ta dr. hendarmin punya miko fix

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama di Indonesia. ISPA adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme kedalam organ saluran pernafasan yang berlangsung selama 14 hari. 1 Menurut World Health Organization (WHO) memperkirakan insiden infeksi saluran pernafasan atas di negara berkembang dengan angka kejadian ISPA pada balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada 13 juta anak balita di dunia golongan usia balita. Angka kejadian ISPA pada balita di Indonesia masih sangat tinggi. Sebanyak 40%–60% kunjungan berobat di puskesmas dan 15%-30% berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit disebabkan oleh ISPA. 2 Angka kejadian ISPA pada balita di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 ialah 30,6%. 3 Dinas Kesehatan Kota Palembang melaporkan angka kejadian ISPA pada balita tahun 2014 sebesar 51,4%. Sebagian besar infeksi saluran napas akut disebabkan oleh virus dan dapat mengenai seluruh golongan usia, namun penyakit itu dapat sembuh sendiri. Bayi dan balita memiliki sistem pertahanan tubuh yang belum sempurna. Infeksi virus pada saluran napas pada bayi dan balita 1

Upload: mikosapta-sera-konar

Post on 16-Dec-2015

20 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

tugas akhir tentang ISPA stase ikm ikk

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPenyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama di Indonesia. ISPA adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme kedalam organ saluran pernafasan yang berlangsung selama 14 hari.1 Menurut World Health Organization (WHO) memperkirakan insiden infeksi saluran pernafasan atas di negara berkembang dengan angka kejadian ISPA pada balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada 13 juta anak balita di dunia golongan usia balita. Angka kejadian ISPA pada balita di Indonesia masih sangat tinggi. Sebanyak 40%60% kunjungan berobat di puskesmas dan 15%-30% berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit disebabkan oleh ISPA.2 Angka kejadian ISPA pada balita di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 ialah 30,6%.3 Dinas Kesehatan Kota Palembang melaporkan angka kejadian ISPA pada balita tahun 2014 sebesar 51,4%.Sebagian besar infeksi saluran napas akut disebabkan oleh virus dan dapat mengenai seluruh golongan usia, namun penyakit itu dapat sembuh sendiri. Bayi dan balita memiliki sistem pertahanan tubuh yang belum sempurna. Infeksi virus pada saluran napas pada bayi dan balita dapat berlanjut menjadi infeksi sekunder berupa pneumonia dan jika tidak ditangani secara tepat dapat menimbulkan berbagai komplikasi bahkan kematian.4 ISPA merupakan penyebab utama kematian balita. Dari sekitar 450.000 kematian balita yang terjadi setiap tahun diperkirakan 150.000 diantaranya disebabkan karena ISPA.Dengan kata lain setiap hari terjadi kematian balita akibat ISPA. Kementrian Kesehatan melaporkan bahwa 20-30% kematian balita di Indonesia disebakan oleh ISPA.2Pengendalian ISPA di Indonesia dimulai pada tahun 1984, bersamaan dengan pengendalian ISPA di tingkat global oleh WHO. Dalam perjalanannya, pengendalian ISPA telah menglami beberapa perkembangan diantara pada tahun 1988, disosialisasikan tatalaksana kasus ISPA dengan tiga klasifikasi: pneumonia, pneumonia berat dan batuk bukan pneumonia dan diperkenalkannya MTBS sebagai model pendekatan tatalaksana kasus terpadu untuk berbagai penyakit anak termasuk ISPA pada tahun 1997. Pelaksanaan pengendalian ISPA memerlukan dukungan dan komitmen dari dari semua pihak termasuk puskesmas.2ISPA menduduki urutan pertama sepuluh besar penyakit terbanyak di Puskesmas Dempo tahun 2014. Proporsi kejadian ISPA pada balita yakni 32, 13 % dari seluruh kunjungan balita di wilayah kerja Puskesmas Dempo Tahun 2014. Berdasarkan uraian diatas, laporan ini akan menjelaskan gambaran penyakit ISPA pada balita dan upaya pengendalian ISPA di Puskesmas Dempo Palembang.

1.2 Rumusan Masalah Bagaimana angka kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Dempo ? Bagaimana upaya pengendalian ISPA pada balita di Puskesmas Dempo?

1.3 Tujuan Mengetahui angka kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Dempo Palembang Mengetahui upaya pengendalian ISPA pada balita di Puskesmas Dempo Palembang

1.4 Manfaat1.4.1 Manfaat teoritis1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai angka kejadian pada kejadian ISPA.2. Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan dan bahan pemikiran tentang gambaran angka kejadian ISPA.

1.4.2 Manfaat praktis1. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan bagi para tenaga meds, pemerintah, dan pihak-pihak terkait dalam mengambil tindakan, upaya memperbaiki dan meningkatkan pelayanan kesehatan.2. Bagi mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk bekal bekerja di Puskesmas pada masa yang akan datang.3. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 ISPA Pada Balita1.1.1. DefinisiISPA adalah infeksi akut yang menyerang salah satu/lebih dari saluran pernapasan mulai dari hidung sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah dan pleura). Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru. Jadi, pneumonia merupakan salah satu penyakit ISPA.5

Gambar 1. Kelompok Penyakit Termasuk ISPA

1.1.2. Etiologi2Etiologi ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus dan ricketsia. Bakteri penyebeb ISPA antara lain dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofillus, Bordetella dan Korinobakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Mikosovirus (virus influenza dan parainfluenza), Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus.

1.1.3. Faktor Risiko3Adapun faktor risiko ISPA pada balita yakni1. Usia2. Status gizi3. Jenis kelamin4. Imunisasi5. Berat badan lahir6. ASI eksklusif7. Suplemen vitamin A8. Lingkungan Lingkungan padat penduduk Udara yang tercemar akibat asap rokok pabrik atau kendaraan bermotor.1.1.4. Manifestasi Klinis

1.1.4.1. Tanda dan gejala umumGejala dari penyakit infeksi saluran pernapasan pada balita dapat berupa batuk, kesukaran bernapas, sakit tenggorokan, pilek, nyeri pada telinga.5 Adapun tanda dari penyakit infeksi saluran pernapasan pada balita yakni napas cepat, adanya tarikan dinding dada, napas cuping hidung terdengar stridor, ronki, dan wheezing.2,6

1.1.4.2. Menilai anak batuk dan sukar bernapas5,6Batuk dan atau kesukaran bernapas merupakan gejala utama infeksi saluran pernapasan pada balita. Balita dengan batuk dan atau kesukaran bernapas mungkin menderita pneumonia, atau penyebab lain seperti batuk pilek biasa, croup, bronkitis akut, bronkiolitis atau lingkungan yang berdebu. Untuk itu diperlukan penilaian pada balita dengan batuk dan atau kesukaran bernapas seperti bagan dibawah ini

Napas cepatHitung frekuensi napas dalam satu menit. Frekuensi napas dapat dihitung dengan menggunakan timer, jam digital, atau jam dengan jarum. Berikut ini batas napas cepat pada anak.

Tabel 2.1 Batas Napas Cepat Pada Anak

Tarikan dinding dadaAnak dikatakan mempunyai TDDK jika dinding dada bagian bawah MASUK ke dalam ketika anak MENARIK napas.

Gambar 2. Tarikan Dinding Dada Pada Anak

1.1.4.3. Klasifikasi dan Tindakan Anak Batuk dan Sukar Bernapas5,6

1. Anak Umur 2 bulan - < 5 tahunTanda utama : Adanya tanda bahaya yaitu tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, serta gizi buruk. Adanya tarikan dinding dada kebelakang. Hal ini terjadi bilaparu-paru menjadi kaku dan mengakibatkan perlunya tenaga untuk menarik nafas. Tanda lain yang mungkin ada : Nafas cuping hidung. Suara rintihan. Sianosis (pucat).a) Pneumonia tidak beratTanda Utama : Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam. Di sertai nafas cepat : Lebih dari 50 kali/menit untuk usia 2 bulan 1 tahun. Lebih dari 40 kali/menit untuk usia 1 tahun 5 tahun.b) Bukan pneumoniaTanda utama : Tidak ada tarikan dinding dada kedalam. Tidak ada nafas cepat : Kurang dari 50 kali/menit untuk anak usia 2 bulan 1 tahun. Kurang dari 40 kali/menit untuka anak usia 1 tahun 5 tahun.

Berikut ini bagan Klasifikasi dan Tindakan Batuk dan atau Sukar Bernapas Pada Anak Umur 2 bulan - < 5 tahun

Gambar 3. Bagan Klasifikasi dan Tindakan Batuk dan atau Sukar Bernapas Pada Anak Umur 2 bulan - < 5 tahun

1. Anak umur kurang dari 2 bulanUntuk anak dalam golongan umur ini, di klasifikasikan menjadi 2 yaitu :a) Pneumonia beratTanda utama : Adanya tanda bahaya yaitu kurang bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, wheezing, demm atau dingin. Nafas cepat dengan frekuensi 60 kali/menit atau lebih. Tarikan dinding dada ke dalam yang kuat.b) Bukan pneumoniaTanda utama : Tidak ada nafas cepat. Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam.

Berikut ini bagan Klasifikasi dan Tindakan Batuk dan atau Sukar Bernapas Pada Anak Umur < 2 Bulan

Gambar 4. Bagan Klasifikasi dan Tindakan Batuk dan atau Sukar Bernapas Pada Anak Umur < 2 Bulan

1.1.5. Pengobatan 2,5,61.1.1.1. Antibiotik Oral Antibiotik oral pilihan pertama yaitu kotrimoksazol Antibiotik pilihan kedua yaitu amoksisilin diberikan hanya apabila obat pilihan pertama tidak tersedia atau apabila dengan pemberian obat pilihan pertama tidak memberi hasil yang baik. Antibiotik diberikan selama 3 hari dengan jumlah pemberian 2 kali per hari.

Tabel 2.2 Dosis Antibiotik Oral Anak Umur 2 bulan - < 5 tahun

Tabel 2.3 Dosis Antibiotik Oral Anak Umur < 2 bulan

1.1.1.2. Obat penurun demam Jika suhu > 38,5 diperlukan obat penurun panas yakni paracetamol Jika suhu < 38,5 obat penurun panas tidak diperlukan, cukup dikompres dan diberi banyak minum.Berikut ini dosis paracetamol. Tabel 2.4 Dosis Paracetamol Pada Anak

1.1.1.3. Pengobatan jika terdengar wheezing Pada bayi berumur