t1_362008028_bab v.pdf

38
BAB V KONSEP DIRI COSPLAYER KOMUNITAS COSPLAY JAICO Pada bagian ini peneliti telah menganalisa hasil dari penelitian yang dilakukan. Setelah melihat permasalahan yang ada, mencari teori yang sesuai dengan permasalahan, kemudian menentukan metodologi atau strategi yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian, dalam bab ini peneliti akan memaparkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui konsep diri cosplayer berdasarkan komunikasi simbolik. 5.1. Pemahaman tentang cosplay sebelum jadi cosplayer Sebelum masuk menjadi anggota dan menjadi cosplayer, anggota lama komunitas Jaico yang menjadi informan dalam penelitian ini memiliki latar belakang dan alasannya kemudian memutuskan untuk bergabung menjadi anggota komunitas Jaico dan menjadi cosplayer. Pada waktu sebelum menjadi cosplayer, mereka memiliki pemahaman menurut versi mereka sendiri tentang apa itu kegiatan cosplay, sehingga membuat mereka tertarik untuk melakukan kegiatan tersebut. Berikut penjelasan tentang apa itu cosplay, menurut informan dalam penelitian ini yaitu pandangan mereka sebelum menjadi cosplayer. Bagi seorang Henky, yang pada saat itu belum menekuni kegiatan cosplay, menurutnya cosplay adalah kegiatan dimana kita dapat memakai kostum dan memainkan peran dari tokoh atau karakter yang kita sukai di dalam anime atau film Jepang, khususnya film tokusatsu. Perkembangan kegiatan yang ada di dalam komunitas yang di bentuk membawa dia juga ikut tertarik dan terlibat juga dalam kegiatan cosplay, menjadi cosplayer sampai sekarang. Selama ini, karakter yang

Upload: dangcong

Post on 15-Jan-2017

247 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: T1_362008028_BAB V.pdf

BAB V

KONSEP DIRI COSPLAYER KOMUNITAS COSPLAY

JAICO

Pada bagian ini peneliti telah menganalisa hasil dari penelitian yang

dilakukan. Setelah melihat permasalahan yang ada, mencari teori yang sesuai dengan

permasalahan, kemudian menentukan metodologi atau strategi yang dilakukan untuk

mencapai tujuan penelitian, dalam bab ini peneliti akan memaparkan hasil dari

penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui konsep diri cosplayer berdasarkan

komunikasi simbolik.

5.1. Pemahaman tentang cosplay sebelum jadi cosplayer

Sebelum masuk menjadi anggota dan menjadi cosplayer, anggota lama

komunitas Jaico yang menjadi informan dalam penelitian ini memiliki latar belakang

dan alasannya kemudian memutuskan untuk bergabung menjadi anggota komunitas

Jaico dan menjadi cosplayer. Pada waktu sebelum menjadi cosplayer, mereka

memiliki pemahaman menurut versi mereka sendiri tentang apa itu kegiatan cosplay,

sehingga membuat mereka tertarik untuk melakukan kegiatan tersebut. Berikut

penjelasan tentang apa itu cosplay, menurut informan dalam penelitian ini yaitu

pandangan mereka sebelum menjadi cosplayer.

Bagi seorang Henky, yang pada saat itu belum menekuni kegiatan cosplay,

menurutnya cosplay adalah kegiatan dimana kita dapat memakai kostum dan

memainkan peran dari tokoh atau karakter yang kita sukai di dalam anime atau film

Jepang, khususnya film tokusatsu. Perkembangan kegiatan yang ada di dalam

komunitas yang di bentuk membawa dia juga ikut tertarik dan terlibat juga dalam

kegiatan cosplay, menjadi cosplayer sampai sekarang. Selama ini, karakter yang

Page 2: T1_362008028_BAB V.pdf

dicosplaykan oleh Henky adalah karakter yang pendiam, dingin, dan tidak banyak

bicara. Hal tersebut menurutnya karena karakter yang cenderung banyak bicara tidak

cocok dengan sifat asli dirinya. Baik cosplay individu dan cosplay cabaret sudah

pernah dimainkan oleh Henky. Di dalam cosplay kabaret Henky banyak belajar untuk

mengembangkan kemampuannya dalam memainkan peran yang dia cosplaykan.

Karena dalam cosplay kabaret yang dilakukan secara berkelompok, tentunya harus

tampil bersama orang lain, maka harus ada kerja sama yang baik agar setiap karakter

dapat diperankan dengan baik.

Sebelum aktif menjadi cosplayer, Reyra memiliki pandangan terhadap apa itu

cosplay, menurutnya cosplay adalah bagian dari cita-cita yang ingin dia penuhi, dan

dia menjadi tertarik dengan cosplay, karena dengan cosplay dia dapat memakai

kostum sesuai dengan karakter yang dia sukai dalam anime. Ketertarikannya itu yang

membuat Reyra ingin menjadikan cosplay sebagai hobby, ditambah karena

ketertarikannya pada anime Jepang sudah sejak dia masih kecil, dan membuat dia

menjadi cosplayer dan terhitung menjadi anggota yang aktif di Jaico.

Sebelum bergabung dalam komunitas cosplay, baik yang berada di Kudus

ataupun Semarang, pandangan Tora mengenai apa itu cosplay adalah hobby yang bisa

jadi sesuatu yang serius dan bisa jadi sebuah cita-cita. Karena dari kecil Tora sudah

suka dengan tokoh-tokoh dalam anime dan film tokusatsu, dan ingin menjadi seperti

tokoh yang disukai, dengan begitu, ketika sudah menjadi seorang cosplayer, baginya

itu adalah cita-cita masa kecil yang sudah tercapai.

Sebelum aktif menjadi seorang cosplayer yang sering menampilkan kostum

Kamen Rider, menurut Adi kegiatan cosplay adalah kegiatan memainkan peran

dengan menggunakan ksotum kemudian tampil di atas panggung menampilkan

karakter sesuai dengan kostum yang dibawakan.

Menurut Bety yang belum terlibat dalam komunitas cosplay atau menjadi

cosplayer, kegiatan cosplay menurutnya adalah kegiatan memainkan peran dengan

kostum, kemudian tampil di atas panggung dan menampilkan karakter sesuai dengan

kostum yang dibawakan.

Page 3: T1_362008028_BAB V.pdf

5.2. Panggung Belakang (Back Stage)

5.2.1. Kegiatan di Panggung Belakang (back stage)

Pertunjukan Cosplay, seperti yang telah dijelaskan pada pendahuluan dalam

penelitian ini, merupakan kegiatan memerankan tokoh seperti yang ada dalam

animasi dan tokusastu Jepang dengan menggunakan kostum seperti tokoh tersebut.

Sebelum melakukan pertunjukan Cosplay, tentu ada beberapa hal yang harus

Cosplayer persiapkan agar pertunjukan mereka berjalan dengan baik, dan supaya

dapat membawakan kostum dan karakter yang mereka bawakan sesuai karakter yang

ada di dalam anime dan tokusatsu.Berikut akan dijelaskan tentang proses persiapan

yang dilakukan oleh cosplayer dalam mempersiapkan pertunjukan cosplay.

Sebelum memutuskan untuk membawakan sebuah karakter untuk

dicosplaykan, terlebih dahulu ada hal penting yang harus diperhatikan. Informan

dalam penelitian ini sepakat mengatakan dalam wawancara yang kami lakukan,

bahwa yang paling penting dalam melakukan pertunjukan Cosplay adalah menyukai

dan mengetahui dengan baik karakter yang akan mereka bawakan. Masing-masing

cosplayer yang menjadi informan dari penelitian ini memiliki tokoh dan karakter

favorit dalam anime dan tokusatsu.Mereka mengatakan bahwa mereka menyukai

tokoh tertentu dalam anime atau tokusatsu karena sifat dari karakter tersebut ataupun

karena kostumnya yang bagus.Seperti yang dikatakan oleh Maulida, dia menyukai

salah satu tokoh yang ada dalam anime yang berjudul Fate Stay Night, yaitu Saber.

Maulida mengatakan dia sangat suka dengan tokoh yang memiliki sifat “kudere”,

yang dalam istilah bahasa Jepang berarti perempuan yag memiliki sifat lembut, kalem

dan tenang. Sama hal nya dengan Maulida, Henky juga berpendapat sama saat

ditanya tentang tokoh favoritnya, dia mengatakan bahwa dia menyukai tokoh laki-laki

yang memiliki sifat kalem dan tenang seperti tokoh Siryuu dalam anime Saint Seiya,

hal tersebut karena menurut dia karakter tersebut juga sesuai dengan karakternya

dalam kehidupan sehari-hari, dan memang dia tidak cocok untuk membawakan tokoh

laki-laki yang lucu dan banyak tingkah.

Page 4: T1_362008028_BAB V.pdf

Setelah memilih dan memutuskan karakter yang akan dibawakan, persiapan

selanjutnya adalah menyiapkan bahan-bahan yang akan dipakai untuk membuat

kostum. Bagian utama dari pertunjukan cosplay adalah kostum, maka segala sesuatu

yang berkaitan dengan pembuatan kostum harus dipersiapkan dan dikerjakan dengan

baik. Untuk kostum yang berbahan kain, biasanya cosplayer membeli kainnya

terlebih dahulu dan mempercayakan pembuatan kostum pada penjahit langganan

mereka. Tetapi jika kostum yang akan dibuat adalah kostum armor, seperti karakter

yang ada di dalam film tokusatsu, maka mereka membeli spon ati sebagai bahan

dasar pembuatan armortersebut, karena untuk pembuatan armor memerlukan bahan

yang kuat dan kaku, sedangkan ketebalan kostum dapat disesuaikan dengan tebal

spon ati yang bervariasi. Proses pembuatan kostum harus mengikuti seperti kostum

asli nya seperti yang ada dalam anime atau tokusatsu.

Gambar 9

Pembuatan Kostum Cosplay Tokusatsu Kamen Rider

Sumber : http://www.kaskus.com

Page 5: T1_362008028_BAB V.pdf

Cara yang paling mudah adalah dengan mencetak gambar kostum yang

mereka dapat dari internet, supaya dapat menjadi contoh dan panduan mereka dalam

membuat kostum.Setelah itu spon ati dibentuk sesuai pola, di cat dan dibuat sesuai

dengan gambar yang menjadi panduan.Selain kostum yang dipakai dalam

pertunjukan cosplay, properti yang dipakai saat pertunjukan di atas panggung juga

harus dipersiapkan supaya pertunjukan cosplay dapat ditampilkan dengan maksimal.

Sambil menyelesaikan pembuatan kostum, yang dilakukan untuk

mempersiapkan pertunjukan Cosplay adalah membuat skenario pertunjukan dan juga

musik latar yang akan dipakai saat pertunjukan nantinya. Sekenario dibuat dapat

mengambil salah satu adegan yang ada dalam anime atau tokusatsu sesuai dengan

karakter yang dibawakan. Dalam sekenario yang dibuat, cosplayer merancang

percakapan dan koreografer yang akan ditampilkan. Dalam pertunjukan cosplay,

terdapat dua macam pertunjukan, yaitu pertunjukan individu dan pertunjukan tim atau

bersama-sama atau yang biasa disebut dengan Cosplay Kabaret.Persiapan

pertunjukan Cosplay Kabaret tentu saja lebih kompleks dan lebih sulit dibandingkan

dengan Cosplay Individu. Yang membuat Cosplay Kabaret lebih sulit dan lebih

kompleks adalah karena dalam pertunjukannya, Cosplay Kabaret menampilkan alur

cerita yang lebih panjang sekitar 15-20 menit dan didalamnya terdapat 3 atau lebih

Cosplayer yang memerankan tokoh dalam sebuah cerita atau sekenario tertentu dalam

anime atau tokusatsu. Baik cosplay individu atau Cosplay Kabaret memerlukan

musik lattar yang sesuai dan mendukung pertunjukan mereka. Kemudian ada hal lain

yang kadang dibutuhkan juga dalam pertunjukan Cosplay, yaitu dubbing untuk

mengisi suara pada percakapan dalam pertunjukan cosplay. Dubbing dipakai untuk

mendukung pertunjukan cosplay agar semakin memperkuat karakter yang

ditampilkan. Dubbing atau pengisian suara pada sekenario atau musik lattar, dibuat

semirip mungkin dengan karakter asli yang di cosplay-kan dan dalam anime atau

tokusatsu sesuai dengan karakter yang dibawakan. Setelah kostum dan properti sudah

jadi, sekenario, koreografi, musik lattar dan dubbing suara telah dilakukan, persiapan

yang tidak boleh dilewatkan juga adalah proses pendalaman karakter dan latihan.

Page 6: T1_362008028_BAB V.pdf

Kostum yang baik, harus didukung dengan pembawaan karakter yang baik juga,

untuk membuat pertunjukan Cosplay yang baik, karena segala sesuatu yang telah

dipersiapkan tersebut akan sangat berpengaruh pada tersampaikannya pesan pada

pertunjukan cosplay.

5.2.2. Cosplayer ketika sedang di Panggung Belakang (Back Stage)

Anggota Komunitas Cosplay Jaico, hampir seluruhnya adalah dari keturunan

Jawa. Sebelum menjadi cosplayer dan bergabung dalam Komunitas Cosplay Jaico,

dalam kehidupan sehari-hari, tentunya sangat dekat dan mencerminkan budaya Jawa.

Dalam hal ini kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun saat bergaul

dengan masyarakat sekitar, cosplayer tersebut berada dalam komunitas alamiahnya.

Karena dari kecil mereka sudah dibesarkan dengan dalam lingkungan budaya Jawa,

dan melakukan aktifitas ataupun bertindak sesuai dengan budayanya.

Sebelum membentuk Komunitas Jaico bersama teman-teman dan aktif sebagai

seorang cosplayer, Henky melakukan kegiatan mahasiswa seperti pada umumnya,

berkumpul bersama teman-teman kuliah, membicarakan tentang perkuliahan,

mengerjakan tugas dan lain sebagainya. Dalam berkomunikasi dengan teman-teman,

Henky terbiasa menggunakan bahasa Jawa, karena sebagian besar teman yang akrab

dengannya adalah orang Jawa. Gaya berpakaian yang biasa dia gunakan untuk pergi

sangat casual, menurut Henky dirinya adalah orang yang tidak terlalu memusingkan

tentang penampilan. Saat pergi kuliah dia akan menggunakan pakaian casual dan rapi,

ketika sedang pergi dengan teman-teman dalam acara santai dia terbiasa hanya

menggunakan kaos, celana pendek dan juga sandal. Tidak seperti sekarang, sebelum

terlibat dan mulai menekuni dunia cosplay, Henky tidak pernah tahu tentang make-

up, baginya adalah hal yang aneh jika ada laki-laki yang memakai make-up, terutama

pada kehidupan sehari-hari. Seperti halnya dengan gaya rambutnya, sebelum sering

cosplay, sejak waktu masih duduk di bangku sekolah, Henky terbiasa dengan rambut

pendek, tetapi ketika mulai mengenal band-band Jepang semenjak kuliah dan sering

tampil di panggung, maka Henky jadi sering memanjangkan rambutnya.

Page 7: T1_362008028_BAB V.pdf

Sebelum mengenal dan terlibat aktif dalam cosplay, Reyra adalah orang yang

pendiam, hanya kepada orang yang sudah akrab saja dia merasa bisa mengobrol dan

berbicara bebas. Walaupun belum aktif dalam kegiatan cosplay, Reyra sudah

memiliki teman yang juga suka dengan anime Jepang yang dia kenal, yaitu teman

sekolah dan juga teman kuliah yang satu Jurusan dengan dia yaitu, pendidikan bahasa

Jepang. Dengan teman-temannya, diluar pembicaraan tentang sekolah, kuliah dan

tugas-tugas, Reyra juga sering membicarakan tentang anime yang dia sukai dan

bertukar informasi dengan teman-teman tentang anime yang baru rilis dan tayang di

Jepang.

Dalam hal berpakaian, sebelum aktif dalam kegiatan cosplay, Reyra

mengatakan bahwa dia setiap hari hanya memakai baju yang standar, jika pergi kuliah

dia mengenakan baju berkerah, celana Jeans dan juga sepatu karena di kampus

memang tidak diperbolehkan menggunakan sandal. Reyra juga tidak pernah

menggunakan aksesoris lain selain jam tangan. Selain cara berpakaian yang

menurutnya biasa saja, dalam hal make-up Reyra setiap harinya hanya menggunakan

pelembab dan bedak, hanya dalam acara tertentu, dia baru memakai make-up yang

agak tebal. Dalam kehidupan sehari-hari dia tidak suka memakai make-up terlalu

tebal karena akan terlihat menor, dan Reyra paling tidak suka dengan perempuan

yang memakai make-up terlalu tebal apalagi yang memakainya setiap saat. Dan

tentang gaya rambutnya, Reyra mengatakan hanya suka dengan rambut panjang dan

hanya memotongnya sesekali saja supaya tidak terlalu panjang, karena jika terlalu

panjang menurutnya akan mengganggu aktifitas dan juga susah dalam perawatannya.

Ketertarikannya terhadap Cosplay sudah muncul sejak dia masih kecil,

hobinya menonton anime dan film tokusatsu dari Jepang membuat dia memiliki

keinginan untuk menjadi seperti tokoh-tokoh yang dia sukai dari anime dan film

tokusatsu.

Sebelum mengenal tentang cosplay, kesukaannya pada anime dan film

tokusatsu dari Jepang dilakukan dengan mengumpulkan action figure, gundam,

tamiya, dan lain sebagainya. Gaya berpakaiannya sebelum mengenal cosplay adalah

Page 8: T1_362008028_BAB V.pdf

gaya berpakaian standar, baginya setiap pakaian yang dia beli yang penting harus

awet. Jika bepergian, memakai pakaian yang rapi, sopan dan tahu pada tempatnya

sudah lebih dari cukup. Sehari-hari Tora menggunakan bahasa Indonesia kepada

teman yang belum akrab, kepada teman yang sudah akrab dia biasa menggunakan

bahasa Jawa, dan berbeda lagi ketika berbicara dengan orang yang lebih tua, biasanya

menggunakan bahasa Jawa halus sebagai tanda hormat. Saat berkumpul bersama

dengan teman-teman selain anggota komunitas cosplay, biasanya Tora dan teman-

teman membicarakan tentang kuliah. Selain menyukai anime dan film tokusatsu, Tora

juga memiliki hobi yang lain, yaitu mendaki gunung. Jadi selain memiliki teman yang

sama-sama menyukai anime dan film tokusatsu, Tora juga memiliki beberapa teman

dekat yang biasanya mendaki gunung bersama-sama. Tentang make-up dan gaya

rambut, Tora tidak pernah memakai make-up, baginya aneh kalo laki-laki memakai

make-up. Kalau gaya rambut, Tora lebih senang dengan rambut pendek, walaupun di

kampus diijinkan untuk memanjangkan rambut tetapi dia memang sudah terbiasa

dengan rambut pendek.

Sebelum terlibat dan aktif menjadi cosplayer, Adi tidak pernah

memperhatikan masalah penampilan, baik gaya berpakaian, atau gaya rambutnya.

Setiap hari untuk pergi ke kantor dia memakai seragam, dan memakai sepatu.

Sepulang kantor, jika akan bepergian dengan teman kantor, Adi hanya menggunakan

kaos, celana Jeans dan juga sandal. Untuk gaya rambut, karena Adi memiliki rambut

yang tidak lurus, maka harus rajin di potong supaya tetap rapi. Dan tuntutan

pekerjaan membuat Adi harus selalu tampil rapi.

Selama ini Bety merasa tidak ada teman yang bisa di ajak mengobrol dan

membicarakan tentang anime dan berbagai hal tentang Jepang. Setelah menjadi

mahasiswa di UNNES, dan mengetahui kalau ada Komunitas Cosplay Jaico maka

Bety memutuskan untuk bergabung supaya mendapatkan teman yang bisa di ajak

membicarakan tentang anime dan berbagai hal tentang Jepang.

Bety mengatakan sudah suka dengan berbagai hal dengan Jepang sejak lama,

dan menjadi inspirasi untuknya baik dalam gaya berbicara, gaya berpakaian, make-up

Page 9: T1_362008028_BAB V.pdf

dan gaya rambut. Menurutnya, dia adalah orang yang tidak banyak bicara, terutama

dengan orang yang belum begitu dikenalnya, atau tidak akrab dengannya. Tetapi jika

sedang berkumpul dan mengobrol dengan orang yang sudah akrab dan dekat

dengannya maka dia akan banyak berbicara dan bisa membicarakan berbagai hal.

Harajuku adalah style fashion anak muda di Jepang, Bety sangat senang

dengan Harajuku karena sangat berani dalam menadukan warna, memakai banyak

aksesoris dan make-up yang tebal. Ketertarikannya dengan harajuku, tidak membuat

Bety dalam kesehariannya menggunakan gaya berpakaian tersebut, karena merasa

masih malu dan takut terlihat aneh jika dilihat oleh orang lain. Sehari-hari Bety hanya

menggunakan sedikit make-up, yaitu menggunakan cream, pelembab, bedak dan

eyeliner tipis. Dan untuk gaya rambut, Bety lebih suka dengan rambut hitam yang

panjang. Karena menurutnya perempuan bagus dengan rambut hitam dan panjang.

5.2.3. Proses Komunikasi selama berada di Panggung Belakang (back

stage)

Dibesarkan dalam lingkungan dengan kebudayaan Jawa tidak menutup

kemungkinan para cosplayer ini tidak terpengaruh dengan kebudayaan lain. Pada era

globalisasi pada saat ini, teknologi informasi dan komunikasi sudah semakin maju

dan berkembang. Hal tersebut membuat setiap orang, tidak terkecuali para cosplayer

untuk menerima budaya dari luar selain budayanya sendiri. Seperti contohnya, pada

masa anak-anak, para cosplayer sangat suka menonton tayangan televisi yang

mengandung nilai-nilai budaya dari negara lain, yaitu film kartun dari Jepang, yang

viasa disebut dengan istilah anime dan juga tokusatsu.

Kesenangan akan anime atau tokusatsu buatan Jepang ternyata bagi sebagian

orang terlebih bagi para cosplayer ini tidak berhenti pada saat anak-anak saja, tetapi

sampai dewasa dan sudah menjadi mahasiswa. Bermula dari melihat dan

mendapatkan informasi dari internet, mereka menjadi tertarik dengan budaya pop

Jepang yaitu cosplay. Bagi mereka, cosplay menjadi kegiatan atau hobi yang bisa

Page 10: T1_362008028_BAB V.pdf

merealisasikan impian atau keinginan mereka pada waktu kecil untuk menjadi seperti

tokoh dalam anime atau film tokusatsu favorit mereka.

Pada saat persiapan pertunjukan cosplay atau dalam kehidupan sehari-hari

cosplayer secara keseluruhan, cosplayer melakukan komunikasi dan interaksi dengan

orang lain di sekitarnya. Di panggung belakang ini cosplayer menjadi dirinya sendiri

untuk berkomunikasi, dan tidak perlu memainkan peran sebagai orang lain seperti

pada saat cosplay. Topik yang menjadi bahan pembicaraan dalam komunikasi sehari-

hari adalah tergantung dengan siapa cosplayer tersebut berkomunikasi, jika

mengobrol dengan teman kuliah atau teman di luar komunitas Cosplay, mereka akan

membicarakan hal-hal yang bersifat umum, misalnya kepada teman kuliah mereka

akan membicarakan tentang hal-hal yang berhubungan dengan kuliah, tetapi kepada

teman-teman dalam komunitas atau dari komunitas Cosplay yang lain cosplayer akan

membicarakan tentang berbagai hal yang berhubungan dengan budaya pop Jepang

yang mereka sukai dan saling berbagi informasi tentang perkembangan yang ada

khususnya dalam hal cosplay.

Kegiatan Cosplay masih belum dikenal dengan baik oleh masyarakat pada

umumnya, sehingga masih banyak stigma negatif yang melekat pada kegiatan

cosplay. Masih banyak yang menempatkan cosplay sebagai kegiatan yang

mencerminkan tidak cinta tanah air dan lebih mengembangkan budaya dari negara

lain daripada budaya dari negara sendiri. Karena hal tersebut anggota komunitas

cosplay atau komunitas pecinta Budaya Pop Jepang yang lain membicarakan tentang

cosplay atau budaya Jepang hanya kepada orang-orang yang tahu saja dan jarang

membicarakan atau membahas tentang budaya pop Jepang khususnya cosplay kepada

orang lain di luar komunitas.

Stigma negatif tentang cosplay dan juga cosplayer tidak jarang juga dimiliki

oleh orang tua cosplayer itu sendiri. Orang tua masih ada yang menganggap kegiatan

cosplay ini adalah kegiatan yang tidak penting atau hanya akan mengganggu kegiatan

utama seperti kuliah atau sekolah. Dengan hasil observasi dan pengamatan yang

penulis lakukan kepada cosplayer, khususnya cosplayer Jaico yang menjadi informan

Page 11: T1_362008028_BAB V.pdf

dalam penelitian ini, kegiatan cosplay tidak berpengaruh buruk apalagi sampai

menggangu kegiatan lain yang lebih penting. Hal tersebut membuat penulis melihat

bahwa negatif atau tidaknya kegiatan cosplay adalah tergantung dari pribadi

cosplayer itu sendiri agar kegiatan cosplay tidak mengganggu kegiatan lain yang

lebih penting seperti sekolah atau kuliah, bahkan pekerjaan sekalipun. Untuk

mendapatkan ijin dari orang tua dalam mengikuti kegiatan cosplay, cosplayer harus

dapat menjelaskan kepada orang tua tentang bagaimana kegiatan cosplay ini

dilakukan dan dapat meyakinkan orang tua kalau kegiatan ini tidak mengganggu hal

lain yang lebih penting, tidak menjerumuskan ke dalam pergaulan yang tidak baik,

dan juga tidak membawa pengaruh atau kebiasaan buruk.

Konsep diri adalah pandangan kita tentang siapa diri kita, dan bagaimana kita

mengetahui konsep diri, dapat kita peroleh lewat informasi dari komunikasi dengan

orang lain yang ada di sekitar kita. Orang lain berpengaruh pada konsep diri karena

bagaimana persepsi maupun sikap orang lain terhadap kita sering menjadi ukuran kita

menilai diri kita sendiri. Bagian selanjutnya dari penelitian ini proses interaksi

simbolik di dalam komunikasi yang dilakukan oleh Cosplayer (anggota lama)

komunitas Jaico, baik dengan anggota baru dalam komunitas sebagai reference group

dan anggota keluarga sebagai significant other, sebagai pihak yang berkomunikasi

atau berinterkasi dengan cosplayer dengan intensitas yang lebih banyak.

Anggota keluarga merupakan orang yang mempunyai hubungan emosional

dengan cosplayer anggota lama Komunitas Cosplay Jaico, dengan anggota keluarga

cosplayer juga melakukan komunikasi dan berinteraksi. Untuk melihat bagaimana

cosplayer saat berada di rumah atau sebelum bergabung dengan komunitas Jaico,

anggota keluarga adalah informan yang tepat untuk memperoleh informasi tentang

hal-hal yang berkaitan dengan konsep diri cosplayer.

Cosplayer anggota lama Komunitas Jaico menjadi seorang anak di dalam

keluarga. Anggota keluarga sebagai orang terdekat yang selalu bersama dengan

cosplayer sejak masih kecil, membuat terjalinnya hubungan emosional antara anggota

keluarga dengan cosplayer. Ketika sedang berada di rumah cosplayer melakukan

Page 12: T1_362008028_BAB V.pdf

interaksi dengan anggota keluarga. Melalui interaksi tersebut cosplayer memberikan

pesan verbal maupun non-verbal kepada anggota keluarga, kemudian dari pesan

tersebut anggota keluarga dapat melakukan penilaian tentang diri cosplayer saat

berada di rumah.

Anggota keluarga yang menjadi informan dalam penelitian ini sebagai

significant other adalah orang tua. Selama sudah menjadi cosplayer, orang tua

mengatakan belum pernah melihat pertunjukan cosplay yang dilakukan oleh anak-

anak mereka. Informasi mengenai kegiatan cosplay yang dilakukan oleh cosplayer

diterima oleh orang tua melalui penjelasan yang diberikan oleh cosplayer. Saat berada

di rumah cosplayer sering bercerita kepada orang tua tentang kegiatan cosplay yang

mereka lakukan, tentang apa itu cosplay, bagaimana dan apa saja persiapan yang

dilakukan untuk mempersiapkan pertunjukan cosplay, dan jika mendapatkan juara

dalam kompetisi cosplay maka cosplayer akan bercerita dengan orang tua mereka.

Anggota baru yang menjadi informan dalam penelitian ini mengatakan bahwa

mereka bertemu dan berkumpul dengan cosplayer anggota lama Jaico secara rutin

setiap hari kamis malam di gedung B4 UNNES, secara khusus untuk membicarakan

tentang rencana cosplay mereka berikutnya. Pertemuan tersebut merupakan

pertemuan rutin merek sejak komunitas Jaico terbentuk. Di luar pertemuan rutin

tersebut hampir setiap hari, karena mereka kuliah di tempat yang sama dan tempat

kost mereka berdekatan. Tidak harus selalu dalam event atau acara khusus, baik

anggota lama atau anggota baru sering bertemu dan berkumpul hanya untuk sekedar

pergi makan bersama, karaoke bersama, atau menonton film Jepang bersama-sama.

Intensitas bertemu antara anaggota baru dan anggota lama dalam komunitas Cosplay

Jaico, membuat mereka dapat berkomunikasi setiap hari dan saling mengenal satu

sama lain.

Tiap anggota baru memberikan informasi tentang cosplayer anggota lama

Komunitas Jaico berkaitan dengan simbol-simbol yang mereka terima dalam

komunikasi yang terjadi antara anggota baru dan cosplayer anggota lama komunitas

Cosplay Jaico. Pesan berupa simbol yang diterima anggota baru melalui komunikasi

Page 13: T1_362008028_BAB V.pdf

dengan cosplayer, adalah komunikasi yang terjadi pada saat cosplayer sedang

melakukan pertunjukan cosplay, dan juga komunikasi pada saat dalam kehidupan

sehari-hari.

Pada saat pertunjukan cosplay, para cosplayer anggota lama Komunitas

Cosplay Jaico memakai kostum, make-up, gaya rambut, sesuai dengan karakter yang

dibawakan, dan juga menampilkan sifat-sifat karakter yang dibawakan melalui

ekspresi wajah, gaya bicara, dan juga gerakan-gerakan khas dari karakter tersebut.

Saat pertunjukan berlangsung anggota baru melihat penampilan cosplayer anggota

Komunitas Cosplay Jaico dan memperhatikan simbol-simbol yang ditampilkan

seperti yang sudah disebutkan.

Dalam kehidupan sehari-hari, cosplayer anggota lama Jaico menjadi

mahasiswa biasa seperti yang lain sama hal-nya dengan anggota baru komunitas

Jaico. Pada saat tersebut anggota yang baru melakukan interaksi dengan cosplayer

anggota lama Komunitas Jaico. Melalui komunikasi tersebut anggota baru menerima

pesan berupa simbol-simbol yang akan merujuk pada konsep diri cosplayer.

Ketika ditanya dalam wawancara dengan peneliti tentang bagaimana

cosplayer anggota lama Komunitas Jaico dalam kehidupan sehari-hari, semua

informan mengatakan bahwa cosplayer anggota lama Komunitas Jaico adalah teman

yang baik, suka bercanda dan dengan senang hati membantu dan membimbing

anggota baru yang sedang belajar untuk membuat kostum dan juga mempersiapkan

pertunjukan cosplay. Meskipun saat pertunjukan cosplay para cosplayer tersebut

memainkan peran seperti karakter yang dibawakan, tetapi hal tersebut tidak merubah

sifat-sifat awal cosplayer sebelum melakukan cosplay. Yang berpengaruh dalam

kehidupan sehari-hari adalah dalam hal gaya bicara, setelah menjadi cosplayer,

sekarang anggota lama dengan sengaja sering memakai ungkapan-ungkapan dalam

bahasa Jepang dalam komunikasi sehari-hari dengan anggota baru. Selain gaya

bicara, yang biasanya berubah adalah cara berpakaian, dan make-up. Setelah menjadi

cosplayer biasanya mereka memakai pakaian dengan harajuku stlye, atau seperti gaya

berpakaian yang sedang menjadi tren di Jepang, dan dengan pengalaman mengikuti

Page 14: T1_362008028_BAB V.pdf

kompetisi di Semarang dan sekitarnya kemampuan make-up, khususnya bagi

cosplayer perempuan, pasti akan berkembang, yang membuat cosplayer perempuan

memakai make-up juga dalam kehidupan sehari-hari walaupun tidak terlalu banyak

seperti pada saat cosplay.

5.3. Panggung Depan (Front Stage)

5.3.1. Kegiatan Cosplay dalam sebuah event “Festival Jepang”

Festival Jepang atau biasa disebut dengan istilah dalam bahasa Jepang yaitu

Bunkasai, adalah sebuat event berisi pertunjukan budaya Jepang yang didalamnya ada

kegiatan atau kompetisi Cosplay.Bunkasai atau kompetsisi cosplay yang sudah

banyak dikenal karena mengumpulkan cosplayer dari berbagai belahan dunia

berkumpul dalam sebuah kompetisi cosplay yaitu event World Cosplay Summit.

Acara yang secara rutin diadakan di berbagai Negara.

Gambar 10

Event World Cosplay Summit 2013

Sumber :http://www.wcs.libura.com

Pertunjukan Cosplay pada umumnya dapat dinikmati oleh para pecinta

Cosplay dan orang umum pada saat berlangsungnya sebuah event yang biasa disebut

dengan festival budaya Jepang.Sampai saat ini di Indonesia sudah banyak pihak yang

menyelenggarakan event tersebut.Event atau Festival Budaya Jepang saat ini hampir

tiap bulan diadakan dari berbagai daerah, tidak jarang event tersebut menjadi event

rutin tahunan yang diselanggarakan. Hal ini dapat dilihat di wilayah Semarang, Solo,

Page 15: T1_362008028_BAB V.pdf

Yogyakarta dan sekitarnya, sampai dalam satu bulan kita dapat mengetahui ada

beberapa event yang diselenggarakan pada bulan yang sama.

Di dalam event atau Festival Budaya Jepang tersebut memang tidak hanya ada

kegiatan Cosplay saja, namun ada beberapa kegiatan lainnya seperti, penampilan

band yang membawakan lagu-lagu Jepang, Lomba menggambar Manga, Lomba

Karaoke lagu Jepang dan masih banyak lagi. dari banyaknya event yang ada,

membuat intensitas pertemuan Cosplayer dari berbagai Komunitas dan dari berbagai

daerah menjadi lebih sering terjadi.

Kompetisi Cosplay ini menjadi ajang bersaing dari para Cosplayer untuk

menunjukkan kemampuannya dalam bidang Cosplay.Dalam pertunjukan Cosplay,

khususnya Cosplay individu, setiap peserta diberi waktu selama maksimal 3 menit

untuk melakukan pertunjukannya di atas panggung. Dalam waktu yang termasuk

singkat tersebut cosplayer harus dapat menampilkan pertunjukan Cosplay mereka

dengan baik dan menampilkan apa yang sudah mereka persiapkan. Penilaian untuk

cosplay pada umumnya dinilai dari beberapa hal antara lain penilaian Kostum,

penilaian penampilan dan penilaian pendalaman karakter. Hal tersebut menjadi

ukuran dan juga pedoman bagi cosplayer untuk mempersiapkan pertunjukannya agar

dapat menampilkan kostum, pertunjukan dan pendalaman karakter yang baik.

Dalam pertunjukan cosplay, ada beberapa hal yang ditampilkan untuk dapat

menampilkan karakter dari tokoh yang mereka bawakan. Yang paling penting dalam

pertunjukan Cosplay tentu saja adalah kostum. Semakin detail kostum akan semakin

baik. Karena karakter yang ditampilkan dalam pertunjukan cosplay akan dikenal dan

diketahui oleh penonton dan yang melihat adalah dari kostumnya, semakin terkenal

tokohnya dan bagaimana kostumnya maka akan semakin mudah dikenali. Selanjutnya

adalah penampilan saat pertunjukan cosplay. Seperti karakter Saber yang ditampilkan

oleh Maulida, kostum yang dipakai dibuat semirip mungkin dengan aslinya, dari

mulai wig dengan warna yang sesuai, detail kostum, dan juga aksesoris yang dipakai.

Yang masuk dalam penampilan dalam pertunjukan cosplay adalah gerakan, ekspresi

Page 16: T1_362008028_BAB V.pdf

wajah, gaya bicara dan intonasi suara. Beberapa hal tersebut harus ditampilkan

dengan baik sesuai dengan karakter yang ada di dalam anime atau tokusatsu.

Pada saat melakukan pertunjukan di atas panggung setiap cosplayer

menampilkan cerita atau skenario tertentu, yang telah dipersiapkan.Didukung oleh

musik latar, aksesoris dan properti, cosplayer memainkan peran sesuai cerita.Dengan

kostum, musik latar dan properti yang ditampilkan sangat berpengaruh pada

berhasilnya pertunjukan cosplay.

5.3.2. Cosplayer Ketika berada di Panggung Depan (Front Stage)

Ketika berada di panggung depan (front stage) yaitu pada saat melakukan

pertunjukan cosplay, cosplayer sudah memakai kostum, menampilkan karakter sesuai

dengan yang dibawakan, kemudian menampilkan sebuah pertunjukan di atas

panggung dengan property, music lattar dan sekenario yang sudah disiapkan.

Sebagai anggota komunitas cosplay, para cosplayer berusaha menunjukkan

prestasi mereka dalam kegiatan cosplay dan mengikuti event. Untuk menjadi

cosplayer yang baik dan menampilkan pertunjukan cosplay yang benar, komunikasi

dalam komunitas harus baik. Hal tersebut dikarenakan, antar anggota dalam

komunitas harus saling membantu dan membimbing satu sama lain, untuk dapat

menampilkan dan membuat pertunjukan cosplay yang baik dan benar. Menampilkan

pertujukan cosplay yang baik akan membuat terpenuhinya harapan dalam komunitas.

Untuk dapat diterima dan dilihat sebagai cosplayer yang baik dan tidak hanya asal-

asalan, maka cosplayer tersebut harus menampilkan cosplay yang benar yaitu kostum

yang baik, atribut dan music yang mendukung, dan juga pembawaan dari tokoh yang

dicosplaykan.

Saat bercosplay, untuk dapat menampilkan yang terbaik sesuai dengan karakter

yang dimainkan, maka harus benar-benar memperhatikan berbagai aspek, seperti

yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu kostum sebagai aspek yang paling utama dari

cosplay, properti dan aksesoris saat cosplay, make-up, ekspresi wajah, dan juga

intonasi suara. Setiap aspek harus diperhatikan dan dimunculkan dengan baik.

Page 17: T1_362008028_BAB V.pdf

Semakin lama, hasil kostum yang dibuat harus lebih baik dan makin mirip dengan

yang ada di dalam anime dan film tokusatsu-nya, begitu menurut pendapat Henky.

Dalam hal make-up dan ekspresi wajah, Henky sebenarnya sudah mulai belajar

melalui grup band kesukaannya yang kebanyakan beraliran v-kei, demikian orang

menyebut band asal Jepang yang menggunakan make-up tebal dan pakaian dominan

berwarna hitam. Kemudian apa yang sudah dia lihat dan pelajari dari band

kesukaannya dia praktekkan pada saat cosplay, paling tidak sudah memberikan

referensi tentang make-up yang cocok untuk laki-laki, tentunya harus sesuai dengan

karakter yang dibawakan. Selebihnya mengenai ekspresi wajah dan intonasi suara

yang juga harus seuai dengan karakter asli nya, terlebih dahulu harus melalui proses

pendalaman karakter. Menurut pendapat Henky pendalaman karakter tidak akan

terlalu sulit jika memlilih karakter yang tidak jauh beda dengan sifat kita dalam

kehidupan kita sehari-hari.

Gambar 12

Cosplayer Henky pada saat tidak sedang cosplay, pada saat cosplay sebagai

Siryuu, dan gambar karakter yang dibawakan dalam Anime Sant Seiya

Selama menjadi cosplayer di Jaico, informan yang bernama Reyra lebih banyak

memilih meng-cosplay-kan karakter perempuan dalam anime yang memiliki sifat

Page 18: T1_362008028_BAB V.pdf

“kudere”, yang merupakan istilah yang populer di kalangan remaja di Jepang, yang

berarti memiliki sifat yang kalem, lembut dan tenang. Dan karakter yang paling dia

sukai, kuat dengan sifat “kudere” dan berkesan ketika cosplay adalah karakter Saber

dalam anime Fate/Stay Night dan Fate/Zero yang juga merupakan anime yang paling

dia sukai. Menurut Reyra, untuk membuat sebuah pertunjukan cosplay berhasil, yang

paling utama pada awalnya adalah menyukai dulu karakter yang akan ditampilkan

dalam cosplay. Jika sudah menyukai karakter yang akan ditampilkan, maka

pendalaman karakter, pembuatan kostum dan properti akan mudah karena kita sudah

menyukai karakternya, dan menyukai karakternya berarti kita sudah tahu dengan baik

bagaimana karakter tersebut, sifat-sifatnya dan bagaimana pembawaannya. Bukan

berarti properti dan hal lain tidak penting dalam menentukan baiknya pertunjukan

cosplay.

Ketika mampu mendalami karakter dengan baik, tentunya cosplay akan dinilai

baik jika kostum, make-up, properti, dan musik lattar juga dapat dibuat dengan baik

dan saling mendukung untuk dapat memunculkan karakter sesuai dengan yang ada

dalam anime.

Gambar 13

Page 19: T1_362008028_BAB V.pdf

Cosplayer Maulida berpose pada saat cosplay bersama dengan partner sebagai

Saber dan Archer, dan gambar karakter yang dibawakan dalam Anime

Fate/Stay Night

Sudah menjadi tanggung jawab cosplayer untuk dapat menjaga karakter yang

dia bawakan, karena saat cosplay, cosplayer harus memperhatikan setiap aspek, agar

tetap menampilkan karakter yang dia cosplaykan, dan tidak menampilkan sifat-

sifatnya sendiri saat sedang cosplay.

Selama menjadi cosplayer, sejak saat tergabung dalam Komunitas Cosplay

Kuji yang ada di Kudus, dan mulai bergabung dengan Komunitas Cosplay Jaico di

Semarang, cosplayer yang biasa dipanggil dengan nama Tora sudah banyak

mengikuti kompetisi cosplay yang diadakan baik di Kudus, maupun di Semarang dan

kota-kota disekitarnya. Sudah banyak karakter dari anime dan film tokusatsu yang di

cosplay-kan, dan dari semua karakter yang di cosplay-kan merupakan karakter

kesukaannya, yaitu karakter yang memiliki sifat tenang, dan kalem. Diantara karakter

tersebut adalah karakter Kakashi dari anime Naruto dan juga karakter Ikki Phoenix

dari anime Saint Seiya, yang merupakan karakter yang paling berkesan di antara

karakter-karakter lain yang dicosplaykan. Dalam mempersiapkan pertunjukan

cosplay, pendalaman karakter sangat penting dilakukan, apalagi jika harus

menampilkan karakter dengan sifat yang berbeda jauh dengan sifat asli dalam

kehidupan sehari-hari.

Page 20: T1_362008028_BAB V.pdf

Gambar 14

Cosplayer Reza pada saat tidak sedang cosplay, pada saat cosplay sebagai

Hitsugaya Toushiro, dan gambar karakter yang dibawakan dalam Anime Bleach

Film tokusatsu yang menjadi favorit dari informan kita yang berikutnya yaitu

Adi adalah serial Kamen Rider, atau yang dulu pernah masuk dan di tayangkan di

salah satu stasiun televisi Indonesia, dikenal dengan serial “Ksatria Baja Hitam” dan

“Ksatria Baja Hitam RX”. Ketertarikannya pada serial Tokusatsu Kamen Rider ini

membuat dia tertarik untuk cosplay, dan memakai kostum kemudian tampil

membawakan karakter favoritnya di atas panggung. Karena sebagian besar kostum

cosplay yang pernah dibuat dan ditampilkan adalah kostum Kamen Rider, julukan

atau panggilan Adi Rider diberikan padanya. Sejak kecil Adi merasa dirinya memang

anak yang hyperaktif, tidak bisa diam, dan senang menjahili teman-temannya.

Berbeda dengan cosplayer kebanyakan yang memilih untuk cosplay karakter yang

baik atau tokoh utama dalam sebuah anime atau film, Adi justru tertarik juga untuk

menampilkan karakter antagonis dalam serial Kamen Rider melalui cosplay.

Cosplay tokusatsu memiliki tingkat kesulitannya sendiri, dibandingkan

dengan cosplay anime. Cosplay Tokusatsu sebagian besar dari kostumnya adalah

kostum berarmor yang bisa dibuat dengan menggunakan spon hati. Dibentuk

sedemikian rupa agar dapat menyerupai bentuk aslinya seperti yang ada di daam film.

Penampilan Cosplay Tokusatsu di atas panggung juga sulit, karena wajah tertutup

oleh helm yang menutupi seluruh wajah, sehingga raut wajah, dan ekspresi wajah

tidak terlihat, sehingga karakter dalam cosplay tokusatsu harus dimunculkan hanya

Page 21: T1_362008028_BAB V.pdf

dengan suara dan musik latar dan juga gerakan tubuh. Karakter dalam film tokusastu

khususnya dalam Serial Kamn Rider digambarkan sebagai pahlawan pembela

kebenaran yang sangat kuat, maka saat cosplay, cosplayer harus mampu

menampilkan karakter tersebut, bahkan dengan sedikit gerakan bela diri untuk dapat

sesuai dengan yang ada di dalam film.

Gambar 15

Cosplayer Adi pada saat tidak sedang cosplay, pada saat cosplay sebagai

Shadow Moon, dan gambar karakter yang dibawakan dalam Film Tokusatsu

Kamen Rider Black RX

Kemudian untuk informan yang terakhir yaitu cosplayer perempuan yang

bernama Bety. Cosplayer yang juga adalah mahasiswa Jurusan Seni Rupa ini sangat

menikmati ketika menjadi cosplayer dan memakai kostum, karena karakter yang

dibawakan dalam cosplay adalah karakter idolanya. Saat cosplay dan memakai

Page 22: T1_362008028_BAB V.pdf

kostum, Bety berusaha tidak menampilkan sifat aslinya. Seperti saat dia cosplay dan

membawakan karakter Kapten Hina dari anime One Piece. Karakter yang dibawakan

ini merupakan karakter antagonis yang dingin dan kejam.Tentu saja sifat dan karakter

tersebut berbeda dengan sifat asli Bety dalam kehidupan sehari-hari yang ceria dan

mudah bergaul.Karakter Hina ini juga diperlihatkan sering merokok.Saat cosplay

Bety juga membawa rokok tetapi tidak dinyalakan karena hanya berfungsi sebagai

property dan juga karena pada kehidupan sehari-hari Bety bukan perokok.

Gambar 16

Cosplayer Bety pada saat tidak sedang cosplay, pada saat cosplay sebagai

Kapten Marine Hina, dan gambar karakter yang dibawakan dalam Anime One

Piece

Selain membawakan karakter dalam Anime, Bety juga merupakan

cosplayer perempuan yang membawakan kostum Tokusatsu, yang pada umumnya

disukai oleh kalangan laki-laki. Karakter yang dibawakan oleh Bety adalah Geki

Yellow dalam film Tokusatsu Gekiranger. Karakter yang dibawakan ini karena

merupakan karakter dalam film tokusatsu maka walaupun perempuan, Bety harus

Page 23: T1_362008028_BAB V.pdf

belajar sedikit banyak tentang bela diri dan gerakan yang sesuai dengan karakter

yang ada di dalam Film Gekiranger. Mampu menampilkan karakter yang enerjik

dan siap membela kebenaran bersama dengan anggota tim yang lain.

Gambar 17

Cosplayer Bety berpose pada saat cosplay sebagai Geki Yellow, dan gambar

karakter yang dibawakan dalam Film Tokusatsu Gekiranger

Pertunjukan cosplay tidak dapat terlepas dari penonton, dalam sebuah

kompetisi cosplay yang pada umumnya berlangsung dalam sebuah Festival

Budaya Jepang, atau yang biasa disebut dengan Bunkasai. Penonton bisa datang

dari kalangan masyarakat umum yang tertarik sekedar untuk menikmati budaya

Jepang dan makanan khas dari Jepang, dan juga dari penggemar budaya Jepang

baik yang bergabung dalam komunitas ataupun yang tidak.

Page 24: T1_362008028_BAB V.pdf

Saat pertunjukan cosplay, cosplayer menyajikan pertunjukan sesuai yang

telah dipersiapkan sebelumnya. Cosplayer sudah menggunakan kostum dan atribut

serta kelengkapan lainya untuk pertunjukan cosplay. Saat sudah memakai kostum

dengan segala kelengkapannya, cosplayer harus dapat menampilkan karakter

sesuai dengan tokoh yang dibawakan. Setiap karakter yang dibawakan oleh

cosplayer tersebut tentunya ada yang sangat dikenal oleh masyarakat, dan hanya

dikenal oleh orang-orang tertentu saja. Oleh karena itu setiap cosplayer harus

dapay meng-cosplay-kan dengan baik, agar bagaimana karakter tokoh tersebut dan

pesan yang disampaikan saat pertunjukan cosplay dapar tersampaikan kepada

penonton, terutama penonton yang berasal dari masyarakat pada umumnya, yang

tidak banyak mengetahui tentang budaya pop Jepang.

1.4. Konsep Diri Cosplayer

1.4.1. Cosplayer dalam Kehidupan Sehari-hari

Anggota komunitas Cosplay Jaico setelah bergabung menjadi cosplayer

tentunya membawa pengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Bagian selanjutnya dari

penelitian ini adalah menjelaskan tentang konsep diri cosplayer, yaitu penampilan,

kebiasaan, dan juga pemahaman cosplayer terhadap dirinya.

Setelah menjadi seorang cosplayer, cosplayer Jaico yaitu Henky, saat ini

sudah mulai merubah cara berpakaiannya, yang dulunya hanya memakai pakaian

yang kasual, sekarang sudah mulai memakai pakaian bertema harajuku, seperti yang

sedang tren di Jepang misalnya, pakaian dengan warna yang agak mencolok ditambah

beberapa aksesoris, dan sudah sering memakai sepatu dobel sol, walaupun tidak di

setiap kesempatan, dan tetap melihat situasi dan juga kondisi. Seringnya bertemu dan

mengobrol dengan teman-teman sesama anggota komunitas, membuat topik

pembicaraan sekarang lebih banyak tentang cosplay, film atau anime yang baru,

tetapi tentu saja tetap saling mendukung supaya tetap memikirkan masa depan

walaupun waktu, tenaga dan pikiran sudah terbagi untuk melakukan kegiatan cosplay.

Page 25: T1_362008028_BAB V.pdf

Walaupun sudah tahu tentang bagaimana make-up, melalui cosplay, dalam

kehidupan sehari-hari, tentu saja Henky tetap tidak memakai make-up, karena

menurutnya masyarakat kita pada saat ini belum terbiasa dan belum bisa menerima

laki-laki yang memakai make-up, kembali lagi, semuanya harus disesuaikan dengan

situasi dan kondisi. Kemudian dalam hal gaya rambut, sekarang Henky mengatakan

tidak harus selalu pendek atau panjang, tergantung bagaimana suasana hati saja,

begitu pernyataannya.

Beralih kepada cosplayer selanjutnya, setelah menjadi cosplayer dan

bergabung bersama teman-teman yang menyukai budaya populer Jepang selain

cosplay juga, Reyra sudah mulai terbiasa pada saat datang ke Festival Jepang

mengenakan pakaian bertema harajuku, mengenakan sepatu boots dan berbagai

macam aksesoris. Dan juga sekarang sudah banyak mengkoleksi kaos dengan gambar

karakter yang dia sukai dalam anime, yang tidak jarang dipakainya saat pergi ke

kampus atau sekedar pergi bersama dengan teman-teman. Seringnya bertemu dengan

teman-teman sesama pecinta budaya Jepang dalam komunitas, maupun dalam

lingkup semarang, membuat topik pembicaraan lebih kepada membahas cosplay, dan

merencanakan cosplay bersama dengan teman-teman untuk mengikuti kompetisi pada

event yang berlangsung dalam waktu dekat.

Karena sudah banyak mengikuti kompetisi dan aktif dalam cosplay,

kemampuan Reyra dalam hal make-up sudah jauh berkembang, dari yang awalnya

tidak bisa, sekarang menjadi lebih baik dalam menampilkan make-up saat cosplay

dengan belajar memakai make-up yang sesuai dengan karakter yang dia bawakan

seperti yang ada di dalam anime. Kemampuan yang menjadi lebih baik tidak begitu

saja didapatkan, yang dilakukan oleh Reyra untuk meningkatkan kemampuannya

dalam hal make-up adalah dengan mencari sebanyak-banyaknya referensi tentang

make-up, khususnya make-up pada cosplay dengan melihat artikel-artikel dan video-

video tutorial make-up yang ada di internet. Dengan banyak referensi yang dimiliki

dan latihan secara rutin, lama-kelamaan akan mengembangkan kemampuannya dalam

hal make-up untuk cosplay. dalam kehidupan sehari-hari, setelah menjadi cosplayer,

Page 26: T1_362008028_BAB V.pdf

sekarang Reyra lebih memilih untuk memiliki rambut yang tidak terlalu panjang,

dengan alasan karena saat cosplay, sekarang lebih banyak menggunakan wig, karena

akan mudah memakai wig dengan warna yang bermacam-macam, tidak perlu

mewarnai rambut, jadi ketika selesai cosplay, tinggal melepas wig.

Berikutnya adalah cosplayer infrman ketiga dalam penelitian ini. Dalam

kehidupan sehari-hari, setelah aktif menjadi cosplayer, Tora sudah mulai merubah

penampilannya, sekarang dia mulai mengikuti perkembangan atau tren pakaian yang

sedang populer di Jepang. Selain itu, dia juga mulai mengumpulkan kaos-kaos

bergambar anime atau tokoh film tokusatsu. Baginya memakai kaos yang bergambar

anime atau tokoh dalam film tokusatsu, akan menunjukkan identitas nya sebagai

orang yang menyukai anime atau film tokusatsu. Tentang make-up, pada saat cosplay

sering dibantu oleh teman perempuan sesama anggota komunitas, tetapi dalam

kehidupan sehari-hari tetap tidak memakai make-up. Lain halnya dengan gaya

rambut, semenjak cosplay Tora sudah sering memanjangkan rambut dan mewarnai

rambut untuk kepentingan cosplay.

Setelah sering berkumpul bersama teman-teman sesama anggota komunitas,

sekarang Tora sudah terbiasa mendengar dan mengatakan istilah-istilah atau

ungkapan-ungkapan dalam bahasa Jepang yang tidak jarang juga digunakan dalam

kehidupan sehari-hari. Selebihnya tetap sama, masih tetap menggunakan bahasa

Indonesia dan bahasa Jawa. Intensitas pertemuan hampir setiap hari dengan teman-

teman sesama anggota komunitas, dan dalam setiap pertemuannya kadang mereka

dapat menonton anime atau film tokusatsu bersama-sama, merencanakan pertunjukan

cosplay yang akan dilakukan dalam waktu dekat, dan juga berbagi informasi tentang

perkembangan cosplay, anime dan juga film tokusatsu.

Selanjutnya adalah Adi. Cosplayer yang menjadi informan pada penelitian ini

sudah bekerja, bebeda dengan informan yang lain yang masih kuliah. Setelah ikut dan

aktif menjadi cosplayer, gaya berpakaian, dan juga gaya rambut tidak banyak

berubah. Dalam gaya berpakaian, Adi mulai tertarik membeli pakaian seperti yang

dipakai oleh tokoh favoritnya dalam film tokusatsu, seperti Jaket. Dan untuk gaya

Page 27: T1_362008028_BAB V.pdf

rambut tidak ada perubahan, karena cosplay tokusatsu tidak memperlihatkan wajah

atau rambut, jadi kegiatan cosplay tidak mengganggu pekerjaan terutama dalam hal

penampilan.

Dari film tokusatsu yang dia sukai, muncul kebiasaan menirukan kata-kata

yang biasa diucapkan oleh tokoh dalam film Tokusatsu, seperti misalnya “henshin”,

yaitu kata yang sring diucapkan oleh tokoh dalam film sebelum berubah menjadi

pahlawan pembela kebenaran. Dan setelah bergabung bersama dengan teman-teman

dalam Komunitas Cosplay Jaico, ketika sedang bosan dengan suasana kantor dan

sedang ingin menyegarkan pikiran, maka Adi meluangkan waktu untuk bisa

berkumpul dan bertemu dengan teman-teman sesama anggota komunitas dan

membicarakan tentang event yang akan berlangsung adalam waktu dekat, kabar-

kabar baru tentang komunitas cosplay yang lain yang ada di Semarang, dan juga

membicarakan tentang rencana cosplay selanjutnya.

Informan yang terakhir yaitu Bety, sampai sekarang dikenal sebagai orang

yang pendiam oleh orang-orang yang tidak begitu dekat dan tidak akrab dengannya.

Tetapi dengan teman-teman yang sudah akrab dan menjadi sahabatnya, Bety menjadi

orang yang sangat bersahabat, dan banyak berbicara mulai dari membicarakan anime,

film Jepang, dance, dan rencana cosplay untuk event selanjutnya.

Gaya berpakaian harajuku yang diminatinya sekarang semakin disukai dan

sudah mulai dia terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Jika awalnya Bety takut

memakai style Harajuku karena takut terlihat aneh, maka sekarang dengan banyaknya

datang ke Festival Jepang, maka Bety sudah mulai bisa memakai pakaian bertema

Harajuku, meski dalam kehidupan sehari-hari, dan sudah semakin pintar

memadupadankan pakaian bergaya harajuku supaya tidak terlihat aneh jika dipakai

sehari-hari. Statusnya sebagai mahasiswa Jurusan Seni Rupa membuat dia tidak harus

selalu memakai pakaian yang terlalu formal, bahkan untuk pergi ke kampus.

Karena sudah banyak ikut dalam kegiatan cosplay di Semarang dan beberapa

kota di sekitarnya seperti Yogyakarta dan Solo, maka kemampuan Bety dalam make-

up wajah semakin baik dan mengalami perkembangan. Sampai sekarang Bety

Page 28: T1_362008028_BAB V.pdf

menjadi orang yang perfeksionis dalam hal make-up, terutama make-up saat cosplay.

Bety dapat menghabiskan waktu yang sangat lama untuk menyelesaikan make-up nya

sebelum melakukan pertunjukan cosplay untuk mendapatkan make-up yang paling

baik dan semirip mungkin dengan karakter yang akan ditampilkan dalam cosplay.

Tidak jarang hal tersebut mempengaruhi Bety dalam make-up di kehidupan sehari-

harinya, yang sekarang Bety sudah mulai memakai make-up juga dalam kehidupan

sehari-hari, tapi berusaha untuk tidak memakai make-up secara berlebihan.

Untuk gaya rambut Bety yang sekarang sudah aktif menjadi cosplayer, Bety

lebih memilih untuk memiliki rambut dengan panjang sebahu, dengan alasan

kenyamanan menghadapi suhu udara di Semarang yang panas. Selain itu Bety

mengatakan lebih enak memiliki rambut pendek sebagai seorang cosplayer, karena

sudah sering memakai wig saat cosplay, dan akan lebih mudah memakai wig jika

memiliki rambut pendek. Saat ini Bety juga sudah mulai senang mewarnai

rambutnya, tetapi dengan warna yang tidak terlalu terang, misalnya merah tua, atau

coklat tua.

5.4.2. Pemahaman Cosplayer tentang Cosplay

Setelah aktif menjadi cosplayer dan banyak mengikuti kompetisi, cosplayer

anggota komunitas Jaico khususnya yang menjadi informan dalam penelitian ini

sudah mendapatkan banyak pengalaman. Dalam pengalamannya mengikuti berbagai

kompetisi cosplay, mereka bertemu dengan cosplayer lain dari berbagai komunitas

cosplay dari berbagai daerah. Cosplayer yang mereka temui ada yang labih senior

dari mereka dan ada juga yang masih baru menjadi cosplayer atau sering disebut

dengan istilah “newbi”. Pada bagian ini penulis akan memaparkan pendapat

cosplayer yang menjadi informan tentang apa itu Cosplay, sebagai kegiatan yang

selama ini mereka lakukan sebagai anggota dari Komunitas Cosplay Jaico.

a. Henky

Setelah terlibat secara langsung dalam kegiatan cosplay dan menjadi

cosplayer, pandangannya tentang apa itu cosplay adalah hobi yang

Page 29: T1_362008028_BAB V.pdf

membutuhkan uang yang tidak sedikit, membutuhkan banyak waktu, jadi

supaya dapat berjalan dengan baik dan seimbang dengan kuliah terutama,

maka harus pandai mengatur keuangan dan waktu.

b. Mauida

Setelah menjadi seorang cosplayer, bagi Reyra, cosplay adalah hobi

yang harus dinikmati supaya menyenangkan, jangan dijadikan sebagai

beban, karena jika dijadikan sebagai beban, cosplay akan menjadi kegiatan

yang terlihat merugikan, khususnya bagi diri sendiri. Karena menurut

Reyra, positif atau negatifnya sesuatu hal adalah tergantung dari yang

menjalani.

c. Reza

Setelah memiliki cukup banyak pengalaman dalam bidang cosplay,

menurutnya cosplay hobi yang tidak semua orang dapat melakukannya,

karenanya untuk bisa menjadi cosplayer, bahkan menjadi cosplayer yang

hebat harus mau menerima saran dan kritik yang membangun dari orang

lain. Dan jika sudah bisa cosplay, jangan langsung menjadi tinggi hati

karena masih banyak cosplayer yang lebih hebat dan lebih baik.

d. Adi

Bagi Adi yang sudah memiliki banyak pengalaman dalam bidang cosplay,

menurutnya untuk menjadi cosplayer yang hebat, tidak hanya hebat karena

menang dan mendapat juara dalam kompetisi cosplay karena kostum dan

penampilannya yang hebat. Bagi Adi cosplayer yang hebat adalah cosplayer

yang mampu berbagi dan sharing tentang ilmu tentang cosplay yang dimiliki,

karena dengan berbagi nantinya juga dapat mengetahui kelebihan dan

kekurangan yang ada di dalam diri sendiri.

e. Bety

Menurut pendapat Bety yang sudah menjadi cosplayer, menurutnya

cosplay adalah sebuah kegiatan yang menyenangkan dan dari sana dia

mandapatkan banyak teman dan pengalaman. Menurut Bety untuk menjadi

Page 30: T1_362008028_BAB V.pdf

cosplayer yang baik tidak boleh mudah merasa puas dengan apa yang diraih

sekarang. Harus terus mencari tahu, supaya memperoleh banyak informasi

dan inspirasi, semakin banyak pengalaman, harus semakin percaya diri, dan

tidak boleh sombong jika sudah jadi cosplayer yang baik, karenaukuran baik

ata tidaknya itu belum tentu baik di tempat lain, karena masih banyak

cosplayer yang lebih bagus di luar sana.

Dari pemaparan yang sudah disampaikan oleh cosplayer anggota Komunitas

Cosplay Jaico, terdapat perbedaan dari pendapat yang mereka sampaikan tentang

cosplay, dari sebelum mereka akitf dan terjun langsung menjadi cosplayer di dalam

Komunitas Cosplay Jaico. Sebelum menjadi cosplayer pemahaman mereka mengenai

cosplay belum begitu dalam dan masih berpendapat seperti orang pada umumnya.

Setelah akhirnya tertarik dan aktif menjadi cosplayer pendapat mereka tentang

cosplay adalah bedasarkan pengalaman mereka selama ini menjadi cosplayer. Jadi

setelah menjadi cosplayer, para cosplayer ini benar-benar tahu dan paham apa itu

cosplay, bagaimana melakukan cosplay, hingga keuntungan dan manfaat yang

mereka dapatkan melalui kegiatan ini. Disamping itu cosplayer juga dapat

berpendapat bagaimana menjadi seorang cosplayer yang dapat berkembang dan

menjadi cosplayer yang memiliki sikap yang baik, dalam menjalani kehidupan sehari-

hari ataupun saat sedang cosplay.

5.4.3. Pemahaman Cosplayer tentang dirinya

Konsep diri seseorang dapat dibagi menjadi dua, yaitu Konsep Diri Positif dan

Konsep Diri Negatif. Selanjutnya adalah pemaparan hasil dari wawancara dan juga

observasi yang dilakukan peneliti terhadap sikap sehari-hari cosplayer, untuk dapat

mengkategorikan konsep diri Cosplayer, termasuk dalam Konsep Diri Positif

ataukah Konsep Diri Negatif.

Pertama adalah Henky. Setelah membentuk komunitas dan menjadi salah satu

pendiri komunitas Jaico, kemudian pernah menjadi ketua, dia mengaku sering juga

terjadi masalah antara dia dengan anggota lain, ataupun juga dihadapkan dengan

Page 31: T1_362008028_BAB V.pdf

masalah antar anggota dalam komunitas, dari sana Henky belajar untuk menghadapi

orang yang tidak jarang membuat kesal, tetapi harus tetapi dihadapi dan

menyelesaikan masalah tanpa dengan emosi.

Sudah banyak kesempatan yang diambil oleh Henky dan tampil di atas

panggung, khususnya dalam kegiatan cosplay. Hal tersebut membuatnya belajar

sedikit demi sedikit melatih dan menambah rasa percaya diri saat tampil di depan

banyak orang. Tak jarang juga Henky mendapatkan juara dalam kompetisi cosplay

yang dia ikuti, hal tersebut membuat Henky semakin percaya diri dan menghilangkan

perasaan minder dalam dirinya, dan menambah keyakinan bahwa dia mampu dan

berhasil melakukan cosplay dengan baik. Beberapa kemenangan yang dia dapatkan

dalam kompetisi cosplay membuatnya pada saat ini banyak juga mendapatkan pujian

dari orang lain, baik dari orang terdekat maupun orang awam yang melihat

penampilannya saat sedang cosplay. Tetapi hal tersebut membuatnya tidak langsung

tinggi hati, karena baginya masih ada orang lain yang lebih baik dari dirinya. Dan jika

ada orang khususnya cosplayer yang lebih baik dari dia, maka sikapnya terhadap

orang tersebut adalah menghormatinya.

Cita-cita yang diharapkan Henky sampai saat ini, yaitu walaupun telah menjadi

cosplayer, tetap sama, yaitu, membuka lapangan usaha sendiri untuk menyediakan

lapangan pekerjaan untuk orang-orang disekitarnya juga. Kesempatan menjadi

cosplayer dia gunakan untuk mengenal banyak orang baru,menambah teman berarti

menambah peluang, begitu menurutnya, dan hal tersebut membuatnya semakin

optimis untuk dapat mencapai cita-cita yang diharapkannya. Bagi Henky, cosplay

juga membuatnya tidak mudah menyerah, karena rasa percaya dirinya tumbuh dalam

kegiatan cosplay, dan terus berusaha untuk menjadi lebih baik.

Berikutnya adalah Maulida, atau yag biasa dipanggil Reyra. Setelah

bergabung dengan komunitas Jaico dan menjadi cosplayer, Reyra memiliki

beberapa teman dekat yang dikenalnya melalui cosplay ini. Dengan teman-teman

yang sudah akrab dia belajar untuk saling mengerti satu sama lain, dan jika salah

satu teman dekat sedang membuatnya kesal, yang dilakukan adalah mengajak

Page 32: T1_362008028_BAB V.pdf

temannya berbicara dan jika ada saling pengertian dan kedekatan mereka, maka

tanpa harus dengan emosi maka setiap masalah atau salah paham yang terjadi akan

selesai, bisa introspeksi diri dan akhirnya saling mengerti supaya tidak saling

membuat kesal.

Cosplay membuat Reyra sudah tidak canggung atau minder lagi ketika harus

tampil di depan orang banyak. Di luar cosplay, Reyra saat ini juga senang mengikuti

kompetisi karaoke lagu-lagu Jepang yang diadakan juga dalam Festival Jepang yang

diadakan khususnya di daerah Semarang, dan ternyata Reyra tidak hanya

mendapatkan juara ketika cosplay saja, tetapi dalam bidang menyanyipun

kemampuannya sangat baik dibuktikan dengan beberapa juara yang telah dia raih

ketika mengikuti lomba karaoke lagu-lagu Jepang. Banyaknya prestasi yang diraih

oleh Reyra membuat dirinya tidak jarang menerima pujian dari orang-orang terdekat

yang disampaikan secara langsung maupun tidak langsung. Hal tersebut menurut

Reyra adalah seperti mendapatkan dukungan, dan membuatnya semakin bersemangat

untuk bisa mempertahankan dan menampilkan seusatu yang lebih baik lagi dari

sebelumnya. Setelah menjadi cosplayer, Reyra banyak bertemu dengan cosplayer lain

yang lebih hebat dari dirinya. Hal tersebut dinilainya sebagai inspirasi yang dapat

dijadikan contoh menjadi cosplayer yang lebih baik. Dan Reyra juga yakin bahwa

setiap cosplayer termasuk dirinya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-

masing. Keyakinan tersebut yang membuatnya tidak iri dengan kelebihan yang orang

lain miliki, karena dia juga percaya kalau dia juga punya kelebihan yang orang lain

tidak miliki.

Cita-cita dan harapan Reyra semakin ingin dicapainya setelah mengikuti dan

aktif menjadi cosplayer, yaitu ingin pergi ke Jepang. Bergabungnya dia dalam

komunitas Jaico, banyak mengikuti kompetisi baik di dalam dan di luar kota

semarang membawa dia mengenal banyak orang baru. Dengan demikian harapan

Reyra dengan banyaknya “link” yang ada semakin mempermudah untuknya supaya

bisa merealisasikan cita-citanya. Keyakinan terus dibangun oleh Reyra agar selalu

berusaha memberikan yang terbaik, karena dia menyadari ada banyak orang lain yang

Page 33: T1_362008028_BAB V.pdf

juga memiliki keinginan yang sama, maka dia harus berusaha lebih keras supaya lulus

dengan maksimal dalam setiap tes yang harus ditempuh, segera menyelesaikan

kuliah, dan harus tetap optimis kalau cita-citanya untuk ke Jepang akan segera

terealisasi. Kegagalan tidak jarang dialami dalam usahanya, tetapi karena semakin

kuatnya keinginannya untuk meraih apa yang dia harapkan, maka dia tidak mau

menyerah begitu saja dan berhenti di tengah jalan dan akan terus berusaha sampai

cita-cita ke Jepang dapat bener-benar terealisasi.

Cosplayer selanjutnya adalah Tora.Karena pernah menjabat sebagai ketua di

dalam Komunitas Cosplay Jaico, Tora mulai belajar untuk menyelesaikan masalah

dengan kepala dingin, karena sebagai ketua dia bertanggung jawab untuk

menyelesaikan setiap masalah dan kesalahpahaman yang sering terjadi dalam

komunitas. Selain itu, selama menjadi ketua di Jaico, Tora juga belajar untuk bisa

lebih percaya diri memimpin sebuah organisasi. Karena selama menjadi ketua, dia

memimpin teman-temannya untuk ikut kompetisi cosplay kabaret yang ada di luar

kota, dengan begitu selagi memimpin teman-teman yang baru pertama kali mengikuti

kompetisi di luar kota, dia juga belajar untuk juga menanamkan rasa percaya diri

dalam dirinya sendiri. Sikapnya ketika menerima pujian setelah menjadi cosplayer

adalah tidak mudah puas, dan akan terus berusaha untuk dapat menjadi lebih baik

lagi.

Mengikuti kompetisi cosplay baik di Semarang ataupun di kota lain membuat

Tora mulai mengenal cosplayer dari berbagai daerah di Indonesia, khususnya di Jawa,

bahkan sampai cosplayer dari luar negeri. Dengan bertemu banyak orang, dia banyak

menemukan orang-orang luar biasa yang sudah hebat dalam bidang cosplay. Orang-

orang tersebut dia anggap sabagai sumber inspirasi dan contoh untuk dapat manjadi

cosplayer yang lebih baik lagi. bukan hanya dalam bidang cosplay, mengenal orang

baru juga menambah pengalaman dan belajar mengenal orang dengan karakter yang

berbeda-beda.

Setelah menikmati menjadi seorang cosplayer, Tora memiliki harapan dan

keinginan baru, yaitu ingin mengembangkan kemampuannya dalam bidang cosplay.

Page 34: T1_362008028_BAB V.pdf

tetapi baginya cosplay tetaplah sebuah hobi, dan hobi tidak akan mengganggu karier

dan cita-cita yang seemula dia ingin raih. Kedepannya Tora ingin sekali mengikuti

kompetisi cosplay bertaraf nasional bahkan Internasional. Untuk mencapai harapan

dan cita-cita tersebut, tentunya harus semakin pandai membagi waktu, pikiran bahkan

keuangan. Agar berjalan seimbang, antara kuliah, pekerjaan dan hobi. Sikap optimis

tetap ada dan terus bertambah, karena dengan keyakinan yang kuat, pasti akan

membawa semangat yang tinggi juga dalam usaha yang ditempuh dan kerja keras

yang dilakukan. Dan jika mengalami kegagalan tentunya tidak boleh menyerah

sampai mencapai apa yang diharapkan, untuk bisa membanggakan orang tua dengan

pekerjaan yang baik dan menjadi cosplayer yang dikenal dengan karyanya.

Beralih kepada cosplayer berikutnya yaitu Adi. Ketika menghadapi orang

yang kesal, dengan pembawaannya yang tenang, tanpa harus marah, Adi mengajak

orang tersebut berbicara dan menyelesaikan masalah yang ada.

Setelah banyak mengikuti kompetisi cosplay, rasa minder sudah mulai hilang.

Terkadang rasa kurang percaya diri masih muncul ketika tampil di hadapan orang-

orang baru atau misalkan mengikuti kompetisi cosplay di luar Semarang.

Menanggapi pujian dari orang lain Adi tetap selalu interospeksi dan melihat

dirinya, apakah memang sesuai dan sudah baik seperti yang orang lain katakan. Rasa

senang ketika dipuji pasti ada, dan pasti dijadikan motivasi dan semangat untuk bisa

lebih baik lagi. dan jika melihat ada orang memiliki apa yang tidak dimiliki atau

memiliki lebih baik dari yang dia miliki, Adi mencari tahu kelebihan dari orang

tersebut, kemudian menjadikannya motivasi untuk jadi lebih baik, dan bisa menjadi

panutan untuk lebih mengembangkan diri.

Harapan dan cita-cita Adi tetap sama, ingin mendapat kenaikan pangkat dan

rejeki yang banyak supaya dapat menabung untuk masa depan. Selain untuk tabungan

masa depan, dari uang yang dia hasilkan dengan usaha nya sendiri Adi ingin juga

mengembangkan dirinya dalam bidang cosplay, dengan membuat kostum yang lebih

baik. Sehingga cosplay benar-benar menjadi hobi yang menyenangkan dan dapat

digunakan supaya tidak stress karena terlalu maikirkan pekerjaan. Untuk

Page 35: T1_362008028_BAB V.pdf

mewujudkan keinginan tersebut tentunya harus selalu berusaha dan bekerja tanpa

banyak megeluh agar tidak menyerah sebelum harapan terwujud dan berakhir hanya

menjadi mimpi.

Terakhir adalah Bety. Jika menghadapi orang yang membuatnya kesal, Bety

tidak akan langsung marah-marah, tetapi jika orang tersebut sudah keterlaluan dan hal

tersebut dapat merusak hubungan antar teman dalam komunitas, maka Bety tidak

segan untuk berbicara langsung kepada orang tersebut, agar tidak menjadi masalah

yang berakibat buruk pada komunitas. Anggota yang lebih senior dari Bety sekarang

banyak yang sedang sibuk menyelesaikan skripsi atau tugas akhir mereka, maka

sekarang Bety terbeban untuk membimbing teman-teman anggota komunitas dan

terkadang terlihat banyak bicara dan marah-marah, tetapi Bety mengatakan bahwa dia

tidak akan marah tanpa ada alasan, dan dia akan berusaha untuk memberikan yang

terbaik untuk sahabat dan komunitasnya.

Karena sudah terbiasa tampil di depan banyak orang, yaitu melakukan

kegiatan cosplay ataupun dance, sedikit demi sedikit Bety dapat mengurangi rasa

minder. Bety yang sekarang semakin sering tampil dan mengikuti kompetisi baik

cosplay maupun dance, berhasil meraih juara dan mendapat banyak dukungan, maka

dapat menambah rasa percaya dirinya dan tidak gampang minder lagi. kemudian jika

mendapat pujian dari prestasinya, maka Bety tidak akan lupa mengucapkan terima

kasih atas pujian yang orang lain berikan, dan akan semakin termotivasi untuk dapat

menjadi lebih baik dan tidak puas begitu saja dengan pujian yang diterimanya.

Jika ada orang lain yang lebih baik atau memiliki sesuatu yang tidak dimiliki

maka Bety akan memperhatikan orang tersebut, melihat apa kelebihan dari orang

tersebut, menjadikannya inspirasi, dan motivasi untuk bisa membuat karya yang lebih

baik dengan kemampuannya.

Cita-cita dan harapan Bety berubah karena sudah banyak menyibukan diri dan

tergabung dalam Komunitas Cosplay Jaico dan juga aktif dalam kegiatan cosplay

ataupun dance. Harapannya dia segera menyelesaikan kuliah, mendapatkan

pekerjaan, mencari modal yang cukup dan selama itu akan terus berkarya sampai

Page 36: T1_362008028_BAB V.pdf

akhirnya tercapai cita-citanya untuk menjadi seniman yang memiliki karya yang

dapat dibanggakan dan dapat membanggakan orang tua. Keterlibatannya menjadi

cosplayer dan bergabungnya Bety dalam komunitas Cosplay Jaico dijadikannya

sarana untuk menambah pengalaman, mengenal orang-orang baru. Dan harapannya

sekarang setelah dapat bekerja dan memiliki penghasilan sendiri adalah membuat

kostum untuk cosplay yang selama ini tidak bisa dibuat karena keterbatasan dana.

Optimis dan keyakinan harus dimiliki untuk dapat mencapai apa yang

diharapkan, tetapi dalam usaha mencapai harapan tersebut pasti pernah mengalami

kegagalan, yang harus dilakukan saat mengalami kegagalan adalah mengumpulkan

semangat untuk bisa bangkit lagi, berusaha lagi dan dengan dukungan dari teman,

keluarga dan juga sahabat akan membantu semangat untuk berusaha lagi akan ada.

Berdasarkan pemaparan atau penjelasan di atas, dapat dilihat bagaimana

pemahaman cosplayer tentang dirinya, atau yang disebut dengan konsep diri. Setelah

menjadi cosplayer dan bergabung menjadu anggota komunitas Jaico, pemahaman

mereka tentang diri mereka banyak berkaitan dengan kegiatan mereka sebagai

cosplayer. Mulai dari mereka yang banyak belajar dari pengalaman yang di dapatkan

dari kegiatan cosplay ini, dan juga bagaimana mereka merancang strategi yang

berhubungan dengan masa depan atau cita-cita mereka dalam berkarir di pekerjaan

atau harapan dalam perkembangan kegiatan cosplay yang mereka lakukan. Dari

pemahaman mereka tentang diri mereka yang sudah menjadi cosplayer, kita dapat

melihat bahwa konsep diri cosplayer, khususnya cosplayer senior Komunitas Jaico

yang menjadi informan dalam penelitian ini masuk dalam kategori Konsep Diri

Positif, karena pemahaman mereka tentang dirinya masuk dalam ciri-ciri Konsep diri

positif, antara lain, dapat belajar dari pengalaman masalahnya selama menjadi

cosplayer, bersikap positif dalam menghadapi orang lain yang lebih hebat ketika

sedang mengikuti kompetisi cosplay, mampu menyikapi masalah yang dihadapi

selama menjadi cosplayer, dan dapat merancang strategi untuk masa depan dan

harapannya yang akan datang, merancang bagaimana rencana cosplay untuk kegiatan

atau event selanjutnya.

Page 37: T1_362008028_BAB V.pdf

Seperti yang telah dijelaskan, kehidupan cosplayer diibaratkan seperti

panggung pertunjukan, yaitu memiliki panggung depan dan juga panggung belakang.

Di dalam panggung depan maupun panggung belakang, cosplayer melakukan

komunikasi dan berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya baik secara lisan

ataupun dengan simbol-simbol melalui tingkah laku dan penampilannya. Pada

panggung belakang, yaitu situasi dimana para cosplayer ini belum mengenal cosplay,

dan masih berada dalam komunitas alamiahnya yaitu dengan budaya Jawa, sampai

kepada panggung depan yaitu situasi pada saat mereka masuk menjadi anggota

Komunitas Cosplay Jaico dan menjadi cosplayer kemudian melakukan kegiatan

cosplay, dan akhirnya berada dalam situasi dimana mereka sudah menjadi cosplayer

dan menjalani kehidupdan sehari-hari mereka sebagai sesorang yang masih harus

melaksanakan aktifitas sesuai dengan budaya alami nya yaitu budaya Jawa, dan juga

sebagai anggota komunitas cosplay yang sangat erat kaitannya dengan budaya pop

Jepang.

Dalam menjalani kehidupan, setiap orang tentunya dihadapkan pada berbagai

situasi dan juga berada dalam komunitas atau lingkungan yang berbeda-beda. Hal

tersebut membuat setiap orang melakukan apa yang disebut dengan pengelolaan

kesan atau disebut dengan impression management. Pengelolaan kesan dilakukan

oleh setiap orang untuk dapat memenuhi harapan dari setiap komunitas atau

lingkungan dimana dia berada. Begitu juga dengn cosplayer yang menjadi obyek

penelitian ini. Sebagai seseorang yang berasal dari keturunan Jawa, walaupun sudah

menjadi cosplayer, cosplayer dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat atau

dalam kehidupan dengan keluarga maka akan tetap melakukan aktifitas sesuai budaya

Jawa, seperti berbicara sopan dengan bahasa Jwa yang sopan kepada orang tua, dan

kehidupan sehari-hari yang masih menggunakan bahasa Jawa. Lain halnya ketika

cosplayer sedang berada dalam komunitas dan berinteraksi dengan anggota

komunitas cosplay, mereka akan cenderung mengikuti dan menerapkan sedikit

banyak hal yang berhubungan dengan budaya pop Jepang, seperti mengucapkan

salam dalam bahasa Jepang, memakai pakaian dan gaya rambut ala harajuku, dan

Page 38: T1_362008028_BAB V.pdf

juga mendengarkan musik dari band Jepang yang mereka sukai. Karena dihadapkan

situasi yang berbeda itulah, cosplayer melakukan pengelolaan kesan. Saat berada di

lingkungan budaya Jawa dia harus tetap menjunjung tinggi budaya Jawa sebagai

budaya alamiahnya, dan saat dalam komunitas cosplay mengikuti budaya Jepang.

Pengelolaan Kesan dilakukan untuk dapat menciptakan hubungan dengan masyarakat

yang harmonis. Karena jika setiap orang dapat menempatkan diri sesuai dengan

situasi dan lingkungan dimana dia berada, maka selain dapat diterima menjadi

anggota masyarakat atau anggota komunitas yang baik, hubungan satu-sama lain akan

berjalan dengan baik dan harmonis.