tata laksana organisasi idi - hasil palembang

17
1 Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009 HASIL MUKTAMAR DOKTER INDONESIA XXVII TAHUN 2009 I. TATALAKSANA ORGANISASI A. Penetapan Perhimpunan Telah ditetapkan perhimpunan-perhimpunan dibawah IDI sebagai berikut ; a. Perhimpunan Dokter Spesialis (PDSp) - Perhimpunan Onkologi Radiasi Indonesia (PORI) - Perhimpunan Dokter Spesialis Akupuntur Indonesia (PDAI) b. Perhimpunan Dokter Seminat (PDSm) - Perhimpunan Kedokteran Wisata Indonesia (PERKEDWI) - Himpunan Dokter Akupuntur Medik Indonesia (HIDAMI) - Perhimpunan Rekayasa Jaringan Sel Indonesia (REJASLINDO) c. Perhimpunan Dokter Pelayanan Kedokteran Tingkat Pertama (PDPP) Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) d. Perhimpunan yang termasuk dalam Badan Kajian yang diampu oleh PB IDI dan dikoordinir oleh MPPK beserta unsur di dalamnya. - Perhimpunan Kedokteran Komplementer dan Alternatif Indonesia (PKKAI) - Perhimpunan Dokter Herbal Medik Indonesia (PDHMI) - Perhimpunan Dokter Praktisi Awet Sehat Indonesia (PERPASTI) - Perhimpunan Kedokteran Anti Penuaan Indonesia (PERKAPI) - Perhimpunan Dokter Estetika Indonesia (PERDESTI) - Perhimpunan Tumor Muskuloskeletal Indonesia (PERTUMSI) - Perhimpunan Angiologi Indonesia (PANGI) - Perkumpulan Vaskular Indonesia (ANVIN) - Perhimpunan Aterosklerosis & Penyakit Vaskuler Indonesia (PAPVI) - Perhimpunan Bedah Kulit Indonesia (PERBEKI) - Perkumpulan Fertilisasi In Vitro Indonesia (PERFITRI) - Himpunan Imunologi dan Genetika Reproduksi Indonesia (HIGERI) B. AD/ART tidak dapat diselesaikan, diserahkan kepada PB IDI untuk menyelesaikan dan sinkronisasi

Upload: muhammad-ichsan-mustari

Post on 30-Dec-2015

161 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tata Laksana Organisasi Idi - Hasil Palembang

1

Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009

HASIL MUKTAMAR DOKTER INDONESIA XXVII

TAHUN 2009

I. TATALAKSANA ORGANISASI

A. Penetapan Perhimpunan

Telah ditetapkan perhimpunan-perhimpunan dibawah IDI sebagai berikut ;

a. Perhimpunan Dokter Spesialis (PDSp)

- Perhimpunan Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

- Perhimpunan Dokter Spesialis Akupuntur Indonesia (PDAI)

b. Perhimpunan Dokter Seminat (PDSm)

- Perhimpunan Kedokteran Wisata Indonesia (PERKEDWI)

- Himpunan Dokter Akupuntur Medik Indonesia (HIDAMI)

- Perhimpunan Rekayasa Jaringan Sel Indonesia (REJASLINDO)

c. Perhimpunan Dokter Pelayanan Kedokteran Tingkat Pertama (PDPP)

Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI)

d. Perhimpunan yang termasuk dalam Badan Kajian yang diampu oleh PB IDI

dan dikoordinir oleh MPPK beserta unsur di dalamnya.

- Perhimpunan Kedokteran Komplementer dan Alternatif Indonesia

(PKKAI)

- Perhimpunan Dokter Herbal Medik Indonesia (PDHMI)

- Perhimpunan Dokter Praktisi Awet Sehat Indonesia (PERPASTI)

- Perhimpunan Kedokteran Anti Penuaan Indonesia (PERKAPI)

- Perhimpunan Dokter Estetika Indonesia (PERDESTI)

- Perhimpunan Tumor Muskuloskeletal Indonesia (PERTUMSI)

- Perhimpunan Angiologi Indonesia (PANGI)

- Perkumpulan Vaskular Indonesia (ANVIN)

- Perhimpunan Aterosklerosis & Penyakit Vaskuler Indonesia (PAPVI)

- Perhimpunan Bedah Kulit Indonesia (PERBEKI)

- Perkumpulan Fertilisasi In Vitro Indonesia (PERFITRI)

- Himpunan Imunologi dan Genetika Reproduksi Indonesia (HIGERI)

B. AD/ART tidak dapat diselesaikan, diserahkan kepada PB IDI untuk

menyelesaikan dan sinkronisasi

Page 2: Tata Laksana Organisasi Idi - Hasil Palembang

2

Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009

C. Tata Laksana Pembentukan dan Pengukuhan Perhimpunan

1. Perhimpunan Dokter Spesialis (PDSp)

Pendirian PDSp harus memperhatikan percabangan ilmu dan telah mendapat

persetujuan dari KKI dan Dirjen Dikti.

Alur pembentukan PDSp baru :

a. Ketentuan

a) PDSp adalah unsur dalam PB IDI yang dikoordinir oleh MPPK yang

terdiri dari anggota-anggota IDI yang memiliki profesi yang sama dalam

bidang/disiplin spesialisasi kedokteran tertentu.

b) Kolegium dari perhimpunan ini duduk dalam MKKI

c) Program pendidikan dokter spesialis adalah program pendidikan profesi

dalam salah satu percabangan ilmu kedokteran yang telah memiliki

kurikulum pendidikan, tenaga didik dan fasilitas pendidikan khusus serta

mendapat pengakuan dari profesi, KKI dan departemen yang

mengurusi pendidikan nasional.

d) Pembentukan program studi tersendiri atau dalam satu lapangan

keilmuan yang merupakan percabangan ilmu kedokteran baru hanya

dilakukan bila :

• Ada kebutuhan akan pelayanan kesehatan untuk cabang ilmu

kedokteran yang baru tersebut

• Pengembangan cabang ilmu kedokteran baru tersebut sejalan dan

menunjang program pembangunan nasional dan pelaksanaan sistem

kesehatan nasional (SJSN)

Peer Group PB IDI

MKKI

MPPK

MKEK

Muktamar

Page 3: Tata Laksana Organisasi Idi - Hasil Palembang

3

Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009

• Mendapat persetujuan dari cabang ilmu kedokteran induk.

b. Tatalaksana Pembentukan

a) Keilmuan Perhimpunan dokter Spesialis tersebut harus mempunyai

body of knowledge dan Evidence Base Medicine

b) Pembentukan Perhimpunan Dokter Spesialis hanya dilakukan jika telah

memiliki calon anggota yakni lulusan program pendidikan dokter strata

dua sebanyak 15 orang.

c) Pembentukan tersebut dilaksanakan melalui musyawarah calon anggota

d) Mempunyai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga masing-

masing Perhimpunan Dokter Spesialis yang tidak bertentangan dengan

AD/ART IDI

c. Tatalaksana Pengesahan

a) Mengajukan permohonan secara tertulis kepada Pengurus Besar IDI

untuk pengesahan.

b) Permohonan pengesahan tersebut diajukan oleh pengurus pusat

masing-masing perhimpunan kepada Pengurus Besar IDI, minimal 2

tahun sebelum muktamar, dengan menyertakan kelengkapan sebagai

berikut :

- Nama lengkap PDSp bersangkutan (dalam bahasa Indonesia dan

inggris serta memakai kata perhimpunan)

- Alamat lengkap kantor PDSp dan pengurus pusat serta cabang

- Melampirkan data base anggota lengkap

- AD/ART dan rencana program kerja hasil musyawarah

- Susunan lengkap pengurus pusat

- Kurikulum pendidikan spesialis yang diakui oleh Konsil Kedokteran

Indonesia.

c) Apabila persyaratan pengesahan telah dipenuhi, maka PB IDI akan

minta pendapat kepada MPPK dan MKEK untuk dimintakan

pertimbangannnya.

d) Atas pertimbangan MPPK dan MKEK, PB IDI akan mengadakan rapat

khusus yang mengikutsertakan ketua MPPK dan MKEK untuk

membahas pembentukan PDSp tersebut.

Page 4: Tata Laksana Organisasi Idi - Hasil Palembang

4

Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009

e) Berdasarkan rapat khusus tersebut, PB IDI dapat menyetujui atau

menolak usulan pengesahan PDSp tersebut. Apabila disetujui, PB IDI

akan mengeluarkan surat keputusan sementara tentang pembentukan

PDSp tersebut, apabila di tolak maka PB IDI akan memberikan surat

pemberitahuan penolakan tersebut dengan penjelasan alasan

penolakannya.

f) Berdasarkan surat keputusan pengesahan sementara tersebut, PB IDI

mengajukan usulan ke muktamar.

g) Apabila telah disahkan oleh muktamar dokter Indonesia maka

perhimpunan dokter spesialis tersebut resmi menjadi anggota PDSp di

lingkungan IDI dan tunduk pada ketentuan IDI

2. Perhimpunan Dokter Seminat (PDSm)

a. Pendahuluan

Di lingkungan IDI terdapat perhimpunan dokter yang merupakan

perhimpunan dokter yang mempunyai minat yang sama dalam lapangan

ilmu kedokteran maupun bidang ilmu yang menunjang pengembangan

keilmuan dan profesi kedokteran, bergabung dalam PDSm.

b. Pengertian dan Ketentuan Umum

a) PDSm adalah organisasi yang menghimpun dokter anggota IDI

dengan minat yang sama, bersifat multidisipliner dan tidak

memberikan sertifikat kompetensi ataupun gelar.

b) Minat yang dimaksud disini adalah satu lapangan ilmu kedokteran

dan penyakit tertentu yang pengembangannya melibatkan dan

memerlukan kerjasama antar perbagai percabangan ilmu kedokteran

yang telah dikenal.

c) Tujuan pembentukan PDSm adalah untuk memperdalam dan

mengembangkan pengetahuan tentang bidang ilmu kedokteran

tersebut demi kemajuan ilmu kedokteran dan peningkatan pelayanan

kesehatan.

d) PDSm tidak dapat memberi sertifikasi/kompetensi tertentu untuk

menjalankan praktik kedokteran bagi anggotanya

Page 5: Tata Laksana Organisasi Idi - Hasil Palembang

5

Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009

c. Tatalaksana Pembentukan

a) Pembentukan PDSm hanya dilakukan jika :

- Lapangan ilmu kedokteran tertentu yang ingin ditangani memang

menyangkut bidang yang multidisipliner dalam ilmu kedokteran

- Didukung sekurang-kurangnya 3 bidang pencabangan ilmu

kedokteran yang telah dikenal, diakui dan relevan dengan

keseminatan yang didirikan serta dinyatakan secara tertulis oleh

pengurus pusatnya.

- Tidak ada keberatan/penolakan dari 3 perhimpunan cabang ilmu

kedokteran yang sudah dikenal dan diakui serta dinyatakan secara

tertulis.

- Didukung sekurang-kurangnya 50 anggota IDI sebagai calon

anggota

b) Pembentukan PDSm tersebut dilakukan melalui musyawarah para

calon anggota yang dihadiri oleh PB.IDI.

c) Pedoman pembentukan dan ketentuan-ketentuan pokok organisasi

adalah anggaran dasar IDI, sedangkan tata laksana organisasi

disusun dalam suatu anggaran rumah tangga.

d) Bila pembentukan PDSm belum memenuhi persyaratan, maka akan

dibentuk bidang kajian dibawah PB IDI yang dikoordinasi oleh MPPK

untuk mewadahi hal ini.

d. Tatalaksana Pengukuhan

a) Hasil musyawarah yang telah dilaksanakan disampaikan kepada

Pengurus Besar IDI untuk dimintakan pengukuhannya.

b) Permintaan pengukuhan tersebut harus dilengkapi dengan :

- Nama lengkap PDSm yang bersangkutan (dalam bahasa

Indonesia dan Inggris)

- Alamat lengkap pengurus pusat dan cabang jika ada

- Anggaran Rumah Tangga, prosedur kerja dan rencana program

kerja.

- Susunan lengkap pengurus pusat

- Nama dan alamat anggota perhimpunan.

Page 6: Tata Laksana Organisasi Idi - Hasil Palembang

6

Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009

c) Apabila persyaratan pengukuhan telah dipenuhi, maka oleh PB IDI

surat permohonan pengukuhan tersebut lengkap denhan lampirannya

akan dibahas dalam suatu rapat khusus.

d) Atas hasil rapat khusus tersebut, PB IDI akan mengeluarkan surat

keputusan tentang pengukuhan sementara PDSm yang

bersangkutan.

e) Keputusan sementara ini oleh PB IDI kemudian akan dibawa ke

muktamar dokter Indonesia untuk mendapatkan persetujuan dan

pengukuhan tetap.

e. Pembubaran

Pembubaran suatu PDSm dapat dilakukan melalui ;

a) PB IDI apabila:

- tidak ada aktifitas selama 1 tahun

- menjalankan aktifitas yang tidak relevan dengan ilmu yang di

dalami

- menjalankan aktivitas yang bertentangan dengan ketentuan PB IDI

- Tidak melaksanakan musyawarah anggota selama 1 periode

Kemudian PB IDI mengusulkan pembubaran PDSm tersebut lewat

muktamar.

b) Pembubaran oleh PDSm itu sendiri apabila didukung oleh lebih dari

50% anggotanya, PDSm dapat membubarkan diri kemudian

disampaikan ke PB IDI untuk diteruskan/diusulkan pembubarannya

lewat muktamar.

3. Badan Kajian

a. Badan kajian adalah lembaga dibawah PB IDI yang dikoordinir MPPK

didalamnya terdapat MKEK, dan unsur unsur MPPK serta

perhimpunan terkait. Badan kajian mengkaji bidang keilmuan yang

berkembang di masyarakat dan perlu diwadahi tetapi dirasa masih

perlu dikaji sebelum menjadi suatu perhimpunan dibawah IDI.

b. Badan kajian dapat pula mengkaji calon-calon perhimpunan yang

mempunyaikesamaan/kemiripan visi dan aktifitas, namun ketika

disarankan untuk bergabung belum mencapai kesepakatan.

Page 7: Tata Laksana Organisasi Idi - Hasil Palembang

7

Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009

D Iuran Dan Kontribusi

1. Iuran anggota ditetapkan minimal sebesar Rp. 15.000,-/orang/bulan minimal

untuk pembayaran selama satu tahun. Pembayaran iuran satu pintu melalui

IDI cabang. Periode pembayaran ke wilayah dan PB IDI setiap 6 (enam)

bulan sekali.

2. Kontribusi Perhimpunan

a. Perhimpunan Dokter Spesialis (PDSp)

• PDSp yang anggotanya lebih dari 250 anggota ;

Bedah : Rp. 7.000.000,-/tahun

Non Bedah : Rp. 5.000.000,-/tahun

• PDSp yang anggotanya kurang dari 250 anggota

Bedah : Rp. 5.000.000,-/tahun

Non Bedah : Rp. 3.000.000,-/tahun

b. Perhimpunan Dokter Seminat (PDSm)

Rp. 2.000.000,-/tahun

c. Perhimpunan Dokter Pelayanan Primer (PDPP)

Rp. 1.000.000,-/tahun

II. MANAJEMEN ORGANISASI DAN KESEKRETARIATAN

1. Struktur Organisasi

a. Terdiri dari Pengurus Besar IDI, Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia

(MKKI), Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) dan Majelis

Pengembangan Pelayanan Keprofesian (MPPK) yang masing-masing

memiliki wewenang dan tanggung jawab sesuai tugasnya.

b. Dalam menyelenggarakan tugasnya, kepemimpinan di tingkat pusat

berkoordinasi secara terintegrasi melalui Musyawarah Pimpinan Pusat

(MPP) yang terdiri dari Ketua Umum Pengurus Besar IDI, Ketua Majelis

Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI), Ketua Majelis Kehormatan Etik

Kedokteran (MKEK), dan Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan

Keprofesian (MPPK). Musyawarah Pimpinan Pusat dipimpin oleh Ketua

Umum Pengurus Besar IDI.

sony
Highlight
Page 8: Tata Laksana Organisasi Idi - Hasil Palembang

8

Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009

c. Pengurus Besar IDI adalah pimpinan organisasi IDI di tingkat pusat,

yang melaksanakan kegiatan eksekutif organisasi dan bertanggung jawab

untuk dan atas nama organisasi.

2. Dalam perhimpunan layanan primer disepakati hanya ada satu perhimpunan

dan satu kolegium. Perhimpunan layanan primer tersebut mewadahi seluruh

dokter ditingkat layanan primer yang ada. Berada dibawah koordinasi PB IDI

3. Pelatihan dan Kepengurusan

a. Untuk menjalankan organisasi IDI, perlu penyamaan dan pola

kepemimpinan.

b. Untuk Pengurus IDI yang baru, baik ditingkat cabang sampai pusat, perlu

adanya jenjang karier, agar mengetahui karakteristik dari organisasi IDI.

c. Perlu pembekalan untuk Pengurus dan anggota tentang organisasi IDI.

d. Untuk menghindari konflik kepentingan , jabatan ketua IDI cabang/wilayah

disesuaikan dengan AD/ART yang berlaku.

e. Ketua IDI Cabang tidak merangkap Ketua IDI Wilayah. Ketua IDI Wilayah

/ketua IDI cabang harus sudah pernah menjabat sebagai salah satu

pengurus baik tingkat wilayah maupun tingkat cabang atau pengurus di

tingkat cabang.

f. Pengurus IDI harus memiliki tiga syarat ; 1) memiliki waktu, 2) komitmen dan

3) kompetensi.

g. Insentif/imbalan bagi pengurus harus disesuaikan dengan kemampuan

cabang/wilayah/PB IDI

h. Penghargaan dalam bentuk tanda penghargaan dari PB IDI sesuai dengan

AD/ART.

4. Kesekretariatan

a. Diperlukan kesekretariatan IDI yang mandiri dan representative untuk

masing-masing tingkatan (PB/Wilayah/cabang)

b. Inventarisasi badan usaha/yayasan yang ada dibawah IDI beserta

kepemilikannya.. Diusulkan adanya badan usaha yang menjadi sumber

pemasukan keuangan IDI. Kewenangan pembentukan badan usaha ini

sampai di tingkat cabang dan dilaporkan ke tingkat yang lebih tinggi.

sony
Highlight
Page 9: Tata Laksana Organisasi Idi - Hasil Palembang

9

Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009

c. Kepemilikan kantor kesekretariatan IDI cabang, IDI wilayah maupun pusat

atas nama Badan Hukum IDI (PB)

5. Penghargaan anggota IDI

Penghargaan untuk anggota tidak hanya dalam bentuk penghargaan namun

perlu dipikirkan untuk pemberian asuransi untuk dokter.

III. BP2KB

a. Setiap anggota IDI harus mengumpulkan 200 - 250 SKP setiap 5 tahun bila

akan memperpanjang Surat Tanda Registrasi (STR).

b. Aturan P2KB harus lebih disederhanakan, agar dapat diterima oleh anggota

dan tidak terlalu membebani anggota.

c. Setiap cabang mempunyai tanggung jawab untuk mengadakan kegiatan-

kegiatan.

d. Setiap cabang harus mempunyai Tim BP2KB, cabang yang berdekatan dapat

bergabung. Cabang yang tidak mampu, diambil alih oleh IDI wilayah

e. Pembayaran lewat satu pintu. Biaya Rp. 250.000,- .

f. Secara off line atau online (akses internet) belum semuanya tersedia sehingga

untuk cabang yang belum memilikinya dapat dilakukan secara off line.

g. Masih diperlukan sosialisasi P2KB (offline dan online) kepada dokter umum dan

dokter spesialis.

h. Bila diperlukan dilakukan revisi beberapa nilai SKP

.

IV. PENDIDIKAN

a. Kedokteran Dasar

- Hanya ada satu perhimpunan layanan primer dengan satu kolegiumnya.

Perhimpunan tersebut merupakan perhimpunan yang mewadahi berbagai

jenis dokter layanan primer, misalnya dokter keluarga, dokter kesehatan

kerja, dokter umum ,dokter transfusi darah dllnya . Perhimpunan dan

kolegiumnya tersebut dibentuk oleh PB IDI.

- Untuk melakukan registrasi harus memiliki sertifikat kompetensi. Untuk

mendapatkan sertifikat kompetensi harus mengikuti ujian kompetensi bagi

dokter yang baru lulus dari Fakultas Kedokteran.

sony
Highlight
Page 10: Tata Laksana Organisasi Idi - Hasil Palembang

10

Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009

- Bagi dokter yang akan memperpanjang sertifikat kompetensi harus

mengikuti Program P2KB terlebih dahulu.

b. Program Internsip

- Pelatihan keprofesian untuk mendapatkan sertifikat kompetensi sebelum

registrasi, berbasis kompetensi pelayanan primer yang terintegrasi,

komprehensif, mandiri menggunakan pendekatan kedokteran keluarga.

- Internsip dilaksanakan setelah lulus UKDI dan memperoleh sertifikat

kompetensi internsip. (kewenangan internsip)

- Menerapkan/mempraktikan kompetensi yang diperoleh selama pendidikan

dalam rangka penyelarasan antara hasil pendidikan dan praktik di lapangan.

- Mempraktikan, di tempat kerjanya, prinsip-prinsip praktik kedokteran yang

telah dipelajari semasa menjadi mahasiswa.

- Setelah menyelesaikan program internsip, peserta program memperoleh

Surat Tanda Selesai Internsip yang merupakan kelengkapan persaratan

untuk mendapatkan Sertifikat Kompetensi, yang digunakan sebagai syarat

untuk memperoleh Surat Tanda Registrasi dari Konsil Kedokteran Indonesia,

sebagai dokter penyelenggara pelayanan primer.

Tujuan Program Internsip

Meningkatkan kesempatan dokter baru lulus program studi dokter untuk

mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh selama

pendidikan, dalam pelayanan primer dengan pendekatan kedokteran keluarga

kepada pasien, dalam rangka penyelarasan antara hasil pendidikan dengan

praktik di lapangan dalam kemahiran melayani pasien secara profesional.

V. KEPROFESIAN

a. Unsur dalam Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian (MPPK)

• PDPP

• PDSp

• PDSm

• Badan Kajian

Page 11: Tata Laksana Organisasi Idi - Hasil Palembang

11

Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009

b. Tumpang Tindih Kompetensi

Tumpang tindih kompetensi tidak akan dapat dihindari. Banyak area abu-abu

sehingga harus “duduk” bersama/membahas bersama diantara kolegium-

kolegium dan perhimpunan-perhimpunan terkait. Bila tidak tercapai

kesepakatan, akan difasilitasi oleh MPPK, MKKI, MKEK dan PB IDI

Alur bila terjadi tumpang tindih kompetensi :

� OP menulis surat resmi kepada PB IDI (MPPK)

� Dibahas bersama dengan pihak-pihak terkait

Kompetensi dan cara mendapatkan kompetensi:

� Semua OP harus mempunyai standar kompetensi

� Cara mendapatkan kompetensi ada di standar kompetensi dan standar

pendidikan. Standar ini harus senantiasa dievaluasi

c. Gelar

• IDI tetap memakai singkatan Dr, untuk dokter dan ditulis didepan nama dan

DR untuk Doktor

• Mengusulkan agar pemakaian/penulisan gelar ini kepada Dikti.

• Singkatan Dokter ditulis Dr, dan singkatan Doktor ditulis DR.

• Perlu diatur lebih lanjut oleh PB IDI mengenai cara penulisan gelar fellow,

definisi konsultan untuk tiap-tiap PDSp, pemakaian gelar konsultan dan

persyaratan untuk mencapai konsultan/Sp.2

d. Pengesahan Perubahan Gelar

Perubahan gelar untuk spesialis yang telah disahkan perubahannya adalah ;

- Spesialis THT dari Sp.THT menjadi Sp.THT.KL

- Spesialis RM dari Sp.RM menjadi Sp.KFR

- Spesialis BO dari Sp.BO menjadi Sp.OT

Page 12: Tata Laksana Organisasi Idi - Hasil Palembang

12

Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009

e. Aturan- Aturan Praktik

Batas umur dalam menjalankan praktik ;

• Bedah

- 65 tahun

- Bila hendak berpraktik di atas umur 65 tahun, harus dinilai oleh dokter

spesialis THT ,MATA dan neurologi .

- Evaluasi dilakukan oleh IDI Cabang setempat

• Non Bedah

- 70 tahun

- Bila hendak berpraktik diatas umur 70 tahun, harus harus dinilai oleh

dokter spesialis THT ,MATA dan neurologi .

- Evaluasi dilakukan oleh IDI Cabang setempat

- Kondisi kesehatan ; dimensia, pasca stroke harus dievaluasi.

• Medikoetikolegal

• Kesejawatan dan kredential.

f. Imbal Jasa Medis

Imbal jasa medis telah sering dibahas secara mendalam oleh Tim PB IDI, untuk

itu disarankan untuk menggunakan hasil kajian tersebut.

g. Masalah Dokter Asing

• Saat ini hanya untuk alih teknologi di institusi pendidikan

• Untuk bakti sosial sementara dengan rekomendasi IDI dan ijin KKI.

• Perlu evaluasi lintas sektoral, saat ini banyak yang melakukan praktik illegal.

• Bila nanti telah dibuka boleh berpraktik ;

• Harus ada tes tertulis persamaan ilmu dasar/kompetensinya (seperti

ECFMG) yang dilakukan oleh PDSp/PDPP.

• Harus tes profisiensi bahasa Indonesia yang terstandar.

VI. HUKUM DAN ETIKA KEDOKTERAN

• Menugaskan kepada MKEK membentuk panitia ad hoc yang bertugas

mempersiapkan revisi KODEKI untuk dibahas pada MUKTAMAR IDI

berikutnya.

sony
Highlight
Page 13: Tata Laksana Organisasi Idi - Hasil Palembang

13

Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009

• Mengusulkan kepada sidang pleno MUKTAMAR agar dalam pengurusan

perpanjangan SIP agar dipertimbangkan memasukkan unsur etika sebagai

persyaratan disesuaikan dengan kondisi pengurus cabang masing-masing,

misalnya pelatihan etika terstruktur.

VII. KEBIJAKAN ORGANISASI

a. Kebijakan Strategis Internal

1. Menetapkan nilai-nilai yang mencerminkan Jatidiri Dokter Indonesia

yaitu:

a) Manusiawi (Humanism)

b) Etika (Ethics)

c) Kompetensi (Competence)

2. Berperan dalam Trias Peran Dokter Indonesia yaitu :

a) Agent of Change

b) Agent of Social Development

c) Agent of Treatment

3. Menetapkan Tanggal 20 Mei sebagai Hari Bakti Dokter Indonesia

sebagai bentuk apresiasi kepada founding fathers Dokter Indonesia dan

meneguhkan Komitmen Dokter Indonesia untuk membangun bangsa.

4. Penetapan Ikatan Dokter Indonesia sebagai Organisasi Kemasyarakatan

yang berbadan hukum sebagaimana diatur dalam aturan perundang –

undangan dalam rangka akuntabilitas pengelolaan aset.

5. Inventarisasi seluruh aset Ikatan Dokter Indonesia di tingkat Pusat, Wilayah

dan Cabang.

b. Kebijakan Strategis Eksternal

1. Melakukan advokasi dan peran aktif untuk memasukkan Sistem

Pelayanan Kedokteran Terpadu (Yandokdu) kedalam berbagai peraturan

perundang-undangan di tingkat pusat dan daerah. Contohnya:

• PP/Perpres SJSN

• Amandemen UU Kesehatan

• RUU Rumah Sakit

• RPJPK 2005-20025

• RPJMN 2010-2014

Page 14: Tata Laksana Organisasi Idi - Hasil Palembang

14

Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009

• SKN

• Peraturan Daerah

� Membentuk tim ad hoc untuk melakukan kajian terhadap UU Kes dan

UU Rumah Sakit

� Menerima draft rekomendasi sebagai masukan untuk PB IDI dalam

rangka judicial review amandemen terhadap UUPK.

� Demikian pula dalam rangka judicial review/amandemen terhadap UU

tentang Kesehatan dan UU tentang RS yang baru-baru ini disahkan oleh

DPR RI pada Akhir September 2009, bila diperlukan.

2. Melakukan advokasi dan peran aktif dalam penyusunan peraturan

perundang-undangan yang terkait dengan kesehatan dan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat seperti :

• Amandemen UU Narkoba

• RUU Kependudukan dan Kesejahteraan rakyat

• RUU Keperawatan

3. Melakukan advokasi dan peran aktif dalam penyusunan peraturan

perundang-undangan yang terkait dengan globalisasi pelayanan

kedokteran:

• Kebijakan satu pintu bagi dokter asing (Inisiasi kepada pihak

Departemen Kesehatan RI untuk melakukan penyusunan dan

penetapan regulasi yang mengatur tentang kebutuhan, persyaratan dan

pengawasan dokter asing)

• Menyusun kuota/formasi kebutuhan dokter/dokter spesialis sampai

tingkat kabupaten/kota sesuai dengan Economic Need Test (ENT).

• Berperan aktif dalam transformasi pemberdayaan dan pengembangan

SDM Kesehatan, khususnya tenaga dokter agar memiliki kemampuan

untuk berkompetisi secara sehat dalam era globalisasi dan pola

hubungan professional tenaga dokter dan tenaga kesehatan lain

• Mengadvokasi Pemerintah agar dalam mengimplementasi globalisasi

juga memperhatikan asas keadilan untuk mencegah kompetisi yang

tidak sehat

4. Melakukan advokasi dan peran aktif dalam meningkatkan mutu

pendidikan dokter, antara lain :

• Mewajarkan biaya pendidikan dokter dan dokter spesialis, bila

memungkinkan pembebasan biaya pendidikan.

Page 15: Tata Laksana Organisasi Idi - Hasil Palembang

15

Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009

5. Ikatan Dokter Indonesia melakukan peran aktif dalam penyusunan

kebijakan strategis Bidang Kesehatan di tingkat pusat dan daerah.

6. Mendorong penempatan wakil profesi dokter di berbagai lembaga

strategis dan institusi kesehatan dengan mengutamakan kompetensi dan

kapabilitas dengan terlebih dahulu melakukan pembinaan internal.

7. Pengaturan promosi bagi dokter asing di Indonesia sesuai kodeki.

8. Advokasi kepada Departemen Kesehatan RI agar menyusun standar

perijinan pengobat tradisional/komplementer.

c. Kebijakan Manajerial Internal

1. Mentransformasikan IDI menjadi organisasi profesi yang mampu

merespons perubahan zaman didukung oleh infrastruktur memadai,

manajemen modern, transparan dan akuntabel serta memfokuskan

kegiatan organisasi pada “core business” IDI yang diamanatkan dalam

UUPK serta menyusun format pelaporan yang disertai dengan indikator

kinerja yang terukur. Organisasi IDI perlu disesuaikan dengan fungsinya

untuk:

• Advokasi kepentingan masyarakat di bidang kesehatan.

• Pembinaan dan pelayanan anggota.

• Pengembangan kedokteran.

• Mengakomodasi perubahan yang bersifat strategis dalam situasi

ekstraordiner.

2. Mengupayakan ketersediaan anggaran dari pemerintah dalam

menjalankan peran yang dimanatkan dalam UUPK (khususnya yang

tertulis menjadi tanggung jawab IDI) dengan menjunjung tinggi kemandirian

organisasi.

3. Menyusun pedoman penerbitan atau pencabutan surat rekomendasi

praktik dokter.

d. Kebijakan Manajerial Eksternal

1. Melakukan kerjasama dan kemitraan dengan berbagai organisasi profesi

dokter di tingkat regional dan internasional dengan tujuan meningkatkan

profesionalisme dokter dan mengembangkan ilmu kedokteran

Page 16: Tata Laksana Organisasi Idi - Hasil Palembang

16

Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009

2. Melakukan kerjasama dan kemitraan dengan berbagai institusi pendidikan

dan penelitian kedokteran di tingkat regional dan internasional dengan

tujuan alih teknologi

e. Kebijakan Tehnis Operasional Internal

1. Memperkuat infrastruktur organisasi IDI di tingkat Pusat, Wilayah

dan Cabang agar mampu menjalankan fungsinya dengan efektif dan

efisien, termasuk memberikan pelayanan yang menjadi hak setiap

anggota di seluruh tanah air

2. Menerapkan manajemen IDI yang handal berbasis teknologi

informasi dan database terpusat (integrated database) agar mampu

menyelenggarakan kegiatan organisasi yang efisien dan terdesentralisasi

ke tingkat Wilayah dan Cabang yang dilakukan secara bertahap sesuai

kemampuan, kondisi dan situasi setempat.

3. Menetapkan manfaat yang menjadi hak setiap anggota IDI selama

masa keanggotaan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung.

4. Menyusun sistem penjaringan kandidat representative IDI di lembaga

resmi.

5. Membuka saluran komunikasi untuk menampung aspirasi anggota.

6. Menindaklanjuti penetapan Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan

Pengabdian Masyarakat sebagai dasar pelaksanaan rangkaian

peringatan Hari Bakti Dokter Indonesia sebagai kegiatan yang

dilaksanakan setiap tahun di seluruh tingkatan kepengurusan Ikatan

Dokter Indonesia.

7. Menindaklanjuti penetapan panduan kompensasi dokter dan jasa medik.

8. Merekomendasikan tempat penyelenggaraan Mukernas (2011) dan

Muktamar (2012) Dokter Indonesia yaitu:

� Pekanbaru (Mukernas)

� Makassar (Muktamar)

� Manado (Muktamar)

� Medan (Muktamar)

Page 17: Tata Laksana Organisasi Idi - Hasil Palembang

17

Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009