tekanan darah

29
Tekanan darah Tekanan darah berarti tenaga yang digunakan oleh darah terhadap setiap satuan dinding pembuluh darah tersebut. Bila orang mengatakan bahwa tekanan darah 50 mmHg, ini berarti bahwa tenaga yang digunakan tersebut akan cukup untuk mendorong suatu kolom air raksa ke atas setinggi 50 mmHg (Guyton dan Hall, 2007). Menurut D.G Beevers (2002) tekanan darah adalah tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung memompakan darah ke seluruh tubuh. Pengaturan tekanan darah arteri rata-rata dilakukan dengan mengontrol curah jantung, resistensi perifer total, dan volume darah (Sherwood, 2001). Tekanan sistolik di sistem vaskuler mengacu pada tekanan puncak yang tercapai selama kontraksi ventrikel, demikian juga, tekanan diastolik mengacu pada tekanan terendah selama diastol. Klasifikasi tekanan darah untuk usia ≥ 18 tahun ada 3 sumber yakni dari Joint National Committee (JNC) VII yang biasanya digunakan di negara Amerika Serikat, WHO yang digeneralisasikan ke seluruh dunia, serta dari hasil Perhimpunan Hipertensi Indonesia. Klasifikasi tekanan darah dari JNC VII, WHO dan hasil Perhimpunan Hipertensi Indonesia tersebut dapat kita lihat pada tabel-teabel berikut : Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut Joint National Committee VII Klasifikasi Tekanan sistole Tekanan diastole

Upload: ahmadafiyyuddin

Post on 15-Sep-2015

19 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Tekanan darahTekanan darah berarti tenaga yang digunakan oleh darah terhadap setiap satuan dinding pembuluh darah tersebut. Bila orang mengatakan bahwa tekanan darah 50 mmHg, ini berarti bahwa tenaga yang digunakan tersebut akan cukup untuk mendorong suatu kolom air raksa ke atas setinggi 50 mmHg (Guyton dan Hall, 2007). Menurut D.G Beevers (2002) tekanan darah adalah tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung memompakan darah ke seluruh tubuh. Pengaturan tekanan darah arteri rata-rata dilakukan dengan mengontrol curah jantung, resistensi perifer total, dan volume darah (Sherwood, 2001). Tekanan sistolik di sistem vaskuler mengacu pada tekanan puncak yang tercapai selama kontraksi ventrikel, demikian juga, tekanan diastolik mengacu pada tekanan terendah selama diastol.

TRANSCRIPT

Tekanan darahTekanan darah berarti tenaga yang digunakan oleh darah terhadap setiap satuan dinding pembuluh darah tersebut. Bila orang mengatakan bahwa tekanan darah 50 mmHg, ini berarti bahwa tenaga yang digunakan tersebut akan cukup untuk mendorong suatu kolom air raksa ke atas setinggi 50 mmHg (Guyton dan Hall, 2007). Menurut D.G Beevers (2002) tekanan darah adalah tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung memompakan darah ke seluruh tubuh. Pengaturan tekanan darah arteri rata-rata dilakukan dengan mengontrol curah jantung, resistensi perifer total, dan volume darah (Sherwood, 2001). Tekanan sistolik di sistem vaskuler mengacu pada tekanan puncak yang tercapai selama kontraksi ventrikel, demikian juga, tekanan diastolik mengacu pada tekanan terendah selama diastol.

Klasifikasi tekanan darah untuk usia 18 tahun ada 3 sumber yakni dari Joint National Committee (JNC) VII yang biasanya digunakan di negara Amerika Serikat, WHO yang digeneralisasikan ke seluruh dunia, serta dari hasil Perhimpunan Hipertensi Indonesia. Klasifikasi tekanan darah dari JNC VII, WHO dan hasil Perhimpunan Hipertensi Indonesia tersebut dapat kita lihat pada tabel-teabel berikut :

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut Joint National Committee VII

KlasifikasiTekanan sistole

(mmHg)Tekanan diastole

(mmHg)

Normal< 120< 80

Pre Hipertensi120 13980 89

Stadium I140 15990 99

Stadium II 160 100

Tabel 2. Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia

KategoriTekanan Sistolik (mmHg)Dan/AtauTekanan Diastolik (mmHg)

Normal< 120Dan< 80

Pre Hipertensi120 139Atau80 89

Hipertensi Tahap 1140 159Atau99 99

Hipertensi Tahap 2 160Atau 100

Hipertensi sistol terisolasi 140Dan< 90

Tabel 2. Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO

KlasifikasiTekanan sistolik

(mmHg)Tekanan Diastolik

(mmHg)

Optional< 120 25 merupakan salah satu faktor resiko terhadap timbulnya hipertensi. Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktifitas renin plasma yang rendah. Obesitas meningaktkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringa tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebioh besar pada dinding arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekusnsi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air (Yundini, 2006). Pada penelitian lain dibuktikan bahwa curah jantung dan volume darah sirkulasi pasien obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal dengan tekanan darah yang setara (Suyono, 2001), g) olahraga-olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga oto jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri (Sheps, 2005), h) stres dapat pula meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stres menjadi berkepanjangan dapat berakibat pada berakibat tekanan darah menajdi lebih tinggi.i. Penatalaksanaan hipertensi

1) Penatalaksanaan non farmakologis

Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal sebelum penambahan obat-obatan hipertensi. Sedangkan pasien hipertensi yang terkontrol, pendekatan nonfarmakologis ini dapat membantu pengurangan dosis obat pada sebagian penderita, oleh karena itu, modifikasi gaya hidup merupakan hal yang penting diperhatikan, karena berperan dalam keberhasilan penanganan hipertensi (Nurkhalida, 2003). Menurut beberapa ahli, pengobatan nonfarmakologis, terutama pada pengobatan hipertensi derajat 1. Pada hipertensi derajat 1, pengobatan secara nonfarmakologis kadang-kadang dapat mengendalikan tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis tidak diperlukan atau pemberiaannya dapat ditunda. Jika obat antihipertensi diperlukan, pengobatan nonfarmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan hasil pegobatan yang lebih baik (Suyono, 2001). Pendekatan nonfarmakologis dibedakan menjadi beberapa hal :a) Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan aterosklerosis. Misalnya berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol. Menurut Corwin (2001) berhenti merokok penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan beban kerja jantung.

b) Olahraga dan aktifitas fisik untuk mengatur tekanan darah, dan menjaga kebugaran tubuh. Olahraga yang teratur dibuktikan dapat menurunkan tekanan perifer sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Menurut Dede Kusmana (2009), beberapa patokan berikut ini perlu dipenuhi sebelum memutuskan berolahraga, antara lain: (1) Penderita hipertensi sebaiknya dikontrol atau dikendalikan tanpa atau dengan obat terlebih dahulu tekanan darahnya, sehingga tekanan darah sistolik tidak melebihi 160 mmHg dan tekanan darah diastolik tidak melebihi `100 mmHg, (2) sebelum berolahraga terlebih dahulu mendapat informasi mengenai penyebab hipertensi yang sedang diderita, (3) Sebelum melakukan latihan dilakukan uji latih jantung dengan beban (treadmill/ergometer) agar dapat dinilai reaksi tekanan darah serta perubahan aktifitas listrik antung (EKG), sekaligus menilai tingkat kapasitas fisik, (4) Pada saat uji latih obat yang sedang diminum tetap diteruskan sehingga dapat diketahui efektifitas obat terhadap kenaikan beban. (5) Latihan yang diberikan ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh da tidak menambah peningkatan darah. (6) Olahraga yang bersifat kompetisi dan peningkatan kekuatan tidak diperbolehkan. (7) Secara teratur memeriksakan tekanan darah sebelum dan sesudah latihan, (8) Umumnya penderita hipertensi mempunyai kecenderungan ada kaitannya degan beban emosi (stres). Oleh karena itu disamping olahraga yang bersifat fisik dilakukan pula olahraga oengendalian emosi, artinya berusaha mengurangi ketegangan emosional yang ada. (9) jika hasil latihan menunjukkan penurunan tekanan darah, maka dosis/takaran obat yang sedang digunakan sebaiknya dilakukan penyesuaian (Kusmana, 2009).c) Perubahan pola makan dapat membantu mengontrol tekanan darah. Beberapa pola maka yang dianjurkan adalah (1) Mengurangi asupan garam, pada hipertensi derajat I, pengurangan asupan garam dan upaya penurunan berat badan dapat digunakan sebagai langkah awal pengobaan hipertensi. Nasihat pengurangan asupan garam harus memperhatikan kebiasaan makan pasien, dengan memperhitungkan jenis makanan tertentu yang banyak mengandung garam. Pembatasan asupan garam sampai 60 mmol per hari, berarti tidak menambahkan garam pada waktu makan, memasak tanpa garam, menghindari makanan yang sudah diasinkan, dan menggunakan mentega yag bebas garam. Cara tersebut akan sulit dilaksanakan karena akan mengurangi asupan garam secara ketat dan akan mengurangi kebiasaan makan pasien secara drastis (Khomsan, 2003). Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi konsumsi garam adalah memperbanyak makanan segar dan mengurangi makanan yang diawetkan, memilih produk dengan natrium rendah, tidak menambahkan garam pada makanan saat memasak, tidak menambah garam saat di meja makan, membatasi penggunaan saus-sausan, dan membilas makanan dalam kaleng, (2) Diet rendah lemak jenuh. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah, (3) Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan, dan susu rendah lemak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bebrapa mineral bermanfaat mengatasi hipertensi. Kalium dibuktikan erat kaitannya dengan penuruna tekanan darah arteri dan mengurangi resiko terjadinya stroke. Selain itu, mengkonsumsi kalsium dan magnesium bermanfaat dalam penurunan tekana darah. Banyak konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan mengandung banyak mineral, seperti seledri, kol, jamur (banyak mengandung kalium), kacang-kacangan (banyak mengandung magnesium). Sedangkan susu dan pruduk susu mengandung banyak kalsium (Nurkhalida, 2003)d) Menghilangkan stres. Stres menjadi masalah bila tuntutan dari lingkungan hampir atau bahkan sudah melebihi kemampuan orang untuk mengatasinya. Cara untuk menghilangkan stres yaitu perubahan dalam kehidupan rutin sehari-hari dapat meringankan beban stres. Perubahan-perubahan itu ialah: (1) merencanakan semuanya dengan baik. Membuat jadwal tertulis untuk kegiatan setiap hari sehingga tidak akan terjadi bentrokan acara atau terpaksa harus terburu-buru untuk tepat janji atau aktifitas, (2) menyederhanakan jadwal dan bekerja dengan lebih santai, (3) membebaskan diri dari stres yang berhubungan dengan pekerjaan (4) menyiapkan cadangan untuk keuangan (5) berolahraga (6) tidur dan istirahat yang cukup (7) mengubah gaya dan perilaku saat sedang dilanda strs, (8) menyediakan waktu untuk keluar dari kegiatan rutin, (9) membina hubungan sosial yang baik, (10) mengubah pola pikir agar dapat menekan perasaan kritis atau negatif terhadap diri sendiri, (11) menyediakan waktu unutk hal-hal yang memerlukan perhatian khusus. (12) mencari humor, (13) berserah diri kepada Tuhan (Sheps, 2005)

2) Penatalaksaan farmakologis

Selain cara pengobatan nonfarmakologis, penatalaksanaan utama hipertensi primer adalah memberikan obat antihipertensi berdasarkan beberapa faktor seperti derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya kerusakan organ target dan terdapatnya manifestasi klinis penyakit kardiovaskuler atau faktor risiko lain (Suyono, 2001). Terapi dengan pemberian obat antihipertensi terbukti dapat menurunkan sistole dan mencegah terjadinya stroke pada pasien usia 70 tahun atau lebih.Menurut Arif Mansjoer (2001), penatalaksanaan dengan obat antihipertensi bagi sebagian besar pasien dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara titrasi sesuai umur dan kebutuhan. Terapi yang optimal harus efektif 24 jam dan lebih disukai dosis tunggal karena kepatuhan lebih baik, lebih mudah dan dapat mengontrol hipertensi terus menerus dan lancar, dan melindungi pasien terhadap risiko dari .