tekanan darah.pdf

23
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Tekanan Darah 1.1 Pengertian Tekanan Darah Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat darah dipompa keluar dari jantung keseluruh tubuh (Palmer, 2007), sedangkan menurut Sheps (2005) tekanan darah adalah tenaga yang terdapat pada dinding arteri saat darah dialirkan. Tenaga ini mempertahankan aliran darah dalam arteri agar tetap lancar. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2001) dan diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg) (Palmer, 2007). 1.2 Pengukuran Tekanan Darah Menurut Joewono (2003) tekanan darah biasanya diukur secara tidak langsung dengan sphygmomanometer air raksa pada posisi duduk atau terlentang. Pada saat mengukur tekakana darah, perhatian utama harus ditujukan pada hal-hal berikut : 1.2.1 Sebelum pengukuran penderita istirahat beberapa menit di ruangan yang tenang. 1.2.2 Ukuran manset lebar 12-13 cm serta panjang 35 cm, ukurannya lebih kecil pada anak-anak dan lebih besar pada orang gemuk (ukuran sekitar 2/3 lengan). 1.2.3 Diperiksa pada fosa cubiti dengan cuff setinggi jantung (ruang antar iga IV). 6 Universitas Sumatera Utara

Upload: rexy-nunuhitu

Post on 29-Nov-2015

498 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

n

TRANSCRIPT

Page 1: tekanan darah.pdf

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tekanan Darah

1.1 Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat

darah dipompa keluar dari jantung keseluruh tubuh (Palmer, 2007), sedangkan

menurut Sheps (2005) tekanan darah adalah tenaga yang terdapat pada dinding

arteri saat darah dialirkan. Tenaga ini mempertahankan aliran darah dalam arteri

agar tetap lancar. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer &

Bare, 2001) dan diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg) (Palmer, 2007).

1.2 Pengukuran Tekanan Darah

Menurut Joewono (2003) tekanan darah biasanya diukur secara tidak

langsung dengan sphygmomanometer air raksa pada posisi duduk atau terlentang.

Pada saat mengukur tekakana darah, perhatian utama harus ditujukan pada hal-hal

berikut :

1.2.1 Sebelum pengukuran penderita istirahat beberapa menit di ruangan

yang tenang.

1.2.2 Ukuran manset lebar 12-13 cm serta panjang 35 cm, ukurannya lebih

kecil pada anak-anak dan lebih besar pada orang gemuk (ukuran

sekitar 2/3 lengan).

1.2.3 Diperiksa pada fosa cubiti dengan cuff setinggi jantung (ruang antar

iga IV).

6

Universitas Sumatera Utara

Page 2: tekanan darah.pdf

1.2.4 Tekanan darah dapat diukur pada keadaan duduk atau terlentang.

1.2.5 Tekanan darah dinaikkan sampai 30 mmHg (4,0 kPa) di atas tekanan

sistolik (palpasi), kemudian turunkan 2 mmHg/detik (0,3 kPa/detik)

dan di monitor di atas brakhialis.

1.2.6 Tekanan sistolik adalah tekanan pada saat terdengar suara korotkoff I

sedangkan tekanan diastolik pada saat korotkoff V menghilang., bila

suara tetap tedengar, dipakai patokan korotkoff IV (muffling sound).

1.2.7 Pada pengukuran pertama dianjurkan pada kedua lengan terutama

bila terdapat penyakit pembuluh darah perifer.

1.2.8 Perlu pengukuran pada posisi duduk atau terlentang dan berdiri

untuk mengetahui ada tidaknya hipotensi postural terutama pada

orang tua, diabetes mellitus dan keadaan lainnya yang menimbulkan

hal tersebut.

Smeltzer & Bare (2001) mengatakan adapun cara pengukuran tekanan

darah dimulai dengan membalutkan manset dengan kencang dan lembut pada

lengan atas dan dikembangkan dengan pompa. Tekanan dalam manset dinaikkan

sampai denyut radial atau brakial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan

bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup.

Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg diatas titik hilangnya

denyutan radial, kemudian manset dikempiskan perlahan dan dilakukan

pembacaan secara auskultasi maupun palpasi dengan palpasi kita hanya dapat

mengukur tekanan sistolik, sedangkan dengan auskultasi kita dapat mengukur

tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih akurat.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: tekanan darah.pdf

Mengauskultasi tekanan darah yaitu dengan cara ujung stetoskop yang

berbentuk corong atau diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat di bawah

lipatan siku (rongga ante kubital), yang merupakan titik dimana arteri brakialis

muncul diantara kedua kaput otot biseps. Manset dikempiskan dengan kecepatan 2

sampai 3 mmHg per detik, sementara kita mendengarkan bunyi berdetak, yang

menunjukkan tekanan darah sistolik. Bunyi tersebut dikenal sebagai bunyi

korotkoff yang terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar

dari arteri brachialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan

diastolik dan pada titik tersebut, bunyi akan menghilang (Smeltzer & Bare, 2001).

1.3 Mekanisme Pemeliharaan Tekanan Darah

Pemeliharaan tekanan darah agar tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah

merupakan faktor yang penting, beberapa sistem terlibat dalam pengontrolan

tekanan darah yaitu jantung, arteri, ginjal, berbagai hormon, enzim dan juga

sistem saraf (sheps, 2005).

Untuk mengatur aliran darah yang datang dari jantung, arteri dilapisi otot

halus yang memungkinkan arteri mengembang dan mengerut pada saat darah

mengalir, makin lentur arteri semakin sedikit tahanannya terhadap aliran darah

sehingga sedikit tenaga dibebankan pada dindingnya, jika arteri kehilangan

kelenturannya atau terjadi penyempitan maka tahanan terhadap aliran darah

meningkat dan diperlukan tenaga yang lebih besar untuk memompa darah

keseluruh tubuh. Peningkatan tenaga ini dapat berperan pada kenaikan tekanan

darah (Sheps, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Page 4: tekanan darah.pdf

Ginjal mengatur jumlah natrium dan volume air yang beredar dalam

tubuh. Natrium bersifat menahan air, jadi makin tinggi kadar natrium dalam

tubuh, semakin banyak pula kandungan air dalam darah kita. Kelebihan air ini

dapat meningkatkan tekanan darah, selain itu kelebihan natrium dapat

menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan sistem susunan saraf pusat

dibarengi dengan hormon, enzim dan zat-zat kimia lain juga mempengaruhi

tekanan darah (Sheps , 2005).

2. Hipertensi

2.1 Pengertian

Tekanan darah tinggi disebut juga hipertensi adalah dimana tekanan

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Palmer,

2007), sedangkan menurut Muhammadun (2010) tekanan darah tinggi merupakan

tekanan tinggi di dalam arteri. Arteri adalah pembuluh darah yang mengangkut

darah dari jantung dan memompakannya keseluruh jaringan dan organ-organ

tubuh.

Menurut Ruhyanuddin (2007) secara umum, hipertensi merupakan suatu

keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri yang

dapat menyebabkan peningkatan resiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan

jantung dan kerusakan ginjal.

2.2 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi dapat dibedakan menjadi dua yaitu : hipertensi

bedasarkan penyebab dah hipertensi berdasarkan tekanan darah.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: tekanan darah.pdf

2.2.1. Hipertensi berdasarkan penyebab

Hipertensi berdasarkan penyebab dapat dikelompokkan dalam dua

kategori besar, yaitu hipertensi esensial (primer) dan hipertensi skunder (Palmer,

2007).

a. Hipertensi primer

Hipertensi primer adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan

darah sebagai akibat dari gaya hidup individu dan faktor lingkungan

(Muhammadun, 2010). Palmer (2007) mengatakan hipertensi primer merupakan

tipe yang terjadi sekitar 95% pada sebahagian besar kasus tekanan darah tinggi.

Hipertensi esensial (primer) biasanya dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya

hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan akibat dari

adanya penyakit lain (Muhammadun, 2010). Palmer (2007) mengatakan bahwa

hipertensi sekunder lebih jarang terjadi hanya sekitar 5%, hipertensi sekunder

disebabkan oleh kondisi medis lain misalnya penyakit jantung atau reaksi

terhadap obat - obatan tertentu.

2.2.2 Hipertensi berdasarkan tekanan darah

Klasifikasi hipertensi dilihat berdasarkan tekanan darah sistolik dan

tekanan darah diastolik dalam satuan mmHg dibagi menjadi beberapa stadium.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: tekanan darah.pdf

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah pada penderita hipertensi Kategori Tekanan Darah

Sistolik Tekanan Darah

Diastolik Normal Dibawah 130 mmHg Di bawah 85 mmHg Hipertensi perbatasan 130-139 mmHg 85-89 mmHg Hipertensi Ringan (stadium 1) 140-159 mmHg 90-99 mmHg Hipertensi Sedang (stadium 2) 160-179 mmHg 100-109 mmHg Hipertensi Berat (stadium 3) 180-209 mmHg 110-119 mmHg Hipertensi Maligna (stadium 4) 210 mmHg atau

lebih 120 mmHg atau

lebih Diambil dari Ruhyanuddin, F (2007). Asuahan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskulerl. Malang: UMM press

2.3 Faktor Resiko

Ada empat faktor resiko utama yang tidak dapat diubah dan tidak dapat

dikendalikan pada hipertensi.

2.3.1 Ras

Data dari Third National Health and Nutrition Examination Survey

(NHANES III, 1988-1991) menunjukkan bahwa jumlah penderita hipertensi

berkulit hitam 40% lebih tinggi dibandingkan dengan yang berkulit putih.

Diantara orang berusia 18 tahun ke atas, perbandingan jumlah penderita

hipertensinya adalah 32,4% berkulit hitam dan 23,3% berkulit putih (Sheps,

2005).

Di Amerika Serikat, angka tertinggi untuk penyakit hipertensi adalah

pada orang berulit hitam yang tinggal di negara - negara bagian sebelah tenggara.

Pada golongan ini, hipertensi biasanya timbul pada usia lebih muda dibandingkan

dengan orang berkulit putih, bahkan perkembangannya cenderung lebih cepat dan

menonjol (Sheps, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Page 7: tekanan darah.pdf

2.3.2 Usia

Usia merupakan salah satu faktor terjadinya peningkatan tekanan

darah, seiring bertambahnya usia maka resiko untuk menderita penyakit hipertensi

juga semakin meningkat, meskipun penyakit hipertensi bisa terjadi pada segala

usia, namun paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun ke atas. Diantara

orang Amerika baik yang berkulit hitam maupun berkulit putih yang berusia 65

tahun ke atas, setengahnya menderita penyakit hipertensi (Sheps, 2005).

Peningkatan tekanan darah sesuai dengan pertambahan usia

merupakan hal yang fisiologis dari tubuh. Peningkatan tekanan darah ini

disebabkan oleh perubahan fisiologis pada jantung, pembuluh darah, dan hormon

(Sheps, 2005).

2.3.3 Riwayat keluarga

Riwayat keluarga cenderung merupakan faktor terjadi timbulnya

hipertensi, karena hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan, jika salah

satu dari orang tua menderita penyakit hipertensi maka sepanjang hidup anaknya

akan mempunyai 25% kemungkinan menderita hipertensi dan jika kedua orang

tua menderita penyakit hipertensi maka kemungkinan anaknya menderita penyakit

hipertensi menjadi 60%. Penelitian terhadap penderita hipertensi pada orang yang

kembar dan anggota keluarga yang sama menunjukkan bahwa kasus-kasus

tertentu terdapat komponen keturunan yang berperan (Sheps, 2005).

2.3.4 Jenis kelamin

Jenis kelamin salah satu yang mempengaruhi terjadinya hipertensi,

hipertensi banyak diderita pada jenis kelamin laki-laki, baik pada dewasa awal

Universitas Sumatera Utara

Page 8: tekanan darah.pdf

maupun dewasa tengah, namun setelah usia 55 tahun ketika wanita mengalami

menopause, hipertensi menjadi lebih lazim dijumpai pada wanita. Diantara

penduduk Amerika yang berusia 18 tahun keatas, 34% pria dan 31% wanita

berkulit hitam menderita penyakit hipertensi. Pada pria berkulit putih 25% dan

pada wanita berkulit putih 21% menderita penyakit hipertensi, sedangkan pada

keturunan Asia dan suku-suku di kepulauan Pasifik ditemukan hanya 10% pria

dan 8% wanita menderita penyakit hipertensi (Sheps, 2005).

2.4 Bahaya Hipertensi

Penyebab dari tekanan darah tinggi yaitu pertama yang disebabkan oleh

tekanan darah tinggi esensial yang disebut juga tekanan darah tinggi primer

yaitu tekanan darah tinggi yang penyebabnya tidak diketahui. Tekanan darah

tinggi esensial kemungkinan disebabkan oleh beberapa perubahan pada

jantung dan pembuluh darah yang menyebabkan meningkatnya tekanan

darah (Ruhyanuddin, 2007)

Kedua yaitu tekanan darah tinggi sekunder, penyebab tekanan darah

tinggi sekunder sekitar 5-10% penderita hipertensi yang disebabkan oleh

penyakit ginjal seperti stenosis arteri renalis, pielonefritis, glomerulonefritis,

tumor-tumor ginjal, penyakit ginjal polikista, trauma pada ginjal, terapi

penyinaran pada ginjal dan sekitar 1-2% disebabkan oleh kelainan pada

hormonal seperti hiperaldosteronisme, syndrome cushing dan feokromositoma

atau pemakaian obat-obat tertentu seperti pil KB, kortikosteroid, siklosporin,

eritropoitin, kokain dan penyalahgunaan alkohol (Ruhyanuddin, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Page 9: tekanan darah.pdf

2.5 Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini

bermula dari saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar

dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen

(Smeltzer & Bare, 2001).

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang

bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,

neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf

pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan

ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin,

meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Smeltzer

& Bare, 2001).

Pada saat bersamaan, sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan

tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang

menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid

lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah (Smeltzer

& Bare, 2001).

Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,

menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I

Universitas Sumatera Utara

Page 10: tekanan darah.pdf

yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang

pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus

keadaan hipertensi (Smeltzer & Bare, 2001).

Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer

bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia.

Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan

penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada gilirannya

menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.

Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam

mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung, mengakibatkan

penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer & Bare,

2001).

2.6 Gejala Klinis

Sebahagian besar klien dengan hipertensi biasanya tidak mempunyai

gejala spesifik yang menunjukkan kenaikan tekanan darahnya dan hanya

diidentifikasi dengan pemeriksaan fisik saja (Kurt, 2000), kadang - kadang

seseorang menganggap sakit kepala, pusing atau hidung berdarah merupakan

tanda-tanda meningkatnya tekanan darah, padahal itu sebahagian kecil yang

terjadi (Sheps, 2005).

Sebuah penelitian menemukan tidak ada hubungan antara sakit kepala

dengan meningkatnya tekanan darah, bahkan sebahagian orang tidak merasakan

Universitas Sumatera Utara

Page 11: tekanan darah.pdf

tanda atau gejala apapun. Tanda dan gejala lain yang sering dihubungkan dengan

Hipertensi seperti keringat berlebihan, kejang otot, sering berkemih dan denyut

jantung yang cepat dan tidak beraturan atau palpitasi (Sheps, 2005).

2.7 Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanaan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita

hipertensi dapat dilakukan dengan dua jenis yaitu penatalaksanaan farmakologis

atau dengan penatalaksanaan non-farmakologis.

2.7.1 Penatalaksanaan Farmakologis

Penatalaksanaan farmakologis adalah penatalaksanaan hipertensi

dengan menggunakan obat - obatan kimiawi, seperti jenis obat anti hipertensi.

Ada berbagai macam jenis obat anti hipertensi pada penatalaksanaan

farmakologis, yaitu:

a. Diuretik

Diuretik adalah obat yang pertama sekali diberikan untuk

mengobati hipertensi dan biasanya digunakan bersamaan dengan obat lain (Sheps,

2005). Diuretik bekerja membantu ginjal membuang garam dan air yang akan

mengurangi volume cairan diseluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah

(Ruhyanuddin, 2007), sedangkan menurut Palmer (2007) diuretik dapat

menurunkan tekanan darah dengan bekerja pada ginjal. Diuretik dapat

menyebabkan ginjal mengeluarkan kelebihan garam dalam darah melalui urin.

Hal ini menguramgi volume cairan dalam sirkulasi dan kemudian menurunkan

tekanan darah.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: tekanan darah.pdf

b. Penghambat Andrenergik

Penghambat andrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri

dari alfa-blocker, beta blocker, alfa-beta-blocker labetalol, yang bekerja

menghambat efek sistem saraf yang dengan segera akan memberiakn respon

terhadap stres dengan cara menurunkan tekanan darah (Ruhyanuddin, 2007).

Obat ini dapat menurunkan tekanan darah dengan menghambat

kerja hormon epinefrin yang dikenal dengan sebutan adrenalin ynag menyebabkan

jantung berdenyut lebih cepat dan menyempitnya pembuluh darah. Obat ini

bekerja memperlambat denyut jantung dan menurunkan denyutannya, sehingga

membantu menurunkan tekanan darah. Obat ini juga memperlambat pengeluaran

enzim renin dari ginjal. Renin ikut berperan dalam produksi angiostensin II, yaitu

suatu zat lain yang juga menyebabkan pembuluh darah menyempit dan

meningkatkan tekanan darah (Sheps, 2005).

c. Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor)

Angiotensin converting enzyme inhibitor adalah merupakan obat

yang umumnya dipilih dokter untuk mengobati hipertensi, obat ini cukup efektif

dan hanya menimbulkan sedikit efek samping (Sheps, 2005). Obat ini dapat

menurunkan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri (Ruhyanuddin, 2007).

Menurut Palmer (2007) obat ini bekerja menurunkan tekanan darah dengan cara

memblokade produksi hormon angiotensin II yang menyebabkan konstriksi

pembuluh darah, dengan demikian obat ini dapat memperlebar pembuluh darah

dan mengurangi tekanan darah.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: tekanan darah.pdf

d. Vasodilatator

Vasodilator adalah golongan obat yang kuat, biasanya digunakan

untuk mengobati kasus - kasus hipertensi berat yang tidak memberikan respon

terhadap obat lain. Obat ini bekerja secara langsung pada dinding otot dinding

pembuluh darah arteri dengan mencegah otot untuk berkontraksi dan mencegah

pembuluh darah menyempit (Sheps, 2005). Menurut Ruhyanuddin (2007) obat ini

bekerja secara langsung terhadap obat lain dapat secara langsung memperlebar

pembuluh darah

e. Antagonis kalsium

Antagonis kalsium adalah golongan obat yang efektif dan secara

umum dapat ditoleransi dengan baik (Sheps, 2005). Obat ini berkerja

mempengaruhi jalan masuk kalsium ke sel - sel dan mengendurkan otot - otot di

dalam dinding pembuluh darah sehingga menurunkan perlawanan terhadap aliran

darah dan tekanan darah. Antagonis kalsium bertindak sebagai vasodilator atau

pelebar pembuluh darah (Hayens, 2003).

2.7.2 Penatalaksanaan Non-Farmakologis

Menurut Palmer (2007) perubahan gaya hidup secara global berperan

besar dalam meningkatkan angka kejadian hipertensi, terlebih lagi perubahan ini

disertai penurunan aktivitas fisik sehingga menyebabkan peningkatan jumlah

populasi orang yang kelebihan berat badan dan resiko menyandang diabetes, oleh

karena itu faktor yang menentukan dan membantu kesembuhan pada dasarnya

adalah diri sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: tekanan darah.pdf

Langkah-langkah dalam perubahan gaya hidup yang sehat bagi para

penderita hipertensi yaitu:

a. Mengontrol pola makan

Makanan merupakan faktor yang penting dalam menentukan

tekanan darah. Menerapkan pola makan yang rendah lemak jenuh, kolesterol, dan

total lemak serta kaya akan buah, sayur, serta produk susu rendah lemak yang

telah terbukti secara klinis dapat menurunkan tekanan darah. Pola makan tersebut

sebaiknya juga menyertai produk gandum, ikan, unggas dan kacang-kacangan,

serta mengurangi jumlah daging merah, makanan manis dan minuman yang

megandung gula (Palmer, 2007).

b. Mengurangi asupan garam

Mengurangi asupan garam merupakan salah satu pencegahan dari

peningkatan tekanan darah. Penelitian ilmiah bertahun-tahun menunjukkan bahwa

asupan garam dalam makanan kita terlalu banyak, dengan membatasi asupan

garam, kita dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan. Anjuran

pengurangan asupan garam yang terbaru adalah dibawah 6 gram per hari sekitar 1

sendok teh (Palmer, 2007).

c. Olah raga atau aktivitas

Individu yang gaya hidupnya tidak aktif akan lebih rentan

terhadap tekanan darah tinggi. Olah raga secara teratur tidak hanya menjaga tubuh

dan berat badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Latihan

aerobik sedang selama 30 menit sehari dapat menurunkan tekanan darah, jenis

olah raga lainnya yaitu berjalan kaki, bersepeda dan berenang (Palmer, 2007),

Universitas Sumatera Utara

Page 15: tekanan darah.pdf

tetapi olah raga yang harus dihindari pada penderita hipertensi yaitu latihan fisik

isometrik seperti angkat besi karena latihan tersebut dapat meningkatkan tekanan

darah (Joewono, 2003).

Palmer (2007) mengatakan bahwa ada delapan cara untuk

meningkatkan aktivitas fisik yaitu: dengan menyempatkan berjalan kaki misalnya

mengantar anak kesekolah, sisihkan waktu 30 menit sebelum berangkat bekerja

untuk berenang di kolam renang terdekat, gunakan sepeda untuk pergi kerja

selama 2 sampai 3 hari dalam satu minggu, mulailah berlari setiap hari dimana

melakukan latihan ringan pada awalnya dan tingkatkan secara perlahan-lahan,

pada saat istirahat makan siang tinggalkan meja kerja anda dan mulailah berjalan,

pergilah bermain ice-skating, roller-blade atau bersepeda bersama keluarga atau

teman, satu hari dalam satu minggu, lakukan aktivitas baru misalnya bergabung

dengan klub tenis atau bulu tangkis atau belajar dansa, yang terakhir pilih tangga

dibandingkan lift atau eskalator.

d. Penurunan berat badan

Perunanan berat badan merupakan salah satu penanganan dalam

menurunkan tekanan darah. Secara umum semakin tinggi berat badan seseorang

maka semakin tinggi pula tekanan darahnya (Palmer, 2007). Menurut Joewono

(2003) obesitas merupakan faktor predisposisi yang mengakibatkan terjadinya

hipertensi. Penurunan berat badan sebesar 5kg pada penderita hipertensi dengan

obesitas kelebihan berat badan lebih dari 10kg dapat menurunkan tekanan darah.

Penurunan berat badan juga bermanfaat untuk memperbaiki faktor resiko yang

lain seperti : resistensi insulin, diabetes melitus dan hiperlipidemia .

Universitas Sumatera Utara

Page 16: tekanan darah.pdf

e. Berhenti merokok

Berhenti merokok merupakan salah satu penanganan dalam

penurunan tekanan darah. Zat - zat kimia dalam tembakau dapat merusak lapisan

dalam dinding arteri sehingga arteri lebih rentan terhadap penumpukan plak.

Nikotin dalam tembakau juga membuat jantung bekerja lebih keras penyempitan

pembuluh darah untuk sementara dan meningkatkan frekuensi denyut jantung

serta tekanan darah (Sheps, 2002), maka dengan berhentinya merokok merupakan

gaya hidup yang paling kuat untuk mencegah penyakit kardiovaskuler dan non

kardiovaskuler pada penderita hipertensi (Joewono, 2003).

f. Membatasi konsumsi alkohol

Diperkirakan konsumsi alkohol yang berlebihan menjadi

penyebab sekitar 5-20% dari semua kasus hipertensi. Bagaimana dan mengapa

alkohol meningkatkan tekanan darah belum diketahui dengan jelas, namun sudah

menjadi kenyataan bahwa dalam jangka panjang, minum - minuman beralkohol

berlebihan akan merusak jantung dan organ-organ, maka paling aman adalah

minum secukupnya ataupun tidak sama sekali (Sheps, 2002).

2.8 Komplikasi

Hipertensi harus dikendalikan sebab semakin lama tekanan yang

berlebihan pada dinding arteri dapat merusak banyak organ vital dalam tubuh.

Tempat-tempat utama yang paling dipengaruhi hipertensi adalah pembuluh arteri ,

jantung , otak, ginjal dan mata (Sheps, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Page 17: tekanan darah.pdf

2.8.1 Sistem kardiovaskuler

Hipertensi dapat mempengaruhi sistem kardiovaskuler dan dapat

menimbulkan arteriosklerosis, aterosklerosis, aneurisma, penyakit arteri koronoria

dan gagal jantung.

a. Arteriosklerosis

Sklerosis merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani yang

artinya pengerasan, jadi arteriosklerosis adalah pengerasan yang terjadi pada

arteri. Arteri yang sehat adalah arteri yang fleksibel, kuat dan elastis.

Lapisan dalamnya mulus sehingga darah dapat melaluinya tanpa hambatan.

Setelah bertahun-tahun, dengan banyaknya tekanan pada arteri maka dinding

arteri akan menjadi tebal dan kaku, terkadang arteri yang kaku di lengan

bawah dapat teraba dan terasa seperti pipa-pipa kecil yang keras (Sheps,

2005).

b. Aterosklerosis

Kata aterosklerosis berasal dari bahasa Yunani yang kata ather

berarti bubur, yang merupakan timbunan lemak di dalam pembuluh darah

yang lembek seperti bubur. Hipertensi dapat mempercepat penumpukan

lemak di dalam dan di bawah lapisan dinding arteri, penumpukan lemak

dalam jumlah besar disebut plak, lama-kelamaan plak dapat mengeras dan dapat

mengakibatkan penyempitan pembuluh darah (Sheps, 2005).

c. Aneurisma

Aneurisma adalah pembuluh darah yang tidak elastis lagi dan

melemah dan akan menimbulkan titik-titik tertentu pada dindingnya yang

Universitas Sumatera Utara

Page 18: tekanan darah.pdf

menggelembung seperti balon. Pada awalnya aneurisma tidak menimbulkan gejala

apa - apa, namun pada tahap lanjut, aneurisma pada arteri otak dapat

menimbulkan gejala sakit kepala hebat yang tidak bisa hilang. Aneurisma di arteri

perut dapat menyebabkan sakit perut yang berkepanjangan dan sakit pinggang

pada bagian bawah. Bahaya paling besar pada aneurisma adalah kemungkinan

bocor atau pecahnya pembuluh darah sehingga terjadi perdarahan yang fatal

(Sheps, 2005).

d. Penyakit arteri koronaria

Penyakit arteri koronaria adalah penyait akibat dari kerusakan

pada arteri utama yang memberi pasokan darah pada otot jantung. Penimbunan

plak dalam arteri sering dijumpai pada seseorang dengan tekanan darah

tinggi. Plak mengurangi aliran darah ke otot jantung sehingga dapat

menyebabkan serangan jantung (Sheps, 2005).

e. Gagal jantung

Gagal jantung yaitu dimana jantung tidak kuat memompa darah

yang kembali ke jantung dengan cepat, akibatnya cairan terkumpul di dalam paru-

paru, kaki dan jaringan lainnya, keadaan ini disebut edema. Cairan dalam paru-

paru menyebabkan sesak nafas, sedangkan cairan yang di tungkai menyebabkan

kaki membengkak (Sheps, 2005).

2.8.2 Otak

Hipertensi dapat menganggu sistem kerja otak dan dapat

menyebabkan stroke iskemik, stroke hemoragis dan dimensia.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: tekanan darah.pdf

a. Stroke iskemik

Stroke iskemik adalah stroke yang biasanya mengenai bagian otak

serebrum yaitu bagian yang mengatur gerakan, bahasa dan rasa. Stroke ini

disebabkan oleh penyumbatan yang terjadi di pembuluh darah akibat

menumpuknya plak dalam arteri, sehingga terjadi pusaran aliran darah di sekitar

plak yang merangsang terjadinya pembentukan berupa gumpalan darah (Sheps,

2005).

b. Stroke hemoragis

Stroke hemoragis yaitu stroke yang terjadi akibat bocor atau

pecahnya pembuluh darah di dalam otak. Darah yang mengalir keluar

menggenangi jaringan otak sekitarnya, sehingga merusak jaringan tersebut.

Sel - sel otak yang jauh dari lokasi kebocoran ataupun robekan itu juga ikut

rusak karena kekurangan darah (Sheps, 2005).

c. Dimensia

Dimensia yaitu hilangnya daya ingat dan kemampuan mental.

Hasil penelitian menyatakan bahwa hipertensi dapat menyebabkan dimensia.

Resiko demensia ini meningkat secara tajam pada usia 70 tahun ke atas.

Sejak saat hipertensi didiagnosa, dimensia dapat timbul beberapa tahun

kemudian (Sheps, 2005).

2.8.3 Ginjal

Ginjal berfungsi mengatur keseimbangan mineral, derajat asam dan

air dalam darah. Ginjal juga menghasilkan zat-zat kimia yang mengontrol ukuran

pembuluh darah dan fungsinya, jika pembuluh darah dalam ginjal mengalami

Universitas Sumatera Utara

Page 20: tekanan darah.pdf

aterosklerosis karena tekanan darah yang terlalu tinggi, maka aliran darah ke

nefron (jaringan penyaring yang sangat halus dalam ginjal) akan menurun

sehingga ginjal tidak dapat membuang semua produk sisa dari dalam darah, lama -

kelamaan produk sisa akan menumpuk di dalam darah mengakibatkan ginjal akan

mengecil dan berhenti berfungsi ( Sheps , 2005).

2.8.5 Mata

Tekanan darah tinggi dapat mempersempit atau menyumbat arteri di

mata, sehingga menyebabkan kerusakan retina (area mata yang sensitif terhadap

cahaya). Keadaan ini disebut penyakit vaskular retina, penyakit ini dapat

menyebabkan kebutaan (Palmer, 2007).

3. Buah Mengkudu (Morinda citrifolis)

3.1. Pengertian

Mengkudu (Morinda citrifolis) adalah termasuk suku rubiaceae yang

mempunyai banyak manfaat, buahnya berwana putih keruh berbentuk bulat,

permukaannya berbenjol - benjol, berbiji banyak, daging buahnya yang masak

lunak dan banyak mengandung air dan rasanya agak masam, digunakan sebagai

obat peluruh kencing dan dapat menurunkan tekanan darah tinggi, daunnya

digunakan sebagai obat sakit perut, akar dan kulit batangnya mengandung zat

warna merah yang digunakan dalam pembantikan (Sjabana & Bahalwan, 2002).

Menurut Rukmana (2002) tanaman mengkudu termasuk suku (famili)

kopi - kopian (Rubiaceae) dan terdiri atas sekitar 80 species tanaman. Tanaman

lain yang termasuk dalam famili Rubiaceae antara lain adalah kopi dan kina.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: tekanan darah.pdf

Morfologi tanaman mengkudu dapat diamati pada bagian batang, cabang, buah

dan biji. Secara alami pertumbuhan tanaman mengkudu sangat cepat serta berbuah

sangat lebat tanpa mengenal musim.

3.2 Kandungan Mengkudu (Morinda citrifolis)

Buah mengkudu mampunayai rasa sedikit pahit, tetapi mempunyai

kandungan vitamin A yang tinggi. Vitamin A tidak larut dalam air, tetapi larut

dalam lemak (Rukmana, 2002).

Beberapa senyawa kimia yang terdapat dalam kandungan mengkudu

(Morinda citrifolis) telah diketahui berkhasiat obat adalah senyawa terpenoid,

scopoletin, xeronin, acubin, alizrin, dan antraquinon. Senyawa terpenoid adalah

hidrokarbon isomerik yang berfungsi untuk membantu tubuh dalam proses

sintesis organik dan pemulihan sel-sel tubuh. Scopoletin berfungsi untuk

memperlebar saluran pembuluh darah dan memperlancar peredaran darah, serta

berkhasiat sebagai anti - bakteri, anti - alergi, dan anti - radang. Xeronin adalah

salah satu alkaloid yang berfungsi untuk mengaktifkan enzim-enzim dan mengatur

serta membentuk struktur protein (Rukmana, 2002).

Senyawa kimia yang bermanfaat dalam penurunan tekanan darah tinggi

adalah senyawa scopoletin. Solomon (1999) dalam Muhammadun (2010)

menuliskan bahwa mengkudu mengandung scopoletin yang mampu mengikat

serotonin yaitu senyawa kimia yang menjadi penyebab terjadinya penyempitan

pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat. Adanya senyawa scopoletin

dalam buah mengkudu menjadikan buah mengkudu dapat dijadikan obat alternatif

untuk penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: tekanan darah.pdf

Menurut Rukmana (2002) senyawa scopoletin yang terdapat dalam buah

mengkudu berfungsi untuk memperlebar saluran pembuluh darah dan

memperlancar peredaran darah sehingga berkhasiat mengatasi penyempitan

pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

Scopoletin diyakini berperan dalam efek antihipertensi dalam buah

mengkudu, ternyata scopeletin juga dapat bekerja secara sinergis dalam efek

adaptogenik yaitu dimana efekya tidak saja dapat menurunkan tekanan darah pada

penderita hipertensi tetapi juga dapat menaikkan tekanan darah pada penderita

hipotensi. Dalam hal ini berarti scopoletin memiliki efek menormalkan tekanan

darah (Sjabana & Bahalwan, 2002).

3.3 Pemanfaatan Mengkudu terhadap Tekanan Darah Tinggi

Pemanfaatan buah mengkudu yaitu dengan cara meramu atau membuat jus

mengkudu. Pada penderita hipertensi disediakan 2 buah mengkudu masak

dihilangkan bijinya, kemudian daging buahnya dihancurkan dan diperas kemudian

diambil airnya, kemudian tambah 20 ml madu asli dan diaduk kemudian disaring

kembali, serta air saringannya ditambah air masak 100 ml, maka larutan inilah

yang kemudian diminum sebagai obat (indomedia.com/intisari/2000).

Menurut resep atau ramuan Wijayakusuma yang dikutip oleh Rukmana

(2002) cara membuat jus mengkudu untuk penderita tekanan darah tinggi yaitu :

sediakan 1 buah mengkudu matang dan 1 buah belimbing manis dibersihkan

terlebih dahulu kemudian dihancurkan hingga menjadi jus kemudian diminum,

selain itu menurut Muhammadun (2010) bisa juga disediakann 2 buah mengkudu

masak dihilangkan bijinya, kemudian daging buahnya dihancurkan, diperas dan

Universitas Sumatera Utara

Page 23: tekanan darah.pdf

disaring kemudin ditambahkan 20 ml madu diaduk dan disaring kembali, air

saringannya ditambah air masak 100 ml. Cara menggunakan: diminum dan

diulangi dua kali sehari.

Secara normal takaran jus mengkudu yang diberiakan sebanyak 15ml/50kg

berat badan, diberiakn 2 kali sehari pada pagi dan malam hari, kira - kira setengah

jam sebelum makan nasi atau 2 jam sesudah makan nasi (Muhammadun, 2010).

Universitas Sumatera Utara