tegangan_permukaan
DESCRIPTION
xxxTRANSCRIPT
I. TUJUAN
Menentukan tegangan permukaan/antarmuka suatu zat cair dengan
metode tensiometer
II. PRINSIP
Berdasarkan gaya yang diperlukan untuk memisahkan cincin Pt
atau pelat kaca dari permukaan cairan yang diukur.
Berdasarkan cara du Nuoy dan pelat Wiihelmy.
III. PENDAHULUAN
Arti Tegangan Muka
Gaya tarik molekul-molekul dalam cairan sama ke segala arah,
tetapi molekul-molekul pada permukaan cairan lebih tertarik “ke dalam”
cairan. Ini disebabkan karena jumlah molekul dalam fase uap lebih kecil
daripada fase cair. Akibatnya zat cair selalu berusaha mendapatkan luas
permuaan terkecil. Karena itu tetesan-tetesan cairan dan gelembung-
gelembung gas berbentuk bulat, karena bentuk ini mempunyai luas
permukaan terkecil.
Untuk memperluas permukaan cairan diperlukan kerja untuk
membawa molekul-molekul dari bagian dalam dan melawan gaya
tariknya. Tenaga permukaan adalah kerja yang diperlukan untuk
memperbesar luas permukaan cairan sebesar 1 cm2 , satuan tenaga
permukaan = erg/cm2.
Adanya gaya-gaya ke arah dalam yang nmenyebabkan adanya
kecendrungan untuk mengerut, juga menyebabkan permukaan cairan
seakan-akan berada dalam keadaan tegang. Tegangan ini disebut
tegangan muka, yang didefinisikan sebagai gaya dalam dyne yang bekerja
sepanjang 1 cm pada permukaan zat cair. Satuan tegangan muka =
dyne/cm, jadi sama dengan satuan tenaga permukaan.
Pengukuran Tegangan Muka
Tegangan muka cairan dapat diukur dengan beberapa cara,
seperti dengan :
Tensiometer
Cara drop weight
Cara buble pressure
Cara capillary rise
Dalam cara tensiometer (cara du Nuoy), suatu cincin Pt
dimasukkan kedalam cairan yang diselidiki dan gaya yang diperlukan
untuk memisahkan cincin dari permukaan cairan diukur. Besarnya gaya ke
bawah akibat tegangan muka : F2 = 2 1 γ.
γ = tegangan muka
1 = Keliling lingkaran
2 = ada 2 permukaan (luar dan dalam)
Pada saat tepat cincin lepas : F1 = F2
F1 = 2 1 γ
γ = F1 .
2 1
Ada beberapa hal yang mempengaruhi tegangan permukaan, diantaranya
adalah :
1. Suhu
Makin tinggi suhu cairan, maka tegangan permukaan akan turun. Hal
ini dijelaskan oleh eötvös (tahun 1886). Eötvös menurunkan suatu
persamaan yang menyatakan
dimana : a dan k = tetapan
t = suhu
2. Konsentrasi zat terlarut
a. Surfaktan
Tegangan permukaan larutan akan turun dengan meningkatnya
konsentrasi surfaktan (zat aktif permukaan).
b. Elektrolit
Tegangan permukaan akan meningkat dengan bertambahnya
konsentrasi elektrolit dalam larutan.
3. Tekanan uap
Semakin tinggi tekanan uap maka tegangan permukaan akan turun
4. Lengkungan permukaan
Lengkungan permukaan yang ditentukan oleh jari-jari lengkungan
akan mempengaruhi tegangan permukaan.
Oleum Ricini
Oleum Ricini ( minyak jarak ) adalah minyak lemak yang diperoleh
dengan perasan dingin biji ricinus communis L.yang telah
dikupas.Pemerian cairan kental,jernih,kuning pucat atau hampir tidak
berwarna,bau lemah ; rasa manis kemudian agak pedas,umumnya
memualkan. Larut dalam 2,5 bagian etanol (90 %) P; mudah larut dalam
etanol mutlak P dan dalam asam asetat glasial P. Pada suhu ruang minyak
jarak berfasa cair dan tetap stabil pada suhu rendah maupun suhu sangat
tinggi. Minyak jarak diproduksi secara alami dan merupakan trigliserida
yang mengadung 90% asam ricinoleat. Sebagai bahan farmasi, minyak
jarak atau minyak kastroli (nama yang redundan!) digunakan untuk
menetralisasi rasa kembung (konstipasi) dan merangsang pemuntahan.
Surfaktan
Surfaktan merupakan suatu sistem koloid dimana partikel-partikel
kecil halus dari zat padat atau zat cair atau gas. Misalnya : pasir yang
halus atau lempung yang dikocok dengan air akan menghasilkan suspensi,
dimana partikel-partikel halus dengan terdispersi mengendap dengan
lamban sekali dan saling bertolakan sehingga tak mudah mengumpul.
Lambang umum untuk suatu surfaktan :
Ekor hidrofobik Kepala hidrofilik
Struktur surfaktan Anionik:
Surfaktan menurunkan tegangan permukaan air dengan
mematahkan ikatan-ikatan hidrogen pada permukaan. Mereka
melakukan hal ini dengan menaruh kepala-kepala hidrofiliknya pada
permukaan air dengan ekor-ekor hidrofobiknya terentang menjauhi
permukaan. Lihat gambar di bawah.
IV. Alat dan Bahan
Bahan :
Parafin cair
Oleum ricini (minyak jarak)
Texaphon 2%
Tween
Peralatan :
Tensiometer (alat pengukur tegangan muka)
Cawan petri
Beaker glass
Batu timbangan
Gelas ukur
Pipet
V. PROSEDUR
Alat pengukur tegangan permukaan (tensiometer) dikalibrasi
terlebih dahulu dengan menentukan titik nol.
Zat cair uji yang ditentukan dituangkan ke dalam cawan petri.
Dicelupkan bagian kawat/pelat kaca tepat pada permukaan cairan.
Diberikan beban sehingga kawat/pelat kaca lepas dari permukaan.
Ditentukan massa yang sesuai dengan gaya yang dapat
memisahkan kawat/pelat kaca dari cairan uji.
Dicatat dan dihitung tegangan permukaan:
Diulangi percobaan 1-6 dengan masing-masing zat cair yang diuji
ditambahkan surfaktan (Tween)
Menggunakan pelat kaca : γ = F .
2 (p + t)
Menggunakan cincin kawat : γ = F .
4 π r
Keterangan :
F = Beben (m.g)
p = Panjang kaca
t = Tebal kaca
r = Jari-jari
γ = Tegangan permukaan/antarmuka
VI. DATA PENGAMATAN
Bahan Uji Bobot beban
Cincin Pt Pelat kaca
Parafin Cair 1 g
1 g
1 g
0,6 g
0,6 g
0,6 g
Ol. Riccini 1,8 g
1,8 g
1.8 g
1,3 g
1,3 g
1,3 g
Texaphon 2% 1,3 g
1,3 g
1,3 g
0,7 g
0,7 g
0,7 g
Parafin Cair
+
Tween
1,4 g
1,4 g
1,5 g
0,8 g
0,8 g
0,8 g
Ol. Riccini
+
Tween
2 g
2 g
2 g
1,5 g
1,5 g
1,5 g
Texaphon 2%
+
Tween
2,1 g
2,1 g
2,1 g
0,8 g
0,9 g
0,9 g
Perhitungan
Diketahui :d = 3,9 cmp = 5 cml = 0,2 cm
Ditanyakan : γ (tegangan permukaan)
Jawab :Keliling cincin = Лd = 22 x 3,9 = 12,26 cm
7
Keliling plat kaca = 2p + 2l = 2(5) + 2(0.2) = 10 + 0,4 = 10,4 cm
Menggunakan cincin : γ = m.g . K
Parafin Cair : γ = ( 1 x 9,8 ) 12,26 = 9.8
12,26 = 0,799 dyne/cm
Ol. Riccini : γ = ( 1,8 x 9,8 ) 12,26 = 17,64 12,26 = 1,438 dyne/cm
Texaphon 2% : γ = ( 1,3 x 9,8 ) 12,26 = 12,74 12,26 = 1,039 dyne/cm
Parafin cair+tween : γ = ( 1,4 x 9,8 ) 12,26 = 13,72 12,26 = 1,119 dyne/cm
Ol. Riccini+tween: γ = ( 2 x 9,8 ) 12,26 = 19,6 12,6 = 1,598 dyne/c
Texaphon 2% + Tween: γ = (2,1 x 9,8) 12,26
= 20,58 12.26= 1.678 dyne/cm
Menggunakan Kaca :
γ = m.g . K
Parafin cair : γ = ( 0,6 x 9,8 ) 10,4 = 5.88 10,4 = 0,565 dyne/cm Ol. Riccini : γ = ( 1,3 x 9,8 ) 10,4
= 12,74 10,4
= 1,225 dyne/cm
Texaphon : γ = ( 0,7 x 9,8 ) 10,4
= 6,86 10,4
= 0,659 dyne/cm
Parafin cair+tween: γ = ( 0,8 x 9,8 ) 10,4 = 7,84 10,4 = 0,753 dyne/cm
Ol. Riccini+tween: γ = ( 1,5 x 9,8 ) 10,4 = 14,7 10,4 = 1,413 dyne/cm
Texaphon 2%+tween: γ = ( 0.8 x 9,8 ) 10,4 = 7,84 10,4
= 0,753 dyne/cm
γ2 = (0,9 x 9,8) 10,4
= 8,82 10,4
= 0,848 dyne/cm
VII. PEMBAHASAN
Dalam percobaan yang kami lakukan digunakan sampel oleum
riccini, parafin cair dan texaphon. Setiap zat yang di ujikan menghasilkan
tegangan permukaan yang berbeda-beda.Hal ini karena dipengaruhi oleh
konsentrasi setiap zat uji.
Yang mempengaruhi tegangan permukaan suatu zat uji adalah
suhu konsentrasi zat terlarut, tekanan uap dan lengkungan permukaan.
Dalam percobaan yang kami lakukan adalah mengetahui pengaruhnya
dengan konsentrasi zat terlarut.
Selain menguji tegangan permukaan masing-masing zat uji, kami
juga melakukan percobaan dengan mencampurkan larutan uji dengan
tween. Tween adalah nonionik surfaktan dan emulsifier berasal dari
polyethoxylated sorbitan dan asam oleat , dan sering digunakan dalam
makanan. Tween merupakan cairan, kuning kental larut dalam air. Tween
termasuk dalam salah satu surfaktan. surfaktan adalah zat yang dapat
menurunkan tegangan permukaan karena mempunyai dua buah gugus
yaitu gugus hidrofilik (polar) dan hidrofobik (nonpolar) yang mana apabila
memecah tegangan permukaan pada air (H2O) zat polar maka yang akan
menurunkan tegangan permukaan bagian kepala hidrofiliknya. Akan
tetapi untuk memecahkan tegangan permukaan pada minyak (Ol. Ricini)
zat nonpolar maka yang akan menurunkan tegangan permukaan adalah
gugus hidrofobiknya (bagian ekornya).
Pada percobaan yang kami lakukan adalah menentukan besarnya
tegangan permukaan dari suatu zat dan pengaruh surfaktan terhadap
tegangan. Alat yang kami gunakan adalah tensiometer yang cara kerjanya
adalah menentukan gaya yang diperlukan untuk memisahkan kaca atau
cincin Pt dari zat uji.
Dari data yang kami hasilkan bahwa surfaktan dapat menurunkan
tegangan permukaan. Ada beberapa kekeliruan (permasalahan) yaitu
dengan penambahan surfaktan, ternyata ada yang mengalami penurunan
tegangan permukaan dan kenaikkan tegangan permukaan, baik itu pada
plat kaca atau cincin Pt. Mungkin pada permasalahan yang pertama
kenapa dengan penambahan surfaktan menaikkan tegangan permukaan
karena pada waktu melarutkan surfaktan ke zat uji tidak merata atau
karena bolak-balik penambahan/penukaran pelarut menimbulkan
kesalahan dalam pengukuran. Mungkin pada permasalah yang kedua
dengan alat uji yang berbeda pada konsentrasi uji dan surfaktan yang
sama tegangan permukaan berbeda karena sensitifitas alat yang tinggi
atau mungkin juga karena alat tersebut tidak memenuhi standar yaitu
pada penentuan dengan penentuan menggunakan pelat kaca atau cincin
Pt.
pengetahuan tentang surfaktan harus dikuasai dengan baik oleh
seorang farmasis, karena pada saat formulasi mencampurkan dua buah
yang berbeda kepolarannya yaitu polar dan nonpolar atau antara fasa air
dengan minyak. Kedua fasa tersebut tidak akan bercampur karena adanya
tegangan antarmuka. Oleh karena itu untuk menurunkan tegangan
permukaan pada kedua zat tersebut diperlukan surfaktan yang akan
dihasilkan sediaan minyak yang terdisfersi dalam air (M/A) atau sediaan
air yang terdisfersi dalam minyak (A/M) sediaan terebut disebut emulsi
atau suspensi
VIII. KESIMPULAN
Bahan Uji Tegangan Permukaan
(dyne/cm)
Cincin Pelat kaca
Parafin Cair 0,799 0,565
Ol. Riccini 1,438 1,225
Texaphon 2% 1,039 0,659
ParafinCair + Tween 1,119 0,753
Ol. Riccini+ Tween 1,598 1,413
Texaphon 2% + Tween
1.678
0,753
0,848
Penambahan surfaktan dalam zat uji dapat menurunkan tegangan
permukaan suatu cairan dan bisa juga menaikkan tegangan permukaan
zat uji.
Tegangan permukaan suatu zat dipengaruhi oleh suhu,
penambahan zat terlarut (surfaktan), tekanan uap dan lengkungan
cairan.
Prinsip kerja tensiometer berdasarkan hukum Newton dan
Archimides.
IX. DAFTAR PUSTAKA
1. Alfred Martin, James Swarbrick, dan Arthur Cammarata. 2008.
Farmasi Fisik: Dasar-Dasar Farmasi Fisik Dalam Ilmu Farmasetika
Edisi Ketiga, Jilid 2. Jakarta: UI-Press
2. Bird,T. 1993. Kimia Fisika Untuk Universitas. PT Gramedia.Jakarta.
3. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
4. Sukardjo.2002. Kimia Fisika. Edisi Ketiga . Rineka Cipta. Jakarta.
PEMBAHASAN