teaching sesion per-1
DESCRIPTION
Pengendalian KualitasTRANSCRIPT
KELOMPOK 1
DAFTAR ISI
1. Sejarah pengendalian kualitas 2
2. Definisi pengendalian kulalitas 3
3. Dimensi Kualitas 4
4. Alasan Dasar Pengendalian Mutu (Mongtomery,1990 hal: 5) 5
5. Maksud dan Tujuan pengendalian kualitas 6
6. Keuntungan dan biaya pelaksanaan pengendalian kualitas. 6
1
1. Sejarah pengendalian kualitas
Pada tahun 1324, WA Shewart dari bell telephone laboratories mengembangkan
diagram atau grafik statsitik untuk mengendalikan variable-variabel produk. Hal ini yang
menjadi permulaaan dari pengendalian kualitas statiskal. Kemudian pada dekade yang
sama, H.F Dodge dan HG Roiming, keduanya juga dari bell telephone mengembangkan
teknik pengambilan sample penerimaan untuk menggantikan inspeksi 100% . pada tahun
1940 , pengendalian kualitas menggunakan metode statistik mulai digunakan di amerika
dengan James duran sebagai pelopor.
Pada tahun 1946, America society for qualtity control dibentuk pada tahun 1950,
Edward Deming memberikan kuliah tentang metode statiskal kepada insinyur jepang
akan pentingnya tanggung jawab kualitas pada manajemen puncak dan dijepang mulai
penerapan total qualtity control.
Kekalahan Jepang pada perang dunia II, membangkitkan budaya Jepang dalam
membangun sistem kualitas modern. Hadirnya pakar kualitas W. Edward Deming di
Jepang pada tahun 1950 membuat para ilmuwan dan insinyur Jepang lebih bersemangat
dalam membangun dan memperbaiki sistem kualitas. Keberhasilan yang cukup pesat
pada perusahaan Jepang di bidang kualitas menjadi perhatian perusahaan-perusahaan di
negara maju lainnya. Perusahaan kelas dunia kemudian mempelajari apa yang pemah
diraih oleh perusahaan Jepang dalam mengembangkan konsep kualitas.
Sejarah pengembangan dari konsep di atas dan tokoh-tokohnya dapat disebutkan
di bawah ini.
1) Pada tahun 1946-1950 adalah periode perintisan atau periode penelitian dan
penelaahan (Research and Study). Pada periode ini, yaitu pada bulan Juli 1950, Dr.
W. E. Deming menyampaikan seminar delapan hari mengenai kualitas pada para
ilmuwan, insinyur dan para eksekutif perusahaan Jepang.
2) Tahun 1951 - 1954 adalah periode pengendalian mutu statistik (Statistical Quality
Control). Pada bulan Juli 1954 diadakan seminar tentang manajemen pengendalian
mutu (Quality Control Mangement Seminar) dengan pembicara Dr. J. M. Juran.
3) Tahun 1955 -1960 adalah periode pengendalian mutu secara sistematik. Kelompok
belajar pengendalian mutu (Quality Control Study Group) memperkenalkan
2
pengendalian mutu menyeluruh dalam perusahaan (Company Wide Quality Control
atau CWQC).
4) Tahun 1961 dikatakan sebagai periode pemantapan dan pengembangan (New Quality
Creation). Pada tahun 1962, Prof. DR. Kaoru Ishikawa memperkenalkan Gugus
Kendali Mutu ( Quality Control Circle).
Kemudian Pada akhir 1980 an, industri otomotif mulai menerapkan pengendalian
proses statisitik (statiscal process control). Industri lainnya dan departemen pertahanan
amerika juga menerapkan SPC. Kemudian konsep baru yang bernama Continues qualtity
improvement dibangun yang membutuhkan total quality management. Kemudian
penekanan utama terhdap aspek-aspek kualitas semakin berlanjut pada era 1990 an.
Kemudian terbentuklah ISO 9000 di amerika serikat yang menjadi model dunia untuk
sistem kualitas. Sampai saat ini telah berkembang menjadi ISO 9000-:2000 dan
dikembangkan pula ISO 14000 yang mengatur tentang kepedulian suatu industri terhadap
lingkungan.
2. Definisi pengendalian kulalitas
Mengenai arti dari pada mutu atau kualitas tergantung dari pada perangkaian atau
kalimat dimana istilah mutu ini dipakai oleh orang yang meggunakannya. Menurut
Gasperz (1997) mutu atau kulaitas adalah :
“ Kualitas adalah karakteristik suatu produk (barang atau jasa) yang menunjang
kemampuannya untuk memenuhhi kebutuhan yang telah dispesifikasikan atau segala
sesusatu yang memuaskan pelanggan dana sesuai dengan persyaratna serta kebutuhan
pelanggan”.
Pengertian mutu atau kualitas akan berlainan bagi setiap orang dan tergantung
pada konteksnya. Mutu atau kualitas suatu barang pada umumnya diukur dengan tingkat
kepuasan konsumen atau pelanggan. Seberapa besar kepuasan yang diperoleh pelanggan
tergantung dari tingkat kecocokan penggunaan masing-masing pelanggan.
Konsep kualitas itu sendiri sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu
produk atau jasa yang terdiri atas kualitas desain atau rancangan dan kualitas kesesuaian
atau kecocokan. Kualitas rancangan merupakan fungsi spesifikasi produk, sedangkan
kualitas kecocokan adalah seberapa baik produk itu sesuai dengan spesifikasi dan
3
kelonggaran yang disyaratkan oleh rancangan itu. Dari pengertian kualitas di atas
sebenamya terdapat beberapa elemen sebagai berikut :
1) Kualitas adalah usaha untuk memberi kepuasan bagi pelanggan.
2) Kualitas meliputi produk, jasa, proses dan lingkungannya.
3) Kualitas yang selalu berubah kondisinya (kondisi dinamis), saat ini dianggap kualitas
hari yang akan datang kemungkinan dianggap tidak kualitas.
Perpaduan semua fungsi dari perusahaan yang dibangun berdasarkan konsep
kualitas, teamwork, produktivitas dan pengertian serta kepuasan pelanggan.
Setelah membicarakan pendapat tentang kualitas, maka selanjutnya akan
dibicarakan mengenai pengertian pengendalian. Agar suatu proses produksi berhasil
dicapai, maka perlulah dibuat suatu perencanaan produksi yang baik. Suatu rencana yang
sempurna belumlah berarti dapat dilaksanakan dengan baik, karena selama proses
produksi berlangsung sering terjadi penyimpangan-penyimpangan yang tak terduga. Oleh
karena itu perlu adanya pengendalian atas pelaksanaannya, sehingga penyimpangan
tersebut dapat segera diketahui untuk kemudian diambil tindakan perbaikan secepatnya.
Pengendalian merupakan suatu fungsi manajemen yang bertugas untuk
mengawasi kegunaan fungsi lainnya, tujuan dari pengendalaian yang terpenting adalah
mengawasi apakah segala sesuatunya telah berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan atau tidak.
3. Dimensi Kualitas
Menurut Prof. David Garvin, penulis buku Managing Quality: The Strategic and
Competitive Edge, menyatakan bahwa ada delapan dimensi yang dimiliki kualitas.
Delapan dimensi tersebut adalah sebagai berikut;
1) Performance (kinerja)
Karakterisrik dasar dari sebuah produk.
2) Durability (daya tahan)
Lamanya sebuah produk bertahan sebelum produk tersebut harus diganti. Semakin
besar frekuensi pemakaian konsumen terhadap produk, maka semakin besar pula daya
tahan produk.
3) Conformance (kesesuaian)
4
Kesesuaian kinerja dan mutu produk dengan standar, minimalisasi kecacatan produk.
4) Perceived quality (mutu/kualitas yang diterima)
Mutu/kualitas yang diterima dan dirasakan oleh konsumen.
5) Features (fitur)
Karakteristik produk yang dirancang untuk menyempurnakan fungsi produk atau
menambah ketertarikan konsumen terhadap produk.
6) Aesthetics (estetika)
Penampilan produk yang bisa dilihat dari tampak, rasa, bau, dan bentuk dari produk.
7) Reliability (reliabilitas)
Probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan atau tidak dalam periode
waktu tertentu. Semakin kecil kemungkinnan terjadinya kerusakan, maka produk
tersebut dapat diandalkan.
8) Serviceability (kemudahan perbaikan)
Kemudahan servis atau perbaikan produk ketika dibutuhkan.
4. Alasan Dasar Pengendalian Mutu (Mongtomery,1990 hal: 5)
Ada beberapa alasan mengapa mutu harus diperhatikan secara tegas dalam suatu
organisasi ini meliputi :
1) Meningkatkan kesadaran konsumen akan mutu dan orientasi konsumen yang kuat
akan penampilan mutu produk.
2) Peningkatan tekanan biaya tenaga kerja, energi dan bahan baku.
3) Persaingan yang semakin intensif.
4) Kemajuan yang luar biasa dalam produktivitas melalui program keteknikan mutu
yang efektif.
5. Maksud dan Tujuan pengendalian kualitas
Maksud dari pengendalian kualitas adalah agar spesifikasi produk yang telah ditetapkan
sebagai standart dapat tercermin dalam produk/hasil akhir.
Secara terperinci tujuan dari pengendalian kualitas adalah:
1) Agar barang hasil produksi dapat menacapai standart kualitas yang telah ditetapkan.
2) Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.
5
3) Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan menggunakan
kualitas produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.
4) Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.
6. Keuntungan dan biaya pelaksanaan pengendalian kualitas.
Dengan melaksanakan manajemen kualitas yang sebaik-baiknya, maka banyak
keuntungan yang bisa diperoleh perusahaan dalam hal ini, yaitu antara lain:
Menambahkan tingkat efisiensi dan produktivitas kerja.
Mengurangi kehilangan-kehilangan (losses) dalam proses kerja yang dilakukan seperti
mengurangi waste product atau menghilangkan waktu-waktu yang tidak produktif.
Menekan biaya dan save money.
Menjaga agar penjualan (sales) akan tetap meningkat sehingga profit tetap diperoleh
(meningkatkan potensi daya saing).
Menambah reliabilitas produk yang dihasilkan.
Memperbaiki moral pekerja tetap tinggi. Semakin tinggi kualitas suatu produk akan
menyebabkan semakin tinggi pula biaya/beban yang harus dipikul perusahaan. Biaya-
biaya yang harus dipikul dalam kaitannya dengan program pengendalian kualitas
antara lain sebagai berikut:
Biaya-biaya yang dikeluarkan akibat kesalahan/cacat yang terjadi (failure cost) yang
dalam hal ini bisa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
Internal Failure Cost, yaitu seperti skrap, rework, retest down time, dll. Biaya
tidak akan terjadi bila tidak ada defects yang diketemukan dalam produk yang
dihasilkan sebelum diterimakan ke pelanggan (customer).
External Failure Cost, yaitu biaya yang dikeluarkan akibat defects yang
diketemukan setelah barang dikirim/ didistribusikan dan diterima oleh customer
seperti halnya dengan warranty charges, returned material/product, compaint
adjustment, dan lain-lain.
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melakukan tindakan-tindakan pencegahan
sebelum kesalahan terjadi (preventive cost) seperti pelatihan operator,
kelengkapan peralatan kerja instruksi kerja, inspeksi yang tepat, dan lain-lain.
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan kegiatan inspeksi dan evaluasi
produk (inspection/appraisal cost)
6
Berdasarkan suatu penelitian, maka total quality cost yang terdiri atas failure cost,
preventive cost dan inspection cost tersebut di atas akan meliputi sekitar 15 % dari total
production cost, dengan perincian detail sebagai berikut:
Failure cost . : 70 %
Preventive cost : 5 %
Inspection/Appraisal cost : 25 %
Total Quality Cost : 100 %
Pengertian mengenai biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pengendalian kualitas
(quality cost) akan selalu dikaitkan dengan produk-produk cacat ( defect), yaitu biaya
untuk menemukan, memperbaiki dan menghindari/mencegah cacat.
7