tb milier

34
ILEUS OBSTRUKTIF I. KASUS No. Rekam Medik : 696630 Nama Pasien : Ny. M Umur : 44 tahun, 6 bulan, 11 hari Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Komp. SLTP II Pangsid, Sidrap Tempat/Tanggal lahir : Sidrap, 05-07-1979 Agama : Islam Kebangsaan : Indonesia Tanggal Pemeriksaan : 12-01-2015 Perawatan Bagian : Infection Center 1.1 Anamnesis : a. Keluhan utama : Sesak Nafas b. Anamnesis terpimpin: Dialami sejak ± 2 bulan sebelum masuk rumah sakit. Keluhan sesak nafas timbul terus menerus dan memberat dalam 2 minggu terakhir. Sesak nafas tidak dipengaruhi oleh aktivitas. Saat ini pasien tidak mampung berbaring dalam posisi terlentang. Batuk ada dialami sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan batuk berlendir berwarna putih. Riwayat batuk darah ada. Keluhan nyeri dada tidak ada. Demam tidak ada, riwayat sering-sering demam tidak ada. Nyeri kepala tidak ada, pusing tidak ada. Mual ada, tidak muntah. Nyeri ulu hati tidak ada. ada 1

Upload: rahmawati-pompom

Post on 28-Jan-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

referat

TRANSCRIPT

Page 1: Tb Milier

ILEUS OBSTRUKTIF

I. KASUS

No. Rekam Medik : 696630

Nama Pasien : Ny. M

Umur : 44 tahun, 6 bulan, 11 hari

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Komp. SLTP II Pangsid, Sidrap

Tempat/Tanggal lahir : Sidrap, 05-07-1979

Agama : Islam

Kebangsaan : Indonesia

Tanggal Pemeriksaan : 12-01-2015

Perawatan Bagian : Infection Center

1.1 Anamnesis :

a. Keluhan utama : Sesak Nafas

b. Anamnesis terpimpin:

Dialami sejak ± 2 bulan sebelum masuk rumah sakit. Keluhan sesak nafas

timbul terus menerus dan memberat dalam 2 minggu terakhir. Sesak nafas tidak

dipengaruhi oleh aktivitas. Saat ini pasien tidak mampung berbaring dalam posisi

terlentang. Batuk ada dialami sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan batuk berlendir

berwarna putih. Riwayat batuk darah ada. Keluhan nyeri dada tidak ada. Demam

tidak ada, riwayat sering-sering demam tidak ada. Nyeri kepala tidak ada, pusing

tidak ada. Mual ada, tidak muntah. Nyeri ulu hati tidak ada. ada penurunan nafsu

makan. Riwayat penurunan berat badan ada.

c. Riwayat penyakit sebelumnya:

Riwayat dirawat diRSUD dan di diagnosis dengan TB paru. Saat ini

mendapatkan terapi OAT kategori I yang dikonsumsi sejak 2 bulan yang lalu

1. Riwayat hipertensi tidak diketahui

2. Diabetes mellitus tidak diketahui

3. Riwayat pengobatan : mendapat terapi OAT kategori I dikonsumsi 2 bulan.

1

Page 2: Tb Milier

1.2 Pemeriksaan Fisis

a. Status Generalis

Keadaan umum : Keadaan sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis (GCS 15)

Status Gizi : Gizi kurang

b. Tanda Vital

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Nadi : 88 kali/menit

Pernafasan : 40 kali/menit

Suhu : 36,7oC

c. Mata

Kelopak mata : Edema (-)

Konjungtiva : Anemia (+)

Sclera : Ikterus (-)

Kornea : Jernih

Pupil : Bulat, isokor

d. THT : Dalam batas normal

e. Mulut

Bibir : Pucat (-), Kering (-)

Lidah : Kotor (-), hiperemis (-), kandidiasis oral (-)

Faring : Hiperemis (-)

Tonsil : T1 – T1, Hiperemis (-)

f. Leher

Pembesaran kelenjar getah bening (-)

Massa tumor (-)

Nyeri tekan (-)

Pembesaran thyroid (-/-)

g. Paru – paru

a. Inspeksi: simetris (ka=ki), tidak menggunakan otot-otot bantuan

pernapasan, hematom (-), luka (-), jaringan sikatrik (-).

b.Palpasi: massa tumor (-), nyeri tekan (-),vocal fremitus (ka=ki), krepitasi (-)

2

Page 3: Tb Milier

c. Perkusi: sonor, batas paru hepar ICS VI dextra, bunyi: pekak ke timpani.

d.Auskultasi: BP = vesikuler

BT = Wheezing (-/-) Ronchi (-/-)

e. Jantung

Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak

Palpasi : Iktus kordis tidak teraba

Perkusi : Pekak

Auskultasi :Bunyi jantung I/II murni regular, bunyi tambahan

tidak ada

f. Abdomen

Inspeksi : Tampak cembung, ikut gerak nafas, distensi abdomen

(+), meteorismus (-)

Palpasi : Nyeri tekan (-), massa tumor (-),hepar (tidak teraba),

lien (tidak teraba)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Peristaltik (+) kesan meningkat

1.3 Laboratorium

Laboratorium ( 15 - 12 -2014)

Parameter Hasil Range Unit

WBC 9.3 4.00 – 10.0 103/mm3

RBC 4.98 4.50 – 6.50 106/dL

HGB 9.7 14.0 – 18.0 g/dL

HCT 31 40.0 – 54.0 %

MCV 63 80 – 100 µm3

3

Page 4: Tb Milier

MCH 19 27.0 – 32.0 Pg

MCHC 31 32.0 – 36.0 g/dL

RDW-CV 24.8 10.0 – 15.0 %

PLT 369 150 – 400 103/mm3

MPV 7.3 6.0 – 11.0 µm3

Range

% # % #

NEU 74.20 [10^3/uL] 85.4 % 52.0 – 75.0

LYM 14.7 [10^3/uL] 8.2 % 20.0 – 40.0

MON 7.0 [10^3/uL] 5.1 % 2.0 – 8.0

EOS 3.7 [10^3/uL] 1.1 % 1.00 – 3.00

BAS 0.04 [10^3/uL] 0.2 % 0.00 – 0.10

Nama Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

KIMIA KLINIK

Fungsi ginjal

Ureum 17 Mg/dL 10 – 50

Kreatinin 0.40 Mg/dL < 1.1

Elektrolit

Natrium (Na) 147 mmol/L 136 - 145

Kalium (K) 3.2 mmol/L 3.5 – 5.1

Clorida (Cl) 104 mmol/L 97 – 111

1.4 Radiologi

a. Foto BNO 3 posisi (11-12-2014)

4

Page 5: Tb Milier

Hasil pemeriksaan:

- Udara tidak terdistribusi sampai ke distal colon

- Tampak dilatasi loop-loop usus yang memberikan gambaran herring bone dan

air fluid level yang bertingkat.

- Tidak tampak udara bebas subdiafragma

- Kedua psoas line tidak tervisualisasi

- Prepreritoneal fat line kiri intak, preperitoneal fat line kanan tidak tervisualisasi

- Tulang-tulang intak

Kesan: Ileus obstruksi

b. Foto Thoraks AP

5

Page 6: Tb Milier

Hasil pemeriksaan:

- Corakan bronchovaskuler dalam batas normal

- Tidak tampak proses spesifikasi aktif pada kedua paru

- Cor : Cardio Thoracic Index sulit dinilai kesan membesar, aorta dilatasi dan

elongasi

- Kedua sinus baik, kedua diafragma letak tinggi

- Tulang-tulang intak

Kesan: - Pulmo dalam batas normal

- Cardiomegaly dengan dilatatio et elongatio aortae

- Elevasi diafragma bilateral (proses intraabdomen?)

1.5 Diagnosis

TB Paru

1.6 Terapi

1. IVFD NaCL 0.9% 500cc/24 jam

2. Oksigen 4 L/menit

3. NGT (dekompresi)

4. Pemasangan kateter urin

5. Ceftriaxon 1gr /12jam/IV (antibiotik)

6. Ranitidin 50 mg/8jam/IV (antagonis H2)

7. Metronidazole 500 mg/8 jam/IV (antibiotik)

8. Tindakan operasi : Laparotomi Eksplorasi

1.7 Diagnosis Post Operatif

Ileus Obstruksi e.c Tumor Colon Transversum

6

Page 7: Tb Milier

II. Tinjauan Pustaka

a. Definisi

Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan tanda

adanya obstruksi usus akut. Obstruksi usus akut didefinisikan sebagai hambatan

terhadap progresi isi usus akibat masalah mekanik. Keadaan ini menyebabkan

20% pasien menjalani operasi untuk kondisi abdominal akut, dengan obstruksi

usus halus sekitar 80% dari obstruksi dan15% obstruksi usus besar.2,3

Ileus obstruktif adalah hambatan pasase isi usus yang disebabkan oleh

sumbatan mekanik misalnya oleh strangulasi, invaginasi, atau sumbatan di dalam

lumen usus. Terdapat dua jenis obstruksi yaitu, obstruksi sederhana dan obstruksi

strangulasi. Obstruksi sederhana adalah obstruksi yang tidak disertai terjepitnya

pembuluh darah. Pada obstruksi strangulasi ada pembuluh darah yang terjepit

sehingga bisa terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau ganggren

yang ditandai dengan gejala umum berat yang disebabkan oleh toksin dari

jaringan ganggren.1

Foto polos abdomen adalah modalitas pencitraan klasik yang dipakai untuk

mengkonfirmasi diagnosis dari obstruksi usus; namun, sekitar 1/3 dari pasien

yang diperkirakan mempunyai obstruksi mekanik pada penemuan klinis, foto

polos abdomen tidak ditemukan obstruksi. Sebaliknya, sekitar 20 % pasien

tersangka pseudobstruksi colon mempunyai obstruksi usus mekanik2.

Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi

lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya

sumbatan/hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus,

dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu

segmen usus yang dapat menyebabkan nekrosis segmen usus tersebut.4

b. Anatomi

7

Page 8: Tb Milier

Gambar 2 Sistem saluran pencernaan5

Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang

membentang dari pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang usus

halus sekitar 12 kaki. Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah abdomen. Ujung

proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin kebawah lambat laun

garis tengahnya berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm.4

Gambar 3 Sistem saluran pencerna

Gambar 4 Colon dan ileocaecalis5

8

Page 9: Tb Milier

Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5

kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus

besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar

6,5 cm), tetapi makin dekat anus semakin kecil.5

Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat

katup ileocaecaal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum

menempati dekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileocaecaal

mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon

asendens, transversum, desendens dan sigmoid. Kolon ascendens berjalan ke atas

dari sekum ke permukaan inferior lobus kanan hati, menduduki regio iliaca dan

lumbalis kanan. Setelah mencapai hati, kolon ascendens membelok ke kiri

membentuk fleksura koli dekstra (fleksura hepatik). Kolon transversum

menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari fleksura koli dekstra sampai

fleksura koli sinistra.4

Kolon transversum, waktu mencapai daerah limpa, membengkok ke bawah,

membentuk fleksura kolisinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian menjadi kolon

descendens. Kolon sigmoid mulai pada pintu atas panggul. Kolon sigmoid

merupakan lanjutan kolon descendens. Ia tergantung kebawah dalam rongga

pelvis dalam bentuk lengkungan. Kolon sigmoid bersatu dengan rektum di depan

sakrum. Rektum menduduki bagian posterior rongga pelvis. Rektum ke atas

dilanjutkan oleh kolon sigmoid dan berjalan turun di depan sekum, meninggalkan

pelvis dengan menembus dasar pelvis. Disisni rektum melanjutkan diri sebagai

anus dalan perineum.4

c. Etiologi

Faktor intrinsik ileus obstruktif :6

1) Crohn Disease.

Ada 3 cara dari penyakit Crohn dapat menyebabkan ileus obstruktif.

ditandai oleh penyempitan usus akibat proses inflamasi akut. manifestasi dari

penyakit lama, yang biasanya menghasilkan stenosis sikatriks segmen yang

9

Page 10: Tb Milier

terkena. Dan yang terakhir, dapat disebabkan karena proses adhesi, hernia

insisional, atau striktur pasca operasi pada pasien yang telah menjalani operasi

usus sebelumnya.

2) Penyebab neoplastik Neoplasia (jarang terjadi)

3) Radiasi Enteritis.

Radiasi enteritis menyebabkan obstruksi pada fase akhir setelah 1 tahun

terapi radiasi pada panggul. Oleh karena itu, loop ileum adalah yang paling sering

terkena. Radiasi enteritis menyebabkan obstruksi terutama kanera memproduksi

perubahan adhwesive dan fibrosis dalam mesenterium. Ada juga perubahan yang

dihasilkan dalam usus, seperti penyempitan lumen dan dismotilitas yang

disebabkan oleh serositis radiasi. CT menunjukkan penyempitan lumen.

Kemungkinan juga ada penebalan dinding usus abnormal di daerah yang telah

terkena radiasi.

4) Hematoma

Hematoma usus halus dapat terjadi oleh karena terapi antikoagulan,

intervensi iatrogenik, atau trauma. Obstruksi biasanya terjadi karena penyempitan

lumen. Jika kondisi ini diduga, CT harus dilakukan, karena akan menunjukkan

bekuan.

5) Vascular Oklusi.

Vascular Oklusi atau stenosis arteri mesenterika atau pasokan pembuluh

darah vena ke usus biasanya menghasilkan iskemia usus, yang kemudian

menyebabkan penebalan dinding, sehingga menyebaban obstruksi usus halus. CT

menunjukkan trombosis atau oklusi pembuluh mesenterika dan juga penebalan

dari dinding usus.

Faktor ekstrinsik ileus obstruktif :6

1) Adhesi

Adhesi merupakan penyebab utama dari obstruksi, mulai dari 50% -80%

dari semua kasus. hampir semua dari mereka adalah pasca operasi, dengan

10

Page 11: Tb Milier

minoritas yang disebabkan oleh peritonitis. Diagnosis obstruksi yang disebabkan

oleh adhesi tidak dapat terlihat di CT konvensional; hanya perubahan spontan

dalam lumen usus terlihat, signifikan peradangan, atau penebalan usus. Temuan

ini didapat dengan riwayat operasi di abdomen biasanya menunjukkan diagnosis.

2) Hernia

Hernia dianggap penyebab kedua obstruksi. Di Negara berkembang hernia

masih dianggap penyebab paling utama obstruksi. Hernia diklasifikasikan

menurut anatomi lokasi lubang yang melalui usus. Mereka secara luas

diklasifikasikan sebagai eksternal atau internal. Hernia eksternal terjadi karena

adanya kelainan pada dinding perut dan panggul yang disebabkan oleh kelemahan

bawaan atau operasi sebelumnya Diagnosis hernia internal hampir selalu

radiologis, sedangkan hernia eksternal dalam banyak kasus yang jelas pada

pemeriksaan klinis.

Obstruksi mekanik terhitung kira-kira 20 % dari tindakan bedah, kurang

lebih 2/3 dari kasusnya adalah kausa dari usus halus (small bowel). Penyebabnya

dapat dibagi secara umum yaitu ekstrinsik dan intrinsik. Penyebab ekstrinsik

adalah adhesi (setelah operasi atau inflamasi peritoneal), hernia (inguinalis,

femoralis), dan adanya massa, biasa ditemukan disseminated peritoneal

malignancy.

Penyebab dari obstruksi usus halus pada negara berkembang adalah adhesi

post-operasi (60%iikuti oleh keganasan, penyakit Crohn, batu empedu, dan

hernia, walaupun beberapa studi melaporkan penyakit Crohn mempunyai faktor

etiologik yang lebih tinggi dibandingkan dengan neoplasma.6

Penyebab tersering dari obstruksi usus besar (large bowel obstruction)

adalah karsinoma, kurang lebih 60 % terjadi pada colon sigmoid.Frekuensi

penyakit diverticular sebagai penyebab obstruksi sudah menurun sejak

diterapkannya diet tinggi serat.Volvulus dari colon terhitung 10 % dari kasus

obstruksi usus besar tapi pada beberapa negara berkembang terhitung 85 % dari

keseluruhan kasus.8

Obstruksi usus besar paling sering merupakan komplikasi dari keganasan

colo-rectal. Satu studi menemukan insidensinya sebanyak 16%.Pasien rata-rata

11

Page 12: Tb Milier

berumur 70 tahun keatas. Resiko dari obstruksi meningkat jika posisi lesi lebih ke

distal dan konsistensinya solid.25% dari tumor dapat berlanjut menjadi metastasis

jauh. Etiologi dari obstruksi usus besar adalah tergantung dari umur.Ada

perbedaan yang mungkin antara etiologi obstruksi usus pada beberapa negara

karena perbedaan pola makan, cuaca, dan faktor lain.6

d. Gejala Klinik

Diagnosis klinis dari obstruksi usus tergantung pada 4 temuan kardinal,

yaitu : nyeri perut, muntah, konstipasi atau obstipasi, dan distensi abdominal.

Meskipun demikian terkadang diagnosis sulit untuk ditegakkan karena penemuan

klinis yang ditemukan biasa bervariasi tergantung derajat dan level dari obstruksi

yang terjadi serta status vaskuler dari segmen yang mengalami obstruksi.1

Pada obstruksi mekanik tipikal, nyeri abdomen bermanifestasi seperti kram

dan intensitasnya meningkat secara bertahap. Seiring waktu meningkatnya

distensi usus menghambat motilitas dan nyeri menjadi mereda. Selanjutnya, pada

pasien dengan pasien obstruksi usus disebabkan oleh kanker, Pasien biasanya

orang tua dan mempunyai gejala yang berhubungan dengan lokasi tumor, dengan

gejala akut yang lebih kurang dari obstruksi usus halus. Nyeri abdomen

bermanifestasi seperti kram dapat muncul dengan penyebab lain dari akut

abdomen seperti kolik renal. Muntah atau konstipasi tidak spesifik untuk obstruksi

mekanik.1

e. Radiologi

Untuk mendiagnosis pasien Ileus Obstruktif , perlu dilakukan pemeriksaan

radiologi sebagai berikut :

1. Konvensional

Pada pemeriksaan konvensional, dapat dilakukan pemeriksaan BNO 3

Posisi (supine, erect, LLD) dan akan didapatkan hasil sebagai berikut2,10 :

a) Small Bowel Obstruction

12

Page 13: Tb Milier

Obstruksi usus halus menyebabkan dilatasi usus halus dan akumulasi dari

udara dan cairan pada bagian proksimal dari titik terjadinya obstruksi. Sedangkan

bagian distal dari titik terjadinya obstruksi tidak mengalami dilatasi/kolaps.

Perubahan foto radiografi polos biasanya mulai muncul tiga sampai lima jam dari

onset terjadinya obstruksi total. Pada obstruksi yang belum total, kelainan

radiologik baru dapat muncul beberapa jam hingga beberapa hari . Loop – loop

usus halus yang dilatasi (diameter maksimal dari usus halus <3 cm) mengandung

cairan dan/atau udara yang dapat dilihat pada foto polos abdomen posisi supine.

Pada foto posisi erect dapat dilihat air-fluid level yang multipel yang bersifat tidak

spesifik yang dapat dijumpai pada ileus paralitik, gastroenteritis, divertikulosis

jejunal, dll.5

Gambaran herring bone muncul pada obstruksi usus halus karena adanya

struktur valvula konniventes pada usus halus (duodenum, jejunum, dan ileum).

Pada saat terjadi dilatasi usus halus (> 3 cm) struktur ini akan terlihat memberikan

gambaran seperti herring bone appearance. Gambaran air-fluid level

menunjukkan adanya tingkat udara yang berdensitas lusen diatas cairan yang

berde nsitas intermediat. Adanya obstruksi menunjukkan udara usus tidak sampai

ke distal.5 Beberapa dengan lebar lebih dari 2,5 cm. pada kondisi ini, ada

perbedaan tinggi vertikal lebih dari 2 cm antara air-fluid level dalam loop usus

yang sama (area dilingkari). Ada juga distensi dari diameter usus halus lebih dari

2,5 cm dan rasio usus halus –usus besar lebih dari 0,5.11

13

Page 14: Tb Milier

Gambar 8 Ileus Obstruktif Konvensional

Gambar kiri menunjukkan beberapa dilatasi loop usus kecil di perut bagian atas.

Usus kecil tidak proporsional melebar dibandingkan usus besar. Gambar kanan

menunjukkan tingkat udara-cairan di loop melebar khas dari obstruksi usus halus.

Gambar 9 Ileus Obstruktif Foto BNO

Pada posisi supine: distensi usus halus (> 3 cm) dengan sejumlah valvula

koniventes memberikan gambaran “stack of coins” atau herring bone appearance

14

Page 15: Tb Milier

Gambar 10 Foto Polos Abdomen Posisi Erect menunjukkan air-fluid levels

multiple dengan ketinggian berbeda, memberi gambaran step ladder di dalam

loop-loop usus halus yang dilatasi . 13

b) Large Bowel Obstruction

Large bowel Obstruksi merupakan obstruksi yang terjadi di colon. Large

bowel obstruksi lebih jarang terjadi dibanding dengan small bowel obstruksi.

Hanya 20% darai angka kejadian obstruksi usus. Penyebab tersering dari large

bowel obstruction adalah keganasan 50-6%. Gambaran radiologik yang bisa

didapatkan pada large bowel obstruksi adalah distensi colon pada proksimal

hingga pada lokasi obstruksi dan kolaps pada bagian distal, seperti pada gambar

berikut :

15

Page 16: Tb Milier

Gambar 11 Foto Polos Abdomen. posisi supine, tampak gambaran dilatasi loop-

loop usus besar daerah perifer dengan diameter usus > 5cm dan terlihat haustra

yang tebal (a).6 Foto polos abdomen posisi erect, tampak dilatasi loop-loop usus

besar dan gambaran air fluid level bertingkat-tingkat/ step ladder appearance(6)

Gambar 13 (a) Air fluid level dengan ketinggian berbeda dalam loop usus yang

sama – step ladder sign dan (b) posisi tegak – string of pearls sign (panah)2

2.USG Abdomen

USG Abdomen dapat dilakukan pada pasien dengan curiga small bowel

obstruksi. USG dapat mendeteksi adanya air fluid level, dilatasi usus

proksimal dan kolaps distal. USG bersifat operator dependent yaitu sangat

bergantung pada ketelitian dan pengalaman operator. Gambaran radiologi

yang didapatkan dari pemeriksaan USG pada pasien dengan ileus obstruksi

adalah sebagai berikut :

16

Page 17: Tb Milier

Gambar14 Ileus Obstruktif Foto USG. Dinding usus menebal dengan pola

bertingkat echo (panah) dan ascites (A)

Gambar 15 obstruksi usus a. Loop – loop usus berisi cairan dengan keyboard sign.

b. Step ladder sign. potongan transversal (A) dan longitudinal (B) menunjukkan

dilatsi multiple loop – loop usus halus pada pasien dengan obstruksi pada distal

usus halus 2

3.CT Scan Abdomen

Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomen

dicurigai adanya strangulasi. CT–Scan akan mempertunjukkan secara lebih teliti

adanya kelainan-kelainan dinding usus, mesenterikus, dan peritoneum. CT–Scan

harus dilakukan dengan memasukkan zat kontras kedalam pembuluh darah. Pada

pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi. Berikut

gambaran yang didapatkan pada pasien ileus obstruksi dengan pemeriksaan CT

Scan Abdomen :

17

Page 18: Tb Milier

Gambar 16 CT scan axial dari obstruksi usus (CT scan axial menunjukkan adanya

cairan dan dilatasi loop usus kecil ( panah putih ) dan runtuh usus ( panah merah )

konsisten dengan obstruksi usus kecil mekanik.)

f. Diagnosis Banding

1. Ileus Paralitik2,8

Ileus Paralitik merupakan gangguan aktivitas motorikus sehingga udara dan

cairan berkumpul dalam usus yang data mengakibatkan distensi abdomen.

Ditemukan dilatasi usus (usus halus > 3 cm, usus besar > 8 cm) tanpa titik transisi,

terlihat air-fluid level. Bersifat akut, kronik, atau intermitten. Dengan etiologi

seperti gangguan neural, humoral, metabolik, trauma, pendarahan retroperitoneal,

dan fraktur spinal atau pelvis. Adapun gambaran radiologis yang bisa didapatkan

pada ileus paralitik adalah sebagai berikut:

18

Page 19: Tb Milier

Gambar 17. Foto Polos Abdomen. Dilatasi usus halus dan usus besar sampai

rektum disertai retensi udara dan cairan yang banyak. Air-fluid level yang

panjang-panjang dan cenderung tidak bertingkat. Tidak tampak herring-bone

appearance

Yang membedakan Ileus Obstruksi dan Ileus Paralitik adalah gambaran air

fluid level. Pada ileus obstruksi ditemukan air fluid level yang bertingkat,

sedangkan pada Ileus Paralitik air fluid level yang memanjang. Selain itu, pada

Ileus Obstruksi juga ditemukan Herring Bone appereance. Dilatasi pada Ileus

Obstruksi tidak merata pada semua loop usus, hanya dilatasi padda proksimal

hingga lokasi obstruksi dan kolaps pada bagia distalnya, seangkan pada Ileus

Paralitik dilatasi ditemukan pada semua loop loop usus.

g. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan obstruksi ileus adalah pembedahan. Ketepatan waktu pada

penanganan dengan jelas telah menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Hal

ini terutama disebabkan telah dipahaminya dengan tepat patogenesis penyakit

serta perubahan homeostasis sebagai akibat obstruksi usus.12

h. Komplikasi

Komplikasi ileus obstruktif sebagai berikut:12

1. Nekrosis usus

2. Perforasi usus

Merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada pasien Ileus

Obstruksi. Pemeriksaan Radiologi yang dapat dilakukan untuk mendapatkan

gambaran radiologi pada perforasi usus, salah satunya adalah foto polos abdomen,

dengan posisi LLD (left lateral decubitus) dapat dilakukan jika posisi erect tidak

dapat dilakukan.

19

Page 20: Tb Milier

Gambaran udara bebas berada di tepi lateral dari hati. Ketika terdapat udara

bebas dalam abdomen, usus menjadi lebih jelas terlihat dengan adanya udara pada

kedua sisi dinding usus. Ini disebut sebagai Riggler’s sign/double wall sign.13

Gambar 18. Gambaran Perforasi Usus

Tanda-tanda pneumoperitoneum pada terlentang. Film polos abdomen

(panah): "Wind tanda" atau "berkilau tanda hati ", subhepatic udara bebas

sebagai paralel linear pengumpulan, tanda ligamen bengkok "kubah".

3. Sepsis

4. Syok-dehidrasi

5. Abses

6. Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi

7. Pneumonia aspirasi dari proses muntah

8. Gangguan elektrolit

9. Meninggal

i. Prognosis

Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan operasi

dapat segera dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika

terjadi strangulasi atau komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas sampai

20

Page 21: Tb Milier

sekitar 35% atau 40%. Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan

dengan cepat.12

II. DISKUSI

Seorang wanita, 44 tahun MRS dengan keluhan utama sesak nafas. Dialami

sejak ± 2 bulan sebelum masuk rumah sakit. Keluhan sesak nafas timbul terus

menerus dan memberat dalam 2 minggu terakhir. Sesak nafas tidak dipengaruhi

oleh aktivitas. Saat ini pasien tidak mampung berbaring dalam posisi terlentang.

Batuk ada dialami sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan batuk berlendir berwarna

putih. Riwayat batuk darah ada. Riwayat penurunan nafsu makan dan penurunan

berat badan ada. Riwayat dirawat diRSUD dan di diagnosis dengan TB paru. Saat

ini mendapatkan terapi OAT kategori I yang dikonsumsi sejak 2 bulan yang lalu.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 88

kali/menit, pernafasan 40 kali/menit, dan suhu 36,7oC. Pada pemeriksaan fisis

paru didapatkan bunyi tambahan ronkhi di kedua lapangan paru. Pemeriksaan fisis

lainnya dalam batas normal.

Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung.

Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi

akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam.

Distensi abdomen dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal dan

semakin jelas pada sumbatan di daerah distal. Bising usus yang meningkat dan

“metallic sound” dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di

daerah distal.

Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan kesan leukositosis dan

belum ada penurunan fungsi ginjal maupun kesembangan elektrolit yang

terganggu. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa nilai laboratorium

pada awalnya normal, kemudian akan terjadi hemokonsentrasi, leukositosis, dan

gangguan elektrolit.

Dari hasil pemeriksaan foto abdomen 3 posisi ditemukan udara usus tidak

terdistribusi sampai ke distal colon, tampak dilatasi loop-loop usus disertai

gambaran herring bone dan tampak air fluid level yang bertingkat-tingkat dan

21

Page 22: Tb Milier

memberikan gambaran step-ladder, tidak tampak udara bebas subdiafragma,

kedua psoas line tidak tervisualisasi, prepreritoneal fat line intak kanan tidak

tervisualisasi, dan tulang-tulang lainnya intak dengan kesan gambaran ileus

obstruktif. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa gambaran

radiologi ileus obstruksi berupa dilatasi usus dengan air fluid levels. Pada posisi

supine distensi usus halus memberikan gambaran “stack of coins atau herring

bone appearance. Pada posis tegak/lateral decubitus tampak multiple air fluid

levels dengan ketinggian berbeda pada loop usus yang sama memberikan

gambaran step ladder

22

Page 23: Tb Milier

Pasien saat ini telah konsul ke bagian bedah digestif untuk penanganan operatif.

Dan prognosis dari pasien ini adalah dubia et bonam.

DAFTAR PUSTAKA

1. Marincek, Borut dan Robert F. Dondelinger. Emergency Radiology –

Imaging and Intervention. New York: Springer; 2007.p. 435, 438, 436-

437.

2. Bactiar Murtala. Editor. Ileus obstruktif dan ileus paralitik dalam

Radiologi Trauma dan Emergensi. Bogor: IPB Press; 2012. H.159-168.

3. Indrayani Margaretha N. Diagnosis dan Tatalaksana Ileus Obstruktif. Bali:

Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Press:2013.

P. 3-5.

4. R. Putz dan R. Pabst. Editor. Anatomi sistem pencernaan dalam Atlas

Anatomi Manusia, Sobotta Jilid 1 Edisi 21. Jakarta: EGC; 2007.h.14.

23

Page 24: Tb Milier

5. Silva, Ana Catarina et al. Small Bowel Obstruction: What to Look for.

RadioGraphic 2009; 423-439.

6. Peyvasteh, Mehran et al. Ileus and Intestinal Obstruction – Comparison

Between Children and Adults. Polski Przeglad Chirurgiczny 2011. 83, 7,

367-371.

7. Jonen, James. Rigler’s triad. [online]. 2014 [cited 2014 Juny 18];

Available from: URL: http://radiopaedia.org/articles/riglers-triad

8. Sutton, David. Textbook of Radiology and Imaging Seventh Edition

Volume 1. United Kingdom: Churchill Livingstone; 2003.p. 1539-1540,

1597.

9. Sjahriar Rasad. Editor. Radiologi Diagnostik. Edisi kedua. Jakarta: FK UI;

h. 411.

10. Ahuja, Anil T et al. Case Studies in Medical Imaging. New York:

Cambridge University Press; 2006.p. 276-277.

11. Mullan, Charles P. et al. Small Bowel Obstruction. AJR: 198, February

2012.

12. Raini. Ileus Obstruktif. Jakarta: Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran

Universitas Trisakti: 2012. h. 21-23.

13. Soetikno D. Ristaniah. Radiologi Emergensi. Cetakan pertama. 2011.

Hal.148

24