regulasi tekanan darah

31
REGULASI TEKANAN DARAH Pada tubuh terdapat sistem refleks tubuh jika terjadi perubahan darah , yang dinamakan baroreseptor reflex. Pusat baroreseptor terda carotid sinus dan di lengkung aorta. Pusat baroreseptor tersebut san terhadap setiap perubahan tekanan sistolik atau diastolik.

Upload: bumble-melati

Post on 03-Nov-2015

94 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

putri ayu puspasari

TRANSCRIPT

REGULASI TEKANAN DARAH

Pada tubuh terdapat sistem refleks tubuh jika terjadi perubahan tekanan darah , yang dinamakan baroreseptor reflex. Pusat baroreseptor terdapat pada carotid sinus dan di lengkung aorta. Pusat baroreseptor tersebut sangat sensitif terhadap setiap perubahan tekanan sistolik atau diastolik.

Autoregulasi tubuh terhadap tekanan darah.

Jika tekanan darah menurun:Tekanan darah ((Potensial reseptor arch aorta dan sinus carotid ((Hantaran nervus afferent ((Pusat kardiovaskular

( Aktivitas saraf simpatis jantung ( Aktivitas saraf simpatis vasokonstriktor ( Aktivitas saraf parasimpatis (( Heart rate ( Volume sekuncup ( Vasodilatasi arteriolar dan vena (( Cardiac output ( Resistensi perifer total ((Jika tekanan darah meningkat:Tekanan darah ((Potensial reseptor arch aorta dan sinus carotid ((Hantaran nervus afferent ((Pusat kardiovaskular

( Aktivitas saraf simpatis jantung ( Aktivitas saraf simpatis vasokonstriktor ( Aktivitas saraf parasimpatis (( Heart rate ( Volume sekuncup ( Vasodilatasi arteriolar dan vena (( Cardiac output ( Resistensi perifer total ((tekanan darah menurun mendekati normalSISTEM RENIN-ANGIOTENSIN ALDOSTERON (RAA)

Fungsi:

Meningkatkan retensi Na+ dan H2O oleh ginjal

Meningkatkan volume ventrikel dan regangan serabut

Menambah kontraktilitas miokardiumsesuai dengan hokum Starling

Meningkatkan tekanan darah

Renin adalah suatu hormone yang dihasilkan di ginjal tepatnya oleh sel JG (jukstaglomerulus). Dalam system ini, rennin berfungsi sebagai memecah angiotensin I dari angotensinogen.

Dimana hormone tersebut dapat terangsang pengeluarannya apabila terdapat keadaan-keadaan di bawah ini:

Deplesi Na+, volume CES, TD

Diuresis

Hipotensi

Perdarahan

Posisi berdiri

Gagal jantung

Dehidrasi

Kontraksi Arteri renalis /aorta

Jika terdapat keadaan-keadaan yang disebutkan di atas maka renin akan dikeluarkanoleh sel JG sebagai respon tubuh. Yang nantinya rennin ini akan berfungsi sebagai enzim yang merubah angiotensinogen (protein plasma yang disintesis oleh hati dan selalu terdapat di plasma dalam konsentrasi tinggi) menjadi angiotensin I(precursor untuk angiotensin II). Selanjutnya akan bersikulasi dalam darah melewati sirkulasi paru yang dengan bantuan dari ACE (angiotensin Converting enzyme) akan diubah menjadi angiotensin II.

Adapun fungsi dari angiotensin II:

Konstriksi arteriola(konstriksi arteriol aferen(penurunan TD kapiler glomerulus(penurunan GFR( penurunan volume urin(peningkatan konservasi cairan dan garam(peningkatan TD sistolik dan diastolic

Merangsang rasa haus( peningkatan asupan cairan

Merangsang vasopressin( peningkatan retensi H2O oleh ginjal

Bekerja langsung pada korteks adrenal( meningkatkan sekresi aldosteron

Efeknya yaitu meningkatkan reabsorbsi Na+ oleh tubulus distal dan tubulus pengumpul. Yang akhirnya mengmbalikan tekanan darah dalam keadaan yang normal kembali. Namun, jika tekanan darah di dalam tubuh kita, pengeluaran rennin akan dihambat

HIPERTENSI ESENSIAL

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah arterial. Di seluruh dunia hipertensi telah menjadi suatu penyakit yang dihubungkan dengan angka morbiditas, mortalitas serta biaya yang tinggi di masyarakat. Hipertensi juga merupakan faktor risiko penting, yang dapat dimodifikasi, untuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung kongestif, gagal ginjal dan penyakit arteri periferal. Untuk mempermudah pembelajaran dan penanganan, hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan tingginya tekanan darah dan etiologinya

KlasifikasiSistol (mmHg)Diastol (mmHg)

Normal100

(Klasifikasi tekanan darah untuk usia 18 tahun atau lebih berdasarkan JNC VII, 2003)Berdasarkan etiologinya hipertensi dapat dibagi menjadi hipertensi esensial dan hipertensi sekunder:

1. Hipertensi esensial/hipertensi primer/hipertensi idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan dasar patologi yang jelas, lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi esensial. Penyebabnya meliputi faktor genetik (kepekaan terhadap natrium, stress, dll) dan faktor lingkungan (gaya hidup, stress emosi, dll)

Gejala klinis

Sakit kepala

Rasa tidak nyaman ditengkuk

Pusing

Sesak nafas

Takikardi

Tinnitus

Patogenesis

Faktor resiko : diet, asupan garam,stress, ras , obesitas, merokok, genetik.

Kelainan saraf simpatis : tonus simpatis, variasi diurnal

Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokontriksi

Pengaruh sistem RAA.

Kerusakan organ target

Jantung : hipertrofi ventrikel kiri, angina, atau infark miokard, gagal jantung.

Otak : stroke atau TIA

Penyakit ginjal kronis

Penyakit arteri perifer

Retinopati

2. Hipertensi sekunder meliputi 5-10% kasus. Dapat berupa hipertensi kardiovaskuler (peningkatan resistensi perifer akibat aterosklerosis), hipertensi ginjal (oklusi arteri renalis atau penyakit jaringan ginjal), hipertensi endokrin (feokromositoma dan sindrom Conn) dan hipertensi neurogenik (akibat lesi saraf, menyebabkan gangguan di pusat kontrol, baroreseptor atau penurunan aliran darah ke otak).

Hipertensi lama dan/atau berat dapat menimbulkan komplikasi berupa kerusakan organ pada jantung (hipertrofik ventrikel kiri), otak (stroke akibat pecah pembuluh darah cerebral), ginjal (penyakit ginjal kronik, gagal ginjal), mata dan pembuluh darah perifer.

Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas kardiovaskular. Target tekanan darah yang ingin dicapai bila penderita tidak memiliki kelainan penyerta adalah 2.5 mg/dL) atau gagal jantung. Termasuk dalam golongan diuretik kuat adalah furosemid, bumetanid, torasemid dan asam etakrinat. Efek sampingnya antara lain hipokalemia, hiponatremia, hipomagnesemia dan hiperkalsiuria.

3. Diuretik hemat kalium

Diuretik hemat kalium digunakan terutama dalam kombinasi dengan diuretik lain untuk mencegah hipokalemia. Termasuk dalam golongan ini adalah amilorid, triamteren, dan spironolakton (antagonis aldosteron). Diuretik hemat kalium dapat menimbulkan hiperkalemia bila diberikan pada pasien dengan gagal ginjal atau bila dikombinasi dengan ACE-inhibitor, ARB, -blocker, AINS atau suplemen kalium.

Penghambat adrenoreseptor beta (-blocker)-blocker bekerja dengan menghambat reseptor 1 sehingga menumbulkan penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard, menghambat sekresi renin, mempengaruhi aktivitas saraf simpatis, perubahan pada sensitivitas baroreseptor, perubahan aktivitas neuron adrenergik perifer dan peningkatan biosintesis prostasiklin (vasodilator). Efek penurunan tekanan darah dapat terlihat dalam 24 jam sampai 1 minggu setelah terapi dimulai. Dari berbagai -blocker, atenolol merupakan obat yang sering dipilih (bersifat kardioselektif). Selain itu terdapat juga labetolol, karvedilol dll yang umumnya nonselektif. -blocker dikontraindikasikan pada penderita asma bronkial, bradikardia, blokade AV derajat 2 dan 3, sick sinus syndrome dan gagal jantung belum stabil. Efek samping -blocker antara lain bronkopasme, gangguan sirkulasi perifer, depresi, mimpi buruk, halusinasi dan gangguan fungsi seksual.

ACE-inhibitorACE-inbitor merupakan obat yang bekerja dengan menghambat enzim angiotensin converting enzyme (ACE) yang dalam keadaan normal bertugas mengaktifkan angiotensin 1 menjadi angiotensin 2 yang berperan dalam sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron, di mana aldosteron berfungsi mengkonservasi air dalam tubuh. Selain itu ACE-inhibitor juga menghambat degradasi bradikinin, sehingga bradikinin dapat bekerja meningkatkan sintesis EDRF/NO dan prostasiklin yang merupakan vasodilator. ACE-inhibitor juga diduga menghambat pembentukan angiotensin II secara lokal di endotel pembuluh darah.

Secara umum ACE-inhibitor dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu 1) yang bekerja langsung, contohnya kaptopril dan lisinopril dan 2) prodrug, contohnya enalapril, kuinapril dan perindopril. ACE-inhibitor efektif untuk hipertensi ringan hingga berat, hipertensi dengan gagal jantung kongestif, hipertensi pada diabetes, dislipidemia, obesitas, hipertensi dengan penyakit jantung koroner, hipertrofik ventrikel kiri dll. Untuk memperkuat efeknya ACE-inhibitor sering dikombinasikan dengan diuretik, -blocker atau vasodilator. ACE-inhibitor dikontraindikasikan pada stenosis arteri renalis bilateral atau unilateral pada ginjal tunggal serta pada ibu hamil. Efek samping yang ditimbulkan antara lain hipotensi, batuk kering, hiperkalemia, rash kulit, edema angioneurotik, gagal ginjal akut, dan proteinuria.

Penghambat reseptor angiotensin (angiotensin receptor blocker/ARB)ARB bekerja dengan menghambat efek angiotensin II pada reseptor AT1 (yang terutama terdapat di otot polos pembuluh darah dan otot jantung, selain itu terdapat juga di ginjal, otak, dan kelenjar adrenal). Efek yang dihambat meliputi: vasokonstriksi, sekresi aldosteron, rangsangan saraf simpatis, sekresi vasopresin, rangsangan haus, stimulasi jantung, serta efek jangka panjang berupa hipertrofik otot polos pembuluh darah dan miokard. Efek yang ditimbulkan ARB mirip dengan efek yang ditimbulkan ACE-inhibitor, namun ARB tidak memiliki efek samping batuk kering dan angioedema. Losartan merupakan prototip dari golongan ARB, selain itu ada juga valsartan, irbesartan, dll. Efek samping yang ditimbulkan antara lain hipotensi dan hiperkalemia. Obat ini dikontraindikasikan pada ibu hamil dan menyusui serta pada pasien dengan stenosis arteri renalis bilateral atau unilateral pada ginjal tunggal.

Antagonis kalsium/calcium channel blockerAntagonis kalsium menghambat influks kalsium pada sel otot polos pembuluh darah dan miokard, menimbulkan efek relaksasi arteriol dan penurunan resistensi perifer. Berbagai antagonis kalsium antara lain nifedipin, verapamil, diltiazem, amlodipin, nikardipin, isradipin, dan felodipin. Golongan dihidropiridin (seperti nifedipin, nikardipin, dll) bersifat vaskuloselektif , menurunkan resistensi perifer tanpa penurunan fungsi jantung yang berarti (efek pada nodus SA dan AV minimal). Nifedipin oral sangat bermanfaat untuk mengatasi hipertensi darurat (dosis 10mg akan menurunkan tekanan darah dalam waktu 10 menit), namun tidak dianjurkan untuk hiperensi dengan penyakit jantung koroner. Efek samping antagonis kalsium antara lain iskemia miokard, hipotensi, edema perifer, bradiaritmia, dll.

Penghambat saraf adrenergikPenghambat saraf adrenergik meliputi reserpin, guanetidin dan guanadrel. Reserpin bekerja dengan menghambat uptake dan memecah katekolamin (epinefrin dan norepinefrin) di ujung vesikel. Efek yang ditimbulkan adalah penurunan curah jantung dan resistensi perifer. Efek samping reserpin antara lain depresi mental, penurunan ambang kejang, bradikardia, hipotensi ortostatik, dan hiperasiditas lambung yang dapat mengeksaserbasi ulkus lambung dll. Sedangkan guanetidin dan guanadrel bekerja dengan menggeser norepinefrin dari vesikel dan mendegradasinya, sehingga menurunkan tekanan darah melalui penurunan curah jantung dan resistensi perifer. Efek samping guanetidin antara lain hipotensi ortostatik dan diare.

Penghambat adrenoreseptor alpha (-blocker)Hambatan reseptor 1 menyebabkan vasodilatasi di arteriol dan venula sehingga menurunkan resistensi perifer. Termasuk ke dalam golongan ini adalah prazosin, terazosin, bunazosin, dan doksazosin. -blocker memiliki keunggulan yaitu efek positif terhadap lipid darah dan mengurangi resistensi perifer. Efek samping yang ditimbulkan antara lain hipotensi ortostatik, sakit kepala, palpitasi, edema perifer, mual dll.

Adrenolitik sentral (metildopa dan klonidin)Metildopa merupakan prodrug dalam susunan saraf pusat yang menggantikan kedudukan dopa dalam sintesis katekolamin dengan hasil akhir -metilnorepinefrin. Efek yang ditimbulkan antara lain mengurangi sinyal simpatis ke perifer sehingga menurunkan resistensi vaskular tanpa banyak mempengaruhi frekuensi dan curah jantung. Obat ini efektif bila dikombinasikan dengan diuretik, dan merupakan pilihan utama untuk pengobatan hipertensi pada ibu hamil karena terbukti aman bagi janin. Efek samping yang sering adalah sedasi, hipotensi postural, pusing, mulut kering, sakit kepala, depresi, dll.

Klonidin bekerja pada reseptor -2 di susunan saraf pusat dengan efek penurunan simpathetic outflow dan menurunkan resistensi perifer dan curah jantung. Obat ini digunakan sebagai obat kedua atau ketiga jika penurunan tekanan darah dengan diuretik belum optimal. Efek samping yang sering timbul antara lain mulut kering, sedasi, dll.

Vasodilator (hidralazin, minoksidil, diazoksid)Hidralazin bekerja langsung merelaksasi otot polos arteriol melalui mekanisme yang belum diketahui. Obat ini biasanya digunakan sebagai obat kedua atau ketiga setelah diuretik dan -blocker. Efek samping yang timbul antara lain sakit kepala, mual, hipotensi, takikardia, dll. Obat ini dikontraindikasikan pada pasien penyakit jantung koroner dan tidak dianjurkan pada pasien usia di atas 40 tahun.

Minoksidil bekerja dengan membuka kanal kalium ATP-dependent dengan akibat terjadinya efluks kalium dan hiperpolarisasi membran yang diikuti oleh relaksasi otot polos pembuluh darah dan vasodilatasi. Efek samping yang timbul antara lain retensi cairan dan garam, refleks simpatis, hipertrikosis, hiperglikemia dll. Minoksidil harus diberikan bersama dengan diuretik dan penghambat adrenergik (biasanya -blocker) untuk mencegah retensi cairan dan mengontrol refleks simpatis.

Diazoksid merupakan derivat benzotiazid namun tidak memiliki efek diuresis. Obat ini bekerja dengan mekanisme mirip minoksidil. Diazoksid diberikan untuk mengatasi hipertensi darurat, hipertensi maligna, hipertensi ensefalopati, dan hipertensi berat pada glomerulus akut dan kronik. Efek samping yang ditimbulkan atntara lain retensi cairan dan hiperglikemia

HIPERTENSI SEKUNDER

Definisi :

Jenis hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui (kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan tiroid, penyakit adrenal)

Etiologi :

Kelainan ginjal, SSP, endorin, vascular, penggunaan obat-obatan

PenyebabPrevalensi %

Penyakit parenkim ginjal5

Penyakit renovaskular0,5-5

Aldosteronisme0,5-1

Penyakit tiroid< 0,2

Sindrom chusing< 0,2

Obat0,1-1

Kehamilan0,1-1

Epidemiologi :

5-10 % kasus hipertensi

Usia muda dan geriatri

Laki > wanita pada usia muda

Indonesia merupakan kasus penyakit kematian tertinggi

Usia tua : > 40 th ( 10 % dan > 50 th ( 20-30 %

Depkes RI tahun 2000 : Jakarta, Padang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar, Makasar ( 52,5 %

Pada usia tua laki ( 12 % dan wanita ( 16 %, wanita lebih tinggi karena faktor hormonal

Gejala klinis :

Tekanan darah

Komplikasi ginjal, mata, otak, jantung

Sakit kepala, epistaksis, pusing, migren pagi hari

Cepat marah

Berdenging pada telinga

Mimisan, sukar tidur, sesak napas

Tengkuk berat, mata berkunang, palpitasi, mudah lelah

Gangguan penglihatan, neurologi

Cemas, tremor

Kelumpuhan sebelah tubuh

Diagnosa :

Test klonidin :

-blockers dan diuretik distop 2 minggu

berikan antihipertensi pada hari pemeriksaan

pasien berbaring dengan IV line selama 30 menit sebelum dan selama test

berikan klonidin 0,3 mg oral

periksa katekolamin plasma sebelum dan 3 jam sesudahnya

test (+) bila kadar katekolamin > 500 mg/ml / tekanan darah tidak turun sedikitnya 50 % Pemeriksaan laboratorium :

Urinalisis : protein, leukosit, eritrosit, dan silinder

Hb/HCT

Elektrolit darah : Kalium

Ureum/kreatinin

GDP ( Gula Darah Puasa

Kolesterol total

Elektrokardiografi ( HVK (Hipertrofi Ventrikel Kiri) : 20-50 % Bila keuangan tidak berkendala :

TSH

Leukosit darah

Kalsium dan fosfor

Trigliserida, HDL, dan kolesterol LDL

Foto toraks

Faktor resiko :

Penyempitan pembuluh darah ( lemak mengendap dengan mudah (kolesterol+trigliserida)

Penyempitan pada organ ginjal ( memicu enzim rennin

Merokok, minum alcohol, BB, stress kronik, pil KB, diabetes mellitus ( gaya hidup modern

Asupan Natrium ( makanan yang mengandung MSG

Kadar rennin ( proses penuaan (45 th )

Wanita waktu menopause ( hormon estrogen menyebabkan elastisitas pembuluh darah

RAS ( kulit hitam < kulit putih

RPK

Komplikasi :

Otak

Ginjal

Saraf

Endokrin

Retinopati

Demensia

Penyakit arteri perifer

Tatalaksana :

Propanolol : mengurangi seringnya kerja jantung, menurunkan tekanan darah

Diuretic oral : membuang kelebihan cairan dalam tubuh, menurunkan tekanan darah

Chlorothiazide : menurunkan TD

Diet tinggi Natrium : konsumsi tidak > 2400 mg garam/hari

Diet lemak : kurangi konsumsi lemak jenuh (hewan) dan asam lemak tak jenuh

Diet rendah Kalsium : kurangi konsumsi susu tidak berlemak dan rendah lemak

Diet tinggi Kalium : konsumsi sayur dan buah untuk mengurangi tekanan darah

Diet tinggi alcohol : tidak konsumsi ( pengaruh pada tekanan darah , sirosis hati, kerusakan jantung

Kurangi stress, berat badan, merokok

Aktivitas fisik (waktu istirahat cukup, hiburan dan hoby harus seimbang, olahraga teratur 2-3 x seminggu selama 30 menit)

Jenis obat lainnya :

ACE inhibitor ( memperlambat aktivitas dari enzim ACE dengan produksi dari kurangi angiotensin II (zat kimia yang dapat menyempitkan pembuluh darah, kontraksi pembuluh darah )

ARB (Angiotensin Reseptor Blocker) ( menghalangi aksi angiotensin II

-blockers, kalsium channel blockers, -blockers, - blockers, minoxidil (vasodilator)

Cara kerja obat hipertensi :

Pembuluh darah vasodilatasi

Saluran-saluran udara dipersempit dengan menstimulasi otot-otot yang mengelilingi saluran udara untuk vasoonstriksi

Mengurangi kekuatan dari aksi memompa jantung

Berdasarkan faktor usia :

Perbaikan diri secara perlahan dengan mencegah diri dari bahaya infeksi

Prognosis :

Dapat disembuhkan dan diobati

Faktor masalah :

Faktor genetic

Aktivitas fisik

Lingkungan sosial

Diet tinggi (lemak, kalori, garam) (Obesitas

KepribadianMerokok

Individualcohol, obat

Stress mental

HIPERTENSI

RAS, Umur, Jenis Kelamin

Kaptopril ( ACE inhibitor )

1.Definisi

Kaptopril merupakan ACE inhibitor yang pertama ditemukan dan banyak digunakan untuk pengobatan hipertensi & gagal jantung.

Secara umum ,ACE inhibitor dibedakan atas 2 kelompok :

1.Yang bekerja langsung : Kaptopril ,Lisinopril

2.Prodrug : Enalapril ,Kuinapril ,Perindopril yang diubah menjadi bentuk aktif yaitu enalaprilat,kunalaprilat ,perindoprilat .

2.Mekanisme kerja

ACE inhibitor menghambat perubahan AT1 menjadi AT II sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron mengakibatkan terjadinya ekskresi air dan Na+

Menghambat degradasi bradikin sehingga kadar bradikinin meningkat dan menyebabkan vasodilatasi sehingga tekanan darah menjadi turun

3.Efek

1. Pada pasien hipertensi, kaptopril dapat menurunkan retensi Na+,mengakibatkan vasodilatasi sehingga tejadi penurunan tekanan darah

2.Pada pasien gagal jantung akan mengurangi kerja beban jantung yang akan menghambat progresi remodeling jantung dan menurunkan hipertrofi miokard

3.Pada gagal ginjal ,ACE inhibitor menyebabkan vasodilatasi arteri renalis dan meningkatkan aliran darah ginjal yang akan memperbaiki laju filtrasi glomerulus .4.Interaksi Obat

Kombinasi ++ : Kombinasi dengan diuretic Kombinasi dengan antagonis kalsium Kombinasi dengan prazosin Kombinasi dengan -Blocker Kombinasi - - : Kombinasi dengan penghambat adrenergic & (yang dapat menimbulkan hipotensi berat & berkepanjangan )

5.Efek Samping1. Hipotensi 2.Batuk kering 3.Hiperkalemia 4.Rash 5.Efek teratogenik 6.Farmakokinetik Diabsorpsi dengan baik pada pemberian oral

Pemberian bersama makanan akan menurunkan 30 % sehingga pemberian harus diberikan 1 jam sebelum makan

ACE inhibitor di metabolisme di hati

Ekskresi melalui ginjal 7.Indikasi dan Kontraindikasi

Baik untuk hipertensi dengan penyakit ginjal kronik dan gagal jantung

Tidak baik untuk wanita hamil,stenosis arteri renalis 8.Dosis dan sediaan

25-100 mg/hari ,2-3x ,tab.12,5-25 mg

HIDROKLOROTHIAZID (HCT)Prototipe golongan diuretik tiazid dan dianjurkan untuk sebagian besar kasus hipertensi ringan dan sedang

Fungsi:

Peningkatan ekskresi Na+, H2O, Cl-( menurunkan volume darah dan CES( menurunkan curah jantung dan tekanan darah

Penurunan resistensi periferDosis: 12,5-25mg

Pemberian: 1x sehari

Dosis: 25 dan 50 mgFarmakokinetik:

A: saluran cerna baik sekali (efek obat= 1 jam)

D: ke seluruh ruang ekstrasel dan dapat melalui sawar uri

M:

E: oleh sel tubuli proksimal ke dalam cairan tubuh

Farmakodinamik:

Menghambat simporter Na+, Cl- (reabsorbsi) di hulu tubuli ginjal

Pada pasien hipertensi: menurunkan tekanan darah dan efek langsung terhadap arteriol sehingga menjadi vasodilatasi

Diabetes Insipidus: mengurangi diuresis

Fungsi Ginjal: mengurangi aliran darah ke ginjal (mengurangi kecepatan glomerulus

Asam urat: meningkatkan kadar asam urat di tubuli proksimal dan menghambat ekskresi

Kalsium: menurunkan ekskresi Ca2+ dan mereabsorbsi Ca2+ oleh sel tubuli distal ( menurunkan insiden fraktur pada osteoporosis

CES: meningkatkan ekskresi K+

Indikasi:

Hipertensi

Gagal jantung

Pengobatan jangka panjang edema kronik

Diabetes insipidus

Hiperkalsiuria

Efek Samping: jika berlebihan dosisnya( Gangguan elektrolit

Gejala insufisiensi ginjal

Hiperkalsemia karena menghambat ekskresi dari Ca2+ Hiperurisemia karena meningkatkan kadar asam urat darah

Peningkatan kadar kolesterol dan TG

NIFEDIPINEMerupakan golongan antagonis kalsium (calsium blocker) dengan ikatan dihidropiridin. Bekerja dengan cara menghambat influks kalsium pada otot polos pembuluh darah dan miokardium untuk mengurangi resistensi pembuluh darah koronaria dan meningkatkan aliran darah koroner.

Sifat farmakologis:

1. Bersifat vaskuloselektif

2. Bioavailabilitas oral relatif rendah: 40 60%

3. Kadar puncak tercapai dengan cepat: 30 40 menit

4. Waktu paruh umumnya pendek

: sehingga pemberian diberikan 3 x sehari

5. Metabolisme baik

Mekanisme kerja:

Kerja otot jantung sangat bergantung dengan jumlah Ca2+ yang terdapat dalam miosit jantung. Jika Ca2+ dalam keadaaan tinggi, maka kerja jantung akan meningkat.

Bloker Ca2+ + troponin

(efek penghambatan troponin pada organ dan struktur yang berkontraksi

(

(Kontraktilitas ((

resistensi arteriol ((

Tekanan darah ((

curah jantung (Absorpsi:

hanya 40 60 % jika melalui oral. Hasil maksimal didapatkan dengan pemberian intravena.Waktu paruh:

2 3 jam, sehingga dosis pemakaian dibutuhkan 3 x sehari.Metabolisme:

95% dimetabolisme di hati dan metabolit bersifat inaktif.Ekskresi:

10 %) dapat menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan juga bermanfaat untuk memperbaiki faktor risiko yang lain (resistensi insulin, diabetes mellitus, hiperlipidemia dan LVH).

3). Konsumsi alkohol sedang

Terdapat hubungan linier antara konsumsi alkohol, tingkat tekanan darah dan prevalensi hipertensi pada masyarakat. Alkohol menurunkan efek obat antihipertensi, tetapi efek presor ini menghilang dalam 1-2 minggu dengan mengurangi konsumsi alkohol dibatasi 20-30 g etanol per hari untuk pria dan 10-20 g etanol per hari pada wanita.

4). Penurunan diet garam

Diet tinggi garam dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah dan prevalensi hipertensi. Efek diperkuat dengan diet kalium yang rendah. Penurunan diet natrium dari 180 mmol (10,5 g) per hari menjadi 80-100 mmol (4,7-5,8 g) per hari menurunkan tekanan darah sistolik 4-6 mmHg.

5). Perubahan diet yang komplek

Vegetarian mempunyai tekanan darah lebih rendah dibandingkan pemakan daging dan diet vegetarian pada penderita hipertensi dapat menurunkan tekanan darah. Meningkatkan konsumsi buah dan sayuran menurunkan tekanan darah TDS/TDD 3/1 mmHg, sedangkan mengurangi diet lemak menurunkan tekanan darah 6/3 mmHg. Pada penderita tekanan darah tinggi, kombinasi keduanya dapat menurunkan tekanan darah 11/6 mmHg. Adanya diet tinggi kalsium, magnesium dan kalium mungkin berperanan terhadap efek tersebut. Makan ikan secara teratur sebagai cara mengurangi berat badan akan meningkatkan penurunan tekanan darah pada penderita gemuk dan memperbaiki profil lemak.

6). Peningkatan aktifitas fisik

Latihan fisik aerobik sedang secara teratur (jalan atau renang selama 30-45 menit 3-4 seminggu) mungkin lebih efektif menurunkan tekanan darah dibandingkan olah-raga berat seperti lari, jogging. Tekanan darah sistolik turun 4-8 mmHg. Latihan fisik isometric seperti angkat besi dapat meningkatkan tekanan darah dan harus dihindari pada penderita hipertensi (WHO-ISH 1999). (Joewono, Boedi Soesetyo. 2003).

Algoritma Terapi Pada Pasien Dengan Hipertensi

tekanan darah meningkat mendekati normal