hukum kewarisan bilateral oleh prof.dr.hazairin, sh

169
PROF. DR. HAZAIRIN, S.H. HTJKUM KEWARISAN BILATERAL menurut Al - QUR'AA{ dan HADIT'H Penerbit J akarta le82

Upload: timur-abimanyu-shmh

Post on 23-Jul-2015

768 views

Category:

Documents


63 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

PROF. DR. HAZAIRIN, S.H.

HTJKUMKEWARISANBILATERAL

menurutAl - QUR'AA{

danHADIT'H

Penerbit J akarta

le82

Page 2: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

Cetakan Pertama , 1958Kedua , l96lKetiga , 1964Keempat , 1967

. Kelima ,1981Keenam , 1982

Diterbitkan oleh : P.T. Tintamas IndonesiaJalan Kramat Raya 60, Jakarta Pusat

Anggota : IKAPI

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG.UNDANGALL RIGHTS RESERVEDPenyusun hurdf : Tintamas IndonesiaPercetakan : Tintamas Indonesia

Page 3: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

Kata pgngarltar b4gi cetakan l.rd,re.

Cetalian kedua ini (Januari 1961) tidak mengandung sesuatu perobahanapapun jYg., kgguali dua''buah ralat .t".i' ,"t iian 'peitamir (Agu*u, l95g)

. yaitu: hal )t, baris k6-17 dari bawarrr

''t'ti mo.rki, ;J ilx,.;t -,

. I :,

hal. '41, baris ke-18 dari atas: "ll2t, baca ,,115,,. i.;'l

Dalam cetakan kedua ,ini dua buah $atah cetak. iersebui 'telah dipeibaiki.t.'

SEPATAI{ IGTA BAGI CETAKAN KETIGA

Cetakan ketiga ini (Juni 1964) tidak mengandung sesuatua

'.

pun Ju$a:

perobahan apa-

Pengarang.

vt"

Page 4: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

t.I

I

!rtiI

:

I.".

SEPATAH IGTA DARI PENERBIT

:

Untuk lebih m:Tlngankan harga sedapat mungkin serta aftN pertim-bangan praktis bag . kepentingan mahasiswa dan peminat-peminat lain,kedua buku karangah Prof. Dr. Hazairin SH, yaitu Hukum KewarisanBilateral Menurut Al-Qur'an dan Hadith Kewarisan dan Sistim Bilateral,diq'iihi 'digabungkan nini.Ot ,.iu jilid dengan tidak ffie;'obah angka ha-

laman setiap buku semula itu.

rtIsi kedua buku ini tidak mengalanri sesuatu perobahan. Dengq.l

demikian, buht pertama merupakan cetalwn ketiga, dan buku kedua

merupakan cetakfn kedua, tergabung dalam satu jilid.

PENERBIT.

vl

Page 5: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

I.

ISI

PgndahUiUan .'...................................... ...... r io o o......1

Garis-garis pokok tentang Hukum Kewarisandalam Qurtdn .......r...o..... o.r..............................o. 6.

, II.f-

III. Ada pelbagai bentuk masyarakat :

Masyarakat bentuk manakah yang dituju oleh

Qur'in Itry. Ada pelbagai sistim kewarisan :t

Sistim Kewarisan'Bagaimanakah dijumpaidalam

Qur'aln 15

lel926

45

57

59

xv

6l

6t62

Page 6: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

$

$

s

s

$

3. Ketetapan-ketetapan

4. Ketetapan-ketetapanRasul

Ulutltamri r..o.............

63

65

66

68

73

75

75

7679

909393

r06lt4I 18

122t3414l146155

158

160160

160

l6l

5. Syura

6. Al-ahkam'lkhamsahT. Kesimpulan

II. Hukum Kewarisan Ahlu'ssunnah wa'ljama'ah

S l. Cara berpikir Ahlu'ssunnah wa'ljama'ah .....S 2. Prinsip-prinsip . . . .. . r . . . . . . . . .. . . . .'. .. . . . . . . o... . o.. . .....g 3. Garis-garis hukum .......r...........r.,..............

III. Haclith kewrarisan ,,....o....................,..,......:....o......

ji $'1i. Tu{unnya ayat-ayatkgwarisan ..........o........:c

$ 2. Mansukh .. o.. t... r. '..... r. i.......:.. '. o.........rr. t. o..o.o

$ 3. Keragu-raguan atau pertikaian di kalangan' Salfabalf . ......:............ o.!............... r...r..........t

. g 4. Wasiat ..rto...r.:..........ro.r'...............r.r......r.....

. S 5. Kgutamaan ....o.ro..rr........r.......t!.........r..........' {

$ 6. Keturunan .....rr....orrr.rr.t.?.r...r.r....r..r.r..r...o.

S'7 . Saudara .......o..rr................r.....'......ro..........$ 8. Ibn Ukhti rtr.rr..r.o.....rr.......o...!................o.

S 9. Datuk r.rt....r....rr.rr..r.........r...o.....o......o........

S 10. Datuk bersama saud ar.a ....o.....o,.o........r.....$ I I . Ngnek .....t..t.r r.r.r.ror.r...........t...o...........r......

$ I 2. Hak saling mgwaris .r.....o...o.o..............r....rro.r

$ 13. Harta pgninggalan si tunggal .....o.................$ 14, Tanggung jawab mengenai hutang si-pewa-

S 16. Pembunuh$ 17. Bekas budak, anak zina, anak li'an, anak

pUngUt, bayi ............................................S 18. Diyah ................o..................................r....

84

8486

aaa

Ylu

Page 7: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

TRANSKRIPSIHURUF .ARAB KEPADA HURUF LATIN

Oleh karena hal-hal dnrurat yang dihadapi percetakan dilndonesia, maka transkr',,pbi huruf 'Arab kepada huruf Latinbelum dapat mengikuti cara ilmiah yang sewajarnya. .

Transkripsi secara darurat yang dipergunakan dalam ka-rangan ini ialah seperti berikut:

== e 0:3 C t =3.b.

=: ,-fo:s

j

Idz

q:d

EJ:rf

th:r)

:Lt : harnzah

T,:J;

gh: L

lx

Page 8: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

HUKUM KEWARISAT.I BILATERALMENURUT

AL-auR'AN

Page 9: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

l. PENDAHULUAII.

S ' 1 . 'Karangan ini ial ah suatu ij iihed. untuk menguraikanhukum kewarisan dalam .rQpr'En secara bilateral. Semenjaktahun 1950 makin tebal teyitinad sa.ya bahwa Qur'dn adalahanti kepada masyarakat yang unilateral, yaitu masyarakat yangberclan-cJan menurut sistim ke.kehrargaan secara matrilineal danpatrilineal. Menurut keyakinan saya Qur'an hanya meridoimasyarakat yang bilateral. Bahwa Qur'dn menuju kepada pem-bentukan dan penyempurnaan mas.r/ara*at yang bilateral telahsaya coba membuktikannya dalain l.u[a].-kuliah saya, demikianjuga clalam bentuk penguraian secara ringkas prinsip bilateralyahg terkandung cialam Qur'-an itu tclah saya bentangkan di mukaumdrn dalam kuliah perayaan ulang tahun ke-VI Perguruan TinggiIslam Jakarta, tanggal l7 Nopernber 19 57 , bertempat di-aulaUniversitas Indonesia, dengan berkepala ,,flendak kembna HukumIslam?", sedangkan dalam karangan-karangan kecil paham bila-teral itu telah juga mulai saya lansirkan ke dalam masvarakat kitayang terkenal mempunyai pelbagai bentuk kemasyarakatan itu

Dalam studi Hukum Adat, yang telah saya jalankan selamalebih kurang seperempat abad ini, saya memperoleh kesan bahwamasyarakat adat yang berbagai jenis sistim kekeluargaannya itu, -patrilineal, matrilineal, bilateral, patrilineal yang beralih-alih(patrilineal alternating system) dan dubbel unilateral -, semuanyadipengaruhi. oleh faktor-faktor dari iuar dan dari dalam yangbertujuan menyalurkan masyarakat yang bukan bilateral ke-arahyang bilateral. Menurut imin saya yang dipertebal dengan hasilstudi yang menganugerahkan 'ainu-'lyaqin jelas bag saya bahwafaktor-faktor tersebut. merupakan semuanya tenaga-tenaga pem-bantu dalam alam ini untuk mencapai tujuan Qur?dn menjelmakanmasyarakat yang bilateral bagi seluruh urnmat.

Dari hasil studi .saya mengenai hukum frqh Ahlu-'l-Sunnah;yang telah tnasuk di Indonesia ini agaknya sudah lebih dari tujuhabad, saya mend apat kesan bah wa ada konflik antara hukumfiqh tersebut dengan hukum adat, konflik yang berkepanjangansampai sekarang.

Fiqh Ahlu-'l-Sunnah terbentuk dalam masyarakat kebudaya-an 'Arab yang bersendikan sistim kekeluargaan yang patrilineal

Page 10: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

ddlam suatu masa di dalam sejarah dimana ilmu mengenai bentuk-bentuk kemasyarakatan di dunia ini belum berkembang, sehinggamujtahid-mujtahid Ahlu-'l-Sunnah juga belum mungkin memper-oleh bahan-bahan perbandingan mengenai pelbagai sistim kewans-an yang dapat dijumpai dalam pelbagai bentuk masyarakat itu.;

Walaupun sistim hukum kewarisan menurut ciptaan Ahlu-'l-Sunnah bercorak patrilineal, jangan dikira bahwa konflik yangdimaksud tadi fidtk dijumpai dalam masyarakat-masyarakat kitayang patrilineal. Konflik itu sama-sama ada, baikpun dalammasyarakat patrilineal, rn?upun dalam masyarikut yangmatrilineal, baikpun dalam masyarakat yang bilateral. Sebab-sebab kesulitan itu adalah beraneka-warna. Bag masyarakat yangmatrilineal dan bilateral adalah pokok persoalan yang terpendamdi dalam sanubari rakyat, yang tidak dapat menganalisa ,, ke-kusutan kerohaniannya" itu: mengapakah pengertian 'usbah dan'asibbt harus dipaksakan kepada mereka ! Bagi semua macammasyarakat, juga bagi masyarakat yang patritineal, soal yangterpendam ifu ialah: mengapa sistim penggantian yang dikenaldalam praktek hidup rakyat tidak diizinkan oleh sistim fiqh itu.Kegelapan persodlan-persoalan itulah yang menyebabkan me-ngapa, setelah sekian abad Islam masuk ke-Indonesia, hukum.kewarisan menurut fiqh kebudayaan 'Arab itu sangat sulitmenawarkan dirinya kepada rakyat .Islam di-Indonesia, jugadi daerah-daerah dimana keagamaan Islarn itu sangat tebal me-liputi hidup kerohanian rakyat, seperti Aceh, Minangklbau,Banten, Pasundan. Juga sistim kewarisan menurut ajaran Syi'ahakan menemui bentrokan dalam masyarakat-rnasyarakat di-lndo-nesia ini, walaupun hukum Syi'ah telah sangat condong kepadasistim bilateral, ialah oleh karena juga hukum Syi'ah tidakmemberikan jalan keluar terhadap persoalan mengenai sistimpenggantian. yang disinggung di atas tadi.

S aya berkeyakinan bahwa conflict-conflict itu bukan di-timbulkan oleh Qur'in sendiri, tetapi ditimbulkan oleh ikhtildfmanusia. Karangan ini berusaha menghilangkan beberapa per-soalan-persoalan kardinal, dengan tujuan mudah-mudahan dapat-lah ummat Islim rnemeluk hukum Islam sungguh-sungguhmenurut kemauan Tuhan dalam A1-Qur'bn-'l-Karim-Nya: kemau-an All-ah, yang juga dalam kemauan-Nya itu benifat tauhid,yang hanya mengizinkan satu ma'na saja terhadap setiap ke-

2

Page 11: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

mauan-Nya. Dalam hubungan ini patut diingat SDrah IV : 82 :

Afald yatadabbarfina 'lqur'a'na? Walau kana min 'indi ghai-iri'llahi lawajadti fihi 'khtilafan kathiran !

S 2. Dalam menyalurkan pengertian-pengertian dari Our'anadalah jalan fikiran dalam karangan ini didasarkan kepadaSfrrah III i l, yang rnaksud ringkasnya ialah : ,,Dia, AllAh yangmenurLtnkan Qur'dh itu kepadamu . Ayat-ayatnya ada yang ber-muat ketentuan-ketentuan pokok , ada pula yang berupa per-umpamaan . . Orang-orang yang sungguh-sungguh ber'ilmuberkata : Kami beriman kepadanya . . . . semLra ayat-ayat ituadalah dari Tuhan kami . . . .

Berdasarkan ayat tersebut, maka segala keiulitan dicobapengatasinya dengan methodik perbandingan langsung antarasegala ayat-ayat yang ada sangkut-pautnya dengan pokok per-soalan, meskipun sekali persangkutannya itu dalam jarak yangjauh. Maka ayat-ayat yang ada persinggungannya dengan sesuatuhal dihimpunkan menjadi suatu kebul atan yang sebagai ke-seluruhan' menenttrkan arti bagi setiap bagian dari keseluruhanitu, dan dengan demikian menentukan arti bagi hal yang diper-soalkan. Menurut sistim tafsir ini maka tidak dibolehkan'meng-artikan sesuatu ayat yang menjadi bagian dari keseluruhan itusecara terlepas dari keseluruhannya itu atau dikeluarkan dariikatan keseluruhannya itu.

Dengan demikian maka tidak ada kemungkinan bagr sesuatuayat Qur'a-n untuk . nre-mansukh-kan ayat yang lain, sehingga

ayat ini seakan-akan terhapus dari Qur'air dan karena itu tidakberlaku

$ 3. Semua ayat-ayat Qur'd'n mengenai kewarisan adalah ayat-ayat yang pasti, yang bermuat ketentuan-ketentuan pokokatau ummu'lkitab. Dalam bab II diberikutkan ayat-ayatitu, tidak semuanya, tetapi sekedar yang ada hubungan langsungdengan soal-soal yang diureiikan dalam karangan ini.

Ayat-ayat yang tidak ikut dinukilkan itu ialah :

II : I 8l , yang memberi ingat kepada kita untuk berhati-hati dalam mengurus keberesan perihal wasiat sehingga tersingkirkemungkinan pemalsuanny a.

Il : 182 yang memungkmran memperbaiki kemauan pe-'

Page 12: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

wasiat dalam.hal kekeliruan atau kesalahan dari pihak pewasiatsendiri;

ry | 2, 3, 5, 6, 9. 10, yang memberi ingat untuk mengatursebaik-baiknya keselamatan harta peninggalan yang menjadi milikalrli.waris ahli-waris yang belum dewasa atau dungu terhadappengg+rs-pengurus harta tersebut; ,

IV : 19, larangan menjadikan perempuan seperti hartawarisan, sebagaimana dijumpai dalam masyarakat-masyarakatpatrilineal tertentu, ayat mana menurut pendapat saya lebih tepatdibicarakan dalam uraian mengenai hukum perkawinan, yaifudilarang mengawini janda saudara secara kekerasan dengan tidaksemaunya janda itu sendiri:

VIII': 72,75 danXXXIII i 6, rnengenai kewarisan istimewa antara orang-

orang seperjuangan yang berjuang terhadap keluarga sendiridalam mendirikan agama;

XXXIII i 4, bagian pertama, dimana dinyatakan bahwaperempuan yang dLziher tidak menjadi ibu bagr bekas suaminya.

Angka-angka ayat-ayat Qur'dn dalam karangan ini adalahmenurut rdka-an Mesir. Terjemahan ayat-ayat yang ada dinukilkandalam bab II lebihlah mengutamakan isi maksud dan untukmudahnya maka pelbagai garis hukum yang termuat dalamsesuafu ayat itu diperinci menurut alphabet

Diantara soal-soal penting yang harus dikupas berkenaan. dengan ayat-ayat itu ialah :

1. sistim kekelu atgaan manakah yang berselarasan denganhukum kewarisan menurut Qur'an ; '

2. masuk jenis manakah kewarisan menurut Qur'dn ;

3. dikenalkah garis pokok keutamaan dan garis pokokpenggantian sistim kewarisan secara Qur'dn.

,

Satu soal yAng disini tidak disrnggung oleh karena sayabukan ahli dalam soal tersebut. yaitu ;

sistim perekonomian manakah yang berselarasan denganhukum kewarisan menurut Qur'?tn. Soal tersebut inembutuhkanstudi yang tersendiri yang dilakukan oleh sarjana-sarjana per-ekonomiatt yang disamping itu juga ahli dalam ajaran-ajaranQur'dn tentang segl kemasygrakatan mengenai usaha dan ha-sil usaha orang perseorang?n, tentang kSdudukan milik dalam

4

Page 13: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

lingkungan hajat perseorangan dan dalam lingkungan hajatkemasyarakatan dan sebagainyu.

5

Page 14: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

GARTS_GARIS POKOK HUKUM

KEwARISAN DALAM QUR'TN.

II : 180.

Jika seseorang dekat kepada 'mautnya dengan meninggalkanlrarfa maka diwajibkan bagi nya menentukar wasiat bagi ibu-bapaknya (bagi kedua orang tuanya, bagi ayah dan maknya)dan keluarga dekatnya secara yang selratut-patutnya.

II : 240.Seseorang yang dekat kepada mall tnya dengan meninggalkanisteri seorang atau lebih, berwasiatlah bagi isterinya itu gunapemeliharaan hidup isteri (isteri-isteri) itu selama setahuil, denganisteri (isteri-isteri) itu berhak menetap tinggal selama itu ditempatkediaman suaminya itu.

IV:7Bagi seorang laki-laki, demikian juga bagi seorang perempuan,sebagian dari harta peninggalan ibu-bapaknya dan keluargadekatny&, sedikit atau banyak, se cara pembagian pasti.

IV:11.Ketentuan Allah mengenai anak-anakmu ialah :

a. anak laki-laki bagiannya sebanyak dua kali bagian anakperempuan;

b. jika anak-anak itu hanya anak-anak perempuan.t orang atau lebih, maka baginya duapertiga

peninggalanmu;c. jika anakmu hanya seorang anak perempuan

baginya seperdua dari harta peninggalanmu;

IV: 1 l.Ketentuan Alleh mengenai ibu-bapakmu ialahd. jika ada anak (walad) bagimu maka bagi ayah dan mak-

mu masing-masingnya ialah seperenam dari harta pening ga-

lanmu;e. jika tidak ada anak (walad) bagimu sedangkan ayah dan

maKmu Kedua-duanya mewarisimu maka bagi makmu se-

6

II.

saj a, tlu adari harta

saja maka

Page 15: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

pertiga dari harta peninggalanrlu, yaitu manakala bagimutidak ada saudara (ikhwatun);

f. jika tidak ada unui. bagimu sedangkan ayah dan makmukedua-duanya mewarisimu maka bag 'makmu

seperenamdari harta peninggalanrnu, yaitu manakala bagimu adasaudara ( ikhwatun );

IV: I 1.

g. Pembagan yang dimaksud dalam IV:l I huruf a sampaidengan f itu adalatr setelah dikeluarkan wasiat atau/danhutangmu;

IV: I 1.

h. Ibu-bapakmu dan anak-anakmu, tidak tahu engkau siapadari mereka itu yang terlebih dekat kepadamu dalampernilaian kegunaannya bagimu.

IV:12.a. Bagimu seperdua dari harta peninggalan isteri-isterimu,

jika bagi isteri-isterimu itu tida,k ada anak;b. Bagimu seperempat dari harta 'pelinggalan isteri-isterimu,

jika bagr isteri-isterimu itu ada' anak;c. Bag isteri-isterimu sebagai janda peninggalanmu seperempat

dari harta peniggalanmu, jika bagimu tidak ada anak;d. Bagi isteri-isterimu sebagai janda peninggalanmu seper

delapan dari harta peninggalanmu, jika bagimu ada anak;

IV:12.e. Pembagan yang dimaksud dalam IY:12 huruf a sampai

dengan d itu adalatr setelah dikeluarkan wasiat atau/danhutangmu;

lY: 12.

f. jika seseorffig, laki-laki malrpun perempuan, diwarisi secara

kalilah dan baginya ada seorang. saudara laki-laki atau'Ss'orang saud ara perempuan 'maka bagi saudara itu masing-masing seperenam dari harta peninggalannya;

g. Jika seseor?flg, laki-laki maup1n pere:mpuan, diwarisisecara

Page 16: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

IVh.

kalilah dan baginya ada beberapa orang saudara, semuanyalaki-laki atau semuanya perempuan atau semuanya campur-an antara laki-laki dan perempuan, maka semua saudara ituberbagi sama rata atas sepertiga bagian dari harta pening-galannya;

: l?.Pembagian yang dimaksud dalam IV : 12 huruf f dan g ituadalah setelah dikeluarkan wasiat atau/dan hutangny&,dengan tidak bctleh seorangpLut tnengumpat karena lerasadirugilwn ( ghaira muddrrin ). atau dengan tidak boleh adadisknmmasi yang merugikan.

IV : 32.

Janganlah beriri hati karena Allah melebihkan seseorang dariyang lain. Baikpun bagi laki-laki maupun bagi perempuan, bagian-nyalah apa yang diperolehnya, baik karena usahany&, maupunkarena kewarisan.

IVb.

IVa.

IVc.

IVa.

33.Dan bagr setiap orang itu aku Allah telah mengadakan ahliwaris (mawAn ) bagi harta peninggalan ibu bapa dan keluargadekat (al-aqrabun);

33.Dan bagi setiap orang itu aku Atleh telah mengadakan ahliwaris (mawdli) bagi harta peninggalan seseorang -dengansiapa kamu telah mengikat janji;

33Karena itu (atas alasan terseout dalam IV : 33 hurr"rf a danb itu) riaka berikanlah kepada mereka itu, ya'ni kepadatrt{twdli itu, bagiannya masing-masing.

17 6.Atas pertanyaan mereka kepadamu (Muhammad) jawablahbalrwa penjelasan Allah mengenai orang yang mati .,,kalilah"ialah : ,,iika seseorang, laki-laki atau p('r(mpuan, nt(t'tingguldunia derryan tidak ada bugins,a anuk (wulud)":

Page 17: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

IVb.

IVc.

IVd.

IVg.

t7 6.Dan jika or3ng yang mati kalilah itu ada baginya seorangsaudara perempuan maka bagi saudara perempuannya ituseperdua dari harta'peninggalannya;

176.Dan jika yang mati kaldlah itu seorang saudara perempuandan ia hanya mempunyai seorang saudara laki-laki saja,(ataupun lebih dari seorang), maka saudara laki-lakinyaitu mewarisinya;

17 6.Jika bagr yang mati kaldlah itu ada dua orang saudlraperempuan (atau lebih dari dua orang) maka bagr rnerekaini duapertiga dari harta peninggalannya

17 6.Jika bag yang mati kalElah itu ada beberapa' saudara(ikhwatun), baik laki-laki maupun perempuan Jenisny?,maka pembagian 'antara mereka ini ialah : seorang laki-lakimendapat dua kali sebanyak bagian seorang perempuan.

XXKII : 4.Alldh tidak menjadikan anak angkatmu (ad'iyd'akum) ja-di anak bagimu,

XXXIII : 5. ,';."' p**tillah anak angkat itu dengan nama yang disertai.nama ayahnya;

b. Anak yang telah terlanjur engkau angkat sebagai anaksedangkan engkau tidak dapat ketahui lagt siapa orang tua;nya sebenarnya, adalah saudaramu dalam agama dan mawdlibagimu.

IV:8.Jika pada pembagian harta peninggalan ada ikut hadirlain{ain keluarga (Ulu-'lqurba) dan anak-anak yatim danorang-orang miskin, maka berilah peragihan kepada merekaitu dari bagian-bagian yang telah diperoleh oleh ahliwaris.

;:9

Page 18: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

II : 233.Tidak diberati ibu atau ayah karena anaknyt, demikianpula ahli-waris karena pewarisnya (la tucldrra v'aliclatun bivtalacliha wa ld nuwlucltut lahit bi v,alaclli , wa'ala 'lwaritltirnithlu dzdlika).

Page 19: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

NI. ADA PELBAGAI BENTUK MASYARAKAT :

MASYARAKAT BENTUK MANAKAH.YANG DITUJU OLEH QUR'Ett.

S 1. Hukum menentukan bentuk masya rakat. Masyarakatyang belum dikenal dapat clicoba mengenalnya pada pokok-pokoknya dengan mempelajari hukum yang berlaku dalarnmasyarakat itu : hukum mencerminkan masyarakat.

.' Dari seluruh hukum maka hukum perkawinan dan kewari-sanlah yang menentukan dan mencerminkan sistim kekeluargaanyang berlaku dalam masyarakat itu.

Bentuk kekeluargaan berpokok pairgkal kepada sistim (ea-

ris) keturunan. Pada pokoknya ada tiga macam sistim keturunan,yaitu :

a. yang patrilineal, yang menimbulkan kesatuan-kesatuan ke-keiuargaan yang besar-besar, seperti clan, marga, dimanasetiap orang itu selalu menghubungkan dirinya hanyakep ada ayahnya dan karena itu termasuk ke dalam clanayahnyd, yakni dalam sistim patrilineal yang murni sepertidi tanah Batak, atau dimana setiap orang itu menghubungkan dirinya kepada ayahnya atau kep ada makny?, ter-gantung kepada bentuk perkawinarr orang-tuanya itu, dankarena it.y termasuk ke dalam clan ayahnya afaupun ke-dalam clan ibunya, yakni dalam sistim patrilineal yang ber-aliltqlih, seperti di-Lampllng dan Rejang;

b. yang matrilineal, yang juga menimbulkan kesatuan-kesatuankekeluargaan yang besar-besar, seperti clan, suku, dimanasetiap orang itu selalu rnenghubungkan dirinya hanyakep ada maknya dan karena itu termasuk ke dalam clan,suku, maknya itu;

c. yang parental atau bilateral, yang mungkin menimbulkankesatuan-kesatuan kekeluargaan yang besar-besar, sepertitribe, rumpun, dimana setiap orang itu menghubungkandirinya dalam hal keturunan baik kepada maknya maupunkepada ayahnya.Jika disebut suatu masyaralcat itu patrilineal atau matrilineal

atau bilateral, maka yang dimaksud ialah bahwa sistim *e-

ll

Page 20: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

keluargaan dalam masyarakat itu berdasarkan sistim keturun-an yang patrilineal atau matrilineal atau bilateral.

Jika disebut sesuatu hukum kewarisan itu patrilineal ataurnatrilineal atau bilateral, maka yang dirnaksud ialah bahwahtlktim kewarisan itu mencerminkan suatu sistirn kekeluargaan,dimana berlaku sistim keturunan yang patrilineal atau matriline.al atau bilateral itu.

Kekeluargaan ditimbulkan pada prinsipnya karena per-kawinan. Benteng untuk mempertahankan bentuk masyarakatyang patrilineal ataupun matrilineal ialah bentuk perkawinanyang disebut exogafili, dimana terlarang perkawinan antara laki-laki dan perempuan yang se-clan. Demikianlah dalam masyarakatyang matrilineal dilarang kawin antara 'All dan Fdtirnah, mana-kala mak 'AlI dan mak Fatimah se-mak (mernpunyai mak yangsanra). sebab dalam hal ini maka 'AlT dan Fltimah adalah se-clan.

Dcmikianlah purla dalam masyarakat patrilineal yang murnidilarang kawin antara 'AlI dan Fdtimah manakala ayah 'Ali danFatilnah se-bapak, sebab dalam hal ini maka 'Alf dan F5'timahadalah se-clan. Dalam masyarakat patrilineal yang beralilt-alilt(alternerend patrilineale ordening, alternating patrilineal system)seperti di-Rej?ilg, dilarang kawin antara 'Ali dan Fdtimah jikaayah 'Alf memperanakkan 'Ali dalam kawin yang patrilokal,demikian juga ayah Fdtimah memperanakkan Fdtimah dalamkawin yang patrilokal, sedangkan ayah 'Af dan ayah Fdtimahatau diperanakkan pula dalam perkawinan y ang patrilokal olehayah yaTg sama ataupun dilahirkan dari perkawinan yang matri-lokal oleh ibu yang sama, sehingga semua mereka itu se-clan;atau dilarang kawin antara 'Alf dan Fdtimah jika mak 'Ali rne-lahirkan 'Alf dalam perkawinan yang matrilokal, sedangkan ayatlFdtimah memperanakkan Fdtimdh dalarn perkawinan yang patri-lokal sedangkan mak 'Ali dan ayah Fdtimah diperanakkan olehayah yang sama ddlam perkawinan yang patrilpkal , ataupundilahirkan oleh ibu yang sama dalam perkawinan yang matrilokal,sehingga semua mereka itu se-clan; atau dilarang kawin antara'Ali dan Fdtimah jika mak 'Ati melahirkan 'Alldan mak Fdtimahmelahirkan Fdtimah dari perkawinan yang matrilokal sedangkanmak 'Ali dan mak Fdtimah dilahirkan oleh ibu yang sama dariperkawinan yang matrilokal ataupun diperanakkan oleh ayahyang sama dalam perkawinan yang patrilokal, sehingga semua

t2

' 'i:i

Page 21: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

mereka itu se-clan.Dalam sistim patrilineal yang beralih-alih seperti di-Rejang

itu banyak lagi kemungki.nan-kemungkinannya sehingga 'Alidan Fftimah yang sepupu'itu tidak boleh saling mengawini kare-na se-clan itu.

Mempelajari larangan-lar.angan dan kebolehan-kebolehan di-I ap angan perka win an sep up u, - c ross-c ousins d an p aral le l-c ousins-,akan memperdalam perlgertian tentang bentul<-bentuk sistim ke-keluargaan, baik bagi masyarakat yang patrilineal, maupun bagimasyarakat ya,ng matrilineal, baikpun bag masyarakat yangbilateral.

$, 2. Jika Qur?n dipelajari dengan beralatkan ilmu tentangpelbagai bentuk kemasyarakatan, yakni tentang pelb agaijenis sistim kekeluargaan, tentang pelbagai jenis sistim garisketurunan, tentang pelbagai macam larangan-larangan perkawin-&il, rnaka ayat-ayat Qur'En di lapangan perkawinan dan kewarisanmencerminkan suatu bentuk sistim kekeluargaan yang bilateral.

Qur'an, dalam SDrah IV : 22, 23, 24, setelah memperincilarangan-larangan perkawin&n, memproklamirkan dalam ayat 24itu "wa uhilla lakum mE ward'a dzdlikum" , yaitu dihalalkan,artinya trdhk boleh dilarang dan tidak boleh dicela, semua ma-cam perkawinan yang tidak termasuk ke dalam perincian larangan-larangan Qur'dn itu. Jelas ikut tidak termasuk ke dalam larangan-larangan itu semua bentuk perkawinan sepupLl, SemLla bentukcross-cousins dan parallel-cousins, maka dengan sendirinya hake-kat proklamasi itu ialah hendak menghancurkan sistim masyara-kat yang patrilineal dan matrilineal untuk selanjutnya hendakmembangunkan masyarakat bilateral menurut model yang diberi-kan oleh Qur'dn. Dengan terhapusnya pelbagai larangan menge-nai kawin sepupu itu, larangan mana dalam masyarakat yangpatrilineal dan matrilineal adalah untuk seluruhnya atau hamtrliruntuk seluruhnya parallel dengan larangan kawin se-clan, makaakan ikut terhapus pulalah larangan perkawinan se-clan dalammasyarakat yang patrilineal dan matrilineal itu, hal mana berartimenanggalkan syarat 'exogami dan j'ika syarat ini telah tanggalmaka tumbanglerh clan yang berbentengkan exogami itu, dan jikaclan telah tumbang maka akan timbullah masyarakat yangbilateral.

r3

Page 22: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

-luga dari ayat-a:/at. kewarisan dalam Qur'dn dapat secaralangsLrrlg diambil ketryaraan bahwa sistim kekeluargaan menurutQur'a-n ittr adalah bilateral.

Silrah IV : 1l meniadikan semua anak, baik anak lakilaki,mauplln anak perempuan, menjadi ahli-waris bagi orang-tuanya(ayah dan ibunya). Ini adalah sistim bilateral, karena dalam sistimpairiliueal pada prinsipnya hanyS anak laki-laki yang berhakmt:waris sedangkan dalam sistim matrilineal anak-anak hanyamqr,r.,aris dari ibufly&, dan tidak dari bapan ya.

Demikian pula ayat tersebut menjadikari ayah dan makrncrnjadi ahli waris bagi anaknya yang mati punah. Ini adalahsistirn bilatdral, karena dalam sistim patrilineal anak itu diwarisioleh ayah, 'sedangkan dalam sistim matrilineal anak tersebutdiwarisi oleh ibu

Slirah IV : 12 dan 17 6 menjadikan saudara ahli-warisbagi sattdaranya yang punah, tidak perduli apakah si-nrati itu laki-laki atau perelnpuan, demikian pula tidak perduli apakah saudarayang mewarisi itu laki:laki atau perempuan. Ini adalah sistimbiiateral, karena dalam sistim patrilineal hanya saudara laki-lakipada prinsipnya yang berhak mewaris, sedangkan saudara ituharus pula se-clan, sedangkan dalam sistim matrilineal juga hanyaatas restriksi se-clan dengan si-pewaris baru dapat diizinkansaudara perempuan dan saudara laki-laki itu menjadi ahli-waris.

l4

t.\

Page 23: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

IV. ADA PELBAGAI SISTIM KEWARISAN :

SISTIM KEWARISAN BAGAIN{ANAKAHDIJUMPAI DALAI\{ QUR'Iru

$ l'/Di-Indonesia kita menjtrmpai tiga macam sistim ke-warisan, yaitu :

pertama : st.s tim kewarisan individuil yang cirinya ialahbahwa harta peninggalan dapat dibagi-bagikan pemilikannya di-antara ahli-waris seperti dalam masyarakat bilateral di-Jawa dandalam masyarakat patrilineal di-Tanah-Batak;

kedua : sistirn kewarisan lcollelctif, yang cirinya ialah bahwaharta peninggalan itu diwarisi oleh sekumpulan ahli-waris yangmerupakan semacam badan hukum dimana harta tersebut, yangdiseburt harta pttsaka, tidak boleh dibagi-bagikan pemililcannyadian tara ahli-waris ahli-waris, dan hanya boleh dibagi-bagikanpemakaiannya kepada mereka itu, seperti dalam masyarakatmatrilineal di-Minangkabau;

ketiga : sistim kewar$an rnayorat, dimana anak yang tertuapada saat matinya si-pewaris berhak tunggal untuk mewarisiselttruh harta peninggalan, Atau berhak tunggal untuk mewarisisejumlah harta pokok dari satu keltrarga, seperti dalam masyara-kat patrilirteal yang treralih-alih di-Bali (hak mayorat anak laki-laki yang terttra) dan di-Tanah-Semendo di-Sumatera-Selatan(hak mayorat anak perempuan yang tertua).

Sifat indivrduil ataupun lcollektif ataupun mayorat dalamsuatu ltukurn kewarisan tidak perlu langsung menunjuk kepadabentr-rk masyarakat dimaner hukr-rm ker,varisan itu berlaku, sebabsistirn kewarisan yang individuil bukan saja dapat ditemui dalamInasyarakat yang bilaterAl, tetapi juga dapat dijumpai dalammasyarakat yang patrilineal seperti di-Tanah-Batak, malahan di-Tanah- Ba tak i tur di sana sini mungkin pula dijumpai sistim mayo-rat dan sistim kollektif yang terbatas ; dernikran juga sistimmayorat (hak anak perempuan yang tertua) itu, selain dahmmasyarakat patrilineal yang beralih-alih di-Tanah:Semendo, di-jumpai pula pada masyarakat bilateral orang Dayak di-KalimantanBarat, sedangkan sistim kollektif itu dalam batas-batas terten-tu malahan dapat pula dijumpai dalam masyarakat yang bilateral

r5

Page 24: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

seperti di Minahasa Sulawesi-Ut ara./ .t.

3 z.'/Oleh karqna bentuk masyarakat belum dengan sendirinyamemberikan kepastian tentang jenis hukum kewarisannyamaka jika kita akan menentukan apa jenisnya hukum ke-warisan menurut Qur'dn itu kita harus mempergunakan ukuranyang berdiri sendiri terlepas dari ukuran bagi bentuk masyarakatmenurut Qur'En. Setelah dijawab apa bentuk masyarakat yangdituju oleh Qur'En, yakni masyarakat yang bilateral, maka derlganjawab itu saja belum lagr dapat dijawab soal mengenai sistimkewarisan bilateral macam apakah yang diciptakan oleh Qur'dn.Mencari perbandingan dengan masyarakat yang bilateral telahtepat, setelah ditetepkan bahwa Qur'dn menghendaki masyara-kat yang bilateral. Membandingkan sistim kewarisan menLrrutQur'd'n dengan sistint kewarisan yottg inc)ivicluil clalam masyarakatyang bilateral mbmbutuhkan terlebih dahulu suatu ketetapanbahwa sistim kewarisan menurut Qur'dn itr-r sungguh termasukkepada jeniS yang individuil. Untuk menjawab itu kita hanyadapat memakai ukuran yang telah ada juga di luar Qur'dn,balrwa yang dinamakan sistim kewarisan yang individuil itu ialahsistim kewarisan dimana ahli-waris ahli-waris berhak memper-seorangkan harta peninggalan itu dengan cara membagi-bagikanpemilikan harta itu diantara lnereka. Sistim ini mengambilpendirian bahwa dengan matinya si-pewaris dengan senclirinyahak milik atas harta-hartanya itu berpindah en bloc kepada ahli-waris ahli-warisnya, setelah mana segera atau setelah berlalubeberapa waktu ahli-waris itu membagi-bagikan milik harta, ituantara mereka untuk dijadikan Uari nrilik bersama antaranrereka semenjak saat matinya si-pewaris itr"r ntenjadi milik per-seorangan dengan jalan berbagi. Sistim serupa ini menghendakibahwa pada saat rnatinya si-pewaris itu telah dapat diketahuidengan pasti siapa ahli-waris ahli-rvaris itu, seticlak-tidaknyatelah wajib diketahui pada saat berbagi itu.

Jika diperiksa apa adakah ciri-ciri sistim kewarisan yangindividuil itu pada ayat-ayat kewarisan dalam Qur'dn, maka ke-nyataan bahwa ayat-ayat itu memenuhi akan unsur-unsllr sistimrndrvrduil itu. Qur'dn IV : 7 clan IV :.33. ntenganclung prinsip-pfinsip bagi sistim kewarisan yang inclividuil, y"itu acla utiti-r,vaiisyang masing-masing berhak atas srratu bagian yang pasti, dan

l6

Page 25: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

bahwd bagian-bagian itu wajib diberikan kepada mereka (nasiban

mafrfidan; feetilhum nasibahum). Qur'6ri lV : 8 sengaja menyebutalqismah yaitu pembagi&il, sedangkan Qur'dn IV : 11, 12,'176menentukan selanjutnya bagian-bagian untuk ahli-waris ahli-warisitu. Maka sekarang tidak iaa lagi ragu-ragqnya uhtuk inenyata-kan bahwa sistim kewarisan menurut Qur'6'n itu termasuk jenis

yang individuil bilateral..:.

S 3: Jika dibandingkan sistim kewarisffi. individuil bilateralmenunrt Qur'dn itu dengan sistim yang senrpa dalam masyarakatyang bilateral maka kenyqtaan bahwa yahg sungguh merupakanhal baru dalam Qur'an ialah bahwa QurlEn dalam Sdrah IV : l ldmendudukkan anak si-pewaris bersama-sama dengan orang-tuasi-pewaris serentak seb agai ahli-warisnya, sedangkan dalam sistimkewarisan di luar Qur'dn hal yang demikian itu tidak mungkinkarena orang-tua baru mungkin mqnjadi ahli-waris jika si-pewarismati punah (mati tidak berketurul?n). Hal baru tersebut adalahsaluran langsdng brg prinsip yang diletakkan Alfah dalamIV : llh : iba'ukum *u-abna'rikum ia taarfrna ayyuhum aqrabulakum nafan.

Demikian juga Qur'dn 'membawa hal yang baru dalam

IV : 1?, 17 6 yaitu bahwa dalam hal si-pewaris mati punah ada

kemungkman bersama-sama bertindak sebagai ahli-warisnya sau-

dara-saudaranya beserta dengan orang-tuanya, setidak-tidaknyadengan ibunya, seperti nanti akan diuraikan dalam pembicara-an rnengenairkal-alah. Juga hal baru yang kedua ini adalah saluran

langsung b.agi prinsip yang dimaksud, sebab jika orang-tua si-

pewaris dapat berkonkurrensi dengan anak-anak si-pewaris, apa-

lagr dengan saudara-saudaranya, yang sederajat lebih jauh darianak-anaknya. Menurut sistim kewarisan di luar Qur'dn maka sau-

dara si-pewaris tertutup oleh orang-tuanya.i Sefanjutnya hal 6aru yang ketiga yang dibawakan oleh

Qur'an ialah bahwa suami' istri saling mewarisi.Suatu keanehan sebagai hal baru yang keemp at yang tidak

dijumpai dalam sistim kewarisan di luar Qur'dn ialah fara'id, yaknibagiutt-Uugian tertentu bagi oranforang tertentu dalam keadaan

tertentu.

$ 4. ,Ketentuan Qur'dn mengenai fara'id itu menimbulkan-/

t7

Page 26: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

Pg"gqglpngan ahli-Waris dalam d2awf-'lfar6'i{ dan bukan rlzawu-ilfl$'id. Yqlg bukgn dzE.w[-'lfarE'i{ ini dibagi,oletr Allu-]l-Sun-|{- a!as- dua g'o!|ng?t*"pgrtama,laiabe't yang diperinci lagi dalam'as-abah :'bi 1a{SihT,'aSabah bi-'lghairi : Oan. ;a3aUah, m4 a}lgfiairi,semuanya . orang:o{.alg ..yang.term4suk pengertian anggautal_lng-gguta suatu kqkel,u argaar: yang ptatrilinial, Iun ,kedua Aiunuut'larfdm,'yaitu semud orang yang Uutcan dzawil-'lfarE'id'dan ilk;'asabEt dan pada umum"vu ,teidiri dari ;;il-;;il; l;;; ter-masuk angg?uta-anggauta- keluarga. patrili'neal "pihit<

-tnrnuntu

taki-iaki'atau onggarrrj-unggau ta rceiii argapihak ayah J;ti-*iii-; - : ;

; ; ,' Pembagian menurut Arlu-'t-Sunnih-itu *udutr dipahamkanjika .orang clapat berfikir menurut.alam ,fikiran masyarakat yongpatrilineal. Hubungan ant ara 'aSab6't dengan d,zawf'larl.rEm itrldapat dalam batas-batas tdrtentu dibandingt un dengan hri'bungunantara kahanggi di satu,pihak dengan mori dun unut boru di iainpihak pada' orang Batak.

Piirar.-Svi'ffmengadakan perbedaan secara lain yuitu diluai'golongan dzawfi-'lfard'i{ itu ditempatkannya golongan. dzlu qEiri-bat, yakni anggauta-anggauta kelu arga biiateial.-, Slitim bilaietuldalam hukum kewarisan Syi'ah, meskipun timbulrlya.tif,a! clirpatdilepa*un cta5i soal politik mengenai imam,ui, aOufal O! mata say?suatu. kemajuan besar. -

lgu'" jenis, yaitu dzaviil-'lfay7i4, clzqwrt-'Qardbat . dan mnwdliPernbagian

- yang say a' adilkan dalam tiga jenis. ili 'adalah bel-

hubungan lang-sung dengan . soal apakah Qur'dn . in.ngenal Stagtidak akan gar::is pokok keutamaan dan geris pokctk pinggantiartsepqlti dikenal^ dalam sistim kewarisan yang indiviOuii- dalamm4Fyarakat y,oir'g bilateral di .Indonmii:

r8

\

Page 27: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

V. GARIS POKOKGARIS POKOK

KEUTAMAAN DANPENGGANTIAN

' .. :

Dalam bab IV $ I telah kita singgung bahwa di-Tanah-Batakjuga ada sistim kewarisan yang individuil tetapi sifatnya bukanbilateral tetapi patrilineal. 1 Membandingkan , sistim kewarisanmenurut Qur'in itu denganJistim kewarisan individuil dalammasyarakat yang patrilineal adalah suatu perbuatan.yang pihcang.Meskipun demikian ada juga faedahnya 'mengenal sistim indi-viduil patrilineal itu karena sistim kewarisan Islim seperti yangdiciptakan oleh Ahlu-'l-Sunnah dapat digolongkan kepada jenisindividuil yalg patrilineal itu. Sebab itu perh; benar dibentang-kan di bawah ini perbedaan-perbed aan ylng dijumpai bila kitamembandingkan antara sistim individuil bilateral yang berlakuumpamanya di-Jawa dengan sistim individuil patrilineal sr,pr-r'-ti yang berlaku di-Tanah-Batak. Perbedaan yang cfibawakankarena perbedaan bentuk masyarakat itu. yakni bilatcial kontrapatrilineal, dalam sistim kewarisan yang sarna, yakni sistimirrtlividuil, &dalah sangat illustrAtif di datlarn cara pernakaian cluantu(unt prinsip utttuk mengetahtti siapa ahli wtnis, ),aitu ltet,latrutgaris pttkok keutarnaan clafi l;rd uu grris pol;olc penggantictrt.Duu tttacottl prinsip tersebu t jugo bcrlaku bagi sistim kewarisanyang kollcktif di-Minangkatrau, yaitu kollektif rtratrilineal, teta-pi juga disini dengan cara pemakaiannya yang khas pula. Kitalihatlah bahwa sesttatu prinsip dapat ;Sarna-sama dianut dalampelbagai

, sistim kewarisan tetapi pelaksanaan prinsip itu akanberbeda-beda menurut sistim kemasyarakatannya. Karena itumaka sangat pentinglah untuk mengetahui perbedaan-perbedaanitu.

/Di tiawah ini akan kita tinjau berturut-turut sernua segi daridua' prinsip tersebut, mula-mula menurut hukum adat di-Indo-nesia (A), sesudah itu menurut Al-Qur'hn (B).

(A). Menuntt hukum adat di-Indonesia.

{ S l. Garis pokok penggantian ialah suatu cara untuk me-nentukan :

(

a) siapa sesungguhnya ahli-waris di antara orang-orang yangseke-

t9

Page 28: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

lompok kcr.rtamaan dalarn lingkungan kelu.grga si-p9waris, danb),berapa bagian masing-masing ahli-w4ris, jiki hukum kqwariian-

ny? mcngizinkan pembagian. '

Jelaslalt dari definisi tersebut bahwa bagi sistim kewarisan,yang kollekril'. dimana tidak diizinkan pernbagian, pemilikanharta peninggalan atau harta pusaka itu, seksi'b dari definisitersebut tidak dibutuhkan,,sghingga hanya seksi a yang diperlu-kan. fun je.laslah pula bahwa seluruh'detjnisi tcrsebut tidakdibutuirkan' basi sistinr kewarisarl'mayorat, sebab d-isana tidak

,dillutuhkan untuk memilih sidpa-siapa abli-waris diantara suatu'keloinpok keluarga, apalagi {isana tidak ada pembagian apapun.iuga. Bagi sistim n)ayorat itu yang dibutuhkan ialah ketentuantentang apa caranya melanjgtka4 hak ry,?yorat itu jika,pada sahtnratiiiy=i .si-pgworit t-idJ aau

'bagrnya:'seorang anakpun, anik

laki-laki bagi mayorat lakilafi, .dah ana,k peretnpuan bagi may.orat-pcrernpuan. Mungkin dalani distim sgrrupa

"itu orang menempuh

i,rlatt yang dapat diumpamakan denjair menukar kelamin, yaitu;rllabila dalam sistim mayorat, laki-laki tidak arla sama sekali' zlil?k

.

hki-laki. 'crrma ada unuk perempuan, '{nuko ?il?k perempuan inirlr.ungkin..dijadikgnnya serupa" dengan anak laki-laki sepertirl i- Buti {nyglrtariayang),"itau''mereka menempuh jalan lain umpa;,nlilny4 aciqpSi,"atau' jika adopsi '"tidak diizinkan pula sepertitli-Tanah-Batak maka mereka merigadak3.x perincian perikutanpriorit.git antara anggauta-angg.auta -kelu arga dekat. y*ng

'gatptarnpilke'tnukabilayanglaintidak,.ada.

'(laris pokok penggantian itu baru dap,u t dipergunakan'sctelah diketahui kelompok keulamaad dimana akan "dilakpkan

penyaringan ahli-waris ahli-waris itu. Sbtlab itu m0sti ada pula'suatu prhr:;i1, rnengenai kelornpok keutamaan itur. yang disebutgttlis 1to kok l;eu fenutctn.

.S 2. Garis pokok keutamaan ialah suatu garis hukum yangrnencntukan perikutan keutamaan antara gqlongan-golongandalam keluarga si-pewaris, dalam arti golongan yang satu lebihdiutamakan dari yang lain dengan akiba t bahwa scsuatugolongan belum boleh dimasukkan.-dalam pelhi{ungan jika mlsihada -'-golongan yang lebih' utama. Golongan' pertama dalamkeutamaan ialah kelompok yang terdiri clari senvta keturunansi-pewaris, yakni keturunan yang masih hidup pada saat berbagi

20

Page 29: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

:.

harta peninggalan dalam sistim kewarisan yang individuil, ataupada saat matinya si-pewaris dalam sistim kewarisan yangkollektif.

Jika golongan pertama itu kosong, artinya si-pewaris tidakmempunyai seorangpun keturunan yang masih hidup, hal manadisebut punah, maka barulah diizinkan tampil ke muka golongankedua dalam kqutamaan ialah ,,kelompok" yang terdiri dariorang-tua (ayah dan mak) si-pewaris.

Jika golongan kedua ini kosong pula, maka barulah diizinkantampil ke muka golongan ketiga, yaitu .semua saudara yang masihhidup bersama-sama dengan semua keturunan yang masih hidupdari semua saudara si-pewaris, yaitu masih hidup pada saatberbagi harta bagi sistim yang individuil atau pada saat matinyasi-pewaris bagi sistim yang kollektif.

Jika juga golongan ke tiga ini kosong, maka barulah diizinkantampil kemuka kelompok yang terdiri dari orang-tua dari orangttta si-pewaris, dan manakala ada ,,temp at" yang kosong daldmkelompok tersebut maka ,,temp at" yang kosong itu diduduki oiehsemua keturunan yang masih hidup dari orang yang teinpatnyakosong itu, dan jika orang itu punah maka tempatnya itudiduduki oleh orang-tuanya pula, dan jika mereka tidak adamaka tempatnya diduduki pula oleh semua keturunannya yangmasih hidup dan begitu seterusnya. Jacli: lnula-.mula ke garisbawah, sesurdah itu selangkah ke garis atas, sesudah itu ke garis sisipertatna, sesudalt itu selangkah lagi ke garis atas, sesLldah itu ke-garis sisi kedua, clan begitu seterusnya selangkah demi selangkahke atas dan ke garis sisi.

Kita lihatlah bahwa berbagi harta peninggalan dalam sistimyang individuil merupakan suatu keramaian dimana berhimpLlnseluruh keluarga si-nrati. Dari selururh keluarga ini dipilihlahsuatu kelompok yang paling utama dari yang lain{ainnya, dansetelah itu barulah disaring siapa ahli-waris diantara orang-orangyang sekelompok keutamaan itu, penyaringan mana disebutpemakaian garis pokok penggantian.

S 3. Dalam memb acaapa yang diuraikan di atas tadi hendaklahorang waspada bahwa istilah-istilah kekeluargaan yang dipakaidisini seperti anak, orang-tua, saudara dan sebagainya, berbeda-beda artinya,' menurut bentuk masyarakatnya. Istilah keluarga

2t

Page 30: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

itiLo ;i

saja sudah lain artinya dalarn masyarakat yang bilateral, lain puladalam masyarakat patrilineal dan luq pula dalam masyarakat'yang.yan1 matrilineal; demikian pula istilah saudara, keturunan dansebagainya berbeda-beda .pula artiny? menurut'rnasy4ra[atnya.Dalam hubunBan kedarahdn itu,'semuania gipengaryhi oleh iaramasyarakat itu 'menentukein garis' ketururian. Bagi masyarakatyang ber-clatr maka keluarga yang ada $angkut-pautnya;dengankewarisan . mestilah, pacia prinsipnya, orang-grang yang' se-clandengan si-mati itu.

g-4. Menur.ut garis pokok penggantian seperti yangberlakucli-indonesia, maka ahli-waris:ialah setiap orang dalam Seielompokkeutantaat-l

'"dengan' syarat,. bahwa antara dia dengan si-pewiris

tidak ada pengltubung atau.tidak ada lagi penghub4rlg yang ntasilthidup, yakni penghubung yang ticlglc ada.tasi itu mestilah dalamsistim individuil telah mati sebeh.rm saat , pembagian. harta dandalam sistiry kollektif telah mati terdahuh-l dari si-piwaris,

Tidak acla penghubttitg.ialah ahtara si-pewaris dengan anak-ny&, atau antara si-pewaris dgngan ayah atau'maknt[a.

lictak ada'lagi lteryghubung ),ang'tnrosih hi(tup ralah misalnyaantara cucu si-pewaris dengan si-pewaris manakala anak si-pewarisyang. melrjadi penghubung palarn keturunan itu telah mati, atauantaia piut si-pewaris dengan.si-pewaris manakala grak si-pewarisdan cucu Si-pewaris yang menjadi penghubung'dalarn: keturunanitu telah mati. 'sebaliknya dalam dua contoh itu masilt ada lagipcryEttubung yang maiilt hidup jika ranak si-pewaris itu belum rnatisehingga cucu itu tidak berhak menjadi ahli-waris, atau anak itumemal.lg sudah rlrati tetapi cucu itu'masih hidup, maka piut itubukan ahli-waris, tetapi ahli-waris ialah cucu itu.

Demikian ptrla datuk si-pewaris tidak berhak sebagai ahliwaris bila ' anak. datuk itu yang menjadi penghubung dengansi-pewaris, yaitu ayah si-pewaris, masih hidup.

Demikian juga 'anak. saudara bagr si-pewans tidak mungkinqlpnjadi ahli-waris jika

^ saudara itu atau orang-tua sipewaris itu

masih hidupl sebab anlk saudara itu baru berhak menjadi ahli-waris bila saudara itu dan orang-tua si-pewaris itu kedua-duanyatelali ,niati. "

Demikian juga paman si-ppwaris belum berhak mewaris jikaorang-tua si-pewaris atau datuk si-pewaris masih hidup, sebab dua

ll

}'

Page 31: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

itu adalah penghubung antara si-pewaris dengan paman nyaltu.Hanya jika dua benghubung itu sudah mati, barulah paman ihlberhak mewaris; sebab tidak ada lagr penghubung yang hidupantara dia dengan si-pewaris itu..

$ 5. Sebagai ,illustrasi fierhatikan gambar dibawah ini :

p = peu'aris, laki-laki atau perempuan.

Q = tanda bagi laki-laki, masih hidup.

C - tanda bagi laki-laki, sudah mati.

A = tanda bagi perenpuan, masih hidup.

A = tanda bagi perempuan, sudah mati.

Gambar lersebut melukiskan kelompok keutamaan pertama,terdiri dari a sampai dengan p.

' Jika gambar itu mengenai sistirn lcewarisan indtvidutl bila-teral, maka.semua dan telah mati sebelum sadt berbagi harta.Meskipun mungkin di ant ara mereka ada yang mati kemudiandari si-pewaris tetapi sebelum berbagi, namun mereka tidak di-

hitung sebagai - ahli-waris dan disamakan dengan mereka - yang

telah mati terdahulu dari si-pewaris. Yang mungkin diperhitung-kan sebagai ahli-waris hanya orang yang masih hidup saja, tetapiyang berhak menjadi ahli-waris hany aJ,*t a,, b, c lcarena tidak ada

.parylrubutts dengan P, selanjutny z e , E, i, k, o dan p kareno tidak

23

Page 32: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

ada tagi 'pengltubung yong nnsih ltidup dengan P. Bukan ahli-waris ialah d, f, h: j, l, tn dan n, karena antara mereka dengan Pntasih ada pengltubung yang hidup.

Jika gambar tersebut mengenai sistim kewarisan individuilpatrilineal murni maka P haruslah laki-laki, atau perempuan yangmati dalam ikatan kesatuan keluarga. suaminya, maka-ahli-wariihanyalah b, c, e, sedangkan yang fermasuk dalam kelompokkeutamaan pertama itu hanyalah b, c, e dan h. Dalaq sistimindividuil patrilineal murni ini merek a yang lahir dari anak'perem-pu4n si-pewaris atau lahir dari anak-anak perempuan dari anak-anak laki-laki si-pewaris termasuk lain clan, sedangkan perempuantidak berhak menjadi ahli-waris. Maka dari gambar tersebutorang-orang yang telah pasti termasuk lain clan, ialah d, j, k, l, nt,g, o dan p sedangkan i dan n juga akan termasuk lain clan jikadalam masyarakat patrilineal murni itu hanya diizinkan connu-bium yang asymmetris, yaitu terlarang connubium yang symmetris.

Untuk memudahkan pembicaraan tidak diuraikan disinisiapa ahli-waris bagi P jika ta seorang anggauta masyarakatpatrilineal yang ber-alih (alternating patrilineal system).

Jika garnbar tersebut mengenai kewarisan kollektif matrili-neal maka P hanya mungkin seorang perempuan. Maka yang akanpasti terhitung masuk dalam kelompok keutamaan itu ial ah a, b,c, d, g, i dan n sedangkan yang akan menjadi ahli waris ialah o, b,c, g dan t, sebab d dan n mempunyai penghubung yang masihhidup antara mereka dengan P, yakni bagi masing-masingnyaa dan g.

Jika P laki-laki maka ahli-warisnya menurut sistim matrili-neal itu ialah maknya. Laki-laki tidak mempunyai kelompok ke-utamaan yang terdiri dari keturunan sebab laki-laki tidak berhakdengan dirinya melanjutkan keturunan bagi clan-nya. Jika mak-nya sudah rnati maka ahli-warisnya ialah saudara-saud ara yangseibu dengan dia ditambah keturunan yang berhak dari saudaraperempuannya yang telah mati, misalnya dengan memakai gam-bar diatas itu maka jika pewaris seandainya ayah si- e maka ahliwarisny?, jika maknya sudah mati, ialah a, b, c, g dan i.

S'6. Dengan oontoh-contoh yang diberikan itu cukup jelaslahhendaknya bahwa garis pokok penggantian itu tidak ada sangkut-pautnya dengan ganti-mengganti. Dia hanya cara untuk me-

24

L

Page 33: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

nunjukkan siapa-siapa ahli-waris ahli-waris. Tiap-tiap .ahli-warisitu berdiri sendiri .sebagai ahli-waris. Dia bukan menggantikanahli-waris yang lain, Sebab penghubung yong tidak ada lagi itttbulian ahli waris, sehingga soal representasi ataupun substitusitidak ada disini. Setiap ahli-waris itu mendapat bagiannya masing-masing, secara sendiri-sendiri tergantung kepada kedudukannyadalam jurainya. Dalarn sistim individuil yang berlaku di-Indonesiaini, dimana pada prinsipnya berbagi itu atas dasar satna rata,maka ke-sama-rataan itu hanya berlaku terhadap orang yar:'g samakedudukannya ilalam jurai. Arti jirrai ialah bagi kelotnpok per- .

turrtc anak (hidup atau tidak) beserta keturunanny?, b agi kelom-pok lce-tiga saud ara (hidup atau tidak) beserta keturunannya,bagi lcelontpok ke-linru saudhra orang-tua (hidup atau tidak)beserta keturunannya. Bagi orang-tua sebagai kelompok ke-duaatau bagi orang-tua dari orang-tua sebagai kelompok ke-empottidak dibutuhkan pengertian jurai, sebab bagi orang-tua pengerti-an jurai itu adalah identik dengan pihak sau &aru beserta keturun-annya (garis sisi pertama) yang telah termasuk ke dalam kelompokke-tiga, dan bagi orang-tua dari orang-tua pengertian jurai ituadalah identik dengan pihak saudara,,orang-tua beserta keturunan-annya (garis sisi kedua) yang telah termasuk kedalam kelompokke-lima. Jurai yang telah kosong karena tidak ada seorangpun lagianggautanya, sebab anak atau saudara atau saudara otang-tua itutelah punah, dianggap sebagai tidak pernah ada. Jika kitapergunakan kembali contoh gambar di atas bagi pembagian antaraahli-waris dalam'sistim individuil bilateral, maka hasilnya seb agarberikut: kenyataan ada enam jurai yang tidak kosong, sebabsemui anak, mati atau hidup , ada beiketunrnan, maka fl mendapatI l6 sebab tidak ada lain-lain ahli-waris dalam jurainya; a, b, dan cmend apat masing-masing | 16, se6ab hanya merekalah yang ber-hak sebagai ahli-waris dalam jurainyl, sedangkan lain-lain anggau-ta jurainya tertutup, karena masih ada lagr penghubung yanghidup antara mereka dengan si-pewaris; e,' k dan g mendapatmasing-masing I l12 sebab jurai mereka terdiri masing-masing atas2 cabang dan dalam tiap jurai-cabang hanya masing-masingmerekalah satu-satunya ahli:waris ; o dan p mend apat masing-masine' I 124 karena jurai mereka terdiri dari 2 jurai-cabangsedangkan jurai-cabang mereka sendiri terdiri pula atas 2 runtingdan dalam jurai-ranting masing-masing mdreka itu hanya masing-

MTLTK PERPUSTAKAAI.{Drektorat Pernbinnan

Badan Peradilan Agama lql"rnDit "Ien Bi;r Baga Iskixl

-h't'rttrl fi'6.1.':..,'. !. r'- -n., E, T

25

Page 34: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

masing nrerekalah yang berhak menjadi ahli-waris, karena tidakada lagi penghubung yang madih hidup.

Bagi sistim individuil patriline.al murni maka e, b, dan cmend apat masing-masing | 13, sebab hanya ada tiga buah juraiyang tidhk kosong, sedangkan masing-rnasing mereka adalah satu-satunya ahli-waris dalam jurai mereka masing-masing. Daricontoh-contoh tersebut ternyatalah bahwa harta peninggalan itudibagi sama rata 'antara jurai dan jurai, sedangkan pembagiandalam jurai dilakukan sama rata antaru jurai-cabang dan jurai-cabang, demikian pula dalam jurai-c abang diadakan pemb agiansama rata antara jurai-ranting dan jurai-ranting. Masing-masingahli-waris akan mendapat bagian menurut kedudukannya dalamjurai itu atau dalam percabangan juiai itu.

(B) Menurut Al-Qur'dn.

S 1. Di dalam pertalian dareh, Qur'in *enitapkan hubun ganantara ayah dan mak di satu pihak dan anak-anak di lain pihaksecara yang sangat khusus, yaitu dalam lV: 1l h:,,aba'ukum waabn-d ukum la tadrtrna ayyuhum aqrabu lakum naf'an", satu caraberkata yang maksudnya bahwa hubungan an tara orang-tua dananak-anak itulah hubun gan kedarahan yang paling akrab. Menge-nai ayat tersebut lihat lebih lanjut $ 4.

Setelah ayah dan mak beserta: anak-anak maka hubungankedarahan selanjutnya dijeniskan oleh Qur'hn, dalam. dua bualtislilatr yaitu pertama: istilah aqrabiln dalam II: 180, IV: 7,IV:33dimana selalu istilah aqrali-un itu ditempatkan sesudah katawilidin; kedua: istilah irlir-'lqurbb dalam IV: 8. Istilah-istilahdalam rangka kekelu argaan bukan semata-mata hanya namaseperti meja'atau kursi tetapi selalu nama.yang menunjukkanhubungan darah antara seseorang dengan yang- lain. W-alid5'n

selalu hubungan yan1 timbalannya walid; demikian juga aqrabuntimbalanny a aqrabln pula, d an*il lu--' lq u rb 5' sdn an tiasa b e rtim b al anirlir-'lqurb-a pula.

Wdliddn, awldd, aqrabDn-dan UlL-'lqurba adalah emPat buahjenis hubungan darah yang dimasukkan oleh Qur'ln ke clalanrpokok jenis yang disebutnya illU-larhE'm dalam XXXIII: 6,sedangkan hubungan kedarahan itu sendiri disebutnya al-arhimdalam IV: l.

26

\*, 1l:,

Page 35: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

Dalam ayat-ayat kewarisan dimana watiddn dan aqrabhndijumpai, mereka itu adalah selaku pewaris, tetapi karena kata-kata tersebut sebagai istilah kekeluargaan selalu berarti per-hubungan, dan perhubungan selalu bertimbalan, maka wilidindan aqrabhn itu dapat pula menjadi ahli-waris, wilidan bagranaknYl, dan aqrabhn bagr sesama aqrabirn-nya. flL-'lqurbiditinjau dan sudut seseorang terang maksudnya buknn ahli-waris-nya tetapi mereka itu masih sepertalian darah dengan dia.'DimanaQur'in menyatakan irlir-'lqurbi bukan ahli-waris baE seseorang.maka orang ini sebagai timbalan perhubungan dan karena itu jugasebagai hlu-'lqurbb tidak mungkin menjadi pewaris bagr sesamairlir-'lqurrbi-nya. Karena itu dapatlah aqrabhn diartikan sebagaikelrtarga deknt yang antaru sesatnanya mungkin meniacli ahti-warisatau pewaris, sedangkan ulh-'lqurbi sebagai keluarga jauh yangantara sesamanya tidak mLlngkin menjadi ahli-waris atau pewaris.

S Z.Dimanakah batasnya antara aqrabirn dan irl-u-'lqurbi,ditinjau dari jauh dekatnya derajat kekeluarg aan antara mereka ?

Saya berpen dapat bahwa soal itu dapat dijawab dengan menelitimaksudnya Qur'-an IV: 33, dimana dijumpai selain istilah .waliddndan aqrab-un Juga istilah nlawali : Wa likullin ja'alnE mawdliamimma taraka'lwalidini wa-'laqrablril?, wa'lla dzina 'aqadat 'aima' nukuffi, fa atirhum nasibahum. Terjemahan maksud dari nukilanitu ialah ,,Dan untuk setiap orang itu Aku Alah telah rnengada-kan maw-ali bagi harta peninggalan ayah dan mak dan bagr hartapeninggalan kelltarga dekat, demikian jr"rga harta peninggalan bagitolan seperjanjianmu, karena itu berikanlah bagian-bagian kewa-risannya. "

Tolan seperjanjian itu mungkin maksudnya seorang orangyang tidak rnenrplrnyai kellrarga lag, yang telah mengikat janjituntuk meninggalkan sebagian atau segala harta bendanya sesudahrnatinya kepada seseorang, yang diwajibkannya mengurLls kemati-annya dan menyelesaikan hutang-piutangnya serta memelihara-nya selama hari tttanya, lihat $ 9, hl. 39

NaSfuahum saya terjernahkan seba gai bagian lcewarisan, yaitusesuatu bagian dari harta peninggalan, beralaskan pemakaian kata

, naSib itu didalam ayat kewarisan lainny a, yaitu dalarn Qur'in IV:7 , selain hubungannya sendiri dalam ayat 33 itu dengan ,,mimmitaraka" dan sebagainya.Di dalam ayat 33 itu jelas bahwa na37b itu

27

Page 36: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

disuruh berikan kepad'J nwtwti itu dan bukan kepada orang yangtersimpul dalam likullin, sehingga nmwdlf itu adalah alili-vvarts.Untuk menarrgkap maksr-rd ayat 33 itu, coba kita isi likullin itudengarr li l;uldrtirt, dan jo'altti diganti dengan ja'ala 'lldhu, sedang-katr Llrllsall perjanjian itu untuk gampangnya ditinggalkan saja,maka. bunyi ayat itu menjadi ,,w& li Fulhnin ja'ala'llhhu mawiliamimmh, taraka 'lwilidiniwa 'ldqrahLna, fa atirhum naSibahurn".

Disini si-pewaris ialah ayah atau rnak atau seorang-orangdari aqrabirn. Jika ayah atau ntak yang mati maka istilah-istilahitu mcmpunyai timbalan berupa, Analc, anak yang mati ataupunanak yang menjadi ahli-waris karena rnasih hidup. Jika tidak adaanak-anak, baik anak-anak yang rnati terlebih dahulu maupunanak-anak yang masih hidup pada saat matinya sipewaris, makasipewaris itu br"rkan ayah atau nrak tetapi seorang dari padaaqrabhn. Kepada anak-anak yang hidup telah pasti mesti diberi-kan naTibnya scbagai ahli-waris menurut IV: I I o, b, c, tetapidisantping naSib bagi anak-anak ini mesti pula diberikan naSibkepada 'mawili yang diadakan Allih bagi si Fulan, dengan lainperkataan rnawdli si Fulin ikut serta sebagai ahli-waris bagi ayahatau mak dan bukan si Fulin sendiri. Apa hubungan si Fulfndengan ,,mak atau ayah" yang mati itu, sehingga mawali bagi siFulbn itu ikut pula menjadi ahli-waris tragi ,,mak atau ayah" itusedangkan si Fulan sendiri tidak ikut menjadi ahli-waris? Ber-dasarkan prinsip urnum bahwa Qur'in meletakkan hubungankcwarisan atas dasar pertalian darah antara si-mati dengan anggo-ta keluarganya yang masih hidup, maka si Fulhn itu hanya dapatsaya pikirkan sebagai anggota keluarga yang telah mati terle-bilr dahulu dari sipewaris, sedangkan mawhli si Fuiin itu seb agaiahli-waris bagi ,,ayah atau mak" itu hanya dapat saya pikirkansebagai keturunan yang bukan anak bagi ,,ayah atau mak" itu.Hubun gan antara si Fulin dan rnawillnya, dalam hal mak atauqtah sebagat pewAris, hanya dapat dipikirkan ketiga jurtrsan , y4-itu mawblinya itu mungkin seorang clari wilidbnnya, dalam halmana si Ful-an sendiri adalah pr.rla keturunan bagi ,,,tyah ataumak" itu; ataupun mungkin awladny?, ataupun lebih jauh aq -rabunily&, dalam hal malla si Fulin sendiri adalah juga ketur-rndrlbagr ,,ayah dan mak" itu. Menurut jalan pikiran itu maka si Ful?rn -

itu; dalam hubungan ,,ayah dan mak" sebagai pewaris, termasukketurutrun bagi ,,ayah dan mak" itu, sedangkan mawbli bagi

-t

28

:.

}b"

Page 37: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

si Frrlbrt' itu juga lce turttnan bagi ,,ayah dan mak" itu, tetapibulwrt anak bagi ayah dan mak itu; sehingga si Fulan itu adalahanak bagi ayah dan mak itu. tetapi analc yang telah moti terlebihclciltultt. Maka hubungan si Fulin .dan mawilinya itu adalahhubun gan sipewaris dengan ketunlnannya melaluri mendi ang

-lraknya si Fulbn itu.Keb'enaran konklusi terscbut hanya dapat diujikan kepada

ayat-ayat Qur'-an yang membicarakan kewarisan bagi seseorangyang ada meninggalkan anak (walad) yaitu IV: l l a, b, c, d,de-ngan dibandingkan pula dengan ayat-ayat Qur'in yang mem-bicarakan kewarisan bagi seseorang yang tidak ada baginya walad,yaitrr IV : I I e,f, IV : 12f, g dan IV : 176. Jika tidak adaketentllan Qur'dn mengenai mawdli dalam IV : 33 q. itu, makabilamana s.eseorang pewarib h any? meninggalkan keturunan yangbukan walad bagi dia, karena keturunan itu adalah cucu atau piutbagi si-pewaris dari kelahiran via mendiang anak-anak sipewaris,maka akan berlakulah atas hdrta peninggalannya itu IV: l1 e, f,IV : 12 f, g dan IY-' 176' sehingga cucu-cucu dan piut-'biut ituakan tersingkir dari-kewarisan dan hanya dipandang sebagai filil-'lqurbd saja (IV : 8) dalam berhadapan dengan orang-tua dansattdara-saudara sipewaris yang akan berbagi harta peninggalanitu. Keadaan yang senlpa ini akan be?tentangan dengan seluruhtitrah yang ditanamkan Ailah dalam sanubati mattusia, sehinggatidak ada sistim apapun yang akan dapat membenarkannya. Darisudut callaya ini, maka IV : 33 o itu termasuk rahmat yangsebesar-besarnya, yang telah diberikan Allah kepada UmmatNya.Jika tidak ada rahmat tersebut, maka apakah lagi dasar hukumyang dapat- disalurkan 'clari Qur'bn untuk mendirikarf hakke warisan bagi lain-lain aqrab-un yang. tidak tersebut dalamayat-ayat kewarisan dalam Qur'in, seperti paman dan bibik,datuk dan nenek, cucu dan piut, d.s.b, ? !!

- Selaras dengan pahaqn iune'dianut disini, inaka IV: 33 attudapat diterjemalrkan seb agai berikut :

, ,, Bagi rqendiang anak, Allah mengadakan mawifisebagaiahli-waris dalam harta-penin ggalan ayah atau mak; dan baglmendiang aqrabfin, Allah mdngadakan mawaf s6bagai ahli-warisdalam harta peninggalan sesama aqrab-unnya".

Jika kaliryat panjang ini dipendekkan maka ta boleh ber-bunyitL,,Bagi mendiang anak dan bagi mendiang keluarga dekat

29

Page 38: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

Ailah lnengadakan mawbfl bagi harta peninggalan orang-tua clan' kelu arga dekat". Kalimat ini pendek tetapi kurang jelas dan dapatmengacaukan. Jika dibikin lebih pendek lagi maka ia akan lebihjelas dan tidak akan mengacaukan, yaitui .,,Bagi betiap orangAllah mengada\an mawali bagi harta penin! galan orang-tua dankeluarga dekat". Kalimat sangat pendek ini tidak akan mengaqau-kan jika'orang langsung berpikir mentrrut hubungan bertimbalandalam setiap istilah kekelu argaan yakni jika si-pevraris orang-tua ,

nraka hubungan beitimbalan yang langsultg bagi istilah itu ialahanak, dart jika si-pewaris keluarga cJeliat, maka hr"rbungan ber-timbalan yang langsung bagi istilah itu ialah lieltrurgd clclial pula,umpama saudaru sebagai pewaris.tinrbalannya sauclaio bula, tetapidisini ,.bukan anak itu atau saudara itu y'ang menjadi ahli waris,

. tetapi mawilinya, sehingga anak atau sauclara itu mesti telah matiterlebih dahulu dari si-pewaris, sebab jika anak atau saudara iturnasih hidup maka dia sendiri menjadi ahli-waris, sehin gga Allahtidak rnengadakan lagi ahli-waris yang lain '

Apa maksudnya Allah nrengadakan nrawili ,,Lultuk si Fulln",sedangkan si Fulan sudah rnati dan karena itu ticlak .acla iagiberkeb.utuhan mendapat hartabunia, jadi juga tidak berkebutuh-an untuk mbnjadi ahli-waris, umpamanya bagi alyah atau mak-nya. ,

Saya berpendapat bahwa 'maksud ,,nteigaclalwn ,n'utwatlurttuk si FufAn" itu ialah bahwa^ bagian si Fulin , yzn1 akandiperolehnya, seandainya dit hidup, dari harta peninggalan itu,dibagi-bagikan kepada maw-alinya itu, bukan seb agai ahli-warisnyatetapi sebagai ahli-waris ahli-waril bagi'maknya atau ayahnyayang meninggalkan harta itu.

Y,ang digambarkan itu mungkin keadaan seorang ayah itaurna\ yang diwarisi oleh anak-anaknya bersama-sama dengan ma-wili bagi anak-anaknya yang telah mati terlebih dahulu. Pengerti-an selanjutnya ialah mungkin pula jika ayah atau mak itu diwarisihanya oleh mawhf untuk anak-anakny a {ang serhuanfa telah matiterlebih dahulu ,

Contoh yang kita berikan terhadap ayah atau mak sebagaipewaris, dapat diperluas dengan .lain{ain pewaris' dari kalanganaqrabirn, umnalnanya sau dara diwarisi oleti saud ara bersanw-sTtnxqdengan maw-ali bagt saudara-saudara yang telah mati terlebihdalrulu , atau hariya oleh mawili bagi saudara-sau dara saja,

30

Page 39: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

demikial pula dapat diperluas dengan seseorang yang mati punahdengan tidak ada pula saudara atau keturunan saudara sebagaiahli-waris, maka dia d(warisi oleh mawhli.bagi orang-tuanya jikaorang-tuanya. itU telah mati pula terlebih dahulir.

,t'" -S 3. Siapakah presis yang disebut'mawaf bagi seseoiang itu?

Untr-rk me.ryawab ini kifi hanya dapat berpegang kepacla duapatokan: , ' '

per tanta, dengan,mengecualikan hubungan antara suami danisteri, hubungan 'antara keluarga orang-tua-angkat dan anak-angkat(hal 37)dan hubungan antara tolan seperjanfian (hal 38), makaQunl-an .hpnya' rneletakkan .ikatan kewarisan antara orang-orangyang sepertalian darah. Sebigai tegoran dari Allah dalam urusanini ialah pernyataan-Nya dalam XXXIII: 4 bah'tua isteri ydngdiZihar bukanlah mak, daru anak apgkat br.rkanlah anak, sehinggatidak .aba pertalian kewarisan antara peremplran yang dizihar itudengan misalnya saud ara pihak mak bekas lakirlVa itu; demikianju.ga misalnya antdra ayah.gngkat dengan anak angkatnya; . .' keciua, bahwa istilah'ja'ala itu mengandung arti penciptaandari. tiada kepada ada, disamping istilah khalaqa, yang prosedur-nya selalu menurut macam ,,Kun fa yakitn" dalam XXXVI: 86,dan buk'an menurut prosedur- hukum seperti mendirikan waqf.Dalam hubungan ini dapqt diambil arti.ja'ala itu dari XXXIII: 4yang maksudnya: Atl?h

-tidak mengadakan dua, jantungtdalam

ttrbuh rhanusia, tidak pula mengadakan mak' bagimu dariperempuan yahg telah engkatl Zih?rr-kan dan tidak pula mengada-kan anak bagimu secara- mengangkat anak,- tidak, sebab Alldhhahya menQiptakan sebuah jantung s111 untuk setiap tubuh, danrn.triodikan'

'r.orang perempuan menJadi 'mak bigirnu secara

melahirkan kamu dari perempuan itu dan menjadikan ailakbagimr"r secara melahirkan dari bibitmu.

. Nyatalah bahwa Ja'ala di lapangan kewarisan ini hanyamungkin berarti mengadakan 'dengan cara kelahiran, sehinggaada hubungan liekeluargaan antar{yang diadakan dengan pihak +

asal kgttrrunannya dan sebaliknya. Hubungan seseorang yangtelah mati dengan mawhfi-nya mungkin hubungan kedarahanke garis bawah, atau ke garis sisi atau ke garis atas, umpamanyaada kemungkinan bagi orang-tua pihak ayah atau pihak makuntuk menjadi maw-ali bagi ayah atau mak si-mati, jika ayah atau

3l

Page 40: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

.'. 1

), :......1.,

,lt'.';ii.i r.

ii{li:{ i:

; ilr'i1r, .

il''.ilr.l,Q r.', t

iii

rii,t,.1

"iI| 3r

.'i i

i!;,.Jll''

'';t' .

:'lr'r,liI l.,l

iti :

.l'.,,ri

'lt .rl'r!

,l i ,

'inak itu telah mati pula terdahulu dari anaknya yang meninggal:kan hana*itu. Lain iontoh' seorang pewaris aiwarisi otetr mawafsaudaranya yang mati terlebih dahulu; seorang pewaris diwarisioleh keturunan mendiang anaknya.

Dengan demikian maka nyatalah pula bahwa mawali itrladalah ahli waris karend penggantian, yaitu orang-orang J,angmenjadi ahli-waris karerw tidak ada lagi penghttbung-aitam

"merekn dengan si-pewaris. Ahli-waris lainnya yang bukan mawiliialah 'ahli-lvaris

lcarena tidak ada penghubung antara dia dengansi'pewarts, seperti anak yang langsung menjadi ahli-waris bagi

- ayghnya atau maknya atau sebaliknya. Dengan demikian nyatalahpula (lihat bab* V n g l ) bahwa mawa-li itu juga termasukpengertian aqrabirn. Maka berartilah irlir.ilqurbi seseorang yangada pertaliam darah dengan si-pewaris tetapi masih ada peng-hubungnya yang masih hidup dengan si-pewaris, setringga Oiatidak berhak mewaris.

Dengan'ini saya mengharap bahwa saya telah membuktikan,bahwa Qur'-an mengenal garis pokok penggantian yaitu dalamIV: 33 itu. .. Jikd kita pergunakan kembali sebagai illustrasi gambar diatastaAi (nU. 20) maka P meninggalkan dui macam ahli-waris, yaitua, b, dan c sebagai anak yang menurut penjenisan sayadisebutdtgwit-'lqar-abat (bab IV S 4), selanjutnya beberapa orang aqrabrjnselagai ahli-waris yang disebut mawali, yakni e, g, i: k, o, p,menurut perincian sebagai berikut: e. dan k adalah mawili bagiseorang mendiang anak laki-laki pewaris', g, o, dan p adalahmawalibagi seorang mendiang anak perempuan pewaris, i adalahsatu-satunya rnaw-ali bagi seorang, mendiang anak perempuanpewaris.

Harap fiperhatikan bahwa kita berbicara itu menurut sistimkewarisan individuil bilateral !

Yang termasuk jenis ulu-'lqurba dalam gambar tersebutialah : d, i, I l, m, n dan h.

Menurut konsekwensi ajaran . saya, maka bagian-bagianuntuk ahli-waris ahli-waris si P itu adalah sebagai berikut: anak-anak sebagai ahli-waris ada satu orang anak peremp.ratt dan duaorang anak laki-laki. Mendiang anak-anak yang ada maw-ali.

.i baginya adalah dua orang anak perempuan dan satu orang anak

. . laki-laki, maka jumlah jurai adalah enam yaitu dua jurai dari

32

Page 41: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

mendiang anak-anak perempLlan, satu jurai dari mendiang anaklaki-laki, dua jurai dari anak-anak laki-laki yang masih hidup dansatu jurai clari anak perempuan yang masih hidup. Pembagiansecara Qur'-an IV: I I a, b, c, kepada anak, di dalam bandingananak laki-laki mendapat dua kali sebanyak anak perempuan,menghasilkan pembagian bagi dzaw-u-'lq arhbat a I19, b 219, c 219,dan basr mawhli- i l19, e 4127 (213 x 219),k 2127 (l13 x2l9 ) ,

s ll27 (r13 x ll9), o 2l8l (l/3 x 213 x 119) dan p 4181, jumlah l.Inilah yang saya maKsucl pembagian menurut kedudukan

alrli-waris dalam jurainya.

S 4. Cara pembagian yang dibentangkan dalam S 3 itu sangatberbeda dengan cara yang diikuti oleh Ahlu-'l-Sunnah, dirnanaa ak?rn mendapat | 15, b 2lS dan c 215, sedangkan i, e, ld, g, o, danp niltil. Paham yarlg rnereka anut bahwa cucu kelahiran dari anaklaki-laki tidak berhak mewaris bila masih ada anak laki-laki ikr.rtserta sebagai ahli-waris dan bahwa datuk dapat bersama-samamewaris dengan salrdara si-pewaris menunjukkan bahwa tafsiranntereka mengenai IV: I I lt adalah sangat dipengaruhi oleh alamfikiran nlasyarakat patrilineal. Bagi ayat tersebut yang berbunyi:..ebe'ukum wa abni'ukum la tadr-una ayyuhum aqrabu lakumnaf'an" lnemang dapat clitafsirkan secara patrilineal, tetapi jikakita telah menginsyafi bahwa Qur'hn menuju kepada masyarakatyans bilate'ral nraka kita juga akan waspada mengenai artiaba'ukum dan abrri'ukum yang menurut Qur'-an tidak perlulranya bcrarti ,,u),alra.t,ah liatnu" dan ,anaktnalt laki-laki kamu"tetapi rnungkin juga berarti ..csrong-tua kanlu" (atau ,,oyah dantnektttlt") clan .anal;-anak kantu laki-laki cJan perempudn".Dengan ntelihat saja akan tempatnya bagian ayat tersebtrt dalamkeselttnlhan ayat IV : I 1, clirnana disebut ,,fi ctv,ladikunt" (laki-laki dan perenrprtan)., ,,rr,(J li abuv,ailti" (ayah dan rnak) ) ,,x,Av'urilltaltu abawohu" (ayah clan nrak), maka telah dengan sendiri-ltya pikiran ditujukan kepada urllsan lrlengenai ayah clan rnakdan scnlrra jcnis ilnak.

Jika bcnar bagian ayat tersebut hanya mengenai huburnganantara si-pewaris clengan ayahnya dan anak laki-lakinya saja, makakebenaran itr-r tidak ternyata dari isi seluruh ayat I I tersebut,yang malahannya membicarakan hubungan si-pewaris dengan

33

Page 42: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

bagaimana isi dan susunan perikutan kelompok-kelornpok ke-trtamaannya.

Adanya semacam garis pokok k'eutamaan dalam Qur'5ndafat langsung diuraikan dari ayat-ayat kervarisannya, meskipunbentuknya tidak serupa dengan garis pokok ker.rtamaan yang kitakenal dalarn sistim kewarisarr yang individuil clalam rnasyarakatyang bilateral di-lndonesia

Ada dua hal yang pada langkah pertarma harus diatasi yaitupertatna bahwa Qur'in menernpatkan anak si-pewaris setarafdengan orang-tuanya seb agai ahli-waris atas dasar keteranganyang diberikan oleh Qur'in sendiri dalam IV : 1 I lt : dbd ukumwa abni'ukum h tadrhna ayyuhum aqrabu lakum naf'an, dankedua ialah bahwa Qur'in memlrerikan kepada sebagiart ahli-wa-ris itu bagian pasti yang angkanya tetap tidak berobah menurutpasangan-pasangan khusLrsnya, ahli-waris mana juga kita sangatsetuju dinamakan dz.awl-'lfara'i{, yang bagian-bagiarlnya di-keluarkan dari sisa bcsar, yaitu setelah dari harta peninggalandibayarkan wasiat dan hutarrg-hutang termasuk ongkos kematian,sedangkan kepada ahli-waris ahli-waris lainnya Qur'in memberi-kan bagian terbuka, artinya bagian yang dapat berobah-obahbanyaknya tergantung pada caslrsnya, yaitu diarnbilkan dari sisakecil yakni setelah dari harta peninggalan dibayarkan wasiathutang-hutang, tennaspk ongkos kematian, dan - bagian-bagianfara'id. ,

UntLk kepentingarruraian kita, baiklah clisingkirkan dahulusenrua clzaw-u-'lfar-a'i{, sebab mereka selalr-r rnewaris, sehinggatinggal lagi ahli-waris ahli-waris yang saya sebut clzawu-'lqar-abat.Mereka ialah: analc laki-lalci, clemilcian pun anak perempuett )'angcligandertgi ctleh arrul; Ialci-laki (IV :lla), ayalt, .iika si-mati tidakberketurunan (lV: l 1c , f dan menurut'paharn saya juga IV:72,lihat bab VII tentang kalalah) , satrclara lal;i-laki clemikian punsauclura perentpuan yang bergartclengan cle ngart saudara .loki-lakijika si-mati tidak berketurunan dan tidak berayah lagi. (lV :17 6(t , a).

Dari perincian tersebut, yang perturutannya persis sepertidijunrpai dalam Qur'an, kita lihat, bahwa Qur'an menguruspc'rt(nna-tanm harta peninggalan seseorang yang mati meninggal-kan anak (keturunan) sebagai ahli-warisnys,jadi yang mati adalahayah atau mak : kedua harta peninggalan' seseorang yang mati

35

Page 43: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

tidak meninggalkan dnak (keturunan) tetapi ada lneningggalkanayah sebagai ahli-warisny&, jadi yang rnati adalah anak; ketigaharta peninggalan seorang saudara, ying mati tidak beranak(ketttrunan) dan tidak berayah tetapi ada meninggalkan saudara.

Jadi jika kita lihat bahwa ayah dan anak saling mewarisi, de-mikian juga saudara-saudara saling mewarisi. Selanjutnya bahwaayah barulah dapat mewarisi anaknya jika anak itu tidak ber-keturunan, sehingga disini terselip prinsip bahwd anak (keturun-an) sebagai ahli-waris menlpunyai keutamaan yang lebih tinggidari pada ayah sebagai ahli-waris, selanjutnya bahwa saudarasebagai ahli-waris mempunyai keutamaan yang lebih rendahsesudah ayah, yaitu manakala ayah tidak ada barulah saudaramenda pat giliran, IV : 17 6 c , e . Maka periku tan keutam aan ialah :

pertanru atnk, kedtta a)talt, ke tiga sauclara, presis seperti per-turutan ayat-ayat yang bersangkutan, sehingga terbukti bahwaQqr'dn itu berpikir menuntt sesuatu garis pokok keutamaan yangberpokok pangkal kepada perikutan anak, ayah dan saudara,presis menurut perikutan pokok pangkal pengertian keutamaanyang kita jumpai dalam sistim individuil yang bilateral, sebabanak yang dimaksud ialah kedua jenis anak, ayah yang dimaksudsebenarnya segandengan dengan ibu yang kita singkirkan semen-tara 'karena ia selalu berhak fara'i{, sedangkan saudara yangdimaksud ialah saudara dalam semua jenisnya. Dihubungkandengan adanya. mawili untuk semua mendiang anak dan semuamendiang saudara, yang mati meninggalkan jurai (IV : 33 a),maka dapatlah kita rekonstruksikan prinsip keutainaan yan g adadalam Qur'In itu seperti berikut :

Kelompok keutam aan pertama ialah anak-anak besertakelurunannya; kelompok keutamaan kedua ialah orang-tua dankelompok'keutamaan ketiga ialah saudara beserta keturunannya.Kelompok keutamaan keempat yaitu untuk peristiwa dimana si-mati tidak berketurun&n, tidak berorang-tua dan tidak pula ber-sauddra atau keturunan saudara dapat kembali dengan bantuanIV : 33 a kita rekonstruksikan yakni : kelompok keutamaankeempat ialah mawdli untuk orang-tua, yakni orang-tua dariorang-tua, selanjutnya jurai mereka ini pada garis sisi kedua,berikutnya orang-tua dari orang-tua dari orang-tua, seterusnyagaris sisi ketiga dan begitu seterusnya. '

36

b.

Page 44: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

Menurut perincian keutamaan yang tersebut itu, makasekali-kali tidak mungkin dapat bersama-sama mewaris orang-orang dari kelompok-kelompok keutamaan yang berbeda-beda,sebab tertutup kelompok keutamaan yang lebih rendah olehkelompok keutamaan yang lebih tinggi. Akan tetapi oleh karenaQur'd'n seperti telah disebutkan mengenal pula sistim far6'i{sehingga ada dzawD-'lfarE'i{ yang mesti selalu ikut diperhitung-kan dalam berbagi harta, seperti ibu, duda dan janda. ditambahlagr dengan pernyataan Qur'dn IV : 11 h, tentang hubunganaqrab antara seseorang dengan anaknya dan orang-tuanya, nrakarperumusan mengenai kelompok-kelompok keutamaan itu men-dapat perobahan penyesuaian, yakni sebagai berikut : '

l. keutamaan pertama :

a) anak-anak, laki-laki dan perempuan, atau sebagaidzawil-'lfard'id atau sebagai dzawil-'lqarEbat, besertamawdfi bagi mendiang-mendiang unak laki-laki clanperempuan (IV : 11 a, b, c jo. IV : 33 a) ;'

b ) orang-tua (ayah dan mak) sebaghi dzawti-'lfarE'id

fix.; ilit f uou sebagai dzawu--'rrara'id (rv : t2),2. keutamaan kedua :

a) saudara, laki-laki dan perempuan, atau sebagai dzawil-'lfara'id atau sebagai dzawfi-'lqarEbat, beserta mawalibagi mendiang-mendiang saudara laki-laki dan perem-puan dalarn' hal kalilah IV : I 2 f dan IV : 17 6 jo.IV : 33 a '

b) mak sebagad aruwii-'lfarElid (IV : I I f jo. IV : 12 f, gdan IV.: fi6);

c) ayah sebagai dzawu--'lqardbat dalam hal kalalah IV : 12f, g;

,d) janda atau dudi seb agai dzaw[-'lfard'id (IV : l2).3. keutamaan ketiga: r

a. mak sebagai dzawE-'lfar-f id (IV : I I e) ;

b. ayah sebagai dzawfi-'lqarEbat (IV : I I e) ;

c. janda atau duda sebagai dzaufr-llfarE'i{ (IV : l2).4. Keutamaan keempat :

a. janda atau duda sebagai dzauff-'lfartr"id (IV : 12) ;

b. mawdli untuk mak (IV : I I e) ;

c. mawali untuk ayah (IV : I I e).

37

Page 45: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

S- 6. Dari 'perumusan lielompok keutamaan seperti iersebutdalam $ 5 terny ata bahwa bagi mak dan ayah dalam keutamaanpertama, kedua dan ketiga, demikian pula bagi janda dan dudadalam semua keutamaan, tidak diadakan mawEll atas alasanberikut.

Untuk mendiirng ayah atau mendiang mak tidak diadakanmawEli,,karena : .-

1. dahm keutamaan pertama, jilg bagi meqdiqng ayah ataumendiang mak, diadakan mawEli, maka mawEli itu juga akan

' terdiri dari anak-anak atau keturunan mereka, sedangkan' keturunan mereka itu telah diikutkan sebagai ahli-waris' dalam huruf a, sedangkan keturunan mereka yang selainny4yaitu saudara si-pewaris atau keturunan saudara si-pewaris,telah dimasukkan ke dalam keutarnaan kedua, berhubungdengan urusan kaElah;

2. dalarn keutamaan kedua* jika bagi mendiang mak clalamkalElah IV_ : 12 f, g ltaq IV : 17 6 dan bagi _mendiang ay4dalam kal{lah IV : lZ f, g diadakan nrawdli, maka mawdli

.r itu akan terdiri juga dari anak-anak mereka atau keturunanmereka, yakni . saudara-sau dara dan keturunan saudara-sau dara si-pewaris, yang telah diikutkan juga sebagai ahli-waris dalam hurut a.

3. dalam keutamaan.ketiga: ayah dan mqk bagi si-pewaris ada-lah setaraf dalam naf'an dengan anak menurut ajaran Qur'dnsendiri (IV : I I h); maka karena itr,r untuk mak yang matipunah sedangtdn ayah masih hidup, demikian juga untukayah yang inati. punah sedangkan ibu masih hidup tidakperlu... lagi diadakan maw6li, sebagaimana_juga untuk anakyang mati punah tidak diadakan mawdli, jika masih adaanak yang lain.atau ketunrnannya. 'Jika semua anak matipu4ah maka ahli-wads berikutnya ialah orang-tua si-pewaris.Dernikian juga bilam ana kedua orang-tua mati ptinah, rnakaahli-waris berikutnya ialah orang-tua dari orang-tua, danmereka ini sebagai. mawali telah mendapat ternpat dalam

, ketrtamaan keempat. /Unttik duda atau janda, absolut tidak mungkin diadakan

mawdll oleh karena duda atlu janda itu baru ada dengan tnatiny'asi-pewaris, dan tidak mungkin ada sebelttnl nuttin.va si-pe-rvaris.

38

tE.

Page 46: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

'l

Untuk m,g,mperoleh mawdfl mestilah orang telah ada dan teilahntati sebfium sipewaris, maka istilah ;;mendiang dua" atau,,niendianftjanda" adalah dalam hubungan kewarisan ini istilah-istilah yang sungguh-sungguh nonsense, non-existent. Jika adajtrga istilah-istilah tbrsebut' maka .maksudnya ,,ada orang yangtelah'mati seb,agat duda ata|u ian'Qa", seduttgLun dulurn lapangankewarisan ini orang-mati sebagai isteri atau suami dan karena ituada ducla atau ianda baginya. 'Iika si Fuldn mati setelah kawanhiclupnya si Anu mati terlebih dahulu, maka.si Fulfn itulah sen-diri yang mati sebagai duda atau janda si Anu. Mungkin jugasi Ful[n itu mati sebagaijanda atau duda si Anu dengan mening-galkan janda atau duda, tetapi janda atau duda si Fuldn iniItidup dan bertiltdak iebagai ahli vts,risnya, sedangkan mawalidibutuhkan bagi orang yang mati terlebih dahulu dari si Ful6n.Si Anu memang mati sebelum si Fr-rl6n tetapi si Anu mati sebagaiisteri atau suami si Ful?n dan bukan sebagai duda atau jandania.

S 7. Selanjutnya teriihat dalam sistim keutamaan yang dianutdalam karangan ini, bahw a ada mawafi juga untuk dzawu-'lfar-a'i{yaitu dalam keutamaan pertama huruf a untuk anak perempuan(IV : 1 I b, c), dalam keutamaan kedua huruf a untuk saudaraperernpuan (IV : I 7 6 b, d) 'dan untuk saud ara laki-laki dansaud ara perempllan (IV : 1 2 f , g); dalam keutamaan keempathuruf b untuk mak (IV : I 1 e). Dengan adanya mawdli untukdzaw[-'lfard'id itu, maka mawdlT itu tidalc pula menjadi dzawrt-'lfar7i/, sehin gga bagian yang diterima oleh mawdli itu jugabukan bagian sebagai farE'id, cuma rnereka berbagi dalam satujumlah sebesai jumlah untuk fard'id mendiang yan_g bersangkutan,seperti ,juga halnya jika mereka menjadi maw?li untuk dzawil-'lqarepat mereka berbagi dalam satu jumlah sebesar iumlah untukbagiSn nrendiang yang bersangkutan. Mawali yang sama keduduk-annya dalam jurai yang bersangkutan berbagi antata merekamenurLrt prinsip ,,laki-laki mendapat sebanyak clua kali bagianperempuan", scdangkan sama-sama laki-laki atau sama-samaperempuan berbagi sama-rata, yakni prinsip ygng dijumpai dalamIV : I I a bagi anak juga berlaku bagi mawdli untuk anak; yangdijumpai dalam lV : l7 6 e bagi saudara juga berlaku bagi mawEfi

.'-untuk saudara yang clijumpai dalam IV : I I e bagi ibu sepertiga,juga berlaku bagi mawdlT untuk ibu, sehin gga ayah dan mak dariibu itu mend apat bersanla-sama sepertiga sedangkan sisanya

39

Page 47: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

diperoleh bersama-sama oleh mawdli untuk ayah, yaitu ayah danmak dari ayah, atas prinsip mana maka juga antara ayah.dan makpihak ibu atau pihak ayah itu akan berbagi menurut bandingansepertiga untuk yangperempuan dan sisanya untuk y11ng laki-laki,dan demikianlah seterusnya cara bagian untuk mawd'li berikutnyayakni ke garis sisi kedua antara saudara ayah atau mak, makasaudara laki-laki mendapat dua kali sebanyak bagian saudaraperempuan, sesudah itu setingkat lagi ke atas kepdda poyang-poyang ( ayah-dan-mak dari datukdan-nenek pihak ayah di satupihak dan ayah-dan-rnak dari datuk-dan-nenek pihak ibu di lainpihak), sesudah itu ke garis sisi_ ketiga dan sebagainya.

Ringkasnya: semua mawdfi berbagi antara mereka jumlah

bagian oiung untuk siapa'mereka menjadi mawEfi dengan meng-indahkan kedudukan mereka masing-masing dalam jurai danselanju tnya atas dasar kesam aan kedudukan maka laki-laki danperempuan berbagi dalam ban dingan 2 r I , sama-sama perempuanatau sama-sama laki-laki birbagi sama rata dan jika mawiliitu tunggal maka ia mendapat seluruhnya. Perhatikanlah lagicontoh yang diberikan pada pagina 30.

Dibawah ini diberikan pula contoh pembagian untuk mawifibagi ayah atau mak.

rl

o___-l__= A

P mati meninggalkan du-da (D), orang-tua pihakayah (A) dan orang-tuapihak mak (M).Pembagian ialah:D-l12; MA+MM=l13;AA + AM = ll0.Maka:MA = 213 x l!3;

MM = ll3 x ll3;AA = 2ll x 116;AM = lll x 116:

P mati tidak meninggal-kan janda atau duda:MA= 213 x ll3;MM= ll3 x ll3;AA= 213 x 213;ffi= ll3 x 213.

AA A1,I MA MI,I0-6 O-'--Att

AA Ai'l I'lA t'l ]'13--a J--

Irl

I=OPD

O-A

40

!b-

Page 48: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

AAO:-AAr'lo-..=-_AA lpll

' Alrl 1{A::! l3=-l

!1!-:n ril.

M- = 3i3AA = nihilAM = :lihil

MAAMa

b

213 x t 13;I 13 x 213:r14xtlz x r13,t12xtlt x t13:r14x l/3 x l13:213 x 213.

c

d

.l = ll+,f=2l3xll3:d r 2l3xl!3xll3;i = ll3illlxli3:Y, a. t), = nihilc = llZxlllx5,ll2;e = 2l3xll3x5ll2;s= 2ll x 213 x 213x5 ll2;tu= | 13 x 2lZ x 2lZxS ltZk = tl3x2l3xSltz

S 8. Istilah nlowali itu selain clalam IV: 33, juga drjumpaidalam XXXIII: 5 b, yang bunyinya:',,f'a illam ta'lamU aba'ahumfa ikhwinukum fiiddlni wa mawilikum". Dalam XXXIII: 4 yangmendahului ayat tersebut, Qur'in menghapuskan hr;kum adattentang pengangkatan anak yang berakibatkan bahwa anakangkat itu menjadi ahli-waris bagi si-pengairg&at. ,Bagi masyarakat'Arab yang mengangkat itu selalu laki-lalii dan anak angkatitupun selalu' laki{aki, sebab anak perennpuan tidak dapatjadi pgnghubung keturunan di dalarn'u-sbah yang patrilineal itu.Di dalam masyarakat , yang bukan patrilineal, ,anak angkat itumungkin anai< perempuan,, mungkin anaB,laki-taki, seperti dalammasy4rakat bilateral, atau murlgkirl''anak pepmpuan saja sepertidalam masyaraka! yang matrilineal. Kardna itu orang darikebudayaan '.'Arab akhn" me.mdhamkan kata abnTi"akum dalam

4t

Page 49: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

XXXIII: 4 .,,w& ura ja'ala ad'iyi'akum abni'akum" dalam arti,,dan (Alleh) tidak menjadikan anak-anak angkatmu anal;-anuklaki-laki bagimu" ' sehingga pengertian anak angkat itu akanterbatas pada anak laki-laki saja. Qur'an bukan diturunkan untukorang 'Arab saja tetapi juga unttrk keperluan orang Minangka-kabau (matrilineal) darl orang Jalva (bilateral) dan unttrk lain-lainpiltak di seluruh dunia ini. Maka tidak mungkin Allalt yangmengenal selurnthnya akan membatasi perkataanNya hanya Lragi

orang-orang yang ber-clan patrilineal saja. Karena itu rnaka

,,abni'akum" pasti artinya ,,anakmu", tidak perdu li apakahanak itu anak laki-laki atau anak perempuan. Kesimpulan yangsama mengenai arti abrrZt' telah pula dibcrikan dalant E 4. AllZrltjuga menlakai istilah ikltwdrtttkutn dalarn XXXIII: 5 h, kata marla

sanra artinya dengan ikhwatukunt, sedangkan ikhrvatull llletlurtttIV: ll 6 e tegas artinya saudara laki-laki dan saudara pcrclltpLlatl:

,,ikhwatan rijalan wa nish'an". Jika tidak ada penjelasatr Allahdemikian itu maka orang Minangkabau atau orang Jawa masihboleh nlengangkat anak perempuan untuk dijadikan ahli-warisbikinan, suatu hal yang merupakan anomali terhadap kemauanAllah.

Jika Alleh menghapuskan hukunr adat maka acapkalidiberikanNya sernacanl dispensasi, yakni clalam hubungan pelikyang bersangkut-paut dengan hidup kepribadian, nrisalnya sebut-an ,,iilA mh qod salafa" dalam IV: 22, 23, untuk nrembiarkanp€rkawinan yang sudah terlanjur.

Juga mengenai mengangkat anak itu, yang sudah terlanjurkejadian, sedangkan orang-tua anak itu tidak lagi diketahui,Qur'bn memberikan dispensasi terbatas dengan cuma mengakuihak anak angkat itu sebagai tnaw:alibagi orang-tua angkatnya.dengan pengertian bahwa anak angkat itu tidak boleh lagidipanggil anak, tetapi hanya boleh dipanggil sar tdara (ikhw-anu-kum fi'ddin). Sekarang timbul soal dalam kelornpok keutamaatrnranakah anak angkat itu harus ditempatkan. Apapun jugakelompok keutamaanny&, saya berpendapat bahwa anak angkatyang dirnaksud itu hanya mungkin melakukan haknya kalau atasdasar pertalian darah ticlak ada seorang mawili-pun bagi orang-tuaangkatnya itu. Dalam hal ini orang-tua angkat itu bukan pervoris,tetapi orang yang mungkin menjadi ahli-waris jika seandainya iamasih hidup waktu membagi sesuatu harta peninggalan itu.

42

Page 50: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

Karena itu maka kelompok keutamaan tempat anak angkat itutergantyng kepada hubungan kekeluargaal antara seseorangpewaris itu dengan mendiang orang-tua angkat itu, yaitu pada

kelompok pertama jika si-pewaris adalah orang-tua bagi mendiangorang-tua angkat ittr, pada kelompok kedua jika si-pewaris itusaudara'bagi mendiang orang-tua angkat itu"dan pada kelompokkeempat jika si-pewaris itu adalah anak bagi mendiang orang-tuaangkat itu.

Selanjutnya harus ditegaskan bahwa ketelanjuran mengang-kat anak itu, bagi masa kita sekar?ng, hanya dapat diakui baglorang yang se telah melakukan pengangkatan anak itu memelukagama Islam

S g. Maw-ali sebagai akibat dari p.eljanjian pertolalan yang

climaksud dalam IV: 33 b akan : timbul bila si 'Ali sebagaipemelihara bagi si 'Abbis, yalg.m.enjanjikan seluruh atau sebagi-

an dari harta peninggalannya untuk si 'AIi, mati terlebih dahuludari 'Abbas. Menurut hukum 'p9rj.u.njian hak dan kewajibanseseorang yang nrengikat janji-aka.n berpindah kepada ahli-waris-nya pada saat kematiannya.

Mengenai perjanjian pertolanan itur dapat dirasakan bahwilmungkin timbr-rl persoalan apakah hukum'perjanjian yang tli-maksucl juga akan berlaku sepenuhtrya, dimana perjanjian pel'-

tolanan yang dimaksud ada mernpunyai segi kepribadian yang

beEtu rapat, sehingga orang dapat mentafsirkan bahwa denganntatinya si 'Ali terlebih dahulu dari si 'Abbis, perjanjian.pertolanan alttara mereka itu dengan sendirinya akan hilang pulake kuratann! 8;

Dengan adanya ketetapan dalam Qur'an itu maka persoalan

atau keragll-raguan tersebut,.menjadi lenyap, sehin gga walaupunsi'Ali yang mati terlebih dahulu dan bukan si'Abbis, si'Abbisini tetip terikat terhadap ahli-waris si 'Alf, yang sebaliknyasebagai : timbalannya befkewajiban meneruskan pemeliharaanyilng _,selama ini menjadi kewajihal bagr si 'Ali. Maka ahli-warissi 'Ali yang berkewajiban demikian itu dan berhak pada matinyasi 'Abbis menerim'a harta peninggalan'si 'Abbis itu,'dinamakanoleh Qur'ln mawbli untuk si 'Ali terhadap harta peninggalansi 'Abbhs. Menurut pendapat saya si 'Abbhs yang mengikatlrcrjarnjian pertolanan itu haruslah seseorang yang tidak merfi-

i-'

Page 51: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

punyai Ulil-'lEr[ram seorangpun lag .dan jika ada Dlil:'larh-ambaginya 'maka perjanjian pertolanan tersebut tidak boleh ine-lampaui sepertiga dari harta peninggalannya, yakni juga ber-pedoman kepada hukum wgsiyyat.

Patut dicatat disini bahwa juga hukum adat di-Indonesiaini mengenal bentuk perjanjian pertolanan itu, seperti di Minahaga(ngaranan) dan di Bali (rnakehidang raga). Sungguh maha tatruAlhh itu !

S 10. Dalam sistim keutamaan ,seperti diuraikan dalam ka-raiigan ini, tidak ada kemungkinannya untuk menjadikan ayatldari ayah atau mak dari ayah atau mak dari mak menjadi dzawtr-'lfari'ifl. Demikian juga tidak ada kemungkinan untuk menjadi-kan cucu perempuan menjadi dzawlr-'lfari'i{ seperti dilakukandalam sistim Ahlu-'l-Sunnah. Demikian pula tidak ada ke-mungkinan untuk memberikan tempat istimewa kepada datukdi samping saudara, seperti dalam sistim Ahlu-'l-Sunnah danSyi'ah.

.t

44

Page 52: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

VI. SISA BAGI.

S 1. Tentang keutam aan dalam membayarkan sesuatuny*a dariharta peninggalan, Qur'-an menghendaki supaya terlebih dahuludikeluarkan wa3iyyat, yang menurut ketetapan Rashl, tidak bolehmelampaui dari | 1.3 dari jumlah harta peninggalan, sesudah ituhutang-hutang si-mati (termasuk hutang kematiannya), makatinggalah lagi sisa besar dan dari sisa besar ini dikeluarkanlahsesudah itu bagian-bagian fari'id dan jika masih ada sisa, slsakecil, maka sisa kecil inilah untuk mereka yang saya namakandzawlr-'lqaribat, yang mungkin tidak akan mendapat apa-apa.Jika seorang dzawirl-'qaribat tidak mendapat apa-apa maka ju-

-.:ga mawilinya tidak akan mendapat apa-apa. Saya berpendapatbahwa manusia tidak boleh mencari akal-akal untuk lebihmengllntungkan dzaw-u:qar-abat itu dalam pembagian harta,sebab dengan demikian kita mengganggu nasib yangtelah ditentu-kan Allah bagi mereka dengan menrgikan pihak lain. Berhtrbungdengan hal ini maka praktek Khalifah 'UMAR tidak dipakaidalanr sistirn yang diuraikan disini, yakni janda atau dr"rda dengantidak seizin ibu si-mati tidak akan diberikan prioriteit mendapatfari'id terdahulu dari pada ibu si-rnati dalam hal si-mati tidakt'rerketurunan, sebab perbuatan tersebut merllgikan ibu itu dannrenguntungkan ayah si-mati sebagai dzawir-'lqarabat

S 2. Ada kemungkinan bahwa jumlah fara'i$ itu lebih dariangka l. Dzawir-'lfara'id dapat.dijumpai dalam semLla kelompokkeutamaan. Dalam kelompok keutamaan pertama dan kedua itusajalah jr-rmlah semua fara'iQ itur mungkin melampaui angka l.Karena Qr"rr'hn tidak memberikan prioriteit diantara sesamadzawu-'lfarh'ir,l, maka sangatlah genial ketetapan Khalifah'Afiylurg nrenterirttahkan 'uwl antara ntereka itu. Misalnya: ahli-warisialalt seorang anak perempuan, ayoh, mak dan duda, yangfari'idrya berturutan ialah ll2+ ll6 + ll6 + ll4 = 13l12, makajumlah tersebut dibulatkan menjadi 13 I 13, yaitu untuk anakperempuan 61 13, ayah dan mak masing-nlasing 2ll3 dan dud a3 I 13.

S 3. Ada kemungkinan bahwa clzawil-'lqarabat ticlak men-clapat apa-apa. Dzawil-'lqardbat Aijumpai dalam lcelompok ke-

45

Page 53: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

utamaan pertama, kcdua dan ketiga, dan dalam kelompok ke-utamaan kedua itulah saja, yakni dalam hal kalalah IV : 12 f, adakenrungkinan ayah sebagat dzawtr-'lqarEbat tidak mendapat apa-&p&, yaitu jika ada si-mati mempunyai lebih dari seorang saurd arayang berhak fara'i{ itu, bersama-sarna dengan durda dan 'nak.Kemungkinan tersebut tidak ada dalam sistim Ahlu-'l-Sunnahsebab dalam sistirn tersebut juga bagi kalalah tV : l2f ini di-syaratkan bahwa si-mati tidak berayah lagi.

S 4. Ada kemungkinan masih ada sisa-bagi setelah dilakukanpembagran dalam masing-masing kelompok keutamaan itu. Ke-mungkinan sisa-bagi itu akan terdapat dalam kelompok keutama-an pertama, kedua dan ketiga, jika tidak ada dzawtl-'lqarEbat.Maka soal ialah siapa y ang berhak atas sisa bagi itu.

Sebagai contoh untuk kelompok keutamaan pertama ialahjika cuma ada seorang anak perempuan atau mawllinya, ayah.dan mak. Angka fardid untuk mereka berturutan ialah I 12 +I le + I 16, jumlah 5 16, sisa-bagi I I e. Soal ialah diapakan sisa-bagi I lA itu.

Untuk kelompok keutamaan kedua contoh sisa-bagi misal-nya jika pada kal-alah IV : 17 6 cuma ada seorang saud araperemplran dan ibu, sehingga soalnya diapakan sisa-bagi sejumlahI l6 itu.

Bagi kelompok keutamaan ketiga misalnya bila hanya adaibu saja, sehingga soal diapakan sisa-bagi sebesar 213 itu ?

Bagi kelompok keutamaan keempat tidak ada sisa-bagi;yang ada ialah sisa kecil llz atau 314 setelah dikurangkan fara'i{bagi duda atau janda, dan jika tidak ada duda atau janda, makaada sisa besar. Sisa kecil atau sisa besar itu adalah bagi mawifiuntuk ayah dan ibu.

Qur'dn sendiri tidak memberikan sesuatu garis hukurnkhusus untuk perlakuan, terhadap sisa-bagi itu, sehingga ter-paksa kita mempedomani prinsip-prinsip umum yang dapat di-salurkan dari ayat-ayat kewarisan.

Di atas tadi (h1.33) dalam mencari apakah Qur'dn mengenalgaris pokok keutamaan, kita telah dapat menyalurkan dari ayat-ayat tersebut, pertama perikutan keutamaan anak-orang-tua-saudat?, dan kedua berdasarkan petunjuk dalam IV : I I h kitaterpaksa menempatkan anak bersama-sama orang-tua dalam satu

46

I

h.

Page 54: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

kelompok keutamaan, ialah dalam kelompok keutamaan pertama,apalagi paksaan it'u diperkuat dengan derajat yang diberikan olehQur'dn kepada kedua orzng-tua seb agai dzawD-'lfar6'id jika si-mati ada berketurunan, se'dangkan bagi kelompok keutamaankedua terpaksa pula kita menempatkan bersama-sama saudarasetidak-tidaknya ibu si-pewaris, karena Qur'dn memberikan Ke-pada ibu hak fara'id juga jika si-pewaris mati kalelah, yaitu matidengan tidak berketurunan, demikian juga terpaksa kita me-nempatkan ibu dalam kelompok keutamaan ketiga, sehinggaalhasilnya orang-tua kedua-duanya mendapat tempat dalamtiga kelompok keutamaan tersebut.

Menempatkan orang-orang dalam kelompok keutamaan idahuntuk menentukan bahwa mereka yang sekelompok berhak ber-konkurrensi, artinya yang satu tidak boleh menyingkirkan yanglain, selanjutnya bahwa jika telah ada kepastian siapa-siapa yangtermasuk dalam suatu kelompok keutamaan, maka mereka ber-hak menyingkirkan orang-orang dari lain kelompok yang kurangkeutamaannya. Sisa-bagi yang dimaksud disini adalah sebenarnyasisa kecil, Lang akan hapus jika seandainya ada dzawD-'lqardbatatau mawdli bagi mereka. Tetapi karena dalam hal sisa-bagi inikebetulan tidak ada dzawu-'lqarabat atau mawafi bagi dzawi-'lfhrd'i{ yang semuanya adalah Dl[-'lerbam bagi si-pewaris,kecuali duda atau janda, maka soal pertama ialah apakah dudaatau janda juga berhak atas sisa-bagi itu, Menurut paham saya,yaitu dengan berpedoman kepada prinsip bahwa si-kecil adalahuntuk dzawu--'lqarabat, maka duda atau janda yang bukan dzawlr:'lqardbat itu haruslah disingkirkan dalam persoalan sisa-bagi itu.

Dengan pengecualian dari janda atau duda itu, maka dalamkelompok keutamaan pertama yang menghadapi sisa-bagi ituhanya dzawD-'lfara'ifl bersama-sama dengan mawali dari anakperempuan yang dzawu-'lfar-a'id, sedangkan dalam kelompokkeutamaan kedua yang menghadapi sisa-bagi itu hanya dzawu-'lfard''i{ beserta dengan mawdli untuk saudara yang dzawD-'lfar?'id, dan dalam kelompok keutamaan ketiga sisa-bagi ituhanya dihadapi oleh ibu sebagai dzawu'lfara'i{.

Dengan demikian maka kesulitan kita terbatas kepadakelompok keutamaan pertama jika tidak ada anak laki-laki ataumawalinya dan pacia kelompok keutamaan kedua mengenai kald-lah jika ayah tidak ada, sehingga menurut sistirn saya ini diper-

47

Page 55: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

c) bila ada dua orang atau lebih anak perempuan atau mawdlinya,maka semua anak atau maw?linya ini mendapat 415 danayahatau mak l/5.

Bagi urusan kal-alah IV : 176 maka sisa-bagi itu tidak me-nimbulkan soal lagi karena juga beralaskan IV : I I h maka ibulebih dekat dari saudara, sehingga hanya ibu yang akan mendapatseluruh sisa-bagi, dan jika ibu tidak ada maka sisa-bagi itu diper-oleh oleh saudara atau mawElinya atas dasar bagi sama rata antarusaudara dan berbagi menurut dasar 2 : I diantara mawdli laki-laki dan perempuan yang sama kedudukannya dalam jurai.

Dalam keutamaan ketiga, karena ibu saja yang menghadapisisa-bagi itu, maka seluruh sisa-bagi itu untuk ibulah semuanya.

Dalam keutamaan kedua mengenai kaldlah IV : 12 dan: dalam keutamaan ketiga, bila ayah masih hidup, maka karena. ayah telah merupakan dzawil-'lqar-abat, soal sisa-bagi itu akan

terhapus dan berpindah menjadi sisa-kecil biasa yang bulat akan i"

didapat oleh ayah itu, malahan dalam keutamaan ketiga itu, jika, tidak ada ibu, janda atau duda, maka seluruh sisa-besar akan

bulat didapat oleh ayah.

49

Page 56: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

VII. KALALAH

li 1. Arti katElah telah dijelaskan oleh Allah sendiri dalam

Qur'dn IV : 176, yaitu ,jika seseorang mati dengan tidak adabaginya walad" (inimru'un halaka laisa lah[ walad) sehinggadefinisi itu baru jelas jika telah diketahui apa maksudnya,,walad". Dalam IV : 1 I &, b, c dijumpai bentuk jama' dari waladyaitu awlld dan disana tegas dinyatakan bahwa awl6d itu mung-kin anak laki-laki, mpngkin anak-anak perempuan, mungkin ber-gandengan kedua jenis anak-anak itu dan nrtrngkin pula tidahseperti dalam bagian kalimat ,,fa'in kuttna nisa'an". Maka terang-lah bahwa arti walad setiap macam anak, boleh anak laki-laki,boleh anak perempuan, sehin gga arti kalilah dilam IV : 12 f danlV : 17 6 ialah ,,kead aan seseorang yang mati dengan tidak adabaginya seorang anakpun, baik anak laki-laki maupun anakperempuan". Dihubungkan dengan arti mawiti tV : 33 a, makaarti anak mesti pula diperluas dengan ketttrttnan, sehingga artikaldlah selengkapnya ialah ,,kead aan seseorang yang rnati punah,artinya mati dengan tidak berketurunan". Dalam sistim bilateralyang dianut oleh Qur'dn maka keturunan artinya setiap orangdi garis ke bawah, tidak perduli apakah garis itu melalui laki-lakiatau perempuan.

S 2. Mengenai arti akhun, ukhtun dan ikhwatun seperti di-temui dalam ayat-ayat kaldlah itu, haruslah diingat bahwa kata-kata itu dipergunakan dalam Qur'dn dengan tidak memberikansesuatu perincian'tentang hubungan persaudaraan itu, hal manaselaras dengan sistim kekelu argaan bilateral menunrt Qur dn,selringgayang dimaksud dengan akhun (saudara laki-laki), ukhtun(saudara perempuan), ikhwatun (saudara-saudara) adalah saudaradalam semua macam hubungan persaudaraan, baik karena pertali-an darah dengan ayah, maupun karena pertalian darah denganmak. Semda macam hubungan persaudaraan rtu waiib ikut diper-hitungkan dengan tidak boleh mengartikannya berlain-lain, lainuntuk IV : 12 f, g, h dan lain untuk IV : 17 6 (a sampai dengan e ).Berlainan cara pembagian dalam dua ayat kal-alah itu tidak bolehmenyebabkan berlainan pula tafsir mengenai hubungan per-saudaraan itu. Sebab juga dalam hubungan ayah dan mak, seperti

50

Page 57: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

dalam IV: I I d, e, f, dimana ayah dan mak itu adalah ayahkartdtmg dan malc lcanclung, bagian ayah atau ibu itu dapatberbeda-beda menurut keadaan. Demikian juga dalam hubungananak dan anak, seperti dalam IV: I I 3, b, c, anak-anak itu mung-kin mendapat pembagian yang berbeda-beda menumt keadaansedangkan anak-anak itu jelas anak kandung bagi si-mati. Karenaitu maka kesamaan arti secara bilateral bagi akhttn atau uklttundalam kedua-duanya ayat-ayat kalilah itu tidak perlu pula berartikesamaan bagi dasar pembagian atau jika diperbedakan dasarpembagian itu, seperti halnya dalarn ayat-ayat kal-alah itu, makahal ittr tidak perlu menunjuk kepada sesuatu perbedaan mengenailrubungan persaudaraan dalam ayat l2 dan ayat 176 itu. KarenaQtrr'-an tidak memberikan perincian tentang macamnya pgr-hubungan akhttn dan ukhtun itu, maka semua macam der-lrubungan yang mungkin pada ayat l2 harus mungkin pula padaayat 17 6. Maka perbedaan dasar pembaglan antara dua dyat itubukanlah harus dicari sebabnya karena perbedaan macam per-hubungan akhttn dan ukhtun itu sendiri, tetapi hanrs dicarisebabnya karena,,keadaan lalniya".

S 3, Coba kita tinjau pelbagai macam perhubungan persaud ara'an itu, seperti yang kita jumpai dalam hukum adat. Setiap puhakbangsa kita mengenal perbedaan antara saud ara kandung dansaudara tiri, tetapi pengertiannya berbeda-beda menurut sistimkekeluargaan yang dianut dalam masyarakat mereka. Perbedaanitu ditentukan oleh cara bangsa itu menarik garis keturunannyayaitu ada yarig menariknya iecara matrilineal, ada yang secarapatrilineal dan ada yang secara bilateral. Bagi sistim kekeluargaanyang matrilineal maka saudara kandung artinya saudara semak(se-ibu), saudara mana selalu se-clan, sedangkan saudara tiriartinya saudara se-bapak lain mak, yakni tidak perduli apakahsaud ara se-bapak lain mak itu se-clan atau tidak. Dalam ke-keluargaan matrilineal itu tidak ada kebutuhan untuk membeda-kan lagr saudara se-mak itu dalam saudara se-ibu se-bapak dansaudara se-ibu lain bapak

BaE sistim kekeluargaan patrilineal yang murni nrakasaud ara kandung artinya saudara se-bapak, asal saja saudara-saudara itu semuanya lahir dari perkawinan yang patrilokal,sedangkan saud ara tiri artinya saudara se-mak lain bap3k, yakni

5l

Page 58: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

tidak perduli apakah saudara se-mak lain bapak itu se-clan atautidak se-clan dan tidak'perduli pula dari perkawirian macamapakah saudara-saudara itu dilahirkan, apakah dup perkawinanpatrilokal ataukah matrilokal.

Bagr sistim patrilineal yang penghubung dalap keturunan'dapat beralih-alih dari laki-laki ke-perempuan, yakni tergantungkepada bentuk perkawinan penghubung.itu, p&trilokalkah atau.rnatrilokalkah, maka saudara kandung artinya atau saudara se-

bapak asal saja semua saudara itu tidak berlainan clan walaupun. mungkin lahir dari pelbagai bentuk perkawinan seperti di-Rejang,atau saudara se-mak asal saja saudara-saudara itu semuanya lahirdari perkawinan yang matrilokal, dengan'pengertian bahwa semuasaudara-saudara itu termasuk dalam satu clan dengan maknya,sebab ada kemungkinan diantara saudara-saud ara itu ada yangmasuk ke dalam clan ayahnya seperi di-Rejang.' BaE sistim kekeluargaan yang bilateral maka saudarakandung mungkin artinya saudara se-bapak atau n-lungkin pulasaudara se-mak, atau mungkin pula saudara se-bapak ditambahdengan saudara se-mak, sehingga termasuk didalamnya semuajenis hubun gan persaudara4n yakni saudara se-ibu se-bapakditambah saudara se-bapak lain mak dan ditambah saud ara se-mak lain bapak. Dalam sistim bihteral ini orang'hanya mungkinbersaudara atau tidak bersaudara. Pengertian ,"saud ara' tiri"memang ada dalam masyarakat yang bilateral, tetapi yang disebut,,saudara tiri" itu saftn sekali bulcnn saudAra, tetapi orang lainbenar yang tidak ada sangkut paut kedarahan apa-hpa denganorang yang menyebutnya, umpamanya .hubungan bntaia a dan bdi satu pihak dengan e dan f di lain pihak dalam contoh yangdigambarkan dalam $ 4.

S 4.Perbedaan derjat kemasyarakatan antara mak dan makbagi saudara-saudara yang se-bapak, ataupun antara ayah danayah bagi saudara-saudara yang se-mak, bagt masyarakat yangber-cl&n, telah dinaturalisir, jika mereka termasuk ke dalam clanibu masing-masing atau ke dalam clan bapak masing-masing, olehperbedaan clan itu yang menjadi penghalang dilapangan kewaris-an antara saudara-saudara itu, atau jika saudara-saudara itu se-clandinaturalisir oleh kesatuan keluarga dimana masing-masing me-reka termasuk, seperti ,,seperut" di Minangkabau dan ,,sakahang-

52'

Page 59: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

gi" di-Tanah-Batak. sehingga perbedaan kesatuan keluarga ituyang menjadi penghalang di lapangan kewarisan, sedangkan jikamereka itu se-clan tlcut sekesatuan keluarga nraka perbedaan

derjat kenrasyarakatan ittr tidak mungkin ada, sehingga peng-

halang satu-satuirva ialah garis hukum 'yang berlaku mengenaigaris-garis pokok penggantian dan keutamaan

Dalam masyarakat yang bilateral perbedaetn derjat dalam

ukuran kemasyarakatan antara ayah dan ayah atau antara mak

dan mal< mungkin memberikan pengaruh dalam hubunganpersaudaraan antara mereka ysng se-mak ataupun yang se-ayah

itu, ditinjau baik dari sudut kemasyarakatan maupun dari sudutkewarisan.

Contoh:

CABD^x'7T^T"s? ?s ? t

A mak

ayah

perkawinan

hubungan kelahiran

e

n

. Jika A, B, C dan D seder:-tjat dalam ukuran kemasyarakat?r,maka a, b, e dan f semua saLrdara kandung bagi c dan d, walattpunclapat diperinci bahwa c clan d adalah saudara se-ibu se-bapak;

c, cl, e, f adalah saudara se-ibu, (t, d., a, b adalah saudara se-

bapak; e; f adalah saud ara se-ibu lain bapak bagi c, d; dan a, badhlafu saLlclara sebapak lain mak bagi c, d. Antara a, b dan e, ftidak ,ada hubungan persaudat'aan, se'!-rab mereka tidak se-ayah

dan tidak se-ibu. Jika dalam masyarakar yang bilateral akan di-perbedakan antara saudara, maka ada yattg mau membedakanpntara saudara kandung (se-ayah se-ibu) dengan saudara yang

bukan kandung (saudara tiri se-bap?k, dan saud ara tiri se-ibu)

tetapi perbed aan demikian tidak diketahui apa faedahnya dalam

hubungan saudara dengan saud ara jika mereka tidak berlainanderjat dalam ukuran masyarakat.

Jika C atau D rendah martabat kemasyarakatannya dari Adan B, maka n"tLn'tgkirt c? d tidak akan menganggap a, b atau e, fsegolongan dengan mereka baik dari sudut kemasyarak atanrnaLrpun dari sudut harta.

53

Page 60: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

S 5. Diskriminasi seperti dimaksud di atas itu antara saudaratidak dikenal oleh Qur'-an, karena Qur'in menuju kemasyarakatbilateral yang tidak berkelas, dimana ukuran antara manusiahanya adalah ukuran taqwa, disamping ukuran arhdm: wattaqir'llaha ..... ....... wa'l-arhEma (lV: I ).

Apalagi Qur'in yang mengizinkan poligami mengetahui apaakibatnya poligami itu, yaitu adanya saudara-saudara se-bapaklain mak, disamping.saudar&.S&udara se-mak lain bapek, dan jugamengetahui bahwa perbed aan dalam masyarakat antara kandungdan tiri itu adalah sumber besar bagi bermacam-macam kedengkt-4r, kebencian, kecurangan, permusuhan d.s.b., hal-hal yang wajibdibasmi.

I(arena Qur'in menganut sistim kekeluargaan yang bilateralmaka perkataan ak|ttut atau ttkhtun nreliputi semua macamhubungan persauclara&n, terlepas dari diskriminasi apapun juga.Dalam hubungan ini sangat menarik perhatian peringatan dalarnQur'-an IV: 12 f, E, h ,,gltaira muddrrin", peringatan mana jelasuntuk menolak sesuatu diskriminasi yang merugikan antarasemua lnacam hubun gan persaLldaraan itu. Karena itu makaperbedaan dasar pembagian dalam kalilah IV: 12 dan IV: 176 ituharus dicari sebabnya bukan dalam perbedaan macam persattdara-an tetapi dalam ,,keaclAan lainnya" itu yang menyebabkan laincara pembagian pada IV: 12 f, g, h dan lain pada IV: 176. Dalantdua ayat-ayat ini arti kal-alah hanya satu, yaitu tidak ber-keturunan, arti alcltun, ulclttttn, ikhwatun juga sama, yaitu semuahubungan persaudaraan terhadap seorang laki-laki atau seorangperempuan ataupun terhadap beberapa orang lakilaki dan perem-puffi, sehingga satu-satunya kemungkinan perbed aan antara duaayat itu terletak pada perbedaan keadaan nrcngenai orang-tuasi-pewaris. Disinilah dicari ,,keadaan lainnya" itu,lain bagi IV: 12

dan lain bagi IV: 176. Keadaan yang berlainan bagi orang-tuasi-pewaris itu dapat diperinci sebagai berikut :

1 . ayah dan mak sudah mati terlebih dahulu;2. ayah sudah mati, ibu masih hidup;3. ayah masih hidup, ibu sudah mati;4. ayah dan ibu masih hidup.

Marilah kita tinjau setiap kemungkinan mengenai keadaan orang-tua itu pada dua macam hukum kalalah itu.

54

Page 61: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

Pada kalalah IV: 12 tidak ada sesuatu yang menolakkemungkinan untuk ikut berkonkurrensi antara ibu dan jandaatau duda dengan saud ara si-pewaris, kecuali maut bagi ibu, jandaatau duda, sebab mereka ini adalah sama-sama dzaw-u-'lfard'idselringga jika mereka masih hidup maka mereka mvsli diikut'sertakan clalam berbagi. Tentang saudara, semua merekapundzaw-ui1'lfar-a'i{, dan adanya mereka ialah syarat mutlak untukkalalah lV: l2 itr"r. Apakah yang menghambat bagi ayah untukikrrt serta seb aga;r dzawfi-'lqardbat dalam berbagi itu ! Tidak adasesuatupun yang ntenghambat ! Dia tidak berhak untuk me-nyingkirkan salrdara-sauclara itu sebab mereka adalah Ozaulir-'lfarh'id, sebaliknya dzawl-'lfari'i{ tidak berhak menyingkirkandzawlr-'lqaribat, asal saja ada kemungkinan sisa-bagi untukdzawir-'lqaralrat itu, dan siapa dzaw-u-'lqaribat yang berhak atassisa-bagi itu adalah urusan mengenai kelompok keutamaan,di dalarn marla orang itu climasukkan. Ayah si-mati adalah setarafdengan ibu si-mati, sehingga dimana ibu dapat ikut mewarisdisana ayah itr"r pacla prinsipnya harus dapat ikut mewaris. Lainlralnya pada kalalah IV: 176, dimana diatur bagian untuk saudarasebagai dzawh-'lqarirbat (lV: ll6 c dan e) yakni jika si-matimeninggalkan seorang saudara laki-laki saja, atau beberapa orangsaudara laki-laki atau campuran antara saudara laki-laki dansalrdara perernpuan. Jika ayah sebagai dz.awh-'lqaribat ikut hadir,maka semLla saudara tersebut yang juga dzawir-'lqar-abat akan

tersingkir dari hak berbagi menurut IV: 17 6 c dan e itu, karena

ayah mempunyai prioriteit lebih tinggi dari saudara-saudara itu,akan tetapi tidak tersingkir untuk ikut berbagi menurut IV: 12 f ,

g, h sebagai dz,aw-u-'lfarh'i$. Demikian juga jika si-mati hanyamernpLrnyai saudara perempuan saja maka saudara-saudara perem-

puan itu akan terlepas hak far-a'idnya menurut.IV'. 176 jika ada

ayah, akan tetapi akan timbul hak fara'idnya menurut IV: 12 f,g, h, sebab bagi IV: 176 itu tidak mungkin syarat yang dikenakanruntuk huruf c dan e nya, yaitu ayah telah mati, tidak serentakdikenakan pula untuk hurtrf b dan d nya.

Kesinrpulan ialah:I . pada IV: ll (t itu Allah mengatur kewarisan seseorang yang

mat i tidak berketurunan tetapi ada meninggalkan saudara,yakni dalam hal ayahnya telah mati terlebih dahulu, fiadi

55

Page 62: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

.mungkin ayah dan 'mak suclah mati terlebih dahulu, atau

,mungkin ayah sudah'mati tetapi ibu masih hidup).

Z:'padu lVt \?,f; ''g, h itu Allah mengatur kewarisan seseorang

. yang mati tidak berketurunxil, tetapi ada meninggalkan saudata.,beserta ayah (iadi mungkin mak iuga masih hidup, atau mung-

lsn mak sudah mati).

56

:

Page 63: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

VIII. WASIYYAT KEPADA AHLI-WARIS

Berdasarkan paham bahwa tidak ada sesuatu ay at Qur'bnyang dimansirkh-kan oleh ayat yang lain dalam Qur'in, maka

tidak ada sesuatu halangan nntuk menta'att II: 180 dan lI:240.Juga cara redaksinya ayat-ayat tersebut tidak memberikan kesan

bahwa sifat suruhatrtryu dan mutu wejibnya acla berbeda sedifcit-pun juga dengan ayat-ayat kewarisan berikutnva. seperti IV: 11,

12.Yang sangat menarik perhatian saya ialah bahwa Qur'hn

mewajibkan dalam II: 240 wa$iyyat bagi isteri-isteri sebesarjumlah yang dibutuhkan bagi pemeliharaan hidup mereka selama

satu tahun, hal mana membuktikan bahwa Qur'hn yang meng-izinkan poly.gami bukan saja memberikan syarat-syarat bagi

melakukan polygami (IVr 3, 127), tetapi juga melindungi akibatberpolygami itu dengan syarat-syarat tertentu pula, bagi ke-

pentingan isteri-isteri itu, sampai matinya suami mereka. Laki-lakiyang berpolygami mempunyai harapan akan mendapat anak dari

salah seorang isteri-isterinya itu, sehingga fari'ifl urn tuk janda

cuma akan berjumlah seperdelapan (l/8) dari harta peninggalan-

nya. Bila ada empat orang janda, maka bagian masing-masingcuma 1132. Janda yang tidak memperoleh anak dari si-pewariscuma ada harapan atas | 132 itulah sedangkan janda yang ada

memperolah anak dari sipewaris akan ikut meni'mati bagian

anaknya sebagai ibu yang bertugas bagi pemeliharaan anaknyaitu.

Teranglah bahwa tujuan Qur'in dalam II: 240 itu supayajangan terlantar janda-janda itu, setidak-tidaknya untuk selama

setahun setelah mati suaminya.Mengenai wa$iyyat yang dimaksudkan dalam II: 180 untuk

kepentingan orang-tua dan keluarga dekat timbul persoalan dalam

hal mana wa-.siyyat itu dibutuhkan lagi setelah Qur'hn mengaturpembagan harta peninggalan dalam IV: I l, 12, 17 6. Dalam

II: 180 itu hanya dijumpai sebagai syarat-syarzt ,,in taraka khair-an" clan ,,bi-'lma'rlff ". Apa lagikah yang lebih ma'ruf dari pada

pembagian yang telah diaiur sendiri oleh Allah secara umunr I

Sebab itu saya berpendapat bahwa wa3iyyat yang dimaksud ituaclalah untuk menghadapi hal-hal kltttstts mengenai ayah, mak,

57

Page 64: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

,( .

'l

i:.

ti

:

i;i:

:'l.

t;

I

I

I

l,lit,

HL

anak-anak, dan saudara-saud ara, umpamanya ada diantara me-reka itu yang sakit lumpuh berlarut-larut sehingga banyak mem-buttrhkan blaya peng.obatan, atau seorang anak yangrnempunyaibakat . untuk sesuatu cabang ilmu pengetahuan atau kesenianmembutuhkan biaya extra untuk didikannya ; atau seorang

. saud ara sangat terlantar hidupnya diluar salahnya atau sangatbesar pikulan hidupnya karena banyak anakny&, dibandingkandengan saudara-saudara yang selainily&, dan sebagainya. Terhadaphal-hal istimewa ini ukuran ma'ruf itu ierbatas kep ada kebutuhanistimewa dari anggota kelu arga yang bersangkutan itu dan kepadabatas umum yang telah ditentukan Rasul, yaitu jangan me-lampaui I 13 dari harta peninggalan.

s8

Page 65: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

IX. PENUTUP

Sebagai perrnulaan, saya kira cukuplah sekian dahulu,walaupun masih banyak yang dapat diuraikan, diantara lain-lainsoal modernisasi di lapangan procedure dan administrasi berkena-an selang sengk eta, pengawasan budel, peffieliharaan hak anakyatim, PenYelesaian hutang-hutang si-mati dan sebagainya. Ber-hubung dengan penyelesaian hutang-hutang simati, tampaknyasistint Qur'dn adalah sistim tanggung jawab terbatas, yaiiu ahli-waris hanya bertanggung-jawab maximal sampai jumlah aktivaharta peninggalan (II : 233).

Jakarta, Ramadan 1377.

PROF. Mr. Dr. HAZAIRIN

59

Page 66: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

HUKUM KEWARISAIY BILATERALII'ENURUT

HADITH

Page 67: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

Mempelalari Fara'idIalah melalui LogikaBertemukan Allh MahaesaPemikir Agung Mahasuci

( Halaman 33, 67 )

Page 68: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

PENDAHULUAN

Karangan ini ialah lanjutan dari uraian-uraian saya mengenaikebilateralan hukum kekelu argaan . menurut Qur'bn. Tentanguraian-uraian yang telah mendahului itu bacalah karangan-karangan saya yang berjudul ,,Hendak kemana hukunt Isldm"dan ,,Hltkum kewarisan btlateral menurut al-Qttr'd.n", kedua-duanya diterbitkan oleh Tintamas, Jalcnrto. Dalam keduakarangan tersebut pokok pembahasan ialah al-Qur'hn sebagaipokok dari segala usirl'lfiqh. Dalam karangan yang disajikansekarang ini dilakukan pengupasan dari sudut unsur-unsur usll'fiqh selanjutnya, terutama dari sudut sunnah rasirl. Tidak lengkapsesuatu tinjauan mengenai hukum Islim jika tidak diikut-sertakansetidak-tidaknya sunnah rasirl yang sehubungan dengan garis-garishukum Qur'in itu. Sebab itu maka perlulah dalam karanganini diuraikan pula pokok-pokok pengertian usirl fiqh itu untukmendapat selayang pandang tentang seluk beluk berdirinyahukum Islam.

Oleh karena dalam pembicaraan-pembicaraan selanjutnyabanyak disinggung hukum Ahlu'ssunnah wa'ljami'ah, dan hadith-hadith yang menjadi pokok pembi caraan merupakan tulangpunggung bagi hukum Ahlu'ssunnah tersebut, rnala saya pikirada faedahilys, terutama bag murid-murid saya sendiri, jikasaya berikan pula secara ringkas penguraian tentang prinsip-prin-sip sistim hukum AJrlu'ssunnah wa'ljami'ah itu, sup ayaterhimpundalam jilid yang kecil ini bahan-bahan perbandingan yangdiperlukan dalam mempelajari fiqh bilateral itu.Nasehat: janganlah dibaca bab II dan bab III kitab ini, sebelummempelajari dua karangan yang mendahului yang tersebut diafastadi.

Page 69: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

I. USUL'LFIQH

S 1. Fiqh

Fiqh ialah pemikiran tentang hubungan manusia denganTurhanfly&, dengan sesama manusia, dengan sesama makhlukhidup selainnya dan dengan segala macam bbnda, sekadar pe-mikiran itu dapat melahirkan sesuatu norma (hukm),

Pemikiran itu berdisciplin, tentu ttjung pokoknya, tentucaru-carq atau jalan-jalan yang ditempuhnya (methode inter-pretasi, deduksi. induksi) dengan mengikuti undang-undang Iogilcayang senlurni-murninya . ,, (ljungnya" telah kita sebut, yaituhendaklah mencapai sesuatu norma atau kaedah. Yang dimaksuddengan ,,pokoknya" talah hal yang menggerakkan pemikiran itu,sumber atau dasar pemikiran itu. Maka hal atau sumber ataudasar itulah yang disebut ugirl fiqh. Menurut ajaran umum makauslrl'ifiqh terdiri dari Qur'-an, sunnah Nabi, ijmi'dan qiyis.

Disciplin yang diajarkan oleh Qur'in tentang usirl fiqh itupada pokoknya termaktub dalam IV: 59, XLII: 36,38, XXXIII:l, 2, 21 ,36, XVI: 44,90.

Sirrah lV ayat 59 itr.r berbunyi 1 ,,Hai otung-orang yangperc aya, tunduklah kamu akan ketetapan-ketetapan All-ah, ke-tctapan-ke tctapan Rashl dan kctetapan-ketetapan lrl-u'l'amri yangse-imin dengan kamu. Jika kamu bertentangan paham tentangsesuatu maka carilah penyelesaiannya selaras dengan ketetapan-ketetapan Allah dan Ras-ul ............... itulah penyudahan yangterbaik. " r ;

XLII: 38 mengandung kalimat ,,wo amruhum syhri bainahlrm"(dan mereka itu menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan bermusyawafah). Kalirnah itu sepertalian dengankalimah dalam XLII :36 yang berbunyi ,,wB ma 'inda'llehi khairunwa abq-a lilladzina imari'iit' (dan segala apa yang bersumberkepada Allah, itulah yanAr"terbaik dan berkekalan bagi merekayang beriman). Dari pbrtalian tersebut lahir garis hukum bahwaorong Islam wajib bermusyawarah mengenai segala persoalandengan mengilcuti segala petuniuk (httdd yang diberikan Tuhan,

Teranglah bahwa ada hubungan yang rapat antara IV: 59

61

Page 70: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

da4 XLII: 3 8, yaitu : setnuo ltal yang nyata telalt metnp,ptnyaike te tapan dari Allah ataupttn dari Rasul wajiblah dicari garisItukttillnya melalui nil$))awarah tersebut. :

XXXIII: 21 ,36 mcnegaskan lebih lanjut dalam bentuk laraigunbagi orang yang mu'min untttk ntertyimpong dari ketetapan AUAbdan''Rasitl, tcrmasuk ketetapan Rasul yang berupa ,,(q,wottuthasanatun': (contoh teladan yang cliberikan oleh Rasful) dan yong

. beruyta pqnjelg;an-penjelasannya atas ayat-ayat yang ditunmkanAUAU seperti tersebut dalam XVI: 44.XVI : 90 memberikan rangka umum bagi semua ketetapan, yaitumgnjamin hubung?n:hubungan yang adil dan baik dan mencegahyang. jahat dan buruk dan kezalinlan

',PegsgalEn mengenai Ul-u'l'amri ialah: apakah tugasnya dalamperhtukuman' itu hanya berarti ,,menetapkan" dalam makna.';memilih atau menunjukkan garis hukum manakah yang akandipakaikau kepada sesuatu hal ataukah juga berarti ,,menetapkan"dalam nlakna membentuk atau menciptakan garis hukum.

,Persoalan lain ialah: bagaimana hubungannya antara ke-tetap,an- Allah dan ketetapan Rasirl di satu pihak dan di lain pihakbagaim ana hubungannya antara ketetapan Allah ataupun Raslldan ketetapan irlir'l'amri ?

:,

2. Ketetapan Allah.

Ketetapan itu dijumpai dalam semua kitab-kitab Allah yang telahditumnkan-Nya kepada rastrl-rasirl-Nya.

Menurut rukun im-an, seorang mu'min itu wajib percayakepada-semua kitab-kitab Allah dan kepada-semua rasirl-rasDl-Nya(II: 4, 136,285; XVI: 104). Nyatalah bahwa iman itu ialah dasardari sekalian dasar bagi semua pekerjaan fiqh atau dasar bagit1;ul'efig.h.

dalam segala rnacam kitab-kitab Allah itu? Menurut tI:' 1 06 danXVI: 10i maka Allah-lah yang mengganti sesuatu ayat denganaiat yang.lain.' Jika ayat yang diganti itu'mengandung sebuatuketetapan 'r,naka ketetapan itu tidak berlaku lagr dan untukpenggantinya diberikan ketetapan yang lain dalam ayat yang

62

Page 71: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

baru. Ayat diganti atau dihapuskan (mansLkh) oleh ayat, atausesu'atu ketetapan dimatikan dan diganti dengan ketetapan yanglain, tidak mungkin terjadi dalam tubuh yang sama dari masing-masing kiteb Allah. Misalnyl, suatu ayat dalam Taurit tidakmungkin terhapus oleh ayat lain dalam kesatuan Taurit yang itujuga. Demikian pula tidak mungkin terjadi penggantian sesuatuayat dalam Qur'aln dengan lain ayat dalam Qur'an juga, sebabnyaialah oleh karena setiap kitab Allah diturunkan sebagai suatukesatuan yang bulat yang didalamnya tidak ada pertentangan.Mengenai Qur'dn kemungkinan ayatnya yang satu menghapuskanayatnya yang lain tertolak oleh III : 7 jo II : 85 (yang bermuatmurka Allah terhadap mereka yang beriman setengah-setengahkepada Al-Qur'dn) dan IV : 82 (lihat halaman 2 dan 3 ,,HltkumKewarisan Bilateral tnenurut Al - eur'dn" )

Penggantian atau penghapusan yang dimaksud hanya mung-kin oleh ayat-ayat dalam suatu kiteb Ailah terhadap ayat-ayatdalam kitab Alleh yang terdahulu, seperti ayat Injil mungkinmenghapuskan ayat Taurat, demikian pula ayat Qur'dn mung-kin menghapuskan ay at-ayat kitab-kiteb Ailah yang mendahului-trY&, sehingga bagi orang Islam ayat-ayat dalam kiteb-kitab Injil,Taur-at dan lain-lainnya itu hanya dapat dipandang masih ber-laku sekadar ayat-ayat kitab-kitab tersebut tidak bertentangandengan ayat-ayat Qur'dn.

Bagaimana caranya menrahamkan garis-garis huktrm dalamQur'dn dengan beralatkan Qur'an semata-mata atau menyalurkangaris-garis hukum semata-mata dari Qur'dn, lihat 5 2 pada halaman3 ,,I{ukunt Ken,ctri:;rut Bilateral nrcnurut Al-Qur'dn". Cara yangdimaksud ini sungguh merupakan tafsir yang authentik.

,

S 3. Ke te tapart Rasill.

Ketetapan Rasfl merupakan supplement bagi ketetapanAllIh, dalam arti kepada RasDl diberikan hak interpretasi berupahak nremberikan penjelasan dengan perkataan atau dengan per-btratan atau secara lain, dengan syarat tidak boleh interpretasinyaitu bertcntangan dengan kemauan Tuh?fl, seperti ternyata dariayat-ayat XXXIII : 1,2,,21 dan XVI : 44. XXXIII : I berseru :

,,yi ayyuha'nnabiyyu'ttaqi'll-aha" (wahai nabi takutlah (ber-

63

Page 72: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

taclwalah) engkau kepada Allah). Bertaqwa artinya menjauhisemua keerlgkaran, tnelindungi diri , dari berbuat sesuatu yangmenyalahi ketnatlan Atlah, dengan cara mengikuti semua ke-hendak Allah. XXXIII : 2 berseru i ,,wa'ttabi' mi ytiha ilaikamirrabbika" (dan ikutilah olehmu segala apa yang diwahyukankepadalnu dari Tuhanmu).XVI : ,44 berkata : ,,wa anzalnd ilaika,dd,zlkra li tubayyina lin-na-si nra nuzzlla ilaihim" (dan Kami turunkan kepadamu "per-ingatan" sup aya engkau memberikan penjelasan bag manll-sia mengenai segala apa yallg telah diturunkan untuk mereka).XXXIII : 2l berkata kepada kita : ,,laqacl kdna lakum fr Rasfilil-l[hi usrvatun [asanatun" (sungguh telah adalah, bagimu sekalian,teladan yang baik pada Raslrluflah).

Dalam u;ul fiqh disebut interpretasi atau penjelasan atauketetapan Rasirl itu sunnatunnabiyyi (sunnah nabi), yang terbagiatas sunnat'lqawl'(perkataan'rasul), sunnat'lfi'l (perbuatan rasul)dah 'sltllnat'slukut atau sunnat'ttaqrir (pendiaman yang mern-benarkan).' ImEn kita kepada RasDl, Nabi Muhammad s.a.w., yang ber-

sifat 'isttrah karcna Allih sencliri rnengatakan bahrva Rasillulldhmerupakan uswatun hasanatun (contoh yang mumi), mernaksakita untuk menolak lgmua hadiih (riwayat) nrengenai MuhammadRasulullah, jika hadith itu rnencemarkan kemurnian Rasfil, yaitujika ltadiJh itu bermuat sesuatu qawl atau fi'l atau sukut yang.nyata berlawanan dengan kemauan Tuhan seperti yang dapatdiketahui secara langsung dari Qur'rur atau secara tafsrr yangauthentik.

Dalam pacla itu ada kemungkinan bahwa Raslil dalam ke-tiadaan ketetapan Aileh atau dalarn menanti-nanti ketetapanAllah, mengambil tindakan senrentara yang sungguh sah dantnesti diikuti selanra waktr.l senlentara itu, tetapi yang kemudiansetelah datang ketetapan Aileh menjadi mansTrkh jika tidak ber-sesuaian dengan kemauan AilAh itr"r : nraksudnya, tindakan yangtelah diambil sebelttmnya itu tetap sah tetapi tidak boleh diglanglagi sesudah datang ke,tetapan Alldh yang memandilkhkannya itu.IV : 105 berpesan kepada Rastrl r ,,Inn? anzalna ilaika'lkitlbabi'lfaqqi lital;kuma baina'nnasi bima arlka'llahu." (,,Aku turun-kan al-Qur'an kepadamu dengan sempllrna kebenarannya sup aya

64

b

Page 73: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

engkau menghukumkan antara manusia sesuai dengan petunjukAllah kepadamu.")

S 4. Ketetapan il|il'l"amri.

UtU'l'amri ialah petugas-petugas kekuasaan, masing-masingdalam lingkungan tugas kekuasaannya. Ketetapan mereka dapatdibagi dalam dua bagian :

a) ketetapan yang berwujud pemilihan atau penunjukangaris hukum yang setepat-tepatnya untuk dipakaikan kepadasesuatu perkara atau kasus yang dihadapi. Garis hukum itumungkin garis hr-rkum jenis pertama yang langsung diambil dari

Qur'an (ayat-ayat mufrkamdt) atau yang ditimbulkan dari tafsiry^ng authentik, mungkin pula garis hukum jenis kedua yang

ditimbulkan dari penjelasan atau contoh Rasill (sunnah Ras[rl).

Jika kasus yang dihadapi tidak presis sama bentuknya sepertiyang dimaksud dalam garis hukum yang dipakaikan tetapi sangatnlenyerupai ataupun satna I ttnksi-Jiulksi tttumatt.t'e, seperti berasjaguilg, gandum dan kurma sama funksinya sebagai bahan makan-an rakyat, maka akan terjadi pemakaian suatu garis hr-rkum secarakiyds atau analogi yang effectnya ialah pengluasan lapangankekuasaan garis hukum itu. Jika pemakaian kiy?s itu telah terjadiberulang kali dengan tidak ada pembantahan dari lrlil'l'amri yanglebih tinggi atau irlil'l'amri kemudian yang sederajat, maka prak-tek kiyds itu akan menjadi jr"rrisprudensi tetap. Jelaslah bahwapraktek kiyds yang semacam itu, yaitu kiy?s secara induktiltidak menimbulkan garis huktrm yang baru ;

b) ketetapan yang berwujud penciptaan atau pembentukangaris hukum yang baru baE keadaan-keadaan baru-menuruttempat clan waktu, dengan mempedomani garis hukum yang lamayaitu garis hukumdari Qur'dn dan Sunnah Raslil yang funksionilbanya[ pertemLlannya dan persinggungannya dengan kebutuhan-kebutuhan baru yang dihadapi itu. Misalnya : menurut Qur'dnmaka pencuri dipotong tangannya untuk melindungi hak milik.Kcmudian timbul kejahatan. lain terhadap hak milik, misalnyafraude (pbnggelapan) dan penipuan. Sebagai ancaman terhadaphak milik ada kesamaan antara rnencuri, menipu dan menggelap-kan, totapi sebagai perbuatan' kejahatan maka besar juga per-

6s

Page 74: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

bedaan-perbedaann)ra. Mal',a soal ialah: bolehkah dijehnakan garishukum yang baru, ysng berwujud untuk mencegah fraucle danpenipuan dengan hukulm potong tangan ? Pernbentukarr garishukum yang baru ,ffie lalui kiyds secara deduktif, seperti yangdirnaksud disini, membutuhkan begitu banyak kewaspad aan danketelitiatt, sehingga tugas tersebut ticiak dapat dip ercayak;urkepada hanya satu orang yang berkuasa. Lain halnya denganpemakaian kiyas secara induktif seperti pacla huruf a) tacli. yatlgdapat dipercayakan kepada seorang kadi, seorang mufti, seorangntantri, seorang raja atau presideil,'seorang pelaksana hukumadministratif dan lain-lain illfi'l'amri, masing-masing dalam bidangkekuasaannya. Setiap kekeliruan dalam mempergunakan kiy-assecara induktif itu dapat segera dikorreksi oleh

"fU'l'amri yang

lebilt tinggi atau oleh nlu'l'amri kemudiiin yang sederajat.Pembenttrkan hukum secara kiy4s yang deduktif itu henrJak-

lah dilakukan dalam suatu musya*iti [ril.T'l'amri (badaur legis-latif) yattg berwenang, walaupun atas ketetapan musyawarah itupenyelesaian bagian furuknya (details) dapat diserahkan secaradelegasi kepada satu orang atau badan yang berkuasa menunrtbidang kekuasaanllya.

Jika Rasul sendiri tidak berhak memberikan hukum yangberlawanan dengan kemauan Tuhan, apalagi ulu'l'amri. Merekaini wajib menyelaraskan segala cip taannya dengan kemauanTuhan dan RasDl. V : 44 menegaskan ,,man larn yahkum bimZanzala'lldhu fa rllai'ka humu'1k-afiru-na" (barang siapa meng-lrukurnkan tidak selaras dengan hukum yang diberikan Anahmaka orang itu orang kafir).

S 5. Slt urd

Jika dalam S 2, 3 3 dan 3 4 kita membicarakan ketetapanAhdh, Rasill dan lrlfl'l'afild, maka pembicaraan itu adalal ter-batas dalam lingkungan ahk?m (norma-norma) yang dengansanctumnya (pengu atnya) telah terperinci dalam kit-abulleh.

Dalam $ yang dihadapi sekarang ini kita membicarakanketetapan-ketetapan banr sesuai dengan kebutuhan masyarakatyang ber-evolusi menurut waktu dan tempat, dimana timbulkebutuhan-kebutuhan akan alrkEm yang baru pula.

66

k'.L

Page 75: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

Mengenai penetapan-penetapan peraturan baru itu Qur'anhanya memberikan patokan secara umum dengan memperguna-kan istilah-istilah seperti 'adl, kist, ihsEn, ma'rfif, seperti dalamayat-ayat yang berikut :

IV : 58.

,,Wa idzd,lrakamtum baina'nndsi an taJrkumrJ bi'l'adli" (dan jikaengkau menghukumkan antara manusia supaya engkau hukum-kanlah secara yang adil).IV : 135.,,..r kDnfi qawwd'rnina bi'lqisfi ..." (berdiri tegaplah kamu dalamkeadilan ; berpeganglah'kepada pertimbangan yang sama berat).V:8.,,.r. i'dilU huwa aqrabu littaqwa" (berlaku adil-lah, karena ifu le-bih mendekatkan kamu kepada takwa).XI:85.,,... aufiJ'lmikydla wa'lrniztna bi'lqiqti walE tabkhasD'nnasaasyya'ahum walf ta'thau fi'l'ardi mufsidiha" (penuhilah semuaukuran dan timbangan dengan kejuruan dan janganlah merugikanmanusia pada harta bendanya dan janganlah berbuat ' jahatdi muka bumi). :

XVI: 90 .'n"^",,InnallSha ya'muru bi'l'adli wa'l'ihsEni . . . wa yanha 'anilfal.r-sy-a'i wa'lmunkari wa'lbaghyii' (sesungguhnya Allah memerintah-kan berbuat adil dan berbuat baik dan melarang berbuat keji,berbuat jahat dan berbuat busuk).'

III : 104.

)). .. wa ya'murfina bi'lma'rufi . . ." (dan mereka itu memerintah-kan berbuat yang pantas dan patut).

Untuk keperluan penetapan peraturan-peraturan baru itulahberlaku XLII : 38 ,,w& arnruhum syfira bainahum", maksudnya :

mengenai urusan-urusan yang timbul dalam masyarakat ber-musyawarahlah carilah kata sepakat untuk mend apat pe:nyelesaian atau hukumnya. Yang berhak bermusyawarah ituialah menurut IV : 58 orang-orang yang sepantasnya menurutilmu dan kecakapannya (inna'llEha y?'murukum an tuwaddil'l'amEndti ile ahlihe). Mereka yang terpilih untuk musyawarahtersebut termasuk ke dalam categori yang disebut illfr'l'amri

67

Page 76: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

dalam IV : 59, sehingga ketetapan-ketetapannya wajib diikutoleh ummat sebawahannya. Syarat sahnya bagi ketetapanmusyawarah itu ialah bahwa ia tidak boleh bertentangan dengansesuatu yang telah diatur dalam kiffib Allah atau oleh Rasfilsendiri. Suatu bentuk dari syDrE :^e.lah ijma'. Dimasa perkembang-an hukum fiqh sangat sulit untuk menghimpun orang-orang cerdikpandai yang bertebaran diseluruh wilayah negara Islam disebab-kan jarak-jarak yang sangat berjauhan yang membutuhkan per-jalanan sampai berbulan-bulan. Sebab itu untuk mudahnyaorang kumpulkan dan perbandingkan tulisan-tulisan merekamengenai sesuatu perkara dan kesamaan paham yang terkuatdikalangan cerdik pandai dijadikan hukum. Bagi cerdik pandaiyang diam berdekatan atau setemp?t, umpamanya cerdik pandaidi Madinah atau Kufah, maka persesuaian paham antara merekaitu lebih mudah dapat diketahui karena contact yang rapatdiantara mereka itu.

S 6. Al-ahkim 'lkhamsah.

Setiap peraturan, apapun jua macam dan sumbeffiy&,mengandung inti sesuatu norna atau kaedah. Dalam bahasa ilmuFigh disebut kaedah itu hukum , jama'anya ahkam. Ahkam itu ha-nya lima macamnya, sebab itu ia dinamakan al-ahkam alkhamsah,yaitu I ) fard atau wajib , 2) haram , 3) sunnah atau mandfib ataumustahabb ,' 4) makrfrb

-dan 5) jd;iz atau mubi[r. Lima macam

penjenisan kaedah ini adalah ukuran buruk baik bagr perbuatan,tidak perduli apakah perbuatan itu termasuk ke dalamlingkunganperaturan agama, ataukah ke dalam lingkungan peraturan hukum(buatan) dunia, ataukah ke dalam lingkungan peraturan kesusila-all.

a) Jd'iz.

Ta'iz adalah jenis kaedah untuk semua perbuatan yang se-mata-mata terserah kepada pertimbangan, kemauan dan pilihanmasing-masing manusia apakah ia akan lakukan atau akan tinggal-kan dengan tidak dapat ditentukan terlebih dahulu apakahpenguatnya (sanctumnyh) jika perbuatan itu dilakukan atauditingealkan, sebab penguatnyaitu bukanlah sesuatu yang datang

68

Page 77: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

dari luar, tetapi akan timbul dengan sendirinya sebagai hasilpengalaman orang yang berbuat atau tidak berbuat itu sendiri,yaitu mungkin berupa penjelasan atau mungkin berupa kepuasanbagi dirinya sendiri dengan tidak akan menyinggung sedikitpun,,kepentingan pihak lain. Semua perbuatan yang kaedahnya iT'uitu termasuk ke dalam urusan kewenangan setiap orang, berupahak yang tidak bertimbalan kewajiban baik bagi diri sendirimaupun bagi pihak lain. Dalam bahasa Indonesia dapatlah.ji]iz itudisamakan dengan ukuran boleh, yaitu tidak terlarang, tidak di-cela, tidak disuruh dan tidak dianjurkan. Setaraf dengan ji'izialah halil yang'dipergunakan terhadap benda atair orang, sepertidagrng sapi itu halil untuk dimakan, perempuan itu lralll untukdikawini, cuma [al-al berarti tidak boleh dilarang, tidak bolehdicela, tidak boleh disuruhkan secara paksa tetapi boleh clianjpr;anjurkan. Nyatalah bahwa j-a'iz itu dapat berlaku. di lapangankesusilaan perseorangan dan dapat puladilapangan hukum dunia(hukum adit dan hukum bikinin kekuasaan dalam masyarakat)dan di lapangan lrukum agama (hukum yang bersumber 'kepadawahyu ll-ahi), yaitu berupa kewenangan pribadi. Sesuatu per-buatan yang ukurannya ia'tz d\lapangan hukum agama itumungkin bukan jd'iz dilapanganhukum dunia,misalnya hukumagama membolehkan perkawinan endogami dalam masyarakatyang berclan, tetapi menurut hukum dunia ,,lalam'masyarakat

lersebut endogami itu dilutangnya. Sebaliknya' yan! dibolehkansebagai sesuatu keweningan dalam hukum dunia itu djharimkan

''oleh hukum agama, misalnya menurut hukum dunia'boleh ber-zina dalam batas-batas syarat-syarat tertentu' tetabi menuruthukum a9ama berzina itu absolut merupakan pelanggaran larang:an keras (haram). Bagi mereka y{tE ber-imbn maka ie?iz in)dipahamkan sebagai suatu persimpangan jalan yanggelap gulita,simpang yang di kanan dijaga oleh malaikat, simpang yang di kiridijaga oleh iblis; maka barang siapa menempuh simpalg YanBpertama akan berbahagialah dia, dan siapa yang mene{npuhsimpang yang kedua akan kecewalah dia.

Di lapangan ji'iz itu hendaklah manusia banyak-bairyakbermohon petunjuk dan perlindungan dari All-ah S.w.t. -supaydrliberinya rahmat mqmilih dan memasuki simpang yang di kanan,yaitu girala'lmustaqim. Apakah manusia percaya atau tidak,di lapangan jA'u itu dalam memilih dan memutuskan ap4 yang

.

69

Page 78: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

dianggapnya baik, dia akan berhadapan langsung dengan kekuasa-an Tuhannya yang dapat membiarkannya menempuh jalan kiridan terjerumus ke dalam ranjau pangkuan iblis, yaitu jika ia lupaatau tidak acuh atau tidak mau kenal akan All-ah.

b) Sunnah dnn mnkTilh.

Manusia di lapangan hidup kesusilaan perseoranganilya, yangtelalr mengalami kebah agSaan atau kekecewaan sebagai akibatdari berbuatnya atau tidak berbuatnya, berkecenderungan untukmenyampaikan pengalamannya itu kepada orang lain berupanasehat-nasehat begini dan begitu, sehingga dalam masyarakattimbul pengertian-pengertian umum tentang macam-macam per-buatan yang sebaiknya ditinggalkan atau sebaiknya dilakukan.Maka timbullah dalam bidang kesusilaan umum atau kesusilaan(dalam hidup) kemasyarakatan kaedah-kaedah makruh dan sun-nah. Perbuatan-perbuatan yang semulanya berukuran itrz bagrhidup kesusilaan perseorangan, karena selalu dialami oleh pem-buat-pembuatnya akibat-akibat yang berupa kepuasan ataukebahaglaan bagr dirinya, meningkat martabatnya dari berukuranji'iz kepada ukuran sunnah yaitu menjadi perbuatan yangdianjurkan oleh masyarakat supaya dilakukan dengan sebagaipengu atny a diberikan kepada pembuat-pembuatnya pujian. Pujianini tidak perlu berupa sanjungan dengan kata-kata, malahan lebihdirlsakan jika pujian itu berupa sikap baik atau pandan gan hor-mat dari orang-orang sekelilingnya. Penghargaan masyarakatterhadap diri pembuat itu memberikan kepadanya rasa kebangga-&fl, rasa kemuliaan, yang menambah penghargaan sendiri atas diri.

Sebalikny?, perbuatan yang semulanya berukuran je'iz bagihidup kesusil aan perseorangan, karena selalu dialami oleh pem-buatnya akibat-akibat yang berupa kekecewaan atau kemalanganbagi dirinya, berobah martabatnya dari berukruan jb'iz kepadaukuran makrirh, yaitu perbuatan yang dicela oleh masyarakatsehingga celaan itulah yang menjadi penguatnya. Pada sunnahpenguatnya itu berarti dorongatr, pada makrtrh pengu atnya ituberarti hamb atan. Juga celaan itu tidak perlu dengan mulut,malahan lebih dirasakan jika celaan itu berupa sikap benci danpandangan rendah dari orang-orang sekelilingnya, sampai-sampaiorang menjauhkan diri 'dari si pembuat, atau lebih hebat lagi

70

Page 79: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

memboikot sipembuat itu clalam hidup kemasyarakatan. Sikapbenci dan merendahkan dari masyaraklt itu menimbulkan rasamalu dalam diri si pembuat, rasa kehinaafl, rasa kehilangansesuatu yang juga berarti pbnderitaan bagi jiwanya.

Juga di lapangan hukum agama ada kaedah sLlnnah danmakr-uh, cuma penguatnya berlainan. Perbuatan sunnah yangdilakukan dalam agama diberikan upahnya berupa pahala dari sisiAllah, demikian juga perbuatan makrirh yang iengajq ditinggal-kan. Ini mungkin bagi Allah, sebab Dia m.ngrlahui:uga hal yangtersembunyi. Perbuatan sunnah yang sengaja ditinggutkun atau-pun perbuatan makrirh yang sengaja dilakukan, *ulu,rpun tidaklnendapat hukuman atau siksa dan tidak merupakan doru, akantetapi sedikit banyak ada juga akibatnya bagi jiwa atau badan,apalagi jika perbuatan yang makrirh itu berulang-ulang dilaku-kan sampai berkepanjang?n, dapat merusakkan badan atiu ahklakdemikian pula perbuatan sunnah yang berulang-ulang atau ber-kepanjangan ditinggalkan itu; segala sesuatunya itu puda akhirnyadapat mempengaruhi pandangan o{ang-orang disekitarnya ke arahyang kurang menguntungkan bagr diri yang birsahgkutan.

c) WAiib don frardm.

Di lapangan kesusilaan kemasyarakatan, jika perbuatan yangnrakrfih, yang tercela itu, berhubungan dengan perkembangandalam masyarakat itu sendiri, makin larni makin dirasakanmudaratnya bagr pergaulan hidup, rnaka pada suatu ketika dapatpenguasa (Lll'l'amri) menurunkan martabat kaedah perbuatanitu dari bidang kesusilaan kemasyarakatan kepada bidang hukumdunia, sehingga kaedahnya berobah menjadi lrarim, dan per-buatannya menjadi perbuatan yang terlarang dengan penguatnyaberupa hukuman dunia sebagai pengganjar dan p.ngharnbat.Hukuman dunia itu berupa penderitaan bagi kebebasatt berge-rak, penderitaan bagr martabat diri, penderitaan bagi badan atauharta, penyingkiran dari niasyarakat atau pembuangan, sampai-sampai berupa penyingkiran untuk selama-lamanya yaitu dibunuh(hukuman mati dalam pelbagai bentuknya).

Sebaliknya, jika perbuatan sunnah,, yang dipujikan dalampergaulan hidup ittt, makin lama makin dirasatian fiedahnya bagkesejahteraan umum, bagi keselamatan masyarakat, maka pada

7t

Page 80: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

suatu ketika penguasa akan menganggap perbuatan itu begitupenting untuk umum, untuk orang banyak, sehingga dinaikkan-nya martabat kaedah perbuatan itu dari lapangan kesusilaanumum kepada bidang hukum dunia dengan menjadikan yang

sunnah itu menjadi wbjib dengan diberi penguat berupa hukumandunia bagi yang melalaikan 4.tau meninggalkan perbuatan itu.

Wajib dan har6m itu juga merupakan kaedah-kaedah dalambidang hukum agama dengan penguatnya berupa upah atau paha-la dari sisi Tuhan bagi yang menunaikan suruhan (kewajiban )itu atau bagi yang menin ggalkan larangan (keharatnan) itu dengansengaja. Sebaliknya bagi mereka yang mengabaikan suruhan ituatau yang melanggar larangan itu disediakan penguat berupasiksa di akhirat dan mungkin pula serentak siksa di dunia danhttkttrnan di dunia. Hukuman agarna di dunia itu, selrerti potongtangan, dera dll., mesti tetap berlaku seganderlgan denganhuktrman dunia yang ditetapkan oleh ilu'l'amri dan tidak bolehdisingkirkan berlakunya oleh sesuatu ketetapan irlir'l'amri. Ajaran,,ntodern " bahwa . htrkLlrn pidana ltarus bertujuan perbaikanakhlak bagi sipeirjahat dan bahwa kejahatan adalah sebagian dariakibat keadaan sosial dalam masyarakat, walaupun sungguh benar,tidak boleh menyebabkan manusia Islam mengabaikan im-an dantaqwb.nya kepada Allah dengan membekukan hukuman agama-llya.

Dalam masyarakat-masyarakat di dunia ini, dimana ajaran,,tnodern" itu berkumand ?fr1, jumlah penjahatnya terus mening-kat walaupun perbaikan keadaan sosialnya diperhebatnya. Manu-sia Islam hendaklall menggabungkan tuntutan-tuntutan,,modern"itu dengan tuntutan-tuntutan hukurnan menunrt Qur'bn, kitabAll?rh yang seluruhnya merlrpakan huda untuk mencapai akhlakyang setinggi-tinggnya dan keadaan sosial yang seadil-adilnya.Jika diikuti hukuman Qur'in, maka insya'a'llbh jumlah penj araakan berkurffig, demikian pula jumlah polisi, penllntut, hakimdan lain-lain pegawai untuk pembasmi kejahatan, akan berkurangdan penghematan anggaran belanja yang dihasilkannya akanmemperkuat usaha-usaha dalam lapangan sosial dan perbaikanakhlak, (Baca pula mengenai Al-ahkim al-khamsah itu pidatopelantikan saya sebagai Guru Besar tanggal 13 September 19 52berjudul,,KesLtsilann dan lIukurn").

72

Page 81: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

S 7. Kesimpulan : .

l. Hukum agama meliouti semua macam 'kaedah.

2. Jtr'iz, beserta halal, bukan saja kaedah hukum agama, tetapijuga merupakan kaedah kesusilaan pribadi dan mungkinpula merupakan kaedah hukum dunia yang menimbulkanhak dalam arti kewenangan dengan tiada bertimbalankewajiban.

3. Sunnah dan makrirh bukan saja kaedah hukurnjuga berupa kaedah-kaedah kesuSilaan umum.

agama tetapi

4. Wejib dan ljar6m bukan saja kaedhh-kaedah hukum agama,tetapi juga berupa kaedah-kaedah hukum dunia.

'

5. Yang membedakan kaedah dalam ketiga lapangan itu (la-panga-n

-agamufuh, lapangan kesusilaankah, lapangan hukum

duniakah) ialah bentuk dan cara sanctumnya (penguatnya):di lapangan agama sanctum itu berupa siksa dan pahala,ganjaran penderitaan dan ganjaran kebahagiaan, y?ilg lang-sung dikenakan Tuhan di dunia dan di akhirat, dan mungkinpula berupa hukuman yang dikenakan oleh penguasa duniamenurut penetapan All-ah; di lapangan kesusilaan um.umsanctum itu berupa celaan dan pu3i-an; di lapangan hukLmdunia sanctum itu berupa hukuman dalam pelbagai bentuk-nya.

6. Penguasa berhak menjadikan perbuatan yang semulanyadi bidang kesusilaan umum berkaedah sunnah atau makrirhmenjadi perbuatan yang berbentuk suruhan atau larangandengan mengobah kaedahnya meryadi wajib atau haram.

7. Di bidang hukum agama dilarang mengobah yang fraldlmcnjadi lraram (V: 87, LXVI: l) atau menjadikan yangharam menjadi halal (lX: 37).

8. Pcrintah Alleh, baik larangannya maupun suruhannya, tidakbolt:h digcser-geser. Yang harhm mesti fraram dan yang tetaprvliib rncsti tctap wajib (lV: 47, 59 dan XXXIII: 37).

(). Rasulillllh tidak berhak rnenetapkan sesuatu bertentangandcngan kemallan (penetapan) Allah yang nyata ada termuatclularn Kitabullih.

10. Kcrtctapan Rasll yang diambilnya dalam ketiadaan ketetapanAllilt, rllotr iacli mansukh .iika tidak benesuaian dengan

73

Page 82: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

kefetapan N6h yang diturunkan kemudian.

Tidak' ada ' ayat Qur?in' yang mansltkh. : 'Kesusilaan dan hukum dunia, yong tidak bertentangandengan kaedah-kaedah hukum agarrrs, dapat terus berlaku.

tlt'l'amri hanya berhak leluasa menetapkan sesuatu yangtidak ada ketentuAn kaedahnya dalam hukum agama seper-

ti 'termuat dalad Qur'an dan Sunnah Rasfll, asal saja

ketetapan irlir'l'amri itu tidak bertentangan dengan sesuatukaedah dalam hukum agama itu (Qur'-an dan Surmah Ras0l).

" Tugas dalam pe{nbentukan hukum yang baru wajiblatr

' dilakukan oleh Lllr'l'amri melalui sytri.Dalam rnenjalankan atau memakaikan hukum maka irlir'l'-amrt berhak melakukan qi3rds yang induktif.Peraturan atau keputusan yang ditetapkan oleh filil'l'amridapat diobah atau dicabut oleh irlir'l'amri kemudian yangsetaraf atau oleh irlir'l'amri yang lebih tinggi.

b___

l6'. ,

11.

12.

13t

"

14.

74

Page 83: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

il. HUKUM KEWARISAN AHLU'SSUNNAH WA' LJAI\,II'AH.

S l. C^ara berpikir Altlu'ssunnah wa'ljamh'ah.

a). Garis-garis hukum kekelu argaan, termasuk garis-garis hu-kum kewarisan, dalam Qur?in'dipahamkan oleh Ahlu'ssunnahwa'ljami'ah sebagai hanya suatu penyirnpangan dari hukum adatmasyarakat 'Arab, suatu penyimpangan yang membawakanperobahan-perobahan besar dalarn hukum adat itu, dengan tidakdiinsyafi bahwa garis-garis lfukunl Qur'dn itu merombak seluruhststim mesyarakat 'Arah ittt sencliri, Karena itu ditafsirkannyagaris-garis hukum Qur'hn itu dalam kepercayaan bahwa dasar-dasar sistim masyarakatnya yang patrilineal itu dapat berjalanterus dengan akibat bahwa tafsir itu .sendiri diliputi oleh pahamprinsip-prinsip kemasyarakatannya itu, yaitu paharn pemikiransecara patrilineal murni.

b). Selain dari dasar berpikir secara patrilineal itu, tafsirhyadihinggapi'pula oleh anggapan bahwa ada ayat-ayat Qur'hn yangdimanstrkhkan (dihapuskan) oleh ayat-ayat yang lain dalamQur'in, sehingg a ayat-ayat yang mansirkh (terhapus) itu dilepas -

kan dari- kungkungan im-an.

c). Kebenaran hadiih lebih diutamakah ukurannya menunrtisn-adnya (perangkaian orang-orang y angmenyampaikannya) dari-pada menurut matn-nya (isi textnya). Isi matn itu , yffiE acapkalitidak memberikan gambar yan1 sempurna tentang'..kasusnya(duduk perkaranya), ditafsirkan pula- secara'pemikiran yangpatrilineal. Juga kurang teliti pemeriksaan apakah isi, matn itutidak bertentangan dengan sesuatu ayat Qur'-an.

d). Istilah-istilah di dalam Qur'ln, yang rlrenrpr"rnyai artikhusus menurut Qur'-an sendiri, mungkin .pula' oleh merekadianggap mempunyai arti yang biasa dalam bahasa 'Arab per-gaulan

e). Kadang-kadang cara berpikir adalah abstract, yaitu'halyang dipikirkan itu dilepaqkan dari hubun gan perkaitan seltikbeluknya dengan lain-lain hal yang merangkainya. :

75

Page 84: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

g 2. Ifinsip-prtnsip ( po ko lc-po ko k, penger tiurt-pengertian utn-um) ),ang tlipakai oleli' Ahlu'ssttnnah wa'ljarith'ah dalantlutliunt kewarisan.

Prinsip-prinsip tersebut, yang tidak dapat dilepaskan daricara berpikir seperti dimaksud dalarn S I dan juga ditimbulkanoleh cara berpikir tersebut, ialah setragai berikut.

a) ' (Js ltqh.

Pengertian 'u$bah, yang berurat kepada susullan lnasyarakatyang patrilincal, tetap dipertalrankanltya, karena tidak lncng-insafi llaltrva Qrrr'-an ircndak n'lrrrom bak masyaraka t tersebutrnen jadi tnasyarakat yang llilnlErral. 'Upbah ialah sekumpulanorang yiutg dapat lnembtrktikan bahwa nlercka sckct urttnanIncrnurLrt sistinr patrilineal rnuffri (lihat lanrpiran II., P (l), halamanl9 kitab saya ,,Hcn{lak l;c,ntunu ltukunt Islarn .?").

b) 'Asabdt.

Pengertian'apabht, yang semulanya berarti sentua anggotayang laki-laki dalam 'irgbah, dipertahankan, tetapi IV: I I a danIV: l7 6 e (lihat bab II kitab saya ,,llu l;turt Kew,nrisutt Biluteralnrcnurut al-Qur'dn" ) menimtlulkan kebutuhan akan tambahanpengertian 'apabah dengan 'agabah bi'lghairi. 'Asabah semnlanyaberarti seorang laki-laki di dalam 'usbah. Maka yallg dimaksuddengart tambahan istilah 'a;abalr bi'lghairi ialah anggota yangperempltarl didalam 'u;bah yarlg sama derjat kelahirannya dansetaraf dengan seorrurg 'a.satrah (laki-laki) clcrngan siapa perem-puan itu bersarlla-sama berhak mervaris atas dasar angka-bagi 2: I .

yaitu yalg laki-laki mendapat dua kali sebanyak bagian yangperempuan. Untuk pembedaan selanjutnya disebut 'asabah yanglaki-laki itu 'a.sabah bi nafsihi. Hal sedcrajat liarena kelahiran ituditinjau dari sudut sipewaris. misalnya anak laki-laki beserta anakperempuan, spudara laki-laki kandung beserta saudara perempuanlcandung, cucu laki-laki kelahiran anak laki-laki beserta clrcuperempuan kelahiran anak laki-laki jika ar:ak laki-laki sudah matisemuanya. 'Aqabah bi nafsilri berirak mewaris dengan sendirinya,tetapi 'asabah bi'lghain hanya dapat mewaris jika digandengr oleh'agabah bi nafsihinya.

76

Page 85: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

c) Dzawft'l'arhdrn.

Jika dari 'usbah si pewaris dikeluarkan orang-orang yangbergelar 'agabah bi nafsihi dan 'agabah bi'lehairi maka tinggal lagiorang-orang perempuan yang berhak fara'id dan yang tidakberhak far-a'i$. Perempuan-perempuan yang tidak berhak fari'i$ini semuanya digolongkan kepada pengertian dzawti'l'arh?m.Selain dari perempuan-perempuan tersebut dimasukkan pulake dalam pengertian dzaunf'l'ar[im itu keturunan patrilineal darisemua perempuan kelahiran 'u,sbah sipewaris ditambah lagi de-ngan semua orang yang se'usbah dengan ayah setiap perempuan,yang menjadi ibu bag anggota-anggota 'usbah sipewaris, dengandemikian orang-orang yang karena hubungan perkawinan exogamitermasuk kedalam 'usbah-'usbah lain, yaitu 'usbah pihak menantulaki-laki dan 'ugbah pihak mertua laki-laki dari sipewaris dan darisetiap 'agabah bi nafsihi bagr sipewaris itu. Sebagai akibat per-kawinan endogami maka juga di dalam 'usbah sipewaris sendiriada kemungkinan laki-laki menjadi dzawri'l'arlrhm. ;j

Dalam arti lebih luas lag maka dzawti'l'arhim ialah setiaporang yang ada hubungan darah dengan sipewaris tetapi bukan,dzawri'lfar-a'id, bukan 'agabah bi nafsihi, bukan 'asabah bi'lghairidan bukan 'asabah ma'a'lghairi.

d) 'Asabah nw'a'lghairL

Jika dalam 'ugbah sipewaris telah mati semua 'agabah binafsihi, tetapi sipewaris ada meninggalkan keturunan yang perem-puan yang berhak fari'id disamping saudara perempuannya yangse'usbah dengan sipewaris dan se'usbah pula dengan keturunansipewaris itu, maka saudara perempuan sipewaris itu dinaikkanmartabatnya dari dzawri'l'arlram menjadi 'asabah dengan nirma'asabah ma'a'lghairi.

e) HiiAb.

Hijeb @endindingor, penutupan) ialah semacam sistimkeutarnaan, yang menentukan siapa yang berhak menyingkirkanorang lain ikut serta mewaris. Garis-garis hukum mengenai hijabitu adalah sebagai berikut.

77

Page 86: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

I ) Dzawfi'If'arh'igl (semua orang yaltg berhak metrdapatb.agian tertentu, secara tetap dan pasti menurut Qur'bn dan Fiqh)dalam pembagian pokok tidak menghijab clan tidak dihijab. Jikakebetulan jurnlah far?'id genap satu atau lebih dari satu, makamereka yang bukan dzawu'lfar-a'i{, seandainya berh&k, tidakVda yang akan dibagikan lagi dari harta peninggalan. Bagiandzawfl'lfari'id diambilkan dari sisa besar, yaitu sisa harta pening-galan setelah dikeluarkan pembayaran hutang-hutang dan wasiat.Jika jumlah fara'i{ melampaui sisa besar itu maka dilakukan'awl yaitu pengurangan bagian menurut perimbangan angka-angkafqrd',iQ itq. Jika setelah dikeluarkan farb'i{ kebetulan.masih adaketinggalan sisa,. yaitu sisa kecil, maka sisa kecil inilah yang dapatdibagikan' kepad4 golongan berikutnya, yaitu'a.sabah.Jika tidakada dzawri'lfar-a'id {naka 'agabah berbagi sisa besar.

2). 'Apabah, dalam semua perinciannya (bi nafsihi, bi'lghairi,ma'a'lghairi) rnenghijeb dzaw-u'l'ar!r-am, sehingga dzawir'l'arhimbaru mungkin mewaris jika tidak adadzawD'lfira'id dan tidak acla

'agabah.

, 3) , Dikalangan la$abah ada selusin perincian hijeb yang inti-nya ialah bahwa 'asabah bi nafsihi yang dekat menghijab 'a$a-

bah yang lebilr jauh dengan pengertian bahwa yang kandunglebih dekat dari yang hanya sebapak.

r,

4) Jika tidak ada 'apabah tetapi ada dzawfi'lfEra'i{ yangbukan -duda atau janda maka mereka itu menunrt rnadzhabHanafi .dan madzhab ,Hambali menghijab, sedangkan menurutSydfit dan Meliffii rnurlgkin menghijab dzawit'ltr[am dalamurusan sisa-bagi,"sehingga terjadi radd, yaitu sisa-bagi itu dibagi-kan .lagi kepad a dzawir'lfari'id . tersebut sehingga habis menurut

.perbandingan angka-angka farb'i$ mereka.

5) Bagi madzhab Syafi'i dan IWaliki maka bai'tlm-al yang me-menuhi syarat menghijab bukan saja dzawlrl'l'arhim tetapijugadzawtr'lfari'i{ dalam urusan sisa-bagi tadi, sehingga sisa ini

'diperoleh oleir bait'l;al. Jika bait'lmaiitu tidak memenuhi syaratatau tidak ada sama sekali maka barulah sisa-bagi itu diraddkankepada dzawu'lfari'id.

78

Page 87: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

6) Jika tidak ada 'a.sabah dan dzauflr'lfarb'i$ maka menurutmadhab Hanafi dan Hambali barulah dzaw{r'l'arh?m berhak atasharta peninggirlan, akan tetapi. menurut madzhab'Sy-afi'i barulahmereka berhak jika tak ada bait'hlral yang memenuhi syarat atautidak ada bait'lmil saina sekali.

7) Dalam lingkungan sebama dzauni'l'arhdm maka padamadzhab hdaliki, Sy-af i dan Hambali b6rlaku sistim hijeb yangtersendiri (sistim ahli'ttanzil), dimana ukuran jauh dekat bukandiukur dari simati tetapi dari orang-orang yang paling akhirnrcnghubungkan simati dengan dzawir'l'ar[rdm itu, penghubung-penghubung mana sendiri-sendiri seandainya hidup dapat menjadiahliunris bagr simati, 'baik ahliwbris 'sebagai 'apabah maupunahliwaris sebagai dzawlr'lfari'i$, dan jika' dzauni'l'arl.rfm itusama clekatnya menurut ukuran tadi maka hijtb rnenghijeb antaramereka ntengikuti cara hljab menghijab antara penghubung-penghubung tadilah. Pattra mad tnuA- Hanafr Ueitatiu sistimclimana jautr dekat itu diukur dari simati, maka yang lebihdekat menutup yang lebih jauh (sistim'ahli'lkirebah), tetapi jikasama jauhnya maka belum berarti bahwa mereka akan sama-samamendap?t, sebab orang yang lebih dekat derajatnya kepada peng-hubun Enya seperti yang dimaksud pada sistim ahli'ttanzl tadimenutup orang yang lebih jauh derajatnya kepada penghtrbung-nya sendiri menurut ukur[h seperti yang dimaksud pada sistimalrli'tt anzlt itu juga.

$ 3. Garis-garis hukum yantg ditambahlwn oleh Ahtu'sunnahwa'ljamii'ah kepada garis-garis hukum kewarisan dalam Qur'-an dan tafslr mereka mengenai sesuatunya dahm garis-garishukum Qur'dn itu.

a) Kepada ry: ll a ditambahkan:

Dasar-bagi menurut Qur'dn, yaitu sama rata antara sesamaanak-anak laki{aki dan menurut perbandingan 2:l antara anaklaki-laki dan anak perempuan berlaku untuk keturunan seufnum-ilyo, yaitu menurut cara pertarna';antara sesilma ketuntnan jenislaki-laki dan menurut cara kedua antara keturunan jenis laki-lakibeserta keturunan jenis perempuan, yaitu semuanya keturunanmeilurut garis patriiineal, dengan syarat bahwd keturunan itu

7g

Page 88: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

,sama derajatnya dan di atas mereka tidak ada keturunan jenistaki-laki yang lebih dekat derajatnya kepada simati. Jika adaketurunan jenis laki-laki yang lebih dekat'itu maka semua ke-turunan yang lebih jauh terhifib, tidak perduli apakah yang ter-hijab itu keturunan dari sipenghijeb sendiri atau bukan. Keturun-an jenis laki-laki yang terdekat itu tidak menghiieb keturunanyang sama dekat derajatnya dengan dia dan tidak pula menghijIbketurunan jenis plrempuan yang lebih dekat lagi derajatnyadari dia.

b) Kepada IV : 1 I b, c ditambahkan :

Jika keturunan yang terclekat itu perempuall dan tidak adaketurunan jenis laki-laki yang sederajat dengan dia (mereka) ataulebih dekat lagi derajatnya dari dia (mereka), maka keturunanperempuan yang terdekat itu berhak far?'id, jika seorang I 12 danjika ada dua orang atau lebih yang sama-sama terdekat maka bagi-annya 213, sedangkan keturunan jenis laki-laki, atau keturunanjenis laki-laki dan jenis perempuan, yang sesam anya sederajattetapi lebih jauh dari yang berhak far6'i{ itu, memperoleh sisayang dibagi antara mereka secara sama rata antara sesama laki-laki dan secara perbandingan 2:1, antarc yang laki-laki dan yangperempuan. Dalam hal ini mungkin seorang ketunrnan perempuanyang derajatnya lebih jauh dari yang berhak faf i{ itu tetapilebih dekat dari yang berhak sebagai 'asabah itu akan terjepitdalam soal pembagian itu, misalnya S pada gambar A. Jika

lJAJ ibi icNd

ketuntnan yang lebih jauh itu hanya terdiri dari perempuansedangkan keturunan jenis ferempuan yang terdekat itu seorangsaja maka dia ini mendapat l12 dan keturunan jenis perempuanyang tebih jauh itu, seorang atau lebih, berhak atas l/6 (tak-ndlah), yang akan dibagi secara sama rata jika mereka lcbih dariseomng dan sederajat, dan jika tidak sederajat maka timbulpersoalan seperti halnya dengan S pada gambar B.

80

lr-

B

s

Page 89: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

c) Kepada IV : I I d ditambahkan :

I ) erti 'ayah ialah juga setiap penghubung patrilineal selanjut-nya ke atas, ayah dari'ayah dan seterusnya (,,datuk" pihak ayah),dalam arti yang lebih dekat menutup yang lebih jauh, peng-hubung mana berhak far6ti$ seperti agah, jika ayah tidak ada lagi.

2) Arti ibu ialah juga setiap penghubung matrilineal selanjutnyake atas, mulai dari ,,ibu dari ibu" (,,nenek" pihak ibu), dhri ,,ibudari ayah", dari ,,ibu dari datuk" dan seterusnya (,,nenek" pihakayah), dalam arti yang lebih dekat menutup yang lebih jauh,dengan satu penlecualian bahwa ,,nenek" pihak ayah tidak meng-hijab ,,nenek" pihak'ibu yang lebih jauh; ,,nenek" itu bi:rhak

. fari'i{ seperti ibu jika ibu tidak ada lagi, yaitu ,,nenek" pihakayah jika pula ayah tidak adb li'bi, yaitu ,,nenek" pihak ibu ber- i:

hak penuh jika ,,datuk", dalam arti pada cl, ada, ataupun tidakada tetapi tidak ada pula ;,nenek" pihak ayah. ",

3) Jika ,,datuk" dalam arti pada cl. dan,,nenek" pihakibu ti.dak ada, maka ,,nenek" pihak ayah berhak farE'i{ seperti ibu, .

:

yaitu jika hanya seorang ,,neiiek" pihak ayah maka ia berhakpenuh dan jika ada lebih dari seorang ,,nenek" pihak ayah makamereka berbagi secara sama rata bagian faia'i$ untuk ibu itu.4) Jika berhimpun seorang ,,nenek" pihak ibu dengan seorang

atau lebih ,,nenek" pihak ayah maka mereka berbagi sama ratafar?'id untuk ibu.

Untuk illustrasi menge rfiipe-rlgertian ,,nenek" dan ,,datuk" itu

j lihat gambar C, diman a p sipewaris, nlempunyai, selain ayah, tiga orang

,,datuk" dan selain mak, sernbilanorang ,,nenek", yaitu 3 orang,,nenek" pihak ibu dan 6 orang,,nellek" pihak ayah,

d) Ketentuan-ketentuan untuk ,,nenek" seperti tersebut paclac) angka 2,3 dan 4 juga berlaku jika sipewaris tidak berketurunan

e) Kepada IV : I I e ditarn-bahkan tafsir, bdhwa:

8l

Page 90: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

.t

I ) Far-a'id untuk ibu tetap I !3 jika hanya ada seorang saudarakandung atau tiri sebap?k, laki-laki maupun peremPUffi, yang

ditutup (dihijeb) oleh ayah,

2) Jika ada duda atau janda maka ibu diperlakukan seakan-akania seorang 'agabah bi'lghairi bagi ayah, tetapi jika ayah tidak adarnaka ibu itu diperlakukan penuh sebagai dzawri'lfard'id.

l') Kepada lV : 12 ditanrbahkan tafsir :

bahwa arti ltalildr ialah punah ke lrawah sedarrgkan ayah(rnenurut Syifi'i hanya ayah saja, tetapi menurut Hanafi jtr-ga ,,datuk") telah mati lebih dahulu, dan bahwa yang dimaksuddengan saudara ialah saudara tiri seibu.

g) Kepada IV : 17 6 ditambahkan tafsir :

I ) bahwa arti kalalah ialah punah ke bawah sedangkan_ayah(menttrut Syati'i hanya ayah saja tetapi menurut Hanafi juga,,datuk") telah mati lebih dahulu dan bahwa yang dimaksuddengan saudara ialah saudara kandung atau saudara tiri sebapak.2) Ketentuan-ketentuan dalam IV: \76 berlaku penuh jika

saudara-saudara yang mewaris itu atau hanya saudara-saudarakandung-saja, atau hanya saudara-saudara tiri sebapak saja, danbukan campLrran antara kandung dan tiri sebapak.

3 ) Jika ada sattdara laki-laki kandung' maka semua saudara tirisebapak terhijib.4) Jika yang rnewaris hanya saudara-saudara perempuan saja,

yaitu cuma satu orang yang kanduilg, maka yang tiri sebapak,seorang atau lebih, mendapat I 16 (taknrilah), yang dibagi sa-ma rata jika saudara tfui sebapak itu lebih dari seorang,

5) Menurut Hanafi ,,datuk" menghijeb saudara, sehingga hu-kum kalilah praktis hanya dapat dipergunakan jika orang matipunah ke bawah dan punah ke atas.

6a) Menurut SvEfif jika datuk berhimpun dengan saudara yangbukan dzawf'lfard'i{ maka datuk berhak berbagi sisa besarsebagai seorang saudara yang diistimewakan, dengan mendapatbagian sebanyak bagian untuk seorang saud ara laki-laki tetapitidak boleh kurang bagiannya itu dari I 13,

82

Page 91: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

6b) Jika selain sauda ra yang buka n' dzaunJ'lfar6'id ada pulabukan saudara yang berhak fare'i{ (ibu, duda, janda, saud ara ti-ri seibu) maka bagian datuk.. tidak boleh kurang dari I 13 sisakecil atau ll6'dari siSa besar,. dengan ada kemungkinan saudaratidak meridapat apa-apa.

6c) Jika datuk berhimpun dengan sa'ldara-saudara yang dzaufi'l-fard'i{ dan dengan bukan saudara yang berhak far6'i{, makadatuk berhak riienerima sisa kecil ataupun sekurang-kurangnyaI 16 sisa besar. .l

6d) Jita datuk berhimpun dengin hanya saudara dan diant ara'nya ada yang berhak

- fara'id, maka datuk berhak mendapat

sekurang-kurangnya I 13 sisa besar, dalam hal mana saudara tirisebapak rrrend ipat maximal I 16 atau nihii.6e) Dalam hal datuk menuntut I l6sisa besar sedangkan jumlfi

farE'i$ bagi saudara dan bukan saudara telah melampaui 5 I 6 makaclatuk diitut sertakan dalam 'awl, seakan-akan di1 dzawfi]lfari'i4'7) Buat selebihnya ada casus-casus istimewa yang mempunyai

penyelesaian secara istimewa pula, seperti akdariyyah, musyarra-kah. Buat selanjutnya mengenai hukum Ahlu'ssunnah itu oraiigdapat baca dalam bahasa, Indonesia karangan-karairgan MahmudJunus, A. Hassan, M.'Anyad Th. Lubis' dll.

83

**'*$

Page 92: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

fIT. fIAffTH KEWARISAN

S tr. Turunnya ayfita,yqs kewarisan.

a) Muhammad 'bn 'l-Munkadir mendengar Jabir 'bn 'Abdilfahberkata bahwa dalam sakitnya ta dikunjungl oleh R(asillull-a{ts.'a.w.) dan AbU Bakr, maka J6bir bertanya kepada R ,,innam?li akhawdtun ... kaifa apna'u (aqd'i) fi mafi ?" (,,aku hanya mern-punyai saudara-saudara perempuan ... maka betapalah aktt per-buat dengan hartaku?") R tiada menjawab sampailah turun ayat-ay at kewarisan. (Bukheri).

Dapatlah kita taksir (kira) bahwa ayat-ayat kewarisan yangdimaksud dalam hadTth tersebut ialah IV:116, dimana antara lainditetapkan bahwa jika orang mati tidak berketunrnan denganmeninggalkan dua orang saudara perempuan (atau lebilt) makamereka ini mendapat 213 bagian dari harta peninggalan setelahdikurangkan hutang dan wasiat.

b) AlbarE' berkata: ,,akhiru ayatin nazalat khatimatu sDratin-nisfi yastaftfinaka kulilllhu yuft?kum fi'lkalalati" (ayat terakhiryang diturunkan sebagai penutup surah furnisa' ialah yastaftD-naka kulillahu yuftikum fi'lkalalati). - (BukhEri)

Teranglah bahwa ayat ymrg dimaksud ialah IV:176.

c) Jibir menceriterakan bahwa isteri peninggalan Sa'd 'bn 'r-Rabi' datang menghadap R dengan membawa dua orang anakperempuannya dari Sa'd tersebut maka berkatalah janda itu : ,'YaR, inilatr dua orang anak perempuan Sa'd 'bn 'r-Rabi'yang telahmati perang di Uhud dibawah komandomu. Maka sekarang pamananak-anak ini (yaitu saudara laki-laki bagr Sa'd) telah mengambilharta mereka dengan tiada pula menyediakan perbelanjaan bagimergka ...tt

Berkata R 1 ,,Altah akan memberikan penetapan mengenaiperkara ini." Maka turunlah ayat kewarisan, lalu R suruh panggilpaman anak-anak itu, maka berkata R I ,rBerikan kepatla duaorang anak perempuan Sa'd 213 dan kepada mak anak-anak ittr

84

Page 93: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

l/s dan sisanya untuk kamulah." (Ahmad, Attirmid;i, AbuD-awud. Ibn Ma.jah, dari Nail'l'awtalr dan Misyk-at'lmas?lbih)-

Dari hadith tersebut dapatlah kita pastikan,. bahwa telahserentak turun IV: I I dan 12. Dihubungkan dengan keteranganAlbari' bahwa IV: 176 merupakan ayat terakhir yang diturun-kan sebagai penutup surdh Annis6' maka tidak dapatlah dielakkankesimpulan bahwa Iv:.i3 dan IY.:23 jo 24 diturunkan sesudahIV: l1 dan 12 tetapi sebelum IV: 176;.Menginsyafi hal tersebutsangat penting artinya bagi penilaian hadiih-hadiih mengenaisunnah R di lapangan kewarisan, yakni misalnya sewaktu Rmengurus harta peninggalan Sa'd kira-kira tahun 5 Hijrah sesudahperang lJhud dengan berhukumkan IV: I I dan 12 maka belumada lagi ayat-ayat muhkan'iit tentang bentuk masyarakat yangdituju oleh Qur'a-n, yaitu masyarakat bilateral seperti disiratkandalam IV: 23 ja 24, sungguhpun perobahan besar ke arah bilateralitu telah terbayang-bayang juga dari IV: I I dan 12. Demikianpula jika ada soal-soal penggantian maka belumlah R dapat msm-pergunakan cara yang diberikan dalam IV:33 dan juga belumlahpula dapat digambarkan sistim keutamaan menurut Qur'an yangpada ketika itu belum lagi mempunyai peraturan lengkap.Di masaR merenungkan perkara harta peninggalan Sa'd itu hanya barukelompok keutamaan pertama yang hampir lengkap tersusu&sedangkan kelompok keutamaan kedua belum mungkin disusunkarena penjelasan AtlElr mengenai arti kalalah masih belum ada(lihat kelonpok-kelompok keutamaan itu pada halaman 33 kitab,,Hltkum Kewarisan Bilateral menurut al-Qur'dn" ). Karena itumaka R belum dapat mengetahui bahwa seorqng saudara bagi si-mati barulah berhak mewaris jika simati tidak berketurunan.Dalam hal demikian maka R berhak bertindak menurut kebijak-sanaannya sendiri dengan kemqdian dapat ditinggalkan lagikebijaksanaan sementara itu jika telah turun ayat mufrkamahnyaCara itulah yang ditempuh oleh R sewaktu beliau memerintahkanorang IslEm berkiblat ke Masjid al-Aqs6 dan kemudian mem-belokkan kiblat itu ke Masjid al-$ar-am setelah turun ayat rnuhka-mah yang bersangkutan (II: 143). Dan demikian pulalah R ber-tindak dalam mengadili perkara kewarisan harta peninggalan Sa'd,yaitu diikutnya dengan teliti kemauan IV: I I dan 12 mengenaibagian untuk anak perempuan dan janda, tetapi mengenai bagianuntuk saudara itu, kepada siapa diberikannya sisa-bagi, R hanya

8s

Page 94: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

daprt mengikuti kebijaksanaannya sendiri, sementara menunggupenjelasan dan ketetapan All-ah.

Menurut sistimatik Qur'ln tentang susunan keutamaan per-tama maka sisa-bagi itu wajib diraddkan kepada anak-anakperempuan Sa'd itu, sedangkan paman anak-anak itu tidak berhakapa-apa. Dengan mempedomani apa yang diterangkan dalanr 5 9huruf d maka sisa-b agi, yang diberikan R kepada paman anak-anak yatim itu dapat pula diartikan sebagai tu'mah untukillil'1qurb6 (t\t : 8)

$ 2. Mansilktt.

a) Ibn 'Abbes berka ta: ,,.... adalah semulanya wasiat itu bagiorang tua ( ayah dan mak); maka Allah menghap uskan yangsedemikian itu dengan menetabkan bagi masing-tnasing orang-tuaitu bagian tertentu 1 16 :' ;:.( BukhEri) -

Maksuci Ibn 'Abbes ialah'bahwa dengan turunnya IV: I l dan12 maka tidak berlaku lagi II:'l 80 dan 240 yang diturunkan lebihdari 4 tahun sebelumny.a. Telah kita tryatakan bahwa hal man-sfikh sedemikian itu- tidbk dapat diaktri karena. berlawanandengan III:7, dimana All-atr berfirman bahwa ,,orang-orang yangsungguh-sungguh ber'ilmu'akan berkata bahwa mereka berimankepada semua ayat-ayat itu. karena semua ayat-ayat itu adalahdatang dari Tuhan mereka" (lihat halaman 3 dan 50 kitab,,Hltkum Kewarisan Bilateral menurut al-Qur'dn" ).

b) Ibn 'AbbEs berkat zi ,',, Sebermula orang-orang pengungsi(a1-Muh?jirfrn) semenjak datang di Madinah diwarisi oleh pihakAnsari dengan te.rsingkir keluarga pengungsi itu sendiri, ialahkarena persaudaraan (uklru.Wwah) yang diadakan oleh R antaraIv{uhdjirin dan AnSdri, maka setglah turun ayat ,ja'aln-a maw6lia'(maksudnya IV:33) berkatalah R i ,,nasakhat-ha wallad fina'aqadat aim6nukum".

. Cerita Ibn 'AbbE's itu membagi tV: g: dalam dua bagian,yaitu bagian pertama: ,,likullin ja'atni mawilia mimmE taraka'l-walictani wa'l-akrabina" dan,bagian kedua:,,walladzlna'aqadataimlnukum ...". Tidak heran jika kemudian ada tangan yangsengaja menaruhkan tanda jim diantara dua bagian tersebut.

86

Page 95: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

Maksud ceritera Ibn 'Abbds itu barulah jelas jika cliketahui apa

yang menjadi fa'il dan maf.frl bagi perkataan nasakltot-ha (diajenis perempuan telah menghapuskan akan hal yang juga berjenisperempuan), Siap ?. , dia" itu dan apa n,h&I" itu yang dimaksuddengan he dalam nasakhat-ha ? Ibn 'Abbas mau memberikankesan bahwa ha itu ialatr ,,ukhuwwah", yaitu persauclaraan antaraMuhEjirirr dan AnS6ri dengan berakibatkan kewarisan seperti yang

teliilr ditetapkan oleh R sebagai suatu kebij aksanaan beliau.Petbuatan R itu termasuk kedalain pengertian sunnah nabi. Maka

sunnah R itu dihapuskan oleh X dan X ini hanya mungkin berupa'ayat

Qur'd'n atau berupa sunnah nabi yang baru. lbn 'Al/bdstictat mqriwayatkan &dany4 sunnah nabi :/ang banr yang men-cabr-rt hal ukhuwwah yang dimaksud. tetapi menceriterakanukhuwwah itu sehubungan dengan turunnya IV:33, sehingga Xitu ialah ayat Qur'6n tersebut. Maka X seb agan fa'il terdiri daridua wajah, yaitu IV:33 bagian pertama dan IV:33 bagian keduaseperti dimaksnd diatas. Wajah pertama menasabkan maw?lisenasab dengan,,likullin" dan senasab dengan pewaris yaitu

,,wilidEn" dan ,,aqrabfin", sedangkan wajah kedua menasabkanrnaw?ll senasab dengan ,,likullin" tetapi tidak dengan pe"*.gris,

yaitu ,,all ad{ina 'aqadat aimEnukum" (lilrat mengenai maviali itukitab ,,FILtkum Kewarisan Bilateral ntenurut al-Qur'dn, bab V,htrruf B, S 3 dan S 9). Menurut Ibn 'Abb6s maka pewaris dalamhubungan ukhuwwah antara Muhdjirin dan Anl-ari' ialah pihakMuhajirin, dan ahli-waris ialah pihak ArSerT, sehingga seandainyarukhuwwah itu tetap berlaku maka juga mawali bagi seseorang

fur;iri ialah orang-orang yang senasab dengan orang Ansari itujuga.Tetapi hal ukhuwwah itu telah terhapus oleh IV:33, sehing:ga tidak ada lagi soal ,,ja'alnd mawdlia" bagi orang Anpdrimengenai ukhuwwah tersebut. Terhapuslya itu adalah atas kadratperkat aan airn-an ukum clalam ,,walli dzina 'aqadat aimlnu'J(Llm"yang berarti ,,mereka dengan siapa kamu orang telah mengikatjanji" ; jadi dapat dilakukan ikatan pertolanan itu oleh setiaporang atas dasar kenuttan sendiri dan bukan atas dasar ketetapanrasiil (bukan ,,rvalladzina 'aq,adat aimEnuka yV Muhammad").Sebab itu Muhammad berkata : ,,nasakhat-hE walladzina 'aqadataimEnukum" (wajah kedua dari IV:33 ,,walladzlna 'aqaclai ai-manu kutn" telah menghapuskan ukhuwwah yan g aku Rasill telahadakan antara Muhajirin dan fuisari), Akibat penghapusan yang

87

Page 96: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

dimaksud ;bagi pihak An;Eri ialah bahwa mereka atas kaclrat*uj*.pertama dari IV:33 hanya lnungkin menjadi mawifi jikapervaris senasab dengan rnereka, kecuali dalam hal urusan tolanseperjanjian yang diikat .atas kemauan sendiri, dimana merekadapat menjacli maw6li walaupun pewaris bukan senasab denganmereka, asal saja mereka senasab dengan mendiang si fuiu yangselnasa hidupnya mengikat perjanjian pertolanan itu denganpewaris.

Sekadar berpedontan kep ada ceritera (hadith) Ibn 'AbbEs

itu lnalca l< digambarkannya soakiur-akan hanya inga t kcpadaurusar] ,,ukhuwwah" antara N{uhljirin cian Anldri sewaktu turunayat IV:33 iru, seciangktn IY:33 hanya rnenyinggLlng secarairnplicit (secara tersirat) unisan ,,ukhurvwah" yang dimaksud itu.Secara explicit (secara langsung dan jelas) nraka kewarisan antaraIvfuhdjiri=n dan Angdri itu sebagai orang-orang yang tidak senasab(tidak seperhubungan darah), dihapuskan oleh XXXI I l: 6 ,r... waillil'l'arllami ba'duhum awla biba'din f] kitebillahi rninalmu'mini-na wa'lmnh-ajirinailla 4n taf'alf il[ awliyd'ikum ma'rfrfan ..." (clan

mereka yang sepertalian darah lebih utama yang satu dari yanglainnya menurut ketetapan Nlah daripada orarlg-oraltg mu'minlainnya dan daripada orang-orang Nluh6jirin, kecr-rali bahwaengkau hendaklah berbaik-baik dengan handai tolanmu). Menurutbunyi ayat tersebut tidak berdosa kita jika dalam hati dibubuh-kan dibelakang Muh?jilin tambahan ,,clan Ans1trl". Dalam hadithhuruf c dibawah ini nama kesatuan untuk fulsEri dan Multajirinitu ialah' $ahebah. Tentu R tidak hanya ingat akan hal yangimplicit sewaktu turun IV:33 itu, tetapi juga akanartilangsutlg-nya ayat tersebut, yang memberikan hak sebagai. maw?li tcepaclaDl['lar[dm yang awl6 untuk menduduki tempat-tempat yangkosong karena meninggalnya penghubung-penghubung ya\g,seandainya mereka ini hidup sewaktu rnatinya pewaris, berhakmenjadi ahliwaris menurut perincian keutamaan fI kitebill&i(menurut ketetapan dalam Qur'dn). Maka tentu R akan ingatpula bahwa IV:33 juga bertujuan menghapuskan semua praktekyang telah terjadi sebelumnya, juga praktek kebijaksanaan Rsendiri, jika seandainya praktek itu bertentangan dengan IV:33itu dan dengan lain-lain ukuran awl-a yang diberikan oleh Qur'In(rufiIII :1,2).

88

Page 97: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

.t

c) Ibn 'AbbEs menceriterakan bahwa R rnempersaudarakanpara .sahEbah dan mereka karena itu saling mewarisi, sampailahturun ayat ,,w? ilIil'l-arhEmi ba'duhum awlE biba'din fi tcitabil-lah", maka semenjak itu mereka hanya saling mewarisi jika mere-ka sepertalian darah. (Adderukutni,

- dari Nail'l'awtgr).-

Ayat yang dimaksud ialah XXXIII:6, dan untuk selanjut-nya bandingkanlah dengan hadith huruf b.

d) Kuthair 'bn 'Abdilleh mengetahui dari ayahnya dan ayah-nya dari datuknya bahwa R pernah berkata : ,,wa halifu'lkawmirinhum" (kawan yang bersumpah setia atau tolan sepedanjianbagi sesuatu kaum adalah dari mereka). Lengkapnya perkataan Ritu iala-h ,rmAwld'l-kawmi minhum wa halifu'lkawmi minhuruwa'bnu ukhti'lkawmi minhum." (AdderamT , dari Misyltfit'lmaiabih)

-Anehnya pada Bukh?ri hanya dijumpai perkataan R yangberbunyi i ,,1\&wld'lkawmi min anfusihim wa'bnu ukhti'lkaw-mi minhum aw min anfusihim," seperti yang disampaikan olehAnas 'bn Malik, jadi dengan tiada ada ,,w8 |ralifu'lkiwmi rnin-hum. " Mungkin hal itu disebabkan oleh karena bagr BukhEritelah jelas bahwa ,,w& haflfu'lkawmi" itu hanya ulangan denganlain perkataan ctari maksud kalimat Qur'a--n ,,walladzJna 'aqadataimEnukum". Secara langsung hadiTh Kuthair itu bukanlah rne-ngenai soal mansTrkh. Cuma hadiih itu memberi petunjuk bahwasebelum turun ayat IV:33 masyarakat 'Arab telah mengenal jugaakan lembaga tolan seperjanjian yang dimaksud dalam IV:33 itu,yaitu dengan istilah ha[f, lembaga mana tidak ikut terhapus ataskadrat IV:33 yang untuk kesempllrnaan lembaga tersebut mern-berikan penegasan tentang kemungkinan adanya rnawEli jtrgauntuk lembaga tersebut, walaupun sekali seb agai pengecualianatas prinsip umum bahwa mawali itu senasab dengan pewaris.Dalam arti inilah dapat dipahamkan perkataan R bahwa ,,halifu-'lkawmi minhum", yaitu jika haff itu meninggal dunia maka iamengenai harta peninggalannya diperlakukan seakan-akan diasenasab dengan kaum dari tolan seperjanjiannya. Maka halif ituakan diwarisi oleh tolan seperjanjiannya itu dan jika tolannya itumati terlebih dahulu maka halif itu akan diwarisi oleh mawalibagi tolannya itu, dan mawali tersebut adalah dari kalangankaum tolannya itu menurut perikutan keutamaan persis seperti

89

Page 98: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

yang ditentukan dalam kiteb AllZh. Fengertian kawm yang dr-sebutkan oleh R hanya mungkin dalam arti kawm secara bilateral(lihat kitab ,,Hendak kemana httkurn Isluot"). Contoh hafifsebagai pewaris yang diwarisi oleh mawali bag tolanny?, lihatgambar D dimana h = halif, t = tolanny&, m.t. = Irlswali bagi tolan,dimana mawlti Uerarti setiap orang yang sepertalian darah dengantolan itu dan yang menurutkeutamaannya berhak me-warisi tolan tersebut. Halifitu menurut pendapat sayahendaklah orang yangqawmnya telah musnah to-tal sehingga dia sebatangkara. Jika rnasih ada anggota kawmfl)'a maka tolannya atau ma-wgli bagi tolannya itu metlurut pendapat saya hanya mungkinmewarisi maximal I 13 dari harta peninggalan setelah dikurangkandengan semua hutang. Jika halif itu meninggalkan janda ataududa maka far?'id bagi mereka itu tetap wajib dikeluarkan besertakemungkinan wasiat untuk janda rnenuntt II :24A yang jumlahnyatidak tunduk kepada pembatasan yang'' ditetapkan R, tetapi me-nurut Al-Qur'd'n selalu sejurnlah yang dibutuhkan oleh janda ituuntuk keperluan hidup setahun. Jika disamping janda adapula anggota qawm, maka menurut pend apat saya dikeluarkandahulu semua hutang dan wasiat untuk janda, sesudah itu darisisanya dikeluarkan I 13 untuk tolan atau marvllinya, makabarulah dikeluarkan far?'i$ dan kemudian seluruh sisa terakhiradalah untuk anggota qawm yang berhak menurut ukurankeutam aan dalam Qur'an.S 3. .Keragu-raguan atau pertiknian di kalangan sahdbat

a) Huzail 'bn Syural.rbil menceriterakan pertentangan paharnantara AbTl Mfrs6 dan Ibn Mas'frd tentang pembagian harta simatiyang meninggalkan seorang anak perempuan, seorang cucuperempuan (diperanakkan oleh anak laki-laki) dan seorang sauda-ra perempuan. Pertikaian itu mengenai hak cuclt perempuan danhak saudara perempuan itu. - (Bukhari) - Lihat $ 6 huruf b,hl. laz.

b) KabiSah 'bn Dzuwaib menceriterakan bahwa Abu Bakr,mengenai soal apakah nenek simati berhak mewaris, semul anya

90

i, e7=S*.,

Page 99: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

berpend apat bahwa baik menurut Qur'dn, " maupun menllrutSunnah Rasill, nenek itu tidak berhak. Walaupun demikian perkara yang ltersangkutan itu ditunda dahulu oleh Abil Bakr karenaia hendak bertanya dahulu ke kiri-kanan (N,faiik, Ahmad, AbirD-awud, Attirmidfr,, AdderamT dan Ibn IWajah, dari l[isykAt'Lnwfrblh). Lihat $ I t hunrf a, hl. I 3l

c) Altrasan menceriterakan bahwa 'Umar menanyakan tten-

tang bagian untuk datuk. Maka Ma'kil 'bn Jasar'hnuzanl men-jawab bahwa R telah menentukan bagian datuk itu sebesar 1 16.Berkata 'Umar: ,,Dengan siapa datuk itu berbagi ?" MenjawabMa'kili ,,Entahlah." Maka berkata 'Umar: ,,Tidak tahu engkau !

Jika begitu engkau tidak menambah pengertian bagiku !"(Ahm&d, - dari lYail'l'ovttfir).-

d) Alkdsim 'bn Muhammad berkata bahwa datang dua orangnenek kepada Abil Bakr meminta bagian dari harta peninggalanAbu Bakr menetapkan I 16 untuk neneE pihak mak (mak darimak) saja. Maka berkata seorang fuig6ri i ,,Engkau kesamping-kankah nenek pihak bapak ? (mak dari ayah), yang seandainyanenek pihak bapak itu yang mati dan cucunya itu yang hidup,maka dialah yang akan diwarisi oleh cucunya itu !" I\{aka AbirBakr bagikan I 16 itu antara dua orang nenek itu. (lvlelik fi'l-Mtrwatta',- dari Nail'l'ow,tdr) Lihat $ l1 huruf c. hI.133 dang 12 huruf a, hl. 135.

e) Ibn 'Abb[s berkata: ,,Apakah si Zaid 'bn ThZbit tidaktakut akan AllIh dengan menjadikan anak laki-laki dari anaklaki-laki (cucu rnelalui anak laki-laki) seperti anak laki-laki tetapiia tidak jadikan ayah dari ayah (datuk) seperti ayah t)) - ( Bidd:tat'lntuitahid, dari A.Hassan ,,Al-fara-idl") Lilrat $ 6 huntf a,ru. $ dan $ t huruf a, hl. 57 .

f) Mu'awiyah menulis surat kepada Zaid 'bn Thabit me-nanyakan bagian datuk jika berbagi bersanta dengan saudaro.-(Metk, - dari A. Hassan ,,Al-faraa-idl") -

g) Anas menceriterakan bahwa R berkata:, ,,Yang palingtinggi pengetahuannya mengenai fari'id ialah Zaid 'bn The-bit." (Ahmad, Ibn lvladjah, Attirmidfr' AnnasaT,dari Nail'l'awtdr) -

h) Pandangeu tidak mengherankan jika banyak pertikaiandan keragu-raguan dalam lapangan hukum kewarisan oleh karena:

9t

Page 100: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

pertanta, sewaktu R wafat, hukum kewarisan menurut Qur'[nitu barulah mempunyai permulaan praktek selama katakanlah6 tahun;

kedua, semenjak perang Ultud sampai wafatnya & dalamrnendirikan negera dan masyarakat Islim itu telah terjadi ke-

sibukan peperangan besar dan kecil - lebilr dzrri 60 peperangan-,yanq semuanya menghendaki pimpinan R dan hampir seperduadari jumlah peperangan itu dipimpin langsung sendiri oleh R, halmana mengurangkan kesempatan bagi R untuk mengawasi sentuakejadian pembagian kewarisan clalam satu daerah yang setiaptahu semakin meluas;

lce tiga, selama kesibukan petnbentrii..an negara tersebut per-hatian ditujukan terutama kepada urusatl politik dan kepadaikhtiar meluaskan penebaratl ajaran-ajaran pokok mengenai taw-

hld, rukun iman dar: islam. Dalarn urusan politik itu harus puladitunjukkan mau tak mall beber apa toleransi terhadapsistim clan yang menjadi dasar bagi hidup politis-ekonomis masyarakat 'Arab, dirnana negara Islim itu didirikan. Tanpa toleransitersebut tidak mllllgkin dalam masa singkat itu (q tahun) nle-nundukkan bani-bani'Arab itu ke bawah panji-panji Isldm, karenayang berkuasa'dan diikuti dalarn banJ-banT itu ialah tua-tua(syaikh-syaikh) dalam clan sedatrgkan bantuan dan kewibawaantua-tua clan itulah yang sangat dibtrtuhkan dalam urusan pem-bentukan negara itu;

keempat, tidak serentak turunnya seinua ayat-ayat kewaris-an itu, sehingga pembulatan paham mengenai sistimatiknya tidaksegera dapat diperoleh. Ay at-ayat kewarisan itu bertebarandalam katakanlah empat surah, yaitu surah II, IV, VllI dan)O(XIII. Surah II dan VIII turun dalam 2 tahun pertama sesudahHijrah sedangkan lV dan XXXUI dalam masa antara 4 dan 7Ilijtuh. Di. masa itu Qur'd'n belum lagi terhimpun dan tersebarberupa sebuah buku, baru terhimpun dalam ingatan hafalan parasalrabat dan dalam catatan-catatan yang lepas-lepas, sedangkaningatan hafalan saja tidak mencukupi untuk membulatkan pikiranmengenai seluk beluk semua ayat-ayat kewarisan itu, yang safudengan lainnya banyak pula terpisah-pisah, sehingga menyulitkanproses assosiasi dan konsentrasi yang dibutuhkan untuk men-jalankan induksi dan deduksi;

92

Page 101: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

kelirna. besar pengaruhnya yang dibawal(an oleh sistim masya -rakat patrilineal 'Arab atas cara-cara pemikiran cerdik pandainya,yang menyebabkan mereka tidak dapat mendalami sepenuhnyaakan tujuan sistim bilateral yang dianut oleh Qur'dn. ;

g 4. Wasiat.

a) Sa'd 'bn Abi Waqq?s berceritera bahwa, sewaktu ia sakitpayah dan R mengunjunginya, ia bertanya kepada R: ,,Saya mem-punyai harta yang ba.nyak sedangkan saya hanya mempunyaiseorang anak perempuan yang akan mewaitsi saya. Saya sedekah-kankah dua pertiga dari harta saya itu 't') Jawab R: ,,Jangan !"Maka bertanyalagi Sa'd: ,,Bagairnanakah jika seperdua ?" R men-jawab lagii ,,Jangan !" Sudah itu bertanyalagi Sa'd: ,,Bagaimana-kah jika sepertiga 't" Maka berkata R: ,,Aththuluthu kabirun,innaka in tarakta waladaka aghniyd'a khairun ..." (Besar jumlahsepertiga itu, sesungguhnya jika engkau tinggalkan anakmu dalamberkecukupan adalah lebih baik ... ) (Bukh-ari)

Ahlu'ssunnah berdasarkan hadlth tersebut menetapkan, bah-wa wasiat tidak boleh melampaui I 13 dari harta setelah dikura-ngi dengan semua hr"rtang (lihat huruf c). Saya sependapat. Per-hatikatl penggllnaan kata walad oleh R untuk anak perempuan !

b) Ibn 'Abbbs: lihat $ 2 huruf a.

c) 'Afi berkata bahwa R telah menetapkan bahwa wasiatbarulah boleh dikeluarkan setelah semua hutang telah dibayarkan.-- (Attirmid'ui,lbn Mejah,- dari Misl,pfs'lmAsablU -

Dihubungkan dengan huruf a) maka wasiat yang melampauisepertiga dari sisa setelah hutang dibayarkan, mestilah diperkecilsampai sama besarnya dengan sepertiga dari sisa tersebut. Ke-tetapan R itu sangat bijaksana.

$ 5. Ketttamaan.

a) Ibn 'Abb6s menceriterakan bahwa R berkata: ,,A[riq['lfar-a'ida ahhha fami baqiya (aw fami tarakati'lfari'idu) liawl-a rajrrlin dzakarin" - (Bukhafi') -

93

Page 102: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

Artinya, R berkata: ,,B4yarkanlah farb'icf kepada yang ber-hak atasnya, maka sisanya (yaitr"r apa yang masih tinggal sesudahpengeluaran farb'i{) unhrk orang iaki-laki yang terdekat (ter-utama)", Awla dapat diterjemahkan dengan ,,lebih dekat" atau

,,lebih utama". Sisa yang dimaksud saya namakan sisa kecil.Dari harta peninggaian dibayarkan lnenurut perikutan yang

dimaksud dalam g 4 huruf c, mula-mula semua hutang, sudah itubaru wasiat, maka terdapatlah sisa yang saya namakan sisa besar.Dari sisa besar ini dikeluarkan iarb'i[], maka terdapatlah sisa kecil,yang menurut hadiih Ibn 'Abbas diperuntukkan bagi awli rajulindzhkarin. Soal pertama ialah: apakah ukuran bagi awli, bagilebilrdekat atau lebih utanra itu'l ;1oal keriua ialah: benarkah hadithtersebut memberikan suatu garis lrukurn yang berlaku urnum,. atauapakah hadith tersebut hanya inenggambarkan suatu kasus ter-tentu sehingga hanya berlaku untuk kasus tertentu itu pula ?

Yang dimaksud dengan kaius ialah suatu perkara tertentu yangdiputuskan hakirn. Keputusan itu jika tidak ada cacatnya dapatdipergunakan dalam lain-lain kasus yang serupa. Maka timbullahyurisprudensi, garis hukum ciptaan hakim-hakim, bagi perkara-perkara serupa, maka yurisprudensi demikian merupakan garishukum yang berlaku umum, Begitulah theori bagi perturnbtrhangaris hukurn adat dan bag interpretasi beberapa garis hukumperundang-undangarl. Tetapi berlakukah theori itu juga bagihukum yang berdasarkan kemauan Tuhan yang tidak bolehditafsirkan dan dipakaikan secara penyimpang dari kemauatlTuhan itu ? Perkembangan huktrm ada t memang dipercayakankepada hakim{rakim unhlk menyalurkan selaras dengan per-kernbangan masyarakat. Dernikian pula hukum perundang-unda-ngan dapat dimana perlu ciiraut Can diperhalus oleh hakim-hakimuntuk lebih menyesuaikannya dengan kebutuhan zammr. Dc-ngan hukum Qur'dn lain halnya. Rasill mesti mengikuti ke-mauan Tuhan dengan penuh taqu'E (XXXIII: 1,2). Rasfrl ber-kewajiban memperjelas semua ayat-ayat yang diturunkan untukurnmat (XVI: 44). Dalam hiCup Rasiil kita lihat bahwa ia bolehmempergunakan kebijaksanaan sendiri sebelum Alleh memberi-kan ketetapan yang pasti. Se.lanjutnl'a ummat wajib rnengikuticontolt-contoh dan ketetapan-ketctapan Rasul, baik contoh-contoh atau ketetapan-ketetapan yang hanya berupa kebijaksana-

94

Page 103: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

annya untuk sement ara, rnaupun contoh'contoh. dan penjeluJurr-per{elasannya berkenaan dengan ketetapan''ketetapan yang peFmanent dari Ailah (XXXIII: 2l ). Bagaimanapun juga sunnah

Rasril tidak boleh dan tidak mungkin akan bertentangan dengan

sesuatu ketetapan Allah yang telah permanent, Jika ada orangmengkhabarkan bahwa Rasfrl ada berbuat yang bertentangandengan ketetapan yan1 pasti dari Alleh. maka khabar itu adalahkhabar bohong, dan jika bukan khabar bohong maka'perbu at*rr

Rasfrl. itu adalah dilakukannya sebagai kebijaksanaan sencitusebelum turun ketetapan yang pasti itu dari Allah. Lihat Bab t

93,Oleh karc'.na strnnalr Rastl rr:.erupakan supplement {pen-

jelasan) bagi Qur'dn dan ttdak mllngkirn bertentangan dengan

Qtrr'dn, rnaka hendaklah, untuk menguji kebenaran hadith Ibn'Abbds itu, tradith tersebut dibaca,berhadapan dengan ayat-ayat

Qur'an yang dianggap membutuhkan pejelasan Rasill itu, Dalamhal hadith Ibn lAbbds itu maka ayat-ayat yang dimaksud ialahXXXIII: 6 dan VIII: 7 5, dimana ada bagianny€ yang berbunyi:,,wo LlL'l'arhhmi ba'duhum awl?r bi ba'din n kitabilahi ,...,"(A* orang-orang larg sepertalian darah setengahnya lebih dekat

lebih utama dari yang lainnya mgnurut ketetapan Ailahdalarn Qur?n).

'Apakah artinya ,,orang-orang yang sepertalian darah" (irlu'l'arhdmi) menurut Qur'6n ? Dan apakah ketetapan-ketetapanAllah (fi kitabilllahi) yang wajib dita'ati mengenai ukuran awli(-ukuran jauh dekahy?, irkuran lebih"atau kurang keutamaan-)bagr orang-orang yang sepert aliian darah' itu (atau mengenaikeutamaan di antare mereka itu) ?

Soal mengenai pertalian clarah - al-arhhm i-j menurut Qur'-an telah dijawab dalarn kitab ,,IIendak kemana hukum Isldm?"ialah pertalian darah menutrut si;ttm bilateral, danbpkan menurutsistini patrilineal atau matrilrneal atau lain{ainnya. Soal keutama-

an - soal awld telah pilla dijawa.b dalam kitab ,,HitkumKewarisan Bilateral menuntt al-Qur!-an". Ternyata bahwa soal

keutamaan-antara orang-orang yang sepertalian darah itu tidaksemata-mata tergantung kepada jauh dekatnya derajat hubungandarah antara rnereka (umpamanya cucu mungkin mend apat sama

banyak dengan anak karena sama keutamaan mereka, walaupun

9s

Page 104: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

anak lebih dekat derajat kelahirannya daripada cucu; saud aradan cucrr meskipun sama-sama dua derajat jauhnya kepada simatitidak mungkin mervaris benarna sebab cucu lebih utama , dan

tidak pula tergantung kepada perbedaan kelamin antara laki-lakiclan perempuan (inisalnya cucu nrelahri anak perentpuan dan cucllmelalui anak laki-laki sama-sama berhak mewaris). Dalam hu-

bungan ini sangat besar pengaruhnya IV:33 disamping sistimatikyang menguasai IV: 1 I , 12 dan n rr, yang begitu tinggi mutunyadan begitu kokoh dasar 'ilmiahny&, sehingga sungguhldl Qur'dnitu bukan ciptaan tVluhantnrucl s.'a.w. tetapi stntgguh wahyu agungdart Alla-h ^Sw/.

Hadith lbn 'Abbis itu tidak nlernberikan penjelasau rne-

ngqnai . maksudnya ,,awld rajulin dzakarir,", sehingga wajibdiambil kesimpulan bahwa rajultrn dz,akarun itu mestilah se-

seorang yang bersesuaian clengan ukuran menurut kiteb Allehdan br-rkan seseorang menurut hanya anggapan masyarakatmasing-lnasing. Lagi pula hendaklah rajuh-rn dzakarun itu seorang

laki-laki yang lebih dekat atau lebih utama dari yang lain-lain.

Oleh karena syarat yang istimewa itu pu.!a mesti diperhatikanmaka saya menarik kesirnpulan bahwa hadith Ibn 'Abbis itu ada-

lah mengenai sesuatu kasus tertentu ynng tunduk kepada sistima-

tik Qur'an tentang keutamaan, dimana beberapa orang laki-lakitampil ke clepan berkonkurrensi. Kita dapat perinci kasus-kasusyang tunduk kepada tuntutan ,,sisanya ulltuk orang laki-laki yang

terdekat atau terutama", diantaranya sebagai berikut:

1) Pewaris meninggalkan seorang anak laki-laki, aYfr, jandaatau duda dan seorang saud ara laki-laki maka bagian merekaialah : ayah I 16, janda I /S, atau duda I 14, anak laki-lakisisanya dan saudara laki-laki nihil, maka anak laki-laki itu-lah awld rajulin dzakarin.

Siapa laki-laki yang lain dari saudara tersebut, :'&ttgdapat tampil ke depan bersan"a-sama dengan mereka yangberhak pembagian, tidak perlu diperinci sebab sangat banyakkemungkinannya yaitu semua laki-laki di semu? garis-garissisi'dan di garis ke atas selanjutnya. Garis hul,;um yang ber-la.b.u ialah IV: I 1, t2.

96

Page 105: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

2) Sipewaris meninggalkan seorang saud ara laki-laki, mak,janda atau duda. Maka awli rajulin dzakarin ialah saudarolaki-laki itu dengan mend apat seluruh sisa sebesar 5ll2 atau| 16. Garis hukumnya IV: I I . 12, 17 6. Siapa laki-laki yangbukan awli ialah semlra laki-laki di semua garis sisi yanglebih jauh dan di garis ke atas lebih lanjut.

3) Sipewaris meninggalkan mak , ayah, janda atau duda. Awldrajurlin dzakarin ialah ayah dengan mendapat semua sisa.Garis hukumnya IV: I l, 12. Siapa laki-laki yang bukan awld,ialah semua laki-laki di garis-garis sisi dan di garis ke atasselanjutnya

/+) Sipewaris meninggalkan ayah, mal<, saud ara seorang atanlebih. Arvla rajulin dzakarin ialah altalt, yang mendapat sisa| 12. Garis hukumnya IV: I l, 12. Laki-laki yang bukanawl[ rajulin dzakarin ialah semua laki-laki di semua garis-garis sisi yang lebih jauh dan di garis ke atas selanjutnya.

5) Ditambah dengan kemungkinan dari IV:33, maka awld raju-lin dzakarin mungkin selain anak, juga cucu, piut, cicit,danselain saudara mungkin pula keturunan sand ara.

Jika diperhatikan casLrs-casus tersebLrt, maka mungkin orangberkata: ,,Jika hanya sekianlah kadratnya haclitlr lbn 'Abbesitu,maka hadlth itu tidak ada gunanya, sebab ia bu lcan nterupakartgaris ltu ktttrt tetapi hanya mengganrbarkan kasus-kasus dimanakebettrlan ada seorang laki-laki di tengah laki-laki lainnya men-jadi awl6 rajulin dzakarin. Dengan tak guna ada hadith ter-sebut orang dapat saja dengan mudah mengadili -semLla kasus-kasus itu dengan semata-mata bersenjatakan ayat-ayat Qur'd'n dansistimatiknya.

Dalam kasus-kasus macam no. l, anak laki-laki itu mungkinlebih dari seorang dan mungkin pula bergandengan anak laki-lakidengan anak perempuan. Demikian pula dalam kasus-kasusmacam no.2, saud ara laki-laki itu mungkin lebih dari seorang danmungkin pula bergandengan saudara laki-laki dengan saudaraperempuan. Maka buyarlah pengertian awld rajulin dzakarin(yaitu ,,ltan7'a satu orang laki-laki terdekat") sedangkan semuasisa itu akan dibagikan habis juga antara semua merekayang ber-

97

Page 106: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

hak, karena sarna-salna awld, antara sesanla laki-ieki yallg setarafatas dasar santa rata dan antara laki-laki bersama perempLlan yang

setaraf atas dasar seoratrg laki-laki ntendapat dura kali sebanyakbagiarr seorang perempuan. Dalam hal-hal tersebut, cli nralla ada

lebilr dari seorang laki-laki _atau cli lnana iktrt serta pula orang-orang pcrenlpuail, maka hadith Ibn 'Abbds .,,fantd baqiya li awlilrajulitr d,zakarin" ticlak lagi sesuai, oleh karena llteln ang kastts

tidak dapat lnenguasai lain kasus, hanye garis hr"rkum yang ber-sifat umum yang mampu rnengltaseri kasus apapun yang termasukdalam bidangnya.

Dengan ini sebenarrlya telali boleh kita tutr"rp pp-rilbicaraaitkita mengcnai hadith llrn 'Abbls yang ticiak Lrerha rga untuk'ilmu hukum itu, ; ika se' cindainya ciia tidak ntenyinggurlg-nylnggung Junjtirlgarr kita. iika R pemah berkata seperti disebuttlalarn ha,Cith itr-r maka R cLiuta rnenguraikan penyelesaian suaturkasus yang kebetulan saja atJa cliclatanutya satlt,oreng awld rajulinclzakarirt kepada siapa R inenitrerikan senrlra sisa, unrpamanyapraktek pertama R sendiri, lihat $ I humf c, yang kebetulan pulaItanya berupa praktek kebijaksanaan sementara sebelum tunrnIV.33 dan setelah turun ayat tersebu,t telah rnenjadi mans[ikltpula : nasakhat-ha, karena paman anak-anak perenipuan itu tidakboleh menurut IV:33 menjadi nrawili bagi clatuk mereka (ban-dingkan halanran 65 gambar II ciengan rruggqlti huruf m iturttetjadi saudara). Menilik di bab rnana Bukhari _ meltempatkanhadith Ibn 'Abbds itu, maka tampaknya Bukhdri rnemaharnkanawld rajulin dzakarin itu bukan sehubungan dengan kasus yangdimaksucl di atas , jadi bukan seorang paman bagi anak-anakperempuen simati, tetapi seb agal seorang ibnu'l'ibni (cucu laki-laki kelatiiran anak laki-laki. Lilrat $ 6 huruf a pada halam an 43).Jika praktek R semacam dalam S I huruf c itu dianggap olehIbn 'Abba-s seb agar garis hukum umum dan diterima baik olehAJrlu'ssunnah sebagai garis hukum umunl, maka tidak akanmengerti orang mengapa menurut ajaran Ahlu'ssunnah saud araperempuan bagi si pewaris yang meninggalkan keturunan perem-puan dengan tidak ada lagi mempunyai seorangpun 'aqabah binafsihi, mendapat. semua sisa, sedangkan 'a;abah ma'a'lghairitersebut bukan awld rajulin dzakarin, kecuali jika diberikanpengertian khusus kepadi awla rajtrlin dzakarin, yaitu : orang-orang terdekat di kalangan 'uqbah yang berhak memakai gelar

98

Page 107: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

'asabah (asabah binafsihi, 'asabah bi'lghairi dan 'agabah ma'a'l-ghairi), maka itulah yang berhak menerima sisa sesudah dikelttar-kan fard'id, dan mereka berhak karena mereka 'asabah. Yangbelakangan ini memang sesuai dengan kemauan sistim Ahlu'ssttn-nah, yang berdasarkan alam pikiran patrilineal itu, tetapi sekali-kali tidak sesuai dengan alam pikiran Qur'dn yang bilateral itudan karena itu tidak mungkin sesuai dengan kemauan R sendiriyang selalu menyesuaikan diri dengan kemauan Tuhannya.BahwaR telah memahamkan juga pengertian bilateral ternyata dariS 8. Jika kita berikan beberapa perincian diatas tadi mengenaiseorang laki-laki yang mendapat seluruh sisa sesudah dikeluarkan

.fdra'i{ maka bukanlah hal itu berarti hendak menyatakan bahwalaki-laki itu mestilah seorang anggota 'uqbah bagi sipewaris,seolah-olah keanggotaan 'usbah itu menjadi syarat untuk mem-peroleh sisa tersebut ! Cobalah kita tinjau kembali perinciantersebut. Pada contoh no. I pewaris mungkin laki-laki, mungkinperempuan. Jika ia laki-laki maka dalam sistim patrilineal me-rnanglah anakny?, ay.ahnya dan saudaranya itu termasuk 'ugbahsi mati. Tetapi jika sipewaris itu perempuan rnaka dalam sistimpatriline?l ayahnya dan saudaranya betul se'ugbah dengan dia,tetapi anaknya tidak ! fuiak itu masuk 'uqbah siduda (suamipewaris) dan anak itulah pula akan mendapat seluruh sisa, walau-pun dia tidak se'usbah dengan pewaris. Ini saja telah cukup untukmembuktikan bahwa istilah ,,awli rajulin dzakarin" itu, seandai-

'nya ia dari mulut R, bukan berarti orang se'uEbah atau tidakperlu berarti se'usbah, karena Qur'dn tidak menghiraukan pe-ngertian 'usbah, sebab Qur'6n bilateral.

b) Abu Hurairah menceriterakan : ,,qada- R fi jan'ini 'mra'atinmin bani LahyEna saqata mayyitan bi ghurratin 'abdin aw ama-tin thumma inna 'lmar'ata'llati qade lahl (aw qadf 'alaihO bi-'lghurrati tuwuffiyat faqadf R bianna niirdthaha libanihl wa za'wjiha wa anna'l 'aqla 'ali. 'asabatihe. (Bukheri)

Artinya I ,,R mernutuskan dalam suatu perkara mengenaiseorang perempuan dari bani Lahyina yang kandungannya telahmati keguguran, bahwa yang bersalah dalam kematian bayi yanggugur itu mesti memb ayar denda tebus nyawa, yakni seorangbudak, ldki-laki atau perempuan. Setelah jatuh ponis tersebutmaka matikh perempuan yang berhak menerima (atau yang

99

Page 108: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

wajib membayar) denda itu. Maka R mengeluarkan ponis tarnbah-an bahwa harta peniqggalan perempuan yang msti itu adalaltuntuk anak-anaknya (tibanihfl dan untuk suaminyo, sedangkan,,al'aqla" (keWajiban membayar denda itu) nrestilah dibebankankepada ,,'asabah" b.{'empuan .yang mati itu.

..Acia tiga kemungkinan mengenai siapa perernpuan yang ma-ti itu ': perterna, yang mati ialalr peremptrair yang keguguran itu,sedangkan yang bersalah dalam keguguran itu seoran g perempuan

tain;' :keclua, yang mati ialah pereirnpuan lain yang bersalah itu, seclang-kan perempllan yang keguguran itu rnasih hidup terus ;

kcligu, yang'Fati:ialah perelnpllan yang keguguran itu dan dia'settcliri'yang'bersalah dalam' keguguratrnya itu.

r Kemungkinan yang. kcrtiga tidak clapat cliteiirna, karena den-da itu mesti dibayar oleh seorang perempuan kepada seorangperenrpuan.(lahd dan alaihdl. jadi dalanr hal ini oleh simati kepadasinrati itu sendiri ! ? Dirlam kernungkinan pertama, pcrempuanyang bersalah itu rnenyebabkan dura kali kenratian, kematian bayidair kclnatian ibu bayi itu ; inaka sclrrirusnya perempuan yangbersalah it u inestilah dikenakan clua kali te bus nyawa, tetapidalanr ltadith tersebut hanya dikenakan clenda ganti n1,awa untukbayi itu saja, sehi ngga kenrungkinan pertama itu sukar untukditerinra. Tinggal lagi kemungkinan yang kedua : yang mati ialahperelnplran lain yang bersalair itu. dan yang hidup ialalh pcrem-plran yarlg keguguran itu. Maka yang wajib inemb ayar dendaialah pcrempuan yang bersaiah itu, yakni kepada perenrpuan yangkegr,rguran itu. Karena itu rnaka ltaclith itu seirarusnya berbunyiltukurt qaQd laltT, tetapi qactf 'alaihT, dan terjemahannya kitapcrrbaiki rnenjadi : ,,... Setelah jatuh ponis tersebul nlaka lnatilahpcrempLlan yarry v,ajib ntctnbaysr clenda itu .:."

Hadith itu menampakkan suatu segl dari nlasyarakat 'Arabyang berclan-clan patrilineal itu. Perkawinan yang urnumnya di-lakukan secara exogami (kawin jujur, patrilokal) tidak nteng-hilangkan keanggotaan clannya bagi siistri. Hanya anak-anakmasuk ke dalam clan ayah; Perempuan tidak diakui berhak nrc-waris tetapi boleh menjadi pewaris (nrewayiskan). Y.ang berhakrnewarisi perernpuan:!xng tidak dalam ikatan kawin ju..iur ialaltanggota=aflBgota 'ugbahnya sendiri. .

:

Page 109: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

Yang berhak mewarisi perempuan yang mati dalam kawinjujur atau yang mati seb agai janda ikatan jujur ialah anggota-anggota 'ugbah suaminya. Tetapi anehnya, kesalahan besar yangdilakukan oleh seorang isteri atau seorang janda ikatan jujurdipikulkan kepada 'usbahnya sendiri. Di Indonesia, umpamanyadi Tanah Batak, jika seorang isteri ikatan jujur berbuat salahbesar (berzina) maka dapat uang juj.ur diminta kembali dari pihakayahnya sehingga perempuan itu terlepas dari ikatan jujur dankembali rnenjadi tanggung jawab keluarganya (,,kahangginya")scmula.

Dari ha,Cith tersebut dapat clilihat bahwa R dalam nlasa pem-bentukan negara Islam itu masih terpaksa mengindahkan hukuminterclan yang masih kokoir berpegang kepada

n'tanggung jawabyang kollektif, juga di lapangan pidana, sedangkan dalam hukurrnpidana Islam dianut prinsip tanggung jawab yang inclificluil (laha

md kasabat wa 'alaihl ma'ktasatrat, II:286). iVlengenai pein-bunuhan berlaku XVll:33, yaitu ahli waris dari orang, yangdibunuh di luar hak, diberi kekuasaan oleh Aileh untuk di bawahpengawasall d'an dengan bantuan penguasa membuntrh sipem-bunuh secara yang tidak melampauri ukuran yang sepatutnya.Maka tergantung kepada ahlilvaris tersebut untuk melakukankekuasaannya atau tidak, dan jika ia tidak malr melakukankekuasaannya sampai seluas it;, maka ia clapat dengan bantuandan pengawasan penguasa memilih sesuatu hukuman yang lebih a

enteng untuk clikenakan kepada sipembunuh. Dalarn haclith ter-setlut maka nlpanya hukuman enteng yang dipilih ialah mengena-kan dcnda tebr-rs nyawa, dalam hal ini menghukLlm sipcmbunuhmenyerahkan seorang budak kepada ahliwaris bayi itu, yaknimaknya. Denda tebus nyawa itu adalah salah satu bentukhukuman menurut hukum adat 'Arab. Menurut hukum kewaris-an Islam ahliwaris bagi anak yang mati punah ialah kedua orangtuanya dan jika seorang daripadanya telah meninggal terlebihdahulu maka yang lainnya (mak atau ayah) adalah ahliwaristunggalrtya. Dalam perkara ini nlpanya ayah bayi itu telahmeninggal terlebih dahulu. Jika mak itu mblahirkan anak itusebagai anak zina maka mak itu juga ahliwaris tunggalnya.Dalamperkara bayi gugur ini berkesan bahwa R telah memakaikanhurkum kewarisan Isldm, sebab menurut hukum adat 'Arab ma-

r01

Page 110: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

ka denda tebus nyawa itu bukan untuk didapat oleh seorangperempuan tetapi dibayarkan kepada laki-laki anggota terdekat'qbah sitewas.Di atas tadi diterjernahkan libariha dengan ,,ufttukonak-anaknya" dan bukan ,,untuk anak bani dalam arti clanny t" ,

pertqnxa- karena Qaikpun menunrt hukum adat 'Arab seorangperempuan yang telhh kawin (exogami) tidak dapat diwarisi lagioleh orang-orang clannya se4diri ; ,, ,

kedua'maupu.l menurut hukurn Islim setiap orang barulahI . r-mungkin' diwarislt oleh pihak ayahnya atau oleh pihak maknya

jika sipewaris mati tidak berkelurunan ;

ketiga karena dalam hadith itu sendiri diterangkan bahwasipewaris ada mempunyai seorang anggota keluarg a pihak ayfr,disebut ,,'4;aba4", yang tidak .: diberikan hak mewarisi hartapeninggalan tetapi dibebani dengarr kewajiban memikul dendatebus nyawa, 'yakni sebagai suatu konsessi dari R bagi tanggungjawab kollektif yani; masih hidup teguh dalam hubungan interclan.Jil,la R tidak pirlu lagi mengindahkan tanggung jawab kollektiftersebut, maka R tentulah akan hukumkan bahwa denda tebusnyawa itu wajib dikeluarkan sebagai hutang dari harta peninggal-.an simati ;

keempat, seandainya sipewaris tidak beranak (berketurunan)dan tidak pula berorang-tua lagi, maka orang yang disebut 'agabahtadi mesti diberi hak untuk ikut rnewaris, umpamanya_gebagaisaudara dalam hal kalalah IV: 17 6 atau sebagai mawdli pihakayah, misalnya saudara ayah (p3man). 'A"qabah yang disebut taditidak mungkin dalam kasus hadith ini seorang aydl, sebab,jika iaayah maka dia tentu pula mendapat bagian fard'idnya dalam hartapeninggalan perempuan itu.

Ditinjau dari segala segr maka telah pastilah bah wa libanihAdalam kasus tersebut hantya mungkin berarti ,,untuk anaktrwk-nya- Hadith ini mengajar kita bahwa di dalam sistim bilateraltidak ada halangan untuk memakai istilah 'agabah tetapi bukandalam arti semulanya, yaitu mesti selalir sebagai orang yangseclan saja, tetapi hanya dalam arti ,,anggota keltnrga pihakayah" untuk membedakan da.ri, ,,anggota keluarga pihak mok".Maka.jelaslah hendaknya bahwa bukan hal istilah atau nama yangdiperdebatk&il, tetapi apa isinya dan maksudnya istilah tersebut !

Sebagai contoh kecil dari keluarga pihak ayah Can keluargapihak ffiak, lihat gambar paling trawah pada halaman 37 kitab

rc2

Page 111: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

,,Hukunt, Kew,arisan Bilateral nlenurut Al-Qlr'ah". Bagian kiridari gambar tersebut menggambarkan keluarga pihak ayah, danbagian kanannya menggambarkan keluarga pihak mak. Ditinjaudari - pandangan clan patrilineal murni yang mempraktekkanexogami maka tidak mungkin dalam gambar tersebut p seclandengan &,b ,c,e,g,h, atau p seclan dengan d,f,i,y. Demikian jugaditinjau dari clan matrilineal maka tidak rnungkin p seclan dengan&rbre,crkrg,h.

Berkenaan dengan soal keutamaan, kesimpulan apakah yangdapat ditarik dari hadlth Abu Hurairah itu ? R menguntukkanseluruh harta peninggalan hanya bagi anak-anak simati dan untukduda. BanD dan awl5'd berarti anak-anak semuanya secara umum,anak-anak seumumnya, dengan tidak perlu berarti hanya semuaanak-anak yffig laki-laki saja, Bahwa artt awldd dalam mulut Rmungkin berarti anak perempuan, lihat $ 4 huruf a halaman 87.Perempuan yang mati itu misalnya mungkin meninggalkan duaorang anak, semllanya laki-laki, atau semuanya perempuffi, atauseorang laki-laki dan seorang perempuan. Dalam hal pertama danketiga maka semua sisa, setelah dikeluarkan bagian duda, adalatrsemata-tnata untuk anak-anak itu. Dalam keadaan kedua, makadua orang anak perempuan itu mendap at 213 dan duda I l!,makauntuk siapakah sisa-bagi sebesar 1 I 12 itu ? Menumt hadith ter-,sebut , tidak mungkin untuk lasabah, walaupun jelas ada lagabah,karena semua harta peninggalan itu dibagikan habis antara anak-anatk itu dan duda. Dr-rcla ateru jancla pada prinsipnya ticlak mung-kin memperoleh lebih clari angka fard'idnya, karena sisa-bagi,yang sebenarnya adalah sisa kecil, pada prinsipnya hanya untukulu'l'arl.rfm , yaitu orang-orang yang sepertalian darah dengansimati. Dalam kasus hadith itu orang-orang yang sepertalian darahdengan simati ialah anak-anaknya dan 'asabah tersebut. 'Aqabahini, walaupun orangnya termasuk kepada pengertian ilfi'l'arlrdmbagi si rnati, walaupun anak-anak perempuan itu bukan anggota'upbah sirnati..

iy.to sekali lagi trahwa disini pengertian 'aga'bah tidakdilriraukan oleh Qur'dn , yang hanya menghiraukan pengertianDltl'l'arhiim saja, yaitu semata-mata sebagai keluarga bilateral.Mengcnai ulLl'l'arham ini Qur'an mengadakan penjenisan dalamawlad, wdliddni, ikhwatuil, mawill selanjutnya dalam akrablrndan frlir'lqurbi (lV:8,11,33 ; XXXIII:6). Ultt'l'ar[rdm yang aq-

103

Page 112: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

rabfrn diwarisi oleh al'aqrabiln juga dan tidak oleh [rlir'l'arhdm

Vang ulu'lkurba. Terangtah bahwa si 'asabah tadi hanya mungkin

seseorang dari irlu'lqurbi saja. Dengan demikian maka memang

rruOltrr lu" Hurairih itu. telah ada mengandung pengertian

keutamaan di kalangan ilfl'l'arfrim, seperti yang diajarkan oleh

)C(XIII:6 dan Vlll ,1 S (wa tilf 'l'arhami ba'{uhum awli bi ba' din

fi kitibi'llthi), yakni ayat-ayat itu menunjuk kepad? ,,fi kitdbi'l-

l1hi", kep ada'sigala sesuatu yang ditetapkan dalam Qur'aln, je'las

atau tersirat. Pengertian 'uribuL secara yang dipahamkan oleh

masyarakat 'Arab, yaitu keluarga patrilineal, jangankan tersirat,

bahkan disuruh tumbangkan oleh Qur'd'n itu sendiri (IV:23 io 24,

lihat kitab ,,Hendak kemana htrkum Islam?"). Maka menurut

faham ,,fi kitebi'ilah" jika ada anak-anak (awldd) maka semua

irli'l'arbem yang bukan ayah atau mak (wilidani) adalah UlDjl;

qurba bag ri*uii, kecuali keturunan lebih lanjut sebagai mawdli

bagi anak--anak yang mati terlebih quhulu. Sebab itu dalam semua

hal dimana anak-anak atau mawili bagi anak-anak ikut mewaris

bersama-sama dengan dzaud'lfarl"i{ yang ,,bukan anak" maka

senlua sisa harta adalah untuk anak-anak dan mawdli untuk anak-

anak saja, dan jika anak-anak itu sendiri pula berhak fard'i{(mungkft lagr Oitambah dengan nawill bagi anak-anak yang

dzaurfr'lfar6"+l maka semua sisa-bagi hanya untuk keturunan

itulah jika tiiak ada orang-tua. Sebab itu R dalam kasus hadlth

Abf Hurairal itu tidak pJrlu memperinci lebih dahulu apakah

jenis-jenisnya -,,banfr" simati itu untuk ponisnya ,,bi anna mi-

rathahe h banihd wa zawjih e (bahwa harta peninggalannya adalah

untuk keturunannya dan dudanya)", sebab tidak ada lagt yang

lain yang berhak. Jika keturunan itu memang hanya anak-anak

perempuan saja atau disertai oleh mawali bagr anak-anak perem-

puan yang miti terlebih dahulu maka sisa-bagi itu diraddkan

kepadi mireka, sesama anak-anak perempuan mendapat sama

banyak dan sesama maw6li mendapat bagian mentlrut jenis

mereka dan menurut kedudukan mereka dalam jurai (lihat kitab

,,Hukttm Kewarisan BitAteral menuntt al-Qur'dn", hl' 41 - 45)

Hadith Abfi Hurairah yang telah selesai kita bicarakan iniclapat dipandang sebagai iunnah rasfil yang memansflkhkan

sunnah rasfil yang mendahului (S I huruf c) mengenai penyeratran

sisa kecil kePada 'aPabah.

Page 113: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

c) Abil Hurairah menceriterakan bahwa R berkata : .,AnEarvld bi'lmu'minina min anfusihim faman mdta wa taraka malanfamaltrhu li mawa-li'l'agabati wa man taraka katlan aw daya'anfa ana waliyyuhu fali ud'6 lahfr." (Bukhefi)

Artinya I ,,Saya lebih dekat kepada orang-orang yang mu'-min dari mereka sendiri antara sesamanya. Maka barang siapanrati meninggalkan harta maka hartanya' bagi ahliwaris-ahliwaris-nya dari golongan 'apabatnya dan barangsiapa meninggalkankeluarganya dalam kesengsaraan atau kemelaratan maka sayalahpemikul urusannya, maka hubr-rngilah saya untuk urusannya itu."-

Dalam hactlth itu acla kata-k ata )/ang menunjuk kepadaXXXIII:6 ,.annabiyyu awlS' bi'lmu'mirTina min anfusihim." Adaperbedaan paham tentang yang mana terlebih dahulu diturunkan,XXXII I atau lV kah 't Saya berpihak kepada paham bahwa IVlebih dahulu turunnya dari pada XXXIII, yaitu sesudah III. Kata-kanlah III dalam tahun 3 a 4 H, IV dalarn tahun 4 a 5 H danXXXI I I dalam tahun 6 a I H. Jika R mensitir (mengulang ataumenonjolkan) XXXIII:6, walaupun sebagian, maka iman sayamengatakan bahwa prinsip-prinsip hukum kewarisan menurutQur'dn surah IV telah juga diketahuinya, sebab bukankah XXXIII:(t menunjuk kepada keutarnaan-keutamaan yang telah ada fikitabillehi ? Maka'sekali-kali tidak masuk akal bahwa beliau akanberkata : ,,faman mita wf taraka malan famEluhu limawali'l'ASa-bati" seakan-akan beliau tidak ketahui bahwa ada dzawri'lfarf idyang bukan 'agabat, seperti ntak, janda, duda. Menurtrt im?n ter-sebnt maka hadith itu, sekadar yang mengenai kewarisan, aclalahceritera keliru dari Abil Hurair&h, dan menurut prinsip-prinsipuslrl tiqh tidak dapat diterima sebab bertentangan dengan Qur'in.Dalam pada itu jika diikuti paham yang mengatakan bahwa IVturun sesuclah LX dan LX'sesudah XXXIII, katakanlah XXXIIIdalanr tahun 4 a 5 H dan IV ditahr"rn 6 a 7 H, maka masuk akaljuga kebenaran seluruh hadittr Abil Hurairah ittr, dengan pengerti-an bahwa ,,famlluhu lirnawllll'apabati" (hartanya untuk ahli-waris-ahliwaris dikalangan 'asabatrrya) menunjuk kep ada htrkunladat'Arab sebelum turtrn surah IV, dan sesudah ttrmn surah IVnraka R obah' pernyataannya itu dengan perrlyataan lain yangjuga disampaikan oleh Atru llurairah, yaitu bunyinya : fur? awldbi'lntu'minina: min anfusihim faman m?ta wa'alaihi dainun rvalamyatruk wafE'an fa'alain? qada'uhu wa man taraka malan fa li

105

Page 114: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

warathatihi. (tsukhdri)Artinya : Rasul bcrkata ,.Saya lettih clekat kepacla orang-

orang mu'min daripada mereka sendiri antara sesamanya, makajika orang rnati meninggalkan hutang yang tak dapat dilunasi clariharta peninggalannya nraka sayalah nrclunasinya dan jika orangntenitrggalkan ltarta (lebih dari jr.rmlah hutangnya) maka hartalrcrlebih an itu untuk ahliwaris-ahliwaripny.alah. " Lihat mengenaihadlth tcrakhir ini S 14 h r.rruf a.

:

$ 6. Ke turmuilr.

a) Zard lrerkata : Cucu. laki-laki dan perempuan, kclahirananak laki-laki (melalui anak laki-laki) sederajat dengarj-anak jikatidak ada anak laki-laki yang masih hidup. Cucu laki-laki sepcrtianak laki-laki, cucu peretnpllan seperti anak perempLran, merekamewaris dan menglrijab seperti anak, dan tidal< mewaris cucubersama-salrla dcngan anak laki-laki (Bukheri)

Haclith ini bukan sunnah rasirl, hanya ajaran Zard, yangtidak clapat diterima seluruhnya sebagai suatu kebenaran, sebabbertentangan dcngan Qur'dn. Dalaffr pacla itu ada bagian-bagian-nyh yang t'renar, sebagai nanti akan diperlihatkan.

Bukhefi menernpatkan langsung sesudah hadJth Zaid ituhadith ILxr 'Abbds yang telah kita bicarakan dalam $ 5 huruf a.

Pada Bukhari kita jumpai dua hadTth itu dalarn bab mirdttri'bni'-I'ibni id'ze lam yakuni'bnun (bab kewarisan bagi cucu laki-lakikclahiran anak laki-laki jika tidak ada seorang anak laki-laki).Kesan yang diperoleh ialah seakan-akan BukhEii hendak men-dudukkan ketreriaran hadith Zaid itu, yang hanya nlerupakansuatu paham atau ketetapan iltu'l'antri, atas kewibawaan sunnahrasul yang termuat dalam hactith Ibn 'Abb[s itu. Telah kita urai-kan dalarn S 5 huruf a bahwa hadith Ibn 'Abbas itu hanya dapat_,

tepat dipergltnakan bagi beberapa ntacaln kasus dan contoh r:asusyang sangat layak untuk clipergultakan oleh pihak yang hendaknrendttkung hadith hid itu ialah contoh macarn no. I dalarn 5 5

huruf a halaman 34, jika telah disesuaikan seperlunya menurutrnaksud Zaid itu. Dalarn contoh tersebut maka saudara laki-lz*iyang dua derajat dari si mati ditutup oleh anak laki-laki yangsatu derajat dari sinrati. Maksud ZatJ adalah searah parallel :-

106

Page 115: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

dengan itu juga, sebab. cucu laki-laki dan peremput'r adalah duaderajat dari simati, sehingga nrereka nre,nurut Zaitt ditutup olehanak laki-laki yang satu derajat terpisah dari simati. Dalam haltersebut maka menurut pihak yang sepiilranr dengan Zaid akanberlaku penuhlah hadith lbn 'AbLrls, yakni anak laki-laki itu se-bagai awla rajulin clzakarin akan mengfrijab cucu itu. Menirulagak lbn 'Atrttls ($ 3 huruf e) orang di sinidapat berkata: ,,Apa-kah 7,aid lbn -l'h7rtrit tidak takr.rt akan Allah dengan ia jadikananak i.ki-laki scbagai awl[' rajulin dz'akarin yang menutup bukansaja parnannya tetapi jr,rga menutup keponakannya dengan hanyaberaldskan lralr wa panlan dan keponakan itu sama-sama satttderajat letrih jauh kepacla si mati daripada anak laki-laki itu,derrgan. dilupukan oleh Zairl satu perbeclaan besar yaitu bahwapamatz ilu adalah keluarga si mati di garis slsi sedangkan keponakanitu adaiah keluarga si mati di gar:is luru,s ke bawah ! SudahkahZaid periksa firman Alleh '. ,,likullin ja'alnd' mawdlia minrmZtiiaka'lwdlidfni", yang ditunrnkan All-ah bagi kepentingan cucu-cucu si mati, cucu-cucu yang semasahidup datuk nrereka, telah menjadianak yat,m karena kehilangan ayah ?"]'ihat gdntbar E dimana menurut Zaidcucu-cuuu mendapat nihil. SudahkahZaid periksa lragaintana sistim Qur'[nn)engenai ketttutna:tn antara garis lttruske bawah, garis lurus ke atas dan garis-garis sisi ?Jika belum makabatallah sebagian ajaran-ajaran Zaid. Untuk ltlengetahui ajaranZa,id yang nrenjadi lratal itu maka di bawah ini cliberikan gambar-gambar yang cocok dengan maksud Zaitl:yaitu I a,b, ll a,b,c,dan III a,b,c.

lu IIr nb II< IIlr nb E(, '\ ;Ot- tO. ;O of ;f

(ot tt?)c. t)c ?b o, or o.d'v.,5 I Ad a/b'y'b' A do /xr b c . : b I b I D .b ( b c ; e

I a: menurut IV:33 nraka a dan b mendapat bersanta | 13, ya-

itu aLlg dan b219;cdan d mendapatmasing-masing l13. TetapiZaid memtrerikan kepada a Il6, b l13, c l13 dan d Ile, sehinggaa dan b secara menguntungkan mendapat l12 sedangkan d di-

ta7

Page 116: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

:

rugikan dan cuma c yang mendapal bugiannya scsuai clertgan Qur'Ett

I b : menurut IV:33 bagian a 116, b l16, c l13, d ll3,tetapimenurut Zaid a 115, b ll5, c 215, drls, dimana d menderitakerugian besar.

II a : Menurut IV:33 bagian a,b,c masing-masing I lz, tetapiTaid memberikan seluruhnya kepada c, sehingga &,b mendapatnihil.II b : Menurut IV:33 bagian a 116, b 113, c I12, tetapi me-

uurut Zaid maka c mendapat selurtthnya clan E,b mendapat nihil.

II c:Menumt IV;33 bagian a %, b \4, c t/z,,menurut Zaid hanyac kebagian.

III a,b,c: IV:33 tidak berlaku dalam casus tersebut sebab aadalah penghubung_yang rnasih hidup, untuk siapa Ailah tidakmengadakan mawilT, sehingga hanya a ahliwaris.

Dalam casus-casus angka III tersebut bolehlah berlaku hadithIbn 'Abbds (a ialah awli rajulin rJzakarin), demikian pula hadithZaid: ,,tidak mewaris cucu bersama-sama dengan anak laki-laki",cuma harus lekas dibubuhi catatan,,karena anak laki-laki ituadalah ayah yang masih hidup bagi cucu-cucu itu."

t'lV ?,b merupakan casus-casus yang terletak di luarpandanganhadith Zaid, tetapi tidak di luar ralunat Allah swt, oleh karena,,likullin" dalam sirrah lV:33 tidak hanya berarti,,bagi setiap laki-laki" tetapi juga ,,bagi setiap pe-rempuan". Zaid agaknya menolak ra[rmat itudengan nrisalnya menrpergunakan istilah dzawir'l'arl.r-am dan akan .memberikan selunrh harta pe-

Er lluQr t(oib 4b{\' db,'6A ': b

,. .b

ninggalan kepada c. Menurut IV:33 maka dalam casus IV a akandiperoleh oleh a yz,. l, h dan c akan nihil sebab tidak mendapatberhak menjadi mawali bagi d (lihat halaman 65,7 1, sedangkandalam casus IV b akan diperoleh oleh a213. x l13, b ll3 x l13 danc 213

Dalam pada itu ajaran Zald itu tetap mempunyai harga,yaitu-nilai sejarah, yang membuktikan betapa kerasnSra di masa itucekalan hukum adat 'Arab yang patrilineal itu sehingga orangsebagai Zatd tidak luput dari pengaruhnya. Cobalah kita hurbung-

108

,*:{

ii{ili3

s

Page 117: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

kan ajaran Zaid itu dengan hadith pada S I huruf c, sewakttr Rpertama kali menghadapi perkara kewariqan yang rnirip dengancasus II c diatas tadi, dengan perbedaan bdhwa waktu itu pr'rvarisialah saudara bagi c dan bukan ayah sebagai pada ll c. Di rttasajahiliyyah dua casus tersebut memang dianggap sejenis dan tun-duk kepada garis hukum yang sama, yaitu garis ltukunr ),ailg jugamenguasai casus II a dan Il b. Menurut garis hukunr tersebut..iikaseorang laki-laki mati dengan meninggalkan janda, beranak atautidak, maka saudaranya menurut pertalian patrilineal'bcrhak pak-sa untuk mengawini janda itu (bandingkan surrah I\r:19), berhakmenguasai harta peninggalan simati yang ada pada janda itr"r iikaja:rda itu tidak beranak atau mempunyai anak yang bellrm de'uvasadari simati, tetapi sebaliknya berkewajiban pula untuk mengurLlsdan memelihara anak-anak simati itr"r seperti anaknya sendiri,untuk kemudian, bila anak-anak laki-laki simati sr"rdah dewasa,menyerahkan sisa harta peninggalan simati kepada anak-anak itu.Garis hukum tersebut akan berjalart beres menurut maksud baik-rl1/a selagi hubungan-hubtrngan dalam keluarga yang bersangkutanterkungkung r4pi oleh pengawasan yang tajam dari kepala-kepala(syaikh-syaikh, datuk-datuk) dalam keluarga tersebut. Jika peng-awasan tersebut mulai kendor, maka terjadilah pelbagai ke -

sewenang-v/enangan terhadap janda dan anak-anak yang belumdewasa itu. Di masa jahiliyyah itu hukum kewarisan itu btratselanjutnya tranyak mengandung Llnsur-unsur collectif. Jika simatibukan saudara tetapi ayah, maka anak laki-laki tertua mengambiltempat seb agai pengganti ay&h, yang akan mengllrlls semua halihwal adik-adiknya dan hal ihwal anak-anak kepenakannya beser-ta ipar-ipar perernpuann ya.

Hal-hal inilah yang saya maksurd sangat mempengaruhi Zaidclalam membentuk garis hr.rkum menurut ajarannya itu. ,;Kema-juan" Zaid dengan ajarannya itu ialah bahwa dia telah berhasilmembelokkan htrkum kewarisan adat 'Arab yang agak bercorakkollektif ittr kepada suatu sistim yang berbentuk individuil. Sayaberanggapan bahwa usahanya itu dilakukannya benar setelahtunrn IV: I l, 12, tetapi sebelum turunnya IV: 33, dan jikadilakukannya setelah turun IV:33 maka hasil karyanya itumembuktikan bahwa ia tidak sanggup mendalami maksud tyattersebut, mungkin diperdayakan oleh hadith Ibn 'AbbEs yang

109

Page 118: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

b)

l)

semata-mata menghubungkan IV:33 dengan urusan ukhuwWahantara Muhajirin dan Ang-ari (lihat g 2 huruf b). Pujian R kepadaZud ibn Thabit (S 3 huruf g) tidak boleh menyebabkan kitamemandangnya sebagai orang yang mahatahu, sebab pujian R ituadalah relatif, tergantung kepada matcri, waktu dan nilai orang-orang derrgan siapa Zaid dibandingkan, Bandingkan critik Ibn'Abbds terhadap Zaid ($ 3 hunrf e).

Hu'r.atl 'bn Syurahbil menceriterakan bahwa :

menurut paham AbL Mush, jika ahliwaris hanya seoranganak perempaun, seorang saudara perempuan dan seoranganak perempuan dari artak laki-laki, maka anak perempuandari anak laki-laki itu mendapat nihil dan harta peninggalanclibagikan salna rata kepacla anak percmpuan dan saudaraperemplran itur;

tetapi nlgnurut paham lbn Mas'ird mesti diberikan dalamcasus tersebut kepada anak perempuan itu yz, kepada anakperempuan dari anak laki-laki itu l16 (takmilah) dan sisanyal13 itu kepada sauclara perempuan itu;

Abil Mirsi kecewa dengan paham Ibn Mas'hd itu, sedangkanIbn Mas'-ud bersekuat trahwa pahamnya itu sesuai denganapa yang telah clitetapkan oleh R. (Bukhafi)

't Dtinjau dari sudut paham bilateral yang dianut oleh Qur'inrnaka hadith Huzail itu mengenai kasus yang sejenis dengan kasusdalam hadith JEbir pada S I huruf c, yakni kedua-du anya me-ngenai hubungan antara garis lurus ke bawah dan garis sisi perta-ma. Dalam kasus Jatlir isi garis lurus ke bawah ialah anak-anakperempuan dan di garis sisi pertama saudara laki-lalci, sedangkandalam kasus Huzail garis lurus ke barvah itu berisikan anak perem-puan dan cucu pcrempuan dan Ci garis sisi pertarna sattd araperempuan. Beda yang rehvant dan essensiil ialah bahwa kasusHuzail itu mempunyai persinggungan dengan .mawili bagr a-

nak (IV:33). Pokok pertikaian antara AbIl ilflusa dan Ibn Mas'udialalr nasib mawili itu, hal rnana mernbuktikan bahwa ketetapailAAAh nxengenai rnaw?tli itu belum lagi diturunknn cli masa itu,sehingga orang mesti berjuang dengan surah IV: I I dan 12 saja,di mana nasib garis sisi pertama jika sirnati rneninggalkan ke-

1l0

2)

3)

Page 119: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

turun&tr, .hal mana menyangkut soal keutamaan -) belumdapat dijawab langsung, karena Aileh belum menunrnl'.an pen-jelasannya mengenai arti kalilah, yang baru kemudian diberikan-Nya dalam. IV: 17 6. Berpedoman kepacla keterangan Ibn Mas'idbahwa pahamnya sesuai dengan ketetapan R, maka tentulah R-telah pernah mengadili perkara serupa. Maka jika pada kasusJ6birR mengambil kebijaksanaan sementara, karena belum d apat seca-ra tegas diketahu"tnya hal-hal keut amaan, yaitu dengan memberi-kan sisa, setelah dikeluarkan fari'id, kepada saudnra laki-laki,maka R telah bertindak consequent secara pemikiran bilateral,yang berprinsip perindahan yang sama antara laki-laki dan perem-puan, sewaktu ia dalam kasus sejenis memberikan pula sisatersebut kepad a saudara per€rftpuan; hal mana ikut membuktikanbahwa R telah clirenapi melalui ayat:alat Qur'dn oleh pahambilateral. (Bandingkan 3 5 huruf b).

Bahwa R memberikan I 16 kepada cucu perempuan sebagaitakmilah dapat dipahamkan, karena hal mawlfi belum lagi dike-tahuiny?, dan setelah turun IV:33 dapat pula dipahamkan,-lebih luas lagi dari paham Ibn 'AbbEs (S 2 huruf b) yang ha-nya menghubungkan ucapan R ,,nasakhat-ha" dengan ukhuwwahantara Muhijirin dan Ang-ari , bahwa ucapan R itu juga menge-nai prakteknya tentang takmilah itu, yaitu ikut terhapus olehIV:33 wajah pertama (likullin ja'alnE mawalia mimm? taraka''lw?lid-ani), sebab menurut IV:33 anak perempuan dalam kasusyang dimaksud oleh Ibn Mas'fid itu seharusnya mendapat I 13,cucu perempuan melalui anak laki-laki itu seharusnya mendapat213, dan untuk saudara perempuan itu-nihil (bukan saja karenakehabisan pembagian tetapi kemudian setelah turun IV: 17 6ternyata dari sistimatik Qur'fn bahwa saudara tidak boleh ber-himpun bersama anak, karena anak mempunyai keutamaan lebihtinggi dari saudara).

Hadith Huzail itu mempunyai persangkutan pula denganajaran Zaurd (S 6 huruf a) tadi. Menurut Zaid cuctt perempuankelahiran anak laki-laki sama derajatnya dengan anak perempuandan berhak mewaris dan mengftiiAb seperti anak perempua.n,yakni jika tidak ada anak laki-laki yang hidup. Sayang sekali Z?idtidak menerangkan lebih lanjut tentang hijab mengJrijab' bagianak perempuan itu. Karena itu maka rupanya Abu.-Musa mem-bentuk pahamnya sendiri, yaitu cucu perempuan dihijeb oleh

llr

Page 120: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

anak perempualt yang berhak fara'iql, ya malahan cucu perempuandihijab oleh saudaia perempuan, walaupun jarak clerajat darimereka sampai kepada simati sama-sama dua deraj at- PahamAbil M[s[ itu tidak dapat diterima karena dzawu'lfara'id tidakclapat dihijeb atau menghiiaU, sedangkan soal jatrh dekat derajatseseorang dari atau kepada simati tidak menentukan ukurankeutarnaan sebagai dasar hijab.

Sebaliknya Ibn Mas't-tcl lnengakui clrcu perempllan itu se-bagai semacam dzawu'lfarE'i{, tetapi dengan rnenyimpang dariajaran Zaid maka Ibn Mas'frd tidak menyarnakan derajat cucuperentpLlan dengan anak perempuan, hal mana rnenyebabkanpembagian I lA sebagai takmilah untuk cllcu perernpuan ittr .

Takrniiah '*i?titudnya msmperlepgkapi angka Yz untuk seoranganak perernpuan menjadi 2 3 uniuk dr"ra orang anak pcrenrpuan.Jika diikuti ajaran Zaid secara consequent maka seharusnya cucuperempuan itu mendbpat l13 dan anak perempuan itu juga l13.Akibat dari pahari Ibn'Mas'lid itu iala]r jika ada dua orang anakperempuan atau lebft yang berhak fafE, i{ maka angka fara'id2lS untuk.'inerekd tidak dapat l+gi ditakmilahkan (disempurna-kan), sehiri gg? akibatnya cucu perenlpuan itu tidak akan men-dapat apa:apa. Dengan diikuti ajaqan Zaid secara consequentmaka jika umpamanyaada 4 orang'anak-perempuan dan dua orangcucu perempuan kelahiran dari' anak laki-laki yang telah matiterlebih dahulu, rnaka 6 orang perernpuan itu akan mend apatmasing-masing Ile x 213.

I Kesamaan paham antara AbU MilsE dan Ibn Mas'ud ialahpandangan mereka terhadap saudara perempuan itu sebagaiorarlg yang berhak mendapat sisa setelah dikeluarkan far6'i{yaitu hak sebagai aw,ld rajulin dzakarin, yang tersebut dalam $ 5huruf a. Saudara perempuan sebagai awld, rajulin 'dzakarin itudinamakan 'agabah ma'a'lghairi, {.ngan gytrat rnEstilah tidak adalagi seorangpun 'apabah binafsihi Oln karena itu mestilah pulaberhimpun dengan hanya Keturunan, perempuan dari sipewaris.Syarat yang sedemikian tentulah tidak 'dapat dipenuhi jika si-pewaris bukan laki-laki tetapi seorang pqrempuan, karena dalarnhal ini maka keturunan perempuan dari simati tidak se'upbahdengan saudara perempJan simati itu, kecuali jika sirnatise'usbah dengan mendiang suaminya dengan siapa dia kawinendogarni. Jadi jika simati perempilan dan perkawinannya, seba-

112

Page 121: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

gai biasanya dalam masyarakat 'Arab, berbentuk exogalri, ma-

ka saudara perempuan tersebut tidak akan mendapat apa.apa,

sehingga sisi harti peninggalan terpaksa diraddkan kepada ke-

turunan pergmpuan dari mendiang perempuan tersebut, yaitujika aiituti pembagSan menunrt bandingan r/z lawan 116, maka

radd kepada lnak perempuannya % sisa dan kepada cucu perem-

puannya % sisa.

Tidak termasuk sama sekali pada kasus hadith Huzail jika

cuctt perempuan itu kelahiran anak perempuan. Dalam hal initelah bersepakat Ahlu'ssunnah wa'ljam-a'ah bahwa cucu jenis itu -

seb agat dzawlrl'larhEm, tidak mendapat apa-apa, sehingga Ab[Mfrsi dan Ibn Mas;frd sama-sama akan menetapkan bahwa anak

perempuan mendapat tlz dan saudara peremp.uan juga I t2-Untuk

keperl.ratr pemb aca baiklah di bawah ini digambarkan semua

Uentuk-beniuk hubungan yang dibicarakan dt atas tadi (dimana p

itu laki-laki atau PeremPuan).

3l\a\*(.&)A i(.t)

Nomor I s/d 5 di atas itu adalah selaras dengan alam pikiran

Ahlu'ssunnah wa'ljam-a'ah, tetapi menurut sistim bilateral ber-

dasarkan eur'En maka pembagian sebagai berikut:

5

oI\/M*(*.*)A*(t.*;

perbed aan essentiel antara Ahlu'ssunnah yang patrilineai

dan sistem bilateral menurut Qur'a--n ialah bahwa pada sistim

bilateral itu saudara perempuan dalam kasus-kasus tersebut selalu

mendapat nihil karena termasuk kelompok yang kurang utama

dan bahwa cucu perempuan selalu mendapat bagian sebagai

mawili.

I l3

D:

+PIr

'[}l 'Fi(.i)

1dan2 3

aO'i\ oA\o'a+ o "'iAt A+

io{\+YA *(+

*(* - r)*t)

Page 122: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

Selanjutnya tidak dibedakan apakah pewaris (p) laki-lakiatau perempuan dan ataukah simawili kelahiran laki-laki ataukahkelahiran perempuan, demikian pula apakah simawlli perempuanataukah laki-laki (selaras dengan emancipasi yarrg diberikan olehQur'dn kepada perempuan, dan renungkan pula perobahan wangjujur menjadi mahr dalam per-emancipasi-an itu).

S 7. Saudara.

a) Al-Aswad 'bn Jafrd menceriterakan bahwa Mu'6dz'bnJabal sewaktu bertugas di Yaman membagikan harta peninggal-an seorang laki-laki, yang hanya meninggalkan seorang anakperempuan dan seorang saud ara perempuan, kepada anak perem-puan itu yz dan kepada saudara perempuan itu r/z pula.(BukhEri)

Yaman tunduk kepada kekuasaan Al-Isldm semenjak tahun9 H, yaitu pasti setelah diturunkan semua ayat-ayat kewarisan ,

termasuk yang teraldeir yaitu IV: 17 6, sebab perhitungan yangselambat-lambatnya bagl turunnya surah-surah IV dan XXXIIIialah sebelum tahun 8'H. Satu antara dua: atau Al-Aswad mem-praktekkan lagi ajaran lama seperti ajaran Abu MfrsI atau Al-fuwad mempunyai pengertiannya sendiri tentang kalalah, yaknidiartikannya sebagai ,,mati dengan tidak meninggalkan anaklaki-laki atau keturunan laki-laki secara patrilineal", sehingga jikasimati hanya meninggalkan anak perempuan' atau keturunanmelalui anak perempuan maka si mati itu telah mati punahatav mati kalalah menurut pengertian Al-Aswad itu, dan dengandemikian dapatlah dipergunakannya IV: 17 6 ,,laisa lahD waladunwalalrlr ukhtun falaha nisfu" (tiada baginy a anak laki-lnki dan adabaginya seorang:'saud ata perempuan maka,untuk saudara perem-puan ifu yz). Disamping itu dibacanya pula IV:1 I 11 ..i fi awll-dikum ... wa in kanat wdridatan falahd"nnisfu" (mengenai anak-anakmu ... dan jika hanya ada seorang anak perempuan maka ba-grnya yr). Demikianlah keluar ponis Al-Aswad : untuk anakperempuan /z dan untuk saudara perempuan yz". Nabi sendiritidak pernah memberikan penjelasan itu dalam IV: 17 6, sedang-

kan arti walad telah cukup jelas dari pernakaiannya dalam IV: I l,dikuatkan lagi dengap sistim bilateral yang dipergunakan olehQur'dn (lihat Bab Vi B $ 4 kitab ,,Hukum Kewarisan Bilatera,l

It4

Page 123: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

tneiturut Al-Qur'dn " ) dan dengan arti walad di mulut Rasill(hl 31'), yaitu walad berarti setiap macam anak, baik laki-lakirnaupun perenipuan. Dengan demikian maka arti kalalah sebenar-nya ialah wwti punah total ke bawah,tidak meninggalkan seoranganakpun juga, baik anak laki-laki mauplln perempuan dantidak pula berketurunan selanjutnya baik melalui anak laki 'lakimaupun melalui anak perempuan. Karena itu maka ketetdpanAl-fuwad itu batal sebatai-batalnya ! Dia tidak boleh mengga-

btrngkan IV: I I a,b,c,d dengan ayat-ayat kal6lah, h{engenai ajaranatau praktek yang telah'manslrkh seperti dimaksud cli atas ( lihatS 6 huruf b) diulangi disini bahwa orang-orang yang di garis sisi

tidak boleh, menurut sistimatik.keutamaan dalam Qur'dn, mewa-ris bersama-sama dengan orang-orang di garis lurus ke bawah.karena mereka ini mempunyai keutamaalt yang lebih tinggi dan.karena itu menutup sernua orang di garis sisi. Mansilkhnya ituteriadi setelah turun lV: 176, sebab setelah turunnya ayat tersebutmaka telah dapat diketahui se'luruh perihal keutarnaan ituTegasnya merlgenai hadith Al-;\swad ini maka yang mansfikh ituialah pengertian Ahlu'ssunnah wa'lja ma'ah tentang 'a.sabah

ma'a'lghairi sebagai kelanjutan dari paham mereka mengenaiawld rajulin dzakarin (S 5 huruf a, S 6 huruf b). Menurut ajarankeutamaan dalam sistim bilateral menurut Qur'6n itu makaseharusnya dalam kasus Al-Aswad itu diberikan seluruhnya ke-pada anak perempuan itu (faf id lz + rad d yz).

b) 'Afi menetapkan bahwa jika seorang perempuan ma-ti dengan meninggalkan hanya duda dan seorang saudara laki-lakiseibu, sedangkan dua orang tersebut adalah pula saudara se-pupll bagi simati, yaitu bapak-bapak mereka adalah saudara-saud ara sebapak, maka duda mend apat y, (IV:12), saudara tiriseibu mendapat 116 (IV:12 kaldlah), sedangkan dari sisa yangsebesar I 13 diberikan lagi 1 lA kepada duda dan I 16 kepadasaudara laki-laki tiri seibu (sebagai pembagran untuk 'agabah).

(Bukhef). ' '

Lihat gambar F. Dari hadith itu ternyata bahwa 'Ali men-mentafsirkan kalalah IV: 12 sebagai ,,mati tidak berayah lagr dantidak pula beiketurunan apapun juga tetapi

'ada meninggalkan

saudara tiri seibu", sehingga IV:176 sebagai consequensi ajarantersebrtt mengatur katrlah dalam arti: ,,mati tidak berayair lagi dan

il5

Page 124: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

dan tidak pula berketurunan apapunjuga, tetapi ada nreninggalkan saudaralcandung atau saudara tiri sebapak",atau sebaliknya ajaran mengenai kalE-lah IV: 12 itu adalah consequensi dariajaran 'Ali di bawah ini ($ 7 huruf c)mengenai kaldlah IV: 17 6. Syarat bahwa bapak telah mati terlebihdahulu ternyata dari membagikan stsa llS itu kepada dua orangahli-waris tersebut di atas setelah kepada mereka diberikan hakfari'id, yaitu kepada duda t/z dan kepada saudara laki-laki tiriseibu | 16. Jika ayah masih hidup maka menurut ajaran Ahlu'ssunnah mestilah sisa Yz setelah dikeluarkan far6'i$ untuk dudaitu diberikan kep ada ayah itu sebagai awld rajulin dzakarin('a;abah terdekat). Karena ayah telah mati maka 'agabah-'apabah-berikutnya ialah dua orang sepupu itu, yang sama derajatnya, dankarena itu sama pula bagiannyz, yaitu masing-masing 116, se-

hingga sampailah kita kepada hasil pembagian yang' ditetapkan'Ai, yaitu untuk ,,duda serta saudara sepupu" /z+ llS = 213 danuntuk ,,saudara tiri seibu serta saudara sepupu" l16 + I16 - l13.Menurut sistim kewarisan bilateral, yang tidak memberikankedudukan istimewa kepada 'agabah selain kedudukan biasa se-

lain ked.udukan biasa sebagai Ulfl'l'arhE'm dan tidak membedakanant4ra saudara kanduflg, saudara tiri sebapak dan saudara tiriseibu, dan dalam hukum kalalah memakaikan IV: l2 jikaayahrnas_rh hidup dan memakaikan IV: 17 6 jika ayah telah mati ( lihatBab VII kitab ,,Hukunt Kewarisan Bilateral nlenurut Al-Qur'drt)

- 1 maka dalam kasus tersebut di atas diberikan kepada duda hakfard'idnya yang t/z dan sisanya hanya dibagikan kepada yangdisebut saudara tiri seibu itu berdasarkan hak saudara (seayah

atau semak) dan dalam kasus hanya ,,misan" atau ,,saufl arasepupu" sedatuk tidak mendapat tambahan extra, dengan hasil-nya mereka mendapat sama banyak. Jika ayah masih hidup makamenurut sistim bilateral duda mendapat r/2, saudara tiri scibu(ataukah $audara tiri sebapak, apakah saudara kandung)menda-pat U6 dan ayah mendapat.s$a sebagai dzawil'lkarabat,. scdang-kan ju.ga semua mereka dimasukkan ke dalam kelornpok kcutartttt-an kedua.

c) 'Ali berkata: anna a'ylna barrl'['unr rrr i yutawl

I l6

F

Page 125: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

rathTrna duna bani'l'allati; anajulu yarithu akhDhu li ab'ihi waummihi d[na akhihi li abihi." - (Attirmidzl tUn Majah, dariM i st, kd t' I rnasdbllt dan menurut lr/ail' I'At+, titr hadith tersebut jugadijumpai pada Ahmad) Artinya: ',,saudara-saudara laki-lakikandung saling mewarisi dengan menyingkirkan saud ara- saud aralaki-laki tiri sebapaknya". A'y?nu bani'l'ummi ialah saudara-sau-dara kandung, banfr'l'alldti ialah saudara-saudara tiri sebapak. Me-nnrut Il[isl; kdt'Inta;db\h maka Add6rami mempergunakan istilahal'ik ltw,at u ntinal' untnti untuk saudara-saud ara kanduilg, istilahyang sangat aneh jika diartikan semata-m ata menurut kata demikata , yaitu ,,saudara-saudara keluaran dari mak" yang meng-ingatkanorangkealammatrilinealsepertidiMinangkabau,,saudara-saudara seperut". Tetapi perkataan um{n tidak perluberarti mak, mllngkin jtrga berarti lain seperti dalam ummu'ttarik(tengah labuh). Mungkin maksudnya: ,,saudara-saudara yang ber-kedudukan sama tengah" yaitu antara mak dan ayah. Sayasinggung hal ini sebab ada duga-dugaan seakan-akan masyarakat'Arab itu semr-rlanya ada mengenal hubung-hubun&an sistim yang

matrilineal.

Dicatat bahwa Buktr6ii ticlak mengambil alih l.racliih qarvl'Alf, mungkin karena Bukhari tidak yakin bahwa qawl (pe$ata--an) itu bersih dari semla kecurigaan. Memang qawl .'nti itudalam perangkaian bentuk lengkapnya sangat mencurigakan se-akan-akan ada tangan gelap yang berusaha untuk menawarkanclawl itu seakan-akan ia sunnah Rasirl. Dalam perangkaian bentuklengkapnya qawl yang diramakan qawl 'Ali berbunyi: ,,wa 'an'Ali kala innakum takra'tina hadzihi'l'dyata min ba'di wasiyyatintilsfina bihii aw clainin wa anna rasillalla]ri s.i.w. qagla bi'ddainiqabla' lwasiyyati wa anna a'fana bani'l'ummi yatawf,rathtina dltnabani'l'alla-ti; arrajulu yarithu akh-ahu li abihi wa ummihi dfinaakliihi li aUJtri." Artinyar ,,clan dari 'Ali, berkata 'Afi: ,,kalianseclang lnernb aca ayat ini: min ba'di vvasiyyatin tisilna biha ovv

rJdinin dan Rasulullah s.'a.w. telah menetapkan bahwa hutangmestilah dibayarkan setrelum wasiat (lihat $ 4 huruf c) dan bah-wa saudara-saudara kandung saling mewarisi dengan menyingkir-kan satrclara-saudara tiri sebapak; laki-laki mewarisi saudara laki-laki kandungnya dengan menutup saud ara laki-laki tiri sebapak-nya." Ayat yang clikatakan sedang orang baca ittr, Yakni

1t7

Page 126: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

,,,min ba'di wasiyyatin tusuna biha aw dainin" (artinya: sesudahwasiat yang engkau laki-laki perbuat atau hutang) ialah lY:12mengenai hak kewarisan untuk janda, sedangkan urusan mengenaia'ydnu banl'l'ummi dan banil'l'aileti adalah bersangkutan dengansoal kalalah IV: 17 6, yang tempatnya pada akhir s-urah IV ituada kira-kira sejauh 20 halaman terpisah dari IV:12. Tidakmungkin jari 'Ali menunjuk IV;12, mulutnya menyebut hadzihi(= ini) sedang mata atau pikirannya Inenyeleweng ke IV:176yang terdinding setebal atau terpisah sejauh 20 halaman darijarinya itu. Siapa yang telah menjadikan 'Ali seperti itu Alldhu'alam

Tidak dapat dielakkan kesan bahwa semulanya memang ada

hadiTh dari 'A[ yang menyampaikan ketetapan Rasil bahwahutang mempunyai keutamaan yang lebih tinggi dari wasiat, yengkita percayai benar seb agai sunnah Rasill, tetapi kemudian adatangan atau nrulut yang menambahkan ,,w& anna a'yana dsb ."yang tidak ada hubungann),a dengan keutalnaan hutang; dantambahan ini, sebab janggal bunyinya sesudah flr6'id janda danlrutang atau wasiat, membikin orang curiga; yang dicurigai apa-kah benar tambahan itu termasuk sunnah rasill atau tidak. Olehkarena ada keragu-raguan itulah juga agaknya mengapa Bu -khe;i yang sangat teliti itu tidak memasukkan hadith tentangqawl 'Ali itu di dalanr himpunan lradithnya.

Diulangi disini bahwa selaras dengan sistim bilateral, Qur'Entidak mernbeda-bedakan antara macam-macam saudara itu dalamurusan kal6lah. Bahwa'Af sendiri berpendapat bahwa lV: 176mengenai saudara-saudara kandung dan saudara-saud ara tirisebapak, dapat langsung disimpulkan dari S 7 huruf b, dan

ketetapan 'Ali sebagai ilIfr'l'amri hanya dapat diterima jika tidakbertentangan dengan Qur'dn, dan sesudah tidak bertentangandengan Qur'5'n tidak pula bertentangan dengan sunnah Raslrl,jika ada.

S 8. Ibnu Ukhtt.

Anas 'bn Melik menyampaikan bahwa R berkatjl: ,,'bnuukhti'iqawmi minhum aw min anfusihim." (BukhEri; AddIra-ml dan menurut Misyk-at'lmaslbih : ntr"rttafaqLlnt'alaihi. ) -

il8

Page 127: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

Artinya: ,,anak laki-laki yang lahir dari saudara perempuantermasuk ke dalarn keluarga dari orang yang bersaudarakan sauda-ra perempuan itu." Tidak ganlpang menterjemahkan hadith ini.Orang dapat juga terjemahkan sebagai berikut: ,,anak laki-lakitermasuk keluarga paman pihak maknya" atau ,,dalam setiapkeluarga jika lahir anak laki-laki maka anak itu termasuk keluargaitulah jika maknya bersaudara dengan orang dalam keluarga itu"dan sebagainya. Meskipun apa juga terjernahannya, maka soalialah: kenlana tnasuknl,s anak peren"tpuan dari saudara peretn-pttan_ittt jika ibn diartikan senluta-rnata sebagai atnlc lalci-laki ?l

$aditlt itu tidak dapat diterjemahkan jika kita lepaskan diri darimasyarakat orang yang berbicara. Yang berbic aru ialah R, seorang'Arab di dalam masyarakat 'Arab. Menurut peraturan hukum adat'Arab mengenai perkauman atdu kekeluargaan, maka anak darisaudara perempuan termasuk ke dalaln golongan ('usbah) suami-nya, baik anak laki-lakinya mauplln anak perempuannya, clanticlak termasuk ke clalam golongan patrilineal dari orang keluargiryang menyebut saudara itu. Misalny&, jika yang menyebut sau-dara ialah saya, maka saya berkata: ,,anak-anak saudara perent -

pLlan saya tidak termasuk ke dalam keluarga (bani, qawlil, 'Usbah)saya, tetapi tenlasuk ke dalam keluarga suami saudara perempuansaya itu, karena kami dalam masyarakat 'Arab hidup berclan-clandarr melakukan perkawinan secara patrilokal dan exogam". Makadatang Rasulullah yang mendengar perkataan saya itu, lalu iaberkata: ,,Anak-anak saudara perempuan kamu itu, hai Hazairin ,

termasuk ke dalanr kaum kamu dan adalah darah kamu dan darahkaum kamlr. Saya tidak katak an setnata-ntata termasuk ke dalamkaum kanu". Inilah ,,terjemahan" yang sewajarnya bagi perkata-an Rastrl itu, yang berkewajiban memberikan penjelasan ten-tang hidup dan susunan kekeluargaan, cuma cara beliau berkatadisesuaikannya dengan hutrungan-hubungan masyarakat setem -pat , yaitu masyarakat 'Arab. Perkataan R itu di tengah-tengahmasyarakat yang patrilineal, sllngguhpun kata-katanya sangatsederhana, telah cukr.rp untuk merasakan bahwa alam pikiranR bukan lagi alam pikiran patrilineal. Jika qawl R itu tidak tahukita rnenempatkannya dalam hubungan yang sewajaffiyz, makaqarvl R itu dapat dibelokkan ke arah matrilineal. Tiga macamterjemahan yang diberikan mula-mula tadi, karena hanya mem-pedomani arti kata-kata belaka, akan membawa orang tersasar

119

,,tiirr

,)". :

'{'

Page 128: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

kepada pengertian-pengertian matrilineal. Hanya penjelasan de-

ngan memakai contoh mengenai diri ,,saya" tadi, yaitu dengan

menempatkan qawl R itu dalam surroundingni'a (dalamper-sangkut-pautannya) , sanggup menghambat kita terpeleset ke-

arah rnatrilineal, dan juga pemakaian kata il'nLl (anak iaki-laki )sebagai lawan dari ibnatu (anak perempuan) tneitrbantu kita pulasectikit untuk waspada terhadap kemungkinan terpeleset ke arah

matrilineal. sebab rlalam pemikiran matrilineal ibnatu-lah yangmenduduki ternptt yang utanra bagi adanya qawrn. Saya kata-

kan ,,sedikit" kare.na juga ibnu dalam sistim.matrilineal termasukkaum ibullya .atau kaunl paman pilrak ibunya. walaupLll't tidakmelgambil tempat yallg meltcntukart untuk kelarljutan adanya

kaum, sebab ketLrrullan dlri anak laki-laki tertnasuk ke lain kaurn.

Dalam pada itu pemakaian kata ibntr itu disanrping kata ukhtimengobah dalam qawl R itu arti ibnu itu sendiri menjadi ibnu

da1 ibnatu. Untuk memahailrkan perobahan arti itu lilratlahgambar G. A adalah orang clari kaurn K dalairr masyarakat 'Arab,

rffi?k? b (saudara kandung bagi perempuanA) tentulah pula orang K' Menurut qaul

R maka e (anak laki-laki bagi b) adalahpula orallg K.'Menurut qaul R juga maka canak laki-laki dari d (saudara perempuan -kaldung bagi c) adalah ibnu'lukhti bagi cdan karena itu sekaum dengail c, demikianpula sekaum dengan b dan A. Bagaimana I

si cl'l Perempuan a adalah kelahitri dari perempuan b. orang K,

dan pere*plun d melahirkan pula e orarlg K. orang yang lahir

clari brang'K, dan melahirkan oturtg K, atau polton yang timbuldari batang pisang K dan kemudian menimbulkan pula anak

pisalg K, puititutt orang K pula atau pohon pisang K pula'

Alhasilnya a, anak perempuan dari b atau saudara dari c, adalah

pula orang dari kaum K. D.ttgan demikian maka telah terbuktilahperpindaltan arti dari ,,ibnu" kepada .,ibnu dan ibnattt", sehingga

dalant qawl R itu ibnu berarti setiap AnAk, laki-laki atau perem-

puan. Dalam masyarakat 'Arab, dimana R telah mengetuarkan

qawl-nya itu, telah dengan sendirinya dipahamkan bahwa anak -

anak dari seorang laki-laki telah termazuk ke dalam qawmnYn,

sehingga anak-anak bagr c dan e juga termasuk kepada kaum K'sebab c dan e adalah otuttg-orang K, sehing Ev f ,E,h,i, adalah pula

120

G o:lu{ be

aA,C.-

"h Aiot{1,

*' ii.ii 't )

Page 129: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

orang-orang K. Maka gambar yang kita bicarakan itu bermuatsemata-mata orang-orang K, bukan secara matrilineal dan bukanpula secara patrilineal, tetapi ituloh'secoro bilateral. Murid- muridsaya .yang kurang hati-hati mungkin akan berkata bahwa gambaritu menggambarkan k.luarga ,,p&trilineal yang beralih-alih. "Jawab saya: ,,bukon'!",'karena perkawinan IslEm itu hanya satubentuknya dan sifatnya hanya semata-mata patrilokal, sedangkanuntuk sistim patrilineal !dniSberalih-alih dibutuhkan adanya duabentuk perkawinan dalam masyarakat y,ang patrilineal itu, yakniselain perkawinan yang patrilokal (kawin jujur yang exogam) jugaperkawinan yang matrilokal (kawin semendo yang exogam), se-bab adanya perkawinan semendg ]'ung matrilokal exogam itulahmembukakan pintu bagi timbuilyr ;sistim beralih-alih" dalammasyarakat patrilineal itu. Sifat patrilokal pada perkawinan Isldmitu berbeda sekali dengan sifat patrilokal pada kawin jujur yangmesti pula exogam itu, sebab barang-barang'yang merupakan ju-jur itu dipemntukkan bugi kelLrarga ayah siperempuan itu sebagai,,Peflgganti" untuk perempuan itu, sedangkan mas kawin (mahr)secara Isl-am itu adalah tequntuk bagi siisteri itu sendiri dan bukansebagai ,,p€nggantiny?", sehingga kesamaan yang tinggal dalampengertian patrilokal pacla perkawinan Isldm dan kawin jujurialah hanya arti inti dari patrilokal itu ienctiri yaitu siisteri rvaiibmengikuti suami (sedangkan arti matiilokal ialah siisteri tidakberkewajiban mengikuti suami). . Jika kita pakai$an 'sistim ke-warisan' bilateral kepada gambar tersebut, maka.A jika ia laki-lakimendapa! 213 dan b 113,, dan jika b mati terlebih dah.ulu, makad sebagai mawalibagi b mendapat l13 x l/3 dan c sebagai mawdlibagi d mendapat 213 x t13, dan jika c dan d telah mati terlebihdahulu pula maka e sebagai mawilIbagi b mendapat 113 x l13, fsebagai mawdli bagi b meridapat 113'x 213 x ll3 dan g sebagaimawdli b.agi b mendapat 213 x 213 x I13, dan jika e ,f,g teiah matiterlebih dahulu pula seperti b,c,d,'maka h sebagai maweli bagi bmendapat 213 x | '3 x l13 dan i sebagai mawdJi bagi b mendapatl13 x 113 x ll3. Dalam 'sistim Ahlu?ssunnah maka jika b matiterlebih dahulu maka A saja yang akan mendapat seluruh hartapeninggalan itu serlangkAn c,d,e,f,g,h,i boleh mbnonton yvalaupinntereAn rnenurut qau,l R ,, min anfusihi" (sebagirl dari dirinya)atau ,,tllitr qawtttihi" (termastrk kaumnya). Alasan mengapa me-reka hanya boleh menonton itu ialaht ,,A adatan 'a$abah se-

t2t

Page 130: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

dangkan C,d,e,f,g,h,i aclalah cl:awtt'l'(tt'lutrtt" dengan,tidak fne-

mikirkan apakah ai an tara dzawD'l'arham itu acla niwalf ti ukhtihi(rnawlli bagi rne,ncliang saudara perempuannya) ! !

S 9. Dutu k.

a) Bcrkata Abil Bakr, Ibn 'Abbis dan lbn'l-Zubair: ,,Aljaddual ,un" (datuk ialah ayah). (Bukhafi)

Paharn ,,datuk ialah ayah" didasarkan oleh mereka kepadaXXI l:l 8 clan XII:3 8. Pada XXII:78 tersebut ,,millata ablkumIbrdttfina ' (aganra ayah kamu-orang .lbrdhim). Nyatalah bahwaIbrahim atlalah ayah bagi ,,kamu orang". Siapakah ,,kamu orallg"itu'l Selr,rruh ntanusia di duniakah? Tentu tidak, sebab anta-ra tbrihirr clan Adarn telah turun temurllll sekian banyak laki -laki clan perentpuan yallg menjadi nenek moyang bagi manllsia,sedalgkan yang menjadi keturunan bagi lbrdhTm hanya sebagian

kecil saja clari nranusia seluruhnya. Ayat tersebut iranya di'rujukankepacla kcturunan tbrlhlm , yang selnasa turunnya ayat itu,katikanlalr, sebelum tahun 7 H, terbagi atas dua golongan yangsangat bertentangan, yaitu golongan Isldm dan golongan jahiliy-yatt (golorlgalt musyrik, golongan penyembah berhala). Ja;rgankan

sampai tahun 7 H, ya sampai sekarang keturunan lbr-aihim ituur;lgmnya nrasih saja menentukan garis keturunannya secara pa-

trilineal, sedangkan katakanlah sernenjak tahun 7 itu Allah mere -

ka telah menyuruh mereka mengobah cara itu menjadibilateral.Dalam sistim clan patrilineal yang mereka anut, memanglalt

lbrdhi-rn rnenjacli ayah asal bagi mereka. Tetapi apakah di mata

Allah, mertua Ismd'il (ayah dari istei Isma'il) bukan pula ayah

bagi anak Ismi'il? Tidakkah anak Ismi'il itu bukan saja berdatukkepada Ibrdhinr tetapi juga berdatuk kcpada mertua Isma'il ?

C\rma datuk yarlg berpangkat ,mertua bagi Ismd'il tidak mem -

bawakan suatu rlillah yang climaksud oletr Allult, tetapi datukyang berpangkat ayah bagi Isrna'il, yaitu Ibrdhim 1da membawa-kan millah yang berpokok kepada Tawltid. Bagi Alleh datuk yang

berketuhanan yang mahaesa itulah yang penting, bukan datukyang ticlak berrnillah sebagai yang clirnaksud. Lagi pull tidakt.tutrg bagi orarlg b:rnyak itu jika hanya disebut ,,nrillata abikum",sebab bukan rn:rin banyaknya aba'mereka setelah Ismd'il

dal Ishaq, l-',aik di kalangin Quraisy nlaupun cli luar Quraisy, yang

t22

Page 131: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

menjadi bapak tidak keruan, yaitu penyembah berhala, sebab ituAllah perlu memberi ingat, supaya jangan diteruskan mengikutibapak-bapak yang tidak keruan, tetapi kembalilah kepada ke -bersihan Tawhid yang telah menjadi tuntunan hiOup bagi ba-pak yang dimuliakan Allah itu, yaitu ikutlah ,,millata abikumIbrahima" sebagai sekarang telah diperlengkapi oleh Al-Qur'a-n, sehingga telah menjadi sempurna untuk pakaian hidup semuamanusia. Hukum kewarisan yang dibawakan oleh Qur'dn, demi-kian juga sistim kekelualgaan yang dijadikart dasar bagi hukumkewarisan Jtu, sekali-kali bukafl mill ata lbrahiffi&, tidak dikenaloleh Ibrdhim, oleh lsmZ'i[, oleh AdnEn, oldr Quraisy;'oleh'lshdq ,

oleh Ya'khb, oleh MDsa, oleh Da-wud, oleh Sirlaimiln, oleh 'Isddan baru saja diperkenalkan kepacla Muhammad disekitar tahtin'l itulah clan merombak pengertian abd' secara lama itu denganmenggantinya dengan perngertian abd'' secara baru , yaitu seti-ap penghubung yang laki-laki, ay3h dari ayah, ayah dari mak,ayah dari mak dari ayah dari mak dari mak, dan bukan lagiseperti dahulu hanya"ayali dari ayah, ayah dari ayah dari' ayah,ayah dari ayah dari ayah dari ayah, sehin gga ,,al-jaddu abun"yang dipahamkan secara patrilineal oleh Abil , Bakr'c.s: "itu dandidasarkannya kepada XXII:78 sekali-kali bukan landasan buktilagi untuk keperluan hukum yang terbaru yang disampaikdn Allehmelalui Muhammad kepada kita selirruh ummat. Menufut hukumyang baru ini sdtiap penghubung itu,'apakah id laki-laki ataukahpereppLlan, menaapirt pe.rnilai?ttttya s'endiri:sendiri mdnurut ke-utanraannya 'dan tidak dapat.lagi, disamaratakan ataS landasan

,,aljacldu abun" ala'Atiu'Bakr itu. Bahwa di kalangan sabdbatadapihak yang tidak setuju dengan paham Abil Bakr cs. itU ternyhtadari $ 3 hurul' e,cli manaZaid'bn Thabit tidak bersedia menjadi-kan ayah dari ayah seperti ayah

Pacla XII:3 8 tersebut perny ataan Yiisuf bahwa dia meng-ikuti aganra bapak-bapaknya, Ibrdhim, ,ls[rdq'dan Yd'kub. Memangbenar, sebab sebelum turun Al-Qur'An maka dalam keluargaYfsuf dan masyarakat Yfrsuf hanya berlaku sistim keturunanyang patrilineal, tetapi setelah Al-Qur'dn (IV:23 yo 24) mem-pioklamirkan sistim bilateral sui generis untuk pengganti lain-lainsistim kekeluargaan, maka pengertian ,,ayah" atau ,,datuk" me-luas berlipat-lipat ganda, yaitu umpamanya bukan saja ayah pihak

t23

Page 132: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

ayah tetapi juga ayah pihak mak sungguh legal trntuk menjadidatuk, sehingga Yfrsuf, jika dia hidup di dalarn sistim Isldmmodel Al-Qur'[n, dan karena itu bernenek moyang secara bila-teral, wajib menambahkan kep ada lbrahim, Ishdk dan Ya'kDblain-lain nenek moyang lagi, yaitu ayah bagi nrak Ibr?ihim, ayahbagi mak Ishdq o ?yah bagi mak Ya'kdb, ayah bagi mak mak Ya'krIb dsb, maka baru didapa;t.,,ayah" atau ,,clatuk" saja bagi Ylisuf'belum lagi ,,mak" dan ,,nenek" yang wajib pula {ipgrhitungkannYv, diantaranya mak lbrdhim, mak mak lbrlhim, mak ayahIbrdhirn, mak Ishdq, mak mak Ishak, mak ayah IshEq'dsb. Cobaperhatikan gambar No.ll hurutf B., halantan l9 kitab ,,[[cn(lul;l;enutnu [[trkunt Isldnt't", maka pada gambar ts yang di pihakkiri acla cligambarkan Y[suf dlngan tanda segi cnrpat,dinranaia secara bilateral mempunyai 7 orang,,ayah" darl 7 orang,,ntak"dan itu haltya baru tiga generasi ke atas!Mcnurui sistirn patrilincaltnaka dalarn gan-lbar tersebut Yfisuf hanya mcntlrr.rnyai tiga orarlg,,'ayah", yaitu ayahny4, ayah dari ayahnya, clan ayah dari ayahdari ayahnyo, sedangkan yang 4 ormg lagi, tiga orallg cii turafpoyang dan seorang di taraf datuk*ubukanlah ,,xyah" bagi Yfistrf.seclartgkan ,,rnak" clengan siapa Yursr-rf ada sangkut paLrt hak dankewajiban curna ada tiga orang saja, yaitr.r perrrmpLlan yangntelahirkannya, nrak dari ayahnya, clan mak dari ayah clari ayah.ilyo, sedangkan 4 orang,,tnak" lagi cllnta nlr.rngkin setinggi-tingginya kenalan baik atau kenalan rapat saja bagi Ylrsuf, yaitusama saja dengan 4 orang laki-laki yang bukan ,,ryalt"nya tadi.Dengan demikian maka dalil yang dikemukakan olch tiga orangsahdbah Rasr-rl tadi,

, telah ntettiacli batal, dan hanya berupa kebcnaran historis saja,yang dulu nlempunyai arti secara exclusif dalanl hukum, teta-pi kemudian tidak lagi exclusif dan bertukar rnenjadi . inclusi.f'dengan effectnya pengluasan seluas-luasnya hidup kekeluargaanIsldm. Dalil ,,datuk ialah ayah" secara patrilineal itulah yangdiganjalkan oleh Ahlutssunnah untuk menjadikan ,,datuk" ( ayahdari ayah, ayah dari ayah dari ayah, &yah ayah ayah ayah, clsb.)sebagai dzawfi'lfaf id jika ayah tidak ada tetapi ada keturunanbagi simati (IV: 1l d). Jika juga ,,datuk" akan dijadikan dzawil'lfara'id dalarn hal tersebut, maka hendaklah pengertian ,,datuk"itu diperluas sehingga terhimplln semLta ,,detulc" menurut sistim

r24

Page 133: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

Al-Qur'6'n yang bilateral itu, dan sudah itu dipikirkan soalkeutamaan ataupun soal tlijab mengtrijab terhadair mereka.

b) HaOittr Ibn 'Abbds ($ 3 huruf e). Di sini ternyata bahwaZaid ibn Thebit tidak sepakat untuk menjadikan ayah dari ayah(datuk) seperti ayah. Saya kira keengganan Zaid itu adalah me-ngenai hal memberikan hak farf id 116 kepada datuk sebagaipengganti ayah dalam hal simati berketurunarl. Dalam hal kalf,lahIV: 176 ternyata Zaid tidak berkeberatan menghimpunkan datuksebagai 'asabah bersama-sama dengan saudara sebagai ahliwaris,tetapi dalam hal ini datuk bukan sebagai pengganti ayah, sebabirenurut Atrlu'ssunnah tiada adanya ayah adalah syarat untukberlakunya hukum kalSlah. (Lihat g I 0 huruf &,b.).

c) flaA1tn Alhasan (S 3 hunrf c). Kekecewaan 'Umar dalamsoal jawab mengenai kedudukan datuk dalam hukum kewarisanakan dirasakan benar oleh setiap orang yangmempelajari hadittr-hadith mengenai datuk itu, sebab hampir semua hadiTh itutidak jelas tentang duduk perkaranya, tentang kasusnya ,

sehingga orang jtiga mesti merab a-raba tentang garis hukum me-nurut 'Qur'an-kah atau menurut Sunnah R-kah atau menuruthukum adat-kah yang menjadi landasan ketetapan dalam perkara-perkara itu. Walaupun demikian kita hanrs juga mencoba mem-bikin reconstrucsi kasus-kasus tersebut untuk mencoba menang-kap faktor-faktor pcrtumbuhan fiqh itu.

d) 'lmran 'bn Husain berkata: datang seorang laki-laki kepa-da R menceriterakan bahwa telah mati cucLl laki-lakinya ,

kelahiran anak-laki-lakinya, maka bertanya orang itu apakahhaknya atas harta peninggalan cucunya itu. R menjawab :

,,bagimu | 16". Orang itu berpaling hendak pergi, tetapi R panggildia seraya berkata: ,,bagimu ll6 lagi". Orang itu berpaling lAgihenclak pergi, tetapi R panggil lagi dia dan berkata: ,,yong llOterakhir itu sebagai tu'mah (permakanan)". - (Ahmqd, Attirmi -dzl, Abu Ddwird, dari L[fs.t, l;dt'lnwsd,\ ilt)

Hadlthlni sekaii-kali tidak jelas tentang duduk perkaranya ;

Ttertanta, adakah cucu itu berketurunan jika ada, apa jenisnyadart berapa orang setiap jenisnya; kedua, jika cucu itu tidakberketurunan, adakah baginya saudara, berapa orang, lpa jeniq -

l2s

,t&'.'li

I

,I

Page 134: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

rlyil, bagairnana persaudaraan itu, tiri s.:ibukah, tiri sebapakkah,sckanclungkah. dan campurankah: ,ketiga, masih hidupkah orang

tug cucLr itu; l;cern1)at, adakah jandanya 'tEntpat persoalan itu, sebagai pokok.pokok persoalan, telah

meliputi daerah kckuasaaJr seluruh hukum kewarisan. Kita dapatpahamkan mengapa hadith itu tidak mendapat tempat padaBukh[ri. Walaupun persoalannya sangat pelik, karena kasusnyasangat kabur, saya akan coba jr"rga mcninjaunya dengan mengam-bil contoh yang masuk akal, walaupun tidak boleh diyakinkanscbagai sungguh telah terjadi sebagaimana yang telah dihadapioleh Rasillulklh sendiri, jdcii hanya sebagai duga-dugaan ilmiahbelaka. Saya tidak pernnh dengar ka.bar'bahwa R pernah adantutgudili perkara kaldlah, ataupun bahwa R peTrtah meninggal-kan penjelasan tentang kalElah. Bahwa R.tidai p'ernah ud+ me-ngurus perkara kalilah sangat masuk akal karena garis fiukurnkaldlah yang lnenentukan arti kalllah, yaitu IV: 17 6, sangatpaling terakhir turunnya 'dan

semenjak itu R menghadapi soal-soal besar mengenai perkembangan negara ygng sangat lekaspertumbuhannya. Karena itu maka kasps hadith 'Imratt hendaksaya batasi dalanl daerah kekuasaan IV;.I I d, yaitu orang matimeninggalkan keturunan. R mernberikan I 16 terakhir sebagaitu'mah, r-rntuk rnembedakannya dengan digian ll6 pertama se-

bagai bagian kewarisan. Maka bagi saya tidak dapat dielakkankesimpulan bahwa R nrasih pada taraf kebebasan untuk nten-ja{ankan kebijaksanaan scndiri, karena,.belum lengkap turunnyaayat-ayat kewarisan (lcbelunt turunnya IV:33 dan IV: 176) se-

hingga perikutan kerrrdrrlaan bclLlln dapat dengan tegas ditentukan.Yang terang barulah, feutamaan pertama, berisikan anak-anak,orang tua, janda atau cluda, sedangkan keutamaan kedua belumdapat diisi karena syarat untuk mervaris bagi saudara belum lagidiketahui, yaitu pengertian kaldlah. Lagi pula mungJcin R maurnelnberi teladan bagaim ana rnenlakaikan IV:8 ,,wE idzd, hadxra'lqisrnata Dl['lkurba ... fa'rz,uqnhuln minhu wa qirlil lahLtn] qawlanma'nlfan", ayat yang sebenarnya ditujukan kepada ahliwaris -ahliwaris yang beibagi. Ayat IV:8 itunlenyuruh kepadaahliwaris-alrliwaris yang mendapat bagian untuk memberikan rizq (pera-gihan ) kepada anggota kelu arga yang menghadiri pembagian hartaitu jika mereka tidak berhak ikut berbagi. Selain kepada merekatersebut juga wajib riz.q itu diberikan kepada yatim dan miskin

t26

Page 135: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

yang kebetulan ada.di tempat pernbagian. R menamakan cont6hoeragihan yang dilakukannya itu tu'mah, bukan rizq karena Rtidak berhak menjadi ahliwaris, tetapi mal'.sudnya sama juga, .yaitupemberian, peragihan, pqrmakdiran. I)i masA kebijaksanaan bebasitu R agaknya. melg?ng'gap datuk itu sebagai pengganti ayahdan berhak mendapat bagian fard'id untuk 'ayhh sebesar | 16,tindakan kebijaksanaan mana menjadi mansu-kh setelah dapatkepastian tentang kemauan Allah mengenai-,pe.1ikutan keutama -&il, bukan saja bagi ahliwaris yang langsulg tetapi juga bagiahliwaris yang berkedudukan sebagai mawdli. "Dengan mengang -gap datuk sebagai pengganti ayah, bukan dimaksudkan bahwa Rmenjadikan datuk itu menjadi dzawfr'lfar6'id, tetapi semaclmmawali dengan mendahului turunnya IV:33. Datuk tak mungkindianggap mawdli bagi ayah menurut IV: 33, karena anak sebagaipewaris bukanlah ,,wdlidun" atau ,,aqrabun" bagi ayah. Huh,qng-an ayah dengan anak bukanlah hubungan antara hqrabfrn; aqra-bDn ialah orang-orang yang lebih jauh dari wdliddn dan lebih, jauhdari awlS'd atau abna-' (lihat halaman 65 dan 87). Sebelum kasus'Imran itu, R telah mempraktekkan kebijaksanaan terhadippaman pihak ayah ($ I huruf c) dan terhadap saudara perempuanbagi ayah ($ 6 huruf b) dan sekarang pula terhadap ayah bagiayah. Perbedaan ilengan kasus-kasus yang mendahului ialahbahwa kasus-kasus tersebut adalah mengenai soal ,, untuk siapa-kah sisa" setelah dikeluarkan fard'id, tetapi dalam kasus 'Imranbukan hal sisa yang dipersoalkan, sebab tidak ternyata bahwa Rtahu ber{pa. sisi. tersebut, dan seandainya dia tahu maka barulahmdn'gkinjioalnya, seperti pada kasus-kasus yang mendahului,nie-ngenai ymtg dinamakan ,,awl6 rajulin dzakarin". Misalnya simatimeninggalkdn satu orang anak perempuan (Yz) dan mak ( I /6 )dan sisa I 13' iriitu'k datuk sebagai awla rajulin dzakarin. Tetapidalam hal- ini. maka tu"mah itu tidak pada tempatnya, sebabdattrk yang diberi sisa'itu hiutrg gap sebagai ahliwaris, sedangkantu'mah hanya pembOrian kepada orang,yang bukan ahliwaris. Ju-ga jika dalarn hal 'simati hanya meninggalkan dua orang anakperempuan dan datuk, maka jika datuk itu dianggap sebagaipengganti ay*h, dan rnemperoleh bagian sebesar fari'i{ untukayah, makarjUga datuk itu dianggap sebagai ahliwaris dan secaraconsequent maka ahliwaris tidak mungkin mendapat tu'mah ataurizq. Tetapi segalanya itu tidak zpi, sebab R menjalankan ke-

t27

Page 136: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

bijaksanaan sendiri, cli satu pihak untuk mengisi secara sementarasoal perlggantian , yang kemudian baru jelas setelah turunnyaIV: 3 3 yang memansfrkhkan (nasakhat-hd) kebij aksanaan me-

ngenai praktek penggantian itu, dan cli lain pihak sekadar untuknlsmberikair contoh tentang pernakaian IV:8. Dengan memberi-kan tu'nrah kepada datuk, yang dianggap sementara oleh R

sebagai ,,ahliwaris karena penggantian", telah terb ayang juga

bahwa anggapan R itu, juga bagi dia R sendiri, adalah suatuanggapan yang sangat tipis atau sangat sementara, yaitu anggapan

i/ang diselirrgi dcngan pandangau bahwa datuk itu mungkin juga

Ulu'lkurbi. Dalam sistirl Ahlu'ssunnah datuk itu didudukkanscbagai clrt\vu'lf'trr-I'id I ulcn, jika simati meninggalkan keturunansediurgkan aylrh tidak acla lagi. dengan berhak tetap atas I 16, danjika kcturLnlalt s,mati itr-r ltanya perempuan belaka, maka datukitu rncndrrp;rt Iagr sisa scbagai 'agabah (awl[ rajulin dzakarin), se-

dangkan dri t trk diartikan rncnurut ajaran Abu Bakr cS., yaitusetiap ..datrrk

' dalant arti setialr penghubung lratrilineal ke atasyang lebih trnggi dari ayah ($ 9 huruf a). Bagaimanapun juga

duduk perkara sesllngguhnya dalanl kasus hadith 'lmran, tetapiditinjau dan :;istrnratik hukuln liewarisall lnenurut QLlr'Cn,, dapat-lah dikemu ka xan lrah wa:

a) rncrnburi kan tu'nrdr atau riz,k diwajibkan atas ahliwarismenurut I V. I kcpada ulri'ltltrrba., yaitu anggota keltrarga yang

bukan ahliwuris. clan kepada yatirn dan nriskin, yang hadir pada

pernbagian. Kcwajiban ute'stilah berpatokan. karena jika tidakmaka kewajillln lneuiadi mandub' anjuran.yang orang ikuti atalttidak rkuti, clan jrka diikutinya tergantung pula kepada kcmurah -

an hatinya a!uu kepada ku'sckakara.nnya berapa dia mau berikansebagai peragihan Scbab itu bcrhaklah ultr'l'amri untuk mencn-tukan garis-garis hukuntnyi,l. Unrpamanya sebelunt ahliwaris me-

lakukan pernb.rgian, dikeluarkan dahulu tu'mah-wajib, misalnyasebesar' 5%,, untr-rk clibrrgi-bagrkan atas rlasar sima rata kepada[lD'lqurba, yatinr clln lnlskin yang hadir. dan untuk selebihnyaterserahlah kepada lnasing-nrasing ahliwaris berapa pula dan ke-pada siapa dia ingin memtrenkan tu'mah atau tambahan tu'mah yang sukarela;

b) manusia tidak berhak menetapkan tambahan atau pe-

ngurangatl jumlah oraltg-orang yang telah berhak fara'id menurut

r28

Page 137: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

ketetapan Allah atau rnenetapkan perobahan 'mengenai syarat-syarat dalam hal mana timbul hak farc'id. Yang berhak fara'idmenunrt Qur'an ialah l) anak perempuan, jika tidak ada attaklaki-laki dan tidak ada keturunan bilateral dari anak laki-laki (lV:11b,c), dengan pengertian bahwa ketuntnan bilateral dari anakperempuan, yang ntati terclahulu, diikut sertakan metrurut hak-nya masing-masing sebagai mawali bagi anak perenrpuilrl itu., 2)ayah clan mak, jika sirnati berketurunan, dengan perlgertian bah-wa ayah dan mak hanyalah orang yang langs;ung nlernperanakkansimati, sehingga tersingkir orang-orang yang mertjadi penghubunglebilr jauh di garis lurus ke atas (IV:l I d); 3) mak, jika simati ti-dak acla meninggalkan seorang ketunlnan apapr,rn juga, dengan ter-perinci selanjutnya sbb,: jika tidak ada saudara atau ketr.rrultansaud ara seorangpun juga, maka fara'id untuk mak 113, clemikianjuga jika hanya ada seorang saudara saja, baik yang masih hidupmaupun yang telah mati terlebih dahuh-r dengan adg meninggal-kan keturunan (lV:1 I e); tetapi jika ada dua orang saudara ataulebih (ikhwatun IV:11 f), baik masih hidup ataupun sudah matidengan berketurunan, maka fara'id untuk mak menjadi | 16, 4)sauclara, jika simati meninggalkan ayah clan matinya secara ka-lalah , yaitu tidak berketurLrnan (lV:12 f,g), dengan pengertianbahwa keturunan dari saudara yang mati terlebih dahulu, manayang berh&k, diikutsertakan sebagai mawali bagi saudara tersebut;5) sattdara pere mpuert, jika simati tidak meninggal\an ayah, tidakpula meninggalkan saudara laki-laki dtau mawali bagi saudaralaki-laki dan matinya secara kalllah, yaitu tidak berketurunan(lV:176 b,d), dengan pengertian, bahwa keturunan dari saudaraperempuan yang rnati terlebih dahulu, mana yang berhak, diikut-sertakan sebagai mawali bagi saud ara tersebut. Selain daripadayang 5 jenis itu tidak ada lagi dzawD'lfarE'id dari kalanganulu'l'ar[r-a'rn, dan selanjutnya ditambah lagi dengan duda dan ian-d0.

c) Semua macam sisa (sisa-besar, sisa-kecil, sisa-bagi) hen-daklah dibagi-habiskan kep a'da merek a yang berhak dalam kelom-pok keutamaan yang bershngkutan. Datuk dan nenek urnpamgnyabaru berhak mewaris jika mereka bertindak sebagai mawdlibagiayah atau mak, yakni jika bagi simati tidak ada keturunan, tidakarJa saudara dan tidak ada keturunan pihak saudara dan tidak ada

t29

i;i,l' i'ii r i

'ii'ti r'

'.1

ri t,

,,li;l.t

1 1l

;llll.. i!

'i:.i','ji'. :r'rl

,il': il, i!

'illI ti,[ ; I,.t

,:rl,,' ir,,ii': r,l,' ll'.:

lt:,t iii; I-l,:i:

., ,l

.i

'iri,.'::iLl,'

' i ,[itrl

I.

r.II

i.A

:l:Ill:

,.1

'n,ltt,

l.;

;

l',;I

a-t

.l

iriIrl.

: f l:" iii:

,i ,'!,

i, 'ri

'i, ', i,

,' .r.it.t, ,..'.t ::i+';i,;.

rir, Jr I l

ii:. "rrlr 1

:tl i'I ,. ..

't ' it:',11: i I

)1": ' :

Ii::'i;r ''

tl.' ;i :

!:j :

l-.,,i'! i" l;:i I.

t:' :;;

t',':

Ii ''

f :,

rt,

.: "j ,,1

'i : i,

:l

j

i'.1

1

i

'. .,i

'' 'J

.j :..:

ti',....

l1

.'it',I

#!;'1,t:

Page 138: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

orang-tua kedua-duanya.Keberanian manusia menambah jurnlalr mauamnye orang -

orang yang diizinkan Allah mendapat fara'id, ],aitu hak atasbagian yang istime w&, bukanlah karena sesuatu ciorongan dari R,karena R-lah yang sangat bertaqwa kepada kemauan Allah.Se-mua ketetapannya yang nampaknya menyirnpang dari kemauanAlleh, adalah ketetapan-ketetapan sementara sebelum turun ke-tegasan dari Allah mengenai kemauanNya itu. Mengenai datuk,perkembangan kedudukannya dalam fiqh Ahlu'ssunnah dari awld'rajulin dzakarin sampai meningkat menjadi pula Idzu'lfaridahbukanlah terjadi tampa pertikaian paham n-rengenai persoalanapakah datuk ,,3yah" atau bukan, yaitu persoalan mengenai

,,aljaddu abun". 'Pertikaian

itu terbayang dari hadith Ibn 'Abbas(3 3 huruf, e, s t huruf b). Nampaknya Za\d yang dipuji oleh Rtentang ketinggian ilmunya mengenai fara'id (S 3 huruf g) danyang tidak mau mengakui adagium (pepatah) .,,aljaddu abun )'

telah dikalahkan oleh suara terbanyak dalam pertikaian pahamtersebut. Bilakah timbul rjma' tentang peltgakuan hal datuk itusebagai dzu'lfarldah jika simati ada berketurunan tetapi tidakberbapak lagi? Tidak mungkin cli nrasa hidup R, tetapi pasti telahada pengakuan tersebut cli masa'Urnar (lihat 5 l0 huruf c).Di masa

R maka yang mungkin hanyalah sebagai kebijaksanaan se-

men tara dari beliau menjadikan datuk itu rnenjadi awla rajulindzakarin atau menjadi semacam mawali rnenurut construcsi Rsendiri. tetapi kemudian tindakan kebijaksanaan R itu menjadinransfikh setelah turun IV:33 dan IV: 116, setelah mana barulahada kelengkapan sistimatik hukum kewarisan, bukan saja me-ngenai macam-macamnya ahliwaris, tetapi juga mengenai ke-utamaannya, mengenai sclnua syarat-syaratnya dan mengenai:,peltggan t ianny a" ( mawall)

-Dalam kitab ,,I{ul;tutt kcv,arisan bilatt,rAl tnenurut Al-Qur-irt" saya sebutkan secara nteringkaslcan bahwa kelompok ke-utamaan keempat itu isinya (selain duda clan jand a) mawall btagi

ayah dan nwwali bagi mak, dengan diterangkan pula di sana

mengapa bagi kelompok keutamaan pertama, kedua dan ketigatidak dapat diadakan mawali bagi orang-tua. Ada baiknya jikadisini saya perjelas hal tersebut. Istilah ,,mawali- untuk ayah" dan

,,mawEli untuk mak" dalam kelompok keutamaan keempat itu

r30

a

i'

+'.3

'iii:ri'j':!,rl

',i?

;.t.

.1-ii-s

r'*,{

...;{,I.

+;lt,.Vr&-u'.'.it

',.f{.:-l,..4

|-l

iilrl?r0

Page 139: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

tfi':

,i;':.

adalah keringkasan untuk sebutan: ,,orang-tua dari ayah dan'mawdli bagi orang-tua dari ayah" dan ,,orang-tua dari me k danmawdli bagi orang-tua dari mak". Sebenarnya istilah yangpanjang lebar itu yang sebaik-baiknyl, bukan saja untuk effect -nya tetapi juga untuk kebersihan perumusannya. Walaupun istilahpendek yang dipergunakan dalam kitab tersebut, yaitu ,, mawdliuntuk ayah" dan ,,mawali untuk mak", tidak sesuai dengan pe-rumusan IV:33, akan tetapi dalam pemakaiannya istilah pendektersebut tidak mengganggu atau mengurangi atau melebihi mak-sud IV: 33, ialah karena dalam kelompok-kelompok keutamaanpertama, kedua dan ketiga telah diperinci lengkap isinya masing -masing, sehingga isi kelompok keempat itr"r telah menjadi jel€pula. Coba perhatikan gambar I dan II, di mana m = mawdli,k = likullin, p = pewaris dan a- anak,Soal mengenai dua gambar tersebtrtialah m yang manakah yang palsumenurut IV:33, m I kah atau m IIkah? Jawabnya m II itulah yan! palsumenurut perumusan IV:33. Keterangalt-nya sebagai berikut : jika benar m II r I

mawali maka ia adalah mawali bagi k dalam harta peninggalan p.Coba cocokan dengan IV:33a, maka jadinys ,,li k ja'alnd m mim-m[ taraka p, sedangkan menurut IV:33 maka p mestilah ,,wflidd-ni" atau ,,aqrabuna" bagi k, sedangkan menurut gambar II makap itu bukan wdliddni (ayah atau mak) bagi k, dan br-rkan pulaaqrabfln bagi k, sebab p ialah anak (walad) bagi k dan lvaladbukan aqrabu-n bagi ayah atau mak, sebab jika walad aqrabfrnbagi ayah atau mak maka sebaliknya mak atau ayah aqrabtTn pulabagi walad, sehingga terlan ggar pemisahan dalam IV:33 antarawdlidfiti, yang bertimbalkan walad, dan aqrab[na, seakan-akank bukan hanya wdlidun tetapi juga aqrabiirr bagi p, seakan-akanp bukan hanya waladun tetapi juga aqrabrln bagi k, seakan-akana aqrabiln pula bagi p dan seakan-akan k dan a-adalah aqrabu-nbagi P, sedangkan p walidun bagi a dan waladun bagi k. Jikadiabaikan pemisahan itu maka juga walidani aqrabfrn, sehinggaterhapus atau kacau kegunaan IV:33,yang sengaja memisahkanantara wdlid5'ni dan aqrabirna. Jika waliddni bukan aqrabfin makawalad juga bukan aqrabfrn (lihat hl. 87).

l3l

IIm? "'?rf rQ

tefPl aO

Page 140: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

Dalarn gambar I'nrernang m sungguh-sungguh mawEli selaras

dengan perumusan IV:33 ,,li k ja'alna m mirnma taraka p, dan p

disini memang akrabun bagi k dan-k juga alqfabun bagi p, sebabakrabun ialah seseomng yang berltak rnewarisi atau mewariskantetapi lebih jauh dari walidani atau lebilr jauh dari awlad (abna') ,

ditinjau dtl si pewaris atau si ahliwaris.

Tadi dikatakan bahwa m Il adalah mawdli palsu menurutperumusan IV:33. Karena m II menurut perumusan IV:33 tidakmungkin menjadi maw6lf (ahliwaris penggantian) untuk k, makasatu-satunya kedudukan yang dapat diberikan kepadanya ialaltsebagai pewaris atau seb agai ahliw,aris yarry langsung, dan m baruberhak menjadi ahliwaris yang langsurlg jika p tidak berketurunandan tidak bersaudara atau tidak rnempunyai keturunan saudaradan tidak pr.rla berorang-tua (ayah dan mak). Walaupun m II tidakmultgkin menjadi mawlli, dan hanya mlrngkin ntenjadi ahliwarislangsung rnenurut keutamaannya, yaitu keutamaan keempat,tetapi sebagai ahliwaris langsung ity tidak berhak dia dalam sistimbilateral tnenerima seluruh harta peninggalan; haknya itu ter-batas, ialah jika dia datuk pihak ayah2l3 x 2l3,dan jika dianenekpihak ayah tl3 x zl3, jika dia datuk pihak anak 213 x ll3, dan

. lika dia nenek pihak mak ll3 x ll3, seltingga praktis dia iugadiperlakukan sebagai raw,dlL Sebab itulah maka saya tinggalkanpdrumusan yang panjang lebar dan saya samaratakan orangtuaitu sebagai ,,t?'rawdlf untuk ayalt" dan ,,n'tewdlluntuk mak."

Hal tersebut di atas sengaja disinggung untuk memperlihatkanbahwa datuk atau nenek itu tidak dapat disamakan dalam hakserupa dengan ayah atau mak, sebab datuk dan nenek itu lainkelompok keutamaanny &, sampai-sampai menuru.t Qur'an merekatidak boleh dinantakan nttwdl{ bagi orang-tttt, sebab tnerekamerupakan jenis ahliwaris langsr-rng yang paling terakhir, yangtidak disebutkan dalarn IV: I 1, 12, 17 6 dan hanya secara tersiratmempp'nyai tempat dalam IV:1?. Karena mereka (orang-tua dariorang-tua) merupakan jenis ahliiyaris terakhir maka merekahanyadiperbolehkan tampil ke depan jika tidak ada lagi keturunan, tidakada lagi orang-tua dan tidak ada lagi saudara dan keturunan sou:dara. Keturunan yang lebih jauh dari anak merupakan mawali'bagr rnendiang anak yang bersangkutan (yaitu yang nrerijadipenghubung bagi mereka), dan keturunan saudara imerupakan

t32

Page 141: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

mawall bagr mehdiang saudara yang bersangkutan (yaifu yangmenjadi 'penghubung bagr mereka), tetapi orang-tua dari orang-tpa (datuk dan nenek secara bilateral) tidak boleh menjadi mawd'-li bagi. orang-tua, sebab mereka ahliwaris-langsung yang tersiratseperti tersebut di atas tadi. Ini sangat penting,. dan di sinipulalahterletak kemohaagungon Pemikir yang menciptakan garis hukumIV:33 itu, karena dengan adanya orang-tua dari orang-tua sebagaijenis ahliwaris langsung, maka barulah ada kemungkinan bagrgaris sisi kedua dan ketiglr dsb., menjadikan mereka itu sebagailandasan untuk kemawalianny&, sedangkan orang-orang bawahdi garis sisi pertama telah ada mempunyai landasan , untuk ke-

-f - r.. r lt..l r.r { I lmawEliannya, yaitu mendiang saudara. Jika dibolehkan semua

garis-garis sisi menjadikan mendiang orang-tua sebagai landasan'kemawallanfly?,' maka akan berantakan seluruh sistim kewarisanIV: 1 I , 12, l7 6, sebab akibatnya akan serentak semua anggotakeluarga di garis sisi, sekadar mereka tidak mempunyai peng-hubung lagi, boleh ikut serta mewaris dengan tidak guna meng-hiraukan apakah simati berketurunan atau tidak, sehingga bukan-lah tercipta sistim kewarisan yang, individuil tetapi semacams;istim kollektif yang sangat cotnmunal,' yang l,'egitu anehsehingga orang Minangkabau sekalipun yang juga mengenal sistimkollektif dalam herannya akan geleng-gelengkan kepalanya.'Sebabitu orang-tua tidak boleh menjadi landasan kemawdlian bagrsiapapun juga. Landasan kemaw-allan bagi keturunan ialah ,.anak(ahliwaris langsung menurut IV: I I ?,b,c,d), landasan kemawdlianbagi keturunan saudara (garis sisi pertama) ialah saudara (ahli-waris langsung' menurut IY:12 f,g dan IV:176) dan landasankemawalian bagi garis sisi kedua ialah orpng-tua dari orang-tua(ahliwaris langsung yang tersirat dalam IV:33), yang juga menjadilandasan kemawdfian bagi semua mereka yang lebih jauh cli garislurus ke atas' (orang-tua dari orang-tua -dari orang-tua, dst) danvia mereka ini juga bagi semua orang di garis-garis sisi yang lebih,jauh lagi dari garis sisi kedua (garis sisi ketiga, keempat dst). Bah -

wa saya meskipun rnenginsyafi segalanya itu berani jugadalam kitab "Ifukum kewarisan bilateral menurut Al-Qur'iin"menyebut ,,rnawali bagi ayah" dan ,,mawdli bagr mak" adalahdisebabkan karena isi kelompok keutamaan pertama, kedua danketiga telah diperinci serapi-rapinya, sehingga tidak ada lagl

133

Page 142: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

bahayanya untuk menyebut lain-lain anggota keluarga yang tidaktermasuk kedalam tiga kelompok keutarnaan tersebut sebagai

,,ffi?wEli bagr orang-tua", yaitu ditempatkan dalam kelompokkeutamaan ke-empet, sebagai orang-orang yang paling terakhirmewaris. Lihat gambar H: p = pewaris, a =anak, ma = mawdli bagi anak; s = saud ara;ms = mawEli bagi saudara; b = orang-tua ;

c = orang-tua dari orang=tua; d = orang-tuadari orang-tua dari orang-tua; s$ = garis sisikedua, sss = garis sisi ketiga. Keutamaan per-tama ma + b; keutamaan kedua ms + b; ke-utamaan ketiga b; keutamaan keempat c,' '

mungkin lengkap semua anggotanya yaitu 4orang, atau jikg tidak lengkap maka 'ditambah _dengan ,r*i,Ati bagi *uiatins arnggotanya. Maka mawdfi bagimendiang anggota c itu ialah::(menurut perikutan keutamaanantara mereka) pertama ss, sudah,itu dari d (yang isi lengkapnya8 orang), sudah itu baru sss jika dikalangan:d itu ada yang sudahmati. Maka teranglah hendaknya bahwa ss mewaris seb agai maw?-f bagi sebagian c, sedangkan sebagian c'lainnya mewaris sendiri-sendiri sebagai ahlilwaris-ahliwaris langsung bagi p, cuma bagran-nya masing-masing ditentukan 'oleh jenis 'sexenya sendiri danoleh jenis sexe dari salah seorang dari b yang diperanakkannya.Demikian juga hendaknya jelaslah bahwa tidak pernah mungkinakan berhimpun .c dengan a atau ffia, atau c dengan s atau ms .

Ttlasn))a; datuk ataut nenek simati tidak.mungkin berhimpundengan keturunan simati atau dengan pihak sau,dara simati.

S 10. Datuk bersatrn saudara.

a) Mu'Eririyah menulis .kepada Zad'bn ThEbit bertanyakantentang datuk (ayah dari ?yah), maka dibalas oleh Zudi ,, ... akusendiri telah'menyalcsikan du'a orang khalifah sebelum saudaramemberikan kepada datuk seperdua jika dia mewaris bersama-sama seorang 'saudara laki.laki. dan sepertiga jika dia mewa-ris bersama-sama dua orang atau lebih saudara, dan tidak bolehkurang bagian datuk itu dari sepert iga, sekalipun banyak jurtrlahsaudara-saudara itu,. tidak perduli apakah saudara-saudara itulaki-laki, pergmpuarl, ataukah setengahnya laki-laki dan setengah

=

nya perempuan" . -: (Mehk, dai A.Hassan 'iAl-Faraa-icll")

t34

Hd

c

b

P

a

m.a

s5t

ss

s

m.s

Page 143: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

Dari lradith ini ny atabahwa kasus,,datuk bersama saudatl",yang dikaiangan Ahiu'ssunnah dihubungkin dengan IV:..17 6,

hukumnya bersumber kepada filU'l'amri dan tidak kepada sunnahRasDl.

^ b) Alllasan berkata bahwa Zaid.'bn Thabit menyerikatkandatuk dengan saudara-saudara (dengan datuk mendapat sekurang'kurangnya atau setinggi-tingginya Jepertiga ?). (Adddrami, dariA Hassan ,, Al-Faraa-idl")

- Hadith Altrasan ini dapat menimbulkan paham bahwa datukdalam bersyarikat dengan saudara-saud ata memperoleh settng'gi-tingginya sepertiga atau sampai sepertiga (... kdna Zardull. ... yU-

syarriku'ljadda ma'a'l'ikhwati il6'lthuluthi). n, ,

c) Assya'biyyu berkata bahwa 'Lfmar membugit un sama

banyak antara datuk dan seorang saudara laki-laki atau antaradatuk dan dua orang saudara laki-laki.. Bila saudara-saudara itulebih dari dua orang maka diberikannya kepdda datuk sepertigadan jika datuk berhimpun {engan anak (keturunan) maka diberi-nya datuk 116.- (Addarami, dari A.Hass&lr ,,Al-faraa-idl")

Dari tiga buah fadittr itu, yang sekali-kali tidak beristkansunnah rasil tetapi

-hanya berdasarkan , ketetapan Dlf'l'amri,

jelaslah bahwa kedudukan datuk jika berhimpun denlan saudaraadalah kedudukan istimewa bagi seorang 'agabah yang disegaili ,

yang terkemuka, yang memimpin, seorang syaikh, kadang-kadangjuga disebut seorang ,,khdl", yaitu seorang kepala adat, sebab

sistim clan membawakan sistim pemerintatran yang gdnealogis.Bandingkanl,ah kedudukannya clengan kedudukan,,dnt rtk-datuk "di Minangkabau ,,datuk" ,sebagdi gelar Untuk ,,tua-tua" di dalamsuku, bugian suku atau sekelompok keluarga matrilineal,'dankadang-kadang hanya mengepalai dan menguasai beberapa rumah

tangga saja, sampai-sampai ada yang menguasai seluruh orang-orang yang sesuku di dalam sesuatu nalari'Minangkabau. Juga diTanah Batak (patrilineal) ada kepala-kepala adat itu yang disebutompu (datuk). {'

Bagian untuk datuk meriurut Ahlu'ssunnah itu terjenis ke-pada bagian untuk 'asabah. Jika di.a berhimpun dengan seorangsaudara laki-laki sampai dengan dua orang saudara laki-laki makapembagian antara mereka adalah pembagian sama rata menurut

r35

I

_ ".i

Page 144: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

jumlah mereka, - jika dua orang maka masing-masing mendapat

'a iik* t orani mika masing-misine mendapat- rl3 -; hal mana

menimbulka" -r.*un

seakan-akan datuk itu disamakan. dengan' ;il;;.rt"gi--rn"*t jumlah kepala itq, J_ugl dilakukan jika

il;k terhimpun denq.4n.seorang. sigdara laki-laki.beserta se-

orang utuu ouu ot*g ti""Attu pttJnipuu4' d1r-nana berturu! -tunrt

O"lti akan mendap it ZtS- dan tl3, se'akan-akan datuk itu seorang

,"ocuru f"U:runiria"g berhimpun dengah t"t'9"i".perempuan'

#;i h;fit; ;.i.*-rr,rbungan antara-'agabafr _binafsihi dan

,asabah bi'lghairinya. semacim persamaan aniara datuk. dan.

cii;il" ;ijililtin"g"'i tita d'atam' I4g.gt,ol"T,P"t$^:'dimana datlk-memanggil cuiunya anggi (adik) datl cucu me-

;fig1 autut"iu angkl-ng (kak3k), selanjutnya-gelar.atlat yang '

Jip"lii datuk'itu ianya botih {iturpnkan kepada cucuqya

rur.i-rur.i.Bahwa,datuk-dhlamsistimAhlu"ssunnahj.se:ung..

'*"*,.akpresisdisamakandengimsaudaraterny:ftajihadatukberhimp"n Otng; f.Uiii-Outi O.u" qtang saudbrq.laki-l'aki' 'atau

i!"d: r""*ng: ru,rAura.laki-hki bbserta lebih dan,-dua orang

. saudara p.t"*p-"""itau dengan beberaoas4udara'laki-laki. besert4

dengan tuua^Iu=pi;;-p;"; dimani ou'tut'tidak taei berbaei

' menuru, i"rjuii il;;ii;i*tl terjamin *-"'-'galu! r/3"Hal' ini '

.megnbuktikan b.h;'a datuk it,t,irtim"*a kddudukannya dalam '

iild6"g"" kfu-g", t.petti disinssung di atas tadi' 'falary-'si1Ji+

Ali;ffi ;;*i pr"iu.gi* 11tqa. dituk dan dagd 1a i.tu' dikaiJkan

" kepada nar r.u'rarurt-ini i6 9ng^1" :Te'!t:t-1k - sep'era4gkaim

gutir tt"turn ilb.il liyatnt'Zz), dimanb teTlvS? pdla bahva-aut,lt jika d;hi;;,,n -dttgun saudara-3ad dara' v s1g d iantaranva

ililft - ue*,"-r i*a:id lgaal{ran diluai' baudara-sauddra' itu

ada pula pihak'lain vaneberhak fardig,-p1ta-{.1tyf fan terje-

' *in'mett-Oaitai t"t"t*g.tur-angnya t/er{an jiba. jumlah sernua

;;i;'ift;i4 t;a;-iio "nt"t datukitu mel.ampaur-angka 1'

maka d.atut ifp.1i"i'tfl*-tttut"n-ukan dia'. dZaw-u'lfara'i{ Pula

;;dss; *"ttiTunaut pula kepada peraturan '1w.! .s26aea!

telah

;;rdb;; pud"tS 9 hu|;r i Cnr._oitl_tan dikuitkan oieh'$ I p huruf c

. maka ddtuk ii.J-i-O;"ruii'ff"ia'ig tulgn bi.kinan,Ahlu'ssunnah

;;;ean iliriitt fuia:i4 116 seperti ayah'hanya'dikaitkan oleh

ertii;iU-;h-;ud"'iV: I'ld, viitit jit u sipewaris a'dii meninggal-

;;-k.tr;'r;;n-iairiline+l dan jitn datuk tidak ada maka ayah

Page 145: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

dari datuk ( pendeknya penghubung patrilineal yang selanjutnyake atas) berhak pula menjadi dzawfr'lfard'id

Dalam sistim bilateral menunrt Qur'dr dan sunnah Rasfllmaka semua ajaran hukum Ahlu'ssunnah mengenai hak datuksebagai ahliwaris segandengan dengan saudara simati, batal se-

batal-batalnya. Saya sebut sunnah RasDl, sebab RasDl tidakpernah memberi teladan serupa itu ! Mari kita buktikan kebatalan-nya itu. Dalam bentuk yang luas maka persoalannya ialah:pertama, dapatkah orang-tua dari orang-tua menjadi ahliwarislangsung; kedua, jika ordng-tua dari orang-tua dapat menjadialrliwaris langsung bagr cucunya maka apakati syaratnya; ketiga,dapatkah orang-tua dari orang-tua mewarisi cucunya bersama -

sama dengan saudara-saudara cucunya itu, ysilg mtrni;kin diantara'nya sekalt-leli bulcan cucunya ?.

Kita mulai dengan mem-buktikan bahwa saudara cucutidak perlu berarti cucu pula,yaitu lihat gambar K, dimana a

dan b memang cucu bagi A danB, tetapi c bukan cucu mereka,demikian pula b dan c memangcucu bagr C dan D tetapi a bukanbukan hanya cucu bagr A dan B,

rOrAr cOrAo

K

cucu mereka, selanjutnya btetapi cucu pula bagi C dan D.

Mengenai soal pertama: dalam IV: 1 1, 12,17 6 Qur'an hanyamenyebutkan sebagai ahliwaris langsung yaifu anak saia. berikut -

nya anak beserta orAng-tua, selanjutnya orang-tuo saia atau sauda-ra beserta orong-tua atau saudara saja, sehing9a ahliwaris langsungdi kalangan flrfl'arlram menurut ayat-ayat tersebut ialah anak ,

orang-tua dan saudAra. Dhubungkan dengan IV:33 maka kepadaahliwaris langsung itu mesti ditambatikan pula mawdli untukmendiang anak dan mawdti untuk dendiang saudarA. Maw[li-untuk oiurg-tua iidak ada, sebab seandainya ada mawdfi untukorang-tua maka mungkinnya hanya dari kalangan orang-tua dariorang-tua (4 orang) atau dari kalangan saudara, tetapi saudara.telah berkeduclukan sebagan ahliwaris{angsung sehingga dia tidakdapat lagi dijadikan maw-af, demikian pula orang-tua dari orang -

tua tidak boleh dijadikan mawdli untuk orang-tua karena ter-bentur kepada perumusan IV:33 yakni berhubung dengan

t37

Page 146: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

kenyataan bahwa'pewaris tidak tcmrasuk pongortian,,wdlidEni"atau ,,aqrabDna" tetapi adalah .dari kalangan awladltn. Hal ter-sebut telah diuraikan dalam S 9'huruf d, di mana juga telah di-tegaskan dan dibuktikan bahwa hanya secara tersirat dalam IV:33dapat orong dari kqlaniaTt orang-tua dari orang-tua dijadikanahliw,aris langsung b.agi cucutl)U, yaitu untuk lnemungkinkanmenjadikan orang dari iralangan otang-tua dari orang-tua dariorang-tua (8 orang) menjadi mawali Qagi orang dari kalanganorang-tua dari orang-tua itu dalam harta peninggalan cucunya itu.Maka telah terjawalr bahwa orang dari kalangan orang-tua dariorillg-tua (urypamanya datuk pihak ayah) dapat dijadikan ahli -waris langsung bagi cucunyz, cuma apa syaratnya baru mungkinsedemikian itu? Maka sampailah kita kepada penjawaban soalkedua. Qur'an tidak akan memperinci semua ahliwais langsungddam IV: I 1, I 2,17 6 (furak, orang-tua, saud ara) jika tidak denganmaksud menjadikan mereka sebagai yang terutama berhak untukmewaris secara langsuflg, yaitu lebih terutama dari sekalian ang-gota kelurarga lain-lainnya seperti orang-tua dari oiang-tua, (yangpaling terdekat cii antara sernua anggota keluarga lain-lainnya itu),yang selaras Cengan keutamaannya yang paling' rendah hanyadiperlakukan secara tersirat saja dalam IV: 33, yang membutuh -kan tenaga ilmu untuk mengeluarkannya dari siratan itu sebagaialrliwaris langsung y ang tersembunyi. Memong, dengan mengikutisistimatik keutamaan dalam Qur'an secara teliti, akan didapatibahwa orang-tua dari ordng-tua hanya dapat diurasukkan ke dalalll

.,.keutamaan keempat, hal mana berarti bahwa orang-tua dari orang-tua hanya berhak mewaris jika sipewaris (cucu) tidak ada lagisaudara dan keturunan saudaranya. Dengan demikian maka telahsampai pula kita kepada jawab soal ketiga: ialah, orang-iua dariorang-tua tidak dapat mewaris bersama-sama orang-tua, ataubersama-sama dengan anak ataumawafbagi anak, atau bersama-sarun dengan saudara atau mawali bagi saudara.

Terdapatnya orang-tua dari oranftua secara tersirat sebagaiahliwaris kelas empat di antara sekian banyak mawali yangdimaksud dalam IV:33, mepjadikan saya berani untuk memper-lakukannya sebagai maw-ali pula,, tetapi setelah dijaga semuakemungkinan yang dapat meflga6hukan, dan untuk ringkasnytdan praktisnya saya gabungkan mereka dengan lain-lain mawdli

138

'.t

I

I'

'1.

,'ri

;\l':9

.:l;

'.dr#[.4

Page 147: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

dari garis sisi kedua dan seterusnya dan dengan orang-orang dt garislurus ke atas selanjutnya menjadi en groupe Seb agai mawdli bagialtah dan wwt+dli bagi rnak, sebagaimana juga mereka dijumpaidi kalangan mawelldalarn IV:33 itu.

Murid saya yang cerdik bertanyakan kepada saya, bukan -kah penjawaban soal kedua itu hanya 2ann (sangka-sangka) saja,yaitu ,,Qur'[n tidak akan memperinci semLla ahliwaris-langsung... jika tidak dengan maksud menjadikan rnereka sebagai yangterutama ... ') Murid sa.ya itu saya beri angka yang baik dengandiberikan pula tambahan keterangan istimew?, yang seharusnyadia telah dapat cari sendiii, yaitu seb agil berikut, lihat gambarL, di mana d = datuk, b = ayah, p - pewaris, a j anak dan s =saud ara> seb agai contoh yang sangat bersahaja (gamp&ng, mudah).Bahwa d tidak mungkin mewarisi bersama-sama bseandainya b masih hidup dapat mudah dipaham-kan sebab untuk dapat mewarisi di dalam garisketurunan yang sama (yang itu juga), maka tidakboleh ada menyela seseorang penghubung yangmasih hidup. Sekarang tinggal lagi soal mengapa dtidak boleh mewarisi bersama-sama dengan a ataubersama-sama dengan s. Jawabnya : ,,jika d boleh mevlarisi ber-sama-sama dengan a' maka d mewaris sebagai mawdli bag bsedangkan bagi b tidak mungkin ada mawdli sebab p bukan,,wdliddni" dan bukan ,,aqrabtlna" bagi b menurut IV:33 a;jika d boleh mewaris bersama-sama dengan s maka d juga mewarissebagai mawdti Uagi b, sedangkan telah berulang-ulang ditegaskanbahwa bagi b tidak ada mawali menurut IVt33 a". Bertanyalag|murid saya itu i ,,y1, tetapi apa bedanya antara d dan s, sebabkedua-duanya sama-sama berhubungan denganp melalui b sedang-kan derajat mereka sama-sama jauh pula ?" Maka saya jawab :

,, Sekarang angkamu saya beritanda kurang, sebab engkau belumjuga mengetahui bahwa ^s menjadi ahliwaris lgpgsura karenapenetapan Qur'an sendiri jika a tida ada, yaitu' s sebf, gaL'.dzu't -faridah jika b masih hidup (IV:12), dalam hal mana b mendapatsisa kecil dengan menutup d atau s sebagai .,,ae{abtrn" -(dzu'l-karabat) jika b sudah mati (IV:176)," ddam hal mana s akanmend apat seluruh sisa besar, sedangkan d dibenamkan Allah da-'Iam kelompok mawEfi IV:33 a dengan tidak berhak menjadi

139

Page 148: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

mawelf bagi b dirn hanya boleh menjadi ahliwaris langsung dankarena itu menjacli landasan pula bagi *u*iii cli garis sisi yanglebih jauh atau bagi penghubung yang lebih .iauh di garis luruske atas, jika tiduk ada lagi sesuatu penghalang, yaitu tidak ada &,bdan s dan atas kekuatan IV:33a tidak ada pula mawhti bagimendiang anak dan mawdti Uagi mendiang saudara; ;jika" yang'terakhir ini bukan .,,Lann" tetapi cot'tclusi, conclusi yangdiberikan oleh sistimatik Qur'dn yang penuh rahmat bagi d dansemua mawdli bagi d 'itu. Tentang sama-sama jauh derajat(lihat S L2 huruf a) nialia cucu simati umparnanya akart nleltutupsaudara simati, walaupun mereka sama-sama clua clerajat terpisahdari simati, sebab faktor yang nlcnentukan berhak atau tidakialah faktor keutamaan antara mereka, yakni keturunan iebihutama dari garis sisi. Demikian pula halnya antara s dan d tadi :

s mempunyai keutamaan yang lebih tinggi dari d, jika p tidakbcrketurunan da4 tidak 'berayah lagi. '

Perhatikan pula gambar L II, cli mana ksebagai datuk bagi"sipewaris p menjadi landa-san yang sah bagi kemawdlian m I dan rn 2,yang sama jauh hubungin darahnya dengan p,yaitu sarna-sama tiga derajat. Walaupgn m Itlan m 2 formil berhak menjadi mawdli bagi kdan walaupun sama pula jaulr derajatnya darip, tetapi rn 2 mempunyai keutamaan yanglebih tinggi dari pada m l. Hubungan antara k, ffi I dan m2 berbe-da sekali dari pada hubungan 'antara seorang .pewaris dengananaknya dan orang-tuanya ; k bukan pewaris tetapi ahliwarislangsung sedangkan m I dan m 2 adalah. ahliwaris penggantiuntuk k. Karena itu tidak dapat dalam hubungan k denganm I dan dengan m 2, walaupun sekali secara qiyals -, dipakai-kan IV: I I h, yang mensetaralkan anak sipewaris dengan orang-tua sipewaris, schingga anak mewaris bersama dengan orsng-tua.Mengapa m 2 lebih utama dari m I ? Jawabnya terletak dalamperbedaan unsur-unsur ,,"tbdfli" antara mereka dengan k dan p.

Qtrr'an berseru dalam IV: I ,,wattakD'll5ha wal-arhd-ma ! "Taqwa itu memaksa kita berwaspada mengenai unsur-unsur ar-

. tram itu ! m I mempunyai dua unsui a dan b (a = darah ayahnyl,b = darah maknya); k mempunyai tiga unsur a, b dan c (c=darahmaknya); m 2 mempunyai empat unsur, yaifu a,b,c dan d

140

Page 149: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

(d - darah maknya); p mempunyai lima unsur, yaitu ?,b,c,d dan e(e = darah maknya). Menurut u$ty darah maka p paling dekat kekepada m 2,. karena unsur-unsur abcd rnerupakan sepertalianarhi-m antara mereka, sedangkan dengan rn I si-p hanya seper-talian arham karena unsur-unsur a dan b saja; karena itu makam 2 lebilr utama dari m 1. Supaya jangan tersesat, hendaklahdiingat bahwa dalam hubungan sipewaris dengan saudara danketuntnannya pernilaian unsur-unsur arlrdm itu dalam menentu-kan keutamaan mendapat perobahan karena ketentuan Allahsendiri, yang mengutamakan anak (keturunan) dari pada saudara,sekalipun unsur-unsur sepertalian arhZm dengan sipewaris samasaja antara saudara dan keturunan, seperti dalam L II kesam aanunsrlr-unsur abcde. Menurut jumlah kesamaan unsur-unsur ar$Immaka anak sipewaris lebih utama dua unsur dari orang-tuasipewaris tetapi Qur'dn mensetarafk an anak dengan orang-tua itu.Jika. tidak ada ketentuan chas seperti itu dalam Qur'dn makaberlaku, ketentuan umum VIII:7 5 ,,wo tilu'l'arhami ba'duhumawld' bi ba'din fi. kitebillehi" dengan mernpedomani unsur-unsurkesed erhanaan (arhEm) secara bilateral.

Mengenai jumlah unsur-unsur itu hendaklah dicamkan bahwacl i garis lurus ke atas jumlah itu berkurang dengan satu untdksetiap derajat dan garis lurus ke bawah bertambah clengan satu

untuk setiap derajat (iika p mempunyai x unsur maka ayah ataumak si p mempunyai x I unsur, sedangkan anak si-p mem-punyai x+lunsur).S 1 l. Nenek.

a) Kabisah 'bn Dzuaib berkata : datang seorang nenekkepada AbD Bakr bertanyakan tentang hak kewarisannya. AbUBakr menjawab i ,,Baikpun dalam Kitab Allah maupun dalamsunnah RasDl tidak ada sesuatu garis hukumpun yang memberi-kan hak kewarisan kepadamu. Tetapi datang jugalah kembalisetelah aku tanyakan ke kanan-ke kiri mengenai halmtr itu." -AbU Bakr menanyakan perkara itu kepada'Al-Mughirah'bn Syu'-bah dan Muhammad 'bn Musalmah ( Maslamah ? ). Merekarnenerangkan bahwa mereka hadir sewaktu R memberikan kepadaseorang nenek I 16 (dari harta peninggalan cucunya). MakaAbD Bakr meluluskan pula kepada nenek yang menuntut itu 116

dari [rarta peninggalan. - (Milik, Ahmad, Attirmidzi, Ab-u D-awud,

r4l

t,'t)

Page 150: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

Addfuami dan Ibn Majah, dari A4i:;.t,kat'lrtrusdbih) -Satu hal yang menarik perhatian saya, ialah bahwa Abu Bakr

telah menjalankan prinsip kehakiman modern, yaitu hakim tidakboleh berdalih bahwa dia tidak sanggup mengadili karena tidakada garis hukumnya. Dalam pada itu tidak benar keteranganAbD Bakr bahwa Qur'an tidak mengandung sesuatu garis hukumbagi hak kewarisan nenek. Baikpun nenek maupun datuk, pihakmakkah atau pihak ayahknh, dan lain-lain penghubung lebihjauh di garis lurus ke atas, telah diperuntukkarl oleh Qur'an(oleh sistimatik Qur'dn) hanya menurut syarat-syarat sebagai-lnana telah diuraikan panjang lebar dalam S 9 huruf d dan S l0huruf c dan secara serba ringkas telah diuraikan pula dalam kitab"tlttkurn Kew,srisun Bilatcral nrcnuntt AI-Qur.'dn", di nrana telahdiuraikan prinsip keutamaan menurut lV:11,12,176,33, joXXKII:6. Disayangkan bahwa lraOJttr Kabisah tidak memberikankeadaan kasus yang dihadapi oleh R, demikian pula tidak mem-berikan keadaan kasus yang dihadapi oleh Abu Bakr itu sendiri,yang nampaknya sesudah wafatnya R. Soalnya apakah R mem-berikan I l6 kepada nenek itu sebagai hak fara'icl bagi dzat'lfari{ahtambahan atau sebagai hak semacam mawlli untuk mak atausebagai tu'mah (bandingkan S t huruf d).

b) Ibrf Mas'ud berkata : R memberikan tu'mah (permakanan)kepada seorang nenek , yang pertama kali diunrsny&, I 16 dari

. harta peninggalan. Nenek itu didampingi oleh seorang anak laki-lakinya dan anak laki{akinya hidup (... at'amahl RasDlullahis.a. w. sudusan rna'a'bniha wa'bnuha frayyun). (AttirmidzlAddaraml, = dari Mtsltkat'lma;abih) -

Attirmidzi memandang lladlth itu lemah. Bagi saya itulahbadlth yang lebih terang dan lebih kuat dari yang lain-lainnya itu,walaupun kasusnya. tetap tidak sempuma. Walaupun demikian '

masih dapat kita mereconstruksikan kemungkinan kasus tersebut.Uhat gambar M, di mana n = nenek dan p pewaris. Dalamgambar I dipahamkan batrwa anak laki-laki yang menggandenginenek itu sama orangnya dengan anak laki-laki yang hidup itu;yaitu anak laki-laki dari nenek itu sendiri.

Maka kita menghadapi satu kasus yang tunduk kepada IV:1 le, di mana seluruh sisa besar untuk ayah dan dari bagianayah itu R atas kebijaksanaan sendiri dan untuk memberi contoh

t42

Page 151: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

bagi pemakaian IV:8 mengeluarkan tu'mah untuk nenek I16,karena nenek bukan ahli waris,cuma termasuk kepada penger-tian ulu'lkurba. Dalam gambarII kita menghadapi suatu kasusyang tunduk kepada IV: I ld,di mana anak pewaris seharus-nya mendapat lY4 116 =7 ll2 tetapi dari bagian ini Rmemberikan tu'mah kepadanenek I 16 sebagai seseorangpenting dari ulu'lkurba. Padagambar II itu dipahamkan bahwa anak laki-laki yang menggan-dengi nenek itu ialah anak nenek itu sendiri, sedangkan anaklaki-laki yang masih hidup itu ialah anak dari pewaris, yaitumendiang cucu perempuan bagi nenek itu.

Kasub kedua ini didasarkan atas ,,keganjilan" bunyi lradith itu:,,ma'a'bniha wa'bnDh? lrayyun"; mengapa tidak,,ma'a'bnihdwa hurva l.rayyun" jika yang dimaksud hanya anak laki-laki nenekitulah, malahan tidak perlu lagr ditambah hayyun sebab telahterselip arti l.rayyun dalam ma'a, jika tidak maka nenek itu digan-dengi oleh bangkai anaknyakah ! ?

c) AFKesim 'bn Muhammad berkata : datang dua orangnenek kepada Abii Bakr, maka semulanya AbU Bakr hendakmenetapkan 1 16 hanya bagi nenek pihak ibu (mak dari mak),tetapi seorang Ansari- berkata : ,,apakah saudara kesampingkannenek pihak bapak (mak dari ayah) yang seandainya dia yangmati dan bukan cucu laki-laki itu, maka cucu itulah yffie akanmewarisi ?" , maka Abu Bakr membagikan I 16 itu antara duaorang nenek itu. (Mehk fi'l-Muwatta', dari Nail'l'awtar) -.

Juga dalam hal ini tidak diketahui duduk kasusnya yangtampaknya juga terjadi sesudah wafatnya R. Dalam perkara initidak ada terbayang sesuatu alasan untuk menduga bahwa duaorang nenek itu dianggap oleh Abu Bakr sebagai dzawita'lfar6'i{tambahan ataupun sebagai semacam mawali untuk ayah atau ibuMenilik akan hadlth ibn Mas'fid pada huruf b maka lebih ber-alasan untuk menduga bahwa bagian unfuk nenek-nenek itudiberikan oleh Abu Bakr sebagai tu'mah.

143

i,' !t,,

t4n0r

olTo i'io

Page 152: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

d) Kebigah 'bn Dzuaib berkata : clatang seorang ncnekkcpada Umar bertanyakan hak kewarisannya maka dijawab oleh'Umar: ),seperenam, dan jika berhimpun nenek dengan seorangnenek yang lain lagi maka tragian I 16 itu berbagi dua antara me-reka atau didapat seluruhnya oleh seorang nenek yang tidakberhimpul_ dengan nenek yalg lain". - (Malik, Ahmod, Attir-nridzl Abu Dawud, Addarami dan Ibn Mrijah, dari tllisl'lcdt'Irrta;ab iil -

fladith Kabisah ini tidak mengandung kasus, cuma semacamajaran dari 'Umar, itung dapat diduga berdasar kepada praktekAbu- Bakr sebelumnya.

e). 'Ubfdah 'bn'l-Samit menceritakan bahwa R telahmenghukumkan untuk dua orang nenek I 16 dari harta peninggal-an dengan cara berbagi dua antara mereka. ('Abdullah 'bnAlrmad, dari lllail'l'arvtaT) -

Juga ini tidak diketahui apa kasusnya dan apa maksudnyabagian itu; kita hanya dapat berpegang kepada qawl Ibn Mas'udpada huruf b, yaitu tu'mah.

f) 'Abdurralrmdn 'bn Jazld berkata : R memberikan kepadatiga oirang nenek l16 untuk dibagi di antara mereka, yaitu duaorang nenek pihah ayah dan seorang nenek pihak.ibu. (Adde-ruKufni, dari lVail'|'ov,lo7) -

Juga ini tidak diketahui bagaimana kasusny^. Dengan mem-pedomani_haaitn Ibn Mas'ild pada huruf b maka juga bagian I 16

pada l,radith 'Abdurrahmdn itu mungkin hanya dimaksudkansebagai tu'mah '' kepada ilfi'lkurbd, dan bukan sebagai bagianuntuk mawili karena mereka terdiri dari pihak ayah, dari pihakdatuk dan dari ptak mak, yang hal ,,likullin"-nya berbeda-beda,sehingga kemawdliannya ada yang palgu dan ada yallg tidak palsu,sedangkan bagiannya sebagai mawdli berbeda-beda pula, yaitumak pihak ayah rl3 x 213, mak pihak datuk tl3 x 213 x 213

dan mak pihak mak I 13 x I 13 . Tetapi Alu'ssunnah memaham-kan tiga orang nenek itu sebagai dzawdt'l-fara'i4 tambahan yangberbagi sama rata bagian I l0 itu. Berbagi sama rata sesuatubagian angka fari'id hanya mungkin menurut Qur'd'n antaraorang-orang yang sepertalian darah (antara anak-anak perempuan,antara saudara-saudara perempuan), sedangkan nenek-nenek itutidak $epertalian darah karena berlain-lain asal.

t44

Page 153: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

g) Buraidah berceriiera, bahwa R menentukan bagi seorangnenek 116 kalau (idzd) tidak ada ibu. (Abfi Da'wud, - dariNail'l'av,tdr) - '

,' Juga ini tidak tentu kasusnya dan apakah ,,idzA" (kalau) itusamadengan,,illsyartiYYalt''(jikadalamartisyarat)memberikan {u'mah kepada nenek ' seb agai ulfi'lkurbd tidakdimestikan ada atau tiada ibu, Jetapi untuk memberikan far6'idmemang mesti-.aQa sleratnya yang selalu dimulai dengan ,,iil"(perhatikan baik-baik IV: I l,12,17 6). Inilah pula yang menjadipenghalang bag manusia untuk rnenambah-namba[ jumlah dza-.wtl'lfaie'i4, sebdb bolehkah manusia mengatui-atur sendiri syarat-nyr itu ? ,

Mengenai 'fu'mah, 'IV:8 mempergunakan perka taan idzd'dalam arti . ,;bila kebdtulan ada" atau ,,kalau ada". Ctfi'tkurbdmendhpat pemberian lcalau merelca ada hadir sewaktu ahliwarisberbagi harta, dengan tidak disyaratkan apakah mak ada atautidak ada. Nenek pihak mak berhak mendapat pemberian itu jugabila ia hadir berssrn&:S ama mak. Jika mak tidak ada maka nenekpihak mak itu kalau hadir juga tetap berhak mendapatpemberian itu jika ahliuhris yang serta berbagi ialah ayah, atauanak, atau ayah bersama andk, atau ayah bersama saudara atausaudaia'sajl. Juga nenek pihak ayah demikian pula; tidak berbeda'llaknya dengan hak nenek pihak mak untuk mendapat pemberianex IVl'8.

,t'' h). Kesimpulan mengdnai tujuh buah hadith mengenai pem-

balian nenek ialah : - a

I ) bagian- nenek dalam, hadlth-badittr tersebut tidak dapatdipahamkair sebagai bagian far['id, sebab berarti menambah-

\ nambah jumlah dzAwu'lfara'i{ yang telah ditetapkan AIlAh.Hak fard'id bagi nenek juga tidak dapat disesuaikan denganbunyi [adith-hadith tersebut

'2:i, bagian nenek dalam hadith-hadith tersebut tidak dapat di-

. pandang sebagai bagian trntuk mawali sebab bagian mawiliberbeda-beda menurut kedirdukannya ;

3) bagian nenek dalam hiaitn-haOittr tersebut cuma dapatdipandang sebagai fu'mdh untuk ultrlkurb-a. i

t45

Page 154: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

S t2. Ifak saling mewaris.

a) Alkasim 'bn Muhammad berkata : (lihat g I t huruf c)bahwa seorang Angri mengecam kebijaksanaan Abu Bakr yangmemberikan I 16 hanya kepada nenek pihak ibu dengan me-nyingkirkan nenek pihak bapak dari pembagian. Ansari itu ber-kata i ,,Apakah saudara kesampingkan nenek pihak bapak yangseandainya nenek pihak bapak itulah yang mati dan bukan cuculaki-lakinya itu, maka cucu itulah yang akan mewarisinya".Maka Abu Bakr bagikan 1 16 itu sania rata antara dua orangnenek itu.

Dalam kecaman Ansari itu terselip trga persoalan :

pertamn, apakah dalam kasus yang dihadapi itu keadaanmemang begitu sehingga nenek dan cucu itu tak dapat tidakmesti dapat saling mewarisi ? ;

kedua, apakah merupakan prinsip umum dalam hukumkewarisan pertimbal-balikan antara pewaris dan atrliwaris, dalamarti jika A berhak mewarisi B malia B mesti pula lrerhakmewarisi A ? ;

ketiga, apakah cucu melalui anak perempuan tidak berhakmewarisi mak dad maknya (nenek pihak mak) ? Lihat gambar I.

Menurut IV : 1l a,b,c, jo IV : 33a maka b dapatlah di-warisi oleh a jika ayah si a (atau anaklaki-laki si b) sudah mati terlebih dahulu.Menurut IV : 1le jo IV:33 a maka a dapat di-warisi oleh b (sebagai ,,qhliw'aris langsung yangtersirAt" di ant ara mawlli) jika a mati tidak ber-keturunan, tidak mempunyai ayah dan mak lagi(IV:l I h), sebab jika ayah mati tetapi mak masih hidup makamak akan mend apat semuanyz, atau jika mak mati tetapi ayahmasih hidup, maka ayah akan mendapat semuanya (lihat hl 23,29-31 kitab ,,Httkutn kewarisan bilateral nuenurut Al-Qur'{n"),dan tidak pula ada saudara atau keturunan saudara (lihat g l0huruf c). Akan tetapi walaupun dalam keadaan penuh syarat-syarat tersebut si b diakui menjadi ahliwaris bagr a maka bukan-lah sebagai ahliwaris satu-satunya, sebab selain si b juga si c-

sama-sama berhak mev/aris, ditambah lagi dengan semua mawalibagr mendiang suami si b dan bagi meirdiang suami si c (keduanya

146

Page 155: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

datuk bagi. si a). Jika kita hanya berpbgang kepada keadaanmenurut gambar saja, maka alrliwaris. begr a ialah b dan c, danahliwaris bagi b dan c ialah a, sbmuat'rya jika a tidak mempunyaiayah dan mak lagi. Jelaslah bahwa'kecaman Anqari .tadi jugaberlaku seandainya nenek. p:ihak mak inlah yong mati. J*a b

: dan c mewarisi a, mika bagran b bukan l/5 atau l/12, danbagianc juga bukan l/6 atau lll2,.akm tetapi b mendapat 213 dan cmendapat 1/3, yaitu mengikuti bagan untuk'ayah dan mak sia menurut IV : I le; sehingga dalam hal jumlah bagian tersebut

. b dan c, sebagai ahliwaris langsung yang tersirat dalam IV:33a,mendapat pembagian seperti mawdf, walaupun mereka bukan

. mawdli. Demikianlah halnya menurut Qurlfu. Tetapi me-. nurut hukum adat 'Arab yang patrilineal ifu maka memang cucu

laki-laki berhak niewarisi nenek pihak ayahnya, dan tidak berhakmewarisi nenek pihak maknya sebab berlainan,kaum (keluarga).Sebaliknya nenek.pihak bapak, apa lagi neriek pihak mak,tidak

.. berhak mewarisi cucunya karena peremp.ua{l tidak berhak me-. waris. Nampak kepada kita bahwa Anqari- itu, dan karena peng-

. .u*h dari Angdri itu juga Abu- Bakr, masih diliputi pikiran yangdiaduk-aduk oleh paham-paham patrilinbal. Conflict yang timbuldalam pemikiran enqariiiu,aun yang merembet pula kepadaAbuBakr ialah : tidak adiltdirasakan oleh.mereka jika nenek pihakmak dan nenek pihak ayah, yang semulanya menurut hukumadat 'Arab sama-sama tidak berhak mewarisi cucu (dan lain-'lain-nya), sekarang ini tidak diperlakukan sama pula, yaitu jika dalamhd ini hanya kepada nenek pihak mak diberikan hak mewaris,sedairgkan menurut hukum adat 'Arab (dan juga menuruthukum Islam ajaran Zaid) cucu itu tidak berhak mewaris daridia, tetapi tidali diberikan hak mewaris itu kepada nenef; pihakayah sedangkan cucu itu menurut hukum adat 'Arab (dan jugamenurut hukum Islam ajaran Zaid berhak mewaris dari dia.Ndmpalilah bahwa Ansari itu dan Abu Bakr mempersoalkanhak saling mewaris itu hanya untuk menitik bOratkan bahwa jikakepada nenek, yang menurut hukum adat 'Arab tidak bethaksaling mewaris ya, tidak ada sanaa sekali hubungan kewarisan,dengan cucunya, boleh diberikan hak, sekalipun rRenurut hulcimIslam ajaran Zaid cucunya itu tidak berhak mewarisinyl, apalagi kepadanenek yang boleh diwarisi oleh cucunya baik menuruthukum adat 'Arab maupun menurut hukum Islam ajaran Zaid.

t47

Page 156: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

Seperti ternyata dari S 6 huruf c, Zatd hanya mau mengakui hakcucu kelahiran anak laki-laki untuk mewarisi seperti anak,tetapi tidak mau memberikan hak tcrs'ebut kepada cucu kelahirananak perempuan. Menurut hukum Qur'dn mereka tidak perlulagi menitik beratkan soal tenebut kepada hak saling mewaris,yang. menurut kasus memang benar ada, walaupun berlainanhasil bagi pihak yang satu (b) dari pihak yang lain (s,), yqitu aberhak mewarisi b dan c sebagai mawElluntuk mendiang ayahnyadan mendiar'g maknyt, sedangkan b dan c berhak pula mewarisi ajika kedua orang tua a telah mati terlebih dahulu, yaitu b untukll3 x 213 dan c untuk ll3 x ll3 bagian. Selanjutnya ternyatadari fradlth Alkfsim itu bahwa ,lglarn kasus yang dihaclapi olehAbu Bakr dan advisornya Anqf,ri itu, rnereka ini sendiri telahmempunyai paham a priori bahwa juga dalam Islam nenek piha\mak itu tidak dapat diwarisi oleh cucu, sebagaimana juga Zau.d(lihat S 6 huruf a) secara a priori beranggapan sedemikian. Benarbahwa menurut ajaran Ahlu'ssunnah cucu melalui anak perem-puan dapat diberikan hak kewarisan tetapi bukan sebagai ahli-waris kelompok yang terutaffi&, hanya sebagai ahliwaris yangpaling-paling ujung, yakni sebagai dzawil'l-arha-m, artinya baruberhak mewarisi jika tidak ada dzawi'lfara'i{, tidak ada 'a$dbah(Hananj aan tidak ada pula bait'lmal yang teratur baik (Syaf i).Dibawakan kepada gambar elementair kita di atas tadi makamenurut Altlu'ssunnah benar a ahliwaris bag b, tetapi belumtentu benar bagi c, sedangkan menurut sistim bilateral benar-bbnar a ahliwaris baik bag b maupun bagr c, dengan syat'atbahwa orang-tua si a telah mati kedua-duanya.

Sebagai illustrasi bahwa menurut hukum Qur'dn hak salingmewaris' itu tergantung kepada syarat-syarat yang berlainanbagr masing-masing pihak yang bersangkutan, perhatikanlahgambar:gambar yang di bawah ini.

II"

t48

b AA.liA

3'

uA Ac6.4

t'

Page 157: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

Pada gambar Ia memang b dan c berhak mewarisi a) dan a

berhak mewarisi b dan c, dengan syarat a mati tiada keturunan ti-ada berorang-tua dan tiada bersaudara atau keturunan saudara

maka b dan c menjadi ahliwaris langsung yang tersirat dalamIV:33a dengan mendapat pembagian sebagai mawflli sepertitersebut di atas tadi, sedangkan a berhak mewarisi b dan c sebagai

-timawali untuk mendiang kedua-dua orang-tuanya.

Jika ada anak bagi a (gamtrar II) rnaka a tetap ahliwaris bagib dan c, tetapi b dan c tidak boleh mewarisi a, sebagai anaksi a lah ahliwaris bagi a. Berpedoman kepada sunnah R makawajib diberikan dari bagian untuk anak si a itu tu'rnah bagi b dan c.

Pada gambar IIa, maka b dan c bukan ahliwaris bagi a sebabtersingkir oleh IV:1lh, sedangkan a bukan pula ahliwaris bagi bdan c atas sebab yang sama. Ahliwaris bagr a ialah kedua orangtuanya dan anaknya (IV: I 1d).

Jika masih ada ayah (gambar III) maka b ticiak berhak mewarisia, sebab terhalang oleh ayah (IV:1lh), dan c pun tidak berhakmewarisi a sebab harta peninggalan diborong oleh ayah si a

(IV: I t h), lagi pula karena c bukan mawdli bagr mendiang mak si a(IV:33a) dan bukan pula ahliwaris langsung berdasarkan IV:l lh(aba'ukum akrabu lakum naf"an), ayat mana menyebabkan -jugg.terhalang. Sebaliknya a berhak mewarisi c, sebab a adalah mawdlibagi mendiang mAka (IV:33a), tetapi a tidak berhak mewarisibsebab terhalang karena IV: 1 I h (abna'ukum akrabu lakum naf'an)yang mengutamakan ayah si a, yaitu anak si b yang masih hidupitu.

Pada gambar IV, maka a berhak mewarisi b, yaitu sebagaimawdli bagi mendiang ayahnyt, tetapi tidak berhak mev,'arisi ckarena a terhalang oleh ibunya menurut IV: 1 th (abnd'ukumakrabu lakum naf'an, di mana abna'ukum juga meliputi bandtu -kum, lihat kitab "Hukttm kewarisan bilateral menurut al-Qur'fin",hl 29 - 30).

Sebaliknya b tidak berhak mewarisi a karena b tidak bolehrnenjadi mawali bagi ayah si a (IV: 33a) dan harta peninggalan di-borong oleh mak si a atas kekr-ratan IV: 1 I h )aba'ukum akrabulaktrm naf'an, dimana aba'ukum juga meliputi ummahatuk,uffi,lihat kitab ,,Hukurn kewarisan bilateral menttntt al-Qur'an",

149

Page 158: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

hl 23-30) dan karena itu pulamaka c tidak berhak mewarisia. Pada gambar IVa di manaayah dan mak mendiang si a

masih hidup, maka teranglahbahwa b dan c terhalang ka-renA IV: 1 I h dan ayah sertamak si a itulah ahliwarisnyayang akan berbagi menurtttIV: I I e, ayah mendapat 213dan ibu | 13. Dan jika rlalanlhal itu b dan c yang ntatimaka juga a terdinding untukmewarisi oleh IV: 1 t h itu juga, maka b akan diwarisi olehayah si ar dan c akan diwarisi oleh mak si a.

Pada gambar V, maka b dan c diwarisi olc,h a dan satrclarattlrnsebagai mawili untuk mendiang kedua orang-tua mereka, tetaprb dan c tidak berhak mewarisia) sebab mereka tidak berhak-menjadi mawali untuk masing-masing mendiang anak mereka(b untuk ayah si a dan c untukmak si a) dan tidak pula ber-hak untuk menjadi ahli-warislangsung bagi a karena a mempunyai saudara yang lebih tinggikeutamaannya (lihat hl 68) sehingga ahliwaris bagr a hanyalahsaudaranya (IV:lJ 6\.

Pada gambar Va, maka b dan c dan a tidak dapat saling me-warisi karena terhambat oleh IV: I t h. Jika a mati maka ahliwaris-nya ialahkedua orang-tuanya dan saudaranya (IV:12 kalalah),dan jika b mati maka ahliwarisnya ialah ayah si a, clan jika c matimaka ia diwarisi oleh mak si a.

Dari contoh-contoh tersebut jelaslah bahwa hak saling me-waris itu, karena sangat tergantung kep ada syarat-syarat yangberlainan bagi kedua belah pihak, ada kalanya mungkin sepertipada gambar I a tetapi umumnya tidak mungkin. Segala sesuatuyang diteranglian di atas tadi tetap benar jika dan walaupun a

perempuan dan b dan c laki-laki, yaitu dalam hubungan antaradatuk dan cucu perempuannya. Begitulah menurut sistim bila-

150

M

't T'

J

HM

Page 159: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

teral, tetapi menurut ajaran Ahlu'ssunnah yang patrillineal itumaka datuk pihak (ayah dari mak) dan cucu melalui anak perem-puan adalah dzawil'l'arlrd'm yang baru berhak mewarisjika tidakada dzawillfard'id dan 'a;abah, dengan mungkin tambahan jikatidak ada pula bait'lmil yang teratur baik. Persoalan salingmewaris yang dimulai oleh orang Angari dalam hadith Alklsimitu memang sangat penting, sebab ia membuka jalan kepadapemecahan soal keutamaan atau soal hijab menghijab. Gambar IImemperlihatkan keutamaannya gambar III dan IV danIVa memperlihatkan keutamaan orang tua dan gambarIIa mempeilihatkan keutamaan orang tua beserta

anak, gambar V memperlihatkan keutatncnn saudara dangambar Va memperlihatkan keutamaan orang tua beserta saudara.Hanya jika tidak ada anak (atau keturunan anak), dan tidakada pula orang-tua, dan tidak ada pula saudar a (atau keturunansaudara) seperti pada gambar la, maka barulah ada keutamaanbagr nenek (dan datuk),yaitu ahliwaris langsung menurut IV:33ayang mendapat bagian mawdll seperti bags, ayah dan bagr maksipewaris. Dari penemuan pelbagai keutamaan itu, yang mestiada dalam Qur'an oleh karena XXKII:6 dan VIII:IS sendiritelah menyebut-nyebutnya, maka conclusi yang dimaksud padahl 73 memang conclusi yang terlepas dari setiap pengertian Lann,sangka-sangka yang tidak mampu menghadaqi kebenaran, Sepertitersebut dalam X:36 "inna 'i2anna ldyughni minalhakki syai'an(,,duga-dugaan atau sangka-sangka tidak berkemampuan apapunjuga terhadap kebenaran"). Bagi muridku yang belum juga dapatmemahamkan soal keutamaan tersebut saya berikan contohsebagai berikut : jika Abu Bakr ada dildalam ka'bah maka'(Jmar, 'Usmdn dan 'Ali tidak boleh masuk; jika 'IJmar adadi dalam ka'bah maka 'Llsman dan 'AlI tidak boleh masuk; jika'Usman ada didalam ka'bah maka 'Alf tidak boleh rnasuk. Soal:kapankah 'Ali boleh masuk ke clalam ka'bah ? Jawab: jika AbDBakr, 'Umar dan 'Usmdn sedang bepergian. Maka demikianlahpula halnya dengan datuk dan nenek, mereka baru boleh menjadiahliwaris jika sipewaris tidak ada berketurun&il, tidak ber-orang-tua dan tidak pula mempunyai saudara atau keturunan sattdara.

, b) Muhammad 'bn Abi- Bakr 'bn flazm menceriterakan bah-wa dia acapkali mendengar ayahnya (AbU Bakr 'bn Hazm) ber-

r 5l

Page 160: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

katat bahwa 'Umar 'b.n Chatab r.'a.h. pernah menyatakan kehe-

rananflya kepada bibiknya (saudara perempuan ayahnya); ,,B_ibikcliwarisi tetapi ti,tak mewaris" . - (Melik', clari lll is.t'l;ut'lnrusablh)-

Lihat gambar U dimalla u = 'Untar, b bibiknya dan c -'dattrksi a. Keterangan 'Umar ittr timbul setelah dia mendapat ajaran

Islanr sebab sewaktu 'Umar masih seoraltg jahil maka sekali-kalidia ticlak heran akan hal tcrscbut scrbitb tllctrtilllgrnentrrut hukrlm aCat Arab pcrelnpllall tidak lne-

rvaris tetapi diwarisi (pcrempuan lloleh rnenjaclipewaris tc:talri ticlak Lrolerh rnenjadi ahliwaris).Yang mcngherattrkatr 'Umar ialah'' apakah salllahukurn aclltt 'Aratr clengatt ltttkttttt Islarn, sebab di-rasaketnnya baltWa ltuktrm lslam ittr seltarusnya

tidak sa nra dertgan httktttt't iahiliyyah.

Di mana terletak {<e'ajaiban perkara itu ? ! Jika dibawakan kepadagambar, maka menurut hukum adat 'Arab b tidak boleh mewa-

risi a, tetapi a berhak mewarisi b jika belum dikawinkan secara

exogami kepada orang lain 'u$bah. Menurut hukum yang dibikinoleh Ahlu'ssunnah maka b itu dzawfr'l'arha-m bagi a dan baruboleh mOwarisi dari a jika telah punah 'aqabah si a dan tidak ada

dzawu'lfara'id. Karena a adalah 'Umar yang banyak 'asabah

nya maka telah pastilah bahwa bibiknya yang dicintainya itutidak akan pernah mungkin mewarisi dari dia, sehingga keheranan'Umar itu ialah terhadap hukum Islam yang di masa'LImar itubelum cukup lengkap perkembangannya, sehingga 'Umar sendirimenghadapi keragu-raguan atau keheranan. Jika diikuti sistim

Qur'En maka menurut gambar tersebut, - yaitu jika benar a tidakberketurunarl, tidak berorang-tua, tidak bersaudara atau "ketu-runan saudara dan tidak ada pula orang-tua dari orang-tua ,

b berhak mewarisi a, yaitu b resminya sebagai mawlli untuk c

dengan berhak mend apat _bagian sebeser 213 x 213 dan jika tidakada benar lain-lain mawdli untuk orang-tua pihak mak dan pihakayah si a, maka b berhak atas seluruh harta peninggalan a (iikatidak ada janda). Sebaliknya jika b rnati punah dan tidak berduda,maka a berhak mewarisinya sampai seluruh harta peninggalan b,yaitu a sebagai mawtli untuk saudara si b (IV:176 io IV:33a).Juga menurut Ahlu'ssunnah, jika kei,Jaarr kasus persis r;eperti

dalarn gambar, maka a berhak mewarisi b seakan-akan lr itu ayah,

t52

Page 161: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

dan b berhak sebagai dzawfr'l'arhd'm mewarisi a seakan-akana itu anak, maka effectnya ialah bahwa jika a mewarisi'b makaa dapat seluruh harta peninggalan, dan jika b mewarisi a makajuga b mendapot, atau mungkin mendapat (Sylti'i), harta pe-

rringgalan seluruhnya. Jelaslah bahwa ajaran Ahlu'ssunnah menge-nai kewarisan bagr dzawrl'l'arh6m di masa 'Umar belum mencapaiperkembangannya, sebab jika telah maka tak mungkin 'Umarakan terheran-heran itu. Bahwa hukum kewarisan untukdzawfr'l'arl.rd'm sangat lambat berkembang dapat mudah dipaham-kan karena dalam sesuatu sistim sejak semulanya telahc!idasarkan atas pahanl-paham yang patrilineal,, maka tidak mudahhak kewarisan akan tanggal dari golongan 'qbah, sebab ke-punahan 'usbah hampir-hampir tidak mungkin terjadi. Dalamsistim bilateral, yang tidak mengenal pengertian dzawu'l'arhdmdan h anya _ mengena! pengertian dzawfr'lkarabat atau aqrablrndan ntawali, maka setiap sebentar akan dijumpai orang-orangikut mewaris yang menurut Ahlu'ssunnah tidak berhak serentakmewaris karena tergolong kepada dzawtfl'arha-m. Jelaslah bahwasistim bilateral mendekatkan orang-orang yang sepertalian darahsedangkan sist im Ahl u'ssunnah rnemperenggang urusan se-pertalian darah itu. sehlngga bagi mereka sangat tepat peringatanQur'iin IV: I .,wattaku'llaha wa'l'arl.i5ma

Sebagai contoh dari perobahan kedudukan bagi dzawil'l'ar[dmjika mereka dikenakan hukum kewarisan bilateral berdasarkan

Qur'an d an sunnah Rasul (ingatlah akan ajaran bilateralnvadalam S 8) dan bukan hukum yang hanya berdasarkan pahampara $ahabah, lihat gambar N. MenurutAhlu'ssunnah yang kl:banyakannya me-makai sistim ahli't tanzil maka a meskipunhidup dimatrkan hak kewarisannya olehb, oleh karena b baru satu derajat ter-.pisah dari pcrcmpuan yang masrh sedarahpatril ine al dengan p' yaiiu mak si b,sedangkan a suclah d ua derajat terpisahdari perenrpuar- yang masih seclarah patrilineal dengan p, yaitumak dari mqk sr a. Menurut sistim bilateral maka a dan b sama-sama mawali, u untuk lrtak perempuan si p dan b untuk anaklaki-luki si p. nr;rkir a rncndapat I l3 dart b mendapat 213. MenurutAhlu'ssunnah. Irlrirt garnbar Q, maka d menggantikan ayah si p,

153

Page 162: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

e, menggantikan mak si p, dan c meng-gantikan anak perempuan si P, denganakibat c mendapat ll2, d Il3 farE'id116 dan bagian 'asabah 116) dan e lle.Menurut sistim bilateral c mendapatseluruhnya sebagai mawdli bagi anak pe-rempuan si p yang berkedudukan dalamkeutamaan pertama dan seandainya ma-sih hidup berhak mendapat fard'i{ yz di-

tambah mendapat radd sisa-bagi Yz sebagai dzawu'lkarabat, se-dangkan d dan e dalam kasus tersebut tidak berhak kewarisanapa-apa, karena mereka hanya r.rlu'lkurba (IV:8) dan hanya ber-hak untuk mendapat tu'rnah. hanya jika c tidak ada maka baru-lah d dan e berhak mewarisi sebagai mawdlf trntuk masing-masingayah (dan mak) mereka, yaitu untuk datuk datuk @an nenek-nenek) si p, karena datuk-datuk (dan nenek-nenek) itu adalah,jika hidup, ahliwaris-ahliwaris yang terpenclarn dalam IV:3?a,maka d akan mendapat 2lZ dan e akan mendapat ll3, jika tidakada lain-lain maw?li.

femUali kita kepada keheranan 'Umar, maka menurut hukumkewarisan bilateral berdasarkan Qur'aln, yang kebilateralannyajuga telah dipahamkan oleh R sendiri, memang adakemungkinanbahwa 'Umar berhak mewarisi bibiknya sedangkan bibiknyatidakberhak mewarisinya, lihat gambar R, .mana a ='Umar, b = bibikdan c = mak. Maka a berhak mewarisi b, yaitu sebagai maw6li un-tuk mendiang saudara si b, yaitu mendiangayahL si a, tetapi a tidak dapat diwarisi oleh blcarena b sebagai mawdli bagi ,,orang:tua dariorang-tua" si a tdrmasuk keutamaan y angterrendah (keutamaan keempat) sedangkan ctermasuk keutamaan pertama, sehingga c-lahyang berhak mewarisi seluruh harta peningga-lan a, yaitu l13 sebagai fara-'iql (IV: I le) dan213 ieLagai radd sila-bagi *yung dipeioleh atas kekuatan IV.I l h, karena rekan setarafnya dalarn hal ,,naf"an" yaitu ayahsi a tidak ada lagi, sedanghan di masa jahiliyyah baik c maupun btidak berhak mewaris. Dalam hal yang sulit baiklah nyinyir,maka saya ulangi di sini bahwa soal keutamaan yang dimaksuddalam XXXII:6'dan VIII:15 dan disebutnya ads dalam kitab

ts4

Page 163: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

Allult bertiang aras kcpqda IV:l I h dan IV:53 a yang menyebab-Kan I ) anak darn rnawlli untuk anak dapat berhirnpun denganorang tua ,2) saudara dan mawlli untuk satrdara dapat berhimpunclengalt orang-tua,3) orang-tua dapat nremborong selnua harta pe-

ninggalan jika tidak acla anak, rna#dli untuk anak, saudara dan'ma-wlli untuk sauclara,4) selanjutnya b'ahwa jika tidak ada anak, ma-wlli trntuk anak, saudara nlawlli untuk saudara, dan orang-tuanrnaka barulah berhak orang-tua dari orang-tua untuk mewansi cu-cunya sedangkan untuk setiap orang yang telah rnati terlebih dahu-lu di antara 4 orang..orang-tua dari orang-tua" itu diadakan mawalidari kalangan garis sisi kedua' dan jika ini kosong maka barulahdari penghubung-penghubung yang setingkat lebih tinggi di garislurus ke atas dan setiap tempat di antara 8 orang ,,orang-tua dariorang-tua dari orang-tua" .itg yang terny ata kosong diisi denganmawEli dari garis sisi ketiga. Dengan demikian maka ahliwarissepertalian darah karena hak sendiri (ahliwaris langsung) menurutQur'dn ialah a.nak, orang-tua, saudara (V:1 l. 12, 116) dan ter-akhir orang-tua dari oiang-tua (te_rpentl.. rTr dalarn IV:33a),sgdangkan ahli-waris sebagai mawdli ialah untuk anak; mawS'-li untuk saudara dan mawall untuk orang-tua dari orang-tua(IV: 33a), tetapi mawdli untuk orang-tua formil tidak adA, sebabbertentangan dengan perumLlsan IV:33a, yaitu seakan-akanbunyinya bukan ,,... mimmZ taraka'lwhliddni wa'l'akrabTrna"tetapi mimnfa taraka'l'wiliddni wa'l'awlddu wa'l'akrablna"(Maksudnya : IV:33a lnenyebut sebagqi pewaris hanya orang-tuadan keluarga dekat, sehingga mawSlihanya mungkin untuk men -diang anak dan untuk mendiang keluarga dekat, Jika ada ptrlamawEll untuk mendiang orang-tua maka pewaris bukan lagrhanya orang-tua dan keluarga dekat tetapi mendapat tambahandengan anak-anaH.

$ 13. Harta peninggalan si-tunggal. . .

a) 'Aisyah menceritakan bahwa seorang bekas budak R matimeninggalkan barang yang tidak penting (syai'an) dengan tidakdiketahui ada baginy.a anak atau orang yang hampir padanYs, ma-ka berkata R : ,,berikanlah barangnya itu kepada siapapun orangsekampunglya." (Abu Ddwud dan At-Tirmidfr., dariM i,s.t' kdt'l r:nSab1il -

155

Page 164: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

b) 'A'isyah menceritakan bahwa seorang bekas budak R mati,maka bertanya R : ,,adakah baginya orang-orang sepertalian darah..?.(min nalibin awrafrimin) ?" Orang-orang berkata : ,,Enggak ada."Maka berkata R I ,,Berikanlah harta peninggalannya kepadaorang-orang yang sekampung dengan dia" (b a'Q{ahh karyatihi).-Alrmad, Abu Dawud, Ibn Majah, dari A. Hassan ,,Al-faraa-idl").

c) Kuthair 'bn 'Abdillah menyampaikan bahwa ayahnyamenerima cerita dari datuknya bahwa R pernah berkata r ,,rna-wla'lkawrni minhurn" - (Addarami,- d ari IVisykut'hrrusabflt) -

d) fuias 'bn Mahk menceritakan bahwa R berkata : ,,mawla-'lkawmi min anfusihim" ( kepala kaurn, kepala adat dalam clan,termasuk bilangan sepertalian darah clan itu).

e) . Buraidah berkata: ,,Ada orang mati dari clan Chuza'ah,-maka orang bawa ke muka R perkara barang-barang peninggalansimati itu, maka berkata R : ,,Periksa jika ada baginya ahliwarisatau orang yang sepertalian darah dengan dia !" Orang tidakdapat temukan ahliwaris atau keluarga simati, maka berkata R:,,Berikan barangnya itu kepada kepala adat tertinggi orangChuza'ah (,,alkibara min Chuza'ah atau ,,akbara rajulin minAuza'ah"). (Abu Dawud, dari M is.t'l;ut'lrtrusclbln) -

f) Al-Mukda-m menceritakan bahwa R berkata :

1) ,,Sayalah mawla- bag orang yang tidak punya mawla( kepala adat). Saya warisi harta bendanya dan saya ha -puskan kehinaannya (,,waafukku'a'nahu" yang mungkinkahjuga artinyo ,,dan saya bayarkan hutang-hutangrlya" ?).

D ,,Ke.pala kaum atau kepala adat (akhalu) mewarisi hartaorang yang tidak mempunyai ahliwaris dan menghapuskankehinaannya (,,w& yafukku 'Enahu", yang mungkinkahjuga berarti ,,dan dia bayarkan htrtang-hutangnya" ?).

3) ,,Saya adalah ahliwaris bagi orang yang tidak berahliwaris,saya akan selesaikan sangkut-pautnya (.,,&'kilu'anhll", yangmungkin juga artinya ,,saya akan selesaikan hutang-hutang-nya) dan saya warisi dial'

4) ,,Kepala kaum atau kepala adat (alkiralu) adalah ahliwarisbagr orang yang tidak berahliwaris, dia akan selesaikansangkut-paut simati (,,ya'kilu 'anhu", yang mungkin jugaberarti ,,dia akan selesaikan hutang-trutanE simaii") dan

r56

Page 165: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

dia akan warisi simati itu". - (AbE DEwud, - d afi Misltkdt-'lntasdblil -

g) Ibn Umamah 'bn Sahl menyampaikan perkataan R: ,,Al-lah dan Ras[lnya mawl6 bagi orang yang tidak bermawl6 dan

alkhalu adalah ahliwaris bagi orang yang tidak berahliwaris"(Ahmad, Ibn Mdjah, At-"firmidzi, : dari Nail'l'awtEr) D:

h) 'Umar berkata : ,,48rta peninggalan orang yang sema-

sa kecilnya menjadi anak pungutan denga! tidak diketahui siapa

orang tuanya, masr,tk bait'lmEl." (Razim , dari A. Hassan

,,Al-faraa-icll". )

i) Dari l;actTth-haclith yang tersebut cli atas dapat diambilkesimpulan bahwa seseorang anggota kaum (dalam masyarakat'Arab kaum itu selalu merupakan clan atau bagian clan yang

patrilineal) atau anggota sesuatu masyarakat hukum yang

g.nrulogis, jika mati sepunah-punahnya ke garis atas, ke garis

bawah clan ke garis sisi, maksudnya jika mati dengan tidak dapatlngi diltttktil<nn siapa yang sepertalian darah dengan dia menurutsistim patrilineal, dianggap selaras dengan kepercayaan tlmumclalarn setiap kaum bahwa semua anggota adalah sepertaliandarali secara patrilineal - meninggalkan seluruh kaum itu sebagai

ahliwarisfly&, dal karena itu unttrk pelaksanaan pewarisan se-

macam commtrnal tersebut maka secara praktisnya 'diserahkar

harta peninggalan si mati itu kepada kepala kaum itu (sya-

ikha,khdl).Dari sini dapat disalurkan garis hukum bahwa ,,linummewarisi anggotett.ttct .t,eng rnat i gtttnuh, atau lebih tegas lagi

,,tnosyarofut 4tulctutt ),ang genealogis mewarisi anggotanya yang

mati punah", dengan pengertian bahwa punah di sini berarti

,,tiacla ada mempunyai ahliwaris, tidak ada mempunyai anggota

keluarga yang berhak mewarisi." Karena pengertian masyarakat

lukum sebagai badan hukum belum lahir. di masa R itu, maka'

masyarakat hukum itu atau kaum itu dipersonifikasikan kep,a-

da kepala adatnya. Di Indonesia berlaku garis hukum bahwa

setiap masyarakat hukum, tidak perduli genealogis atau tidakmewarisi apggotanya yang mati punah dengan perantaraan kepala

adat sebagai wakil masyarakat hukum itu dalam rvajah nya

seb agai badan hukum, maksudnya harta peninggalan itu bukandipeieunakan untuk kepentingan diri kepala adat itu tetapiuntuk kepentingan umum dalam masyarakat hukumnya itu-

rs7

t

rlI

Page 166: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

Bait'lmal yang dimaksud oleh 'Urnar itu tampaknya timbulsetelah wafat R.' Juga tidak jelas dari qawl 'Umar itu apakahbait'lmEl yang dimaksud kepunyaan seluruh Negara Isldm yangdipimpin oleh 'IJmar atau adakah pula bait'lmal setempat untuksetiap masyarakat hukum dalam negara Isl5'm itu ?

Dari l.radlth-fradith itu ternyata pula bahwa datam perkemba-ngpn Negara Islim di nrasa R itu ada orang-orang yang- terlepasdari setiap perikatan dengan sesuatu masyarakat hukum sehinggamereka ;tidak mempunyai mawla (kepala adat, khal, Syaikh),maka dalam hal tersebut Rasfilulldh dan Allah-lah yang menjadimarvla bagi mereka, dan Rasill-lah yang mewarisi mereka.

Rasil dan Atlah sebagai mawla beraiti Rasiif sebagai pelindungumum dalam Negara IslTm yang sedang berkembang itu dan Allahadalah pelindung bagi semua makhluknya. Mengenai tanggungjawab bagi hutang piutang simati punah itu lihat S '14.

S 14. Tanggutxg jawab mengenai hutang sipewaris

a) Abu Hurairah menceritakan bahwa R berkata: ,,AnE-awll bi'hnu'minlna min anfusihim faman ni6ta wa 'alaihi dainunnwa lam jatruk wafd'an fa'alainf ta{a'uhu wa man taraka mElanfaliwaraihatihi. " (Buchdr-i)

Artinya i ,,Aku lebih dekat kepada orang-orang mukmindari mereka -itu sendiri antara sesamanya, rnaka jika ada orangmati meninggalkan hutang ypng tak dapat dibayarnya (tak dapatdilunasi dari harta peninggalannya) maka kewajibankulah untuknrembayarnyt, dan jika dia meninggalkan harta (saldo yangakti0 maka harta itu untuk ahliwaris-ahliwarisnya."

Jika dihubungkan l.radith ini'dengan VIII:75 (wa ilil'l'ar$amiba'duhum awlE biba'din ti kitebilhhi) dan XXKII:6 (turnabi-yyu awl6' bi'lmutmiriina min' anfusihim ... wa il1il'l',arhanriba'duhum awl6 biba'din' fi kitabillahi minal mu'min]na wa'-lmuhEjirTna ...) maka 'dapat dipercaya bahwa lladith itu timbuli.'sesudah turunnya ayat XXXIII:6 itu yang bertujuan pertamauntuk menghapuskan ketetapan R semula bahwa orang-orangAngari dan MuhEjifn saling mewarisi, kedua bahwa hak kewarisanantara mereka yang sepertalian darah diatur menurut keutama-an seperti yang dimaksudkan dalam Qur'I'n dan ketiga bahwa "'jika tidak ada lag yang sepertalian darah yang berhak mewaris

158

Page 167: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

maka Rasill-lah yang lebih berhak mewqris dari siapapun juga,

dengan akibat bahwa setelah wafat R maka haknya itu berpintlahkepada Negara Isltrm, yang mernasukkan harta warisan itu ke da-

lam bait'ltna central'itaupun ke dalam bait'lmlll setempat, yang 0:

dipegang oleh pemerintah local. Kewajiban R untuk melunasihutang si rnari yang melampaui jumlah harta peninggalannyaadalah akibat langsung dari IX:60, bahwa zaidt waiib antu'rA laln dipergunakan untuk rnelepaskan siapapun iuga dari hu-

tangnya. Inilah puncak dari segala macam socialisme ! Sesudah

waiat R maka kewajibannya tersebut diwarisi oleh setiap Negara

Isldm yang wajib menta'ati IX:60 itu. Sejalan dengan tujuanzakd,t maka ahliwads-ahliwaris terbatas tanggung jawabnya me-

ngenai huiang si mati sampai maximal seharga harta peninggalan

itu, yaitu nrereka tidak diwajibkan untuk menutup kekuranganyang timbul karena tidak mencukupi harta peninggalan bagt

pelunasan hutang si mati, de.ngan kekayaan mereka sendiri.

Hak ahliwaris untuk melunasi hutang si nrati hanya sampai

sejumlah harta peninggalan dikuatkan pula oleh Il:233 Oihatht 52 kitab .,Ilitkunt

-kev,Arisan bilaterel menlrtfi ,4\-Qur'dn).

Dengan demikian maka prosedur pernbayaran hutang-hutang

simati yang melampaui jumlah harta peninggalan ialah menurutpengurangan yang berseimbangan, yakni rnenttrut rllmus seti-ip hutang (h).dibagi dengan semua hutang-hutang (H) dikalikanOingan truttu prtrirggalan (P) yaitu sesudah P itu dikurangidengan ongkos-ongkos (O) yakni ongkos sakit dan ongkos ke-

matian : .

h h (p-o)X (P-O) atau

HH.F

b) AbU Hurairah : lifuat g 5 huruf c, hl' 98'

c) ,Al-Mukdam mbnceritakan baiiwa R berkata : ,,An6, awl6,

bikulli mu'minin min rra.isihi faman ta-raka dainan aw 4ai'atanfailainE wa man taraka mZlan faliwarathatihi."- (Abu Dawud,

dari fuIisykat'lmgsabilt) -Maksudnya hampir serupa dengan hadith huruf a dengan

perbedaan: ,,... maka barangsiapa meninggalkan htrtang atatt

,ilui'utt (kesengsarain atau orang-orang tanggungannya yang di-

159

Page 168: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

tinggalkarUrya dalam kemelaratan?) maka ilaind (kepada sayanrusanny&?) .. .

$, 15. Perbedaan Agama

a) AsEmah 'bn Zad m6nyampaikan perkataan R bahwa orangMuslim dan or4ng kafir tidak waris-mewarisi. (Bukhaii)

b)'AbdullEh 'bn 'Umar menyampaikan pellataan R bahwatidak waris-mewarisi sekali-kali orang-orang yang berlainan agama.

- AbD D6wud, Ibn Mejah dan At-lfirmidzT dari Jabtu, - da-ri Misylcgt'lmapab1il - _

,r Soalnya: 'berlakukah fradith-trrOill tersebut juga terhadapperempuan Nasrani dan Yahudi yang dikawini oleh seorang Islam(V:5X . .

g 16. Pembunuh.

a) AbD Hurairah menyampaikantidak mewaris." - (At-Tirmidzi, IbnsabiU -

b)'Umar 'bn Syu'aib dari ayatrny\berkata:,,Sipembunuh tidak mewarisiwud, - dari Nail'l'awldr)

$ 17. Belcas. budak, anak zina, anak li'an, anak pungut, bayi.

a) Ibn 'Abbas menceriterakan bahwa ada orang mati tanp4 ahli-waris, hanya ada seorang budak lepasannyv, maka R menetapkanbahwa harta peninggalan sirnati untuk budak lepasannya itulah.

(Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibn Majah, dari llIisl'kat'lnutsa-blu -

b) Wethilah 'bn Al-Aska' mengatakan bahwa R berkata: ,,P€-rempuan menghimpun tiga macam hak mewaris, yakni mewarisibudak lepasannya, mewarisi ,, anakpungutnya" (anak zinanya)dan mewarisi anak li'annya". (At-Tirmidzi, Ab[ Dawud, IbnMejah, dari Misylcat'lmasdbfU -'

c) 'Urhar berkata bahwa harta peninggalan orang yang s€masa

kecilnya menjadi anak pungutan (Inggeris: foundling) dengan ti-dak diketahui siapa orang-tuanya, masuk bait'lmal. (Razin,

dari A. Hassan ,,Al-faren-idl") -

160

perkataan R:,,SipembunuhMejah, - dari Misykdt'lntu-

dari datukny?, dari R yangapapun jua". -' (AbU De-

Page 169: Hukum Kewarisan Bilateral Oleh Prof.Dr.Hazairin, SH

' 1r1..'

1,I

1

f) AbE Hurairatr menceriterakan bahwa R berkata: ,,Jika bayi 11 :l

yang dilahirkan menangis maka dia bprhak mewaris." . :

- (Abil D6wud, - dari Nail'l'awtad -S 18. Diyah.

A{$a}ek 'bn Sufyln menceriterakan bahwa R berkirim slr-'

rat kepadairya bahwa isteri Asyyam Aqgibabl berhak waris atas

denda tebus nyawa (diyah) untuk suaminya itt- (yang dibunuhorang). - (Attirmidri, aUD Ddwfld, - dari Misykht'lmasiibfh)

Nyatalah bafuwa diyah termasuk .harta peninggalan orang

yang dibunuh itu. I

; .. .. '..

Jakarta, Dzu'lka'dah 1380 , ''''

',,.";'

PROF. DR. HAZAIRIN, S.H. . " i

l5l. ,I