tbc pada anak
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tuberkulosis menjadi penyakit yang sangat diperhitungkan saat meningkatnya
morbiditas penduduk terutama di negara berkembang. Diperkirakan sepertiga populasi
di dunia terinfeksi Mycobacterium tuberculosis, organisme penyebab tuberkulosis,
sebesar 11% dialami oleh anak-anak dibawah 15 tahun. Penyakit TBC pada anak
masih merupakan masalah masyarakat terutama di negara-negara berkembang.
Indonesia merupakan negara dengan proporsi TBC nomor 3 (10%) setelah India
(30%) dan Cina (15%).
Penyakit TBC pada anak bisa timbul saat anak menghisap udara yang
mengandung kuman TBC atau mengalami kontak dengan orang yang mengidap
penyakit TBC. Beberapa gejala awal adalah gampang jatuh sakit, batuk terus menerus,
atau berat badan turun tanpa sebab. Berbeda dengan TBC dewasa, penyakit TBC pada
anak tidak menular. Pada TBC anak, kuman berkembang biak di kelenjar paru-paru.
Sementara pada TBC dewasa, kuman berada di paru-paru dan membuat lubang untuk
keluar melalui jalan napas. Pada saat batuk, percikan ludah tersebut mengandung
kuman. Ini yang biasanya terisap oleh anak-anak, lalu masuk ke paru-paru.
Tuberkulosis yang dialami anak bisa mempengaruhi bagian manapun. Umumnya
Tuberkulosis menyerang paru-paru dan kelenjar limpha. Bentuk TBC yang paling
berbahaya merusak otak sehingga menyebabkan tuberkulosis meningitis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Tuberkulosis (TBC)
2. Apa etiologi dari TBC
3. Bagaimana patofisiologi TBC
4. Apa dan bagaimana gambaran tuberkulosis pada anak
5. Apa saja faktor resiko TBC pada anak
6. Bagaimana cara mendiagnosis TBC pada anak
7. Apa saja gejala TBC pada anak
8. Apa perbedaan TBC anak dan dewasa
1
9. Bagaimana cara penanganan TBC pada anak
10. Apa asuhan keperawatan TBC pada anak
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mampu menjelaskan tentang TBC pada anak.
2. Mampu menjelaskan asuhan keperawatan TBC pada anak
3. Memenuhi tugas kelompok mata kuliah “Keperawatan Anak 1”
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Tuberkulosis (TBC)
TBC (tuberculosis) adalah penyakit menular yang langsung disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium tuberculosa). Sebagian besar kuman TBC ini menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2006).
Tuberkulosis adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tubeculosa, suatu basil aerobik tahan asam, yang ditularkan melalui
udara (Niluh Gede Yasmin Asih, 2004).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim
paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meninges,
ginjal, tulang, dan nodus limfe. ( Brunner & Suddarth, 2002).
Dari pengertian tersebut diatas penulis menyimpulkan bahwa TBC adalah adalah
infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosa
yang sebagian besar menyerang paru, tapi dapat juga menyerang bagian tubuh lainnya
yang dapat ditularkan melalui udara.
2.2 Etiologi TBC
Seperti yang telah disebutkan bahwa penyakit TBC merupakan suatu penyakit
yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk
batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam
(BTA). Mikroorganisme ini juga bersifat aerob yaitu menyukai daerah yang banyak
oksigen. Oleh karena itu, M.tuberculosis senang tinggal di daeraah aspeks paru-paru
yang kandungannya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk
penyakit tuberkulosis.
Selain karena bakteri penyebab utama, faktor lingkungan yang lembab,
kurangnya sinar matahari pada suatu ruang dan kurangnya sirkulasi udara juga sangat
berperan dalam penyebaran bakteri mikobakterium tuberkulosa ini sehingga sangat
mudah menjangkiti bagi orang yang hidup dalam lingkungan yang tidak sehat.
3
2.3 Patofisiologi TBC
Skema patofisiologi TBC
a. Tuberkulosis Primer
Infeksi tuberculosis ini kebanyakan terjadi melalui udara yaitu melalui
droplet yang mengandung kuman baksil tuberkel yang berasal dari organ
infeksius. Droplet mengkontaminasi paru dengan implantasi paru pada alveolus.
Bila partikel tehisap oleh orang sehat akan menempel pada jalan nafas atau paru.
Bila kuman ini menetap di jaringan paru maka akan tumbuh dan berkembang biak
dalam sitoplasma makrofag dan akan membentuk sarang tuberkulosis pneumonia
kecil yang disebut sarang primer. Dari sarang primer ini akan timbul peradangan
saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal) dan diikuti kelenjar getah
benang hilus. Sarang primer + limfangitis lokal + limfadenitis regional akan
membentuk komplek primer.
4
Komplek primer selanjutnya
Sembuh tanpa cacat.
Sembuh dengan sedikit bekas berupa garis fibrotik, kalsifikasi ke hilus atau
komplek ghon.
Komplikasi dan menyebar ke daerah sekitarnya secara brokogen, limfogen,
dan hematogen.
2 Tuberkulosis post primer
Kuman yang dominan pada tuberculosis primer akan muncul bertahun tahun
kemudian sebagai infeksi endogen. Tuberkulosis ini dimulai dengan sarang dini
yang berlokasi di regio atas paru paru, invasinya ke daerah parenkim paru. Dilihat
dari jumlah kuman, virulensi dan imunitas penderita, sarang dini dapat menjadi :
Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa cacat
Sarang meluas dan menyembuh dengan sebutan jarimham fibrosan
Meluas dan membentuk cavitas. Dari cavitas ini dapat:
- Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru
- Memadat dan membungkus sehingga menjadi tuberkilosis
- Bersih dan sembuh
2.4 Tuberkulosis Pada Anak
Penyakit tuberkulosis atau TBC yang menjakiti anak dapat dikatakan berbeda
dengan TBC pada orang dewasa. TBC pada anak masih sulit untuk diidentifikasi
dibandingkan dengan pengidentifikasian TBC pada orang dewasa.
Virus TBC memang dapat ditularkan melalui udara. Lebih tepatnya melalui
percikan dahak yang sampai kepada orang lain. Pada anak-anak, mereka memang
sangat rentan untuk tertular penyakit ini jika orang dewasa yang dekat atau ada
disekitar mereka telah terinfeksi virus TBC. Gejala penyakit TBC pada anak lebih
sulit untuk diketahui. Tak semua gejala umum mengenai penyakit ini yang
ditunjukkan oleh anak menyatakan bahwa anak positif terjangkit penyakit ini. hal
inilah yang membuat banyak anak yang terserang virus TBC ini lambat untuk
ditangani.
Beberapa gejala umum yang ditunjukkan anak ketika terserang virus ini adalah
demam tinggi. Anak mengalami demam tinggi lalu sembuh kemudian demam lagi dan
sembuh lagi selama berulang-ulang dalam kurun waktu yang telah lama. Anak juga
5
mengalami penurunan berat badan. Perkembangan dan pertumbuhan enak terhambat
atau bahkan tidak menunjukkan perkembangan.
Perbedaan lain TBC yang menjakiti anak adalah penyakit ini tidak menular
kepada anak lain. Namun dapat dikatakan lebih menakutkan. Virus TBC yang
menyerang penyakit ini sangat rawan untuk menyebar tak hanya di sekitar sistem
pernapasan anak. Namun dapat juga menyerang tulang, mata, juga otak. Jika sudah
menyerang pada otak, maka anak dapat mengalami cacat, tidak dapat sembuh dan
berkembang dengsn normal dan juga mengalami kesulitan ketika bicara.
2.5 Faktor Resiko
Terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya infeksi TB maupun
timbulnya penyakit TB pada anak. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi faktor resiko
infeksi dan faktor progresi infeksi menjadi penyakit (resiko penyakit).
1. Faktor infeksi TBC
Faktor resiko terjadinya infeksi TB antara lain adalah anak terpajan dengan
orang dewasa dengan TB aktif (kontak TB positif), daerah endemis, kemiskinan,
lingkungan yang tidak sehat, tempat penampungan umum (panti asuhan, penjara,
atau panti perawatan lain) yang banyak terdapat pasien TBC dewasa aktif.
Risiko timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih
tinggi jika pasien dewasa tersebut mempunyai BTA sputum positif, infiltrat luas
atau kavitas pada lobus atas, produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif
dan kuat, serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat terutama sirkulasi
udara yang kurang baik.
Pasien TB anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang
dewasa di sekitarnya. Hal ini dikarenakan kuman TB sangat jarang ditemukan di
dalam sekret endobronkial pasien anak. Hal tersebut karena:
a. Jumlah kuman pada TB anak biasanya sedikit (paucibacillary), tetapi
karena imunitas anak masih lemah jumlah yang sedikit tersebut sudah
mampu menyebabkan sakit.
b. Lokasi infeksi primer yang kemudian berkembang menjadi sakit TB
primer biasanya terjadi di daerah parenkim yang jauh dari bronkus,
sehingga tidak terjadi produksi sputum.
6
c. Sedikitnya atau tidak ada produksi sputum dan tidak terdapatnya reseptor
batuk di daerah parenkim menyebabkan jarangnya gejala batuk pada TB
anak.
2. Resiko sakit TBC
Anak yang telah terinfeksi TBC tidak selalu mengalami sakit TBC. Berikut
ini adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan berkembangnya infeksi TBC
menjadi sakit TBC.
a. Usia
Anak berusia ≤ 5 tahun mempunyai risiko lebih besar mengalami progresi
infeksi menjadi sakit TB karena imunitas selulernya belum berkembang
sempurna (imatur). Akan tetapi, risiko sakit TB ini akan berkurang secara
bertahap seiring dengan pertambahan usia. Anak berusia < 5 tahun
memiliki risiko lebih tinggi mengalami TB diseminata (seperti TB milier
dan meningitis TB). Pada bayi, rentang waktu antara terjadinya infeksi dan
timbulnya sakit TB singkat (kurang dari 1 tahun) dan biasanya timbul gejala
yang akut.
b. Infeksi baru yang ditandai dengan adanya konversi uji tuberkulin (dari
negatif menjadi positif) dalam 1 tahun terakhir.
c. Sosial ekonomi yang rendah, kepadatan hunian, penghasilan yang kurang,
pengangguran, pendidikan yang rendah.
d. Faktor lain yaitu malnutrisi, imunokompromais (misalnya pada infeksi
HIV, keganasan, transplantasi organ dan pengobatan imunosupresi).
e. Virulensi dari M. Tuberculosis dan dosis infeksinya.
2.6 Diagnosis TB pada anak
Diagnosis paling tepat untuk menentukan penyakit TBC adalah dengan
ditemukannya kuman TB pada penderita, misalnya sputum, bilas lambung, biopsi, dan
lain-lain. Jumlah kuman TB di sekret bronkus pasien anak lebih sedikit daripada
dewasa karena lokasi kerusakan jaringan TB paru primer terletak di kelenjar limfe
hilus dan parenkim paru bagian perifer. Selain itu tingkat kerusakan parenkim paru
tidak seberat pada dewasa. Kuman BTA baru dapat dilihat dengan mikroskop bila
jumlahnya paling sedikit 5.000 kuman dalam 1 ml dahak.
7
Kesulitan kedua, pengambilan spesimen/sputum sulit dilakukan. Pada anak,
walaupun batuknya berdahak, biasanya dahak akan ditelan sehingga diperlukan
bilasan lambung yang diambil melalui NGT. Dahak yang representatif untuk
dilakukan pemeriksaan mikroskopis adalah dahak yang kental dan purulen, berwarna
hijau kekuningan dengan volume 3-5 ml.
Karena alasan di atas, diagnosis TB anak bergantung pada penemuan klinis dan
radiologis yang keduanya seringkali tidak spesifik. Kadang-kadang TB anak
ditemukan karena adanya TB dewasa di sekitarnya. Diagnosis TB anak ditentukan
berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang seperti uji tuberkulin positif,
dan foto paru yang mengarah pada TB (sugestif TB) merupakan bukti kuat yang
menyatakan anak telah sakit TB.
2.7 Gejala TBC pada Anak
Gejala umum TBC pada anak :
1. Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas, dan tidak
naik dalam 1 bulan meskipun sudah mendapatkan penanganan gizi yang baik
(failure to thrive).
2. Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak
naik (failure to thrive) dengan adekuat.
3. Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi
saluran nafas akut), dapat disertai keringat malam.
4. Pembesaran kelenjar limfe bawah kulit yang tidak sakit. Biasanya ganda, paling
sering didaerah leher, ketiak dan lipatan paha (inguinal).
5. Gejala-gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lama lebih dari 30 hari (setelah
disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri dada.
6. Gejala-gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh
dengan pengobatan diare, benjolan (massa) di rongga perut, dan tanda-tanda
cairan dalam rongga perut.
8
Gejala spesifik
Gejala-gejala ini biasanya muncul tergantung dari bagian tubuh mana yang
terserang, misalnya:
1. TBC kulit/skrofuloderma
2. TBC tulang dan sendi:
tulang punggung (spondilitis): gibbus
tulang panggul (koksitis): pincang, pembengkakan di pinggul
tulang lutut: pincang dan/atau bengkak
tulang kaki dan tangan
3. TBC otak dan saraf
Meningitis: dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-muntah dan kesadaran
menurun.
4. Gejala mata
conjunctivitis phlyctenularis
tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi)
2.8 Perbedaan TBC Anak dan Dewasa
1. TBC anak lokasinya pada setiap bagian paru, sedangkan pada dewasa di daerah
apeks dan infra klavikuler.
2. Terjadi pembesaran kelenjar limfe regional sedangkan pada dewasa tanpa
pembesaran kelenjar limfe regional.
3. Penyembuhan dengan perkapuran sedangkan pada dewasa dengan fibrosis.
4. Lebih banyak terjadi penyebaran hematogen, pada dewasa jarang.
2.9 Penatalaksanaan TBC pada Anak
Beberapa hal penting dalam penatalaksanaan TB anak adalah:
1. Obat TB diberikan dalam paduan obat tidak boleh diberikan dalam monoterapi
2. Pemberian gizi yang kuat
3. Mencari penyakit penyerta dan jika ada ditatlaksana secara simultan.
Tatalaksana medikamentosa TB anak terdiri dari terapi (pengobatan) dan profilaksis
(pencegahan). Terapi TB diberikan pada anak yang sakit TB, sedangkan profilaksis
TB diberikan pada anak yang kontak TB (profilaksis primer atau anak yang terinfeksi
TB tanpa sakit TB).
A. Pengobatan TBC anak
9
Prinsip dasar terapi TB adalah minimal 3 macam obat dan diberikan dalam
waktu relatif lama (6-12 bulan). Pengobatan TB dibagi dalam 2 fase yaitu :
1. Fase intensif (2 bulan) : mengeradikasi kuman dengan 3 macam obat : INH,
Rifampisim dan Pirazinamid.
2. Fase pemeliharaan (4 bulan) : akan memberikan efek sterilisasi untuk
mencegah terjadinya relap: menggunakan 2 macam obat : INH & Rifampicin.
Pengobatan ini ditujukan untuk mencegah terjadinya resistensi obat dan untuk
membunuh kuman intraseluler dan ekstraseluler.
Prinsip pengobatan TBC pada anak
1. Kombinasi lebih dari satu macam obat. Hal ini untuk mencegah terjadinya
resistensi terhadap obat.
2. Jangka panjang, teratur, dan tidak terputus. Hal ini merupakan masalah kadar
kepatuhan pasien.
3. Obat diberikan secara teratur tiap hari.
Obat TBC pada anak
Regimen dasar pengobatan TBC adalah kombinasi INH dan Rifampicin
selama 6 bulan dengan Pirazinamid pada 2 bulan pertama. Pada TBC berat dan
ekstrapulmonal biasanya pengobatan dimulai dengan kombinasi 4-5 obat selama
2 bulan (ditambah Etambutol dan Streptomisin), dilanjutkan dengan INH dan
Rifampicin selama 4-10 bulan sesuai perkembangan klinis.
Obat yang digunakan pada TBC anak
OBAT SEDIAAN DOSIS
(mg/kg BB)
DOSIS MAKS EFEK
SAMPING
INH Tablet 100 mg
Tablet 300 mg
Sirup 10 mg/ml
5 – 15 mg 300 mg Hepatitis,
neuritis perifer
hipersensitif
Rifampicim
(RIF)
Kapsul/ kaplet
150,300,450,600
Sirup 20 mg/ml
10 - 15 600 mg Urine/sekret
merah hepatitis,
mual flulike
reaktion
Pirazinamid
(PZA)
Tablet 500 mg 25 – 35 2 g Hepatitis
hipersensitif
Etambutol
(EMB)
Tablet 500 mg 15 – 20 2,5 g Neurilis optika
ggn visus /warna
10
ggn saluran
cerna
Streptomisin
(SM)
Injeksi 15 - 40 1 gram Ototoksis
nefrotokis
B. Pencegahan TBC pada anak
1. Perlindungan terhadap sumber penularan. Prioritas pengobatan sekarang
ditujukan terhadap orang dewasa. Akan tetapi seperti yang telah diterangkan
sebelumnya bahwa TBC anak yang tidak mendapat pengobatan akhirnya
menjadi TBC dewasa dan akan menjadi sumber penularan.
2. Vaksinasi BCG
Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin) vaksin berbentuk beku kering yang
mengandung mycobacterium bovis hidup yang sudah dilemahkan. Vaksin
BCG diberikan untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosa atau
untuk mencegah penyakit TBC. Vaksin BCG dianjurkan agar diberikan
kepada bayi saat berusia 1-3 bulan, apabila diberikan pada anak usia diatas 3
bulan maka dianjurkan untuk uji sensitivitas terhadap mikobakteria, atau uji
tuberculin dulu (mantoux test). Apabila hasilnya positif terinfeksi sebelum
imunisasi, maka pembentukan antibody setelah diimunisasi kurang maksimal.
3. Kemoprofilaksis primer maupun sekunder
a. Kemoprofilaksis primer diberikan pada anak yang belum terinfeksi (uji
tuberculin negative), tetapi kontak dengan penderita TBC aktif. Obat yang
digunakan adalah INH 5-10 mg/kgBB/hari selama 2-3 bulan.
b. Kemoprofilaksis sekunder diberikan pada anak dengan uji tuberculin
positif, tanpa gejala klinis, dan foto paru normal, tetapi memiliki faktor
risiko menjadi TBC aktif. Golongan ini adalah balita, anak yang mendapat
pengobatan kortikosteroid atau imuosupresan lain, penderita dengan
keganasan, terinfeksi virus (HIV, morbili), gizi buruk, masa akil balik,
atau infeksi baru TNC, konversi uji tuberculin kurang dari 12 bulan. Obat
yang digunakan adalah INH 5-10mg/kgBB/hari selama 6-12 bulan.
4. Pengobatan terhadap infeksi dan penemuan sumber penularan.
5. Pencegahan terhadap menghebatnya penyakit dengan diagnosis dini.
6. Penyuluhan dan pendidikan kesehatan.
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TBC PADA ANAK
12
3.1 Pengkajian
A. Keluhan utama
a) Nyeri dada yang disertai sesak kemungkinan emboli paru, infark miokard,
atau penyakit pleura.
b) Batuk yang disertai sesak, khususnya sputum purulen mungkin disebabkan
oleh infeksi napas atau proses radang kronik.
c) Demam dan menggigil mendukung adanya suatu infeksi.
B. Riwayat perjalanan penyakit
a) Pola aktivitas dan istirahat
Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas
pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.
Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap,
lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 -410C)
hilang timbul.
b) Pola nutrisi
Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak
subkutan.
c) Respirasi
Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent,
mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar
bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau
fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan
pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan
fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
d) Rasa nyaman/nyeri
Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri
bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
3.2 Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : saat bernapas ada bagian yang tertinggal atau tidak, ada tonjolan atau
tidak, dan sebagainya.
13
Palpasi : meningkatnya fremitus menandakan adanya konsolidasi.
Perkusi : normal adalah sonor; hipersonor ditemukan pada hiperinflasi paru; dan
redup ditemukan pada konsolidasi paru/efusi pleura.
Auskultasi : berkurangnya intensitas saluran napas pada kedua bidang paru
menunjukkan adanya obstruksi saluran napas; ronki kasar dan nyaring sesuai
dengan obstruksi parsial/penyempitan saluran napas; ronki basah halus terdengar
pada parenkim paru yang berisi cairan.
3.3 Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes mantoux atau uji tuberkulin
Karena tanda-tanda dan gejala TB pada anak sangat sulit dideteksi, satu-
satunya cara untuk memastikan anak terinfeksi oleh kuman TB, adalah melalui uji
Tuberkulin (tes Mantoux). Tes Mantoux ini hanya menunjukkan apakah
seseorang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis atau tidak, dan sama sekali
bukan untuk menegakkan diagnosa atas penyakit TB. Sebab, tidak semua orang
yang terinfeksi kuman TB lalu menjadi sakit TB.
Uji ini dilakukan dengan cara menyuntikkan sejumlah kecil (0,1 ml) kuman
TBC, yang telah dimatikan dan dimurnikan, ke dalam lapisan atas (lapisan
dermis) kulit pada lengan bawah. Lalu, 48 sampai 72 jam kemudian, tenaga
medis harus melihat hasilnya untuk diukur. Yang diukur adalah indurasi
(tonjolan keras tapi tidak sakit) yang terbentuk, bukan warna kemerahannya
(erythema). Ukuran dinyatakan dalam milimeter, bukan centimeter. Bahkan bila
ternyata tidak ada indurasi, hasil tetap harus ditulis sebagai 0 mm.
2. Foto rontgen
Kelainan Roentgen akibat penyakit ini dapat berlokasi di mana saja dalam
paru-paru, namun sarang dalam parenkim paru-paru sering disertai oleh
pembesaran kelenjar limfe regional (kompleks primer). Foto Rontgen thoraks
tidak dapat digunakan sebagai alat diagnostik tunggal.
3. Pemeriksaan bakteriologis
Merupakan diagnosis pasti bila ditemukan kuman basil tahan asam, tetapi sulit
pada bayi dan anak. Bahan pemeriksaan dapat diambil dari sputum (pada anak
besar), bilasan lambung pagi hari atau dari cairan lain : LCS, cairan pleura, cairan
pericardium. Pemeriksaan dapat dilakukan cara BTA, biakan, PCR, serologi, dan
lain-lain.
14
4. Pemeriksaan fungsi paru
Pada umumnya fungsi paru tak terganggu kecuali pada bronkhiektasis hebat.
Pemeriksaan ini perlu dilakukan pada TBC anak yang memerlukan tindakan
operatif.
5. Tes darah
Tidak banyak membantu. Laju endap darah meninggi pada keadaan aktif dan
kronik. Pada stadium akut bisa terjadi leukositosis dengan sel polimorfonuklear,
yang meningkat selanjutnya limfositosis. Gambaran hematologik dapat
membantu mengamati perjalanan penyakitnya. Gambaran darah yang normal,
tidak / belum dapat menyingkirkan diagnosis tuberkulosis.
6. Pemeriksaan terhadap sumber penularan
Dicari sumber infeksi baik dari keluarga maupun orang lain, dilakukan
pemeriksaan sputum, foto paru, pemeriksaan darah. Bila positif sebaiknya
diisolasi untuk mengurangi kontak dan dilakukan pengobatan.
3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan adanya sekret, kelemahan
2. Gangguan Pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi
3. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan : Daya tahan tubuh menurun,
malnutrisi, proses inflamasi, Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman.
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan : Batuk yang sering,
adanya produksi sputum, Anoreksia.
5. Defisit pengetahuan keluarga tentang proses infeksi
3.5 Intervensi
1. Diagnosa 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya
sekret.
Tujuan: Mempertahankan jalan napas pasien. Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.
Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas. Berpartisipasi
dalam program pengobatan sesuai kondisi. Mengidentifikasi potensial komplikasi
dan melakukan tindakan tepat.
Intervensi Rasional
a. Kaji ulang fungsi pernapasan: Penurunan bunyi napas indikasi
15
bunyi napas, kecepatan, irama,
kedalaman dan penggunaan otot
aksesori.
atelektasis, ronki indikasi akumulasi
secret/ketidakmampuan membersihkan
jalan napas sehingga otot aksesori
digunakan dan kerja pernapasan
meningkat
b. Catat kemampuan untuk
mengeluarkan secret atau batuk
efektif, catat karakter, jumlah
sputum, adanya hemoptisis.
Pengeluaran sulit bila sekret tebal,
sputum berdarah akibat kerusakan paru
atau luka bronchial yang memerlukan
evaluasi/intervensi lanjut.
c. Berikan pasien posisi semi atau
Fowler, Bantu/ajarkan batuk efektif
dan latihan napas dalam.
Meningkatkan ekspansi paru, ventilasi
maksimal membuka area atelektasis dan
peningkatan gerakan sekret agar mudah
dikeluarkan.
d. Bersihkan sekret dari mulut dan
trakea, suction bila perlu.
Mencegah obstruksi/aspirasi. Suction
dilakukan bila pasien tidak mampu
mengeluarkan sekret.
e. Pertahankan intake cairan minimal
2500 ml/hari kecuali
kontraindikasi.
Membantu mengencerkan secret
sehingga mudah dikeluarkan.
f. Berikan cairan tambahan, misalnya
IV, oksigen humidifikasi .
Cairan diperlkukan untuk menggantikan
kehilangan (termasuk yang tidak
tampak) dan memobilisasikan sekret.
g. Kolaborasi pemberian obat: agen
mukolitik, bronkodilator,
kortikosteroid sesuai indikasi.
Menurunkan kekentalan sekret,
lingkaran ukuran lumen trakeabronkial,
berguna jika terjadi hipoksemia pada
kavitas yang luas.
2. Diagnosa 2 : Gangguan Pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi.
Tujuan : Anak akan mengalami pengurangan batuk dan dispnea.
16
Intervensi Rasional
a. Berikan oksigen humidifier bagi
anak dengan dispnea
Dispnea masih dapat terjadi, hingga
pemberian obat kemoterapi dimulai
untuk mendapatkan efeknya, O2
humidifier mengurangi dipsnea dan
meningkatkan oksigenasi.
b. Tinggikan bagian kepala tempat
tidur
Peninggian kepala menyebabkan otot
diafragma mengembang
c. Berikan obat batuk ekspektoran
sesuai kebutuhan
ekspektoran membantu mengeluarkan
mukus
3. Diagnosa 3 : Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan : Daya tahan tubuh
menurun, malnutrisi, proses inflamasi, Kurang pengetahuan tentang infeksi
kuman.
Tujuan : Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko
penyebaran infeksi. Menunjukkan/melakukan perubahan pola hidup untuk
meningkatkan lingkungan yang. aman.
Intervensi Rasional
a. Review patologi penyakit fase
aktif/tidak aktif, menyebarnya
infeksi melalui bronkhus pada
jaringan sekitarnya atau melalui
aliran darah atau sistem limfe dan
potensial infeksi melalui batuk,
bersin, tertawa, atau menyanyi.
Membantu klien agar klien mau
mengerti dan menerima terhadap
terapi yang diberikan untuk mencegah
komplikasi.
b. Mengidentifikasi orang-orang yang
beresiko untuk terjadinya infeksi
seperti anggota keluarga, teman,
orang dalam satu perkumpulan.
Memberitahukan kepada mereka
untuk mempersiapkan diri untuk
Pengetahuan dan terapi dapat
meminimalkan kerentanan terjadinya
penyebaran.
17
mendapatkan terapi pencegahan.
c. Anjurkan klien menampung
dahaknya jika batuk
Kebiasaan ini untuk mencegah
terjadinya penularan infeksi.
d. Gunakan masker setiap melakukan
tindakan
Masker dapat mengurangi resiko
penyebaran infeksi
e. Monitor temperatur untuk mengetahui adanya indikasi
terjadinya infeksi. Febris merupakan
indikasi terjadinya infeksi
f. Kolaborasi Pemberian terapi untuk
anak
Kerja sama akan mempercepat proses
penyembuhan
g. Monitor sputum BTA. Klien
dengan 3 kali pemeriksaan BTA
negatif, terapi diteruskan sampai
batas waktu yang ditentukan.
Pemantauan untuk terapi yang akan
dilaksanakan selanjutnya
4. Diagnosa 4 : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan : Batuk
yang sering, adanya produksi sputum, Anoreksia
Tujuan : Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai
laboratoriurn normal dan bebas tanda malnutrisi. Melakukan perubahan pola
hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan berat badan yang tepat.
Intervensi Rasional
a. Kaji nafsu makan anak dan
fasilitasi anak dengan menyediakan
makanan yang menarik dan hangat.
Dapat menjadi dasar dalam melakukan
pendekatan pada anak saat memberi
makan sehingga anak akan dapat
meningkatkan nafsu makannya.
b. Ijinkan anak untuk memperbaiki
kualitas gizi pada saat selera makan
memungkinkan anak akan
mengkomsumsi makanan ektra sebagai
18
anak meningkat. tambahan suplay nutrisi.
c. Berikan makanan yang disertai
dengan suplemen nutrisi untuk
meningkatkan kualitas intake
nutrisi.
dalam mengobati penyakit
tuberkulosis diperlukan gizi yang
cukup sehingga pemberian makanan
dengan diet tinggi protein dan kalori
sangan diperlukan.
d. Kolaburasi untuk pemberian nutrisi
parenteral jika kebutuhan nutrisi
melalui oral tidak mencukupi
kebutuhan gizi anak.
pemberian makanan parenteral sangat
perlu dilakukan jika anak tidak
menelan makanan atau muntah yang
terus menerus.
e. Menilai indikator terpenuhinya
kebutuhan nutrisi (berat badan,
lingkar lengan dan membran
mukosa)
indikator penilaian status nutrisi dapat
menentukan jumlah nutrisi yang
dibutuhkan oleh anak.
f. Menganjurkan kepada orang tua
untuk memberikan makanan
dengan porsi kecil tetapi sering.
porsi kecil tetapi sering
memungkinkan anak dapat
mengkomsumsi makanan dengan
cukup.
g. Menimbang berat badan setiap hari
pada waktu yang sama dan dengan
skala yang sama.
untuk memantau status gizi atau
perbaikan gizi anak.
h. Mempertahankan kebersihan mulut
anak.
dapat meningkatkan nafsu makan
anak.
i. Menjelaskan pentingnya intake
nutrsisi yanga dekuat untuk
penyembuhan penyakit.
pendidikan kesehatan tentang nutrisi
akan membuat orang tua dapat
berpartisipasi dalam memberikan gizi
yang baik bagi anaknya.
5. Diagnosa 5 : Defisit pengetahuan tentang proses infeksi berhubungan dengan
kurang sumber informasi.
Tujuan : Keluarga dapat mengekspresikan pemahamannya tentang proses
penyakit dan pengobatan.
Intervensi Pengobatan
19
a. Ajarkan orang tua dan anak
tentang penularan dan pengobatan
TBC, misalnya buat orang tua,
hendaknya menghindari anak dekat
dengan orang dewasa yang terkena
tuberkulosa sedangkan buat anak
sarankan untuk melakukan
pengobatan sampai selesai dan
patuh dalam minum obat
Pemahaman bagaimana penularan TBC
dan penanganannya membantu
mengurangi kecemasan dan
peningkatan kepatuhan terhadap
pengobatan, prosedur isolasi dan
pengobatan yang diberikan.
b. Ajarkan orang tua dan anak (jika
tepat) bagaimana memberikan
pengobatan (contoh: antibiotik),
berapa lama terapi pengobatan
harus dijalani, dan apa yang terjadi
jira anak tidak manjelani tuntas
pengobatannya.
Pemahaman bagaimana memberikan
pengobatan dan risiko bila pengobatan
dihentikan di awal akan meningkatkan
kepatuhan.
3.6 Evaluasi
1. Keefektifan bersihan jalan napas
2. Fungsi pernapasan adekuat untuk mernenuhi kebutuhan individu.
3. Perilaku/pola hidup berubah untuk mencegah penyebaran infeksi.
4. Kebutuhan nutrisi adekuat, berat badan meningkat dan tidak terjadi malnutrisi.
5. Pemahaman tentang proses penyakit/prognosis dan program pengobatan dan
perubahan perilaku untuk memperbaiki kesehatan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tuberkulosis (TB atau TBC) pada anak memang berbeda dengan TB pada orang
dewasa. TB pada anak menginfeksi primer di parenkim paru yang tidak menyebabkan
20
refleks batuk, sehingga jarang ditemukan gejala khas TB seperti batuk berdahak.Pada
parenkim paru ini juga kuman cenderung lebih sedikit, maka TB tidak menular antara
sesama anak. TB sangat mudah menular dari orangtua ke anak, tapi TB tidak menular
dari anak ke anak.
TBC adalah penyakit serius yang gampang menular secara langsung melalui
udara. Anak-anak dengan kekebalan tubuh buruk paling rentan tertular TB dari orang
dewasa yang positif TB. Tapi TB tidak menular antara sesama anak.
Gejala yang sering timbul antara lain demam yang biasanya terlalu tinggi dan
hilang timbul dalam jangka waktu lama. Sedangkan, tanda-tanda yang tidak terlalu
spesifik antara lain berat badan turun tanpa sebab jelas, nafsu makan tidak ada, gagal
tumbuh, pembesaran kelenjar limfa yang tidak sakit, batuk lama lebih dari tiga
minggu, serta diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare. Kerap kali
anak terlambat ditangani.
Diagnosis TB pada anak tidak bisa dilakukan dengan uji dahak (sputum test),
karena memang jarang pasien TB anak mengalami batuk berdahak. Selain itu, foto
roentgen pada anak juga tidak bisa memberikan diagnosa yang tepat. Maka diperlukan
uji Tuberkulin atau uji Mantoux.
Untuk pengobatan TB pada anak menggunakan tiga macam obat, yaitu INH,
Rifampicin dan Pirazinamide. Pemberian obat INH dan Rifampicin selama dua bulan,
dan Pirazinamide selama empat bulan, sehingga minimal pemberian obat sama
dengan orang dewasa, yaitu enam bulan.
4.2 Saran
1. Ciptakan lingkungan yang bersih dan sehat agar terhindar dari kuman TBC.
2. Jika ada anggota keluarga yang mengidap TBC segera lakukan pengobatan secara
intensif hingga tuntas.
3. Perhatikan gizi anak sehingga daya tahan tubuhnya baik.
4. Segera bawa anak ke dokter bila terdapat gejala klinis TBC.
5. Berikan vaksinasi BCG pada anak.
6. Sebagai seorang tenaga kesehatan, mampu memberikan pelayanan yang tepat
bagi pasien TBC khususnya pada pasien anak.
21
22