tabloid akua indo edisi mei juni
TRANSCRIPT
� � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � �� � � � � � � � � � � � � � � �
������������ ������
������������������������������������������������������������ ����� ���������������������������������� ���
daftarisi
Suara Pembaca
dari redaksi
Redaksi menerima opini
dan naskah ilmiah populer
beserta foto tentang
perikanan budidaya. Tim
redaksi berhak
menyunting naskah tanpa
merubah isinya.
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
2 AkuakulturIndonesia
Edisi No. 3 - Th. I - Juni 2013
Penanggung Jawab:
Dr. Ir. Tri Hariyanto, MM
Pimpinan Redaksi:
Agung Witjaksono, SH, MH
Koordinator Editor:
Rokhmad M. Rofiq, S.Pi, M.App.Sc
Editor:
Drs. Rudi Hartono; Syarifuddin, S.Pi;
Cocon, S.Pi; Hani Wijianti, S.Pi;
Puji Astuti, S.Pi. MT; Anik S. Sukowati, S.Pi;
Lazuardi Fachrul Nizar, S.IP;
Dr. Bambang Soemartono
Sekretariat:
M. Teguh Wiyono, S.Sos; Siti Hamidah
Lavonita A, A.Md; Untung Setiyono;
Huszuchri, A.Md; Hendra Dermawan, SH
Laporan Utama: ......................................... 3
Majalah Dinding ......................................... 6
Teknologi: .................................................. 7
Produksi .................................................... 8
Kesehatan dan Lingkungan....................... 9
Program ..................................................... 10
Perbenihan ................................................ 11
Prasarana & Sarana ................................... 12
Usaha Budidaya ........................................ 13
Daerah ...................................................... 14
Pokdakan .................................................. 15
Profil ......................................................... 16
Foto Bulan Ini
Panen patin di Jambi
Dok
. Hum
as D
JPB
PemberitahuanTabloid Akuakultur Indonesia merupakan media
informasi dan edukasi bagi para pemangku kepentingan
sektor perikanan budidaya yang terus berupaya
mensinergikan antara pemerintah, pelaku budidaya,
industri, dan akademisi. Bagi pembaca yang ingin
mengirimkan tulisan, saran, dan komentar, dapat
ditujukan ke e-mail berikut ini: [email protected]
Tertarik Belajar Pembenihan PatinYth. Redaksi Akuakultur Indonesia. Saya tertarik
untuk belajar pembenihan ikan patin. Mohon informasi
bagaimana caranya mendapatkan penyuluhan. Atas
informasinya saya haturkan terimakasih. Salam sukses!
Syafar (HP: 085242453905/0411-9385255)
Jawab:
Yth. Bapak Syafar. Kami sangat menghargai niat dan
ketertarikan bapak untuk melakukan usaha pembenihan
ikan patin. Kami informasikan bahwa pusat
pengembangan teknologi produksi induk dan
pembenihan ikan patin ada di Balai Budidaya Air Tawar
(BBAT) Jambi di Sungai Gelam dan di BBAT Cijengkol,
Jawa Barat. Jika bapak berdomisili di wilayah Sulawesi,
kami sarankan untuk mencari informasi dan magang di
Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) Bandungan, Gorontalo.
BBIS Bandungan hingga saat ini telah melakukan
pemijahan ikan patin. Untuk informasi lebih lanjut, bapak
dapat menghubungi BBIS Bandungan di nomor telpon
(0435) 823123.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
mempunyai target produksi perikanan budidaya pada tahun ini mencapai 13 juta ton, naik sekitar
40% dari tahun lalu sebesar 9,4 juta ton. Peningkatan target produksi tersebut merupakan tantangan
yang tidak ringan. Tetapi semua itu akan dapat tercapai dengan kerja keras dan kerjasama yang
sinergi dengan semua pihak terkait, baik pusat dan daerah.
Pembudidaya kian termotivasi untuk mengaktifkan kembali tambaknya yang lama mangkrak.
Kementerian Kelautan dan Perikanan juga telah bekerjasama dengan Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral dan Kementerian Pekerjaan Umum demi menyiapkan infrastruktur yang
memadai.
Akselerasi capaian produksi perikanan budidaya melalui aplikasi teknologi terapan Redaksi
tampilkan dalam Rubrik Laporan Utama. Redaksi menuliskan bagaimana menggenjot produksi
perikanan budidaya, salah satu upayanya adalah dengan program revitalisasi tambak. Bagaimana
perjuangan yang dilakukan pihak Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dalam menyukseskan
program revitalisasi tambak, mulai dari menggaet pihak perbankan hingga bersinergi dengan lintas
kementerian dan pemangku kepentingan terkait. Tak kalah menarik, redaksi juga menyuguhkan
tulisan tentang nila, rumput laut, dan budidaya Tubifex sebagai berita daerah.
Akhir kata, redaksi ucapkan selamat membaca dan mari kita sukseskan program-program
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya demi kemajuan perikanan budidaya tanah air.
Edisi No. 3 - Th. I - Juni 2013
3 AkuakulturIndonesiaLaporan Utama
Akselerasi PerikananBudidaya Nasional
Direktorat Jenderal Perikan-
an Budidaya (DJPB), Ke-
menterian Kelautan dan
Perikanan (KKP) mempu-
nyai target produksi per-
ikanan budidaya pada tahun ini men-
capai 13 juta ton, naik sekitar 40% dari
tahun lalu sebesar 9,4 juta ton.
“Dengan target tersebut DJPB
mengupayakan akselerasi capaian pro-
duksi perikanan budidaya melalui
aplikasi teknologi terapan,” dikatakan
Direktur Jenderal (Dirjen) Perikanan
Budidaya, KKP, Slamet Soebjakto da-
lam acara Forum Konsolidasi Perikanan
Budidaya di Hotel Golden Flower, Ban-
dung, Jawa Barat (3 - 5/6).
Untuk itu, Ia kemukakan perlu dila-
kukan bimbingan teknik pada kawasan
budidaya agar dapat selalu produktif
dengan menerapkan teknik budidaya
terapan, serta didukung oleh sarana
produksi yang secara signifikan dapat
meningkatkan produktivitas secara
efisien. Seperti, induk-induk ikan ung-
gul,pakan yang efisien serta bahan lain-
nya. “Selain itu, pemerintah juga mem-
produksi induk unggulan dan vaksin,”
terangnya.
Peningkatan target produksi dari
9,4 juta ton di tahun 2012 menjadi 13 juta
ton di tahun ini, disebutkan Slamet,
merupakan tantangan yang tidak ring-
an. Tetapi semua itu akan dapat ter-
capai dengan kerja keras dan kerjasama
yang sinergi dengan semua pihak
terkait, baik pusat dan daerah. “Serta
juga didukung lembaga dan kemente-
rian terkait, pihak swasta dan masyara-
kat pembudidaya ikan,” ujarnya.
Ditambahkan, Abduh Nur Hidayat,
Direktur Produksi Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya, KKP, untuk meng-
hadapi tantangan agar tercapai target
produksi budidaya baik di tahun ini atau
pada 2014 yang naiknya secara signifi-
kan. “Dengan segala optimisme, ten-
tunya kesiapan teknologi budidaya
yang bersifat serapan secara signifikan
dapat mendukung peningkatan pro-
duksi,” katanya.
Kadis KP, Sulawesi Tengah, Hasa-
nuddin Atjo, yang hadir dalam forum
sebagai pemateri pertama menegas-
kan dengan menggunakan teknologi
terapan artinya musim tidak lagi menja-
di kendala.
“Musim tidak jadi alasan, karena
namanya industrialisasi,” kata Atjo
yang menyampaikan materi budidaya
udang vaname super intensif.
Dongkrak Pendapatan PetambakSelain itu, dengan penerapan tekno-
logi terapan dalam budidaya tambak,
diungkapkan Slamet dapat mendong-
krak pendapatan para petambak. Salah
satunya penerapan bibit unggul yang
dapat tingkatkan hingga 15 ton per
hektar.
Menurut Slamet, teknologi yang
diterapkan dalam produksi perikanan
budidaya dapat meningkatkan nilai
tambah petambak, seperti dengan
induk unggul yang dapat menaikan
pendapatan hingga 90%. “Dulunya 1 ha
hanya mencapai 100 kg tiap panen,
namun dengan teknologi yang telah
diterapkan bisa mencapai 15 ton per
hektar,” ujar dia.
Masih menurut Slamet, saat ini
dengan Demfarm (Demonstration
Farm-tambak percontohan) yang sebe-
lumnya tidak ada menjadi salah satu
kemajuan dalam budidaya perikanan.
Dalam 1 ha lahan demfarm sekali panen
1000 ton. “ Atau dengan kata lain, dem-
farm dapat menyumbang 14 ribu ton
hasil budidaya perikanan,” cetusnya.
Senada dengan Slamet, Ahmad
Hadadi, Kepala Dinas Perikanan dan
Kelautan Jawa Barat, mengatakan,
seperti di tambak daerah Subang
merupakan salah satu Demfarm yang
dahulu idle (mangkrak) menjadi tam-
bak yang luar biasa. “Sebelumnya de-
ngan luas lahan 1 petak berukuran
6.000 m2 hanya menghasilkan penda-
patan 20 juta per tiga bulan. Sekarang
dengan adanya teknologi terapan
dalam 4 bulan pemeliharan mendapat-
kan 600 juta,” terangnya.
Sementara, diungkapkan Slamet
dengan adanya penambahan demfarm
lagi di daerah Jawa Barat yaitu di Su-
bang dan Indramayu menjadi stimulus
(rangsangan) bagi investor dari dalam
atau luar negeri untuk berinvestasi di
sektor perikanan budidaya ini. “Seperti,
investor dari Cina yang sedang meng-
hitung berapa nilai investasinya,”
ucapnya.
Sementara itu, tentunya peningkat-
an produksi perikanan harus diikuti de-
ngan pengembangan pasar domestik
dan internasional. Untuk komposisi an-
tara ekspor dan pasar domestik ini,
dikatakan Slamet bahwa yang paling
utama adalah ketahanan pangan atau
domestik dulu.
“Yang utama tentunya untuk keta-
hanan pangan, komoditas air tawar 90%
untuk ketahanan pangan, perikanan
payau 50 % ekspor dan setengah lagi
lokal. Sementara dari laut 90% ekspor
seperti kerapu dan kakap. Target eks-
por sendiri memang ada tapi diranah
P2HP. Produksi 13 juta ton semua komo-
ditas tahun ini,” jabarnya.
Dana Dikurangi Tidak PengaruhiRevitalisasi Tambak
Dalam menggenjot produksi peri-
kanan budidaya, salah satu upayanya
adalah dengan program revitalisasi
tambak. Revitalisasi dilakukan di bebe-
rapa daerah di Indonesia antara lain Ka-
bupaten Serang dan Tangerang di Pro-
vinsi Banten serta Kabupaten Subang,
Genjot
Produksi Budidaya Dengan
Aplikasi Teknologi Terapan
Akselerasi Pencapaian
Produksi Perikanan Budidaya
Melalui Aplikasi Teknologi
Terapan
Indramayu, Karawang, dan Cirebon di
Jawa Barat.
“Serapan yang masih rendah,
sekitar 8,5% dari pagu Rp 1,3 triliun, ada
beberapa kendala. Salah satunya ren-
cana pemotongan anggaran mengaki-
batkan perubahan rencana program
yang sedang berjalan, tender lelang
yang belum cair, serta PUM (Pember-
dayaan Usaha Mina) yang masih dalam
tahap verifikasi. Tapi sekarang ini sudah
ada perkembangan dan kita prediksi-
kan PUM Juli nanti sudah mulai ber-
jalan, sehingga serapannya lebih
optimal,” tandasnya.
Mengenai penghematan anggaran
kementerian yang akan dilaksanakan,
dipastikan pihak KKP tidak akan mem-
pengaruhi program revitalisasi tambak
yang sudah direncanakan. Slamet me-
mastikan bahwa pemotongan anggar-
an DJPB KKP, yang rencananya sebesar
Rp 114 miliar tidak akan pengaruhi
program yang telah direncanakan.
Saat ini, total anggaran revitalisasi
tambak dari pemerintah pusat sebesar
Rp 225 miliar dan setelah didukung
dana APBN Perubahan menjadi Rp
398,92 miliar. Jika ada pemotongan Rp
114 miliar, nantinya akan menjadi Rp
284,92 miliar. Namun, menurut dia
sebaiknya anggaran KKP jangan dipo-
tong karena dalam pelaksanaannya
langsung bersinggungan dengan ma-
syarakat seperti percontohan-percon-
tohan tambak.
“Kegiatannya langsung menyen-
tuh masyarakat, kalau bisa jangan
dipotong, karena kita ingin mening-
katkan produktivitas yang nantinya
akan ada peningkatan taraf hidup
masyarakat. Kalaupun sampai dipo-
tong, yang akan dikurangi nantinya
adalah anggaran-anggaran yang tidak
bersinggungan dengan sosialisasi ke
masyarakat antara lain perjalanan
lokal, perjalanan ke luar negeri, rapat-
rapat di luar kantor, dan forum-forum,”
cetus Slamet.
Hanya, Slamet tidak menampik
kemungkinan pengurangan sebagian
kecil dana untuk kegiatan penguatan
kelembagaan, dan kelompok. Namun,
pengurangan ini tidak akan mengu-
rangi revitalisasi tambak sesuai rencana Red
4 AkuakulturIndonesiaLaporan Utama
Edisi No. 3 - Th. I - Juni 2013
Kemeneterian Kelautan dan
Perikanan (KKP) perhatikan
anak-anak berkebutuhan khu-
sus dengan memberikan mereka
bantuan usaha. Melalui Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB),
KKP memberikan bantuan paket
usaha budidaya ikan Kepada Rumah
Kampus yang menjadi lembaga pen-
didikan bagai para pesertanya yang
memiliki kebutuhan khusus.
Berlokasi di Wisma Tugu-Puncak
Cisarua Bogor, secara simbolis KKP
memberikan bantuan paket usaha
tersebut dengan melakukan pene-
baran benih ikan lele dan ikan nila
pada pada hari Kamis (23/05). Paket
yang diberikan berupa sarana dan
prasarana budidaya senilai Rp. 150
juta untuk dua paket yang diberikan.
Kedua paket tersebut dibedakan
berdasarkan komoditasnya, yakni
KKP fasilitasi anak berkebutuhan khusus untuk
Berbudidaya Ikanpaket bantuan usaha pem-besaran ikan
lele dan ikan nila.
Hadir dalam acara tersebut Ibu
Menteri KKP, Ibu Dirjen Perikanan Budi-
daya, Direktur Produksi DJPB Abduh
Nurhidayat, Direktur Diploma Institut
Pertanian Bogor (IPB) M. Zairin Jr.,
Kepala Pusat Kajian Kecacatan (Disabi-
litas) Universitas Indonesia Irwanto,
dan para peserta didik Rumah Kampus.
Ibu Menteri berharap, melalui pa-
ket bantuan tersebut dapat mening-
katkan tingkat kepercayaan diri dari
para penyandang kebutuhan khusus
untuk menatap masa
depan. “Jadi orang tua
lega ya melepaskan
mereka,” ucapnya di
sela-sela acara terse-
but.
Secara spesif ik,
Abduh menjelaskan,
paket bantuan yang
diberikan berupa sara-
na dan prasarana budi-
daya seperti benih,
kolam dan bak, pakan,
dan peralatan pendu-
kung lainnya. Benih
lele yang diberikan
DJPB sejumlah 35 ribu
ekor yang akan diberi-
kan dalam dua tahap.
Dalam tahap pertama kemarin baru
diberikan sekitar 20 ribu ekor benih
lele. Dalam pelaksanaan kegiatannya,
Rumah Kampus akan didampingi
secara teknis oleh ahli dari Balai Besar
Pengem-bangan Budidaya Air Tawar
(BBPBAT) Sukabumi yang telah
ditunjuk oleh KKP sebagai pendam-
ping. Selain dari BBPBAT Sukabumi,
pendampingan juga dilakukan oleh
kelompok usaha yang sudah sukses
di sekitar lokasi.
Selain sebagai sarana pembela-
jaran bagi para penyandang kebu-
tuhan khusus, program ini juga tetap
diha-rapkan bersifat komersil yang
bisa menghasilkan keuntungan dan
dapat menjadi usaha yang berke-
lanjutan. kegiatan usaha budidaya
ikan yang dilakukan oleh Rumah
Kampus juga diharapkan bisa menjadi
contoh bagi masyarakat sekitar untuk
melakukan usaha budidaya ikan.
Lebih jauh lagi, Abduh berharap
program bantuan ini paket pem-
besaran ikan lele ini bisa mendukung
pencapaian target produksi lele
nasional pada tahun ini sebesar 600
ribu ton Red
Kegiatan Budidaya Perikanan
Edisi No. 3 - Th. I - Juni 2013
5 AkuakulturIndonesiaMajalah Dinding
1
2
3
4
5
1. Direktorat Jenderal Perikanan BudidayaKementerian Kelautan dan Perikanan melakukanharmonisasi CBIB dengan Standard Internasionaldan regional, salah satunya dengan ASEANShrimp Alliance yang diikuti oleh perwakilanNegara-negara anggota ASEAN pada Juni 2013lalu.
2. Melalui penerapan paket teknologi budidayaudang vaname yang sesuai, Demfarm(Demontration farm/tambak percontohan) diKabupaten Subang mampu menghasilkan udangvaname size 30 (satu kg isi 30 ekor) dalam waktu4 bulan.
3. Acara launching 3 (tiga) vaksin yang diproduksioleh PT. Caprifarmindo Laboratories yang berasaldari isolat lokal yaitu vaksin anti Aeromonashydrophilla, anti Vibrio sp, serta anti Edwardsiellaictaluri. “Vaksin anti Edwardsiella ictaluri,diproduksi dari isolat yang berasal dari BalaiBudidaya Air Tawar (BBAT) Jambi, salah satu UnitPelaksana Teknis (UPT) DJPB. Hal ini merupakanbukti adanya sinergi dan kerjasama antara swastadan pemerintah.
4. Dalam rangka mensosialisasikan programminapadi, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya,melakukan tebar benih ikan nila dan ikan mas disawah milik kelompok Mina Sumber Rezeki, DesaSoropadan, Kecamatan Prongsurat, KabupatenTemanggung Jawa Tengah.
5. Di sela-sela kunjungan kerja, Menteri KKPdidampingi Dirjen Perikanan Budidaya melakukantebar benih ikan kerapu dan bawal bintang dikeramba jaring apung (KJA) di desa GrupukKabupaten Lombok Tengah, NTB.
Edisi No. 3 - Th. I - Juni 2013
6AkuakulturIndonesia
Proyek SAFVER (Sustainable
Aquaculture Development for
Food Security and Poverty
Reduction - Pengembangan Akuakultur
Berkelanjutan untuk Ketahanan Pangan
dan Pengurangan Kemiskinan) bertuju-
an untuk mengurangi kemiskinan dan
meningkatkan ketahanan pangan bagi
pembudidaya ikan melalui pengem-
bangan perikanan budidaya yang ber-
kelanjutan. Hasil yang diharapkan da-
lam proyek ini adalah peningkatan pro-
duksi ikan dan hasil budidaya perikanan
Perbaikan InfrastrukturBantuan Proyek Safverbagi Pembudidaya Ikan
lainnya, perbaikan tingkat pendapatan,
nutrisi dan status kerja bagi kelompok
pembudidaya ikan miskin dan masyara-
kat pesisir.
Sebagai bentuk dukungan produksi
budidaya dan kegiatan pengolahan
pembudidaya ikan yang miskin, bantuan
input produksi diberikan dalam bentuk
hibah kepada penerima manfaat proyek
melalui kelompok mereka. Bantuan in-
put produksi berkisar antara Rp 4.0 juta
- 12,5 juta per orang, tergantung pada
tipe sistem produksi akuakultur (air
tawar, air payau dan budidaya laut) dan
persyaratan perbaikan kolam.
Input produksi yang diberikan kepa-
da penerima manfaat proyek adalah
benih, pakan ikan, pupuk, dan untuk
pembudidaya rumput laut diberi bibit
rumput laut, tali, botol apung, dan
jangkar. Proyek juga membantu peng-
olah hasil perikanan, baik berupa pela-
tihan pembuatan produk olahan mau-
pun peralatan pengolahan. Sebagian
besar pengolah ikan yang menerima
bantuan adalah wanita sehingga kon-
tribusi nya cukup besar dalam penca-
paian target proyek terkait dengan
Gender.
Bantuan infrastruktur yang lang-
sung dapat dirasakan manfaatnya oleh
pembudidaya ikan adalah normalisasi
saluran irigasi tambak dan kolam,
pembangunan jalan produksi dan
penyediaan air tawar bersih di wilayah
pesisir. H. Chamin ketua kelompok
Mina Cinta di Kecamatan Cilamaya
Wetan Kabupaten Karawang sangat
bersyukur saluran pasok air untuk
tambaknya yang sudah beberapa tahun
mengalami pendangkalan berat sudah
dinormalisasi sehingga air laut yang
biasanya hanya bisa sampai ke tambak-
nya ketika pasang tertinggi kini hampir
setiap kali air laut pasang dia sudah bisa
memasukan air ke dalam tambak. Kon-
disi sangat membantu dia dan anggota
kelompoknya dalam memelihara ban-
deng dan udang secara polikultur se-
hingga bisa panen tepat waktu dan
terhindar dari penyakit karena kebutuh-
an air laut tercukupi.
Tahang, salah seorang pembudi-
daya tambak di desa Simpang T iga
Makmur Kecamatan Tulung Selapan
Kabupaten OKI bertutur bahwa hasil
panen bandeng dan udang windu dari
tambaknya seluas 2 hektar meningkat
lebih 2 kali lipat dibanding sebelum ada
bantuan proyek Safver. Panen bandeng
biasanya hanya berkisar 600 kg dan
udang windu 100 kg setelah dipelihara
selama 5-6 bulan setelah adanya nor-
malisasi saluran tambak, pelatihan
teknis budidaya tambak dan adanya
pendampingan dan penyuluhan dari
Penyuluh Perikanan Berbasis Masyara-
kat (PPBM) dari Proyek Safver kini pro-
duksi bandeng mencapai 1250 kg dan
udang windu 320 kg untuk setiap musim
tanam (5-6 bulan) bahkan ada anggota
kelompoknya yang bisa panen udang
windu 800 kg dan bandeng 1100 kg.
Lain lagi cerita Zaemuddin pembudi-
daya rumput laut di Buton, bantuan
infrastruktur dari Proyek Safver di dae-
rahnya berupa peningkatan jalan pro-
duksi, gudang penyimpanan rumput
laut, para-para dan fasilitas air tawar
bersih sangat bermanfaat bagi pembu-
didaya rumput laut di wilayah pesisir
kecamatan Mawasangka. Ketika musim
panen rumput laut tiba maka produksi
melimpah dan harga cenderung turun,
maka gudang penyimpan rumput laut
bantuan Safver mereka gunakan untuk
menyimpan hasil panen rumput laut
sambil menunggu adanya kenaikan
harga jual rumput laut. Selain itu untuk
menjual hasil panen rumput laut sudah
tidak terkendala lagi karena jalan akses
didesanya yang sudah mulus. Kesulitan
mendapatkan air tawar untuk keperlu-
an hidup sehari-hari masyarakat di
desanya sangat terbantu dengan ban-
tuan fasilitas air tawar bersih dari
Proyek Safver Red
Pelibatan masyarakat dalam normalisasi saluran irigasi tambak
Pembangunan akses jalan produksi dan jembatan
Jalan produksi di Karawang
Rehab konstruksi tambak di Karawang
Pembagian bantuan input produksi benih ikandan udang
Pembangunan air tawar bersih dan MCK
Panen ikan bandeng di Karawang
Bantuan sumur bor air tawar di pesisir OKI
Laboratorium Kesling di Buton
Infrastruktur
Edisi No. 3 - Th. I - Juni 2013
7ProduksiAkuakulturIndonesia
Kementerian Kelautan dan Per-
ikanan (KKP) melalui Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya
(DJPB) resmi mencanangkan Gerakan
Vaksinasi Ikan (Gervikan). Gervikan
akan mendorong penggunaan vaksin
ikan secara nasional pada sentra budi-
daya ikan terutama kawasan minapo-
litan dan industrialisasi perikanan budi-
daya. Gervikan dilakukan melalui de-
monstrasi cara penggunaan vaksin, pe-
nyediaan vaksin serta tenaga vaksina-
tor yang bersertif ikat. Gerakan ini,
selain meningkatkan produksi melalui
pencegahan penyakit juga meningkat-
kan kualitas produksi perikanan budi-
daya, karena kesehatan ikan terjaga.
Disampaikan Direktur Jenderal Per-
ikanan Budidaya, Slamet Soebjakto,
untuk mendukung pelaksanaan Gervi-
kan saat ini selain wilayah Jawa Barat,
DJPB telah melakukan pelatihan vaksi-
nator di beberapa wilayah seperti Lam-
pung dan Jawa Tengah. Untuk mem-
perluas program Gervikan, selanjutnya
akan didorong untuk dapat dilakukan
sendiri para pembudidaya, sehingga
produksi dan produktivitas serta pen-
dapatan pembudidaya dapat mening-
kat.
Sambung Slamet, Gervikan merupa-
kan gerakan bersama, tidak dapat di-
lakukan sendiri oleh pemerintah saja,
namun perlu partisipasi dan dukungan
para pembudidaya, petugas vaksinator
serta produsen vaksin. “Untuk penye-
diaan vaksin, KKP kerjasama dengan
produsen vaksin. Salah satu produsen
vaksin yang telah memproduksi vaksin
ikan adalah PT. Caprifarmindo Labora-
tories,” jelasnya.
Dijelaskan, perusahaan PT. Caprifar-
mindo Laboratories, telah mempro-
duksi secara massal tiga vaksin ikan
yang berasal dari isolat lokal yaitu
vaksin anti Aeromonas hydrophilla, anti
Vibrio sp, serta anti Edwardsiella ictaluri.
Vaksin anti Edwardsiella ictaluri,
diproduksi dari isolat yang berasal dari
Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi,
salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT)
DJPB.
PT. Caprifarmindo Laboratories juga
telah menerima sertif ikat Biosafety
Level 3 (BSL-3) sebagai bukti kesung-
guhannya mengelola unit usahanya
dalam rangka mene-
rapkan keamanan
biologi pada tingkat
yang tertinggi. “Ini
merupakan bukti
adanya sinergi dan
kerjasama antara
swasta dan peme-
rintah, untuk bersa-
ma-sama mengatasi
permasalahan da-
lam usaha budidaya
yaitu pencegahan
penyakit ikan mela-
lui vaksinasi”, tan-
das Slamet.
Tingkatkan Kualitas Produksi,
Canang Gervikan“Budidaya Laut (mari-
culture) sebagai alterna-
tif usaha prosepektif
keberadaannya menjadi
sangat dibutuhkan untuk
terus didorong melalui
pengembangan kawasan
budidaya berbasis pem-
berdayaan masyarakat
pesisir. Fenomena pasang
surut pengembangan bu-
didaya laut termasuk
peluang dan tantangan di
dalamnya sudah seharus-
nya menjadi fokus perhatian segenap
stakeholders dalam menjamin keber-
lanjutan usaha budidaya”
Demikian kesimpulan dan
rekomendasi hasil monitoring
dan evaluasi pada kawasan
pengembangan budidaya laut yang
baru-baru ini dilakukan oleh T im
Monev dari Direktorat Produksi Per-
ikanan Budidaya pada beberapa sen-
tral produksi antara lain di Provinsi
NTB (Lombok Tengah, Lombok Timur
dan Lombok Barat), Provinsi Kepu-
lauan Riau (Batam dan Bintan), dan
Provinsi Jawa Timur (Situbondo).
Ikan Kerapu Masih MenjadiPrimadona
Saat ini budidaya ikan laut masih
didominasi oleh beberapa komoditas
yang memang secara teknologi telah
mampu dibudidayakan secara masal
di masyarakat, dimana ikan kerapu
masih menjadi primadona dikalangan
pelaku usaha disamping komoditas
lainnya. Ikan kerapu sebagai komodi-
tas unggulan ekspor perikanan budi-
daya, mempunyai nilai ekonomis ting-
gi karena harga yang menggiurkan.
Menurut Manhan Rasuli salah
satu pembudidaya kerapu di Teluk
Batu Nampar Lombok Timur, budi-
daya ikan kerapu membutuhkan mo-
dal yang besar, sehingga mereka
menginisiasi membudidayakan kera-
pu dengan pola berkelompok. “Bagi
kami budidaya ikan kerapu merupa-
kan investasi atau tabungan pengha-
silan, karena masa pemeliharaan
yang cukup lama, maka kami upaya-
kan untuk melakukan usaha ini seca-
ra berkelompok”, terang Manhan.
Lain halnya dengan upaya yang
dilakukan UD. Bali Minatama salah
satu perusahaan budidaya kerapu
yang berpusat di Bali, dimana dalam
upaya mempercepat pengembangan
usaha budidaya kerapu di masyara-
kat, pihak perusahaan menjalin kerja-
sama kemitraan dengan menerapkan
pola segmentasi usaha. Pola segmen-
tasi usaha, menurut Carollus Wibowo
pemilik UD. Bali Minatama adalah
dalam rangka efesiensi dan membe-
rikan kesempatan kepada masyarakat
binaan mendapatkan nilai tambah pa-
da setiap tingkatan/segmen ukuran
ikan kerapu yang dibudidayakan. “Ki-
ta tahu usaha budidaya ikan kerapu
membutuhkan investasi besar, se-
hingga masyarakat kecil tidak akan
mampu berusaha, dengan kemitraan
semacam ini, maka masyarakat akan
mendapatkan nilai tambah pada ma-
sing-masing tahapan pembudidaya
dengan tanpa mengeluarkan modal
tinggi. Pola ini juga telah secara nyata
mampu mempercepat kapasitas usa-
ha budidaya”, jelas Carollus.
Disisi lain, menurut sumber dari
Assosiasi Budidaya Laut Indonesia
(Abilindo) dari luas areal budididaya
laut yang telah dikembangkan untuk
budidaya ikan kerapu di KJA sekitar
19.690 unit. Ditambahkan Wayan
Sudja Sekjen Abilindo, sentra-sentra
produsen kerapu yang tergabung
dalam Abilindo tersebar di berbagai
wilayah.
Usaha budidaya ikan kerapu nam-
paknya menunjukan perkembangan
yang menggembirakan, ini bisa ter-
lihat pada sentra-sentra produksi be-
nih kerapu yang secara rutin menda-
patkan order dengan jumlah yang
cukup besar. Ini diperkuat dengan
pernyataan Lalu Hamdi Kepala BPBIP
Sekotong Lombok Barat. Menurut-
nya, saat ini instalasinya secara rutin
mendapat permintaan benih ikan
kerapu bebek ke beberapa daerah
khususnya di Provinsi NTB. “Kami
coba untuk menggenjot produksi
benih ikan kerapu bebek ukuran 5-10
cm untuk mencukupi permintaan
benih khususnya di Provinsi NTB yang
semakin meningkat akhir-akhir ini”,
terang Hamdi. Cocon
PengembanganKerapu Indonesia
Slamaet Soebjakto memukul gong tanda dimulainya Gervikan
Edisi No. 3 - Th. I - Juni 2013
8Produksi AkuakulturIndonesia
Sebagai wujud nyata dalam im-
plementasinya pada proses usaha
budidaya ikan air tawar diper-
lukan dukungan teknologi yang produk-
tif, ramah lingkungan dan memenuhi
jaminan mutu dan keamanan pangan
(food safety). Berdasarkan kondisi
tersebut, sosialisasi Cara Budidaya Ikan
Yang Baik (CBIB), kordinasi dan tukar
menukar informasi antar berbagai pihak
yang terkait dalam pengembangan
budidaya ikan air tawar melalui kegiatan
Forum Budidaya Air Tawar yang dilaksa-
nakan di Bandung Provinsi Jawa Barat
perlu dilakukan selain guna memacu
sasaran produksi ikan yang berdaya
saing dan berkelanjutan serta sekaligus
mendukung percepatan pencapaian
sasaran produksi perikanan budidaya
Tahun 2010 sampai dengan 2014.
Forum Budidaya Air Tawar diseleng-
garakan di Hotel Golden Flower-
Bandung dari tanggal 3 s/d 5 Juni 2013
dan dibuka secara langsung oleh
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya.
Maksud pelaksanaan acara ini yaitu
melakukan kordinasi dan tukar menukar
informasi antar berbagai pihak yang
terkait dalam pengembangan budidaya
ikan air tawar dalam mendukung perce-
patan pencapaian sasaran produksi
perikanan budidaya.
Inovasi teknologi akuakultur yang
menjadi penggerak utama, sampai
saat ini telah menunjukan perkem-
bangan yang sangat menggembira-
kan, beragam hasil inovasi dan pereka-
yasaan teknologi melalui pengem-
bangan bioteknologi akuakultur telah
secara nyata memberikan harapan
besar bagi terwujudnya industrialisasi
perikanan budidaya. Namun demikian,
disadari atau tidak pengembangan
inovasi teknologi akuakultur tersebut
belum sepenuhnya terimplementasi
dalam skup yang lebih luas, sehingga
diperlukan upaya percepatan dalam
mendorong penerapan teknologi
tersebut di seluruh lapisan masyarakat
pembudidaya khususnya dikawasan-
kawasan potensial. Disamping itu
industrialisasi perikanan budidaya
perlu di dorong antara lain melalui
regulasi, Intervensi, Insentif dan
pengembangan sistem budidaya.
Percepatan pencapaian industri-
alisasi perikanan budidaya mustahil
Forum Budidaya Air TawarBeberapa rekomendasi penting
yang harus segera ditindaklanjuti dalam
rangka mendukung percepatan pe-
ngembangan usaha budidaya air tawar,
antara lain sebagai upaya pengem-
bangan minapadi sebagai bagian dari
implementasi “Gerakan Sejuta Hektar
Minapadi” (Gentanadi), Kementerian
Kelautan dan Perikanan telah melaku-
kan kerjasama dengan Kementerian
Pertanian, yaitu dengan Nota Kesepa-
haman No 12/DPB/KKP/KB/III/21013.
Kemudian budidaya sistem bioflok
merupakan salah satu teknologi budi-
daya lele intensif yang sangat aplikatif
sehingga tidak menjadi masalah dalam
pengembangan budidaya lele nasional.
Ketersediaan benih yang bermutu masih
menjadi masalah bagi pembudidaya lele.
Indikasi penurunan kualitas benih
karena pertumbuhan tidak merata.
Perlu dikembangkan produk perikan-
an yang mempunyai pasar universal
untuk mengembangkan pasar produk
perikanan secara kontinyu dan berkelan-
jutan. Lalu, strategi dasar dan operasio-
nal peningkatan produksi perlu diting-
katkan dan dikembangkan CBF dan CBA.
Strategi operasional perlu peningkatan
sinergisitas dalam suatu kawasan dan
komoditas strategis dengan Eselon I
Lingkup KKP dan lintas sektor dengan
memberdayakan kelompok pembudi-
daya yang sudah mapan.
Model pembiayaan kepada pembu-
didaya dapat dilakukan oleh perbankan
dengan peran pemerintah melalui
pembinaan teknologi, pengembangan
SDM, pembinaan manajemen serta
fasilitasi permodalan. Melaksanakan
pengawasan pakan mandiri berbahan
baku lokal untuk menjaga kualitas pakan
terhadap konversi mutu daging ikan.
Industrialisasi tidak hanya pada ko-
moditas udang, rumput laut, ikan ban-
deng dan patin tetapi kedepan komo-
ditas budidaya air tawar dapat menjadi
komoditas industrialisasi yang penting
dapat mengawal dari hulu hingga hilir
sehingga menjadi suatu rangkaian kegi-
atan yang terintegrasi secara utuh.
Balai-Balai/UPT/UPTD perlu didorong
untuk memproduksi induk unggul
udang galah dan benih bermutu dalam
membangkitkan kejayaan budidaya
udang galah dengan memproduksi
dengan kualitas dan kuantitas secara
kontinyu.
Dalam upaya memberikan jaminan
kepastian kepemilikan lahan, Ditjen
Perikanan Budidaya telah bekerja
bekerjasama dengan BPN untuk
mensertif ikasi lahan pembudidaya
untuk memberikan kepastian berusaha
diharapkan selesai sampai dengan
Tahun 2014. Peneliti disarankan mem-
perbanyak produksi isolat-isolat lokal
dan tidak tergantung pada isolat luar
negeri yang umumnya merupakan
produk GMO.
Dalam pelaksanaaan Gerakan
Vaksinasi Ikan (GERVIKAN) perlu diikuti
dengan penguatan laboratorium dan
SDM vaksinator bersertifikat LSP. Ditjen
Perikanan Budidaya perlu melaksa-
nakan monitoring dan evaluasi perfor-
mance dan distribusiannya terhadap
induk-induk unggul yang telah dirilis.
Tindak lanjut hasil teknologi minapadi,
ugadi, kolam dalam, dan manajemen
pakan agar ditindaklanjuti oleh Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi/
Kabupaten Cocon
Forum KonsolidasiPerikanan Budidaya
akan mampu dicapai tanpa adanya input
teknologi di dalamnya, sehingga peran
riset dan perekayasaan yang bersifat
inovatif, aplikatif, efektif dan efisien
sudah seharusnya diberi ruang yang
luas, tentunya yang peling penting
adalah percepatan implementasi secara
luas di tingkat pelaku utama. Memper-
timbangkan hal tersebut, Ditjen Per-
ikanan Budidaya memandang perlu
untuk melakukan konsolidasi khusus-
nya terkait denganupaya memperkenal-
kan hasil-hasil perekayasaan yang
bersifat aplikatif dan siap diadopsi oleh
pelaku utama yaitu dengan memfasili-
tasi melalui Forum Konsolidasi Perikan-
an Budidaya.
Kegiatan tersebut mengusung tema
“Sinergitas antar stakeholder dalam
mendukung Industrialisasi Perikanan
Budidaya”. Melalui Forum ini juga di-
harapkan akan menghasilkan reko-
mendasi-rekomendasi khususnya
yang bersifat teknis sebagai acuan
bagi percepatan peningkatan pro-
duksi perikanan budidaya.
Tantangan besar terkait bisnis
akuakultur seiring dengan semakin
ketatnya daya saing perdagangan
global, maka mau tidak mau Indone-
sia sebagai negara dengan suguhan
potensi akuakultur terbesar harus
mampu berada
digaris paling
depan sebagai
penghasil pro-
duk perikanan
budidaya yang
berdaya saing se-
hingga melalui
upaya konsolida-
si secara nasional
dengan melibat-
kan peran dari
seluruh stakehol-
ders diharapkan
seluruh target
yang telah di-
proyeksikan akan
mudah tercapai
Cocon
Edisi No. 3 - Th. I - Juni 2013
Pertemuan Gugus Kerja RSNI
Kesehatan & Lingkungan 9 AkuakulturIndonesia
Uji kesehatan ikan dipersyaratkan
dalam lalu lintas perdagangan
dengan memperhatikan nilai
ekonomis komoditas yang diperiksa. Hal
tersebut untuk menghindari pelaku
usaha mengalami kerugian yang dise-
babkan menurunnya nilai jual di pasar-
an.Tindakan diagnosa terhadap ikan
yang bernilai ekonomis tinggi harus dila-
kukan secara hati-hati dengan tanpa
membunuh ikan tersebut maupun
merusak organ tubuh ikan.
Berkaitan dengan hal tersebut, ber-
tempat di Hotel Bukit Gumati Batutulis,
Bogor (15-17/5), telah dilaksanakan Per-
temuan Gugus Kerja bidang kesehatan
ikan dan lingkungan. Dihadiri tidak ku-
rang dari 30 orang yang terdiri dari Kon-
septor, Pembahas, dan Peserta yang
berasal dari : IPB, Pusat Riset Perikanan
Budidaya, UGM, dan UPT Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya.
Laboratorium kesehatan ikan dan
lingkungan merupakan salah satu kom-
ponen penting yang terintegrasi dalam
rangka memberikan jaminan produk
perikanan budidaya yang bebas penya-
kit serta memastikan jenis serangan
penyakit yang ditimbulkan di suatu
kawasan budidaya. Uji kesehatan ikan
merupakan salah satu persyaratan
utama yang harus dipenuhi dalam pro-
ses budidaya yang dilakukan baik secara
klinis maupun laboratoris.
Maka laboratorium dituntut memili-
ki prosedur kegiatan yang tepat dari
hulu ke hilir sesuai dengan metode yang
dipersyaratkan agar memperoleh hasil
pemeriksaan yang akurat. Menindak-
lanjuti kebutuhan laboratorium terse-
but, maka diperlukan satu acuan yang
bersifat nasional yaitu Standar Nasional
Indonesia (SNI) mengenai metode uji
kesehatan ikan dan lingkungan meng-
adop kebutuhan di atas Red
Penebaran benih ikan koan
(Grass carp) sebanyak 150.000
ekor dilakukan pada tanggal 14
mei 2013 di danau Batur. Danau Batur
memiliki fungsi sebagai sumber
keanekaragaman hayati berbagai
biota air dan darat, habitat berbagai
jenis fauna endemik, serta fungsi
sosial ekonomi budaya di kawasan
tersebut.
Penebaran ikan Koan (Grass carp)
sesuai untuk perairan ini karena
banyaknya gulma air (macrophyta) di
perairan ini, sehingga ketersediaan
makanan alaminya tercukupi, meski-
pun kandungan posphat dan nitrogen
belum melebihi baku mutu, namun
Penebaran benih ikan Koan
Kegiatan Apresiasi Petugas
Pengendali Hama dan Penyakit
Ikan telah diselenggarakan
bagi calon petugas vaksinator ikan
angkatan I tahun 2013 (24-27/4).
Bertempat di Balai Besar Pengem-
bangan Budidaya Air Payau (BBPBAP)
Jepara, Jawa Tengah, kegiatan ini
dibuka secara resmi oleh Direktur
Kesehatan Ikan dan Lingkungan.
Diikuti oleh 25 orang para calon
vaksinator yang berasal dari Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi (7
orang); Dinas Kelautan dan Perikanan
Kab/Kota (1 orang); UPT Ditjen.
Perikanan Budidaya (10 orang) dan
Apresiasi Petugas PengendaliHama dan Penyakit Ikan
Udang merupakan salah satu
komoditas utama dalam pro-
gram industrialisasi perikanan
budidaya dan merupakan primadona
ekspor produk perikanan budidaya,
untuk itu Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP), melalui Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB)
terus menunjukkan komitmennya untuk
mengembalikan kejayaan udang nasio-
nal. Dalam rangka mendukung dan men-
dorong pencapaian peningkatan pro-
duksi perikanan budidaya khususnya
udang dengan tetap memperhatikan
kesehatan dan keamanan pangan,
Project Inception dan NationalAquatic Animal Health (NAAH)
Strategy Workshop
ikan koan akan memakan akar dan
daun dari macorphyta di perairan ini
dan ikan ini layak dikonsumsi. Kebera-
daan KJA budidaya ikan nila sekitar 20
unit, sehingga disarankan agar tidak
melebihi daya dukung danau ini Red
Provinsi (7 orang).
Pemberian materi dilakukan dalam
beberapa bagian diantaranya materi
kuliah, materi dasar, materi inti (dalam
kelas), materi praktikum (laboratri-
um), dan kunjungan lapang (field trip).
Kunjungan lapang dilakukan di Unit
Pembenihan Udang BBPBAP Jepara,
maksud dan tujuan dari kunjungan la-
pang ini adalah untuk memberikan
informasi dan pengatahuan kepada
para peserta tentang pelaksanaan
Cara Pembenihan Ikan yang Baik
(CPIB), dimana peserta dapat lang-
sung melihat aktivitas di unit pembe-
nihan tersebut dan melakukan wawan-
cara langsung dengan petugas di unit
pembenihan udang.
Dari semua rang-
kaian acara yang dila-
kukan para peserta,
diharapkan para petu-
gas vaksinator sudah
dapat mengaplikasi-
kan ilmu yang didapat
dari pelatihan terse-
but untuk segera di-
implemantasikan di
unit kerja masing-
masing (wilayah) nya Red
udang ini akan terdiri 5 kegiatan yaitu
:1) Disease surveillance and reporting; 2)
Emergency Preparedness and Contingen-
cy Plan; 3) Aquatic Animal Health
Information System; 4) Biosecurity and
farmer organization; 5) Aquatic Animal
Health Strategy Development.
Project Inception Workshop dise-
lenggarakan pada tanggal 14 Mei 2013
bertempat di Hotel Ibis Tamarin Jakarta.
Proyek TCP/INS/3402 ini diharapkan
dapat mendukung pembangunan peri-
kanan budidaya berkelanjutan untuk
meningkatkan ketahanan pangan dan
pemberdayaan ekonomi melalui peme-
rintahan yang efektif dan bisa memper-
kuat kompetensi otoritas nasional di
Indonesia dalam menerapkan sistem
pengelolaan kesehatan ikan secara
efektif. Selain itu diharapkan pula pe-
merintah dan para petambak Indonesia
dapat mengatasi penyakit udang dan
mampu mencegah kemungkinan ma-
suknya penyakit baru, serta sanggup
melakukan tanggap darurat jika ada
wabah penyakit yang membahayakan.
Kegiatan proyek ini akan dilaksa-
nakan selama 18 bulan (April 2013 – Sep-
tember 2014) yang terdiri dari work-
shop/training para stakeholder udang,
petugas pemerintah dengan nara-
sumber dari dalam dan luar negeri.
Lokasi pilot project ada di 3 kabupaten
yaitu Subang (Jawa Barat), Serang
(Banten) dan Pesawaran (Lampung),
yang akan menerapkan BMPs, surveilan
penyakit, dan simulasi tanggap darurat
dalam menangani wabah penyakit
udang yang membahayakan Red
UPTD Dinas Kelautan dan Perikananpemerintah dalam hal ini KKP melaku-
kan kerjasama dengan FAO melalui
program TCP/INS/3402 yang difasilitasi
oleh FAO. Program ini akan menyusun
sistem pencegahan penyakit hewan air
pada umumnya dan udang pada khusus-
nya yang dikenal dengan nama Project
Inception Workshop (FAO/MMAF TCP/
INS/3402).
Program tersebut mengambil judul
“Rencana Pengembangan perlindung-
an kesehatan hewan air dan mening-
katkan kapasitas tanggap darurat terha-
dap wabah penyakit udang di Indone-
sia”. Sistem pencegahan penyakit
Prasarana & Sarana
Edisi No. 3 - Th. I - Juni 2013
12 AkuakulturIndonesia
Forum Pengembangan Prasaranadan Sarana Budidaya
Penyelenggaraan Forum Pengem-
bangan Prasarana dan Sarana
Budidaya Tahun 2013 dilaksanakan
pada tanggal 16 – 19 April 2013 di Kota
Cirebon. Pertemuan tersebut mengu-
sung tema “Pengembangan Kawasan
Budidaya yang Efektif dan Efisien me-
lalui Dukungan Optimalisasi Prasarana
dan Sarana Lintas Sektor”. Tujuan dari
pelaksanaan forum ini adalah sebagai
upaya koordinasi dalam rangka inte-
grasi kebijakan pembangunan prasa-
rana dan sarana budidaya dengan lintas
sektor.
Acara yang dihadiri oleh 150 orang
peserta dari berbagai instansi yaitu DKP
seluruh Provinsi di Indonesia, DKP
Kabupaten/Kota Rehabilitasi Tambak,
UPT lingkup DJPB, pakar dan stake-
holder terkait ini dibuka oleh Direktur
Jenderal Perikanan Budidaya. Hadir
sebagai narasumber diantaranya ada-
lah Sunoto (Penasehat MKP), Direktur
Irigasi dan Rawa – Kementerian PU, Dit.
Ketenagalistrikan–Kementerian ESDM,
Dit. Kelautan dan Perikanan– Bappe-
nas, Dit. Perkim–Kementerian PU, BRI.
Dalam diskusi panel dirumuskan
beberapa hal terkait sinergi lintas
sektor dalam pengembangan prasa-
rana dan sarana budidaya khususnya
pada kegiatan revitalisasi tambak yaitu
perjanjian kerjasama lintas kemen-
terian yang telah ada seperti dengan
Kementerian PU, Kementerian ESDM,
dan Bappenas dalam mendukung ke-
giatan perikanan budidaya perlu men-
dapat tindak lanjut di tingkat provinsi
dan kabupaten/kota, selain itu juga
koordinasi antara pusat dan daerah
serta lintas sektor harus terus
ditingkatkan mulai dari proses pe-
rencanaan hingga proses pelaksa-
naannya Red
Menjadi rangkaian aca-
ra dari kegiatan Fo-
rum Pengembangan Pra-
sarana dan Sarana Budi-
daya Tahun 2013, dilaksa-
nakan juga kegiatan Work-
shop Sinkronisasi Program
Kegiatan Tambak Tahun
2014 antara Ditjen Perikan-
an Budidaya, Kementerian
KKP dan Ditjen Sumber
Daya Air, Kementerian PU.
Workshop tersebut dibuka oleh Dirjen
Perikanan Budidaya dan dihadiri oleh
Dirjen Sumber Daya Air, Kemen PU
sebagai salah satu narasumbernya.
Peserta Workshop terdiri dari perwa-
kilan DKP Provinsi seluruh Indonesia,
Dinas KP Tingkat Kabupaten/Kota di 28
lokasi revitalisasi tambak tahun 2013
dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS)
serta Balai W ilayah Sungai (BWS).
Kegiatan sinkronisasi ini dilaksanakan
sebagai wujud bentuk kerjasama yang
terintegrasi yang dilakukan oleh DJPB/
DKP Provinsi dan Kabupaten/Kota
dengan Ditjen SDA/BBWS/dan BWS
untuk pembangunan infrastuktur da-
lam hal ini adalah program rehabilitasi
atau pembangunan jaringan irigasi
saluran tambak (primer, sekunder dan
tersier).
Dari hasil sinkronisasi disepakati
beberapa hal, yaitu bahwa dalam pe-
laksanaan kegiatan rehabilitasi tambak
yang direncanakan pada 2014 harus me-
miliki lokus yang berbeda dengan lokus
kegiatan yang telah dilaksanakan di
2012 dan 2013, kecuali untuk lokasi yang
belum selesai kegiatan rehabilitasi atau
pembangunan fisiknya dalam satu ta-
hun anggaran akan dilanjutkan di ta-
hun berikutnya. Selain itu juga masing-
masing Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten dan BBWS/BWS agar dapat
melanjutkan koordinasi terkait dengan
kesiapan lokasi yang diusulkan untuk
kegiatan tahun 2013 untuk menghindari
terjadinya tumpang tindih pekerjaan.
Dalam pelaksanaannya, Detail Engi-
neering Design (DED) untuk rehabili-
tasi/konstruksi saluran primer dan se-
kunder di suatu areal atau hamparan
dapat disiapkan oleh DJPB/DKP Provin-
si/Kabupaten/Kota dan hasil DED terse-
but dapat disampaikan ke Ditjen SDA/
BBWS/BWS wilayah setempat untuk
pelaksanaan konstruksinya. Untuk
dapat mewujudkan hal tersebut,
masing-masing DKP Kabupaten/Kota
dan BBWS/BWS perlu untuk mening-
katkan koordinasi dalam hal penentuan
lokasi dan penyiapan DED rehabilitasi/
konstruksi saluran serta menginforma-
sikan DED yang telah dibuat kepada
BBWS/BWS wilayahnya.
Poin yang terakhir dari kesepakatan
yang telah dibuat adalah perlunya
penguatan kelembagaan dalam hal
operasional dan pemeliharaan (O & P)
jaringan irigasi tambak. Pemerintah
Daerah (Kabupaten/Kota) memiliki
wewenang dan bertanggung jawab
dalam pembentukan dan pembinaan
kelompok pembudidaya pengguna air.
Kelompok ini memiliki peran penting
dalam menjaga pemeliharaan dan
keberlanjutan dari saluran saluran
irigasi yang telah dibangun/diperbaiki.
Kementerian KP, Kementerian PU dan
DKP Povinsi berjanji akan membantu
dalam hal memfasilitasi pembinaan
dan/atau bantuan lainnya dalam ben-
tuk teknis.
Kegiatan koordinasi dan sinkronisasi
program rehabilitasi jaringan irigasi
tambak ini akan terus dilakukan secara
berkesinambungan baik di tingkat pu-
sat maupun di daerah Red
Pada tanggal 5 Juni 2013 telah
dilaksanakan penandata-
nganan kesepakatan kerjasama
antara Direktorat Jenderal Per-
ikanan Budidaya dengan Kabu-
paten/Kota Revitalisasi Tambak
Tahun 2013. Dua puluh satu kepa-
la dinas kabupaten/kota lokasi
rehabilitasi tambak tahun 2013
hadir pada acara Rapat Koordi-
nasi Kebijakan Industrialisasi
Perikanan Budidaya yang di-
selenggarakan di Bandung. Da-
lam kesepakatan tersebut, Ditjen
PB dan Dinas Kabupaten/Kota
sepakat bekerja sama dan saling
mendukung dalam rangka pelak-
sanaan pembangunan infrastruk-
tur saluran tambak dan penyiap-
an lahan tambak beririgasi untuk
mencapai peningkatan devisa
udang tahun 2012 – 2014 Red
Sinkronisasi Program Kegiatan TambakAntara Ditjen SDA dengan Ditjen PB
Dirjen Perikanan Budida
ya bersama Dirjen
Sumber Daya Air pada 17
April 2013 meresmikan Pe-
ringatan Hari Air Dunia di
Indramayu, Jawa Barat.
Dalam acara tersebut, Dir-
jen menyempatkan mena-
nam bibit mangrove di sa-
luran tersier tambak di Ke-
camatan Pasekan, Indramayu. Selain menanam bibit mangrove, juga dilaksa-
nakan dialog dengan pembudidaya setempat dan peninjauan saluran serta
tambak demfarm.
Hari Air Dunia diperingati setiap 22 Maret 2013, peringatan ini menjadi wadah
untuk menyatukan fokus perhatian dunia terhadap peran pentingnya keter-
sediaan air dan mengupayakan tata kelola sumber daya air yang berkelanjutan.
Ditjen Perikanan Budidaya melaksanakan peringatan Hari Air Dunia tahun 2013
ini dengan mengadakan kegiatan bersama dengan Ditjen SDA, Kementerian
PU. Kegiatan ini mengusung tema : Kerjasama Air (Water Cooperation) yang
juga sejalan dengan semangat industrialisasi dan revitalisasi perikanan budi-
daya. Melalui peringatan Hari Air Dunia ini diharapkan kita semua dapat ikut
berperan serta dalam pengelolaan air yang berkelanjutan Red
Peringatan Hari Air Dunia
KesepakatanPerjanjianKerjasama tentangRevitalisasiTambak
Usaha Budidaya 13AkuakulturIndonesia
Promosi Usaha Perikanan Budidaya Melalui
Pameran AGRINEXDalam mewujudkan ketahan
pangan di Indonesia banyak
upaya yang dilakukan oleh pe-
merintah, salah satunya adalah upaya
yang dilakukan oleh Kementerian
Pertanian Republik Indonesia yang
menyelenggarakan The 7 th Agrinex
Expo (Agribusiness for Food and Bio-
energy Security) yang dilaksanakan
pada tanggal 5 hingga 7 April 2013 di
Hall B, Jakarta Convention Center (JCC).
Pelaksanaa Agrinex diawali oleh
sambutan dari Menteri Koordinator
Perekonomian Hatta Rajasa yang seka-
ligus membuka secara resmi Agrinex
Expo tersebut, yang dalam sambutan-
nya Hatta Rajasa menyatakan bahwa
usaha pertanian merupakan usaha
yang sangat potensial untuk dikem-
bangkan di Indonesia sebagai upaya
untuk mewujudkan ketahanan pangan
nasional dan juga melakukan usaha
untuk meningkatkan image yang baik
dari masyarakat tehadap produk perta-
nian Indonesia. Untuk meningkatkan
image baik tersebut adalah dengan
melakukan promosi yang merupakan
“ujung tombak” dari suatu sistem
pemasaran.
Sambutan lainnya disampaikan oleh
rektor Institut Pertanian Bogor, Herry
Suhardiyanto yang menyatakan bahwa
kehadiran Agrinex sebagai kalender
tahunan masyarakat agribisnis Indo-
nesia merupakan upaya yang
sepatutnya diberikan apresiasi, baik
oleh kalangan praktisi, akademisi, dunia
usaha, maupun masyarakat umum.
ketua penyelenggara yang menyata-
kan bahwa pada pameran Agrinex ini
pihak penyelenggara menghadirkan
175 peserta serta temu bisnis dengan
tuan rumah Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif, 7 Talkshow dan
puluhan presentasi produk para peser-
ta, untuk saling belajar dan mengenal
diantara peserta serta membangun
kesadaran dan kecintaan akan penting-
nya membeli pangan lokal oleh masya-
rakat. Pada acara ini pihak penyeleng-
gara khusus mengundang Menteri
Perekonomian dan menghadirkan
Menteri BUMN Dahlan Iskan agar me-
reka melihat, mendengar dan secara
tepat bisa menolong meningkatkan
produksi, akses pasar, ketersediaan
lahan, infrastruktur dan logistik serta
pembiayaan yang selama ini masih
menjadi hambatan di sektor agribisnis
Indonesia. Acara pembukaan Agrinex
Expo juga dihadiri oleh tokoh-tokoh na-
sional lainnya seperti Adi Sasono,
Anindyati Sulasikin Murpratomo, Mien
Unno, dan Fadel Muhammad. Pada
kesempatan tersebut, Adi Sasono yang
merupakan Ketua Umum COOP Indo-
nesia dalam sambutan tertulisnya me-
nyatakan bahwa penyelenggaraan
Agrinex Expo ke-7 tahun 2013 menjadi
relevan dan penting untuk menghim-
pun pemikiran dan kesepakatan demi
memperkuat kedaulatan ekonomi
nasional dan sekaligus memberikan
optimisme dalam bentuk pameran ke-
majuan bangsa kita dalam bidang per-
tanian dan kegiatan terkait RedSambutan terakhir datang dari
Akses Pembiayaan melaluiSertifikasi Hak Atas Tanah
perlancar jalannya suatu usaha yang
akan dilakukan oleh masyarakat. Dam-
pak dari lancarnya usaha yang dijalan-
kan oleh masyarakat adalah berjalan-
nya roda perekonomian secara baik
yang pada ujungnya nanti adalah terja-
dinya peningkatan kesejahteraan di
masyarakat itu sendiri.
Kegiatan usaha pembudidayaanikan tentunya dapat dijadikan
sebagai salah satu mata pencaharianutama oleh masyarakat mengingatpotensi sumber daya perikanan budi-daya yang masih sangat besar sertamemiliki beberapa karakteristikunggul lainnya seperti : kegiatanusaha pembudidayaan ikan dapatdilakukan oleh seluruh lapisan masya-rakat mulai dari pedesaan sampaiperkotaan; usaha pembudidayaanikan dapat cepat menghasilkan(quickyielding) dengan margin keun-tungan yang cukup besar; mempu-nyai backward dan forward linkageyang cukup luas sehingga dapat me-macu pembangunan industri hulumaupun hilir; tersedianya teknologiterapan yang cukup beragam sesuaidengan kebutuhan; dan dapat men-jadi pilihan mata pencaharian yanglayak sekaligus dapat mengatasikemiskinan masyarakat.
Dalam rangka mewujudkan visidan misi tersebut serta untuk me-ningkatkan pemanfaatan potensi danproduktifitas lahan, maka diperlukansuatu konsepsi pengembangan po-tensi dan peningkatan nilai tambahagar terjadi pertumbuhan ekonomimelalui kebijakan industrialisasi
k e l a u t a ndan peri-kanan sertam e n d o -rong akti-f itas kon-servasi ling-k u n g a nyang diji-wai prinsipblue econo-my dalam pengambilan kebijakan-nya. Turunan dari konsep dan akti-vitas tersebut, oleh Direktorat Jende-ral Perikanan Budidaya disusun pulakonsep induatrialisasi perikanan budi-daya yang merupakan penjabarandari kebijakan industrialisasi kelautandan perikanan.
Implementasi dari konsep terse-but dilakukan melalui peningkatanproduktivitas, kapasitas produksi danperluasan/penambahan unit budida-ya. Perluasan/penambahan unit budi-daya ini tentunya akan optimal bila-mana didukung unsur investasi danaspek permodalan. Guna memper-cepat terwujudnya peningkataninvestasi usaha perikanan budidaya,maka perlu dukungan dari semuastakeholder termasuk sumber-sumberpembiayaan Red
Dengan adanya peraturan akan
terjamin hak dan kewajiban semua pi-
hak yang terkait dalam suatu peratur-
an. Selain itu dengan menjalankan
peraturan secara disiplin dan konsis-
ten diharapkan dapat tercipta kesejah-
teraan masyarakat dengan merata.
Berkaitan dengan pemasukan dan
pengeluaran ikan hidup, Kementerian
Kelautan dan Perikanan, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, Direkto-
rat Usaha menerbitkan surat Keputus-
an Direktur Jenderal Perikanan Budi-
daya Nomor: KEP.233/DJ-PB/2012 ten-
tang Petunjuk Pelaksanaan Pemasuk-
an dan Pengeluaran Ikan hidup.
Dalam pemasukan (impor) ikan
hidup dijelaskan bahwa Direktur Jen-
deral Perikanan Budidaya hanya
mengatur jenis ikan yang tidak berba-
haya, jenis ikan yang tidak dilarang
masuk berdasarkan peraturan, jenis
ikan berupa benih, calon induk/induk
dan jenis ikan yang dilarang masuk ber-
dasakan peraturan yang berlaku, se-
dangkan untuk pengeluaran (ekspor)
ikan hidup hanya mengatur jenis-jenis
ikan yang dilarang pengeluarannya
tetapi masih diperbolehkan untuk
alasan tertentu dan jenis-jenis ikan
yang dilindungi tetapi tidak masuk
dalam appendix II CITES Red
Perizinan Impor dan EksporIkan Hidup
Dalam dunia usaha,
regulasi meme-
gang peranan penting,
karena dengan adanya
regulasi yang berupa
peraturan peraturan
pemerintah dapat dija-
dikan acuan untuk pe-
laksanaan dilapangan
sehingga dapat mem-
permudah dan mem-
Edisi No. 3 - Th. I - Juni 2013
Edisi No. 3 - Th. I - Juni 2013
Usaha Budidaya 14AkuakulturIndonesia
Budidaya Nila Sulawesi Selatan
Menyikapi kondisi banyaknya
lahan tambak bekas udang
menjadi tidak produktif, sejak
tahun 2010 BBAP Takalar Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya Kemen-
terian dan Kelautan mengimplemen-
tasikan proyek Australian Center for
International Agricultural Research
(ACIAR) yang berjudul “Diversification
of small-scale aquaculture in Indonesia”.
Fokus dari kegiatan ini adalah mengem-
bangkan jenis komoditas budidaya
potensial yang bisa dikembangkan di
tambak melalui percontohan budidaya
secara langsung dan melibatkan pe-
tambak skala kecil.
Jenis komoditas budidaya yang
direkomendasikan adalah ikan nila
(Oreochromis niloticus), karena mem-
punyai karakteristik daya hidup yang
sangat tinggi terhadap berbagai kondisi
lingkungan. Sehingga jenis ikan inisangat tepat untuk dijadikan alternatifdalam rangka mengoptimalkan kebera-daan tambak dan peningkatan keta-hanan pangan bagi masyarakat pesisir.Namun demikian untuk menjamin per-tumbuhan nila yang optimal salinitas airtambak harus dipertahankan pada
kisaran 0-15 ppt. Pertumbuhan nila
akan semakin bagus pada kondisi lahan
dengan kandungan bahan organik
yang minimal. Lokasi percontohan
budidaya ikan nila adalah Desa Bonto
Bahari Kabupaten Maros Sulawesi
Selatan.
Dari hasil kajian BBAT Takalar dan
ACIAR sebelumnya strain nila yang
potensial dikembangkan di tambak
Sulawesi Selatan adalah strain nila
GESIT (Genetically Supermale Indonsian
Tilapia). Strain yang dikembangkan di
BBAP Takalar dengan calon induk
berasal dari BBPBAT Sukabumi Jawa
Barat. Karakteristik strain ini bisa
menghasilkan anakan ikan nila jantan
yang lebih dari 80% sehingga pertum-
buhan lebih cepat dan lebih besar da-
raan.
Budidaya nila sis-
tem tradisional mampu
meningkatkan biomas
dari 5 g menjadi 200 –
250 g selama 120 hari
pemeliharaan. Budi-
daya nila lebih meng-
untungkan dibanding
budidaya udang tradi-
sioal yang ada pada
kisaran Rp 1 juta – Rp 5
juta. Keuntungan lain-
nya dari budidaya nila di tambak udang
adalah bisa menjadi budidaya tambah-
an saat kondisi salinitas air rendah.
Berdasar pada hasil produksi
tersebut pihak BBAP Takalar dan ACIAR
melakukan perluasan wilayah binaan
ke daerah lain dibantu oleh Mardiana
E. Fachri dari Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan Universitas Hasanuddin
Makassar. Para pembudidaya tambak
di daerah lain seperti Desa Salenrang,
Bontolempangan di Kabupaten Maros,
Desa Labakkang dan Kanaungan di
Kabupaten Pangkep tertarik untuk
mengembangkan budidaya nila
ditambak.
Dari hasil uji coba tersebut kegiatan
budidaya nila di tambak memberikan
manfaat dan keuntungan bagi masya-
rakat pesisir karena investasinya ren-
dah, teknik budidaya yang sederhana,
dapat meningkatkan pendapatan kare-
na keuntungan yang tinggi, membantu
pemanfaatan tambak idel, serta me-
ningkatkan kualitas lingkungan.
Kegiatan ini akan terus disebar-
luaskan ke seluruh wilayah Sulawesi
Selatan. BBAP Takalar dan ACIAR akan
melakukan pemuliaan ikan nila agar
bisa menghasilkan benih ikan nila yang
lebih cocok untuk air payau di Sulawesi
Selatan dan bisa menurunkan harga
benih Red
Budidaya Caulerpa Sulawesi Selatan
Budidaya lawi-lawi (Caulerpa)
bisa menjadi pilihan untuk bagi
para pembudidaya tambak
udang di Sulawesi Selatan. Rumput
laut jenis Kappapycusalfarezi (Eucema-
cotonii) saat ini sudah menjadi ko-
moditas primadona masyarakat pesi-
sir mengingat kontribusi positifnya
terhadap peningkatan pendapatan
dan serapan tenaga kerja. Bahkan
saat ini Indonesia menjadi penghasil
rumput laut terbesar dunia. Komo-
ditas ini sangat cepat berkembang di
masyarakat karena potensi lahan
yang luas, bisa produksi sepanjang
tahun, tidak membutuhkan modal
besar, teknis budidaya yang sederha-
na, dan waktu budidaya yang cepat.
Jenis rumput laut potensial lain-
nya yang belum banyak dikembang-
kan budidayanya adalah Caulerpa sp.
dengan nama lokal Lawi-lawi (Sula-
wesi) dan Latoh (Jawa). Terdapat 2
jenis Caulerpa ditemukan di Teluk
Laikang yakni Caulerpa lentillifera
(Bulaeng) dan Caulerpa racemosa
(Lipan/Bu’ne). Jenis yang paling
disukai adalah jenis Caulerpa lentilli-
fera (Bulaeng), karena lebih renyah
dan teksturnya lebih lembut. Caulerpa
dimanfaatkan secara langsung sebagai
sayuran segar di beberapa wilayah
Indonesia, namun di Indonesia
Caulerpa belum dikomersialkan seperti
yang telah dilakukan di F ilipina dan
Vietnam.
Caulerpa hidup tersebar di pantai
bersuhu air hangat (25oC-30oC),
biasanya tumbuh di laguna dangkal,
substrat karang, batu, pasir hingga
lumpur. Biasanya berada di perairan
yang tenang dengan salinitas antara 25
- 30 ppt. Sebaran habitat dari Caulerpa
meliputi wilayah
perairan Asia Teng-
gara seperti Indo-
nesia, Filipina, Thai-
land, Malayasia,
Cina, Taiwan, Pa-
pua Nugini dan Ke-
pulauan Pasifik.
Caulerpa ter-
nyata mengan-
dung antioksidan,
asam folik dan
m e n g a n d u n g
vitamin A, B1, dan
C, calerpin, dan
caulerpicin sehingga bisa membantu
menurunkan tekanan darah tinggi dan
menjaga kebugaran, serta obat anaes-
tesi ringan. Hasil penelitian menginfor-
masikan bahwa kandungan serat di
dalam C. Racemosa di Indonesia lebih
tinggi dibanding jenis yang sama di
Jepang. Sehingga bisa menjadi nilai
lebih dan meningkatkan daya saing
bagi kegunaan tertentu.
Seperti halnya kebanyakan makro-
alga, Caulerpa sangat berguna sebagai
penyerap (bioconcentrating) logam dan
kontaminan yang baik, sehingga
tambak harus berada jauh dari
sumber polusi. Kedalaman kolam
harus berada di kisaran 50-120 cm,
untuk memungkinkan penetrasi
cahaya dan mencegah terjadinya
fluktuasi suhu air yang dramatis.
Prospek komoditas ini men-
janjikan walaupun baru diserap oleh
pasar lokal para pembudidaya di
Desa Laikang Kabupaten Takalar dan
bukan tidak mungkin Caulerpa
kemudian menjadi komoditas ekspor
seperti halnya jenis rumput laut
lainnya. Usaha budidaya Caulerpa di
tambak memberikan hasil yang
sangat signifikan bagi peningkatan
penghasilan masyarakat pesisir.
Modal awal 160 kg bibit Caulerpa bisa
menghasilkan produksi dengan
kisaran 320-9.120 kg (3-6 bulan),
dengan patokan harga penjualan Rp
3.750/Kg.
Untuk mendukung pembudidaya
Caulerpa di Laikang, BBAP Takalar,
Universitas Sydney dan Universitas
Hasanuddin, terus melakukan
kegiatan penelitian khusus me-
nyangkut aspek budidaya Caulerpa.
Universitas Hasanuddin melakukan
studi kapasitas pasar, untuk
mengevaluasi apa pasar kemung-
kinan akan membatasi produksi
Caulerpa Red
lam waktu 4 bulan periode pemeliha-
H. Zaenuddin, pembudidaya nila
Nila (O. niloticus), hasil panen setelah pemeliharaan 4 bulan di tambak
Lawi-lawi (C. lentillifera)
Daerah
Edisi No. 3 - Th. I - Juni 2013
15 AkuakulturIndonesia
Melirik Budidaya Tubifex sp di Temanggung
Teknologi perikanan belakangan
ini telah berhasil memijahkan
beberapa jenis ikan baik ikan hias
ataupun ikan konsumsi dengan pemi-
jahan alami ataupun buatan, akan teta-
pi keberhasilan dalam pemijahan larva
ini tidak diikuti oleh keberhasilan dalam
pengembangan teknologi pemeliha-
raan larva, yang ditandai dengan ting-
kat mortalitas yang masih tinggi. Pada-
hal usaha budidaya ikan dan udang
semakin giat dilaksanakan baik secara
intesif maupun secara ekstensif. Salah
satu penyebab rendahnya SR (Survival
Rates/Tingkat Kehidupan) larva adalah
masih rendahnya penguasaan teknologi
penyediaan pakan, khususnya pakan
alami.
Berdasarkan permasalahan terse-
but, salah satu alternatif pemecahan-
nya adalah mencari pakan alami yang
lebih murah untuk menekan biaya akan
tetapi nilai nutrisinya lebih lengkap.
Penggunaan pakan alami untuk budi-
daya ikan memiliki beberapa keuntung-
an selain harganya yang lebih murah
juga tidak mudah busuk sehingga dapat
mengurangi pencemaran kualitas air,
lebih mendekati pada kebutuhan biolo-
gis ikan karena merupakan jasad hidup
dan mempunyai kandungan gizi yang
lebih lengkap jika dibandingkan dengan
pakan buatan.
Salah satu diantara banyak pakan
alami adalah cacing sutra atau juga
dikenal dengan cacing rambut. Cacing
sutra ini menjadi favorit bagi semua
benih ikan yang sudah bisa memakan
pakan alami. Cacing sutra ini biasanya
diberikan dalam keadaan hidup atau
masih segar ke dalam air karena lebih
sukai ikan. Cacing sutra (Tubifex sp)
cukup mudah untuk dijumpai, dan jika
dibudidayakan tidaklah sulit untuk me-
lakukannya. Kemampuanya beradap-
tasi dengan kualitas air yang jelek
membuatnya bisa dipelihara di perair-
an mengalir mana saja, bahkan pada
perairan tercemar sekalipun. Selain itu
juga bisa bertahan lama hidup di air
dan nilai gizi yang ada pada cacing ini
cukup baik untuk pertumbuhan ikan.
Berbagai keunggulan ini membuat Ca-
cing sutra (Tubifex sp) menjadi prima-
dona pakan alami bagi dunia pembe-
nihan. Namun ketersediaan pakan
alami berupa cacing sutra masih ter-
gantung pada kondisi alam sehingga
dalam waktu-waktu tertentu sulit di-
peroleh.
Pengembangan pakan alami cacing
sutra masih tergolong tradisional. Se-
bagian besar pemenuhan kebutuhan
akan cacing sutra didapat dari alam. Hal
tersebut dikarenakan teknologi budida-
ya dari cacing sutra ini belum berkem-
bang dengan baik, sehingga masih
mengandalkan tangkapan dari alam.
Proses pengambilan cacing sutra dari
alam membutuhkan penanganan khu-
sus dan ketelatenan agar didapatkan
cacing yang tahan dan dapat hidup di
luar habitatnya hingga dapat didistri-
busaikan kepada konsumen.
Budidaya Dengan Tray/NampanPlastik
Budidaya cacing sutra dengan Tray/
Nampan terhitung baru dilakukan. Sis-
tem budidaya dengan menggunakan
nampan ini baru ditemukan beberapa
waktu yang lalu oleh pembudidaya ca-
cing sutra, Bapak Agus Tiyoso. Pembu-
didaya tubifex sp yang beralamat di
Wolodono Kecamatan Bulu Kabupaten
Temanggung ini membudidayakan
cacing sutra dengan menggunakan
media nampan/tray ini bisa mengguna-
kan System SCRS( Semi Closed Resircula-
ting System). Sistem SCRS ini sebetul-
nya bukan hal baru pada sistem pem-
besaran pada budidaya udang.
Sistem ini pada dasarnya mengolah
dan menggunakan kembali air yang
sudah dipakai pada proses budidaya
udang. Pengisian air baru dari luar
sistem hanya dilakukan untuk meng-
ganti air yang susut/berkurang akibat
kebocoran ataupun evaporasi. Pada
sistem budidaya cacing sutra dengan
menggunakan nampan/tray ini mempu-
nyai beberapa keuntungan, yaitu lebih
hemat dalam penggunaan air, probiotik
dan obat-obatan lainnya, serta tidak
membutuhkan lahan yang luas.
Produksi cacing sutra dengan media
nampan, menurut informasi Agus
Tiyoso, penemu budidaya cacing sutra
dengan media nampan ini, bisa menca-
pai 1 gelas/nampan dengan siklus pa-
nen sesudah masa panen perdana bisa
5 – 10 sehari sekali. Dengan asumsi 1
gelas = 250 ml, maka apabila kita bisa
memanen 10 nampan/hari produksinya
maka akan mencapai 2,5 liter/hari.
Bahkan terkadang panennya bisa men-
capai 15 – 20 nampan/hari. Jika dikalikan
dengan Rp. 15.000,00 rupiah maka
penghasilan dalam sehari bisa menca-
pai Rp. 37.500,00. Tentu saja penghasil-
annya bisa lebih dari itu apabila jumlah
cacing sutra dalam nampan yang dipa-
nen lebih dari 10 nampan. Jadi semakin
banyak nampan yang dibuat dengan
semakin banyak rak-rak budidaya
cacing sutra yang dibuat maka kapasi-
tas produksi yang ingin dicapai pun bisa
semakin meningkat.
Analisa UsahaSebuah analisis usaha sangatlah
penting untuk mengetahui kelayakan
suatu usaha apakah bisa mendapatkan
keuntungan yang layak atau tidak.
Langkah pertama untuk menganalisa
suatu usaha adalah menentukan biaya
produksi kemudian biaya produksi me-
rupakan modal yang harus dikeluarkan
untuk melakukan usaha. Biaya produksi
dapat dibedakan antara biaya tetap dan
biaya tidak tetap. Biaya tetap merupa-
kan biaya yang penggunaanya tidak
habis dalam satu musim produksi, se-
dangkan biaya variable merupakan bia-
ya yang habis dalam satu musim pro-
duksi. Analisis f inansial sangat dibu-
tuhkan dalam usaha apapun untuk
mengetahui tingkat ef isiensi, serta
tingkat keberhasilan usaha dan layak
tidaknya usaha tersebut untuk dija-
lankan.
Analisis usaha budidaya cacing sutra
dengan media nampan/tray didapat-
kan bahwa total biaya produksi seta-
hun sebesar Rp. 4.931.000,- setahun
bisa menghasilkan pendapatan Rp.
7.875.000,-. Keuntungan yang didapat
bisa sebesar Rp. 2.944.000,-. Keun-
tungan ini didapat hanya dengan jum-
lah tray sebanyak 100 buah , yang dibu-
at menjadi 10 tingkat dan masing-ma-
sing tingkat terdiri dari 10 tray/nampan.
Apabila rangkaian ini lebih banyak ten-
tu akan menghasilkan keuntungan yang
lebih banyak juga. Berdasarkan nilai
pendapatan dan biaya produksi, dida-
patkan nilai rationya 1,60. Dengan per-
hitungan R/C rasio tersebut menunjuk-
kan, setiap Rp. 1,- biaya yang dikeluar-
kan untuk usaha budidaya cacing sutra
dengan media kolam plastik/terpal
akan memperoleh penghasilan Rp.
1,60,-
Mahmud Efendi
Penyuluh Perikanan ParakanPenyusunan Rak untuk sistem budidaya nampan
Lay out media nampan