegiatan angkutan penyeberangan antara Negara RI dan negara

tetangga dilakukan berdasarkan perjanjian antara Pemerintah RI dan pemerintah

negara yang bersangkutan, dan hanya dapat dilakukan oleh kapal berbendera

Indonesia dan/atau kapal berbendera negara yang bersangkutan (Pasal 21 UU RI

ayat 1 – 3 No. 17/2008).

Penetapan lintas angkutan penyeberangan dilakukan dengan

mempertimbangkan :

Page 5: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

a. pengembangan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh perairan;

b. fungsi sebagai jembatan; c. hubungan antara dua pelabuhan, antara pelabuhan dan terminal, dan antara dua terminal penyeberangan dengan jarak tertentu;

d. tidak mengangkut barang yang diturunkan dari kendaraan pengangkutnya; e. Rencana Tata Ruang Wilayah; dan f. jaringan trayek angkutan laut sehingga dapat mencapai optimalisasi keterpaduan

angkutan antar-dan intramoda. (Pasal 22 ayat 2 UU-RI No. 17/2008)

1.3. Angkutan di Perairan Daerah masih Tertinggal dan/atau Wilayah

Terpencil

Angkutan di perairan untuk daerah masih tertinggal dan/atau wilayah terpencil wajib

dilaksanakan oleh pemerintah daerah, yang dilaksanakan dengan pelayaran perintis

dan penugasan. Biaya angkutan pelayaran perintis disediakan oleh Pemerintah

dan/atau pemerintah daerah. Sedangkan penugasan diberikan kepada perusahaan

angkutan nasional dengan mendapatkan kompensasi dari Pemerintah dan/atau

pemerintah daerah sebesar selisih antara biaya produksi dan tarif yang ditetapkan

oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sebagai kewajiban pelayanan publik

(Pasal 24 ayat 1 – 4 UU-RI No. 17/2008).

Pelayaran perintis dan penugasan dilaksanakan secara terpadu dengan

sektor lain berdasarkan pendekatan pembangunan wilayah serta pelaksanaan

angkutan perairan untuk daerah masih tertinggal dan/atau wilayah terpencil

dievaluasi oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah setiap tahun (Pasal 24 ayat

5- 6 UU-RI No. 17/2008).

Pelayaran perintis di atas dapat dilakukan dengan cara kontrak jangka

panjang dengan perusahaan angkutan di perairan menggunakan kapal berbendera

Indonesia yang memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal yang diawaki oleh

warganegara Indonesia (Pasal 25 UU-RI No. 17/2008).

Page 6: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

BAB II

TATANAN KEPELABUHANAN NASIONAL

.

2.1. Umum

Tatanan Kepelabuhan Nasional diwujudkan dalam rangka penyelenggaraan

pelabuhan yang andal dan berkemampuan tinggi, menjamin efisiensi, dan

mempunyai daya saing glpbal untuk menunjang pembangunan nasional dan daerah

ayng ber-Wawasan Nusantara. (Pasal 3 ayat 1 PP No. 61/2009). Tatanan

Kepelabuhan Nasional di atas merupakan sistem kepelabuhanan secara nasional

yang menggambarkan perencanaan kepelabuhanan berdasarkan kawasan ekonomi,

geografi, dan keunggulan komperatif wilayah serta kondisi alam. Tatanan

Kepelabuhanan Nasional tersebut memuat : peran, fungsi, jenis, dan hierarki

pelabuhan, Rencana Induk Pelabuhan Nasional, dan lokasi pelabuhan (Pasal 1 - 3

ayat 1 PP No. 61/2009).

Pelabuhan sebagai salah satu unsur dalam penyelenggaraan pelayaran

memiliki peranan yang sangat penting dan starategis sehingga penyelenggaraannya

dikuasai oleh negara dan pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah dalam rangka

menunjang, menggerakkan, dan mendorong pencapaian tujuan nasional, dan

memperkukuh ketahanan nasional. Pembinaan pelabuhan yang dilakukan oleh

Pemerintah meliputi aspek pengaturan, pengendalian, dan pengawasan. Aspek

pengaturan mencakup perumusan dan penentuan kebijakan umum maupun teknis

operasional. Aspek pengendalian mencakup pemberian pengarahan bimbingan

dalam pembangunan dan pengoperasian pelabuhan. Sedangkan aspek pengawasan

dilakukan terhadap penyelenggaraan kepelabuhanan. Pembinaan kepelabuhanan

dilakukan dalam satu kesatuan Tatanan Kepelabuhanan Nasional yang ditujukan

untuk mewujudkan kelancaran, ketertiban, keamanan dan keselamatan pelayaran

dalam pelayanan jasa kepelabuhanan, menjamin kepastian hukum dan kepastian

usaha, mendorong profesionalisme pelaku ekonomi di pelabuhan, mengakomodasi

teknologi angkutan, serta meningkatkan mutu pelayanan dan daya saing dengan

tetap mengutamakan pelayanan kepentingan umum. (Penjelasan Umum PP No.

61/2009).

Peran pelabuhan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi maupun mobilitas

sosial dan perdagangan di wilayah Republik Indonesia sangat besar. Oleh karenanya

pelabuhan menjadi faktor penting bagi pemerintah dalam menjalankan roda

perekonomian negara. Secara garis besar, kegiatan pelayaran dapat dibedakan

menjadi dua,yaitu pelayaran niaga dan pelayaran bukan niaga.

Pelayaran niaga adalah usaha pengangkutan barang terutama barang

dagangan melalui laut antar tempat/pelabuhan. Pelayaran bukan niaga meliputi

pelayaran kapal patroli,survey kelautan dan sebagainya. Kapal sebagai sarana

Page 7: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

pelayaran mempunyai peran penting dalam sistem angkutan laut. Pelabuhan dahulu

hanya merupakan suatu tepian dari lautan yang sangat luas di mana kapal-kapal dan

perahu-perahu bersandar dan membuang jangkar untuk melakukan pekerjaan

membongkar dan memuat barang-barang, serta pekerjaan-pekerjaan lainnya.

Sejalan dengan perkembangan sosial ekonomi, pelabuhan yang pada jaman dahulu

sederhana berkembang menjadi suatu daerah atau lingkungan yang cukup luas yang

perlu perhatian dari pemerintah dimana pelabuhan itu berada.

Pelabuhan yang telah dikelola terdapat berbagai fasilitas yang diperlukan

guna menyelenggarakan pemuatan dan pembongkaran barang dari dan ke kapal

sesuai dengan bentuk atau desain kapal untuk pelayanan kegiatan embarkasi dan

debarkasi penumpang, barang dan hewan. Perkembangan sosial ekonomi menuntut

dibangunnya konstruksi pelabuhan yang berkembang pula. Misal untuk perdagangan

sandang pangan hasil produksi suatu daerah, maupun untuk keperluan yang spesifik

sifatnya. Kapal yang semula sederhana dan berukuran kecil, meningkat menjadi

kapal berukuran besar dengan teknologi moderen. Bahkan kemudian berkembang

pula kapal-kapal khusus, seperti kapal barang yang bisa berupa kapal barang umum

(general cargo ship), kapal barang curah, kapal peti kemas, kapal pengangkut gas

alam cair (LNG tanker), kapal penumpang, kapal ferry, kapal ikan, kapal keruk, kapal

perang dan lain sebagainya.

2.2. Peran, Fungsi, Jenis dan Hierarki Pelabuhan

Dalam bahasa Indonesia dikenal dua istilah yang berhubungan dengan arti

pelabuhan yaitu : bandar dan pelabuhan.

Bandar (harbour) adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang

dan angin untuk berlabuhnya kapal-kapal. Suatu estuari atau muara sungai dengan

kedalaman air yang memadai dan cukup terlindung untuk kapal-kapal, telah

memenuhi kondisi sebagai suatu bandar.

Pelabuhan (port) adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan

dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan

pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun

penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh

kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan

kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan

antarmoda transportasi (Pasal 1.1 UU-RI No 17/ 2008).

Pelabuhan memiliki fungsi sebagai :

a. Simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hierarkinya; b. Pintu gerbang kegiatan perekonomian; c. Tempat kegiatan alih moda transportasi; d. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan; e. Tempat distribusi, produksi, dan konsolidasi muatan atau barang; dan

Page 8: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

f. Mewujudkan Wawasan Nusantara dan kedaulatan negara (Pasal 4 PP No. 61/2009)

Sedangkan fungsi dari pelabuhan adalah tempat kegiatan : pemerintahan dan pengusahaan (Pasal 5 PP No. 61/2009).

Menurut jenisnya pelabuhan itu terdiri atas :

a. Pelabuhan laut

b. Pelabuhan sungai dan danau (Pasal 6 ayat 1 PP No. 61/2009).

Pelabuhan Laut adalah pelabuhan yang dapat dipergunakan untuk melayani

kegiatan angkutan laut dan/atau angkutan penyeberangan yang terletak di laut atau

di sungai, sedangkan Pelabuhan Sungai dan Danau adalah pelabuhan yang

dipergunakan untuk melayani angkutan sungai dan danau yang terletak di sungai

dan danau. Pelabuhan laut digunakan untuk melayani angkutan laut; dan/atau

angkutan penyeberangan. Adapun secara hierarki pelabuhan laut terdiri atas :

pelabuhan utama, pelabuhan pengumpul; dan pelabuhan pengumpan (Pasal 6 ayat

3 Peraturan Pemerintah No. 61/2009).

Pelabuhan Utama adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan

angkutan laut dalam negeri dan internasional, alih muat angkutan laut dalam negeri

dan internasional dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang

dan/atau barang, serta angkutan peneberangan dengan jangkauan pelayanan

antarprovinsi (Pasal 1.4 Peraturan Pemerintah No. 61/2009). Pelabuhan Pengumpul

adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam

negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah menengah, dan sebagai

tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan

dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi (Pasal 1.5 Peraturan Pemerintah No.

61/2009). Pelabuhan Pengumpan adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani

kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam

jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama dan pelabuhan

pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta

angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan dalam provinsi (Pasal 1.6

Peraturan Pemerintah No. 61/2009).

2.3. Rencana Induk Pelabuhan Nasional

2.3.1. Umum

Rencana Induk Pelabuhan Nasional yang merupakan perwujudan dari Tatanan

Pelabuhan Nasional digunakan sebagai pedoman dalam penetapan lokasi,

pembangunan, pengoperasian, pengembangan pelabuhan, dan penyusunan

Rencana Induk Pelabuhan Nasional yang merupakan kebijakan pengembangan

pelabuhan secara nasional untuk jangka panjang. Recana Induk Pelabuhan Nasional

Page 9: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

tersebut memuat: kebijakan pelabuhan nasional dan rencana lokasi dan hierarki

pelabuhan (Pasal 7 dan pasal 8 ayat 1 PP No, 61/2009 ).

Menteri yang mengurusi bidang pelayaran menetapkan Rencana Induk

Pelabuhan Nasional untuk jangka 20 (dua puluh tahun) setelah terlebih dahulu

berkoordinasi dengan menteri yang terkait dengan pelabuhan. Rencana Induk

Pelabuhan Nasional tersebut dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima)

tahun. Dalam hal terjadi perubahan kondisi lingkungan strategis akibat bencana yang

ditetapkan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Rencana Induk

Pelabuhan Nasional di atas dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5

(lima) tahun (Pasal 8 ayat 2 – 5 Peraturan Pemerintah No. 61/2009).

2.3.2. Kebijakan Pelabuhan Nasional

Kebijakan pelabuhan nasional diatas memuat arah pengembangan pelabuhan,

baik pelabuhan yang sudah ada maupun arah pembangunan pelabuhan yang baru,

agar penyelenggaraan pelabuhan dapat saling bersinergi dan saling menunjang

antara satu dan lainnya (Pasal 9 Peraturan Pemerintah No. 61/2009).

2.3.3. Rencana Lokasi dan Hierarki Pelabuhan

Rencana Lokasi pelabuhan yang akan dibangun disusun dengan berpedoman

pada kebijakan pelabuhan nasional.

Rencana lokasi pelabuhan yang akan dibangun harus sesuai dengan :

a. rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota;

b. potensi dan perkembangan sosial ekonomi wilayah; c. potensi sumber daya alam; dan d. perkembangan lingkungan strategis, baik nasional maupun internasional. (Pasal 10 Peraturan Pemerintah No. 61/2009)

Dalam penetapan rencana lokasi pelabuhan untuk pelabuhan utama yang

digunakan untuk melayani angkutan laut selain harus sesuai dengan ketentuan di

atas juga harus berpedoman pada :

a. kedekatan secara geografis dengan tujuan pasar internasional; b. kedekatan dengan jalur pelayaran internasional; c. memiliki jarak tertentu dengan pelabuhan utama lainnya; d. memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang; e. mampu melayani kapal dengan kapasitas tertentu; f. berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang internasional; dan g. volume kegiatan bongkar muat dengan jumlah tertentu.

(Pasal 11 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 61/2009). Penetapan rencana lokasi pelabuhan untuk pelabuhan utama yang digunakan

untuk melayani angkutan penyeberangan selain harus sesuai dengan ketentuan di

Page 10: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

atas juga harus berpedoman pada: jaringan jalan nasional dan/atau jaringan jalur

kereta api nasional (Pasal 11 ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 61/2009).

Dalam penetapan rencana lokasi pelabuhan untuk pelabuhan pengumpul

yang digunakan untuk melayani angkutan laut selain harus sesuai dengan ketentuan

di atas juga harus berpedoman kepada :

a. kebijakan Pemerintah yang meliputi pemerataan pembangunan nasional dan meningkatkan pertumbuhan wilayah;

b. mempunyai jarak tertentu dengan pelabuhan pengumpul lainnya; c. mempunyai jarak tertentu terhadap jalur/rute angkutan laut dalam negeri; d. memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang; e. berdekatan dengan pusat pertumbuhan wilayah ibukota provinsi dan kawasan

pertumbuhan nasional; f. mampu melayani kapal dengan kapasitas tertentu; dan g. volume kegiatan bongkar muat dengan jumlah tertentu.

(Pasal 12 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 61/2009)

Penetapan rencana lokasi pelabuhan untuk pelabuhan pengumpul yang

digunakan untuk melayani angkutan penyeberangan antarprovinsi dan/atau

antarnegara juga harus berpedoman kepada : jaringan jalan nasional dan/atau

jaringan jalur kereta api nasional (Pasal 12 ayat 2 Peraturan Pemerintah No.

61/2009).

Dalam penetapan rencana lokasi pelabuhan untuk pelabuhan pengumpan

regional yang digunakan untuk melayani angkutan laut selain harus sesuai dengan

ketentuan di atas juga harus berpedoman kepada :

a. tata ruang wilayah provinsi dan pemerataan pembangunan antarprovinsi; b. tata ruang wilayah kabupaten/kota serta pemerataan dan peningkatan

pembangunan kabupaten/kota; c. pusat pertumbuhan ekonomi daerah; d. jarak dengan pelabuhan pengumpan lainnya; e. luas daratan dan perairan; f. pelayanan penumpang dan barang antarkabupaten/kota dan/atau

antarkecamatan dalam 1 (satu) kabupaten/kota; dan g. kemampuan pelabuhan dalam melayani kapal.

(Pasal 13 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 61/2009).

Selain ketentuan tadi, maka dalam penetapan rencana lokasi pelabuhan

tersebut yang akan digunakan untuk melayani angkutan penyeberangan antar

kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi juga harus berpedoman pada : jaringan jalan

provinsi dan/atau jaringan jalur kereta api provinsi (Pasal 13 ayat 2 Peraturan

Pemerintah No. 61/2009)

Dalam penetapan rencana lokasi pelabuhan untuk pelabuhan pengumpan

lokal yang digunakan untuk melayani angkutan laut selain harus sesuai dengan

ketentuan di atas juga harus berpedoman kepada :

Page 11: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

a. tata ruang wilayah kabupaten/kota serta pemerataan dan peningkatan pembangunan kabupaten/kota;

b. pusat pertumbuhan ekonomi daerah; c. jarak dengan pelabuhan pengumpan lainnya; d. luas daratan dan perairan; e. pelayanan penumpang dan barang antarkabupaten/kota dan/atau

antarkecamatan dalam 1 (satu) kabupaten/kota; dan f. kemampuan pelabuhan dalam melayani kapal.

(Pasal 14 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 61/2009).

Selain ketentuan tadi, maka dalam penetapan rencana lokasi pelabuhan

tersebut yang akan digunakan untuk melayani angkutan penyeberangan dalam 1

(satu) kabupaten/kota juga harus berpedoman pada : jaringan jalan kabupaten/kota

dan/atau jaringan jalur kereta api kabupaten/kota (Pasal 14 ayat 2 Peraturan

Pemerintah No. 61/2009).

Rencana lokasi pelabuhan sungai dan danau secara hierarki pelayanan

angkutan sungai dan danau terdiri atas :

a. pelabuhan sungai dan danau yang digunakan untuk melayani angkutan sungai dan danau; dan/atau

b. pelabuhan sungai dan danau yang melayani angkutan penyeberangan: 1. antarprovinsi dan/atau antarnegara; 2. antarkabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi; dan/atau dalam 1 (satu) kabupaten/kota. (Pasal 15 Peraturan Pemerintah No. 61/2009).

Rencana lokasi pelabuhan sungai dan danau yang digunakan untuk melayani

angkutan sungai dan danau dan/atau penyeberangan tersebut disusun dengan

berpedoman kepada:

a. kedekatan secara geografis dengan tujuan pasar nasional dan/atau internasional;

b. memiliki jarak tertentu dengan pelabuhan lainnya; c. memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang; d. mampu melayani kapal dengan kapasitas tertentu; e. berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang internasional; f. volume kegiatan bongkar muat dengan jumlah tertentu; g. jaringan jalan yang dihubungkan; dan/atau h. jaringan jalur kereta api yang dihubungkan.

(Pasal 16 Peraturan Pemerintah No. 61/2009).

2.4. Lokasi Pelabuhan

Pembangunan pelabuhan memekan biaya yang sangat besar. Oleh karena itu

diperlukan suatu perhitungan dan pertimbangan yang masak sebelum pelabuhan itu

Page 12: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

dibangun. Pertimbangan bagi perencanaan pelabuhan biasanya didasarkan pada

pertimbangan-pertimbangan ekonomis, politis dan teknis. Diantara pertimbangan

tersebut yang terpenting adalah pertimbangan ekonomis.

Secara teknis hampir semua pelabuhan dapat dibangun, oleh karena itu

secara teknis dapat menyesuaikan. Masalah ekonomis dapat diperhitungkan

berdasarkan tujuan dari pelabuhan tersebut, daerah belakang, darah operasi dan

sebagainya.

2.4.1. Persyaratan dan perlengkapan pelabuhan

Pelabuhan adalah daerah yang telindungi dari pengaruh gelombang sehingga

kapal bisa berlabuh dengan aman untuk bongkar muat barang, menaik turunkan

penumpang, mengisi bahan bakar, melakukan reparasi dan sebagainya. Untuk

memberikan pelayanan yang baik, maka pelabuhan harus memenuhi beberapa

persyaratan diantaranya sebagai berikut :

1. Harus ada hubungan yang mudah antar moda transportasi, yaitu transportasi

laut/penyeberangan dan darat seperti jalan raya dan jalur kereta api, agar

barang-barang dapat diangkut dari dan ke pelabuahan dengan mudah.

2. Pelabuhan berada di suatu lokasi yang mempunyai daerah belakang (hiterland)

yang subur dengan populasi penduduk cukup padat.

3. Pelabuhan harus mempunyai kedalam air dan lebar alur yang cukup.

4. Kapal-kapal yang mencapai pelabuhan harus mampu membuang sauh selama

menunggu kapal merapat ke dermaga.

5. Pelabuhan harus mempunyai fasilitas bongkar muat barang (crane dsb) dan

gudang-gudang penyimpanan barang.

6. Pelabuhan harus mempunyai fasilitas untuk mereparasi kapal (dok).

Adapun fungsi dari masing-masing bangunan yang terdapat di pelabuhan

adalah sebagai berikut :

1. Pemecah gelombang : yang digunakan untuk melindungi daerah perairan

pelabuhan dari gangguan gelombang yang datang dari laut lepas, sehingga

dihalangi dengan bangunan ini.

2. Alur pelayaran : berfungsi untuk mengarahkan kapal-kapal yang keluar /masuk

pelabuhan. Alur pelayaran harus mempunyai kedalaman dan lebar yang cukup

untuk dilalui kapal-kapal.

3. Kolam pelabuhan : merupakan daerah perairan dimana kapal berlabuh guna

melakukan bongkar muat serta untuk melakukan gerakan memutar.

Page 13: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

4. Dermaga : adalah bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapatnya kapal

dan menambatnya pada waktu bongkar muat barang.

5. Alat penambat : digunakan untuk menambat kapal pada waktu merapat di

dermaga maupun menunggu di perairan sebelum kapal merapat di dermaga.

6. Gudang : yang terletak di belakang dermaga untuk menyimpan barang-barang

yang harus menunggu pengapalan.

7. Gedung terminal untuk keperluan administrasi.

2.4.2. Pemilihan lokasi pelabuhan

Pemilihan lokasi untuk membangun pelabuhan meliputi daerah pantai dan

daratan. Pemilihan tergantung beberapa faktor faktor diantaranya :

1. Kondisi tanah dan geologi.

2. Kedalaman dan luas daerah perairan.

3. Perlindungan pelabuhan terhadap gelombang.

4. Arus.

5. Sedimentasi.

6. Daerah daratannya yang cukup luas untuk menampung barang yang akan

bongkar muat.

7. Jaringan jalan untuk tranportasi.

8. Daerah industri di belakangnya.

Pemilihan lokasi pelabuhan harus mempertimbangkan faktor-faktor tersebut,

akan tetapi biasanya tidak semua faktor tersebut terpenuhi, sehingga diperlukan

suatu kompromi untuk mendapatkan hasil optimal. Beberapa faktor yang

mempengaruhi penentuan lokasi pelabuhan adalah sebagai berikut :

1. Biaya pembangunan dan perawatan bangunan-bangunan pantai.

2. Pengerukan pertama pada waktu pembangunan yang harus dilakukan.

3. Pengerukan selama pelabuhan beroperasi.

2.4.2.1. Tinjauan topografi dan geologi

Keadaan topografi daratan dan bawah laut harus memungkinkan untuk

membangun suatu pelabuhan dan kemungkinan untuk pengembangan di masa

mendatang. Daerah daratan harus cukup luas untuk membangun suatu fasilitas

pelabuhan seperti dermaga, jalan, gudang dan juga daerah industri.

Page 14: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

2.4.2.2. Tinjauan pelayaran

Pelabuhan yang akan dibangun harus mudah dilalui kapal-kapal yang

menggunakannya. Pelayaran suatu kapal dipengaruhi oleh faktor-faktor alam seperti

angin, gelombang dan arus yang dapat menimbulkan gaya-gaya yang bekerja pada

badan kapal.

2.4.2.3. Tinjauan sedimentasi

Pengerukkan pada untuk mendapatkan kedalaman yang cukup bagi pelayaran

di daerah memerlukan biaya yang cukup besar. Pengerukkan ini dapat dilakukan

pada waktu membangun pelabuhan maupun selama perawatan. Pelabuhan harus

dibangun sedemikian rupa sehingga sedimentasi yang terjadi harus sesedikit

mungkin (kalau bisa tidak ada sama sekali).

Berikut ini diberikan beberapa contoh masalah sedimentasi di pelabuhan :

1. Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu : Pelabuhan ini terletak di pantai barat pulau

Sumatera. Gelombang di samudera Indonesia sangat besar. Apabila

gelombang datang dengan membentuk sudut terhadap garis pantai, maka pada

saat gelombang pecah akan terjadi arus sepanjang pantai yang dapat

mengangkut pasir pantai dalam bentuk transpor sedimen sepanjang pantai.

Sedimen yang bergerak sepanjang pantai tersebut akan terhalang oleh

breakwater dan mengendap di daerah tersebut. Karena breakwater kurang

panjang, maka ruang pengendapan tersebut cepat penuh dan transpor sedimen

yang terus terjadi akhirnya melintasi pemecah gelombang dan sebagian masuk

ke alur pelabuhan dan mengendap di daerah tersebut. Pengendapan di alur

tersebut diperparah karena sediment-trap yang ada disisi kiri alur breakwater

sudah penuh (tanpa ada pengerukkan), sehingga memungkinkan overtopping

pasir melalui sisi breakwater.

2. Pelabuhan Mandar Permai : Pelabuhan ini merupakan pelabuhan untuk

rekreasi yang terletak pantai sebelah barat Tanjung Priok disepanjang pantai

Cengkareng. Di sekitar lokasi pelabuhan banyak sungai yang membawa

sedimen suspensi. Untuk menghalangi masuknya sedimen suspensi ke

perairan pelabuhan, maka dibuat pemecah gelombang sepanjang 930 m

2.5. Fasilitas Pelabuhan

Terminal adalah fasilitas pelabuhan yang terdiri dari atas kolam standar dan

tempat kapal bersandar atau tambat, tempat penunpukan, tempat menunggu dan

naik turun penumpang, dan/atau tempat bongkar muat barang (Pasal 1.19 UU-RI No.

17/2008). Terminal ini dilengkapi dengan jalan kereta api, jalan raya atau saluran

pelayaran darat. Daerah pengaruh pelabuhan bisa sangat jauh dari pelabuhan

tersebut. Dengan demikian, pelabuhan merupakan bandar yang dilengkapi dengan

bangunan-bangunan untuk pelayanan bongkar-muat barang dan penumpang.

Page 15: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

Karena dalam kenyataannya sebuah kapal yang berlabuh juga berkepentingan untuk

melakukan bongkar-muat barang dan menaik-turunkan penumpang, maka nama

pelabuhan lebih tepat dibanding bandar.

Pelabuhan tidak lagi harus berada di daerah terlindung secara alami, tetapi

bisa berada di laut terbuka, untuk medapatkan perairan yang luas dan dalam. Sangat

sulit untuk mendapatkan areal yang relatif dalam yang berada di dekat pantai,

terlebih lagi jika pantainya merupakan jenis pantai lumpur. Sehingga kapal tanker

yang mempunyai draft yang sangat besar merapat jauh di lepas pantai. Disamping

itu, kebutuhan pemecah gelombang untuk melindungi daerah perairan semakin

meningkat pula. Tipe pelabuhan juga disesuaikan dengan jenis dan ukuran kapal-

kapal yang menggunakannya. Bila ditinjau dari segi pengusahaanya, maka dalam

arti pelabuhan dibedakan atas , Pelabuhan yang diusahakan, yaitu pelabuhan yang

sengaja diselenggarakan untuk memberikan fasilitas-fasilitas yang diperlukan oleh

kapal yang memasuki pelabuhan untuk melakukan kegiatan bongkar muat dan

kegiatan lainnya.

2.5.1. Bangunan Fasilitas Pelabuhan

Fasilitas pelabuhan pada dasarnya dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu

fasilitas pokok dan fasilitas penunjang. Pembagian ini dibuat berdasarkan

kepentingannya terhadap kegiatan pelabuhan itu sendiri.

a. Fasilitas Pokok Pelabuhan

Fasilitas Pokok Pelabuhan terdiri dari

1. alur pelayaran (sebagai ‘jalan’kapal sehingga dapat memasuki daerah pelabuhan

dengan aman dan lancar),

2. penahan gelombang (breakwater untuk melindungi daerah pedalaman pelabuhan

dari gelombang, terbuat dari batu alam, batu buatan dan dinding tegak),

3. kolam pelabuhan (berupa perairan untuk bersandarnya kapal-kapal yang berada di

pelabuhan) dan

4. dermaga (sarana dimana kapal-kapal bersandar untuk memuat dan menurunkan

barang atau untuk mengangkut dan menurunkan penumpang).

b. Fasilitas Penunjang Pelabuhan

Fasilitas penunjang pelabuhan terdiri dari gudang, lapangan penumpukan, terminal

dan jalan. Berikut penjelasan mengenai fasilitas penunjang pelabuhan :

1. Gudang adalah bangunan yang digunakan untuk menyimpan barang- barang yang

berasal dari kapal atau yang akan dimuat ke kapal. Gudang dibedakan berdasarkan

jenis (lini-I, untuk penumpukan sementara dan lini-II sebagai tempat untuk

melaksanakan konsolidasi/distribusi barang, verlengstuk – bangunan dalam lini-II,

Page 16: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

namun statusnya lini-I,enterpot – bangunan diluar pelabuhan, namun statusnya

sebagai lini-I), penggunaan (gudang umum, gudang khusus – untuk menyimpan

barang-barang berbahaya, gudang CFS – untuk stuffing/stripping).

2. Lapangan Penumpukan adalah lapangan di dekat dermaga yang digunakan untuk

menyimpan barang-barang yang tahan terhadap cuaca untuk dimuat atau setelah

dibongkar dari kapal.

3. Terminal adalah lokasi khusus yang diperuntukan sebagai tempat kegiatan

pelayanan bongkar/muat barang atau peti kemas dan atau kegiatan naik/turun

penumpang di dalam pelabuhan. Jenis terminal meliputi terminal peti kemas, terminal

penumpang dan terminal konvensional.

4. Jalan adalah suatu lintasan yang dapat dilalui oleh kendaraan maupun pejalan

kaki, yang menghubungkan antara terminal/lokasi yang lain, dimana fungsi utamanya

adalah memperlancar perpindahan kendaraan di pelabuhan.

2.6. Klasifikasi Pelabuhan

Pelabuhan dapat diklasifikasikan dilihat dari berbagai bidang,tergantung dari

kegiatan yang dilakukan serta menyangkut fungsinya sesuai dengan kepentingan

yang dituju. Berikut ini beberapa klasifikasi pelabuhan antara lain:

2.6.1. Ditinjau dari Segi Penyelenggaraannya

1. Pelabuhan Umum

Pelabuhan umum diselenggarakan untuk kepentingan pelayanan masyarakat

umum . Penyelenggaraan pelabuhan umum dilakukan oleh pemerintah dan

pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada badan usaha milik negara yang didirikan

untuk maksud tersebut. Di Indonesia dibentuk empat badan usaha milik negara yang

diberi wewenang untuk mengelola pelabuhan umum yang diusahakan. Keempat

badan usaha tersebut adalah : PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I berkedudukan di

Medan, Pelabuhan Indonesia II berkedudukan di Jakarta, Pelabuhan Indonesia III

berkedudukan di Surabaya dan Pelabuhan Indonesia IV berkedudukan di Ujung

Pandang.

2. Pelabuhan khusus

Pelabuhan khusus diselenggarakan untuk kepentingan sendiri guna

menunjang kegiatan tertentu. Pelabuhan ini tidak boleh digunakan untuk kepentingan

umum, kecuali dalam keadaan tertentu dengan ijin pemerintah. Pelabuhan khusus

dibangun oleh suatu perusahaan baik pemerintah maupun swasta yang berfungsi

untuk prasarana pengiriman hasil produksi perusahaan tersebut. Sebagai contoh

adalah pelabuhan LNG Arun di Aceh yang digunakan untuk mengirimkan hasil

Page 17: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

produksi gas alam cair ke daerah atau negara lain. Pelabuhan pabrik alumunium

Asahan di Kuala Tanjung Sumatra Utara digunakan untuk melayani import bahan

baku bauksit dan export alumunium ke daerah / Negara lain.

Gambar 1. Pelabuhan pabrik alumunium Asahan di Kuala Tanjung2.

2.6.2. Ditinjau Dari Segi Pengusahaannya

1. Pelabuhan yang diusahakan

Pelabuhan ini sengaja diusahakan untuk memberikan fsilitas-fasilitasyang

diperlukan oleh kapal yang memasuki pelabuhan untuk melakukn kegiatan bongkar-

muat barang, menaik-turunkan penumpang serta kegiatan lainnya.Pemakaian

pelabuhan ini dikenakan biaya-biaya , seperti biaya jasa labuh, jasa tambat, jasa

pemanduan, jasa penundaan, jasa pelayanan air bersih, jasa dermaga, jasa

penumpukan, bongkar-muat, dan sebagainya.

2. Pelabuhan yang tidak diusahakan

Pelabuhan ini hanya merupakan tempat singgah kapal/perahu , tanpa fasilitas

bongkar muat , bea-cukai, dan sebagainya. Pelabuhan ini umumnya pelabunan kecil

yang disubsidi oleh pemerintah , dan dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Direktorat

Jenderal Perhubungan Laut.

2.6.3. Ditinjau dari fungsinya dalam Perdagangan Nasional dan Internasional

1. Pelabuhan laut

Page 18: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

Pelabuhan laut adalah pelabuhan yang bebas dimasuki oleh kapal-

kapal berbendera asing. Pelabuhan ini biasanya merupakan pelabuhan besar dan

ramai dikunjungi oleh kapal-kapal samudera.

Gambar 2. Pelabuhan Laut

2. Pelabuhan pantai

Pelabuhan pantai adalah pelabuhan yang disediakan untuk perdagangan

dalam negeri dan oleh karena itu tidak bebas disinggahi oleh kapal berbendera

asing. Kapal asing dapat masuk ke pelabuhan ini dengan meminta ijin terlebih

dahulu.

2.6.4. Ditinjau dari Segi Penggunaannya

1. Pelabuhan ikan

Pada umumnya pelabuhan ikan tidak memerlukan kedalaman air yang besar,

karena kapal-kapal motor yang digunakan untuk menangkap ikan tidak besar. Di

Indonesia pengusahaan ikan relatif masih sederhana yang dilakukan oleh nelayan-

nelayan dengan menggunakan perahu kecil. Jenis kapal ikan ini bervariasi, dari yang

sederhana berupa jukung sampai kapal motor.Di Indonesia contoh pelabuhan ikan

seperti Pelabuhan Ikan Cilacap. Pelabuhan ikan Cilacap berada di Pantai Teluk

Penyu dan menghadap ke Samudera Indonesia dengan gelombang cukup besar.

Pelabuhan tersebut merupakan pelabuhan dalam yang dibuat dengan mengeruk

daerah daratan untuk digunakan sebagai perairan pelabuhan. Dengan membuat

kolam pelabuhan di daerah darat, akan dapat mengurangi panjang pemecah

Page 19: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

gelombang . Tetapi,dengan demikian dibutuhkan pengerukan yang lebih besar.

Pemecah gelombang dibuat dari tumpukan batu dengan lapis pelindung dari

tetrapod. Biaya pembuatan pemecah gelombang di laut dengan gelombang sangat

besar akan mahal. Pemecah gelombang ini hanya berfungsi untuk melindungi mulut

pelabuhan (bukan perairan pelabuhan), sehingga bisa lebih pendek dan murah.

Gambar 3. Pelabuhan Ikan

Fasilitas-fasilitas yang ada pada pelabuhan ini adalah kantor pelabuhan,

kantor syahbandar, pemecah gelombang, dermaga (pier/jetty), tempat pelelangan

ikan, penyediaan air tawar, persediaan bahan bakar minyak, pabrik Es,

tempat pelayanan/reparasi kapal (spilway), rambu suar, tempat penjemuran ikan

dan perawatan jala.

2. Pelabuhan minyak

Untuk keamanan, pelabuhan minyak harus diletakkan agak jauh dari

keperluan umum. Pelabuhan minyak biasanya tidak memerlukan dermaga

atau pangkalan yang harus dapat menahan muatan vertikal yang besar, melainkan

cukup membuat jembatan perancah atau tambatan yang dibuat menjorok ke laut

untuk mendapatkan kedalaman air yang cukup besar. Bongkar muat

dilakukandengan pipa-pipa dan pompa-pompa .

Page 20: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

Gambar 4. Contoh pelabuhan minyak

.

Pipa-pipa penyalur diletakkan di bawah jembatan agar lalulintas diatas jembatan

tidak terganggu. Tetapi pada tempat-tempat di dekat kapal yang merapat, pipa-pipa

dinaikkan ke atas jembatan guna memudahkan penyambungan pipa- pipa. Biasanya,

di jembatan tersebut juga ditempatkan pipa uap untuk memebersihkan tangki kapal

dan pipa air untuk suplai air tawar. Karena jembatan tidak panjang, maka pada ujung

kapal harus diadakan penambatan dengan bolder atau pelampung pengikat agar

kapal tdak bergerak.

Perkembangan ukuran kapal tangker yang cukup pesat mempunyai

konsekuensi draft kapal melampaui kedalaman air pelabuhan sehingga kapal

tidak bisa berlabuh. Untuk itu kapal tangker membuang sauh di laut dalam dan

mengeluarkan minyak dengan mengguakan pipa bawah laut, atau memindahkan

minyak ke kapal yang lebih kecil dan mengangkutnya ke pelabuhan.

3. Pelabuhan barang

Pelabuhan ini mempunyai dermaga yang dilengkapi dengan fasilitas untuk

bongkar muat barang. Pelabuhan dapat berada di pantai atau estuari dari sungai

besar. Daerah perairan pelabuhan harus cukup tenang sehingga memudahkan

bongkar muat barang. Pelabuhan barang ini bisa dibuat oleh pemerintah sebagai

pelabuhan niaga atau perusahaan swasta untuk keperluan transport hasil

produksinya seperti baja, alumunium, pupuk, batu bara, minyak dan sebagainya.

Sebagai contoh, Pelabuhan Kuala Tanjung di Sumatera Utara

Page 21: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

adalah pelabuhan milik pabrik alumunium Asahan. Pabrik pupuk Asean dan

Iskandar Muda juga mempunyai pelabuhan sendiri. Pada dasarnya pelabuhan

barang harus mempunyai perlengkapan- perlengkapan berikut ini.

•Dermaga harus panjang dan harus dapat menampung seluruh panjang kapal atau

setidak-tidaknya 80% dari panjang kapal. Hal ini disebabkan karena muatan

dibongkar muat melalui bagian muka, belakang dan ditengah kapal.

•Mempunyai halaman dermaga yang cukup lebar untuk keperluan bongkar muat

barang. Barang yang akan dimuat disiapkan di atas dermaga dan kemudian diangkat

dengan kran masuk kapal. Demikian pula pembongkarannya dilakukan dengan kran

dan barang diletakkan di atas dermaga yang kemudian diangkut ke gudang.

• Mempunyai gudang transito/penyimpanan di belakang halaman dermaga.

•Tersedia jalan dan halaman untuk pengambilan /pemasukan barang dari dan ke

gudang serta mempunyai fasilitas reparasi.

Sebelum barang dimuat dalam kapal atau setelah diturunkan dari kapal,maka barang

muatan tersebut ditempatkan pada halaman dermaga. Bentuk halaman dermaga

tergantung pada jenis muatan yang bisa berupa :

•Barang-barang potongan (general cargo) yaitu barang-barang yang dikirim dalam

bentuk satuan seperti mobil, truk, mesin, dan barang-barang yang dibungkus dalam

peti, karung, drum, dan sebagainya.

•Muatan curah/lepas (bulk cargo) yang dimuat tanpa pembungkus seperti batu bara,

biji-bijian, minyak dan sebagainya.

•Peti kemas (container) yaitu suatu peti yang ukurannya telah distandarisasi sebagai

pembungkus barang-barang yang dikirim. Karena ukurannya teratur dan sama, maka

penempatannya akan lebih dapat diatur dan pengangkutannyapun dapat dilakukan

dengan alat tersendiri yang lebih efesien. Ukuran peti kemas dibedakan dalam 6

macam yaitu :1. 8x8x5 ft

3 berat maksimum 5 ton2. 8x8x7 ft 3 berat maksimum 7 ton3. 8x8x10 ft 3 berat maksimum 10 ton4. 8x8x20 ft 3 berat maksimum 20 ton5. 8x8x25 ft 3 berat maksimum 25 ton6. 8x8x40 ft 3 berat maksimum 40 ton 4. Pelabuhan penumpang

Pelabuhan penumpang tidak banyak berbeda dengan pelabuhan barang.

Pada pelabuhan barang di belakang dermaga terdapat gudang-gudang , sedang

untuk pelabuhan penumpang dibangun stasiun penumpang yang melayani segala

kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan orang yang bepergian, seperti kantor

Page 22: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

imigrasi, duane, keamanan, direksi pelabuhan, maskapai pelayaran, dan sebagainya.

Barang-barang yang perlu dibongkar muat tidak begitu banyak, sehingga gudang

barang tidak perlu besar. Untuk kelancaran masuk keluarnya penumpang dan

barang, sebaiknya jalan masuk/keluar dipisahkan. Penumpang melalui lantai atas

dengan menggunakan jembatan langsung ke kapal, sedang barang-barang melalui

dermaga.

Gambar 5. Contoh pelabuhan penumpang

5. Pelabuhan campuran

Pada umumnya percampuran pemakaian ini terbatas untuk penumpang dan

barang, sedangkan untuk keperluan minyak dan ikan biasanya tetap terpisah.Tetapi

bagi pelabuhan kecil atau masih dalam taraf perkembangan, keperluan untuk

bongkar muat minyak juga menggunakan dermaga atau jembatan yang sama guna

keperluan barang dan penumpang. Pada dermaga dan jembatan juga diletakkan

pipa-pipa untuk mengalirkan minyak.

6. Pelabuhan Militer

Pelabuhan ini mempunyai daerah perairan yang cukup luas

untuk memungkinkan gerakan cepat kapal-kapal perang dan agar letak bangunan

cukup terpisah. Konstruksi tambatan maupun dermaga hampir sama dengan

pelabuhan barang, hanya saja situasi dan perlengkapannya agak lain. Pada

pelabuhan barang letak/kegunaan bangunan harus seefisien mungkin, sedang pada

Page 23: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

pelabuhan militer bangunan-bangunan pelabuhan harus dipisah-pisah yang letaknya

agak berjauhan.

2.6.5. Ditinjau Menurut Letak Geografis Dan Kontruksinya

Menurut letak geografisnya dan kontruksinya, pelabuhan dapat dibedakan

menjadi pelabuhan alam, semi alam dan pelabuhan buatan.

1. Pelabuhan alam

Pelabuhan alam merupakan daerah perairan yang terlindungi dari badai dan

gelombang secara alam, misalnya oleh suatu pulau, jazirah atau terletak diteluk,

estuari dan muara sungai. Di daerah ini pengaruh gelombang sangat kecil.

Pelabuhan Cilacap yang terletak di selat antara daratan Cilacap dan

Pulau Nusakambangan merupakan contoh pelabuhan alam yang daerah perairannya

terlindung dari pengaruh gelombang yaitu oleh pulau Nusa Kambangan. Contoh dari

pelabuhan alam lainnya adalah pelabuhan Palembang, Belawan, Pontianak, New

York, San Fransisco, London, dsb yang terletak di muara sungai (estuari). Estuari

adalah bagian dari sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Pada waktu

pasang air laut masuk ke hulu sungai. Saat pasang tersebut air sungai dari hulu

terhalang dan tidak bisa langsung dibuang ke laut. Dengan demikian di estuari terjadi

penampungan air dalam jumlah sangat besar. Pada waktu surut, air tersebut akan

keluar ke laut . Karena volume air yang dikeluarkan sangat besar, maka kecepatan

aliran cukup besar yang dapat mengerosi endapan didasar sungai. Lama periode air

pasang dan surut tergantung pada tipe pasang surut. Untuk pasang surut tipe diurne

periode air pasang dan surut masing-masing adalah sekitar 12 jam . Sedang tipe

semi diurne periode adalah 6 jam. Karena adanya pasang surut tersebut maka

kedalaman air di estuari cukup besar, baik pada waktu air pasng maupun surut,

sehingga memungkinkan kapal-kapal untuk masuk ke daerah perairan tersebut. Di

estuari ini tidak dipengaruhi oleh gelombang, tetapi pengaruh arus dan sedimentasi

cukup besar.

Gambar 6. Pelabuhan alam di muara sungai

2. Pelabuhan buatan

Pelabuhan buatan adalah suatu daerah perairan yang dilindungi

dari pengaruh gelombang dengan membuat bangunan pemecah gelombang

Page 24: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

(breakwater). Pemecah gelombang ini membuat daerah perairan tertutup dari laut

dan hanya dihubungkan oleh suatu celah atau mulut pelabuhan untuk

keluar masuknya kapal. Di dalam daerah tersebut dilengkapi dengan alat penambat.

Bagunan ini dibuat mulai dari pantai dan menjorok ke laut sehingga gelombang yang

menjalar ke pantai terhalang oleh bangunan tersebut. Contoh dari pelabuhan ini

adalah pelabuhan Tanjung Priok , Tanjung Mas dan sebagainya.

Gambar 7. Pelabuhan Tanjung Priok

3. Pelabuhan semi alam

Pelabuhan ini merupakan campuran dari kedua tipe di atas. Misalnya suatu

pelabuhan yang terlindungi oleh lidah pantai dan perlindungan buatan hanya pada

alur masuk. Pelabuhan Bengkulu adalah contoh dari pelabuhan ini.

Pelabuhan Bengkulu memanfaatkan teluk yang terlindung oleh lidah pasir untuk

kolam pelabuhan. Pengerukan dilakukan pada lidah pasir untuk membentuk saluran

sebagai jalan masuk/keluar kapal. Contoh lainnya adalah muara sungai yang kedua

sisinya dilindungi oleh jetty. Jetty tersebut berfungsi untuk menahan masuknya

transpor pasir sepanjang pantai ke muara sungai , yang dapat menyebabkan

terjadinya pendangkalan.

Page 25: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

BAB III

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN PELABUHAN

Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan pelabuhan adalah :

1. Faktor-faktor umum

a. Kebutuhan hidup

b. Kegiatan ekonomi

c. Penjelajahan dunia baru

2. Pertambahan jumlah penduduk

Penyebaran jumlah penduduk agar merata perlu adanya akomodasi yang

memadai dengan fasilitas-fasilitas pelabuhan yang perlu ditingkatkan.

3. Pertumbuhan industri

Sumber daya yang besar mendorong meningkatnya kegiatan industri, dengan

adanya sumber daya khususnya sumber daya manusia

menyebabkan perkembangan industri sangat pesat, serba modern dan canggih.

Dengan keadaan tersebut, kelompok industri menghasilkan sejumlah kebutuhan

yang diperlukan dalam kehidupan. Guna mendukung pertumbuhan ekonomi perlu

penyebaran barang-barang hasil industry, salah satunya melalui akomodari laut yang

dimana didukung oleh pelayaran. Semakin lama keadaan ini terus meningkat, begitu

pula dengan perkembangan akomodasi laut yang notabene didukung oleh pelabuhan

dengan fasilitas-fasilitas penunjang yang terus meningkat seiring meningkatnya

kegiatan industri.

4. Pertumbuhan industri minyak

Bahan bakar minyak merupakan salah satu kebutuhan yang terbesar

dan berpengaruh sangat luar biasa terhadap perkembangan suatu negara. Indonesia

merupakan salah satu pengekspor minyak dunia, tentu saja hal tersebut harus

didukung oleh akomodasi yang pantas. Pelabuhan minyak adalah akomodasi

yang paling umum digunakan, yang dimana peningkatan kegiatan ekspor

minyak menyebabkan peningkatan fasilitas-fasilitas pendukung pelabuhan guna

memperlancar kegiatan tersebut.

5. Perkembangan pelabuhan-pelabuhan khusus

Pelabuhan khusus adalah pelabuhan yang diperuntukkan menangani bongkar

muat barang dengan fasilitas-fasilitas yang khusus juga. Kegitan bongkar muat

dilakukan agar seefisien mungkin, untuk itu peralatan-peralatan penunjang yang

Page 26: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

diperlukan khusus dan memerlukan area yang tidak sempit. Untuk memperlancar

kegiatan tersebut maka pelabuhan itu perlu adanya peningkatan fasilitas-fasilitasnya.

6. Modernisasi pelabuhan

Pelabuhan tidak sepenuhnya akan tetap dengan keadaan baik dan dalam

kondisi sedemikian saja, rehabilitasi dan modernisasi dilakukan seiring

dengan perkembangan teknologi dan kemajuannya. Guna mendukung setiap

kegiatan yang ada di pelabuhan tersebut, modernisasi sangat penting dilakuakan .

Dalam perkembangannya, pembangunan pelabuhan dapat dibedakan menjadi dua

kategori yaitu fasilitas general cargo dan fasilitas barang-barang khusus yang dimana

keduanya disertai dengan pembangunan konstruksi yang baru serta modernisasi dan

rehabilitasi. Penerapan teknologi modern dalam mempercepat pekerjaan

bongkar muat barang seperti cargo unitization dalam angkutan laut dan penerapan

economics. Unitization muatan meliputi berbagai cara agar sejumlah

muatan berukuran kecil digabung menjadi satu kesatuan dan dapat dikerjakan

(bongkar muat) sebagai satu kesatuan pallets atau container dengan kapal guna

ganda. Muatan yang dijadikan satu menjadi kesatuan (pressrun cargo) tidak

memerlukan kapal khusus dan dapat diangkut dalam kapal break bulk.Unitization

dapat meredusir biaya bongkar muat, tetapi perlu ditekankan bahwa penghematan

yang dilakukan oleh sistem ini sangat peka terhadap sifat dan volume muatan pada

suatu trayek. Untuk hal tersebut, kembali pada fasilitas-fasilitas yang dibuat untuk

mendukung kegiatan tersebut membuat pelabuhan semakin berkembang dengan

peningkatan di setiap kekurangannya.

7. Perkembangan dunia armada

Seperti yang telah diketahui pada perkembangan kapal-kapal niaga yang

dibuat semakin besar dan memiliki kecepatan yang tinggi. Mengimbangi keadaan

tersebut kondisi pelabuhan juga dituntut bisa menampung kapal-kapal tersebut.

Disisi lain biaya investasi kapal-kapal bertambah besar, sehingga efisiensi operasi

perlu ditingkatkan agar keuntungan penerapan economics of scale dapat

dimanfaatkan.

8. Kemajuan dalam perancangan konstruksi pelabuhan

Kemajuan konstruksi pelabuhan sangat mendorong dalam

perkembangan pembangunan pelabuhan di dunia maupun di Indonesia. Dalam

dekade terakhir banyak dijumpai berbagai konstruksi yang menakjubkan dari

pelabuhan itu sendiri. Beberapa kemajuan yang paling penting dalam perancangan

konstruksi dapat terlihat dengan dukungan seperti : Mekanika Tanah, angin, arus

(pasang-surut) dan gelombang, pemecah gelombang, beton, sistem fender,

perlindungan terhadap korosi, berbagai metode baru dalam penanganan

penumpang, serta kemajuan dalam bidang industri konstruksi.

Page 27: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

BAB IV

PENGUSAHAAN PELABUHAN

Perencanaan, pelaksanaan/pembangunan dan pengoprasian pelabuhan pada

dasarnya komplek, tidak saja menyangkut panjang dermaga lebar dermaga tapi

menyangkut banyak hal khususnya untuk pelabuhan-pelabuhan besar.

Untuk pengawasan semua faktor-faktor yang perlu untuk membuat pelabuhan

berfungsi dengan lancar adalah suatu tanggung jawab yang besar. Kompleksnya

masalah akan jadi bertambah berkenaan dengan kepemilikan pelabuhan, karena

kadang-kadang meliputi banyak instisusi yang berbeda.

Pelabuhan merupakan tempat untuk melaksanakan kegiatan

pemindahan barang dari satu tempat ketempat lainnya yang diangkut melalui jalur

transportasi laut yang prosesnya berawal di pelabuhan muat dan berakhir di

pelabuhan tujuan. Secara umum fungsi pelabuhan dapat disebutkan sebagai tempat

pertemuan (interface), pintu gerbang (gate way), entititas (industry entity) dan

tempat bertemunya berbagai bentuk moda transportasi. Kelancaran operasional

pelabuhan laut merupakan salah satu faktor pendukung berkembangnya suatu

daerah yang secara langsung juga akan berdampak kepada berkembangnya kepada

perekonomian daerah/wilayah setempat. Selain dari PT. (Persero) Pelabuhan

Indonesia yang merupakan pelaku bisnis utama (pengusaha jasa kepelabuhanan) di

pelabuhan dalam operasionalnya didukung oleh pelaku-pelaku bisnis lainnya yang

dalam operasionalnya mempunyai keterkaitan bisnis secara langsung dengan PT.

(Persero) Pelabuhan Indonesia. Secara garis besar dapat digambarkan dengan

pelaku-pelaku bisnis di pelabuhan pada umummnya merupakan pihak-pihak yang

mewakili (perantara/agen) kepentinngan para shipper (pemilik barang / penjual)

ataupun bayer (pembeli barang) dimanapun berada antara lain yaitu :

4.1. Perusahaan pelayaran (Shipping lines)

Perusahaan pelayaran disebut juga sebagai Shipping Company atau populer

juga disebut dengan istilah Shipping Lines. Dalam operasionalnya tugas utama dari

Shipping Lines adalah mengangkut barang dari pelabuhan awal ke pelabuhan tujuan

berdasarkan instruksi pengiriman (Shipping Instruction) barang dari Shipper. Selain

dari tugas utama tersebut diatas, Shipping lines juga mengusakan beberapa bidang

usaha lainnya antara lain sebagai agen pelayaran (Shipping Agent) dan usaha-usaha

lainnya bersifat sebagai penunjang kegiatan pelayaran. Jenis usaha Shipping lines

terdiri dari kategori :

a. Pelayaran dalam negeri

Merupakan kegiatan pengangkutan barang yang beroperasi terbatas pada

antar pelabuhan dalam satu negara misalnya (pelayaran antar pulau di Indonesia)

Page 28: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

dengan sifat kunjungan liner/reguler (berkunjung secara tetap dan teratur) maupun

secara tramper ( berkunjung secara tidak tetap/tidak teratur).

b. Pelayaran luar negeri

Merupakan kegiatan pengangkutan barang yang beroperasi antar pelabuhan

dalam negeri dengan luar negeri dengan sifat kunjungan liner/ reguler dan tramper.

4.2. Perusahaan Bongkar Muat (Stevedoring Company)

Perusahaan bongkar muat atau yang populer disebut dengan PBM atau

Stevedore memberikan kontribusi dalam kelancaran operasional pelabuhan

dalam bentuk membongkar dan memuat barang dari dan ke kapal, kegiatan

pergudangan dan penumpukan barang. Secara umum tiga kegiatan utama yang

termasuk dalam aktifitas stevedoring company adalah sebagai berikut :

a. Stevedoring

Stevedoring adalah kegiatan pembongkaran barang dari dan ke kapal dengan

menggunakan peralatan mekanis, non mekanis dan moda

transportasi pendukungnya

b. Cargodoring

Cargodoring adalah kegiatan mengeluarkan barang dari dermaga dan mengangkut

dari dermaga kelapangan penumpukan barang di gudang / lapangan penumpukan

dan sebaliknya

c. Receiving Delivery

Receiving Delivery merupakan kegiatan penerimaan dan peyerahan barang dari

gudang / lapangan penumpukan barang di daerah lini 1 dan menyusun keatas

kendaraan truk dipintu gudang / lapangan penumpukan barang lini 1 atau sebaliknya

untuk seterusnya disampaikan kepada Shipper. Dalam melaksanakan tugas

perusahaan bongkar muat stevedore bertanggung jawab dalam kelancaran

operasional pelabuhan dalam bentuk :

•Perencanaan operasional kegiatan bongkat muat kapal

•Kesempatan atas penerimaan dan penyerahan barang

•Pengaturan penggunaan tenaga kerja bongkar muat dan peralatannya sesuai

kebutuhan. Tahapan-tahapan tugas yang dilaksanakan oleh perusahaan bongkar

muat adalah:

i. Sebelum kapal sandar didermaga

Dokumen-dokumen yang harus dipersiapkan oleh PBM sebelum kapal sandar

didermaga :

Page 29: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

•Document manifest

•Stowage plane

•Ship plan

•Loading list

•Handling Order

•Dangerious cargo list

•Shifting cargo list

ii. Saat kapal sandar didermaga

Hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum kapal di dermaga adalah:

•Pembuatan laporan pengawasan kondisi muatan ( cargo maupun container).

•Pengawasan dan supervisi kegiatan operasional bongkar muat

iii. Setelah kapal berangkat

Hal-hal yang harus dilakukan setelah kapal berangkat adalah :

•Pembuatan laporan hasil kegiatan bongkar muat secara menyeluruh.

•Evaluasi dan rekapitulasi hasil kegiatan bongkar muat

•Melaksanakan penagihan terhadap biaya-biaya kegiatan bongkar muat

iv. Warehosing

Kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan bongkar muat pada tahapan

warehosing pergudangan adalah :

•Penanganan barang-barang yang akan masuk ke gudang

•Penanganan terhadap barang yang memerlukan penanganan / perlakuan khusus

•Penanganan terhadap barang yang ditimbun di open storage

v. Delivery

Kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan bongkar muat pada tahapan delivery

pergudangan adalah :

•Menerima kwitansi pembayaran

•Menerima Delivery Order (DO) yang di fiat diberi izin impor oleh costum

•Pemberian surat jalan keluar dari pelabuhan kepada shipper /consignee.

Page 30: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

4.3. Freight Forwarder

Freight Forwarder adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pengurusan

transportasi (JPT) atau disebut juga dengan istilah Architect of Transport. Disebut

sebagai Architect of Transport karena freight forwarderlah yang berperan dalam

pengaturan angkutan ke pasar tujuan dengan moda transportasi yang aman dan

ekonomis. Freight Forwarder berperan sebagai perantara untuk menangani muatan

antara Shipper (Pemilik barang) dan consignee (penerima barang) dan dengan

carrier (pengangkut) Ruang lingkup tugas freight forwarder adalah bertanggung

jawab sejak mulai diterimannya barang/muatan dari Shipper sampai dengan

barang/muatan diserahkan kepada cosignee. Dalam operasionalnya freight forwarder

menggunakan beberapa moda transportasi pendukung yaitu moda transportasi laut,

darat dan udara. Jasa-jasayang diberikan oleh freight forwarder antara lain dalam

bentuk pengurusan dokument dan operasional antara lain proses clearance dan

dokumen barang eksport maupun import.

Tugas-tugas freigh forwarder secara umum adalah :

•Menerima barang/muatan

•Menyerahkan barang

•Menyimpan barang

•Menyiapkan barang

•Menyelesaikan biaya tagihan asuransi, biaya angkutan darat, laut dan udara, klaim

yang berhubungan dengan muatan ekspor dan impor.

•Mengepak packing barang atau muatan

•Mengukur berat atau mengukur volume muatan

•Menyelesaikan dokument-dokument terkait perbedaan antara fungsi tugas

perusahaan berstatus sebagai Freight Forwarder dibandingkan dengan perusahaan

yang berstatus sebagai ekspedisi muatan kapal laut atau popular dengan istilah

EMKL,pada Freight Forwarder dapat menggunakan beberapa jenis moda

transportasi (laut, udara dan udara) sedangkan pada EMKL terbatas hanya pada

moda transportasi laut.

4.4. Pembiayaan

Masalah kepelabuhanan merupakan faktor yang tidak terpisah dalam sistim

ekonomi negara secara keseluruhan, maka Institut Kepelabuhanan perlu disesuaikan

dengan landasan baru tentang kebijaksanaan umum dalam Ekonomi dan Keuangan.

pelabuhan juga sebagai prasarana ekonomi merupakan penunjang bagi

perkembangan Industri, Perdagangan maupun Pelayaran, oleh karenanya sistim

pengelolaan perlu disesuaikan dengan fungsinya. Pembiayaan dan pertanggung

Page 31: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

jawaban keuangan pelabuhan di bahas pada PP Nomor 1 Tahun 1969 Tanggal 18

Januari 1969,di antaranya :

Pasal 19

1. Sumber pendapatan pelabuhan berasal:

a. pungutan atas jasa-jasa dan fasilitas pelabuhan;

b. anggaran pemerintah;

c. sumber-sumber lainnya.

Jasa-jasa dan fasilitas pelabuhan yang boleh dipungut atau dikenakan kepada para

pemakainya akan diatur dalam peraturan tersendiri . Sumber-sumber pendapatan

tersebut dalam ayat (1) sub c pasal ini akan diatur oleh Menteri.

Pasal 20

1. Pembiayaan dari pelabuhan-pelabuhan diatur menurut kemungkinan-kemungkinan

sebagai berikut:

a. yang sepenuhnya dibiayai oleh Pemerintah (Pusat);

b. yang dibiayai oleh Pemerintah (Pusat) bersama dengan Daerah;

c. yang dibiayai dari hasil pelabuhan itu sendiri (otonom).

2. Menteri mengatur sistim pembiayaan pelabuhan sesuai dengan kemungkinan

tersebut ayat (1) di atas.

Pasal 21

1. Pertanggungan-jawab keuangan bagi pelabuhan- pelabuhan yang diusahakan

diatur menurut ketentuan-ketentuan I.B.W.dan atau menurut ketentuan perundang

undangan yang berlaku.

2. Pertanggungan-jawab keuangan bagi pelabuhan- pelabuhan yang tidak

diusahakan diatur menurut ketentuan-ketentuan I.C.W. Apabila konstruksi suatu

pelabuhan tidak mungkin bisa dibiayai oleh pemerintah. Dalam kasus ini biaya tidak

tersedia, dan proyek adalah sangat esensial, pembiayaan dimungkinkan dari sponsor

atau swasta dengan system sewa.Kontrak penyewaan konstruksi pelabuhan

biasanya dengan jangka waktu minimal 20 tahun. Dengan perubahan status Perum

Pelabuhan menjadi persero (PT), akan membawa pengaruh terhadap keuangan

perusahaan yaitu anggaran perusahaan disusun menurut anggaran Persero. Oleh

karena itu PT.Pelabuhan bertugas selain mengelola keuangan dan yang terpenting

sekali adalah PT.Pelabuhan bertugas untuk penyediaan dan pemeliharaan sarana

prasarana pelabuhan.

Page 32: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

Karena letak pelabuhan terpencar-pencar, kemampuan jenjang pengawasan,

perkembangan sistem pengelolaan serta misi dari pelabuhan adalah untuk

pelayanan, maka berdasarkan hal di atas maka Pengelolaan

pelabuhan berlandaskan “Desentralisasi terbatas “ dimana Kantor Pusat

melaksanakan perencanaan, pengendalian, dan pengawasan sedangkan cabang-

cabang PT. Pelabuhan sebagai pelaksanaan kegiatan operasional.

Page 33: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

BAB V

PERENCANAAN PELABUHAN

5.1. Pendahuluan

Pembangunan pelabuhan memekan biaya yang sangat besar. Oleh karena itu

diperlukan suatu perhitungan dan pertimbangan yang masak sebelum pelabuhan itu

dibangun. Pertimbangan bagi perencanaan pelabuhan biasanya didasarkan pada

pertimbangan-pertimbangan ekonomis, politis dan teknis. Diantara pertimbangan

tersebut yang terpenting adalah pertimbangan ekonomis.

Secara teknis hampir semua pelabuhan dapat dibangun, oleh karena itu

secara teknis dapat menyesuaikan. Masalah ekonomis dapat diperhitungkan

berdasarkan tujuan dari pelabuhan tersebut, daerah belakang, daerah operasi dan

5.2. Persyaratan dan perlengkapan pelabuhan

Pelabuhan adalah daerah yang telindungi dari pengaruh gelombang sehingga

kapal bisa berlabuh dengan aman untuk bongkar muat barang, menaik turunkan

penumpang, mengisi bahan bakar, melakukan reparasi dan sebagainya. Untuk

memberikan pelayanan yang baik, maka pelabuhan harus memenuhi beberapa

persyaratan diantaranya sebagai berikut :

1. Harus ada hubungan yang mudah antar moda transportasi, yaitu transportasi

laut/penyeberangan dan darat seperti jalan raya dan jalur kereta api, agar

barang-barang dapat diangkut dari dan ke pelabuhan dengan mudah.

Pelabuhan berada di suatu lokasi yang mempunyai daerah belakang

(hiterland) yang subur dengan populasi penduduk cukup padat.

3. Pelabuhan harus mempunyai kedalam air dan lebar alur yang cukup.

4. Kapal-kapal yang mencapai pelabuhan harus mampu membuang sauh

selama menunggu kapal merapat ke dermaga.

5. Pelabuhan harus mempunyai fasilitas bongkar muat barang (crane dsb) dan

gudang-gunga penyimpanan barang.

6. Pelabuhan harus mempunyai fasilitas untuk mereparasi kapal (dok).

Adapun fungsi dari masing-masing bangunan yang terdapat di pelabuhan

adalah sebagai berikut :

1. Pemecah gelombang : yang digunakan untuk melindungi daerah perairan

pelabuhan dari gangguan gelombang yang datang dari laut lepas, sehingga

dihalangi dengan banunan ini.

Page 34: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

2. Alur pelayaran : berfungsi untuk mengarahkan kapal-kapal yang keluar /masuk

pelabuhan. Alur pelayaran harus mempunyai kedalaman dan lebar yang

cukup untuk dilalui kapal-kapal.

3. Kolam pelabuhan : merupakan daerah perairan dimana kapal berlabuh guna

melakukan bongkar muat serta untuk melakukan gerakan memutar.

4. Dermaga : adalah bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapatnya

kapal dan menambatnya pada waktu bongkar muat barang.

5. Alat penambat : digunakan untu menambat kapal pada waktu merapat di

dermaga maupun menunggu di perairan sebelum kapal merapat di dermaga.

6. Gudang : yang terletak di belakang dermaga untuk menyimpan barang-barang

yang harus menunggu pengapalan.

7. Gedung terminal untuk keperluan administrasi.

a. Pemilihan lokasi pelabuhan

Pemilihan lokasi untuk membangun pelabuhan meliputi daerah pantai dan

daratan. Pemilihan tergantung beberapa faktor faktor diantaranya :

1. Kondisi tanah dan geologi.

2. Kedalaman dan luas daerah perairan.

3. Perlindungan pelabuhan terhadap gelombang.

4. Arus.

5. Sedimentasi.

6. Daerah daratannya yang cukup luas untuk menampung barang yang akan

bongkar muat.

7. Jalan-jalan untuk tranportasi.

8. Daerah industri di belakangnya.

Pemilihan lokasi pelabuhan harus mempertimbangkan faktor-faktor tersebut,

akan tetapi biasanya tidak semua faktor tersebut terpenuhi, sehingga diperlukan

suatu kompromi untuk mendapatkan hasil optimal. Beberapa faktor yang

mempengaruhi penentuan lokasi pelabuhan adalah sebagai berikut :

1. Biaya pembangunan dan perawatan bangunan-bangunan pantai.

2. Pengerukan pertama pada waktu pembangunan yang harus dilakukan.

3. Pengerukan selama pelabuhan beroperasi.

Page 35: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

b. Tinjauan topografi dan geologi

Keadaan topografi daratan dan bawah laut harus memungkinkan untuk

membangun suatu pelabuhan dan kemungkinan untuk pengembangan di masa

mendatang. Daerah daratan harus cukup luas untuk membangun suatu fasilitas

pelabuhan seperti dermaga

BAB VI

Page 36: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

6.1.

Sirkulasi udara yang kurang lebih sejajar dengan permukaan bumi

angin. Gerakan udara ini disebabkan oleh perubahan temperatur atmosfer.

waktu udara dipanasi, rapat massanya berkurang, yang berakibat naiknya

tersebut yang kemudian diganti oleh udara yang lebih dingin di

Perubahan temperatur di atmosfer disebabkan oleh perbedaan penyerapan

oleh tanah dan air, atau perbedaan panas di gunung dan lembah, atau

yang disebabkan oleh siang dan malam, atau perbedaan suhu pada

belahan bagian utara dan selatan karena adanya musim dingin dan panas.

Daratan cepat menerima panas daripada air (laut) dan sebaliknya daratan

juga lebih melepaskan panas. Oleh karena itu pada waktu siang hari

daratan lebih daripada laut. Udara di atas daratan akan naik dan diganti

oleh udara dari sehingga terjadi angin laut. Sebaliknya, pada waktu malam

hari daratan dingin daripada laut, udara di atas laut akan naik dan

diganti oleh udara daratan sehingga terjasi angin

Kecepatan angin diukur dengan anemometer. Apabila tidak

anemometer, kecepatan angin dapat diperkirakan berdasarkan keadaan

dengan menggunakan skala Beaufort, seperti ditunjukkan dalam tabel di bawah

(Tabel 6.1). Kecepatan angin biasanya dinyatakan dalam knot, satu knot

panjang satu menit garis bujur melalui khatulistiwa yang ditempuh dalam

jam, atau 1 knot = 1,852

Page 37: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

Tabel 6.1. Skala

Sifat

Sunyi Tidak ada angin,

0 –

Angin Arah angin

pada arah asap, ada bendera

1 –

Angin

Angin terasa muka, daun

4 –

Angin Daun/ranting

menerus

7 –

Debu/kertas

ranting dan cabkecil b

11 –

Angin

Pohon kecil buih putih di

17 –

Angin Dahan besar

suara mendesir

22 –

Pohon bergerak, perjalanan

luar

28 –

Angin

Ranting pohon berjalan

24 –

Kerusakan kecil

rumah, genteng dan

41 –

Badai Pohon

kerusakan besar

48 –

Angin Kerusakan

badai terdapat daerah

56 –

Angin Pohon besar

rumah rusak

(Sumber : Pelabuhan, Bambang Triatmodjo,

Page 38: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

Dengan pencatatan angin jam-jaman akan dapat diketahui angin

kecepatan tertentu dan durasinya, kecepatan angin maksimum, arah angin

dapat pula dihitung kecepatan rerata

Kadang-kadang kecepatan angin disajikan dalam bentuk rerata

kecepatan maksimum dan arah angin. Arah angin diukur terhadap arah utara

Untuk perencanaan pelabuhan data angin jam-jaman akan lebih

dibanding dalam bentuk rerata harian. Di dalam peramalan gelombang

data kecepatan angin dan durasinya. Dari data angin rerata harian tidak

diketahui durasi angin, sementara apabila digunakan kecepatan rerata

menjadi

Jumlah data angin dalam bentuk jam-jaman dan rerata harian untuk

tahun pengamatan adalah sangat besar. Untuk itu data tersebut harus

diolah disajikan dalam bentuk tabel (ringkasan) atau diagram yang disebut

mawar (windrose). Penyajian tersebut dapat diberikan dalam bentuk

bulanan, atau untuk beberapa tahun pencatatan. Dengan tabel atau

mawar angin maka karakteristik angin dapat dibaca dengan cepat.

Tabel di bawah ini .2) adalah contoh penyajian data angin dalam bentuk

tabel dari pencatatan di lapangan. Sedangkan gambar di bawah ini (Gambar

6.1) adalah contoh angin yang dibuat berdasarkan data dalam Tabel

Tabel 6.2 : Data Prosentase Kejadian Angin tahun 1996 –

ARAH

0 –

2,5 -

5 -

7,5 -

10 –

Page 39: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

Tabel dan gambar tersebut menunjukkan prosentase kejadian angin

kecepatan tertentu dari berbagai arah dalam periode waktu pencatatan.

contoh kejadian angin dengan kecepatan 5 - 7,5 knot dari arah utara

adalah dari 12 tahun

U

S

: 10.0 - 12.5

: 7.5 - 10.0

: 5.0 - 7.5

: 2.5 - 5.0

: calm (0.0 - 2.5

Gambar 6.1 Mawar Angin

T B

TL

TG BD

BL

0.72%

20% 30%

40%

50%

60%

Page 40: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

Dalam gambar tersebut garis-garis radial adalah arah angin dan tiap

menunjukkan prosentase kejadian angin dalam periode waktu

6..2. Pasang

Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut sebagai fungsi waktu

adanya gaya tarik benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan

massa air laut di bumi. Meskipun massa bulan jauh lebih kecil dari

matahari, tetapi jaraknya terhadap bumi jauh lebih dekat, maka

pengaruh tarik bulan terhadap bumi lebih besar daripada pengaruh gaya

tarik

Pengetahuan tentang pasang surut adalah penting di dalam

dermaga. Elevasi muka air tertinggi (pasang) dan terendah (surut)

sangat untuk merencanakan bangunan-bangunan pelabuhan. Sebagai

contoh, puncak bangunan pemecah gelombang, dermaga dan sebagainya

ditentukan elavasi muka air pasang, sementara kedalaman alur

ditentukan oleh muka air

6.2.1. Beberapa Tipe Pasang

Bentuk pasang surut di berbagai daerah tidak sama. Di suatu daerah

satu hari dapat terjadi satu kali atau dua kali pasang surut. Secara

pasang surut di berbagai daerah dapat dibedakan dalam empat tipe, :

pasang surut harian tunggal (diurnal tide), harian ganda (semi diurnal dan

dua jenis

1) Pasang surut harian ganda (semi diurnal Dalam suatu hari terjadi dua

kali air pasang dan dua kali air dengan tinggi yang hampir sama dan

pasang surut terjadi secara secara

2) Pasang surut harian ganda (diurnal Dalam suatu hari terjadi satu kali air

pasang dan satu kali air

3) Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide

Dalam suatu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air

tetapi tinggi dan periodenya

Page 41: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

4) Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide

ada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu

air surut, tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua pasang

dan dua kali surut dengan periode yang sangat

Page 42: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

Gambar 2.2 : Tipe pasang

Page 43: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

6.2.2. Pasang Surut Purnama dan

Proses terjadinya pasang surut purnama dan perbani dapat

sebagai berikut. Dengan adanya gaya tarik bulan dan matahari maka air

yang semula berbentuk bola berubah menjadi ellips. Karena bumi dan

bulan pada orbitnya, maka posisi bumi, bulan dan matahari berubah setiap

saat. Revolusi bulan terhadap bumi ditempuh dalam waktu hari (jumlah hari

dalam satu bulan menurut kalender tahun kamariah, tahun yang didasarkan

pada peredaran bulan). Pada setiap sekitar tanggal dan 15 (bulan muda dan

purnama) posisi bumi, bulan dan matahari berada pada satu garis lurus,

sehingga gaya tarik bulan dan matahari bumi saling memperkuat. Dalam

keadaan ini terjadi pasang surut (pasang besar, spring tide), di mana

tinggi pasang surut sangat disbanding pada hari-hari yang lain. Sedang

pada sekitar tanggal 7 dan (seperempat dan tiga perempat revolusi bulam

terhadap bumi) di mana dan matahari membentuk sudut siku-siku terhadap

bumi, maka gaya bulan terhadap bumi saling menggurangi. Dalam keadaan

ini terjadi surut perbani (pasang kecil, neap tide), di mana tinggi pasang

surut dibanding dengan hari-hari yang

Gambar 6.3 : Kedudukan bumi-bulan-matahari saat pasang purnama (a) pasang

perbani

Page 44: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

Gambar 6.4 Variasi pasang surut karena perubahan tata

6.2.3. Beberapa Definisi Elevasi Muka

Mengingat muka air laut selalu berubah setiap saat, maka diperlukan

elevasi yang ditetapkan berdasar data pasang surut, yang dapat sebagai

pedoman di dalam perencanaan suatu

1) Muka air tinggi (high water level), muka air tertinggi yang dicapai saat

air pasang dalam satu siklus pasang

2) Muka air rendah (low water level), kedudukan air terendah yang

pada saat air surut dalam satu siklus pasang

3) Muka air tinggi rerata (mean high water level, MHWL), adalah rerata muka

air tinggi selama periode 19

4) Muka air rendah rerata (mean low water level, MLWL), adalah rerata muka

air rendah selama periode 19

5) Muka air laut rerata (mean sea level, MSL), adalah muka air rerata muka

air tinggi rerata dan muka air rendah rerata. Elevasi ini sebgai referensi

Page 45: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

untuk elevasi

6) Muka air tinggi tertinggi (highest high water level, HHWL), adalah

tertinggi pada saat pasang surut purnama atau bulan

7) Muka air rendah terendah (lowest low water level, LLWL), adalah

terendah pada saat pasang surut purnama atau bulan

8) Higher high water level, adalah air tertinggi dari dua air tinggi dalam hari,

seperti dalam pasang surut tipe

9) Lower low water level, adalah air terendah dari dua air rendah dalam

Beberapa definisi muka air tersebut banyak digunakan dalam

bangunan-bangunan pelabuhan, misalnya MHWL digunakan menentukan

elevasi puncak pemecah gelombang, dermaga, panjang pelampung

penambat dan sebagainya. Sedangkan LLWL diperlukan menentukan

kedalaman alur pelayaran dan kolam

6.2.4. Elevasi Muka Air

Di dalam perencanaan pelabuhan diperlukan data pengamatan pasang

minimal selama 15 hari yang digunakan untuk menentukan elevasi muka

rencana. Dengan penganatan selama 15 hari tersebut telah tercakup satu

pasang surut yang meliputi pasang purnama dan perbani. Pengamatan

lama (30 hari atau lebih) akan memberikan data yang lebih

Pengamatan muka air dapat menggunakan alat otomatis (aoutomatic

level recorder) atau secara manual dengan menggunakan bak ukur interval

pengamatan setip jam, siang dan malam. Untuk dapat pembacaan

dengan baik tanpa terpengaruh gelombang, biasanya dilakukan di

tempat terlindung, seperti muara atau

Dari data pengamatan pasang surtu dapat diramalkan pasang surut

periode berikutnya dengan menggunakan metode Admiralty atau

kuadrat terkecil (least square

Page 46: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

Gambar 6.5 Kurva pasang surut dan beberapa elevasi muka

Page 47: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

6.3.

Gelombang merupakan faktor penting di dalam perencanaan

Gelombang di laut bisa dibangkitkan oleh angin (gelombang angin), gaya

matahari dan bulan (pasang surut), letusan gunung berapi atau gempa di

(tsunami), kapal yang bergerak dan

Di antara beberapa bentuk gelombang tersebut yang paling penting

perencanaan pelabuhan adalah gelombang angin dan pasang surut.

adalah gelombang yang sangat besar yang apabila sampai di pantai

menghancurkan bangunan-bangunan di daerah tersebut. Tetapi karena tsunami

jarang terjadi, maka bangunan-bangunan pelabuhan tidak

berdasarkan tsunami. Perencanaan bangunan dengan memperhitungkan

akan memberikan dimensi bangunan yang sangat besar, sehingga

menjadi sangat

Gelombang yang digunakan untuk merencanakan

pelabuhan seperti pemecah gelombang, studi ketenangan di pelabuhan,

fasilitas-fasilitas pelabuhan lainnya. Gelombang tersebut akan menimbulkan

gaya yang bekerja pada bangunan pelabuhan. Selain itu gelombang juga

menimbulkan arus dant transpor sediman di daerah pantai. Layout

harus direncanakan sedemikian rupa sehingga sedimentasi di

pelabuhan

Pada umumnya gelombang di alam adalah sangat kompleks dan

digambarkan secara matematis karena ketidak-linieran, tiga dimensi

mempunyai bentuk yang random (suatu deret gelombang mempunyai tinggi

periode berbeda). Beberapa teori yang ada hanya menggambarkan

gelombang yang sederhana dan merupakan pendekatan gelombang alam.

beberapa teori dengan berbagai derajat kekompleksan dan ketelitian

menggambarkan gelombang di alam, di antaranya adalah teori Airy,

Gerstner, Mich, Knoidal dan

Page 48: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

Teori paling sederhana adalah teori gelombang Airy, yang juga disebut

gelombang linier atau teori gelombang amplitudo kecil, yang pertama

dikemukakan oleh Airy pada tahun 1945. Selain mudah dipahami, teori

sudah dapat digunakan sebagai dasar dalam perencanaan

6.3.1. Teori Gelombang

Berikut ini adalah hanya beberapa karakteristik gelombang Airy

natinya akan banyak berkaitan dalam hitungan-hitungan perencanaan. di

bawah ini menunjukkan suatu gelombang yang berada pada

koordinat x,y. gelombang menjalar pada arah sumbu

Gambar 6.6 Definisi ge

Dalam gambar tersebut gelombang bergerak dengan cepat rambat C di

dengan kedalaman d. dalam hal ini yang bergerak (merambat) hanya (profil)

muka airnya. Tidak seperti dalam aliran air di sungai di mana (massa) air

bergerak searah aliran, pada gelombang partikel air dalam satu orbit

tertutup sehingga tidak bergerak maju. Suatu pelampung berada di laut hanya

Page 49: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

bergerak naik turun mengikuti gelombang dan berpindah (dalam arah

penjalaran) dari tempatnya semula. Posisi setiap saat selama gerak orbit

tersebut diberikan oleh koordinat (ξ) dan vertical (ε) terhadap pusat

orbit. Komponen kecepatan vertical setiap saat adalah u dan v, dan elevasi

muka air terhadap muka air x) di setiap titik adalah

1) Profil muka

Profil muka air merupakan fungsi ruang (x) dan waktu (t) mempunyai

bentuk berikut ini

η = 𝐻

2 cos (kx – σt)

Persamaan (2.1) menunjukkan fluktuasi muka adalah periode terhadap

x dan t, dan merupakan gelombang sinusoidal progresif yang menjalar dalam

arah sumbu x

Gambar 2.7 di bawah menunjukkan dari persamaan (2.1) untuk empat nilai t

yaitu t0 = 0, t1 = T/8, t3 = 3T/8, dengan T adalah periode gelombang. Profil 1, 2, 3

dan 4 dengan perubahan waktu gelombang menjalar dalam arah

sumbu x cepat rambat L/T, dengan L adalah panjang gelombang.

Penjalaran terlihat dari bergesernya puncak gelombang, dari kiri ke

kanan dengan perubahan

Gambar 6.7 Profil muka air karena adanya

Page 50: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

2) Cepat rambat dan panjang

Cepat rambat (C) dan panjang gelombang (L) diberikan

persamaan berikut ini

C = 𝑔𝑇

2𝜋 tanh

2𝜋𝑑

𝐿 = 𝑔𝑇

2𝜋 tanh kd ( 2.2)

L = 𝑔𝑇2

2𝜋 tanh

2𝜋𝑑

𝐿 =

𝑔𝑇2

2𝜋 tanh kd (2.3)

Dengan k = 2𝜋

𝐿

Jika kedalaman air dan periode gelombang diketahui, maka cara coba-

banding (iterasi) akan didapat panjang gelombang

3) Klasifikasi gelombang menurut kedalaman

Berdasarkan kedalaman relatif, yaitu perbandingan antara air

d dan panjang gelombang L, (d/L), gelombang dapat menjadi tiga

macam yaitu

1. Gelombang di laut dangkal jika d/L <

2. Gelombang di laut transisi jika 1/20 < d/L <

3. Gelombang di laut dalam jika d/L <

Klasifikasi ini dilakukan untuk menyederhanakan

Apabila kedalaman relatif d/L adalah lebih besar dari 0,5; nilai

(2πd/L) = 1,0 sehingga persamaan (2.2) dan (2.3) menjadi (untuk g

9,81m/d²)

C0 = 𝑔𝑇

2𝜋 = 1,56 T (2.4)

L0 = 𝑔𝑇2

2𝜋 = 1,56 T2 (2.5)

Indeks o menunjukkan bahwa nilai-nilai tersebut adalah untuk di laut

Page 51: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

Apabila kedalaman relatif kurang dari 1/20, nilai tanh (2πd/L) =

sehingga persamaan (2.2) dan (2.3) menjadi

C = 𝑔𝑑 (2.6)

L = 𝑔𝑑 T (2.7)

Untuk kondisi gelombang di laut transisi, yaitu apabila 1/20 , d/L < cepat

rambat dan panjang gelombang dihitung dengan persamaan (2.2)

dan

𝑑

𝐿𝑜 =

𝑑

𝐿 tanh

2𝜋𝑑

𝐿 (2.8)

Persamaan (2.8) dapat digunakan untuk menghitung elombang

di setiap kedalaman, apabila panjang gelombang di laut diketahui.

Penyelesaian persamaan (2.8) sangat sulit karena iterasi yang

panjang. Untuk memudahkan hitungan telah dibuat Dalam tabel tersebut

juga diberikan beberapa fungsi yang akan digunakan dalam hitungan

4) Kecepatan partikel

Page 52: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

Gambar 6.8. Distribusi kecepatan partikel pada

5) Perpindahan

Ordinat horizontal dan vertikal dari gerak orbit partikel terhadap orbit

diberikan oleh bentuk berikut ini

Selama penjalaran gelombang dari laut dalam ke laut dangkal, orbit partikel

mengalami perubahan bentuk seperti gambar 2.13. Orbit perpindahan partikel

berbentuk lingkaran pada seluruh kedalaman di laut dalam. Di laut transisi dan

dangkal lintasan partikel berbentuk ellips semakin pipih, dan di dasar gerak partikel

adalahhorizontal.

Page 53: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

Gambar 6.9 Gerak orbit partikel air di laut dangkal, transisi dan

6) Tekanan

Tekanan yang disebabkan oleh gelombang merupakan gabungan tekanan

hidrostatis dan dinamis yang disebabkan oleh gelombang, mempunyai bentuk

sebagai berikut ini. Gambar (2.10) distribusi tekanan

Gambar 2.10 : Tekanan

Page 54: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

7) Kecepatan kelompok

Kecepatan kelompok gelombang mempunyai bentuk sebagai berikut

Cg = 1

2 𝐿

𝑇 1 +

2 𝑘𝑑

sinh2 𝑘𝑑 = nC (2.16)

n =1

2 1 +

2 𝑘𝑑

sinh2 𝑘𝑑 (2.17)

8) Energi dan tenaga

Energi total gelombang adalah jumlah dari energi kinetik dan potensial

gelombang. Energi kinetik adalah energi yng disebabkan kecepatan partikel

air karena adanya gerak gelombang. potensial adalah energi yang

dihasilkan oleh perpindahan muka air adanya tiap satu satuan waktu yang

menjalar dalam arah

Energi kinetik gelombang

Ek = 𝜌𝑔𝐻2 𝐿

16

Energi potensial gelombang

Ep = 𝜌𝑔𝐻2 𝐿

16

Energi total gelombang

Et = Ek + Ep = 𝜌𝑔𝐻2 𝐿

8 (2.18)

Tenaga gelombang

P = 𝑛𝐸

𝑇 (2.19)

dengan

n = 1

2 1 +

2𝑘𝑑

sinh2𝑘𝑑 (2.20)

Page 55: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

b. Refraksi

Refraksi terjadi karena adanya pengaruh perubahan kedalaman laut.

daerah di mana kedalaman air lebih besar dari setengah panjang yaitu

di laut dalam, gelombang menjalar tanpa dipengaruhi dasar laut. di laut

transisi dan dangkal, dasar laut mempengaruhi gelombang. Di ini, apabila

ditinjau suatu garis puncak gelombang, bagian dari gelombang yang

berbeda di air yang lebih dangkal akan menjalar kecepatan yang lebih kecil

daripada bagian di air yang lebih dalam. garis puncak gelombang akan

membelok dan berusaha untuk sejajar garis kedalaman laut. Garis

orthogonal gelombang, yang itu garis yang lurus dengan garis puncak

gelombang dan menunjukkan ke arah gelombang, juga akan

membelok dan berusaha untuk menuju tegak dengan garis kontur dasar

Gambar menunjukkan contoh refraksi gelombang di daerah

yang mempunyai garis kontur dasar laut dan garis pantai yang tidak

Page 56: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

Suatu deretan gelombang yang di laut dalam mempunyai panjang

Lo dan aris puncak gelombang sejajar bergerak menuju pantai. Terlihat

gambar bahwa garis puncak gelombang berubah bentuk dan berusahan

sejajar garis kontur dan garis pantai. Garis orthogonal gelombang

dalam arah menuju tegak lurus dengan garis Pada lokasi 1,

garis orthogonal gelombang menguncup sedang di lokasi garis orthogonal

gelombang menyebar. Karena energi antara dua orthogonal adalah

konstan sepanjang lintasan, berarti energi gelombang satuan lebar di lokasi 1

adalah lebih besar daripada di lokasi 2 (jarak garis orthogonal di lokasi 1

lebih kecil daripada di laut dalam sedang di 2 jarak tersebut lebih besar).

Apabila akan direncanakan suatu pelabuhan daerah pantai tersebut, maka

lokasi 2 adalah lebih cocok dari pada lokasi

Gambar 6.15 Refraksi gelombang pada kontur lurus dan sejajar

Page 57: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

Tenaga yang terkandung di antara dua garis orthogonal dapat dianggap

konstan. Apabila jarak antara garis adalah b, maka tenaga gelombang

di laut dalam dan di suatu titik yang adalah

𝑏𝑛𝐸

𝑇 0 =

𝑏𝑛𝐸

𝑇 1 = konstan

Apabila enegi gelombang seperti yang diberikan oleh persamaan 3.18

disubtitusikan kedalam persamaan di atas, maka :

𝐻12

𝐻02 =

𝑏0𝑛0𝐿0

𝑏1𝑛1𝐿1

𝐻1

𝐻2 =

𝑛0𝐿0

𝑛1𝐿1

𝑏0

𝑏1 (2.21)

Suku pertama dari persamaan (2.21) adalah pengaruh

sedang suku kedua adalah pengaruh garis orthogonal menguncup

atau menyebar (devirgen) yang disebabkan oleh refraksi gelombang.

suku tersebut dikenal sebagai koefisien pendangkalan Ks dan

refraksi Kr, sehingga persamaan (2.21) menjadi

H1 = Ks Kr H0

Proses refraksi gelombang adalah sama dengan refraksi cahaya terjadi

karena cahaya melintasi dua media perantara berbeda. kesamaan

tersebut maka pemakaian hokum Snell pada optik dapat untuk

meyelesaikan masalah refraksi gelombang yang disebabkan

perubahan

Dipandang suatu deretan gelombang yang menjalar dari laut

kedalaman d1 menuju kedalaman d2, dengan perubahan mendadak

anak tangga) dan dianggap tidak ada refleksi gelombang pada tersebut.

Karena adanya perubahan kedalaman mak cepat rambat dan gelombang

berkurang dari C1 dan L1 menjadi C2 dan L2. Sesuai dengan Snell, berlaku:

Page 58: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

sin α1 = 𝐶1

𝐶0 sin α0 (2.23)

dengan :

α0 : sudut antara garis puncak gelombang dengan kontur dasar di

gelombang

α1 : sudut yang sama yang diukur saat garis puncak

melintasi kontur dasar

C0 : kecepatan gelombang pada kedalaman di kontur

C1 : kecepatan gelombang pada kedalaman kontur berikutnya

Seperti terlihat dalam gambar (2.12), jarak antara orthogonal di laut

dan titik 1 adalah b0 dan b1. Apabila kontur dasar laut adalah lurus dan

maka jarak x di titik 0 dan 1 adalah sama sehingga

dengan koefisien refraksi adalah :

Kr = 𝑏0

𝑏1 =

cos𝛼0

cos𝛼1 (2.24)

Analisis refraksi dapat dilakukan secara analitis apabila garis kontur

dan saling sejajar dengan menggunakan hukum Snell secara

(persamaan

c. Difraksi

Apabila gelombang datang terhalang oleh suatu rintangan seperti

gelombang atau pulau, maka gelombang tersebut akan membelok di

ujung rintangan dan masuk di daerah terlindung di belakangnya, terlihat

pada gambar (2.13). Fenomena ini dikenal dengan defraksi Dalam

defraksi gelombang ini terjadi transfer energi dalam arah tegak penjalaran

gelombang menuju daerah terlindung. Seperti terlihat gambar (2.13),

apabila tidak terjadi difraksi gelombang, daerah di rintangan akan

tenang. Tetapi karena adanya proses difraksi maka tersebut terpengaruh

oleh gelombang datang. Transfer energi ke terlindung menyebabkan

terbentuknya gelombang di daerah meskipun tidak sebesar gelombang

Page 59: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

di luar daerah terlindung. Garis gelombang di belakang rintangan

mempunyai bentuk busur Dianggap bahwa kedalaman air adalah

konstan. Apabila tidak maka difraksi juga terjadi refraksi gelombang.

Biasanya tinggi gelombang di sepanjang puncak gelombang menuju

daerah terlindung. tentang difraksi gelombang ini penting di dalam

perencanaan pelabuhan pemecah gelombang sebagai pelindung

Gambar 2.13 : Difraksi gelombang di belakang

d. Hitungan Difraksi

Pada rintangan (pemecah gelombang) tunggal, tinggi gelombang di

tempat daerah terlindung tergantung pada jarak titik tersebut terhadap

rintangan r, sudut antara rintangan dan garis yang menghubungkan

tersebut dengan ujung rintangan β, dan sudut antara arah

gelombang dan rintangan θ gambar (2.13). Perbandingan antara gelombang

di titik yang terletak di daerah terlindung dan tinggi dating disebut

koefisien difraksi K’

HA = K’ Hp

Page 60: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

K’ = f

e. Gelombang Laut Dalam

Analisis transformasi gelombang sering dilakukan dengan

gelombang laut dalam ekivalen. Pemakaian gelombang ini bertujuan

menetapkan tinggi gelombang yang mengalami refraksi, difraksi transformasi

lainnya, sehingga perkiraan transformasi dan gelombang dapat dilakukan

dengan lebih mudah. Tinggi gelombang dalam ekivalen diberikan oeh bentuk

H’0 = K’ Kr H0

dengan

H’0 : tinggi gelombang laut dalam

H0 : tinggi gelombang laut

K’ : koefisien

Kr : koefisien

Konsep tinggi gelombang laut dalam ekivalen ini digunakan dalam

gelombang pecah, kanaikan (runup) gelombang, limpasan gelombang

proses

f. Refleksi

Gelombang yang mengenai/membentur suatu bangunan akan

sebagian atau seluruhnya. Refleksi geombang di dalam pelabuhan

menyebabkan ketidak-tenangan di dalam perairan pelabuhan. Fluktuasi air

ini akan menyebabkan gerakan-gerakan kapal yang ditambat, dan

menimbulkan tegangan yang besar pada tali penambat. Untuk

ketenangan di kolam pelabuhan maka bangunan-bangunan yang ada

pelabuhan harus bisa menyerap/menghancurkan gelombang. Suatu

yang mempunyai sisi miring dan terbuat dari tumpukan batu akan

menyerap energi gelombang lebih banyak di banding dengan bangunan dan

Page 61: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

masif. Pada bangunan vertikal, halus dan dinding tidak elastis, akan

dipantulkan seluruhnya. Gambar (2.14) adalah bentuk profil muka air depan

bangunan

Besar kemampuan suatu benda memantulkan gelombang diberikan

koefisien refleksi, yaitu perbandingan natara tinggi gelombang refleksi Hr tinggi

gelombang datang Hi

X = 𝐻𝑟

𝐻𝑖

Koefisien refleksi bangunan diestimasi berdasarkan tes model.

refleksi berbagai benda diberikan dalam tabel

Gambar 2.14 : Profil muka air di depan bangunan

Page 62: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

Tabel 2.3 : Koefisien

Tipe

Dinding vertikal dengan puncak di atas

Dinding vertikal dengan puncak

Tumpukan batu sisi

0,7 –

0,5 –

0,3 –

(Sumber : Pelabuhan, Bambang Triatmodjo,

Gerak gelombang di depan dinding vertical yang dapat

gelombang dengan sempurna yang mempunyai arah tegak lurus pada dapat

ditentukan dengan superposisi dari dua gelombang yang karakteristik

sama tetapi arah penjalarannya berlawanan. Superposisi kedua gelombang

tersebut menyebabkan terjadinya standing wave klapotis. Untuk

gelombang amplitude kecil, fluktuasi muka air

𝜂𝑖 = 𝐻1

2 cos (kx – σt)

Dan gelombang refleksi

𝜂𝑟 = X 𝐻1

2 cos (kx – σt)

Profil muka air di depan bangunan diberikan oleh jumlah 𝜂𝑖 dan 𝜂𝑟 :

+ 𝜂𝑟 = 𝐻1

2 cos (kx – σt) + X

𝐻1

2 cos (kx – σt)

= (1 + X) 𝐻1

2 cos kx cos σt

Apabila refleksi adalah sempurna X = 1, maka

η = Hi cos kx cos σt

Persamaan tersebut menunjukkan fluktuasi muka air gelombang

(standing wave) yang periodic terhadap waktu (t) dan terhadap jarak

Page 63: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

Apabila cos kx = cos σt = 1 maka tinggi maksimum adalah 2Hi, yang

bahwa tinggi gelombang di depan bangunan vertical bisa mencapai dua tinggi

gelombang

g. Gelombang

Jika gelombang menjalar dari tempat yang dalam menuju ke tempat

makin lama makin dangkal, pada suatu lokasi tertentu gelombang

pecah. Kondisi gelombang pecah tergantung pada kemiringan dasar pantai

kecuraman gelombang. Tinggi gelombang pecah dapt dihitung dengan

berikut ini

𝐻𝑏

𝐻′0 =

Kedalaman air di mana gelombang pecah diberikan oleh rumus berikut

Page 64: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

Di mana a dan b merupakan fungsi kemiringan pantai m dan diberikan

persamaan berikut

A = -19m

�,

��

��ℯ ���,��

dengan

Hb = tinggi gelombang p

H’0 = tinggi gelombang laut dalam

L0 = panjang gelombang di laut

db = kedalaman air pada saat gelombang

m = kemiringan dasar

g = percepatan

T = periode

Sudut datang gelombang pecah diukur berdasarkan gambar refraksi

kedalaman di mana terjadi gelombang

Penelitian yang dilakukan oleh Iversen, Galvin dan Goda (dalam

1984) menunjukkan bahwa Hb/H’0 dan db/Hb tergantung pada

dasar pantai dan kemiringan gelombang datang. Gambar (2.15), adalah yang

dibuat oleh Goda yang memberikan hubungan antara Hb/H’0 dan 0 untuk

berbagai kemiringan dasar pantai. Sedang gambar (2.16), adalah penelitian

Wiegel yang memberikan hubungan antara db/Hb dan Hb/gT² berbagai

kemiringan dasar pantai. Gambar (2.15) dan (2.16) disarankan digunakan di

dalam hitungan tinggi dan kedalaman gelombang

Gelombang pecah dapat dibedakan menjadi spilling, piunging atau

Page 65: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

yang tergantung pada cara pecahnya. Spilling biasanya terjadi

gelombang dengan kemiringan kecil menuju pada pantai yang sangat

(kemiringan kecil). Gelombang mulai pecah pada jarak yang cukup jauh pantai

dan pecahnya terjadi berangsur-angsur. Buih terjadi pada gelombang

selama mengalami pecah dan meninggalkan suatu lapis tipis pda jarak yang

cukup panjang. Gelombang pecah tipe plunging terjadi kemiringan

gelombang dan dasar laut besar sehingga gelombang dengan

dengan puncak gelombang memutar dan massa air pada gelombang akan

terjun ke depan. Energi gelombang pecah dihancurkan turbulensi, sebagian

kecil dipantulkan pantai ke laut, dan tidak gelombang baru terjadi pada air

yang lebih dangkal. Gelombang pecah surging terjadi pada pantai dengan

kemiringan yang sangat besar seperti terjadi pada pantai berkarang.

Daerah gelombang pecah sangat sempit, sebagian besar energi

dipantulkan kembali ke laut dalam. Gelombang tipe surging ini mirip

dengan plunging, tetapi sebelum puncaknya terjun, gelombang sudah

Page 66: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

Gambar 2.15 : Grafik tinggi gelobang

Page 67: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

Gambar 2.16 : Grafik kedalaman gelombang

Page 68: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

h. Gelombang

Gelombang yang ada di alam adalah sangat kompleks yang terdiri

suatu deretan/kelompok gelombang di mana masing-masing gelombang

dalam kelompok tesebut mempunyai tinggi dan periode

Gambar (2.17). adalah suatu pencatatan gelombang sebagai fungsi

di suatu tempat. Gambar tersebut menunjukkan bahwa gelombang

bentuk yang tidak teratur, dengan tinggi dan periode tidak konstan.

terhadap gambar tersebut, mengingat terdapat lebih dari satu

dengan tinggi dan periode

Gambar 2.17 : Pencatatan gelombang di suatu

Pengukuran gelombang di suatu tempat memberikan pencatatan muka

sebagai fungsi waktu. Pengukuran ini dilakukan dalam waktu yang panjang,

sehingga data gelombang akan sangat banyak. kekompleksan dan

besarnya jumlah data teresebut, mak gelombang dianalisa secara statistic

untuk mendapatkan bentuk gelombang bermanfaat. Dalam bidang teknik

sipil, parameter gelombang yang digunakan adalah tinggi

i. Pembangkit

Angin yang berhembus di atas permukaan air semula tenang,

menyebabkan gangguan pada permukaan tersebut, dengan timbulnya

gelombang kecil di atas permukaan air. Apabila kecepatan angin riak

tersebut menjadi semakin besar, dan apabila angin berhembus akhirnya

Page 69: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

akan terbentuk gelombang. Semakin lama dan semakin kuat berhembus,

semakin besar gelombang yang

Tinggi dan periode gelombang yang dibangkitkan dipengaruhi

kecepatan angin U, lama angin berhembus D, dan data fetch F yaitu jarak

mana angin Di dalam peramalan gelombang, perlu diketahui

beberapa berikut ini

1. Kecepatan rerata angin U di permukaan

2. Arah

3. Panjang daerah pembangkit gelombang di mana angin

kecepatan dan arah konstan

4. Lama berhembus angin pada

1) Kecepatan

Biasanya pengukuran angin dilakukan di daratan, padahal di

rumus-rumus pembangkitan gelombang data angin yang digunakan yang

ada di atas permukaan laut. Oleh karena itu diperlukan dari data

angin di atas daratan yang terdekat dengan lokasi studi ke angin di atas

permukaan laut. Hubungan antara angin di atas laut dan di atas daratan

terdekat diberikan oleh Rt = Uw/Ul seperti terlihat di gambar (2.18).

Gambar tersebut merupakan hasil penelitian dilakukan di Great

Lake, Anmerika Serikat. Grafik tersebut digunakan untuk daerah lain

kecuali apabila karakteristik daerah berlainan. Lama berhembus (durasi)

angin dapat diperoleh dari ddata jam-jaman seperti yang telah dijelaskan di

Rumus-rumus dan grafik-grafik pembangkitan mengandung

variable UA, yaitu faktor tegangan angin yang dapat dari kecepatan angin.

Setelah dilakukan berbagai konversi kecepatan seperti yang dijelaskan di

atas, kecepatan angin dikonversikan pada tegangan angin dengan

menggunakan rumus berikut

UA = 0,71 U1,23

di mana : U adalah kecepatan angin dalam

Page 70: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

Gambar 2.18 : Grafik hubungan antara kecepatan angin di laut dan

2)

Di dalam tinjauan pembangkitan gelombang di laut, fetch dibatasi

bentuk daratan yang mengililingi laut. Di daerah pembentukan

gelombang tidak hanya dibangkitkan dalam satu arah yang sama arah

angin tetapi juga dalam berbagai subut terhadap arah angin. (2.19)

menunjukkan cara untuk mendapatkan fetch efektif. Fetch efektif

diberikan oleh persamaan berikut

Feff = 𝑋𝑖 cos𝛼

cos𝛼

dengan

Feff : fetch rerata

Xi : panjang segmen fetch yang diukur dari titik gelombang

ke ujung akhir

Α : deviasi pada kedua sisi dari arah angin dengan

pertambahan 6° sampai sudut sebesar 42° pada kedua sisi arah

Page 71: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

Gambar 2.19 :

Page 72: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

3) Peramalan Gelombang di Laut

Berdasarkan pada kecepatan angin, lama hembus angin dan

seperti yang telah dibicarakan di depan, dilakukan peramalan dengan

menngunakan garfik pada gambar

Dari grafik tersebut apabila panjang fetch (F), factor tegangan (UA)

dan durasi diketahui maka tinggi dan periode gelombang dapat

Page 73: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

Gambar 2.20 : Grafik peramalan

Page 74: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

j. Pemilihan Gelombang Bangunan pelabuhan/pantai harus direncanakan untuk mampu

gaya-gaya yang bekerja padanya. Hitungan stabilitas bangunan

didasarkan pada kondisi ekstrim, di mana dengan kondisi tersebut harus

tetap aman. Biasanya kondisi yang diperhitungkan tersebut termasuk

gelombang dengan periode kejadian tertentu, misalnya dengan masa

ulang 50 atau 100 tahunan. Penentuan gelombang rencana

mempertimbangkan fungsi dan tipe bangunan, kepentingan bangunan,

juga biaya pelaksanaan

Tinggi gelombang yang diperoleh dari peramalan gelombang adalah

gelombang signifikan Hs. Dengan menganggap tinggi gelombang

distribusi Rayleigh, Hs dapat digunakan untuk memperkirakan

gelombang dengan karakteristik yang lain, misalnya H10 = 1,28 Hs; H5 =

Hs; H1 = 1,68 Hs dan

Untuk menghitung gaya-gaya gelombang maksimum pada bangunan

berat batu pelindung pemecah pemecah gelombang diperlukan tinggi

dan periode gelombang rencana yang dapat mempresentasikan

gelombang selama kejadian ekstem. Pemilihan tinggi gelombang

tergantung pada kondisi lokasi bangunan, metode pelaksanaan,

bangunan yang digunakan dan data-data lain yang

Tinggi gelombang rencana dipilh tergantung pada apakah bangunan

semi kaku atau fleksibel. Untuk bangunan kaku, seperti dinding beton

kaison, di mana tinggi gelombang di dalam deretan gelombang menyebabkan

runtuhnya seluruh bangunan, maka tinggi gelombang biasanya diambil

H1. Untuk bangunan semi kaku, seperti sel turap baja, gelombang rencana

dipilih antara H10 sampai H1. Untuk bangunan seperti bangunan dari

tumpukan batu, tinggi gelombang rencana dari H5 sampai Hs.

kerusakan yang terjadi pada bangunan tumpukan apabila gelombang

yang terjadi lebih besar dari gelombang rencana, akan berakibat fatal.

Walaupun bangunan telah rusak tetapi masih berfungsi, dan batu-batu

yang tergeser dari tempat-tempat akan

Page 75: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

2.4.4. Transpor Sedimen

Gelombang yang pecah dengan membentuk sudut terhadap garis pantai

menimbulkan arus sepanjang pantai (longshore current). Arus ini terjadi di

antara gelombang pecah dan garis pantai. Variabel terpenting di dalam

kecepatan arus sepanjang pantai adalah sudut antara puncak

gelombang pecah garis pantai, dan tinggi gelombang

Transport sedimen pantai adalah gerak sedimen di daerah pantai

disebabkan oleh gelombang dan arus. Daerah transport sedimen

pantai terbentang dari garis pantai sampai tepat di luar daerah gelombang

Transport sedimen pantai dapat diklasifikasikan menjadi transport menuju

meninggalkan pantai (onshore-offshore transport) dan transport sepanjang

(longshore transport). Transpor menuju dan meninggalkan pantai

arah rata-rata tegak lurus garis pantai,sedang transport

sepanjang mempunyai arah rata-rata sejajar pantai. Gerak sesaat dari

partikel mempunyai dua komponen menuju – meninggalkan pantai dan

sepanjang Di daerah lepas pantai biasanya hanya terjadi transpor menuju

dan pantai, sedang di daerah dekat pantai terjadi kedua jenis

transport

Transpor sedimen sepanjang pantai banyak menyebabkan permasalahan

dalam pencegahan sedimentasi di pelabuhan, erosi pantai dan sebagainya.

karena itu prediksi transpor sedimen sepanjang pantai untuk berbagai

adalah sangat

Transpor sedimen sepanjang pantai dapat dihitung dengan

rumus empiris. Ada beberapa rumus empiris yang diberikan oleh

banyak ahli, antaranya adalah yang diberikan oleh CERC, yaitu

Qs = 𝐾

𝜌𝑏−𝜌 𝑔 1−𝑛 P1

P1 =

Page 76: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

dengan

Qs : transpor sedimen sepanjang

P1 : komponen fluks energi gelombang pada saat Hb : tinggi gelombang

Cb : cepat rambat gelombang

αb : sudut datang gelombang

Page 77: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

BAB VI

KAPAL

6.1. Beberapa definisi

Panjang, lebar dan sarat (draft) kapal yang akan menggunakan pelabuhan

berhubungan langsung dengan perencanaan pelabuhan dan fasilitas-fasilitas

yang harus tersedia di pelabuhan. Gambar 6.1 menunjukkan dimensi utama

kapal yang akan digunakan untuk menjelaskan beberapa definisi kapal.

Displacement Tonnage, DT (Ukuran Isi Tolak) adalah berat total kapal

dengan muatannya yang sama dengan berat volume air yang dipindahkan kapal.

Berat kapal diperoleh dari perkalian antara volume air yang dipindahkan dan

berat jenis air laut. Volume air yang dipindahkan adalah perkalian panjang garis

air (Length between perpendiculars, Lpp), lebar kapal, draft, koefisien blok.

Koefisien blok adalah perbandingan antara volume bagian kapal yang terendam

air dan volume dari perkalian antara panjang garis air, lebar dan draft kapal (Lpp x

B x d).

Displacement Tonnage Loaded, adalah ukuran Isi Tolak Kapal bermuatan

penuh yaitu berat kapal maksimum. Apabila kapal sudah mencapai displacement

tonnage loaded masih dimuati lagi, kapal akan terganggu stabilitasnya sehingga

kapal bisa tenggelam.

Displacement Tonnage Light adalah ukuran isi tolak dalam keadaan

kosong atau berat kosong, yaitu berat kapal tanpa muatan. Dalam hal ini berat

kapal adalah termasuk perlengkapan berlayar, bahan bakar, anak buah kapal,

dan sebagainya. Displacement Tonnage Light adalah sekitar 15 – 25% dari

Diplacement Tonnage Loaded.

Deadweight Tonnage, DWT (Bobot Mati) yaitu kapasitas angkut kapal,

yaitu berat total muatan maksimum yang diijinkan, bahan bakar, air bersih dsb.

Jadi DWT adalah selisih antara Displacement Tonnage Loaded dan

Displacement Tonnage Light.

Gross Register Tons, GRT (Ukuran Isi Kotor) adalah volume keseluruhan

ruang kapal (1 GRT = 2,83 m3 = 100 ft3).

Netto Register Tons, NRT (Ukuran Isi Bersih, adalah ruangan yang

disediakan untuk muatan dan penumpang, besarnya sama dengan GRT

Page 78: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

dikurangi ruangan-ruangan yang disediakan untuk nakhoda dan anak buah

kapal, ruang mesin, gang, kamar mandi, dapur, ruang peta.

Sarat (draft) adalah bagian kapal yang terendam air pada keadaan muatan

maksimum, atau jarak antara garis air pada beban yang direncanakan (designed

load water line) dengan titik terendah kapal.

Panjang total (length overall, Loa) adalah panjang kapal dihitung dari ujung

depan (haluan) sampai dengan ujung belakang (buritan).

Panjang garis air (length between perpendiculars, Lpp) adalah panjang

antara kedua ujung design load water line. Panjang garis air adalah sekitar 95%

dari panjang total.

Lebar kapal (beam) adalah jarak maksimum antara dua sisi kapal.

6.2. Jenis Kapal

Selain dimensi kapal, karekteristik kapal seperti tipe dan fungsinya juga

berpengaruh terhadap perencanaan pelabuhan. Tipe kapal berpengaruh pada

tipe pelabuhan yang akan direncanakan. Sesuai dengan fungsinya, kapal dapat

dibedakan menjadi beberapa tipe sebagai berikut ini

6.2.1. Kapal Penumpang

Di Indonesia yang merupakan Negara kepulauan dan taraf hidup

penduduknya sebagian masih rendah, kapal penumpang masih mempunyai

peran yang cukup besar. Jaran antara pulau yang relative dekat masih bias

dilayani dengan kapal-kapal penumpang. Selain dari itu dengan semakin

mudahnya hubungan antara pulau (Sumatera – Jawa – Bali), semakin banyak

beroperasi feri-feri yang memungkinkan mengangkut mobil, bis dan truk

bersama-sama dengan penumpangnya. Pada umumnya kapal penumpang

mempunyai ukuran relatif kecil.

Page 79: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

Gambar 6.1. Kapal Penumpang

6.2.2. Kapal Barang

Kapal barang khusus dibuat untuk mengangkut barang. Pada umumnya

kapal barang mempunyai ukuran lebih besar dari kapal penumpang.

Bongkar muat barang bias dilakukan dengan dua cara yaitu secara vertical

atau horizontal. Bongkar muat secara vertical yang biasa disebut lift on/lift off

(Lo/Lo) dilakukan dengan keran kapal, keran mobil dan/atau keran tetap yang

ada di dermaga. Pada bongkar muat secara horizontal yang juga disebut Roll

on/Roll off (Ro/Ro) barang-barang diangkut dengan menggunakan truk.

Kapal ini juga dibedakan menjadi beberapa macam sesuai dengan barang

yang diangkut, seperti biji-bijian, barang-barang yang dimasukkan dalam peti

kemas (container), benda cair (minyak, bahan kimia, gas alam cair dsb).

a. Kapal barang umum (general cargo ship)

Kapal ini digunakan untuk mengangkut muatan umum (general cargo).

Muatan tersebut bias terdiri dari bermacam-macam barang yang dibungkus

dalam peti, karung dan sebagainya yang dikapalkan oleh banyak pengirim untuk

banyak penerima di beberapa pelabuhan tujuan.

Page 80: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

Gambar 6.2. Kapal Barang Umum (Kargo)

b. Kapal Peti Kemas

Kapal peti kemas dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berikut ini :

1) Full container ship, yaitu kapal yang dibuat secara khusus untuk mengangkut

peti kemas. Ruangan muatan kapal dilengkapi dengan sel-sel yang keempat

sudutnya diberi pemandu untuk memudahkan masuk dan keluarnya peti

kemas. Kapal seperti ini biasa disebut third generation container ship.

2) Partial container ship, yaitu kapal yang sebagian ruangannya diperuntukan

bagi muatan peti kemas dan sebagian lainnya untuk muatan konvensional.

Kapal ini biasa disebut dengan semi container.

3) Convertible container ship, yaitu kapal yang sebagian atau seluruh

ruangannya dapat dipergunakan untuk memuat peti kemas atau muatan

lainnya. Pada saat yang lain kapal ini dapat diubah sesuai dengan kebutuhan

untuk mengangkut muatan konvensional atau peti kemas.

4) Ship with limited container carrying ability, yaitu kapal yang mempunyai

kemampuan mengangkut peti kemas daloam jumlah terbatas. Kapal ini

dilengkapi dengan perlengkapan khusus untuk memungkinkan mengangkut

peti kemas dalam jumlah terbatas. Dilihat dari segi konstruksinya, kapal ini

adalah kapal konvensional.

Page 81: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

5) Ship without special container stowing or handling device, yaitu kapal yang

tidak mempunyai alat-alat bongkar muat dan alat pemadatan (stowing) secara

khusus, tetapi juga mengangkut peti kemas. Muatan peti kemas diperlakukan

sebagai muatan konvensional yang berukuran besar dan diikat dengan cara-

cara konvensional.

Gambar 6.3. Kapal Peti Kemas

c. Kapal Barang Curah (bulk cargo ship)

Kapal ini digunakan untuk mengangkut muatan curah yang dikapalkan dalam

jumlah banyak sekaligus. Muatan curah ini bisa berupa beras, gandum, batu

bara, bijih besi, dan sebagainya. Kapal jenis ini ada yang mempunyai kapasitas

175.000 DWT dengan panjang 330 m, lebar 48,5 m dan sarat 18,5 m. Kapal

pengangkut barang curah bias berupa tongkang yang ditarik oleh kapal tunda.

Gambar 6.4. Tongkang

Page 82: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

d. Kapal tanker

Kapal ini digunakan untuk mengangkut minyak yang umumnya

mempunyai ukuran yang sangat besar. Berat yang diangkut bervariasi antara

beberapa ribu ton sampai ratusan ribu ton. Kapal tanker ada yang mempunyai

kapasitas sampai 555.000 DWT yang mempunyai panjang 414 meter, lebar 63 m

dan sarat 28,5 m.

Karena barang cair yang berada dalam ruangan kapal bergerak secara

horizontal (memanjang dan melintang), sehingga dapat membahayakan

stabilitas kapal, maka ruangan kapal dibagi beberapa kompartemen (bagian

ruangan) yang berupa tangki-tangki. Dengan pembagian ini, maka tekanan zat

cair dapat dipecah sehingga tidak membahayakan stabilitas kapal. Tetapi dengan

demikan banyak memerlukan pompa dan pipa-pipa untuk menyalurkan minyak

masuk dan keluar kapal.

Gambar 6.5. Kapal Tanker

e. Kapal khusus (special designed ship)

Kapal ini dibuat khusus untuk mengangkut barang tertentu seperti daging

yang harus diangkut dalam keadaan beku, kapal pengangkut gas alam cair

(liquid natural gas, LNG), dan sebagainya. Pemuatan LNG dilakukan dengan

menggunakan pipa-pipa dan pompa.

Page 83: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

Gambar 6.6. Kapal LNG

f. Kapal ikan

Kapal ikan digunakan untuk menangkap ikan di laut. Ukuran kapal ikan yang

digunakan tergantung pada jenis ikan yang tersedia, potensi ikan di daerah

tangkapan, karakteristik alat tangkap, jarak daerah tangkapan dsb. Ukuran kapal

yang singgah di pelabuhan bervariasi, mulai dari perahu motor temple sampai

dengan kapal motor berbobot puluhan sampai ratusan GT. Jarak jangkau dan

waktu atau durasi penangkapan ikan tergantung pada ukuran kapal. Perahu

motor temple dapat menangkap ikan di perairan sampai jauh 3 – 4 mil, yang

berangkat melaut pagi hari dan pu lang siang/sore hari.

Page 84: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

Gambar 6.7. Kapal Ikan

Page 85: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

BAB XIV

SISTEM FENDER

Pada saat kapal akan merapat ke dermaga masih mempunyai kecepatan

baik yang berasal dari mesinnya sendiri (kapal kecil) maupun ditarik oleh kapal

tunda (untuk kapal besar. Waktu merapat tersebut terjadi benturan antara kapal

dan dermaga.

Oleh sebab itu saat kapal akan ditambat pada dermaga, maka baik kapal

maupun dermaga perlu dilindungi agar tidak terjadi kerusakan akibat benturan.

Akibat benturan ini sebagian energinya diserap oleh bantalan yang ditempatkan

di depan dermaga disebut fender dan sisanya ditahan oleh konstruksi. Sistem

fender ini dibagi atas dua bagian, yaitu : fender pelindung (protective) dan fender

bentur (impact fender).

Ketika kapal membentur fender, fender tersebut akan mengalami defleksi

(pemampatan). Karena defleksi tersebut maka fender dapat menyerap energy

benturan kapal, dan meneruskan gaya benturan ke struktur dermaga.

14.1. Tipe Fender

Fender dibuat dari bahan yang elastis seperti kayu dan karet. Fender kayu

bisa berupa batang kayu yang dipasang di depan muka dermaga atau tiang kayu

yang dipancang. Fender kayu bisa berupa batang-batang kayu yang dipasang

horizontal atau vertikal di sisi depan dermaga. Saat ini fender dari kayu sudah

tidak banyak digunakan, mengingat harga kayu tidak lagi murah dan masalah

lingkungan yang muncul dengan penebangan pohon.

Selain dari itu sekarang banyak digunakan fender yang terbuat dari karet.

Fender karet diproduksi oleh pabrik dengan bentuk dan ukuran berbeda yang

tergantung dengan fungsinya. Fender dengan tipe yang sama tapi diproduksi

oleh pabrik yang berbeda bisa mempunyai karakteristik yang berbeda.

Fender karet dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu :

a. Fender yang dipasang pada struktur dermaga, yang masih dapat dibedakan

menjadi fender tekuk (buckling fender) yaitu fender yang mengalami tekuk jika

menerima gaya tekan, seperti fender tipe V, fender tipe A, fender cell; dan

fender tak tertekuk (non-buckling fender) seperti fender dari ban mobil bekas

dan fender silinder.

b. Fender terapung yang ditempatkan antara kapal dan struktur dermaga,

seperti fender pneumatic.

Page 86: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

14.1.1. Fender ban bekas

Fender ini bentuk yang paling sederhana dri ban-ban bekas mobil yang

dipasang pada sisi depan di sepanjang dermaga. Fender ban mobil ini digunakan

pada dermaga untuk merapat kapal-kapal kecil. Karena tekanan kapal pada

waktu merapat, ban mobil akan mengalami defleksi dan menyerap energy

benturan.

14.1.2. Fender tipe A

Fender tipe A ini (gambar 14.1) dipasang pada dermaga dengan

menggunakan baut. Dalam perencanaan system fender, tipe dan ukuran fender

dipilih berdasarkan energy yang ditimbulkan oleh benturan kapal. Nilai-nilai

tersebut adalah hubungan antara defleksi dan gaya reaksi serta defleksi dan

energi yang diserap. PT Kemenangan yang memproduksi fender tipe ini

menggambarkan karekteristik fender seperti contoh tipe KAF 400H x 1000L

seperti gambar 14.2 di bawah, sedangkan Tabel 14.1 menunjukkan gaya reaksi

dan energy fender tipe A per panjang satu meter pada defleksi 45%.

Gambar 7.1 Fender Tipe A (PT Gada Bina Usaha)

Page 87: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

14.1. Gaya reaksi dan energy fender tipe A per panjang satu meter pada defleksi

45%

Tipe Fender

CA CB

R.F (ton) E.A (ton) R.F (ton) E.A (ton)

KAF 200 H 15.28 1.0 12.3 0.75

KAF 300 H 23.60 2.2 17.34 1.60

KAF 400 H 30.92 4.0 24.25 3.00

KAF 500 H 38.56 6.2 30.10 4.60

KAF 600 H 45.08 9.0 34.15 6.50

KAF 800 H 60.50 16.0 48.33 12.00

KAF 1000 H 75.31 25.10 60.10 18.00

Sumber : Bambang Triatmodjo, 2010

14.1.3. Fender Tipe V

Fender tipe V mempunyai bentuk yang serupa dengan fender A.

Karakteristik fender tersebut diberikan oleh pabrik pembuatnya PT Gada Bina

Usaha seperti ditunjukkan dalam gambar 7.2.

Page 88: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

Gambar 7.2. Fender tipe V produksi PT Gada Bina Usaha

Gambar 7.3. Potongan melintang fender tipe V

Tabel 7.1. Ukuran fender tipe V produksi PT Gada Bina Usaha

Page 89: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

14.1 Energi dan gaya bentur

Kapal yang merapat ke dermaga membentuk sudut terhadap sisi dermaga

dan mempunyai kecepatan tertentu. Dalam perencanaan fender dianggap bahwa

kapal but 100 terhadap sisi depan dermaga. Pada saat merapat tersebut sisi

depan kapal membentur fender, dan menimbulkan energi benturan yang diserap

oleh fender dan dermaga. Kecepatan merapat kapal diproyeksikan dalam arah

tegak lurus memanjang dermaga. Komponen dalam arah tegak lurus sisi

dermaga diperhitungkan untuk merencanakan fender.

Ketika kapal membentur fender, fender mengalami defleksi, dari nilai nol

sampai nilai maksimum yang diijinkan. Gaya reaksi fender meningkat dengan

pertambahan nilai defleksi. Kerja yang dilakukan oleh dermaga adalah :

K = 1

2 Fd

Karena benturan kapal tersebut fender memberikan reaksi F. Apabila d

adalah defleksi fender, maka terdapat hubungan berikut ini :

E = 1

2 𝐹𝑑

1

2 𝑊

𝑔 V2 =

1

2 𝐹𝑑

Page 90: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

F = 1

2 𝑊

𝑔𝑑 V2

dengan :

F : gaya bentur yang diserap system fender

d : defleksi fender

V : komponen kecepatan dalam arah tegak lurus sisi dermaga

W : bobot kapal bermuatan penuh

g : percepatan gravitasi (9,8 m/det2)

Besar energy benturan diberikan oleh rumus berikut ini :

E = 𝑊𝑉2

2 𝑔 Cm Ce Cs Cc , untuk harga Cs = 1 dan Cc = 1, maka rumusnya :

E = 𝑊𝑉2

2 𝑔 Cm Ce

Dengan :

E : energi benturan (ton meter)

V : komponen tegak lurus sisi dermaga dari kecepatan kapal pada

saat membentur dermaga (m/det)

W : displacement (berat) kapal

G : percepatan gravitasi (m/det2)

Cm : koefisien massa

Ce : koefisien eksentrisitas

Cs : koefisien kekerasan (diambil 1)

Cc : koefisien bentuk dari tambatan (diambil 1)

Nilai Cm dihitung dengan rumus :

Cm = 1 + 𝜋

2 𝐶𝑏 𝑑

𝐵 , dimana :

Cb = 𝑊

𝐿𝑝𝑝 𝐵𝑑𝛾0

Dengan :

Cb : koefisien blok kapal

d : draft kapal (m)

B : lebar kapal (m)

Page 91: Tekinik Pelabuhan edit (2).pdf

Lpp : panjang garis air (m)

γo : berat jenis air laut (t/m3)

Bila suatu benda dengan suatu massa m (m = 𝑊

𝑔) bergerak dengan kecepatan v;

untuk menghitung kerja sampai benda tersebut berhenti atau v1 = 0. Bila P

adalah gaya dinamis yang mengubah kecepatan v menjadi v1 = 0 dan a adalah

akselerasi, sedangkan s adalah jarak yang ditempuh, didapatkan persamaan-

persamaan sebagai berikut:

v12 – v2 = 2.a.s

0 – v2 = 2 as s = - 𝑉2

2𝑎

Kerja yang dilakukan gaya P adalah P.s

Atau m . a X – 𝑉2

2𝑎 = -

1

2 . m v2

Jadi besar energi kinetis E adalah :

E = 1

2. m v2 =

1

2 𝑊

𝑔 v2

Dimana :

E = energi kinetis;

m = massa benda;

W = berat benda (dalam hal ini kapal), maka berat seluruh kapal dengan

muatannya;