ta_06081004011
DESCRIPTION
ips sejarahTRANSCRIPT
KEBIJAKAN EKONOMI SOEKARNO TAHUN 1959-1965
Disusun oleh:
SAMPIR SRI WAHYUNI
Nomor Induk Mahasiswa 06081004011
Program Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Jurusan Sejarah
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2014
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................VI
ABSTRAK...................................................................................VII
BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Permasalahan.........................................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................................,,6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian......................................................................................6
BAB II KAJIAN PUSTAKA2.1 Pengertian Kebijakan, Ekonomi, dan Kebijakan ekonom
2.1.1 Pengertian Kebijakan....................................................................................8
2.1.2. Pengertian Ekonomi......................................................................................9
2.1.3 Pengertian Kebijakan Ekonomi.....................................................................9
2.2 Riwayat Soekarno...............................................................................................10
2.3 Perkembanagn Ekonomi Masa Demokrasi Liberal.............................................13
2.3.1 Usaha untuk Memperbaiki Perekonomian.............................................15
2.4 Pemikiran Soekarno............................................................................................20
a.
Politik.......................................................................
.........................20
2
b.
Ekonomi...................................................................
.........................22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian..............................................................................................25
3.2 Langkah-langkah Peneltian
3.2.1 Heuristik.....................................................................................26
3.2.2 Kritik Sumber..............................................................................27
3.2.3 Interpretasi................................................................................31
3.2.4 Historiografi...............................................................................32
3.3 Pendekatan.......................................................................................................33
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pemikiran Soekarno Terhadap Perekonomian Indonesia.................................35
4.2 Kebujakan Ekonomi Soekarno.........................................................................43
3
4.2.1 Pembentukan Bappenas....................................................................43
4.2.2 Deklarasi Ekonomi............................................................................47
4.2.3 Devaluasi...........................................................................................50
4.3 Pengaruh Kebijakan Terhadap Perekonomian Indonesia.................................53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................58
5.2 Saran.................................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................64
LAMPIRAN...........................................................................................................66
UCAPAN TERIMA KASIH
Almahdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana (S1) pada Program studi Pendidikan sejarah, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) , Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya.
Dengan selesainya penulisan skripsi, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs.H.Alian Sair, M.Hum dan Bapak Drs. Syafruddin Yusuf, M.Pd sebagai pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan skripsi. Serta kepada Bapak/Ibu dosen penguji yang telah memberikan sejumlah saran untuk perbaikan skripsi ini.
4
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dekan FKIP UNSRI Bapak Soefendi, M.A.,Ph.D. Kepada Bapak Drs. Riswan Jaenuddin, M.Pd. dan kepada ketua prodi sejarah Bapak Drs. Supriyanto, M.Hum. serta seluruh staf prodi pendidikan sejarah yang telah membantu dalam pengurusan adminstrasi penyelesaian skripsi ini.
Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat untuk pengajaran dan sumber bacaan bagi bidang studi sejarah khususnya, serta bagi bidang studi lainnya.
Inderalaya, Mei 2014
Penulis
Sampir sri wahyuni
Skripsi ini saya persembahkan kepada :
1. Kepada kedua orang tua, dan kedua adik saya
yang selalu memberi dukungan , semangat
serta mendoakan saya sehingga saya mampu
menjadi seorang sarjana pendidikan
2. Terimakasi kepada Dosen pembimbing saya
Bapak Drs.H.Alian Sair, M.Hum. dan Bapak
5
Drs. Syafruddin Yusuf,M.Pd. serta seluruh
dosen FKIP SEJARAH Universitas Sriwijaya
yang senantiasa membimbing dan
mengarahkan dalam menyelesaikan skripsi
saya.
3. Para sahabat – sahabat saya
Desy,tika,dian,diki,sulda,asmala,m.rifki,dan
semua rekan seperjuangan FKIP sejarah
khususnya angkatan 2008 . Sahabat- sahabat
de’rumput, sahabat LYCIN ,serta teman-teman
de’waduks, dan juga adik- adik tingkat di fkip
sejarah Universitas Sriwijaya, terimakasih
telah memberikan dorongan dan motivasi
kepada saya
4. Almamaterku
Motto :
“Hari ini Anda adalah orang yang sama dengan Anda di lima tahun mendatang, kecuali dua hal : orang-orang di sekeliling Anda dan buku-buku yang Anda baca”
“If you want something you’ve never had, you must be willing to do something you’ve never done.Success is a journey, not a destination”
6
توجيهات يعطي الله ولكن تحب، الذي الشخص إلى تعليمات إعطاء على قادرة تكون لن بالتأكيد التوجيه سيقبلون الذين أولئك يعلم اللهو ،شاء الذين ألولئك
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk” (QS. AL-Qashash ayat 56)
7
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Kebijakan Ekonomi Soekarno tahun 1959-1965. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah penulis ingin mengetahui dan menjelaskan pengaruh dari pemikiran Soekarno terhadap kebijakan ekonomi pemerintah Indonesia pada masa demokrasi terpimpin atau tepatnya tahun 1959- 1965. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode historis. Metode historis merupakan proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan – peninggalan pada masa lampau.Langkah-langkah penelitian adalah heuristik, kritik sumber, interpretasi, historiografi serta pendekatan. Soekarno merupakan presiden pertama di Indonesia yang sangat otoriter. Kepemimpinannya semakin berpengaruh setelah dicanangkannya demokrasi terpimpin pada 1959-1965. Tepatnya setelah dikeluarkannya dekrit presiden 5 juli 1959, hal ini membuat segala kebijakan yang dikeluarkan berpusat pada kekuasaannya. Ditambah lagi dikumandangkannya manifesto USDEK sebagai GBHN, Inti Manipol adalah USDEK (Undang-undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia). Sehingga lebih dikenal dengan MANIPOL USDEK. Soekarno menginginkan suatu pembangunan di Indonesia yang bebas dari pengaruh kolonialisme dan imperialisme bangsa asing.Kebijakan yang diambil oleh pemerintahan Soekarno adalah : Pembentukan Badan Perancang Pembangunan Nasional (Bappenas), untuk melaksanakan pembangunan ekonomi di bawah Kabinet Karya maka dibentuklah Dewan Perancang Nasional (Depernas) pada tanggal 15 Agustus 1959 dipimpin oleh Moh. Yamin dengan anggota berjumlah 50 orang. Tugas Bappenas ini adalah menyusun rencana jangka panjang dan rencana tahuanan, baik nasional maupun daerah, mengawasi dan menilai pelaksanaan pembangunan., dan menyiapkan serta menilai hasil kerja mandataris untuk MPRS. Untuk mengurangi laju inflasi dan mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat pemerintah juga melakukan penurunan nilai uang (Devaluasi). Kebijakan pemerintah dalam mengatasi perekonomian lainnya adalah dengan adanya Deklarasi Ekonomi yang merupakan strategi dasar ekonomi Terpimpin Indonesia yang menjadi bagian dari strategi umum revolusi Indonesia. Strategi Deklarasi Ekonomi adalah mensukseskan Pembangunan Sementara Berencana 8 tahun yang polanya telah diserahkan oleh Bappenas tanggal 13 Agustus tahun 1960. Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa sistem ekonomi Indonesia adalah Berdikari yaitu berdiri di atas kaki sendiri. Tujuan utama dibentuk Deklarasi Ekonomi adalah untuk menciptakan ekonomi yang bersifat nasional, demokratis, dan bebas dari sisa-sisa imperialisme untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin.
Kata kunci :Indonesia, Soekarno, Kebijakan ekonomi
8
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 agustus 1945 oleh
Soekarno-Hatta. Peristiwa bersejarah ini dilaksanakan pukul 10.00 WIB dimuka
gedung Pegangsaan Timur nomor 56 Jakarta. Indonesia akhirnya dapat merdeka
setelah menghadapi Imperialisme dan kolonialisme. Namun perjuangan bangsa
Indonesia tidak berhenti sampai disitu, banyak hal yang dihadapi untuk menentukan
masa depannya sendiri baik itu di bidang politik maupun ekonomi. Bidang politik
bangsa Indonesia masih dihadapkan dengan ancaman dari bangsa luar khususnya
Belanda, yang masih melakukan pergolakan politik dengan serangan agresi militer
Belanda 1 dan Agresi militer Belanda II. Belanda belum mau mengakui kemerdekaan
Indonesia karena Belanda ingin menjadikan Indonesia sebagi negara persemakmuran.
Selain bidang politik, bidang ekonomi juga tak luput dari perhatian para
pemimpin atau tokoh – tokoh bangsa indonesia. Saat itu, bangsa Indoneia
dihadapkan pada hal yang rumit yaitu mengenai masih adanya campur tangan dari
bangsa kolonial. Sehingga menjadi kendala dalam mengatur perekonomian bangsa.
Adapun beberapa kendala yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dari segi ekonomi
pada masa tersebut adalah :
1. Masalah menentukan mata uang yang diberlakukan
2. Adanya blokade yang dilakukan oleh Belanda terhadap ekspor RI
3. Masalah rendahnya penghasilan rakyat sehingga tingkat kemiskinan sangat
tinggi ( Marwati Djoened, 1993 : 334)
Setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945, Indonesia secara teoristis memiliki
tiga model Demokrasi, yakni Demokarasi Liberal (tahun 1945-1959), Demokrasi
9
Terpimpin (1959-1965), dan Demokrasi Pancasila. Ketiga demokrasi itu turut
mempengaruhi pelaksanaan sistem ekonomi di Indonesia (Maarif,1996:198).
Situasi perekonomian Indonesia sekitar tahun 1945-1950-an sangat tidak
menguntungkan bagi pemerintahan Republik Indonesia. Sistem perekonomian pada
masa tersebut merupakan ekonomi perang gerilya terhadap penjajahan, bahkan
ekonomi masih dimonopoli oleh perusahaan-perusaahn Belanda
(Sjamsuddin,1993:226).
Pada masa demokrasi liberal di awali dengan keluarnya maklumat no. X pada
tanggal 3 November 1945, yag isinya menyatakan perlunya berdiri banyak partai
politik (multi partai) sebagai bagian dari demokrasi.Pada masa Demokrasi Liberal
mengalami pergantian kabinet hingga tujuh kali. Hal ini disebabkan jumlah partai
yang cukup banyak, tetapi tidak ada partai yang memiliki mayoritas mutlak
(Soesastro, 2005:16).
Akibat pergantian kabinet dalam waktu singkat, membuat tidak terlihatnya
model pembangunan ekonomi pada masa itu. Meskipun telah dilakukan cara –cara
untuk melakukan perbaikan ekonomi tetap saja perekonomian Indonesia kala itu
masih terbengkalai, hal ini terjadi karena pemerintah mengedepankan perpolitikan
(Mustopa,2002:155)
Selama Demokrasi Liberal ini posisi Soekarno hanya sebagai simbol dari
kekuasaan politik tertinggi. Soekarno tidak mempunyai wewenang dalam
pemerintahan sehingga tidak memuaskan hatinya. Situasi ini menjadi kesempatan
Soekarno untuk mengambil alih pucuk pimpinan, meninggalkan sistem parlementer
yang selama tujuh tahun berjalan dirasakan tak memberikan solusi yang baik. Melalui
Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Republik Indonesia kembali ke Undang-Undang Dasar
1945 sebagai dasar negara (Sjamsuddin,1993: 228).
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 adalah dekrit yang mengakhiri Demokrasi liberal,
merupakan titik awal demokrasinya Soekarno. Presiden pertama yang memerintah
Indonesia pada periode 1945-1966, sosok yang terkenal sebagai penyambung lidah
10
rakyat. Mampu bersosialisasi langsung dengan rakyat. Presiden yang memiliki
semangat nasionalisme yang besar dalam membangun bangsa. Seorang pemimpin
dikatakan dapat memajukan negaranya jika dapat mensejahterakan rakyatnya, dapat
membangun perekonomian bangsanya (Ditjindro, 2012 : 5).
Dengan adanya Dekrit Presiden tersebut, Soekarno mendengungkan untuk
kembali ke Revolusi, melaksanakan sosialisme ala Indonesia yang bebas dari
imperialisme dan kolonialisme. Demokrasi Terpimpin dari Soeakrno ini
menginginkan masyarakat yang adil dan makmur yang memajukan perekonomian
bangsa dengan kekuatan rakyat tanpa da campur tangan bangsa asing
(Dhakidae,2013:122).
Soekarno seorang pemimpin yang mencanangkan sosialisme sebagai azas
pembangunan. Begitu juga dimasa ekonomi terpimpin, konsep sosialis Indonesia
yang dikumandangkan Soekarno merupakan orientasi dalam strategi pembangunan
perekonomian bangsa Indonesia (Hendarseh, 2010 : 216).
Soekarno juga menguraikan ideologi demokrasi terpimpin yang dinamakan
Manipol (Manifesto Politik) yang menyerukan semangat revolusi, keadilan sosial,
dan retooling lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi negara demi revolusi yang
berkesinambungan. Idiologi ini kemudian ditambahkan dengan kata USDEK yang
berarti Undang-Undang Dasar 1945 yang intinya Sosialisme ala Indonesia,
Demokrasi terpimpin, Ekonomi terpimpin, dan Kepribadian Indonesia
(Ricklefs,2007:403).
Konsep sosialis Soekarno seperti yang disebutkan Soesastro (2005: 23),
merupakan susunan sistem ekonomi Indonesia yang dapat menciptakan susunan
ekonomi yang bersifat nasional dan demokratis, yang bersih dari sisa - sisa
Imperialisme dan feodalisme, dan tahap kedua yakni tahap ekonomi sosialis
Indonesia, ekonomi tanpa penghisapan manusia oleh manusia. Hal ini berarti sebagai
negara yang ingin membangun dan menuju masyarakat Sosialis Indonesia kita harus
11
bersih dari sisa Imperialisme dan feodalisme. Menggerakkan semua potensi yang ada
untuk meletakkan dasar dan mempertumbuhkan ekonomi nasional.
Ekonomi terpimpin dalam masyarakat sosialis Indonesia ini mengacu pada
“Pasal 33 UUD 1945” Soekarno mengatakan bahwa Ekonomi terpimpin
menghendaki kegotong royongan di bidang ekonomi. Menurut Soekarno sistem
ekonomi itu mengandung tiga unsur yakni kepentingan bersama yang ditetapkan
bersama, usaha bersama yang dilaksanakan bersama, dan pemimpin bersama yang
dimufakati bersama (Alam, 2003:453).
Sosialisme Indonesia adalah gotong royong berdasarkan Pancasila. Ditambah
lagi bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan sumber daya alamnya, sehingga
dapat dimanfaatkan dengan sebaik baiknya. Hal inilah juga yang membuat Soekarno
befikir akan adanya ekonomi berdikari (berdiri di atas kaki sendiri). Sebuah negara
yang harus dapat membangun ekonomi sendiri, bersama-sama rakyat dan
pemimpinnya (Rahardjo,2001:288)
Para pemimpin di Indonesia menginginkan perkembangan ekonomi yang baik
terhadap negerinya, dengan memikirkan landasan yang tepat untuk mengembangkan
perekonomian tersebut. Secara otomatis pemikiran-pemikiran para tokoh pada masa
itu akan sangat mempengaruhi kebijakan ekonomi pada masa tersebut. Dalam
kesempatan kali ini penulis akan mengkaji kondisi ekonomi pada masa demokrasi
terpimpin, menurut pemikiran yang berkembang dari tokoh terkait yaitu Presiden
Soekarno. Penulis memilih pemikiran Soekarno karena sebagai ‘pemimpin
demokrasi’, Soekarno telah menjadi tokoh yang paling berpengaruh pada masa
pemerintahan Demokrasi Terpimpin dengan kediktatorannya yang segalanya berpusat
pada kepemimpinannya (Politik Soekarno).
Pemikiran-pemikiran Soekarno inilah yang berpengaruh besar terhadap
kebijakan perekonomian masa Demokrasi Terpimpin. Penulis ingin mengetahui
konsep ekonomi seperti apa dari sosok Soekarno yang nantinya akan memuculkan
12
keadaan ekonomi beserta implementasi kebijakan ekonomi Indonesia tahun 1959-
1965. Dalam penelitian ini penulis ingin mengambil ruang lingkup temporal tahun
1959-1965 yang dipatok sebagai masa demokrasi terpimpin. Karena pada masa
tersebut Indonesia mengalami kesenjangan dan kemerosotan ekonomi.
Dari uraian diatas penulis mencoba mengungkap bagaimana “Kebijakan
Ekonomi Soekarno Tahun 1959-1965” Penulis ingin mengungkap bagaimana
pengaruh pemikiran Pemimpin negeri pada waktu itu Soekarno terhadap kebijakan-
kebijakan yang dilaksanakan untuk membangun ekonomi Indonesia.
1.2 Permasalahan
Dari uraian diatas muncul perrmasalahan penelitian yang kemudian disederhanakan
melalui pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana pemikiran ekonomi Soekarno terhadap ekonomi Indonesia?
b. Bagaimana kebijakan ekonomi Soekarno di Indonesia (1959-1965) ?
c. Apa pengaruh kebijakan pemerintah terhadap perekonomian Indonesia tahun
1959-1965?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pemikiran Soekarno terhadap perekonomian Indonesia
b. Untuk mengetahui kebijakan ekonomi Soekarno di Indonesia tahun 1959-
1965.
c. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan pemerintah terhadap perekonomian
Indonesia tahun 1959-1965
13
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat
Dalam dunia pengetahuan khususnya bidang Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Sejarah Unversitas Sriwijaya, yakni :
1. Bagi FKIP Universitas sriwijaya
Dapat menjadi gambaran dan bahan masukan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran sehingga menghasilkan lulusan yang baik dan berkualitas.
2. Bagi Program Studi Sejarah
Sebagai bahan tambahan atau literatur informasi mengenai riwayat, serta
pengaruh pemikiran Soekarno dalam melakukan kebijakan pemerintah untuk
mengatasi perekonomioan di Indonesia khususnya pada tahun 1959-1965
3. Bagi Mahasiswa
Guna menambah pengetahuan mengenai Soekarno dan kebijakan ekonominya
pada tahun 1959-1965 bagi mahasiswa khususnya di prodi sejarah, dan bagi
para mahasiswa lain pada umumnya.
4. Bagi Masyarakat
Dapat memberikan sumber informasi mengenai Soekarno dan kebijaknnya
pada masa Demokrasi terpimpin, serta dapat dijadikan dasar penelitian
selanjutnya yang lebih luas dan mendalami tema yang sama.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Agar dalam penelitian ini tidak terlalu meluas dan tetap terfokus pada
permasalahan yang akan diangkat, maka penulis membatasi diri pada dua ruang
lingkupnya. Ruang lingkup yang pertama sudah pasti lingkup spatialnya. Ruang
14
lingkup spatial dari penelitian ini adalah negara Indonesia. Yang kedua, adalah ruang
lingkup temporal yang diawali tahun 1959 hingga tahun 1965.
Penulis mengambil ruang lingkup temporal tahun 1959-1965, karena pada
tahun tersebut kondisi ekonomi Indonesia mengalami kemerosotan. Selama periode
1950-an, struktur ekonomi Indonesia masih peninggalan zaman kolonialisasi. Sektor
formal/modern seperti pertambangan, distribusi, transportasi, bank, dan pertanian
komersil yang memiliki kontribusi lebih besar daripada sektor informal/tradisional
terhadap output nasional atau PDB di dominasi oleh perusahaan-perusahaan asing
yang kebanyakan berorientasi ekspor. Periode 1959 – 1965 merupakan periode
keemasan bagi Soekarno, karena pada periode ini semua kebijakan berpusat pada
pemerintahannya sehingga masa ini dinamakan masa demokrasi terpimpin,
demokrasinya Soekarno.
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kebijakan, Ekonomi, dan Kebijakan Ekonomi
2.1.1 Pengertian Kebijakan
Secara harifah kebijakan adalah terjemahan langsung dari kata policy science.
Beberapa penulis besar dalam ilmu ini, seperti William Dunn, Charles Jones, Lee
Friedman, dan lain-lain, menggunakan istilah public policy dan public policy analysis
dalam pengertian yang tidak berbeda. Istilah kebijaksanaan atau kebijakan yang
diterjemahkan dari kata policy memang biasanya dikaitkan dengan keputusan
pemerintah, karena pemerintahlah yang mempunyai wewenang atau kekuasaan untuk
mengarahkan masyarakat, dan bertanggung jawab melayani kepentingan umum. Ini
sejalan dengan pengertian public itu sendiri dalam bahasa Indonesia yang berarti
pemerintah, masyarakat atau umum (Gilarso,2004:88)
Menurut Nurcholis (dalam Advendi,2000: 263), kebijakan merupakan
rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis dan dasar rencana dalam pelaksanaan
pekerjaan kepemimpinan serta bagaimana cara bertindak (tentang
pemerintahan,organisasi,dan lain sebagainya).
Kebijakan juga disebutkan sebagai sesuatu yang lazim digunakan dalam
kaitannya dengan tindakan atau kegiatan pemerintah serta prilaku negara pada
umumnya yang tituangkan dalam peraturan (Mustopadidjaja,2012:30).
Kebijakan dapat diartikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi
pedoman dan dasar pelaksanaan pekerjaan kepemimpinan dan cara bertindak,
kebijakan berbeda dengan hukum. Jika hukum dapat mengatur dan melarang
sedangkan kebijakan adalah pedoman dalam bertindak yang paling mungkin
memperoleh hasil yang di inginkan.
16
2.1.2 Pengertian Ekonomi
Istilah ekonomi berasal dari kata “oikonomia” yang diturunkan dari bahasa
yunani oikos dan nomos (oikos artinya segala sesuatu yang berhubungan dengan
rumah tangga, sedangkan nomos artinya peraturan). Ekonomi merup[akan sebagai
segala sesuatu yang berhubungan dengan kekeluargaan dalam hal cara menambah,
menggunakan, dan mengatur kekayaan kebendaan (Gunadi,1990 :5).
Menurut Manulang (dalam Advendi,2000:4) ekonomi adalah suatu ilmu yang
mempelajari masyarakat dan usahanya untuk mencapai kemakmuran (kemakmuran
yang merupakan keadaan dimana manusia dapat memenuhi kebutuhan baik barang
maupun jasa).
Ekonomi adalah ilmu atau studi sistematis tentang kemakmuran dan tentang
cara-cara bagaimana kemakmuran diproduksi bagaimana didistribusikan serta
bagaimana mensejahterahkan kehidupan bangsa (Gilarso,2004:34).
Dari pengertian-pengertian ekonomi yang telah dideskripsikan di atas,
dapatlah ditarik kesimpulan bahwa ekonomi adalah, ilmu yang mempelajari upaya
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik secara perorangan maupun
kelompok dengan mempergunakan segala perangkat fasilitas yang berhubungan dan
mendukung usaha dilakukannya kegiatan ekonomi, dengan maksud agar memperoleh
kesejahteraan atau kemakmuran.
2.1.3 Pengertian Kebijakan Ekonomi
Ilmu ekonomi mencoba menggali prinsip-prinsip dan mekanisme-mekanisme
yang ada dibelakang persoalan-persoalan ekonomi yang konkret sehingga dapat juga
merumuskan kebijakan-kebijakan tertentu untuk memecahkannya.
Kebijakan ekonomi adalah cara yang ditempuh atau tindakan yang diambil
pemerintah dengan maksut mengatur kehidupan ekonomi nasional guna mencapai
tujuan tertentu (Gilarso,2004:225).
Sedangkan menurut Lisma (dalam Advendi,2000:28) Kebijakan ekonomi
adalah suatu pernyataan tujuan dan metode untuk mencapai tujuan (instrumen
kebijakan) yang dilakukan oleh pemerintah, partai politik, badan usaha, dan lain-lain.
17
Jadi dapat disimpulkan bahwa kebijakan ekonomi adalah seperangkat
perencanaan yang mengacu pada tindakan, pernyataan, dan pengaturan yang dibuat
oleh pemerintah dalam mengambil keputusan di bidang ekonomi dan menyangkut
kepentingan umum. Semua kebijakan ekonomi yang dibuat oleh pemerintah pasti
memiliki tujuannya masing-masing.
2.2 Riwayat Soekarno
Soekarno merupakan Presiden RI yang pertama, yang menjabat dari tahun
1945-1966. Soekarno dilahirkan pada tanggal 6 Juni 1901 di Surabaya. Ayahnya
bernama Raden Sukemi Sosrodihardjo, yang semasa hidupnya menjabat sebagai guru
dan kepala sekolah. Ibunya berasal dari Bali, bernama Ida Ayu Nyoman Rai yang
lebih dikenal dengan sebutan Ayu. Pada mulanya ia diberi nama Koesnosoro
Soekarno. Tetapi karena sering sakit maka nama Koesno ditinggalkan
(Tugiyono,1998 : 5).
Masa kecil Soekarno lebih banyak dihabiskan dirumah kakeknya yaitu Raden
Hardjodikromo di Kediri. Sepanjang masa pertumbuhannya sebagai anak, Soekarno
dibiarkan kakeknya dalam memenuhi kegemarannya yakni menonton wayang kulit.
Dari hobinya tersebut Soekarno akan mendapatkan keteladanan dari tokoh yang ada
(Salim, 2007: 10).
Ketika memasuki usia sekolah, keluarga Soekarno pindah ke Tulungangung,
dan mulai menjalani pendidikan dikota ini. Ia masuk ke Inlandsce School atau
Sekolah Desa. Kemudian masuk Sekolah Europeesche Lagere School (ELS) dan
berhasil menyelesaikannya dalam usia 15 tahun. Selanjutnya pada tahun 1916
Soekarno kembali ketanah kelahirannya di Surabaya untuk melanjutkan sekolahnya
ke Hogere Burger School (HBS). Di Surabaya ini Soekarno indekost dirumsh H.O.S
Tjokroaminoto sehingga hal ini menjadi titik awal atas pengetahuannya dan
pengenalannya terhadap kehidupan politik (Giebels,2001: 8). Dirumah
Tjokoroaminoto seringkali diadakan pertemuan dan pembicaraan mengenai
18
perpolitikan, tentunya banyak tokoh – tokoh politik saat itu yang ditemui oleh
Soekarno, dan banyak belajar dari mereka (Salim,2007:13).
Selain menjadi siswa di HBS, Soekarno menyibukkan diri dengan ikut
organisasi, salah satunya adalah Tri Koro Darmo yang mengusung cita – cita tentang
kemerdekaan Politik Ekonomi, dan Sosial. Pada tahun 1918 Soekrano mengganti
nama organisasi tersebut menjadi Jong Java (Pemuda Jawa), Soekarno juga aktif
dalam menulis di harian “Oetoesan Hindia” yang dipimpin oleh Tjokroaminoto
(Ditjindro,2012 : 6).
Pada tahun 1921 Soekarno menyelesaikan pendidikannya di HBS dan
melanjutkan pendidikannya ke Technische Hooge School (THS) di Bandung. Ia
tinggal dirumah Haji Sanusi teman Tjokroaminoto, lalu pindah kerumah Inggit
Ganarsih yang kemudian menjadi istrinya. Di sela - sela waktunya sebagai seorang
mahasiswa THS, Soekarno mempelajari tentang Nasionalisme, Marxisme, Persoalan
Internasionalisme dan sejarah. Selain itu bakatnya sebagai orator semakin kelihatan.
Dan pada akhirnya Soekarno menyelesaikan pendidikannya di THS mendapat gelar
Insinyur tahun 1926 (A B Lapian,1996:116).
Soekarno juga tergabung dalam Studi Klub Bandung, Pada tanggal 4 juni
1927, Soekarno bersama dengan anggota-anggota lain “Studi Klub Bandung”,
membentuk Partai Nasional Indonesia (PNI) yang bertujuan mencapai kemerdekaan
penuh bagi Indonesia atas dasar aksi massa dan tidak bekerja sama dengan Belanda
(Kahin 1952:92).
Pada tanggal 29 Desember 1929 polisi menggeledah semua kantor dan rumah
pimpinan PNI, namun Pemerintah Kolonial belum melakukan penahahn. Baru pada
tanggal 18 Agustus 1930 Soekarno, Maskun, Supriadinata dan Gatot Mangunpraja
ditangkap untuk selanjutnya dihadapkan ke Landraad (Pengadilan Hindia Belanda)
dengan tuduhan melakukan kegiatan yang mengancam kedudukan pemerintah.
Dalam persidangan ini Soekarno divonis 4 Tahun, sementara teman yang lainnya
mendapat vonis beragam ada yang satu tahun dan 2 tahun penjara , namun karena
19
berbagai desakan Soekarno hanya dipenjara selama 2 tahun penjara pada tanggal 29
Desember 1931 ia dibebaskan dari penjara (Salim, 2007: 23).
Pengalaman pernah ditangkap oleh Belanda, tidak membuat jera Soekarno.
Pada Juli 1932 Soekarno bergabung dengan Partindo (Partai Indonesia) yang
merupakan pecahan dari PNI. Namun untuk kedua kalinya ia kembali berhadapan
dengan hukum Kolonial saat ia menulis sebuah risalah yang berjudul Mentjapai
Indonesia Merdeka , tindakan ini dianggap membahayakan pemerintah , meresahkan
Belanda akibatnya pada 1 Agustus 1933 Soekarno diasingkan ke Flores (Ricklefs,
2007:228).
Di asingkan diwilayah Endeh di Flores membuat Soekarno sering sakit –
sakitan. Mengetahui hal ini, beberapa anggota Volksraad ( Parlemen Hindia Belanda)
meminta pemerintah yang tidak lama kemudian menjadi ketuanya dan melanjutkan
untuk memindahkan Soekarno ketempat lain. Akhirnya pada tanggal 14 Februari
1938 Soekarno dipindahkan ke Bengkulu. Disinilah ia bertemu Fatmawati dan
menikahinya (Salim,2007 : 25). Soekarno berada pada garis perjuangan dengan
semangat nasionalisme yang kuat dan radikal. Kegigihan dan sepak terjangnya
mampu memikat pemerintahan Jepang yang kemudian memanfaatkan Tokoh – tokoh
di Indonesia termasuk Soekarno, Mohammad Hatta dan lain – lain untuk ikut
berperan aktif dalam setiap organisasi – organisasi dan lembaga – lembaga untuk
menarik hati rakyat Indonesia, seperti Jawa Hokokai, Pusat Tenaga Rakyat
( PUTERA), BPUPKI, dan PPKI (Ditjindro,2012:8).
Pada Tanggal 16 Agustus terjadi sebuah peristiwa yang terkenal yakni
peristiwa Rengasdengklok, peristiwa penculikan Soekarno dan Hatta yang dibawa ke
Rengasdengklok oleh golongan muda yang menginginkan kemerdekaan Indonesia
segera mungkin. Dan hingga akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno
bersama Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan RI, Soekarno diangkat menjadi
Presiden dan Mohammad Hatta sebagai wakil Presiden RI( Poesponegoro & Marwati
Djonoed,1993:149).
20
Pada tanggal 29 Agustus 1945 KNIP mengukuhkan pengangkatan tersebut.
Soekarno sosok pemimpin yang terkenal akan kediktatorannya terutama pada masa
Demokrasi Terpimpin. Dengan pemberlakuan sistem Demokrasi Terpimpin maka
corak pemerintah menjadi sangat sentralistik dengan tertuju pada puncak kekuasaan
yang ada ditangan Soekarno.Peranannya menyurut dalam politik dan pemerinmtah
setelah peristiwa G 30 S/PKI dan aksi Tritura tahun 1966 yang melahirkan
Supersemar. Tahun 1967 Soekarno menyerahkan jabatannya kepada soeharto dan
beberapa tahun kemudian tepatnya tanggal 21 Juni 1970 Soekarno wafat (A B
Lapian,1996:117).
Jasa Soekarno kepada bangsa dan negara Indonesia sangat luar biasa besar.
Namun setelah Soekarno turun dari jabatan sebagai Presiden, rezim Orde Baru
Jendral Soeharto tidak memberlakukannya selayak sebagai sosok yang telah berjasa
besar. Selama menjalani kehidupan sebagai mantan Presiden RI , Soekarno
diberlakukan seperti tahanan politik. Tidak diperkenankan bertemu dengan siapapun
kecuali keluarga. Selama hampir tiga tahun Soekarno mengalami isoslasi yang ketat
hingga sang Proklamator wafat dan dikebumikan di Blitar. Meski demikian
pengakuan jasa – jasa dan kepemimpinann Soekarno tidak pernah hilang dari
sanubari rakyat Indonesia.
2.3 Perkembangan Ekonomi Masa Demokrasi Liberal
Dalam Leirissa (1996,93) demokrasi Liberal di patok dari tahun1950 sampai
tahun 1957, demokrasi liberal disebut juga dengan demokrasi parlementer. Masa ini
disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem ekonominya menggunakan
prinsip-prinsip liberal. Demokrasi liberal adalah sistem demokrasi yang melindungi
secara konstitusional hak – hak individu dari kekuasaan pemerintah.
Selama periode 1950-an, struktur ekonomi Indonesia masih peninggalan
zaman kolonialisasi. Perekonomian Indonesia masih sangat buruk, hal ini karena
pengaruh dari pendudukan Jepang maupun Belanda. Perekonomoian Indonesia
21
memasuki era yang sangat sulit, karena bangsa Indonesia menghadapi gejolak sosial,
politik dan keamanan yang besar, sehingga pertumbuhan ekonomi kurang
diperhatikan. Kegiatan ekonomi masyarakat sangat minim, perusahaan-perusahaan
besar saat itu merupakan perusahaan peninggalan penjajah yang mayoritas milik
orang asing, dimana produk berorientasi pada ekspor. Perkebunan- perkebunan dan
instalasi- instalasi industri diseluruh negeri rusak. Dan yang paling penting adalah
laju pertumbuhan penduduk Indonesia meningkat (Ricklefs, 2005 : 358).
Tahun 1950-an pada dasarnya Indonesia belum memiliki kemampuan untuk
melaksanakan pembangunan ekonomi. Langkah- langkah yang dilakukan pemerintah
berupa rehabilitasi struktur perekonomian. Para pemimpin berusaha memperbaiki
perekonomian yang morat- marit dengan melakukan program yang lebih menekankan
pada pemulihan dan perbaikan keadaan. Pada masa itu para pemimpin belum
memikirkan dan mengupayakan untuk mengaitkan tindakan lanjut pertumbuhan
ekonomi dan pertumbuhan penduduk (Leirissa,1996 :93).
Dalam Mustopa (2002:49) kondisi Ekonomi Indonesia pada masa liberal
masih sangat buruk. Penyebabnya oleh hal-hal sebagai berikut :
1. Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tanggal 27 Desember 1949,
Bangsa Indonesia menanggung beban keuangan dan ekonomi, seperti yang
telah ditetapkan dalam hasil KMB. Beban tersebut berupa utang luar negeri
sebesar 1,5 triliun rupiah dan utang dalam negeri sejumlah 2,8 triliun rupiah.
2. Politik Keuangan Indonesia tidak dibuat di Indonesia melainkan dirancang di
Belanda.
3. Pemerintah Belanda tidak mewarisi ahli-ahli yang cukup untuk mengubah
sistem ekonomi kolonial menjadi sistem ekonomi nasional.
4. Tidak stabilnya situasi politik dalam negeri mengakibatkan pengeluaran
pemerintah untuk operasi-operasi keamanan sangat meningkat.
22
5. Defisit yang harus ditanggung pemerintah RI pada waktu itu sebesar Rp. 5,1
miliar.
6. Ekspor Indonesia hanya bergantung pada hasil perkebunan.
7. Angka pertumbuhan jumlah penduduk besar.
Defisit itu berhasil ditanggulangi oleh pemerintah dengan pinjaman luar negeri
sebesar Rp. 1,6 miliar. Selanjutnya melaui sidang uni Indonesi-Belanda disepakati
kredit sebesar Rp.200juta dari Negeri Belanda (Poesponegoro & Marwati Djoened,
1993 : 243)
Permasalahan ekonomi yang ada semakin parah karena seiring pertambahan
penduduk di Indonesia meningkat. Diperkirakan jumlah penduduk pada tahun 1950
adalah 77,2 juta jiwa, pada tahun 1955 berjumlah 85,4 juta jiwa, dan menurut sensus
pada tahun 1961 adalah 97,02 juta jiwa. Sementara itu masalah jangka panjang adalah
masalah pertambahan penduduk dan tingkat kesejahteraan penduduk yang rendah.
Produksi pangan meningkat lagi. Produksi beras pada tahun 1956 adalah 26 % lebih
tinggi dari pada tahun 1950 (Ricklefs, 2005:356).
b. Usaha untuk memperbaiki perekonomian.
1. Gunting Sjafruddin
Persoalan ekonomi yang terjadi berkaitan erat dengan suasana politik,
pemerintah mengeluarkan kebijakan yang konsekuen dan konsentrasi terhadap
kebutuhan – kebutuhan bagi pembangunan kembali perekoniomian, seperti kebijakan
yang dilakukan yakni kebijakan Gunting Sjafruddin. Kebijakan ini merupakan
pemotongan nilai uang. Tindakan keuangan ini dilakukan pada tanggal 20 maret 1950
dengan cara memotong semua uang yang bernilai Rp. 2,50 keatas hingga nilainya
tinggal setengahnya. Kebijakan keuangan ini dilakukan pada masa pemerintahan RIS
23
oleh menteri keuangan pada waktu itu Sjafruddin Prawiranegara (Ricklefs,
2004:364).
Penyebab dilakukannya kebijakan ini adalah karena adanya inflasi dan defisit
dalam anggaran pemerintah, di blokadenya perekonomian Indonesia oleh Belanda,
banyaknya uang yang beredar dan jenisnya bermacam – macam (Rosidi, 1986: 280)
2. Program Benteng (benteng group)
Gagasan program benteng dituangkan oleh Dr. Sumitro Djojohadikusumo
yang menjabat sebagai menteri perdagangan dalam program kabinet Natsir
(September-April 1951). Selama 3 tahun (1950-1953) lebih kurang 700 perusahaan
bangsa Indonesia menerima bantuan kredit dari program Benteng ini. Akan tetapi,
tujuan dari program ini tidak dapat dicapai dengan baik hal ini disebabkan para
pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan perusahaan non pribumi dalam
kerangka sistem ekonomi liberal. Kegagalan Program Benteng menjadi salah satu
sumber defisit keuangan. Walaupun dilanda krisis moneter, namun menteri keuangan
pada masa kabinet sukiman, Jusuf Wibisono masih memberikan bantuan kredit,
khususnya pada pengusaha dan pedagang nasional dari golongan ekonomi lemah.
Dengan memberikan bantuan tersebut diharapkan masih terdapat pengusaha pribumi
sebagai produsen yang dapat menghemat devisa dengan mengurangi volume impor
(Tugiyono,1998:86).
3. Nasionalisasi de javasche bank
Pada tanggal 19 Juni 1951, kabinet Sukiman melakukan nasionalisasi De
Javasche Bank. Kemudian berdasarkan keputusan-keputusan pemerintah RI N. 122
dan 123, tanggal 12 Juli 1951, pemerintah memberhentikan Dr. Houwink sebagai
Presiden De Javasche Bank dan mengangkat Syarifuddin Prawiranegara sebagai
Presiden De Javasche Bank yang baru. Pada tanggal 15 Desember 1951 diumumkan
24
Undang-undang No. 24 tahun 1951 tentang nasionalisasi De Javasche Bank menjadi
Bank Indonesia sebagai Bank sentral dan Bank Sirkulasi (Poesponegoro & Marwati
Djoened, 1993 : 333).
4. Sistem Ekonomi Ali-Baba
Diprakarsai oleh Iskaq Tjokrohadisurjo, menteri perekonomian dalam kabinet
Ali Sastroamijoyo I. Dalam sistem ini Ali digambarkan sebagai pengusaha pribumi,
sedangkan Baba digambarkan sebagai pengusah non pribumi. Dalam kebijakan Ali
Baba, pengusaha non pribumi diwajibkan memberikan latihan-latihan dan tanggung
jawab kepada tenaga-tenaga bangsa indonesia agar dapat menduduki jabatan-jabatan
staf. Selanjutnya, pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swata
nasional dan memberikan perlindungan agar mampu bersaing dengan perusahaan-
perusahaan asing yang ada. Program ini tidak dapat berjalan dengan baik, sebab
pengusah pribumi kurang berpengalaman sehingga hanya dijadikan alat untuk
mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah ( rickelfs & siddik, 2008 :513)
5. Persetujuan Finansial Ekonomi (Finek)
Pada masa pemerintahan kabinet Burhanuddin Harahap dikirimkan suatu
delegasi ke Jenewa untuk merundingkan masalah finansial-ekonomi antara pihak
Indonesia dengan pihak Belanda. Misi yang dipimpin oleh Anak Agung Gede Agung
pada tanggal 7 Januari 1956 dicapai kesepakatan sebagai berikut:
Persetujuan Finek hasil KMB dibubarkan.
Hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan bilateral.
Hubungan Finek didasarkan pada Undang-Undang Nasional, tidak boleh
diikat oleh perjanjian lain antara kedua belah pihak.
25
Karena pemerintah Belanda tidak mau menandatangani persetujuan ini, maka
pemerintah RI mengambil langkah sepihak. Pada tanggal 13 Februari 1956, Kabinet
Burhanuddin Harahap melakukan pembubaran Uni Indonesia-Belanda secara
sepihak. Hal ini dimaksudkan untuk melepaskan diri dari keterikatan ekonomi dengan
Belanda. Sebagai tindak lanjut dari pembubaran uni tersebut, pada tanggal 3 Mei
1956 Presiden Soekarno menandatangani undang-undang pembatalan KMB.
Akibatnya, banyak pengusaha-pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya,
sedangkan pengusaha pribumi belum mampu mengambil alih perusahaan-perusahaan
Belanda tersebut (Mustopa, 2002:155).
6. Rencana Pembangunan Lima tahun (RPLT)
Pada 7 Januari 1952, melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 1952,
pemerintah Indonesia membentuk dua lembaga baru yang diserahi tugas menyiapkan
dan menyusun”Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT). Badan pertama diberi
nama Dewan Perancang Nasional (DPN) yang bertugas menyusun rencanan
pembangunan bidang sosial dan ekonomi. Dan lembaga Biro Perancang Negara
(BPR), yang bertugas msebagai badan pelaksana dalam mempersiapkan RPLT
(Mustopadidjaja, 2012 : 54).
Pada bulan Mei 1956 Ir. Djuanda diangkat sebagai menteri perancang
nasional. Biro ini berhasil menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT)
yang rencananya akan dilaksanakan antara tahun 1956-1960. Rencana Undang-
Undang tentang rencana Pembangunan ini disetujui oleh DPR pada tanggal 11
November 1958. Pembiayaab RPLT ini diperkirakan mencapai Rp. 12,5 miliar.
RPLT ini tidak dapat berjalan dengan baik disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
Adanya depresi ekonomi Amerika Serikat dan Eropa Barat pada akhir tahun
1957 dan awal tahun 1958 mengakibatkan ekspor dan pendapatan negara
merosot.
26
Perjuangan pembebasan Irian Barat dengan melakukan Nasionalisasi
perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia menimbulkan gejolak ekonomi.
Adanya ketegangan antara pusat dan daerah sehingga banyak daerah yang
melaksanakan kebijakannya masing-masing (A.B Lapian, 1996 : 254)
7. Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap)
Dalam usaha mencari penyelesaian masalah – masalah daerah secara
musyawarah, pada tanggal 10-14 September 1957 diselenggarakan musyawarah
Nasional yang dihadiri oleh tokoh – tokoh nasional baik di pusat maupun di daerah,
termasuk bekas wakil presiden Moh. Hatta di Jakarta. Masalah – masalah yang di
bicarakan antara lain soal – soal daerah, ekonomi, keuangan, angkatan perang,
kepartaian juga menyangkut Dwitunggal Soekarno-Hatta (A.B Lapian, 1996:208).
Ketegangan antara pusat dan daerah pada masa Kabinet Djuanda untuk
sementara waktu dapat diredakan dengan diadakan Musyawarah Nasional
Pembangunan (Munap). Ir. Djuanda sebagai Perdana Menteri memberikan
kesempatan kepada Munap untuk mengubah rencana pembangunan agar dapat
dihasilkan rencana pembangunan yang menyeluruh untuk jangka panjang. Akan
tetapi, rencana pembangunan ini tidak dapat berjalan dengan baik karena menemukan
kesulitan dalam menemukan prioritas.
Permasalahan politik periode 1950-1959 memperparah efektivitas
pembangunan ekonomi serta proses pengambilan keputusan konstituante.
Ketidakberhasilan politik, ekoniomi, dan sosial budaya sistem demokrasi liberal serta
gagalnya konstituante dalam mengemban tugasnya membuat Soekarno mengeluarkan
dekrit Presiden tentang berlakunya UUD 1945 pada 5 Juli 1959. Dekrit tersebut
menjadi titik awal demokrasi terpimpinnya Soekarno.
27
2.4 Pemikiran Soekarno
Generasi awal pemimpin bangsa Indonesia adalah pemikir dan konseptor.
Jauh sebelum Indonesia merdeka, gagasan-gagasan ideal mengenai Indonesia masa
depan sudah dimatangkan dalam pemikiran para pendiri bangsa. Sebut saja: Tan
Malaka, Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan lain-lain. Skripsi membahas kebijakan ekonomi
dari Soekarno. Tokoh yang memiliki pengaruh besar dalam sejarah Indonesia, yang
memiliki gagasan dan pemikiran – pemikiran tersendiri baik dalam bidang politik
maupun ekonomi.
a. Politik
Soekarno menentang kolonialisme dan imperialisme dan elitisme serta
bagaimana relevansinya untuk sekarang. Kapitalisme-imperialisme adalah dua ajaran
ataupun paham yang sangat dibenci oleh Soekarno (Bung Karno). Dengan semangat
yang dimilikinya Bung Karno mempelajari dan mencari literatur-literatur yang
digunakan untuk melawan paham dan ajaran kapitalisme dan imperialisme.
Pada tahun 1920 di Indonesia paham Marxisme mulai berkembang pesat dan
meluas, hal ini bisa dibuktikan dengan didirikannya PKI (Partai Komunis Indonesia)
di Semarang oleh Semaun dan Darsono. Kemudian di Surabaya yang dipelopori oleh
HOS Tjokroaminoto mendirikan Sarekat Islam yang berpaham Marxisme. Seperti
diketahui sebelumnya Sarekat Islam merupakan organisasi yang berpaham Islam
dengan melihat kehadiran PKI yang lebih diterima masyarakat kecil, kemudian HOS
Tjokroaminoto bersama Sarekat Islam mengadopsi dan ajaran Marxisme untuk
dipadukan dengan ajaran Islam yang kemudian melahirkan sintesa “Islam dan
Sosialis” yang lebih diterima oleh masyarakat (Alam, 2004:371).
Bung Karno mempunyai pemikiran tersendiri mengenai perpaduan antara
paham Marxisme dengan pandangan hidup bangsa Indonesia pada waktu itu.
Terpengaruh oleh bapak kos sekaligus Gurunya HOS Tjokroaminoto (1916-1920)
Bung Karno memberikan batasan bahwasannya ada persamaan yang mendasar antara
28
sosialisme dalam teori Marxis dan kehidupan masyarakat Indonesia, terutama dalam
hal gotong royong dan kolektivisme (Dhakidae,2013:102)..
Pemikiran Bung Karno ini dilandasi kesadaran akan tragedi negeri jajahan.
Indonesia sudah muncul beberapa pergerakan rakyat yang masing – masing bermuara
pada tiga aliran politik; Nasionalis, Islamis dan Marxis. Dengan mempelajari dan
mencari hubungan antara ketiga sifat itu, Bung Karno menegaskan bahwa sebenarnya
ketiga aliran tersebut di Indonesia memiliki tujuan yang sama. Karena itu, tak ada
gunanya mereka berseteru satu sama lain. Bahkan, seharusnya bisa bekerja bersama-
sama menjadi satu gelombang yang mahabesar dan mahakuat (Sjamsuddin,1993:50).
Indonesia berjuang melawan kapitalisme sehingga memuluskan jalan
rekonsiliasi antara kaum Islam dan kaum Marxisme yang menurut Bung Karno, bila
perbedaan itu segera dikikis bukan tidak mungkin seluruhnnya bisa menjadi satu dan
saling mendukung (Soekarno 1963:21-22).
Bung Karno memandang kaum miskin di Indonesia tidak hanya buruh tetapi
hampir semua golongan termasuk dirinya.Marhaenisme yang dicita-citakan oleh
Soekarno tidak mengenal perjuangan lapisan kelas-kelas bangsa-bangsa sendiri,
karena mereka menjadi miskin yang disebabkan oleh adanya kolonialisme,
Imperialisme, dan kapitalisme (Dhakidae,2013:119).Mengenai pengertian
marhaenisme Bung Karno menegaskan bahwasannya marhaensisme merupakan
Marxisme yang diselenggarakan, dicocokkan, dilaksanakan di Indonesia “is het in
indonesia toegepaste Marxisme ” sedangkan azas Marhaenisme adalah sosio-
demokrasi dan sosio-Nasionalisme (Alfian 1983:122-123).
Bung Karno tidak bisa menerima paham yang di Internasionalisasikan dengan
jalan nasionalisme, dengan alasan paham-paham yang diberlakukan disetiap negara
harus disesuaikan dengan kultur dan kondisi negara tersebut. Tidak bisa misalnya
Marxisme dan komunisme Internasional itu dipindahkan secara mutlak ke Indonesia.
Soekarno kemudian membuka jalan agar Marxisme itu cocok diterapkan di Indonesia
yakni sosialisme ala’ Indonesia. Sosialisme Indonesia bukan sosialisme ala Moskow,
bukan sosialisme ala’ Yugoslavia dan bukan pula religious socialis menurut ajaran
29
suatu agama tertentu, tetapi sistem sosialisme hendaknya harus berdasarkan pada
ajaran pancasila (Alam 2004:377).
Sosialisme ala’ Indonesia bertumpu pada keadilan sosial, yaitu suatu
masyarakat atau sifat suatu masyarakat adil dan makmur, berbahagia buat semua
orang, tidak ada penghinaan, tidak ada penindasan, tidak ada penghisapan. Sosialisme
berarti adanya industrialisme yang kolektif, adanya produksi yang kolektif, adanya
distribusi yang kolektif. Semangat gotong royong yang telah masak, itulah soko-
gurunya pergaulan hidup sosialistis. Sosialisme adalah
kecukupan berbagai kebutuhan dengan pertolongan modernisme yang telah
dikolektivisasikan. Sosialisme adalah “keenakan hidup yang pantas” (Soekarno,
1963:261).
Bung Karno menegaskan bahwa pasal 33, UUD’45 tidak benar jika dikatakan
undang-undang sosialis dan bukalah burgerlijk (borjuis-pen). Yang benar undang-
undang tersebut harus berada ditengah-tengah kapitalisme dan sosialisme. Jadi
Undang-undang yang statis (dinamis) yaitu bergerak menuju susunan baru (Soekarno
1963: 280).
b. Ekonomi
Soekarno sebagai sosok pemimpin memiliki peranan yang besar bagi bangsa
Indonesia baik pikiran, ide, gagasan, konsepsi yang diberikannya. Soekarno
merupakan tokoh panggung politik Indonesia dari 1945-1965, lebih – lebih pada 10
tahun terakhir sebelum kekuasaannya berakhir.
Soekarno terkenal sebagai tokoh pemikir dan aktivis dalam pergerakan di
Indonesia. Sehingga banyak penilaian yang tidak memepercayai bahwa Soekarno
dikaitkan dengan permasalahan ekonomi. Apalagi ditambah dengan gelarnya yang
hanya sebagai seorang Insinyur. Maka dianggap kurang memahami dan tidak
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai permasalahan ekonomi. (Rahardjo,
2001: 285 ).
30
Banyak anggapan bahwa Soekarno tidak memahami akan ekonomi, namun
pada kenyataanya Sukarno telah mendalami Ilmu Ekonomi Politik. Ekonomi Politik
adalah Ilmu paling dasar yang merumuskan kebijakan-kebijakan politik atas ekonomi
masyarakat seperti : akumulasi kapital, distribusi kekayaan dan pasar (Ditjindro,2012:
33).
Pemikiran ekonomi Soekarno menggiring Indonesia memiliki ketegasan
dalam ideologi ekonomi. Pemikiran tersebut tercetus dalam pidato pembelaan
berjudul”Indonesia menggugat” pada 18 Agustus 1930, yang menganggap
Kapitalisme dan Imperialisme mendatangkan kesengsaraan bagi rakyat dan perlu
ditentang (Dhakidae, 2013:120).
Pada abad 20-an pengaruh marxisme sangat mencolok, Soekarno sendiri
mencoba menggunakan analisa marxisme untuk menjawab persoalan-persoalan
ekonomi. Kita sedang dalam tahap revolusi nasional-demokratis. Pada tahap ini,
seperti diterangkan Soekarno, tugas ekonomi kita adalah menghapus sisa-sisa
imperialisme dan feodalisme di lapanngan ekonomi (Artikel Kusno, 22 April 2012).
Munculnya kapitalisme di indonesia tidak terlepas dari sejarah eksploitasi
kapitalisme imperialis. Penjajahan yang di lakukan oleh negara Belanda yang
merupakan negara model kapitalis di abad 17. Semenjak penjajahan Belanda terhadap
Indonesia, nasib Indonesia sudah terhubung dengan kapitalisme dunia. (Ricklefs,
2007:229). Soekarno menentang adanya imperalisme dan feodalisme, yang
menguasai dan mempengaruhi ekonomi bangsa lain. Imperialisme adalah sebuah
penjajahan dalam mengolah tanah, mengolah segala sumber daya yang ada dan
terutama menjajah penduduk untuk keperluan ekonomi dari bangsa yang menjajah
(Sjamsuddin,1993:210)
Ekonomi kapitalis jelas merupakan sebuah rencana negara maju yang
mempunyai modal untuk selamanya memposisikan diri sebagai negara yang kuat dan
bersifat penentu kebijakan dalam ekonomi dunia. Hal ini bagi negara berkembang
31
atau negara peminjam modal tidak akan pernah mampu mengimbangi negara pemilik
modal dan selamanya akan tergantung pada negara kuat tersebut (Ranoh, 2006:98).
Imperialisme tidak hanya dalam bentuk penjajahan politik saja, akan tetapi
juga dalam penjajahan ekonomi. Dalam hal inilah Soekarno memunculkan analisa
ekonomi sosialis. Dimana ekonomi sosialis adalah wujud dari sebuah perlawanan
terhadap ekonomi kapitalis. Penekanan ekonomi sosialis menurut Soekarno terletak
pada nilai gotong-royong yang merupakan ciri dari bangsa Indonesia itu sendiri,
yakni gotong-royong adalah arti dari sosialisme Indonesia. Disebabkan gotong-
royong merupakan perasaan kekeluargaan dan kemasyarakatan sebagai studi-studi
masyarakat demokratis dan sosialistis (Artikel : Abid Muh Nur 29 Oktober
2013Dapat disimpulkan bahwa sosialisme menurut Sukarno merupakan suatu sistem
yang didalamnya tidak ada eksploitasi manusia oleh manusia maupun eksploitasi
manusia oleh negara, tidak ada kapitalisme, dan kemiskinan. Sosialisme yang mampu
melawan imperialisme dan feodalisme, ekonomi sosialis yang mewujudkan rasa
kebersamaan, dan mampu memanfaatkan sumber daya yang ada didalamnya.
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Menurut Gottschalk (dalam Nugroho Notosusanto,1983: 32) metodologi
penelitian adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan
peninggalan pada masa lampau. Metodologi penelitian sejarah adalah seperangkat
aturan dan prinsip sistematik atau mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara
efektif, menilai secara kritis dan mengajukan sintesis dan hasil-hasil yang dicapai
dalam bentuk tetulis (Gillbert J Garraghan dalam Abdurrahman 1999:43).
Dalam Dedi Irwanto & Alian Sair (2014: 12) metode penelitian sejarah
memiki prosedur sejarah untuk melukiskan kisah masa lampau yang terdiri dari:
mencari jejak-jejak masa lampau
meneliti jejak-jejak secara kritis
berdasarkan informasi yang diberikan oleh jejak-jejak itu berusaha
membayangkan bagaimana imajinasi ilmiah.
Titik fokus penelitian ini adalah Pemikiran Soekarno dalam kebijakan
ekonomi Indonesia 1959-1965, sehingga metode penelitian yang dipergunakan di
dalam penelitian ini adalah metode historis. Metode historis merupakan proses
menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau
(Gottschalk, 1975: 32). etode Historis yakni penelitian yang bertujuan untuk
merekontruksi secara sistematis dengan mengumpulkan,mengevaluasi dan
menganalisa bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang
kuati ( Suryabrata ,1997 : 16) .
33
3.2 Langkah – langkah Penelitian
Penelitian ini mengikuti prosedur dan kaidah-kaidah yang berlaku dalam
penulisan sejarah, yang tersusun dalam empat tahapan yaitu : heuristik, kritik sumber,
interpretasi, dan historiografi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah :
1.Heuristik
Heuristik merupakan pengetahuan yang bertugas, menyelidiki sumber-sumber
sejarah dan usaha-usaha untuk mengumpulkan informasi mengenai subjek yang
berkaitan langsung dengan masalah (Kuntowijoyo,1994 : 50). Dalam melaksanankan
kegiatan ini penulis melakukan studi pustaka untuk menghimpun data-data sumber
sejarah adalah dengan mengemukakan sumber-sumber tertulis yang terbagi dalam:
a. Dokumen
b. Buku-buku kepustakaan
c. Majalah/Koran
Dan sumber lainnya yang berhubungan atau yang relevan dengan masalah
yang dibahas dalam penelitian ini.busumber-sumber ini banyak didapatkan dari
perpustakaan yang penulis kunjungi diantaranya di Perpustakaan FKIP UNSRI,
perpustakaan pusat UNSRI, perpustakaan wilayah Sumatera Selatan, dan toko buku
yang ada di Palembang.
Buku – buku tersebut diantaranya buku yang berjudul “Pemikiran dan
Permasalahan Ekonomi Indonesia dalam setengah abad terakhir”, ada juga buku dari
M.C Ricklefs ”Sejarah Indonesia Modern” tahun 2007 dan keluaran tahun 2008,
buku “Demi Bangsaku : Pertentangan Soekarno vs Hatta”, Karangan Wawan
Tunggul Alam, DwiTunggal Soekarno – Hatta Pahlawan Proklamator Kemerdekaan
Indonesia Oleh Tugiyono, buku seri pemikiran Soekarno yang berjudul “ Bung
Karno dan Ekonomi Berdikari” oleh Iman Toto K.Rahardjo, Herdianto WK. Penulis
34
juga memperoleh sumber dari buku mengenai “Sejarah Perekonomian Indonesia” ,
editor oleh RZ Leirissa dkk. Buku dengan judul “Perekonomian Indonesia,Beberapa
Permasalahan Penting” Jakarta: Ghalia Indonesia, Buku Sejarah Nasional Indonesia
jilid VI, Ekonomi Indonesia mau kemana? Kumpulan Esai Ekonomi Boediono,
Ahmad Syafii.1996.” Islam dan Politik, Teori Belah Bambu Masa Demokrasi
Terpimpin, Tulus T.H. 2003. Perekonomian Indonesia, Beberapa Permasalahan
Penting. Mendapatkan tambahan pustaka dari buku baru terbitan tahun 2012 yakni
Mustopadidjaja AR,Dkk. “BAPPENAS dalam Sejarah Perencanaan Pembangunan
Indonesia 1945-2025”,
Selain buku-buku diatas tentunya penulis tidak ketinggalan memngambil
sumber bacaan dari buku biografi Soekarno baik itu dalm buku “ 80 Tahun Bung
Karno, Buku karya Agus Salim “Bung Karno” yang dicetak tahun 2007. Ada juga
buku terbitan baru yakni tahun 2012 yaitu “ Bung Karno The Untold Stories” Oleh
Wijanarko Aditjondro. Soekarno sang Proklamator.
Buku metodologi penelitan yang penulis dapat diantaranya buku dari
Kuntowijoyo,1994 ”Metodologi Sejarah”, buku dari Abdurahman,1999 “Metodologi
Penelitian Sejarah” dan buku terbaru terbitan 2014 oleh Dedi Irwanto & Alian Sair
“Metodologi dan Historiografi Sejarah”.
2. Kritik Sumber
Kritik sumber adalah suatu upaya untuk mendapatkan jejak atau sumber yang
benar, dalam arti benar-benar dibutuhkan, autentik dan mengandung informasi yang
relevan dalam sejarah yang disusun. Kritik sejarah adalah metode untuk menilai
sumber – sumber sejarah yang kita butuhkan guna mengadakan penulisan sejarah
(Dedi & Alian,2014:87).
Pada tahap kedua penulis melakukan kritik terhada sumber yang
dipergunakan dalam penelitian skripsi ini. Kegiatan ini dilakukan untuk menetukan
35
apakah sumber sejarah yang ada itu dapat atau tidak dapat digunakan dan juga untuk
melihat kebenaran dari sumber itu. Kritik sumber ini terbagi menjadi dua yakni :
Kritik Intern
Kritik Intern merupakan usaha untuk memahami secara benar tentang data
guna memeperoleh suatu kebenaran atau kekeliruan yang terjadi (Sudarto,1997: 45).
Kritik intern merupakan kritik yang menilai sumber-sumber yang berhasil
dikumpulkan. Sumber-sumber itu berupa buku-buku kepustakaan guna melihat isinya
relevan dengan permasalahan yang dikaji serta bisa dipercaya kebenarannya.
Kritik Intern yang penulis lakukan adalah kritik yang berkaitan dengan
sumber yang didapat dari buku-buku. Seperti dalam buku Pemikiran dan
Permasalahan Ekonomi Indonesia dalam Setengah Abad (1959-1965) yang ditulis
oleh Hadi Soestro dkk, para penulis buku ini merupakan para ahli dalam bidang
ekonomi dari berbagai bidang pekerjaan,ada yang merupakan guru besar Ekonomi,
Direktorat riset ekonomi, Dosen ekonomi dan lain-lain. Buku ini membahas
mengenai Perkembangan Ekonomi Terpimpin baik iti bentuk prinsip dan sistemnya,
menyebutkan kelembagaan ekonomi, menjelaskan bagaimana persoalan ekonomi
pada masa itu, membahas perencanaan pembangunan serta pengolaan ekonomi pada
tahun 1959-1965. Kelemahan dari buku ini adalah kurnag menjabarkan bagaimana
keadaan ataupun perkembangan Ekonomi pada masa Demokrasi terpimpin dan juga
tidak menjelaskan berbagai kebijakan Pemerintah dalam pembangunan ekonomi
nasional. Demi Bangsaku : Pertentangan Soekarno vs Hatta, Karangan Wawan
Tunggul Alam, penerbit Gramedia Pustaka Utama Jakarta, tahun 2003, tebal buku
481 halaman. Buku ini membahas mengenai banyak perbedaan dan pertentangan
pandangan dari tokoh Soekarno-Hatta. Sejak zaman pergerakan maupun sesudah
proklamasi kedua tokoh tersebut mengalami pasang-surut hubungan baik yang
ditimbulkan oleh polemik yang berkepanjangan yang mengusung kedua tokoh
proklamator ini. Wawan Tunggul Alam adalah seorang sarjana hukum alumni
36
Universitas Kristen Indonesia (UKI) yang aktif dalam bidang Jurnalistik sehingga
dalam penyajian buku yang membahas pertentangan Soekarno-Hatta,bahasa yang
digunakan adalah bahasa populer sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Metode
dalam penulisan inin menggunakan studi pustaka dengan pendekatan anlitis deskriptif
mengenai pemikiran kedua tokoh tersebut. Interpretasi yang dilakukan oleh penulis
memenuhi kaidah keilmiahan sehingga sangat tepat jika buku ini dijadikan pelengkap
dalam penulisan sejarah mengenai pemikiran Soekarno. Sedangkan kelemahan buku
ini kurang begitu menggambarkan secara jelas kondisi Indonesia pada saat itu,
terutama kondisi perekonomiannya.
Penulis juga memperoleh pustaka dari buku-buku yang berkaitan dengan
biografi Soekarno seperti dalam buku “Bung Karno Wacana Konstitusi dan
Demokrasi” serta “ Bung Karno dan Ekonomi Berdikari” yang ditulis Iman Toto K.
Rahardjo dan Herdianto wk. tokoh penting ini akan memberikan gambaran pemikiran
dan pandangan dalam berbagai bidang sebagai tokoh yang ingin mengembangkan dan
menata sebaik mungkin negara RI yang bisa dikatakan baru merdeka, baru
berkembang. Dalam buku Bung Karno dan Ekonomi Berdikari menjelaskan konsep
pemikiran Soekarno dalam pembangunan ekonomi serta kebijakan umum yang
dilakukannya selama menjabat sebagai seorang pemimpin di Indonesia. Buku
tersebut berisi berbagai pidato Soekarno yang berkaitan dalam permasalahan
ekonomi, sehingga buku karangan Toto dan Herdianto itu menunjukan bahwa
Soekarno tidak hanya memikirkan hal politik saja namun juga ekonomi.
Dalam buku yang berjudul “ Bung Karno The Untold Stories” Oleh
Wijanarko Aditjondro menjelaskan sisi lain dari kehidupan Bung Karno yang tak
banyak orang mengetahuinya. Kelebihan buku ini adalah bahasanya mudah difahami
bagi pembaca, sekaligus memberikan gambaran lain dari sosok sang Prokalmator.
Dapat mengetahui sikap Soekarno dengan orang lain yang berbeda – beda kelas.
Kelemahannya dalam buku ini tidak terlalu banyak memberikan informasi tentang
pemikiran Soekarno dalam perekonomian khususnya, buku ini hanya memberikan
37
sedikit riwayat Soekarno. Selain Buku yang ditulis Wijanarko penulis juga
mendapatkan sumber riwayat Soekarno dari buku yang berjudul “ Bung Karno” yang
ditulis oleh Agus Salim. Dalam buku ini memang khusus membahas riwayat
Soekarno dari masa kecil hingga ia wafat. Kelemahan buku ini adalah terlau simple
bahasannya, Memberikan gambaran bagaimana sepak terjang Soekarno dalam
sumbangsihnya dinegara ini. Hanya saja tidak menjelaskan secara detail konsep
ekonominya yang melahirkan kebijakan ekonomi di Indonesia. Buku ini hanya lebih
menggambarkan kisahnya dalam dunia politik saja.
Dalam buku Sejarah Perekonomian Indonesia yang di editori oleh Leirissa
dkk hanya menjelaskan sedikit gambaran kemerosotan ekonomi yang terjadi pada
masa Demokrasi Terpimpin, sehingga penulis kurang memperoleh informasi
mengenai gambaran keadaan ekonomi Indonesia pada masa tersebut.
Penilitian ini dipatok dengan tahun 1959-1965 yang merupakan masa
demokrasi terpimpin, untuk mengkajinya penulis juga memperoleh dari buku sumber
yaknu buku yang berjudul “Islam dan Politik Belah Bambu masa Demokrasi
terpimpin 1956 -1965” ditulis oleh Akhmad Syafii Maarif.Kelemahan buku ini tidak
begitu banyak menguak keadaan ekonomi Indonesia pada masa Demokrasi terpimpin.
Namun buku ini dapat membantu dalam mengumpulkan pustaka mengenai kondisi
Indonesia pada masa demokrasi terpimpin.
Tahun 1959-1965 merupakan Orde lama yang identik dengan demokrasi
terpimpin. Demokrasi terpimpin merupakan suatu sistem yang terpusat pada
pemimpin yang pada saat itu dipegang oleh Presiden Soekarno.Buku lain yang
dijadikan sumber oleh penulis adalah buku yang ditulis oleh M.C. Ricklefs ”Sejarah
Indonesia Modern” Tepatnya dimulai pada hal 387, dalam buku tersebut
menjelaskan secara global masa demokrasi terpimpin baik itu keadaan politik,
ekonomi, militer, sosial dan lain sebagainya. Sehingga buku ini dapat dijadikan
38
pustaka oleh penulis yang bahasanya pun mudah difahami. Khususnya masalah
ekonomi Indonesia yang mengalami kekacauan sperti terjadinya inflasi.
Buku pustaka selanjutnya adalah “Konsensus Politik : Sebuah Penjagaan
Teoritis” yang ditulis oleh Maswadi Rauf terbitan Dirjendikti Departemen
Pendidikan Nasional Jakarta Tahun 2000. Dalam buku ini lebih mengetengahkan
tentang kronologis konflik yang terjadi pada era Soekarno (hal 112-129) sampai
dengan keadaan politik Indonesia pasca Orde Baru. Walaupun pemaparan yang
dilakukan oleh Rauf tidak terlalu mendalam tetapi menarik untuk diikuti. kelebihan
buku ini ada pada penjelasan akar permasalahan yang terstruktur rapi, sehingga
menambah kemantapan penulis untuk menggunakan buku ini sebagai acuan.
Sedangkan kelemahan buku ini adalah tidak membahas secara utuh keadaan ekonomi
Indonesia,namun dari pembahasan keadaan politik serta konflik yang ada dapat
memberikan sedikit gambaran dampaknya terhadap kebijakan yang ada.
Kritik Ekstern
Menurut Helius (2007:133), Kritik Ekstern merupakan suatu penelitian atas
asal-usul dari sumber, suatu pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri
untuk mendapatkan semua informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah
suatu waktu sejak asal mulanya sumber itu telah diubah orang-orang tertentu atau
tidak. Kritik Sumber ekstern ini merupakan kritik terhadap sumber yang bertujuan
untuk menetapkan otentik atau tidak sumber yang dipakai. Caranya dengan kompilasi
atau membandingkan antara buku dengan dokumen yang diperoleh, sumber yang
dipakai dari buku yang bersangkutan saling diperbandingkan juga.
3. Interpretasi
Interpretasi atau penafsiran merupakan analisis dan sintesis kedua yang
dipandang sebagai metode-metode utama dalam interpretasi
(Kuntowijoyo,1994 :100) . Tahap ketiga penulis berusaha menguraikan dan
39
menghubungkan data yang diperoleh kemudian diberi penafsiran untuk
merekonstruksi peristiwa sejarah. Interpretasi sejarah inii dilakukan berdasarkan
ilmu politik,ilmu Ekonomi.
Untuk mengetahui dan memahami lebih luas mengenai pengaruh pemikiran
Soekarno terhadap kebijakan Ekonomi Indonesia tahun 1956-1965, berarti kita harus
memahami pada bidang ekonomi pada era tersebut. Dalam Interpretasi ekonomi
digambarkan tentang situasi politik saat itu yang masih ada kaitannya dengan Selama
dekade 1950 hingga pertengahan 1965 di Indonesia dilanda gejolak politik didalam
negeri, terjadi beberapa pemberontakan yang mengakibatkan kondisi ekonomi
selama orde lama sangat buruk walaupun sempat mengalami laju pertumbuhan
dengan rata-rata 7% selama dekade 1950-an, namun setelah itu turun drastis bahkan
mengalami stagflasi selama tahun 1955-1965 (Tulus,2003:3).
Soekarno sebagai presiden memiliki peranan yang cukup besar dalam
penataan sistem dan bentuk pemerintahan. Dalam bidang ekonomi Soekarno
berpendapat bahwa ekonomi terpimpin lebih cocok diterapkan di Indonesia
Pemikiran tokoh ini akan penulis bandingkan dengan data-data yang mengungkap
pemikiran dan pandangannya, dan kemudian penulis simpulkan.
4. Historiografi
Historiografi atau penulisan sejarah ialah cara untuk merekonstruksi
gambaran masa lampau berdasarkan data yang diperoleh (Kuntowijaya,1994 : 89).
Sebagai tahap akhir penulisan skripsi ini, penulis berusaha menyajikan hasil
penelitian sebaik mungkin dalam bentuk sejarah sebagai sebuah kisah yang
dituangkan dalam skripsi.
Dalam tahapan ini penulis berusaha menyajikan penulisan sejarah sebuah
kisah , sehingga terbentuk tulisan yang utuh dan bisa dipertanggung jawabkan sesuai
dengan data dan fakta yang diperoleh.
40
3.3 Pendekataan
Menurut Kartodirjo (1993:1) dalam mengkaji sejarah,pendekatan sangat
penting agar mampu melakukan eksplansi (penjelasan). Agar memahami berbagai
persoalan yang terdapat dalam penelitian ini memerlukan ilmu bantu (ilmu – ilmu
sosial lainnya).
Penggambaran suatu peristiwa sangat tergantung pada pendekatan yakni dari
segi mana kita memandangnya,unsur-unsur mana yang akan diungkap. Hal ini
disebabkan karena dalam gejala historis yang serba kompleks setiap
penggambarannya menuntut adanya pendekatan yang memungkinkan adanya
penyaringan yang diperlukan, suatu seleksi akan dipermudah dengan adanya konsep-
konsep yang berfungsi sebagai kriteria (Kartodirjo: 1993: 3).
Berdasarkan hal tersebut,maka dalam penelitian ini penulis melakukan
pendekatan berdasarkan judul skripsi “KEBIJAKAN EKONOMI SOEKARNO
TAHUN 1959-1965” penulis memilih pendekatan politik dan ekonomi.
Pendekatan politik digunakan untuk menyoroti jenis kepemimpinan,hierarki
sosial dan pertentangan sosial (Kartodirjo,1993:4), dan berbagai gejolaknya pada
masa demokrasi terpimpin yang berimbas juga terhadap perkembangan ekonomi
Indonesia.
Sedangkan pendekatan ekonomi bertujuan melihat masalah ekonomi pada
suatu masa, kemakmuran individu, dan kelompok (Kartodirjo,1993:136). Sesuai
dengan permasalahan penelitian ini maka pendekatan ekonomi dapat mengungkap
kondisi ekonomi Indonesia 1959-1965 serta bagaimana kebijakan ekonomi
pemerintah untuk membangun perekonomian bangsa Indonesia.
41
Dalam penulisan skripsi ini sangat dibutuhkan pendekatan politik dan
pendekatan ekonomi, penulis dapat mengkaji lebih dalam mengenai kepemimpinan
Soekarno.
42
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pemikiran Soekarno Terhadap Perekonomian Indonesia
Soekarno beserta tokoh lainnya berhasil merumuskan Pancasila sebagai
sebuah ideologi negara yang sesuai dengan pandangan hidup dan cita-cita bangsa
Indonesia. Sebuah cita-cita yang tertuang dalam rumusan Pancasila dan pembukaan
UUD 1945 berkomitmen untuk memerdekakan seluruh rakyat Indonesia. Baik secara
politik, ekonomi, maupun sosial budaya. Sehingga, terciptanya masyarakat Indonesia
yang bebas merdeka dari segala bentuk penjajahan dan terpenuhinya hak sebagai
warga negara untuk berpenghidupan baik.
Gagasan Soekarno yang dilontarkan sejak zaman pergerakan, awal
kemerdekaan sampai pada masa Demokrasi Parlementer mempunyai hubungan yag
berkesinambunagan. Soekarno tidak menyetujui Demokrasi Liberal, idenya tentang
parati tunggal sudah muncul sejak awal kemerdekaan meskipun tidak ditanggapi
secara positif. Hingga pada akhirnya mengambil tindakan berupa dekeluarkannya
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang memberlakukan kembali UUD 1945
(Sjamsuddin,1993:187).
Dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden, dimulailah sistem Demokrasi
Terpimpin (1959-1965). Soekarno tidak dapat menghindari tantangan maupun
ketegangan-ketegangan yang terjadi baik dalam bidang sosial,ekonomi dan politik.
Perekonomian Indonesia pasca proklamasi hingga memasuki tahun 1950an
masih ada campur tangan bangsa kolonial dan masih dimonopoli oleh bangsa asing
(Tambunan,2003: 35). Situasi dan kondisi yang dihadapi oleh bangsa Indonesia
mendorong Soekarno untuk mencetuskan pemikiran-pemikiran untuk
43
memperjuangkan kemerdekaan dan kesejahteraan rakyat yang bebas dari
imperialisme dan kolonialisme (Sjamsuddin,1993:216).
Pemikiran Soekarno di bidang ekonomi meengantar Indonesia menjadi negara
yang memiliki idiologi ekonomi berlandaskan anti-kapitalisme, penguatan peran
negara dan kedaulatan ekonomi (Dhakidae,2013:118)
Soekarno memperlihatkan bahwa untuk mencapai Indonesia yang benar-benar
merdeka maka, rakyat Indonesia harus bergerak mernghancurkan Kapitalisme dan
Imperialisme. Membangun ekonomi bangsa tanpa ada campur tangan bangsa asing.
Pidato Bung Karno yang berjudul Deklarasi Ekonomi pada 28 Maret 1963
banyak memuat pemikiran dasar strategi ekonomi. Bung Karno mencoba
menggunakan analisa marxisme untuk menjawab persoalan-persoalan ekonomi
Indonesia. Soekarno mengungkapkan kedaulatan politik dan berkepribadian dalam
kebudayaan tidak mungkin diraih bila tak berdikari dalam ekonomi. Begitu pula
dengan kemandirian ekonomi, tidak dapat dilaksanakan bila bangsa kita tak ada
kedaulatan secara politik serta berkepribadian dalam kebudayaan
(Dhakidae,2013:129).
Berdikari yang digagas Bung Karno tidak hanya sebagai tujuan, tapi juga
sebagai prinsip dari cara mencapai tujuan. Di mana, prinsip untuk melaksanakan
pembangunan dengan tidak menyandarkan diri kepada bantuan negara atau bangsa
lain. Tentunya nilai-nilai kemandirian ini bertujuan untuk kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat Indonesia (Soekarno, 1984 : 35). Dengan demikian, nilai
kemandirian dalam pemikiran ekonomi berdikari, Bung Karno berusaha
memunculkan pemecahan persoalan ekonomi. Yakni dengan harapan, rakyat bisa
berdaulat terhadap persoalan-persoalan ekonomi. Sebagaimana pernyataannya dalam
amanat proklamasi; ’’Perasaan dan pikiran saya mengenai ekonomi adalah sederhana,
amat sederhana sekali. Boleh dirumuskan sebagai berikut: Kalau bangsa-bangsa yang
hidup di padang pasir yang kering dan tandus bisa memecahkan persolan
ekonominya, kenapa kita tidak’’(Hendarseh,2010:99).
44
Soekarno memiliki konsep ekonomi yang disebut dengan Ekonomi Berdikari.
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah yang
menurut Soekarno bisa dibangun ekonomi berdikari (berdiri diatas kaki sendiri).
Dengan kekayaan yang ada akan dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi barang-
barang yang bisa dipakai untuk kebutuhan sehari-hari (Rahardjo, 2001: 287).
Dalam artikelnya “ Kepada Bangsaku” yang ditulis Soekarno tahun 1947
mengatakan “Seluruh Kepulauan Indonesia membutuhkan diri satu sama lain,
seluruh Kepulauan Indonesia barulah dapat menjadi dasar ekonomi yang kuat bagi
industrialisme, jika bergandengan ekonomis satu sama lain, isi mengisi satu sama
lain, bantu membantu satu sama lain. (Kattapo,1990:87).
Menggaris bawahi mengenai konsep Ekonomi Berdikari Soekarno maka
ekonomi yang diterangkan Soekarno harus dialaksanakan seiring dengan sikap
bangsa Indonesia, bahwa kapanpun dan bagaimanapun (dalam hal ekonomi) kita
harus tetap berdaulat dalam politik. Berdikari disini bukan dimaksudkan kita anti
segala hal yang berbau asing anti yang datang dari dunia luar. Berdikari bukan
berarti anti dalam hal modal asing yang dimaksudkan Soekarno adalah sikap
nasioanlisme yang berwawasan luas dan maju dalam penyelenggaraan ekonomi
masyarakat Indonesia (Sjamsuddin,1993:37).
Pernyataan tersebut jelas sindiran yang bermuatan motivasi bagi kita sebagai
generasi penerus Indonesia. Gambaran dari pernyataan beliau bermaksud agar kita
bisa memanfaatkan wilayah yang luas dengan kekayaan sumber alam melimpah dari
bumi Indonesia untuk kemakmuran. Tentu saja pernyataan beliau bukan hanya
omong kosong. Tapi bukti dari gagasan beliau adalah dengan adanya Deklarasi
Ekonomi (1963), yakni meletakkan politik sebagai pembuka jalan bagi kebijakan
perekonomian.
Dalam Rahardjo (2001,40) kutipan pidato Soekarno tentang Ekonomi
berdikari “Kita tidak bisa didekte oleh siapapun lagi, kita tidak menggantungkan diri
45
kepada siapa-siapa lagi. Kita tidak mngemis-ngemis!Kedaulatan POLITIK ini harus
kita tunjang bersama-sama,harus kita tegakkan beramai-ramai”Nation Building”dan
“ character Building” harus diteruskan sehebat-hebatnya,demi memperkuat
kedaulatan politik itu. Kerukunan nasional sekarang ini kerukunan antara berbagai
agama dan berbagai suku bangsa, termasuk suku-suku keturunan asing, kerukunan
yang bebas sama sekali dari diskriminasi atau rasialisme macam apapun, harus kita
bina dengan kecintaan seperti kita membina kesehatan tubuh kita sendiri” Dan
menegaskan secara khusus perihal BERDIKARI dalam Ekonomi,” apa yang lebih
kokoh daripada ini, saudara-saudara? Seperti kukatakan didepan MPRS tempohari,
kita harus bersandar pada dana dan tenaga yang memang sudah ditangan kita dan
menggunakannya semaksimal-maksimalnya ”.
Dalam kutipan pidato Soekarno (Rahardjo,2001:76) Sehubungan dengan
strategi pembangunan ekonomi nasional sebagai mana Presiden Soekarno pernah
merumuskan dalam DEKON (Deklarasi Ekonomi), Beberapa cuplikan hal penting
yang harus diketahui yaitu:
I. Tentang strategi dasar (basic strategy): “menurut strategi dasar ekonomi
Indonesia maka dalam tahap pertama kita harus menciptaklan susunan
ekonomi yang bersifat NASIONAL dan Demokratis yang bersih dari sisa-sisa
imperialisme dan bersih dari sisa-sisa feodalisme” ( butir 3).
II. Tentang pengarahan potensi nasional:”Dalam perjoangan untuk
menyelesaikan tahap nasional dan Demokratis ini, maka sudah tiba waktunya
untuk mengerahkan segenap potensi, baik potensi pemerintah maupun potensi
dan swasta (nasional dan demokratis) dalam kegiatan ekonomi dan
pembangunan untuk meningkatkan produksi dan menambah penghasilan
negra”. (butir 5)
Karena itu yang harus diselenggarakan dsekarang adalah
memperbesar p[roduksi berdasarkan kekayaan alam yang berlimpah –
limpah dan meletakkan dasar-dasar untuk rakyat industrialisasu”. (butir 6)
46
III. Tentang peranan (ekonomi) rakyat: “ dalam menilai aktivitas ekonomi
nasional kita yang meliputi aktivitas pemerintah, aktivitas koperasi, dan
aktivitas swasta, perlu disadari bahwa peranan rakyat pada waktu ini, rakyat
sebagi petani, rakyat sebagi buruh, pendeknya rakyat sebagi produsen,
merupakan potensi dan kekuatan riil dan materiil”. (butir 18).
IV. Tentang Kredit Luar negeri dan “ production sharing”:........” yang
dilaksanakan sebagai bagi hasil atau “productionn sharing” antra
pemerintah pusat, pemerintah pusat,, koperasi, atau swasta dipihak Indonesia
dengan Pemerintah atau swasta di pihak asing, perlu ditegaskan bahwa “
production sharing” pada hakekatnya merupakan kredit luar negeri untuk
melaksanakan suatu proyek, yang akan dibayar dengan sebagian dari hasil
yang diperoleh dari proyek tersebut, milik dan pimpinan harus tetap di pihak
Indonesia”. (butir 23 e).
V. Tentang asas dekonsentrasi berhubung sangat luasnya wilayah geografis
Indonesia :”...........kita harus mengadakan dekonsentrasi dalam soal
management dengan tidak menmgorbankan Indonesia sebagai suatu kesatuan
EKONOMI dan POLITIK” (BUTIR 24)
Dalam susunan Sistem Ekonomi Indonesia yang pertama merupakan sistem
yang menciptakan susunan ekonomi yang bersifat nasional dan demokratis, yang
bersih dari sisa - sisa Imperialisme dan feodalisme. Revolusi kebangkitan bangsa
Indonesia sebagi bekas bangsa terjajah dan sebagi bangsa yng telah hidup dari
Feodalisme mengandung dua sisi. Sisi yang pertama ialah Revolusi nasional untuk
mengenyah Kolonialisme dan Imperialisme asing, dan sisi kedua ialah revolusi sosial
untuk mengkoreksi struktur sosial- ekonomi yang ada didalam masyarkat (Soesastro,
2005 : 23).
Pada Pidato Proklamasi Soekarno pada 17 Agustus 1959, Soekarno
menyatakan idiologi Indonesia yang pada beberapa bulan dinamakan manipol (dari
47
Manipol Politik). Dia menyerukan kebangkitan kembali semangat Revolusi,
keadilan sosial, serta pelengkapan lembaga - lembaga dan organisasi-organisasi
negara demi Revolusi yang berkesinambungan. Pada awal 1960 kaidah ini semangit
rumit karena ditambahkannya lagi kata USDEK, sehingga menjadi MANIPOL
USDEK, yang berarti UUD 1945, sosialisme ala Indonesia, Demokrasi Terpimpin,
Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia (Ricklefs & siddik, 2008: 553).
Soekarno menegaskan kembali pada tahun 1960 bahwa revolusi Indonesia
belum selesai. USDEK : Undang-undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia
Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin dan Kepribadian Indonesia. Kekuatan
sosial Revolusi Indonesia, setelah Dekrit 5 Juli 1959 :
a. UUD 1945 dan jiwa Revolusi Indonesia
b. Hasil-hasil keringat rakyat sejak 1945 sampai sekarang
c. Kekuatan ekonomi rakyat yang sudah jadi milik nasional
d. Angkatan perang yang kuat dan administrasi mulai baik
e. Wilayah kekuasaan Indonesia yang sangat strategis
f. Kepercayaan akan kemampuan dan keuletan bangsa sendiri
g. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah-limpah (A. B Lapian, 1996 :202).
Manipol-Usdek kemudian dikukuhkan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara (MPRS) sebagai “ Garis – Garis Besar daripada Haluan Negara” dalam
ketetapan MPRS RI Nomor 1/MPRS /1960. Hal ini membuat perubahan mendasar
paradigma penyelenggaraan negara dan pembangunan bangsa, yakni dari “liberal”
(kemerdekaan berserikat dan berkumpul, membangun koletivitas dengan semngat
musyawarah mufakat) menjadi “terpimpin” (kepemimpinan tunggal yang etatis)
(Mustopadidjaja, 2012 : 70).
Pasal 33 UUD 1945 adalah Pasal mengenai perekonomian isinya adalah:
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas
kekeluargaan
48
Cabang – cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebsesar – besar kemakmuran rakyat (UUD
1945).
UUD 1945 khususnya pasal 33 menekankan aspek kooperatif dalam usaha
pencapaian manusia, karena itulah sistem ekonomi yang berdasarkan pancasila dan
UUD 1945 sering disebut dengan “kooperasi” misalnya masyarakat yang bergotong –
royong, masyarakat kekeluargaan dan keadilan sosial (Gunadi,1990:53)
Menurut Sjamsuddin (1993:222) UUD 1945 Pasal 33 adalah sendi utama bagi
politik perekonomian dan politik sosial Republik Indonesia. Di situ tersimpul dasar
ekonomi yang teratur, karena kemiskinan dasar perekonomian rakyat harus berupa
usaha bersama yang dikerjakan secara gotong royong dan berasaskan kekeluragaan.
Ekonomi terpimpin dalam masyarakat sosialis Indonesia ini mengacu pada
“Pasal 33 UUD 1945” Soekarno mengatakan bahwa Ekonomi terpimpin
menghendaki kegotong royongan dibidang ekonomi. Menurut Soekarno sistem
ekonomi itu mengandung tiga unsur yakni kepentingan bersama yang ditetapkan
bersama, usaha bersama yang dilaksanakan bersama, dan pemimpin bersama yang
dimufakati bersama (Alam,2003:453).
Sosialisme Indonesia mengejar terwujudnya suatu tata perekonomian yang
disusun sebagi usaha bersama. Berpedoman bahwa kemakmuran masyarakatlah yang
harus senantiasa diutamakan dan bukan kemakmuran perseorangan. Sosialisme yang
bertujuan sebagai usaha dalam lapangan ekonomi dan keuangan serta melenyapkan
penjajahan dalam bentuk apapun. Sosialisme Indonesia adalah gotong royong
berdasarkan pancasila. Ditambah lagi bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya
akan sumber daya alamnya, sehingga dapat dimanfaatkan dengan sebaik baiknya
(Gunadi,1990:49).
49
Dalam pidato yang berjudul “kembali ke Revolusi” 1959 (lampiran 1) terlihat jelas
Soekarno menginginkan Demokrasi Terpimpinnya di iringi dengan semangat
perjuangan revolusi yang anti imperialisme dan disertai retooling alat produksi dan
alat distribusi agar pemerintah leluasa untuk menguasai dan mengawasi seluruh alat-
alat vital milik Negara demi perekonomian nasional yang stabil
Sebagaimana yang tertuang dalam “Indonesia Menggugat” yang
dibacakannya pada 18 Agustus 1930, Soekarno memandang kapitalisme dan
Imperialisme adalah sistem yang mendatangkan kesengsaraan bagi rakyat
(Dhakidae,2013:120). Maka rakyat Indonseia harus memiliki semangat nasionalisme
(Sosio-nasionalisme) untuk melawan dan mengkikis habis sisa-sisa kolonialisme
seperti demokrasi liberal ekonomi kapitalis dan sistem feodalisme
(Sjamsuddin,1993:217).
Pemikiran ekonomi Bung Karno, memperlihatkan bahwa ia meletakkan massa
rakyat sebagai tulang-punggung pembangunan ekonomi. Soekarno juga
menganjurkan agar pembangunan dimulai dari “modal dan kekuatan yang kita
punyai”. Saya kira, ini adalah prinsip dasar pemikiran Soekarno: “self-reliance” (jiwa
yang percaya kepada kekuatan sendiri) dan “self help” (jiwa berdikari) —yang
kemudian disempurnakan menjadi konsep Berdikari (Rahardjo, 2001 : 287).
Berdasarkan pemikiran dan strategi Soekarno menunjukan bahwa ada tiga
tema besar yang senantiasa di usung oleh Soekarno, yakni anti-Kapitalisme,
penguatan peran negara dan penegakan kedaulatan ekonomi melalui partisipasi rakyat
dalam perekonomian. Ketiganya dilandasi dengan idiologi dan empiris yang kuat
(Dhakidae,2013:120).
Sebagai pemimpin yang memiliki kharismatik tersendiri dalam mewujudkan
negara makmur yang sesuai dengan ekonomi sosialis, Sukarno melakukan berbagai
upaya kebijakan ekonomi. Sesuai dengan konsep Manipol USDEK yang dicanangkan
50
Sukarno, diharapkan kebijakan ekonomi yang dilakukan mampu mengatasi
permasalahan-permasalahan perekonomian di Indonesia.
4.2 Kebijakan Ekonomi Soekarno
Ketidakberhasilan pembangunan pada masa demokrasi liberal, membuat
Soekarno menyerukan dibangkitkannya revolusi. Dengan ditetapkan Manipol-Usdek
sebagai Garis Besar Haluan Negara, terjadi perubahan mendasar yakni dari “liberal”
menjadi “ terpimpin” (kepemimpinan tunggal yang etatis). Sebagai seorang
pemimpin Soekarno memiliki pemikiran dan rencana dalam membangun negara, baik
dalam bidang ekonomi, politik, sosial, dan sistem pemerintahan. Di bidang ekonomi
kebijakan yang dilakukan diantaranya :
4.2.1 Pembentukan Bappenas
Soekarno sebagai tokoh dalam jajaran aliran strukturalis dunia, yang
berwawasan normatif serta menghendaki perlunya restrukturisasi tata ekonomi dan
hubungan ekonomi pada tatanan nasional dan mondial. Restrukturisasi merupakan
upaya untuk mengakhiri nasib “ menjadi koeli dinegeri sendiri” atau merenggut
kekuasaan ekonomi dari kekuasaan asing untuk “menjadi tuan di negeri sendiri”
(Rahardjo, 2001: 58).
Secara umum strategi pembangunan periode 1959-1965 mencakup beberapa
bidang, diantaranya dalam bidang ekonomi dan politik. Dalam bidang ekonomi untuk
mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila yang disusun
berdasarkan serangkaian Rencana Pembangunan Nasional jangka panjang (RPJP).
Rencana Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahapan pertama (RPNSB)
Pada tanggal 15 Agustus 1959 dibentuk Dewan Perancang Nasional (Depernas). Di
bawah pimpinan Mr. Muh. Yamin sebagai wakil menteri pertama yang
beranggotakan 80 orang wakil golongan masyarakat dan daerah. Dalam waktu kurang
l ebih satu tahun, yaitu pada tanggal 26 Juli 1960, Depernas berhasil menyusun suatu
“ Rancangan Dasar Undang- Undang Pembangunan Nasional Sementara Berencana
51
tahapan tahun 1961-1969 “. MPRS menyetujui Rancangan tersebut dengan TAP
No.2/MPRS/1960 (Marwati Djoened, 1993:322).
Dalam Gunadi (1990:344), Dewan Perancang Nasional adalah bagian dari
pengisi kemerdekaan Indonesia, bagian untuk membangun Indonesia. Untuk
melakukan restrukturisasi ekonomi harus lah dibutuhkan suatu perencanaan yang
sistematis, dengan pola, arah, tahapan, prioritas, strategi dan kebijaksanaan yang jelas
agar mampu mewujudkan suatu tujuan perekonomian bangsa.
Dalam pembukaan UUD 1945 ditegaskan falsafah dan pandangan hidup bangsa
Indonesia adalah Pancasila, namun ditetapkannya Manipol-Usdek sebagai GBHN
paradigma pembangunan ikut mengalami perubahan. Paradigma pembangunan
Rencana Pembangunan Nasional Semesta Berencana adalah Manipol- Usdek
(Sjamsuddin,993:233). Dalam membangun masyarakat dan bangsa Indonesia, baik itu
strategi, kebijakan, dan program pembangunan yang dilakukan harus selaras dengan
Manipol- Usdek yang bercirikan demokrasi terpimpin, yang ciri utama di bidang
ekonomi adalah ekonomi terpimpin sedangkan ciri utama sosial budaya adalah
kegotongroyongan. Strategi pembangunan periode 1959-1965 berlandasakan konsep
“revolusi belum selesai” dan bertumpu pada “politik adalah panglima”
(Mustopadidjaja, 2012:75).
Tujuan pembangunan sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan
Nasional Semesta Berencana (RPNSB) tersebut adalah meletakkan dasar- dasar
pembangunan rohaniah dan jasmaniah yang sehat dan kuat serta pembangunan tata
perekonomian nasional yang sanggup berdiri sendiri dan tidak terganyung pada
pasang surutnya pasar dunia, menegakkan kembali kepribadian dan kebudayaan
Indonesia yang berdasarkan semangat demokrasi terpimpin, ekonomi terpimpin dan
gotong royong serta megutamakan hidup bersahaja dan kejujuran (Gunadi,1990:346).
RPNSB yang berasaskan Manipol- Usdek ini memiliki ciri demokrasi terpimpin
yang menerapkan sistem pemerintahan baik itu kekuasaan, keputusan, dan seluruh
pertanggungjawaban berada ditangan pemimpin tertinggi, sedangkan bidang ekonomi
terpimpin yakni negara berperan sebagai pengatur dan pengendali pembangunan.
52
Pada tanggal 24 Desember 1963, Presiden Soekarno menerbitkan Penetapan
Presiden Nomor 12 tahun 1963, yang berisi pengintegrasian Dewan Perancang
Nasional ke dalam kabinet kerja dan dibentuknya sebuah lembaga yaitu Badan
Perancang Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Penetapan presiden ini
menyebutkan bahwa dalam melanjutkan Revolusi Nasional Indonesia untuk
mewujudkan cita – cita membentuk masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila (Mustopadidjaja,2012:84).
Adapun tugas BAPPENAS menurut Penpres dalam Mustopadidjaja (2012:84),
tersebut adalah :
a. Menyusun rencanan pembangunan nasional jangka panjang, termasuk
rencanan pembangunan daerah dan pembangunan masyrakat desa
b. Menyusun rencanan pembangunan tahunan
c. Mengkoordinasi semua usaha persiapan perencanaan dan persiapan
pelaksanaan pembangunan
d. Menilai dan mengawasi pelaksanaan rencanan pembangunan
e. Melakukan usaha – usaha penelitian dan penyelidikan untuk keperluan
perencanaan pembangunan
f. Menyempurnakan pola Perencanaan Semesta Berencana pertama
Sejalan dengan perubahan landasan paradigma penyelenggaraan negara dan
pembangunan, panduan pokok perencanaan pembangunan periode 1959-1965 adalah
Manipol-Usdek, sedangkan lembaga yang bertanggung jawab dalam menyusun
perencanaan pembangunan adalah Depernas/ Bappenas. Setelah MPRS menetapkan
Manipol-Usdek sebagai GBHN pada 1960, Depernas menyusun dan menjabarkan
Rancangan Dasar Pembangunan Nasional Semesta Berencana 1961-1969 dalam
berbagai kebijakan dan program pembangunan (Mustopadidjaja, 2012:88).
Kebijakan pembangunan yang sebagaimana tercantum dalam RPNSB tahapan
1 terbagi menjadi enam bagian yakni: agama, kesejahteraan, pemerintahan dan
53
keamanan, produksi, distribusi dan perhubungan, keuangan dan pembiayaan. Dalam
bidang bidang produksi kebijakan yang dilakukan adalah :
Pengutamaan bahan keperluan hidup rakyat yang pokok
Cabang – cabang produksi yang vital untuk perkembangan
perekonomian nasional dan menguasai hajat hidup rakyat
Mengikutsertakan rakyat dalam pengerahan semua modal dan potensi
Sedangkan dalam bidang distribusi dan perhubungan kebijakan adalah:
Menyelenggarakan tata distribusi barang-barang keperluan hidup
sehari-hari agar cepat sampai ketangan kerakyat, murah, dan merata
Mengatur dan menyalurkan distribusi bahan-bahan penting bagi
penghidupan rakyat
Menyelenggarakan impor bahan-bahan kebutuhan pokok untuk rakyat
Kebijakan dalam bidang keuangan diantaranya:
Sumber pembiayaan bagi pembangunan atas dasar kekuatan dalam
negeri sendiri
Mengadakan kerjasama ekonomi
Menata sistem moneter yang sehat (Mustopadidjaja, 2012 : 79)
Dalam Sjamsuddin (1993:236) Pemabangunan Semesta Berencana terdiri dari
dua komponen yaitu:
1. Proyek “A” yang diharapkan mampu meningkatkan pembangunan ekonomi
nasional. Sasarannya adalah produksi pangan dan sandang, perbaikan
infrastruktur, perbaikan pendidikan, dan macam-macam “proyek khusus”
yang mencakup 335 proyek
2. Proyek “B” yang diharapkan dapat membiayai proyek “A” misal peningkatan
sektor pertanian dan mineral.
Wujud struktur ekonomi masa depan harus dilakukan melalui perencanaan
dengan sitematis. Disinilah diperlukan adanya Perencanaan nasional dan suatu
lembaga Perencanaan Nasional. Hal ini tidak terlepas dari tugas konstitusional (pasal
33 UUD 1945) yang menegaskan bahwa “ perekonomian disusun sebagai usaha
54
bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Hal ini menurut Soekarno merupakan
sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi. Soekarno menganggap perlunya
Perencanaan Nasional seperti Depernas dan Beppenas (Sjamsuddin,1993:218).
Soekarno sangat menjunjung tinggi keberdikarian. Soekarno berorientasi
terhadap kekuatan rakyat, pada potensi dalam negeri sendiri sebagai landasan
pembangunan nasional. Itulah Soekarno mengamanatkan Pembangunan Nasional
Semesta Berencana melalui kemampuan sendiri (Rahardjo,2001:47)
Program Bappenas belum sepenuhnya memperbaiki perekonomian Indonesia.
Ekspor dan impor Indonesia mengalami penurunan yang menyebabkan terjadinya
defisit. Untuk mengatasinya pemerintah mengeluarkan dan mencetak uang baru
sehingga uang yang beredar pun semakin bertambah banyak tanpa di imbangi
penambahan barang. Sepanjang tahun 1960-1965 inflasi semakin meningkat untuk
mengatasinya Soekarno memaklumatkan berlakunya 14 peraturan pokok Deklarasi
Ekonomi (Dekon) pada 28 Maret 1963 (Mustopadidjaja, 2012: 111)
4.2.2 Deklarasi Ekonomi
Sejak awal merdeka bangsa Indonesia dalam perekonomiannya didominasi
oleh perusahaan asing, sehingga menimbulkan berbagai kebijakan yang dicanangkan
pemerintah bangsa Indonesia dalam mengatasi perekonomiannya. Memasuki tahun
1960 ekonomi bangsa Indonesia mengalami kemunduran yang sangat mencemaskan.
Harga kebutuhan hidup selalu tinggi, sehingga perekonomian bangsa Indonesia
mengalami inflasi yang melambung tinggi (Sjamsuddin,1993:234).
Sepanjang tahun 1960-1965 laju inflasi terus menerus meningkat. Besar
inflasi pada 1959 dan 1960 masing – masing 19,42 persen dan 29,52 persen untuk
memulihkan perekonomian ini Presiden Soekarno memaklumatkan berlakunya 14
peraturan pokok Deklarasi Ekonomi (Mustopadidjaja, 2012:111). Kegiatan ekonomi
pada masa Demokrasi terpimpin juga dilandaskan atas strategi dasar ekonomi
Indonesia yang diamanatkan dalam oleh Presiden Soekarno Deklarasi Ekonomi pada
tanggal 28 Maret 1963. Latar belakang dikeluarkan Deklarasi Ekonomi adalah karena
55
berbagai peraturan dikeluarkan pemerintah untuk merangsang ekspor (export drive)
mengalami kegagalan, misalnya Sistem Bukti Ekspor (SBE). Sulitnya memperoleh
bantuan modal dan tenaga dari Luar Negeri, sehingga pembangunan yang
direncanakan guna meningkatkan taraf hidup rakyat tidak dapat terlaksana dengan
baik (Soesastro,2005:112).
Deklarasi Ekonomi (Dekon) merupakan langkah yang diambil presiden
Soekarno untuk perbaikan ekonomi di Indonesia secara menyeluruh. Dekon
dinyatakan sebagai strategi dasar ekonomi terpimpin Indonesia yang menjadi bagian
dari strategi umum revolusi Indonesia. Strategi adalah mensukseskan Pembangunan
Sementara Berencana 8 tahun yang polanya telah diserahkan oleh Bappenas tanggal
13 Agustus 1960 (Mustopadidjaja, 2012:70).
Dalam usaha memperbaiki keadaan ekonomi keuangan, Presiden Soekarno
mengamanatkan Deklarasi Ekonomi pada hari kamis, tanggal 28 Maret 1963.
Deklarasi ekonomi bertujuan untuk menciptakan ekonomi yang bersifat nasional,
demokratis, dan bebas dari sisa-sisa imperialisme untuk mencapai tahap ekonomi
sosialis Indonesia dengan cara terpimpin. yang mampu memanfaatkan sumber daya
alam serta sumber daya manusia Indonesia sendiri (Rahardjo, 2001:245).
Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa sistem ekonomi Indonesia adalah
Berdikari yaitu berdiri di atas kaki sendiri. Dengan demikian dibentuknya Deklarasi
Ekonomi adalah untuk menciptakan ekonomi yang bersifat nasional, demokratis, dan
bebas dari sisa-sisa imperialisme untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia
dengan cara terpimpin yang melibatkan rakyat dalam pembangunan
(Dhakidae,2013:129).
Deklarasi Ekonomi bertujuan untuk mengatasi keadaan ekonomi Indonesia,
sehingga mendukung proses pembangunan di Indonesia, selain itu mencanangkan
Deklarasi Ekonomi ( Dekon) diharapkan dapat mengatasi laju inflasi. Tujuan yang
56
hendak dicapai bukanlah sekedar mencetuskan suatu terobosan ekonomi,
melainkan untuk mendorong perkembangan masyarakat secara menyeluruh artinya
untuk mencapai “Demokrasi Nasional” yang kemudian akan menuju tahap sosialis
Indonesia (Sjamsuddin,1993:238).
Dalam mengatasi krisis ini pemerintah menggunakan berbagai cara diantaranya
adalah menggagas adanya Deklarasi Ekonomi (Dekon) pada tahun 1963. Dekon ini
mempunyai program dengan bekerja membuat berbagai kebijakan diantaranya adalah
1. Diciptakan susunan ekonomi yang bersifat nasional dan demokratis, yang
bersih dari sisa-sisa Imperialisme dan Feodalisme.
2. Ekonomi sosialis Indonesia, ekonomi tanpa penghisapan manusia oleh
manusia. Dimana tiap orang dijamin mendapat pekerjaan, sandangpangan,
perumahan serta kehidupan kultural dan spiritual yang layak (Lubis 1988:77).
Deklarasi Ekonomi membenarkan pentingnya untuk memperbaiki potensi
rakyat dan untuk mewujudkan cita-cita ekonomi sosialis Indonesia itu bisa tercapai
setelah Imperialisme dan Feodalisme dapat dihancurkan secara total baik didalam
negeri maupun di luar negeri Indonesia sendiri. Presiden Soekarno beranggapan
bahwa Imperialisme dan Feodalisme akan mensengsarakan bangsa Indonesia
(Dhakidae,2013:129).
Deklarasi Ekonomi kemudian disusul dengan peraturan tanggal 26 Mei yang
di dalamnya tercermin pengaruh Dana Moneter Internasional (IMF) . Peraturan yang
dikeluarkan saat itu menampilkan pendekatan ekonomi terhadap persoalan-persoalan
ekonomi yang sedang dihadapi Indonesia. Pada awal pelaksanaan Deklarasi ini terjadi
laju kenaikan biaya hidup 500% , dua bulan kemudian menjadi datar dan laju inflasi
dapat sedikit ditekan (Sjamsuddin,1993:239).
Inflasi yang terjadi tidak mampu diatasi, kebijakan dekon ini tidak juga
berhasil mengatasi kemerosotan ekonomi, pada tahun 1965 pemerintahan Soekarno
mengeluarkan kebijakan dengan membentuk sebuah badan yang bertugas
menghentikan krisis ekonomi yang terjadi pada masa itu. Badan yang dibentuk ini
57
diberi nama dengan Komando Tertinggi Berdikari (Kotari) yang bertugas
melaksanakan pembangunan ekonomi atas dasar berdiri di kaki sendiri (berdikari)
(Rahardjo,2005:239).
Dikatakan untuk memenuhi hasrat rakyat Indonesia melaksanakan prinsip
“berdiri diatas kaki sendiri”, maka di dikeluarkanlah Penpres pada tanggal 24 April
mengenai penempatan semua perusahaan asing di Indonesia yang tidak bersifat
domestik di bawah penguasaan pemerintah Republik Indonesia. Belum puas dengan
membentuk berbagai badan menangani kemelut perekonomian ini, maka Soekarno
telah membentuk pula sebuah badan lain bernama Dewan Pangan Nasional. Dalam
badan-badan tertinggi ini senantiasa Soekarno menjabat ketuanya, dibentuk oleh
Presidium atau staf pelaksana, tetapi pekerjaan badan-badan hanya di atas kertas
belaka (Lubis,1988:102-103).
Deklarasi Ekonomi belum maksimal, kenaikan barang kebutuhan pokok dan
sekunder tidak dapat dihentikan. Pada tahun 1965 inflasi mencapai angka 594,44
persen, hal ini membuat pemerintah melakukan devaluasi uang rupiah
(Mustopadijadja, 2012 : 111).
4.2.3 Devaluasi
Perkembangan ekonomi Indonesia dalam pembangunan sektor riil masih juga
belum menunjukkan adanya perkembangan sehingga pasokan barang, terutama
pangan tetap mengalami kekurangan. Dampak dari berbagai kondisi tersebut
menimbulkan pembengkakan defisit APBN yang semakin kronis yang disertai pula
oleh defisit cadangan devisa. Sama seperti pada periode sebelumnya, defisit APBN
tersebut ditutuap dengan Uang Muka dari bank Indonesia yang pemenuhannya
dilakukan dengan cara pencetakan uang. Oleh karena itu uang beredar semakin
banyak dan terjadilah hyperinflasi. Tahun 1965/1965 kenaikan inflasi mencapai
635,5% yang sekaligus merupakan inflasi tertinggi sepanjang sejarah perekonomian
Indonesia ( blog abid ://www.berdikarionline.com/gotong-royong/20120422/strategi-
perekonomian-bung-karno.htm ,diakses 29 oktober 2013).
58
Pemerintah mengeluarkan paket kebijakan yang dimaksudkan untuk
meringankan beban APBN, memperbaiki posisi neraca pembayaran dan menekan laju
inflasi. Isi paket itu terdiri atas devaluasi Rupiah, sanering dan penyempurnaan
kebijakan devisa serta ketentuan-ketentuan perdagangan internasional. Pada tanggal
25 Agustus 1959 pemerintah mengumumkan keputusannya mengenai penuruan nilai
uang (devaluasi), yaitu pendevaluasian mata uang Rp 1.000,00 dan Rp 500,00
menjadi Rp 100,00 dan Rp 50,00. Mata uang pecahan Rp 100,00 ke bawah tidak
didevaluasi. (Ricklefs, 2004:200) . Tujuan dilakukan Devaluasi yaitu guna
membendung inflasi yang tetap tinggi, dan untuk mengurangi jumlah uang yang
beredar di masyarakat, serta agar dapat meningkatkan nilai rupiah sehingga rakyat
kecil tidak dirugikan.
Devaluasi juga dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai
Rp 1000 menjadi Rp 1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat
uang rupiah lama, tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat
lebih tinggi. Maka tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah
meningkatkan angka inflasi (Gunadi,1990:348).
Selain kebijakan – kebijakan yang dilakukan pemerintah guna mengatasi
permasakah ekonomi Indonesia di atas, ada beberapa kebijakan lain yakni :
1. Meningkatkan Perdagangan dan Perkreditan Luar Negeri.
Pemerintah membangkitkan ekonomi agraris atau pertanian, sebab kurang
lebih 80% penduduk Indonesia hidup dari bidang pertanian. Hasil pertanian dan
perkebunan tersebut diekspor untuk memperoleh devisa yang selanjutnya digunakan
untuk mengimpor berbagai bahan baku/ barang konsumsi yang belum dihasilkan di
Indonesia. Jika Indonesia tidak mampu memperoleh keuntungan maka akan mencari
bantuan berupa kredit luar negeri guna memenuhi biaya import dan memenuhi
kebutuhan masyarakat di dalam negeri.
59
Politik luar negeri pada masa demokrasi terpimpin dibidang perdagangan dan
perkreditan memiliki kecendrungan untuk menerpakan ajaran marxisme yang
bersandar kepada prinsip realitas yang ada dalam masyarakat dan aktivitas politiknya
disesuaikan dengan realitas yang ditemukan. Disini terlihat tindakan Soekarno dalam
hal perkreditan lua negeri dilandasi dengan konsep arranngement dan readjustment
dengan negara-negara kreditor yang berlaku secara internasional (Poesponegoro &
Marwati Djoned, 1993:434).
2. Pembentukan Front Nasional.
Front Nasional dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden No.13 Tahun 1959.
Front Nasional merupakan sebuah organisasi massa yang memperjuangkan cita-cita
proklamasi dan cita-cita yang terkandung dalam UUD 1945. Tujuannya adalah
menyatukan segala bentuk potensi nasional menjadi kekuatan untuk menyukseskan
pembangunan. Front Nasional dipimpin oleh Presiden Sukarno sendiri. Tugas front
nasional adalah untuk menyelesaikan Revolusi Nasional, melaksanakan
pembangunan, dan mengembalikan Irian Barat (Mustopa,2002: 32 ).
3. Pembentukan Komando Tertinggi Operasi Ekonomi (KOTOE) dan
Kesatuan Operasi (KESOP)
Kegagalan Dekon memberikan dampak yang buruk bagi perekonomian
Indonesia, karena tidak dapat melaksanakan konsep peraturan yang ada. Untuk
mengatasi hal ini Pemerintah mengeluarkan peraturan tanggal 17 April 1964 yakni
Komando Tertinggi Operasi Ekonomi (KOTOE) dan Kesatuan Operasi (KESOP)
dalam usaha perdagangan. Selain itu diadakannya peleburan bank-bank Negara.
Presiden berusaha mempersatukan semua bank negara ke dalam satu bank sentral
sehingga didirikan Bank Tunggal Milik Negara berdasarkan Penpres No. 7 tahun
1965 (Mustopadidjaja, 2012 : 111).
60
Tugas bank tersebut adalah sebagai bank sirkulasi, bank sentral, dan bank
umum. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka dilakukan peleburan bank-bank
negara seperti Bank Koperasi dan Nelayan (BKTN), Bank Umum Negara, Bank
Tabungan Negara, Bank Negara Indonesia ke dalam Bank Indonesia. Dibentuklah
Bank Negara Indonesia yang terbagi dalam beberapa unit dengan tugas dan pekerjaan
masing-masing. Tindakan itu menimbulkan spekulasi dan penyelewengan dalam
penggunaan uang negara sebab tidak ada lembaga pengawas.
4.3 PENGARUH KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PEREKONOMIAN
INDONESIA
Kegagalan pembangunan ekonomi pada masa demokrasi liberal membuat
Soekarno membuat rencana dan program kebijakan ekonomi yang berhaluan dari
Manipo- Usdek. Tantangan pembangunan ekonomi adalah mengimplementasikan
perubahan paradigma “ekonomi liberal “ ke “ekonomi terpimpin” . Ditambah kondisi
perekonomian Indonesia 1959-1960 cukup memprihatinkan.
Pada masa demokrasi terpimpin keadaan ekonomi dan keuangan pemerintah
Indonesia semakin suram. Inflasi terjadi sangat tinggi mendorong pemerintah
melakukan pemotongan nilai mata uang (devaluasi) rupiah. Pada tanggal 13
Desember 1965 devaluasi dilakukan dengan menjadikan uang senilai Rp 1000
menjadi RP 1. Sehingga uang rupiah baru semestinya bernilai 1000 kali lipat uang
lama. Akan tetapi, didalam masyarakat uang baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih
tinggi uang rupiah baru. Akibatnya, tindakan ini membuat inflasi lebih tinggi
(Rickelfs, 2007 : 200).
Pembangunan proyek – proyek mercusuar yang di laksanakan pemerintah
mengakibatkan pemerintah mengadakan pengeluaran – pengeluaran yang sangat
besar, sehingga harga – harga kebutuhan pokok ikut naik. Tingkat harga paling tinggi
terjadi pada tahun 1965 yakni 200% - 300% dari tahun – tahun sebelumnya. Terjadi
lonjakan harga kebutuhan pokok yang cukup tinggi (Sjamsuddin,1993:241).
61
Dalam ekonomi terpimpin ini pemerintah mengambil peran utama dalam
industri, perkebunan, dan perdagangan. Suatu rencana pembangunan dan
industralisasi yang digagas oleh Dewan Perancang Nasional (DEPERNAS) yang
dibentuk oleh Presiden Soekarno pada bulan Agustus 1959. Dewan ini terdiri dari 70
orang anggota dan diketuai oleh Muhammad Yamin. Pada agustus 1960,
DEPERNAS selesai menyusun Rencana Semesta Berencana 8 Tahun (1961-1969).
Namun kebijakan DEPERNAS ini masih sulit dijalankan, hal ini karena berbenturan
dengan penetapan yang dilakukan oleh Soekaro ( Poseponegoro & Marwati Djoened,
1993: 428).
Pada tanggal 28 Maret 1963, pemerintah juga mengeluarkan kebijakan
(Dekon) Deklarasi ekonomi yang berisi 14 aturan pokok sebagai strategi dasar
ekonomi Indonesia dan merupakan strategi umum Revolusi Indonesia. Tujuan
Deklarasi Ekonomi ini adalah untuk menciptakan ekonomi yang bersifat nasionalis,
demokrastis, dan bebas dari sisa-sisa imperialisme untuk mencapai tahap ekonomi
sosialis Indonesia dengan cara terpimpin (Dhakidae,2013:129)..
Dengan Dekon, Pemerintah memegang kendali penuh perkembangan
ekonomi, namun Dekon tidak berhasil memperbaiki keadaan ekonomi dan keuangan
negara. Hal ini terjadi karena peraturan pelaksanaannya yang dibuat tanggal 26 Mei
1963 justru bertentangan dengan prinsip-prinsip Dekon itu sendiri. Pelaksanaan
Dekon ini menimbulkan dampak terjadinya stagnasi perekonomian (Mustopadidjaja,
2012:111).
Deklarasi Ekonomi yang dicanagkan Soekarno praktis tidak ada hasilnya dan
mandeg samasekali setelah pemberontakan G-30-S/PKI tanggal 30 September 1965
(Sjamsuddin,1993:346).
Rencana Pembangunan Semesta Berencana tidak berjalan dengan lancar,
karena lebih menekankan rincian politis ditengah penderitaan ekonomi rakyat. Begitu
juga pada tahun 1963 rencana pembangunan sulit dijalankan yang memperparah
perekonomian Indonesia (Ranoh, 2006 :96).
62
Tahun 1965 dan 1966 laju pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik
Bruto (PDB) masing-masing hanya sekitar 0,5% dan 0,6%. Selain laju ekonomi yang
turun sejak tahun 1958, defisit saldo neraca pembayaran (BOP) dan defisit anggaran
pendapatan dan belanja pemerintah (APBN) terus membesar dari tahun ke
tahun.selain itu, selama periode orde lama kegiatan produksi di sektor pertanian dan
sektor industri manufaktur berada pada tingkat yang sangat rendah karena
keterbatasan kapasitas produksi dan infra struktur pendukung, baik fisik maupun non
fisik seperti pendanaan dari bank (http://lindyamelia.blogspot.com: Sistem
Perekonomian Indonesia Diambil tanggal 13 februari 2012).
Selain itu dampak dari kebijakan ekonomi masa terpimpin terlihat dari
devaluasi yang dilakukan pemerintah. Pada 25 Agustus 1959 mata uang rupiah
didevaluasikan dengan 75% suatu peredaran moneter diperintahkan dengan
menurunkan semua uang kertas Rp. 500,00 dan Rp. 1.000,00 menjadi sepersepuluh
dari nilai nominalnya, dan deposito-deposito bank yang besar jumlahnya dibekukan.
Tindakan ini mengurangi jumlah persediaan uang dari Rp. 34 milyar menjadi Rp. 21
milyar (Ricklefs, 2007 : 404).
Muhammad Yamin (dalam Mustopadidjaja, 2012) menyebutkan kondisi
ekonomi Indonesia periode 1959-1960 cukup memprihatinkan, utang luar negeri dan
dalam negeri membesar. Nilai mata uang rupiah anjlok, pendapatan nasional hanya
berkisar di seputar angka 206 miliar sampai 236 miliar rupiah. Pendapatan perkapita
berada disekitar angka 2.200 – 2.500 rupiah. Jumlah penduduk terus bertambah 2%
sampai 2,3% per tahun. Pada tahun 1959 total penduduk Indonesia berjumlah 92,7
juta jiwa. Untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara signifikan, diperlukan
pertumbuhan ekonomi cukup tinggi rata- rata 10% per tahun.
Menghadapi permasalah ekonomi yang makin parah Soekarno menerima
bantuan dari negara sosialis bukan mengurangi atau memperbaiki keadaan namun
makin menambah utang negara. Kondisi ekonomi ini juga bertambah parah karena
terjadinya gangguan-gangguan keamanan dalam negeri. Dampak struktur ekonomi
63
Indonesia mengarah pada etatisme dan ekonomi anarkhi. Pengeluaran negara
bertambah besar karena prionsip-prinsip ekonomi diabaikan
Demokrasi Terpimpin di bawah pimpinan Soekarno berakhir pada 1966, dan
situasi ekonomi pada saat itu sedang dilanda inflasi sampai dengan 650%.. Kenaikan
harga barang juga terjadi yang pada puncaknya memicu keterpurukan perekonomian
Indonesia (Boediono,2009:38).
Kenaikan harga-harga itu berakibat antara lain :
a. Pelaksanaan program pembangunan menjadi kacau, karena pembiyaan
melampaui jumlah yang direncanakan semula, banyak proyek yang tidak
dapat diteruskan
b. Politik harga pemerintah juga kacau, timbul kesenjangan yang mencolok
antara harga resmi dan harga bebas
c. Kemacetan kebijaksanaan distribusi pemerintah mengenai kebutuhan barang-
barang pokok
d. Terjadi penyelewengan pejabat pemerintah dan ketegangan sosial
Pemikiran ekonomi Soekarno demikianlah yang hendak diwujudkan lewat
politik ekonomi terpimpin, namun mendapat kesenjangan antara pemikiran dan
perilaku ekonomi yang mengalami kegagalan dalam membawa kesejahteraan rakyat
secara ekonomi. Dengan demikian ekonomi Terpimpin belum bisa memperbaiki
kondisi ekonomi saat itu bahkan dikatakan kebijakan yang dilakukan soekano
mengalami kegagalan (Ranoh, 2006:95)..
Secara keseluruhan perkembangan ekonomi Indonesia pada masa Demokrasi
terpimpin memperlihatkan kemunduran, terutama jika dibandingkan dengan masa
sebelumnya. Kemerosotan ekonomi berpengaruh besar pada tingkat kesejahteraan
rakyat. Di bidang moneter terjadi pemotongan nilai mata uang yang menyisakan nilai
sepersepuluh dari nilai mata uang kertas yang sedang beredar. Perubahan sistem
liberal ke terpimpin tentunya tantangan tersendiri. Pada sistem liberal ekonomi di
Indonesia menerapkan konsep ekonomi pasar dengan pemerintah dan swasta saling
64
mengisi. Sedangkan sistem ekonomi terpimpin, peran negara tampil lebih dominan
(etatis) (Mustopadijaja, 2012 : 73).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari uraian skripsi ini, maka dapat penulis kemukakan beberapa simpulan
sebagai berikut :
1. Soekarno Presiden pertama Republik Indonesia memiliki tantangan yang berat
dalam mengembalikan dan memulihkan kondisi Indonesia baik itu dalam
bidang pemerintahan, politik, ekonomi, sosial dan kehidupan masyarakat.
65
Dampak dari adanya kolonialisme dan imperialisme oleh bangsa barat
membuat kondisi Indonesia morat – marit. Indonesia memiliki tiga model
demokrasi yakni demokrasi liberal, terpimpin, dan pancasila. Pada masa
demokrasi liberal Indonesia masih mengalami keterpuruikan ekonomi, bahkan
bisa diktakan mengalami kegagalan. Dalam pemikirannya Soekarno banyak
belajar dari ajaran Karl marx tentang marxisme, namun Soekarno hanya
menggunakan pendekatan ilmiahnya saja dalam penyelenggaraan sistem
politik dan ekonomi. Konsepsintya mengenal Ekonomi Terpimpin, yang
nantinya di tuangkan baik dalam Manipol-Usdek , Rencana Pembanunan
Semesta dan juga Dekon. Soekarno kemudian menekankan bahwa haluan
ekonomi ini hanya akan berhasil dengan dukungan massa rakyat. Dalam
usaha memassifkan dukungan rakyat, Soekarno berpropaganda tentang
Trisakti:
● Berdikari di bidang ekonomi
● Berdaulat di bidang politik; dan
● Berkepribadian dalam budaya.
Kemudian pada Peringatan 17 Agustus 1959, Soekarno berpidato tentang
Penemuan Kembali Revolusi Kita, yang terkenal sebagai Manifesto Politik
Republik Indonesia (Manipol). Dalam pidato tersebut, secara garis besar,
Soekarno mencanangkan dilaksanakannya sistem Demokrasi Terpimpin. Pada
intinya manipol terdiri atas lima hal pokok, yaitu: UUD 1945, Sosialisme
Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian
Indonesia yang disingkat USDEK. Sejak saat itu, setiap gerak dan langkah
seluruh komponen bangsa Indonesia diharuskan berdasar pada Manipol-
USDEK. Oleh karena itu, sistem ekonomi terpimpin menuntut seluruh unsur
perekonomian Indonesia menjadi alat revolusi. Dalam ekonomi terpimpin,
66
kegiatan perekonomian ditekankan pada konsepsi gotong royong dan
kekeluargaan sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 33 UUD 1945. Soekarno
seperti juga Bung Hatta, meletakkan politik sebagai pembuka jalan bagi
kebijakan perekonomian. Jadi, politik mempanglimai proses pembangunan
ekonomi nasional. Soekarno memaknai proses perjuangan bangsa menggapai
cita-citanya sebagai sebuah proses revolusi. Bagi Bung Karno, revolusi
nasional-demokratis merupakan prasyarat dan sekaligus persiapan menuju
tahap revolusi sosialis. Pada tahap revolusi nasional-demokratis itu, politik
perekonomian Indonesia harus berjuang menghapuskan sisa-sisa feodalisme
dan imperialisme. Sedangkan pada tahap revolusi sosialis, tugas
perekonomian Indonesia adalah menciptakan masyarakat tanpa penghisapan
manusia atas manusia (tanpa exploitation de I’homme par I’homme). Di sini,
perlu ditekankan, bahwa Soekarno menolak pandangan kaum evolusioner
tentang keniscayaan transisi dari pertanian yang bercampur dengan industri
kecil menuju tingkat kapitalisme industrial. Soekarno, seorang penganut
materialisme-historis, menganggap dua pendapat di atas tidak sesuai dengan
hukum objektif perkembangan sejarah. Tahap industrialisasi, misalnya, tidak
akan tercapai jikan ekonomi nasional dibelenggu oleh feodalisme dan
imperialisme. Menurut Soekarno, tugas ekonomi kita adalah menghapus sisa-
sisa imperialisme dan feodalisme di lapanngan ekonomi.
2. Seiring dengan perubahan politik menuju demokrasi terpimpin maka
ekonomipun mengikuti ekonomi terpimpin. Sehingga ekonomi terpimpin
merupakan bagian dari demokrasi terpimpin. Dimana semua aktivitas
ekonomi disentralisasikan di pusat pemerintahan sementara daerah merupakan
kepanjangan dari pusat. Langkah yang ditempuh pemerintah untuk menunjang
pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut :
1. Pembentukan Badan Perancang Pembangunan Nasional (Bappenas)
67
Untuk melaksanakan pembangunan ekonomi di bawah Kabinet Karya maka
dibentuklah Dewan Perancang Nasional (Depernas) pada tanggal 15 Agustus 1959
dipimpin oleh Moh. Yamin dengan anggota berjumlah 50 orang. Tugas Depernas
diantaranya adalah mempersiapkan rancangan Undang-undang Pembangunan
Nasional yang berencana dan menilai penyelenggaraan pembangunan. Hasil yang
dicapai, dalam waktu 1 tahun Depenas berhasil menyusun Rancangan Dasar Undang-
undang Pembangunan Nasional Sementara Berencana tahapan tahun 1961-1969 yang
disetujui oleh MPRS.
Pada tahun 1963 Dewan Perancang Nasional (Depernas) diganti dengan nama Badan
Perancang Pembangunan Nasional (Bappenas) yang dipimpin oleh Presiden Sukarno.
Diantara tugas bappenas adalah menyusun rencana jangka panjang dan rencana
tahuanan, baik nasional maupun daerah serta mengawasi dan menilai pelaksanaan
pembangunan.
2. Deklarasi Ekonomi
Deklarasi Ekonomi (Dekon) merupakan langkah yang diambil presiden
Soekarno untuk perbaikan ekonomi di Indonesia secara menyeluruh. Dekon
dinyatakan sebagai strategi dasar ekonomi terpimpin Indonesia yang menjadi
bagian dari strategi umum revolusi Indonesia. Strategi adalah mensukseskan
Pembangunan Sementara Berencana 8 tahun yang polanya telah diserahkan
oleh Bappenas tanggal 13 Agustus 1960. Kebijakan dekon ini Pemerintah
Indonesia menyatakan bahwa sistem ekonomi Indonesia adalah Berdikari
yaitu berdiri di atas kaki sendiri. Tujuan utama dibentuk Deklarasi Ekonomi
adalah untuk menciptakan ekonomi yang bersifat nasional, demokratis, dan
bebas dari sisa-sisa imperialisme untuk mencapai tahap ekonomi sosialis
Indonesia dengan cara terpimpin. Dekon ini mempunyai program dengan
bekerja membuat berbagai kebijakan diantaranya adalah :
a. Diciptakan susunan ekonomi yang bersifat nasional dan demokratis,
yang bersih dari sisa-sisa Imperialisme dan Feodalisme.
68
Ekonomi sosialis Indonesia, ekonomi tanpa penghisapan manusia oleh
manusia. Dimana tiap orang dijamin mendapat pekerjaan, sandangpangan,
perumahan serta kehidupan kultural dan spiritual yang layak.
3. Penurunan Nilai Uang (Devaluasi)
Adapun tujuan dari devaluasi ini adalah berguna untuk membendung inflasi yang
tetap tinggi, untuk mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat,
meningkatkan nilai rupiah sehingga rakyat kecil tidak dirugikan.
Maka pada tanggal 25 Agustus 1959 pemerintah mengumumkan keputusannya
mengenai penuruan nilai uang (devaluasi), yaitu sebagai berikut:
a. Uang kertas pecahan bernilai Rp. 500 menjadi Rp. 50
b. Uang kertas pecahan bernilai Rp. 1.000 menjadi Rp. 100
Selain kebijakan tersebut, terdapat juga kebijakan lain diantaranya :
meningkatakan perdagangan dan perkreditan luar negeri, pembentukan front
nasional, pembentukan Komando Tertinggi Operasi Ekonomi (KOTOE) dan
Kesatuan Operasi (KESOP).
1. Pengaruh dari adanya kebijakan – kebijakan pemerintah terhadap
perekonomian Indonesia ini adalah :
a. Dengan adanya kebijakan Bappenas, perekonomian Indonesia belum teratasi
dengan baik, ditandai dengan adanya pertumbuhan PDB mencapai 4,2 % atau
tumbuh rata-rata 1,05 % per tahun. Rendahnya tingkat pertumbuhan ini
merupakan akibat langsung kondisi pilitik yang tidak stabil dan keamanan
dalam negeri. Selain itu inflasi terus meningkat bahkan mengalami hiper
inflasi sebesar 594,5 persen.
b.Deklarasi ekonomi tidak mampu mengatasi kesulitan ekonomi dan masalah
inflasi, Dekon dikeluarkan pemerintah mengakibatkan stagnasi bagi
perekonomian Indonesia. Kesulitan-kesulitan ekonomi semakin mencolok,
tampak dengan adanya kenaikan harga barang mencapai 400 % pada tahun
69
1961-1962, beban hidup rakyat semakin berat. Kegagalan Peraturan
Pemerintah disebabkan karena: tidak terwujudnya pinjaman dari International
Monetary Fund (IMF) sebesar US$ 400 juta, adanya masalah ekonomi yang
muncul karena pemutusan hubungan dengan Singapura dan Malaysia dalam
rangka kasi Dwikora, serta politik konfrontasi dengan Malaysia dan negara
barat semakin memperparah kemerosotan ekonomi Indonesia.
c. Devaluasi yang dilakukan pemerintah ini tidak mampu mengatasi
kemerosotan ekonomi yang semakin jauh, terutama perbaikan dalam bidang
moneter. Para pengusaha daerah di seluruh Indonesia tidak mematuhi
sepenuhnya ketentuan keuangan tersebut. Pada masa pemotongan nilai uang
memang berdampak pada harga barang menjadi murah tetapi tetap saja tidak
dapat dibeli oleh rakyat karena mereka tidak memiliki uang. Hal ini
disebabkan karena : Penghasilan negara berkurang karena adanya gangguan
keamanan akibat pergolakan daerah yang menyebabkan ekspor menurun.
Pengambilalihan perusahaan Belanda pada tahun 1958 yang tidak diimbangi
oleh tenaga kerja manajemen yang cakap dan berpengalaman, serta
pengeluaran biaya untuk penyelenggaraan Asian Games IV tahun 1962, RI
sedang mengeluarkan kekuatan untuk membebaskan Irian Barat.
Secara keseluruhan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintahan Soekarno
belum dapat meningkatkan perekonomian di Indonesia pada masa itu
Berbagai kebijakan yang dilakukan bahkan tidak berpengaruh dalam
perbaikan dan kemajuan perekonomian Indonesia.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka dapat disarankan sebagai berikut :
a. Agar pembaca dapat menambah wawasan, informasi, dan pengetahuan
kepustakaan setelah membaca hasil penelitian mengenai Kebijakan
Ekonomi Soekarno 1959-1965
b. Agar pembaca dapat mengetahui sejarah kepemimpinan Soekarno dalam
membangun perekonomian Indonesia pada tahun 1959-1965
70
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, D.1999.Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos
71
Abdullah, Burhanuddin.2006.Menanti Kemakmuran Negeri,Kumpulan Esai tentang
Pembangunan Ekonomi Sosial Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka
Abid. Kebijakan Pemerintah ala soekarno http://www.berdikarionline.com/bung-
karnoisme/20120422/strategi-perekonomian-bung-karno.html Diakses tanggal 29
Oktober 2013)
Advendi.2000.Hukum dalam Ekonomi. Jakarta: Grasindo
Alfian, 1983. Pemikiran dan Perubahan Politik di Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Alam, wawan tunggul.2003. Demi Bangsaku Pertentangan Sukarno vs Hatta.
Jakarta: Gramedia
Artikel Kusno.Kebijakan Ekonomi pada Masa Orde Lama
http://ekonomikro.blogspot.com/2010/01/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html) Diakses tanggal 22 april 2012
Boediono.2009.Ekonomi Indonesia mau kemana? Kumpulan Esai Ekonomi
Boediono.Jakarta:
Gramedia
Dumairy.1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta : Erlangga
Dhakidae,Daniel.2013.Soekarno,Membongkar Sisi-sisi Hidup Putra Sang
Fajar.Jakarta:Kompas
Ditjindro, Wijarnoko.2012.Bung Karno The Untold Stories.Jakarta: Buku Pintar
Giebels,Lambers.2001.Soekarno Biografi : 1901-1950.Jakarta : Grasido
Gilarso.2004.Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Yogyakarta: Kanisisus
Gottschalk, Louis.1983. Mengerti Sejarah. (terjemahan Nugroho Notosusanto).
Jakarta: UI Press
Gunadi,Tom.1990.Sistem Perekonomian Menurut Pancasila dan UUD 1945.Bandung:
Angkasa
Hendarseh,Amir.2010.Soekarno Sang Prokalmator.Yogyakarta: Pustaka Anggrek
Irwanto, Dedi & Alian sair.2014. Metodologi dan Historiografi Sejarah.
Yogyakarta :Eja-Pulisher
72
Kahin, George Mc. Turnan. 1997. Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia.
Surakarta: UNS Press
Kartodirdjo, dkk. 1997. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Kattopo,Aristides.1990.80 Tahun Bung Karno.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Kuntowijoyo.1994. Metodologi Sejarah.Yogyakarta: Tiara Wacana
Lapian, AB. 1996. Terminologi Sejarah. Jakarta: Depdikbud.
Lindy amelia : sistem perekonomian Indonesia (http://lindyamelia.blogspot.com sistem-
perekonomian-Indonesia, diakses tanggal 13 februari 2013
Lubis,Muchtar.1988.Politik dalam Negeri dan Permasalahan Nasional. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia
Maarif,Akhmad Syafii.1996.” Islam dan Politik,Teori Belah Bambu Masa Demokrasi
Terpimpin 1959-1965”. Jakarta : Gema Insani Press
Mustopa, Habib dkk.2002.Sejarah SMA XII. Yudhistira
Mustopadidjaja, dkk.2012. BAPPENAS dalam Sejarah Perencanaan Pembangunan
Indonesia 1945-2025.Jakarta : LP3ES
Persamaan dan Perbedaan Kebijakan Ekonomi Pada masa Orde Lama, Orde Baru,
dan Reformasi (
http://akirawijayasaputra.wordpress.com/2010/03/31/persamaan-dan-perbedaan-
kebijakan-ekonomi-pada-masa-orde-lama-orde-baru-dan-reformasi/ ) Diakses
tanggal 13 Ferbuari 2013
Poesponegoro, Marwati Djoened. Dkk. 1993. Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI.
Jakarta : Balai Pustaka
Rahardjo,Iman Toto K.2001.Bung Karno Wacana Konstitusi dan Demokrasi .Jakarta:
Gramedia
Rahardjo,Iman Toto K. DKK.2001.Bung Karno dan Ekonomi Berdikari.Jakarta :
Gramedia
73
Ranoh, Ayub.2006. Kepemimpinan Kharismatik : Tinjauan Teologis-Etis atas
Kepemimpinan Sukarno. Jakarta : Gunung Mulia
Rauf, Maswadi. 2000. Konsensus Politik. Jakarta: Depdiknas
Ricklefs,M.C.2007.Sejarah Indonesia Modern.Yogyakarta:Gajah Mada University
Ricklefs,M.C & Moh. Sidik Lugraha.2008.Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta
: PT. Serambi Ilmu Semeseta
Rosidi, Ajib.1986.Sjafruddin Prawiranegara Lebih Takut Pada Allah SWT. Jakarta : Inti
Idayu
Salim,Agus.2007.Bung Karno.Bandung : Jembar
Sejarah dan Sistem Perekonomian Indonesia
(http://nissakfh.wordpress.com/2011/02/16/sejarah-dan-sistem-perekonomian-
indonesia-23210895/) Diakses tanggal 13 februari 2013
Sjamsuddin,Helius.2007.Metodologi Sejarah.Yogyakarta: Ombak
Sjamsuddin,Nazaruddin.1993.Soekarno: Pemikiran Politik dan Kenyataan Praktek.Jakarta: RajaGrafindo Persada
Soesastro,Hadi,DKK.2005.Pemikiran Permasalahn Ekonomi Indonesia Dalam Setengah
Abad Terakhir 2 (1959-1965).Jakarta : Kanisius
Sudarto.1996.Metodologi Peneltian Sejarah. Jakarta: Grafindo Persada
Sukarno. 1963. Sarinah. Jakarta: Inti Idayu Press-Yayasan Pendidikan Bung Karno
Suleman,Zulfikri.2010.Demokrasi Untuk Indonesia: pemikiran politik bung Hatta. Jakarta:
Kompas Media Nusantara
Suryabrata,Sumardi,1997.Metode Penleitian.Jakarta: .Rineka Cipta
Tambunan,Tulus T.H.2003. Perekonomian Indonesia,Beberapa Permasalahan
Penting.Jakarta: Ghalia Indonesia
Tugiyono,Dkk.1998.DwiTunggal Soekarno – Hatta Pahlawan Proklamator Kemerdekaan
Indonesia. PT Mutiara Sumber Widya
74
75