skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...praktik dan sistem kewarisan adat...

99
PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan Asas-asas Kewarisan Islam) SKRIPSI Diajukan Pada Fakultas Syariah Dan Hukum Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Disusun oleh : Winda Nur Fadillah 1113044000084 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULAH JAKARTA 2017

Upload: dangnhi

Post on 26-Jul-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA

MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN

KUNINGAN

(Tinjauan Asas-asas Kewarisan Islam)

SKRIPSI

Diajukan Pada Fakultas Syariah Dan Hukum Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana (S1)

Disusun oleh :

Winda Nur Fadillah

1113044000084

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULAH

JAKARTA

2017

Page 2: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADAMASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN

KUNINGAN

(Tinjauan Asas-asas Kewarisan Islam)

SKRIPSI

Diajukan Pada Fakultas Syariah Dan Hukum Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana (S1)

Oleh :

Winda Nur Fadillah

NIM : 1113044000084

Dibawah bimbingan :

Sri Hidayati, M. AgNIP : 197102151997032002

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA(AHWAL SYAKHSIYYAH)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULAH

JAKARTA

2017

Page 3: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan
Page 4: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan
Page 5: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

ABSTRAK

Winda Nur Fadillah, NIM : 1113044000084, PRAKTIK DAN SISTEMKEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUIKECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan Asas-asasKewarisan Islam). Program Studi Hukum Keluarga (Ahwal Syakhsiyyah), FakultasSyariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.

Studi ini bertujuan untuk mengetahui: bagaimana praktik pembagian warisandi Desa Andamui Kecamatan Ciwaru Kabupaten Kuningan, apa yangmelatarbelakangi pembagian warisan di desa Andamui Kecamatan Ciwaru KabupatenKuningan, apakah terdapat perbedaan antara sistem pembagian waris adat sundadengan sistem pembagian waris menurut hukum Islam. Tujuan dari penelitian iniadalah untuk mengetahui latar belakang pembagian warisan di desa AndamuiKecamatan Ciwaru Kabupaten Kuningan.

Dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode kualitatif, yaitu penelitianyang menghasilkan deskriftif, seperti kata-kata tertulis atau lisan orang-orang danprilaku yang diamati. Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah dengan caramenggunakan pendekatan yuridis empiris atau sering juga disebut penelitian nondoctrinal merupakan penelitian yang bertitik tolak pada data primer, yakni data yangdiperoleh langsung dari objek penelitian, seperti masyarakat sebagai sumber pertamadalam suatu penelitian. Penelitian ini umumnya mencari tahu jawaban terhadapkesenjangan antara hukum yang seharusnya (das sollen) dengan hukum kenyataannya(das sein).

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah berdasarkan hasil penelitianlapangan, bahwa praktik pembagian warisan di desa Andamui menggunakan sistembilateral, dengan cara menarik garis keturunan dari dua sisi, baik dari pihak ayahmaupun dari pihak ibu. Di dalam sistem ini kedudukan anak laki-laki dan perempuandalam hukum waris sama dan sejajar. Artinya, baik anak laki-laki maupun anakperempuan merupakan ahli waris dari harta peninggalan orang tua mereka. Namunada perbedaan antara anak perempuan dengan anak laki-laki, perbedaannya terletakdalam masalah pembagian rumah pusaka. Apabila yang menjadi anak perempuan(biasanya rumah pusaka diberikan kepada anak perempuan bungsu apabila anakperempuannya lebih dari satu) maka rumah pusaka secara keseluruhan diberikankepada anak perempuan.

Pembimbing : Sri Hidayati, M. AgDaftar Pustaka : Tahun 1938 - 2011

Page 6: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat sehat dan

hidayah serta inayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan dan

penulisan skripsi. Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan Allah SWT kepada

Rasul-Nya, yakni Nabi Muhammad SAW serta seluruh keluarga, sahabat dan

pengikutnya sampai akhir zaman.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan sebesar-

besarnya atas keterlibatan semua pihak yang telah membantu menulis dan menyusun

skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis sepatutnya mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Abdul Halim, M. Ag dan Arip Purkon S. HI., MA, Ketua dan Sekertaris

Program Studi Ahwal Syakhsiyyah yang senantiasa memotivasi penulis untuk

segera menyelesaikan skripsi ini.

3. Sri Hidayati, MA, Dosen Pembimbing skripsi, penulis menghaturkan banyak

terima kasih karena telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memotivasi

penulis.

Page 7: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

4. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang tidak bisa disebutkan satu per

satu yang telah memberikan Ilmunya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan studi di kampus ini.

5. Bapak pimpinan dan Staff karyawan perpustakaan umum, perpustakaan Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan

perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang telah membantu dan

menyediakan bahan-bahan bacaan untuk penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ayahanda Carta dan Ibunda Uum Umriawati, kedua orang tua tercinta yang telah

memberikan dorongan, baik moril maupun materil dari awal hingga akhir

penyusunan skripsi ini.

7. Adinda Ezza Mudzillah beserta keluarga besar di rumah kediaman di Desa

Andamui, Kuningan yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis

dalam menyelesaikan proses penyelesaian skripsi.

8. Sahabat Kautsar, terutama Chentia Elda dan Awaliyuningsih yang telah

memberikan dorongan dan semangat kepada penulis sehingga penulis berhasil

menyusun skripsi ini. Semoga persahabatan kita ini berlangsung selamanya,

aamiin.

9. Sahabat perjuangan, terutama Hilda Hapsari, Vivin Zuhrotunnisa, Zulkifly

Rachman, Ahmad Taufik serta KKN Al-izza 13, jutaan terima kasih penulis

ucapkan karena turut mendoakan keberhasilan, memberi partisipasi, dan semangat

kepada penulis demi keberhasilan penulisan karya ilmiah ini.

Page 8: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

10. Teman-teman satu angkatan 2013 program studi Hukum Keluarga (Ahwal

Syakhsiyyah) yang telah banyak membantu serta betukar pikiran, baik selama

belajar maupun hingga detik-detik pelaksanaan wisuda.

11. Casmedi, dan Syafrudin, Kepala Desa dan Sekertaris Desa Andamui, yang telah

bersedia meberikan data-data Desa. Tak lupa kepada masyarakat Desa Andamui

yang telah bersedia memberikan waktunya untuk diwawancarai.

12. Tak terlupakan, terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam

kelancaran penulisan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga segala kebaikan dan sumbangsihnya dicatat oleh Allah SWT sebagai

investasi amal untuk bekal di akhir nanti. Aamiin.

Jakarta, 11 April 2017

Page 9: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI ................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................... iv

ABSTRAK…… ....................................................................................... v

KATA PENGANTAR. ............................................................................ vi

DAFTAR ISI............................................................................................ viii

BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah................................................ 1B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ............. 4C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................... 5D. Review Studi Terdahulu................................................ 6E. Metodoe penelitian........................................................ 8F. Teknik Pengumpulan Data............................................ 10G. Kerangka Teori.............................................................. 11H. Teknik Penulisan........................................................... 14I. Sistematika Penulisan ................................................... 15

BAB II SISTEM KEWARISAN ADAT DI INDONESIA ........ 17

A. Pengertian Hukum Waris Adat ..................................... 17B. Dasar Pembagian Warisan ............................................ 19C. Sistem Masyarakat Hukum Waris Adat ........................ 19D. Sistem Kewarisan Menurut Hukum Adat ..................... 23E. Asas-asas Hukum Waris Adat....................................... 25F. Harta Warisan................................................................ 26G. Ahli Waris ..................................................................... 30H. Hak-hak Yang WajibI. Ditunaikan Sebelum Warisan........................................ 32J. Proses Pewarisan........................................................... 33

BAB III SISTEM KEWARISAN ADAT DI INDONESIA .......... 48

A. Pengertian Hukum Waris .............................................. 48B. Dasar Pembagian Warisan ............................................ 50C. Sistem Masyarakat Hukum Waris Adat ...................... .. 50D. Sistem Kewarisan Menurut Hukum Adat ..................... 52E. Asas-asas Hukum Waris Adat....................................... 54F. Harta Warisan................................................................ 54G. Ahli Waris ..................................................................... 55

Page 10: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

H. Proses Pewarisan........................................................... 56

BAB IV PRAKTIK PEMBAGIAN WARIS

DI DESA ANDAMUI ........................................................ 59

A. Gambaran Umum Desa Andamui ................................. 59B. Sistem Kewarisan Adat Sunda Secara Umum .............. 65C. Sistem Kewarisan Adat Di Desa Andamui ................... 67D. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kewarisan Adat

Sunda Di Desa Andamui Kecamatan CiwaruKabupaten Kuningan..................................................... 71

BAB V PENUTUP............................................................................ 75

A. Kesimpulan..................................................................... 75B. Saran ............................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 77

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kewarisan merupakan permasalahan yang fundamental, karena berkaitan

dengan pembagian harta kekayaan orang meninggal dunia kepada ahli

warisnya.Bahkan seringkali terjadi perselisihan antara para ahli waris dalam

pembagiannya. Hal ini disebabkan fitrah manusia lebih cenderung serakah,

matrelistis, dan rela mengorbankan hak-hak orang lain demi kepentingan dan

ambisi pribadinya. Oleh karena itu perlu ada sebuah sistem hukum untuk

mengatur pembagian tersebut guna mencegah perselisihan dan

ketidakadilan.Wahbah al- Zuhaily dalam kitabnya al- Fiqh al-Islamy Wa

Adillatuh mendefinisikan bahwa kewarisan adalah:

1یة یعرف بھا نصیب كل وارث من التركةھو قواعد فقھیة وحسا ب

Artinya: “Kaidah-kaidah fiqh dan hitungan-hitungannya yang dari kaidah-kaidahitu diketahui bagian dari harta pusaka untuk ahli waris”

Setiap manusia pasti mengalami peristiwa kelahiran dan akan mengalami

kematian, peristiwa kelahiran seseorang tentu akan menimbulkan akibat-akibat

hukum, seperti timbulnya hubungan hukum dengan masyarakat sekitar dan

timbulnya hak dan kewajiban pada dirinya. Peristiwa kematian pun

akanmenimbulkan akibat hukum kepada orang lain, terutama kepada pihak

1Wahbah al-Zuhaily, al- Fiqh al-Islamy Wa Adillatuh, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1989),h. 243

Page 12: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

2

keluarga dan pihak-pihak tertentu yang ada hubungan dengan si mayat semasa

hidupnya2.

Tentang pemberlakuan hukum Islam bagi masyarakat Indonesia,

khususnya bidang waris tercantum dalam UU No.7 tahun 1989 jo. UU No.3 tahun

2006 jo. UU No.50 tahun 2009 tentang Peradilan Agama. Pada Pasal 49 berbunyi:

“Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan

menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama

Islam di bidang: Perkawinan, Warisan, Wasiat, Hibah, Wakaf, Zakat, Infaq,

Shadaqah, dan Ekonomi Syariah.

Sehubungan dengan hal tersebut, ketika dalam pembagian harta warisan

terjadinya sengketa waris, apabila yang berperkaranya orang Islam maka perkara

sengketa warisan diselesaikan di Pengadilan Agama, namun apabila yang

berperkara orang non Islam, maka perkara sengketa warisan diselesaikan di

Pengadilan Negeri.

Berkenaan dengan penyelesaian warisan tersebut, masyarakat Desa

Andamui dalam penyelesaian pembagian harta warisan, mereka tidak

menyelesaikannya di Pengadilan Agama, namun lebih kepada musyawarah

keluarga dengan menggunakan sistem adat yang berlaku di Desa Andamui yaitu

dengan bagi rata.

Di Indonesia hukum kewarisan adat sangat dipengaruhi oleh prinsip garis

keturunan yang berlaku pada masyarakat yang bersangkutan. Setiap sistem

keturunan yang terdapat dalam masyarakat Indonesia memiliki kekhususan dalam

2 Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam,(Jakarta: Gaya Media Pratama, November 2002), h. 13

Page 13: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

3

hukum warisnya yang satu sama lain berbeda-beda, yaitu3:Sistem Patrilineal,

Sistem Matrilineal, Sistem Parental atau Bilateral.

Hukum waris adat mempunyai corak dan sifat-sifat tersendiri yang khas

Indonesia, yang berbeda dari hukum Islam maupun hukum Barat.Bangsa

Indonesia yang murni dalam berfikir berasas kekeluargaan, yaitu kepentingan

hidup yang rukun damai lebih diutamakan dari pada sifat-sifat kebendaan dan

mementingkan diri sendiri.

Hukum kewarisan adat di Indonesia sangat dipengaruhi oleh prinsip garis

keturunan yang berlaku pada masyarakat yang bersangkutan, yang mungkin

merupakan patrilineal, patrilineal beralih-alih (alternerend), matrilineal ataupun

bilateral, ada pula prinsip unilateral berganda atau (dubbel-unilateral). Prinsip-

prinsip garis keturunan terutama berpengaruh terhadap penetapan ahli waris

maupun bagian harta peninggalan yang diwariskan (baik yang material maupun

immaterial).4

Hukum kewarisan adat Sunda contohnya, lebih kental nuansa adatnya,

coraknya lebih sama dengan sistem parental atau bilateral yakni pembagian

warisan yang ditarik menurut garis orang tua (bapak ibu) dimana kedudukan pria

dan wanita tidak ada perbedaan dalam pewarisan. Dalam pembagiannya tidak ada

pemilahan secara beda, sistem ini lebih menitik beratkan atas asas kekeluargaan

(musyawarah) di mana antara laki-laki dan perempuan mendapat sama rata.

3 Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia Dalam Perspektif Islam, Adat, dan BW,(Bandung: PT Refika Aditama, 2007),h. 41

4 Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 2002), h. 259

Page 14: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

4

Untuk mengetahui apakah terdapat asas-asas hukum Islam dalam hukum

waris adat pada masyarakat Desa Andamui yang diketahui sistem kekerabatannya

bilateral dan 100% pemeluk agama Islam perlu diadakan penelitian dengan cermat

sistem kewarisan, praktek pembagian waris, obyek waris, serta waktu harta waris

itu akan dibagi-bagikan dan proses pembagian harta waris itu dilakukan.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih akurat dan terarah sehingga tidak menimbulkan

masalah baru serta pelebaran secara meluas, penulis akan membatasi

permasalahan ini pada “Praktik dan Sistem Kewarisan Adat Sunda Pada

Masyarakat Desa Andamui Kecamatan Ciwaru Kabupaten Kuningan

(Tinjauan Asas-asas Kewarisan Islam)”

2. Perumusan Masalah

Sebagai salah satu dari bangsa Indonesia, masyarakat Desa Andamui yang

menempati wilayah Kecamatan Ciwaru Kabupaten Kuningan memiliki adat

dan hukum adat sendiri dengan sistem kekerabatan yang bersifat bilateral atau

parental.

Untuk mengetahui sistem hukum adat masyarakat Desa Andamui dengan

sistem kekerabatan yang bilateral padahal 100% pemeluk agama Islam perlu

diadakan penelitian dengan cermat agar diketahui secara benar tentang hukum

waris adat masyarakat Desa Andamui, baik sistem kewarisan, praktik

Page 15: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

5

pembagian waris, obyek waris, serta waktu harta waris itu akan dibagi-

bagikan dan proses pembagian harta waris itu dilakukan.

Agar lebih terperinci perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana praktik dan sistem pembagian warisan di Desa Andamui

Kecamatan Ciwaru Kabupaten Kuningan?

b. Apa yang melatarbelakangi pembagian warisan di Desa Andamui

Kecamatan Ciwaru Kabupaten Kuningan?

c. Apakah terdapat perbedaan antara sistem pembagian waris adat sunda

dengan sistem pembagian waris menurut hukum Islam?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Seiring dengan pembatasan dan perumusan masalah di atas, maka yang akan

menjadi tujuan dari penelitian skripsi ini adalah :

a. Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum

pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Untuk mengetahui bagaimana praktik pembagian warisan di Desa

Andamui Kecamatan Ciwaru Kabupaten Kuningan.

c. Untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi pembagian warisan di Desa

Andamui Kecamatan Ciwaru Kabupaten Kuningan.

d. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara sistem pembagian

waris adat sunda dengan sistem pembagian waris menurut hukum Islam.

Page 16: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

6

2. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dari pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Agar penelitian ini menjadi sangat penting dan bermanfaat bagi

peningkatan kesadaran hukum kepada masyarakat khususnya mengenai

tatacara pembagian warisan.

b. Bagi masyarakat pembaca umumnya dan mahasiswa khususnya, tulisan ini

diharapkan supaya menjadi salah satu sumber bacaan yang dapat

dipertimbangkan dalam memecahkan masalah yang relevan.

c. Untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang

hukum yang menyangkut hal pembagian harta warisan.

D. Review Studi Terdahulu

Sebelumnya penulis sedikit kesulitan untuk mendapatkan review yang

benar-benar sama dengan judul skripsi ini, akan tetapi penulis menemukan

beberapa skripsi yang sekiranya dapat dijadikan sebagai studi review, yaitu :

1. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kewarisan Adat Mayarakat kampung Naga

di Tasikmalaya, ditulis oleh Aris Riansyah

(10444101392/SAS/PA/1430H/2009M. Skripsi ini menitik beratkan pada

perbandingan waris adat di kampung Naga dengan hukum Islam. Kesimpulan

dari skripsi ini adalah pembagian harta waris yang ditempuh oleh masyarakat

Kampung Naga adalah dengan cara hibah dan hibah wasiat, hal itu dilakukan

untuk mengantisipasi terjadi persengketaan diantara ahli waris dan supaya

tercapainya kemaslahatan agar harta tersebut tidak jatuh atau keluar kepada

yang selain keluarganya.

Page 17: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

7

2. Analisa Perbandingan Hukum Kewarisan Adat Sunda dengan Hukum

Kewarisan Islam, ditulis oleh Aef Saifullah

(103044128081/SAS/PA/1428H/2007M. Skripsi ini menitik beratkan pada

perbandingan waris adat Sunda dengan hukum kewarisan Islam. Kesimpulan

dari skripsi ini adalah Hukum kewarisan adat Sunda dan hukum kewarisan

Islam pada prinsipnya sama. Persamaan dan perbedaan yang mendasar dari

kedua sistem hukum tersebut terletak pada pengertian, proses terjadinya

kewarisan, sumber, rukun, syarat, sebab-sebab dan penghalang yang mewarisi

serta asas-asas terjadinya kewarisan.

3. Pembagian Harta Pusaka menurut Kewarisan Hukum Islam dan Kewarisan

adat Perpatih di daerah Rembau, Provinsi Negeri Sembilan Malaysia, ditulis

oleh Fatehah binti Zulkafli (106044103562/SAS/PA/1429H/2008M. Skripsi

ini menitik beratkan pada pembagian harta pusaka menurut adat Perpatih

dengan hukum kewarisan Islam. Kesimpulan dari skripsi ini adalah aturan

pembagian harta pusaka pada masyarakat Rembau dengan cara permufakatan

di kalangan ahli keluarga, serta harta pusaka dalam Adat Perpatih adalah

mengikut nasab Ibu. Semua harta pusaka jatuh kepada anak perempuan dalam

keluarga tersebut.

Berbeda dengan apa yang pernah diteliti sebagaimana karya diatas,

penelitian ini lebih menitik beratkan pada latar belakang pembagian warisan di

Desa Andamui Kecamatan Ciwaru Kabupaten Kuningan dan apakah terdapat

asas-asas hukum Islam di dalamnya.

Page 18: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

8

E. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode kualitatif, yaitu

penelitian yang menghasilkan deskriftif, seperti kata-kata tertulis atau lisan orang-

orang dan prilaku yang diamati5. Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah

dengan cara menggunakan pendekatan yuridis empiris atau sering juga disebut

penelitian non doctrinal merupakan penelitian yang bertitik tolak pada data

primer, yakni data yang diperoleh langsung dari objek penelitian, seperti

masyarakat sebagai sumber pertama dalam suatu penelitian. Penelitian ini

umumnya mencari tahu jawaban terhadap kesenjangan antara hukum yang

seharusnya (das sollen) dengan hukum kenyataannya (das sein).6

Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah:

1. Jenis Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini:

a) Penelitian Library Research, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara

mengkaji, menganalisa dari literatur yang ada yang memiliki

relevansterhadap penulisan proposal ini.

b) PenelitianField Research, metode ini digunakan dalam rangka

memperoleh data lapangan dengan melakukan pengamatan terhadap

sistem kewarisan adat sunda di desa Andamui Kecamatan Ciwaru

Kabupaten Kuningan.

5 Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2004), h. 3

6 Yayan Sopyan, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: t.p., 2010), h. 32

Page 19: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

9

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terbagi dalam dua kelompok yaitu :

a. Data Primer, yaitu data yang didapatkan dari informen yang melalui

wawancara maupun dengan menggunakan metode lainnya. Sumber data

primer dalam penelitian ini adalah data hasil wawancara dengan beberapa

tokoh masyarakat yang dianggap mengetahui adat Desa Andamui

Kecamatan Ciwaru Kabupaten Kuningan, dan pada keluarga yang

menerapkan sistem adat dalam kewarisan.7

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dengan cara membandingkan

atas dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diajukan,

dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang

berwujud laporan,8 selain itu data sekunder juga dapat berupa Al-Qur’an,

Hadist, Buku-buku ilmiah, Kompilasi Hukum Islam (KHI), serta

peraturan-peraturan lain yang erat kaitannya dengan masalah yang

diajukan.

3. Lokasi Penelitian

Desa Andamui Kecamatan Ciwaru Kabupaten Kuningan

7Anselm Streauss Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, (Surabaya: Offset,1997), h. 128

8 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 1986), h. 12

Page 20: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

10

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan :

a. Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan tanya jawab yang

dikerjakan secara sistematik dan berdasarkan pada tujuan penelitian9.

Wawancara atau interview merupakan tanya jawab secara lisan dimana dua

orang atau lebih berhadapan secara langsung. Dalam proses interview ada dua

pihak yang menempati kedudukan yang berbeda. satu pihak berfungsi sebagai

pencari informasi atau interviewe sedangkan pihak lain berfungsi sebagai

pemberi informasi atau informan (Responden)10. Wawancara dilakukan

dengan beberapa tokoh masyarakat yang dianggap mengetahui adat Desa

Andamui Kecamatan Ciwaru Kabupaten Kuningan dan pada keluarga yang

menerapkan praktik dan sistem adat dalam pembagian warisan.

b.Dokumenter dan bahan pustaka yang berkaitan dengan masalah penelitian.

9 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1992), Jilid II, h. 1910 Soemitro Romy H, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri (Jakarta: Ghalia Indonesia,

1990), h.71.

Page 21: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

11

G. Kerangka Teori

1. Landasan Teori

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah tentang kedudukan hukum

adat di Indonesia, khususnya tentang hukum waris adat. Ada beberapa teori

tentang pemberlakuan hukum adat di Indonesia, yaitu:

a. Teori Receptio In Complexu

Teori Receptio in Complexu ini, dipelopori oleh Lodewijk

Willem Christian van den Berg tahun 1845-1925.Teori receptio in

Complexu menyatakan bahwa bagi setiap penduduk berlaku hukum

agamanya masing-masing. Bagi orang Islam berlaku penuh hukum Islam

sebab ia telah memeluk agama Islam. Teori Receptio in Complexu ini

telah diberlakukan di zaman VOC sebagaimana terbukti dengan dibuatnya

berbagai kumpulan hukum untuk pedoman pejabat dalam menyelesaikan

urusan-urusan hukum rakyat pribumi yang tinggal di dalam wilayah

kekuasaan VOC yang kemudian dikenal sebagai Nederlandsch Indie.

Cotohnya, Statuta Batavia yang saat ini desebut Jakarta 1642 pada

menyebutkan bahwa sengketa warisan antara pribumi yang beragama

Islam harus diselesaikan dengan mempergunakan hukum Islam, yakni

hukum yang dipergunakan oleh rakyat sehari-hari. Untuk keperluan ini,

D.W Freijer menyusun buku yang memuat hukum perkawinan dan hukum

kewarisan Islam.

Page 22: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

12

b. Teori Receptie

Teori Receptie dipelopori oleh Christian Snouck Hurgronje dan

Cornelis van Volenhoven pada tahun 1857-1936.Teori ini dijadikan alat

oleh Snouck Hurgronye agar orang-orang pribumi jangan sampai kuat

memegang ajaran Islam dan hukum Islam. Jika mereka berpegang

terhadap ajaran dan hukum Islam, dikhawatirkan mereka akan sulit

menerima dan dipengaruhi dengan mudah oleh budaya barat. Teori ini

bertentangan dengan Teori Reception in Complexu.Menurut teori recptie,

hukum Islam tidak secara otomatis berlaku bagi orang Islam.Hukum Islam

berlaku bagi orang Islam jika sudah diterima atau diresepsi oleh hukum

adat mereka.Oleh karena itu, hukum adatlah yang menentukan berlaku

tidaknya hukum Islam.Hukum Islam baru dapat berlaku bagi pemeluknya

secara yuridis formal bila telah diundangkan di Indonesia.Teori ini berlaku

hingga tiba di zaman kemerdekaan Indonesia.

c. Teori Receptie A Contrario

Teori Receptie Exit yang diperkenalkan oleh Hazairin

dikembangkan oleh Sayuti Thalib, S.H. dengan memperkenalkan Teori

Receptie A Contrario.Teori Receptie A Contrario yang secara harfiah

berarti lawan dari Teori Receptie menyatakan bahwa hukum adat berlaku

bagi orang Islam kalau hukum adat itu tidak bertentangan dengan agama

Islam dan hukum Islam. Sebagai contoh, umpamanya di Aceh,

masyarakatnya menghendaki agar soal-soal perkawinan dan soal warisan

diatur berdasarkan hukum Islam. Apabila ada ketentuan adat boleh saja

Page 23: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

13

dipakai selama itu tidak bertentangan dengan hukum Islam. Dengan

demikian, dalam Teori Receptie A Contrario, hukum adat itu baru berlaku

kalau tidak bertentangan dengan hukum Islam. Inilah Sayuti Thalib

dengan teori reception a contrario.11

Sebagai pisau analisa, penelitian ini akan menganalisa apakah

hukum waris adat yang berlaku di desa Andamui bertentangan dengan

hukum Islam.

2. Metode Analisis

Setelah data terkumpul langkah selanjutnya adalah menganalisia

data, mengambil kesimpulan dari data yang terkumpul.Analisis data

merupakan hal yang sangat penting dalam suatu peneletian untuk memberi

jawaban terhadap masalah yang diteliti. Analisis data dapat diartikan sebagai

proses menganalisa, memanfaatkan data yang terkumpul untuk digunakan

dalam pemecahan masalah penelitian. Sebagai pisau analisa, penulis

menggunakan teori pemberlakuan hukum adat sebagaimana dalam kerangka

teori diatas.

Dalam proses pengelolahan, analisis dan pemanfaatan data di

penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif, yang bersumber dari tulisan atau ungkapan dan

tingkah laku yang dapat diobservasi dari manusia.

11 Sayuti Thalib, Receptie A Contrario, (Jakarta: Bina Aksara), h. 65

Page 24: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

14

H. Teknik Penulisan

Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis berpedoman pada

prinsip-prinsip yang telah diatur dan dibukukan dalam buku pedoman penulisan

skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

I. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian agar menjadi lebih terarah, penulis melakukan sistematika

penulisan ke dalam lima bab, masing-masing terdiri dari sub-bab mengenai

penelitian terkait. Sistematika yang penulis lakukan adalah sebagai berikut :

Untuk Sistematika dalam penulisan ini, penulis membagi pembahasan

menjadi lima bab, dan tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bagian.

Adapun sistematika ini diuraikan sebagai berikut:

BAB I merupakan bab pendahuluan, dalam bab ini yang memuat tentang

latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, review studi terdahulu, metode penelitian, teknik pengumpulan data,

kerangka teori, teknik penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II membahas tentang gambaran umum tentang kewarisan yang

meliputi pengertian waris, dasar hukum waris, asas-asas hukum kewarisan, rukun

dan syarat pembagian warisan, derajat ahli waris, pengahalang memperoleh hak

waris, dan bagian masing-masing ahli waris.

Page 25: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

15

BAB III tentang gambaran umum tentang hukum waris adat, dasar

pembagian warisan, sistem masyarakat hukum waris adat, asas-asas hukum waris

adat, harta warisan, ahli waris, hak-hak yang wajib ditunaikan sebelum warisan,

serta proses pewarisan.

BAB IV membahasa tentang praktik pembagian waris di Desa Andamui

yang meliputi gambaran umum Desa Andamui, sistem kewarisan adat sunda

secara umum, sistem kewarisan adat di Desa Andamui dan analisis mengenai

praktik dan sistem kewarisan di Desa Andamui Kecamatan Ciwaru Kabupaten

Kuningan.

BAB Vadalah Penutup, dalam bab ini merupakan penutup kajian ini,

dalam bab ini penulis akan menyimpulkan berkaitan dengan pembahasan yang

penulis lakukan sekaligus menjawab rumusan masalah yang penulis gunakan

dalam bab. Uraian terakhir adalah saran yang dapat dilakukan untuk kegiatan

lebih lanjut berkaitan dengan apa yang telah penulis kaji.

Page 26: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

16

BAB II

PEMBAGIAN WARISAN DALAM ISLAM

A. Pengertian dan Dasar Hukum Waris Islam

1. Pengertian Hukum Kewarisan Islam

Waris berasal dari bahasa Arab warisa-yarisu-warisan atau

irsan/turas, yang berarti mempusakai. Ketentuan-ketentuan tentang

pembagian harta pusaka yang meliputi ketentuan tentang siapa yang

berhak dan tidak berhak menerima warisan dan beberapa jumlah masing-

masing harta yang diterima. Selain itu ada juga istilah yang sama artinya

dengan waris yaitu faraidh12

Lafadz al- Faraidh sebagai jamak dari lafaz ,(الفرائض) faridah

oleh ulama diartikan semakna dengan lafaz ,(فریضة) mafrudah ,(مفروضة)

yakni bagian yang telah dipastikan atau ditentukan kadarnya.13

Menurut istilah hukum di Indonesia, Ilmu Faraid ini disebut

dengan “Hukum Waris” (erfrecht) yaitu hukum yang mengatur tentang

apa yang harus terjadi dengan harta kekayaan seseorang yang meninggal

dunia.14

Dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 171 ayat a KHI dijelaskan

bahwa yang dimaksud dengan Hukum Kewarisan adalah hukum yang

12Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru VanHoeve, 1999), Cet Ke- 6, Jilid Ke- 5, h. 191

13Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqh MawarisHukum Kewarisan Islam,(Jakarta: Gaya Media, November 2002) , Cet Ke- 2, h. 13

14Subekti, Kamus Hukum, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1969), h. 50

Page 27: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

17

mengatur pemindahan hak pemilikan harta peninggalan (tirkah) pewaris,

menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa

bagiannya masing-masing.15

Berbicara tentang pengertian hukum kewarisan, seperti

dikemukakan di atas bahwa banyak definisi dan istilah kewarisan yang

diutarakan oleh para ulama secara hakikat adalah sama namun hanya

berbeda pada redaksi.

Setelah dilakukan pembagian harta warisan menurut Al-Qur’an/ al-

Hadist, dan ahli waris mengetahui dengan jelas bagian warisan masing-

masing, barulah ia berhak untuk menghibahkannya kepada orang lain.

Para ahli waris dapat bersepakat melakukan perdamaian dalam

pembagian harta warisan, setelah masing-masing menyadari bagiannya

(Pasal 183 KHI)16.

2. Dasar Hukum Kewarisan Islam

Dasar hukum bagi kewarisan adalah al-Qur’an, As-Sunnah, dan

ijtihad para ulama.

a. Al- Qur’an

Di dalam firman Allah SWT yang menjelaskan tentang hukum

kewarisan Islam, diantaranya adalah :

15Kompilasi Hukum Islam, Bandung: Citra Umbara, 2007, h. 5316 Pasal 183 Kompilasi Hukum Islam

Page 28: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

18

1) Tentang ahli waris Laki-laki dan Perempuan

ترك للر جا ل نصیب مما ترك الوالدان واالقربون وللنساء نصیب مما

الوالدان واالقربون مما قل منھ اوكثر نصیبا مفروضاArtinya :“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari hartapeninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanitaada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dankerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yangtelah ditetapkan” (Surat An-Nisa :7)

Ayat di atas menjelaskan bagian laki-laki dan perempuan

dalam penerimaan warisan sesuai bagian yang telah ditetapkan

dalam Al-Qur’an.

2) Tentang bagian ahli waris anak dan orang tua

یو صیكم اللھ في اوآلد كم للذ كر مثل حظ االنثیین فاءن كن نساءفوق ا لكل واحد فلھاالنصف ولابویھثنتین فلھن ثلثا ماترك وان كانت واحدة

ا السد س مما ترك ان كان لھ ولد فان لم یكن لھ ولد وورثھ ابواه منھمفلامھ الثلث فان كان لھ اخوة فلامھ السدس من بعد وصیة یؤصي بھا اؤ

رون ایھم اقرب لكم نفعا فریضة من اللھان اللھ دین أبا ؤكم وابناؤكم ال تدكان علیما حكیما

Artinya : “Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagianpusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelakisama dengan bagian dua orang anak perempuan; dan jika anak itusemuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka duapertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan ituseorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk duaorang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari hartayang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jikaorang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi olehibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yangmeninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunyamendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas)sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayarhutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidakmengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak)manfaatnya bagimu.Ini adalah ketetapan dari Allah.Sesungguhnya

Page 29: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

19

Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Surat An-Nisa:11)

Ayat di atas menjelaskan tentang bagian anak laki-laki dan

anak perempuan, yang dimana bagian anak laki-laki sama dengan

dua bagian anak perempuan. Apabila hanya ada anak perempuan

dan lebih dari dua, maka mereka mendapat dua pertiga sedangkan

apabila hanya ada seorang anak perempuan saja maka ia mendapat

separuh harta.

3) Tentang bagian ahli waris suami, istri dan saudara/saudari

ف ما ترك أزواجكم ان لم یكن لھن ولد فان كان لھن ولد فلكم ولكم نصالربع مما تركن من بعد وصیة یوصین بھا أؤ دین ولھن الربع مما تركتم

لكم ولد فلھن الثمن مما تركتم من بعد وصیة ان لم یكن لكم ولد فان كانتوصون بھا أودین وان كان رجل یورث كلا لة أوامرأة ولھ أخ أو أخت

فھم شركاء فى الثلث فلكل واحد منھما السد س فان كانوا أكثر من ذلك من بعد وصیة یوصى بھا أودین غیر مضار وصیة من اللھ واللھ علیم

حكیم

Artinya : “Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yangditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyaianak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamumendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudahdipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayarhutangnya.Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamutinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamumempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dariharta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamubuat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorangmati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkanayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorangsaudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan(seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudaraitu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebihdari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu,sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah

Page 30: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

20

dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahliwaris).(Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari´at yangbenar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi MahaPenyantun.”( Surat An-Nisa 12)

Ayat di atas menjelaskan tentang bagian seorang suami dan

bagian seorang istri meninggalkan seorang istri dan tidak

meninggalkan anak, maka istri mendapatkan seperempat

bagian.Namun apabila suami meninggalkan seorang istri dan anak,

maka istri mendapatkan seperdelapan bagian.Apabila istri

meninggalkan seorang suami dan tidak meninggalkan anak, maka

suami mendapat seperdua dari harta.Namun apabila istri

meninggalkan anak, maka suami mendapat seperempat.

4) Tentang ahli waris pengganti

واللذین عقدت ایما نكم فا توھم جولكل جعلنا موالي مما ترك الوالدان واالقربوننصیبھم ان اللھ كان على كل شيء شھیدا

Artinya :“Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yangditinggalkan ibu bapak dan karib kerabat, Kami jadikan pewaris-pewarisnya. Dan (jika ada) orang-orang yang kamu telahbersumpah setia dengan mereka, maka berilah kepada merekabahagiannya.Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu”.(Surat An-Nisa:33)

5) Tentang Kalalah

امرؤھلك لیس لھ ولد و لھ اخت یستفتونك قل اللھ یفتیكم فى الكلالة ان ا من كا نتا ا ثنتین فلھفلھا نصف ما ترك وھو یرثھا ان لم یكن لھا ولد فا

االنثیین الثلثأن مما ترك وان كا نوا اخوة رجا ال ونساء فللذكرمثل حظیبین اللھ لكم ان تضلوا واللھ بكل شيء علیم

Artinya :“Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah).Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah(yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyaianak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya

Page 31: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

21

yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya,dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudaraperempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudaraperempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dariharta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika mereka(ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan,maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bagiaian duaorang saudara perempuan.Allah menerangkan (hukum ini)kepadamu, supaya kamu tidak sesat.Dan Allah Maha Mengetahuisegala sesuatu.” (Surat An-Nisa 176)17

Ayat di atas menjelaskan tentang kalalah, yaitu apabila si

mayat tidak mempunyai anak maka bagian saudara laki-laki dua

bagian dari saudara perempuan.Apabila saudara tersebut

perempuan, hanya seorang maka mendapat seperdua bagian,

apabila saudara perempuan tersebut lebih dari 2 orang maka

mendapat dua pertiga bagian.

a. Sunnah Nabi

لیھ وسلم قال: عن ابن عبا س رضي اللھ عنھ عن النبى صلى اللھ ع18فما بقي فھو لأولى رجل ذكر (رواه بخاري)الفرائض بأھلھا الحق

“Dari Ibnu Abbas R.A dari Nabi SAW berkata : “Berikanlahfaraid(bagian-bagian yang ditentukan) itu kepada yang berhak danselebihnya berikanlah untuk laki-laki dari keturunan laki-laki yangdekat.”

Hadist di atas menjelaskan tentang pembagian harta warisan

yang telah ditentukan kepada yang berhak menerimanya.

Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda:

17Muhammad Ali Ash-Shabuniy, Hukum Waris Islam, (Surabaya: Al-ikhlash), Cet Ke-1,1995

18 Zainuddin Hamidy, Terjemahan Hadist Shahih Bukhari, (Jakarta: Widjaya, 1992),Cetakan ke- 13, h. 90

Page 32: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

22

بن عقیل عن جا حدثنا زكریا بن عدي أخبرنا عبید اللھ عن عبد اللھ بن محمد بر قال: جاءت امرأة سعد بن الربیع الى رسول اللھ صلى اللھ علیھ وسلم با بنتیھا من سعد فقالت: یارسؤل اللھ ھاتان ابنتا سعد بن الربیع قتل أبوھما

فى احد شھیدا وان عمھما أخد ما لھما فلم یدع لھما مالا ولاینكحان الا معكولھما ما ل قال فقال یقضى اللھ فى ذلك قال فنزلت أیة المیراث, فأرسل

وسلم الى عمھما فقال: أعط ابنتي سعد الثلثین رسول اللھ صلى اللھ علیھ 19وأمھما الثمن وما بقي فھولك (رواه الخمسة اال النساءى)

Artinya :“Dari Jabir bin Abdullah berkata: “ Telah datang istriSa’ad bin Rabi kepada Rasulullah Saw. Dengan membawa keduaaanak perempuannya dari Sa’ad bin ar-Rabi berkata: “ Ya Rasulullah,ini dua anak perempuan Sa’ad. Yang bapa dari kedua anak ini telahterbunuh bersama engkau dalam perang Uhud dalam keadaansyahid. Sesungguhnya paman dari kedua anak ini, telah mengambilharta dari keduanya, serta tidak meninggalkan harta untuk mereka,tidak menikahkan mereka kecuali jika ada harta, lalu Rasulullah Sawbersabda: “Allah akan memberikan atas hukum ini, lslu turunlah ayattentang waris. Kemudian Rasulullah Saw, membawa mereka kepadaPamannya. Lalu Nabi bersabda: “berikanlah kedua anak Sa’ad 2/3harta, dan ibunya 1/8 harta dan sisanya untukmu”. (HR. Bukhari,Muslim, Abu Daud, Ahmad, Tirmidzi kecuali Nasa’i).

Hadist di atas menjelaskan tentang ketetapan dalam waris dan

menghilangkan tradisi jahiliyah yang tidak memberikan harta warisan

kepada anak perempuannya sekaligus menerangkan bagiannya

masing-masing.

B. Asas- asas Hukum Kewarisan Islam

Hukum kewarisan Islam digali dari keseluruhan ayat hukum dalam Al-

Qur’an dan penjelasan tambahan yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW

dalam Sunahnya. Dalam pembahasan ini akan dikemukakan lima asas yang

berkaitan dengan sifat peralihan harta kepada ahli waris, cara pemilikan harta

19 Mu’ammal Hamidy, Terjemahan Nailatur Authar Himpunan Hadist-hadist Hukum,(PT. Bina Ilmu: Surabaya, 2001), Cetakan ke-3, h. 2051

Page 33: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

23

oleh yang menerima, kadar jumlah harta yang diterima, dan waktu terjadinya

peralihan harta itu. Asas-asas tersebut adalah:20

1. Asas Ijbari

Asas Ijbari yang terdapat dalam hukum kewarisan Islam

mengandung arti bahwa peralihan harta seseorang yang meninggal dunia

kepada ahli warisnya berlaku dengan sendirinya menurut ketetapan Allah

tanpa digantungkan kepada kehendak pewaris atau ahli waris. Kata ijbari

sendiri secara leksikal mengandung arti paksaan (compulsory),

dijalankannya asass ini dalam Hukum Kewarisan Islam mengandung arti

bahwa peralihan harta tersebut terjadi dengan sendirinya menurut

ketentuan Allah SWT tanpa tergantung kepada kehendak dari pewaris

ataupun permintaan dari ahli warisnya, sehingga tidak ada satu kekuasaan

manusia pun dapat mengubahnya dengan cara memasukkan orang lain

atau mengeluarkan orang yang berhak.21Adanya unsur ijbari ini dapat

dipahami dari kelompok ahli waris sebagaimana disebutkan Alah dalam

Surat An-Nisa ayat 11, 12, dan 176.

Asas ijbari dalam kewarisan Islam, tidak dalam arti yang

memberatkan ahli waris.Andai kata pewaris mempunyai utang yang lebih

besar daripada warisan yang ditinggalkannya, ahli waris tidak dibebani

membayar semua utang pewaris itu. Berapa pun besarnya utang pewaris,

utang itu hanya akan dibayar sebesar warisan yang ditinggalkan oleh

pewaris tersebut. Kalau seluruh harta warisan sudah dibayarkan utang,

20Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2005), h.21

21Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, ( Jakarta: Kencana), Cet ke-1, 2004, h. 18

Page 34: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

24

kemudian masih ada sisa utang, maka ahli waris tidak diwajibkan

membayar sisa utang tersebut. Kalaupun ahli waris hendak membayar sisa

utang, pembayaran itu bukan merupakan sesuatu kewajiban yang diletakan

oleh hukum, melainkan karena dorongan moralitas/akhlak ahli waris yang

baik.

Apabila dilihat dari segi Hukum Kewarisan KUHPerdata, tampak

perbedaannya, bahwa peralihan harta dari seseorang yang telah meninggal

dunia kepada ahli warisnya bergantung pada kehendak dan kerelaan ahli

waris yang bersangkutan. Dalam KUHPerdata ahli waris dimungkinkan

untuk menolak warisan. Dimungkinkannya penolakan warisan ini karena

jika ahli waris menerima warisan, ia harus menerima segala

konsekuensinya. Salah satunya adalah melunasi seluruh utang pewaris.22

2. Asas Bilateral

Asas bilateral dalam hukum kewarisan Islam mengandung arti

bahwa harta warisan beralih kepada ahli warisnya melalui dua arah (dua

belah pihak).Hal ini berarti bahwa setiap orang menerima hak kewarisan

dari dua belah pihak garis kerabat, yaitu pihak kerabat garis keturunan

laki-laki dan pihak kerabat garis keturunan perempuan.Pada prinsipnya

asas ini menegaskan bahwa jenis kelamin bukan merupakan penghalang

untuk mewarisi atau diwarisi.23

22 Rahmat Budiono, Pembaruan Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, (Jakarta: CitraAditya Bakti, 1999), h. 5

23 Moh. Muhibbin, Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam sebagai Pembaruan HukumPositi di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika), Cet ke-2, 2011, h. 24

Page 35: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

25

Asas bilateral ini dapat secara nyata dilihat dalam firman Allah

dalam surat An-Nisa ayat 7, 11, 12, dan 176. Dalam ayat 7 dijelaskan

bahwa seseorang laki-laki berhak mendapat warisan dari pihak ayahnya

dan juga dari pihak ibunya. Begitu pula seorang perempuan berhak

menerima harta warisan dari pihak ayahnya dan juga dari pihal

ibunya.Ayat ini merupakan dasar bagi kewarisan bilateral itu.

3. Asas Individual

Hukum Islam mengajarkan asas kewarisan secara individual,

dengan arti bahwa harta warisan dapat dibagi-bagi untuk dimiliki secara

perorangan. Masing-masing ahli waris menerima bagiannya secara

tersendiri, tanpa terikat dengan ahli waris lain. Keseluruhan harta warisan

dinyatakan dalam nilai tertentu yang mungkin dibagi-bagi, kemudian

jumlah tersebut dibagikan kepada setiap ahli waris yang berhak menurut

kadar bagian masing-masing.

Setiap ahli waris berhak atas bagian yang didapatnya tanpa

tergantung dan terikat dengan ahli waris yang lain. Hal ini didasarkan

kepada ketentuan bahwa setiap insan sebagai pribadi mempunyai

kemampuan untuk menerima hak dan menjalankan kewajiban, yang

didalam Ushul Fikih disebut “ahliyatul al-wujub”. Dalam pengertian ini

setiap ahli waris berhak menuntut secara sendiri-sendiri harta warisan itu

dan berhak pula untuk tidak berbuat demikian.

Dari ayat 7 tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah

bagian untuk setiap ahli waris tidak ditentukan oleh banyak atau tidaknya

Page 36: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

26

harta yang ditinggalkan.Sebaliknya, jumlah harta itu tunduk kepada

ketentuan yang berlaku. Dalam hal ini berlaku pepatah: “Banyak bagi

bertumpuk, sedikit bagi bercecah”.

Pembagian secara individual ini adalah ketentuan yang mengikat dan

wajib dijalankan oleh setiap muslim dengan sanksi berat di akhirat bagi

yang melanggarnya sebagaimana yang dinyatakan dalam firman Allah

dalam surat An-Nisa ayat 13 dan 14.24

4. Asas Keadilan Berimbang

Kata adil merupakan kata bahasa Indonesia yang berasal dari kata

al-‘adlu.Di dalam al-Qur’an kata al-‘adlu atau turunnya disebutkan lebih

dari 28 kali.Sebagian di antaranya diturunkan Allah dalam bentuk kalimat

perintah dan sebagian dalam bentuk kalimat berita. Kata al-‘adlu itu

dikemukakan dalam konteks yang berbeda dan arah yang berbeda pula,

sehingga akan memberikan definisi yang berbeda sesuai dengan konteks

dan tujuan penggunanya.

Dalam hubungannya dengan hak yang menyangkut materi,

khususnya yang menyangkut dengan kewarisan, kata tersebut dapat

diartikan keseimbangan antara hak dan kewajiban dan keseimbangan

antara yang diperoleh dengan keperluan dan kegunaan.

Atas dasar pengertian tersebut di atas terlihat asas keadilan dalam

pembagian harta warisan dalam hukum Islam. Secara mendasar dapat

dikatakan bahwa perbedaan gender tidak menentukan hak kewarisan

24 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, h. 21-22

Page 37: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

27

dalam Islam. Artinya sebagaimana pria, wanita pun mendapatkan hak yang

sama kuat untuk mendapatkan warisan. Hal ini secara jelas disebutkan

dalam al-Qur’an surat An-Nisa ayat 7 yang menyamakan kedudukan laki-

laki dan perempuan dalam hak mendapatkan warisan. Pada ayat 11, 12,

dan 176 surat An-Nisa secara rinci diterangkan kesamaan kekuatan hak

menerima wwarisan antara anak laki-laki dan perempuan, ayah dan ibu

(ayat 11), suami dan istri (ayat 12), saudara laki-laki dan perempuan (ayat

12 dan 176).

Tentang jumlah bagian yang didapat oleh laki-laki dan perempuan

terdapat dua bentuk25:

Pertama: Laki-laki mendapat jumlah yang sama banyak dengan

perempuan, seperti ibu dan ayah sama-sama mendapat seperenam dalam

keadaan pewaris meninggalkan anak kandung, sebagaimana yang

dinyatakan dalam ayat 11 surat An-Nisa. Begitu pula saudara laki-laki dan

saudara perempuan sama-sama mendapat seperenam dalam kasus pewaris

adalah seseorang yang tidak memiliki ahli waris langsung sebagaimana

tersebut dalam ayat 12 surat An-Nisa.

Kedua: Laki-laki memperoleh bagian lebih banyak atau dua kali

lipat dari yang didapat oleh perempuan dalam kasus yang sama yaitu anak

laki-laki dengan anak perempuan dalam ayat 11 dan saudara laki-laki dan

saudara perempuan dalam ayat 176. Dalam kasus yang terpisah duda

mendapat dua kali bagian yang diperoleh oleh janda yaitu setengah

25Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, h. 23-24

Page 38: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

28

banding seperempat bila pewaris tidak meninggalkan anak dan seperempat

banding seperdelapan bila pewaris meninggalkan anak sebagaimana

tersebut dalam ayat 12 surat An-Nisa.

Umur juga tidak menjadi faktor yang membedakan hak ahli waris.

Dilihat dari segi kebutuhan sesaat yaitu waktu menerima hak, terlihat

bahwa kesamaan jumlah penerimaan antara anak kecil yang belum dewasa

dengan orang yang telah dewasa tidaklah adil, karena kebutuhan orang

dewasa lebih besar dari kebutuhan anak kecil.Tetapi, peninjauan tentang

kebutuhan bukan hanya bersifat sementara yaitu pada waktu menerima

saja, tetapi juga dalam jangka waktu yang lama.Dari tinjauan ini anak kecil

mempunyai kebutuhan material yang lebih lama daripada orang dewasa.

Bila dihubungkan besar keperluan orang dewasa dengan lamanya

keperluan bagi anak kecil dan dikaitkan pula kepada perolehan yang sama

dalam hak kewarisan, maka hasilnya ialah kedua pihak akan mendapatkan

kadar manfaat yang sama atas apa yang mereka terima.26

5. Asas Semata Akibat Kematian

Hukum Islam menetapkan bahwa peralihan harta seseorang kepada

orang lain dengan menggunakan istilah kewarisan hanya berlaku setelah

yang mempunyai harta meninggal dunia. Asas ini berarti bahwa harta

seseorang tidak dapat beralih kepada orang lain (keluarga) dengan nama

waris selama yang mempunyai harta masih hidup. Juga berarti bahwa

segala bentuk peralihan harta seseorang yang masih hidup baik secara

26Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, h. 24

Page 39: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

29

langsung maupun terlaksana setelah ia mati, tidak termasuk ke dalam

istilah kewarisan menurut hukum Islam.

Asas kewarisan akibat kematian ini dapat digali dari penggunaan kata-kata

waratsa yang banyak terdapat dalam Al-Qur’an:

Surat Al-Baqarah (2) ayat 233: وعلى الوارث مثل ذلك Terhadap pewaris seperti itu pula…

Surat An-Nisa (4) ayat 11: وورثھ أبواهPewarisnya adalah ibu bapaknya….

Surat An-Nisa (4) ayat 12: كلالة یورث رجل كان وإنJika laki-laki yang diwarisi itu adalah punah…

Surat An-Nisa (4) ayat 19: لایحل لكم ان ترثواالنساءكرھا

Tidak halal bagimu mewaris perempuan itu secara paksa…

Surat Maryam (19) ayat 6: یرثني ویرث من آل یعقوب واجعلھ رب رضیاYang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; danjadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai…

Penggunaan kata-kata wartsa pada penggalan ayat di atas

menunjukkan bahwa orang atau kaum generasi itu telah berlaku dan telah

tiada. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa peralihan sesuatu dari

yang mewariskan kepada yang menerima waris berlaku setelah yang

mewariskan tidak ada lagi27.

Pada asas tersebut menggambarkan bahwa hukum kewarisan Islam

hanya mengenal ssatu bentuk kewarisan, yaitu kewarisan sebagai akibat

dari adanya kematian dan tidak mengenal kewarisan atas dasar wasiat

yang dibuat pada saat pewaris masih hidup.

27 Moh. Muhibbin, Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam sebagai Pembaruan HukumPositi di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika), Cet ke-2, 2011, h. 27

Page 40: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

30

Prinsip asas tersebut erat kaitannya dengan asass ijbari. Apabila

seseorang telah memenuhi syarat sebagai subjek hukum, pada hakikatnya

ia dapat bertindak sesuka hatinya terhadap seluruh kekayaannya. Akan

tetapi, kebebasan itu hanya pada waktu ia masih hidup saja. Ia tidak

mempunyai kebebasan untuk menentukan nasib kekayaannya setelah ia

meninggal dunia. Meskipun seseorang mempunyai kebebasan untuk

berwasiat, tetapi terbatas hanya sepertiga dari keseluruhan kekayaannya.28

C. Rukun dan Syarat Pembagian Waris

1. Rukun Waris, yaitu:

a. Harta warisan (Mauruts atau Tirkah)

Harta warisan (mauruts) atau harta benda yaitu harta benda yang

ditinggalkan oleh pewaris yang akan diterima oleh para ahli waris

setelah diambil untuk biaya-biaya perawatan, melunasi utang-utang

dan melaksanakan wasiat si pewaris. Dan yang dimaksud dengan

tirkah yaitu apa-apa yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal

dunia yang dibenarkan oleh syariat untuk dipusakai oleh para ahli

waris29.

Menurut Kompilasi Hukum Islam, harta warisan adalah harta

bawaan ditambah harta bagian dari harta bersama setelah digunakan

untuk keperluan pewaris selama sakit sampai meninggalnya, biaya

pengurusan jenazah (tajhiz), pembayaran utang dan pemberian untuk

28 Moh. Muhibbin, Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam sebagai Pembaruan HukumPositi di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika), Cet ke-2, 2011, h. 29

29 Mardani, Hukum Kewarisan di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2005), Cet Ke-2, h.21

Page 41: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

31

kerabat30. Sedangkan yang dimaksud dengan harta peninggalan yaitu

harta yang ditinggalkan oleh pewaris baik berupa harta benda yang

menjadi miliknya maupun hak-haknya.

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa harta warisan merupakan harta netto (harta bersih), setelah

dipotong biaya-biaya keperluan pewaris selama sakit sampai

meninggalnya, biaya pengurusan jenazah, biaya pembayaran utang,

dan pembayaran wasiat si pewaris. Dan harta warisan itu dapat

berbentuk harta benda milik pewaris dan hak-haknya.

b. Pewaris (Muwarrits)

Yaitu orang yang meninggal dunia, baik mati haqiqi maupun mati

hukmy. Mati hukmy ialah suatu kematian yang dinyatakan oleh putusan

hakim atas dasar beberapa sebab, walaupun sesunguhnya ia belum

mati sejati. Menurut Kompilasi Hukum Islam, pewaris adalah orang

yang pada saat meninggalnya atau yang dinyatakan meninggal

berdasarkan putusan Pengadilan Agama, meninggalkan harta ahli

waris dan harta peninggalan.31

Berdasarkan definisi di atas, maka syarat terjadinya waris-mewarisi

adalah adanya orang yang meninggal dunia yang disebut muwarrits,

baik secara hakiki maupun hukmy.Mati hukmy terjadi misalnya si

muwarrits hilang terkena tsunami yang oleh pengadilan berdasarkan

fakta-fakta persidangan dianggap sudah mati (tidak mungkin hidup)

30 Pasal 171 huruf e Kompilasi Hukum Islam31 Pasal 171 huruf b Kompilasi Hukum Islam

Page 42: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

32

c. Ahli Waris (Warits)

Yaitu orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai

hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama

Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris.32

Berdasarkan definisi di atas, maka syarat ahli waris yaitu:

1) Mempunyai hubungan darah dengan pewaris, misalnya anak

kandung, orang tua pewaris, dan seterusnya.

2) Mempunyai hubungan perkawinan (suami/istripewaris).

3) Mempunyai hubungan satu agama dengan pewaris.

4) Tidak terhalang untuk mendapatkan warisan, misalnya ia

pembunuh pewaris.

Ketiga rukun waris di atas harus terpenuhi secara

keseluruhan, bila tidak terpenuhi salah satunya, waktu waris-mewarisi

tidak dapat dilaksanakan. Seseorang yang meniggal dunia yang tidak

mempunyai ahli waris sama sekali, maka kegiatan waris-mewarisi

tidak dapat dilakukan.33

D. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pusaka-mempusakai adalah

sebagai berikut:

a. Matinya muwarits,

b. Hidupnya warits, dan,

c. Tidak ada penghalang-penghalang mempusakai.

Matinya muwarits (pewaris) mutlak harus dipenuhi. Seseorang baru

disebut muwarits jika dia telah meninggal dunia. Itu berarti bahwa, jika

32 Pasal 171 huruf c Kompilasi Hukum Islam33 Mardani, Hukum Kewarisan di Indonesia, h. 25

Page 43: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

33

seseorang memberikan harta kepada para ahli warisnya ketika dia masih

hidup, maka itu bukan waris.

Kematian muwarits, menurut ulama dibedakan ke dalam 3 macam

yaitu:

1) Mati haqiqy (sejati),

2) Mati hukmy (menurut putusan hakim), dan

3) Mati taqdiry (menurut dugaan).

Mati haqiqy adalah kematian yang dapat disaksikan oleh panca

indra.

Mati hukmy adalah kematian yang disebabkan adanya putusan

hakim, baik orangnya masih hidup maupun sudah mati.

Mati taqdiry adalah kematian yang didasarkan pada dugaan yang

kuat bahwa orang yang bersangkutan telah mati.

Hidupnya warist (ahli waris) mutlak harus dipenuhi. Seseorang

ahli waris hanya akan mewaris jika dia masih hidup ketika pewaris

meninggal dunia. Masalah yang boleh jadi muncul berkaitan dengan

hal ini antara lain adalah mafqud, anak dalam kandungan, dan mati

berbarengan.

Selain adanya pewaris dan ahli waris, perlu pula diperhatikan

bahwa para ahli waris baru dapat mewarisi harta peninggalan pewaris

jika tidak ada penghalang baginya, yaitu karena perbudakan,

pembunuhan, dan perbedaan Agama.34

34 Otje Salman, Mustofa Haffas, Hukum Waris Islam, (Bandung: PT Refika Aditama),2002, h. 4

Page 44: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

34

E. Sebab Ada Hak Waris

Sebab seseorang mendapatkan hak waris ada tiga, yaitu:

1. Kerabat hakiki, yaitu antara pewaris dengan ahli waris ada hubungan

nasabiyah, seperti: kedua orang tua, anak, saudara, paman, dan

seterusnya.35

2. Perkawinan, yaitu terjadinya akad nikah secara legal antara seorang laki-

laki dan perempuan sekalipun belum atau tidak tejadi hubungan intim

(bersenggama) antara keduanya. Adapun pernikahan yang batil atau rusak

tidak menjadi sebab untuk mendapatkan hak waris.

3. Al- Wala, yaitu kekerabatan karena sebab hukum, misalnya seperti sebab

memerdekakan budak.36

F. Derajat Ahli Waris

Tidaklah seluruh ahli waris itu berada di dalam derajat yang sama, akan

tetapi mereka berada di dalam derajat yang berbeda-beda. Dengan adanya

perbedaan derajat ahli waris yang berbeda-beda maka di dalam pembagian

harta waris itu didahulukan berdasarkan derajat mereka masing-masing.

Adapun susunannya adalah:

a. Ashabul Furud adalah para ahli waris yang mempunyai bagian tertentu

yang telah ditetapkan oleh syara’ (dalam Al-Qur’an), yang bagiannya itu

35 Suparman Usman, Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam,(Jakarta: Gaya Media Pratama), 1997, h. 30

36 Kama rusdiana, Jainal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata, (Jakarta: UIN JakartaPress, 2007), h. 55

Page 45: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

35

tidak akan bertambah atau berkurang, kecuali dalam masalah-masalah

yang terjadi rad37atau ‘aul.38

b. Ashabah Nasabiah yaitu ahli waris karena adanya hubungan keturunan

yang terdiri dari ashabah bi nafsihi (menjadi ashabah dengan sendirinya),

ashabah bi alghair (menerima sisa harta waris beserta yang lain)

c. Raad ataupun penambahan bagi ashabul furud sesuai bagiannya (kecuali

suami istri) adalah mengembalikan sisa harta warisan kepada ashabul

furud menurut bagian yang ditentukan mereka ketika tidak adanya ashabah

nasabiah.39

d. Dzawil Arham yaitu orang yang ada hubungan kerabat dengan yang

meninggal dunia, tetap tidak termasuk ashabul furud. Misalnya, paman

(saudara ibu), bibi (saudara ibu), bibi (saudara ayah), cucu laki-laki dari

anak perempuan, dan cucu perempuan dari anak perempuan, dan tidak

juga masuk ahli waris ashabah40.

e. Radd kepada suami atau istri, apabila pewaris tidak mempunyai ahli waris

yang termasuk ashabul furud, ashabah, dan tidak ada kerabat yang

memiliki ikatan rahim maka harta warisan tersebut seluruhnya menjadi

milik suami atau istri. Misalnya seorang suami meninggal tanpa memiliki

kerabat yang berhak untuk mewarisinya, maka istri mendapatkan bagian

37 Suparman Usman, Yusuf Somawinata, h. 6638 Aul adalah bertambahnya saham dzawil furudh dan berkurangnya kadar penerimaan

warisan mereka atau bertambahnya jumlah bagian yang ditentukan dan berkurangnya bagianmasing-masing ahli waris.

39 Moh. Muhibbin, Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam sebagai Pembaruan HukumPositi di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika), Cet ke-2, 2011, h. 128

40 Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fiqh wanita Edisi Lengkap, (Jakarta: PustakaAl-Kautsar, 2007 , h. 533

Page 46: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

36

seperempat dari harta warisan yang ditinggalkannya, sedangkan sisanya

merupakan tambahan hak warismya.

f. Ashabah Sababiah yaitu ahli waris karena memerdekakan orang yang

meninggalkan harta pusaka dengan status hamba. Misalnya, apabila ada

seorang bekas budak yang meninggal dan mempunyai harta warisan, maka

orang yang pernah memerdekakannya itu termasuk ke dalam salah satu

ahli waris dan sebagai “ashabah”. Tetapi pada masa sekarang ini sudah

tidak ada lagi .

g. Orang yang diberi wasiat lebih dari sepertiga harta peninggalan, yaitu

apabila orang yang meninggal tidak mempunyai ahli waris, dan tidak ada

yang diajukan nasab kepada orang lain, wasiat tersebut tetap dapat

dilaksanakan (bukan salah seorang dari ahli waris).41

h. Baitul maal, yaitu rumah harta atau semacam balai harta khusus

menerima, menyimpan, dan mengatur harta umat Islam untuk kemanfaatan

umat Islam dan agama Islam. Harta warisan diserahkan ke baitul maal

apabila seseorang yang meninggal tidak mempunyai ahli waris ataupun

kerabat, maka seluruh harta peninggalannya itu diserahkan kepada baitul

maal guna untuk kemaslahatan untuk Muslim.42

G. Penghalang Memperoleh Hak Waris

Halangan mewarisi adalah tindakan atau hal-hal yang dapat

menggugurkan hak seseorang untuk mewarisi karena adanya sebab atau syarat

41 Dian Khairul Umam, Fiqh Mawaris, ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), Cet Ke- 2,h. 56

42M. Hasbi Ash- Shiddiqiey, Fiqhul Mawaris (Hukum-hukum Kewarisan dalam SyariatIslamI), (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), h. 51

Page 47: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

37

mewarisi.Namun, karena sesuatu maka mereka tidak dapat menerima hak

waris. Hal-hal yang menyebabkan ahli waris kehilangan hak mewarisi atau

terhalang mewarisi adalah sebagai berikut:

a. Perbudakan

Sejak semula Islam menghendaki agar perbudakan dihapus, namun

kenyataannya perbudakan sudah merata di mana-mana dan sukar dihapus.

Oleh karena itu, perbudakan mendapatkan tempat dalam pembahasan

hukum Islam. Di dalam Al-Qur’an telah digambarkan bahwa seorang budak

tidak cakap mengurus hak milik kebendaan dengan jalan apa saja. Hal ini

sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 75

اعبدامثلااللھضربشيءعلىیقدرلامملوك

“Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang

dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun”

Status seorang budak tidak dapat menjadi ahli waris, karena

dipandang tidak cakap mengurusi harta dan telah putus hubungan

kekeluargaan dengan kerabatnya.Bahkan ada yang memandang budak itu

statusnya sebagai harta milik tuannya. Dia tidak dapat mewariskan harta

peninggalannya, sebab ia sendiri dan segala harta yang ada pada dirinya

adalah milik tuannya.

b. Pembunuhan

Pembunuhan menghalang seseorang untuk mendapatkan hak

warisan dari orang yang dibunuhnya. Karena pembunuhan itu mencabut

Page 48: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

38

hak seseorang atas warisan, perlu dijelaskan bentuk-bentuk pembunuhan

dan cara-cara pembunuhan yang menjadi penghalang itu.43

Mengingat banyaknya bentuk tindakan pembunuhan, para fuqaha

berbeda pendapat tentang jenis pembunuhan mana yang menjadi mawani’ul

iris (penghalang mewarisi).

Fuqaha aliran Syafi’iyah dengan berpegang pada keumuman hadist di

atas berpendapat bahwa segala bentuk tindakan pembunuhan yang

dilakukan oleh ahli waris terhadap pewarisnya, adalah menjadi penghalang

baginya untuk mewarisi44.

Menurut fuqaha Hanafiyah jenis pembunuhan yang menjadi

mawani’ul iris (penghalang mewarisi) ada empat macam, yakni sebagai

berikut:45

1) Pembunuhan dengan sengaja, yaitu pembunuhan yang direncanakan

sebelumnya.

2) Pembunuhan mirip sengaja (syibhul ‘amdi) misalnya sengaja

melakukan penganiayaan dengan pukulan tanpa niat membunuhnya,

tetapi ternyata yang dipukul meninggal dunia.

3) Pembunuhan karena khilaf (qathlul khattha’i) misalnya seorang

pemburu yang menembak mati sesuatu yang dikira monyet, setelah

didekati ternyata manusia. Atau seorang yang sedang latihan

43 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, h. 20144 Syarbaini Khathib, Mughni al-Muhtaj, (Mekkah: Dar al-Katib al Arabiy), h. 2445 Ibnu ‘Abidin, Hasyiyatu Radd al-Mukhtar, (Mesir: Mustafa al- Babiy, al- Hakabiy,

1966), h. 797

Page 49: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

39

menembak tepat pada sasaran pohon, tetapi meleset mengenai

bapaknya yang berada di dekatnya.

4) Pembunuhan dianggap khilaf misalnya orang yang sedang membawa

benda berat tanpa disengaja terlepas menjatuhi saudaranya hingga

mati.

Menurut fuqaha Malikiyah, jenis pembunuhan yang menjadi

penghalang mewarisi yakni pembunuhan yang disengaja sedangkan

pembunuhan yang tidak disengaja tidak menghalang hak kewarisan.46

Adapun menurut fuqaha Hanabilah, jenis pembunuhan yang menjadi

penghalang hak mewarisi adalah pembunuhan yang tidak dengan hak

dalam segala bentuknya, sedangkan pembunuhan secara hak tidak

menghalangi kewarisan, karena pelakunya telah diampuni dari sanksi

akhirat.47

c. Berlainan Agama

Berlainan agama adalah adanya perbedaan agama yang menjadi

kepercayaan antara orang yang mewarisi dengan orang yang mewariskan.

Dasar hukum berlainan agama sebagai mawani’ul iris adalah hadist

Rasulullah saw:

“Orang Islam tidak dapat mewarisi harta orang kafir dan orang kafir pun

tidak dapat mewarisi harta orang muslim”

46 Ibnu Rusyd, Bidayat al-Mujtahid II, (Semarang: Maktabah Usaha Keluarga), h. 33447 Ibnu Qudamah, al-Mughniy VI, (Kairo: Maktabah al-Qahiriyah), h. 365

Page 50: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

40

Para ahli hukum Islam (jumhur ulama) sepakat bahwa orang non

islam (kafir) tidak dapat mewarisi harta orang Islam lantaran status orang

non islam (kafir) lebih rendah.

Apabila seorang ahli waris yang berbeda agama beberapa saat

sesudah meninggalnya pewaris lalu masuk Islam, sedangkan peninggalan

belum dibagi-bagikan maka seorang ahli waris yang baru masuk Islam itu

tetap terhalang untuk mewarisi, sebab timbulnya hak mewarisi tersebut

adalah sejak adanya kematian orang yang mewariskan, bukan saat kapan

dimulainya pembagian harta peninggalan. Padahal pada saat kematian si

pewaris, ia masih dalam keadaan non islam (kafir). Jadi mereka dalam

keadaan berlainan agama.

Demikian juga orang murtad (orang yang meninggalkan/keluar

dari Islam) mempunyai kedudukan yang sama, yaitu tidak mewarisi harta

peninggalan keluarganya. Orang yang murtad tersebut berarti telah

melakukan tindak kejahatan terbesar yang telah memutuskan shilah

syariah.Oleh karena itu, para fuqaha telah sepakat bahwa orang murtad

tidak berhak menerima harta warisan dari kerabatnya. Sebagaimana firman

Allah dalam Surat Al- Baqarah ayat 217

ومن یرتدد منكم عن دینھ فیمت وھو كافر فأ لئك حبطت أعما لھم فى الدنیا واألخرة وأولئك أصحا ب النار ھم فیھا خا لدون

“Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia matidalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dandi akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal didalamnya.”

Page 51: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

41

H. Bagian Masing-masing Ahli Waris

Bagian di dalam al- Qur’an maupun Kompilasi hukum Islam (KHI) telah

ditentukan bahwa ada enam macam bagian-bagian ahli waris, yaitu setengah

(1/2), seperempat (1/4), seperdelapan (1/8), dua pertiga (2/3), sepertiga (1/3),

dan seperenam (1/6).48 Adapun pembagiannya sebagai berikut:

1. Suami

Jika seorang mati meninggalkan suami maka bagian suaminya

seperti hal-hal tersebut di bawah ini:

a. Jika si mayat meninggalkan anak atau cucu maka suami dapat ¼

(seperempat).

b. Jika si mayat tidak meninggalkan anak atau cucu maka suami dapat ½

(seperdua).

Bagian suami tersebut diatur dalam surat An-Nisa ayat 12 sedangkan

dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 179, yang berbunyi: “Duda

mendapatkan separoh bagian, bila pewaris tidak meninggalkan anak, dan

bila pewaris meninggalkan anak, maka duda mendapat seperenam

bagian”.49

2. Istri

Jika seorang mati, maka bagian istrinya, seorang atau lebih seperti

hal-hal yang tersebut di bawah ini:

48 Suparman Usman, Yusuf Somawinata, h. 6649Kompilasi Hukum Islam, Bandung: Citra Umbara, 2007, h. 158

Page 52: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

42

a. Jika si mayat meninggalkan anak atau cucu, maka istrinya dapat ¼

(seperempat).

b. Jika si mayat meninggalkan anak atau cucu, maka istrinya dapat 1/8

(seperdelapan).

ركتمولھن الربع مما تركتم ان لم یكن لكم ولد فان كان لكم ولد فلھن الثمن مما ت

Artinya : “Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkanjika kamu tidak mempunyai anak Jika kamu mempunyai anak, maka paraisteri memperoleh seperdelapan”

Bagian istri tersebut diatur dalam surat An-Nisa ayat 12 sedangkan dalam

Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 180, yang berbunyi: “Janda

mendapat seperempat bagian, bila pewaris tidak meninggalkan anak, dan

bila pewaris meninggalkan anak, maka janda mendapat seperdelapan

bagian”.

3. Bapak

Jika seseorang meninggal maka bagian bapak seperti hal-hal yang

tersebut di bawah ini:

Jika si mayat meninggalkan anak laki-laki atau cucu laki-laki dan

bapak maka bapak mendapat bagian 1/6 (seperenam) dan selebihnya

menjadi hak anak atau cucunya.

Bagian bapak tersebut diatur dalam surat An-Nisa ayat 11

sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 177, yang

berbunyi: “Ayah mendapat sepertiga bagian, bila pewaris tidak

meninggalkan anak, bila ada anak, ayah mendapat seperenam bagian”.

4. Ibu

Jika seseorang meninggal, bagian ibu seperti hal-hal yang tersebut

di bawah ini:

Page 53: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

43

a. Jika si mayat meninggalkan anak atau cucu dan ibu, maka ibu dapat

1/6 (seperenam).

b. Jika si mayat meninggalkan saudara, lebih dari seorang, ibu dapat 1/6

(seperenam).

c. Jika si mayat tidak meninggalkan siapa-siapa, kecuali ibu atau

meninggalkan ibu dan bapak maka ibu dapat 1/3 (sepertiga).

Bagian ibu tersebut diatur dalam surat An-Nisa ayat 11 sedangkan

dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 178, yang berbunyi: “ (1) Ibu

mendapat seperenam bagian, bila ada anak atau dua saudara atau lebih.

Bila tidak ada anak atau orang saudara atau lebih, maka ia mendapat

sepertiga bagian. (2) Ibu mendapat sepertiga bagian dari sisa sesudah

diambil oleh janda atau duda bila bersama-sama dengan ayah”.

5. Anak laki-laki dan Anak Perempuan

a. Jika seorang meninggal, bagian anak laki-lakinya adalah seperti hal-hal

yang tersebut di bawah ini:

1) Jika si mayat tidak meninggalkan ahli waris lainnya melainkan

seorang anak laki-laki saja maka harta itu jadi haknya sebagai

ashabah.

2) Jika si mayat tidak meninggalkan ahli waris lainnya melainkan dua

orang anak laki-laki atau lebih maka harta itu dibagi rata di antara

mereka karena mereka bersama-sama menjadi ashabah.

3) Jika si mayat meninggalkan anak laki-laki dan anak perempuan,

dua orang atau lebih maka harta itu dibagi buat tiap-tiap anak laki-

laki dua bagian dan buat tiap-tiap anak perempuan satu bagian.

b. Jika seseorang meninggal maka bagian anak perempuan, seperti hal-

hal yang tersebut di bawah ini:

1) Jika si mayat meninggalkan seorang anak perempuan saja dan tidak

meninggalkan anak laki-laki maka anak perempuan mendapat 1/2

(seperdua) dari harta warisan.

Page 54: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

44

2) Jika si mayat meninggalkan anak perempuan, dua orang atau lebih,

dan tidak ada anak laki-laki maka anak perempuan itu dapat 2/3

(dua pertiga), yakni dua pertiga tersebut dibagi sama rata di antara

mereka.

ثنتین ین فاءن كن نساءفوقایو صیكم اللھ في اوآلد كم للذ كر مثل حظ االنثیفلھاالنصففلھن ثلثا ماترك وان كانت واحدة

Artinya :“Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka

untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama

dengan bagian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu

semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga

dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang

saja, maka ia memperoleh separo harta”

6. Saudara Laki-laki dan Saudara Perempuan Seibu Sebapak

a. Jika seseorang meninggal maka bagian saudara laki-lakinya yang seibu

sebapak, seperti hal-hal yang tersebut di bawah ini:

1) Jika si mayat meninggalkan seorang saudara laki-laki seibu

sebapak maka saudaranya itu dapat semua harta warisan, karena

menjadi ashabah.

2) Jika si mayat meninggalkan dua orang saudara laki-laki seibu

sebapak atau lebih maka hartanya dibagi rata di antara

saudaranya itu, karena menjadi ashabah bersama-sama

3) Jika si mayat meninggalkan saudara laki-laki dan perempuan

seibu sebapak maka masing-masing saudara laki-laki dapat dua

bagian dan masing-masing saudara perempuan dapat satu bagian.

4) Jika si mayat meninggalkan ahli waris lainnya maka sisa dari

harta itu diberikan kepada saudara seibu sebapak, seorang atau

lebih, atau bercampur dengan bagian perempuan.

b. Jika seseorang meninggal maka bagian saudara perempuannya yang

seibu sebapak, seperti hal-hal yang tersebut di bawah ini:

Page 55: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

45

1) Jika si mayat meninggalkan seorang saudara perempuan seibu

sebapak maka saudara perempuan itu dapat 1/2 (seperdua).

2) Jika si mayat meninggalkan dua orang saudara perempuan seibu

sebapak atau lebih maka saudara perempuan dapat 2/3 (dua

pertiga).

3) Jika si mayat meninggalkan saudara laki-laki dan perempuan seibu

sebapak maka masing-masing saudara perempuan dapat satu

bagian dan masing-masing saudara laki-laki dapat dua bagian.

4) Jika si mayat meninggalkan seorang saudara perempuan seibu

sebapak dan seorang anak atau cucu perempuan, maka saudara

perempuan seibu sebapak itu dapat sisa dari anak atau cucu

tersebut, yaitu 1/2 (seperdua) dan kalau saudara perempuan itu

lebih dari seorang maka sisa tersebut dibagikan rata di antara

mereka.

5) Jika si mayat meninggalkan ahli waris melainkan dua orang anak

perempuan dan seorang saudara perempuan seibu sebapak maka

sisa dari anak itu, yaitu 1/3 (sepertiga) buat saudara perempuan,

seorang ataupun lebih.

6) Jika si mayat hanya meninggalkan saudara perempuan seibu

sebapak dan saudara perempuan sebapak maka saudara perempuan

seibu sebapak dapat 3/6 (tiga perenam) atau 1/2 (seperdua) dan

saudara perempuan sebapak dapat 1/6 (seperenam).

7. Saudara Laki-laki Sebapak

Jika seorang meninggal maka bagian saudara laki-laki yang sebapak

lain ibu, seperti hal-hal yang tersebut di bawah ini:

a. Jika si mayat meninggalkan seorang saudara laki-laki sebapak maka

saudara ini dapat semua harta, karena menjadi ashabah.

b. Jika si mayat meninggalkan dua orang saudara laki-laki sebapak atau

lebih maka harta itu dibagi rata antara mereka, lantaran mereka jadi

ashabah bersama-sama

Page 56: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

46

c. Jika si mayat meninggalkan saudara laki-laki dan saudara perempuan

sebapak maka masing-masing saudara laki-laki dapat dua bagian dan

masing-masing perempuan dapat satu bagian. Hal ini karena di waktu

tidak ada saudara seibu sebapak maka saudara sebapaklah sebagai

penggantinya dalam menerima pusaka.

8. Kakek

Jika seseorang meninggal maka bagian kakek seperti hal-hal

tersebut di bawah ini:

a. Jika si mayat meninggalkan anak laki-laki atau cucu laki-laki dan tidak

meninggalkan bapak maka kakek dapat 1/6 (seperenam) dari harta

peninggalannya.

b. Jika si mayat meninggalkan anak perempuan atau cucu perempuan dan

tidak meninggalkan anak laki-laki atau cucu laki-laki, dan tidak

meninggalkan pula bapak, tetapi ada ahli waris lainnya, maka kakek

dapat 1/6 (seperenam) dan dapat sisa kalau ada.

c. Jika si mayat tidak meninggalkan ahli waris, maka kakek dapat semua

harta peninggalannya sebagai ashabah.

9. Nenek

Jika seorang meninggal, maka bagian neneknya seperti hal-hal

yang tersebut di bawah ini:

a. Jika si mayat meninggalkan seorang nenek saja dan tidak

meninggalkan ibu, maupun ada ahli waris lainnya ataupun tidak ada

maka ia dapat 1/6 (seperenam)

b. Jika si mayat tidak meninggalkan nenek lebih dari seorang dan tidak

meninggalkan ibu maupun ada ahli waris yang lain ataupun tidak ada

maka 1/6 (seperenam) itu dibagi sama rata di antara mereka.

c. Nenek itu seorang ataupun lebih dairi pihak ibu atau bapak dapat 1/6

(seperenam) saja.50

50Moh. Muhibbin, Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaruan Hukum diIndonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h. 89-108

Page 57: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

47

Jadi kesimpulan dari pembahasan di atas adalah hukum kewarisan

adalah hukum yang mengatur pemindahan hak pemilikan harta

peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak

menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing-masing, adapun dasar

hukumnya Surat An-Nisa :7. Asas-asas dalam kewarisan ada 5, yaitu: Asas

Ijbari, Asas Bilateral, Asas Individual, Asas Keadilan Berimbang, dan

Asas Semata Berakibat Hukum. Adapun Rukun Waris terdiri dari : Hukum

Warisan, Pewaris, dan Ahli Waris. Dan syarat yang harus dipenuhi

pembagian waris adalah Matinya muwarits, Hidupnya warits, Tidak ada

penghalang-penghalang mempusakai.

Page 58: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

48

BAB III

SISTEM KEWARISAN ADAT DI INDONESIA

A. Pengertian Hukum Waris Adat

Hukum waris adat adalah tata cara pewarisan menurut hukum adat yang

berlaku.Hukum ini merupakan konsekuensi dari masih terpeliharanya hukum adat

di beberapa daerah di Indonesia sebagai bagian dari kekayaan budaya bangsa

Indonesia.Bisa dikatakan bahwa keragaman kehidupan masyarakat Indonesia

berbanding lurus dengan keragaman hukum adatnya, tak terkecuali hukum

waris.Banyak aturan berbeda yang dipraktikkan di setiap hukum adat berkaitan

dengan masalah waris.51 Soepomo mengatakan, “ Hukum adat waris memuat

peraturan-peraturan yang mengatur proses meneruskan serta mengoperkan

barang-barang harta benda dan barang-barang yang tidak berwujud benda dari

suatu angkatan manusia kepada keturunannya” (Soepomo, 1967: 72)52. Sumber

hukum waris adat ada 2 macam: Adat/kebiasaan, dan Yurisprudensi53.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hukum waris mengatur cara

penerusan dan peralihan hak dan kewajiban yang obyeknya berwujud atau tidak

berwujud, dari pewaris pada ahli warisnya. Penerusan dan peralihan warisan

menurut hukum adat berbeda-beda, karena hal ini sangat tergantung kepada sistem

kemasyarakatannya.54

51 NM. Wahyu Kuncoro, Waris Permasalahan dan Solusinya Cara Halal dan LegalMembagi Warisan, (Jakarta: Raih Asas Sukses, 2015), h. 12

52 Otje Salman, Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap Hukum Waris, (Bandung:Alumni, 1993), h. 55

53 Saifuddin Arif, Hukum Waris Islam dan Praktek Pembagian Harta Peninggalan,(Jakarta: PP Darunnajah, 2007), h. 31

54 M. Rasyid Ariman, Hukum Waris Adat Dalam Yurisprudensi, (Jakarta: GhaliaIndonesia, 1988), h. 9

Page 59: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

49

Adapun yang dimaksud dengan harta warisan adalah harta kekayaan dari

pewaris yang telah wafat, baik harta itu telah dibagi atau masih dalam keadaan

tidak terbagi-bagi.Termasuk di dalam harta warisan adalah harta pusaka, harta

perkawinan, harta bawaan dan harta depetan.Pewaris adalah orang yang

meneruskan harta peninggalan atau orang yang mempunyai harta warisan.Waris

adalah istilah untuk menunjukkan orang yang mendapatkan harta warisan atau

orang yang berhak atas harta warisan. Cara pengalihan adalah proses penerusan

harta warisan dari pewaris kepada waris, baik sebelum maupun sesudah wafat.

Hukum waris adat sebenarnya adalah hukum penerus harta kekayaan dari suatu

generasi kepada keturunannya.

Soerojo Wignjodipoero memperjelas bahwa hukum adat waris meliputi

norma-norma hukum yang menetapkan harta kekayaan baik yang materiil maupun

yang immaterial yang manakah dari seseorang yang dapat diserahkan kepada

keturunannya serta yang sekaligus juga mengatur saat, cara dan proses

peralihannya55.Sebenarnya hukum waris adat tidak semata-mata hanya mengatur

tentang warisan dalam hubungannya dengan ahli waris tetapi lebih luas dari itu.

Hilman Hadikusuma mengemukakan hukum waris adat adalah hukum adat yang

memuat garis-garis ketentuan tentang sistem dan asas-asas hukum waris, tentang

harta warisan, pewaris, dan waris serta cara bagaimana harta warisan itu dialihkan

penguasaan dan pemilikannya dari pewaris kepada waris.56

55 Soerojono Wignyodipoero,Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, (Jakarta: CV. HajiMas Agung,1995), h. 161.

56 Hilman Adikusuma, Hukum Waris Adat, (Bandung: PT Cipta Aditya Bakti, 1993), h. 7

Page 60: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

50

B. Dasar Pembagian Warisan

Kerukunan dan kebersamaan serta memperhatikan keadaan istimewa dari

tiap ahli waris.

a. Adanya persamaan hak para ahli waris.

b. Harta warisan tidak dapat dipaksakan untuk dibagi para ahli waris.

c. Pembagian warisan dapat ditunda ataupun yang dibagikan hanya sebagian

saja.

d. Harta warisan tidak merupakan satu kesatuan, tetapi harus dilihat dari sifat,

macam asal dan kedudukan hukum dari barang-barang warisan tersebut.57

C. Sistem Masyarakat Hukum Waris Adat

Di Indonesia, hukum waris adat sangat dipengaruhi oleh prinsip garis

keturunan yang berlaku pada masyarakat yang bersangkutan.

Secara teoritis hukum waris adat di Indonesia sesungguhnya dikenal

banyak ragam sistem kekeluargaan di dalam masyarakat. Akan tetapi secara

umum yang dikenal sangat menonjol dalam peraturan hukum adat ada tiga corak

yaitu: prinsip patrilineal, matrilineal, dan bilateral atau parental.

Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Sistem Patrilineal, yaitu sistem kekeluargaan yang menarik garis keturunan

pihak nenek moyang laki-laki. Di dalam sistem ini kedudukan dan pengaruh

pihak laki-laki dalam hukum waris sangat menonjol, contohnya pada

masyarakat Batak. Yang menjadi ahli waris hanya anak laki-laki sebab anak

perempuan yang telah kawin dengan cara “kawin jujur” yang kemudian masuk

57 Elfrida Gultom, Hukum Waris Adat di Indonesia, ( Jakarta: Literata, 2010), h. 46

Page 61: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

51

menjadi anggota keluarga pihak suami, selanjutnya ia tidak merupakan ahli

waris orang tuanya yang meninggal dunia.

2. Sistem Matrilineal, yaitu sistem kekeluargaan yang menarik garis keturunan

pihak nenek moyang perempuan. Di dalam sistem kekeluargaan ini pihak laki-

laki tidak menjadi pewaris untuk anak-anaknya. Anak-anak menjadi ahli waris

dari garis perempuan/garis ibu karena anak-anak mereka merupakan bagian

dari keluarga ibunya, sedangkan ayahnya masih merupakan anggota

keluarganya sendiri, contoh sistem ini terdapat pada masyarakat

Minangkabau. Namun demikian, bagi masyarakat Minangkabau yang sudah

merantau ke luar tanah aslinya, kondisi tersebut sudah banyak berubah.

3. Sistem Parental atau Bilateral, yaitu sistem yang menarik garis keturunan dari

dua sisi, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu. Di dalam sistem ini

kedudukan anak laki-laki dan perempuan dalam hukum waris sama dan

sejajar. Artinya, baik anak laki-laki maupun anak perempuan merupakan ahli

waris dari harta peninggalan orang tua mereka.58

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat dikatakan bahwa di Indonesia ini

pada prinsipnya terdapat masyarakat yang susunannya berlandaskan pada tiga

macam garis keturunan, yaitu garis keturunan ibu, garis keturunan bapak dan garis

keturunan bapak-ibu. Pada masyarakat yang menganut garis keturunan bapak-ibu

hubungan anak dengan sanak keluarga baik dari pihak bapak maupun pihak ibu

sama eratnya dan hubungan hukum terhadap kedua belah pihak berlaku sama. Hal

ini berbeda dengan persekutuan yang menganut garis keturunan bapak

58 Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia Dalam Perspektif Islam, Adat, dan BW,(Bandung: Refika Aditama), h. 41-42

Page 62: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

52

(patrilineal) dan garis keturunan ibu (matrilineal), hubungan anak dengan keluarga

kedua belah pihak tidak sama eratnya, derajatnya dan pentingnya. Pada

masyarakat yang matrilineal, hubungan kekeluargaan dengan pihak ibu jauh lebih

erat dan lebih penting, sedangkan pada masyarakat yang patrilineal,

hubungandengan keluarga pihak bapak terlihat dekat/erat dan dianggap lebih

penting dan lebih tinggi derajatnya.

Dari ketiga sistem keturunan di atas, mungkin masih ada variasi lain yang

merupakan perpaduan dari ketiga sistem tersebut, misalnya “sistem patrilineal

beralih-alih (alternerend)59dan sistem unilateral berganda (doubel unilateral)

masing-masing sistem memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan sistem

yang lainnya.

D. Sistem Kewarisan Menurut Hukum Adat

Di samping sistem kekeluargaan yang sangat berpengaruh terhadap

pengaturan hukum adat waris terutama terhadap penetapan ahli waris dan bagian

harta peninggalan yang diwariskan, hukum adat waris mengenal tiga sistem

kewarisan, yaitu:

a. Sistem kewarisan individual yaitu sistem kewarisan yang menentukan bahwa

para ahli waris mewarisi secara perorangan, misalnya di Jawa, Batak,

Sulawesi, dan lain-lain.

b. Sistem kewarisan kolektif, yaitu sistem yang menentukan bahwa para ahli

waris mewarisi harta peningalan secara bersama-sama (kolektif) sebab harta

peninggalan yang di warisi itu tidak dapat dibagi-bagi pemiliknya kepada

59Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, (Jakarta: Rajawali, 1981), h. 284

Page 63: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

53

masing-masing ahli waris. Contohnya “harta pusaka tinggi” di Minangkabau

dan “tanah dati” di semenanjung Hitu Ambon.

c. Sistem kewarisan mayorat, yaitu sistem kewarisan yang menentukan bahwa

harta peninggalan pewaris hanya diwarisi oleh seorang anak. Sistem mayorat

ini ada dua macam, yaitu :

1) Mayorat laki-laki, yaitu apabila anak laki-laki tertua/sulung atau keturunan

laki-laki merupakan ahli waris tunggal dari si pewaris, misalnya di

Lampung.

2) Mayorat perempuan, yaitu apabila anak perempuan tertua merupakan ahli

waris tunggal dari pewaris, misalnya pada masyarakat Tanah Semendo di

Sumatera Selatan.60

Harta yang dapat dibagi adalah harta peninggalan setelah dikurangi

dengan biaya-biaya waktu pewaris sakit dan biaya pemakaman serta hutang-

hutang yang ditinggalkan oleh pewaris. Berdasarkan pengaruh dari prinsip garis

keturunan yang berlaku pada masyarakat itu sendiri, maka yang menjadi ahli

waris tiap daerah akan berbeda.

Masyarakat yang menganut prinsip patrilineal seperti Batak, yang

merupakan ahli waris hanyalah anak laki-laki, demikian juga di Bali.Berbeda

dengan masyarakat di Sumatera Selatan yang menganut matrilineal, yang

merupakan ahli waris hanyalah anak perempuan.Masyarakat Jawa yang menganut

60 Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia Dalam Perspektif Islam, Adat, dan BW,h. 43

Page 64: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

54

sistem bilateral, baik anak laki-laki maupun perempuan mempunyai hak sama atas

harta peninggalan orang tuanya.61

E. Asas-asas Hukum Waris Adat

Dengan uraian yang berpangkal tolak dari sila-sila Pancasila sebagai

pandangan hidup bangsa Indonesia, maka dapat kita simpulkan bahwa didalam

hukum waris adat bangsa Indonesia bukan semata-mata terdapat asas kerukunan

dan asas kesamaan hak dalam pewarisan, tetapi juga terdapat asas-asas hukum

yang terdiri dari: Asas Ketuhanan dan pengendalian diri,Asas Kesamaan hak dan

kebersamaan hak,Asas Kerukunan dan kekeluargaan,Asas Musyawarah dan

mufakat,Asas Keadilan.

Apabila dilihat dari segi Hukum Kewarisan KUHPerdata, tampak

perbedaannya, bahwa peralihan harta dari seseorang yang telah meninggal dunia

kepada ahli warisnya bergantung pada kehendak dan kerelaan ahli waris yang

bersangkutan. Dalam KUHPerdata ahli waris dimungkinkan untuk menolak

warisan. Dimungkinkannya penolakan warisan ini karena jika ahli waris

menerima warisan, ia harus menerima segala konsekuensinya. Salah satunya

adalah melunasi seluruh utang pewaris.62

F. Harta Warisan

Disamping itu ada harta warisan yang memamg tidak dapat dibagi-bagikan

penguasaan atau pemiliknya dikarenakan sifat benda, keadaan dan kegunaannya

tidak dapat dibagi, misalnya: harta pusaka, alat perlengkapan adat, senjata, jimat,

61Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, (PT.RajaGrafindo Indonesia Persada,(RajawaliPers) 2002), h. 261

62 Rahmat Budiono, Pembaruan Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, (Jakarta: CitraAditya Bakti), 1999, h. 5

Page 65: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

55

ilmu gaib, jabatan adat, gelar adat dan lain sebagainya yang harus dipegang oleh

waris tertentu dan dimanfaatkan untuk kepentingan bersama.

Untuk mengetahui bagaimana asal-usul, kedudukan harta warisan, apakah ia

dapat dibagi atau memang tidak terbagi, termasuk hak dan kewajiban apa yang

terjadi penerusan dari pewaris kepada waris, maka harta warisan itu kita bagi

dalam empat bagian yaitu harta asal, harta pencaharian, harta pemberian dan hak-

hak, dan kewajiban yang diwariskan.63

G. Ahli Waris

Terdapat suatu perbedaan antara suatu daerah dengan daerah yang

lain tentang para waris, baik terhadap ahli waris yang berhak mewarisi maupun

yang bukan ahli waris tetapi mendapat warisan. Berhak atau tidaknya para waris

sebagai penerima warisan sangat dipengaruhi oleh sistem kekerabatan dan agama

yang dianut. Secara umum menurut Hilman Hadikusuma para waris ialah anak

termasuk anak dalam kandungan ibunya jika lahir hidup, tetapi tidak semua anak

adalah ahli waris, kemungkinan para waris lainnya seperti anak tiri, anak angkat,

anak piara, waris balu, waris kemenakan dan para waris pengganti seperti cucu,

ayah-ibu, kakek-kakek, waris anggota kerabat dan waris lainnya.64

Dengan adanya anak-anak maka kemungkinan anggota keluarga lain

dari si pewaris untuk menjadi ahli waris menjadi tertutup. Juga dikemukakannya

bahwa diantara suami dan isteri tidak terdapat hubungan saling mewarisi.Apabila

salah satu diantaranya meninggal maka janda/duda tidak mempunyai hak

mewarisi terhadap harta yang ditinggalkan suami/ isteri. Sistem ini pada

63 Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, h. 45-4664 Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, (Bandung: Cipta Aditya Bakti, 1993), h. 67

Page 66: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

56

umumnya dianut oleh masyarakat matrilineal seperti di Minangkabau yang

menganut sistem perkawinan Semendo yaitu seorang duda tidak mewarisi harta

isterinya yang wafat, Masyarakat Peminggir di Lampung isteri sebagai penguasa

dan pemilik harta perkawinan tidak dapat diwarisi oleh suami bila isteri wafat,

demikian pula masyarakat patrilineal di Batak, janda bukan waris bagi suaminya.

Dalam hal ini Eman Suparman memperinci: “1) Pada masyarakat Patrilineal yang

dapat menjadi ahli waris terdiri dari anak laki-laki, anak angkat, ayah dan ibu serta

saudara-saudara sekandung si pewaris, keluarga dekat dalam derajat yang tidak

tertentu dan persekutuan adat bila si pewaris sama sekali tidak mempunyai ahli

waris yang disebutkan sebelumnya, 2) Pada masyarakat Matrilineal seperti dalam

hukum adat Minangkabau ahli waris bertali adat, 3) Pada masyarakat Bilateral

hanya dikenal ahli waris sedarah serta tidak sedarah, dan ada terdapat silsilah

kepunahan bilamana si pewaris tidak mempunyai sama sekali ahli waris dalam hal

ini harta peninggalannya akan diserahkan kepada desa”.65

H. Proses Pewarisan

Proses pewarisan dikala pewaris masih hidup dapat berjalan dengan cara

penerusan atau pengalihan (Jawa, lintiran), penunjukan (Jawa, cungan),

Lampung, dijengken) dan atau dengan cara berpesan, berwasiat, beramanat (Jawa,

weling, wekas; Lampung, tanggeh). Ketika pewaris telah wafat berlaku cara

penguasaan yang dilakukan oleh anak tertentu, oleh anggota keluarga atau kepala

kerabat, sedangkan cara pembagian dapat berlaku pembagian ditangguhkan (Jawa,

65 Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia Dalam Perspektif Islam, Adat, dan BW, h. 56

Page 67: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

57

gantungan), pembagian dilakukan berimbang, berbanding atau menurut hukum

Islam.66

Proses pewarisan yang berlaku menurut hukum adat di Indonesia hanya

ada dua bentuk. Pertama, proses pewarisan yang dilakukan semasa pewaris masih

hidup.Kedua, proses pewarisan yang dilakukan setelah pewaris wafat. Proses

pewarisan itu sendiri menurut Hilman Hadikusuma adalah:

“Merupakan cara bagaimana pewaris berbuat untuk meneruskan atau mengalihkan

harta kekayaan yang akan ditinggalkan kepada waris ketika pewaris itu masih

hidup dan bagaimana cara warisan itu diteruskan penguasa dan pemakaiannya

atau cara bagaimana melaksanakan pembagian warisan kepada para waris setelah

pewaris wafat”.67

Apabila proses pewarisan dilakukan semasa pewaris masih hidup maka

dapat dilakukan dengan cara penerusan, pengalihan, berpesan, berwasiat, dan

beramanat. Sebaliknya, apabila dilaksanakan setelah pewaris wafat, berlaku cara

penguasa yang dilakukan oleh anak tertentu, anggota keluarga atau kepada

kerabat, sedangkan dalam pembagian dapat berlaku pembagian ditangguhkan,

pembagian dilakukan berimbang, berbanding atau menurut hukum agama.

Sedangkan harta warisan setelah pewaris wafat karena alasan-alasan tertentu

ada yang dibagi-bagikan dan ada yang pembagiannya ditangguhkan. Adapun

alasan-alasan penangguhan itu antara lain:68 Terbatasnya harta pusaka. tertentu

jenis macamnya, para waris belum dewasa, belum ada waris pengganti, diantara

waris belum hadir, belum diketahui hutang piutang pewaris.

66 Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, h. 10567 Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, h. 9568 ImanSudiyat, Hukum Adat Sketsa Asas, (Yogyakarta: Liberty, 1981), h. 152

Page 68: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

58

Pembagian harta waris dapat dilakukan dengan mengikuti hukum adat

dan mengikuti hukum waris Islam. Hilman Hadikusuma menyebutkan bahwa

pada umumnya masyarakat Indonesia menerapkan pembagian berimbang yaitu di

antara semua waris mendapat bagian yang sama, seperti dilakukan oleh

masyarakat Jawa, dan banyak pula yang menerapkan hukum waris Islam di mana

setiap waris telah mendapatkan jumlah bagian yang telah ditentukan.69

69Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, h. 106

Page 69: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

59

BAB IV

PRAKTIK DAN SISTEM PEMBAGIAN WARIS MASYARAKAT DESA

ANDAMUI

A. Gambaran Umum Desa Andamui

1. Letak Geografis Desa Andamui

Desa Andamui merupakan salah satu Desa terpencil di wilayah kabupaten

Kuningan.Desa Andamui memiliki alam Perbukitan yang cukup indah,

dengan udaranya yang sejuk berkisar 23-27 C dengan hutan yang cukup

hijau dan hamparan sawah yang luas mempunyai luas wilayah sekitar 195,4

Ha. Pada umumnya, Desa Andamui mempunyai batasan-batasan wilayah,

yaitu: sebelah timur berbatasan dengan Desa Sukasari, sebelah Barat

berbatasan dengan Desa Cigedang, sebelah Utara berbatasan dengan Desa

Cikadu, dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Baok.70

Luas wilayah Desa Andamui kurang lebih 242,237 ha yang terbagi ke dalam

pemukiman warga, perkebunan dan persawahan.Secara administratif Desa

Andamui termasuk ke Kecamatan Ciwaru Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa

Barat. Desa Andamui memiliki 752 bangunan, terdiri dari 739 rumah, 1

bangunan balai desa, 1 sekolah Dasar, satu sekolah PAUD (Pendidikan Anak

Usia Dini), 1 bangunan masjid, 3 bangunan TPA dan terdapat 7 bangunan

mushola.71

Desa Andamui terdiri dari 8 RW, 23 RT, dan jumlah dari penduduk Desa

Andamui kurang lebih terdiri dari 2528penduduk. Dengan demikian Desa

70 Data Desa Andamui71 Data Desa Andamui

Page 70: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

60

Andamui merupakan salah satu dari wilayah Kabupaten Kuningan, untuk

menuju Desa Andamui dari jalan raya harus melewati hutan dan persawahan

terlebih dahulu, karena Desa Andamui termasuk salah satu desa terpencil di

wilayah Kabupaten Kuningan.72

2. Sistem Kemasyarakatan

Tokoh masyarakat Desa Andamui mempunyai pengaruh besar terhadap

kehidupan masyarakatnya, hal ini disebabkan ketika salah satu dari

masyarakatnya memiliki suatu masalah maka tokoh masyarakat tersebut selalu

diminta pendapat untuk memecahkannya.

Secara umum yang menjadi tokoh masyarakat adalah sesepuh Desa

Andamui yang memahami banyak tentang Ilmu Agama Islam.Pada saat ini

sistem kemasyarakatan Desa Andamui sedang mengalami transisi, yaitu dari

sifat tradisional menuju ke modern. Selain itu, partisipasi tokoh masyarakat

berpengaruh dalam membina kesadaran masyarakat Desa Andamui, hal ini

dapat terlihat dalam sistem kemasyarakatannya, yaitu:

a. Sistem Kemasyarakatan

Masyarakat Desa Andamui selalu mematuhi peraturan-peraturan

yang dibuat oleh Ketua RT. Di Desa Andamui mempunyai sifat

gotongroyong yang tinggi.Hal ini terlihat ketika ada keluarga yang sedang

membangun rumah, maka masyarakat Desa Andamui selalu membantu

dengan tenaga. Selain itu, ketika ada salah satu keluarga yang

72 Data Desa Andamui

Page 71: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

61

akanmenikahkan/menhkhitan anaknya, masyarakat Desa Andamui selalu

membantu untuk mebuat tenda dan memasak.

b. Sistem Kepemimpinan

Desa Andamui merupakan salah satu desa di Kecamatan Ciwaru

Kabupaten Kuningan yang memiliki dua bentuk sistem kepemimpinan,

yaitu kepemimpinan formal dan informal.Kepemimpinan formal adalah

hasil atas dasar pemilihan rakyat.Kepemimpinan formal di Desa Andamui

dipegang oleh Kepala Desa yang langsung berhubungan dengan sistem

pemerintah.73

Kepemimpinan informal adalah kepemimpinan yang dipegang

langsung oleh tokoh masyarakat (sesepuh desa) yang memahami banyak

tentang ilmu agama Islam dan bisa diminta pendapat untuk memecahkan

suatu masalah yang timbul di masyarakat.74

3. Adat Istiadat dan Kebudayaan

Dalam kehidupan bermasyarakat, di Desa Andamui terdapat beberapa adat

yang sering dilakukan oleh warganya, yaitu:

a. Acara Peringatan Hari Besar Islam

Sebelum acara penyambutan hari besar Islam, terlebih dulu

masyarakatnya membentuk susunan kepanitiaan sebelum acara

berlangsung. Hari-hari besar Islam yang suka diperingati adalah acara Isra’

73 Data Desa Andamui74Sesepuh adalah tokoh masyarakat yang paling berpengaruh di Desa Andamui dan

biasanya sesepuh itu merupakan orang yang dituakan yang mengetahu Ilmu Agama Islam.

Page 72: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

62

miraj Nabi Muhammad saw, Syuraan dengan tujuan memperingati 10

Syura, Maulid, rabu wakasan75, dan acara satu Muharram.

Dalam pelaksanaan hari besar Islam, biasanya dikaitkan dengan

kegiatan-kegiatan keagamaan seperti melakukan tabligh akbar, membaca

shalawat Nabi, membaca al-Qur’an, dan melakukan shalat tasbih

berjamaah yang berlangsung di masjid.

b. Tradisi Bangun Rumah

Dalam tradisi bangun rumah terdapat kebiasaan yang suka

dilakukan oleh masyarakatnya, yaitu menancapkan bendera merah putih di

atas atap rumah, serta syarat-syarat tradisi dalam bangun rumah seperti

biji-bijian tujuh rupa dan emas ½ gram dengan tujuan agar rumah yang

akan dibangun itu berkah dan cerah.

Selain itu terdapat kebiasaan saat bangun rumah yaitu mengubur

sesuatu di bawah tanah yang akan dijadikan ruang keluarga. dan tradisi

seperti itu masih dilakukan oleh masyarakat Desa Andamui sampai

sekarang.

c. Tradisi Perkawinan

Dalam acara perkawinan, terdapat kebiasaan yang suka dilakukan

oleh masyarakatnya, yaitu injak telur, harupat76, pecah kendi, dan

saweran.Selain itu, kebiasaan saat perkawinan, biasanya dari pihak calon

mempelai perempuan selalu memberikan makanan kepada pihak calon

75 Rabu wakasan adalah salah satu tradisi untuk menolak turunya penyakit, dengandiadakan shalat thalak bala’ dengan tujuan agar selamat.

76Harupat adalah membakar lidi sebagai simbol dalam membina rumah tangga janganputus asa

Page 73: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

63

mempelai laki-laki.Selain itu, dalam tradisi perkawinanterdapat kebiasaan

yang suka dilakukan masyarakat, yaitu memeongan77.

d. Larangan Bulan

Selain kebiasan-kebiasaan di atas, di Desa Andamui terdapat

sebuah larangan bulan, pada larangan bulan masyakat Desa Andamui

dilarang berpergian selain itu pada larangan bulan masyarakat Desa

Andamui dilarang mengadakan hajatan seperti pernikahan, khitanan, serta

bangun rumah karena masyarakat beranggapan bahwa larangan bulan

merupakan hari yang kurang baik untuk berpergian, hajatan serta bangun

rumah.

Larangan berpergian pada larangan bulan suka dikaitkan dengan

musibah yang menimpa pada keluarga.Misalnya dikaitkan dengan

kematian salah satu anggota keluarganya yang meninggal dunia pada

larangan bulan yang disebabkan kecelakaan pada saat berpergian.Larangan

bulan ini terjadi 3 bulan sekali dan sampai sekarang masih berlaku di

masyarakat desa Andamui.78

e. Tradisi Panen

Dalam Tradisi Panen, masyarakat Desa Andamui juga selalu

membuat sesajen sebelum dilaksanakannya panen atau sering dikenal

dengan istilah nyungsung. Dengan tujuan agar dapat memetik hasil

panennya yang memuaskan.

77Memeongan adalah tradisi yang dilakukan apabila adik perempuannya melangkahi kakalaki-lakinya menikah, maka kaka laki-laki itu harus lari ke air sambil bawa ayam bekakak.

78 Wawancara Pribdi dengan Casmedi, 28 November 2016

Page 74: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

64

4. Kondisi Sosial Ekonomi

Pada umunya jenis sarana sosial ekonomi masyarakat Desa Andamui berupa

usaha perdagangan, terutama warung kebutuhan rumah tangga sehari-hari

yang berskala kecil sekali, disamping itu pula sarana ekonomi yang menjadi

tulang punggung ekonomi masyarakat Desa Andamui Kecamatan Ciwaru

Kabupaten Kuningan.

Mengenai sektor yang lainnya seperti pedagang, warung, toko, waserda yang

merupakan sektor lain bagi masyarakat Desa Andamui yang jumlahnya

hanya sebagian kecil dari jumlah penduduk yang ada di Desa Andamui.

5. Kondisi Pendidikan dan Keagamaan

Pendidikan merupakan salah satu modal dasar pembangunan, sehingga

Pendidikan adalah sebuah investasi (modal) di masa yang akan datang. Di

Desa Andamui Jumlah Guru untuk Tahun 2016 berjumlah 21 Orang.

Jumlah Sarana sekolah tersebut di atas belum termasuk Guru yang

berdomisili di Desa Andamuiada pula Jumlah guru yang mengajar di Luar

Desa Andamui diantarnya:4 Orang Guru SLTP,9 Orang Guru SD.

Dilihat dari tingkat pendidikan, penduduk Desa Andamui terbagi atas :

1. Tidak sekolah : 287 Orang2. TK/PAUD : 48 Anak3. Tamat SD : 889 Orang4. SLTP : 328 Orang5. SLTA : 246 Orang6. S1/D3 : 27 Orang7. S2 : 1 Orang

Seluruh masyarakat Desa Andamui beragama Islam. Masyarakat Desa

Andamui dikenal sangat religious. Artinya, dalam keseharian mereka taat

Page 75: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

65

menjalankan ibadah agamanya. Secara keseluruhan, mereka menempatkan diri ke

dalam kegiatan budaya yang bernuansa keagamaan. Misalnya, tahlilan, Rajaban,

Rabu wakasan, Jum’at kliwon, dan lain-lain. Mayoritas masyarakat desa Andamui

masih mempercayai ajaran nenek moyang terdahulu.

B. Sistem Kewarisan Adat Sunda Secara Umum

Daerah Kuningan merupakan salah satu sari wilayah Jawa Barat yang

hingga kini masih kental nuansa agamis khususnya dalam masalah kewarisan.Hal

ini mengingat adat atau tradisi di daerah ini sudah terpatri sejak sebelum Islam

masuk ke wilayah tersebut tepatnya 3500 SM.79

Sebelum Islam datang, masyarakat Kuningan menganut agama Hindu dan

merupakan daerah otonom yang masuk wilayah kerajaan Sunda yang terkenal

dengan nama “Padjajaran”. Seluruh Jawa Barat termasuk Cirebon pada tahun

1389 M masuk bagian dari kerajaan Pajajaran. Kata Sunda sendiri memiliki arti

aneka ragam, antara lainjamal. Indah dan elok.Lambat laun kata ini selain itu

sebagai salah satu suku atau bahasa di Jawa Barat.80

Dalam hal kewarisan pun yang mana berkenaan dengan harta

peninggalan, secara adat masih berlaku hingga kini. Menurut istilah adat sunda

yang dikemukakan oleh Saini KM, hukum waris ialah peraturan hukum yang

mengatur pemindahan hak milik barang-barang, harta benda dari generasi ke

79 Sejarah Ringkas Kabupaten Daerah TK, II Kuningan, (Kuningan, Dinas PariwisataDaerah, 2000), h.1

80 Ajip Rosyidi, Kewarisan Sunda Dewasa Ini, (Cirebon: Tjupumanik, 1996), h. 107

Page 76: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

66

generasi yang berangsur mati (generasi tua) kepada generasi muda (ahli waris)

yang masih hidup, baik dari bapak kepada anak kepada cucu dan seterusnya.81

Di adat sunda, dalam hal pembagian warisan itu itu berlainan, karena

menurut adat baik anak laki-laki maupun anak perempuan memperoleh warisan

yang sama besarnya. Mengenai prinsip garis keturunan, dapat dikatakan bahwa

sistem kekerabatan di Sunda adalah sistem bilateral, yaitu sistem yang menarik

garis keturunan dari dua sisi, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu82. Harta

warisan beralih melalui dua arah.Setiap orang yang menerima hak kewarisan dari

kedua belah pihak garis kerabat, yaitu pihak kerabat garis keturunan laki-laki dan

pihak kerabat garis keturunan perempuan. Pada prinsipnya sistem ini menegaskan

bahwa jenis kelamin bukan merupakan penghalang untuk mewarisi atau diwarisi,

dapat dipahami dari firman Allah surat Annisa’ ayat 7,11,12, dan 17683

Untuk mengetahui sumber hukum kewarisan adat Sunda, berarti tidak

lepas dari kehidupan keagamaan orang Sunda.Mayoritas agama yang dipeluk

masyarakat Sunda adalah agama Islam, sehingga kepercayaan, sejarah dan

ajarannya tidak bisa dilepaskannya antara keduanya.Adapun hukum kewarisan

adat Sunda juga bersumber dari Qur’an dan Hadist, yang nota bene mayoritas

masyarakat Sunda menganut agama Islam.Selain itu terdapat aturan yang sudah

menjadi tradisi setempat seperti pembagian turun reki (pembagian yang ditinjau

dari silsilah keluarga).Dalam pengertian Antropologi, Agama sebagai bagian dari

kebudayaan.Kehidupan agama tersebut juga tampak amat kuat bagi orang

81 Saini K. M, Adat Istiadat Daerah Jawa Barat, (Jakarta: Proyek Penelitian danPencatatan Kebudayaan Daerah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1980), h. 147

82 Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia Dalam Perspektif Islam, Adat, dan BW, h.4183 Sri Hidayati, Alimin, Konsep Waris Dalam Islam, (Puslitbang Lektur dan Khazanah

Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI), h. 52

Page 77: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

67

Sunda.Apabila kita pelajari tahap-tahap lingkaran hidupnya dari sejak masa

kelahiran, memotong rambut, perkawinannya, sampai meninggalnya tentu saja

masih dalam bingkai-bingkai agama.Hal ini sangat tidak mengherankan

mengingat nilai-nilai agama memainkan peranan yang amat besar dalam

kehidupan manusia dan masyarakat.84

C. Sistem Kewarisan Adat Sunda Di Desa Andamui

1. Sistem Kewarisan Di Desa Andamui

Pada umumnya, masyarakat yang berada di Desa Andamui dalam

masalah pembagian warisan mereka memakai sistem waris hukum adat.

Sistem kewarisan yang berlaku di Desa Andamui yaitu Sistem bilateral,

dengan caramenarik garis keturunan dari dua sisi, baik dari pihak ayah

maupun dari pihak ibu. Di dalam sistem ini kedudukan anak laki-laki dan

perempuan dalam hukum waris sama dan sejajar. Artinya, baik anak laki-laki

maupun anak perempuan merupakan ahli waris dari harta peninggalan orang

tua mereka.85Secara mendasar dapat dikatakan bahwa perbedaan gender tidak

menentukan hak kewarisan dalam Islam. Artinya sebagaimana pria, wanita

pun mendapatkan hak yang sama kuat untuk mendapatkan warisan. Hal ini

secara jelas disebutkan dalam al-Qur’an surat An-Nisa ayat 7 yang

menyamakan kedudukan laki-laki dan perempuan dalam hak mendapatkan

84 Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1979),Cet ke-4, h. 311

85 Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia Dalam Perspektif Islam, Adat, dan BW,(Bandung: Refika Aditama), h. 41-42

Page 78: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

68

warisan tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, maupun usia (anak-anak,

dewasa atau tua bangka) dan atau perbedaan-perbedaan lainnya86.

Pada masalah pembagian harta waris lainnya seperti uang, tanah, dan

yang lainnya yaitu dengan cara bagi rata antara anak laki-laki maupun

perempuan, hal ini disebabkan karena bertujuan untuk mencegah timbulnya

permasalahan atau pertengkaran yang terjadi dimasa yang akan datang antara

ahli waris yang satu dengan ahli waris lainnya. Namun ada perbedaan dalam

pembagian rumah pusaka, bagian rumah pusaka87 sepenuhnya milik anak

perempuan.88

Tata cara pembagian hukum waris adat ada 2 kemungkinan yaitu:

dengan cara bagian laki-laki dua kali lipat bagian anak perempuan, atau

dengan cara bagi antara anak laki-laki dengan anak perempuan seimbang

(sama).89

2. Praktik Pembagian Warisan Di Desa Andamui

Praktik pembagian warisan di Desa Andamui sangatlah berbeda

dengan pembagian warisan menurut Islam dan kewarisan adat pada umumnya,

dimana bagian laki-laki dua banding satu bagian perempuan. Namun pada

kenyataannya masyarakat Desa Andamui sendiri melaksanakan pembagian

warisan yang sama rata dimana laki-laki dan perempuan mendapatkan jumlah

86 Muhammad Amin Suma, Keadilan Hukum Waris Islam Dalam Pendekatan Teks danKonteks, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 28.

87 Rumah pusaka adalah Rumah peninggalan orang tua88 Wawancara Pribadi Dengan Warman Saputra, Andamui 27 November 201689 Elfrida R Gulton, Hukum Waris Adat Di Indonesia, h. 21-23

Page 79: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

69

harta warisan yang sama. Namun ada perbedaan antara anak perempuan

dengan anak laki-laki, perbedaannya terletak dalam masalah pembagian rumah

pusaka.Apabila yang menjadi anak perempuan (biasanya rumah pusaka

diberikan kepada anak perempuan bungsu apabila anak perempuannya lebih

dari satu) maka rumah pusaka secara keseluruhan diberikan kepada anak

perempuan90.Sekalipun secara keseluruhan masyarakat Desa Andamui

beragama Islam, tetapi dalam pelaksanaan kewarisan mereka mengacu kepada

konsep kewarisan adat yang selama diyakininya.Mereka tidak menggunakan

prosedur yang ditetapkan dalam hukum Islam.Hal tersebut disebabkan karena

perbedaan pemahaman mengenai konsep kewarisan pada masyarakat Desa

Andamui. Adapun alasan dari praktik seperti itu tersebut adalah disebabkan

apabila suatu hari orang tua sakit/sudah lanjut usia, maka anak perempuanlah

yang suka mengurus orang tuanya, sedangkan anak laki-laki apabila sudah

menikah, dia akan meninggalkan tempat kediaman orang tuanya dan menetap

di kediaman istrinya. Perbedaan pembagian warisan di Desa Andamui tidak

berpengaruh terhadap kerukunan sesama ahli waris, hal ini terlihat walaupun

terdapat perbedaan dalam masalah pembagian rumah pusaka, kerukunan ahli

waris tetap rukun, tidak ada perselisihan antara sesama ahli waris.91

Menurut hukum waris adat kebiasaan pembagian warisan di Desa

Andamui biasanya dapat dilaksanakan ketika orang tuanya masih hidup,

semua ahli warisnya berkumpul untuk membicarakan tentang pembagian harta

warisan.Namun ada beberapa keluarga di Desa Andamui yang melaksanakan

90 Wawancara Pribadi Dengan Syafrudin, Andamui 24 November 201691 Wawancara Pribadi Dengan Warman Saputra, Andamui 27 November 2016

Page 80: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

70

pembagian warisannya itu ketika orang tuanya sudah meninggal dunia, namun

tidak ditentukan kapan harta warisan itu dibagi. Biasanya harta warisan itu

dibagikan setelah adanya kesepakatan sesama ahli waris bahwa harta warisan

itu akan dibagikan.

Proses pembagian harta waris di desa Andamui berjalan dengan lancar,

karena ketika pembagian harta warisan selalu didampingi oleh orang yang

dipercaya, seperti Kepala desa.92

Adat memang memegang peranan meskipun tidak selalu dapat disesuaikan

dengan syariah.Mengenai warisan menurut syariah anak laki-laki dengan anak

perempuan ialah dua berbanding satu (2:1). Namun, pembagian warisan di

Desa Andamui antara anak laki-laki dan perempuan mendapatkan jumlah yang

sama rata. Semua harta benda kepunyaan kedua orang tua yang meninggal

diwariskan kepada semua anak-anaknya baik laki-laki atau perempuan

mendapatkan jumlah yang sama rata. Namun apabila si pewaris tidak

mempunyai keturunan maka harta warisan diberikan kepada saudara si

pewaris.93

Mengenai bagian warisan di Desa Andamui pada umumnya ada 2 macam,

yaitu: (1) semua harta warisan orang tua dibagi rata kepada anak-anaknya,

maupun anak laki-laki atau perempuan mendapatkan jumlah sama rata, (2)

apabila anak perempuan mendapatkan tambahan harta warisan, yaitu

92 Wawancara Pribadi Dengan Casmedi. Andamui 28 November 201693 Wawancara Pribadi Dengan Warman Saputra, Andamui 27 November 2016

Page 81: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

71

mendapatkan rumah pusaka, disebabkan apabila suatu saat orang tuanya sudah

tua, maka anak perempuannlah yang akan mengurusnya.94

D. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kewarisan Adat Sunda Di Desa Andamui

Kecamatan Ciwaru Kabupaten Kuningan

Bentuk pembagian harta warisan adat di Desa Andamui merupakan tata

cara yang mempunyai sistem dan gaya tersendiri. Dengan adanya perbedaan dari

yang lain ini maka terdapat sedikit perbedaan dengan pembagian harta warisan

mengikuti aturan Islam, meskipun mayoritas masyarakat Desa Andamui beragama

Islam.

Sebagaimana telah diuraikan secara meluas walaupun tidak secara merinci

dalam bab-bab yang telah lalu mengenai adat sunda di Desa Andamui yang unsur-

unsur pembagian waris berbeda dengan dengan pembagian waris Islam.Islam

memandang rumah pusaka dalam adat sunda di Desa Andamui sebagai harta

permberian khusus yang diberikan kepada anak perempuan.Apabila anak

perempuannya lebih dari satu, rumah diberikan kepada anak perempuan bungsu.

Adapun alasan yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh yang mengetahui adat sunda

di Desa Andamui dan beberapa masyarakat yang menerapkan pembagian waris

adat seperti itu adalah apabila suatu hari orang tua sakit/sudah lanjut usia, maka

anak perempuanlah yang suka mengurus orang tuanya, sedangkan anak laki-laki

apabila sudah menikah, dia akan meninggalkan tempat kediaman orang tuanya

dan menetap di kediaman istrinya.

94 Wawancara Pribadi Dengan Aen, Andamui 25 November 2016

Page 82: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

72

Sebenarnya itu hanya alasan semata, apabila dilihat dari prinsip asas adat

sunda di Desa Andamui yang beranggapan bahwaanak perempuanlah yang

mempunyai peran besar dalam mengurus orang tuanya.Jika anak laki-laki tidak

mau tidak setuju dengan sistem pembagian warisan tersebut maka tetap

diberlakukan 2:1.

Dalam adat sunda di Desa Andamui, anak laki-laki mendapatkan jumlah

yang sama rata 1:1, keadaan sebaliknya ditetapkan dalam Islam. Mengikuti

hukum Islam, perempuan berhak mendapatkan 1:2 dari bagian laki-laki. Adapun

alasan dari bagian tersebut, yaitu:

1. Nafkah perempuan sudah ditanggung oleh laki-laki yang menjadi

suaminya.

2. Perempuan tidak dituntut member nafkah kepada siapapun sedangkan

laki-laki dituntut member nafkah keluarga dan orang yang menjadi

tanggung jawabnya.

3. Laki-laki mempunyai berbagai kewajiban member nafkah kepada

siapapun sehingga keperluannya terhadap harta lebih besar daripada

perempuan.

4. Laki-laki dituntut member mahar (mas kawin) kepada istrinya seperti

nafkah kepada istri dan anak-anaknya yang kesemua pembiayaan mereka

menjadi tanggung jawabnya.

Selain daripada anak laki-laki yang berhak mewarisi harta pusaka, terdapat

juga waris terdekat seperti anak perempuan, istri atau suami, termasuk ibu bapa si

pewaris. Sebagaimana dalam firman Allah SWT:

Page 83: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

73

ثل حظ االنثیین فاءن كن نساءفوق ا ثنتین فلھن ثلثا یو صیكم اللھ في اوآلد كم للذ كر مكان لھ ماترك وان كانت واحدة فلھاالنصف ولابویكم لكل واحد منھما السد س مما ترك ان

د وورثھ ابواه فلامھ الثلث فان كان لھ اخوة فلامھ السدس من بعد ولد فان لم یكن لھ ولمن اللھان وصیة یؤصي بھا اؤ دین أبا ؤكم وابناؤكم ال تدرون ایھم اقرب لكم نفعا فریضة

ان علیما حكیمااللھ كArtinya : “Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua oranganak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, makabagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan ituseorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapa,bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yangmeninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyaianak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga;jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapatseperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiatyang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dananak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat(banyak) manfaatnya bagimu.Ini adalah ketetapan dari Allah.SesungguhnyaAllah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Surat An-Nisa:11)

Susunan ayat diatas bukan saja menggariskan pembagian kepada kedua belah

pihak (anak laki-laki dan perempuan) tetapi diterapkan juga unsur-unsur keadilan

berdasarkan nilai-nilai kehendak Allah. Dalam hal inilah kelebihan ilmu Allah itu

lebih adil dalam pembagian harta warisan.Memberi harta kepemilikan kepada

setiap ahli waris tanpa mengira laki-laki dan perempuan. Mereka boleh melakukan

apa saja kepada hartanya sendiri tujuannya baik atau buruk, ini semua terserah

kepada budi bicara mereka sendiri. Apa yang penting ialah mengikuti terlebih

dahulu ketetapan yang dibuat oleh Allah SWT.

Mengenai soal kerelaan yang ditimbulkan oleh masyarakat desa Andamui,

mengatakan bahwa terwujudnya pembagian warisan sebagaimana dijelaskan di

bab-bab sebelumnya adalah di atas kesepakatan antara anak laki-laki dan anak

perempuan.Jadi anak laki-laki telah merelakan mendapatkan harta warisan 1:1

Page 84: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

74

dengan anak perempuan dan rumah pusaka sepenuhnya diberikan kepada anak

perempuan.Pembagian warisan seperti ini menurut mereka tidak bertentangan

dengan Islam dan dianggap adil.

Dapat difahami dari penjelasan diatas bahwa prinsip pembagian harta warisan

ini terdapat asas kerelaan. Sama saja laki-laki memberikan kerelaan atau tidak

harta tetap di bagikan kepada pihak perempuan dan lebih menitik beratkan atas

asas kekeluargaan (musyawarah) dalam pembagian warisan.Menurut Islam,

kerelaan tidak boleh hanya dengan disifatkan begitu saja atau hanya kata mulut

dari laki-laki tanpa menghitungkan pembagiannya disisi Islam terlebih dahulu.

Selepas ditentukan hak ini, maka terserahlah kepada saudara laki-laki apakah

merelakan harta warisan dibagi dengan jumlah yang sama rata 1:1 atau tidak.

Kerelaan seperti inilah yang diakui sah dalam Islam.

Dari penjelasan diatas, penulis mengharap agar masyarakat Desa Andamui

meninggalkan adat-adat yang berlawanan dengan hukum Islam agar mereka

menjalankan hukum Islam yang sebenar-benarnya. Tiap-tiap hukum Islam itu

adalah semata-mata untuk kebijakan manusia sama ada terhadap perseorangan,

keluarga, masyarakat, dan Negara seluruhnya. Namun begitu tidak semua perkara

dalam adat sunda di Desa Andamui itu melanggar hukum Islam.Penulis tidak

menafikan adanya kebaikan dalam adat sunda ini terutamanya dari segi hubungan

kekeluargaan dan kemasyarakatan yang kuat.

Page 85: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

75

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Bahwasanya praktik pembagian warisan di desa Andamui menggunakan

sistem bilateral, dengan caramenarik garis keturunan dari dua sisi, baik dari

pihak ayah maupun dari pihak ibu. Di dalam sistem ini kedudukan anak laki-

laki dan perempuan dalam hukum waris sama dan sejajar. Artinya, baik anak

laki-laki maupun anak perempuan merupakan ahli waris dari harta

peninggalan orang tua mereka.Namun dalam masalah pembagian rumah

pusaka, sepenuhnya jatuh kepada anak perempuan (biasanya rumah pusaka

diberikan kepada anak perempuan bungsu apabila anak perempuannya lebih

dari satu).

2. Adapun alasan dari perbedaan pembagian tersebut disebabkan apabila suatu

hari orang tua sakit/sudah lanjut usia, maka anak perempuanlah yang suka

mengurus orang tuanya, meskipun ia sudah menikah ia akan tinggal bersama

orangtuanya. Sedangkan anak laki-laki di Desa Andamui, apabila sudah

menikah mereka meninggalkan rumah orangtuanya dan mengikuti jejak

istrinya.

3. Sebagaimana telah diuraikan secara meluas walaupun tidak secara merinci

dalam bab-bab yang telah lalu mengenai adat sunda di Desa Andamui yang

unsur-unsur pembagian waris berbeda dengan dengan pembagian waris Islam.

Islam memandang rumah pusaka dalam adat sunda di Desa Andamui sebagai

harta permberian khusus yang diberikan kepada anak perempuan. Dapat

Page 86: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

76

difahami dari penjelasan diatas bahwa prinsip pembagian harta warisan ini

terdapat asas. Sama saja laki-laki memberikan kerelaan atau tidak harta tetap

di bagikan kepada pihak perempuan.Jika anak laki-laki tidak mau tanazul dan

tidak setuju dengan sistem pembagian warisan tersebut maka tetap

diberlakukan 2:1.

B. Saran-saran

Setelah penulis mengambil beberapa kesimpulan tersebut diatas, maka perlu

kiranya saran-saran sebagai berikut :

1. Dengan penulisan skripsi ini tentang kewarisan bagi seorang anak perempuan

ini, semoga dapat memberikan masukan-masukan dan manfaat, bagi individu

khususnya bagi masyarakat Desa Andamui dalam pembagian harta waris.

2. Hendaknya setiap orang Islam tetap berpegang teguh kepada prinsip hukum

kewarisan Islam, karena sudah merupakan satu kewajiban bagi umat Islam

agar menjadikan al-Qur’an dan Sunnah sebagai landasan hukum dalam

kehidupan sehari-hari.

3. Penulisan skripsi ini belum sempurna dan masih ada kekurangan, oleh karena

itu saran, masukan dan kritik yang konstruktif sangat diharapkan untuk

menyempurnakan skripsi ini.

.

Page 87: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

77

DAFTAR PUSTAKA

Adikusuma, Hilman, Hukum Waris Adat, (Bandung: PT Cipta Aditya Bakti,1993).

Ali, Muhammad Ash-Shabuniy, Hukum Waris Islam, (Surabaya: Al-ikhlash), CetKe-1, 1995

al-Zuhaily, Wahbah, al- Fiqh al-Islamy Wa Adillatuh, (Damaskus: Dar al-Fikr,1989).

Amin Suma, Muhammad, Keadilan Hukum Waris Islam Dalam Pendekatan Teksdan Konteks, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013).

Arif, Saifuddin, Hukum Waris Islam dan Praktek Pembagian Harta Peninggalan,(Jakarta: PP Darunnajah, 2007)

Ariman, M. Rasyid, Hukum Waris Adat Dalam Yurisprudensi, (Jakarta: GhaliaIndonesia, 1988).

Ash- Shiddiqiey, M. Hasbi,Fiqhul Mawaris (Hukum-hukum Kewarisan dalamSyariat IslamI), (Jakarta: Bulan Bintang, 1973)Budiono, Rahmat,Pembaruan Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, (Jakarta: Citra AdityaBakti 1999).

Corbin, Anselm Streauss Juliet, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, (Surabaya :Offset, 1997).

Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: PT Ichtiar BaruVan Hoeve, 1999), Cet Ke- 6, Jilid Ke- 5, h. 191.

Gultom, Elfrida, Hukum Waris Adat di Indonesia, ( Jakarta: Literata, 2010)Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1992), Jilid II.Hadikusuma, Hilman, Hukum Waris Adat, (Bandung: Alumni, 1980).Hadikusuma, Hilman, Hukum Waris Adat, (Bandung: Cipta Aditya Bakti, 1993).Hidayati, Sri, Alimin, Konsep Waris Dalam Islam, (Puslitbang Lektur dan

Khazanah Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI)Hamidy, Mu’ammal, Terjemahan Nailatur Authar Himpunan Hadist-hadist

Hukum, (PT. Bina Ilmu: Surabaya, 2001), Cetakan ke-3.

Hamidy,Zainuddin,Terjemahan Hadist Shahih Bukhari, (Jakarta: Widjaya, 1992),Cetakan ke- 13.

Ibnu ‘Abidin, Hasyiyatu Radd al-Mukhtar, (Mesir: Mustafa al- Babiy, al-Hakabiy, 1966).

Kamil, Syaikh Muhammad ‘Uwaidah, Fiqh wanita Edisi Lengkap, (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar, 2007)

Khathib, Syarbaini,Mughni al-Muhtaj, (Mekkah: Dar al-Katib al Arabiy).K. M, Saini, Adat Istiadat Daerah Jawa Barat, (Jakarta: Proyek Penelitian dan

Pencatatan Kebudayaan Daerah Departemen Pendidikan danKebudayaan, 1980).

Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, (Jakarta: Djambatan,1979).

Kompilasi Hukum Islam, Bandung: Citra Umbara, 2007

Page 88: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

78

Kuncoro,NM. Wahyu, Waris Permasalahan dan Solusinya Cara Halal dan LegalMembagi Warisan, (Jakarta: Raih Asas Sukses, 2015)

Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2004)

Mardani, Hukum Kewarisan di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2005), Cet Ke2.

Muhibbin, Moh., Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam sebagai PembaruanHukum Positi di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika), Cet ke-2, 2011.

Qudamah, Ibnu,al-Mughniy VI, (Kairo: Maktabah al-Qahiriyah).Rofiq, Ahmad, Fiqh Mawaris, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995).Romy H, Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri (Jakarta:Ghalia

Indonesia, 1990).Rusdiana, Kama, Jainal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata, ( Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2007)

Rosyidi, Ajip, Kewarisan Sunda Dewasa Ini, (Cirebon: Tjupumanik, 1996).Rusyd, Ibnu, Bidayat al-Mujtahid II, (Semarang: Maktabah Usaha Keluarga).

Salman, Otje, Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap Hukum Waris, (Bandung:Alumni, 1993).

Syarifuddin, Amir, Hukum Kewarisan Islam, ( Jakarta: Kencana), Cet ke-1, 2004.S. A Hakim, Hukum Adat (Perorangan, perkawinan, dan pewarisan), (Djakarta:

stensilan, 1967).Soekanto,Soerjono,Hukum Adat Indonesia, (Jakarta: Rajawali, 1981).Soekanto, Soerjono, Hukum Adat Indonesia, (PT.RajaGrafindo Indonesia

Persada, (Rajawali Pers) 2002).Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta:UI-press, 1986).Sopyan, Yayan, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: t.p., 2010)Sudiyat, Iman, Hukum Adat Sketsa Asas, (Yogyakarta: Liberty, 1981).Suparman, Eman, Hukum Waris Indonesia Dalam Perspektif Islam, Adat, dan

BW, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007).Umam, Dian Khairul, Fiqh Mawaris, ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), Cet

Ke- 2.Usman, Suparman dan Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan

Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, November 2002).Ter Haar, Asas-asas dan Susunan Hukum Adat, Terjemahan R. Ng Surbakti

Presponto, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1981).Wignyodipoero,Soerojono,Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, (Jakarta: CV.

Haji Mas Agung,1995).Data Desa Andamui.Wawancara Pribadi Dengan Syafrudin, Andamui 24 November 2016.Wawancara Pribadi Dengan Aen, Andamui 25 November 2016.Wawancara Pribadi Dengan Warman Saputra, Andamui 27 November 2016.Wawancara Pribadi Dengan Casmedi. Andamui 28 November 2016

Page 89: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 90: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

HASIL WAWANCARA

1. Nama : Warman Ade Saputra

Alamat : Desa Andamui blok. Wage Kec. Ciwaru Kab. Kuningan

Usia : 49 tahun

Pekerjaan : Kepala Desa Andamui

Tanggal : 27 November 2016

Pertanyaan : Hukum Kewarisan apa yang berlaku di Desa Andamui?

Jawaban : Hukum kewarisan yang berlaku di desa Andamui itu dengan

menggunakan sistem bagi rata, dimana anak perempuan dengan laki-laki

mendapatkan bagian harta warisan yang sama.

Pertanyaan : Bagaimana konsep pembagian warisan di desa Andamui?

Jawaban : Kebanyakan masyarakat desa Andamui menggunakan konsep waris

berdasarkan adat yang berlaku di desa Andamui.

Pertanyaan : Apa alasan dari sistem pembagian tersebut?

Jawaban : Alasan dari sistem pembagian warisan yang berlaku di desa Andamui

yaitu untuk mencegah terjadinya pertengkaran antara ahli waris.

Pertanyaan : Siapa sajakah yang mendapat harta warisan?

Jawaban : Kalau masih ada anak kandung, maka keseluruhan harta waris diberikan

kepada anak kandungnya, namun apabila si pewaris tidak mempunyai

anak maka harta warisan diberikan kepada orangtuanya apabila masih

hidup dan saudara-saudaranya yang berhak mendapatkannya.

Page 91: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

2. Nama : Syafruddin

Alamat : Desa Andamui blok. Puhun Kec. Ciwaru Kab. Kuningan

Usia : 60 tahun

Pekerjaan : Ketua MUI desa Andamui

Tanggal : 24 November 2016

Pertanyaan : Dalam pembagian warisan apakah ada perbedaan antara anak laki-laki

dan perempuan?

Jawaban : Ada, perbedaannya terletak dalam pembagian rumah pusaka. Rumah

pusaka itu maksudnya rumah peninggalan orang tuanya. Apabila anak

perempuan maka sepenuhnya rumah pusaka itu milik dia serta bagian

harta warisan yang telah dibagi secara rata dengan ahli waris lainnya dan

anak laki-lakinya hanya mendapatkan bagian warisan dia yang telah

dibagi secara rata dengan ahli waris lainnya.

Pertanyaan : Bagaimana pengaruh anak perempuan mengenai pembagian rumah

dalam kewarisan?

Jawaban : Sebenarnya dalam hal pembagian warisan, anak perempuan tidak

mempunyai pengaruh terhadap pembagian harta waris hanya saja dalam

hal ini anak perempuan mempunyai peranan lebih dibandingkan anak laki-

laki

Pertanyaan : Apa Alasannya, kenapa anak perempuan yang dapat rumah pusaka?

Page 92: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

Jawaban : Adapun alasan dari perbedaan pembagian tersebut disebabkan apabila

suatu hari orang tua sakit/sudah lanjut usia, maka anak perempuanlah yang

suka mengurus orang tuanya. Apalagi anak perempuan selain mengurus

orang tuanya yang sakit/sudah lanjut usia, maka untuk sementara waktu ia

akan tinggal bersama orangtuanya meskipun ia sudah menikah dan

mempunyai tempat tinggal.

Pertanyaan : Anak perempuan yang dapat rumah pusaka. Apakah pembagian sistem

seperti itu sudah dianggap adil? Apakah tidak berpengaruh terhadap

kerukunan keluarga?

Jawaban : Adil, karena alasan utamanya adalah anak perempuanlah yang suka

mengurus orang tuanya. Tidak, malahan sistem seperti itu lebih baik

dibandingkan dengan sistem 2 : 1

Page 93: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

3. Nama : Casmedi

Alamat : Desa Andamui blok. Puhun Kec. Ciwaru Kab. Kuningan

Usia : 58 tahun

Pekerjaan : Sesepuh desa Andamui

Tanggal : 28 November 2016

Pertanyaan : Bagaimana cara melakukan pembagian warisan yang dilakukan oleh

masyarakat desa Andamui?

Jawaban : Pelaksanaan pembagian warisan di desa Andamui biasanya dilaksanakan

ketika orang tuanya masih hidup, semua ahli warisnya berkumpul dan

musyawarah untuk menentukan bagian ahli warisnya masing-masing.

Pertanyaan : Bagaimana proses pembagian warisan dari pewaris terhadap ahli waris?

Jawaban : Proses pembagian harta waris di desa Andamui suka berjalan dengan

lancar, karena ketika pembagian harta warisan selalu didampingi oleh

orang yang dipercaya, seperti Kepala desa.

Pertanyaan : Bagaimana sistem kemasyarkatan di Desa Andamui?

Jawaban : Sistem kemasyarakatan di desa Andamui terjalin dengan baik, hal ini

terlihat apabila ada seorang warga yang sedang membangun rumah, maka

warga yang lainnya akan bergotong royong untuk membantu.

Page 94: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

Pertanyaan : Apakah ada adat kebiasaan yang sering dilakukan oleh masyarakat desa

Andamui, kalau ada apa saja?

Jawaban : Ada, adapun adat kebiasaan yang suka dilakukan oleh masyarakat desa

Andamui adalah :

a. Acara peringatan hari besar Islam, seperti Isra’ Miraj Nabi Muhammad

saw, syuraan dengan tujuan memperingati 10 Syura, maulid, Rabu

wakasan, dan acara satu Muharram.

b. Tradisi bangun rumah, seperti menancapkan bendera merah putih di

atas atap rumah, serta syarat-syarat tradisi dalam bangun rumah seperti

biji-bijian tujuh rupa dan emas ½ gram dengan tujuan agar rumah yang

akan dibangun itu berkah dan cerah.

c. Tradisi dalam Perkawinan, seperti memeongan.

d. Larangan berpergian pada larangan bulan, biasanya Larangan bulan ini

terjadi 3 bulan sekali dan sampai sekarang masih berlaku di

masyarakat desa Andamui.

Page 95: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

4. Nama : Aen Suhaeni

Alamat : Desa Andamui blok. Pahing Kec. Ciwaru Kab. Kuningan

Usia : 40 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal : 25 November 2016

Pertanyaan : Kapan harta warisan dibagi?

Jawaban : Kebiasaan pembagian warisan di Desa Andamui biasanya dapat

dilaksanakan ketika orang tuanya masih hidup, semua ahli warisnya

berkumpul untuk membicarakan tentang pembagian harta warisan.

Pertanyaan : Dalam hal waris, siapa saja yang menjadi ahli waris?

Jawaban : Anak-anaknya si mayat, kecuali si mayat tidak mempunyai anak maka

harta waris diberikan kepada bapak dan ibu pewaris apabila masih hidup

serta saudara si mayat

Pertanyaan : Bagaimana proses pembagian kewarisan di Desa Andamui?

Jawaban : 1) semua harta warisan orang tua dibagi rata kepada anak-anaknya,

maupun anak laki-laki atau perempuan mendapatkan jumlah sama rata.

2) apabila anak perempuan mendapatkan tambahan harta warisan, yaitu

mendapatkan rumah pusaka, disebabkan apabila suatu saat orang tuanya

sudah tua, maka anak perempuannlah yang akan mengurusnya.

Pertanyaan : Dalam pembagian warisan di Desa Andamui kenapa ada perbedaan

bagian rumah diberikan sepenuhnya kepada anak perempuan?

Page 96: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan

Jawaban : Perbedaan sistem waris dalam pembagian rumah karena anak perempuan

mempunyai peranan yang lebih ketika orang tuanya sedang sakit/ lanjut

usia.

Pertanyaan : Apakah perbedaan pembagian warisan tersebut tidak berpengaruh

terhadap kerukunan ahli waris?

Jawaban : Tidak, malahan sistem waris tersebut lebih baik dibandingkan 2:1.

Page 97: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan
Page 98: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan
Page 99: SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44689...PRAKTIK DAN SISTEM KEWARISAN ADAT SUNDA PADA MASYARAKAT DESA ANDAMUI KECAMATAN CIWARU KABUPATEN KUNINGAN (Tinjauan