tebu@e-respiratory library usu

Upload: ameilia-zuliyanti-siregar

Post on 12-Apr-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 Tebu@e-Respiratory Library USU

    1/10

    HABIS MANIS, TEBU TERBUANG?

    Ameilia Zuliyanti Siregar

    Departemen Agroekoteknologi Fakultas Pertanian [email protected],[email protected]

    PENDAHULUAN

    Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) adalah satu anggota familia

    rumput-rumputan (Graminae), tribe Andropogeneae dengan 5 jenis yaitu Saccharum

    officinarum, S. spontaneum, S. barberi, S. sinensis, S. robustum (Wrigley, 1981).

    Tebu merupakan tanaman asli tropika basah, namun masih dapat tumbuh dan

    berkembang baik di daerah subtropika (Lintang 15-30), pada berbagai jenis tanah

    dari daratan rendah hingga ketinggian 1.400 m diatas permukaan laut (dpl). Tanaman

    tebu (Saccharum officinarum) bagian batang, tanaman bit (Beta vulgaris) bagian

    umbi, tanaman palma (kelapa, aren, kelapa sawit), tanaman umbi-umbian (ubi kayu,

    ubi rambat, ubi merah, kentang, dll), tanaman Stevia rebaudizma, tanamanHydranga

    macrophylla, mikroorganisme bakteri Pseudomonas sacharophila menghasilkan

    enzim sukrosa phosphorilase yang mampu memacu sintesa sukrosa dari alpa-D-glukosa-1-fosfat dengan D-fruktosa yang mengasilkan rasa manis.

    Tebu dikenal sejak zaman purba (tahun 695 Masehi), seorang pendeta Budha,

    I Ching menulis tentang pembuatan gula (dalam bahasa India) baik dari sari tebu

    maupun dari sari aren dibentuk jadi gula mangkok. Menurut Brandes pada tahun 1936

    dan Dekar pada tahun 1949 berpendapat bahwa tanaman tebu berasal dari daerah

    Pasifik Selatan. Burke pada tahun 1967 berkesimpulan tebu berasal dari Irian sekitar

    tahun 1500-8000 sebelum Masehi, kemudian dibawa orang ke timur(Blackburn,1984). Sekitar tahun 6000 sebelum Masehi dibawa sampai ke pulau Fiji

    dan ke barat melewati Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau

    Sumatera, kemudian terus ke Hindia Belanda, Tiongkok dan India. Dari India oleh

    orang-orang Arab sekitar tahun 1700 Masehi dibawa ke Afrika Tenggara dan oleh

    bangsa barat disebarkan ke Hindia Belanda, Cuba, Yamaica hingga Argentina di

    Amerika Latin. Tanaman tebu telah dikenal sejak beberapa abad yang lalu oleh

    bangsa Persia, Cina, India dan kemudian menyusul bangsa Eropa yang memanfaatkan

    1

    mailto:[email protected],[email protected]:[email protected],[email protected]
  • 7/21/2019 Tebu@e-Respiratory Library USU

    2/10

    sebagai bahan pangan benilai tinggi, kemudian dianggap sebagai emas putih..yang

    secara berangsur mulai bergeser kedudukan bahan pemanis alami seperti madu.

    Berdasarkan catatan sejarah, sekitar tahun 400-an, tanaman tebu ditemukantumbuh di beberapa tempat di P. Jawa dan P. Sumatera. Namun baru pada abad XV,

    tanaman tersebut diusahakan secara komersial oleh sebagian imigran Cina. Diawali

    kedatangan bangsa Belanda di Indonesia tahun 1596, yang kemudian mendirikan

    perusahaan dagang Vereeniging Oost Indische Compagnie (VOC) pada bulan Maret

    1602. Mulailah terbentuknya industri pergulaan di Indonesia, dipacu dengan semakin

    meningkatnya permintaan gula dari Eropa pada saat itu. Sejarah Industri gula di

    Indonesia, khususnya di Jawa penuh dengan pasang surut (Barnes, 1974; Hayes et al.,

    1955; Wrigley, 1981). Pada dekade 1930-an industri gula di Indonesia mencapai

    puncaknya dengan produksi gula sebesar 3 juta ton dengan areal pertanaman seluas

    200.000 ha yang terkonsentrasi di Jawa. Pada masa itu, sebanyak 179 pabrik gula

    yang mampu memproduksi 14.8 ton gula/ha.

    Gula merupakan salah satu komponen esensial pokok kebutuhan masyarakat

    kita. Peranan karbohidrat (khusunya gula) dalam sistem biologi khususnya dalam

    proses respirasi untuk menghasilkan energi (tenaga) dalam proses biokimia dalam sel

    secara biologi. Gula merupakan senyawa karbohidrat sebagai pemanis dan sumber

    kalori pangan. Kebutuhan gula di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat,

    seiring dengan pesatnya pertambahan penduduk saat sekarang ini.

    Usaha budidaya tebu di Indonesia dilakukan pada lahan sawah berpengairan

    dan tadah hujan serta pada lahan kering/tegalan dengan rasio 65% pada lahan tegalan

    dan 35% pada lahan sawah. Sampai saat ini daerah/wilayah pengembangan tebu

    masih terfokus di Pulau Jawa yakni di Provinsi, Jawa Timur, Jawa Tengah, DI.

    Yogyakarta dan Jawa Barat yang diusahakan di lahan sawah dan tegalan. Sedangkan

    usahatani tebu pada lahan tegalan pengembangannya diarahkan ke Luar Jawa seperti

    di Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan dan

    Gorontalo. Kedepan Pemerintah juga telah mecanangkan rencana pengembangan ke

    provinsi lain yang cocok dan sesuai berdasarkan agroklimat dengan membuka

    peluang investasi pembangunan industri gula berbasis tebu yang terintegarasi di

    beberapa provinsi seperti Provinsi Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat dan Nusa

    Tenggara Barat. Adapun berdasarkan hasil survey P3GI potensi untuk pengembangan

    2

  • 7/21/2019 Tebu@e-Respiratory Library USU

    3/10

    industri gula masih terbuka seperti di Provinsi Papua, Maluku, Nusa Tenggara Timur,

    Kalimantan Timur dan Sulawesi Tengah seluas + 800.000 Ha.

    Produksi gula nasional Indonesia mengalami kemerosotan sangat tajam dalamtiga dasawarsa terakhir. Kemerosotan ini menjadikan Indonesia yang pernah menjadi

    produsen gula sekaligus eksportir gula, berubah menjadi importer gula terbesar.

    Diantara negara-negara ASEAN, hanya Filipina dan Thailand yang mampu

    mengeksport hasil gula ke-4 dan ke-5 terbesar di dunia, setelah Cuba, Australia dan

    Brazil. Mempertahankan prestasi memang lebih sulit daripada mencapai prestasi, ya

    itulah kenyataannya sekarang, rata-rata impor setiap tahun mencapai 1,5 juta ton atau

    setara dengan 1 trilyun (Anonymous, 2009). Masalah yang dihadapi Indonesia saat ini

    adalah kekurangan produksi gula yang diakibatkan oleh kesulitan ekonomi maupun

    teknologi, sehingga sebagian gula masih harus diimport dari luar negeri untuk

    memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kebutuhan pengadaan gula ke depan akan

    semakin berat, mengingat banyaknya lahan sawah subur yang dikonversi untuk

    kepentingan non pertanian dan jumlah penduduk yang semakin bertambah. Di lain

    pihak, laju pertambahan produktivitas tanaman tebu semakin menurun yang

    disebabkan iklim yang kurang mendukung, dan serangan berbagai hama dan penyakit.

    Luas areal tanaman tebu di Indonesia pada tahun 2008 mencapai 436.500 ha

    dengan produksi gula nasional sebesar 2.668.427 ton (Ditjenbun, 2008-2009),

    sedangkan total serangan penggerek pucuk tebu di Propinsi Jawa Barat dan Jawa

    Timur yang dilaporkan mencapai 111,982.08 ha dan kerugian hasil diperkirakan

    mencapai Rp.163.531.890 (Ditjenbun, 2008-2009). Kerugian gula yang disebabkan

    oleh hama tebu di Indonesia ditaksir sebesar 15%. Lebih dari 100 jenis binatang dapat

    mengganggu dan merusak tanaman tebu di lapangan. Namun hanya beberapa

    diantaranya yang sering merusak dan menimbulkan kerugian seperti serangga hama

    penggerek batang, penggerek pucuk, dan tikus, meskipun demikian jenis-jenis hewan

    lainnya tetap memiliki potensi untuk hama.

    3

  • 7/21/2019 Tebu@e-Respiratory Library USU

    4/10

    HAMA DOMINAN TANAMAN TEBU

    Menurut Kalshpven (1981), hama penggerek pucuk tebu dikategorikan

    kedalam Phyllum Arthropoda, Kelas Insecta, Bangsa Lepidoptera, Suku Pyralidea,Marga Scirpophaga, Jenis Scirpophaga novella. Scirpophaga nivella Fabricus

    meletakkan telurnya pada bagian bawahpermukaan daun secara berkelompok, dan

    tersusun seperti sisik ikan yang tertutupselaput berwarna coklat kekuningan. Jumlah

    telur mencapai 6-30 butir. Setelah 8-9hari telur menetas.Ulat yang keluar dari telur

    menuju daun yang masih muda dengan caramenggantung pada benang-benang halus

    yang dikeluarkan dari mulutnya. Larva akanmenggerek daun dan menuju ibu tulang

    daun, larva menggerek menuju titik tumbuhbatang dan menembus batang. Setiap

    batang berisi satu ekor penggerek (Kalshoven,1981). Ulat tersebut pada umur muda

    berwarna kelabu, kemudian berubah berwarna kuning kecoklatan dan pada saat

    mendekati stadium pupa berwarna kuning putih.Stadium pupa calon betina 8-10 hari

    dan calon jantan 10-12 hari. Kupu-kupubetina sudah dapat bertelur sehari setelah

    keluar dari kepompong kupu-kupu mempunyai warna sayap dan punggung putih

    dengan jambul berwarna merah. Siklushidup penggerek betina 48-58 hari dan jantan

    50-56 hari (Handjojo, 1976).

    Gejala Serangan

    Gejala serangan pada helai daun terdapat lubang melintang dan ibu tulang daun

    terlihat bekas gerekan berwarna coklat. Daun yang terserang akan menggulung dan

    kering yang disebut mati puser. Apabila batang dibelah maka akan kelihatan lorong

    gerekan dari titik tumbuh ke bawah kemudian mendekati permukaan batang dan

    sering menembus batang. Oleh karena itu serangan penggerek pucuk dapat

    menyebabkan kematian. Pada ruas batang yang muda yaitu di bawah titik tumbuh

    terdapat lubang keluar ngengat (Djasmin, 1984).

    Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Hama Penggerek Pucuk

    1. Teknik bercocok tanam

    Waktu tanam yang tidak serentak merupakan kondisi yang baik bagi

    perkembangan populasi hama penggerek pucuk tebu. Tebu yang ditanam lebih

    4

  • 7/21/2019 Tebu@e-Respiratory Library USU

    5/10

    awal bisa menjadi sumber investasi hama penggerek pucuk bagi tanaman tebu yang

    ditanam berikutnya. Tebu yang ditanam awal merupakan inang (host) bagi

    penggerek pucuk dalam memenuhi kebutuhan makan, tempat tinggal danberkembang biak. Akibatnya akan diperoleh sumber serangan yang besar dan

    sangat berpotensi untuk merusak tebu yang ditanam berikutnya.

    2. Tanaman inang

    Sifat morfologi dan anatomi tebu mempunyai korelasi dengan serangan penggerek

    pucuk (Anonymous, 1995). Tebu dengan tulang daun yang keras atau tulang daun

    dengan banyak lekukan pada epidermis bagian bawah lebih tahan terhadap

    serangan hama penggerek pucuk. Kekerasan pupus dapat mengurangi serangan

    hama penggerek pucuk. Kemampuan menyerang penggerek pucuk juga

    dipengaruhi oleh umur tanaman. Penggerek pucuk umumnya menyerang tanaman

    muda berumur lebih kurang 2 bulan.

    3. Faktor lingkungan

    Tingkat serangan penggerek pucuk pada tanaman tebu di lapang lebih banyak

    dipengaruhi oleh tinggi rendahnya curah hujan daripada jenis tebu. Semakin tinggi

    curah hujan serangan penggerek pucuk cenderung meningkat ( Wiriatmojo, 1978).

    Curah hujan yang tinggi meningkatkan kelembapan tanah dan merupakan tempat

    yang sangat baik untuk pengembangannya.

    4. Faktor musuh alami

    Keberadaan musuh alami di lapang juga mempengarungi populasi hama, musuh

    alami yang dapat mengendalikan hama penggerek pucuk adalah parasit

    Trichogramma. Kerugian akibat serangan penggerek pucuk yang terjadi pada 1 s/d

    5 bulan sebelum tebang menyebabkan rendemen gula berkurang 15-77%

    ( Anonymous, 1989).

    5

  • 7/21/2019 Tebu@e-Respiratory Library USU

    6/10

    Pengendalian Hama Penggerek Pucuk Tebu

    Dengan kondisi luas serangan yang merata di seluruh Indonesia, maka strategi

    pengelolaan hama penggerek pucuk tebu yang paling tepat adalah denganPengendalian Hama Terpadu (PHT). Teknik Pengendalian Hama Terpadu yang dapat

    diterapkan diantaranya:

    Pengendalian mekanis

    Pengendalian mekanis dapat langsung dilakukan pada saat melakukan pengamatan di

    kebun yaitu dengan memungut atau mengambil telur atau kelompok telur, larva atau

    ulat atau pupa atau serangga dewasa pada bagian tanaman yang terserang secara

    langsung dan membunuhnya.

    Pengendalian Kultur Teknis atau Budidaya

    1) Pengendalian dengan cara kultur teknis atau budidaya dapat dilakukan dengan cara

    Penggunaan bibit unggul,

    2) Penggunaan pupuk berimbang yang sesuai dengan jenis, dosis, waktu dan cara

    pemakaian yang dianjurkan

    3) Pengaturan pola tanam

    4) Penanaman serentak

    5) Pengaturan jarak tanam

    6) Pergiliran tanaman

    Pengendalian Hayati atau Biologis

    a. Konservasi musuh alami

    Konservasi musuh alami merupakan cara yang paling murah dan mudah dilakukan

    oleh petani baik sendiri atau berkelompok. Konservasi musuh alami merupakan

    usaha kita untuk membuat lingkungan kebun disenangi dan cocok untuk kehidupan

    musuh alami terutama kelompok predator dan parasitoid.

    b. Pelepasan musuh alami

    Pelepasan musuh alami dilakukan dengan mencari atau mengumpulkan musuh

    alami dari tempat lain, kemudian langsung dilepas di kebun yang dituju. Musuh

    6

  • 7/21/2019 Tebu@e-Respiratory Library USU

    7/10

    alami hama penggerek pucuk berupa parasit telur dan parasit larva. Parasit telur

    misalnya Trichogramma japonicum, sedangkan parasit larva misalnya lalat jatiroto.

    Pengendalian Kimiawi

    Aplikasi insektisida kimia hanya dilakukan jika persentase serangan hama

    penggerek pucuk dengan kategori serangan berat sudah mencapai 40 %. Jenis

    insektisida yang dianjurkan adalah golongan karbamat, antara lain Karbofuran

    (Furadan 3G), Kalbosulfan (Matrix 200EC), Imidakloprid (Wingran 0,5G).

    konsentrasi yang digunakan sesuai rekomendasi yaitu antara 1-2 ml/l atau 10-

    12kg/Ha.

    PROSES PENGOLAHAN TANAMAN TEBU

    Tanaman tebu tumbuh dengan baik di daerah tropika, sub-tropika dan beriklim

    sedang. Di Indonesia khususnya di Jawa, tanaman tebu diusahakan sebagai tanaman

    rakyat dan perkebunan PTP / PTPN. Pertama kali, mula-mula gula dapat dibuat secara

    tradisional, dimana cairan nira tebu dimasak menjadi gula. Biasanya produk ini dijual

    dalam bentuk setengah mangkok atau setengah elip. Bentuk demikian ini dihasilkan

    dari cetakan yang digunakan berupa setengah tempurung kelapa (jawa = bathok) atau

    cetakan dari tanah liat dalam bentuk layak cowek ceper dalam kemasan dari daun tebu

    kering. Produk olahan pabrikan dalam bentuk gula kristal / gula pasir. Komposisi nira

    tebu, rata-rata mengandung sukrosa (10-11%), air (2%), zat lain bukan gula (74-76%)

    dan sabut (14%), ini tergantung jenis tebunya.

    Dasar pengolahan gula tebu bentuk kristal (gula pasir) prinsipnya memisahkan

    gula sukrosa dari kotoran-kotoran bukan gula dan air yang untuk selanjutnya

    dilakukan pengkristalan. Pada umumnya proses pengolahan gula, secara pabrik

    digolongkan menjadi beberapa stasiun, yang berturut-turut sebagai berikut : stasiun

    penggilingan; stasiun pemurnian; sistem penguapan; stasiun kristalisasi; stasiun

    putaran dan stasiun penyelesaian (finishing).

    Pada prinsipnya proses pengolahan gula baik secara tradisional maupun

    pabrikan mengikuti tahapan-tahapan : panen batang tebu, pembersihan daun akar dan

    7

  • 7/21/2019 Tebu@e-Respiratory Library USU

    8/10

    tanah, penimbangan, penggilingan, penjernihan, pemanasan, pendinginan, pencetakan

    atau kristalisasi, pengemasan dan penyimpananan.

    Tanaman tebu dipanen berumur

    12 bulan, secara pengalaman panen dapatdilakukan setelah tanaman tebu mulai berbunga. Batang tebu dipanen, dibersihkan

    daun pucuk, akar dan tanah. Dilakukan penimbangan, diangkut ke tempat pengolahan.

    Digiling untuk memisahkan cairan nira (sukrosa) dari ampas, dilakukan 2-3 kali

    dengan penambahan air bersih. Nira kotor disaring dengan kain saring, ditambahkan

    natrium bisulfit (0,05%) dan kapur (0,2%). Tujuan penambahan kedua zat agar nira

    gula awet dan penaikan pH nira tebu = 7,0. Agar produk gula tidak mudah meleleh

    jika disimpan pada suhu kamar. Kemudian tahap memasak nira sampai masak yang

    bertujuan menguapkan air. Selama pemasakan, dilakukan pengadukan. Setelah cairan

    gula masak kemudian dilakukan pendinginan dan pengadukan terus dilakukan dengan

    pencetakan. Kemudian didinginkan pada suhu kamar dan dilakukan pengemasan.

    Biasanya pengrajin menggunakan kemasan dari daun tebu kering. Kemudian produk

    disimpan pada suhu kamar dalam bentuk gula tebu/gula merah.

    Dasar pengolahan gula tebu bentuk kristal (gula pasir) prinsipnya memisahkan

    gula sukrosa dari kotoran-kotoran bukan gula dan air yang untuk selanjutnya

    dilakukan pengkristalan. Pada umumnya proses pengolahan gula, secara pabrik

    digolongkan menjadi beberapa stasiun, yang berturut-turut sebagai berikut : stasiun

    penggilingan; stasiun pemurnian; sistem penguapan; stasiun kristalisasi; stasiun

    putaran dan stasiun penyelesaian (finishing).

    UPAYA PENGELOLAAN TERPADU PRODUKSI GULA INDONESIA

    Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan usaha industri gula

    berbasis tebu adalah factor-faktor berikut ini:

    _ Pengelolaan pada aspek on-farm yakni penerapan kaidah teknologi pertanaman

    yang baik dan benar mulai dari persiapan lahan, pengolahan dan penanaman yang

    mengikuti kaidah masa tanam optimal,

    _ Pemilihan dan komposisi varietas bibit unggul bermutu,

    _ Penggunaan, pemeliharaan serta tebang angkut muat (panen).

    8

  • 7/21/2019 Tebu@e-Respiratory Library USU

    9/10

    Dalam budidaya tanaman tebu bibit merupakan salah satu modal (investasi)

    yang menentukan jumlah batang dan pertumbuhan selanjutnya hingga menjadi tebu

    giling beserta potansi hasil gulanya. Oleh karena itu penggunaan bibit unggul bermutumerupakan faktor produksi yang mutlak harus dipenuhi. Sehingga Pemerintah merasa

    perlu mengatur pengawasan peredaran bibit melalui sertifikasi yang merupakan satu

    proses pemberian sertifikat bibit setelah melalui pemeriksaan, pengujian dan

    pengawasan untuk persyaratan dapat disalurkan dan diedarkan.

    Sampai saat ini pusat Penelitian telah menghasilkan berbagai macam varietas

    unggul seperti PS851, PS862, PS863, PS864, PSBM901, PS921, Bululawang,

    PSCO902, PSJT941, Kidang Kencana, PS865, PS881, PS882 dan varietas Kentung

    yang merupakan varietas-varietas unggulan dengan kategori pengelompokan masak

    awal, masak tengah dan masak akhir sebagai salah satu penerapan manajemen

    pembibitan untuk menyelaraskan pelaksanaan tertib tanam dan panen. Sejauh ini

    pengadaan bibit tebu dilakukan melalui tahapan penjenjangan kebun pembibitan,

    mulai dari Kebun Bibit Pokok (KBP), Kebun Bibit Nenek (KBN), Kebun Bibit Induk

    (KBI) hingga Kebun Bibit Datar (KBD) sebagai sumber bibit bagi pertanaman atau

    Kebun Tebu Giling (KTG). Kedepan dalam mengantisipasi ketersediaan bibit telah

    dicanangkan pengadaan bibit melalui tahapan kultur jaringan yang diharapkan dapat

    memenuhi kebutuhan dalam jumlah maupun waktu.

    Pada aspekoff-farm, peranan pabrik gula selaku unit pengolah tebu menjadi

    gula kristal putih sangat menentukan. Dari proses tersebut akan dihasilkan produk

    berupa gula kristal putih yang dikenal dipasar denganplantation white sugaratau gula

    pasir. Disamping hasil ikutan lainnya berupa tetes (molases) yang saat ini masih

    dimanfaatkan untuk bahan baku pabrik alkohol/spritus dan bumbu masak/MSG

    disamping hasil ikutan lainnya berupaParticle Board, pakan ternak, kertas dan bahan

    baku industri lainnya. Kegiatan pengolahan tebu menjadi gula ditempuh melalui

    berapa tahapan yaitu pasokan tebu ke pabrik gula, penilaian tebu, penggilingan,

    pemurnian nira, penguapan, pengkristalan, pengeringan dan pengemasan serta

    penyimpanan.

    Dengan melakukan kegiatan perlindungan yang dimulai sejak pengenalan

    hama, pengamatan agro-ekosistem secara teratur, analisis hasil pengamatan

    agroekosistem, pengambilan keputusan, tindakan berbagai teknik pengendalian yang

    9

  • 7/21/2019 Tebu@e-Respiratory Library USU

    10/10

    dilakukan secara terpadu dan kompatibel, dan evaluasi dari setiap tahap kegiatan

    perlindungan tanaman maka diharapkan upaya peningkatan produksi gula menuju

    swasembada gula dapat tercapai. Insya Allah Indonesia akan menjadi kiblatnya guladunia..itu harapan optimis kita bersama.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonymous, 1989. Hama dan Penyakit Tanaman Tebu ( Saccharum officinarum).

    PT. Bale. Bandung.

    Anonymous, 1992. Budidaya Tanaman Tebu di Lahan Sawah. Penebar Swadaya.

    Jakarta.

    Anonymous, 1995. Petunjuk Pelaksanaan Budidaya Tebu. PT Perkebunan X PG

    Poerwodadi. Madiun.

    Barnes, A.C. 1974. The Sugar Cane. Leonard Hill Books, New York. 572p.

    Blackburn. 1984. The Sugar Cane. Longman Goup Ltd, London. 414p.

    Djasmin. 1984.Hama-Hama Tebu Rakyat. PTP.XXI-XXII Persero. Surabaya.

    Ditjenbun (Direktorat Jenderal Perkebunan). 2008-2009. Statistik Perkebunan

    Indonesia. Jakarta. Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan.

    Hayes, H.K, F.R. Immer, and D.C. smith. 1955.Methods of Plant Breeding. Mc Grow

    Hill Books, Inc. Co., New York. 551p.

    Kalshoven, L.G.E. 1991. Pest of Crops In Indonesia. Ichtiar Baru-Van Hoeve,

    Jakarta.

    Wirioatmojo. 1987. The Control of Sugarcane Top borer Tryporyza innotata , F.

    P3GI.

    Wrigley, G.1981. Tropical Agriculture. Longman, London.496p.

    10