tb phgharu pada kehamilan-1st edit
TRANSCRIPT
-
7/27/2019 TB Phgharu Pada Kehamilan-1ST EDIT
1/19
I. PENDAHULUAN.
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan di dunia. Diperkirakan sekitar
sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberkulosis. Pada
tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB
diseluruh dunia. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB didunia,
terjadi pada negara-negara berkembang. Demikian juga, kematian wanita akibat TB
lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas.(1)
Gambar 1. Insidens TB didunia (WHO, 2004)
(dikutip dari kepustakaan 1)
Berdasarkan laporan WHO, Indonesia menempati urutan ketiga terbesar
angka kejadian TB di dunia setelah Cina dan India. Tuberkulosis pada kehamilanmerupakan masalah tersendiri karena selain mengenai ibu, juga dapat menulari bayi
yang dikandung atau dilahirkannya. Infeksi TB pada neonatus dapat terjadi melalui
intrauterin, selama persalinan, maupun pasca natal oleh ibu pengidap TB aktif.
-
7/27/2019 TB Phgharu Pada Kehamilan-1ST EDIT
2/19
Kejadian TB kongenital sangat jarang. Di seluruh dunia kasus TB kongenital hanya
tercatat 329 kasus.(1)
Berdasarkan laporan WHO, angka kejadian kasus baru TB di dunia mencapai
lebih dari 8 juta per tahun. Indonesia menempati urutan ketiga dengan angka kejadian
450.000 kasus baru per tahun dan angka kematian 175.000 kasus per tahun. Selama
tahun 1989-1990 dari 4.300 persalinan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, 150
orang ibu didiagnosis TB paru (prevalens 3,48%). Tuberkulosis pada kehamilan
merupakan masalah tersendiri karena selain mengenai ibu, juga dapat mengenai bayi
yang dikandung atau dilahirkannya. Keterlambatan diagnosis TB pada neonatus
sering terjadi karena keterlambatan diagnosis TB pada ibu. Oleh karena itu riwayat
perjalanan penyakit ibu hamil sangat penting diketahui untuk mencegah
keterlambatan diagnosis. Sebagian besar TB pada kehamilan sering kali tanpa gejala
yang khas, maka sekitar 30% ibu terdiagnosis TB setelah bayi yang dilahirkan di
ketahui menderita TB kongenital. Seperti dikutip dari Suwondo dkk, Good
menyebutkan gejala klinis TB pada kehamilan berupa batuk (74%), penurunan berat
badan (41%), demam (30%), nafsu makan menurun (30%) dan hemoptisis (19%).
Infeksi TB perinatal dapat terjadi secara kongenital (pranatal), pada saat persalinan
(natal) maupun transmisi pasca natal. Pada tipe kongenital, transmisi terjadi karena
penyebaran hematogen melalui vena umbilikalis atau aspirasi cairan amnion yang
terinfeksi. Pada tipe natal transmisi dari ibu selama proses persalinan dan pasca natal
oleh ibu atau orang dewasa lain secara infeksi droplet.(2)
II. DEFINISI.
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (Mycobacterium tuberkulosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.(1)
-
7/27/2019 TB Phgharu Pada Kehamilan-1ST EDIT
3/19
III. MIKROBIOLOGI KUMAN TUBERKULOSIS.
1. Bentuk.Mycobacterium tuberkulosis berbentuk batang lurus atau agak bengkok
dengan ukuran 0,2- 0,4 x 1-4 um. Pewarnaan Ziehl-Neelsen dipergunakan untuk
identifikasi bakteri tahan asam.
2. Penanaman.
Kuman ini tumbuh lambat, koloni tampak setelah lebih kurang 2 minggu
bahkan kadangkadang setelah 6-8 minggu. Suhu optimum 37C, tidak tumbuh
pada suhu 25C atau lebih dari 40C. Medium padat yang biasa dipergunakan
adalah Lowenstein-Jensen. PH optimum 6,4-7,0.
3. Sifat-sifat.
Mycobacterium tidak tahan panas, akan mati pada 6C selama 15-20 menit.
Biakan dapat mati jika terkena sinar matahari lansung selama 2 jam. Dalam dahak
dapat bertahan 20-30 jam. Basil yang berada dalam percikan bahan dapat
bertahan hidup 8-10 hari. Biakan basil ini dalam suhu kamar dapat hidup 6-8
bulan dan dapat disimpan dalam lemari dengan suhu 20C selama 2 tahun. Myko
bakteri tahan terhadap berbagai khemikalia dan disinfektan antara lain phenol 5%,
asam sulfat 15%, asam sitrat 3% dan NaOH 4%. Basil ini dihancurkan oleh
jodium tinctur dalam 5 minit, dengan alkohol 80 % akan hancur dalam 2-10
menit.(3)
IV. CARA PENULARAN.
Penularan tuberkulosis dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang terdapat dalam paru-paru penderita, pesebaran kuman tersebut
diudara melalui dahak berupa droplet. Penderita TB-Paru yang mengandung
banyak sekali kuman dapat terlihat lansung dengan mikroskop pada pemeriksaan
dahaknya (penderita BTA positif) adalah sangat menular.
-
7/27/2019 TB Phgharu Pada Kehamilan-1ST EDIT
4/19
Penderita TB Paru BTA positif mengeluarkan kuman-kuman keudara
dalam bentuk droplet yang sangat kecil pada waktu batuk atau bersin. Droplet
yang sangat kecil ini mongering dengan cepat dan menjadi droplet yang
mengandung kuman tuberkulosis. Ia dapat bertahan diudara selama beberapa jam.
Droplet yang mengandung kuman ini dapat terhirup oleh orang lain. Jika kuman
tersebut sudah menetap dalam paru dari orang yang menghirupnya, maka kuman
mulai membelah diri (berkembang biak) dan terjadilah infeksi dari satu orang
keorang lain.(3)
V. PATOFISIOLOGI.Tuberkulosis menyerang hampir kesemua sistem organ di dalam tubuh
manusia, namun organ yang sering menjadi target dari penyakit ini adalah pau-
paru, di mana kasus yang didapatkan berkisar 80% dari semua kasus tuberkulosis
yang didapat. Namun pola perjalanan infeksi pada penderita dengan penyakit HIV
agak sedikit berbeda di mana infeksi tuberkulosis pada penderita HIV lebih
cenderung mengenai organ ekstraparu.
Partikel pertikel kuman tuberkulosis akan masuk ke dalam saluran pernapasan
yaitu di bagian distal dari ruang udara pada saluran pernapasan ( distl air spaces)
dan mengalami multiplikasi. Bakteri-bakteri ini difagositosis oleh makrofag yang
terdapat pada alveoli dan menyebabkan terjadinya reaksi granulomatosa yang
turut melibatkan kelenjar getah bening regional. Reaksi granulomatosa yang
disertai dengan adanya invasi terhadap kelenjar getah bening ini membentuk
focus Ghon. Bakteri basil tuberkulosis akan berada dalam kondisi yang dorman
pada focus Ghon ini, meskipun pada kondisi tertentu akan mengalami reaktivasi
kembali.(4)
-
7/27/2019 TB Phgharu Pada Kehamilan-1ST EDIT
5/19
VI. EFEK KEHAMILAN TERHADAP TUBERKULOSIS.
Penyakit tuberkulosis bukan saja menyumbang kepada beban penyakit
secara umum pada peringkat global, tetapi juga turut meningkatkan mortalitas
pada maternal dan menjadi salah satu dari tiga penyebab utama kematian
wanita pada usia reproduktif yaitu pada umur 15-45 tahun.
Pada beberapa penelitian yang lalu menyatakan, kavitas pulmoner yang
terbentuk pada penyakit tuberkulosis dikatakan akan kolaps akibat
peningkatan tekanan intraabdonimal yang disebabkan oleh kehamilan. Hal ini
juga turut didukung oleh seorang ahli kedokteran german di mana beliau juga
turut merekomendasikan terhadap wanita usia reproduktif dengan penyakit
TB ini untuk menikah dan hamil untuk memperlambatkan progresi dari
penyakit ini. Hal ini dipraktekaan di beberapa buah daerah di German
sehingga abad ke-19. Namun pada abad ke-20, abortus provokatus malah
direkomendasikan terhadap wanita-wanita ini.
Namun, menurut penelitian yang dilakukan oleh Hedvall dan Schaefer,
menyatakan bahwa kehamilan tidak memberikan sebarang efek yang
menguntungkan maupun yang buruk terhadap progresi penyakit
tuberkulosis.Malah hal yang terjadi adalah, kehamilan itu sendiri akan
meningkatkan risiko reaktivasi pada tuberkulosis yang laten.(4)
VII. EFEK TUBERKULOSIS TERHADAP KEHAMILAN.
Pengaruh penyakit TB pada kehamilan dipengaruhi oleh pelbagai faktor,
termasuklah derajat penyakit itu sendiri, seberapa parah penyakit TB tersebut
pada saat didiagnosis dengan TB, adanya penyebaran ekstrapulmoner,
koinfeksi dengan HIV dan pengobatan yang diberikan. Prognosis yang paling
jelek dilaporkan pada wanita yang tediagnosis TB pada saat puerperium dan
-
7/27/2019 TB Phgharu Pada Kehamilan-1ST EDIT
6/19
adanya koinfeksi dari HIV. Kegagalan untuk berobat secara teratur juga akan
memperburuk prognosis.
Komplikasi obstetri lain yang dilaporkan terjadi berhubungan dengan
penyakit TB pada kehamilan adalah terjadinya abortus spontan, dan
penambahan berat badan saat kehamilan yang suboptimal. Komplikasi lain
yang turut dilaporkan adalah kelahiran preterm, berat badan lahir yang rendah,
dan meningkatnya mortalitas neonatal.(4-6)
VIII. EFEK TUBERKULOSIS TERHADAP NEONATUS.
Infeksi TB dapat menginfeksi plasenta, bisanya dalam bentuk
granuloma. Keadaan ini menyebabkan infeksi pada janin yang menyebabkan
tuberkulosis kongenital. Tuberkulosis kongenital juga termasuk bayi yang
terinfeksi akibat dari aspirasi sekret pada proses persalinan. Neonatal tuberkulosis
dapat mencetuskan infeksi kongenital lainnya, hepatosplenomegali, distres
pernapasan, demam, dan limfadenopati. Terdapat literatur yang mengatakan
bahwa bayi dapat terinfeksi dengan kuman tuberkulosa secara intrauterus
sekiranya ibu menderita TB milier, TB plasenta atau uterus dan jika ibu
menderita advanced HIV.(7)
Tuberkulosis neonatal juga jarang terjadi bila ibu sudah mendapatkan
pengobatan sebelum persalinan atau bila uji sputum BTA negatif. Pada ibu
dengan TB aktif resiko penularan pada bayi adalah sekitar 50% pada tahun
pertama.
Tuberkulosis kongenital juga mungkin agak sulit untuk dibedakan dengan
penyakit saluran pernapasan lain yang umumnya terjadi pada minggu kedua dan
ketiga hidup seorang bayi. Gejala-gejala ini termasuklah hepatosplenomegali,
demam dan limfadenopati serta distress pernapasan. Walau bagaimanapun,
diagnosis pada tuberkulosis ini dapat ditegakkan dengn menggunakan criteria dari
Cantwell et al, di mana diagnosis TB pada neonates dapat ditegakkan dengan
-
7/27/2019 TB Phgharu Pada Kehamilan-1ST EDIT
7/19
membuktikan adanya kompleks hepatik primer/caseating granuloma, pada biopsi
perkutaneus pada hepar pada saat bayi lahir, infeksi tuberkulosis pada plasenta
dan dengan membuktikan adanya lesi tuberkulosis pada minggu pertama setelah
kelahiran bayi.(4, 5)
Referensi lain juga turut membahas tentang bagaimana untuk menegakkan
diagnosis TB kongenital, yaitu bayi harus terbukti diagnosis TB dan memenuhi
salah satu dari kriteria Beitzke yang telah di revisi yaitu (1) lesi pada minggu
pertama kehidupan, (2) komplek primer hati atau granuloma hati kaseosa, (3)
infeksi TB pada plasenta atau pada infeksi traktus genitalia, (4) kemungkinan
transmisi pasca natal telah disingkirkan.(2)
IX. DIAGNOSISGejala klinis.
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang
lebih dari satu bulan.
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain
tb, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain.
Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang
yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang
tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara
mikroskopis langsung.(1)
-
7/27/2019 TB Phgharu Pada Kehamilan-1ST EDIT
8/19
Pemeriksaan Laboratorium.
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak
untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak
yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-
Pagi-Sewaktu (SPS);
S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjungpertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk
mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
P (Pagi): dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelahbangun pagi.
tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK. S (sewaktu): dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan
dahak.(1)
-
7/27/2019 TB Phgharu Pada Kehamilan-1ST EDIT
9/19
.
Gambar 2. Alur diagnosis TB paru (dikutip dari kepustakaan 1)
Indikasi pemeriksaan foto toraks
Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan
pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks.
Namun pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai
dengan indikasi sebagai berikut:
Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus inipemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB
paru BTA positif. (lihat bagan alur pada gambar di atas)
Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahakSPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada
-
7/27/2019 TB Phgharu Pada Kehamilan-1ST EDIT
10/19
perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT. (lihat bagan alur pada
gambar di atas)
Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yangmemerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis
eksudativa,efusi perikarditis atau efusi pleural) dan pasien yang
mengalami hemoptisis berat (untuk menyingkirkan bronkiektasis atau
aspergiloma).(1)
Diagnosis TB pada kehamilan.
Pada wanita hamil yang mempunyai gejala penyakit TB,dianjurkan
untuk melakukan tes tuberculin. Penelitian sebelumnya menyatakan terdapat
penurunan sensitivitas tes tuberculin yang dilakukan saat kehamilan, namun
studi terbaru mengatakan tidak terdapat perbedaan signifikan terhadap
sensitivitas tes tuberculin yng dilakukan terhadap wanita hamil.
Pemeriksaan foto toraks dapat dilakukan setelah uji tuberculin
dilakukan. Namun pemeriksaan radiologi ini harus memmakai pelindung
timah pada abdomen sehingga bahaya radiasi dapat diminimalisasi. Pada
trimester I kehamilan hindari pemeriksaan foto toraks karena efek radiasi
yang sedikit pun masih berdampak negatif pada sel-sel muda janin. Diagnosis
dapat ditegakkan dengan pemeriksaan hapusan sputum dan ditemukan basil
tahan asam serta tes-tes lain seperti kultur, PCR, dan interferon gamma
kuantitatif pada infeksi laten TBC.(4, 5)
-
7/27/2019 TB Phgharu Pada Kehamilan-1ST EDIT
11/19
X. PENATALAKSANAANPengobatan Umum TB
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah
terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.(1)
Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai
berikut:
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan.Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT KDT)
lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan.
Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan
langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan
Obat (PMO). Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap,yaitu tahap intensif dan
lanjutan.
1. Tahap awal (intensif) Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
-
7/27/2019 TB Phgharu Pada Kehamilan-1ST EDIT
12/19
Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif(konversi) dalam 2 bulan.
2. Tahap Lanjutan Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu yang lebih lama
Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehinggamencegah terjadinya kekambuhan.
(1)
Tabel 1. Jenis, sifat dan dosis OAT. (Dikutip dari kepustakaan 1)
Paduan OAT dan peruntukannya.
1. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
Pasien baru TB paru BTA positif. Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif Pasien TB ekstra paru
2. Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya:
Pasien kambuh
-
7/27/2019 TB Phgharu Pada Kehamilan-1ST EDIT
13/19
Pasien gagal pengobatan Pasien dengan pengobatan setelah default(terputus)
3. OAT Sisipan (HRZE)Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori
1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).(1)
Pengobatan TB pada Kehamilan.
Pada prinsipnya pengobatan TB pada kehamilan tidak berbeda dengan
pengobatan TB pada umumnya. Menurut WHO, hampir semua OAT aman untuk
kehamilan, kecuali streptomisin. Streptomisin tidak dapat dipakai pada kehamilan
karena bersifatpermanent ototoxic dan dapat menembus barier plasenta. Keadaan
ini dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan keseimbangan
yang menetap pada bayi yang akan dilahirkan. Perlu dijelaskan kepada ibu hamil
bahwa keberhasilan pengobatannya sangat penting artinya supaya proses
kelahiran dapat berjalan lancar dan bayi yang akan dilahirkan terhindar dari
kemungkinan tertular TB.(1)
Pengobatan TBC menurut rekomendasi WHO adalah pemberian 4regimen kombinasi dari isoniazid, rifampisisn, etambutol, dan pirazinamid selama
6 bulan. Cara pengobatan sama dengan yang tidak hamil. Dapat juga diberikan 3
regimen kombinasi, isoniazid, rifampisin, etambutol selama 9 bulan. Angka
kesembuhan 90% pada pengobatan selama 6 bulan Directly observed Therapy
(DOT) pada infeksi baru.(4, 5, 8, 9)
Ibu menyusui dan bayinya
Pada prinsipnya pengobatan TB pada ibu menyusui tidak berbeda dengan
pengobatan pada umumnya. Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui.
Seorang ibu menyusui yang menderita TB harus mendapat paduan OAT secara
adekuat. Pemberian OAT yang tepat merupakan cara terbaik untuk mencegah
-
7/27/2019 TB Phgharu Pada Kehamilan-1ST EDIT
14/19
penularan kuman TB kepada bayinya. Ibu dan bayi tidak perlu dipisahkan dan
bayi tersebutdapat terus disusui. Pengobatan pencegahan dengan INH diberikan
kepada bayi tersebut sesuai dengan berat badannya.
Wanita menyusui yang berada pada pengobatan isoniazid juga dianjurkan
untuk mengkonsumsi pyridoxine (vitamin B6) 10-25 mg per hari sebagai
tambahan. Pemberian suplemen pyridoxine ini bertujuan mencegah kejadian
kejang akibat kekurangan zat pyridoxine akibat efek samping dari pemberian
isoniazid. Umumnya anak yang diberikan ASI dari ibu dengan penyakit TB tidak
akan terinfeksi dengan kuman TB kecuali ibu yang mengalami mastitis
tuberkulosa. (1, 8, 9)
Tabel 2. Langkah penanganan TBC pada kehamilan
Sebelum kehamilan Konseling mnegenai pengaruh kehamilan danTBC serta pengobatan
Pemeriksaan penyaring tuberkulosis padapopulasi risiko tinggi.
Perbaikan keadaan umum (gizi, anemia)Selama kehamilan Tuberkulosis bukan merupakan indikasi untuk
melakukan pengguguran kandungan.
Pengobatan dengan regimen kombinasi dapatsegera dimulai begitu diagnosis ditegakkan.
Antenatal Care dilakukan seperti biasa,dianjurkan pasien dating lebih awal atau paling
akhir untuk mencegah penularan pada orang
sekitarnya.
Saat Persalinan Persalinan dapat berlangsung seperti biasa.Penderita diberi masker untuk menutupi hidung
-
7/27/2019 TB Phgharu Pada Kehamilan-1ST EDIT
15/19
dan mulutnya agar tidak terjadi penyebaran
kuman ke sekitarnya.
Pemberian oksigen yang adekuat. Tindakan pencegahan infeksi (kewaspadan
universal)
Ekstraksi vakum/forceps bila ada indikasiobstetric.
Sebaiknya persalinan dilakukan di ruang isolasi,cegah perdarahan pasca persalinan dengan
uterotonika.
Pasca persalinan Observasi 6-8 jam kemudian penderita dapatlangsung dipulangkan. Bila tidak mungkin
dipulangkan, penderita harus dirawat di ruang
isolasi.
Perawatan bayi harus dipisahkan dari ibunyasampai tidak terlihat tanda-tanda proses aktif lagi
(dibuktikan dengan pemeriksaan sputum
sebanyak 3 kali dengan hasil selalu negatif)
Pemberian ASI tidak merupakan kontraindikasimeskipun ibu mendapat OAT.
Profilaksis neonates dengan isoniazid 10mg/kg/hari dan vaksinasi BCG.
(Dikutip dari kepustakaan 5)
Mul tidrug-Resistant Tuberkulosis(MDR-TB) pada kehamilan
Meskipun insidensi dari kasus Multidrug-Resistant Tuberkulosis (MDR-
TB) pada kehamilan ini sangatlah sedikit, namun ianya terkait dengan
peningkatan angka mortalitas pada wanita hamil. Penanganan pada kasus ini
-
7/27/2019 TB Phgharu Pada Kehamilan-1ST EDIT
16/19
bersifat individual. Pada dasarnya, kejadian multidrug resistantini terkait dengan
ketidak patuhan individu itu sendiri pada awal pengobatan TB.
Penanganan yang umumnya diberikan adalah obat anti tuberkulosa lini
kedua dengan durasi selama 2 tahun. Obat-obat lini kedua yang biasanya
diberikan adalah cycloserine, ofloxacin, ami-kacin, kanamycin, capreomycin, dan
ethionamide. Namun begitu, pengobatan dengan obat-obatan ini tidak dianjurkan
disebabkan pengaruhnya terhadap janin yang membahayakan.
Asam para-amino salicylic telah banyak digunakan dengan
menggabungkan pengobatannya dengan isoniazid (INH). Gabungan dari kedua
obat ini dikatakan tidak memberikan efek teratogenik yang signifikan. Namun
dikatakan efek gastrointestinal yang diberikan kemungkinan agak besar.
Penggunaan ethionamide dilaporkan mempunyai hubungan terhadap
hambatan pertumbuhan dan abnormalitas dari sistim saraf pusat dan sistim
skeletal pada penelitian yang dilakukan terhadap tikus dan kelinci. Pada studi
manusia juga mendapati bahwa obat ini mempunyai hubungan dengan
peningkatan terhadap defek sistim saraf pusat jika dikonsumsi pada awal
kehamilan.
Aborsi terapeutik merupakan salah satu pilihan dalam penanganan pada
wanita dengan kasus TB dengan multidrug resistant. Pertimbangan untuk
melakukan aborsi ini adalah atas pertimbangan bahwa kasus MDR-TB ini
memiliki resiko yang besar terhadap wanita hamil tersebut dan masyarakat.
Pilihan lain yang dapat dilakukan untuk menangani kasus ini adalah dengan
menunda pengobatan hingga ke trimester dua kehamilan. Pengobatan yang
dikenal sebagaiIndividualised Treatment Regimen (ITR) juga telah diperkenalkan
untuk mengobati wanita hamil dengan MDR-TB. Pengobatan ini terdiri dari
gabungan beberapa jenis obat anti-tuberkulosa lini kedua berdasarkan sensitivitas
kuman TB terhadap tipe obat yang berkaitan. Pengobatan dengan metode ini
ternyata tidak memberikan sebarang komplikasi obstetric yang membahayakan
kehamilan.(4, 9)
-
7/27/2019 TB Phgharu Pada Kehamilan-1ST EDIT
17/19
Penyakit TB dengan HIV pada kehamilan.
Penyakit TB dan HIV merupakan dua penyakit yang sering berhubung
kait antara satu dengan yang lain. Efek dari kedua penyakit yang saling tumpang
tindih ini memperburuk mortalitas dan morbiditas pada ibu yang hamil.
Permasalahan yang turut dijadikan pertimbangan dalam mengobati kedua
penyakit ini adalah masalah kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat yang
terlalu banyak diberikan demi khusus buat kedua penyakit ini serta efek samping
obat dari pengobatan HIV dan TB yang saling tumpang tindih.
Regimen pengobatan pada wanita hamil dengan koinfeksi TB dan HIV ini
harusalah memasukkan rifamycin sebagai salah satu dari obat-obatanya.
Meskipun penggunaan pirazinamid tidak terlalu direkomendasikan terutamanya di
Amerika, namun atas pertimbangan manfaat yang lebih menguntungkan
disbanding dengan efek yang kurang baik yang dihasilkan, maka obat ini tetap
diberikan khusus pada pengobatan TB pada wanita yang hamil dengan koinfeksi
dengan HIV.(4, 9, 10)
XI. PENCEGAHAN TUBERKULOSIS
Pemberian vaksin BCG telah diwajibkan menurut beberapa polisi tentang
imunisasi di berbagai Negara. Wanita yang belum immune dan berencana untuk
mengunjungi Negara yang endemic terhadap penyakit TB disrankan untuk
mendapatkan suntikan vaksin BCG. Meskipun begitu, pemberian vaksin adalah
menjadi kontraindikasi pada saat kehamilan.
Oleh karena penyakit ini dikatakan penyakit yang disebabkan oleh kemiskinan
dan pola hidup yang kurang bersih, maka usaha haruslah ditujukan buat
memperbaiki kualitas hidup, yaitu dengan mengusahakan supaya ada ventilasi
yang baik, dan menyarankan masyarakat supaya mengelakkan over-crowding.
Usaha lain yang harus dilakukan adalah dengan memperbaiki status nutrisi
-
7/27/2019 TB Phgharu Pada Kehamilan-1ST EDIT
18/19
individu agar secara tidak langsung dapat dielakkan dari mendapat penyakit ini.
Oleh karena penderita yang mendapat HIV lebih rentan terhadap penyakit TB,
maka usaha juga harus ditumpukan dalam mencegah terjadinya infeksi HIV.
Selain itu, skrining awal juga harus dilakukan pada semua ibu hamil dengan HIV
meskipun belum didapatkan tanda-tanda awal tentang adanya penyakit TB ini.(4)
-
7/27/2019 TB Phgharu Pada Kehamilan-1ST EDIT
19/19
DAFTAR PUSTAKA
1. Supari SF. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. In: Tjandra Yoga
Aditama SK, Carmelia Basri, et al, editor. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2 ed; 2006.
2. Bobby S Dharmawan DBS, Rinawati R. Diagnosis dan Tata Laksana Neonatus
dari Ibu Hamil Tuberkulosis Aktif. Sari Pediatri. 2004;6(2):85-90.
3. Hiswani M. Tuberkulosis Merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih Menjadi
Masalah Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2001;1(1):6.
4. Olabisi M. Loto IA. Tuberculosis in Pregnancy: A Review. Journal of Pregnancy.
[Review Article]. 2011 September 2011;2012(3):7.
5. Prawirohard S. Penyakit saluran pernapasan In: Saifuddin AB, editor. Ilmu
Kebidanan. Ketiga ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2012. p.
814.
6. Queensland Tuberculosis Control Centre ; Guidelines For treatment of
tuberculosis in Pregnancy. 2006 1 [updated 2006 1 2006; cited 2013]; Available
from:www.queenslandtuberculosiscontrolcentre.com.
7. Muneerah Albugami AT, Abdulaziz AlRashed. Difficulties in diagnosing
tuberculosis in pregnancy. Ann Saudi Med. 2009;2(29):154.
8. Pregnancy and Tuberculosis; Information for Clinicians. 2013 [updated 2013
Januari 2013; cited 2013 Jun]; Available from:www.hpa.org.uk.
9. Amita Mahendru KG, John Eddy Review Diagnosis and management of
tuberculosis in pregnancy. The Obstetrician & Gynaecologist. 2010;12:163-71.
10. National Center for HIV/AIDS, Viral Hepatitis, STD, and TB Prevention; TB
Elimination Tuberculosis and Pregnancy. [2003; cited 2013 June]; Available from:
www.cdc.gov/tb.
http://www.queenslandtuberculosiscontrolcentre.com/http://www.queenslandtuberculosiscontrolcentre.com/http://www.queenslandtuberculosiscontrolcentre.com/http://www.hpa.org.uk/http://www.hpa.org.uk/http://www.hpa.org.uk/http://www.cdc.gov/tbhttp://www.cdc.gov/tbhttp://www.cdc.gov/tbhttp://www.hpa.org.uk/http://www.queenslandtuberculosiscontrolcentre.com/