tekanan mengendur, pembiayaan mengucurbigcms.bisnis.com/file-data/1/1416/c401948c_des15...tekanan...

1

Upload: trancong

Post on 24-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

F I N A N S I A L Selasa, 8 Maret 201620

Oktaviano D.B. [email protected]

Suhartono, Presiden Direktur dan CEO PT Federal International Finance (FIFGroup), menjelaskan pada tahun ini sejumlah indikator makroeko-nomi nasional, seperti inflasi, nilai tukar, investasi, harga komoditas kelapa sawit, dan pembangunan infrastruktur secara masif, sudah mengarah pada perbaikan kinerja.

Daya beli kelas menengah diyakini akan kembali meningkat dan ber-dampak pada meningkatnya penya-luran pembiayaan multifinance.

Karena itu, ujarnya, anak usaha Grup Astra yang khusus menyalur-kan pembiayaan sepeda motor ini akan kembali menyesuaikan strategi pemasaran. Salah satunya ialah mulai memacu penyaluran pembiayaan di sejumlah wilayah yang mengandal-kan komoditas.

“Tentu ada penyesuaian lagi, beberapa daerah yang kaget dengan penurunan komoditas, melakukan

recovery lebih cepat dari yang lain, mi salnya Palembang. Kami harus ikuti itu,” katanya kepada Bisnis, Senin (7/3).

Suhartono menjelaskan pada tahun lalu pihaknya berfokus me macu penyaluran pembiayaan di Pulau Jawa lantaran melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional. Menurutnya, konsentrasi pemasaran pada daerah tertentu dilakukan deng-an menimbang penurunan potensi penyaluran pembiayaan di sejumlah daerah, khususnya di Sumatra dan Kalimantan, dengan anjloknya harga komoditas.

Sejalan dengan itu, FIFGroup juga

berupaya menjaga kualitas kredit dengan menyasar konsumen-konsu-men prospektif. Perseroan meman-faatkan big data untuk memetakan strategi pemasaran yang menyasar nasabah-nasabah dengan riwayat kredit lancar. Langkah itu didukung dengan promosi yang gencar dari FIFGroup.

Strategi itu terbukti ampuh sebab perseroan mampu membukukan laba bersih senilai Rp1,51 triliun. Realisasi itu tumbuh sebesar 15,27% diban-dingkan dengan laba bersih 2014 yang tercatat sebesar Rp1,31 triliun.

“Sejak akhir 2014 kami sudah melihat gejala makroekonomi deng-an melambatnya kinerja komoditas. Dari situ, kami berupaya mengubah strategi.”

Strategi tersebut, kata Suhartono, terbukti ampuh untuk meningkatkan penyaluran pembiayaan dan seka-ligus menjaga kualitas kredit yang ada. Pihaknya bahkan mampu mene-kan rasio kredit bermasalah (non performing financing/NPF).

“NPF lebih baik, kira-kira dari 1,07% pada 2014 menjadi sekitar 1,04 % pada tahun lalu,” ujarnya.

Sementara itu, salah satu anak usaha PT Bank Mandiri Tbk (Persero) di bidang pembiayaan, PT Mandiri Tunas Finance (MTF), berencana mengembangkan jangkauan hingga ke kota kecil.

Direktur Pemasaran MTF Harjanto Tjitohardjojo menjelaskan ekspansi layanan yang dilakukan perseroan telah mendukung realisasi pertum-buhan kinerja pada 2015. Pihaknya membuka cabang baru dan perluas-an kantor satelit, dengan memanfaat-kan kantor cabang Bank Mandiri, di kabupaten/kota.

Hingga akhir tahun ini, katanya, MTF menargetkan jumlah total kan-tor satelit dapat mencapai 30 unit dan cabang mencapai 93 outlet.

“Jadi kami tumbuh karena selain membuka cabang di kota-kota besar, juga dibantu dengan satelit di kota kabupaten. Dalam sebulan satelit kita bisa menjual Rp2 miliar—Rp3 miliar, komitmen diler bisa lebih baik dan col-lection strategy lebih rapat serta lebih mudah jika ada yang bermasalah.”

Pada tahun lalu, perseroan bahkan mencatatkan pertumbuhan laba ber-sih sebesar 31,09% dari Rp234 miliar pada 2014 menjadi Rp306,8 miliar. Pertumbuhan signifikan tersebut sejalan dengan realisasi pembiayaan baru yang tumbuh sekitar 16% men-jadi 17,14 triliun pada tahun lalu.

KUALITAS KREDITSelain peningkatkan jangkau-

an layanan, Ade Cahyo Nugroho, Direktur Keuangan MTF, mengung-kapkan langkah perseroan untuk menjaga kualitas kredit juga menjadi

faktor pendukung pertumbuhan ter-sebut.

“Bisa dilihat NPF net kami pada 2015 terjaga di 0,69%, kalau gross 1,2%. Jadi, berbeda dengan beberapa multifinance pendapatannya naik, jualan banyak, tetapi profit tidak kelihatan atau menurun,” katanya.

Dia menjelaskan perolehan laba yang signifikan tersebut sejalan deng-an pencadangan yang masih bisa mengantisipasi NPF hingga 200%. Karena itu, dia mengatakan sepan-jang 2016 MTF masih terus berfokus untuk menjaga kualitas kredit.

“MTF fokus ke kualitas kredit untuk masuk ke persaingan yang sehat, laba tumbuh, provisi tetap bagus. Ini juga adalah strategi kami menekan NIM [net interest margin]

yang saat ini sudah tipis yakni 3,5%. Jadi, walau margin tipis, tetapi risiko terkendali.”

Sepanjang tahun ini MTF manar-getkan perolehan laba bersih sebesar Rp333 miliar dengan penyaluran pembiayaan baru sekitar Rp18 miliar.

Roni Haslim, Presiden Direktur PT BCA Finance, menegaskan perseroan mampu mencetak pertumbuhan laba bersih karena mampu mempertahan-kan NPF. Pada 2015, anak usaha PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), mampu meraup laba bersih senilai Rp1,05 triliun atau tumbuh sekitar 4,93% dibandingkan dengan reali-sasi 2014, yaitu sekitar Rp1 triliun.

“Mempertahankan NPL yang ren-dah, sehingga biaya kredit macet bisa ditekan,” katanya.

KINERJA MULTIFINANCE

Tekanan Mengendur, Pembiayaan MengucurJAKARTA — Kalangan multifinance kembali mema-

cu penyaluran pembiayaan ke sejumlah daerah se iring dengan prediksi bakal mengendurnya tekan-

an ekonomi tahun ini.

Indikator makroekonomi nasional tahun ini terus membaik.

Beberapa daerah yang kaget dengan penurunan komoditas melakukan recovery lebih cepat.

Laba (Rp miliar)

Perusahaan 2014 2015 %

PT Mandiri Tunas Finance 234,05 306,80 31,08%

PT Federal International Finance 1.307,20 1.506,66 15,26%

PT BFI Finance Indonesia 600,24 650,29 8,34%

PT BCA Finance 1.000,74 1.050,08 4,93%

Sumber: diolah dari berbagai sumber

Multifinance Berkinerja Positif

BISNIS/HUSIN PARAPAT

pusdok
Typewritten Text
Bisnis Indonesia, 08-03-2016