tahapan pembangunan rumah tradisional sao ria sebagai ... filelangsung kemudian menganalisisnya...

9
Seminar Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 2, A028-036, Maret 2018 https://doi.org/10.32315/sem.2.a028 Prosiding Semarnusa IPLBI | A 028 Laboratorium Perkembangan Arsitektur, Departemen Arsitektur ITS, Surabaya ISBN 978-602-51605-1-6 E-ISBN 978-602-51605-2-3 Tahapan Pembangunan Rumah Tradisional SAO RIA sebagai Upaya Pelestarian Masyarakat Adat Suku Lio Dusun Nuaone Ende Mukhlis A. Mukhtar Lembaga Penelitian, Pengembangan dan Pelestarian Budaya Arsitektur Flores, Program Studi Arsitektur , Fakultas Teknik, Universitas Flores. Korespondensi : [email protected] Abstrak Dusun Nuaone merupakan bagian permukiman tradisonal Suku Lio yang berada di Kabupaten Ende. yang dipimpin oleh dua Mosalaki (kepala Suku) dan dua Kopokasa (wakil kepala suku). Permukiman tradisional Dusun Nuaone memiliki berbagai element permukiman mulai dari sao ria (rumah besar), sao keda (tempat musyawarah), kanga (arena lingkaran), tubu musu (tugu batu), rate (kuburan), kuwu lewa (dapur umum) dan kebo ria (lumbung). Sao ria merupakan simbol budaya dan memiliki fungsi sebagai tempat berkumpul kepala suku, mengalami kerusakan akibat termakan usia dan akan dibangun kembali. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui proses tahapan pembangunan sao ria sebagai upaya pelestarian. Metode yang di gunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenalogi yaitu dengan cara mengati berbagai aktifitas proses pembangunan secara langsung kemudian menganalisisnya berdasarkan bagian-bagian tahapan pembangunan. Hasil dari analisis mengimpulkan bahwa tahapan proses pembangunan sao ria melalui tahapan persiapan , tahapan pembangunan dan tahapan peresmian adat. Kata-kunci : Dusun Nuaone, Permukiman tradisional, Sao RIa, Fenomenalogi, Tahapan Proses Pendahuluan Permukiman Tradisonal Suku Lio Dusun Nuaone merupakan bagian dari permukiman Suku Ende Lio yang berada di Kabupaten Ende. Permukiman Tradisonal Suku Lio Dusun Nuaone dipimpin oleh dua mosaLaki (kepala suku) dan dua kopokasa (wakil kepala suku). Mosalaki dan Kopokasa memegang peranannya masing-masing sesuai dengan tugas yang diamanatkan turun temurun dari nenek moyang sebelumnya. Dusun Nuaone dulunya memiliki berbagai macam elemen permukiman tradisional mulai dari sao ria (rumah besar), sao keda (tempat musyawarah), kanga (arena lingkaran), tubu mbusu (tugu batu), rate (kuburan) dan kebo ria (lumbung). Bangunan-bangunan tradisonal yang ada sebagian sudah mengalami perubahan dari bentuk fisiknya dan ada pula yang sudah hilang akibat kerusakan, seperti bangunan sao ria yang sudah menggunakan atap seng. Hal ini dapat dijumpai di permukiman dusun Nuaone dimana bangunan tradisional sao ria yang dulunya terdiri dari empat buah sekarang hanya di jumpai satu bangunan itupun mengalami kerusakan yang sangat parah. Pentingnya peran bangunan tradisional sa ria terhadap aktivitas masyarakat Suku Lio dalam menjalankan kehidupan sehari-hari dimana sao ria merupakan tempat berkumpulnya kepala suku dalam berkomunikasi dengan sesama kepala suku lainnya. Hal inilah yang menjadi prioritas masyarakat dusun Nuaone yang akan membangun kembali bangunan tradisional sao ria sesuai

Upload: truongminh

Post on 29-Apr-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tahapan Pembangunan Rumah Tradisional SAO RIA sebagai ... filelangsung kemudian menganalisisnya berdasarkan bagian-bagian tahapan pembangunan. Hasil dari ... rumah sebagai tempat tinggal

Seminar Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 2, A028-036, Maret 2018 https://doi.org/10.32315/sem.2.a028

Prosiding Semarnusa IPLBI | A 028 Laboratorium Perkembangan Arsitektur, Departemen Arsitektur ITS, Surabaya ISBN 978-602-51605-1-6 E-ISBN 978-602-51605-2-3

Tahapan Pembangunan Rumah Tradisional SAO RIA sebagai Upaya Pelestarian Masyarakat Adat Suku Lio Dusun Nuaone Ende

Mukhlis A. Mukhtar

Lembaga Penelitian, Pengembangan dan Pelestarian Budaya Arsitektur Flores, Program Studi Arsitektur , Fakultas Teknik, Universitas Flores. Korespondensi : [email protected]

Abstrak Dusun Nuaone merupakan bagian permukiman tradisonal Suku Lio yang berada di Kabupaten Ende. yang dipimpin oleh dua Mosalaki (kepala Suku) dan dua Kopokasa (wakil kepala suku). Permukiman tradisional Dusun Nuaone memiliki berbagai element permukiman mulai dari sao ria (rumah besar), sao keda (tempat musyawarah), kanga (arena lingkaran), tubu musu (tugu batu), rate (kuburan), kuwu lewa (dapur umum) dan kebo ria (lumbung). Sao ria merupakan simbol budaya dan memiliki fungsi sebagai tempat berkumpul kepala suku, mengalami kerusakan akibat termakan usia dan akan dibangun kembali. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui proses tahapan pembangunan sao ria sebagai upaya pelestarian. Metode yang di gunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenalogi yaitu dengan cara mengati berbagai aktifitas proses pembangunan secara langsung kemudian menganalisisnya berdasarkan bagian-bagian tahapan pembangunan. Hasil dari analisis mengimpulkan bahwa tahapan proses pembangunan sao ria melalui tahapan persiapan , tahapan pembangunan dan tahapan peresmian adat. Kata-kunci : Dusun Nuaone, Permukiman tradisional, Sao RIa, Fenomenalogi, Tahapan Proses Pendahuluan

Permukiman Tradisonal Suku Lio Dusun Nuaone merupakan bagian dari permukiman Suku Ende Lio yang berada di Kabupaten Ende. Permukiman Tradisonal Suku Lio Dusun Nuaone dipimpin oleh dua mosaLaki (kepala suku) dan dua kopokasa (wakil kepala suku). Mosalaki dan Kopokasa memegang peranannya masing-masing sesuai dengan tugas yang diamanatkan turun temurun dari nenek moyang sebelumnya. Dusun Nuaone dulunya memiliki berbagai macam elemen permukiman tradisional mulai dari sao ria (rumah besar), sao keda (tempat musyawarah), kanga (arena lingkaran), tubu mbusu (tugu batu), rate (kuburan) dan kebo ria (lumbung). Bangunan-bangunan tradisonal yang ada sebagian sudah mengalami perubahan dari bentuk fisiknya dan ada pula yang sudah hilang akibat kerusakan, seperti bangunan sao ria yang sudah menggunakan atap seng. Hal ini dapat dijumpai di permukiman dusun Nuaone dimana bangunan tradisional sao ria yang dulunya terdiri dari empat buah sekarang hanya di jumpai satu bangunan itupun mengalami kerusakan yang sangat parah. Pentingnya peran bangunan tradisional sa ria terhadap aktivitas masyarakat Suku Lio dalam menjalankan kehidupan sehari-hari dimana sao ria merupakan tempat berkumpulnya kepala suku dalam berkomunikasi dengan sesama kepala suku lainnya. Hal inilah yang menjadi prioritas masyarakat dusun Nuaone yang akan membangun kembali bangunan tradisional sao ria sesuai

Page 2: Tahapan Pembangunan Rumah Tradisional SAO RIA sebagai ... filelangsung kemudian menganalisisnya berdasarkan bagian-bagian tahapan pembangunan. Hasil dari ... rumah sebagai tempat tinggal

Tahapan Pembangunan Rumah Tradisional SAO RIA sebagai Upaya Pelestarian Masyarakat Adat Suku Lio Dusun Nuaone Ende

A 029 | Prosiding Semarnusa IPLBI

dengan bentuk aslinya tanpa mengurangi tata cara proses pembangunannya yang masih memegang teguh adat istiadat.

Membangun rumah tradisional merupakan bagaian dari kehidupan masyarakat tradisional, dimana rumah sebagai tempat tinggal manusia sesuai dengan fungsinya. Rumah tradisional merupakan arsitektur yang dibuat berdasarkan tradisi membangun. Istilah arsitektur, sebenarnya tidak dikenali oleh komunitas tradisi. Mereka hanya mengenal bangunan sebagai tempat tinggal. Dan menyadari sebuah tempat dan ruang yang dibedakan atas keyakinan, kepercayaan, oleh mitologi dan menciptakan tempat untuk kegiatan khusus atau kegiatan sehari-hari dimana mereka dapat berdiam, aman dari berbagai gangguan (Waterson 1990). Tradisi membangun rumah tradisonal di Indonesia bukan seperti membangun rumah pada umumnya melainkan membangun berdasarkan hukum adat istiadat yang sangat kental. Adat istiadat sangat berperan penting dalam proses pembangunan, dimana sebagai alur dari tata cara sehingga menghasilkan suatu bentuk bangunan yang berkarakter dan mempunyai filosi tersendiri.

Untuk membangun Sao Ria tidaklah mudah, hal ini disebabkan biaya untuk keperluan membangun sangat mahal. Biaya tersebut dikeluarkan untuk pengadaaan bahan bangunan serta untuk upacara seremonial yang dilakukan pada saat pembangunan sesuai dengan tahapan pelaksanaannya. Karena itulah jauh sebelum sao ria dibangunan peran mosalaki (kepala suku) sangat penting dalam menpersiapkan tahapan proses pembangunan baik secara fisik dan non fisik. Dalam melakukan proses pembangunan rumah tradisional , selalu memiliki tahapan-tahapan yang tidak boleh dilewati. Tahapan-tahapan itu secara umum adalah tahapan proses sebelum pembangunaan yaitu musyawarah, penentuan tempat, pengadaan bahan, tahapan Proses Pembangunan dan tahapan Proses setelah pembangunan (Napitupulu, et al.1997). Inilah yang mendorong peneliti untuk mengamati proses dari pembangunan bangunan tradisional sao ria dengan menggunakan metode kualitatif fenomenalogi yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai tradisi pembangunan kembali bangunan tradisional sao ria di dusun Nuaone sebagai upaya pelestarian oleh masyarakat adat.

Metode

Metode yang di gunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenalogi. Pendekatan fenomenologi merupakan tradisi riset kualitatif yang berakar pada filosofi dan psikologi, dan berfokus pada pengalaman hidup manusia (sosiologi). Pendekatan fenomenologi hampir serupa dengan pendekatan hermeneutics yang menggunakan pengalaman hidup sebagai alat untuk memahami secara lebih baik tentang sosial budaya, politik atau konteks sejarah dimana pengalaman itu terjadi. Penelitian ini akan berdiskusi tentang suatu objek kajian dangan memahami inti pengalaman dari suatu penomena. Dalam penelitian fenomenologi melibatkan pengujian yang teliti dan seksama pada kesadaran pengalaman manusia. Konsep utama dalam fenomenologi adalah makna. Makna merupakan isi penting yang muncul dari pengalaman kesadaran manusia. Untuk mengidentifikasi kualitas yang essensial dari pengalaman kesadaran dilakukan dengan mendalam dan teliti (Smith, etc., 2009).

Analisis dan Interpretasi

Analisis Rumah Tradisional Sao Ria (rumah besar)

Sao ria adalah pusat peradaban budaya suku lio yang juga menjadi tempat para leluhur pertama kali mendiami permukiman tradisional. Karena itu dia menjadi lambang kesatuan yang dibangun oleh Aji Ana Fai Walu (masyarakat adat). Ditempat inilah dilakukan berbagai upacara ritual adat yang

Page 3: Tahapan Pembangunan Rumah Tradisional SAO RIA sebagai ... filelangsung kemudian menganalisisnya berdasarkan bagian-bagian tahapan pembangunan. Hasil dari ... rumah sebagai tempat tinggal

Mukhlis A. Mukhtar

Prosiding Semarnusa IPLBI | A 030

bersifat religius, yang berkaitan dengan perkawinan, kelahiran, pertanian. Selain berfungsi sebagai tempat tinggal kepala suku, sao ria juga simbol persatuan dan kebesaran.

Sao Ria pada umumnya berukuran lebih besar dan tinggi mencapai 3 - 9 meter dari rumah adat yang lainnya. Memiliki empat buah ruangan yang mempunyai fungsi-fungsi tersendiri yaitu ruang luar terdapat teras kecil yang berukuran 50 x 750 cm dan teras kedua dengan ukuran 200 x 750 cm dan ruang tengah dengan memiliki dua dapur yang terdapat pada pintu masuk di samping kiri dan kanan. Ruang tengah ini berukuran 400 x 750 cm. dan yang terakhir adalah ruang paling belakang (rimba) dengan ukuran 100 x 750 cm, ruangan ini berfungsi sebagai tempat menyimpan barang-barang pusaka seperti piring, periuk, mangkuk,yang terbuat dari tanah liat, bahkan batu ceper yang di anggap saral di simpan di tempat ini.

Gambar 1 : Ruang dalam Sao Ria Mosalaki Puu di Dusun Nuaone Sumber ; analisis penulis.

Analisis Tahapan Pembangunan Sao Ria (rumah besar)

1. Tahapan Persiapan - Musyawarah Dalam Keluarga

Musyawarah dalam keluarga Mosalaki dan keturunan sangat penting untuk mengiapkan berbagai macam keperluannya. Musyawarah baru dilaksanakan apabila menurut penilaian kepala keluarga yaitu Mosalaki bahwa mereka sudah mampu dalam membangun sao ria dalam istilah adat yaitu kema go naole saido. Hal inilah yang sangat penting karena bial tidak demikian berati sangat memberatkan semua keluarga Mosalaki. Karena bagaimanapun pelaksanaan membangun sao ria unsur gotong royong dalam menanggung biaya oleh semua keluarga sangat penting. Dalam musyawarah tersebut ditunjuk seorang sebagai ketua pelaksana atau penanggung jawab selama acara proses pembangunan berlangsung.

- Menemukan Restu Leluhur Apabila hasil musyawarah telah disepakati oleh suluruh keluarga untuk bersama sama memikul tanggung jawab membangun sao ria maka ditetapkan waktu untuk melakukan acara ritual so bhoka au (ritual bakar bambu). Pada acara ritual ini dihadiri semua Mosalaki dan keluarga yang berkepentingan dan beberapa pawang yang ahli. Upacara ini merupakan upacara yang sangat

Page 4: Tahapan Pembangunan Rumah Tradisional SAO RIA sebagai ... filelangsung kemudian menganalisisnya berdasarkan bagian-bagian tahapan pembangunan. Hasil dari ... rumah sebagai tempat tinggal

Tahapan Pembangunan Rumah Tradisional SAO RIA sebagai Upaya Pelestarian Masyarakat Adat Suku Lio Dusun Nuaone Ende

A 031 | Prosiding Semarnusa IPLBI

penting dikarenakan harus mendapat persetujuan daru leluhur untuk menentukan waktu yang baik membangunan sao ria.

- Berita Adat Apabila ritual adat mendapat restu dari leluhur telah berjalan seperti yang diharapakan maka tahap berikutnya adalah melaksanakan berita adat. Penyampain berita adat ada dua macam cara yakni berita adat secara lisan dan berita adat melalui nggo lamba (memukul alat musik gong) yang disebut teo nggo.

- Pengadaan Bahan Material Bangunan Pengadaan bahan dan ramuan sao ria diawali dengan tai ndolu dan lele hi. Tai ndolu adalah melilit dan membuat benang sedemikian rupa sehingga menjadi salah satu alat tukang kayu tradisional. Benang lilitan ini kemudian diberi nama hitam yang dibuat dari arang bakar sabut kelapa yang disebut ae masi. Benang lilitan ae mbasi disebut ndolu sedangkan tai adalah proses pembuatan ndolu tersebut. Ndolu meruapakan alat tukang kayu tradisional yang berfungsi sebagai mistar penggaris yang berguna dalam pengolahan kayu menjadi balok atau papan. Poka kaju (memotongan kayu) dan lele hi (memotong alang-alang) adalah menebang pohon kayu serta memotong alang-alang di hutan adat. Dalam melaksanakan poka kaju para petugas atau tukang tradisional harus mengikuti proses ritual tradisional Suku Lio yang dilaksanakan selama berhari-hari sampai dengan bahan ramuan sudah terkumpul.

Gambar 2 & 3: Pengadaan bahan material pekerjaan sao ria oleh pembantu kepala suku

Sumber ; Foto Peneliti 2014. 2. Tahapan Pembangunan - Robo Sao Ria (Pembongkaran Sao Ria yang lama)

Tahapan pembongkaran sao ria yang lama biasanya dilakukan oleh faiwaluanakalo (masyarakat adat) dikarenakan pada saat pembongkaran aktivitas ritual berlangsung dan disaksikan bersama seperti pemindahan barang – barang adat yang ada di dalam sao ria. Biasanya barang barang tersebut dikeluarkan oleh mosalaki dan kopokasa menuju kebo ria tempat sementara selama bangunan dikerjakan.

- Wake Leke Pera (Memasang tiang induk pertama atau Pondasi) Wake leke pera merupakan pemasangan tiang induk pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan rumah adat sao ria yang materialnya batu lonjong besar. Tiang ini disebut dengan tiang leke lewu. Ditempat ditanamkan tiang leke lewu harus dikuburkan hidup-hidup seekor anjing kemudian baru ditanamkan tiang leke lewu, kemudian ditaruh minyak kelapa dan telur disekitarnya. Kemudian seorang pawang yang dipercaya memberikan sesajen kepada roh jahat yang disebut fengge re.e dengan cara membuang sesajen berupa makanan ke belakang tampa menoleh.

Page 5: Tahapan Pembangunan Rumah Tradisional SAO RIA sebagai ... filelangsung kemudian menganalisisnya berdasarkan bagian-bagian tahapan pembangunan. Hasil dari ... rumah sebagai tempat tinggal

Mukhlis A. Mukhtar

Prosiding Semarnusa IPLBI | A 032

Setelah tiang leke lewu terpasang tiang-tiang lainya langsung dipasang tampa melakukan upacara ritual. Seperti pekerjaan lainya pada saat pemasangan leke lewu, Mosalaki pemilik rumah harus memotong babi untuk memberi makan kepada masyarakat adat. Pekerjaan selanjutnya adalah pemasangan leda tenga, pemasangan dheku dena, pemasangan soro dalo dan pemasangan isi rembe. Pemasangan leda tenga adalah pemasangan balok bulat sebagai penopang balok atas dinding dan balok bawah dinding bangunan sao ria. Biasanya tenga terdiri dari tiga tiga buah pada rumah adat sao ria. Pemasangan soro dalo adalah menaruh balok atau bambu yang kemudian diatasnnya ditaruh bambu cincang yaitu ndawa yang berfungsi sebagai lantai sao ria. Pemasangan mapa isi rembe adalah menaruh balok dinding bawah serta balok dinding persediaan untuk menjadi balok dinding bagaian atas nantinya. Cara memasangnya terbuka untuk balok dinding depan dan belakang serta tertutup untuk balok dinding bagian kiri dan bagain kanan. Pada saat pemasanga struktur rangka bangunan sering kali dioles dengan darah binantang sebagai ritual adat dan kepercayaan Suku Ende Lio pada umunnya.

Gambar 4 & 5: Pemasangan leke raja oleh kelapa suku Nuaone dan Pemasangan balok tenga atas pondasi batu oleh masyaraakat adat, Sumber ; Foto Peneliti 2014.

- Teka Kaju (memahat kayu)

Teka merupakan kegiatan dalam pembangunan rumah yang mengangkut pengukuran balok serta pemahatannya. Penentuan hari teka melalui musyawarah Mosalaki pemilik sao ria beserta keluarganya. Hal ini perlu dilaksanakan karena teka merupakan salah satu dari bagian dari proses pembangunan yang didalamnya terdapat upacara besar. Pada hari pelaksanannya semua keluarga besar melakukan wuru mana (acara adat) baik dari pihak saudara perempuan maupun dari pihak laki-laki yang semuannya disebut ana embu. Pada saat wuru mana semua keluarga membawa harta berupa emas, uang, hewan, sarung adat dan padi yang akan diserahkan kepada Mosalaki pemilik rumah adat sao ria dalam istilah adatnya adalah liwu eko dan peta regu.

Gambar 5 & 6 : Teka kaju dan Pemasangan tiang sudut bangunan oleh masyarakat adat

Sumber : Foto peneliti 2014

Page 6: Tahapan Pembangunan Rumah Tradisional SAO RIA sebagai ... filelangsung kemudian menganalisisnya berdasarkan bagian-bagian tahapan pembangunan. Hasil dari ... rumah sebagai tempat tinggal

Tahapan Pembangunan Rumah Tradisional SAO RIA sebagai Upaya Pelestarian Masyarakat Adat Suku Lio Dusun Nuaone Ende

A 033 | Prosiding Semarnusa IPLBI

Pelaksanaan teka kaju ini sendiri harus mengikuti tahapan secara adat yang sudah ada sejak dulu. Setelah bahan kayu yang telah dibentuk untuk membuat wisu atau sudut kolom bangunan kemudian dipasang diberbagai macam sudut yang membentuk berbagai macam ruang pada bangunan sao ria. Sebelum memasang kolom-kolom sudut balok yang sudah diukur dan dipahat ditaruh sepotong lontar atau wunu koli. Dibawah balok diletakan sesajen terdiri dari sedikit serbuk emas atau mbe bhu, nasi serta daging untuk persebahan ritual kepada leluhur. Setelah sejajen ditaruh kemudian dipotong seekor ayam jantang yang berwarna merah oleh Mosalaki pemilik sao ria yang dipotong diatas tiang kayu untuk wisu. Darah yang keluar kemudian diusap membasahi pada balok-balok kayu yang ada pada bangunan sao ria. Pada setiap tiang wisu atau kolom sao ria diadakan ritual serupa sampai selesai pemasangan semua tiang wisu. Setelah semua tiang wisu atau kolom terpasang kemudian diharuskan menggantung berbagai jenis makanan seperti tandan pisang,beberapa bulir padi, beberapa buli jagung dan lain-lainnya. Semua bahan yang digantung diatas tiang wisu melambangkan kesuburan. Apabila semua pelaksanan teka berjalan lancar dan selesai maka selanjutnya dipasang hai seda atau bilah-bilah kayu bambu yang dipasang melintang sebagai tempat penahan berdirinya dinding atau sebagai tempat menempelkan langit-langit (regel). Pada bagian atas kerangka dinding bangunan sao ria ditutup dengan daun daun kelapa dan pada saat itu juga setiap malam hari dinyalakan lampu pada kerangka bangunan sao ria.

- Wake Mangu (memasang tiang nok) Wake mangu merupakan pemasangan tiang nok pada sao ria yang sebelum memasangnya diadakan acara ritual adat. Penentuan waktunya melalui musyawarah antara Mosalaki dan Mosalaki pemilik rumah beserta keluarga besarnya. Dalam pemasangan dua buah tiang mangu kanan dan tiang mangu bagian kiri sangat sarat dengan rutual adat tradisional Suku Ende Lio. Kayu yang akan digunakan untuk tiang mangu diukur lalu dikelola lubang mangu dipahat, kemudian diminyakki dengan minyak kelapa. Tiang mangu yang telah dibentuk kemudian ditaruh sesajen pega (sejenis padi) serta sebo nggako (sejenis tumbuhan air). Persembahan sesajen ini meruapan simbol dan harapan agar kedaan rumah ini nantinya akan aman dan tidak kurang satu apapun seperti licinnya minyak dan ratanya pega. Dalam ritual ini diartikan juga rumah tidak akan hancur terkena bencana yang disimbolkan dengan tumbuhan air yang tidak tenggelam. Setelah itu sesajen yang terdiri dari mbe bhu atau serbuk emas, tembakau serta sirih pinang diletakan bersamaan.

Gambar 7 & 8 : Pemasangan mangu dan Pemasangan rangka atap banguna sao ria

Sumber : Foto peneliti 2014

Page 7: Tahapan Pembangunan Rumah Tradisional SAO RIA sebagai ... filelangsung kemudian menganalisisnya berdasarkan bagian-bagian tahapan pembangunan. Hasil dari ... rumah sebagai tempat tinggal

Mukhlis A. Mukhtar

Prosiding Semarnusa IPLBI | A 034

Tiang mangu dipasang pada tengah malam sebelum pemasangannya diusapi dengan darah binatang yang disembelih. Ukuran tiang mangu dan pemahatannya harus tepat sehingga bila sekali dipasang selesai dan tidak terjadi kesalahan. Bila tidak demikian maka berarti pengunani rumah adat sao ria tersebutnnya nantinya akan kurang sehat. Pemasangan dua buah tiang mangu diibaratkan sebagai dengan pernikahan, pada saat malam hari tiang mangu sebelum dipasang harus dijaga semalam suntuk dan bergembira ria sambil menari diiringi dengan nggo wani (alat musing tradisional). Pada keesokan harinya pekerjaan dilanjutkan dengan memasang isi pete atau balok penahan mangu. Kemudian balok mangu dibungkus dengan sarung adat selama empat hari. Pada empat hari masyarakat adat dan para Mosalaki tidak melakukan atktifitas apapun karena dianggap tabu. Bila ada yang melanggar akan dikenakan sangsi adat oleh Mosalaki berupa seliwu seeko yang berarti sepasang emas dan seekor hewan kerbau. Disamping itu menurut kepercayaan adat Suku Ende Lio pelanggaran tadi berakibatkan tidak akan berumur panjang dan tidak akan memiliki keturunan. Setelah empat hari berlalu maka berakhirnya juga masa tabu pekerjaan dilanjutkan denga pemasangan hai mangu (kaki tiang nok), ola teo (tempat gantung), wena ngeta, paki eba (memasang gording). Seda hai mangu yaitu memasang balok sudut serta balok atapnya. Ditengah balok bumbungan atap dipasang olo teo yang berfungsi pengimpanan benda-benda sakral dari rumah adat sao ria. Selanjutnya memasang wena ngate yaitu balok penopang atap pada kiri kanan bangunan. Kemudian memasang paki eba yaitu bambu silang tempat pemasangan alang-alang bahan atap dan memasang dinding rumah. Jika dipakai papan maka pada bagian tertentu didekat sudut rumah diberi dinding dengan menggunakan bahan lain seperti bambu. Selanjutnya memasang pintu rumah sao ria yang juga harus diurapi dengan darah ayam.

- Ate Sao (memasang atap) Ate sao adalah memasang atap pada bangunan tradisional sao ria yang bahannya terbuat dari ki (alang-alang) dan nao (ijuk). Penentuan waktu memasang atap rumah melalui musyawarah oleh Mosalaki pemilik rumah dan semua keluarganya. Sehari sebelum memasang atap semua bahan paki eba yang terbuat dari bambu telah dipasang pekerjaan tersebut dalam adat dinamakan wolo. Bahan untuk atap yaitu nao (ijuk) dan campuran ki (alang-alang) sudah disiapkan terlebih dahulu. Pada saat pemasangan atap di undang keluarga untuk melakukan wuru mana untuk ketiga kalinya. Seperti pada saat teka dan wake mangu tahapan ate sao memiliki upacara ritual adat yang harus dilalui. Tahapan proses ritual adat pada saat ate sao adalah sebagai berikut :

- Pai puu hi adalah berajaga semalam suntuk yang diramaikan dengan tarian wanda pau (tarian adat) yang dialuni dengan musik nggo lamba (gong) besoknya ate sao siap dilaksanakan.

- Batu puu hi adalah mengucapakan mantra permohonan oleh seorang pawang Mosalaki yang bermaksud agar ijuk dan alang-alang atap rumah tidak kurang pada saat dipasang serta memohon restu leluhur.

- Maru puu hi adalah dilarang berbicara selama sao ria sedang diatap. Sepasang pemuda wanita dan laki-laki keturunan Mosalaki yang dinamai hando duduk maru (diam) di dalam rumah pada saat pemasangan atap.

- Soke tutunggu adalah memancangkan pucuk enau di atas bubungan atap. Pada pucuk bumbungan atap tersebut digantung pula sesajen ndende (kue tradisional Suku Ende Lio) serta kain merah.

Page 8: Tahapan Pembangunan Rumah Tradisional SAO RIA sebagai ... filelangsung kemudian menganalisisnya berdasarkan bagian-bagian tahapan pembangunan. Hasil dari ... rumah sebagai tempat tinggal

Tahapan Pembangunan Rumah Tradisional SAO RIA sebagai Upaya Pelestarian Masyarakat Adat Suku Lio Dusun Nuaone Ende

A 035 | Prosiding Semarnusa IPLBI

Gambar 9 & 10 : Pemasangan atap banguna sao ria oleh masyarakat adat Sumber : Foto peneliti 2014

- Pemasangan Soke Saga ( tempat sesajen) Soke saga adalah memancang kayu atau aur yang akan dipakai sebagai tempat menaruh sesajen. Saga termasuk salah satu benda yang disakralkan oleh masyarakat adat Suku Lio. Pada rumah tradisional sao ria, saga terdiri dari dua macam yaitu saga wula leja (sesajen bulan matahari) dan saga tana watu (sesajen batu tanah). Saga wula leka terletak di atas puncak atap di tengah bubungan terbuat dari aur dan tepurung. Diatas tempurun tersebut ditaruh sesajen kepada Ndua Nggae (sang pencipta) dan saga tana watu berada di depan sao ria yang ditancapak ke dalam tanah Dengan selesainya pemasangan soke saga pada sao ria berakhir pula pembangunan rumah tradisional sao ria.

3. Tahapan Peresmian - Nai Sao (masuk rumah)

Setelah rumah adat sao ria selesai dibangun maka diadakan upacara ritual sebagai peresmian nai sao (masuk rumah) yang dilakukan sangat sederhana. Pada acara ritual ini di undang semua Mosalaki dan Fai walu ana kalo (masyarakat adat) untuk makan bersama didalam sao ria . Pada acara jamuan makan tersebut disembelih seekor hewan babi yang paling besar yang diambil saja di permukiman adat dan pemilik tersebut tidak diberitahukan terlebih dahulu setelah hewan tersebut diambil dan dipotong baru diberitahuan kepada pemilik hewan ternalk tersebut. Dalam acara ini juga diselesaikan segala macam yang berkaitan dengan proses pembangunan sao ria.

- Lobo Sao ( tutup rumah) Pesta adat yang terbesar yang terakhir membangun rumah tradisional sao ria adalah lobo sao yang dapat disamakan dengan pesta peresmian. Walaupun rumah tradisional sao ria sudah didiami dan sudah mengeluarkan berbagai macam harta benda untuk keperluan pembangunan sao ria namun masih dianggap belum mampu bila Mosalaki pemilik rumah tidak mengelenggarakan pesta adat lobo sao. Mosalaki pemilik rumah dan semua sanak keluarga keturunannya mengadakan musyawarah untuk menetapkan hari acara pesta adat tersebut. Setelah hari dimana pesta adat tersebut telah disepakati makan Mosalaki pemilik rumah adat harus memberitahukan kepada sanak keluarga keturnannya untuk melakukan wurumana. Acara lobo sao dapat dilaksanakan segera setelah proses memasang atap rumah selesai atau pada saat setelah acara ritual nai sao. Hal ini tergantung juga dengan kemampuan Mosalaki pemilik rumah adat dan seluruh keluarga dalam membiayai pesta adat tersebut.

Page 9: Tahapan Pembangunan Rumah Tradisional SAO RIA sebagai ... filelangsung kemudian menganalisisnya berdasarkan bagian-bagian tahapan pembangunan. Hasil dari ... rumah sebagai tempat tinggal

Mukhlis A. Mukhtar

Prosiding Semarnusa IPLBI | A 036

Gambar 11 & 12 : Lobo sao oleh tamu istimewa bersama masyarakat adat Sumber ; Foto 2014.

- Joka Sawa Kaju (membuang tatal kayu) Joka sawa kaju merupakan upacara ritual adat masyarakat Suku Lio. Arti dari joka sawa kaju adalah membuang tatal kayu. Dengan adanya ritual ini diharapkan rumah tradisional sao ria akan terhindar dari bala (bencana) dan penghuninya akan selalu sehat walafiat. Tatal kayu yang di buang adalah tatal kayu yang diambil sedikit dari setiap pohon kayu ditebang untuk bangunan sao ria. Tatal kayu tersebut dikumpul dan disimpan dengan secara baik waktu acara joja sawa kaju tiba. Pelaksanaan acara ini dimpin oleh seorang Mosalaki yang bertindak sebagai pawang dan dihadiri oleh seluruh anggota keluarga Mosalaki pemilik rumah sao ria.

Kesimpulan

kesimpulan tentang Proses Pembangunan Rumah Tradisional Sao Ria Nuaone Suku Ende Lio Flores adalah sebagai berikut : Pembangunan rumah tradisional sao ria merupakan proses yang menggambungkan makna adat istiadat, budaya, kepercayaan tradisional dan seni arsitektur tradisional yang sudah terbentuk sejak zaman nenek moyang. Tahapan – tahapan pembangunannya adalah sebagai berikut : Tahapan persiapan

Pada tahapan ini dilakukan kegiatan musyawarah oleh kepala suku yang ada di permukiman adat, berita adat untuk mengampaian kepada masyarakat adat dan pengadaan bahan ramuan untuk pembangunan bangunan tradisional.

a. Tahapan Pembangunan Pemasangan pondasi atau leke, pemasangan balok tenga, pemasangan empat buah tiang wisu, pemasangan tiang leke raja dan mangu, pesangan struktur rangka atap jara, pemasangan penutup atap pada bangunan tradisional sao ria dan proses ritual setelah dibangun untuk menemukan restu dari leluhur.

b. Tahapan Peresmian Pada tahapan dilakukan beberapa acara pesta dan ritual untuk meresmikan bangunan tradisional sao ria yang telah dibangun, mulai dari pesta adat ka nggua (makan bersama) dan ritual loka lengi (tumpah minyak).

Daftar Pustaka

Napitupulu, S. P., Manurung Jintar., Ginting., Mardian., Badirin M., Situmorang., Sirait, H., Silalahi, Octavianus Hendrik Alexander Rogi, Wahyudi Siswanto (2009). Identifikasi Aspek Simbol Dan Norma Kultural Pada Arsitektur Rumah Tradisional Di Minahasa. Smith, Jonathan A. (2009). Psikologi kualitatif: Panduan praktis metode riset. Terjemahan dari Qualitative Psychology A Practical Guide to Research Method. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Waterson, Roxana. (1990). The living House: An Antropology of Architecture in South-East Asia. Singapore: Oxford University Press.