tebu@e-respiratory library usu
TRANSCRIPT
-
7/21/2019 Tebu@e-Respiratory Library USU
1/10
HABIS MANIS, TEBU TERBUANG?
Ameilia Zuliyanti Siregar
Departemen Agroekoteknologi Fakultas Pertanian [email protected],[email protected]
PENDAHULUAN
Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) adalah satu anggota familia
rumput-rumputan (Graminae), tribe Andropogeneae dengan 5 jenis yaitu Saccharum
officinarum, S. spontaneum, S. barberi, S. sinensis, S. robustum (Wrigley, 1981).
Tebu merupakan tanaman asli tropika basah, namun masih dapat tumbuh dan
berkembang baik di daerah subtropika (Lintang 15-30), pada berbagai jenis tanah
dari daratan rendah hingga ketinggian 1.400 m diatas permukaan laut (dpl). Tanaman
tebu (Saccharum officinarum) bagian batang, tanaman bit (Beta vulgaris) bagian
umbi, tanaman palma (kelapa, aren, kelapa sawit), tanaman umbi-umbian (ubi kayu,
ubi rambat, ubi merah, kentang, dll), tanaman Stevia rebaudizma, tanamanHydranga
macrophylla, mikroorganisme bakteri Pseudomonas sacharophila menghasilkan
enzim sukrosa phosphorilase yang mampu memacu sintesa sukrosa dari alpa-D-glukosa-1-fosfat dengan D-fruktosa yang mengasilkan rasa manis.
Tebu dikenal sejak zaman purba (tahun 695 Masehi), seorang pendeta Budha,
I Ching menulis tentang pembuatan gula (dalam bahasa India) baik dari sari tebu
maupun dari sari aren dibentuk jadi gula mangkok. Menurut Brandes pada tahun 1936
dan Dekar pada tahun 1949 berpendapat bahwa tanaman tebu berasal dari daerah
Pasifik Selatan. Burke pada tahun 1967 berkesimpulan tebu berasal dari Irian sekitar
tahun 1500-8000 sebelum Masehi, kemudian dibawa orang ke timur(Blackburn,1984). Sekitar tahun 6000 sebelum Masehi dibawa sampai ke pulau Fiji
dan ke barat melewati Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau
Sumatera, kemudian terus ke Hindia Belanda, Tiongkok dan India. Dari India oleh
orang-orang Arab sekitar tahun 1700 Masehi dibawa ke Afrika Tenggara dan oleh
bangsa barat disebarkan ke Hindia Belanda, Cuba, Yamaica hingga Argentina di
Amerika Latin. Tanaman tebu telah dikenal sejak beberapa abad yang lalu oleh
bangsa Persia, Cina, India dan kemudian menyusul bangsa Eropa yang memanfaatkan
1
mailto:[email protected],[email protected]:[email protected],[email protected] -
7/21/2019 Tebu@e-Respiratory Library USU
2/10
sebagai bahan pangan benilai tinggi, kemudian dianggap sebagai emas putih..yang
secara berangsur mulai bergeser kedudukan bahan pemanis alami seperti madu.
Berdasarkan catatan sejarah, sekitar tahun 400-an, tanaman tebu ditemukantumbuh di beberapa tempat di P. Jawa dan P. Sumatera. Namun baru pada abad XV,
tanaman tersebut diusahakan secara komersial oleh sebagian imigran Cina. Diawali
kedatangan bangsa Belanda di Indonesia tahun 1596, yang kemudian mendirikan
perusahaan dagang Vereeniging Oost Indische Compagnie (VOC) pada bulan Maret
1602. Mulailah terbentuknya industri pergulaan di Indonesia, dipacu dengan semakin
meningkatnya permintaan gula dari Eropa pada saat itu. Sejarah Industri gula di
Indonesia, khususnya di Jawa penuh dengan pasang surut (Barnes, 1974; Hayes et al.,
1955; Wrigley, 1981). Pada dekade 1930-an industri gula di Indonesia mencapai
puncaknya dengan produksi gula sebesar 3 juta ton dengan areal pertanaman seluas
200.000 ha yang terkonsentrasi di Jawa. Pada masa itu, sebanyak 179 pabrik gula
yang mampu memproduksi 14.8 ton gula/ha.
Gula merupakan salah satu komponen esensial pokok kebutuhan masyarakat
kita. Peranan karbohidrat (khusunya gula) dalam sistem biologi khususnya dalam
proses respirasi untuk menghasilkan energi (tenaga) dalam proses biokimia dalam sel
secara biologi. Gula merupakan senyawa karbohidrat sebagai pemanis dan sumber
kalori pangan. Kebutuhan gula di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat,
seiring dengan pesatnya pertambahan penduduk saat sekarang ini.
Usaha budidaya tebu di Indonesia dilakukan pada lahan sawah berpengairan
dan tadah hujan serta pada lahan kering/tegalan dengan rasio 65% pada lahan tegalan
dan 35% pada lahan sawah. Sampai saat ini daerah/wilayah pengembangan tebu
masih terfokus di Pulau Jawa yakni di Provinsi, Jawa Timur, Jawa Tengah, DI.
Yogyakarta dan Jawa Barat yang diusahakan di lahan sawah dan tegalan. Sedangkan
usahatani tebu pada lahan tegalan pengembangannya diarahkan ke Luar Jawa seperti
di Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan dan
Gorontalo. Kedepan Pemerintah juga telah mecanangkan rencana pengembangan ke
provinsi lain yang cocok dan sesuai berdasarkan agroklimat dengan membuka
peluang investasi pembangunan industri gula berbasis tebu yang terintegarasi di
beberapa provinsi seperti Provinsi Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat dan Nusa
Tenggara Barat. Adapun berdasarkan hasil survey P3GI potensi untuk pengembangan
2
-
7/21/2019 Tebu@e-Respiratory Library USU
3/10
industri gula masih terbuka seperti di Provinsi Papua, Maluku, Nusa Tenggara Timur,
Kalimantan Timur dan Sulawesi Tengah seluas + 800.000 Ha.
Produksi gula nasional Indonesia mengalami kemerosotan sangat tajam dalamtiga dasawarsa terakhir. Kemerosotan ini menjadikan Indonesia yang pernah menjadi
produsen gula sekaligus eksportir gula, berubah menjadi importer gula terbesar.
Diantara negara-negara ASEAN, hanya Filipina dan Thailand yang mampu
mengeksport hasil gula ke-4 dan ke-5 terbesar di dunia, setelah Cuba, Australia dan
Brazil. Mempertahankan prestasi memang lebih sulit daripada mencapai prestasi, ya
itulah kenyataannya sekarang, rata-rata impor setiap tahun mencapai 1,5 juta ton atau
setara dengan 1 trilyun (Anonymous, 2009). Masalah yang dihadapi Indonesia saat ini
adalah kekurangan produksi gula yang diakibatkan oleh kesulitan ekonomi maupun
teknologi, sehingga sebagian gula masih harus diimport dari luar negeri untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kebutuhan pengadaan gula ke depan akan
semakin berat, mengingat banyaknya lahan sawah subur yang dikonversi untuk
kepentingan non pertanian dan jumlah penduduk yang semakin bertambah. Di lain
pihak, laju pertambahan produktivitas tanaman tebu semakin menurun yang
disebabkan iklim yang kurang mendukung, dan serangan berbagai hama dan penyakit.
Luas areal tanaman tebu di Indonesia pada tahun 2008 mencapai 436.500 ha
dengan produksi gula nasional sebesar 2.668.427 ton (Ditjenbun, 2008-2009),
sedangkan total serangan penggerek pucuk tebu di Propinsi Jawa Barat dan Jawa
Timur yang dilaporkan mencapai 111,982.08 ha dan kerugian hasil diperkirakan
mencapai Rp.163.531.890 (Ditjenbun, 2008-2009). Kerugian gula yang disebabkan
oleh hama tebu di Indonesia ditaksir sebesar 15%. Lebih dari 100 jenis binatang dapat
mengganggu dan merusak tanaman tebu di lapangan. Namun hanya beberapa
diantaranya yang sering merusak dan menimbulkan kerugian seperti serangga hama
penggerek batang, penggerek pucuk, dan tikus, meskipun demikian jenis-jenis hewan
lainnya tetap memiliki potensi untuk hama.
3
-
7/21/2019 Tebu@e-Respiratory Library USU
4/10
HAMA DOMINAN TANAMAN TEBU
Menurut Kalshpven (1981), hama penggerek pucuk tebu dikategorikan
kedalam Phyllum Arthropoda, Kelas Insecta, Bangsa Lepidoptera, Suku Pyralidea,Marga Scirpophaga, Jenis Scirpophaga novella. Scirpophaga nivella Fabricus
meletakkan telurnya pada bagian bawahpermukaan daun secara berkelompok, dan
tersusun seperti sisik ikan yang tertutupselaput berwarna coklat kekuningan. Jumlah
telur mencapai 6-30 butir. Setelah 8-9hari telur menetas.Ulat yang keluar dari telur
menuju daun yang masih muda dengan caramenggantung pada benang-benang halus
yang dikeluarkan dari mulutnya. Larva akanmenggerek daun dan menuju ibu tulang
daun, larva menggerek menuju titik tumbuhbatang dan menembus batang. Setiap
batang berisi satu ekor penggerek (Kalshoven,1981). Ulat tersebut pada umur muda
berwarna kelabu, kemudian berubah berwarna kuning kecoklatan dan pada saat
mendekati stadium pupa berwarna kuning putih.Stadium pupa calon betina 8-10 hari
dan calon jantan 10-12 hari. Kupu-kupubetina sudah dapat bertelur sehari setelah
keluar dari kepompong kupu-kupu mempunyai warna sayap dan punggung putih
dengan jambul berwarna merah. Siklushidup penggerek betina 48-58 hari dan jantan
50-56 hari (Handjojo, 1976).
Gejala Serangan
Gejala serangan pada helai daun terdapat lubang melintang dan ibu tulang daun
terlihat bekas gerekan berwarna coklat. Daun yang terserang akan menggulung dan
kering yang disebut mati puser. Apabila batang dibelah maka akan kelihatan lorong
gerekan dari titik tumbuh ke bawah kemudian mendekati permukaan batang dan
sering menembus batang. Oleh karena itu serangan penggerek pucuk dapat
menyebabkan kematian. Pada ruas batang yang muda yaitu di bawah titik tumbuh
terdapat lubang keluar ngengat (Djasmin, 1984).
Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Hama Penggerek Pucuk
1. Teknik bercocok tanam
Waktu tanam yang tidak serentak merupakan kondisi yang baik bagi
perkembangan populasi hama penggerek pucuk tebu. Tebu yang ditanam lebih
4
-
7/21/2019 Tebu@e-Respiratory Library USU
5/10
awal bisa menjadi sumber investasi hama penggerek pucuk bagi tanaman tebu yang
ditanam berikutnya. Tebu yang ditanam awal merupakan inang (host) bagi
penggerek pucuk dalam memenuhi kebutuhan makan, tempat tinggal danberkembang biak. Akibatnya akan diperoleh sumber serangan yang besar dan
sangat berpotensi untuk merusak tebu yang ditanam berikutnya.
2. Tanaman inang
Sifat morfologi dan anatomi tebu mempunyai korelasi dengan serangan penggerek
pucuk (Anonymous, 1995). Tebu dengan tulang daun yang keras atau tulang daun
dengan banyak lekukan pada epidermis bagian bawah lebih tahan terhadap
serangan hama penggerek pucuk. Kekerasan pupus dapat mengurangi serangan
hama penggerek pucuk. Kemampuan menyerang penggerek pucuk juga
dipengaruhi oleh umur tanaman. Penggerek pucuk umumnya menyerang tanaman
muda berumur lebih kurang 2 bulan.
3. Faktor lingkungan
Tingkat serangan penggerek pucuk pada tanaman tebu di lapang lebih banyak
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya curah hujan daripada jenis tebu. Semakin tinggi
curah hujan serangan penggerek pucuk cenderung meningkat ( Wiriatmojo, 1978).
Curah hujan yang tinggi meningkatkan kelembapan tanah dan merupakan tempat
yang sangat baik untuk pengembangannya.
4. Faktor musuh alami
Keberadaan musuh alami di lapang juga mempengarungi populasi hama, musuh
alami yang dapat mengendalikan hama penggerek pucuk adalah parasit
Trichogramma. Kerugian akibat serangan penggerek pucuk yang terjadi pada 1 s/d
5 bulan sebelum tebang menyebabkan rendemen gula berkurang 15-77%
( Anonymous, 1989).
5
-
7/21/2019 Tebu@e-Respiratory Library USU
6/10
Pengendalian Hama Penggerek Pucuk Tebu
Dengan kondisi luas serangan yang merata di seluruh Indonesia, maka strategi
pengelolaan hama penggerek pucuk tebu yang paling tepat adalah denganPengendalian Hama Terpadu (PHT). Teknik Pengendalian Hama Terpadu yang dapat
diterapkan diantaranya:
Pengendalian mekanis
Pengendalian mekanis dapat langsung dilakukan pada saat melakukan pengamatan di
kebun yaitu dengan memungut atau mengambil telur atau kelompok telur, larva atau
ulat atau pupa atau serangga dewasa pada bagian tanaman yang terserang secara
langsung dan membunuhnya.
Pengendalian Kultur Teknis atau Budidaya
1) Pengendalian dengan cara kultur teknis atau budidaya dapat dilakukan dengan cara
Penggunaan bibit unggul,
2) Penggunaan pupuk berimbang yang sesuai dengan jenis, dosis, waktu dan cara
pemakaian yang dianjurkan
3) Pengaturan pola tanam
4) Penanaman serentak
5) Pengaturan jarak tanam
6) Pergiliran tanaman
Pengendalian Hayati atau Biologis
a. Konservasi musuh alami
Konservasi musuh alami merupakan cara yang paling murah dan mudah dilakukan
oleh petani baik sendiri atau berkelompok. Konservasi musuh alami merupakan
usaha kita untuk membuat lingkungan kebun disenangi dan cocok untuk kehidupan
musuh alami terutama kelompok predator dan parasitoid.
b. Pelepasan musuh alami
Pelepasan musuh alami dilakukan dengan mencari atau mengumpulkan musuh
alami dari tempat lain, kemudian langsung dilepas di kebun yang dituju. Musuh
6
-
7/21/2019 Tebu@e-Respiratory Library USU
7/10
alami hama penggerek pucuk berupa parasit telur dan parasit larva. Parasit telur
misalnya Trichogramma japonicum, sedangkan parasit larva misalnya lalat jatiroto.
Pengendalian Kimiawi
Aplikasi insektisida kimia hanya dilakukan jika persentase serangan hama
penggerek pucuk dengan kategori serangan berat sudah mencapai 40 %. Jenis
insektisida yang dianjurkan adalah golongan karbamat, antara lain Karbofuran
(Furadan 3G), Kalbosulfan (Matrix 200EC), Imidakloprid (Wingran 0,5G).
konsentrasi yang digunakan sesuai rekomendasi yaitu antara 1-2 ml/l atau 10-
12kg/Ha.
PROSES PENGOLAHAN TANAMAN TEBU
Tanaman tebu tumbuh dengan baik di daerah tropika, sub-tropika dan beriklim
sedang. Di Indonesia khususnya di Jawa, tanaman tebu diusahakan sebagai tanaman
rakyat dan perkebunan PTP / PTPN. Pertama kali, mula-mula gula dapat dibuat secara
tradisional, dimana cairan nira tebu dimasak menjadi gula. Biasanya produk ini dijual
dalam bentuk setengah mangkok atau setengah elip. Bentuk demikian ini dihasilkan
dari cetakan yang digunakan berupa setengah tempurung kelapa (jawa = bathok) atau
cetakan dari tanah liat dalam bentuk layak cowek ceper dalam kemasan dari daun tebu
kering. Produk olahan pabrikan dalam bentuk gula kristal / gula pasir. Komposisi nira
tebu, rata-rata mengandung sukrosa (10-11%), air (2%), zat lain bukan gula (74-76%)
dan sabut (14%), ini tergantung jenis tebunya.
Dasar pengolahan gula tebu bentuk kristal (gula pasir) prinsipnya memisahkan
gula sukrosa dari kotoran-kotoran bukan gula dan air yang untuk selanjutnya
dilakukan pengkristalan. Pada umumnya proses pengolahan gula, secara pabrik
digolongkan menjadi beberapa stasiun, yang berturut-turut sebagai berikut : stasiun
penggilingan; stasiun pemurnian; sistem penguapan; stasiun kristalisasi; stasiun
putaran dan stasiun penyelesaian (finishing).
Pada prinsipnya proses pengolahan gula baik secara tradisional maupun
pabrikan mengikuti tahapan-tahapan : panen batang tebu, pembersihan daun akar dan
7
-
7/21/2019 Tebu@e-Respiratory Library USU
8/10
tanah, penimbangan, penggilingan, penjernihan, pemanasan, pendinginan, pencetakan
atau kristalisasi, pengemasan dan penyimpananan.
Tanaman tebu dipanen berumur
12 bulan, secara pengalaman panen dapatdilakukan setelah tanaman tebu mulai berbunga. Batang tebu dipanen, dibersihkan
daun pucuk, akar dan tanah. Dilakukan penimbangan, diangkut ke tempat pengolahan.
Digiling untuk memisahkan cairan nira (sukrosa) dari ampas, dilakukan 2-3 kali
dengan penambahan air bersih. Nira kotor disaring dengan kain saring, ditambahkan
natrium bisulfit (0,05%) dan kapur (0,2%). Tujuan penambahan kedua zat agar nira
gula awet dan penaikan pH nira tebu = 7,0. Agar produk gula tidak mudah meleleh
jika disimpan pada suhu kamar. Kemudian tahap memasak nira sampai masak yang
bertujuan menguapkan air. Selama pemasakan, dilakukan pengadukan. Setelah cairan
gula masak kemudian dilakukan pendinginan dan pengadukan terus dilakukan dengan
pencetakan. Kemudian didinginkan pada suhu kamar dan dilakukan pengemasan.
Biasanya pengrajin menggunakan kemasan dari daun tebu kering. Kemudian produk
disimpan pada suhu kamar dalam bentuk gula tebu/gula merah.
Dasar pengolahan gula tebu bentuk kristal (gula pasir) prinsipnya memisahkan
gula sukrosa dari kotoran-kotoran bukan gula dan air yang untuk selanjutnya
dilakukan pengkristalan. Pada umumnya proses pengolahan gula, secara pabrik
digolongkan menjadi beberapa stasiun, yang berturut-turut sebagai berikut : stasiun
penggilingan; stasiun pemurnian; sistem penguapan; stasiun kristalisasi; stasiun
putaran dan stasiun penyelesaian (finishing).
UPAYA PENGELOLAAN TERPADU PRODUKSI GULA INDONESIA
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan usaha industri gula
berbasis tebu adalah factor-faktor berikut ini:
_ Pengelolaan pada aspek on-farm yakni penerapan kaidah teknologi pertanaman
yang baik dan benar mulai dari persiapan lahan, pengolahan dan penanaman yang
mengikuti kaidah masa tanam optimal,
_ Pemilihan dan komposisi varietas bibit unggul bermutu,
_ Penggunaan, pemeliharaan serta tebang angkut muat (panen).
8
-
7/21/2019 Tebu@e-Respiratory Library USU
9/10
Dalam budidaya tanaman tebu bibit merupakan salah satu modal (investasi)
yang menentukan jumlah batang dan pertumbuhan selanjutnya hingga menjadi tebu
giling beserta potansi hasil gulanya. Oleh karena itu penggunaan bibit unggul bermutumerupakan faktor produksi yang mutlak harus dipenuhi. Sehingga Pemerintah merasa
perlu mengatur pengawasan peredaran bibit melalui sertifikasi yang merupakan satu
proses pemberian sertifikat bibit setelah melalui pemeriksaan, pengujian dan
pengawasan untuk persyaratan dapat disalurkan dan diedarkan.
Sampai saat ini pusat Penelitian telah menghasilkan berbagai macam varietas
unggul seperti PS851, PS862, PS863, PS864, PSBM901, PS921, Bululawang,
PSCO902, PSJT941, Kidang Kencana, PS865, PS881, PS882 dan varietas Kentung
yang merupakan varietas-varietas unggulan dengan kategori pengelompokan masak
awal, masak tengah dan masak akhir sebagai salah satu penerapan manajemen
pembibitan untuk menyelaraskan pelaksanaan tertib tanam dan panen. Sejauh ini
pengadaan bibit tebu dilakukan melalui tahapan penjenjangan kebun pembibitan,
mulai dari Kebun Bibit Pokok (KBP), Kebun Bibit Nenek (KBN), Kebun Bibit Induk
(KBI) hingga Kebun Bibit Datar (KBD) sebagai sumber bibit bagi pertanaman atau
Kebun Tebu Giling (KTG). Kedepan dalam mengantisipasi ketersediaan bibit telah
dicanangkan pengadaan bibit melalui tahapan kultur jaringan yang diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan dalam jumlah maupun waktu.
Pada aspekoff-farm, peranan pabrik gula selaku unit pengolah tebu menjadi
gula kristal putih sangat menentukan. Dari proses tersebut akan dihasilkan produk
berupa gula kristal putih yang dikenal dipasar denganplantation white sugaratau gula
pasir. Disamping hasil ikutan lainnya berupa tetes (molases) yang saat ini masih
dimanfaatkan untuk bahan baku pabrik alkohol/spritus dan bumbu masak/MSG
disamping hasil ikutan lainnya berupaParticle Board, pakan ternak, kertas dan bahan
baku industri lainnya. Kegiatan pengolahan tebu menjadi gula ditempuh melalui
berapa tahapan yaitu pasokan tebu ke pabrik gula, penilaian tebu, penggilingan,
pemurnian nira, penguapan, pengkristalan, pengeringan dan pengemasan serta
penyimpanan.
Dengan melakukan kegiatan perlindungan yang dimulai sejak pengenalan
hama, pengamatan agro-ekosistem secara teratur, analisis hasil pengamatan
agroekosistem, pengambilan keputusan, tindakan berbagai teknik pengendalian yang
9
-
7/21/2019 Tebu@e-Respiratory Library USU
10/10
dilakukan secara terpadu dan kompatibel, dan evaluasi dari setiap tahap kegiatan
perlindungan tanaman maka diharapkan upaya peningkatan produksi gula menuju
swasembada gula dapat tercapai. Insya Allah Indonesia akan menjadi kiblatnya guladunia..itu harapan optimis kita bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 1989. Hama dan Penyakit Tanaman Tebu ( Saccharum officinarum).
PT. Bale. Bandung.
Anonymous, 1992. Budidaya Tanaman Tebu di Lahan Sawah. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Anonymous, 1995. Petunjuk Pelaksanaan Budidaya Tebu. PT Perkebunan X PG
Poerwodadi. Madiun.
Barnes, A.C. 1974. The Sugar Cane. Leonard Hill Books, New York. 572p.
Blackburn. 1984. The Sugar Cane. Longman Goup Ltd, London. 414p.
Djasmin. 1984.Hama-Hama Tebu Rakyat. PTP.XXI-XXII Persero. Surabaya.
Ditjenbun (Direktorat Jenderal Perkebunan). 2008-2009. Statistik Perkebunan
Indonesia. Jakarta. Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan.
Hayes, H.K, F.R. Immer, and D.C. smith. 1955.Methods of Plant Breeding. Mc Grow
Hill Books, Inc. Co., New York. 551p.
Kalshoven, L.G.E. 1991. Pest of Crops In Indonesia. Ichtiar Baru-Van Hoeve,
Jakarta.
Wirioatmojo. 1987. The Control of Sugarcane Top borer Tryporyza innotata , F.
P3GI.
Wrigley, G.1981. Tropical Agriculture. Longman, London.496p.
10