tahap2 konseling
DESCRIPTION
tahap2 konselingTRANSCRIPT
TAHAP-TAHAP KONSELING
Ada 4 tahapan dasar dalam proses konseling, yaitu:
1. membangun hubungan
2. melakukan identifikasi dan penilaian masalah
3. memfasilitasi perubahan teraupetik
4. evaluasi dan terminasi.
Tahapan tersebut dapat dijelaskan secara detil oleh Gladding
(1992) dalam skema berikut:
(Gladding dalam Murad, 2009)
1
Struktur dianggap penting oleh Gladding karena kelancaran
suatu proses konseling sangat dipengaruhi oleh pemahaman
konselor akan apa yang akan dihadapinya dan bagaimana klien
merasa aman sepanjang proses konseling. Selain itu, Gladding
juga menekankan kemungkinan adanya informasi tambahan yang
diperlukan dari luar klien mengenai permasalahan yang dialami
klien (alloanamnesa).
Sedangkan Hackney dan Cormier (2001) lebih menekankan
akan pentingnya rapport sepanjang proses konseling berlangsung
dan menjelaskan bahwa langkah satu dengan yang lain saling
bertumpang tindih dan selalu mengarah pada proses
penyelesaian (progressive movement). Dapat dilihat di tabel
berikut:
(Hackney dan Cormier, dalam Murad, 2009)
2
A. MEMBANGUN HUBUNGAN
Menurut Culley (1992) dalam tahap membangun
hubungan di awal proses konseling, terdapat dua
keterampilan koneselor yang harus dikuasai, yaitu:
- keterampilan merefleksi kembali dengan:
mengulang kata penting yang diungkap klien,
paraphrasing, dan menyimpulkan.
- kemampuan memperdalam (probing) dengan:
bertanya dan membuat statement untuk tujuan
mengumpulkan informasi dan mulai mengarahkan tujuan
sesi konseling.
Sasaran dalam tahap ini adalah:
klien dapat menjelaskan masalahnya atau alasannya
datang
menentukan sejauhmana klien mengenali
kebutuhannya untuk mendapatkan bantuan dan
kesediaannya melakukan komitmen.
Untuk itu, diperlukan upaya membangun hubungan yang
positif antara klien dengan konselor. Adapun beberapa hal
yang harus disadari konselor adalah bahwa konseling
merupakan suatu proses menuju perubahan perubahan
tidaklah selalu mulus dan mengenakkan menimbulkan
3
resistensi klien konselor haruslah peka dan mau membantu
klien mengatasinya.
RAPPORT
Rapport adalah suatu iklim psikologis yang positif, yang
mengandung kehangatan dan penerimaan, sehingga klien
tidak merasa terancam saat berhubungan dengan konselor.
Bentuk komunikasi yang dapat menumbuhkan tanda-
tanda emosi positif bagi yang menjalaninya, adalah: respek,
menunjukkan penerimaan, empatik, dan genuineness.
KETERAMPILAN MENDENGAR
Agar hubungan di awal tahap konseling dapat
dipertahankan, dibutuhkan keterampilan mendengar (McKay,
dkk, 1992). Dalam mendengar terdapat komitmen dan
komplimen.
Komitmen di sini diartikan sebagai keinginan kuat dari
konselor untuk memahami bagaimana perasaan orang lain,
dengan mengesampingkan prasangka dan keyakinan
pribadinya.
4
Komplimen diartikan sebagai kemauan dan niat untuk
memberikan perhatian (atensi) kepada klien dengan
melibatkan tingkah laku melihat dan mendengarkan:
- kesadaran tentang bahasa tubuh klien
- kesadaran tentang bahasa tubuh sendiri
- mendengarkan apa yang dikatakan klien dan bagaimana
cara menyampaikannya.
Manfaat pemberian atensi dalam sesi konseling:
klien merasa dihargai dan konselor semakin mudah
memahami
alasan klien meminta pertolongan dan mampu menilai dapat
memberi pertolongan atau tidak.
Komunikasi :
1. Verbal
proses pertukaran makna dari penggunaan kata-kata
(Pearson, 1983). Kata-kata dapat bersifat simbolik, dapat
pula memberi pesan dan kesan tertentu, bahkan
menghalangi komunikasi.
Contoh: ayam kampus = PSK, bukan ayam.
”saya ini nothing ...” mencampur 2 bahasa, ada
makna dibalik itu.
2. Non-verbal
Pearson (1983) mendefinisikan sebagai proses
pertukaran makna dari semua makna yang bersifat non-
verbal. Didalamnya termasuk: gerakan tubuh, ekspresi
5
wajah, penggunaan ruang, sentuhan, tanda vokal, pakaian,
dan penampilan saat itu keadaan mental seseorang saat
itu.
Tingkah laku non-verbal yang diasosiasikan dengan
postive regard bagi lawan bicaranya adalah:
- nada suara: lembut, menentramkan
- ekspresi wajah: tersenyum, penuh minat
- posture: relaks, condong ke arah lawan bicara
- kontak mata: melihat langsung
- gesture: open dan welcome
- kedekatan fisik: dekat
- sentuhan: lembut dan diskrit controversial.
Empat keterampilan mendengar aktif:
1. Paraphrasing
jawaban yang menyebutkan esensi dari isi pesan yang
disampaikan (content response). Harus:
- ringkas
- merefleksikan esensi dari pesan yang disampaikan
- memfokuskan pada isi pesannya
- diucapkan dengan kata-kata si pendengar sendiri
contoh:
A: Saya tidak yakin dengan apa yang saya mau. Saya
sangat menyukai seni dan menginginkannya, tetapi saat
6
ini bisa menikmati kuliah di psikologi dan mulai
mendapat nilai-nilai yang memuaskan.
B: Tampaknya anda mulai menyukai kuliah dan melihatnya
sebagai usaha yang bagus, meskipun tetap merasa
menyukai seni.
2. Reflecting feelings
Merupakan upaya mencerminkan kembali perasaan yang
disampaikan oleh pemberi pesan. Cara mendengarkan
perasaan klien:
- fokus pada perkataan
- perhatikan isi umum pesan itu
- amati bahasa tubuh
- tanyalah pada diri sendiri, bila saya mengamali peristiwa
tersebut, apa yang saya rasakan?
Contoh:
A: Saya sudah sangat yakin padanya, lalu dia meninggalkan
saya begitu saja.
B: Membuat anda merasa dikhianati, ya?
A: Betul, sehingga saya tidak bisa lagi percaya pada orang
lain.
3. Reflecting meanings
7
mencampur perasaan dan fakta dalam suatu respon
yang akurat. Elemen penting dalam hal ini adalah: isi
pembicaraan dan perasaan yang menyertai.
Contoh:
A: Pacar saya selalu menanyakan masa lalu saya. Padahal
saya sudah mengingatkannya untuk tidak melakukan itu.
B: Anda merasa kesal karena si dia tidak memahami
keinginan anda.
4. Summative reflections.
Mengungkap kembali tema atau topik serta perasaan
utama yang diekspresikan pembicara selama durasi
percakapan yang lebih lama dan kompleks.
feedback dan clarifying.
HAMBATAN KOMUNIKASI
a. masalah motivasional
klien takut dipermalukan/ keliru dengan informasi yang
diberikan – menahan info
konselor berespon terhadap pikiran mereka sendiri
berusaha mengevaluasi motif dibalik pembicaraan –
malah kehilangan info karena tidak konsen.
b. hambatan psikologis
8
lupa, distorsi informasi
c. kesulitan dalam berbahasa
sulitnya menemukan kata-kata yang tepat
latar belakang pendidikan dan budaya, juga
mempengaruhi perbendaharaan kata.
d. kecemasan dalam komunikasi
cemas mendapat moral judgement
cemas rahasia pribadinya dijadikan alat untuk
menguasai dirinya
cemas keburukannya dipahami konselor, tanpa dirinya
memahami hal tersebut terlebih dahulu
cemas pembicaraan dengan konselor akan
memunculkan topik yang selama ini dihindarinya.
B. IDENTIFIKASI DAN PENILAIAN MASALAH
ASSESSMENT
Definisi asesmen (Kendall, 1982): ”asesmen merupakan
proses pengumpulan informasi mengenai subjek untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik”.
Tujuan asesmen:
9
a. memberikan pendekatan yang sistematik untuk
memperoleh dan mengorganisasikan informasi yang
relevan tentang klien.
b. mengidentifikasi peristiwa-peristiwa yang memberikan
kontribusi pada timbulnya masalah klien.
c. meningkatkan hubungan klien-konselor.
Komponen asesmen (Hacney & Cormier (2001):
1. Interviu intake riwayat hidup
2. Definisi masalah
IDENTIFIKASI KLIEN
a. Data identifikasi (a.l: nama, alamat, telp, usia, jenis
kelamin, agama, status, pekerjaan, pendidikan)
b. Presentasi problem oleh klien
c. Riwayat keluarga
d. Riwayat pribadi
e. Deskripsi tentang klien selama interviu
Sundberg, dkk (2002) membagi interviu riwayat hidup,
sebagai berikut:
1. data identifikasi
2. alasan datang ke konselor
3. keadaan sekarang
4. konstelasi keluarga
10
5. ingatan-ingatan dini
6. kelahiran dan perkembangan
7. kondisi kesehatan dan fisik
8. pendidikan dan pelatihan
9. catatan pekerjaan
10.minat dan kesenangan
11.perkembangan seksual
12.data marital dan keluarga
13.dukungan sosial
14.deskripsi diri
15.turning point dalam hidup klien
16.tujuan dan pandangan tentang masa depan
17.keterangan lain
(sifatnya netral, dapat digunakan dalam pendekatan
manapun).
IDENTIFIKASI MASALAH KLIEN
lebih berfokus pada cara klien mempresentasikan problem
yang dimiliki. Mencakup:
1. presenting problem
2. real problem
11
3. personalized meaning of problems
Area dalam eksplorasi masalah klien menurut Hackney dan
Cormier (2001):
a. perasaan yang diasosiasikan dengan masalah
b. kognisi yang diasosiasikan dengan masalah
c. tingkah-laku yang diasosiasikan dengan masalah
d. keluhan fisik yang diasosiasikan dengan masalah
e. aspek interpersonal dari masalah.
Adapun informasi yang dapat melengkapi identifikasi masalah
klien, adalah:
- pola peristiwa (misal: terulang, intens, kapan dan dengan
siapa, yang memperburuk/memperingan)
- durasi masalah
- keterampilan coping klien
KETERAMPILAN BERTANYA
Jenis :
1. Terbuka
bermanfaat saat: awal interviu, mendorong klien
berelaborasi, meminta contoh yang spesifik
12
contoh:
”Apa yang anda ingin bicarakan?”
”Bagaimana keadaan anda minggu ini?”
”Bagaimana menurut anda supaya keadaan menjadi lebih
baik?”
”Coba anda berikan contohnya?”
2. Tertutup
Jawabannya sempit dan spesifik, bahkan dengan
jawaban ”ya” atau ”tidak”.
Contoh:
”Tahukan anda kapan ayah mulai marah pada anda?”
”Pernahkah anda mendapat konseling sebelumnya?”
”Apakah anda masih bersekolah?”
CARA BERTANYA EFEKTIF:
- gunakan nada suara yang menunjukkan minat, keramahan
dan kepedulian
- tanyakan satu pertanyaan dan tunggu dulu jawabannya
- tanyakan pertanyaan yang mendorong klien mengutarakan
kebutuhannya
- usahakan seminimal mungkin menggunakan pertanyaan
tertutup dengan jawaban: ya/ tidak
- gunakan kata-kata seperti: Lalu?; Dan?; Oh...; ya?
mendorong klien bercerita/ berbicara
13
- hindari memulai pertanyaan dengan ”mengapa”
berkesan menyalahkan klien
- bila anda berpikir klien anda belum paham dengan
pertanyaan anda, gunakan beberapa cara bertanya untuk
menanyakan hal yang sama.
SEMI-DIRECTIVE TECHNIQUES
Ada beberapa cara bertanya dalam teknik ini, antara lain:
1. narrowing misal: ceritakan tentang diri anda (luas ke
detil)
2. progression dimulai dengan hal yang paling dekat
dengan topik baru mengarah pada point dari topik tersebut
secara bertahap
misal: bertanya ttg PMS
a. seberapa sering anda berkencan?
b. wanita seperti apa yang membuat anda tertarik?
c. kemana anda pergi berkencan dengannya?
d. bagaimana menurut anda kemungkinan terkena PMS?
3. embedding menyembunyikan pertanyaan yang
sebenarnya karena mungkin dianggap sensitif oleh klien.
4. leading tidak samadengan direct
contoh: ttg kebiasaan mengkonsumsi alkohol
leading – apakah anda suka minum ketika pesta? seberapa
banyak?
direct – berapa banyak anda minum setiap harinya?
KATEGORI PERCAKAPAN (Vrolyk & Dijkema)
14
E-in probing sesuai topik yang dibicarakan
E-ex
I (Informasi)
F (formal)
S (sisipan)
-----------------------------------------------------------------------------------
Ev (evaluasi) sifatnya meragukan/ tdk mempercayai klien
A (asumsi) praduga
Adv (nasihat) (ketiganya jangan diberikan
terlalu
sering sebelum rapport
terbentuk)
-----------------------------------------------------------------------------------
M (menenangkan) (jangan terlalu sering, tidak
menyelesaikan masalah klien)
-----------------------------------------------------------------------------------
O (ordering/ refleksi)
- O.echo
- O.content = paraphrasing (mendengar aktif)
- O.feeling = refleksi
Keterangan:
a. bila klien bicara pendek-pendek, gunakan E-in
b. penilaian kuantitatif
O + E-in
---------- x 100% = > 60%
15
N – (F+S)
C. MEMFASILITASI PERUBAHAN TERAUPETIK
MENGEMBANGKAN SASARAN KONSELING
memberi arah dalam konseling.
Fungsi Sasaran Konseling:
1. Motivasional.
apabila klien didorong dan turut berpartisipasi untuk
menentukan sasaran yang spesifik, maka klien akan
termotivasi dan bertanggung jawab dalam pencapaiannya.
2. Edukasional.
dengan proses belajar selama sesi konseling, klien yang
yang menegakkan sasaran konseling akan belajar
membuat struktur dalam hidupnya beserta tingkah laku
baru apa yang harus dilakukannya untuk mencapai sasaran
tersebut.
3. Evaluatif.
sasaran yang ditetapkan akan membantu konselor untuk
memilih strategi intervensi yang paling baik dalam
membantu klien mencapai sasarannya, selain dapat
dijadikan patokan penilaian berhasil/ tidaknya proses
konseling, atau adakah perubahan perilaku yang
diharapkan.
4. Asesmen untuk teknik intervensi.
merupakan langkah awal penggalian data untuk intervensi
selanjutnya (misal: perlu dilakukan psikoterapi).
16
KETERAMPILAN DALAM MENETAPKAN SASARAN
Krumboltz dan Thoresen (1969, dalam Murad 2006),
menyatakan bahwa sasaran haruslah:
a. merupakan sasaran yang diinginkan
klien
b. mau dikerjakan bersama antara klien-
konselor
c. memiliki fungsi evaluatif bagi klien
(sejauhmana klien mencapai sasarannya).
Langkah memudahkan klien membuat sasaran
(Hackney dan Cormier, 2001):
1. pilih sasaran utama (jangka pendek atau
jangka panjang)
2. membuat sub-sasaran
menyusun minimal 5 langkah yang harus dilakukan
untuk mencapai sasaran di atas
3. menyusun tugas segera
untuk setiap sasaran, dibuatlah 2 langkah spesifik
yang harus dilakukan agar sasaran tercapai.
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu klien
mengembangkan sasaran:
- Perubahan apa yang anda inginkan?
17
- Apa yang ingin Anda lakukan (pikiran/ perasaan),
yang berbeda dari sekarang?
- Seberapa banyak Anda berpikir dapat mengubah
dunia Anda?
- Hal-hal apa yang menurut Anda harus terjadi
sebagai langkah awal Anda menuju kepuasan?
- Bagaimana Anda tahu bahwa Anda telah
berhasil?
Manfaat menetapkan sasaran dalam konseling:
a. mengurangi kebingungan klien tahu
yang dibutuhkan dan diinginkan
b. membantu klien memilah apa yang
penting dan tidak dalam hidupnya
c. mendorong klien untuk membuat
keputusan dan pilihan yang mewakili nilai dan
prioritas dalam hidupnya
d. membuat klien merasa nyaman karena
telah mencapai sesuatu sense of inertia (merasa
mampu menggerakkan kekuatan yang akan berakhir
pada penyelesaian)
e. memberi pandangan lain pada klien
tentang kepribadian dan masalahnya
f. bersifat reaktif tindakan memilih dan
mendefinisikan akibat sudah dapat berkontribusi
pada perubahan yang dikehendaki.
18
BASIC-ID
Bagaimana menilai cara keberadaan klien di dunia-nya,
maka dikemukakan oleh Lazarus (dalam Ivey, dkk, 2001)
suatu strategi bagi konselor, yaitu:
B-ehaviour : tingkah laku
A-ffect : perasaan/ emosi
S-ensations : kesan dari panca indera, ditambah dengan
sensualitas
dan seksualitas.
I-magery : kemampuan membentuk gambaran mental
mengenai
kejadian, ditambah dengan khayalan/ fantasi
klien.
C-ognitions: pikiran-pikiran tentang diri, ide, dan falsafah.
I-nterpersonal Relationship: gaya umum dan bagaimana klien
merupakan individu yang berinteraksi (people person).
D-rugs : faktor obat-obatan, biologis, dan kesehatan.
D. EVALUASI DAN TERMINASI
kapan terminasi dilakukan?
- ketika klien sudah merasa mampu menggunakan
sumber-sumber yang dimiliki untuk menyelesaikan
masalah.
- saat respon klien menjadi positif dan dapat
menunjukkan pemahaman terhadap diri sendiri.
19
- bila sasaran dari kontrak konseling sudah
dicapai.
- apabila klien maupun konselor merasa sesi
konseling tidak ada manfaatnya.
- konteks awal dari konseling berubah, misal: lama
tidak berjalan, salah satu pihak lama sakit, tempat dan
waktu berubah-ubah, dll.
MEMILIH STRATEGI INTERVENSI DAN EVALUASI
TERMINASI
a. Terminasi dalam tiap sesi
misal setelah 50 menit .
- biasanya dilakukan oleh konselor durasi yang
ditetapkan di awal sesi sudah berakhir.
- sebelum mengakhiri sesi, konselor membuat
ringkasan/kesimpulan
- usahakan tidak mendiskusikan materi baru di
akhir sesi.
b. Terminasi di sesi terakhir konseling
20
setelah maksimal 10 sesi pertemuan. perlu evaluasi
konselor sebelum mengakhiri proses konseling, misal
tentang:
- apakah masalah atau simtom sudah berkurang/
menghilang?
- masih adakah perasaan yang menimbulkan
stres?
- apakah klien telah memiliki kemampuan
mengatasi masalah?
- sejauhmana pemahaman klien terhadap diri
sendiri dan orang lain?
- apakah klien sudah mampu berelasi dengan lebih
baik?
- apakah klien sudah mampu mencintai dan mau
dicintai?
- apakah klien sudah mampu membuat rencana
dan dapat bekerja dengan baik?
- apakah klien sudah lebih bisa menikmati
hidupnya?
LANGKAH TERMINASI
1. Persiapan verbal
21
melalui ucapan konselor untuk membuat klien aware
bahwa konseling sudah akan segera berakhir.
misal: ”saya melihat Anda sudah lebih memahami diri
sendiri dan dapat membuat rencana yang realistis,
apakah Anda berpikir Anda bisa sendiri melakukannya
sekarang?”
Tugas konselor:
- membuat ringkasan final untuk dibicarakan
reviu apa yang telah dicapai.
- tindak lanjut nantinya.
- ringkasan tertulis bila perlu.
2. Buka jalur untuk memungkinkan follow-up
konselor tetap memberi kesempatan klien melakukan
follow-up atas apa yang telah dikerjakannya nanti selepas
konseling, akan tetapi perlu standar/ jangka waktu
ditetapkan bersama agar menghindari ketergantungan
klien pada konselor.
3. Kemungkinan merujuk
dapat dilakukan dengan memberi alternatif profesional
lain bagi klien (terutama pada klien yang dependen).
Konselor juga dapat melakukan rujukan apabila merasa
tidak mampu menghadapi klien dengan karakteristik atau
masalah tertentu.
4. Pamitan secara formal (formal leave-taking)
usahakan dalam suasana yang menyenangkan dan
penuh kepercayaan, dengan menghargai klien yang sudah
22
datang mempercayakan masalahnya untuk dibantu oleh
konselor.
23