tbla pacu divisi gula -...

1

Upload: duongkiet

Post on 28-Apr-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TBLA Pacu Divisi Gula - bigcms.bisnis.combigcms.bisnis.com/file-data/1/1996/a6e2e3f1_Des17-KustodianSentr...bisnis gula dapat berkontribusi hingga 50% terhadap total penjualan perseroan

15 Kamis, 1 Maret 2018 K O R P O R A S I

�STRATEGI EMITEN KEBUN

TBLA Pacu Divisi GulaJAKARTA — Emiten perkebunan PT Tunas Baru

Lampung Tbk. menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 20% menembus Rp10 triliun

pada 2018 dengan kontribusi penjualan gula sebesar 50%.

Hafi yyanhafi [email protected]

Wakil Presiden Direktur Tu nas Baru Lampung Sudarmo Tas min menyampaikan perseroan menges-timasi total pendapatan pada 2017 mencapai Rp8,8 triliun—Rp9 triliun dan laba bersih sebesar Rp1 triliun.

Hingga kuartal III/2017, emiten berkode saham TBLA itu telah membukukan kinerja pendapatan yang melampaui capaian sepanjang 2016. Pada periode Januari-September 2017, TBLA meraih pendapatan Rp6,6 triliun dan laba bersih Rp708 miliar.

"Tahun lalu naik tinggi karena pabrik gula kita sudah mulai beroperasi," ujarnya, Rabu (28/2).

Pada 2017, perseroan sudah mulai mengoperasikan pabrik gula di Lampung dengan kapasitas 8.000 ton cane per day (TCD). Namun, utilisasi hingga akhir tahun lalu baru mencapai 40%—45%.

Ditargetkan utilisasi meningkat menjadi 70% pada 2018 sehingga bisnis gula dapat berkontribusi hingga 50% terhadap total penjualan perseroan. Dengan demikian, divisi gula dan sawit memberikan kontribusi yang setara terhadap kinerja TBLA.

Namun demikian, sambung

Sudarmo, kontribusi pendapatan dari minyak kelapa sawit dan gula bergantung pada harga jual masing-masing komoditas. Harga gula yang ditujukan untuk pasar domestik dinilai lebih stabil karena mendapatkan proteksi dari pemerintah, sedangkan harga CPO mengacu kepada harga global yang cenderung berfl uktuasi.

“Perbandingan antara bisnis gula dan sawit bisa di antara 50:50 [pendapatan] pada 2018. Tergantung kepada fl uktuasi harga masing-masing komoditas itu.”

Sudarmo menambahkan tanaman tebu memiliki keuntungan diban ding-kan dengan tanaman kelapa sawit dari sisi masa panen yang lebih cepat. Tebu sudah dapat dipanen saat berusia setahun, sedangkan kelapa sawit harus menunggu usia 7—8 tahun untuk masuk usia produktif.

Tahun ini, lanjutnya, manajemen menargetkan pendapatan meningkat

15%—20%. Artinya, penjualan TBLA diperkirakan mencapai Rp10,35 triliun—Rp10,80 triliun.

BELANJA MODALPerusahaan mengalokasikan belanja

modal senilai Rp800 miliar—Rp900 miliar pada 2018. Jumlah ini turun dari realisasi tahun lalu sekitar Rp1,6 triliun.

Menurut Sudarmo, penurunan capital expenditure disebabkan oleh telah rampungnya proses ekspansi pabrik pada tahun lalu. Alhasil, pada 2018 belanja modal terbatas untuk pemeliharaan dan melengkapi alat di Pabrik Kelapa Sawit (PKS).

Pada 2017, perusahaan menambah dua PKS di Pontianak dan Lampung dengan kapasitas produksi tandan buah segar (TBS) 45 ton per jam. Namun, PKS di Pontianak dapat ditingkatkan kapasitasnya menjadi 90 ton per jam. Kedua PKS baru dapat beroperasi tahun ini.

Sebelumnya, perusahaan meng-andal kan 6 PKS dengan kapasitas pro duksi TBS 345 ton per jam, atau 1,73 juta ton per tahun. Tiga pabrik berlokasi di Lampung, sedangkan tiga lainnya tersebar di Palembang, Riau, dan Bengkulu.

Saat ini, total lahan kelapa sawit TBLA mencapai 60.000 hektare. Sekitar 80% di antaranya dalam usia produktif. Perseroan berencana menambah lahan tertanam sekitar 3.000—4.000 hektare pada tahun ini dengan estimasi biaya sebesar Rp50 juta—Rp60 juta per hektare.

“Kalau kita lihat 3—5 tahun ke belakang, kecepatan penambahan lahan kami sekitar 3.000—4.000 hektare per tahun. Tahun ini kita

perkirakan juga segitu nambah lahan,” imbuhnya.

Selain itu, perusahaan memiliki 12.000 hektare areal tanaman tebu yang merupakan hasil konversi kebun sawit. Menurut Sudarmo, perusahaan belum berencana menambah lahan tebu.

“Karena pabrik kami baru 1 yang 8.000 TCD, itu juga kan belum full capacity produksinya. Masih cukup dari kebun yang sudah ada,” ujarnya.

Di sisi lain TBLA melakukan Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) obligasi dengan jumlah pokok sebesar-besarnya Rp1 triliun. Penawaran kupon berada pada kisaran 9%—9,75% per tahun.

Saat ini, TBLA sedang menawarkan Obligasi Berkelanjutan I Tunas Baru Lampung Tahap I Tahun 2018 dengan pokok sebesar Rp1 triliun. Perseroan menawarkan tingkat kupon sebesar 9%--9,75% untuk obligasi bertenor 5 tahun itu.

Menurut Sudarmo, dana hasil penerbitan obligasi itu akan digunakan perseroan untuk membayar utang kepada pihak perbankan.

Perinciannya ialah sekitar Rp420 miliar untuk pelunasan seluruh pokok pinjaman kepada Bank Maybank Indonesia, Rp420 miliar untuk menurunkan saldo pinjaman perusahaan kepada Bank CIMB Niaga, Rp90 miliar untuk menurunkan saldo pinjaman kepada Bank OCBC NISP, dan sekitar Rp60 miliar untuk menurunkan saldo pinjaman kepada Bank Rakyat Indonesia.

Berdasarkan laporan keuangan per September 2017, utang bank jangka pendek TBLA meningkat 67,58% year on year (yoy) menjadi Rp1,64 triliun dari sebelumnya Rp981,82 miliar.

�TBLA pacu kontribusi pendapatan dari divisi gula menjadi 50%.

�Perseroan membidik total pendapatan lebih dari Rp10 triliun pada 2018.

�KONTRAKTOR BUMN

Direksi WSKT Bakal DirombakJAKARTA — Kementerian

Badan Usaha Milik Negara akan merombak jajaran direksi perusahaan kontraktor pelat merah akibat sejumlah insiden kecelakaan konstruksi proyek-proyek infrastruktur pemerintah.

Deputi Bidang Usaha Kons-truksi dan Sarana dan Prasarana Per hubungan Kementerian BUMN Ahmad Bambang meng-ungkapkan salah satu kontraktor BUMN yang akan dirombak direksinya, yakni PT Waskita Karya (Persero) Tbk.

Berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dari 14 kecelakaan konstruksi yang terjadi sejak Agustus 2017-20 Februari 2018, sebanyak 7 proyek dikerjakan oleh emiten berkode saham WSKT itu.

“Iya punishment, untuk pelajaran yang lain,” kata Ahmad, Rabu (28/2).

Ahmad menyatakan pergantian direksi terkait dengan kecelakaan kerja tidak hanya akan berlaku bagi Waskita Karya. Menurutnya,

kontraktor pelat merah lainnya masih menunggu hasil evaluasi.

“Yang lain menunggu hasil auditnya dulu dan rata-rata akan rapat umum pemegang saham pada April [2018],” ujarnya.

Seperti diketahui, masa jabatan direksi BUMN karya yang akan habis pada tahun ini antara lain Direktur Utama Waskita Karya M. Choliq dan Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Bintang Perbowo. Masa jabatan keduanya masing-masing akan berakhir pada Juni 2018 dan Mei 2018.

Choliq membenarkan bahwa Kementerian BUMN telah menying gung soal evaluasi direksi Waskita Karya. Menu-rutnya, memang perlu dilakukan peninjauan ulang terhadap manajemen terutama menyangkut keselamatan kerja.

Choliq menjelaskan dalam 2 tahun terakhir size perseroan tumbuh hingga 3 kali lipat. Hal tersebut terlihat dari naiknya produksi atau penjualan. Tahun lalu, sambungnya, penjualan

perseroan tercatat Rp45 triliun. Jumlah itu naik dibandingkan dengan 2016 senilai Rp24 triliun.

Dengan adanya pertumbuhan tersebut, dia menyatakan diper-lukan adanya manajemen yang lebih baik. Salah satunya dengan keberadaan posisi di bawah dirut yang menangani kesehatan dan keselamatan kerja (K3).

Pada April 2017 mendatang, Choliq menyebut WSKT akan mengadakan rapat umum pemegang saham (RUPS) yang mengagendakan perubahan jajaran direksi perseroan.

“Wajar [kalau saya diganti] tidak apa-apa. Diharapkan jajaran direksi yang baru mampu men-drive manajemen,” ucapnya.

Sebagai catatan, WSKT tengah menggarap sejumlah proyek strategis nasional (PSN) yang di antaranya bakal selesai pada 2018 dan 2019. Salah satu target yang dipasang oleh perseroan yakni beroperasinya 564 kilometer (km) ruas tol di Pulau Jawa dan Sumatra. (M. Nurhadi Pratomo)

�LABA BERSIH 2018

SMBR Bidik Kenaikan 44%

JAKARTA — Emiten semen, PT Semen Baturaja Tbk. (Persero) memproyeksikan laba bersih sepanjang 2018 bisa mencapai Rp211 miliar, atau tumbuh 44% secara tahunan.

Direktur Utama Semen Baturaja Rahmad Pribadi memproyeksikan volume penjualan semen perseroan sudah tumbuh 25% atau mencapai 161.000 ton pada Januari 2018.

Tren positif itu diyakini berlanjut sepanjang tahun ini sehingga perseroan optimistis dapat meraih pertumbuhan penjualan sebesar 54% secara year-on-year (yoy) menjadi 2,75 juta ton.

Secara historis, volume penjualan semen SMBR terus meningkat dalam 3 tahun terakhir, yakni sebanyak 1,53 juta ton pada 2015, 1,63 juta ton pada 2016, dan 1,76 juta ton pada 2017.

Apabila target itu tercapai, emiten berkode saham SMBR itu berpotensi membukukan pendapatan sebesar Rp2,57 triliun atau naik 66% yoy dari raihan pada 2017 sebesar Rp1,55 triliun.

“EBITDA pada tahun ini bisa mencapai Rp671 miliar. Untuk target laba bersih tahun ini Rp211 miliar, naik 44%,” tuturnya, Rabu (28/2).

PANGSA PASARRahmad menuturkan kelebihan pasokan semen

di dalam negeri masih terjadi. Namun, oversupply tidak terjadi di wilayah Sumatra bagian selatan yang merupakan pangsa pasar utama perseroan.

Wilayah tersebut justru mengalami kekurangan pasokan semen akibat gencarnya pembangunan infrastruktur dan proyek-proyek konstruksi bangunan.

Secara geografis, volume penjualan SMBR di Sumatra Selatan pada 2017 mencapai 1,16 juta ton, Lampung 472.812 ton, Jambi 90.152 ton, Bengkulu 36.897 ton, dan Bangka Belitung 2.195 ton. Pertumbuhan volume penjualan tertinggi terjadi di wilayah Jambi dan Bengkulu dengan persentase sebesar 79,3% dan 36,6% yoy.

Sementara itu, pemegang saham SMBR menyetujui pembagian dividen tahun buku 2017 sebesar Rp36,7 miliar dengan dividen payout ratio senilai 25% dari total laba bersih 2017 senilai Rp146,6 miliar. (Novita S. Simamora)

Bisnis/Dedi Gunawan

Head Debt Capital Market PT Maybank Kim Eng Sekuritas, Indra Sakti (dari kiri), berbincang dengan Direktur PT Tunas Baru Lampung Tbk. (TBLA) Mawarti Wongso, Direktur Oey Alfred, Wakil Presiden Direktur Sudarmo Tasmin, dan Direktur PT Mandiri Sekuritas

Shery Juwita Lestari seusai paparan kinerja dalam rangka penerbitkan surat utang (obligasi) dengan mekanisme Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) di Jakarta, Rabu (28/2).

�OBLIGASI BERKELANJUTAN

langgeng
Typewriter
01 MARET 2018 - INVESTOR , BISNIS