syok pada anak-finbg tmn.docx
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Syok adalah suatu kegawatan yang sering dijumpai baik di ruang
perawatan intensif maupun di bangsal perawatan biasa. Syok lazim
dijumpai pada anak. Sebagai sindrom klinis yang kompleks, syok ditandai
oleh disfungsi sirkulasi akut di mana hubungan antara kebutuhan oksigen
dan pasokan oksigen terganggu. Akibatnya, sistem kardiovaskular gagal
menjalankan fungsinya. Umumnya, semua keadaan syok berakhir dengan
berkurangnya hantaran atau gangguan utilisasi substrat sel yang esensial,
sehingga fungsi sel normal berhenti.
Syok merupakan proses progresif yang ditandai oleh 3 stadium
berbeda. Pada fase dini, stadium kompensasi, sejumlah mekanisme
neurohormonal yang bersifat kompensatorik dan fisiologis bekerja untuk
mempertahankan tekanan darah dan memelihara kecukupan fungsi jaringan.
Pada stadium ini, syok bisa reversibel dengan intervensi yang benar.
Namun, bila mekanisme kompensasi ini gagal, syok berlanjut ke stadium
dekompensata. Pada stadium menetap (irreversible stage), syok berlanjut ke
cedera organ dan jaringan yang berat, yang tidak responsif terhadap terapi
konvensional, dan berujung dengan gagal organ ganda dan kematian pasien.
Oleh karena itu, syok merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa
dan membutuhkan tindakan segera, sehingga sangatlah diperlukan
pengetahuan mengenai syok dan penatalaksanaannya, sehingga angka
mortalitas yang disebabkan oleh syok dapat ditekan.
BAB II
ISI
2.1. Definisi
Banyak definisi yang diberikan mengenai syok. Syok adalah sindrom
klinik akut yang timbul karena sirkulasi oksigen tidak adekuat, sehingga
kebutuhan metabolisme organ vital dan jaringan tidak terpenuhi. Definisi
lain dari syok adalah suatu keadaan dimana pasokan darah tidak mencukupi
untuk kebutuhan organ-organ di dalam tubuh. Syok juga didefinisikan
sebagai gangguan sirkulasi yang mengakibatkan penurunan kritis perfusi
jaringan vital atau menurunnya volume darah yang bersirkulasi secara
efektif.
Batasan syok secara tepat dan memuaskan sampai saat ini tidaklah
mudah, karena terjadi bersama-sama dengan berbagai perubahan klinis dan
metabolisme. Manifestasi syok berubah-ubah tergantung dari penyebab dan
lamanya proses berlangsung. Sebagai batasan secara umum, dapat dikatakan
bahwa syok adalah keadaan tidak sempurnanya perfusi jaringan.
Sebagai sindrom klinis yang kompleks, syok ditandai oleh disfungsi
sirkulasi akut yang dimana hubungan antara kebutuhan oksigen dan
pasokan oksigen terganggu. Pada hewan yang mengalami syok terjadi
penurunan perfusi jaringan, terhambatnya pengiriman oksigen, dan
kekacauan metabolisme sel sehingga produksi energi oleh sel tidak
memadai.
Syok pada Anak | 1
Syok merupakan proses yang progresif sehingga dapat berakibat
sistem kardiovaskuler gagal menjalankan fungsi utamanya, yakni membawa
substrat dan membuang metabolit, sehingga terjadi metabolisme anaerob
dan asidosis jaringan. Awalnya, syok dapat dikompensasikan dengan berupa
peningkatan laju jantung dan konstriksi pembuluh darah perifer (keduanya
secara refleks), sehingga hal tersebut dapat memelihara tahanan perifer dan
aliran darah ke organ-organ vital, namun proses syok yang bersifat progresif
dapat menjadi tidak terkompensasi. Umumnya, semua syok yang tidak
ditangani akan berakhir dengan kerusakan jaringan yang ireversibel, yaitu
ditandai dengan kurangnya hantaran atau gangguan utilisasi substrat yang
esensial, sehingga fungsi sel normal berhenti dan dapat berakibat kematian.
2.2. Epidemiologi
Syok terjadi hampir pada 2% dari anak-anak dan orang dewasa yang
dirawat inap di rumah sakit (sekitar 400.000 kasus/tahun). Tingkat
kematiannya berkisar 20-50%. Sebagian besar pasien tidak meninggal pada
fase hipotensi akut syok tetapi lebih diakibatkan oleh satu atau lebih
komplikasi yang diakibatkan oleh syok. Sindrom disfungsi organ multipel
meningkatkan angka kematian akibat syok (satu organ yang terlibat sebesar
25%, dua organ yang terlibat sebesar 60%, tiga organ yang terlibat sebesar
>85%).
Tingkat kematian syok pada pasien pediatri telah menurun sebagai
akibat dari adanya edukasi, misalnya pada program pembelajaran pediatric
advanced life support [PALS], di mana dapat dilakukan deteksi dini dan
intervensi dini pada pasien yang kritis.
2.3. Klasifikasi
Ada lima jenis syok yang utama, yaitu syok hipovolemik, sepsis,
kardiogenik, distributif, dan obstrustif, namun pembagian ini terlalu
sederhana, karena lebih dari satu mekanisme dapat terjadi pada pasien yang
sama.
Tabel 1. Tipe-tipe Syok berdasarkan Penyebabnya
Syok pada Anak | 2
Syok hipovolemik (perdarahan, diare-dehidrasi) dan syok septik
adalah penyebab syok paling sering terjadi pada anak-anak. Syok
kardiogenik dapat terjadi pada pasien-pasien dengan penyakit jantung
kongenital dan pada pasien yang telah operasi jantung untuk perbaikan
defek jantung kongenital, pada pasien dengan kardiomiopati atau
miokarditis, atau pada pasien yang mengalami reaksi penolakan setelah
transplantasi jantung.
Tabel 2. Tipe-tipe Syok dengan Mekanisme Kegagalan Sirkulasinya, Tanda
dan Gejalanya, beserta Intervensinya
Namun, ada sumber yang mengklasifikasikan syok yang berbeda dari tipe-
tipe syok di atas.
Tabel 3. Tipe-tipe/Klasifikasi Syok
Syok pada Anak | 3
Namun, hasil akhirnya adalah kegagalan menyediakan substrat energi untuk
memenuhi kebutuhan metabolik dari jaringan, yang menyebabkan tidak
sempurnanya perfusi ke jaringan.
2.4. Patofisiologi
Gagal sirkulasi mengakibatkan penurunan hantaran oksigen (DO2) ke
jaringan dan disusul oleh kurangnya tekanan oksigen parsial sel (PO2). Bila
sampai ke titik kritis PO2, fosforilasi oksidatif dibatasi oleh kurangnya
oksigen, sehingga menggeser metabolisme dari aerob menjadi anerob. Ini
menghasilkan kenaikan laktat sel dan darah, serta asidosis laktat.
Hantaran oksigen (DO2) bergantung pada dua variabel: kandungan
oksigen darah arteri (CaO2) dan curah jantung. CaO2 adalah produk dari
hemoglobin, arterial SaO2 dan kapasitas angkut oksigen dari hemoglobin.
Selanjutnya, curah jantung pada detak jantung dan curah sekuncup, yang
ditentukan oleh kontraktilitas miokard dan preload serta afterload.
Gambar 1. Peran Sistem Kardiovaskular dalam Hantaran Oksigen
Pada anak, curah jantung lebih bergantung pada detak jantung
dibanding curah sekuncup karena miokard belum matang. Metabolisme
energi yang tidak adekuat dapat berasal dari peningkatan konsumsi oksigen
total tubuh (VO2), walaupun hantaran oksigen (DO2) normal. Kebutuhan
oksigen bervariasi menurut jenis jaringan dan waktu. Walaupun oksigen
tidak bisa diukur atau dihitung. VO2 dan DO2 keduanya bisa dihitung, dan
dihubungkan sebagai berikut :
VO2 = DO2 x ERO2 (oxygen extraction ratio)
Syok pada Anak | 4
Pada kondisi normal, kebutuhan oksigen setara dengan DO2. Bila kebutuhan
meningkat, DO2 harus menyesuaikan dan meningkat.
Pada syok sirkulasi atau hipoksemia karena DO2 berkurang, VO2
dipertahankan dengan peningkatan kompensatorik dari ERO2. Namun, jika
DO2 turun terus, dicapai titik kritis dan ERO2 tidak bisa lagi bertambah
untuk mengkompensasi penurunan DO2. Konsekuensi patofisiologis dari
syok kardiogenik dan hipovolemik lebih berkaitan dengan defisiensi
oksigen akut.
Pada syok septik, oksigenasi jaringan bisa tidak adekuat sekalipun ada
aliran darah normal yang disebabkan peningkatan banyak dari kebutuhan
metabolik dan gangguan ekstraksi oksigen. Pada syok septik ada interaksi
kompleks antara vasodilatasi patologis, hipovolemia relatif dan absolut,
depresi miokard langsung dan perubahan distribusi aliran darah, yang
terjadi akibat respon radang terhadap infeksi. Respon inflamasi yang
berlebihan selanjutnya berperan terhadap gangguan hemodinamik dan
iskemia jaringan yang tersebar, dengan berakhirnya sebagai disfungsi organ
ganda.4 Beberapa respon mediator inflamasi yang terjadi selama syok,
terutama yang diakibatkan oleh infeksi, disebut sindrom respon inflamasi
sistemik (systemic inflammatory response syndrome (SIRS). Berbagai
mediator inflamasi, seperti tumor necrosis factor, platelet-activating
factor,dan proinflammatory interleukins merupakan agen-agen yang
berkontribusi terhadap timbulnya SIRS. SIRS menimbulkan kehilangan
cairan pada kapiler dengan pembentukan edema dan distribusi cardiac
output yang tidak merata dalam rangka untuk menjaga aliran oksigen ke
jaringan sekitar.
Bagan 1. Respon Imunoinflamasi Tubuh terhadap Syok
Syok pada Anak | 5
Bagan 2. Lingkaran Syok
2.5. Stadium Syok
2.5.1. Stadium Dini atau syok kompensata
Pada fase awal syok, sejumlah mekanisme kompensasi fisiologi
berperan dalam mempertahankan tekanan darah dan perfusi ke jaringan
untuk memelihara aliran darah ke organ-organ vital, seperti otak, jantung,
dan ginjal.. Mekanisme tersebut meliputi aktivasi sistem saraf simpatis
meningkatkan detak jantung (HR) dan tahanan pembuluh sistemik (SVR)
melalui pelepasan katekolamin dari kelenjar adrenal. Sistem renin-
angiotensin-aldosteron juga dikatifkan sehingga ikut menyebabkan
vasokonstriksi dan mempertahankan SVR, serta retensi cairan melalui
pemekatan urin.
Pada anak, tonus vaskular dipertahankan walaupun dalam keadaan
aliran rendah pada syok septik dan syok kardiogenik. Oleh karena itu, anak
bisa sering mempertahankan tekanan darah sebelum mereka berada dalam
keadaan syok berat. Vasokonstriksi kompensatorik sering begitu mencolok
hingga tekanan darah sistemik bisa berada dalam kisaran normal, sekalipun
ada gangguan sirkulasi bermakna. Hipotensi khas merupakan temuan lanjut
pada syok anak. Dengan vasokonstriksi, darah menjauhi organ non-vital
(kulit dan splanchnic bed) untuk diarahkan ke otak, jantung dan paru.
Hasilnya adalah ekstremitas dingin dan bercak-bercak (mottled), capillary
refill memanjang, serta takikardia yang diinduksi katekolamin.
Laju pernafasan meningkat untuk mengekskresikan CO2 sebagai
kompensasi dari peningkatan produksi CO2 dan asidosis metabolik.
Peningkatan ekskresi ginjal, yaitu ion hidrogen dan retensi bikarbonat
terjadi sebagai usaha untuk mempertahankan pH tubuh yang normal.
Pertahanan terhadap volume vaskular diatur oleh sistem renin-angiotensis
dan faktor atrial natriuretic (melalui regulasi sodium), hormon steroid,
sintesis dan penglepasan katekolamin, serta sekresi hormon antidiuretik.
Syok pada Anak | 6
Laju denyut jantung, laju pernafasan, hitung leukosit, tekanan darah
sistolik yang normal untuk setiap kelompok umur dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 4. Hubungan Usia Terhadap Tanda-tanda Vital dan Nilai
Laboratorium
Meskipun dapat terjadi mekanisme kompensasi, cairan intravaskular
tetap dapat bocor ke ruang interstitial ekstraselular melalui kerusakan sel
endotel vaskular. Jika syok dibiarkan mekanisme kompensasi akan gagal
dan pasien masuk ke stadium dekompensata. Kegagalan menormalkan nadi
perifer, suhu kulit serta capillary refill time dengan terapi adekuat berakibat
fatal. Anak banyak bergantung pada detak jantung untuk meningkatkan
curah jantung. Kemampuan meningkatkan kontraktilitas sebagai respon
terhadap stimulasi katekolamin terbatas karena massa otot yang tidak cukup
dan kekakuan miokard anak dibandingkan jantung dewasa. Bila mekanisme
kompensasi diaktifkan, anak menjadi bergantung pada volume intravskular
(preload) untuk mempertahankan CO. Karena afterload sudah meningkat
agar bisa mempertahankan SVR dan tekana darah, kunci kerberhasilan
dalam resusitasi adalah menjaga volume intravaskular yang adekuat.
2.5.2. Stadium dekompensata
Bila mekanisme kompensasi gagal memenuhi perfusi jaringan yang
adekuat di mana pada saat itu terjadi kebutuhan metabolik yang meningkat
ditingkat jaringan, maka kerusakan jaringan lebih lanjut dan kematian sel
dapat terjadi. Namun, sebelum itu, akan terjadi fase syok dekompensata
dengan hipotensi. Hipoksemia jaringan dan iskemia jaringan akan memicu
metabolisme anaerob yang menghasilkan penimbunan laktat dan asidosis
metabolik. Sejumlah metabolit vasoaktif seperti adenosin, nitric oxide juga
dilepaskan dan tertimbun. Vasokonstriksi kompensatorik gagal sebagai
akibat hipoksia. Darah kapiler menjadi pelan, leukosit bergerak ke tepi dan
mikrotrombus terbentuk. Paralisis vasomotor dan disfungsi mikrosirkulasi
memuncak ke hipoperfusi organ akhir, disfungsi dan gagal organ ganda.
Hipoperfusi organ bermanifestasi sebagai perubahan status mental,
takipnea, takikardia, letargi, urin sedikit atau tidak ada dan timbul bercak
pada anggota gerak.
Syok pada Anak | 7
Bagan 3. Alogaritma Syok Stadium Dekompesata
2.5.3. Stadium Ireversibel
Jika keadaan dekompensata dibiarkan, pasien akan berlanjut ke syok
menetap (irrevesible shock), jika tekanan perfusi ke jaringan tidak
dipulihkan. Syok non-reversibel, sesuai namanya, adalah “the point of no
return” dengan angka kematian tinggi apapun intervensinya.
2.6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis syok tergantung dari jenis syoknya, penyebabnya,
stadiumnya, dan prosesnya (cepat atau lambat). Meskipun demikian, jika
syok tidak terdeteksi dini atau tidak ditatalaksana dengan cepat, maka akan
didapatkan tanda klinis yang hampir mirip dari berbagai jenis syok. Secara
umum, tanda kliniknya dapat berupa apatis, lemah, membrana mukosa
pucat, kualitas pulsus jelek, respirasi cepat, temperatur tubuh rendah,
tekanan darah rendah, capillary refill time lambat, takikardia atau
bradikardia (kucing), oliguria, dan hemokonsentrasi (kecuali pada
hemoragi).
Tabel 5. Tanda dan Gejala dari Penurunan Perfusi
Syok pada Anak | 8
Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik adalah keadaan terganggunya perfusi jaringan yang
disebabkan perdarahan, kehilangan plasma pada luka bakar, kehilangan air
dan elektrolit pada diare yang disertai dehidrasi atau akibat ekstravasasi
karena inflamasi, trauma, dan sebagainya.
Syok hipovolemik merupakan syok jenis terbanyak pada anak dan
merupakan akibat dari penurunan volume sirkulasi (hipovolemia absolut
atau relatif). Hipovolemia dikatakan ‘absolut’ bila disebabkan dehidrasi
melalui kehilangan cairan ekstrasel, darah atau plasma; dan ‘relatif’ bila
volume intravaskular tidak adekuat untuk mengkompensasi hilangnya tonus
vaskular, seperti pada sepsis atau anafilaksis, atau karena obat vasodilatasi.
Bilamana volume intravaskular menurun dengan cepat (10-20%) akan
terjadi berbagai mekanisme kompensasi. Tekanan darah vena dan atrium
kanan akan menurun karena berkurangnya volume darah. Keadaan ini
kemudian akan diperberat bilamana terjadi vasokonstriksi yang menyeluruh.
Sebagai mekanisme kompensasi menurunnya isi sekuncup akan dijumpai
takikardi. Tekanan nadi dan tekanan darah sistolik menurun karena
menurunnya isi sekuncup. Tekanan diastolik mungkin meninggi karena
vasokonstriksi. Sistem kardiovaskuler juga berespon dengan mengalirkan
darah ke otak, jantung, dan ginjal dengan mengurangi perfusi kulit, otot,
dan traktus gastrointestinal. Menurunnya jumlah aliran darah ke organ-
organ tubuh akan menimbulkan iskemia yang menyeluruh. Berkurangnya
aliran darah akan menimbulkan iskemia jaringan, akan meningkatkan
metabolisme anaerobik dengan hasil akhir tertimbunnya asam laktat, asam
amino, dan asam fosfat di jaringan. Hal ini menimbulkan asidosis metabolik
yang dapat menyebabkan pecahnya membran lisosom dengan enzin-enzim
litik yang menyebabkan matinya sel. Hipoksia dan asidosis metabolik
menimbulkan gangguan fungsi kontraksi otot jantung sehingga curah
jantung makin menurun dan tekanan darah makin menurun, yang
mengakibatkan semakin buruknya perfusi jaringan. Hipoksia dan asidosis
metabolik menyebabkan vasokonstriksi arteri dan vena pulmonalis, hal ini
menimbulkan peninggian tahanan pulmonal yang mengganggu perfusi dan
pengembangan paru. Akibatnya terjadi kolaps paru, kongesti pembuluh
darah paru, edema interstitial dan alveolar. Maka, dapat terlihat gangguan
pernafasan. Dapat terjadi juga iskemia otak dengan segala akibatnya. Pada
ginjal, iskemia ini akan menimbulkan gagal ginjal. Sebagai mekanisme
kompensasi terhadap hipovolemia, cairan interstitial akan masuk ke dalam
pembuluh darah sehingga hematokrit menurun. Karena cairan interstitial
jumlahnya mengurang akibat masuknya cairan tersebut ke dalam ruang
intraseluler, maka penambahan cairan sangat mutlak diperlukan untuk
memperbaiki gangguan metabolik dan hemodinamik ini. Pada syok juga
terjadi peninggian sekresi kortisol 5-10 kali lipat. Kortisol mempunyai efek
inotropik positif pada jantung dan memperbaiki metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein. Sekresi renin dari sel-sel juxta glomerulus ginjal
meningkat sehingga pelepasan angiotensin I dan II juga meningkat. Renin
akan mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I, yang selanjutnya
akan dikonversi menjadi angiotensin II di paru-paru dah hati. Angotensin II
mempunyai 2 efek utama, yang keduanya membantu perbaikan keadaan
Syok pada Anak | 9
pada syok hemoragik, yaitu vasokonstriksi arteriol otot polos, dan
menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
bertanggungjawab pada reabsorbsi aktif natrium dan akhirnya akan
menyebabkan retensi air. Meningginyasekresi norepinefrin akan
mengakibatkan vasokonstriksi, selain itu juga mempunyai sedikit efek
inotropik positif pada miokardium. Peninggian sekresi hormon antidiuretik
(ADH) dari hipofisis posterior mengakibatkan resorpsi air di tubulus distal
meningkat. ADH dilepaskan dari glandula pituitari posterior sebagai respon
terhadap penurunan tekanan darah (dideteksi oleh baroreseptor) dan
terhadap penurunan konsentrasi natrium (yang dideteksi oleh
osmoreseptor). Secara tidak langsung ADH menyebabkan peningkatan
reabsorbsi air dan garam (NaCl) pada tubulus distalis, duktus kolektivus,
dan lengkung Henle.
Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia,
kondisi premorbid, besarnya volume cairan yang hilang, lamanya
berlangsung, dan beratnya gangguan perfusi jaringan. Pada umunya
penderita menjadi gelisah, kesadaran menurun akibat iskemia otak. Pada
anak yang lebih besar, mungkin terdapat keluhan rasa haus. Pernafasan
menjadi cepat, nadi teraba lemah dan cepat, serta takikardi. Tekanan darah
menurun. Kapiler dan vena kolaps karena terlambatnya pengisian kapiler.
Penderita tampak pucat, ekstremitas dan kulit terasa dingin serta
berkeringat. Karena adanya hipovolemia, maka terjadi vasokonstriksi di
ginjal, sehingga aliran darah ke ginjal akan berkurang dan filtrasi
glomerulus menurun sehingga terjadi oliguria. Produksi urin ini merupakan
salah satu parameter untuk mengetahui perfusi jaringan.
Tabel 6. Manifestasi Klinis dari Syok Hemoragik pada Anak-anak
Pada pemeriksaan pertama tidaklah selalu mudah untuk menentukan
sebab atau patogenesis syok. Bila pada anamnesis jelas terdapatnya diare,
perdarahan atau luka bakar, maka sebab syok primer jelas dapat diketahui.
Namun pada penderita dengan syok bakterial atau kelainan endokrin,
seringkali sebab primer belum dapat ditentukan pada saat anak masuk
rumah sakit. Hal terpenting yang harus dilakukan ialah mengatasi keadaan
syok tanpa menghiraukan sebab primernya. Pada umumnya terapi kausal
baru dapat diberikan bila keadaan syok sudah dapat diatasi.
Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik didefinisikan sebagai adanya tanda-tanda
hipoperfusi jaringan yang diakibatkan oleh gagal jantung, sehingga jantung
gagal berfungsi sebagai pompa untuk mempertahankan curah jantung yang
Syok pada Anak | 10
memadai. Ini bisa disebabkan oleh jejas miokard (infeksi atau iskemia) atau
lesi obstruktif (peningkatan afterload ventrikel kanan, peningkatan
afterload ventrikel kiri, tamponade jantung) dan/atau kurangnya pengisian
ventrikel (penurunan preload ventrikel kanan dan kiri, lesi katup, penurunan
waktu pengisian yang disebabkan takiaritmia) atau toksin/obat yang
menyebabkan depresi atau kerusakan miokardium.
Syok kardiogenik merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri
atau gagal jantung kongestif yang terjadi bila ventrikel kiri mengalami
kerusakan yang luas. Otot jantung kehilangan kekuatan kontraktilitasnya,
sehingga menimbulkan penurunan curah jantung dengan perfusi jaringan
yang tidak adekuat ke organ vital (jantung, otak, dan ginjal). Derajat syok
sebanding dengan disfungsi ventrikel kiri.
Umumnya, syok kardiogenik mempunyai gejala ekstremitas dingin,
waktu pengisian kapiler lambat (>2-3 detik), hipotensi, nadi cepat dan
lemah, takipnea, dan oliguria. Semua ini diakibatkan oleh vasokonstriksi
perifer dan curah jantung yang menurun.
Tanda dan gejala syok kardiogenik mencerminkan sifat sirkulasi
patofisiologi gagal jantung. Kerusakan jantung mengakibatkan penurunan
curah jantung, yang pada gilirannya menurunkan tekanan darah arteria ke
organ-organ vital. Aliran darah ke arteri koroner berkurang, sehingga
asupan oksigen ke jantung menurun, yang pada gilirannya meningkatkan
iskemia dan penurunan lebih lanjut kemampuan jantung untuk memompa,
akhirnya terjadilah lingkaran setan.
Syok Distributif
Syok distributif sering terjadi sekaligus dengan syok hipovolemik
dan/atau kardiogenik. Syok distributif disebabkan oleh maldistribusi aliran
darah karena adanya vasodilatasi perifer sehingga volume darah yang
bersirkulasi secara efektif tidak memadai untuk perfusi jaringan.
Vasodilatasi perifer menimbulkan hipovelemia relatif. Contoh klasik dari
syok distributif adalah syok anafilaksis dan syok neurogenik.
Syok Anafilaktik
Jika seseorang sensitif terhadap suatu antigen dan kemudian terjadi
kontak lagi terhadap antigen tersebut, akan timbul reaksi hipersensitivitas.
Antigen yang bersangkutan terikat pada antibodi dipermukaan sel mast
sehingga terjadi degranulasi, pengeluaran histamin, dan zat vasoaktif lain.
Keadaan ini menyebabkan peningkatan permeabilitas dan dilatasi kapiler
menyeluruh. Terjadi hipovolemia relatif karena vasodilatasi yang
mengakibatkan syok, sedangkan peningkatan permeabilitas kapiler
menyebabkan udem. Pada syok anafilaktik, bisa terjadi bronkospasme yang
menurunkan ventilasi.
Syok anafilaktik sering disebabkan oleh obat, terutama yang diberikan
intravena seperti antibiotik atau media kontras. Sengatan serangga seperti
lebah juga dapat menyebabkan syok pada orang yang rentan.
Manifestasi dari syok anafilaktik antara lain karena tekanan darah dan
tekanan nadi yang menurun atau sangat menurun; denyut nadi meningkat
atau sangat meningkat; isi nadi normal atau kecil; terdapat vasokonstriksi
perifer; suhu kulit dingin; warna normal atau pucat; tekanan vena sentral
Syok pada Anak | 11
normal atau rendah; diuresis menurun; gambaran EKG normal; gambaran
foto paru normal.
Gambaran yang lain dapat berupa udem laring, bronkospasme dan
kolaps vaskuler, urtikaria, cemas, udem umum, perasaan tercekik, terengah-
engah, status asmatikus. Pada keadaan yang berat timbul kehilangan
kesadaran, miadriasis, inkontinensia, kejang dan kematian mendadak.
Syok Neurogenik
Syok neurogenik disebut juga syok spinal merupakan bentuk dari
syok distributif, Syok neurogenik terjadi akibat kegagalan pusat vasomotor
karena hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak di seluruh
tubuh.sehingga terjadi hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh
tampung (capacitance vessels). Hasil dari perubahan resistensi pembuluh
darah sistemik ini diakibatkan oleh cidera pada sistem saraf (seperti:
trauma kepala, cidera spinal, atau anestesi umum yang dalam).
Syok neurogenik juga disebut sinkop. Syok neurogenik terjadi karena
reaksi vasovagal berlebihan yang mengakibatkan terjadinya vasodilatasi
menyeluruh di daerah splangnikus sehingga aliran darah ke otak berkurang.
Reaksi vasovagal umumnya disebabkan oleh suhu lingkungan yang panas,
terkejut, takut, atau nyeri hebat. Pasien merasa pusing dan biasanya jatuh
pingsan. Setelah pasien dibaringkan, umumnya keadaan berubah menjadi
baik kembali secara spontan.
Hampir sama dengan syok pada umumnya tetapi pada syok
neurogenik terdapat tanda tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat,
bahkan dapat lebih lambat (bradikardi) kadang disertai dengan adanya
defisit neurologis berupa quadriplegia atau paraplegia. Sedangkan pada
keadaan lanjut, sesudah pasien menjadi tidak sadar, barulah nadi bertambah
cepat. Karena terjadinya pengumpulan darah di dalam arteriol, kapiler dan
vena, maka kulit terasa agak hangat dan cepat berwarna kemerahan.
Syok Septik
Sepsis merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada
anak-anak. Meskipun angka mortalitas dari sepsis dan syok sepsis pada
anak-anak telah menurun dari >95% pada tahun 1960-an mencapai hampir
10% pada tahun 1990-an, data dari penelitian terbaru Amerika menyatakan
bahwa lebih dari 4300 anak-anak meninggal setiap tahun akibat sepsis yang
berat dan syok sepsis. Syok septik merupakan komplikasi umum yang
dijumpai pada praktik dan dilaporkan merupakan penyebab kematian yang
paling umum pada unit perawatan intensif.
Syok septik adalah keadaan terganggunya perfusi jaringan/organ vital
tubuh disertai penurunan tekanan darah yang disebabkan oleh pengaruh
endotoksin terhadap sirkulasi darah. Umumnya, syok septik disebabkan
oleh jamur, riketsia, virus atau oleh kuman gram negatif. Angka kematian
akibat infeksi kuman gram negatif ialah sekitar 40% dan kematian karena
syok septik berkisar 50-80%.
Faktor resiko terjadinya syok septik:
- Penyakit menahun (DM, saluran kemih, kelamin, hati, dsb)
- Infeksi
- Pemakaian antibiotik jangka panjang
- Tindakan medis atau pembedahan.
Syok pada Anak | 12
Patofisiologi syok septik belum diketahui secara pasti, namun para
ahli berpendapat bahwa endotoksin, yaitu suatu lipopolisakarida yang
umumnya terdapat pada dinding sel kuman gram negatif merupakan
penyebab syok septik.
Sebagaimana telah disebut di atas, endotoksin sebagai produk infeksi
bakteri dapat menimbulkan syok septik. Ternyata endotoksin tersebut pada
binatang percobaan menimbulkan berbagai reaksi biologik, yaitu:
endotoksin memobilisasi interferon, merangsang reaksi inflamasi, baik lokal
maupun umum. Endotoksin dengan berbagai mekanisme menyebabkan
penurunan tekanan darah yang dapat menimbulkan syok. Mekanisme ini
antara lain pelepasan kalikrein dari leukosit sehingga terbentuk kinin,
perubahan reaksi epinefrin dan norepinefrin pada pembuluh darah dan
pelepasan histamin dari sel mast. Endotoksin menimbulkan reaksi febris
bifasik di mana puncak suhu kedua mungkin akibat pembebasan zat pirogen
endogen yang berasal dari leukosit. Endotoksin menimbulkan leukopenia
yang kemudian diiukuti oleh leukositosis. Endotoksin menimbulkan
trombositopenia. Endotoksin menyebabkan kerusakan endotel pembuluh
darah, yang menyebabkan koagulasi intravaskular diseminata (DIC).
Endotoksin menimbulkan perubahan metabolisme karbohidrat dan protein
Tahapan klinik mengenai syok septik, yaitu pada stadium pertama
terjadi curah jantung rendah, kemudian menjadi normal atau meninggi,
tekanan vena sentralis meninggi, dan tahanan arteri perifer rendah. Pada
stadium berikutnya terjadi curah jantung rendah dan makin lama makin
merendah, tekanan vena sentralis normal, dan tahanan arteri perifer
meninggi
Diagnosis dari syok septik dapat dibagi menjadi dua fase antara lain :
a. Fase Awal (fase hiperdinamik)
1) Cardiac output tinggi dan tahanan perifer rendah (sangat
mungkin karena aktivasi sistem kinin dan mungkin endokrin)
2) Takipneu dan kadang-kadang hiperventilasi (kussmaul)
3) Kulit hangat
4) Mungkin terdapat alkalosis respirator
b. Pada Fase lanjut (sulit dibedakan dengan syok hipovolemik)
1) Hipotensi dan hipovolemia akibat kenaikan permeabilitas kapiler
2) Kulit dingin, mungkin sianotik
3) Oliguria dengan asidosis metabolik
Vasodilatasi yang terjadi memberikan gambaran hangat dan kemerahan
disamping menyebabkan penurunan tekanan darah. Akibatnya terjadi
stimulasi baroreseptor yang menyebabkan dibebaskannya zat vasoaktif 5-
hidroksi triptantin adrenalin dan nor-adrenalin, baik neural maupun
humoral. Sampai fase ini kita masih berada pada fase awal syok septik yang
disebut juga warm-shock.
Syok pada Anak | 13
Bagan 4. Patofisiologi Warm Shock
Efek samping pembebasan zat vasokatif ini secara terus menerus,
menyebabkan konstriksi pada precapillary sphincter dan post capillary
venular sphincter. Akibatnya sebagian darah tidak lagi melalui jaringan
tetapi melalui shunt arteri vena yang menyebabkan jaringan berada dalam
keadaan hipoksemia iskemik. Hipoksia jaringan memaksa jaringan
mempertahankankan fungsinya, terutama dengan metabolisme anaerobik
yang menghasilkan asam laktat. Asidosis laktat lama kelamaan
menyebabkan precapillary sphincter tidak dapat lagi mempertahankan
tonusnya. Sebaliknya, postcapillary venular sphincter ini menyebabkan
pooling darah pada mikrosirkulasi, sehingga jaringan mengalami suatu
stagnant hipoksia, yaitu keadaan dengan tekanan kapiler hidrostatik kapiler
meninggi serta kerusakan endotel menyebabkan meningginya permeabilitas
pembuluh darah. Kedua faktor ini menyebabkan kebocoran cairan ke ruang
intersisial dan intraseluler, yang menyebabkan hipovolemia hebat sehingga
manifestasi menjadi lebih jelas.
Bagan 5. Patofisiologi Cold Shock
Syok pada Anak | 14
Perubahan-perubahan kardiovaskular yang terjadi ini disebabkan oleh
pengaruh kinin di dalam plasma. Kinin adalah vasodilator kuat yang
dijumpai pada stadium permulaan syok septik dan konsentrasi tertinggi
tercapai dalam 1-2 jam. Karena itu, pada stadium awal syok septik akan
dijumpai penurunan tahanan arteri perifer. Kemudian kinin akan
merangsang pelepasan katekolamin, yaitu epinefrin dari medula kelenjar
adrenal dan pelepasan histamin dari sel Mast, tetapi peran histamin ini
belum begitu jelas. Dengan adanya katekolamin, pada stadium berikutnya
akan terjadi vasokonstriksi hebat yang mengakibatkan peninggian tahanan
arteri perifer, venous return menurun sehingga curah jantungpun akan
menurun.
Berdasarkan penyelidikan terhadap binatang percobaan, pada
penderita syok septik akan terjadi kerusakan endotel pembuluh darah.
Kerusakan endotel pembuluh darah ini akan mengakitfkan faktor
pembekuan ke XII yang merangsang trombin mengubah fibrinogen menjadi
fibrin. Penyuntikan endotoksin pada binatang percobaan tersebut akan
menyebabkan penurunan jumlah trombosit yang mungkin dipergunakan
untuk membuat trombus. Koagulasi intravaskular kadang-kadang
sedemikian hebat, sehingga terjadi nekrosis di daerah yang luas dan
perdarahan hebat pada organ-organ tubuh, kulit dan mukosa. Endotoksin
juga diketahui akan mengganggu metabolisme karbohidrat dan protein yang
mungkin disebabkan oleh efek langsung pada sel atau mungkin juga karena
gangguan pada mikrosirkulasi. Kadar glukosa darah, kadar glikogen hati
akan menurun. Selain itu juga, metabolisme meningkat mengakibatkan
penumpukan asam laktat sehingga terjadi asidosis metabolik. Terganggunya
metabolisme protein disebabkan endotoksin menghambat kerja
‘trytophanpyrolase’ di dalam sel hati sehingga metabolisme triptofan
terganggu.
Umumnya penderita syok septik menunjukkan gambaran klinis yang
khas, yaitu penderita menggigil disertai peninggian temperatur tubuh.
Tetapi pada beberapa penderita ditemukan temperatur tubuh yang normal
bahkan hipotermi terutama bila syok sudah berlangsung lama. Selain itu
juga, penderita menunjukkan takipnea sehingga terjadi alkalosis
respiratorik, takikardi, oliguria, dan penurunan kesadaran. Setelah itu,
mungkin juga terdapat gejala gastrointestinal, seperti muntah. Jumlah
produksi urin makin menurun dan tekanan darah yang mula-mula normal
menjadi menurun.
Pada stadium lebih lanjut, kulit terasa dingin dan tampak sianosis.
Nadi menjadi kecil dan cepat, kesadaran makin memburuk sampai koma.
Sel leukosit dalam darah yang mula-mula normal atau bahkan menurun,
menjadi meningkat, terutama sel-sel polimormonuklear. Kalium dalam
serum juga akan meningkat. Buruknya pefusi jaringan akan menyebabkan
meningkatnya metabolisme anaerob sehingga terjadi penumpukan asam
laktat yang mengakibatkan asidosis metabolik. Pada stadium lebih lanjut
akan terjadi DIC dan terjadi perdarahan masif di seluruh tubuh, sehingga
terjadi hipovolemi dan tekanan vena sentralis akan menurun. Diagnosis
pasti ditegakkan bila dijumpai bakterimi pada biakan darah.
Syok pada Anak | 15
Syok Obstruktif
Syok obstruktif terjadi apabila jantung gagal berfungsi sebagai pompa
untuk mempertahankan curah jantung yang memadai. Disfungsi dapat
terjadi akibat dari obstruksi secara langsung yang melibatkan fungsi jantung
kanan atau kiri, seperti emboli pulmonal yang menyebabkan gagal jantung
kanan, coartation of aorta yang menyebabkan gagal jantung kiri, atau
terdapat defisiensi sirkulasi di mana aliran balik vena ke jantung (preload)
mengalami obstruksi, seperti pada keadaan tension pneumothorax atau
tamponade jantung.
Syok Disosiatif
Contoh syok disosiatif adalah pada keadaan keracunan, misalnya
keracunan sianida, karbon monoksida dan anemia berat. Pada pasien-pasien
anemia, hantaran oksigen (DO2) menurun. Berkurangnya kapasitas angkut
oksigen oleh hemoglobin (Hb), dan DO2 yang tidak adekuat, dapat juga
menyebabkan syok. Contohnya pada keracunan CO, penurunan DO2 terjadi
karena pengikatan kompetitif di mana Hb lebih suka berikatan dengan CO
dibanding O2. Dan hal ini diperhebat dengan utilisasi O2 yang bersifat
abnormal karena CO mengganggu fosforilasi oksidatif yang mengakibatkan
berkurangnya rasio ekstraksi oksigen (ERO2).
2.7. Manajemen
Deteksi dan intervensi dini sangat penting dalam tatalaksana syok dan
mencegah progresi syok yang berkelanjutan. Pada bayi dan anak-anak,
terdapat peningkatan angka kehidupan sebesar 9 kali lipat ketika resusitasi
segera dilakukan di ruang gawat darurat. Tujuan dari resusitasi adalah untuk
mengurangi insufisiensi sirkulasi dan mengkoreksi hipoperfusi.
Langkah pertama pada manajemen secara klinis adalah ABC. Airway
adalah prioritas utama dan harus dilindungi. Karena kapasitas udara residu
pada anak-anak lebih kecil daripada pasien dewasa, ventilasi awal
diperlukan. Intubasi endotrakeal dapat diindikasikan untuk pasien dengan
instabilitas hemodinamik. Tetapi, harus diperhatikan dalam pemilihan agen
induksi untuk mencegah terjadinya hipotensi dan depresi miokardium.
Etomidate tidak direkomendasikan karena berhubungan dengan supresi
adrenal, sedangkan ketamin merupakan pilihan pada kasus ini. Selain itu,
pemakaian ventilasi tekanan positif pada awal resusitasi akan menurunkan
venous return dan menyebabkan hipotensi. Oleh karena itu, resusitasi cairan
harus dilakukan lebih dulu dalam menangani airway. Resusitasi cairan
adalah manajemen utama pada semua syok. Angka kematian menurun
secara signifikan ketika anak-anak dengan syok septik secara awal
diberikan cairan resusitasi dibandingkan dengan anak-anak yang cairannya
hanya dibatasi. Akses intravena atau intraoseus (jika intravena gagal dibuat
selama 90 detik atau sudah tiga kali usaha) harus dibuat dari awal secara
cepat. Pilihan utama cairan resusitasi, yaitu apakah kristaloid atau koloid,
masih diperdebatkan. Data mengenai hal tersebut dalam penelitian terhadap
anak-anak masih langka. Cairan koloid efektif dalam mempertahankan
tekanan darah terutama pada pasien neonatus, meskipun hal ini harus
diperhatikan karena dapat terjadi efek samping dalam menggunakan koloid
sintesis atau murni (transmisi penyakit, reaksi alergi). Pada orang dewasa,
Syok pada Anak | 16
pada penelitian percobaan secara acak untuk membandingkan cairan
resusitasi kristaloid dan koloid, didapatkan hasil bahwa tidak ada
keuntungan atau efek samping yang didapat dalam menggunakan cairan
manapun. Pada penelitian terhadap anak-anak dengan syok septik,
kelompok yang diresusitasi dengan cairan koloid membutuhkan 40%
volume cairan yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok yang
diresusitasi dengan cairan normal saline. Namun, pada resusitasi, hal yang
harus diutamakan bukanlah tipe cairan apa yang harus dipergunakan, tetapi,
waktu dari resusitasi. Pada tahun 1940, Blalock telah mengemukakan
bahwa jenis cairan yang diberikan kurang begitu penting dibandingkan
jumlah cairan yang diberikan. Pada kasus perdarahan, tentu sebaiknya
diberikan darah sebagai pengganti yang hilang, tetapi kadang-kadang darah
tidak selalu tersedia, sedangkan pemberian cairan tidak boleh ditunda.
Mengenai jenis cairan yang dipergunakan dalam pengobatan syok
hipovolemik, tergantung kepada pengalaman masing-masing. Bila kita
menggunakan cairan bukan darah, maka kurangnya eritrosit dan
berkurangnya oxygen carrying capacity akan dikompensasi dengan
peninggian curah jantung. Penggunaan dekstrans (HES/hydroxyethyl starch)
atau gelatin diindikasikan untuk keperluan meningkatkan tekanan onkotik
plasma tetapi pemberian terapi komponen darah susah didapait atau tidak
efektif. Umumnya, cairan Ringer laktat atau garam fisiologis lebih efektif,
aman, dan murah dibandingkan dengan cairan koloid dan harus merupakan
cairan pilihan pada awal resusitasi. Bolus cairan pertama sebesar 20
ml/kgBB secepatnya (5-10 menit) dan cairan selanjutnya berdasarkan
penilaian lanjut dari manifestasi klinis dan respon pasien terhadap terapi
yang sudah diberikan. Sebagian dokter menggunakan kristaloid sebagai
cairan garis pertama dan disusl dengan koloid jika dibutuhkan. Keuntungan
menggunakan larutan Ringer laktat adalah larutan Ringer laktat lebih
fisiologik karena mengandung buffer, yaitu natrium laktat. Pada pemberian
bolus cairan kristaloid, hanya 25% cairan kristaloid yang akan menetap di
ruang intravaskular dan 75%-nya akan berdifusi ke ruang ienterstitial.
Cairan yang berlebih pada ruang interstitial dapat menyebakan edema dan
kelebihan cairan yang dapat berhubungan dengan faktor risiko mortalitas
pada pasien anak-anak. Terapi cairan diberikan sampai terjadi perbaikan
dalam laju denyut jantung, tekanan darah, jumlah urin yang adekuat, tingkat
kesadaran, dan waktu pengisian kapiler.
Pada syok septik, resusitasi cairan berguna untuk mengembalikan
volume intravascular tetapi juga mempertahankannya diruang intravascular.
Resusitasi pada syok septik memerlukan kombinasi cairan kristaloid dan
koloid untuk mengembalikan perfusi yang adekuat. Pada syok septik, telah
dilakukan uji acak terkontrol dan didapatkan bahwa albumin lebih efektif
pada pasien dewasa dengan syok septik dibandingkan kristaloid.
Pada syok kardiogenik, bolus cairan yang diberikan lebih sedikit
untuk mencegah memburuknya gagal jantung dan mungkin memerlukan
terapi farmakologis untuk menurunkan afterload. Pada syok obstruktif,
penyebab dasarnya harus dicari. Jika terdapat emboli pulmonal atau
coarctation of aorta, maka intervensi bedah dibutuhkan untuk mengatasi
obstruksi. Pasien dengan efusi perikardial atau pneumothoraks
Syok pada Anak | 17
membutuhkan pengeluaran cairan atau udara secepatnya. Meskipun
demikian, sebelum dilakukan pericardiosentesis, bolus cairan yang
diberikan dapat memperbaiki curah jantung.
Kadang-kadang diperlukan juga obat-obatan sebagai penunjang dalam
penanganan syok, terutama syok septik, kardiogenik, distributif, dan jarang
pada hipovolemik untuk menstimulasi laju denyut jantung (kronotropik)
dan kontraktilitas jantung (inotropik) serta meningkatkan resistensi vaskular
bila cairan resusitasi belum cukup untuk menstabilkan sistem hemodinamik.
Obat-obatan ini harus diberikan melalui kateter vena sentral. Pemberian
jumlah obat-obatan ini dimonitor dengan melihat tekanan darah. Tipe-tipe
syok mempengaruhi obat-obatan vasoaktif yang akan digunakan.
Jika penanganan awal syok, yaitu stabilisasi ABC dan resusitasi
cairan gagal, maka obat inotropik dapat diberikan. Obat inotropik
digunakan untuk meningkatkan kontraktilitas miokard dan cardiac output
(CO). Dopamin adalah obat lini pertama dan harus diberikan sebelum obat-
obatan lain. Dobutamin adalah agonis β1-adrenergik dengan aksi
kronotropik dan inotropik. Epinefrin merupakan inotrop pilihan pada pasien
yang gagal dengan terapi dobutamin. Dewasa dan anak yang resisten
terhadap terapi dobutamin umumnya merespon epinefrin. Epinefrin adalah
neurohormon alamiah, yang dihasilkan untuk meningkatkan kontraktilitas
selama ster dan syok. Obat vasoaktif digunakan untuk menurunkan tahanan
perifer pembuluh darah serta memperbaiki CO. Obat ini merangsang adenil
siklase yang meyebabkan terjadinya sintesis AMP siklik, aktifasi kinase
protein, fosforilasi protein intrasel, dan peningkatan kalsium intrasel. Obat
tersebut bekerja memperbaiki tekanan darah dengan konsekuensi
peningkatan resistensi vascular dan penurunan aliran darah. Contoh dari
obat vasodilator adalah nitroprusida, nitrogliserin, prostaglandin,
prostasiklin. Obat inodilator (Inhibitor fosfodiesterase/PDEI) merupakan
obat yang dapat memediasi inotropi dan vasodilatasi dengan mencegah
hidrolisis cAMP, sehingga terjadi peningkatan cAMP yang dapat
memperbaiki kontraktilitas dan relaksasi diastolik. Contoh dari obat
inodilator adalah PDEI tipe III, milrinon, amrinon, enoximon, pentoksifilin,
isoproterenol, levosimendan. Obat inovasopresor, contonya dopamin, adalh
inotropik/vasopresor yang paling banyak digunakan.
Tabel 7. Nama – nama obat yang digunakan beserta dosisnya
Syok pada Anak | 18
Anak dengan syok hipovolemik, septik, atau anafilaksis yang berat
membutuhkan tambahan bolus cairan (60-80 mL/kg dalam 1-2 jam
pertama).
Sebagian besar anak dengan syok tidak memerlukan transfusi darah,
tetapi kapasitas angkut oksigen dirunag intravascular harus cukup untuk
memenuhi kebutuhan oksigen jaringan. Transfusi darah dipertimbangkan
bila tidak ada perbaikan setelah pemberian cairan isotonic sebnyak
60mL/kg. Transfusi darah harus diberikan berdasarkan penilaian klinis dan
tidak berdasarkan kadar hemoglobin. Pada anak yang syok dengan anemia
kronis (anemia defisiensi) darah harus diberikan dengan hati–hati.
Pemberian tidak boleh melebihi 5-10ml/kg dalam 4 jam untuk mencegah
gagal jantung kongestif, kecuali bila proses kehilangan darah masih
berlangsung.
Pasien dengan syok septik memerlukan antibiotik segera. Berikan
antibiotik yang adekuat sesuai dengan hasil tes resistensi. Namun, hasil
biakan kuman memerlukan waktu beberapa hari dan umumnya syok septik
disebabkan kuman gram negatif, sebaiknya sambil menunggu hasil biakan,
dipilih antibiotik cefotaxim dengan dosis 200 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2
dosis. Bila perlu, dapat dikombinasi dengan amikasin dengan dosis awal 10
mg/kgBB/hari dilanjutkan dengan 15 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
Semua obat ini diberikan secara intravena. Pemberian kortikosteroid dosis
tinggi juga dianjurkan pada pasien dengan syok septik. Beberapa
keuntungan penggunaan kortikosteroid dosis tinggi, di antaranya adalah
kortikosteroid bekerja sebagai adrenergik blocking agent, menghilangkan
spasme pembuluh darah yang disebabkan reaksi abnormal akibat adanya
epinefrin dan norepinefrin pada keadaan syok septik, mencegah penurunan
kadar glikogen yang disebabkan endotoksin, mengurangi pembentukan
asam laktat dengan merangsang reaksi yang mengubah asam laktat menjadi
glikogen, kortikosteroid menyebabkan masuknya asam amino dalam siklus
piruvat dan menyebabkan masuknya asam amino ke dalam siklus kreb,
kedua reaksi ini akan menghasilkan ATP, kortikosteroid mencegah
kalikrein mengubah kininogen menjadi kinin.
Syok pada Anak | 19
Bagan 6. Tatalaksana Resusitasi pada Syok Pediatrik
2.8. Prognosis
Tanda-tanda dini dari syok yang dipulihkan pada waktu yang tepat
memperbaiki prognosis pasien. Syok merupakan kontributor dari penyebab
kematian pada anak. Kelainan-kelainan dalam parameter fisiologi yang
mencerminkan tanda-tanda klinis syok merupakan prediktor kuat dari
kematian pada dua sistem skoring, yaitu PRISM (Pediatric Risk Illness
Severity and Mortality Score) dan PELOD (Pediatric Logistic Organ
Dysfunction Score). Pada PRISM, takikardia (>150 detak per menit untuk
anak, >160 detak per menit untuk bayi), takipnea (>50 kali napas per menit
untuk anak, >60 kali napas per menit untuk bayi), PaO2/FiO2 <300 mmHg,
glukosa (<60 atau >250 mg/dL), dan bikarbonat (<16 mEq/L) memprediksi
mortalitas tinggi. Pada PELOD, hipotensi (tekanan darah sistolik <65
mmHg pada neonatus, <75 mmHg pada bayi, <85 mmHg pada anak, <95
mmHg pada dewasa muda) dan menurunnya kesadaran (Glasgow Coma
Scale score=7-11) memprediksi mortalitas tinggi.
Selain dua sistem scoring di atas, terdapat juga variabel yang
memprediksi mortalitas tinggi, yaitu abnormalitas kreatinin serum (≥40
μmol/L pada usia <7 hari, ≥55 μmol/L untuk usia 7 hari-1 tahun, ≥100
μmol/L untuk usia 1-12 tahun, ≥140 μmol/L untuk usia anak di atas 12
tahun). Syok yang lama menyebabkan peningkatan kadar kreatinin serum
Syok pada Anak | 20
ketika sel-sel tubulus ginjal kehilangan orientasinya dan lepas ke tubulus, di
mana obstruksi bisa mengakibatkan disfungsi atau gagal ginjal akut. Syok
yang lama juga menyebabkan koagulasi intravaskular dengan konsumsi
faktor-faktor pembekuan dan pemanjangan waktu protrombin.
Curah jantung rendah (<2 L/menit/m2) juga mempredikdi mortalitas.
Hal ini dapat dinilai melalui secara klinis dengan capillary refill lebih dari 2
detik, suhu jempol kaki dingin, selisih oksigen arteriovena yang besar
(AVDO2), atau dengan pengukuran langsung curah jantung. Parr dkk
memeriksa curah jantung dengan menggunakan tehnik Fick-dilution
indocyanine green dye injection pada bayi di bawah usia 6 bulan yang
membutuhkan pembedahan jantung. Mereka memperlihatkan bahwa risiko
mortalitas meningkat pada populasi ini bila cardiac index (CI) kurang dari 2
L/menit/m2. Pemberian inotropik yang diikuti dengan penurunan afterload
dengan nitroprusid dan volume loading efektif dalam memperbaiki CO pada
anak-anak ini.
BAB III
KESIMPULAN
Syok adalah keadaan tidak sempurnanya perfusi jaringan. Syok adalah
sindrom klinik akut yang timbul karena sirkulasi oksigen tidak adekuat,
sehingga kebutuhan metabolisme organ vital dan jaringan tidak terpenuhi.
Ada lima jenis syok yang utama, yaitu syok hipovolemik, sepsis,
kardiogenik, distributif, dan obstrustif, namun pembagian ini terlalu
sederhana, karena lebih dari satu mekanisme dapat terjadi pada pasien yang
sama. Namun, hasil akhirnya adalah kegagalan menyediakan substrat energi
untuk memenuhi kebutuhan metabolik dari jaringan, yang menyebabkan
tidak sempurnanya perfusi ke jaringan.
Syok adalah keadaan yang progresif bila tidak ditangani dengan baik
dan cepat. Syok mempunyai 3 stadium, yaitu stadium dini atau kompensata,
stadium dekompensata, dan stadium ireversibel.
Patofisiologi, manifestasi klinis, dan terapi tergantung pada tipe syok.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam manajemen syok,
seperti ABC, yaitu dengan ventilasi dan oksigenisasi, cairan, obat vasoaktif
dan kelainan lain yang mendasari terjadinya syok.
Syok pada Anak | 21