target penjualan sar -...

1

Upload: ngophuc

Post on 05-Mar-2018

219 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Rabu, 27 April 2016 23P E R B A N K A N

JAKARTA — Berbagai upaya dilakukan un tuk memacu pertumbuhan aset perbankan syariah. Namun, upaya untuk menembus pang sa pasar 5% masih jauh dari kenyataan. Hingga akhirnya bankir syariah tergiur untuk menyalurkan gaji pegawai negeri sipil.

Apabila kebijakan kementrian keuangan ter kait surat pengajuan membayar gaji lemba-ga pemerintahan dilakukan lewat dua bank yai tu, bank konvensional dan bank syariah, me reka yakin aset bisa meningkat.

Imam Teguh Saptono, plt. Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah, me-ngatakan kebijakan itu bisa menjadi potensi besar untuk pertumbuhan perbankan syariah.

Apalagi, peluang permintaan penyaluran gaji lewat perbankan syariah oleh setiap satu-an kerja (satker) pemerintah sudah sangat be sar. Pasalnya, kesadaran terkait keuangan syariah sudah mulai meningkat.

“Namun, saat ini di lapangan, perkembang-an penggunaan bank syariah sebagai penya-luran gaji satker lembaga pemerintahan masih belum tersosialisasi dengan baik,” ujarnya pa da pekan lalu.

Dalam Peraturan Menteri Keuangan Re pub-lik Indonesia Nomor 11/PMK.05/2016 ten-tang penyaluran gaji lewat melalui rekening PNS/ prajurit tentara nasional Indonesia/ang-gota kepolisian republik Indonesia pada bank umum secara terpusat tertulis dalam Pa sal 14

ayat 3 dalam pengajuan surat perintah mem-bayar (SPM) gaji bisa dilakukan pada lebih da ri satu bank umum, tetapi harus terdiri dari bank konvensional dan bank syariah.

Sampai saat ini, bank operasional 2 dari per-bankan syariah yang sudah bisa menyalur kan belanja pegawai lembaga pemerintah itu berjum-lah delapan. Belanja pegawai itu pun termasuk pembayaran gaji serta rekening satker lainnya.

Imam menyebutkan ada beberapa kendala lain terkait dengan pengembangan penyalur-an gaji pegawai lembaga pemerintah lewat perbankan syariah, yaitu satker masih takut untuk menggunakan bank penyaluran gaji maupun belanja pegawai yang berbeda de-ngan unit di atasnya.

“Jadi, contohnya begini, dulu kan penyaluran belanja pegawai di universitas semuanya ter-pusat, jadi fakultas-fakultas yang terdiri dari beb erapa satker akhirnya mengikuti. Padahal, sekarang sudah bisa setiap satker menentukan banknya sendiri,” sebutnya.

Dia menambahkan kalau kebijakan itu bisa dijalankan dengan baik, maka perbankan sya-riah bisa menambah berbagai produk variatif lainnya seperti, pembayaran BPJS dengan sis-tem syariah, dana pensiun lembaga keuangan (DPLK), dan banyak peluang produk baru yang bisa dikejar.

“Kalau ini efektif, maka saya optimistis per-tumbuhan pangsa pasar bank syariah bisa

me nembus lebih dari 5%. Apalagi, saat ini sudah ada Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) yang langsung dipimpin Presiden In donesia Joko Widodo,” tambahnya.

Sementara itu, Agus Handaya, Direktur PT Bank Syariah Mandiri, mengatakan sejak April 2015, perseroan pun sudah ditunjuk se ba gai bank operasional 2 atau pembayar gaji pe-gawai pemerintah. Untuk itu, perseroan lang-sung melakukan kerja sama dengan lembaga pemerintah untuk pembayaran gaji lewat reke-ning Bank Syariah Mandiri.

“Sejauh ini, kami sudah bekerja sama deng-an Kementrian Agama. Dengan status bank ope rasional 2 itu pun kami punya peluang me ningkatkan dana murah lewat giro maupun tabungan,” ujarnya.

Selain mendorong pertumbuhan produk anyar baru, kebijakan itu bisa membantu sum-ber dana pihak ketiga (DPK) bank syariah.

Sampai Februari kemarin, pertumbuhan DPK bank syariah BUKU 1 secara year to date (ytd) susut 17,33% menjadi Rp14,97 tri-liun, sedangkan BUKU 2 tumbuh tipis 0,81% menjadi Rp95,49 triliun dan BUKU 3 tumbuh 2,11% menjadi Rp63,37 triliun.

Adapun, finance to deposit ratio (FDR) bank sya riah BUKU 1 di level 95,66%, sedangkan FDR bank syariah BUKU 2 dan 3 masing-ma-sing mencatatkan FDR 91,81% dan 78,53%. (Surya Rianto)

�PACU PORTOFOLIO

Bank Syariah Tergiur Salurkan Gaji PNS

JAKARTA—Sejalan dengan kenaikan tren kredit bermasa-lah, bank harus meningkatkan

pencadangan pada awal tahun ini. Kelompok bank

umum kegiatan usaha (BUKU) III tercatat sebagai bank paling besar memupuk pencadangan.

Annisa Sulistyo [email protected]

Statistik Perbankan Indonesia yang diterbit-kan Otoritas Jasa Keuangan per Februari 2016 menunjukkan cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan (CKPN) industri bank naik sebesar 29,83% secara tahunan (year on year/y-o-y) dari Rp96,25 triliun menjadi Rp124,97 triliun.

Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan posisi Desember 2015 yang sebesar 28,84% (y-o-y).

Peningkatan beban pencadangan industri bank disumbang terutama oleh kelompok BUKU III yang mencatatkan peningkatan beban biaya cadangan sebesar 54,47% (y-o-y) dari Rp26,95 triliun menjadi Rp41,63 triliun.

BUKU IV juga mencatatkan peningkatan sebesar 29,42% (y-o-y) dari Rp50,84 triliun menjadi Rp65,80 triliun.

Sedangkan kelompok BUKU I dan BUKU II masing-masing mencatatkan penurunan beban biaya pencadangan sebesar 14,83% (y-o-y) dan 12,20% (y-o-y).

Salah satu bank yang mencatatkan pening-katan pencadangan adalah PT Bank Danamon Tbk. Chief Financial Officer Bank Danamon Vera Eve Lim mengutarakan kenaikan rasio kredit bermasalah (non peforming loan/NPL) gross pada kuartal I tahun ini sebesar 8 basis poin dari 2,5% menjadi 3,3% secara tahunan.

Seiring dengan peningkatan NPL tersebut, bank dengan kode saham BDMN ini juga meningkatkan pencadangannya. “Biaya pen-cadangan kami naik 3% dibanding tahun lalu,” ujarnya saat paparan kinerja keuangan kuartal I/2016, Selasa (26/4).

Perseroan pun, ujar Vera, senantiasa menja-ga coverage ratio di atas level 100%. Adapun, peningkatan NPL tersebut disebutnya akibat penurunan nominal penyaluran kredit yang turun 7,29% (y-o-y).

Segmen kredit mikro menjadi salah satu penyumbang utama peningkatan NPL Bank Danamon pada kuartal I/2016.

Selain Bank Danamon, PT Bank Permata Tbk, juga mencatatkan peningkatan beban pencadangan sebesar 552% (y-o-y) menjadi Rp1,55 triliun.

Direktur Keuangan Bank Permata Sandeep Jain mengatakan penaikan pencadang-an ini seiring dengan peningkatan NPL gross maupun net yang masing-masing naik menjadi 3,5% dan 1,8% dari 1,6% dan 0,6% di kuartal I tahun lalu.

“Perseroan mencatatkan peningkatan beban pencadangan yang signifikan demi meningkat-kan rasio pengamanan, memperbaiki kualitas

aset, serta menempatkan bank dalam posisi yang strategis untuk meraih pertumbuhan di masa depan, dengan catatan kondisi ekonomi makro semakin membaik,” ujarnya.

Peningkatan pencadangan ini menyebabkan dicatatkannya kerugian bersih senilai Rp376 miliar.

Pada periode yang sama tahun lalu, emiten dengan kode saham BNLI ini meraih laba bersih senilai Rp567 miliar. Namun, apabila dibandingkan akhir tahun lalu, kerugian yang dicatatkan menurun dari Rp691 miliar.

Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Nelson Tampubolon menga-takan dengan adanya tren peningkatan NPL pada kuartal awal tahun ini, bank diminta berhati-hati dalam menyalurkan kredit.

Selain itu, bank diminta untuk menambah modalnya, sehingga penyaluran kredit bisa berjalan dengan baik. “Untuk biaya penca-dangan, masih sama dengan tahun lalu ya,” katanya.

Pada tahun lalu, industri perbankan me-ning katkan biaya pencadangannya secara sig-nifikan untuk menjaga kualitas aset pembia-yaan akibat naiknya NPL dan melambatnya ekonomi global maupun domestik.

Per Desember 2015 CKPN bank umum ter-catat senilai Rp116,54 triliun atau naik 28,84% dibandingkan akhir tahun sebelumnya senilai Rp90,45 triliun.

� KINERJA BANK

Kredit Standard Chartered Tumbuh Tipis

JAKARTA — Setelah mencatatkan pertumbuhan negatif pada tahun lalu, Standard Chartered Bank Indonesia Branch mengklaim penyaluran kredit hingga kuartal I/2016 ini mulai positif.

Irvan Noor, Head Commercial Banking Standard Chartered Indonesia, mengata-kan hingga tiga bulan pertama tahun ini, penyaluran kredit perseroan bertumbuh sekitar 5%—6% di semua segmen.

Menurutnya, pelemahan harga komo-ditas tidak memberi dampak yang besar pada penyaluran kredit perseroan.

“Kami lihat tren membaik tiga bulan ini, ada peningkatan. Meskipun belum di level yang kami inginkan, di kami mulai tumbuh,” ujarnya usai konferensi pers peresmian Entrepreneur of The Year 2016 di Jakarta, Selasa (26/4).

Adapun berdasarkan laporan keuangan publikasi perseroan per Desember 2015, penyaluran kredit Standard Chartered Indonesia tercatat mencapai Rp26,69 trili-un, terkoreksi 9,67% dari tahun sebelum-nya sebesar Rp29,55 triliun.

Rasio kredit bermasalah (non-perfor-ming loan/NPL) gross pun tercatat naik menjadi 4,78% dari tahun sebelumnya

sebesar 1,62%. Sejalan dengan gross, NPL nett pun tercatat naik menjadi 1,91% dari 2014 sebesar 1,11%.

“Kami tidak banyak di komoditas, harapannya tidak ada NPL, tetapi NPL kami masih bagus,” kata Irvan.

Irvan mengatakan perseroan mendo-rong penyaluran kredit yang berorientasi pada ekspor di berbagai sektor.

Menurutnya, perseroan mengedepan-kan diversifikasi sektor untuk penyaluran kreditnya, seperti food and beverages,pro-duk perikanan, chemical, tekstil, industri kertas, plastik, dan lainnya.

Selain itu, perseroan pun memasuki sejumlah sektor yang menjadi arahan pemerintah, seperti infrastruktur.

“Salah satu fokus kami apa yang pemerin-tah support, kami support. Infrastruktur tidak harus jalan tol, tetapi bisa juga hydro power,” kata Irvan.

Sejalan dengan capaian pada awal tahun, Irvan mengatakan kinerja perban-kan tahun ini bakal lebih baik dari tahun lalu. Apalagi, penyaluran kredit pada kuartal II/2016 diyakini bakal lebih agresif dengan masuknya bulan Ramadhan dan hari raya Idulfitri. (Ihda Fadila)

Bisnis/Paulus Tandi Bone

Kepala Divisi Advisory Ekonomi dan Keuangan Bank Indonesia perwakilan Sulawesi Selatan Miyono (kiri) dan Kepala Group Advisory dan Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia perwakilan Sulawesi Selatan Causa Iman Kirana memaparkan kondisi perekonomian Sulawesi Selatan di Makassar, Selasa (26/4). Hingga Maret 2016 kredit konsumsi tercatat sebesar Rp38,76 triliun atau tumbuh 7,53% (YoY)

Nasabah bertransaksi di Bank Syariah Mandiri di Jakarta, Selasa (26/4). PT Bank Syariah Mandiri akan agresif menggarap penjualan bank notes, terutama Saudi Arabian Riyal (SAR), pada tahun ini. Program tersebut

dalam rangka meningkatkan bisnis treasury sehingga bisa mendongkrak pendapatan berbasis komisi (fee based income).

Bisnis/Abdullah Azzam

�TARGET PENJUALAN SAR

�KREDIT KONSUMSI

�Bank diminta berhati-hati dalam menyalurkan kredit.

1,55

12,62

26,95

50,84

1,32

11,08

41,63

65,8

BUKU I (-14,83)* BUKU II (-12,20)* BUKU III (54,47)* BUKU IV (29,42)*

2015 2016

PencadanganBank Umum(Rp Triliun)

Ket: * tumbuh (%) BISNIS/TRI UTOMOSumber: Statistik Perbankan Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, per Februari 2016

�KREDIT BERMASALAH

Bank BesarPertebal Pertebal PencadanganPencadangan

pusdok
Typewritten Text
Bisnis Indonesia, 27 April 2016