tantangan_akuntansi_pemerintahan_indonesia
DESCRIPTION
akuntansi pemerintahansemoga manfaatTRANSCRIPT
1
TANTANGAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN INDONESIA DALAM .... (Makalah)
A. PENDAHULUAN
Perkembangan akuntansi pemerintahan saat ini berada pada fase yang sangat
menentukan. Setelah pemberlakuan dari single entry ke double entry accounting
melalui PP No. 24 Tahun 2005 dapat dikatakan berhasil dilaksanakan. PP No.
71 Tahun 2010 merupakan jembatan kedua dalam akuntansi keuangan
pemerintahan Indonesia untuk mengantarkan dari akuntansi berbasis kas
menuju akrual (cash toward accrual/CTA) ke arah akuntansi berbasis akrual
penuh (full accrual)
Makalah ini bertujuan untuk mengungkapkan tantangan peran akuntansi
pemerintahan untuk memberikan nilai tambah dalam ....
Makalah ini akan diuraikan penulis dengan pendekatan analisa SWOT
(Strenghteness, Weakness, Opportunity and Threatened) atau meliputi aspek
kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan.
B. PEMBAHASAN ASPEK KEKUATAN DAN KELEMAHAN Pertama aspek kekuatan, dalam hal ini perkembangan akuntansi pemerintahan
dalam kurun waktu satu dasa warsa (2001-2011) telah bergerak pesat jauh
melampaui apa yang telah dilaksanakan sebelum era reformasi. Indikator
kemajuan tersebut jika dibandingkan era sebelum reformasi adalah sebagai
berikut.
1. Disahkannya tiga paket undang-undang dibidang keuangan negara, yaitu UU
No. 17 Tahun 2003, UU No. 1 Tahun 2004 dan UU No. 15 Tahun 2004.
Setelah selama 58 tahun Indonesia merdeka pengelolaan keuangan negara
kita diatur dengan undang-undang warisan pemerintahan hindia belanda,
yaitu. Akhirnya kita memiliki peraturan perundangan yang mandiri mengenai
pengelolaan keuangan negara yang meliputi undang-undang keuangan
negara, perbendaharaan negara, dan pemeriksaan pengelolaan keuangan
dan tanggung jawab keuangan negara.
2. Secara berturut-turut perangkat lunak penerapan UU tersebut mulai
dilengkapi, diantaranya PP No.24 Tahun 2005 yang diubah dengan PP No.71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, PP No. 58 Tahun
2
2000 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dan PP No. 60 Tahun 2008
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
3. Dengan diberlakukannya Standar Akuntansi Pemerintahan (PP No.24 Tahun
2005) pengelolaan keuangan pemerintah telah mengalami perubahan yang
sangat signifikan yaitu dari sisi penatausahaan, pencatatan akuntansi dan
penyusunan laporan keuangan pemerintah. Sejak tahun 2005 pemerintah
baik pusat dan daerah telah menyulap laporan keuangannya yang tadinya
hanya berupa Perhitungan Anggaran (PA) tanpa didukung proses akuntansi
yang memadai menjadi minimal menyajikan empat laporan yang meliputi
neraca, LRA, LAK dan CaLK.
Tentu bukan pekerjaan yang mudah untuk melakukannya, namun BPK RI
telah memberikan apresiasi atas segala upaya dan kerja keras pemerintah
tersebut. Hal ini nampak dalam perkembangan opini pemeriksaan atas
laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah seperti tertuang dalam tabel
1 dan tabel 2. Tabel 1: Perkembangan Opini Pemeriksaan atas LKPP dan LKKL
Tabel 2: Perkembangan Opini Pemeriksaan atas LKPD
Sumber: IHPS BPK RI Semester 1 Tahun 2011
Perkembangan opini pemeriksaaan keuangan BPK RI menunjukkan bahwa
untuk laporan keuangan pemerintah pusat dan kementerian/lembaga telah
menunjukkan perkembangan yang signifikan. Pada tahun 2006 baru 7 dari 79
3
entitas (9%) yang memperoleh opini WTP, namun pada tahun 2010 telah
meningkat menjadi 52 dari 83 entitas (63%) atau meningkat 7,43 kali dalam
kurun waktu empat tahun. Untuk pemerintah daerah walaupun perkembangan
nya secara prosentase tidak sepesat pemerintah pusat, namun kecen
derungannya juga menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2006 baru 3 dari
463 entitas (1%) yang memperoleh opini WTP, namun pada tahun 2010 telah
meningkat menjadi 32 dari 358 entitas yang telah diperiksa (9%) atau
meningkat 10 kali lipat.
4. Penerbitan PP No. 71 Tahun 2010 tentang SAP berbasis akrual penuh
sebagai pengganti PP No. 24 Tahun 2005 yang menggunakan basis
akuntansi cash toward accrual (CTA) diharapkan dapat memberikan landasan
penerapan akuntansi pemerintahan yang lebih baik. Dengan masa tenggang
selama empat tahun kedepan segala persiapan penerapan akuntansi
berbasis akrual penuh paling tidak akan mampu menyejajarkan Indonesia
dengan negara-negara lain. Perbandingan beberapa negara dalam
penerapan akuntansi berbasis akrual penuh menurut terlihat pada tabel 3. Tabel 3. Perbandingan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual
4
Sumber : Athukorala dan Reid, 2003 dalam Budi Mulyana tanpa tahun
Budi Mulyana juga menyatakan Laporan keuangan yang disajikan dengan
basis akrual memungkinkan pengguna laporan untuk:
• Menilai akuntabilitas pengelolaan seluruh sumber daya oleh suatu entitas;
• Menilai kinerja, posisi keuangan dan arus kas dari suatu entitas; dan
• Pengambilan keputusan mengenai penyediaan sumber daya kepada,
atau melakukan bisnis dengan suatu entitas.
Pada level yang lebih detil, pelaporan dengan basis akrual:
• Menunjukkan bagaimana pemerintah membiayai aktivitas-aktivitasnya
dan memenuhi kebutuhan dananya;
• Memungkinkan pengguna laporan untuk mengevaluasi kemampuan
pemerintah saat ini untuk membiayai aktivitas-aktivitasnya dan untuk
memenuhi kewajiban-kewajian dan komitmen-komitmennya;
• Menunjukkan posisi keuangan pemerintah dan perubahan posisi
keuangannya.
• Memberikan kesempatan pada pemerintah untuk menunjukkan
keberhasilan pengelolaan sumber daya yang dikelolanya; dan
5
• Bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi
dan efektifivitas penggunaan sumber daya.
Selain itu akuntansi akrual dapat menyajikan informasi seluruh posisi
keuangan yang terdiri dari posisi aset, utang dan kekayaan bersih dari suatu
entitas. Pemerintah membutuhkan informasi ini untuk:
• Membuat keputusan mengenai kelayakan pendanaan atas pelayanan
yang seharusnya dia berikan;
• Menunjukkan akuntabilitas kepada publik atas pengelolaan aset dan
kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya;
• Membuat perencanaan dana yang dibutuhkan untuk pemeliharaan dan
penggantian aset;
• Membuat perencanaan dana untuk pembayaran utang-utangnya;
• Mengelola posisi kas dan pendanaan yang diperlukan.
Kedua merupakan faktor-faktor kelemahan pengelolaan keuangan negara
dalam penerapan akuntansi pemerintahan di Indonesia.
1. Penyusunan peraturan perundang-undangan yang sempurna sebagai dasar
bertindak tentunya memerlukan proses, belum lagi prosedur pelaksanaan
yang harus sinkron dengan peraturan diatasnya. Hal ini menjadi salah satu
kelemahan penerapan akuntansi pemerintahan. Peraturan yang tumpang
tindih, dan saling bertentangan baik antara undang-undang yang satu dengan
yang lain, peraturan pelaksanaan dengan ketentuan yang ada diatasnya,
serta perbedaan perlakuan antara pusat dandaerah akan membuat
kebingungan para pelaksana.
2. Sumber Daya Manusia yang kurang memadai menjadi masalah klasik dalam
pengelolaan keuangan negara. Hal ini meliputi SDM yang tidak kompeten dan
cenderung resisten terhadap perubahan. Pada beberapa kesempatan
permasalahan yang ditemui BPK dalam pemeriksaan keuangan adalah
disebabkan karena kelalaian dan kurang pahamnya personil yang mengelola
keuangan baik pada pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
3. Infrastruktur yang dibutuhkan dalam penerapan akuntansi berbasis akrual
penuh membutuhkan sumber daya teknologi informasi yang lebih tinggi. Hal
ini akan menjadi batu sandungan tersendiri karena ketergantungan
6
penerapan akuntansi selama ini yang mengandalkan jasa konsultan terutama
bagi entitas di daerah.
4. Keterbatasan dana dalam pengembangan dan penerapan akuntansi
pemerintah menjadi faktor yang tidak dapat dilupakan. Peningkatan kapasitas
SDM, pengadaan infrastruktur dan pengembangan SOP sebagai acuan
membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit. Berdasarkan pengalaman
penerapan SAP CTA menurut PP No. 24 Tahun 2005 kendala kurangnya
dana untuk melaksanakan aktifitas tersebut menjadi penyebab entitas belum
sepenuhnya dapat melaksanakan proses akuntansi.
C. PEMBAHASAN ASPEK PELUANG DAN TANTANGAN Momentum kondisi perekonomian Indonesia menunjukkan trend pertumbuhan
yang positif dalam kurun waktu satu windu (2003 s.d. 2011), bahkan ketika dunia
tengah dilanda krisis sekalipun. Hal ini merupakan peluang bagi pemerintah
untuk terus melakukan pembenahan. Pembenahan itu termasuk mekanisme
pengelolaan keuangan negara, penatausahaan dan pelaporan keuangan
pemerintah. Penerapan akuntansi berbasis akrual penuh merupakan salah satu
agenda memperbaiki sistem pelaporan keuangan pemerintah dalam rangka
menangkap peluang tersebut.
1. Pelaporan keuangan Pemerintah membantu memenuhi kebutuhan informasi
dari berbagai pengguna. Pengguna pelaporan keuangan pemerintah meliputi:
• Badan Legislatif (DPR/DPRD) dan badan-badan pemerintahan lainnya
dalam rangka menilai pemerintah dalam pengelolaan sumber daya,
kepatuhan terhadap undang-undang dan otoritas lainnya, kondisi
keuangan dan kinerjanya.
• Masyarakat yang memberikan pendapatan dan sumber daya yang
diperlukan untuk operasional pemerintahan, yang menerima pelayanan
dari pemerintah dan siapa pemilik manfaat dari uang publik dan property
tersebut.
• Para investor di sekuritas pemerintah (ORI/SUN) dan perusahaan serta kreditor lain
7
• Pemerintah lain (pusat atau daerah), badan-badan internasional, dan
penyedia sumber daya lainnya akan memperhatikan keadaan keuangan
pemerintah dalam hal perencanaan dan prioritas anggaran.
• Analis keuangan dan ekonomi, termasuk media keuangan, meninjau,
menganalisa, dan menyebarluaskan informasi ke pengguna lain seperti
legislatif, masyarakat, pemerintah lain, dan penyedia sumber daya.
• Internal manajer, pembuat kebijakan dan administrator juga merupakan
pengguna pelaporan keuangan pemerintah yang kebutuhannya dipenuhi
melalui tujuan umum laporan keuangan.
Dengan demikian, informasi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
pengguna laporan keuangan internal dan eksternal tidak saling eksklusif.
Pelaporan keuangan yang lebih baik tersebut diyakini dapat disajikan jika
pemerintah menerapkan akuntansi berbasis akrual secara penuh.
2. Salah satu pengguna pelaporan keuangan pemerintah adalah para investor di
sekuritas pemerintah (ORI/SUN) dan perusahaan serta kreditor lain.
Investor dan kreditor tersebut menyediakan sumber daya keuangan bagi
pemerintah. Pemerintah memiliki kepentingan dalam memberikan investor
dan kreditor informasi yang berguna dalam mengevaluasi pemerintah atau
kemampuan unit tertentu untuk membiayai kegiatan-kegiatannya dan untuk
memenuhi kewajiban dan komitmen.
3. Pelaporan keuangan Pemerintah yang lebih baik tersebut juga dapat
mempengaruhi persepsi lembaga pemeringkat pemberi kredit, investasi dan
lain-lain.
Berdasarkan rangking lembaga pemeringkat maka citra negara akan
meningkat dan dapat mengundang para investor untuk berinvestasi ke dalam
negeri baik langsung ataupun porto folio dalam bentuk saham atau obligasi
pemerintah. Terbukti dalam masa krisis peringkat pinjaman suatu negara
yang terpuruk akan dapat menimbulkan ketidakstabilan perekonomian,
misalnya kejadian di uni eropa (Yunani, Portugal, dan Italia)
Selain memberikan peluang, penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual
penuh juga menyimpan tantangan bagi penyelenggara negara. Tujuan akhir
dari suatu penerapan sistem pelaporan keuangan adalah peningkatan kualitas
informasi. Untuk itu sistem pelaporan akuntansi keuangan pemerintah harus
8
dirancang untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Pengguna melihat laporan
keuangan untuk mendapatkan informasi mengenai pelayanan dan kepatuhan,
keadaan keuangan, kinerja, serta dampak ekonomi.
1. Menengok penerapan SAP CTA sampai dengan tahun 2010. BPK RI
memiliki catatan bahwa selain keberhasilan dalam meningkatkan opini atas
kewajaran laporan keuangan sebagaimana telah diuraikan terdahulu
ternyata pemerintah masih menyimpan pekerjaan rumah, yaitu dalam
mengurangi penyimpangan dan ketidakpatuhan dalam pengelolaan
keuangan negara. Dalam Laporan hasil pemeriksaan keuangan pemerintah
pusat dan daerah BPK RI masih sering dijumpai permasalahan antara lain:
• Temuan Pemeriksaan Keuangan pada Pemerintah Pusat
• Temuan Pemeriksaan Keuangan pada Pemerintah Daerah
9
Informasi tersebut menunjukkan bahwa penerapan sistem akuntansi dan
pelaporan keuangan pemerintah belum sepenuhnya memberikan pengaruh
signifikan mencegah penyimpangan baik kesalahan ataupun kecurangan
(korupsi). Kasus-kasus penyalahgunaan keuangan negara yang terungkap
belakangan ini, misalnya penyimpangan bantuan sosial, wisma atlit, dana
infrastruktur daerah dan century menjadi cermin hal tersebut.
2. Dalam hal mengantisipasi semakin besar dan kompleksnya transaksi yang
akan dilakukan pemerintah, sistem akuntansi pemerintahan juga dituntut
untuk dapat mengakomodasi baik pengakuan, pencatatan dan pelaporan
nya. Beberapa transaksi yang menonjol untuk diungkapkan antara lain:
• Permasalahan divestasi atas saham PT. Newmont merupakan salah
satu contoh bahwa pranata keuangan pemerintah masih menimbulkan
persepsi yang berbeda bagi para pemangku kepentingan dari aspek
legalitas yang dapat mempengaruhi eksistensi transaksi.
• Mekanisme pengadaan barang dan jasa atau kerjasama operasi dan
investasi dari pihak ketiga atas sarana dan prasarana sea games juga
menimbulkan ketidakjelasan dalam hal pengakuan dan pencatatan atas
hak dan kewajiban bagi pemerintah dalam laporan keuangan.
Untuk mekanisme perlakuan akuntansi atas kedua kejadian tersebut
kiranya perlu diatur dalam standar yang secara lebih mendetail tentang
aspek keterjadian, pengakuan, penilaian dan pencatatannya.
3. Tantangan dalam menjawab pertanyaan masyarakat mengenai keberhasilan
kinerja pemerintahan merupakan aspek yang harus diperhatikan dalam
kerangka pelaporan keuangan pemerintah. Selama ini korelasi antara
laporan keuangan dengan kinerja pemerintah belum tampak secara jelas.
Kinerja pemerintah dilaporkan secara parsial dengan LAKIP. Namun metode
dan waktu penyusunan LAKIP tidak satu kesatuan serta jarang
dipublikasikan. Mekanisme pelaporan keuangan dan kinerja pemerintah
yang terstruktur dan sistematis dalam satu kesatuan pertanggungwaban
yang diperiksa BPK RI dapat menjadi jawaban bagi pertanyaan masyarakat
tersebut.
10
D. SIMPULAN
1. Perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia melalui SAP CTA telah
berjalan dengan memberikan kontribusi peningkatan kualitas pelaporan
keuangan.
2. Amanat Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 mengharuskan untuk
menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual secara penuh dalam
penyusunan laporan keuangan.
3. Penerapan akuntansi berbasis akrual penuh telah dituangkan dalam PP No.
71 Tahun 2010 dengan masa tenggang selama empat tahun.
4. Penerapan akuntansi berbasis akrual memiliki empat dimensi yang meliputi
aspek kekuatan dan kelemahan serta aspek peluang dan tantangan.
5. Aspek kekuatan dalam pelaporan akuntansi pemerintahan adalah
tersedianya landasan hukum berupa undang-undang pengelolaan keuangan
negara, keberhasilan dalam menerapkan SAP CAT, dan selesainya
penyusunan SAP berbasis akrual akan membuat kita sejajar dengan
negara-negara lain.
6. Aspek kelemahan meliputi belum sinkronnya peraturan perundangan baik
secara horisontal dan vertikal, keterbatasan SDM, lemahnya infrastruktur
teknologi informasi dan kurangnya sumber pendanaan.
7. Peluang dalam menerapkan pelaporan akuntansi pemerintah meliputi
perbaikan kualitas informasi bagi pengguna, mendorong investor dan
kreditor dalam berinvestasi, serta bermanfaat meningkatkan citra dan
kepercayaan diri melalui lembaga pemeringkat internasional.
8. Tantangan penerapan akuntansi pemerintah berbasis akrual adalah
memberikan jawaban bahwa sistem akuntansi dapat memberikan andil
dalam mencegah kecurangan, perlakuan akuntansi dalam SAP dapat
mengakomodasi transaksi yang semakin kompleks, serta dapat memberikan
informasi capaian kinerja pemerintah dengan andal dan tepat waktu.
11
REFERENSI
Budi Mulyana, Penggunaan Akuntansi Akrual Di Negara-Negara Lain: Tren Di Negaranegara Anggota Oecd
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2011, 2011, Jakarta
I Wayan Sutana (yansu goku), Government Financial Reporting International Current Issues and Practices (Isu-isu Terkini dan Praktek-praktek Pelaporan Keuangan Pemerintah), Thursday, March 31, 2011
Simanjuntak, Binsar.H. 2010. Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual Di Sektor Pemerintahan Di Indonesia, maKALAH Kongres IAI XI, Jakarta
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010, Standar Akuntansi Pemerintahan (Berbasis Akrual)