t1_362008028_bab v.pdf
TRANSCRIPT
BAB V
KONSEP DIRI COSPLAYER KOMUNITAS COSPLAY
JAICO
Pada bagian ini peneliti telah menganalisa hasil dari penelitian yang
dilakukan. Setelah melihat permasalahan yang ada, mencari teori yang sesuai dengan
permasalahan, kemudian menentukan metodologi atau strategi yang dilakukan untuk
mencapai tujuan penelitian, dalam bab ini peneliti akan memaparkan hasil dari
penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui konsep diri cosplayer berdasarkan
komunikasi simbolik.
5.1. Pemahaman tentang cosplay sebelum jadi cosplayer
Sebelum masuk menjadi anggota dan menjadi cosplayer, anggota lama
komunitas Jaico yang menjadi informan dalam penelitian ini memiliki latar belakang
dan alasannya kemudian memutuskan untuk bergabung menjadi anggota komunitas
Jaico dan menjadi cosplayer. Pada waktu sebelum menjadi cosplayer, mereka
memiliki pemahaman menurut versi mereka sendiri tentang apa itu kegiatan cosplay,
sehingga membuat mereka tertarik untuk melakukan kegiatan tersebut. Berikut
penjelasan tentang apa itu cosplay, menurut informan dalam penelitian ini yaitu
pandangan mereka sebelum menjadi cosplayer.
Bagi seorang Henky, yang pada saat itu belum menekuni kegiatan cosplay,
menurutnya cosplay adalah kegiatan dimana kita dapat memakai kostum dan
memainkan peran dari tokoh atau karakter yang kita sukai di dalam anime atau film
Jepang, khususnya film tokusatsu. Perkembangan kegiatan yang ada di dalam
komunitas yang di bentuk membawa dia juga ikut tertarik dan terlibat juga dalam
kegiatan cosplay, menjadi cosplayer sampai sekarang. Selama ini, karakter yang
dicosplaykan oleh Henky adalah karakter yang pendiam, dingin, dan tidak banyak
bicara. Hal tersebut menurutnya karena karakter yang cenderung banyak bicara tidak
cocok dengan sifat asli dirinya. Baik cosplay individu dan cosplay cabaret sudah
pernah dimainkan oleh Henky. Di dalam cosplay kabaret Henky banyak belajar untuk
mengembangkan kemampuannya dalam memainkan peran yang dia cosplaykan.
Karena dalam cosplay kabaret yang dilakukan secara berkelompok, tentunya harus
tampil bersama orang lain, maka harus ada kerja sama yang baik agar setiap karakter
dapat diperankan dengan baik.
Sebelum aktif menjadi cosplayer, Reyra memiliki pandangan terhadap apa itu
cosplay, menurutnya cosplay adalah bagian dari cita-cita yang ingin dia penuhi, dan
dia menjadi tertarik dengan cosplay, karena dengan cosplay dia dapat memakai
kostum sesuai dengan karakter yang dia sukai dalam anime. Ketertarikannya itu yang
membuat Reyra ingin menjadikan cosplay sebagai hobby, ditambah karena
ketertarikannya pada anime Jepang sudah sejak dia masih kecil, dan membuat dia
menjadi cosplayer dan terhitung menjadi anggota yang aktif di Jaico.
Sebelum bergabung dalam komunitas cosplay, baik yang berada di Kudus
ataupun Semarang, pandangan Tora mengenai apa itu cosplay adalah hobby yang bisa
jadi sesuatu yang serius dan bisa jadi sebuah cita-cita. Karena dari kecil Tora sudah
suka dengan tokoh-tokoh dalam anime dan film tokusatsu, dan ingin menjadi seperti
tokoh yang disukai, dengan begitu, ketika sudah menjadi seorang cosplayer, baginya
itu adalah cita-cita masa kecil yang sudah tercapai.
Sebelum aktif menjadi seorang cosplayer yang sering menampilkan kostum
Kamen Rider, menurut Adi kegiatan cosplay adalah kegiatan memainkan peran
dengan menggunakan ksotum kemudian tampil di atas panggung menampilkan
karakter sesuai dengan kostum yang dibawakan.
Menurut Bety yang belum terlibat dalam komunitas cosplay atau menjadi
cosplayer, kegiatan cosplay menurutnya adalah kegiatan memainkan peran dengan
kostum, kemudian tampil di atas panggung dan menampilkan karakter sesuai dengan
kostum yang dibawakan.
5.2. Panggung Belakang (Back Stage)
5.2.1. Kegiatan di Panggung Belakang (back stage)
Pertunjukan Cosplay, seperti yang telah dijelaskan pada pendahuluan dalam
penelitian ini, merupakan kegiatan memerankan tokoh seperti yang ada dalam
animasi dan tokusastu Jepang dengan menggunakan kostum seperti tokoh tersebut.
Sebelum melakukan pertunjukan Cosplay, tentu ada beberapa hal yang harus
Cosplayer persiapkan agar pertunjukan mereka berjalan dengan baik, dan supaya
dapat membawakan kostum dan karakter yang mereka bawakan sesuai karakter yang
ada di dalam anime dan tokusatsu.Berikut akan dijelaskan tentang proses persiapan
yang dilakukan oleh cosplayer dalam mempersiapkan pertunjukan cosplay.
Sebelum memutuskan untuk membawakan sebuah karakter untuk
dicosplaykan, terlebih dahulu ada hal penting yang harus diperhatikan. Informan
dalam penelitian ini sepakat mengatakan dalam wawancara yang kami lakukan,
bahwa yang paling penting dalam melakukan pertunjukan Cosplay adalah menyukai
dan mengetahui dengan baik karakter yang akan mereka bawakan. Masing-masing
cosplayer yang menjadi informan dari penelitian ini memiliki tokoh dan karakter
favorit dalam anime dan tokusatsu.Mereka mengatakan bahwa mereka menyukai
tokoh tertentu dalam anime atau tokusatsu karena sifat dari karakter tersebut ataupun
karena kostumnya yang bagus.Seperti yang dikatakan oleh Maulida, dia menyukai
salah satu tokoh yang ada dalam anime yang berjudul Fate Stay Night, yaitu Saber.
Maulida mengatakan dia sangat suka dengan tokoh yang memiliki sifat “kudere”,
yang dalam istilah bahasa Jepang berarti perempuan yag memiliki sifat lembut, kalem
dan tenang. Sama hal nya dengan Maulida, Henky juga berpendapat sama saat
ditanya tentang tokoh favoritnya, dia mengatakan bahwa dia menyukai tokoh laki-laki
yang memiliki sifat kalem dan tenang seperti tokoh Siryuu dalam anime Saint Seiya,
hal tersebut karena menurut dia karakter tersebut juga sesuai dengan karakternya
dalam kehidupan sehari-hari, dan memang dia tidak cocok untuk membawakan tokoh
laki-laki yang lucu dan banyak tingkah.
Setelah memilih dan memutuskan karakter yang akan dibawakan, persiapan
selanjutnya adalah menyiapkan bahan-bahan yang akan dipakai untuk membuat
kostum. Bagian utama dari pertunjukan cosplay adalah kostum, maka segala sesuatu
yang berkaitan dengan pembuatan kostum harus dipersiapkan dan dikerjakan dengan
baik. Untuk kostum yang berbahan kain, biasanya cosplayer membeli kainnya
terlebih dahulu dan mempercayakan pembuatan kostum pada penjahit langganan
mereka. Tetapi jika kostum yang akan dibuat adalah kostum armor, seperti karakter
yang ada di dalam film tokusatsu, maka mereka membeli spon ati sebagai bahan
dasar pembuatan armortersebut, karena untuk pembuatan armor memerlukan bahan
yang kuat dan kaku, sedangkan ketebalan kostum dapat disesuaikan dengan tebal
spon ati yang bervariasi. Proses pembuatan kostum harus mengikuti seperti kostum
asli nya seperti yang ada dalam anime atau tokusatsu.
Gambar 9
Pembuatan Kostum Cosplay Tokusatsu Kamen Rider
Sumber : http://www.kaskus.com
Cara yang paling mudah adalah dengan mencetak gambar kostum yang
mereka dapat dari internet, supaya dapat menjadi contoh dan panduan mereka dalam
membuat kostum.Setelah itu spon ati dibentuk sesuai pola, di cat dan dibuat sesuai
dengan gambar yang menjadi panduan.Selain kostum yang dipakai dalam
pertunjukan cosplay, properti yang dipakai saat pertunjukan di atas panggung juga
harus dipersiapkan supaya pertunjukan cosplay dapat ditampilkan dengan maksimal.
Sambil menyelesaikan pembuatan kostum, yang dilakukan untuk
mempersiapkan pertunjukan Cosplay adalah membuat skenario pertunjukan dan juga
musik latar yang akan dipakai saat pertunjukan nantinya. Sekenario dibuat dapat
mengambil salah satu adegan yang ada dalam anime atau tokusatsu sesuai dengan
karakter yang dibawakan. Dalam sekenario yang dibuat, cosplayer merancang
percakapan dan koreografer yang akan ditampilkan. Dalam pertunjukan cosplay,
terdapat dua macam pertunjukan, yaitu pertunjukan individu dan pertunjukan tim atau
bersama-sama atau yang biasa disebut dengan Cosplay Kabaret.Persiapan
pertunjukan Cosplay Kabaret tentu saja lebih kompleks dan lebih sulit dibandingkan
dengan Cosplay Individu. Yang membuat Cosplay Kabaret lebih sulit dan lebih
kompleks adalah karena dalam pertunjukannya, Cosplay Kabaret menampilkan alur
cerita yang lebih panjang sekitar 15-20 menit dan didalamnya terdapat 3 atau lebih
Cosplayer yang memerankan tokoh dalam sebuah cerita atau sekenario tertentu dalam
anime atau tokusatsu. Baik cosplay individu atau Cosplay Kabaret memerlukan
musik lattar yang sesuai dan mendukung pertunjukan mereka. Kemudian ada hal lain
yang kadang dibutuhkan juga dalam pertunjukan Cosplay, yaitu dubbing untuk
mengisi suara pada percakapan dalam pertunjukan cosplay. Dubbing dipakai untuk
mendukung pertunjukan cosplay agar semakin memperkuat karakter yang
ditampilkan. Dubbing atau pengisian suara pada sekenario atau musik lattar, dibuat
semirip mungkin dengan karakter asli yang di cosplay-kan dan dalam anime atau
tokusatsu sesuai dengan karakter yang dibawakan. Setelah kostum dan properti sudah
jadi, sekenario, koreografi, musik lattar dan dubbing suara telah dilakukan, persiapan
yang tidak boleh dilewatkan juga adalah proses pendalaman karakter dan latihan.
Kostum yang baik, harus didukung dengan pembawaan karakter yang baik juga,
untuk membuat pertunjukan Cosplay yang baik, karena segala sesuatu yang telah
dipersiapkan tersebut akan sangat berpengaruh pada tersampaikannya pesan pada
pertunjukan cosplay.
5.2.2. Cosplayer ketika sedang di Panggung Belakang (Back Stage)
Anggota Komunitas Cosplay Jaico, hampir seluruhnya adalah dari keturunan
Jawa. Sebelum menjadi cosplayer dan bergabung dalam Komunitas Cosplay Jaico,
dalam kehidupan sehari-hari, tentunya sangat dekat dan mencerminkan budaya Jawa.
Dalam hal ini kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun saat bergaul
dengan masyarakat sekitar, cosplayer tersebut berada dalam komunitas alamiahnya.
Karena dari kecil mereka sudah dibesarkan dengan dalam lingkungan budaya Jawa,
dan melakukan aktifitas ataupun bertindak sesuai dengan budayanya.
Sebelum membentuk Komunitas Jaico bersama teman-teman dan aktif sebagai
seorang cosplayer, Henky melakukan kegiatan mahasiswa seperti pada umumnya,
berkumpul bersama teman-teman kuliah, membicarakan tentang perkuliahan,
mengerjakan tugas dan lain sebagainya. Dalam berkomunikasi dengan teman-teman,
Henky terbiasa menggunakan bahasa Jawa, karena sebagian besar teman yang akrab
dengannya adalah orang Jawa. Gaya berpakaian yang biasa dia gunakan untuk pergi
sangat casual, menurut Henky dirinya adalah orang yang tidak terlalu memusingkan
tentang penampilan. Saat pergi kuliah dia akan menggunakan pakaian casual dan rapi,
ketika sedang pergi dengan teman-teman dalam acara santai dia terbiasa hanya
menggunakan kaos, celana pendek dan juga sandal. Tidak seperti sekarang, sebelum
terlibat dan mulai menekuni dunia cosplay, Henky tidak pernah tahu tentang make-
up, baginya adalah hal yang aneh jika ada laki-laki yang memakai make-up, terutama
pada kehidupan sehari-hari. Seperti halnya dengan gaya rambutnya, sebelum sering
cosplay, sejak waktu masih duduk di bangku sekolah, Henky terbiasa dengan rambut
pendek, tetapi ketika mulai mengenal band-band Jepang semenjak kuliah dan sering
tampil di panggung, maka Henky jadi sering memanjangkan rambutnya.
Sebelum mengenal dan terlibat aktif dalam cosplay, Reyra adalah orang yang
pendiam, hanya kepada orang yang sudah akrab saja dia merasa bisa mengobrol dan
berbicara bebas. Walaupun belum aktif dalam kegiatan cosplay, Reyra sudah
memiliki teman yang juga suka dengan anime Jepang yang dia kenal, yaitu teman
sekolah dan juga teman kuliah yang satu Jurusan dengan dia yaitu, pendidikan bahasa
Jepang. Dengan teman-temannya, diluar pembicaraan tentang sekolah, kuliah dan
tugas-tugas, Reyra juga sering membicarakan tentang anime yang dia sukai dan
bertukar informasi dengan teman-teman tentang anime yang baru rilis dan tayang di
Jepang.
Dalam hal berpakaian, sebelum aktif dalam kegiatan cosplay, Reyra
mengatakan bahwa dia setiap hari hanya memakai baju yang standar, jika pergi kuliah
dia mengenakan baju berkerah, celana Jeans dan juga sepatu karena di kampus
memang tidak diperbolehkan menggunakan sandal. Reyra juga tidak pernah
menggunakan aksesoris lain selain jam tangan. Selain cara berpakaian yang
menurutnya biasa saja, dalam hal make-up Reyra setiap harinya hanya menggunakan
pelembab dan bedak, hanya dalam acara tertentu, dia baru memakai make-up yang
agak tebal. Dalam kehidupan sehari-hari dia tidak suka memakai make-up terlalu
tebal karena akan terlihat menor, dan Reyra paling tidak suka dengan perempuan
yang memakai make-up terlalu tebal apalagi yang memakainya setiap saat. Dan
tentang gaya rambutnya, Reyra mengatakan hanya suka dengan rambut panjang dan
hanya memotongnya sesekali saja supaya tidak terlalu panjang, karena jika terlalu
panjang menurutnya akan mengganggu aktifitas dan juga susah dalam perawatannya.
Ketertarikannya terhadap Cosplay sudah muncul sejak dia masih kecil,
hobinya menonton anime dan film tokusatsu dari Jepang membuat dia memiliki
keinginan untuk menjadi seperti tokoh-tokoh yang dia sukai dari anime dan film
tokusatsu.
Sebelum mengenal tentang cosplay, kesukaannya pada anime dan film
tokusatsu dari Jepang dilakukan dengan mengumpulkan action figure, gundam,
tamiya, dan lain sebagainya. Gaya berpakaiannya sebelum mengenal cosplay adalah
gaya berpakaian standar, baginya setiap pakaian yang dia beli yang penting harus
awet. Jika bepergian, memakai pakaian yang rapi, sopan dan tahu pada tempatnya
sudah lebih dari cukup. Sehari-hari Tora menggunakan bahasa Indonesia kepada
teman yang belum akrab, kepada teman yang sudah akrab dia biasa menggunakan
bahasa Jawa, dan berbeda lagi ketika berbicara dengan orang yang lebih tua, biasanya
menggunakan bahasa Jawa halus sebagai tanda hormat. Saat berkumpul bersama
dengan teman-teman selain anggota komunitas cosplay, biasanya Tora dan teman-
teman membicarakan tentang kuliah. Selain menyukai anime dan film tokusatsu, Tora
juga memiliki hobi yang lain, yaitu mendaki gunung. Jadi selain memiliki teman yang
sama-sama menyukai anime dan film tokusatsu, Tora juga memiliki beberapa teman
dekat yang biasanya mendaki gunung bersama-sama. Tentang make-up dan gaya
rambut, Tora tidak pernah memakai make-up, baginya aneh kalo laki-laki memakai
make-up. Kalau gaya rambut, Tora lebih senang dengan rambut pendek, walaupun di
kampus diijinkan untuk memanjangkan rambut tetapi dia memang sudah terbiasa
dengan rambut pendek.
Sebelum terlibat dan aktif menjadi cosplayer, Adi tidak pernah
memperhatikan masalah penampilan, baik gaya berpakaian, atau gaya rambutnya.
Setiap hari untuk pergi ke kantor dia memakai seragam, dan memakai sepatu.
Sepulang kantor, jika akan bepergian dengan teman kantor, Adi hanya menggunakan
kaos, celana Jeans dan juga sandal. Untuk gaya rambut, karena Adi memiliki rambut
yang tidak lurus, maka harus rajin di potong supaya tetap rapi. Dan tuntutan
pekerjaan membuat Adi harus selalu tampil rapi.
Selama ini Bety merasa tidak ada teman yang bisa di ajak mengobrol dan
membicarakan tentang anime dan berbagai hal tentang Jepang. Setelah menjadi
mahasiswa di UNNES, dan mengetahui kalau ada Komunitas Cosplay Jaico maka
Bety memutuskan untuk bergabung supaya mendapatkan teman yang bisa di ajak
membicarakan tentang anime dan berbagai hal tentang Jepang.
Bety mengatakan sudah suka dengan berbagai hal dengan Jepang sejak lama,
dan menjadi inspirasi untuknya baik dalam gaya berbicara, gaya berpakaian, make-up
dan gaya rambut. Menurutnya, dia adalah orang yang tidak banyak bicara, terutama
dengan orang yang belum begitu dikenalnya, atau tidak akrab dengannya. Tetapi jika
sedang berkumpul dan mengobrol dengan orang yang sudah akrab dan dekat
dengannya maka dia akan banyak berbicara dan bisa membicarakan berbagai hal.
Harajuku adalah style fashion anak muda di Jepang, Bety sangat senang
dengan Harajuku karena sangat berani dalam menadukan warna, memakai banyak
aksesoris dan make-up yang tebal. Ketertarikannya dengan harajuku, tidak membuat
Bety dalam kesehariannya menggunakan gaya berpakaian tersebut, karena merasa
masih malu dan takut terlihat aneh jika dilihat oleh orang lain. Sehari-hari Bety hanya
menggunakan sedikit make-up, yaitu menggunakan cream, pelembab, bedak dan
eyeliner tipis. Dan untuk gaya rambut, Bety lebih suka dengan rambut hitam yang
panjang. Karena menurutnya perempuan bagus dengan rambut hitam dan panjang.
5.2.3. Proses Komunikasi selama berada di Panggung Belakang (back
stage)
Dibesarkan dalam lingkungan dengan kebudayaan Jawa tidak menutup
kemungkinan para cosplayer ini tidak terpengaruh dengan kebudayaan lain. Pada era
globalisasi pada saat ini, teknologi informasi dan komunikasi sudah semakin maju
dan berkembang. Hal tersebut membuat setiap orang, tidak terkecuali para cosplayer
untuk menerima budaya dari luar selain budayanya sendiri. Seperti contohnya, pada
masa anak-anak, para cosplayer sangat suka menonton tayangan televisi yang
mengandung nilai-nilai budaya dari negara lain, yaitu film kartun dari Jepang, yang
viasa disebut dengan istilah anime dan juga tokusatsu.
Kesenangan akan anime atau tokusatsu buatan Jepang ternyata bagi sebagian
orang terlebih bagi para cosplayer ini tidak berhenti pada saat anak-anak saja, tetapi
sampai dewasa dan sudah menjadi mahasiswa. Bermula dari melihat dan
mendapatkan informasi dari internet, mereka menjadi tertarik dengan budaya pop
Jepang yaitu cosplay. Bagi mereka, cosplay menjadi kegiatan atau hobi yang bisa
merealisasikan impian atau keinginan mereka pada waktu kecil untuk menjadi seperti
tokoh dalam anime atau film tokusatsu favorit mereka.
Pada saat persiapan pertunjukan cosplay atau dalam kehidupan sehari-hari
cosplayer secara keseluruhan, cosplayer melakukan komunikasi dan interaksi dengan
orang lain di sekitarnya. Di panggung belakang ini cosplayer menjadi dirinya sendiri
untuk berkomunikasi, dan tidak perlu memainkan peran sebagai orang lain seperti
pada saat cosplay. Topik yang menjadi bahan pembicaraan dalam komunikasi sehari-
hari adalah tergantung dengan siapa cosplayer tersebut berkomunikasi, jika
mengobrol dengan teman kuliah atau teman di luar komunitas Cosplay, mereka akan
membicarakan hal-hal yang bersifat umum, misalnya kepada teman kuliah mereka
akan membicarakan tentang hal-hal yang berhubungan dengan kuliah, tetapi kepada
teman-teman dalam komunitas atau dari komunitas Cosplay yang lain cosplayer akan
membicarakan tentang berbagai hal yang berhubungan dengan budaya pop Jepang
yang mereka sukai dan saling berbagi informasi tentang perkembangan yang ada
khususnya dalam hal cosplay.
Kegiatan Cosplay masih belum dikenal dengan baik oleh masyarakat pada
umumnya, sehingga masih banyak stigma negatif yang melekat pada kegiatan
cosplay. Masih banyak yang menempatkan cosplay sebagai kegiatan yang
mencerminkan tidak cinta tanah air dan lebih mengembangkan budaya dari negara
lain daripada budaya dari negara sendiri. Karena hal tersebut anggota komunitas
cosplay atau komunitas pecinta Budaya Pop Jepang yang lain membicarakan tentang
cosplay atau budaya Jepang hanya kepada orang-orang yang tahu saja dan jarang
membicarakan atau membahas tentang budaya pop Jepang khususnya cosplay kepada
orang lain di luar komunitas.
Stigma negatif tentang cosplay dan juga cosplayer tidak jarang juga dimiliki
oleh orang tua cosplayer itu sendiri. Orang tua masih ada yang menganggap kegiatan
cosplay ini adalah kegiatan yang tidak penting atau hanya akan mengganggu kegiatan
utama seperti kuliah atau sekolah. Dengan hasil observasi dan pengamatan yang
penulis lakukan kepada cosplayer, khususnya cosplayer Jaico yang menjadi informan
dalam penelitian ini, kegiatan cosplay tidak berpengaruh buruk apalagi sampai
menggangu kegiatan lain yang lebih penting. Hal tersebut membuat penulis melihat
bahwa negatif atau tidaknya kegiatan cosplay adalah tergantung dari pribadi
cosplayer itu sendiri agar kegiatan cosplay tidak mengganggu kegiatan lain yang
lebih penting seperti sekolah atau kuliah, bahkan pekerjaan sekalipun. Untuk
mendapatkan ijin dari orang tua dalam mengikuti kegiatan cosplay, cosplayer harus
dapat menjelaskan kepada orang tua tentang bagaimana kegiatan cosplay ini
dilakukan dan dapat meyakinkan orang tua kalau kegiatan ini tidak mengganggu hal
lain yang lebih penting, tidak menjerumuskan ke dalam pergaulan yang tidak baik,
dan juga tidak membawa pengaruh atau kebiasaan buruk.
Konsep diri adalah pandangan kita tentang siapa diri kita, dan bagaimana kita
mengetahui konsep diri, dapat kita peroleh lewat informasi dari komunikasi dengan
orang lain yang ada di sekitar kita. Orang lain berpengaruh pada konsep diri karena
bagaimana persepsi maupun sikap orang lain terhadap kita sering menjadi ukuran kita
menilai diri kita sendiri. Bagian selanjutnya dari penelitian ini proses interaksi
simbolik di dalam komunikasi yang dilakukan oleh Cosplayer (anggota lama)
komunitas Jaico, baik dengan anggota baru dalam komunitas sebagai reference group
dan anggota keluarga sebagai significant other, sebagai pihak yang berkomunikasi
atau berinterkasi dengan cosplayer dengan intensitas yang lebih banyak.
Anggota keluarga merupakan orang yang mempunyai hubungan emosional
dengan cosplayer anggota lama Komunitas Cosplay Jaico, dengan anggota keluarga
cosplayer juga melakukan komunikasi dan berinteraksi. Untuk melihat bagaimana
cosplayer saat berada di rumah atau sebelum bergabung dengan komunitas Jaico,
anggota keluarga adalah informan yang tepat untuk memperoleh informasi tentang
hal-hal yang berkaitan dengan konsep diri cosplayer.
Cosplayer anggota lama Komunitas Jaico menjadi seorang anak di dalam
keluarga. Anggota keluarga sebagai orang terdekat yang selalu bersama dengan
cosplayer sejak masih kecil, membuat terjalinnya hubungan emosional antara anggota
keluarga dengan cosplayer. Ketika sedang berada di rumah cosplayer melakukan
interaksi dengan anggota keluarga. Melalui interaksi tersebut cosplayer memberikan
pesan verbal maupun non-verbal kepada anggota keluarga, kemudian dari pesan
tersebut anggota keluarga dapat melakukan penilaian tentang diri cosplayer saat
berada di rumah.
Anggota keluarga yang menjadi informan dalam penelitian ini sebagai
significant other adalah orang tua. Selama sudah menjadi cosplayer, orang tua
mengatakan belum pernah melihat pertunjukan cosplay yang dilakukan oleh anak-
anak mereka. Informasi mengenai kegiatan cosplay yang dilakukan oleh cosplayer
diterima oleh orang tua melalui penjelasan yang diberikan oleh cosplayer. Saat berada
di rumah cosplayer sering bercerita kepada orang tua tentang kegiatan cosplay yang
mereka lakukan, tentang apa itu cosplay, bagaimana dan apa saja persiapan yang
dilakukan untuk mempersiapkan pertunjukan cosplay, dan jika mendapatkan juara
dalam kompetisi cosplay maka cosplayer akan bercerita dengan orang tua mereka.
Anggota baru yang menjadi informan dalam penelitian ini mengatakan bahwa
mereka bertemu dan berkumpul dengan cosplayer anggota lama Jaico secara rutin
setiap hari kamis malam di gedung B4 UNNES, secara khusus untuk membicarakan
tentang rencana cosplay mereka berikutnya. Pertemuan tersebut merupakan
pertemuan rutin merek sejak komunitas Jaico terbentuk. Di luar pertemuan rutin
tersebut hampir setiap hari, karena mereka kuliah di tempat yang sama dan tempat
kost mereka berdekatan. Tidak harus selalu dalam event atau acara khusus, baik
anggota lama atau anggota baru sering bertemu dan berkumpul hanya untuk sekedar
pergi makan bersama, karaoke bersama, atau menonton film Jepang bersama-sama.
Intensitas bertemu antara anaggota baru dan anggota lama dalam komunitas Cosplay
Jaico, membuat mereka dapat berkomunikasi setiap hari dan saling mengenal satu
sama lain.
Tiap anggota baru memberikan informasi tentang cosplayer anggota lama
Komunitas Jaico berkaitan dengan simbol-simbol yang mereka terima dalam
komunikasi yang terjadi antara anggota baru dan cosplayer anggota lama komunitas
Cosplay Jaico. Pesan berupa simbol yang diterima anggota baru melalui komunikasi
dengan cosplayer, adalah komunikasi yang terjadi pada saat cosplayer sedang
melakukan pertunjukan cosplay, dan juga komunikasi pada saat dalam kehidupan
sehari-hari.
Pada saat pertunjukan cosplay, para cosplayer anggota lama Komunitas
Cosplay Jaico memakai kostum, make-up, gaya rambut, sesuai dengan karakter yang
dibawakan, dan juga menampilkan sifat-sifat karakter yang dibawakan melalui
ekspresi wajah, gaya bicara, dan juga gerakan-gerakan khas dari karakter tersebut.
Saat pertunjukan berlangsung anggota baru melihat penampilan cosplayer anggota
Komunitas Cosplay Jaico dan memperhatikan simbol-simbol yang ditampilkan
seperti yang sudah disebutkan.
Dalam kehidupan sehari-hari, cosplayer anggota lama Jaico menjadi
mahasiswa biasa seperti yang lain sama hal-nya dengan anggota baru komunitas
Jaico. Pada saat tersebut anggota yang baru melakukan interaksi dengan cosplayer
anggota lama Komunitas Jaico. Melalui komunikasi tersebut anggota baru menerima
pesan berupa simbol-simbol yang akan merujuk pada konsep diri cosplayer.
Ketika ditanya dalam wawancara dengan peneliti tentang bagaimana
cosplayer anggota lama Komunitas Jaico dalam kehidupan sehari-hari, semua
informan mengatakan bahwa cosplayer anggota lama Komunitas Jaico adalah teman
yang baik, suka bercanda dan dengan senang hati membantu dan membimbing
anggota baru yang sedang belajar untuk membuat kostum dan juga mempersiapkan
pertunjukan cosplay. Meskipun saat pertunjukan cosplay para cosplayer tersebut
memainkan peran seperti karakter yang dibawakan, tetapi hal tersebut tidak merubah
sifat-sifat awal cosplayer sebelum melakukan cosplay. Yang berpengaruh dalam
kehidupan sehari-hari adalah dalam hal gaya bicara, setelah menjadi cosplayer,
sekarang anggota lama dengan sengaja sering memakai ungkapan-ungkapan dalam
bahasa Jepang dalam komunikasi sehari-hari dengan anggota baru. Selain gaya
bicara, yang biasanya berubah adalah cara berpakaian, dan make-up. Setelah menjadi
cosplayer biasanya mereka memakai pakaian dengan harajuku stlye, atau seperti gaya
berpakaian yang sedang menjadi tren di Jepang, dan dengan pengalaman mengikuti
kompetisi di Semarang dan sekitarnya kemampuan make-up, khususnya bagi
cosplayer perempuan, pasti akan berkembang, yang membuat cosplayer perempuan
memakai make-up juga dalam kehidupan sehari-hari walaupun tidak terlalu banyak
seperti pada saat cosplay.
5.3. Panggung Depan (Front Stage)
5.3.1. Kegiatan Cosplay dalam sebuah event “Festival Jepang”
Festival Jepang atau biasa disebut dengan istilah dalam bahasa Jepang yaitu
Bunkasai, adalah sebuat event berisi pertunjukan budaya Jepang yang didalamnya ada
kegiatan atau kompetisi Cosplay.Bunkasai atau kompetsisi cosplay yang sudah
banyak dikenal karena mengumpulkan cosplayer dari berbagai belahan dunia
berkumpul dalam sebuah kompetisi cosplay yaitu event World Cosplay Summit.
Acara yang secara rutin diadakan di berbagai Negara.
Gambar 10
Event World Cosplay Summit 2013
Sumber :http://www.wcs.libura.com
Pertunjukan Cosplay pada umumnya dapat dinikmati oleh para pecinta
Cosplay dan orang umum pada saat berlangsungnya sebuah event yang biasa disebut
dengan festival budaya Jepang.Sampai saat ini di Indonesia sudah banyak pihak yang
menyelenggarakan event tersebut.Event atau Festival Budaya Jepang saat ini hampir
tiap bulan diadakan dari berbagai daerah, tidak jarang event tersebut menjadi event
rutin tahunan yang diselanggarakan. Hal ini dapat dilihat di wilayah Semarang, Solo,
Yogyakarta dan sekitarnya, sampai dalam satu bulan kita dapat mengetahui ada
beberapa event yang diselenggarakan pada bulan yang sama.
Di dalam event atau Festival Budaya Jepang tersebut memang tidak hanya ada
kegiatan Cosplay saja, namun ada beberapa kegiatan lainnya seperti, penampilan
band yang membawakan lagu-lagu Jepang, Lomba menggambar Manga, Lomba
Karaoke lagu Jepang dan masih banyak lagi. dari banyaknya event yang ada,
membuat intensitas pertemuan Cosplayer dari berbagai Komunitas dan dari berbagai
daerah menjadi lebih sering terjadi.
Kompetisi Cosplay ini menjadi ajang bersaing dari para Cosplayer untuk
menunjukkan kemampuannya dalam bidang Cosplay.Dalam pertunjukan Cosplay,
khususnya Cosplay individu, setiap peserta diberi waktu selama maksimal 3 menit
untuk melakukan pertunjukannya di atas panggung. Dalam waktu yang termasuk
singkat tersebut cosplayer harus dapat menampilkan pertunjukan Cosplay mereka
dengan baik dan menampilkan apa yang sudah mereka persiapkan. Penilaian untuk
cosplay pada umumnya dinilai dari beberapa hal antara lain penilaian Kostum,
penilaian penampilan dan penilaian pendalaman karakter. Hal tersebut menjadi
ukuran dan juga pedoman bagi cosplayer untuk mempersiapkan pertunjukannya agar
dapat menampilkan kostum, pertunjukan dan pendalaman karakter yang baik.
Dalam pertunjukan cosplay, ada beberapa hal yang ditampilkan untuk dapat
menampilkan karakter dari tokoh yang mereka bawakan. Yang paling penting dalam
pertunjukan Cosplay tentu saja adalah kostum. Semakin detail kostum akan semakin
baik. Karena karakter yang ditampilkan dalam pertunjukan cosplay akan dikenal dan
diketahui oleh penonton dan yang melihat adalah dari kostumnya, semakin terkenal
tokohnya dan bagaimana kostumnya maka akan semakin mudah dikenali. Selanjutnya
adalah penampilan saat pertunjukan cosplay. Seperti karakter Saber yang ditampilkan
oleh Maulida, kostum yang dipakai dibuat semirip mungkin dengan aslinya, dari
mulai wig dengan warna yang sesuai, detail kostum, dan juga aksesoris yang dipakai.
Yang masuk dalam penampilan dalam pertunjukan cosplay adalah gerakan, ekspresi
wajah, gaya bicara dan intonasi suara. Beberapa hal tersebut harus ditampilkan
dengan baik sesuai dengan karakter yang ada di dalam anime atau tokusatsu.
Pada saat melakukan pertunjukan di atas panggung setiap cosplayer
menampilkan cerita atau skenario tertentu, yang telah dipersiapkan.Didukung oleh
musik latar, aksesoris dan properti, cosplayer memainkan peran sesuai cerita.Dengan
kostum, musik latar dan properti yang ditampilkan sangat berpengaruh pada
berhasilnya pertunjukan cosplay.
5.3.2. Cosplayer Ketika berada di Panggung Depan (Front Stage)
Ketika berada di panggung depan (front stage) yaitu pada saat melakukan
pertunjukan cosplay, cosplayer sudah memakai kostum, menampilkan karakter sesuai
dengan yang dibawakan, kemudian menampilkan sebuah pertunjukan di atas
panggung dengan property, music lattar dan sekenario yang sudah disiapkan.
Sebagai anggota komunitas cosplay, para cosplayer berusaha menunjukkan
prestasi mereka dalam kegiatan cosplay dan mengikuti event. Untuk menjadi
cosplayer yang baik dan menampilkan pertunjukan cosplay yang benar, komunikasi
dalam komunitas harus baik. Hal tersebut dikarenakan, antar anggota dalam
komunitas harus saling membantu dan membimbing satu sama lain, untuk dapat
menampilkan dan membuat pertunjukan cosplay yang baik dan benar. Menampilkan
pertujukan cosplay yang baik akan membuat terpenuhinya harapan dalam komunitas.
Untuk dapat diterima dan dilihat sebagai cosplayer yang baik dan tidak hanya asal-
asalan, maka cosplayer tersebut harus menampilkan cosplay yang benar yaitu kostum
yang baik, atribut dan music yang mendukung, dan juga pembawaan dari tokoh yang
dicosplaykan.
Saat bercosplay, untuk dapat menampilkan yang terbaik sesuai dengan karakter
yang dimainkan, maka harus benar-benar memperhatikan berbagai aspek, seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu kostum sebagai aspek yang paling utama dari
cosplay, properti dan aksesoris saat cosplay, make-up, ekspresi wajah, dan juga
intonasi suara. Setiap aspek harus diperhatikan dan dimunculkan dengan baik.
Semakin lama, hasil kostum yang dibuat harus lebih baik dan makin mirip dengan
yang ada di dalam anime dan film tokusatsu-nya, begitu menurut pendapat Henky.
Dalam hal make-up dan ekspresi wajah, Henky sebenarnya sudah mulai belajar
melalui grup band kesukaannya yang kebanyakan beraliran v-kei, demikian orang
menyebut band asal Jepang yang menggunakan make-up tebal dan pakaian dominan
berwarna hitam. Kemudian apa yang sudah dia lihat dan pelajari dari band
kesukaannya dia praktekkan pada saat cosplay, paling tidak sudah memberikan
referensi tentang make-up yang cocok untuk laki-laki, tentunya harus sesuai dengan
karakter yang dibawakan. Selebihnya mengenai ekspresi wajah dan intonasi suara
yang juga harus seuai dengan karakter asli nya, terlebih dahulu harus melalui proses
pendalaman karakter. Menurut pendapat Henky pendalaman karakter tidak akan
terlalu sulit jika memlilih karakter yang tidak jauh beda dengan sifat kita dalam
kehidupan kita sehari-hari.
Gambar 12
Cosplayer Henky pada saat tidak sedang cosplay, pada saat cosplay sebagai
Siryuu, dan gambar karakter yang dibawakan dalam Anime Sant Seiya
Selama menjadi cosplayer di Jaico, informan yang bernama Reyra lebih banyak
memilih meng-cosplay-kan karakter perempuan dalam anime yang memiliki sifat
“kudere”, yang merupakan istilah yang populer di kalangan remaja di Jepang, yang
berarti memiliki sifat yang kalem, lembut dan tenang. Dan karakter yang paling dia
sukai, kuat dengan sifat “kudere” dan berkesan ketika cosplay adalah karakter Saber
dalam anime Fate/Stay Night dan Fate/Zero yang juga merupakan anime yang paling
dia sukai. Menurut Reyra, untuk membuat sebuah pertunjukan cosplay berhasil, yang
paling utama pada awalnya adalah menyukai dulu karakter yang akan ditampilkan
dalam cosplay. Jika sudah menyukai karakter yang akan ditampilkan, maka
pendalaman karakter, pembuatan kostum dan properti akan mudah karena kita sudah
menyukai karakternya, dan menyukai karakternya berarti kita sudah tahu dengan baik
bagaimana karakter tersebut, sifat-sifatnya dan bagaimana pembawaannya. Bukan
berarti properti dan hal lain tidak penting dalam menentukan baiknya pertunjukan
cosplay.
Ketika mampu mendalami karakter dengan baik, tentunya cosplay akan dinilai
baik jika kostum, make-up, properti, dan musik lattar juga dapat dibuat dengan baik
dan saling mendukung untuk dapat memunculkan karakter sesuai dengan yang ada
dalam anime.
Gambar 13
Cosplayer Maulida berpose pada saat cosplay bersama dengan partner sebagai
Saber dan Archer, dan gambar karakter yang dibawakan dalam Anime
Fate/Stay Night
Sudah menjadi tanggung jawab cosplayer untuk dapat menjaga karakter yang
dia bawakan, karena saat cosplay, cosplayer harus memperhatikan setiap aspek, agar
tetap menampilkan karakter yang dia cosplaykan, dan tidak menampilkan sifat-
sifatnya sendiri saat sedang cosplay.
Selama menjadi cosplayer, sejak saat tergabung dalam Komunitas Cosplay
Kuji yang ada di Kudus, dan mulai bergabung dengan Komunitas Cosplay Jaico di
Semarang, cosplayer yang biasa dipanggil dengan nama Tora sudah banyak
mengikuti kompetisi cosplay yang diadakan baik di Kudus, maupun di Semarang dan
kota-kota disekitarnya. Sudah banyak karakter dari anime dan film tokusatsu yang di
cosplay-kan, dan dari semua karakter yang di cosplay-kan merupakan karakter
kesukaannya, yaitu karakter yang memiliki sifat tenang, dan kalem. Diantara karakter
tersebut adalah karakter Kakashi dari anime Naruto dan juga karakter Ikki Phoenix
dari anime Saint Seiya, yang merupakan karakter yang paling berkesan di antara
karakter-karakter lain yang dicosplaykan. Dalam mempersiapkan pertunjukan
cosplay, pendalaman karakter sangat penting dilakukan, apalagi jika harus
menampilkan karakter dengan sifat yang berbeda jauh dengan sifat asli dalam
kehidupan sehari-hari.
Gambar 14
Cosplayer Reza pada saat tidak sedang cosplay, pada saat cosplay sebagai
Hitsugaya Toushiro, dan gambar karakter yang dibawakan dalam Anime Bleach
Film tokusatsu yang menjadi favorit dari informan kita yang berikutnya yaitu
Adi adalah serial Kamen Rider, atau yang dulu pernah masuk dan di tayangkan di
salah satu stasiun televisi Indonesia, dikenal dengan serial “Ksatria Baja Hitam” dan
“Ksatria Baja Hitam RX”. Ketertarikannya pada serial Tokusatsu Kamen Rider ini
membuat dia tertarik untuk cosplay, dan memakai kostum kemudian tampil
membawakan karakter favoritnya di atas panggung. Karena sebagian besar kostum
cosplay yang pernah dibuat dan ditampilkan adalah kostum Kamen Rider, julukan
atau panggilan Adi Rider diberikan padanya. Sejak kecil Adi merasa dirinya memang
anak yang hyperaktif, tidak bisa diam, dan senang menjahili teman-temannya.
Berbeda dengan cosplayer kebanyakan yang memilih untuk cosplay karakter yang
baik atau tokoh utama dalam sebuah anime atau film, Adi justru tertarik juga untuk
menampilkan karakter antagonis dalam serial Kamen Rider melalui cosplay.
Cosplay tokusatsu memiliki tingkat kesulitannya sendiri, dibandingkan
dengan cosplay anime. Cosplay Tokusatsu sebagian besar dari kostumnya adalah
kostum berarmor yang bisa dibuat dengan menggunakan spon hati. Dibentuk
sedemikian rupa agar dapat menyerupai bentuk aslinya seperti yang ada di daam film.
Penampilan Cosplay Tokusatsu di atas panggung juga sulit, karena wajah tertutup
oleh helm yang menutupi seluruh wajah, sehingga raut wajah, dan ekspresi wajah
tidak terlihat, sehingga karakter dalam cosplay tokusatsu harus dimunculkan hanya
dengan suara dan musik latar dan juga gerakan tubuh. Karakter dalam film tokusastu
khususnya dalam Serial Kamn Rider digambarkan sebagai pahlawan pembela
kebenaran yang sangat kuat, maka saat cosplay, cosplayer harus mampu
menampilkan karakter tersebut, bahkan dengan sedikit gerakan bela diri untuk dapat
sesuai dengan yang ada di dalam film.
Gambar 15
Cosplayer Adi pada saat tidak sedang cosplay, pada saat cosplay sebagai
Shadow Moon, dan gambar karakter yang dibawakan dalam Film Tokusatsu
Kamen Rider Black RX
Kemudian untuk informan yang terakhir yaitu cosplayer perempuan yang
bernama Bety. Cosplayer yang juga adalah mahasiswa Jurusan Seni Rupa ini sangat
menikmati ketika menjadi cosplayer dan memakai kostum, karena karakter yang
dibawakan dalam cosplay adalah karakter idolanya. Saat cosplay dan memakai
kostum, Bety berusaha tidak menampilkan sifat aslinya. Seperti saat dia cosplay dan
membawakan karakter Kapten Hina dari anime One Piece. Karakter yang dibawakan
ini merupakan karakter antagonis yang dingin dan kejam.Tentu saja sifat dan karakter
tersebut berbeda dengan sifat asli Bety dalam kehidupan sehari-hari yang ceria dan
mudah bergaul.Karakter Hina ini juga diperlihatkan sering merokok.Saat cosplay
Bety juga membawa rokok tetapi tidak dinyalakan karena hanya berfungsi sebagai
property dan juga karena pada kehidupan sehari-hari Bety bukan perokok.
Gambar 16
Cosplayer Bety pada saat tidak sedang cosplay, pada saat cosplay sebagai
Kapten Marine Hina, dan gambar karakter yang dibawakan dalam Anime One
Piece
Selain membawakan karakter dalam Anime, Bety juga merupakan
cosplayer perempuan yang membawakan kostum Tokusatsu, yang pada umumnya
disukai oleh kalangan laki-laki. Karakter yang dibawakan oleh Bety adalah Geki
Yellow dalam film Tokusatsu Gekiranger. Karakter yang dibawakan ini karena
merupakan karakter dalam film tokusatsu maka walaupun perempuan, Bety harus
belajar sedikit banyak tentang bela diri dan gerakan yang sesuai dengan karakter
yang ada di dalam Film Gekiranger. Mampu menampilkan karakter yang enerjik
dan siap membela kebenaran bersama dengan anggota tim yang lain.
Gambar 17
Cosplayer Bety berpose pada saat cosplay sebagai Geki Yellow, dan gambar
karakter yang dibawakan dalam Film Tokusatsu Gekiranger
Pertunjukan cosplay tidak dapat terlepas dari penonton, dalam sebuah
kompetisi cosplay yang pada umumnya berlangsung dalam sebuah Festival
Budaya Jepang, atau yang biasa disebut dengan Bunkasai. Penonton bisa datang
dari kalangan masyarakat umum yang tertarik sekedar untuk menikmati budaya
Jepang dan makanan khas dari Jepang, dan juga dari penggemar budaya Jepang
baik yang bergabung dalam komunitas ataupun yang tidak.
Saat pertunjukan cosplay, cosplayer menyajikan pertunjukan sesuai yang
telah dipersiapkan sebelumnya. Cosplayer sudah menggunakan kostum dan atribut
serta kelengkapan lainya untuk pertunjukan cosplay. Saat sudah memakai kostum
dengan segala kelengkapannya, cosplayer harus dapat menampilkan karakter
sesuai dengan tokoh yang dibawakan. Setiap karakter yang dibawakan oleh
cosplayer tersebut tentunya ada yang sangat dikenal oleh masyarakat, dan hanya
dikenal oleh orang-orang tertentu saja. Oleh karena itu setiap cosplayer harus
dapay meng-cosplay-kan dengan baik, agar bagaimana karakter tokoh tersebut dan
pesan yang disampaikan saat pertunjukan cosplay dapar tersampaikan kepada
penonton, terutama penonton yang berasal dari masyarakat pada umumnya, yang
tidak banyak mengetahui tentang budaya pop Jepang.
1.4. Konsep Diri Cosplayer
1.4.1. Cosplayer dalam Kehidupan Sehari-hari
Anggota komunitas Cosplay Jaico setelah bergabung menjadi cosplayer
tentunya membawa pengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Bagian selanjutnya dari
penelitian ini adalah menjelaskan tentang konsep diri cosplayer, yaitu penampilan,
kebiasaan, dan juga pemahaman cosplayer terhadap dirinya.
Setelah menjadi seorang cosplayer, cosplayer Jaico yaitu Henky, saat ini
sudah mulai merubah cara berpakaiannya, yang dulunya hanya memakai pakaian
yang kasual, sekarang sudah mulai memakai pakaian bertema harajuku, seperti yang
sedang tren di Jepang misalnya, pakaian dengan warna yang agak mencolok ditambah
beberapa aksesoris, dan sudah sering memakai sepatu dobel sol, walaupun tidak di
setiap kesempatan, dan tetap melihat situasi dan juga kondisi. Seringnya bertemu dan
mengobrol dengan teman-teman sesama anggota komunitas, membuat topik
pembicaraan sekarang lebih banyak tentang cosplay, film atau anime yang baru,
tetapi tentu saja tetap saling mendukung supaya tetap memikirkan masa depan
walaupun waktu, tenaga dan pikiran sudah terbagi untuk melakukan kegiatan cosplay.
Walaupun sudah tahu tentang bagaimana make-up, melalui cosplay, dalam
kehidupan sehari-hari, tentu saja Henky tetap tidak memakai make-up, karena
menurutnya masyarakat kita pada saat ini belum terbiasa dan belum bisa menerima
laki-laki yang memakai make-up, kembali lagi, semuanya harus disesuaikan dengan
situasi dan kondisi. Kemudian dalam hal gaya rambut, sekarang Henky mengatakan
tidak harus selalu pendek atau panjang, tergantung bagaimana suasana hati saja,
begitu pernyataannya.
Beralih kepada cosplayer selanjutnya, setelah menjadi cosplayer dan
bergabung bersama teman-teman yang menyukai budaya populer Jepang selain
cosplay juga, Reyra sudah mulai terbiasa pada saat datang ke Festival Jepang
mengenakan pakaian bertema harajuku, mengenakan sepatu boots dan berbagai
macam aksesoris. Dan juga sekarang sudah banyak mengkoleksi kaos dengan gambar
karakter yang dia sukai dalam anime, yang tidak jarang dipakainya saat pergi ke
kampus atau sekedar pergi bersama dengan teman-teman. Seringnya bertemu dengan
teman-teman sesama pecinta budaya Jepang dalam komunitas, maupun dalam
lingkup semarang, membuat topik pembicaraan lebih kepada membahas cosplay, dan
merencanakan cosplay bersama dengan teman-teman untuk mengikuti kompetisi pada
event yang berlangsung dalam waktu dekat.
Karena sudah banyak mengikuti kompetisi dan aktif dalam cosplay,
kemampuan Reyra dalam hal make-up sudah jauh berkembang, dari yang awalnya
tidak bisa, sekarang menjadi lebih baik dalam menampilkan make-up saat cosplay
dengan belajar memakai make-up yang sesuai dengan karakter yang dia bawakan
seperti yang ada di dalam anime. Kemampuan yang menjadi lebih baik tidak begitu
saja didapatkan, yang dilakukan oleh Reyra untuk meningkatkan kemampuannya
dalam hal make-up adalah dengan mencari sebanyak-banyaknya referensi tentang
make-up, khususnya make-up pada cosplay dengan melihat artikel-artikel dan video-
video tutorial make-up yang ada di internet. Dengan banyak referensi yang dimiliki
dan latihan secara rutin, lama-kelamaan akan mengembangkan kemampuannya dalam
hal make-up untuk cosplay. dalam kehidupan sehari-hari, setelah menjadi cosplayer,
sekarang Reyra lebih memilih untuk memiliki rambut yang tidak terlalu panjang,
dengan alasan karena saat cosplay, sekarang lebih banyak menggunakan wig, karena
akan mudah memakai wig dengan warna yang bermacam-macam, tidak perlu
mewarnai rambut, jadi ketika selesai cosplay, tinggal melepas wig.
Berikutnya adalah cosplayer infrman ketiga dalam penelitian ini. Dalam
kehidupan sehari-hari, setelah aktif menjadi cosplayer, Tora sudah mulai merubah
penampilannya, sekarang dia mulai mengikuti perkembangan atau tren pakaian yang
sedang populer di Jepang. Selain itu, dia juga mulai mengumpulkan kaos-kaos
bergambar anime atau tokoh film tokusatsu. Baginya memakai kaos yang bergambar
anime atau tokoh dalam film tokusatsu, akan menunjukkan identitas nya sebagai
orang yang menyukai anime atau film tokusatsu. Tentang make-up, pada saat cosplay
sering dibantu oleh teman perempuan sesama anggota komunitas, tetapi dalam
kehidupan sehari-hari tetap tidak memakai make-up. Lain halnya dengan gaya
rambut, semenjak cosplay Tora sudah sering memanjangkan rambut dan mewarnai
rambut untuk kepentingan cosplay.
Setelah sering berkumpul bersama teman-teman sesama anggota komunitas,
sekarang Tora sudah terbiasa mendengar dan mengatakan istilah-istilah atau
ungkapan-ungkapan dalam bahasa Jepang yang tidak jarang juga digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Selebihnya tetap sama, masih tetap menggunakan bahasa
Indonesia dan bahasa Jawa. Intensitas pertemuan hampir setiap hari dengan teman-
teman sesama anggota komunitas, dan dalam setiap pertemuannya kadang mereka
dapat menonton anime atau film tokusatsu bersama-sama, merencanakan pertunjukan
cosplay yang akan dilakukan dalam waktu dekat, dan juga berbagi informasi tentang
perkembangan cosplay, anime dan juga film tokusatsu.
Selanjutnya adalah Adi. Cosplayer yang menjadi informan pada penelitian ini
sudah bekerja, bebeda dengan informan yang lain yang masih kuliah. Setelah ikut dan
aktif menjadi cosplayer, gaya berpakaian, dan juga gaya rambut tidak banyak
berubah. Dalam gaya berpakaian, Adi mulai tertarik membeli pakaian seperti yang
dipakai oleh tokoh favoritnya dalam film tokusatsu, seperti Jaket. Dan untuk gaya
rambut tidak ada perubahan, karena cosplay tokusatsu tidak memperlihatkan wajah
atau rambut, jadi kegiatan cosplay tidak mengganggu pekerjaan terutama dalam hal
penampilan.
Dari film tokusatsu yang dia sukai, muncul kebiasaan menirukan kata-kata
yang biasa diucapkan oleh tokoh dalam film Tokusatsu, seperti misalnya “henshin”,
yaitu kata yang sring diucapkan oleh tokoh dalam film sebelum berubah menjadi
pahlawan pembela kebenaran. Dan setelah bergabung bersama dengan teman-teman
dalam Komunitas Cosplay Jaico, ketika sedang bosan dengan suasana kantor dan
sedang ingin menyegarkan pikiran, maka Adi meluangkan waktu untuk bisa
berkumpul dan bertemu dengan teman-teman sesama anggota komunitas dan
membicarakan tentang event yang akan berlangsung adalam waktu dekat, kabar-
kabar baru tentang komunitas cosplay yang lain yang ada di Semarang, dan juga
membicarakan tentang rencana cosplay selanjutnya.
Informan yang terakhir yaitu Bety, sampai sekarang dikenal sebagai orang
yang pendiam oleh orang-orang yang tidak begitu dekat dan tidak akrab dengannya.
Tetapi dengan teman-teman yang sudah akrab dan menjadi sahabatnya, Bety menjadi
orang yang sangat bersahabat, dan banyak berbicara mulai dari membicarakan anime,
film Jepang, dance, dan rencana cosplay untuk event selanjutnya.
Gaya berpakaian harajuku yang diminatinya sekarang semakin disukai dan
sudah mulai dia terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Jika awalnya Bety takut
memakai style Harajuku karena takut terlihat aneh, maka sekarang dengan banyaknya
datang ke Festival Jepang, maka Bety sudah mulai bisa memakai pakaian bertema
Harajuku, meski dalam kehidupan sehari-hari, dan sudah semakin pintar
memadupadankan pakaian bergaya harajuku supaya tidak terlihat aneh jika dipakai
sehari-hari. Statusnya sebagai mahasiswa Jurusan Seni Rupa membuat dia tidak harus
selalu memakai pakaian yang terlalu formal, bahkan untuk pergi ke kampus.
Karena sudah banyak ikut dalam kegiatan cosplay di Semarang dan beberapa
kota di sekitarnya seperti Yogyakarta dan Solo, maka kemampuan Bety dalam make-
up wajah semakin baik dan mengalami perkembangan. Sampai sekarang Bety
menjadi orang yang perfeksionis dalam hal make-up, terutama make-up saat cosplay.
Bety dapat menghabiskan waktu yang sangat lama untuk menyelesaikan make-up nya
sebelum melakukan pertunjukan cosplay untuk mendapatkan make-up yang paling
baik dan semirip mungkin dengan karakter yang akan ditampilkan dalam cosplay.
Tidak jarang hal tersebut mempengaruhi Bety dalam make-up di kehidupan sehari-
harinya, yang sekarang Bety sudah mulai memakai make-up juga dalam kehidupan
sehari-hari, tapi berusaha untuk tidak memakai make-up secara berlebihan.
Untuk gaya rambut Bety yang sekarang sudah aktif menjadi cosplayer, Bety
lebih memilih untuk memiliki rambut dengan panjang sebahu, dengan alasan
kenyamanan menghadapi suhu udara di Semarang yang panas. Selain itu Bety
mengatakan lebih enak memiliki rambut pendek sebagai seorang cosplayer, karena
sudah sering memakai wig saat cosplay, dan akan lebih mudah memakai wig jika
memiliki rambut pendek. Saat ini Bety juga sudah mulai senang mewarnai
rambutnya, tetapi dengan warna yang tidak terlalu terang, misalnya merah tua, atau
coklat tua.
5.4.2. Pemahaman Cosplayer tentang Cosplay
Setelah aktif menjadi cosplayer dan banyak mengikuti kompetisi, cosplayer
anggota komunitas Jaico khususnya yang menjadi informan dalam penelitian ini
sudah mendapatkan banyak pengalaman. Dalam pengalamannya mengikuti berbagai
kompetisi cosplay, mereka bertemu dengan cosplayer lain dari berbagai komunitas
cosplay dari berbagai daerah. Cosplayer yang mereka temui ada yang labih senior
dari mereka dan ada juga yang masih baru menjadi cosplayer atau sering disebut
dengan istilah “newbi”. Pada bagian ini penulis akan memaparkan pendapat
cosplayer yang menjadi informan tentang apa itu Cosplay, sebagai kegiatan yang
selama ini mereka lakukan sebagai anggota dari Komunitas Cosplay Jaico.
a. Henky
Setelah terlibat secara langsung dalam kegiatan cosplay dan menjadi
cosplayer, pandangannya tentang apa itu cosplay adalah hobi yang
membutuhkan uang yang tidak sedikit, membutuhkan banyak waktu, jadi
supaya dapat berjalan dengan baik dan seimbang dengan kuliah terutama,
maka harus pandai mengatur keuangan dan waktu.
b. Mauida
Setelah menjadi seorang cosplayer, bagi Reyra, cosplay adalah hobi
yang harus dinikmati supaya menyenangkan, jangan dijadikan sebagai
beban, karena jika dijadikan sebagai beban, cosplay akan menjadi kegiatan
yang terlihat merugikan, khususnya bagi diri sendiri. Karena menurut
Reyra, positif atau negatifnya sesuatu hal adalah tergantung dari yang
menjalani.
c. Reza
Setelah memiliki cukup banyak pengalaman dalam bidang cosplay,
menurutnya cosplay hobi yang tidak semua orang dapat melakukannya,
karenanya untuk bisa menjadi cosplayer, bahkan menjadi cosplayer yang
hebat harus mau menerima saran dan kritik yang membangun dari orang
lain. Dan jika sudah bisa cosplay, jangan langsung menjadi tinggi hati
karena masih banyak cosplayer yang lebih hebat dan lebih baik.
d. Adi
Bagi Adi yang sudah memiliki banyak pengalaman dalam bidang cosplay,
menurutnya untuk menjadi cosplayer yang hebat, tidak hanya hebat karena
menang dan mendapat juara dalam kompetisi cosplay karena kostum dan
penampilannya yang hebat. Bagi Adi cosplayer yang hebat adalah cosplayer
yang mampu berbagi dan sharing tentang ilmu tentang cosplay yang dimiliki,
karena dengan berbagi nantinya juga dapat mengetahui kelebihan dan
kekurangan yang ada di dalam diri sendiri.
e. Bety
Menurut pendapat Bety yang sudah menjadi cosplayer, menurutnya
cosplay adalah sebuah kegiatan yang menyenangkan dan dari sana dia
mandapatkan banyak teman dan pengalaman. Menurut Bety untuk menjadi
cosplayer yang baik tidak boleh mudah merasa puas dengan apa yang diraih
sekarang. Harus terus mencari tahu, supaya memperoleh banyak informasi
dan inspirasi, semakin banyak pengalaman, harus semakin percaya diri, dan
tidak boleh sombong jika sudah jadi cosplayer yang baik, karenaukuran baik
ata tidaknya itu belum tentu baik di tempat lain, karena masih banyak
cosplayer yang lebih bagus di luar sana.
Dari pemaparan yang sudah disampaikan oleh cosplayer anggota Komunitas
Cosplay Jaico, terdapat perbedaan dari pendapat yang mereka sampaikan tentang
cosplay, dari sebelum mereka akitf dan terjun langsung menjadi cosplayer di dalam
Komunitas Cosplay Jaico. Sebelum menjadi cosplayer pemahaman mereka mengenai
cosplay belum begitu dalam dan masih berpendapat seperti orang pada umumnya.
Setelah akhirnya tertarik dan aktif menjadi cosplayer pendapat mereka tentang
cosplay adalah bedasarkan pengalaman mereka selama ini menjadi cosplayer. Jadi
setelah menjadi cosplayer, para cosplayer ini benar-benar tahu dan paham apa itu
cosplay, bagaimana melakukan cosplay, hingga keuntungan dan manfaat yang
mereka dapatkan melalui kegiatan ini. Disamping itu cosplayer juga dapat
berpendapat bagaimana menjadi seorang cosplayer yang dapat berkembang dan
menjadi cosplayer yang memiliki sikap yang baik, dalam menjalani kehidupan sehari-
hari ataupun saat sedang cosplay.
5.4.3. Pemahaman Cosplayer tentang dirinya
Konsep diri seseorang dapat dibagi menjadi dua, yaitu Konsep Diri Positif dan
Konsep Diri Negatif. Selanjutnya adalah pemaparan hasil dari wawancara dan juga
observasi yang dilakukan peneliti terhadap sikap sehari-hari cosplayer, untuk dapat
mengkategorikan konsep diri Cosplayer, termasuk dalam Konsep Diri Positif
ataukah Konsep Diri Negatif.
Pertama adalah Henky. Setelah membentuk komunitas dan menjadi salah satu
pendiri komunitas Jaico, kemudian pernah menjadi ketua, dia mengaku sering juga
terjadi masalah antara dia dengan anggota lain, ataupun juga dihadapkan dengan
masalah antar anggota dalam komunitas, dari sana Henky belajar untuk menghadapi
orang yang tidak jarang membuat kesal, tetapi harus tetapi dihadapi dan
menyelesaikan masalah tanpa dengan emosi.
Sudah banyak kesempatan yang diambil oleh Henky dan tampil di atas
panggung, khususnya dalam kegiatan cosplay. Hal tersebut membuatnya belajar
sedikit demi sedikit melatih dan menambah rasa percaya diri saat tampil di depan
banyak orang. Tak jarang juga Henky mendapatkan juara dalam kompetisi cosplay
yang dia ikuti, hal tersebut membuat Henky semakin percaya diri dan menghilangkan
perasaan minder dalam dirinya, dan menambah keyakinan bahwa dia mampu dan
berhasil melakukan cosplay dengan baik. Beberapa kemenangan yang dia dapatkan
dalam kompetisi cosplay membuatnya pada saat ini banyak juga mendapatkan pujian
dari orang lain, baik dari orang terdekat maupun orang awam yang melihat
penampilannya saat sedang cosplay. Tetapi hal tersebut membuatnya tidak langsung
tinggi hati, karena baginya masih ada orang lain yang lebih baik dari dirinya. Dan jika
ada orang khususnya cosplayer yang lebih baik dari dia, maka sikapnya terhadap
orang tersebut adalah menghormatinya.
Cita-cita yang diharapkan Henky sampai saat ini, yaitu walaupun telah menjadi
cosplayer, tetap sama, yaitu, membuka lapangan usaha sendiri untuk menyediakan
lapangan pekerjaan untuk orang-orang disekitarnya juga. Kesempatan menjadi
cosplayer dia gunakan untuk mengenal banyak orang baru,menambah teman berarti
menambah peluang, begitu menurutnya, dan hal tersebut membuatnya semakin
optimis untuk dapat mencapai cita-cita yang diharapkannya. Bagi Henky, cosplay
juga membuatnya tidak mudah menyerah, karena rasa percaya dirinya tumbuh dalam
kegiatan cosplay, dan terus berusaha untuk menjadi lebih baik.
Berikutnya adalah Maulida, atau yag biasa dipanggil Reyra. Setelah
bergabung dengan komunitas Jaico dan menjadi cosplayer, Reyra memiliki
beberapa teman dekat yang dikenalnya melalui cosplay ini. Dengan teman-teman
yang sudah akrab dia belajar untuk saling mengerti satu sama lain, dan jika salah
satu teman dekat sedang membuatnya kesal, yang dilakukan adalah mengajak
temannya berbicara dan jika ada saling pengertian dan kedekatan mereka, maka
tanpa harus dengan emosi maka setiap masalah atau salah paham yang terjadi akan
selesai, bisa introspeksi diri dan akhirnya saling mengerti supaya tidak saling
membuat kesal.
Cosplay membuat Reyra sudah tidak canggung atau minder lagi ketika harus
tampil di depan orang banyak. Di luar cosplay, Reyra saat ini juga senang mengikuti
kompetisi karaoke lagu-lagu Jepang yang diadakan juga dalam Festival Jepang yang
diadakan khususnya di daerah Semarang, dan ternyata Reyra tidak hanya
mendapatkan juara ketika cosplay saja, tetapi dalam bidang menyanyipun
kemampuannya sangat baik dibuktikan dengan beberapa juara yang telah dia raih
ketika mengikuti lomba karaoke lagu-lagu Jepang. Banyaknya prestasi yang diraih
oleh Reyra membuat dirinya tidak jarang menerima pujian dari orang-orang terdekat
yang disampaikan secara langsung maupun tidak langsung. Hal tersebut menurut
Reyra adalah seperti mendapatkan dukungan, dan membuatnya semakin bersemangat
untuk bisa mempertahankan dan menampilkan seusatu yang lebih baik lagi dari
sebelumnya. Setelah menjadi cosplayer, Reyra banyak bertemu dengan cosplayer lain
yang lebih hebat dari dirinya. Hal tersebut dinilainya sebagai inspirasi yang dapat
dijadikan contoh menjadi cosplayer yang lebih baik. Dan Reyra juga yakin bahwa
setiap cosplayer termasuk dirinya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-
masing. Keyakinan tersebut yang membuatnya tidak iri dengan kelebihan yang orang
lain miliki, karena dia juga percaya kalau dia juga punya kelebihan yang orang lain
tidak miliki.
Cita-cita dan harapan Reyra semakin ingin dicapainya setelah mengikuti dan
aktif menjadi cosplayer, yaitu ingin pergi ke Jepang. Bergabungnya dia dalam
komunitas Jaico, banyak mengikuti kompetisi baik di dalam dan di luar kota
semarang membawa dia mengenal banyak orang baru. Dengan demikian harapan
Reyra dengan banyaknya “link” yang ada semakin mempermudah untuknya supaya
bisa merealisasikan cita-citanya. Keyakinan terus dibangun oleh Reyra agar selalu
berusaha memberikan yang terbaik, karena dia menyadari ada banyak orang lain yang
juga memiliki keinginan yang sama, maka dia harus berusaha lebih keras supaya lulus
dengan maksimal dalam setiap tes yang harus ditempuh, segera menyelesaikan
kuliah, dan harus tetap optimis kalau cita-citanya untuk ke Jepang akan segera
terealisasi. Kegagalan tidak jarang dialami dalam usahanya, tetapi karena semakin
kuatnya keinginannya untuk meraih apa yang dia harapkan, maka dia tidak mau
menyerah begitu saja dan berhenti di tengah jalan dan akan terus berusaha sampai
cita-cita ke Jepang dapat bener-benar terealisasi.
Cosplayer selanjutnya adalah Tora.Karena pernah menjabat sebagai ketua di
dalam Komunitas Cosplay Jaico, Tora mulai belajar untuk menyelesaikan masalah
dengan kepala dingin, karena sebagai ketua dia bertanggung jawab untuk
menyelesaikan setiap masalah dan kesalahpahaman yang sering terjadi dalam
komunitas. Selain itu, selama menjadi ketua di Jaico, Tora juga belajar untuk bisa
lebih percaya diri memimpin sebuah organisasi. Karena selama menjadi ketua, dia
memimpin teman-temannya untuk ikut kompetisi cosplay kabaret yang ada di luar
kota, dengan begitu selagi memimpin teman-teman yang baru pertama kali mengikuti
kompetisi di luar kota, dia juga belajar untuk juga menanamkan rasa percaya diri
dalam dirinya sendiri. Sikapnya ketika menerima pujian setelah menjadi cosplayer
adalah tidak mudah puas, dan akan terus berusaha untuk dapat menjadi lebih baik
lagi.
Mengikuti kompetisi cosplay baik di Semarang ataupun di kota lain membuat
Tora mulai mengenal cosplayer dari berbagai daerah di Indonesia, khususnya di Jawa,
bahkan sampai cosplayer dari luar negeri. Dengan bertemu banyak orang, dia banyak
menemukan orang-orang luar biasa yang sudah hebat dalam bidang cosplay. Orang-
orang tersebut dia anggap sabagai sumber inspirasi dan contoh untuk dapat manjadi
cosplayer yang lebih baik lagi. bukan hanya dalam bidang cosplay, mengenal orang
baru juga menambah pengalaman dan belajar mengenal orang dengan karakter yang
berbeda-beda.
Setelah menikmati menjadi seorang cosplayer, Tora memiliki harapan dan
keinginan baru, yaitu ingin mengembangkan kemampuannya dalam bidang cosplay.
tetapi baginya cosplay tetaplah sebuah hobi, dan hobi tidak akan mengganggu karier
dan cita-cita yang seemula dia ingin raih. Kedepannya Tora ingin sekali mengikuti
kompetisi cosplay bertaraf nasional bahkan Internasional. Untuk mencapai harapan
dan cita-cita tersebut, tentunya harus semakin pandai membagi waktu, pikiran bahkan
keuangan. Agar berjalan seimbang, antara kuliah, pekerjaan dan hobi. Sikap optimis
tetap ada dan terus bertambah, karena dengan keyakinan yang kuat, pasti akan
membawa semangat yang tinggi juga dalam usaha yang ditempuh dan kerja keras
yang dilakukan. Dan jika mengalami kegagalan tentunya tidak boleh menyerah
sampai mencapai apa yang diharapkan, untuk bisa membanggakan orang tua dengan
pekerjaan yang baik dan menjadi cosplayer yang dikenal dengan karyanya.
Beralih kepada cosplayer berikutnya yaitu Adi. Ketika menghadapi orang
yang kesal, dengan pembawaannya yang tenang, tanpa harus marah, Adi mengajak
orang tersebut berbicara dan menyelesaikan masalah yang ada.
Setelah banyak mengikuti kompetisi cosplay, rasa minder sudah mulai hilang.
Terkadang rasa kurang percaya diri masih muncul ketika tampil di hadapan orang-
orang baru atau misalkan mengikuti kompetisi cosplay di luar Semarang.
Menanggapi pujian dari orang lain Adi tetap selalu interospeksi dan melihat
dirinya, apakah memang sesuai dan sudah baik seperti yang orang lain katakan. Rasa
senang ketika dipuji pasti ada, dan pasti dijadikan motivasi dan semangat untuk bisa
lebih baik lagi. dan jika melihat ada orang memiliki apa yang tidak dimiliki atau
memiliki lebih baik dari yang dia miliki, Adi mencari tahu kelebihan dari orang
tersebut, kemudian menjadikannya motivasi untuk jadi lebih baik, dan bisa menjadi
panutan untuk lebih mengembangkan diri.
Harapan dan cita-cita Adi tetap sama, ingin mendapat kenaikan pangkat dan
rejeki yang banyak supaya dapat menabung untuk masa depan. Selain untuk tabungan
masa depan, dari uang yang dia hasilkan dengan usaha nya sendiri Adi ingin juga
mengembangkan dirinya dalam bidang cosplay, dengan membuat kostum yang lebih
baik. Sehingga cosplay benar-benar menjadi hobi yang menyenangkan dan dapat
digunakan supaya tidak stress karena terlalu maikirkan pekerjaan. Untuk
mewujudkan keinginan tersebut tentunya harus selalu berusaha dan bekerja tanpa
banyak megeluh agar tidak menyerah sebelum harapan terwujud dan berakhir hanya
menjadi mimpi.
Terakhir adalah Bety. Jika menghadapi orang yang membuatnya kesal, Bety
tidak akan langsung marah-marah, tetapi jika orang tersebut sudah keterlaluan dan hal
tersebut dapat merusak hubungan antar teman dalam komunitas, maka Bety tidak
segan untuk berbicara langsung kepada orang tersebut, agar tidak menjadi masalah
yang berakibat buruk pada komunitas. Anggota yang lebih senior dari Bety sekarang
banyak yang sedang sibuk menyelesaikan skripsi atau tugas akhir mereka, maka
sekarang Bety terbeban untuk membimbing teman-teman anggota komunitas dan
terkadang terlihat banyak bicara dan marah-marah, tetapi Bety mengatakan bahwa dia
tidak akan marah tanpa ada alasan, dan dia akan berusaha untuk memberikan yang
terbaik untuk sahabat dan komunitasnya.
Karena sudah terbiasa tampil di depan banyak orang, yaitu melakukan
kegiatan cosplay ataupun dance, sedikit demi sedikit Bety dapat mengurangi rasa
minder. Bety yang sekarang semakin sering tampil dan mengikuti kompetisi baik
cosplay maupun dance, berhasil meraih juara dan mendapat banyak dukungan, maka
dapat menambah rasa percaya dirinya dan tidak gampang minder lagi. kemudian jika
mendapat pujian dari prestasinya, maka Bety tidak akan lupa mengucapkan terima
kasih atas pujian yang orang lain berikan, dan akan semakin termotivasi untuk dapat
menjadi lebih baik dan tidak puas begitu saja dengan pujian yang diterimanya.
Jika ada orang lain yang lebih baik atau memiliki sesuatu yang tidak dimiliki
maka Bety akan memperhatikan orang tersebut, melihat apa kelebihan dari orang
tersebut, menjadikannya inspirasi, dan motivasi untuk bisa membuat karya yang lebih
baik dengan kemampuannya.
Cita-cita dan harapan Bety berubah karena sudah banyak menyibukan diri dan
tergabung dalam Komunitas Cosplay Jaico dan juga aktif dalam kegiatan cosplay
ataupun dance. Harapannya dia segera menyelesaikan kuliah, mendapatkan
pekerjaan, mencari modal yang cukup dan selama itu akan terus berkarya sampai
akhirnya tercapai cita-citanya untuk menjadi seniman yang memiliki karya yang
dapat dibanggakan dan dapat membanggakan orang tua. Keterlibatannya menjadi
cosplayer dan bergabungnya Bety dalam komunitas Cosplay Jaico dijadikannya
sarana untuk menambah pengalaman, mengenal orang-orang baru. Dan harapannya
sekarang setelah dapat bekerja dan memiliki penghasilan sendiri adalah membuat
kostum untuk cosplay yang selama ini tidak bisa dibuat karena keterbatasan dana.
Optimis dan keyakinan harus dimiliki untuk dapat mencapai apa yang
diharapkan, tetapi dalam usaha mencapai harapan tersebut pasti pernah mengalami
kegagalan, yang harus dilakukan saat mengalami kegagalan adalah mengumpulkan
semangat untuk bisa bangkit lagi, berusaha lagi dan dengan dukungan dari teman,
keluarga dan juga sahabat akan membantu semangat untuk berusaha lagi akan ada.
Berdasarkan pemaparan atau penjelasan di atas, dapat dilihat bagaimana
pemahaman cosplayer tentang dirinya, atau yang disebut dengan konsep diri. Setelah
menjadi cosplayer dan bergabung menjadu anggota komunitas Jaico, pemahaman
mereka tentang diri mereka banyak berkaitan dengan kegiatan mereka sebagai
cosplayer. Mulai dari mereka yang banyak belajar dari pengalaman yang di dapatkan
dari kegiatan cosplay ini, dan juga bagaimana mereka merancang strategi yang
berhubungan dengan masa depan atau cita-cita mereka dalam berkarir di pekerjaan
atau harapan dalam perkembangan kegiatan cosplay yang mereka lakukan. Dari
pemahaman mereka tentang diri mereka yang sudah menjadi cosplayer, kita dapat
melihat bahwa konsep diri cosplayer, khususnya cosplayer senior Komunitas Jaico
yang menjadi informan dalam penelitian ini masuk dalam kategori Konsep Diri
Positif, karena pemahaman mereka tentang dirinya masuk dalam ciri-ciri Konsep diri
positif, antara lain, dapat belajar dari pengalaman masalahnya selama menjadi
cosplayer, bersikap positif dalam menghadapi orang lain yang lebih hebat ketika
sedang mengikuti kompetisi cosplay, mampu menyikapi masalah yang dihadapi
selama menjadi cosplayer, dan dapat merancang strategi untuk masa depan dan
harapannya yang akan datang, merancang bagaimana rencana cosplay untuk kegiatan
atau event selanjutnya.
Seperti yang telah dijelaskan, kehidupan cosplayer diibaratkan seperti
panggung pertunjukan, yaitu memiliki panggung depan dan juga panggung belakang.
Di dalam panggung depan maupun panggung belakang, cosplayer melakukan
komunikasi dan berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya baik secara lisan
ataupun dengan simbol-simbol melalui tingkah laku dan penampilannya. Pada
panggung belakang, yaitu situasi dimana para cosplayer ini belum mengenal cosplay,
dan masih berada dalam komunitas alamiahnya yaitu dengan budaya Jawa, sampai
kepada panggung depan yaitu situasi pada saat mereka masuk menjadi anggota
Komunitas Cosplay Jaico dan menjadi cosplayer kemudian melakukan kegiatan
cosplay, dan akhirnya berada dalam situasi dimana mereka sudah menjadi cosplayer
dan menjalani kehidupdan sehari-hari mereka sebagai sesorang yang masih harus
melaksanakan aktifitas sesuai dengan budaya alami nya yaitu budaya Jawa, dan juga
sebagai anggota komunitas cosplay yang sangat erat kaitannya dengan budaya pop
Jepang.
Dalam menjalani kehidupan, setiap orang tentunya dihadapkan pada berbagai
situasi dan juga berada dalam komunitas atau lingkungan yang berbeda-beda. Hal
tersebut membuat setiap orang melakukan apa yang disebut dengan pengelolaan
kesan atau disebut dengan impression management. Pengelolaan kesan dilakukan
oleh setiap orang untuk dapat memenuhi harapan dari setiap komunitas atau
lingkungan dimana dia berada. Begitu juga dengn cosplayer yang menjadi obyek
penelitian ini. Sebagai seseorang yang berasal dari keturunan Jawa, walaupun sudah
menjadi cosplayer, cosplayer dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat atau
dalam kehidupan dengan keluarga maka akan tetap melakukan aktifitas sesuai budaya
Jawa, seperti berbicara sopan dengan bahasa Jwa yang sopan kepada orang tua, dan
kehidupan sehari-hari yang masih menggunakan bahasa Jawa. Lain halnya ketika
cosplayer sedang berada dalam komunitas dan berinteraksi dengan anggota
komunitas cosplay, mereka akan cenderung mengikuti dan menerapkan sedikit
banyak hal yang berhubungan dengan budaya pop Jepang, seperti mengucapkan
salam dalam bahasa Jepang, memakai pakaian dan gaya rambut ala harajuku, dan
juga mendengarkan musik dari band Jepang yang mereka sukai. Karena dihadapkan
situasi yang berbeda itulah, cosplayer melakukan pengelolaan kesan. Saat berada di
lingkungan budaya Jawa dia harus tetap menjunjung tinggi budaya Jawa sebagai
budaya alamiahnya, dan saat dalam komunitas cosplay mengikuti budaya Jepang.
Pengelolaan Kesan dilakukan untuk dapat menciptakan hubungan dengan masyarakat
yang harmonis. Karena jika setiap orang dapat menempatkan diri sesuai dengan
situasi dan lingkungan dimana dia berada, maka selain dapat diterima menjadi
anggota masyarakat atau anggota komunitas yang baik, hubungan satu-sama lain akan
berjalan dengan baik dan harmonis.