tbc
TRANSCRIPT
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah penyakit infeksi pada saluran
pernafasan yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri ini merupakan
bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama
untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ
paru-paru (90%) dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit menular yang masih
menjadi perhatian dunia. Hingga saat ini, belum ada satu negara
pun yang bebas TBC. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman
mycobacterium tuboerculosis ini pun tinggi.
Gejala Penyakit TBC
Gejala utama
Batuk terus-menerus dan berdahak selama tiga pecan atau
lebih.
Gejala tambahan yang sering dijumpai
Dahak bercampur darah/batuk darah
Sesak nafas dan rasa nyeri pada dada
Demam/meriang lebih dari sebulan
Berkeringat pada malam hari tanpa penyebab yang jelas
Badan lemah dan lesu
Nafsu makan menurun dan terjadi penurunan berat badan
Salah satu masalah dalam pengobatan TB pada anak adalah
kepatuhan dan keteraturan dari pasien anak, untuk dapat minum
obat setiap hari selama minimal 6 bulan dengan jumlah obat yang
relatif banyak.
Dengan semakin terlihat maraknya penyakit TB terutama pada anak
dan untuk mengatasi masalah tersebut, maka Sandoz
mengembangkan produk kombinasi dosis tetap untuk anak yaitu
FDC (Fixed Dose Combination), produknya yaitu Rimcure Paed dan
Rimactazid Paed.
Rimcure Paed dan Rimactazid Paed memberikan kemudahan
dalam pemberiannya seperti tablet yang bsia dikunyah (chewable
tablet) dan dispersible menjadi seperti sirup.
Informasi obat :
Rimcure Paed
Dalam produk ini terkandung 3 kombinasi zat aktif yaitu Rifampicin
75 mg, Isoniazid 50 mg, Pyrazinamide 150 mg. Obat ini
Rimactazid Paed
Dalam produk ini terkandung 2 kombinasi zat aktif yaitu Rifampicin
75 mg dan Isoniazid 50 mg
Tampilan obat :
Tablet kunyah
Indikasi terapeutik :
Untuk pengobatan tuberculosis pada anak-anak
Isoniazid memiliki mekanisme kerja yaitu mengganggu sintesa
mycolic acid yang diperlukan untuk membangun dinding bakteri.
Efek sampingnya jika pada dosis normal (200-300 mg/hari) jarang
terjadi dan efekmya ringan berupa gatal-gatal dan ikterus. Jika dosis
melebihi 400 mg efek samping yang ditimbulkan adalah polineuritis.
Dosis oral/i.m dewasa dan anak-anak 1 dd 4-8 mg/kg/hari atau 1 dd
300-400 mg, atau sebagai single dose bersama rifampisin, pagi hari
a.c. atau sesudah makan bila terjadi gangguan lambung. Profilaksis
5-10 mg/kg/hari.
Rifampicin memiliki mekanisme kerja yaitu merintangi secara
spesifik dari suatu enzim bakteri RNA Polimerase, sehingga sintesa
RNA terganggu.
Efek sampingnya adalah gangguan saluran cerna seperti mual,
muntah, sakit ulu hati, kejang perut dan diare, gejala gangguan SSP
dan reaksi hipersensitasi.
Bila Rifampicin dikombinasi dengan INH , dosisnya tidak boleh
melebihi 10 mg/kg BB/hari karena dapat menyebabkan penyakit
kuning.
Dosis pada TBC oral 1 dd 450-600 mg sekaligus pagi hari sebelum
makan, karena kecepatan dan kadar resorpsi dihambat oleh isi
lambung. Selalu diberikan dalam kombinasi dengan INH 300mg dan
untuk 2 bulan pertama ditambah pula dengan 1,5-2 gr pirazinamida
setiap hari. Profilaksis pada meningitis 2 dd 10 mg/kg/hari selama 2
hari.
Pirazinamid mekanisme kerjanya berdasarkan pengubahannya
menjadi asam pirazinat oleh ezim pyrazinamidase yang berasal dari
basil TBC
Efek samping yang sering kali terjadi dan berbahaya adalah
kerusakan hati dengan ikterus (hepatotoksis), terutama pada dosis
diatas 2 gr sehari.
Dosis oral 1 dd 30- mg/kg selama 2-4 bulan, maksimal 2 gr sehari,
pada meningitis TBC 50 mg/kg/hari.
Etambutol memiliki mekanisme kerja berdasarkan penghambatan
sintesa RNA pada kuman yang sedang membelah, juga
menghindarkan terbentuknya mycolic acid pada dinding sel.
Efek samping yang ditimbulkan adalah neuritis optica (radang saraf
mata) yang mengakibatkan gangguan pengelihatan, antara lain
kurang tajamnya penglihatan dan buta warna terhadap warna
merah-hijau.
Dosis oral sekaligus 20-25 mg/kg/hari, selalu dalam kombinasi
dengan INH. Infus (i.v) 1 dd 15 mg/kg dalam 2 jam.
Streptomisin mekanisme kerjanya berdasarkan penghambatan
sintesa protein kuman dengan jalan pengikatan pada RNA
ribosomal.
Efek samping yang dimiliki yaitu obat ini toksis untuk organ
pendengaran dan keseimbangan. Oleh karena itu sebaiknya jangan
digunakan untuk jangka waktu lama karena efek neurotoksis
terhadap saraf cranial ke-8 dapat menimbulkan ketulian permanen.
Dosis i.m 1 dd 0,5-1 gr tergantung dari usia selama maksimal 2
bulan.
Dosis FDC (Fixed Dose Combination) pada TB anak disesuaikan
dengan BB anak yaitu BB 5-9 kg untuk Rimcure Paed dengan
pengobatan selama 2 bulan dosisnya yaitu 1 tablet dan untuk
pengobatan selama 4 bulan dengan Rimactazid Paed dengan dosis
sama yaitu 1 tablet. BB 10-14 kg dosis obat ditingkatkan 1 kali
lipatnya yaitu 2 tablet untuk obat yang sama dan pengobatan yang
sama Rimcure selama 2 bulan dan Rimactazid selama 4 bulan.BB
15-19 kg dosis obat 3 tablet dan BB 20-32 kg dengan dosis tertinggi
yaitu 4 tablet. Obat harus diberikan secara utuh (tidak boleh
dibelah)
Bila BB > 33 kg dosis disesuaikan dengan tabel 2 dengan
memperhatikan dosis maksimalnya. Dan bila BB < 5 kg sebaiknya
dirujuk ke Rumah Sakit.
Sumber :
Obat-obat Penting
efek sampingnya.
Rifampisin : warna merah pada cairan tubuh, peningkatan enzim
hati asimtomatik, peningkatan nitrogen urea darah dan asam urat,
hemolisis, hematuria, nefritis, isufisiensi ginjal, gangguan
gastrointestinal, gangguan susunan saraf pusat, perubahan
hematologi, ruam kulit, kelainan endokrin.
isonicotine hydrazine : gangguan fungsi hati, neuropati perifer,
pusing, kepala terasa ringan, perubahan hematologi, reaksi alergi.
pirazinamid : perubahan sementara transaminase serum,
hepatotoksisitas, hepatomegali, ikterus, hiperurisemia, nefritis,
disuria, gangguan gastrointestinal, perubahan hematologi, reaksi
alergi
hematuria adalah kehadiran sel-sel darah merah (eritrosit) dalam urin
Nefritis adalah kerusakan pada bagian glomerulus ginjal atau peradangan ginja l
insufisiensi ginjal adalah kondisi ketika ginjal tidak lagi berfungsi cukup untuk mempertahankan keadaan normal kesehatan
gangguan gastrointestinal adalah gangguan pencernaan
kelainan endokrin adalah kelainan pada kelenjar penghasil hormon
Neuropati perifer adalah kerusakan sistem saraf tepi yang mengirimkan informasi dari otak dan sumsum tulang untuk setiap bagian dari tubuh.
perubahan sementara transaminase serum atau perubahan enzim (katalisator tubuh)
Hepatotoksisitas adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan kerusakan hati akibat penggunaan obat.
Hepatomegali adalah membesarnya hati melebihi ukurannya yang normal.
Ikterus adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan menguningnya kulit dan sklera (bagian putih pada bola mata)
Hiperurisemia adalah istilah kedokteran yang berarti kondisi kadar asam urat dalam darah melebihi “normal”.
Disuria adalah perasaan nyeri saat kencing.
Penyakit TB pada Anak
Definisi
Tuberculosis adalah infeksi langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis.
Ciri-ciri dari kuman ini adalah:
1. Bentuk batang2. Tahan pada pewarnaan asam3. Cepat mati pada sinar matahari langsung4. Tumbuh di tempat lembab dan gelap5. Bisa “Dorman” bertahun-tahun
Gambar: Kuman Mycobacterium tbc (BTA) dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen. Tampak batang berwarna merah muda.
Etiologi
Infeksi mycobacterium tbc dimulai dari inhalasi kuman ini melalui udara pernapasan dari orang yang menderita TB paru. Ini diistilahkan dengan ‘droplet infection’.
Setelah basil mencapai alveolus, ia akan dibawa melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe pada hillus paru. Kemudian ia bisa mencapai melalui aliran darah melalui ductus thorasicus
Pathogenesis.
Pada paru basil yang berkembang biak menimbulkan suatu daerah radang yang disebut afek/fokus primer dari Ghon. Basil akan menjalar melalui saluran limfe dan terjadi limfangitis dan akan terjadi limfadenitis regional.
Pembentukan radang adalah melalui Reaksi Hipersensitivitas Tipe IV (Delayed Type Hypersensitivity). Di mana akan terbentuk tuberkel-tuberkel atau disebut granuloma.
Gambar: Pembentukan granuloma pada TB primer
Bentuk khas dari granuloma adalah adanya nekrosis caseosa di tengah-tengahnya yang dikelilingi oleh giant cell.
Gambar: granuloma, pada tengahnya terdapat nekrosis susu (necrosis caseosa) yang dikelilingi oleh giant cell tipe Langhan. (courtesy: Robin).
Perjalanan penyakit TB yang tidak diobati adalah:
1. 50% penderita meninggal2. 25% penderita sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi3. 25% menetap menjadi kasus kronik
Sedangkan terjadinya TB sekunder adalah melalui 3 kemungkinan:
1. Dari TB primer berkembang menjadi TB sekunder2. Sembuh dari TB primer kemudian terinfeksi kedua kali3. Lesi primer dorman yang menyembuh kemudian aktif lagi
Perbedaan TB pada anak dengan TB dewasa
1. TB anak lokasinya pada setiap bagian paru, sedangkan pada dewasa di daerah apeks dan infra klavikuler
2. Terjadi pembesaran kelenjar limfe regional sedangkan pada dewasa tanpa pembesaran kelenjar limfe regional
3. Penyembuhan dengan perkapuran sedangkan pada dewasa dengan fibrosis4. Lebih banyak terjadi penyebaran hematogen, pada dewasa jarang
Manifestasi TB pada Anak
Penyakit TB pada anak memiliki beberapa manifestasi klinis. Di antaranya:
TB paru
TB paru merupakan manifestasi klinis yang umum dijumpai pada anak. Dari yang paling ringan sampai yang paling berat dapat dijumpai pada anak.
Bentuk yang paling ringan adalah pembesaran kelenjar hilus atau munculnya Ghon kompleks.
Gambar: adanya kalsifikasi parahiler kanan (Ghon kompleks) disertai pembesaran kelenjar hillus kanan. (Courtesy: Andrea T Cruz).
Sedangkan salah satu bentuk TB paru berat adalah TB milier.
Gambar: TB milier dengan gambaran badai salju.
TB kulit (Scrofuloderma)
TB anak juga memiliki manifestasi TB kulit.
TB kelenjar
Di antara manifestasi ekstrathoracal adalah TB kelenjar.
Gambar: TB kelenjar disertai scrofuloderma. (Courtesy: Andrea T Cruz)
TB tulang
Di antara manifestasi TB ekstratoracal adalah TB tulang.
Gambar: TB pada tulang vertebara atau disebut Gibbus.
Gejala Klinis
Penyakit ini memiliki beberapa gejala.
Gejala umum:
1. Berat badan menurun berturut-turut selama 3 bulan tanpa sebab jelas atau tidak naik selama 1 bulan meskipun dengan intervensi gizi
2. Anoreksia dan gagal tumbuh (failure to thrive)3. Demam lama/berulang tanpa sebab jelas4. Pembesaran KGB superfisial seperti: KGB leher, inguinal dan sebagainya5. Gejala saluran napas seperti batuk lama lebih dari 30 hari6. Gejala GI tract seperti diare lama/berulang, masa di abdomen dan sebagainya.
Gejala spesifik:
1. TB kulit (scrofuloderma)2. TB tulang seperti: gibbus (spondilitis), coccitis, pincang, bengkak3. TB otak dan syaraf: meningitis TB, ensefalitis TB4. TB mata: konjungtifitis fliktenuaris, tubercle choroid5. Dan lain-lain
Pemeriksaan Laboratorium
Uji mantoux atau Tuberkulin
Ada 2 macam tuberkulin yaitu Old tuberkulin dan Purified Protein Derivat (PPD). Caranya adalah dengan menyuntikkan 0,1 ml tuberkulin PPD intrakutan di volar lengan bawah. Hasilnya dapat dilihat 48 – 72 jam setelah penyuntikan. Berniai positif jika indurasi lebih dari 10 mm pada anak dengan gizi baik atau lebih dari 5 mm pada anak dengan gizi buruk.
Reaksi cepat BCG
Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat (dalam 3-7 hari) berupa kemerahan lebih dari 5 mm, maka anak dicurigai terinfeksi Mycobaterium tbc.
Laju Endap Darah
Pada TB, terdapat kenaikan Laju Endap Darah (LED).
Pemeriksaan mikrobiologis
Pemeriksaan BTA pada anak dilakukan dari bilasan lambung karena sulitnya menggunakan hasil dahak.
Pemeriksaan BTA cara baru seperti: PCR (Polymerase Chain Reaction), Bactec,
ELISA, PAP dan Mycodots masih belum banyak dipakai dalam klinis praktis.
Pemeriksaan Radiologis
1. Gambaran x-foto dada pada TB paru tidak khas2. Paling mungkin kalau ditemukan pembesaran kljr hilus dan klj paratrakeal3. Foto lain: milier, atelektasis, infiltrat, bronkiektasis, kavitas, kalsifikasi, efusi
pleura, konsolidasi, destroyed lung dan lain-lain.
Diagnosis TB pada Anak
Diagnosis TB pada anak sulit sehingga sering terjadi misdiagnosis baik overdiagnosis maupun underdiagnosis. Pada anak-anak batuk bukan merupakan gejala utama. Pengambilan dahak pada anak biasanya sulit, maka diagnosis TB anak perlu kriteria lain dengan menggunakan sistem skor.
Unit Kerja Koordinasi Respirologi PP IDAI telah membuat Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak dengan menggunakan sistem skor (scoring system), yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang dijumpai. Pedoman tersebut secara resmi digunakan oleh program nasional penanggulangan tuberkulosis untuk diagnosis TB anak.
Setelah dokter melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, maka dilakukan pembobotan dengan sistem skor. Pasien dengan jumlah skor yang lebih atau sama dengan 6 (>6), harus ditatalaksana sebagai pasien TB dan mendapat OAT (obat anti tuberkulosis). Bila skor kurang dari 6 tetapi secara klinis kecurigaan kearah TB kuat maka perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik lainnya sesuai indikasi, seperti bilasan lambung, patologi anatomi, pungsi lumbal, pungsi pleura, foto tulang dan sendi, funduskopi, CT-Scan, dan lain lainnya.
Tabel: Sistem skoring (scoring system) gejala dan pemeriksaan penunjang TB (Pedoman Nasional Penanggulangan TB edisi pertama tahun 2007).
Catatan :
• Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter.
• Batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab batuk kronik lainnya seperti Asma, Sinusitis, dan lain-lain.
• Jika dijumpai skrofuloderma (TB pada kelenjar dan kulit), pasien dapat langsung didiagnosis tuberkulosis.
• Berat badan dinilai saat pasien datang (moment opname).–> lampirkan tabel badan badan.
• Foto toraks toraks bukan alat diagnostik utama pada TB anak
• Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi lokal timbul < 7 hari setelah penyuntikan) harus dievaluasi dengan sistem skoring TB anak.
• Anak didiagnosis TB jika jumlah skor > 6, (skor maksimal 14)
• Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS untuk evaluasi lebih lanjut.
Terapi
Diberikan OAT (Obat Anti TB) dengan ketentuan sebagai berikut:
Pada sebagian besar kasus TB anak pengobatan selama 6 bulan cukup adekuat. Setelah pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan penunjang. Evaluasi klinis pada TB anak merupakan parameter terbaik untuk menilai keberhasilan pengobatan. Bila dijumpai perbaikan klinis yang nyata walaupun gambaran radiologik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, OAT tetap dihentikan.
Kategori Anak (2RHZ/ 4RH)
Artinya:
1. Tahap intensif selama 2 bulan diberikan INH (H), Rifampicin (R), Pirazinamid (Z) masing-masing tiap hari.
2. Tahap lanjutan selama 4 bulan diberikan INH (H) dan Rifampicin (R) masing-masing tiap hari.
Jenis dan Dosis Obat TB pada Anak
Table: dosis OAT Kombipak pada anak (Pedoman Nasional Penanggulangan TB edisi pertama tahun 2007).
Table: dosis OAT KDT pada anak. (Pedoman Nasional Penanggulangan TB edisi pertama tahun 2007).
Keterangan:
• Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah sakit
• Anak dengan BB 15-19 kg dapat diberikan 3 tablet.
• Anak dengan BB ≥33 kg , dirujuk ke rumah sakit.
• Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah
• OAT KDT dapat diberikan dengan cara: ditelan secara utuh atau digerus sesaat sebelum diminum.
Terapi Profilaksis
Pada semua anak, terutama balita yang tinggal serumah atau kontak erat dengan penderita TB dengan BTA positif, perlu dilakukan pemeriksaan menggunakan sistem skoring. Bila hasil evaluasi dengan skoring system didapat skor < 5, kepada anak tersebut diberikan Isoniazid (INH) dengan dosis 5-10 mg/kg BB/hari selama 6 bulan. Bila anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi BCG, imunisasi BCG dilakukan setelah pengobatan pencegahan selesai.
Monitoring
Pemantauan kemajuan anak dengan terapi TB dapat dilihat dengan:
1. Peningkatan berat badan2. Anak lebih aktif3. Ada perbaikan klinis seperti penurunan panas dan keluhan batuk
Pencegahan
BCG diberikan pada usia 0-3 bulan secara intrakutan. Imunisasi BCG tidak bisa mencegah dari penyakit TB, akan tetapi bisa mencegah dari penyakit TB berat seperti TB milier dan meningitis TB.
Demikian tulisan ini. Semoga bermanfaat. Amien.
RIMCURE PAED TABLET
Tags: tuberkulosis, bakteri, infeksi, TBC, paru-paru
Brand: : Sandoz
Product
Code::G
Komposisi: Rifampicin 75 mg, isonicotine hydrazine 50 mg, pyrazinamide 150 mg
Indikasi:Tuberkulosis mikobakterium tuberkulosis yang peka terhadap rifampisin, isonicotine
hydrazine, dan pirazinamid
Dosis:
Anak dengan BB 25 kg : 5 tablet/hari. Anak dengan BB 20 kg : 4 tablet/hari. Anak
dengan BB 15 kg : 3 tablet/hari. Anak dengan BB 10 kg : 2 tablet/hari. Anak dengan
BB 5 kg : 1 tablet/hari.
Pemberian
Obat:Berikan sebelum makan, 30 menit sebelum makan telan utuh
Kontra
Indikasi:
Hipersensitivitas, riwayat hepatitis yang diinduksi obat, penyakit hati akut, neuritis
perifer atau optik, gangguan fungsi ginjal, epilepsi, akoholisme kronik
Perhatian:
Gangguan fungsi ginjal dan hati, diabetes melitus, akoholisme kronik, pasien kurang
gizi, riwayat gout, gangguan konvulsi, porfiria akut, lanjut usia. Hamil, laktasi.
Lakukan tes hitung darah dan fungsi hati secara periodik. Hindari pengunaan bersama
lensa kontak
Efek
Samping:
Rifampisin : warna merah pada cairan tubuh, peningkatan enzim hati asimtomatik,
peningkatan nitrogen urea darah dan asam urat, hemolisis, hematuria, nefritis,
isufisiensi ginjal, gangguan gastrointestinal, gangguan susunan saraf pusat, perubahan
hematologi, ruam kulit, kelainan endokrin. isonicotine hydrazine : gangguan fungsi
hati, neuropati perifer, pusing, kepala terasa ringan, perubahan hematologi, reaksi
alergi. pirazinamid : perubahan sementara transaminase serum, hepatotoksisitas,
hepatomegali, ikterus, hiperurisemia, nefritis, disuria, gangguan gastrointestinal,
perubahan hematologi, reaksi alergi
Interaksi
Obat:
Kontrasepsi oral atau terapi sulih hemon, antikoagualan, antasid, simetidin, analgesik
opioid, disulfirman, antidepresan, sedatif, obat gout, kortikosteroid, kloramfenikol,
ketokonazol, daspon, metadon, teofilin, siklosporin A, azatioporin
Kemasan: Tablet 6 x 10
Price:
Rp. 3,300
http://www.apotikantar.comperpustakaan.depkes.go.idhttp://www.kimiafarmaapotek.comhttp://medicastore.com
View Full-Size Image
RIMACTAZID 75/50MG
TAB@50
Kandungan
Tiap tablet 225/2000 (Kaplet
450/300): Rifampisina 225
mg (450 mg), INH 200 mg
(300 mg).
Indikasi
Antituberkulostatik.
Kontra Indikasi
Hipersensitif. Riwayat
mendapat terapi dg obat yg
menyebabkan hepatits, peny
hati akut ikterus. Neuritis
perifer, neuritis optik,
gangguan ginjal, epilepsi,
alkoholisme kronik
Efek Samping
Rifampisin: warna merah pd
cairan tubuh, peningkatan
enzim hati asimtomatik,
peningkatan nitrogen urea
darah & asam urat,
hemolisis, hematuna,
nefritis, insufisiensi ginjal,
ggn G1, ggn SSP, perubahan
hematologi, roam kulit,
kelainan endokrin. INH: ggn
fungsi hati, neuropati perifer,
pusing, kepala terasa ringan,
perubahan hematologi,
reaksi alergi. Pirazinamid:
perubahan sementara
transaminase serum,
hepatotoksisitas,
hepatomegali, ikterus,
hiperurisemia, nefritis,
disuria, ggn GI, perubahan
hematologi, reaksi alergi
Perhatian
Hindari terapi kembali stlh
pengobatan selesai &
pemakaian yg tdk teratur.
Pen hati. Ambag kejang yg
rendah, gizi buruk
alkoholisme, porfiria,
epilepsi, hamil &
laktasi.Pengobatan
dihentikan jika tjd
trombositopenia, purpura,
anemia hemolitik, dipnea,
syok, gagal ginjal
Dosis
Dewasa dan anak >12 th: 1-2
g Ixsehari; infeksi berat:
dosis bisa ditingkatkan
maksimum 4 g; bayi dan
anak: Dapat diberikan 20-80
mg/kg bb sehari, dengan
interval 24
jamh4>InteraksiAntikoagula
n oral, antidiabetik oral,
digitalis, kontrasepsi oral,
antiaritmia, siklosporin,
antiepileptik, disulfiram,
hidantoin, penghambat kanal
Ca
Kemasan
Tablet kunyah 75/50 paed 5
x 10
Turbeculosis Pediatric
Setiap tahun diperkirakan 1 juta kasus TB terjadi pada anak-anak hingga usia 14, tapi banyak dari mereka yang tidak terdiagnosis. Anak-anak lebih mungkin untuk mengembangkan bentuk-bentuk yang lebih serius dari TBC seperti TBC milier dan meningitis TB, mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Bahkan TB adalah antara 10 penyebab kematian di antara anak-anak di seluruh dunia, namun anak dengan TB cenderung diberikan prioritas yang rendah di sebagian besar program kesehatan nasional dan diabaikan dalam epidemi ini. Anak TB sulit untuk mendiagnosa dengan metode diagnostik yang tersedia saat ini.
Anak yang terinfeksi TB cenderung
menularkan TB pada anak-anak lain. Namun, pasien TBC dewasa yang tidak diobati adalah sumber potensial infeksi TB untuk anak-anak. Hal ini penting untuk mengurangi kerentanan anak-anak terhadap TB dengan menelusuri semua kontak rumah tangga dan memperlakukan mereka serta anak.
Bacillus Calmette Guerin (BCG) vaksinasi telah menjadi metode pencegahan TB primer pada anak-anak. Namun relatif tidak efektif dalam mencegah bentuk infeksi TB.
Prinsip-prinsip dasar pengobatan dan direkomendasikan rejimen anti-TB standar untuk anak-anak adalah sama dengan yang untuk orang dewasa. Pengobatan untuk kebanyakan bentuk paru dan TB ekstra paru terdiri dari 6 bulan jangka pendek
rejimen kemoterapi dengan obat Rifampisin 4, Isoniazid, Pirazinamid dan Etambutol dalam fase intensif awal, diikuti oleh 2 obat-Rifampicin, Isoniazid dalam fase lanjutan.
OBAT ANTI TUBERKULOSIS
1. ISONIAZIDA (H)
Identitas. Sediaan dasarnya adalah tablet dengan nama generik Isoniazida 100 mg
dan 300 mg / tablet. Nama lain Isoniazida : Asam Nicotinathidrazida; Isonikotinilhidrazida;
INH
Dosis. Untuk pencegahan, dewasa 300 mg satu kali sehari, anak-anak 10 mg
per berat badan sampai 300 mg, satu kali sehari. Untuk pengobatan TB bagi
orang dewasa sesuai dengan petunjuk dokter / petugas kesehatan lainnya.
Umumnya dipakai bersama dengan obat anti tuberkulosis lainnya. Dalam
kombinasi biasa dipakai 300 mg satu kali sehari, atau 15 mg per kg berat
badan sampai dengan 900 mg, kadang kadang 2 kali atau 3 kali seminggu.
Untuk anak dengan dosis 10-20 mg per kg berat badan. Atau 20 – 40 mg per
kg berat badan sampai 900 mg, 2 atau 3 kali seminggu.
Indikasi. Obat ini diindikasikan untuk terapi semua bentuk tuberkulosis aktif,
disebabkan kuman yang peka dan untuk profilaksis orang berisiko tinggi
mendapatkan infeksi. Dapat digunakan tunggal atau bersama-sama dengan
antituberkulosis lain.
Kontraindikasi. Kontra indikasinya adalah riwayat hipersensistifitas atau
reaksi adversus, termasuk demam, artritis, cedera hati, kerusakan hati akut,
tiap etiologi : kehamilan(kecuali risiko terjamin).
Kerja Obat. Bersifat bakterisid, dapat membunuh 90% populasi kuman
dalam beberapa hari pertama pengobatan. Efektif terhadap kuman dalam
keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Mekanisme
kerja berdasarkan terganggunya sintesa mycolic acid, yang diperlukan untuk
membangun dinding bakteri.
Interaksi. Isoniazid adalah inhibitor kuat untuk cytochrome P-450
isoenzymes, tetapi mempunyai efek minimal pada CYP3A. Pemakaian
Isoniazide bersamaan dengan obat-obat tertentu, mengakibatkan
meningkatnya konsentrasi obat tersebut dan dapat menimbulkan risiko toksis.
Antikonvulsan seperti fenitoin dan karbamazepin adalah yang sangat
terpengaruh oleh isoniazid. Isofluran, parasetamol dan Karbamazepin,
menyebabkan hepatotoksisitas, antasida dan adsorben menurunkan
absopsi, sikloserin meningkatkan toksisitas pada SSP, menghambat
metabolisme karbamazepin, etosuksimid, diazepam, menaikkan kadar
plasma teofilin. Efek Rifampisin lebih besar dibanding efek isoniazid,
sehingga efek keseluruhan dari kombinasi isoniazid dan rifampisin adalah
berkurangnya konsentrasi dari obat-obatan tersebut seperti fenitoin dan
karbamazepin
Efek Samping. Efek samping dalam hal neurologi: parestesia, neuritis
perifer, gangguan penglihatan, neuritis optik, atropfi optik, tinitus, vertigo,
ataksia, somnolensi, mimpi berlebihan, insomnia, amnesia, euforia, psikosis
toksis, perubahan tingkah laku, depresi, ingatan tak sempurna, hiperrefleksia,
otot melintir, konvulsi. Hipersensitifitas demam, menggigil, eropsi kulit
(bentuk morbili,mapulo papulo, purpura, urtikaria), limfadenitis, vaskulitis,
keratitis. Hepatotoksik: SGOT dan SGPT meningkat, bilirubinemia, sakit
kuning, hepatitis fatal. Metaboliems dan endrokrin: defisiensi Vitamin B6,
pelagra, kenekomastia, hiperglikemia, glukosuria, asetonuria, asidosis
metabolik, proteinurea. Hematologi: agranulositosis, anemia aplastik, atau
hemolisis, anemia, trambositopenia. Eusinofilia, methemoglobinemia. Saluran
cerna: mual, muntah, sakit ulu hati, sembelit. Intoksikasi lain: sakit kepala,
takikardia, dispenia, mulut kering, retensi kemih (pria), hipotensi postura,
sindrom seperti lupus, eritemamtosus, dan rematik.
Peringatan/Perhatian Diperingatkan hati-hati jika menggunakan Isoniazid
pada sakit hati kronik, disfungsi ginjal, riwayat gangguan konvulsi. Perlu
dilakukan monitoring bagi peminum alkohol karena menyebabkan hepatitis,
penderita yang mengalami penyakit hati kronis aktif dan gagal ginjal,
penderita berusia lebih dari 35 tahun, kehamilan, pemakaian obat injeksi dan
penderita dengan seropositif HIV. Disarankan menggunakan Piridoksin 10-2
mg untuk mencegah reaksi adversus.
Overdosis. Gejala yang timbul 30 menit sampai 3 jam setelah pemakaian
berupa mual, muntah, kesulitan berbicara, gangguan penglihatan atau
halusinasi, tekanan pernafasan dan SSP, kadang kadang asidosis, asetonurea,
dan hiperglikemia pada pemeriksaan laboratorium.
2. RIFAMPISIN
Identitas. Sediaan dasar yang ada adalah tablet dan kapsul 300 mg, 450 mg,
600 mg
Dosis Untuk dewasa dan anak yang beranjak dewasa 600 mg satu kali sehari,
atau 600 mg 2 – 3 kali seminggu. Rifampisin harus diberikan bersama dengan
obat anti tuberkulosis lain. Bayi dan anak anak, dosis diberikan dokter /
tenaga kesehatan lain berdasarkan atas berat badan yang diberikan satu kali
sehari maupun 2-3 kali seminggu. Biasanya diberikan 7,5 – 15 mg per kg
berat badan. Anjuran Ikatan Dokter Anak Indonesia adalah 75 mg untuk anak
< 10 kg, 150 mg untuk 10 – 20 kg, dan 300 mg untuk 20 -33 kg.
Indikasi Di Indikasikan untuk obat antituberkulosis yang dikombinasikan
dengan antituberkulosis lain untuk terapi awal maupun ulang
Kerja Obat Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dormant yang
tidak dapat dibunuh oleh isoniazid. Mekanisme kerja, Berdasarkan
perintangan spesifik dari suatu enzim bakteri Ribose Nukleotida Acid (RNA)-
polimerase sehingga sintesis RNA terganggu.
Interaksi Interaksi obat ini adalah mempercepat metabolisme metadon,
absorpsi dikurangi oleh antasida, mempercepat metabolisme, menurunkan
kadar plasma dari dizopiramid, meksiletin, propanon dan kinidin,
mempercepat metabolisme kloramfenikol, nikumalon, warfarin, estrogen,
teofilin, tiroksin, anti depresan trisiklik, antidiabetik (mengurangi khasiat
klorpropamid, tolbutamid, sulfonil urea), fenitoin, dapson, flokonazol,
itrakonazol, ketokonazol, terbinafin, haloperidol, indinafir, diazepam,
atofakuon, betabloker(propanolol),diltiazem, nifedipin, verapamil, siklosprosin,
mengurangi khasiat glukosida jantung, mengurangi efek kostikosteroid,
flufastatin. Rifampisin adalah suatu enzyme inducer yang kuat untuk
cytochrome P-450
isoenzymes, mengakibatkan turunnya konsentrasi serum obat-obatan yang
dimetabolisme oleh isoenzyme tersebut. Obat obat tersebut mungkin perlu
ditingkatkan selama pengobatan TB, dan diturunkan kembali 2 minggu
setelah Rifampisin dihentikan. Obat-obatan yang berinteraksi: diantaranya :
protease inhibitor, antibiotika makrolid, levotiroksin, noretindron, warfarin,
siklosporin, fenitoin, verapamil, diltiazem, digoxin, nortriptilin, alprazolam,
diazepam, midazolam, triazolam dan beberapa obat lainnya.
Efek Samping Efek samping pada Saluran cerna ; rasa panas pada perut,
sakit epigastrik, mual, muntah, anoreksia, kembung, kejang perut, diare, SSP:
letih rasa kantuk, sakit kepala, ataksia, bingung, pening, tak mampu berfikir,
baal umum, nyeri pada anggota, otot kendor, gangguan penglihatan, ketulian
frekuensi rendah sementara ( jarang). Hipersensitifitas: demam, pruritis,
urtikaria, erupsi kulit, sariawan mulut dan lidah, eosinofilia, hemolisis,
hemoglobinuria, hematuria, insufiensi ginjal, gagal ginjal akut( reversibel).
Hematologi: trombositopenia, leukopenia transien, anemia, termasuk anemia
hemolisis. Intoksikasi lain: Hemoptisis, proteinurea rantai rendah, gangguan
menstruasi, sindrom hematoreal.
Peringatan/Perhatian Keamanan penggunaan selama kehamilan, dan pada
anak anak usia kurang 5 tahun belum ditetapkan. Hati hati penggunaan
pada : penyakit hati, riwayat alkoholisma, penggunaan bersamaan dengan
obat hepatotoksik lain.
Overdosis Gejala yang kadang kadang timbul adalah mual, muntah, sakit
perut, pruritus, sakit kepala, peningkatan bilirubin, coklat merah pada air seni,
kulit, air liur, air mata, buang air besar, hipotensi, aritmia ventrikular.
3. PIRAZINAMIDA
Identitas. Sediaan dasar Pirazinamid adalah Tablet 500 mg/tablet.
Dosis Dewasa dan anak sebanyak 15 – 30 mg per kg berat badan, satu kali
sehari. Atau 50 – 70 mg per kg berat badan 2 – 3 kali seminggu. Obat ini
dipakai bersamaan dengan obat anti tuberkulosis lainnya.
Indikasi Digunakan untuk terapi tuberkulosis dalam kombinasi dengan anti
tuberkulosis lain.
Kontraindikasi terhadap gangguan fungsi hati parah, porfiria,
hipersensitivitas.
Kerja Obat Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam
sel dengan suasana asam. Mekanisme kerja, berdasarkan pengubahannya
menjadi asam pyrazinamidase yang berasal dari basil tuberkulosa.
Efek Samping Efek samping hepatotoksisitas, termasuk demam anoreksia,
hepatomegali, ikterus; gagal hati; mual, muntah, artralgia, anemia
sideroblastik, urtikaria. Keamanan penggunaan pada anak-anak belum
ditetapkan. Hati-hati penggunaan pada: penderita dengan encok atau riwayat
encok keluarga atau diabetes melitus; dan penderita dengan fungsi ginjal tak
sempurna; penderita dengan riwayat tukak peptik.
Peringatan/Perhatian Hanya dipakai pada terapi kombinasi anti
tuberkulosis dengan pirazinamid , namun dapat dipakai secara tunggal
mengobati penderita yang telah resisten terhadap obat kombinasi. Obat ini
dapat menghambat ekskresi asam urat dari ginjal sehingga menimbulkan
hiperurikemia. Jadi penderita yang diobati pirazinamid harus dimonitor asam
uratnya.
Overdosis Data mengenai over dosis terbatas, namun pernah dilaporkan
adanya fungsi abnormal dari hati, walaupun akan hilang jika obat dihentikan.
4. ETAMBUTOL
Identitas. Sediaan dasarnya adalah tablet dengan nama generik Etambutol-
HCl 250 mg, 500 mg/tablet.
Dosis. Untuk dewasa dan anak berumur diatas 13 tahun, 15 -25 mg mg per
kg berat badan, satu kali sehari. Untuk pengobatan awal diberikan 15 mg / kg
berat badan, dan pengobatan lanjutan 25 mg per kg berat badan. Kadang
kadang dokter juga memberikan 50 mg per kg berat badan sampai total 2,5
gram dua kali seminggu. Obat ini harus diberikan bersama dengan obat anti
tuberkulosis lainnya. Tidak diberikan untuk anak dibawah 13 tahun dan bayi.
Indikasi. Etambutol digunakan sebagai terapi kombinasi tuberkulosis dengan
obat lain, sesuai regimen pengobatan jika diduga ada resistensi. Jika risiko
resistensi rendah, obat ini dapat ditinggalkan. Obat ini tidak dianjurkan untuk
anak-anak usia kurang 6 tahun, neuritis optik, gangguan visual.
Kontraindikasi. Hipersensitivitas terhadap etambutol seperti neuritis optik.
Kerja Obat. Bersifat bakteriostatik, dengan menekan pertumbuhan kuman
TB yang telah resisten terhadap Isoniazid dan streptomisin. Mekanisme kerja,
berdasarkan penghambatan sintesa RNA pada kuman yang sedang
membelah, juga menghindarkan terbentuknya mycolic acid pada dinding sel.
Interaksi. Garam Aluminium seperti dalam obat maag, dapat menunda dan
mengurangi absorpsi etambutol. Jika diperlukan garam alumunium agar
diberikan dengan jarak beberapa jam.
Efek Samping Efek samping yang muncul antara lain gangguan penglihatan
dengan penurunan visual, buta warna dan penyempitan lapangan pandang.
Gangguan awal penglihatan bersifat subjektif; bila hal ini terjadi maka
etambutol harus segera dihentikan. Bila segera dihentikan, biasanya fungsi
penglihatan akan pulih. Reaksi adversus berupa sakit kepala, disorientasi,
mual, muntah dan sakit perut.
Peringatan/Perhatian. Jika Etambutol dipakai, maka diperlukan
pemeriksaan fungsi mata sebelum pengobatan. Turunkan dosis pada
gangguan fungsi ginjal; usia lanjut; kehamilan; ingatkan penderita untuk
melaporkan gangguan penglihatan. Etambutol tidak diberikan kepada
penderita anak berumur dibawah umur 6 tahun, karena tidak dapat
menyampaikan reaksi yang mungkin timbul seperti gangguan penglihatan.
5. STREPTOMISIN
Identitas Sediaan dasar serbuk Streptomisin sulfat untuk Injeksi 1,5 gram /
vial berupa serbuk untuk injeksi yang disediakan bersama dengan Aqua Pro
Injeksi dan Spuit.
Dosis Obat ini hanya digunakan melalui suntikan intra muskular, setelah
dilakukan uji sensitifitas.Dosis yang direkomendasikan untuk dewasa adalah
15 mg per kg berat badan maksimum 1 gram setiap hari, atau 25 – 30 mg per
kg berat badan, maksimum 1,5 gram 2 – 3 kali seminggu. Untuk anak 20 – 40
mg per kg berat badan maksimum 1 gram satu kali sehari, atau 25 – 30 mg
per kg berat badan 2 – 3 kali seminggu. Jumlah total pengobatan tidak lebih
dari 120 gram.
Indikasi. Sebagai kombinasi pada pengobatan TB bersama isoniazid,
Rifampisin, dan pirazinamid, atau untuk penderita yang dikontra indikasi
dengan 2 atau lebih obat kombinasi tersebut.
Kontraindikasi hipersensitifitas terhadap streptomisin sulfat atau
aminoglikosida lainnya.
Kerja Obat Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang sedang
membelah. Mekanisme kerja berdasarkan penghambatan sintesa protein
kuman dengan jalan pengikatan pada RNA ribosomal.
Interaksi Interaksi dari Streptomisin adalah dengan kolistin, siklosporin,
Sisplatin menaikkan risiko nefrotoksisitas, kapreomisin, dan vankomisin
menaikkan ototoksisitas dan nefrotoksisitas, bifosfonat meningkatkan risiko
hipokalsemia, toksin botulinum meningkatkan hambatan neuromuskuler,
diuretika kuat meningkatkan risiko ototoksisitas, meningkatkan efek relaksan
otot yang non depolarising, melawan efek parasimpatomimetik dari
neostigmen dan piridostigmin.
Efek Samping Efek samping akan meningkat setelah dosis kumulatif 100 g,
yang hanya boleh dilampaui dalam keadaan yang sangat khusus.
Peringatan/Perhatian Peringatan untuk penggunaan Streptomisin : hati hati
pada penderita gangguan ginjal, Lakukan pemeriksaan bakteri tahan asam,
hentikan obat jika sudah negatif setelah beberapa bulan. Penggunaan
intramuskuler agar diawasi kadar obat dalam plasma terutama untuk
penderita dengan gangguan fungsi ginjal
6. Obat Anti Tuberkulosis untuk Tuberkulosis Resisten Majemuk
(multi-drug resistant tuberculosis =MDRTB)
Peningkatan prevalensi bakeri patogen yang resisten saat ini semakin banyak,
terutama karena penggunaan antibiotik yang tidak rasional baik oleh petugas
kesehatan maupun penderita sendiri. Hal ini menyebabkan beberapa orang
telah mulai diidentifikasi resisten terhadap obat antituberkulosis yang ada.
Memang belum banyak dilakukan penelitian tentang resisensi ini, namun
telah terjadi di beberapa Negara, termasuk di Indonesia. Temuan tentang
resistensi terhadap INH dan Rifampisin, yang cukup tinggi
seperti yang dilaporkan WHO, menuntut penggunaan obat anti tuberkulosis
generasi kedua ( Second lines anti-tuberculosis drugs)
WHO menganjurkan penggunaan obat obatan berikut dan diawasi langsung
oleh para ahli, yaitu :
Merek Komposisi
Rimstar 4 - FDC Tiap tablet salut selaput mengandung Rifampicin 150 mg + Isoniazid 75 mg + Etambutol Hidroklorida 275 mg + Pirazinamid 400 mg
Rimcure 3-FDC Tiap tablet salut selaput mengandung Rifampicin 150 mg + 75 mg + Isoniazid Pyrazinamide 400 mg
Rimactazid 450 Tiap tablet salut selaput mengandung Rifampicin 450 mg + Isoniazid 300 mg
Rimactazid 300 Tiap tablet salut selaput mengandung Rifampicin 300 mg + Isoniazid 150 mg
Rimactazid 150/75
Tiap tablet salut selaput mengandung Rifampicin 150 mg + 75 mg Isoniazid
Servambutol 400 Tiap tablet salut selaput mengandung Etambutol Hidroklorida 400 mg
PZA-CIBA 500 Tiap tablet dilapisi mengandung Pyrazinamide 500 mg
PENGOBATAN TBC
Pengobatan TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak menderita TBC) dan II (Terinfeksi TBC/test tuberkulin (+), tetapi tidak menderita TBC (gejala TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif) memerlukan pencegahan dengan pemberian INH 5–10 mg/kgbb/hari.
1. Pencegahan (profilaksis) primer
Anak yang kontak erat dengan penderita TBC BTA (+).
INH minimal 3 bulan walaupun uji tuberkulin (-).
Terapi profilaksis dihentikan bila hasil uji tuberkulin ulang menjadi (-) atau sumber
penularan TB aktif sudah tidak ada.
2. Pencegahan (profilaksis) sekunder
Anak dengan infeksi TBC yaitu uji tuberkulin (+) tetapi tidak ada gejala sakit TBC.
Profilaksis diberikan selama 6-9 bulan.
Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :
o Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir,
sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
o Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan
Kanamisin.
Dosis obat antituberkulosis (OAT)
Obat Dosis harian
(mg/kgbb/hari)
Dosis 2x/minggu
(mg/kgbb/hari)
Dosis 3x/minggu
(mg/kgbb/hari)
INH 5-15 (maks 300 mg) 15-40 (maks. 900 mg) 15-40 (maks. 900 mg)
Rifampisin 10-20 (maks. 600 mg) 10-20 (maks. 600 mg) 15-20 (maks. 600 mg)
Pirazinamid 15-40 (maks. 2 g) 50-70 (maks. 4 g) 15-30 (maks. 3 g)
Etambutol 15-25 (maks. 2,5 g) 50 (maks. 2,5 g) 15-25 (maks. 2,5 g)
Streptomisin 15-40 (maks. 1 g) 25-40 (maks. 1,5 g) 25-40 (maks. 1,5 g)
Sejak 1995, program Pemberantasan Penyakit TBC di Indonesia mengalami perubahan manajemen operasional, disesuaikan dengan strategi global yanng direkomendasikan oleh WHO. Langkah ini dilakukan untuk menindaklanjuti Indonesia � WHO joint Evaluation dan National Tuberkulosis Program in Indonesia pada April 1994. Dalam program ini, prioritas ditujukan pada peningkatan mutu pelayanan dan penggunaan obat yang rasional untuk memutuskan rantai penularan serta mencegah meluasnya resistensi kuman TBC di masyarakat. Program ini dilakukan dengan cara mengawasi pasien dalam menelan obat setiap hari,terutama pada fase awal pengobatan.
Strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1996 dan telah diimplementasikan secara meluas dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Sampai dengan tahun 2001, 98% dari populasi penduduk dapat mengakses pelayanan DOTS di puskesmas. Strategi ini diartikan sebagai "pengawasan langsung menelan obat jangka pendek oleh pengawas pengobatan" setiap hari.
Indonesia adalah negara high burden, dan sedang memperluas strategi DOTS dengan cepat, karenanya baseline drug susceptibility data (DST) akan menjadi alat pemantau dan indikator program yang amat penting. Berdasarkan data dari beberapa wilayah, identifikasi dan pengobatan TBC melalui Rumah Sakit mencapai 20-50% dari kasus BTA positif, dan lebih banyak lagi untuk kasus BTA negatif. Jika tidak bekerja sama dengan Puskesmas, maka banyak pasien yang didiagnosis oleh RS memiliki risiko tinggi dalam kegagalan pengobatan, dan mungkin menimbulkan kekebalan obat.
Akibat kurang baiknya penanganan pengobatan penderita TBC dan lemahnya implementasi strategi DOTS. Penderita yang mengidap BTA yang resisten terhadap OAT akan menyebarkan infeksi TBC dengan kuman yang bersifat MDR (Multi-drugs Resistant). Untuk kasus MDR-TB dibutuhkan obat lain selain obat standard pengobatan TBC yaitu obat fluorokuinolon seperti siprofloksasin, ofloxacin, levofloxacin (hanya sangat disayangkan bahwa obat ini tidak dianjurkan pada anak dalam masa pertumbuhan).
Pengobatan TBC pada orang dewasa Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari
(tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam
seminggu (tahap lanjutan).
Diberikan kepada:
o Penderita baru TBC paru BTA positif.
o Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.
Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada:
o Penderita kambuh.
o Penderita gagal terapi.
o Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada:
o Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.
Pengobatan TBC pada anak
Adapun dosis untuk pengobatan TBC jangka pendek selama 6 atau 9 bulan, yaitu:
1. 2HR/7H2R2 : INH+Rifampisin setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH
+Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 7 bulan (ditambahkan Etambutol bila
diduga ada resistensi terhadap INH).
2. 2HRZ/4H2R2 : INH+Rifampisin+Pirazinamid: setiap hari selama 2 bulan pertama,
kemudian INH+Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 4 bulan (ditambahkan
Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).
Pengobatan TBC pada anak-anak jika INH dan rifampisin diberikan bersamaan, dosis maksimal perhari INH 10 mg/kgbb dan rifampisin 15 mg/kgbb.
Dosis anak INH dan rifampisin yang diberikan untuk kasus:
TB tidak berat
INH : 5 mg/kgbb/hari
Rifampisin : 10 mg/kgbb/hari
TB berat (milier dan meningitis TBC)
INH : 10 mg/kgbb/hari
Rifampisin : 15 mg/kgbb/hari
Dosis prednison : 1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)