tbc pada anak

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuberkulosis menjadi penyakit yang sangat diperhitungkan saat meningkatnya morbiditas penduduk terutama di negara berkembang. Diperkirakan sepertiga populasi di dunia terinfeksi Mycobacterium tuberculosis, organisme penyebab tuberkulosis, sebesar 11% dialami oleh anak-anak dibawah 15 tahun. Penyakit TBC pada anak masih merupakan masalah masyarakat terutama di negara-negara berkembang. Indonesia merupakan negara dengan proporsi TBC nomor 3 (10%) setelah India (30%) dan Cina (15%). Penyakit TBC pada anak bisa timbul saat anak menghisap udara yang mengandung kuman TBC atau mengalami kontak dengan orang yang mengidap penyakit TBC. Beberapa gejala awal adalah gampang jatuh sakit, batuk terus menerus, atau berat badan turun tanpa sebab. Berbeda dengan TBC dewasa, penyakit TBC pada anak tidak menular. Pada TBC anak, kuman berkembang biak di kelenjar paru-paru. Sementara pada TBC dewasa, kuman berada di paru-paru dan membuat lubang untuk keluar melalui jalan napas. Pada saat batuk, percikan ludah tersebut mengandung kuman. Ini yang biasanya terisap oleh anak-anak, lalu masuk ke paru- paru. Tuberkulosis yang dialami anak bisa mempengaruhi bagian manapun. Umumnya Tuberkulosis menyerang paru-paru 1

Upload: oksssss

Post on 21-May-2017

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tbc Pada Anak

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tuberkulosis menjadi penyakit yang sangat diperhitungkan saat meningkatnya

morbiditas penduduk terutama di negara berkembang. Diperkirakan sepertiga populasi

di dunia terinfeksi Mycobacterium tuberculosis, organisme penyebab tuberkulosis,

sebesar 11% dialami oleh anak-anak dibawah 15 tahun. Penyakit TBC pada anak

masih merupakan masalah masyarakat terutama di negara-negara berkembang.

Indonesia merupakan negara dengan proporsi TBC nomor 3 (10%) setelah India

(30%) dan Cina (15%).

Penyakit TBC pada anak bisa timbul saat anak menghisap udara yang

mengandung kuman TBC atau mengalami kontak dengan orang yang mengidap

penyakit TBC. Beberapa gejala awal adalah gampang jatuh sakit, batuk terus menerus,

atau berat badan turun tanpa sebab. Berbeda dengan TBC dewasa, penyakit TBC pada

anak tidak menular. Pada TBC anak, kuman berkembang biak di kelenjar paru-paru.

Sementara pada TBC dewasa, kuman berada di paru-paru dan membuat lubang untuk

keluar melalui jalan napas. Pada saat batuk, percikan ludah tersebut mengandung

kuman. Ini yang biasanya terisap oleh anak-anak, lalu masuk ke paru-paru.

Tuberkulosis yang dialami anak bisa mempengaruhi bagian manapun. Umumnya

Tuberkulosis menyerang paru-paru dan kelenjar limpha. Bentuk TBC yang paling

berbahaya merusak otak sehingga menyebabkan tuberkulosis meningitis.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Tuberkulosis (TBC)

2. Apa etiologi dari TBC

3. Bagaimana patofisiologi TBC

4. Apa dan bagaimana gambaran tuberkulosis pada anak

5. Apa saja faktor resiko TBC pada anak

6. Bagaimana cara mendiagnosis TBC pada anak

7. Apa saja gejala TBC pada anak

8. Apa perbedaan TBC anak dan dewasa

1

Page 2: Tbc Pada Anak

9. Bagaimana cara penanganan TBC pada anak

10. Apa asuhan keperawatan TBC pada anak

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mampu menjelaskan tentang TBC pada anak.

2. Mampu menjelaskan asuhan keperawatan TBC pada anak

3. Memenuhi tugas kelompok mata kuliah “Keperawatan Anak 1”

2

Page 3: Tbc Pada Anak

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Tuberkulosis (TBC)

TBC (tuberculosis) adalah penyakit menular yang langsung disebabkan oleh

kuman TB (Mycobacterium tuberculosa). Sebagian besar kuman TBC ini menyerang

paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2006).

Tuberkulosis adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh

Mycobacterium tubeculosa, suatu basil aerobik tahan asam, yang ditularkan melalui

udara (Niluh Gede Yasmin Asih, 2004).

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim

paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meninges,

ginjal, tulang, dan nodus limfe. ( Brunner & Suddarth, 2002).

Dari pengertian tersebut diatas penulis menyimpulkan bahwa TBC adalah adalah

infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosa

yang sebagian besar menyerang paru, tapi dapat juga menyerang bagian tubuh lainnya

yang dapat ditularkan melalui udara.

2.2 Etiologi TBC

Seperti yang telah disebutkan bahwa penyakit TBC merupakan suatu penyakit

yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk

batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam

(BTA). Mikroorganisme ini juga bersifat aerob yaitu menyukai daerah yang banyak

oksigen. Oleh karena itu, M.tuberculosis senang tinggal di daeraah aspeks paru-paru

yang kandungannya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk

penyakit tuberkulosis.

Selain karena bakteri penyebab utama, faktor lingkungan yang lembab,

kurangnya sinar matahari pada suatu ruang dan kurangnya sirkulasi udara juga sangat

berperan dalam penyebaran bakteri mikobakterium tuberkulosa ini sehingga sangat

mudah menjangkiti bagi orang yang hidup dalam lingkungan yang tidak sehat.

3

Page 4: Tbc Pada Anak

2.3 Patofisiologi TBC

Skema patofisiologi TBC

a. Tuberkulosis Primer

Infeksi tuberculosis ini kebanyakan terjadi melalui udara yaitu melalui

droplet yang mengandung kuman baksil tuberkel yang berasal dari organ

infeksius. Droplet mengkontaminasi paru dengan implantasi paru pada alveolus.

Bila partikel tehisap oleh orang sehat akan menempel pada jalan nafas atau paru.

Bila kuman ini menetap di jaringan paru maka akan tumbuh dan berkembang biak

dalam sitoplasma makrofag dan akan membentuk sarang tuberkulosis pneumonia

kecil yang disebut sarang primer. Dari sarang primer ini akan timbul peradangan

saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal) dan diikuti kelenjar getah

benang hilus. Sarang primer + limfangitis lokal + limfadenitis regional akan

membentuk komplek primer.

4

Page 5: Tbc Pada Anak

Komplek primer selanjutnya

Sembuh tanpa cacat.

Sembuh dengan sedikit bekas berupa garis fibrotik, kalsifikasi ke hilus atau

komplek ghon.

Komplikasi dan menyebar ke daerah sekitarnya secara brokogen, limfogen,

dan hematogen.

2 Tuberkulosis post primer

Kuman yang dominan pada tuberculosis primer akan muncul bertahun tahun

kemudian sebagai infeksi endogen. Tuberkulosis ini dimulai dengan sarang dini

yang berlokasi di regio atas paru paru, invasinya ke daerah parenkim paru. Dilihat

dari jumlah kuman, virulensi dan imunitas penderita, sarang dini dapat menjadi :

Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa cacat

Sarang meluas dan menyembuh dengan sebutan jarimham fibrosan

Meluas dan membentuk cavitas. Dari cavitas ini dapat:

- Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru

- Memadat dan membungkus sehingga menjadi tuberkilosis

- Bersih dan sembuh

2.4 Tuberkulosis Pada Anak

Penyakit tuberkulosis atau TBC yang menjakiti anak dapat dikatakan berbeda

dengan TBC pada orang dewasa. TBC pada anak masih sulit untuk diidentifikasi

dibandingkan dengan pengidentifikasian TBC pada orang dewasa.

Virus TBC memang dapat ditularkan melalui udara. Lebih tepatnya melalui

percikan dahak yang sampai kepada orang lain. Pada anak-anak, mereka memang

sangat rentan untuk tertular penyakit ini jika orang dewasa yang dekat atau ada

disekitar mereka telah terinfeksi virus TBC. Gejala penyakit TBC pada anak lebih

sulit untuk diketahui. Tak semua gejala umum mengenai penyakit ini yang

ditunjukkan oleh anak menyatakan bahwa anak positif terjangkit penyakit ini. hal

inilah yang membuat banyak anak yang terserang virus TBC ini lambat untuk

ditangani.

Beberapa gejala umum yang ditunjukkan anak ketika terserang virus ini adalah

demam tinggi. Anak mengalami demam tinggi lalu sembuh kemudian demam lagi dan

sembuh lagi selama berulang-ulang dalam kurun waktu yang telah lama. Anak juga

5

Page 6: Tbc Pada Anak

mengalami penurunan berat badan. Perkembangan dan pertumbuhan enak terhambat

atau bahkan tidak menunjukkan perkembangan.

Perbedaan lain TBC yang menjakiti anak adalah penyakit ini tidak menular

kepada anak lain. Namun dapat dikatakan lebih menakutkan. Virus TBC yang

menyerang penyakit ini sangat rawan untuk menyebar tak hanya di sekitar sistem

pernapasan anak. Namun dapat juga menyerang tulang, mata, juga otak. Jika sudah

menyerang pada otak, maka anak dapat mengalami cacat, tidak dapat sembuh dan

berkembang dengsn normal dan juga mengalami kesulitan ketika bicara.

2.5 Faktor Resiko

Terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya infeksi TB maupun

timbulnya penyakit TB pada anak. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi faktor resiko

infeksi dan faktor progresi infeksi menjadi penyakit (resiko penyakit).

1. Faktor infeksi TBC

Faktor resiko terjadinya infeksi TB antara lain adalah anak terpajan dengan

orang dewasa dengan TB aktif (kontak TB positif), daerah endemis, kemiskinan,

lingkungan yang tidak sehat, tempat penampungan umum (panti asuhan, penjara,

atau panti perawatan lain) yang banyak terdapat pasien TBC dewasa aktif.

Risiko timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih

tinggi jika pasien dewasa tersebut mempunyai BTA sputum positif, infiltrat luas

atau kavitas pada lobus atas, produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif

dan kuat, serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat terutama sirkulasi

udara yang kurang baik.

Pasien TB anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang

dewasa di sekitarnya. Hal ini dikarenakan kuman TB sangat jarang ditemukan di

dalam sekret endobronkial pasien anak. Hal tersebut karena:

a. Jumlah kuman pada TB anak biasanya sedikit (paucibacillary), tetapi

karena imunitas anak masih lemah jumlah yang sedikit tersebut sudah

mampu menyebabkan sakit.

b. Lokasi infeksi primer yang kemudian berkembang menjadi sakit TB

primer biasanya terjadi di daerah parenkim yang jauh dari bronkus,

sehingga tidak terjadi produksi sputum.

6

Page 7: Tbc Pada Anak

c. Sedikitnya atau tidak ada produksi sputum dan tidak terdapatnya reseptor

batuk di daerah parenkim menyebabkan jarangnya gejala batuk pada TB

anak.

2. Resiko sakit TBC

Anak yang telah terinfeksi TBC tidak selalu mengalami sakit TBC. Berikut

ini adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan berkembangnya infeksi TBC

menjadi sakit TBC.

a. Usia

Anak berusia ≤ 5 tahun mempunyai risiko lebih besar mengalami progresi

infeksi menjadi sakit TB karena imunitas selulernya belum berkembang

sempurna (imatur). Akan tetapi, risiko sakit TB ini akan berkurang secara

bertahap seiring dengan pertambahan usia. Anak berusia < 5 tahun

memiliki risiko lebih tinggi mengalami TB diseminata (seperti TB milier

dan meningitis TB). Pada bayi, rentang waktu antara terjadinya infeksi dan

timbulnya sakit TB singkat (kurang dari 1 tahun) dan biasanya timbul gejala

yang akut.

b. Infeksi baru yang ditandai dengan adanya konversi uji tuberkulin (dari

negatif menjadi positif) dalam 1 tahun terakhir.

c. Sosial ekonomi yang rendah, kepadatan hunian, penghasilan yang kurang,

pengangguran, pendidikan yang rendah.

d. Faktor lain yaitu malnutrisi, imunokompromais (misalnya pada infeksi

HIV, keganasan, transplantasi organ dan pengobatan imunosupresi).

e. Virulensi dari M. Tuberculosis dan dosis infeksinya.

2.6 Diagnosis TB pada anak

Diagnosis paling tepat untuk menentukan penyakit TBC adalah dengan

ditemukannya kuman TB pada penderita, misalnya sputum, bilas lambung, biopsi, dan

lain-lain. Jumlah kuman TB di sekret bronkus pasien anak lebih sedikit daripada

dewasa karena lokasi kerusakan jaringan TB paru primer terletak di kelenjar limfe

hilus dan parenkim paru bagian perifer. Selain itu tingkat kerusakan parenkim paru

tidak seberat pada dewasa. Kuman BTA baru dapat dilihat dengan mikroskop bila

jumlahnya paling sedikit 5.000 kuman dalam 1 ml dahak.

7

Page 8: Tbc Pada Anak

Kesulitan kedua, pengambilan spesimen/sputum sulit dilakukan. Pada anak,

walaupun batuknya berdahak, biasanya dahak akan ditelan sehingga diperlukan

bilasan lambung yang diambil melalui NGT. Dahak yang representatif untuk

dilakukan pemeriksaan mikroskopis adalah dahak yang kental dan purulen, berwarna

hijau kekuningan dengan volume 3-5 ml.

Karena alasan di atas, diagnosis TB anak bergantung pada penemuan klinis dan

radiologis yang keduanya seringkali tidak spesifik. Kadang-kadang TB anak

ditemukan karena adanya TB dewasa di sekitarnya. Diagnosis TB anak ditentukan

berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang seperti uji tuberkulin positif,

dan foto paru yang mengarah pada TB (sugestif TB) merupakan bukti kuat yang

menyatakan anak telah sakit TB.

2.7 Gejala TBC pada Anak

Gejala umum TBC pada anak :

1. Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas, dan tidak

naik dalam 1 bulan meskipun sudah mendapatkan penanganan gizi yang baik

(failure to thrive).

2. Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak

naik (failure to thrive) dengan adekuat.

3. Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi

saluran nafas akut), dapat disertai keringat malam.

4. Pembesaran kelenjar limfe bawah kulit yang tidak sakit. Biasanya ganda, paling

sering didaerah leher, ketiak dan lipatan paha (inguinal).

5. Gejala-gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lama lebih dari 30 hari (setelah

disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri dada.

6. Gejala-gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh

dengan pengobatan diare, benjolan (massa) di rongga perut, dan tanda-tanda

cairan dalam rongga perut.

8

Page 9: Tbc Pada Anak

Gejala spesifik

Gejala-gejala ini biasanya muncul tergantung dari bagian tubuh mana yang

terserang, misalnya:

1. TBC kulit/skrofuloderma

2. TBC tulang dan sendi:

tulang punggung (spondilitis): gibbus

tulang panggul (koksitis): pincang, pembengkakan di pinggul

tulang lutut: pincang dan/atau bengkak

tulang kaki dan tangan

3. TBC otak dan saraf

Meningitis: dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-muntah dan kesadaran

menurun.

4. Gejala mata

conjunctivitis phlyctenularis

tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi)

2.8 Perbedaan TBC Anak dan Dewasa

1. TBC anak lokasinya pada setiap bagian paru, sedangkan pada dewasa di daerah

apeks dan infra klavikuler.

2. Terjadi pembesaran kelenjar limfe regional sedangkan pada dewasa tanpa

pembesaran kelenjar limfe regional.

3. Penyembuhan dengan perkapuran sedangkan pada dewasa dengan fibrosis.

4. Lebih banyak terjadi penyebaran hematogen, pada dewasa jarang.

2.9 Penatalaksanaan TBC pada Anak

Beberapa hal penting dalam penatalaksanaan TB anak adalah:

1. Obat TB diberikan dalam paduan obat tidak boleh diberikan dalam monoterapi

2. Pemberian gizi yang kuat

3. Mencari penyakit penyerta dan jika ada ditatlaksana secara simultan.

Tatalaksana medikamentosa TB anak terdiri dari terapi (pengobatan) dan profilaksis

(pencegahan). Terapi TB diberikan pada anak yang sakit TB, sedangkan profilaksis

TB diberikan pada anak yang kontak TB (profilaksis primer atau anak yang terinfeksi

TB tanpa sakit TB).

A. Pengobatan TBC anak

9

Page 10: Tbc Pada Anak

Prinsip dasar terapi TB adalah minimal 3 macam obat dan diberikan dalam

waktu relatif lama (6-12 bulan). Pengobatan TB dibagi dalam 2 fase yaitu :

1. Fase intensif (2 bulan) : mengeradikasi kuman dengan 3 macam obat : INH,

Rifampisim dan Pirazinamid.

2. Fase pemeliharaan (4 bulan) : akan memberikan efek sterilisasi untuk

mencegah terjadinya relap: menggunakan 2 macam obat : INH & Rifampicin.

Pengobatan ini ditujukan untuk mencegah terjadinya resistensi obat dan untuk

membunuh kuman intraseluler dan ekstraseluler.

Prinsip pengobatan TBC pada anak

1. Kombinasi lebih dari satu macam obat. Hal ini untuk mencegah terjadinya

resistensi terhadap obat.

2. Jangka panjang, teratur, dan tidak terputus. Hal ini merupakan masalah kadar

kepatuhan pasien.

3. Obat diberikan secara teratur tiap hari.

Obat TBC pada anak

Regimen dasar pengobatan TBC adalah kombinasi INH dan Rifampicin

selama 6 bulan dengan Pirazinamid pada 2 bulan pertama. Pada TBC berat dan

ekstrapulmonal biasanya pengobatan dimulai dengan kombinasi 4-5 obat selama

2 bulan (ditambah Etambutol dan Streptomisin), dilanjutkan dengan INH dan

Rifampicin selama 4-10 bulan sesuai perkembangan klinis.

Obat yang digunakan pada TBC anak

OBAT SEDIAAN DOSIS

(mg/kg BB)

DOSIS MAKS EFEK

SAMPING

INH Tablet 100 mg

Tablet 300 mg

Sirup 10 mg/ml

5 – 15 mg 300 mg Hepatitis,

neuritis perifer

hipersensitif

Rifampicim

(RIF)

Kapsul/ kaplet

150,300,450,600

Sirup 20 mg/ml

10 - 15 600 mg Urine/sekret

merah hepatitis,

mual flulike

reaktion

Pirazinamid

(PZA)

Tablet 500 mg 25 – 35 2 g Hepatitis

hipersensitif

Etambutol

(EMB)

Tablet 500 mg 15 – 20 2,5 g Neurilis optika

ggn visus /warna

10

Page 11: Tbc Pada Anak

ggn saluran

cerna

Streptomisin

(SM)

Injeksi 15 - 40 1 gram Ototoksis

nefrotokis

B. Pencegahan TBC pada anak

1. Perlindungan terhadap sumber penularan. Prioritas pengobatan sekarang

ditujukan terhadap orang dewasa. Akan tetapi seperti yang telah diterangkan

sebelumnya bahwa TBC anak yang tidak mendapat pengobatan akhirnya

menjadi TBC dewasa dan akan menjadi sumber penularan.

2. Vaksinasi BCG

Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin) vaksin berbentuk beku kering yang

mengandung mycobacterium bovis hidup yang sudah dilemahkan. Vaksin

BCG diberikan untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosa atau

untuk mencegah penyakit TBC. Vaksin BCG dianjurkan agar diberikan

kepada bayi saat berusia 1-3 bulan, apabila diberikan pada anak usia diatas 3

bulan maka dianjurkan untuk uji sensitivitas terhadap mikobakteria, atau uji

tuberculin dulu (mantoux test). Apabila hasilnya positif terinfeksi sebelum

imunisasi, maka pembentukan antibody setelah diimunisasi kurang maksimal.

3. Kemoprofilaksis primer maupun sekunder

a. Kemoprofilaksis primer diberikan pada anak yang belum terinfeksi (uji

tuberculin negative), tetapi kontak dengan penderita TBC aktif. Obat yang

digunakan adalah INH 5-10 mg/kgBB/hari selama 2-3 bulan.

b. Kemoprofilaksis sekunder diberikan pada anak dengan uji tuberculin

positif, tanpa gejala klinis, dan foto paru normal, tetapi memiliki faktor

risiko menjadi TBC aktif. Golongan ini adalah balita, anak yang mendapat

pengobatan kortikosteroid atau imuosupresan lain, penderita dengan

keganasan, terinfeksi virus (HIV, morbili), gizi buruk, masa akil balik,

atau infeksi baru TNC, konversi uji tuberculin kurang dari 12 bulan. Obat

yang digunakan adalah INH 5-10mg/kgBB/hari selama 6-12 bulan.

4. Pengobatan terhadap infeksi dan penemuan sumber penularan.

5. Pencegahan terhadap menghebatnya penyakit dengan diagnosis dini.

6. Penyuluhan dan pendidikan kesehatan.

11

Page 12: Tbc Pada Anak

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TBC PADA ANAK

12

Page 13: Tbc Pada Anak

3.1 Pengkajian

A. Keluhan utama

a) Nyeri dada yang disertai sesak kemungkinan emboli paru, infark miokard,

atau penyakit pleura.

b) Batuk yang disertai sesak, khususnya sputum purulen mungkin disebabkan

oleh infeksi napas atau proses radang kronik.

c) Demam dan menggigil mendukung adanya suatu infeksi.

B. Riwayat perjalanan penyakit

a) Pola aktivitas dan istirahat

Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas

pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.

Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap,

lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 -410C)

hilang timbul.

b) Pola nutrisi

Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.

Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak

subkutan.

c) Respirasi

Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.

Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent,

mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar

bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau

fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan

pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan

fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).

d) Rasa nyaman/nyeri

Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.

Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri

bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.

3.2 Pemeriksaan Fisik

Inspeksi : saat bernapas ada bagian yang tertinggal atau tidak, ada tonjolan atau

tidak, dan sebagainya.

13

Page 14: Tbc Pada Anak

Palpasi : meningkatnya fremitus menandakan adanya konsolidasi.

Perkusi : normal adalah sonor; hipersonor ditemukan pada hiperinflasi paru; dan

redup ditemukan pada konsolidasi paru/efusi pleura.

Auskultasi : berkurangnya intensitas saluran napas pada kedua bidang paru

menunjukkan adanya obstruksi saluran napas; ronki kasar dan nyaring sesuai

dengan obstruksi parsial/penyempitan saluran napas; ronki basah halus terdengar

pada parenkim paru yang berisi cairan.

3.3 Pemeriksaan Diagnostik

1. Tes mantoux atau uji tuberkulin

Karena tanda-tanda dan gejala TB pada anak sangat sulit dideteksi, satu-

satunya cara untuk memastikan anak terinfeksi oleh kuman TB, adalah melalui uji

Tuberkulin (tes Mantoux). Tes Mantoux ini hanya menunjukkan apakah

seseorang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis atau tidak, dan sama sekali

bukan untuk menegakkan diagnosa atas penyakit TB. Sebab, tidak semua orang

yang terinfeksi kuman TB lalu menjadi sakit TB.

Uji ini dilakukan dengan cara menyuntikkan sejumlah kecil (0,1 ml) kuman

TBC, yang telah dimatikan dan dimurnikan, ke dalam lapisan atas (lapisan

dermis) kulit pada lengan bawah. Lalu, 48 sampai 72 jam kemudian, tenaga

medis harus melihat hasilnya untuk diukur. Yang diukur adalah indurasi

(tonjolan keras tapi tidak sakit) yang terbentuk, bukan warna kemerahannya

(erythema). Ukuran dinyatakan dalam milimeter, bukan centimeter. Bahkan bila

ternyata tidak ada indurasi, hasil tetap harus ditulis sebagai 0 mm.

2. Foto rontgen

Kelainan Roentgen akibat penyakit ini dapat berlokasi di mana saja dalam

paru-paru, namun sarang dalam parenkim paru-paru sering disertai oleh

pembesaran kelenjar limfe regional (kompleks primer). Foto Rontgen thoraks

tidak dapat digunakan sebagai alat diagnostik tunggal.

3. Pemeriksaan bakteriologis

Merupakan diagnosis pasti bila ditemukan kuman basil tahan asam, tetapi sulit

pada bayi dan anak. Bahan pemeriksaan dapat diambil dari sputum (pada anak

besar), bilasan lambung pagi hari atau dari cairan lain : LCS, cairan pleura, cairan

pericardium. Pemeriksaan dapat dilakukan cara BTA, biakan, PCR, serologi, dan

lain-lain.

14

Page 15: Tbc Pada Anak

4. Pemeriksaan fungsi paru

Pada umumnya fungsi paru tak terganggu kecuali pada bronkhiektasis hebat.

Pemeriksaan ini perlu dilakukan pada TBC anak yang memerlukan tindakan

operatif.

5. Tes darah

Tidak banyak membantu. Laju endap darah meninggi pada keadaan aktif dan

kronik. Pada stadium akut bisa terjadi leukositosis dengan sel polimorfonuklear,

yang meningkat selanjutnya limfositosis. Gambaran hematologik dapat

membantu mengamati perjalanan penyakitnya. Gambaran darah yang normal,

tidak / belum dapat menyingkirkan diagnosis tuberkulosis.

6. Pemeriksaan terhadap sumber penularan

Dicari sumber infeksi baik dari keluarga maupun orang lain, dilakukan

pemeriksaan sputum, foto paru, pemeriksaan darah. Bila positif sebaiknya

diisolasi untuk mengurangi kontak dan dilakukan pengobatan.

3.4 Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan adanya sekret, kelemahan

2. Gangguan Pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi

3. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan : Daya tahan tubuh menurun,

malnutrisi, proses inflamasi, Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman.

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan : Batuk yang sering,

adanya produksi sputum, Anoreksia.

5.  Defisit pengetahuan keluarga tentang proses infeksi

3.5 Intervensi

1. Diagnosa 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya

sekret.

Tujuan: Mempertahankan jalan napas pasien. Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.

Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas. Berpartisipasi

dalam program pengobatan sesuai kondisi. Mengidentifikasi potensial komplikasi

dan melakukan tindakan tepat.

Intervensi Rasional

a. Kaji  ulang fungsi pernapasan: Penurunan bunyi napas indikasi

15

Page 16: Tbc Pada Anak

bunyi napas, kecepatan, irama,

kedalaman dan penggunaan otot

aksesori.

atelektasis, ronki indikasi akumulasi

secret/ketidakmampuan membersihkan

jalan napas sehingga otot aksesori

digunakan dan kerja pernapasan

meningkat

b. Catat kemampuan untuk

mengeluarkan secret atau batuk

efektif, catat karakter, jumlah

sputum, adanya hemoptisis.

Pengeluaran sulit bila sekret tebal,

sputum berdarah akibat kerusakan paru

atau luka bronchial yang memerlukan

evaluasi/intervensi lanjut.

c. Berikan pasien posisi semi atau

Fowler, Bantu/ajarkan batuk efektif

dan latihan napas dalam. 

Meningkatkan ekspansi paru, ventilasi

maksimal membuka area atelektasis dan

peningkatan gerakan sekret agar mudah

dikeluarkan.

d. Bersihkan sekret dari mulut dan

trakea, suction bila perlu. 

Mencegah obstruksi/aspirasi. Suction

dilakukan bila pasien tidak mampu

mengeluarkan sekret.

e. Pertahankan intake cairan minimal

2500 ml/hari kecuali

kontraindikasi. 

Membantu mengencerkan secret

sehingga mudah dikeluarkan.

f. Berikan cairan tambahan, misalnya

IV, oksigen humidifikasi .

Cairan diperlkukan untuk menggantikan

kehilangan (termasuk yang tidak

tampak) dan memobilisasikan sekret.

g. Kolaborasi pemberian obat: agen

mukolitik, bronkodilator,

kortikosteroid sesuai indikasi.

Menurunkan kekentalan sekret,

lingkaran ukuran lumen trakeabronkial,

berguna jika terjadi hipoksemia pada

kavitas yang luas.

2. Diagnosa 2 : Gangguan Pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi.

Tujuan : Anak akan mengalami pengurangan batuk dan dispnea.

16

Page 17: Tbc Pada Anak

Intervensi Rasional

a. Berikan oksigen humidifier bagi

anak dengan dispnea

Dispnea masih dapat terjadi, hingga

pemberian obat kemoterapi dimulai

untuk mendapatkan efeknya, O2

humidifier mengurangi dipsnea dan

meningkatkan oksigenasi.

b. Tinggikan bagian kepala tempat

tidur

Peninggian kepala menyebabkan otot

diafragma mengembang

c. Berikan obat batuk ekspektoran

sesuai kebutuhan

ekspektoran membantu mengeluarkan

mukus

3. Diagnosa 3 : Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan : Daya tahan tubuh

menurun, malnutrisi, proses inflamasi, Kurang pengetahuan tentang infeksi

kuman.

Tujuan : Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko

penyebaran infeksi. Menunjukkan/melakukan perubahan pola hidup untuk

meningkatkan lingkungan yang. aman.

Intervensi Rasional

a. Review patologi penyakit fase

aktif/tidak aktif, menyebarnya

infeksi melalui bronkhus pada

jaringan sekitarnya atau melalui

aliran darah atau sistem limfe dan

potensial infeksi melalui batuk,

bersin, tertawa, atau menyanyi.

Membantu klien agar klien mau

mengerti dan menerima terhadap

terapi yang diberikan untuk mencegah

komplikasi.

b. Mengidentifikasi orang-orang yang

beresiko untuk terjadinya infeksi

seperti anggota keluarga, teman,

orang dalam satu perkumpulan.

Memberitahukan kepada mereka

untuk mempersiapkan diri untuk

Pengetahuan dan terapi dapat

meminimalkan kerentanan terjadinya

penyebaran.

17

Page 18: Tbc Pada Anak

mendapatkan terapi pencegahan.

c. Anjurkan klien menampung

dahaknya jika batuk

Kebiasaan ini untuk mencegah

terjadinya penularan infeksi.

d.  Gunakan masker setiap melakukan

tindakan

Masker dapat mengurangi resiko

penyebaran infeksi

e. Monitor temperatur untuk mengetahui adanya indikasi

terjadinya infeksi. Febris merupakan

indikasi terjadinya infeksi

f. Kolaborasi Pemberian terapi untuk

anak

Kerja sama akan mempercepat proses

penyembuhan

g. Monitor sputum BTA. Klien

dengan 3 kali pemeriksaan BTA

negatif, terapi diteruskan sampai

batas waktu yang ditentukan.

Pemantauan untuk terapi yang akan

dilaksanakan selanjutnya

4. Diagnosa 4 : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan : Batuk

yang sering, adanya produksi sputum, Anoreksia

Tujuan : Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai

laboratoriurn normal dan bebas tanda malnutrisi. Melakukan perubahan pola

hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan berat badan yang tepat.

Intervensi Rasional

a. Kaji nafsu makan anak dan

fasilitasi anak dengan menyediakan

makanan yang menarik dan hangat.

Dapat menjadi dasar dalam melakukan

pendekatan pada anak saat memberi

makan sehingga anak akan dapat

meningkatkan nafsu makannya.

b. Ijinkan anak untuk memperbaiki

kualitas gizi pada saat selera makan

memungkinkan anak akan

mengkomsumsi makanan ektra sebagai

18

Page 19: Tbc Pada Anak

anak meningkat. tambahan suplay nutrisi.

c. Berikan makanan yang disertai

dengan suplemen nutrisi untuk

meningkatkan kualitas intake

nutrisi.

dalam mengobati penyakit

tuberkulosis diperlukan gizi yang

cukup sehingga pemberian makanan

dengan diet tinggi protein dan kalori

sangan diperlukan.

d. Kolaburasi untuk pemberian nutrisi

parenteral jika kebutuhan nutrisi

melalui oral tidak mencukupi

kebutuhan gizi anak.

pemberian makanan parenteral sangat

perlu dilakukan jika anak tidak

menelan makanan atau muntah yang

terus menerus.

e. Menilai indikator terpenuhinya

kebutuhan nutrisi (berat badan,

lingkar lengan dan membran

mukosa)

indikator penilaian status nutrisi dapat

menentukan jumlah nutrisi yang

dibutuhkan oleh anak.

f. Menganjurkan kepada orang tua

untuk memberikan makanan

dengan porsi kecil tetapi sering.

porsi kecil tetapi sering

memungkinkan anak dapat

mengkomsumsi makanan dengan

cukup.

g. Menimbang berat badan setiap hari

pada waktu yang sama dan dengan

skala yang sama.

untuk memantau status gizi atau

perbaikan gizi anak.

h. Mempertahankan kebersihan mulut

anak.

dapat meningkatkan nafsu makan

anak.

i. Menjelaskan pentingnya intake

nutrsisi yanga dekuat untuk

penyembuhan penyakit.

pendidikan kesehatan tentang nutrisi

akan membuat orang tua dapat

berpartisipasi dalam memberikan gizi

yang baik bagi anaknya.

5. Diagnosa 5 : Defisit pengetahuan tentang proses infeksi berhubungan dengan

kurang sumber informasi.

Tujuan : Keluarga dapat mengekspresikan pemahamannya tentang proses

penyakit dan pengobatan.

Intervensi Pengobatan

19

Page 20: Tbc Pada Anak

a. Ajarkan orang tua dan anak

tentang penularan dan pengobatan

TBC, misalnya buat orang tua,

hendaknya menghindari anak dekat

dengan orang dewasa yang terkena

tuberkulosa sedangkan buat anak

sarankan untuk melakukan

pengobatan sampai selesai dan

patuh dalam minum obat

Pemahaman bagaimana penularan TBC

dan penanganannya membantu

mengurangi kecemasan dan

peningkatan kepatuhan terhadap

pengobatan, prosedur isolasi dan

pengobatan yang diberikan.

b. Ajarkan orang tua dan anak (jika

tepat) bagaimana memberikan

pengobatan (contoh: antibiotik),

berapa lama terapi pengobatan

harus dijalani, dan apa yang terjadi

jira anak tidak manjelani tuntas

pengobatannya.

Pemahaman bagaimana memberikan

pengobatan dan risiko bila pengobatan

dihentikan di awal akan meningkatkan

kepatuhan.

3.6 Evaluasi

1. Keefektifan bersihan jalan napas

2. Fungsi pernapasan adekuat untuk mernenuhi kebutuhan individu.

3. Perilaku/pola hidup berubah untuk mencegah penyebaran infeksi.

4. Kebutuhan nutrisi adekuat, berat badan meningkat dan tidak terjadi malnutrisi.

5. Pemahaman tentang proses penyakit/prognosis dan program pengobatan dan

perubahan perilaku untuk memperbaiki kesehatan

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Tuberkulosis (TB atau TBC) pada anak memang berbeda dengan TB pada orang

dewasa. TB pada anak menginfeksi primer di parenkim paru yang tidak menyebabkan

20

Page 21: Tbc Pada Anak

refleks batuk, sehingga jarang ditemukan gejala khas TB seperti batuk berdahak.Pada

parenkim paru ini juga kuman cenderung lebih sedikit, maka TB tidak menular antara

sesama anak. TB sangat mudah menular dari orangtua ke anak, tapi TB tidak menular

dari anak ke anak.

TBC adalah penyakit serius yang gampang menular secara langsung melalui

udara. Anak-anak dengan kekebalan tubuh buruk paling rentan tertular TB dari orang

dewasa yang positif TB. Tapi TB tidak menular antara sesama anak.

Gejala yang sering timbul antara lain demam yang biasanya terlalu tinggi dan

hilang timbul dalam jangka waktu lama. Sedangkan, tanda-tanda yang tidak terlalu

spesifik antara lain berat badan turun tanpa sebab jelas, nafsu makan tidak ada, gagal

tumbuh, pembesaran kelenjar limfa yang tidak sakit, batuk lama lebih dari tiga

minggu, serta diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare. Kerap kali

anak terlambat ditangani.

Diagnosis TB pada anak tidak bisa dilakukan dengan uji dahak (sputum test),

karena memang jarang pasien TB anak mengalami batuk berdahak. Selain itu, foto

roentgen pada anak juga tidak bisa memberikan diagnosa yang tepat. Maka diperlukan

uji Tuberkulin atau uji Mantoux.

Untuk pengobatan TB pada anak menggunakan tiga macam obat, yaitu INH,

Rifampicin dan Pirazinamide. Pemberian obat INH dan Rifampicin selama dua bulan,

dan Pirazinamide selama empat bulan, sehingga minimal pemberian obat sama

dengan orang dewasa, yaitu enam bulan.

4.2 Saran

1. Ciptakan lingkungan yang bersih dan sehat agar terhindar dari kuman TBC.

2. Jika ada anggota keluarga yang mengidap TBC segera lakukan pengobatan secara

intensif hingga tuntas.

3. Perhatikan gizi anak sehingga daya tahan tubuhnya baik.

4. Segera bawa anak ke dokter bila terdapat gejala klinis TBC.

5. Berikan vaksinasi BCG pada anak.

6. Sebagai seorang tenaga kesehatan, mampu memberikan pelayanan yang tepat

bagi pasien TBC khususnya pada pasien anak.

21

Page 22: Tbc Pada Anak

22