tata ruang rumah adat sunda
DESCRIPTION
Bahan material rumah adat sunda tidak ada yang menggunakan bahan material yang berasal dari tanah. Hal ini terjadi karena mereka percaya bahwa bahan bahan material yang digunakan untuk membangun rumah berasal dari tanah itu pertanda bahwa orang yang tinggal di dalamnya telah di kubur, karena tanah adalah tempat tinggal orang yang sudah mati/dikubur. Karena itu masyarakat sunda memanfaatkan bahan material lain dalam kehidupan masyarakat mereka. Bambu adalah sebuah material alam yang sangat dominan digunakan oleh mereka. Karena kondisi alam di sekitaran tanah alam Sunda memiliki material bambu yang berlimpah. Hal ini dapat memengaruhi terbentuknya budaya yaitu budaya bambu. Masyarat sunda lebih mengenal dan akrab dengan pohon bambu karena faktor ini muncul konsep budaya bambu ditengah tengah mereka Material bambu ini digunakan karena memiliki sifat fisik yang kuat dan mempunya elastisitas tersendiri. Semua bagian bambu bisa dimanfaatkan oleh masyarakt sunda. Tetapi tidak hanya memiliki fungi fisik dan manfaat yang banyak bambu menurut masyarakat sunda memiliki makna filosofis tersendiri yang selalu dijadikan pedoman hidupnya mereka. Bambu juga dapat diaplikasian kedalam sebuah bangunan arsitektual rumah adat Suda. Kata kunci : Budaya bambu, Sifat bambu, Makna Filosifis bambu, Aplikasi bambu dalam rumaha adat dan manfaatnya.TRANSCRIPT
Tugas:
Sejarah Teori dan Kritik Arsitektur Semester Ganjil 2014
dosen pengampu: Ahmad Nur Sheha Gunawan, S.T., M.T .14811471-2
TATA RUANG RUMAH ADAT SUNDA
NIM : 1403120069
Muhammad Ihsan Ash-Shiddiq
Jurusan Desain Interior , Fakultas Industri Kreatif, Universitas Telkom Bandung
Jl. Telekomunikasi Terusan Buah Batu Bandung 40257 Indonesia Telp: 022 7564108
Abstrak
Membangun rumah tradisional bagai masyarakat suku Sunda bertari
mempertahankan dan menghormati warisan nenek moyang, begitu pula
menghormati aliran kepercayaan yang diturunkan olah nenek moyang
mreka. Konsep arsitektur rumah yang natural terus dijaga dengan
menggunakan material rumah yang berasal dari alam. Secara tidak
langsung, hal ini dapat menjaga kelestarian alam di lingkungan mreka
tinggal, Dalan proses pembangunan rumah di kampong, masih terjalin
rasa kekerabatan serta saling membantu antar sesama, hal itu lah yang
menyebabkan masih banyaknya masyarakat yang bergotong-royong
untuk membantu mendirikan rumah di kampung. Pengaturan tata
ruang tradisional Sunda, tidak terlepas dari sistem pengetahuan yang
tercermin dari kosmologinya, dapat dilihat dari setiap pembangunan
rumah biasanya didahului dengan perhitungan-perhitungan yang
didasarkan pada hari / tanggal kelahiran istri ditambah suami yang
memiliki rumah tersebut. Pada waktu ditetapkan, maka dilakukan
hajatan untuk meminta restu karuhun dan agar terhindar dari
pengaruh kekuatan-kekuatan yang dianggap buruk. Dengan demikian,
pengetahuan tentang tata ruang dalam pandangan manusia Sunda t
ampak dengan jelas memadukan konsep dunia gaib dengan dunia
manusia yang menjelma kontras, tetapi saling mengisi antara dunia
laki-laki dan dunia wanita.
Kata kunci : Tata ruang rumah adat sunda
Tugas:
Sejarah Teori dan Kritik Arsitektur Semester Ganjil 2014
dosen pengampu: Ahmad Nur Sheha Gunawan, S.T., M.T .14811471-2
1. Pendahuluan
Rumah bagi orang Sunda identik dengan
"dunia". Rumah dalam bahasa Sunda adalah
imah atau bumi, dalam bahasa Indonesia
sepadan dengan bumi atau dalam pengertian
yang sesungguhnya yaitu dunia. Rumah bagi
orang Sunda memiliki sifat kewanitaan yang
diamati dari ucapan ‘kumaha anu di imah?’
yang dalam Bahasa Indonesia dapat di
maknai sebagai ‘bagaimana istri di rumah?’.
Ungkapan tersebut tercemin bagaimana
peranan seseorang wanita atau istri yang
sangat menentukan di rumah, istri sebagai
tuan rumah.
2. Latar Belakang
Penempatan letak tataruang rumah adat
sunda tidak lah lepas dari kepercayaan
masyarakat yang beredar, sehingga
membentuk sebuah filosofi dan kepercayaan
yang sangat mempengaruhi bentuk tataletak
rumah adat sunda dengan membagi
fungsinya dengan masing-masing
berdasarkan filosifi yang mereka percaya.
3. Studi Literatur
Pengaturan tata ruang tradisional Sunda,
tidak terlepas dari sistem pengetahuan yang
tercermin dari kosmologinya, dapat dilihat
dari setiap pembangunan rumah biasanya
didahului dengan perhitungan-perhitungan
yang didasarkan pada hari / tanggal kelahiran
istri ditambah suami yang memiliki rumah
tersebut. Pada saat waktu ditetapkan, maka
dilakukan hajatan untuk meminta restu
karuhun dan agar terhindar dari pengaruh
kekuatan-kekuatan yang dianggap buruk.
Dengan demikian, pengetahuan tentang tata
ruang dalam pandangan manusia Sunda
tampak dengan jelas memadukan konsep
dunia gaib dengan dunia manusia yang
menjelma kontras, tetapi saling mengisi
antara dunia laki-laki dan dunia wanita.
Pelataran atau halaman (buruan) biasanya
terbagi dua; halaman depan dan belakang.
Halaman depan dibiarkan terbuka untuk
tempat anak-anak bermain dan tempat orang
tua berbincang, akan tetapi bagi wanita
biasanya mengobrol di bagian belakang
(dapur), dengan demikian halaman depan
identik dengan daerah laki-laki. Halaman
belakang biasanya merupakan tempat
aktivitas wanita. Di sini terdapat sumur,
kolam, dan biasa pula terdapat berbagai jenis
tanaman yang berkhasiat sebagai obat dan
tanaman bumbu dapur. Di daerah Priangan,
peranan sumur dan kolam sangat penting,
karena keduanya berhubungan dengan air
yang memiliki kaitan erat dengan
kepercayaan akan kesuburan atau dunia
bawah (Hiding, 19121, Weesinmg, 1978 :55)
Tugas:
Sejarah Teori dan Kritik Arsitektur Semester Ganjil 2014
dosen pengampu: Ahmad Nur Sheha Gunawan, S.T., M.T .14811471-2
4. Isi dan Pembahasan
Konsep dasar pembagian ruang pada
rumah tradisional Sunda, berlaku klasifikasi
dua, yaitu ruang tepas 'depan' dan ruang
belakang; terdiri atas ruang padaringan
'tempat menyimpan beras' dan dapur. Di
antara kedua ruang tersebut ada ruang
pemisah atau ruang antara, yaitu ruang
tengah yang berfungsi sebagai ruang
penghubung. Tepas adalah ruang laki-laki,
berfungsi sebagai tempat menerima tamu,
walaupun wanita boleh masuk ke ruangan ini.
Ruang tengah 'tengah imah' merupakan
daerah netral digunakan untuk berkumpul
seluruh anggota keluarga, mereka berbaur di
tempat ini, dan berfungsi pula sebagai
penghubung antara ruang tepas 'depan'
dengan ruang belakang 'dapur'. Ruang
pangkeng 'tidur', merupakan kategori daerah
wanita dan sangat dominan menggambarkan
ciri kewanitaan. Siapa pun dilarang masuk ke
dalam ruangan ini, kecuali suami istri. Ruang
tidur ini biasanya terletak di sebelah kanan
agak menyudut dari arah kamar. Secara
struktural letaknya agak menjauh dari ruang
padaringan dan ruang tamu yang biasanya
terletak di daerah tepas yang agak menjorok
ke arah sudut kiri.
Ruang belakang terdiri atas dua ruang
utama, yaitu padaringan dan dapur, letaknya
yang lebih umum di arah timur-barat. Dunia
wanita dalam klasifikasi ruang tercermin di
daerah ini, di mana beras tersimpan dan
sesajen tersedia untuk para lelembut ‘Nyi Sri
yang memiliki sifat kewanitaan', laki-laki
sama sekali dilarang masuk ke area ini,
pamali 'tabu', karena baik sesajen dan
penempatan beras di dalam ruangan ini ditata
dan dibuat oleh wanita. Begitu pula dengan
ruang dapur adalah ruang segala aktivitas.
Penataan atas dasar ini, membuat rumah
menjadi suatu cosmos kecil, di mana tempat
atau rumah terendah di bawah lantai,
terutama diperuntukkan bagi binatang dan
sampah (meskipun adakalanya digunakan
juga untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan
Gambar 4.1: Tata ruang rumah adat Sunda
Sumber: Data pribadi
Tugas:
Sejarah Teori dan Kritik Arsitektur Semester Ganjil 2014
dosen pengampu: Ahmad Nur Sheha Gunawan, S.T., M.T .14811471-2
rumah tangga lainnya). Tengah rumah untuk
tempat berdiam dan ini juga dibedakan antara
tempat untuk umum atau untuk bekerja
dengan tempat yang lebih tinggi (lihat rumah
Baduy) untuk acara-acara atau untuk tidur.
Tempat yang paling tinggi ialah goah sebagai
tempat suci untuk menyimpan beras dan
untuk memberikan sesajian kepada leluhur
(Errington, 1979 : 13, Nguyen, 1934 :471)
5. Kesimpulan
Rumah Adat sunda memiliki makna
filosofis yang kuat dan kental anak budaya
leluhur nenek moyang mereka. Meurut
kepercayaan masyarakt sunda, rumah itu
memiliki 3 area yang terdiri dari area depan,
area tengah dan area belakang.
Area depan yang biasa disebut dengan
‘tepas’ yang di simbolkan untuk ruang laki-
laki yang bermaksud untuk menjaga
keamanan rumah dari penjaht, dedemit, jurig,
dll yang berikatan dengan dunia luar dan juga
area depan sebagai tempat menerima tamu.
Area tengah berfungsi sebagai area
perantara Antara area depan dan area
belakang. Area tengah berifat netral yang
biasanya digunakan untuk menerima tamu
yang dating kerumah atau tempat
berkumpulnya keluarga. Area ini
disimbolkan dengan ruang laki laki dan
perempuan.
Area belakang (padaringan) yang
berfungsi sebagai dapur dan goah (tempat
menimpan beras). Area belakang ini bisa
dibilang sangat sakral, karena pada area ini
laki laki tidak boleh memasukinya atau bisa
di bilang tabu bagi laki laki. Area ini
melambangkan kewanitaan yang di
lambangkan dengan Dewi Sri sebagi dewi
padi atau yang biasa orang awam sebut
sebagai dewi yang memiliki sifat kewanitaan.
Gambar 4.2: Tata ruang rumah adat Sunda
Sumber: Data pribadi
Tugas:
Sejarah Teori dan Kritik Arsitektur Semester Ganjil 2014
dosen pengampu: Ahmad Nur Sheha Gunawan, S.T., M.T .14811471-2
6. Daftar Pustaka
Referensi Buku
Anwar, Hendi dan Hafizh Achmad Nugraha.
2013. Rumah Etnik Sunda. Jakarta: Griya
Kreasi
Referensi Internet
http://bubututan.files.wordpress.com (19
September 2014)
http://digilib.itb.ac.id (22 September 2014)
http://download.portalgaruda.org (22
September 2014)
http://elib.unikom.ac.id (22 September
2014)
http://gema-budaya.blogspot.com (19
September 2014)
http://kp-sindangbarang.com (21 September
2014)
http://negeritimur.com (22 September 2014)
http://sosok.kompasiana.com (20 September
2014)
http://sundamatandang.blogspot.com (22
September 2014)
Referensi Karya Tulis
Deny Martinus. 2014. RUMAH
TRADISIONAL SUNDA DALAM
PERSPEKTIF TEORI PARADOKS. Google,
22 Mei 2014.