antropometri telinga - dr. trimartani - perhati-kl · pdf filepenulis ingin agar para ahli tht...

19
1 Antropometri telinga sebagai dasar diagnosis dan perencanaan rekonstruksi kelainan daun telinga Dini Widiarni, Trimartani, Aditya Wicaksono Departemen Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta - Indonesia ABSTRAK Latar belakang: Pengetahuan mengenai bentuk dan dimensi normal telinga, pola pertumbuhan telinga dan kelainannya penting untuk kita ketahui dalam mendiagnosis berbagai kelainan atau sindrom kongenital. Tujuan: Untuk mengetahui pentingnya analisis variasi morfologi telinga, sehingga kita dapat membuat perencanaan dan menentukan waktu yang tepat untuk melakukan rekonstruksi daun telinga seperti mikrotia, makrotia, telinga caplang (prominent) dan lain sebagainya. Tinjauan pustaka: Berbagai studi antropometri menunjukkan bahwa 90% pertumbuhan daun telinga akan mencapai puncaknya pada usia 11 atau 12 tahun. Panjang daun telinga akan bertambah seiring dengan bertambahnya usia karena elastisitas jaringan lunak, bentuk alami kulit, dan pengaruh gravitasi. Saat yang tepat untuk melakukan rekonstruksi telinga pada pasien mikrotia masih merupakan perdebatan. Faktor-faktor yang menentukan usia pertumbuhan telinga luar, kekuatan tulang rawan iga sebagai donor serta efek psikologis pasien mengenai keadaan tersebut. Kesimpulan: Ukuran antropometri daun telinga, informasi dimensional dan pola pertumbuhan daun telinga sangat penting untuk melakukan perencanaan serta tindakan rekonstruksi daun telinga. Kata kunci: antropometri telinga, perkembangan telinga, rekonstruksi telinga, kelainan telinga ABSTRACT Background: Knowlegde on normal ear dimention, ear development and ear abnormality is important in order to diagnose some deformities or congenital syndrome. Purpose: To understand about anthropometric measurements of the auricula. It is essential for analyzing the morphologic variance of the ear in order to make a plan on what and when to do auricular reconstruction in ear abnormality such as microtia, macrotia, prominent ear and others. Review: Various anthropometric studies showed that up to 90% of the auricular growth is already completed at the age of 11 to 12 years old. The length of the auricle is increasing along with natural growing process such as the natural skin and soft tissue elasticity Tinjauan Pustaka

Upload: donhan

Post on 02-Feb-2018

247 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Antropometri Telinga - Dr. Trimartani - PERHATI-KL · PDF filePenulis ingin agar para ahli THT mengetahui berbagai variasi morfologi telinga, dan memahami cara menganalisisnya, sehingga

1

Antropometri telinga sebagai dasar diagnosis dan perencanaan rekonstruksi

kelainan daun telinga

Dini Widiarni, Trimartani, Aditya Wicaksono Departemen Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo

Jakarta - Indonesia

ABSTRAK

Latar belakang: Pengetahuan mengenai bentuk dan dimensi normal telinga, pola pertumbuhan

telinga dan kelainannya penting untuk kita ketahui dalam mendiagnosis berbagai kelainan atau sindrom

kongenital. Tujuan: Untuk mengetahui pentingnya analisis variasi morfologi telinga, sehingga kita dapat

membuat perencanaan dan menentukan waktu yang tepat untuk melakukan rekonstruksi daun telinga

seperti mikrotia, makrotia, telinga caplang (prominent) dan lain sebagainya. Tinjauan pustaka: Berbagai

studi antropometri menunjukkan bahwa 90% pertumbuhan daun telinga akan mencapai puncaknya pada

usia 11 atau 12 tahun. Panjang daun telinga akan bertambah seiring dengan bertambahnya usia karena

elastisitas jaringan lunak, bentuk alami kulit, dan pengaruh gravitasi. Saat yang tepat untuk melakukan

rekonstruksi telinga pada pasien mikrotia masih merupakan perdebatan. Faktor-faktor yang menentukan

usia pertumbuhan telinga luar, kekuatan tulang rawan iga sebagai donor serta efek psikologis pasien

mengenai keadaan tersebut. Kesimpulan: Ukuran antropometri daun telinga, informasi dimensional dan

pola pertumbuhan daun telinga sangat penting untuk melakukan perencanaan serta tindakan rekonstruksi

daun telinga.

Kata kunci: antropometri telinga, perkembangan telinga, rekonstruksi telinga, kelainan telinga

ABSTRACT

Background: Knowlegde on normal ear dimention, ear development and ear abnormality is

important in order to diagnose some deformities or congenital syndrome. Purpose: To understand about

anthropometric measurements of the auricula. It is essential for analyzing the morphologic variance of

the ear in order to make a plan on what and when to do auricular reconstruction in ear abnormality such

as microtia, macrotia, prominent ear and others. Review: Various anthropometric studies showed that up

to 90% of the auricular growth is already completed at the age of 11 to 12 years old. The length of the

auricle is increasing along with natural growing process such as the natural skin and soft tissue elasticity

Tinjauan Pustaka

Page 2: Antropometri Telinga - Dr. Trimartani - PERHATI-KL · PDF filePenulis ingin agar para ahli THT mengetahui berbagai variasi morfologi telinga, dan memahami cara menganalisisnya, sehingga

2

and the force of gravity. Conclusion: Information of normal ear dimention, ear development and ear

abnormality is important in planing reconstruction of the auricle.

Key words: ear antropometry, ear development, auricular reconstruction, ear deformity

Alamat korespondensi: Dini Widiarni, Departemen THT FKUI-RSCM. Jl. Diponegoro 71, Jakarta. E-

mail: [email protected]

PENDAHULUAN

Daun telinga dan liang telinga

merupakan bagian dari telinga luar. Bentuk

daun telinga yang baik ditentukan oleh

bentuk tulang rawan daun telinga yang

elastis. Sampai saat ini belum ada

pengetahuan yang tepat bagi kita sampai

usia berapa pertumbuhan daun telinga

manusia berlangsung.1,2

Pengetahuan mengenai bentuk dimensi

normal telinga, pola pertumbuhan telinga

dan kelainannya penting untuk kita ketahui

dalam mendiagnosis berbagai kelainan atau

sindrom kongenital. Hal ini juga penting

bagi perkembangan industri alat bantu

dengar. Variasi struktur anatomi telinga

pada masing-masing individu merupakan

sesuatu yang unik, sama seperti sidik jari

pada manusia.1,3-6

Sering ditemukan kelainan telinga

pada bayi lahir hidup karena berbagai

penyebab, dengan angka 1:2.000–1:20.000

bayi lahir hidup.7

Pada bayi yang lahir dengan kelainan

telinga, pertumbuhan telinga dievaluasi

sampai saat yang tepat untuk melakukan

rekonstruksi telinga.2,4

Penulis ingin agar para ahli THT

mengetahui berbagai variasi morfologi

telinga, dan memahami cara

menganalisisnya, sehingga dapat melakukan

rekonstruksi daun telinga dengan baik.

TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi telinga

Telinga terdiri dari tiga bagian, yaitu

telinga luar, telinga tengah, dan telinga

dalam. Ketiga bagian ini terbentuk pada

masa mudigah.1

Telinga luar, terdiri dari daun telinga

dan liang telinga sampai dengan membran

timpani. Daun telinga terdiri dari tulang

rawan elastin dan kulit. Liang telinga terdiri

atas bagian tulang rawan pada sepertiga luar

dan bagian tulang pada dua pertiga dalam.

Bentuk liang telinga seperti huruf S akibat

Page 3: Antropometri Telinga - Dr. Trimartani - PERHATI-KL · PDF filePenulis ingin agar para ahli THT mengetahui berbagai variasi morfologi telinga, dan memahami cara menganalisisnya, sehingga

3

perbedaan sudut bagian tulang rawan

dengan bagian tulang. Panjang liang telinga

kurang lebih 2 ½ -3 cm.

Pada kulit liang telinga bagian tulang

rawan terdapat folikel rambut, kelenjar

keringat dan kelenjar serumen. Sedangkan

kulit di bagian tulang merupakan kulit yang

sangat tipis dan berlanjut ke kulit membran

telinga. Pada bagian ini tidak terdapat folikel

rambut, hanya sedikit dijumpai kelenjar

serumen.8-10

Gambar 1. Anatomi telinga10

Telinga tengah, berbentuk kubus yang

dibatasi pada batas luar oleh membran

timpani; batas depan oleh tuba Eustachius;

batas bawah oleh vena jugularis; batas

belakang oleh aditus ad antrum dan kanalis

fasialis pars ventrikalis, batas atas oleh

tegmen timpani, dan batas dalam oleh

kanalis semi sirkularis horisontal, kanalis

fasialis, tingkap lonjong, tingkap bundar dan

promontorium.

Membran timpani, berbentuk bundar

dan cekung bila dilihat dari arah liang

telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu

liang telinga, membatasi liang telinga

dengan kavum timpani. Diameter membran

timpani rata-rata 1 cm. Terdiri dari dua

bagian: bagian atas disebut pars flaksida

(membran Sharpnell), bagian bawah disebut

pars tensa (membran propria).

Pada telinga tengah terdapat rangkaian

tulang-tulang pendengaran yang saling

berhubungan yaitu maleus, inkus, dan stapes

yang menghubungkan membran timpani ke

tingkap lonjong. Prosesus longus maleus

melekat pada membran timpani, maleus

melekat pada inkus dan inkus melekat pada

stapes.8-10

Telinga dalam, terdiri dari koklea

(rumah siput) yang berbentuk setengah

lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari

tiga buah kanalis semisirkularis. Ujung

koklea disebut helikotrema, yang

menghubungkan perilimfa skala timpani

dengan skala vestibuli.

Pada irisan melintang koklea, tampak

skala vestibuli di sebelah atas, skala timpani

di sebelah bawah, dan skala media (duktus

koklearis) di antaranya. Skala vestibuli dan

skala timpani berisi perilimfa, sedangkan

skala media berisi endolimfa. Dasar skala

vestibuli disebut membran vestibuli

Luar Tengah Dalam

Page 4: Antropometri Telinga - Dr. Trimartani - PERHATI-KL · PDF filePenulis ingin agar para ahli THT mengetahui berbagai variasi morfologi telinga, dan memahami cara menganalisisnya, sehingga

4

(Reissner’s membrane) sedangkan dasar

skala media adalah membran basalis di

mana terdapat organ Corti.8,9

Telinga memiliki susunan otot yang

terdiri atas otot intrinsik dan ekstrinsik.

Otot-otot intrinsik meliputi heliks mayor dan

minor, tragus, antitragus, otot transversal,

dan otot oblik. Otot-otot ekstrinsik meliputi

otot aurikularis anterior, aurikularis superior

dan aurikularis posterior.1,11,12

Pendarahan daun telinga berasal dari

tiga arteri, yaitu arteri temporalis

superfisialis, arteri aurikularis posterior dan

arteri oksipitalis. Sistem vena pada daun

telinga terdiri dari vena aurikularis posterior,

vena jugularis eksternal, vena temporalis

superfisialis dan vena retromandibularis.

Untuk sistem limfatik telinga, bagian

anterior telinga akan berdrainase ke kelenjar

limfe parotis, dan bagian posterior telinga ke

kelenjar limfe servikal.

Persarafan daun telinga berasal dari

saraf kranial VII (nervus fasialis), dengan

cabang temporal mempersarafi muskulus

aurikularis anterior dan superior, dan cabang

aurikularis posterior mempersarafi muskulus

aurikularis posterior. Persarafan sensoris

telinga didapat dari nervus oksipitalis minor

(cabang mastoid), nervus aurikularis mayor

dan nervus aurikulo-temporalis.1,9,11,12

Morfologi daun telinga

Morfologi daun telinga terdiri dari

heliks, antiheliks (krus superior, krus

inferior), tragus, antitragus, konka, lobus,

skapa dan fosa triangularis.

Heliks, merupakan batas terluar dari

telinga yang memanjang dari insersi

superior pada telinga (kulit kepala) sampai

ujung tulang rawan pada lobus. Terbagi tiga

menjadi heliks asendens, heliks superior dan

heliks desendens.

Gambar 2. Morfologi daun telinga (dikutip dari Purkait5)

Antiheliks, merupakan lengkungan

tulang rawan berbentuk Y yang berasal dari

antitragus dan memisahkan konka, fosa

triangularis dan skapa. Terbagi dua atas krus

superior dan krus inferior. Krus superior

adalah daerah tulang rawan bagian atas yang

berasal dari bifurkasio antiheliks yang

memisahkan skapa dan fosa triangularis.

Krus superior berjalan ke arah superior dan

sedikit ke arah anterior. Nama lain dari krus

superior ialah krus posterior. Krus inferior

Page 5: Antropometri Telinga - Dr. Trimartani - PERHATI-KL · PDF filePenulis ingin agar para ahli THT mengetahui berbagai variasi morfologi telinga, dan memahami cara menganalisisnya, sehingga

5

adalah daerah tulang rawan bagian bawah

yang berasal dari bifurkasio antiheliks yang

berujung di bawah lipatan heliks aseden.

Berjalan ke arah anterior dan sedikit ke arah

superior. Nama lainnya ialah krus anterior.

Krus heliks, merupakan sambungan bagian

anteroinferior dari heliks asendens ke

posteroinferior lalu masuk ke rongga konka

tepat di atas liang telinga.

Tragus, merupakan penonjolan

tulang rawan yang dilapisi kulit, berada

anterior dari liang telinga.

Antitragus, merupakan penonjolan

tulang rawan yang terletak antara insisura

dan pangkal dari antiheliks.

Konka, merupakan daerah yang

dibatasi oleh tragus, insisura, antitragus, dan

antiheliks. Terbagi dua oleh krus heliks

menjadi simba di superior dan kavum di

inferior.

Lobus, merupakan bagian non-

tulang rawan, berada inferior dari daun

telinga yang dibatasi oleh heliks desenden di

posterosuperior, batas inferior antitragus

pada anterosuperior dan insisura di superior.

Skapa, merupakan lekukan yang

berada di antara heliks dan antiheliks.

Fosa triangularis, merupakan

cekungan yang dibatasi oleh krus superior

dan inferior dari antiheliks dan heliks

asendens.11,13

Embriologi telinga

Perkembangan daun telinga mulai

terlihat pada minggu keempat usia gestasi.

Daun telinga terbentuk dari arkus brankial

pertama dan kedua. Proliferasi keenam

penonjolan mesoderm dan epiderm disebut

hillocks, akan berotasi dan berfusi

membentuk aurikula.

Keenam penonjolan

akan saling bergabung satu dengan yang

lainnya di sekitar kanal telinga primitif.

Setiap penonjolan tersebut akan berubah

menjadi bagian dari daun telinga.

Penonjolan pertama akan membentuk

tragus, penonjolan kedua akan membentuk

krus heliks, penonjolan ketiga akan

membentuk heliks, penonjolan keempat

akan membentuk antiheliks, penonjolan

kelima akan membentuk antitragus, dan

penonjolan keenam akan membentuk lobul

telinga. Daun telinga akan mencapai bentuk

dewasa pada usia janin 20 minggu. Bila

terdapat gangguan fusi pada saat agregasi

arkus brankial, maka kelainan bentuk telinga

luar dan telinga tengah sudah dapat terjadi

pada masa embrionik.1,14,15

Liang telinga dan telinga tengah

terbentuk dari aparatus brankial yang terlihat

jelas pada usia kehamilan 24 hari.

Pembentukan liang telinga dimulai dengan

invaginasi dari lengkung brankial pertama.

Page 6: Antropometri Telinga - Dr. Trimartani - PERHATI-KL · PDF filePenulis ingin agar para ahli THT mengetahui berbagai variasi morfologi telinga, dan memahami cara menganalisisnya, sehingga

6

Daerah ini dibatasi oleh lengkung brankial

pertama di sebelah kranial dan lengkung

brankial kedua di sebelah kaudal.

Celah brankial akan berinvaginasi dan

melebar ke arah medial sebagai lempeng

epitel pada usia janin dua bulan.

Pertumbuhan ini akan bertemu dengan

pertumbuhan lateral dari kantung faringeal

pertama.

Kantung faringeal pertama berasal dari

endoderm dan kemudian akan berkembang

menjadi celah telinga tengah dan tuba

Eustachius. Perkembangan telinga tengah

terkait erat dengan perkembangan liang

telinga, yakni dari aparatus brankial. Ruang

telinga tengah berasal dari pertumbuhan

lateral kantung faringeal pertama. Telinga

tengah akhirnya akan melingkupi tulang-

tulang pendengaran. Tulang-tulang

pendengaran berasal dari lengkung brankial

pertama dan kedua.

Gambar 3. Pertumbuhan telinga bulan ke-515

Telinga dalam akan mulai berkembang

pada usia janin tiga minggu dan akan selesai

pada usia janin 20 minggu.1,11,16

Pengukuran antropometri daun telinga

Berbagai macam penelitian telah

dilakukan untuk mendefinisikan berbagai

organ tubuh manusia dan proporsinya

berdasarkan morfometri. Penelitian-

penelitian ini sangatlah penting kerena dapat

menentukan secara akurat berbagai definisi

morfometri organ tubuh manusia pada

berbagai populasi. Dalam hal ini, kedua

telinga manusia baik ukuran, bentuk maupun

posisinya memiliki peranan yang penting

dalam menciptakan estetika wajah yang

tampak alami dan harmonis. Telinga juga

dapat digunakan untuk mendefinisikan

standar sebuah populasi, kelainan

kongenital, sebagai earprint, dan untuk

membuat desain alat bantu dengar yang

baik. Pengukuran antropometri daun telinga

penting agar kita dapat menganalisis

berbagai perbedaan morfologi dan

merencanakan waktu yang tepat untuk

tindakan operasi.2-6

Berbagai kelainan bentuk daun telinga

seperti ukuran yang tidak proporsional,

ukuran lobus yang abnormal, atau hilangnya

sebagian atau seluruh daun telinga dapat

dikoreksi dengan tindakan operasi. Koreksi

Page 7: Antropometri Telinga - Dr. Trimartani - PERHATI-KL · PDF filePenulis ingin agar para ahli THT mengetahui berbagai variasi morfologi telinga, dan memahami cara menganalisisnya, sehingga

7

terhadap kelainan tersebut akan memerlukan

informasi terhadap bentuk dimensi telinga

yang normal. Perlu diingat, ukuran daun

telinga akan tetap bertambah walaupun

sudah mencapai ukuran dewasa. Hal ini

dapat diakibatkan karena berkurangnya

elastisitas kulit, berkurangnya kekuatan

tegangan antar-jaringan lunak ataupun

pengaruh gravitasi.1,2,4,5,17,18

Gambar 4. Kaliper geser (dikutip dari Purkait5)

Pengukuran terhadap bentuk daun

telinga dapat dilakukan dengan

menggunakan kaliper geser. Agar

didapatkan hasil pengukuran yang baik dan

benar, maka posisi kepala turut menentukan

keberhasilan pengukuran.

Gambar 5. Landmark daun telinga

Keterangan gambar: 1. Superaurale, 2. Subaurale, 3.

Preaurale, 4. Postaurale, 5. Superior konka, 6. Insisura

intertragika inferior, 7. Insisura anterior auris posterior, 8.

Kurvatura antiheliks, 9. Lobules anterior, 10. Lobules

posterior (dikutip dari Purkait5)

Posisi kepala subjek yang dilakukan

pemeriksaan diatur tegak lurus menghadap

ke depan sesuai garis horisontal Frankfurt.

Lokasi pada daun telinga yang akan diukur

dan ditandai terlebih dahulu. Terdapat

delapan pengukuran antropometri yang

diukur pada daun telinga.9,10,11,17

Gambar 6. Pengukuran penonjolan telinga setinggi (E)

heliks ke mastoid pada level superaurale, (F) heliks ke

mastoid pada level tragus

(dikutip dari Purkait5)

Page 8: Antropometri Telinga - Dr. Trimartani - PERHATI-KL · PDF filePenulis ingin agar para ahli THT mengetahui berbagai variasi morfologi telinga, dan memahami cara menganalisisnya, sehingga

8

Pengukuran yang dilakukan seperti pada

gambar 5 dan 6 ialah:

Pengukuran 1: panjang daun telinga (1–2)

Pengukuran 2: lebar daun telinga (3–4)

Pengukuran 3: panjang lobul (6–2)

Pengukuran 4: lebar lobul (9–10)

Pengukuran 5: panjang konka (5–6)

Pengukuran 6: lebar konka (7–8)

Pengukuran 7: penonjolan telinga setinggi

superaurale (E)

Pengukuran 8: penonjolan telinga setinggi

tragus (F)

Berbagai kepustakaan menyatakan

berbagai ukuran pertumbuhan telinga. Pada

saat lahir, ukuran daun telinga ialah 66%

dari ukuran dewasa, pada usia enam tahun

akan menjadi 95% dari ukuran dewasa.2

Ukuran panjang telinga normal diukur

dari superaurale-subaurale ialah antara 55.0

mm sampai dengan 65.0 mm. Ukuran lebar

telinga diukur dari preaurale-postaurale ialah

antara 32.0 mm sampai dengan 36.0 mm.

Ukuran penonjolan telinga diukur dari

mastoid ke heliks setinggi tragus ialah 15.0

sampai dengan 20.0 mm.2,4,7,19-21

Beberapa penelitian telah dilakukan

terhadap pertumbuhan daun telinga yang

dihubungkan dengan usia. Berdasarkan

penelitian yang dipublikasikan terlihat

bahwa ukuran telinga, tidak seperti bagian

lain dari tubuh, akan tetap mengalami

pertumbuhan selama masa dewasa.

Iannarrellie dan Ito, seperti dikutip oleh

Meijerman17

menyatakan bahwa hal ini

mungkin terjadi karena bertambah

lengkungnya lobus telinga. Walaupun

demikian, terdapat bukti yang menyatakan

bahwa terjadi perubahan histologi dari

tulang rawan seiring bertambahnya usia. Hal

ini menunjukkan bahwa dengan

bertambahnya usia terjadi pengurangan sel

tulang rawan per unit area. Dari penelitian

ini dibuat sebuah hipotesis yang menyatakan

bahwa bertambah panjangnya daun telinga

dikarenakan bertambahnya matriks

ekstraseluler dari tulang rawan.

Farkas dkk.3 pada penelitiannya

terhadap 1590 warga kaukasian Amerika

Utara antara usia satu tahun sampai 18 tahun

menyimpulkan bahwa pada usia satu tahun,

lebar telinga mencapai 93,5% dari ukuran

dewasa. Panjang telinga pada usia satu tahun

hanya mencapai 76,4% dari ukuran dewasa,

baik pada laki-laki maupun perempuan.

Lebar telinga mencapai ukuran dewasa pada

usia enam tahun pada perempuan, dan tujuh

tahun pada laki-laki. Sedangkan panjang

telinga akan mencapai ukuran dewasa pada

usia 13 tahun pada laki-laki dan 12 tahun

pada perempuan.

Page 9: Antropometri Telinga - Dr. Trimartani - PERHATI-KL · PDF filePenulis ingin agar para ahli THT mengetahui berbagai variasi morfologi telinga, dan memahami cara menganalisisnya, sehingga

9

Murakami dan Quatela22

pada

penelitiannya melaporkan bahwa

pertumbuhan daun telinga akan mencapai

puncaknya pada usia 15 tahun pada laki-laki

dan 13 tahun pada perempuan. Lebar daun

telinga akan mencapai puncaknya pada usia

10 tahun pada laki-laki dan 6 tahun pada

perempuan.

Kalcioglu dkk.2 pada penelitiannya

terhadap 1552 subjek dari usia baru lahir

sampai usia 18 tahun menyimpulkan bahwa

ukuran daun telinga akan mencapai

puncaknya pada usia 12 tahun pada laki-laki

dan 11 tahun pada perempuan. Lebar daun

telinga akan mencapai puncaknya pada usia

6 tahun.

Ferrario dkk. seperti dikutip oleh

Meijerman17 pada penelitiannya menemukan

bahwa indeks telinga pada laki-laki baik

telinga kanan maupun kiri mempunyai

kecenderungan lebih besar dibandingkan

indeks telinga perempuan. Perbedaan ukuran

daun telinga berdasarkan jenis kelamin pada

usia remaja sangatlah minimal. Total

pertumbuhan panjang telinga selama usia

dewasa diperkirakan sebesar 8-9 mm, baik

laki-laki maupun perempuan.5

Barut dkk.4 pada penelitiannya

terhadap 153 anak usia enam sampai 13

tahun (87 laki-laki, 66 perempuan)

menyimpulkan bahwa tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara panjang

telinga kanan dan kiri pada anak perempuan.

Sedangkan pada anak laki-laki, nilai rata-

rata tinggi telinga lebih besar dibandingkan

anak perempuan. Telinga kiri secara

signifikan lebih lebar dibandingkan telinga

kanan, dan indeks telinga kiri lebih besar

dibandingkan telinga kanan pada anak laki-

laki.

Kelainan anatomi daun telinga

Anomali kelainan daun telinga

berdasarkan kualitas dan kuantitasnya dibagi

atas: (1) variasi ukuran (makrotia, mikrotia,

anotia); (2) variasi pada posisi (telinga letak

rendah); (3) variasi bagian anatomi seperti

heliks, antiheliks, konka, tragus, antitragus,

skapa, lobus maupun fosa triangularis; (4)

variasi sesuai nama kelainan: crumpled ear,

cryptotia, cupped ear, lop ear, preauricular

and auricular pits, preauricular and

auricular tags, preauricular ectopias,

prominent ear, question mark ear,

detachment of ascending helix, satyr ear,

shell ear, stahl ear.13

Tanzer23

mengklasifikasikan defek

daun telinga menjadi lima kategori:

I. Anotia

II. Hipoplasia komplet (mikrotia)

a. Disertai atresia liang telinga

b. Tanpa atresia liang telinga

Page 10: Antropometri Telinga - Dr. Trimartani - PERHATI-KL · PDF filePenulis ingin agar para ahli THT mengetahui berbagai variasi morfologi telinga, dan memahami cara menganalisisnya, sehingga

10

III. Hipoplasia 1/3 tengah daun telinga

IV. Hipoplasia 1/3 atas daun telinga

a. Constricted (cup dan lop) ear

b. Kriptotia

c. Hipoplasi seluruh 1/3 atas daun

telinga

V. Prominent ear (Telinga caplang)

Kelainan anatomi yang sering

ditemukan ialah:

Gambar 7. Cupped ear13 Gambar 8. Lop ear13

Cupped ear, menonjolnya telinga ke arah

lateral karena tidak terdapatnya lekukan

antiheliks.

Lop ear, melipatnya bagian atas daun

telinga ke arah anterior dan inferior yang

mengobliterasi fosa triangularis dan skapa.

Telinga letak rendah, insersi bagian atas

telinga terletak di bawah garis horisontal

imajiner.

Kriptotia, invaginasi bagian superior daun

telinga di bawah lipatan kulit tulang

temporal.13

Gambar 9. Telinga letak rendah13

Gambar 10. Kriptotia13 Gambar 11. Protruding ear13

Protruding/prominent ear, apabila

penonjolan telinga yang diukur dari mastoid

ke heliks setinggi tragus melebihi 20.0

mm.18

Gambar 12. Crimped helix13 Gambar 13. Posterior pit

13

Heliks: Crimped helix, sering terjadi pada

1/3 tengah heliks asendens. Sepanjang

bagian posterior terlihat lebih rata atau

seperti terjepit. Posterior pit, yaitu lekukan

permanen pada daerah posteromedial heliks.

Gambar 14. Antihelix absent13 Gambar 15. Absent lobe13

Page 11: Antropometri Telinga - Dr. Trimartani - PERHATI-KL · PDF filePenulis ingin agar para ahli THT mengetahui berbagai variasi morfologi telinga, dan memahami cara menganalisisnya, sehingga

11

Antiheliks: Antihelix absent, tidak

terbentuknya lengkungan antara konka dan

fosa triangularis dan heliks.

Lobus: Absent lobe, tidak terdapatnya lobus.

Gambar 16. Auricular pit13 Gambar 17. Preauricar pit13

Auricular pit: lekukan kecil pada bagian

bawah heliks asendens, konka atau pada

krus heliks.

Preauricular pit: lekukan kecil yang berada

di anterior dari insersi telinga.

Gambar 18. Auricular tag13

Auricular tag: penonjolan kecil disekitar

daun telinga.

Gambar 19. Macrotia13

Makrotia: kelainan bentuk telinga di mana

panjang dan lebar telinga lebih besar dari

dua standar deviasi di atas nilai rata-rata.13

Mikrotia

Mikrotia merupakan suatu kelainan

kongenital berupa malformasi bentuk telinga

dengan berbagai derajat keparahan mulai

dari bentuk telinga luar kecil dengan

abnormalitas ringan sampai tidak

terbentuknya daun telinga, telinga tengah

dan telinga dalam. Hal ini terjadi karena

kurangnya proliferasi mesenkim yang terjadi

saat pertumbuhan fetus pada usia kehamilan

enam sampai delapan minggu. Teori lain

mengatakan kemungkinan terjadinya

kerusakan embrionik pada akhir trimester

pertama kehamilan.

Mikrotia terjadi pada setiap 7000-8000

kelahiran hidup.11,24-28

Mikrotia dapat terjadi

unilateral maupun bilateral dengan

perbandingan 4:1. Lebih sering terjadi pada

telinga kanan dibandingkan telinga kiri

dengan perbandingan 3:2.25

Deformitas

bilateral terjadi pada 10% kasus. Lebih

sering didapatkan pada laki-laki daripada

perempuan dengan rasio 2,5:1, terutama

pada mikrotia unilateral. Penyebab mikrotia

lebih bersifat multifaktorial. Belum ada

laporan yang menyatakan kelainan

Page 12: Antropometri Telinga - Dr. Trimartani - PERHATI-KL · PDF filePenulis ingin agar para ahli THT mengetahui berbagai variasi morfologi telinga, dan memahami cara menganalisisnya, sehingga

12

kromosom sebagai penyebab terjadinya

mikrotia. Kurang dari 15% kasus memiliki

riwayat yang sama dalam keluarga. Mikrotia

yang terjadi pada kedua telinga dapat

mengakibatkan gangguan terhadap proses

bicara dan komunikasi sehingga harus

diintervensi sedini mungkin.7,11,12,16,25,26,29

Persentase keterlibatan faktor genetik

tidak mencapai angka 15%. Angka kejadian

lebih tinggi pada ras Asia, terutama Jepang,

Hispanik, dan Amerika asli (Eskimo dan

Navajo) dibandingkan dengan ras kulit

hitam atau putih.30

Faktor herediter bersama kelainan

vaskular intrauterin dianggap merupakan

etiologi dari mikrotia. Terdapat beberapa

sindrom yang sering diasosiasikan dengan

mikrotia seperti sindrom Goldenhar dan

sindrom Treacher Colins.

Selain itu,

beberapa obat seperti thalidomide dan

isotretionoin (accutane), dapat menimbulkan

malformasi kongenital berat seperti

mikrotia. Faktor kausatif yang spesifik juga

dapat mengakibatkan mikrotia seperti

infeksi rubella selama kehamilan trimester

pertama. Mikrotia juga dapat terjadi sebagai

akibat dari fetal alcohol syndrome dan

diabetes maternal embriopati.12,28,31,32

Klasifikasi mikrotia

Mikrotia diklasifikasikan mulai dari

yang ringan (derajat I) hingga telinga luar

yang tidak ada sama sekali (anotia). Weerda

membagi mikrotia atas tiga tipe. Derajat I:

kelainan ringan dengan sedikit perubahan

bentuk pada heliks dan antiheliks. Derajat II:

memiliki seluruh struktur utama, tetapi perlu

dilakukan rekonstruksi pada tulang rawan

atau kulit, terdapat stenosis liang telinga.

Derajat III: abnormalitas ditandai dengan

terdapatnya beberapa bahkan mungkin tidak

terdapat bentuk sama sekali. Jika terdapat

lobul, posisinya ke arah anterior.25

Aguilar dan Jahrsdoerfer (1988)

membagi mikrotia atas tiga tipe. Derajat I:

memperlihatkan kelengkapan semua subunit

anatomis namun dalam ukuran yang

abnormal atau lebih kecil dari ukuran

Gambar 22. Mikrotia

derajat III32

Gambar 23. Anotia32

Gambar 20. Mikrotia

derajat I32

Gambar 21. Mikrotia

derajat II32

Page 13: Antropometri Telinga - Dr. Trimartani - PERHATI-KL · PDF filePenulis ingin agar para ahli THT mengetahui berbagai variasi morfologi telinga, dan memahami cara menganalisisnya, sehingga

13

seharusnya. Terjadi malformasi pinna dan

ukuran lebih kecil dari normal. Derajat II:

pinna berukuran lebih kecil dan kurang

berkembang dibandingkan derajat I.

Terdapat displasia atau aplasia dari satu atau

lebih subunit anatomis. Terdapat angulasi

berlebih dari konka, antiheliks tidak

menggulung, dan tiga lapis bingkai aurikula

sering ditemukan tidak lengkap. Scapha,

yaitu bingkai utama, ditemukan lemah

sehingga aspek superior dengan sendirinya

menggulung. Tulang rawan tidak cukup

terbentuk. Bentuk dari pinna mulai kurang

jelas. Derajat III: merupakan mikrotia klasik

dengan gambaran aurikula yang mikrotik

berbentuk seperti kacang dengan bagian

superior adalah elemen tulang rawan dan di

inferior adalah gumpalan fibroadiposa dari

lobulus aurikula, dan anotia: pinna sama

sekali tidak tampak.14,29

Rekonstruksi

Perencanaan rekonstruksi

Pengukuran

Pada saat akan melakukan rekonstruksi

telinga, maka yang pertama harus ditentukan

ialah menentukan letak posisi normal daun

telinga. Posisi ini ditentukan berdasarkan

garis imajinasi yang dibuat dari ujung atas

dan bawah daun telinga ke arah wajah.

Ujung atas telinga bisa berada: 1) di atas alis

mata; 2) sejajar ujung lateral alis mata; 3)

sejajar dengan kelopak mata bagian atas;

atau 4) sejajar dengan sudut mata. Ujung

bawah telinga bisa berada 1) di atas puncak

cuping hidung; 2) sejajar cuping hidung; 3)

sejajar puncak bibir atas; 4) sejajar sudut

bibir.21

Gambar 24. Posisi telinga terhadap struktur wajah lainnya

(dikutip dari Farkas21)

Selain garis-garis tersebut, posisi daun

telinga juga ditentukan oleh letak liang

telinga. Berdasarkan Leiber, pertama, ditarik

garis imajinasi yang menghubungkan

glabella dengan puncak bibir atas. Kedua,

ditarik garis dari arah liang telinga ke arah

garis pertama sampai membentuk sudut 90°.

Garis ini harus berada pada daerah yang

berada di antara bagian bawah kelopak mata

dengan batas atas cuping hidung. Jika garis

tersebut berada di atas daerah tersebut, maka

disebut telinga letak tinggi, dan bila berada

di bawah daerah tersebut, maka disebut

telinga letak rendah.21

Page 14: Antropometri Telinga - Dr. Trimartani - PERHATI-KL · PDF filePenulis ingin agar para ahli THT mengetahui berbagai variasi morfologi telinga, dan memahami cara menganalisisnya, sehingga

14

Gambar 25. Penentuan liang telinga berdasarkan Leiber

(dikutip dari Farkas21)

Pembuatan Rangka

Untuk dapat membuat rangka telinga,

sebelumnya kita memerlukan negatif film

yang sering digunakan untuk foto Rontgen.

Lalu negatif film tersebut digunakan untuk

mencetak pola bentuk daun telinga normal

kontralateral. Apabila pada kasus mikrotia

bilateral, maka daun telinga normal yang

digunakan sebagai pola ialah daun telinga

orang tuanya. Ukuran pola yang digunakan

haruslah beberapa millimeter lebih kecil dari

ukuran sebenarnya. Pola tersebut kemudian

digunakan sebagai pola pada daerah operasi

dan juga dapat digunakan sebagai pola saat

membentuk iga yang akan digunakan

sebagai donor.11

Teknik rekonstruksi

Rekonstruksi telinga luar dapat

dilakukan dengan cara: rekonstruksi

autologus, rekonstruksi dengan rangka

prostetik, atau penggantian prostetik.5

Aurikuloplasti

Rekonstruksi daun telinga dengan

tulang rawan autogenus merupakan baku

emas dari tindakan bedah rekonstruksi.

Beberapa teknik operasi rekonstruksi

autologus telah dilakukan oleh ahli bedah

rekonstruksi meliputi operasi Aguilar, Brent,

Tanzer dan Nagata.11,25

Waktu untuk melakukan rekonstruksi

telinga pada pasien mikrotia masih

merupakan perdebatan. Faktor-faktor yang

menentukan waktu yang tepat untuk

melakukan rekonstruksi ialah usia

pertumbuhan telinga luar, kekuatan tulang

rawan iga sebagai donor serta efek psikologi

pasien terhadap keadaan tersebut.11,12,14,24-26

Tulang rawan iga yang akan digunakan

sebagai donor baru akan cukup ukurannya

untuk digunakan sebagai donor saat usia

pasien lima atau enam tahun. Efek psikologi

pasien dengan mikrotia saat akan masuk

sekolah juga harus dijadikan pertimbangan

saat melakukan rekonstruksi.

Dr. Brent merekonstruksi pasien pada

usia antara enam sampai sepuluh tahun. Dr.

Nagata melakukan rekonstruksi pada usia

sepuluh tahun dengan lingkar dada minimal

60 cm.11,12,25

Page 15: Antropometri Telinga - Dr. Trimartani - PERHATI-KL · PDF filePenulis ingin agar para ahli THT mengetahui berbagai variasi morfologi telinga, dan memahami cara menganalisisnya, sehingga

15

Teknik Brent terdiri dari empat

tahapan. Tahap I: pembentukan kerangka

(framework) daun telinga menggunakan

tulang rawan iga kontralateral (iga ke 6-8).

Tahap II: transposisi lobul yang dilakukan

beberapa bulan setelah tahap I. Tahap III:

elevasi kerangka daun telinga. Tahap IV:

pembentukan tragus.11

Teknik Nagata terdiri dari dua tahapan,

yaitu: Tahap I: pembentukan kerangka daun

telinga, rekonstruksi tragus dan transposisi

lobul. Tahap II: elevasi kerangka daun

telinga yang dilakukan enam bulan setelah

tahap I.11-14,25

Yazdi dkk.25

pada penelitiannya

membandingkan penggunaan tulang rawan

autograft (9 kasus) dengan tulang rawan

homograft (14 kasus) pada operasi

rekonstruksi mikrotia. Pada penelitian

tersebut didapatkan bahwa selama follow-up

dalam periode waktu empat tahun, dua kasus

(satu autograft, satu homograft) mengalami

resorbsi graft tulang rawan. Satu kasus pada

kelompok homograft mengalami penekukan

tulang rawan, dan dua kasus mengalami

penekukan dan resorbsi secara bersamaan.

Otoplasti

Merupakan suatu prosedur operasi

untuk mengurangi kelebihan penonjolan

daun telinga mastoid atau yang dikenal

dengan istilah prominent ear. Jarak yang

dianggap berlebih ialah apabila jarak heliks

(setinggi tragus) ke mastoid lebih dari 2.0

cm.20

Dieffenbach (1845) adalah orang

pertama yang memperkenalkan teknik

otoplasti.1,20,33

Otoplasti untuk prominent ear

memiliki dua prinsip komponen teknik,

yaitu koreksi pada konka dan heliks. Akhir-

akhir ini, teknik otoplasti lebih difokuskan

pada cara bagaimana membentuk jaringan

yang baik daripada menghilangkannya.20,33

Waktu yang disarankan oleh ahli

bedah untuk melakukan tindakan otoplasti

ialah sebelum anak masuk sekolah, kira-kira

pada usia lima atau enam tahun.1 Balogh

dikutip dari Lavy,34

dalam penelitiannya

menyatakan bahwa tindakan otoplasti tidak

berpengaruh terhadap perkembangan telinga

luar di kemudian hari. Tujuan utama dari

tindakan otoplasti ialah menghasilkan

telinga dengan bentuk yang simetris dan

tampak alami tanpa adanya luka bekas

operasi.33

Beberapa teknik otoplasti yang

digunakan ialah teknik Mustarde, Converse,

Weerda, Furnas, dan Walter.10,11,33,35

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi akibat

pengambilan graft iga pada dinding dada

Page 16: Antropometri Telinga - Dr. Trimartani - PERHATI-KL · PDF filePenulis ingin agar para ahli THT mengetahui berbagai variasi morfologi telinga, dan memahami cara menganalisisnya, sehingga

16

lokasi donor ialah atelektasis ringan akibat

nyeri pada saat inspirasi, pneumotoraks atau

pneumomediastinum. Sedangkan komplikasi

yang dapat terjadi pada daerah rekonstruksi

ialah nekrosis kulit berat, hematoma, infeksi,

jaringan parut hipertrofi maupun keloid.25

DISKUSI

Telinga merupakan salah satu

komponen penting pada wajah manusia.

Ukuran, bentuk, maupun letaknya sangatlah

penting dari sudut pandang estetika.5

Rekonstruksi daun telinga pada kasus

absennya telinga karena trauma atau

kelainan kongenital seperti makrotia,

mikrotia, lop ear, prominent ear, kriptotia,

merupakan suatu tantangan bagi kalangan

dokter. Dibutuhkan suatu keahlian khusus

dari seorang ahli bedah yang tidak hanya

pengetahuan mengenai morfologi telinga,

tetapi juga kemampuan artistik ahli bedah

tersebut. Faktor-faktor lain yang berperan

terhadap hal ini ialah tebal-tipisnya dan

elastisitas rangka telinga dan tebal-tipisnya

kulit. Faktor waktu juga memegang peranan

yang penting dalam melakukan rekonstruksi

telinga. Perencanaan harus dilakukan

bersama-sama dengan ahli otologi bila

disertai dengan kelainan liang telinga,

kelainan telinga tengah dan dalam, fungsi

pendengaran, dan aspek psikososial pun

harus turut menjadi bahan pertimbangan.

Pengetahuan terhadap ukuran antropometri

daun telinga sangatlah penting untuk

mengetahui informasi dimensional dan pola

pertumbuhan daun telinga.2,3,11

Berbagai penelitian telah dilakukan

terhadap ukuran telinga. Penelitian yang

dilakukan dengan membandingkan populasi

dengan perbedaan latar belakang sosial dan

etnis menunjukkan hasil ukuran daun telinga

yang berbeda-beda.2

Rubin dkk. seperti dikutip oleh

Purkait5 dalam penelitiannya menyatakan

bahwa tidak ada bentuk daun telinga yang

dapat dijadikan patokan ukuran standar.

Bahkan pada kelompok yang memiliki latar

belakang etnis yang sama, perbedaan dapat

terjadi pada bentuk dan ukuran daun

telinga.3

Penelitian-penelitian yang dilakukan

terhadap waktu yang tepat untuk melakukan

rekonstruksi telinga pun tidak memiliki

standar waktu yang sama. David A. pada

penelitiannya menganjurkan waktu yang

tepat untuk melakukan rekonstruksi ialah

pada usia sekitar enam tahun. Hal ini

diambil dengan pertimbangan pasien telah

termotivasi untuk bekerja-sama dengan ahli

bedah dan ukuran telinga kontralateral

dianggap hampir mencapai ukuran dewasa.11

Page 17: Antropometri Telinga - Dr. Trimartani - PERHATI-KL · PDF filePenulis ingin agar para ahli THT mengetahui berbagai variasi morfologi telinga, dan memahami cara menganalisisnya, sehingga

17

Nilai normal standar pada pengukuran

antropometri telinga harus dapat diatur

secara jelas pada tiap-tiap populasi.

Perbedaan latar belakang etnis

mengakibatkan sulitnya menentukan standar

nilai antropometri. Sebagai contoh, antara

etnis Cina Singapura dan etnis Cina

Hongkong memiliki nilai pengukuran yang

berbeda. Oleh karena itu dibutuhkan

penelitian dengan populasi yang lebih besar,

sehingga dapat diketahui dengan jelas

perbedaan nilai yang didapat.7

Di Indonesia sendiri, belum ada

penelitian yang dilakukan untuk menentukan

nilai antropometri telinga, sehingga belum

didapatkan patokan nilai yang dapat

digunakan sebagai rujukan ahli bedah saat

akan melakukan rekonstruksi telinga. Oleh

karena itu, diperlukan suatu penelitian untuk

dapat menentukan nilai antropometri telinga

orang Indonesia agar didapatkan

pengetahuan yang umum terhadap ukuran

telinga.

Berdasarkan diskusi dapat disimpulkan

bahwa ukuran antropometri daun telinga,

informasi dimensional dan pola

pertumbuhan daun telinga sangat penting

untuk melakukan perencana dan tindakan

rekonstruksi daun telinga.

DAFTAR PUSTAKA

1. Naumann A. Otoplasty-technique,

characteristic and risk. Head Neck Surg

2007; 6:1-14.

2. Kalcioglu MT, Miman MC, Toplu Y,

Yakinci C, Ozturan O. Anthropometry

growth study of normal human auricle. Int J

Ped Oto 2003; 67:1169-77.

3. Farkas LG, Posnick JC, Hreczko TM.

Anthropometry growth study of the ear. Cleft

Palate-Craniofacial J 1992; 29(4):24-9.

4. Barut C, Aktunc E. Anthropometric

measurements of the external ear in a group

of Turkish primary school students. Aest

Plast surg 2006; 30:255-9.

5. Purkait R, Singh P. Anthropometry of the

normal human auricle: a study of adult Indian

men. Aest Plast Surg 2007; 31:372-9.

6. Meijerman L, Sholl S, Conti FD, Giacon C,

Lugt C, Drusini A, et al. Exploratory study

on classification and individualization of

earprints. Forensic Sci Int 2004; 32:91-9.

7. Lian WB, Cheng MS, Tiong IH, Yeo CL.

Auricular anthropometry of newborn at the

Singapore general hospital. Ann Acad Med

Singapore 2008; 37:383-9.

8. Soepardi EA. Pemeriksaan telinga, hidung,

tenggorok, kepala dan leher. Dalam:

Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J,

Restuti RD, eds. Buku ajar ilmu kesehatan

telinga hidung tenggorok kepala & leher.

Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;

2007. h. 1-22.

Page 18: Antropometri Telinga - Dr. Trimartani - PERHATI-KL · PDF filePenulis ingin agar para ahli THT mengetahui berbagai variasi morfologi telinga, dan memahami cara menganalisisnya, sehingga

18

9. Helmi. Anatomi bedah regio temporal. Otitis

media supuratif kronis, pengetahuan dasar,

terapi medik, mastoidektomi, timpanoplasti.

Edisi ke-1. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;

2005. h. 4-28.

10. Wikipedia Encyclopedia. Anatomy of the

human ear. c2009 - [cited 2009 Feb 15].

Available from:

http://commons.wikipedia.org/wiki/File:Anat

omy_of_the_Human_Ear.svg.

11. Staffenberg DA. Microtia repair. J

Craniofacial Surg 2003; 14(4):481-6.

12. Bauer BS. Ear microtia. Juni 2006 [cited

2009 March 29]. Available From:

http://emedicine-

medscape.com/article/1290083-overview.

13. Hunter Hunter, Frias JL, Kaesbach GG,

Hughes H, Jones KL, Wilson L. Elements of

morphology: standard terminology for the

ear. Am J Med Genet 2009; 149:40-60.

14. Kesser BW. Aural Atresia. Juni 2008 [cited

2009 March 29]. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/87821

8-overview.

15. Roro. Ear development [image on the

internet]. c2008 - [cited 2007 Oct 27].

Available from:

http://www.keseharian.com/journal/?m=2007

10.

16. Bauer GP, Wiet RJ, Zappia JJ. Congenital

aural atresia. Laryngoscope 1994; 104:1219-

24.

17. Meijerman Lugt CVD, Maat GJR. Cross

sectional anthropometry study of the external

ear. J Forensic Sci 2007; 52(2):286-93.

18. Siegert R, Magritz R. Reconstruction of the

auricle. Head Neck Surg 2007; 6:1-11.

19. Peeples EE, Dixon LK, Buss WR. Genetic

analysis of the pinna of the human ear: sex

differences in college age adults. J Heredity

1985; 76:390-2.

20. Burres S. The anterior-posterior otoplasty.

Arc Otol Head Neck Surg 1998; 124:181-5.

21. Farkas LG. Chapter 2: examination. In:

Farkas LG, ed. Anthropometry of the head

and face. 2nd

ed. New York: Raven Press;

1994. p. 3-56.

22. Murakami CS, Quatela VC, Reconstruction

surgery of the ear. In: Cummings CW,

Fredrickson JM, Harker LA, Schuller MA,

Richardson, eds. Pediatric otolaryngology

head and neck surgery. 3rd

ed. Missouri:

Mosby; 1998. p. 439-54.

23. Tanzer RC, Belluci RJ, Converse JM.

Deformities of the auricle. In: Converse JM,

ed. Reconstructive plastic surgery.

Philadelphia: WB Saunders Co; 1977. p.

1671-710.

24. Mastroiacovo P, Corchia C, Botto LD, Lanni

R, Zampino G, Fusco D. Epidemiology and

genetics of microtia-anotia: a registry based

study on over one million births. J Med

Genet 1995; 32:453-7.

25. Yazdi AK, Hosseini MS, Sadeghi M, Sazgar.

AA, Safikhani R. Comparison of microtia

reconstructive surgery with autograft versus

Page 19: Antropometri Telinga - Dr. Trimartani - PERHATI-KL · PDF filePenulis ingin agar para ahli THT mengetahui berbagai variasi morfologi telinga, dan memahami cara menganalisisnya, sehingga

19

homograft. Arch Iranian Med 2007;

10(1):43-7.

26. Dept of state health services. Birth defect risk

factor series: microtia and anotia. March

2007 [cited 2008 July 15]. Available from:

http://www.dshs.state.tx.us/birthdefects/risk/r

isk-anotia microtia.shtm.

27. Harris J, Kallen B, Robert E. The

epidemiology of anotia and microtia. J Med

Genet 1996; 33:809-13.

28. Kaye CI, Rollnixk BR, Hauck WW, Martin

AO, Richtsmeier JT, Nagatoshi K. Microtia

and associated anomalies: statistical analysis.

Am J Med Genet 1989; 34:574-8.

29. Ishimoto S, Ito K, Yamasoba T, Kondo K,

Karino S, Takegoshi H, et al. Correlation

between microtia and temporal bone

malformation evaluated using grading

systems. Arch Otol Head Neck Surg 2005;

131:326-9.

30. Kelley PE, Scholes M. Microtia and

congenital aural atresia. Otolaryngol Clin N

Am 2007; 40:61-80.

31. Papel ID. Facial plastic and reconstructive

surgery. 2nd

ed. Philadelphia: Thieme; 2002.

p. 803-12.

32. Anonim. Microtia [image on the internet].

c2008 - [cited 2007 Dec 28]. Available form:

http://microtia.wordpress.com/2007/12/28/se

kilas-tentang-microtia.

33. Scharer SA, Farrior EH, Farrior RT.

Retrospective analysis of the farrior

technique for otoplasty. Arch Facial Plast

Surg 2007; 9:67-73.

34. Lavy J, Stearns M. Otoplasty: technique,

results and complications-a review. Clin Otol

1997; 22:390-3.

35. Mascio DD, Castagnetti F, Baldassarre S.

Otoplasty: Anterior abrasion or ear cartilage

with dermabrader. Aesth Plast Surg 2004;

27:446-71.