ta asi

27
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut World Helath Organization (WHO), obesitas adalah akumulasilemak secara berlebihan atau abnormal dalam tubuh yang dapat mengganggukesehatan. Obesitas dan overweight dikatakan lebih berhubungan denganpenyebab kematian global berbanding kejadian underweight. Pada tahun 2008,angka orang dewasa usia 20 tahun keatas yang mengalami overweight di seluruhdunia adalah sebanyak 1.5 bilyar. Daripada angka tersebut lebih dua ratus jutaorang dewasa laki-laki dan tiga ratus juta orang wanita mengalami obesitas.Obesitas yang dahulunya dianggap sebagai masalah yang melanda negara dengansosioekonomi tinggi kini semakin meningkat angka kejadian di negarasosioekonomi menengah dan rendah. (WHO, 2011). Di Indonesia, perkiraan 210 juta penduduk Indonesia pada tahun 2000,dan penduduk yang mengalami overweight diperkirakan melebihi 76.7 juta(17.5%) dan obesitas melebihi 9.8 juta (4.7%). Penelitian di Indonesia menurutSjarif, et al., menunjukkan prevalensi obesitas pada anak-anak usia sekolahsebesar 5%, dengan prevalensi terbesar 1

Upload: jumowo

Post on 10-Aug-2015

34 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: TA ASI

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut World Helath Organization (WHO), obesitas adalah

akumulasilemak secara berlebihan atau abnormal dalam tubuh yang dapat

mengganggukesehatan. Obesitas dan overweight dikatakan lebih berhubungan

denganpenyebab kematian global berbanding kejadian underweight. Pada

tahun 2008,angka orang dewasa usia 20 tahun keatas yang mengalami

overweight di seluruhdunia adalah sebanyak 1.5 bilyar. Daripada angka

tersebut lebih dua ratus jutaorang dewasa laki-laki dan tiga ratus juta orang

wanita mengalami obesitas.Obesitas yang dahulunya dianggap sebagai

masalah yang melanda negara dengansosioekonomi tinggi kini semakin

meningkat angka kejadian di negarasosioekonomi menengah dan rendah.

(WHO, 2011).

Di Indonesia, perkiraan 210 juta penduduk Indonesia pada tahun

2000,dan penduduk yang mengalami overweight diperkirakan melebihi 76.7

juta(17.5%) dan obesitas melebihi 9.8 juta (4.7%). Penelitian di Indonesia

menurutSjarif, et al., menunjukkan prevalensi obesitas pada anak-anak usia

sekolahsebesar 5%, dengan prevalensi terbesar terdapat di Jakarta (25%),

Semarang (24,3%) Medan (17,7%) dan Palembang (13,2%) (Ilham, 2010).

Menurut Soekiman yang dikutip oleh Aritonang (2003),

terdapathubungan erat antara pertumbuhan ekonomi yang tinggi di daerah

kota, perubahanpola konsumsi pangan dengan meningkatnya penyakit

degenaratif. Perubahandalam gaya hidup, terutama di perkotaan, karena

adanya perubahan pola makan.Pola makan tradisional yang tadinya tinggi

karbohidrat, tinggi serat dan rendahlemak berubah ke pola makan baru yang

rendah karbohidrat, tinggi lemaksehingga menggeser mutu makanan ke arah

yang tidak seimbang. Perubahan gayahidup pada golongan tertentu

menyebabkan masalah gizi lebih berupa kegemukandan obesitas (Almatsier,

2006).

1

Page 2: TA ASI

2

Menurut WHO (2011), obesitas dan overweight adalah faktor

resikokelima terbanyak yang menyebabkan kematian global. Sekurang-

kurangnya 2,8 juta orang dewasa meninggal setiap tahun akibat obesitas atau

overweight.Dimana 44% disertai penyakit Diabetes, 23% dengan penyakit

jantung iskemikdan antara 7% hingga 41% disertai kejadian kanker akibat

kondisi obesitas danoverweight.

Obesitas jika menetap selama periode waktu tertentu dapat

menyebabkanterjadinya berbagai gangguan metabolik dan diantaranya

hiperkolesterolemia.Hiperkolesterolemia merupakan suatu keadaan dimana

kadar kolesterol tinggi dalam darah. Hiperkolesterolemia yang disebabkan

oleh obesitas merupakan halyang sangat membimbangkan kerana merupakan

faktor resiko utama untukterjadinya arterosklerosis dan meskipun tanpa

kehadiran faktor lain keadaan inisendiri sudah cukup untuk merangsang

perkembangan pembentukan lesi namundianggap faktor resiko yang bisa

dimodifikasi dengan diet teratur dan olahragayang rutin (Kumar, et al.,2007).

Dalam waktu 15 tahun mendatang, penyakit kardiovaskuler

diperkirakanakan menjadi penyebab utama kematian, meliputi Amerika,

Eropah, dan sebagianbesar Asia. Berdasarkan prediksi terkini dikatakan

bahwa pada tahun 2020penyakit kardiovaskuler, khususnya aterosklerosis

akan menjadi penyebab utamakematian non accidental (Sakinah, 2009).

Survei Kesehatan Nasional tahun 2001 menunjukkan sebab

utamakematian penduduk Indonesia adalah penyakit kardiovaskuler yaitu

penyakitjantung dan pembuluh darah sebesar 26,3%. Proporsi terbesar

kematian akibatpenyakit kardiovaskuler mulai terjadi pada usia di atas 35

tahun ( Mawi, 2005).

Obesitas dapat dinilai dengan berbagai cara. Metode yang lazim

digunakan saat ini antara lain pengukuran IMT (Index Massa Tubuh), lingkar

pinggang, serta perbandingan lingkar pinggang dan lingkar panggul

(Caballero B., 2005). Hubungan Lingkar Leher dan Lingkar Pinggang

dengan Hipertensi.

Page 3: TA ASI

3

Berdasarkan literatur yang penulis dapat, maka dalam penelitian ini

penulis tertarik untuk meneliti prevalensi obesitas pada mahasiswa baru

dengan menggunakan Body Mass Index dan pengukuran lingkar pinggang.

Penulis memilih mahasiswa baru karena pada mahasiswa baru merupakan

masa transisi atau masa remaja akhir menginjak dewasa, dimana pada

literature diatas disebutkan prevalensi obesitas meningkat berdasarkan umur.

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

2. Tujuan Khusus

1.4. Manfaat penelitian

Page 4: TA ASI

4

AB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Obesitas

1.1.1. Definisi

Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu

makan dan metabolisme energy yang dikendalikan oleh beberapa faktor

biologik spesifik. Faktor genetik diketahui sangat berpengaruh bagi

perkembangan penyakit ini. Secara fisiologis, obesitas didefinisikan

sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau

berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat menggangu kesehatan.

Secara klinis obesitas dengan mudah dapat dikenali karena

mempunyai tanda dan gejala khas, antara lain wajah yang membulat, pipi

yang tembem, dagu rangkap, leher relative pendek, dada yang membusung

dengan payudara yang membesar mengandung jaringan lemak, perut

membuncit disertai dinding perut yang berlipat-lipat serta kedua tungkai

umumnya berbentuk X dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling

menempel dan bergesekan akibatnya menyebabkan laserasi dan ulserasi

yang dapat menimbulkan bau yang kurang sedap.

Obesitas merupakan kelainan dari sistem pengaturan berat badan

yang ditandai oleh akumulasi lemak tubuh yang berlebihan. Dalam

masyarakat primitif, dimana kehidupan sehari-hari membutuhkan aktivitas

fisik yang tinggi dan makanan hanya tersedia sesekali, kecenderungan

genetik akan berperan dalam penyimpan kalori sebagai lemak karena

makanan yang dikonsumsi tidak melebihi kebutuhan (Richard Harvey et

al., 2005).

Bentuk fisik obesitas dibedakan menurut distribusi lemak yaitu bila

lebih banyak lemak di bagian atas tubuh (dada dan pinggang) maka

disebut apple shape body (android), dan bila lebih banyak lemak dibagian

bawah tubuh (pinggul dan paha ) disebut pear shape body (gynoid). Betuk

yang pertengahan aadalah intermediate. Apple shape cenderung beresiko

Page 5: TA ASI

5

lebih besar mengalami penyakit kardiovaskuler, hipertensi dan diabetes

dibandingkan pear shape.

Walaupun demikian pengukuran yang lebih obyektif tetap

diperlukan, selain untuk memastikan diagnosis, penting untuk pemantaun

hasil terapi. Pengukuran antara lain dengan pengukuran antoprometrik dan

laboratorik.

1.1.2. Faktor Penyebab Obesitas

Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih

banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidak

seimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas.

Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor:

1. Faktor genetik.

Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab

genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga

makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya

obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan

faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor

genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan

seseorang.

2. Faktor lingkungan.

Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas,

tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup

berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya

apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana

aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola

genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.

3. Faktor psikis.

Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi

kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap

emosinya dengan makan.

Page 6: TA ASI

6

Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif.

Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita

muda yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang

berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam

pergaulan sosial.

Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas

yaitu makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam

hari (sindroma makan pada malam hari). Kedua pola makan ini

biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge mirip

dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah

sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan

memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya

kalori yang dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada

malam hari, adalah berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikuti

dengan makan yang berlebihan,agitasi dan insomnia pada malam hari.

4. Faktor kesehatan.

Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:

- Hipotiroidisme

- Sindroma Cushing

- Sindroma Prader-Willi

- Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak

makan.

5. Obat-obatan

Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa

menyebabkan penambahan berat badan.

6. Faktor perkembangan.

Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya)

menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam

tubuh.

Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-

kanak, bisa memiliki sel lemak sampak 5 kali lebih banyak

Page 7: TA ASI

7

dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal.

Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat

badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak

di dalam setiap sel.

7. Aktivitas fisik.

Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu

penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah

masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan

lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi

makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang

seimbang, akan mengalami obesitas.

8. Sosial-ekonomi

Latif (1999) mengatakan bahwa perubahan pengetahuan, sikap,

perilaku gaya hidup, dan pola makan serta faktor peningkatan

pendapatan mampu mempengaruhi perubahan dalam pemilihan jenis

makan- an dan jumlah yang dikonsumsi. Sebagai contoh,

meningkatnya jumlah ibu rumah tangga yang sekaligus bekerja

sebagai wanita karier berpe- ngaruh pada pola makan dan jenis

makanan yang dikonsumsi keluarga. Mereka lebih sering makan di

luar akibat kesibukan yang dilakukan sepanjang hari. Karena

kesibukan itu juga, mayoritas orang memilih makanan jenis fast food.

Sumber : http://medicastore.com/penyakit/42/Obesitas.html

1.1.3. Epidemiologi Obesitas

Saat ini diperkirakan jumlah orang di seluruh dunia dengan IMT 30

kg/m2 melebihi 250 juta orang yaitu sekitar 7% dari populasi orang dewasa

di dunia.

Prevalensi obesitas berhubungan dengan urbanisasi dan mudahnya

mendapatkan makanan serta banyaknya jumlah makanan yagn

tersedia.Urbanisasi dan perubahan status ekonomi yang terjadi di negara-

negara yang sedang berkembang berdampak pada peningkatan prevalensi

Page 8: TA ASI

8

obesitas pada populasi di negara-negara ini, termasuk Indonesia.

Walaupun belum ada penelitian epidemiologi yang baku mengenai

obesitas, data yang ada saat ini sudah menunjukkan terjadinya

penambahan jumlah penduduk dengan obesitas, khususnya di kota-kota

besar. Penelitian epidemiologi yang dilakukan di daerah sub urban di

daerah koja, Jakarta Utara, pada tahun 1982, mendapatkan prevalensi

obesitas sebesar 4,2%; di daerah Kayu Putih, Jakarta Pusat, sepuluh tahun

kemudian (1992), prevalensi obesitas sudah mencapai 17,1% dimana

ditemukan prevalensi obesitas pada laki-laki dan perempuan masing-

masing 10,9% dan 24,1%. Pada populasi obesitas ini, dislipidemia terdapat

pada 19% laki-laki dan 10,8% perempuan, dan hipertrigliseridemia pada

16,6%laki-laki. Pada penelitian epidemiologi di daerah Abadijaya, Depok

pada tahun 2001 didapatkan 48,6%, pada tahun 2002 didapat 45% dan

2003 didapat 44% orang dengan berat badan lebih atau obesitas.

Di Indonesia, Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen

Indonesia mencatat dari perkiraan 200 juta penduduk Indonesia pada tahun

2000, jumlah penduduk yang overweight diperkirakan 76,7 juta (17,5%)

dan penderita obesitas berjumlah lebih dari 9,8 juta (4,7%). Berdasarkan

penelitian yang dilakukan pada tahun 2000 di Jakarta, tingkatan prevalensi

obesitas pada masa remaja 12-18 tahun ditemukan 6,2% dan pada umur

17-18 tahun sebanyak 11,4%. Dari hasil survey ditemukan bahwa pada

tahun 2007 ditemukan peningkatan obesitas sebesar 19,1%.Dari data diatas

dapat disimpulkan bahwa lebih dari 15% untuk umur 12-19 tahun

mengalami obesitas.

1.2. Metode menentukan obesitas

Ada beberapa metode klasifikasi yang digunakan para ahli dalam

menentukan obesitas, yaitu:

1. Standart Berat Badan

Page 9: TA ASI

9

Metode ini dilakukan dengan pengukuran berat badan dihubungkan

dengan tinggi badan. Berat badan baku ditetapkan dengan perhitungan

sederhana, yaitu:

Untuk wanita 45,5 kg (100 lb) bila tingginya 152 cm (60 inch),

selanjutnya bertambah 2,3 kg (5 lb) setiap penambahan tinggi

2,54 cm (1 inch).

Untuk pria 48 kg (106 lb) bila tingginya 152 cm (60 inch),

selanjutnya bertambah 27 kg (6 lb) setiap penambahan tinggi 2,54

cm (1 inch).

Selanjutnya dibuat rentang + 10% yang masih direkomendasikan

sebagai renyang normal.

2. Tabel Tinggi Badan – Berat Badan

Metode ini dilakukan degan menggunakan tabel tinggi berat-badan.

Dengan tabel ini tinggal mencocokan berat badan standart dari tinggi

badan terukur. Height-Weight Table ini lebih cepat dan mudah

penggunaanya teteapi memiliki keterbatasan yaitu: tidak dapat berlaku

untuk semua populasi, tidak dapat dihubungkan dengan angka

kematian serta tidak menggambarkan komposisi tubuh. Kelemahan ini

sama dengan metode weight standart. Salah satu dari metode ini

adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)

Metode ini juga menggunakan parameter tinggi dan berat badan,

tetapi penetapan indeksnya menggunakan rumus: berat (kg) / tinggi

(m)2. Pengukuran IMT ini dilakukan tanpa mempertimbangkan jenis

kelamin. Di samping kelemahan bias gender, juga ad kelemahan IMT

berkaitan denggan massa otot yang dapat lebih tinggi pada atlit dan

sangat berkurang pada usia lanjut.

Selain BMI ada beberapa indeks yang menggunakan tinggi dan berat

badan sebagai parameter dasarnya, antara lain: Quatelet’s Index

Page 10: TA ASI

10

(BMI), Khosla-Lowe Index (Weight/Height 1/3). Dari sekian banyak

indeks yang ada, yang lazim digunakan adalah BMI/Quatelet’s index.

Tabel 1, klasifikasi berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa berdasarkan

IMT menurut WHO

Klasifikasi IMT

Berat Badan Kurang < 18,5

Kisaran Normal 18.5-24.9

Berat Badan Lebih >25

Pra-obes 25,0-29,9

Obes Tingkat I 30,0-34,9

Obes Tingkat II 35,0-39,9

Obes Tingkat III >40

Sumber : WHO technical seies, 2000

Table 2, klasifikasi berat badan lebih dan obesitas berdasarkan IMT dan lingkar

perut menurut criteria asia pasifik

Klasifikasi IMT (kg/m2) Risiko Ko-Morbiditas

Lingkar Perut

<90 cm (Laki-Laki) >90 cm (Laki-Laki)

<80 cm (Perempuan) >80 cm (perempuan)

Berat badan kurang <18,5 rendah (resiko meningkat sedang

Pada masalah klinis lain

Kisaran normal 18,5-22,9 sedang meningkat

Berat badan lebih >23,0

Beresiko 23,0-24,9 menigkat moderat

Obes I 25,0-29,9 moderat berat

Obes II >30,0 berat sangat berat

Page 11: TA ASI

11

Sumber : WHO WPR/IASO/IOTF dalam The-Asia Pacific Perspective:

Redefining Obesity and is Treatment (2000).

3. Body Fat Percent

Kelemahan BMI adalah tidak mengukur secara langsug kandungan

lemak tubuh. Hasil pengukuran BMI sering lebih rendah disbanding

pengukuran body fat percent(BF%) yang dilakukan menggunakan

Deuterium Oxide Dilution Technique, bahan kimia yang dapat

digunakan untuk mengukur kompartemen tubuh manusia. Metode

yang lain adalah Dual Energy X-ray Absorptiometry. Sebagai

gambaran, populasi asia yang memiliki BF% yang sama. Hal ini

karena perbedaan komposisi tubuh, yaitu perbedaan rasio panjang

badan dan kaki.

4. Waist Circumference (WC) / lingkar pinggang

Waist circumference merupakan salah satu cara pengukuran

kegemukan dengan mengukur lingkar pinggang menggunakan pita

pengukur antropometri. Lokasi pengukuran terletak diantara tulang

rusuk paling bawah dengan tepi atas tulang panggul. Pengukuran

dilakukan horizontal meligkar perut sejajar tepi atas tulang panggul

dan parallel dengan lantai. Pada saat pembacaan pita pengukur tidak

boleh menekan kulit dan subyek dalam kondisi ekspirasi normal.

5. Waist to hip ratio (WHR)

Waist to hip ratio adalah rasio atau perbandingan antara lingkar

pinggang dan lingkar panggul. Lingkar pinggang diukur mulai antara

bawah rusuk dan atas umbilicus. Pengukuran dilakukan menghadap

subyek dan subyek berdiri dengan otot perut relaksasi, tangan di

samping badan serta dalam kondisi ekspirasi normal. Linglar panggul

adalah lingkaran terbesar panggul yang diukur pada posisi berdiri.

Pengukur jongkok disamping subyek untuk mengamati lingkaran

terbesar panggul. Pita pengukur antropometris dilingkarkan horizontal

pada pinggul, menempel kulit tidak sampai menekan. Biasanya perlu

Page 12: TA ASI

12

asisten untuk membantu membetulkan letak pita pengukur. WHR

dianggap berisiko bila >0,9 pada pria dan >0,8 pada wanita

(Esmaillzadeh et al., 2004; dalam oetomo, 2011;51)

6. Imaging Method

Yang termasuk metode ini adalah Computed Tomography (CT) dan

Magnetic Resonance Imaging (MRI). Kedua metode ini mengukur

komposisi tubuh menggunakan sinar X yang dilewatkan tubuh dengan

mengetahui beda densitas. Biasanya CT scan digunakan sebagai alat

diagnosis penyakit tetapi juga dapat dipakai untuk mengukur

komposisi jaringan tubuh termasuk akumulasi lemak di bawah kulit

dan di rongga abdomen, sehingga CT tidak hanya mengukur lemak

tubuh total tetapi juga lokasinya. Ada 3 tempat yang efaktif untuk

diukur jaringan lemaknya, yaitu bawah dada, perut dan pertengahan

paha, khususnya pada wanita obese.

Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat digunakan mengukur

komposisi jaringan tubuh sekaligus analisis kimianya tanpa

membahayakan tubuh karena tidak memakai sinar X. prinsip dasar

metode ini adalah inti atom berperan sebagai magnet dengan dua

kutub utara dan selatan disebut magnetic dipole. Selain komposisi

jaringan, metode MRI dapat mendeteksi secara kwantitatif jumlah

ATP, fosfokreatif dalam jaringan tubuh, juga memonitor fungsi

metabolisme jaringan dan organ selama masa terapi termasuk dietnya.

7. Metode Lain

Ada beberapa metode lain untuk mengukur obesitas yang jarang

digunakan di klinik, misalnya Total Body Potasium, Neutron

Activation Analysis, Creatinin Escertion dan Dual X-ray

Absorptiometry (DEXA). Telah dibuktikan bahwa validitas dan

realibilitas antara metode DEXA sama dengan CT scan untuk

mengukur obesitas sentral.

Page 13: TA ASI

13

1.3. Kolesterol

Kolesterol adalah prekursor bagi hormon steroid, asam empedu

danvitamin D. Kolesterol juga merupakan unsur penting dalam membran

sel danlapisan luar lipoprotein (Botram dan Mayes, 2006). Zat ini hanya

ditemukan padahewan. Sterol yang serupa ditemukan pada tumbuhan

normalnya tidak diabsorpsidari saluran cerna. Kebanyakan kolesterol

dalam diet terkandung di dalam kuningtelur dan lemak hewani (Ganong,

2005).

kolesterol atau yang disebut juga dengan lemak tak jenuh merupakan

substansi seperti lilin yang warnanya putih, kolesterol secara alami sudah ada

dalam tubuh kita. Hati adalah yang memproduksi kolesterol, kolesteorol

berfungsi untuk membangun dinding sel dan juga untuk membuat hormon-

hormon tertentu. Sebenarnya tubuh manusia sudah bisa menghasilkan kolesterol

sendiri, namun karena manusia mengkonsumsi makan-makanan yang

mengandung lemak sehingga menyebabkan seseorang kadar lemak dalam

tubuhnya sangat berlebih.

Penyakit jantung dan penyakit pembuluh darah merupakan penyakit yang

disebabkan oleh kadar kolesterol yang berlebihan dalam darah. Hal itu bisa

terjadi karena kolesterol yang berlebih akan membentuk bekuan dan plak yang

akan menyumbat arteri dan akhirnya memutuskan aliran darah ke jantung yang

akan menyebabkan serangan jantung, dan ke otak akan menyebabkan stroke.

Jadi agar terhindar dari serangan jantung sangat disarankan untuk mengontrol

kadar kolesterol dalam tubuh kita. Jika seseorang pernah mengalami serangan

jantung atau pembedahan baypass, kadar kolesterolnya harus diperiksa secara

rutin. dengan menjaga kolesterol agar tetap wajar merupakan jaminan terbaik

untuk terhindar dari penyumbatan pembuluh darah arteri.

Kadar kolesterol sendiri terbagi menjadi dua bagian yaitu :

- Kolesterol HDL singkatan dari High-Density Lipoprotein, HDL adalah

“kolesterol baik” karena mempunyai kemampuan untuk membersihkan

pembuluh darah arteri.

- Kolesterol LDL singkatan dari Low-Density Lipoprotein, LDL adalah

“kolesterol jahat” yang membuat endapan dan menyumbat pembuluh darah

arteri.

Page 14: TA ASI

14

Kadar kolesterol HDL di atas 60 berarti sangat baik. Makin tinggi kadar

kolesterol HDL, makin rendah resiko untuk mendapat serangan jantung

atau stroke. Kadar kolesterol LDL yang baik adalah lebih rendah dari 130,

dan semakin rendah, akan semakin baik.

Untuk melakukan pemeriksaan kadar kolesterol paling baik

dilakukan setelah berpuasa selama 12 jam. Pemeriksaan darah juga akan

mengukur komponen darah seperti trigliserida. Seperti halnya kolesterol,

trigliserida merupakan sejenis lemak yang ditermukan di dalam makanan

seperti daging, keju, ikan dan kacang-kacangan dan juga dibuat sendiri

oleh tubuh.

1.3.1. Hubungan obesitas dengan peningkatan kadar kolesterol

Obesitas yang menetap selama periode waktu tertentu, kilokalori

yangmasuk melalui makanan lebih banyak dapat menyebabkan terjadinya

gangguanmetabolik berupa hiperkolesterolemia. Pengaturan metabolisme

kolesterol akanberjalan normal apabila jumlah kolesterol dalam darah

mencukupi kebutuhan dantidak melebihi jumlah normal yang dibutuhkan.

Namun pada obesitas dikatakandapat terjadinya gangguan pada regulasi

asam lemak yang akan meningkatkankadar trigliserida dan ester kolesteril

(Sherwood, 2001). Peningkatan kolesteroldarah juga dapat disebabkan

oleh kenaikkan kolesterol yang terdapat pada verylow-density lipoprotein

dan low–density lipoprotein sekunder karena peningkatantrigliserida yang

besar dalam sirkulasi apabila terjadi penumpukan lemakberlebihan

didalam tubuh (Ahmar, 2010).

1.3.2. Pengukuran kadar kolesterol

Untuk mengetahui kadar kolesterol dalam tubuh kita, dapat

dilakukan dengan menggunakan alat cek kolesterol yang berbentuk mesin

elektronis yang dapat dimanfaatkan dalam proses pengecekan

darah. Umumnya hanya untuk mengukur kadar lemak total dalam darah

saja, meskipun ada juga beberapa alat tes yang sudah dilengkapi untuk

Page 15: TA ASI

15

mengukur kadar kolesterol baik (High Density Lipoprotein atau HDL) dan

kadar LDL (Low Density Lipoprotein atau kolesterol jahat).

Alat ini dapat secara cepat memperoleh hasil pengecekan kadar

kolesterol, selain untuk pengecekan kolesterol alat ini jiga dapat digunakan

untuk cek gula darah dan asam urat.

Untuk menggunakan tes kolesterol ini seseorang hanya perlu

menusuk jari dengan jarum khusus dan menaruh setetes darah di selembar

kertas yang mengandung bahan kimia di atasnya, setelah itu dimasukkan

ke dalam alat hingga muncul hasilnya. Umumnya hasil tes kolesterol ini

memiliki tingkat akurasi sekitar 95 persen atau mendekati hasil

pengukuran dengan menggunakan darah di laboratorium, seperti dikutip

dari WebMD, Rabu (22/6/2011).

Hasil dari pengukuran ini untuk mengetahui jumlah kolesterol total.

Jika jumlahnya lebih dari 200 mg/dl darah maka bisa menjadi peringatan

peningkatan risiko penyakit jantung dan sebaiknya melakukan tes lebih

lanjut seperti mengetahui jumlah HDL dan LDL-nya. Meski begitu jika

hasilnya di bawah 200 mg/dl bukan berarti ia bebas dari gangguan

kolesterol, karena jika kadar LDL-nya lebih dari 100 mg/dl darah ia tetap

berisiko terhadap penyakit tertentu.

Untuk mendapatkan nilai HDL dan LDL diperlukan tes profil lipid

lengkap yang harus dilakukan di laboratorium. Untuk mendapatkan hasil

LDL yang lebih akurat, seseorang biasanya disarankan untuk berpuasa

setidaknya selama 9-12 jam.

Umumnya dokter akan menyarankan tes kolesterol secara rutin di

laboratorium setiap 5 tahun, sedangkan pada orang yang sebelumnya

memiliki kadar kolesterol tinggi atau risiko penyakit kardiovaskular

disarankan lebih sering.

Tapi pengukuran kolesterol melalui jari ini cukup efektif untuk

memantau atau sekedar mengetahui kadar kolesterol yang dimiliki. Meski

pada jangka waktu tertentu tetap dibutuhkan pemeriksaan darah melalui

laboratorium.

Page 16: TA ASI

16

BAB III

KERANGKA KONSEP

Obesitas merupakan kelainan dari sistem pengaturan berat badan yang

ditandai oleh akumulasi lemak tubuh yang berlebihan. Dalam masyarakat primitif,

dimana kehidupan sehari-hari membutuhkan aktivitas fisik yang tinggi dan

makanan hanya tersedia sesekali, kecenderungan genetik akan berperan dalam

penyimpan kalori sebagai lemak karena makanan yang dikonsumsi tidak melebihi

kebutuhan (Richard Harvey et al., 2005).

Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi

lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan

ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa

kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak

dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan

aktivitasnya. Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi

1. Faktor genetik2. Faktor lingkungan3. Faktor pikir4. Faktor kesehatan5. Obat-obatan6. Faktor perkembangan7. Aktivitas fisik8. Sosial ekonomi

OBESITAS

KOLESTEROL

- BMI (Body Mass Index)- Pengukuran lingkar pinggang- Rasio lingkar pinggang dan

lingkar pinggul

Page 17: TA ASI

17

kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya

dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang

negatif.

Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu

makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma

makan pada malam hari). Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan

kekecewaan. Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas adalah

Hipotiroidisme, Sindroma Cushing, Sindroma Prader-Willi, Beberapa kelainan

saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.

Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa

menyebabkan penambahan berat badan. Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel

lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan

dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-

kanak, bisa memiliki sel lemak sampak 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan

orang yang berat badannya normal..

Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab

utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang

makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori.

Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak

melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.