syamsul arifin mahad dan riwaq sejarah sosial cikal pendidikan boarding school dalam pendidikan isla

11

Click here to load reader

Upload: at-tajdid

Post on 24-Jul-2016

226 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Syamsul arifin mahad dan riwaq sejarah sosial cikal pendidikan boarding school dalam pendidikan isla

1

Jurnal At-Tajdid

MA’HAD DAN RIWAQ:SEJARAH SOSIAL CIKAL PENDIDIKAN BOARDING

SCHOOL DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Syamsul Arifin *

Abstract: The Islamic education has long history and it has very im-portant role in developing the civilization and achieving the glory of Muslims. In the course of the history, it came the term of mosque, halaqah (the assembly of process learning that applied by prophet Muhammad), Zawiyah (a place for specific or sufi learning, riwaq (boarding school), and ma’had (educational institution) as important entities in the development of Islamic education. This article will try to give description of the historical and social ma’had (educational in-stitution) and riwaq (boarding school), from pre-emergence, to its exis tence today.

Keywords: Ma’had (educational institution), Riwaq (boarding school), Social History, Islamic Boarding School, Islamic Education

PENDAHULUAN

Pendidikan Islam mempunyai sejarah yang panjang. Sebagai kegi-atan yang menekankan pada proses ijtihadiyah, pendidikan Islam memberikan peran besar kepada umat Islam untuk mencermati, meng-kritisi, dan mengkonstruksi formula-formula baru yang makin sempur-na. Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam mengem-bangkan peradaban dan mencapai kejayaan umat Islam.

Pada masa awal perkembangan Islam, tentu saja pendidikan yang sistematis belum terselenggara.1 Proses pendidikan Islam pertama kali berlangsung di rumah sahabat Rasulullah saw. tertentu, yang paling terkenal di rumah bani arqam. Namun, ketika masyarakat Islam su-

* Dosen STIT Muhammadiyah Pacitan

Page 2: Syamsul arifin mahad dan riwaq sejarah sosial cikal pendidikan boarding school dalam pendidikan isla

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 2, No. 1, Januari 20132

Ma’had dan Riwaq: Sejarah Sosial Cikal Pendidikan Boarding School dalam Pendidikan Islam

dah terbentuk (periode madinah), maka pendidikan diselenggarakan di masjid. Dan disinilah terjadi perkembangan pendidikan Islam yang pe-sat dan sistematis.

Terlebih ketika awal perkembangan Islam, umat muslim menjadi-kan masjid sebagai tempat beribadah, tempat memberikan pelajaran (pendidikan), tempat tentara berkumpul, tempat untuk peradilan dan tempat menerima tamu-tamu dari luar negeri.2

Kemudian pada masa khalifah Bani Umayyah, masjid berkembang fungsinya sebagai tempat pengembangan ilmu pengetahuan.3 Terutama yang bersifat keagamaan. Para ulama mengajarkan ilmunya di masjid dengan membentuk halaqah maupun zawiyah tersendiri. Hal ini terus berkembang hingga bani Abbasiyah. Bahkan, pada masa ini perkemba-ngan kebudayaan Islam semakin pesat. Masjid-masjid yang didirikan oleh para pengusaha (pada umumnya) dilengkapi dengan sarana dan fasilitas untuk pendidikan.

Pendidikan dan pengajaran Islam semakin bertambah, orang-orang yang tergabung dalam halaqah ilmiyah semakin bertambah banyak sehingga banyak ditemukan di masjid pada masa itu (khususnya Mesir)beberapa halaqah.

Dari masing-masing halaqah terdengar suara guru mengajar maupun suara para murid bertanya dan berdiskusi satu dengan lain-nya. Se hingga suara-suara tersebut menimbulkan keramaian yang meng gan gu orang-orang yang sedang beribadah. Karena itu, didirikan-lah masjid al-Azhar4 yang dipergunakan khusus untuk kegiatan bela-jar-mengajar, dan tidak dipergunakan lagi sholat kecuali sholat jum’at.5 Namun, hal itu bukanlah sebuah solusi melainkan justru mendatangkan masalah yang baru, karena fungsi utama masjid adalah tempat beriba-dah.

Perkembangan pencarian ilmu pengetahuan terus berkembang. Bahkan sejak waktu berdirinya Masjid Jami’ al-Azhar telah berdata-ngan orang-orang dari pelosok negeri Mesir dan negeri muslim lainnya. Sebagian besar dari mereka menetap di sana selama belajar.

Page 3: Syamsul arifin mahad dan riwaq sejarah sosial cikal pendidikan boarding school dalam pendidikan isla

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 2, No. 1, Januari 2013 3

Syamsul Arifin

Maka, diadakanlah riwaq (asrama) yang dikenal dengan nama ne-geri asal mereka. Bahkan Ahmad Shalabi menukil pendapat al-Maqriziy menyebutkan: yang bertempat tinggal di riwaq-riwaq tersebut mencapai 750 orang pada tahun 818 H.6 Mereka terdiri pelajar dari Persia, Zaila dan pelajar dari pedesaan Mesir, serta dari Maghribi. Riwaq ini masih ter dapat di al-Azhar hingga saat ini, namun lebih dikenal dengan ma’had oleh mahasiswa sekarang.

TERMINOLOGI RIWAQ DAN MA’HAD

Riwaq dalam bahasa arab berasal dari kata rawaqa yang berati tiang. Misalnya, ketika digunakan dalam kata riwaqul bait berarti tiang depan rumah. Bentuk jama’ (plural)nya arwiqah dan ruq.7

Ibrahim Mustofa menyebutkan ada dua cara membaca kata riwaq dan ruwaq. Namun keduanya sama artinya.8 Istilah riwaq dan ruwaq ini juga digunakan dalam Kamus Munjid. 9

Secara istilah riwaq merupakan ruangan yang berada di antara dua tiang masjid tempat kelompok kecil melakukan kegiatan belajar.10 Ahmad Athiyatullah mendefinisikan riwaq sebagai bagian dari masjid yang dipergunakan untuk belajar, termasuk di dalamnya diwan (ruang) yang digunakan oleh syaikhul halaqah dirasiyah untuk mengajar dikeli-lingi muridnya, termasuk riwaq adalah kamar-kamar yang diperguna-kan untuk tempat tinggal para pelajar, menyimpan pakaian maupun ba-rang-barangnya dan tempat khusus untuk mereka belajar. Dan riwaq juga dipergunakan sebagai istilah perpustakaan yang bisa dipergunakan pelajar riwaq.11

Menurut hemat penulis dalam konteks kekinian pendapat inilah yang sama dengan fungsi dari boarding school (lembaga pendidikan de-ngan sistem asrama) di masa sekarang. Dimana lembaga pendidikan yang memberikan fasilitas tempat belajar sebagaimana mestinya, asrama sebagai tempat tinggal dan fasilitas penunjang lainnya.

Secara etimologi, Ma’had berasal dari kata ‘ahada-ya’hadu yang ber makna menjaga, menepati dan berwasiat.12 Bentuk jama’nya ma’ahid. Secara istilah ma’had merupakan tempat yang dipergunakan untuk

Page 4: Syamsul arifin mahad dan riwaq sejarah sosial cikal pendidikan boarding school dalam pendidikan isla

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 2, No. 1, Januari 20134

Ma’had dan Riwaq: Sejarah Sosial Cikal Pendidikan Boarding School dalam Pendidikan Islam

mencari ilmu.13 Lebih spesifik ma’had disitilahkan sebagai sekolah yang khusus mempelajari suatu pelajaran atau fakultas khusus untuk agama Islam disebut al-ma’had al-islamy.14 Ibrahim Mustofa mendenifisikan ma’had sebagai tempat yang dibangun untuk pembelajaran dan peneli-tian, seperti: ma’had dirasah ulya Sekolah Pasca Sarjana dan ma’had al-buhuts lembaga penelitian.15 Istilah ma’had juga banyak dipergunakan untuk perguruan tinggi, misalnya ma’had ‘aly atau sekolah tinggi yang banyak berkembang juga di Indonesia.

Menurut hemat penulis riwaq dengan ma’had hampir serupa tapi memiliki perbedaaan yang signifikan. Riwaq merupakan tempat yang dipergunakan khusus sebagai tempat tinggal para pencari ilmu yang mengadakan perjalanan jauh dari rumahnya dan masing-masing riwaq dinamakan sesuai dengan daerah asalnya. Sedangkan ma’had hampir sama menggunakan sistem pendidikan berasrama seperti riwaq, namun tidak mengklasifikasikan dalam penamaan maupun penyebutannya. Selain itu, ma’had lebih banyak digunakan sebagai lembaga pendidikan, seperti ma’had al-buhuts (lembaga penelitian) sedangkan riwaq tidak.

Adapun perbedaannya dengan halaqah, zawiyah dan masjid khan, kita melihat pada uraian terdahulu riwaq digunakan sebagai tempat ting-gal, tempat belajar bagi para pelajar yang datang dari jauh sedangkan halaqah adalah model pembelajaran dimana seorang guru atau syaikh di kelilingi oleh para muridnya dari berbagai penjuru alam Islami dan usia tanpa klasifikasi asal maupun keilmuannya. Sistem ini lebih dulu ada, semenjak masa Rasulullah Saw. mengajarkannya dengan sahabat. Adapun zawiyah merupakan tempat pendidikan yang biasanya terletak di pojok masjid dan lebih identik dengan pengkajian khusus maupun sufiistik. Perbedaannya dengan masjid khan, kalau masjid khan adalah masjid khusus yang diperuntukkan hanya untuk proses belajar mengajar, sedangkan riwaq merupakan bagian dari pengembangan masjid jami’ yang digunakan juga untuk kegiatan lainnya maupun pusat umat Islam.

SEJARAH SOSIAL PERKEMBANGAN MA’HAD DAN RIWAQ

Ketika dinasti Ayyubiyyah menguasai Mesir (567-648 H) Ayyubiyyah mendirikan sekolah-sekolah yang menggelar halaqah madzhab Syafi’i

Page 5: Syamsul arifin mahad dan riwaq sejarah sosial cikal pendidikan boarding school dalam pendidikan isla

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 2, No. 1, Januari 2013 5

Syamsul Arifin

untuk mengungguli popularitas Syiah. Selain itu, Ayyubiyyah juga me-rombak buku-buku diktat yang dipergunakan di al-Azhar, walaupun pa da masa itu, kedokteran, mantik, filsafat, tetap dikaji.

Khalifah bahkan meniadakan khubtah Jum’at -atas fatwa dari sang Qadli-di masjid al-Azhar karena mengamalkan pendapat dalam madz-hab Syafii yang mengatakan bahwa shalat Jum’at tidak boleh dilaksa-nakan di dua masjid dalam satu daerah. Pengajaran di al-Azhar meng-alami reformasi pada saat Shalahuddin al-Ayyubi mendirikan berbagai macam sekolah (madrasah) di Mesir. Hal itu tidak lain dimaksudkan un-tuk mengungguli popularitas al-Azhar yang condong ke madzhab Syi’ah. Sebagaimana jamak diketahui, bahwa Ayyubiyah sangat fanatik terhadap madzhab Syafi’i dan Asy’ari. Walapun begitu, peniadaan shalat Jum’at di masjid al-Azhar tidak menghapus aktivitas keilmuan di sana.

Memasuki kekuasaan Mamalik (648-922 H), sultan Dzahir Baibars kembali memfungsikan masjid al-Azhar untuk shalat Jum’at tahun 665 H / 1266 M. Dzahir Baibars merupakan sultan yang sangat menaruh per-hatian terhadap aktivitas keilmuan di al-Azhar. pada masa ini, masjid jami’ al-Azhar menjadi ma’had ilmiyah yang menjadi rujukan belajar umat manusia dari seluruh penjuru dunia. Sehingga menuai masa ke-emasannya. Muhammad al-Baha menyebutkan, ulama-ulama besar atau sarjana Islam yang muncul pada masa Mamalik seperti al-Bushiri (w. 696 H), Ibnu Daqiq al-Id (w, 702 H), Ibnu Hisyam (749 H),Taqiy al-Din al-Subki (756 H), Ibnu Aqil (769 H), Syaikh al-Islam al-Bulqini (805 H), Fayruzabadi (817 H), al-Maqrizi (845 H), al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani (852H), al-Sakhawi (902 H), al-Suyuthi (911 H), Ibnu Iyyas (930 H), Zakariya al-Anshari (w. 926 H) dan ulama lainnya.

Tradisi wakaf yang sudah dimulai sejak dinasti Fatimiyah dilanjut-kan kembali oleh para sultan Dinasti al-Mamluky. Pada masa Daulah Utsmaniyah, tradisi wakaf tetap dilanjutkan, Penyempurnaan masjid jami’ al-Azhar kembali dilanjutkan oleh dinasti fatimiyah dengan mem-bangun ruangan tempat belajar bagi yatim piatu, membagun ma’had dan riwaq bagi mahasiswa dan pelajar asing, membuat pendopo ruang tamu serta tangki air tempat berwudlu.

Page 6: Syamsul arifin mahad dan riwaq sejarah sosial cikal pendidikan boarding school dalam pendidikan isla

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 2, No. 1, Januari 20136

Ma’had dan Riwaq: Sejarah Sosial Cikal Pendidikan Boarding School dalam Pendidikan Islam

Tradisi wakaf telah mengantarkan masjid al-Azhar tidak hanya tem-pat sholat, lebih dari juga tempat para pencari ilmu. Hal ini dapat dilihat dari bagian-bagian dan riwaq-riwaq masjid yang diberi nama dengan asal tepat pencari ilmu tersebut. Setidaknya ada dua faktor yang memo-tivasi para pengusaha dan pembesar, pejabat memberikan perhatian be-sar pembangunan rehab masjid beserta sarananya termasuk sekolah dan riwaqnya. Yaitu faktor sosial dan kepentingan pribadi / golongan.

Pertama, faktor sosial merupakan bentuk respon dari keadaan halaqah-halaqah di masjid mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan, yang didalamnya terdapat diskusi, perdebatan yang ramai sehingga mengganggu orang beribadah dimasjid. Selain itu, semakin berkem-bangnya berbagai ilmu pengetahuan baik agama ataupun umum sehing-ga terbentuklah banyak halaqah yang tidak mungkin tertampung dalam masjid.

Kedua, secara politis kepentingan golongan / kelompok para pe-nguasa berusaha mempertahankan kedudukannya, sehingga mereka berharap dengan memperoleh simpati dari rakyat akan melestarikan kedudukannya. Selain itu, berharap mendapatkan maghfirah dari tu-hannya sekaligus mendapatkan pahala-Nya. Dan faktor yang cukup dominan adalah kekhawatiran akan masa depan anak-anaknya, sehing-ga para pembesar dan pengusaha yang berhasil mengumpulkan harta yang banyak khawatir tidak bisa diwariskan kepada anak-anaknya di-ambil oleh sultan anak-anaknya, oleh karena itulah semakin memotivasi untuk mendirikan sekolah dilengkapi dengan riwaq (asrama) dan dijadi-kan wakaf keluarga. Anak-anak dan kaum keluarga lah yang mengurusi lembaga wakaf tersebut, sehingga terjamin kehidupannya.

Riwaq pertama kali bediri di al-azhar mesir kemudian melebar ke sekolah-sekolah lainnya di negeri Islam. Termasuk sekolah nizhamiyah di baghdad. Di mesir pertama kali riwaq sinariyah pada tahun 1220 H / 1805 M. pada tahun 1270 H / 1854 M dibentuklah riwaqal-bajuriy un-tuk penduduk syekh Ibrahim al-Bajuriy (syaikhul Azhar) dan seterusnya. Bayard Dodge mengemukakan, setidaknya dikelompokkan menjadi 30 riwaq di al-Azhar diantaranya:

Page 7: Syamsul arifin mahad dan riwaq sejarah sosial cikal pendidikan boarding school dalam pendidikan isla

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 2, No. 1, Januari 2013 7

Syamsul Arifin

No. Nama Riwaq Asal Pelajar / Mahasiswa

1. al-Haramain wilayah haramain atau Arabia

2. al-sa’a’idah Mesir dan sekitarnya

3. al-Dakarinah Takrur, Sinnar, Darfur dan tempat-tempat lain di Sudan dan Afrika Tengah

4. al-Shauwwam Suriah, termasuk wilayah Palestina,Yordania dan Libanon

5. al-jawa Untuk orang Indonesia

6. al-Sulaymaniyah Afghanistan dan Khurasan

7. al-magharibah utara Africa

8. al-Sinnariyah Sudan9. al-Atrak Turki, Mamluks10. al-Burniyah Burnu wilayah Afrika Tengah11. al-Jabartiyah Dibentuk oleh orang Italia, untuk siswa dari

wilayah Somalia, Ethiopia, dan Jibuti

12. al-Yamaniyah Yaman13. al-Akrad Kurdi14. al-‘Abbasi Akrad, al-Dakharnah, al-Hunud dan bangsa

Baghdad

15. al-Hunud India16. Al-Baghdadiyah Iraq17. Al-Taybarsiyah Aqbugha (murid-murid malikiyah)18. al-Aqbughawiyah ajaran madzhab Maliki19. Al-Buhayrah Barat laut Delta, daerah Mesir20. al-Fayyumiyah Siswa dari fayyum mesir21. Al-Shanawaniyah Bagian selatan delta22. Al-Fashniyah Pusat Mesir23. Al-Hanafiyah Untuk murid madzhab hanafi24. Al-Mu’ammar Untuk semua kalangan dan sekte agama

Islam

25. Al-Barabirah Untuk murid suku berber dari Nubia, utaraAfrika dan wilayah lainnya

26. Al-Dakarnah Salih Danau Chad wilayah Afrika27. Al-Sharqawiyah Timur laut bagian dari delta28. Al-Jawhariyah Al-Azhar29. Al-Hanabilah Untuk murid madzhab ibn-Hanbal30. Zawiyat al-Umyan Mahasiswa al-Azhar, Jauhariyah

Page 8: Syamsul arifin mahad dan riwaq sejarah sosial cikal pendidikan boarding school dalam pendidikan isla

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 2, No. 1, Januari 20138

Ma’had dan Riwaq: Sejarah Sosial Cikal Pendidikan Boarding School dalam Pendidikan Islam

Selain riwaq tersebut masih banyak yang lain misalnya at-Turk (un-tuk orang Turki), As-Syawaam (untuk orang Syam), Al-Kurd (untuk orang Kurdi), Al-Maghoribah (untuk orang Afrika Utara), Al-Bukharaa (untuk orang Asia Tengah), As-Sho’aayidah (untuk penduduk Sho’id, Mesir), Ar-Riyaafah (untuk penduduk Delta, Mesir), atau Al-Manaayi-fah (untuk penduduk Manoufiyah, Mesir), atau Syaikh Syanwaty, Al-Bahaawiroh (untuk penduduk Buhayroh), As-Syaikh Al-Baajuury, Al-Madrasah Al-Ibtighowiyah, Al-Falaatsah (untuk orang Afrika Tengah), As-Syaikh Tsu’aylib, Ad-Danaasyiroh (untuk orang Danusyiroh dan sekitarnya), Ibnu Mu’ammar, Al-Madrasah At-Thibirosiyyah, As-Syar-qowy (untuk penduduk Syarqiyyah, Mesir), As-Syabrokhity, Al-Hunud (untuk orang India), Al-Baghdadiyyah (untuk orang Baghdad dan seki-tarnya), Ad-Damanhury, (untuk penduduk Damanhur, Mesir), Al-Ba-syabisyah (untuk orang Basyisy dan sekitarnya), Ad-Dakaarinah atau As-Shulayhiyyah, Darfour, Al-Yamaniyyah, Al-Baraabiroh (untuk orang Barbar), Al-Imaroh Al-Jadidah atau Muhammad Al-Maghrobil, As-Sulaymaniyyah, Isa Affandi, Al-Jabartiyyah dan lainnya.

Bahkan khalifah sangat mendukung sekolah di mushtansiriyah se-hingga membangunkan riwaq yang sangat megah dan mewah dan mem-berikan mukafaah untuk para guru dan pelajarnya disetiap bulannya, makanan serta roti yang lebih dari cukup untuk setiap harinya. di sam-ping itu, disiapkan 300 orang ahli fiqih, sehingga setiap madzhab memi-liki 75 guru masing-masing madzhab. Di bangunkan pula kamar man-di, gudang penyimpanan bahan makanan yang akan di masak, gudang pe nyimpanan minuman dan makanan. Di angkat seorang dokter yang selalu mengunjungi mereka setiap harinya.Begitu juga di Syiria, riwaq menjadi sarana terpenting disetiap sekolah, seperti sekolah an-Nuriyah al-Kubra dan di Aleppo yang menjadi representatif sekolah favorit di syiria.

Ibnu Jamaah menuturkan, setiap ma’had dan riwaq memiliki atur-an karaketritik masing-masing. Namun, secara umum ma’had dan riwaq berfungsi sebagai proses isolasi pelajar dengan kehidupan masyarakat dewasa, karena mereka membutuhkan tempat yang representatif untuk

Page 9: Syamsul arifin mahad dan riwaq sejarah sosial cikal pendidikan boarding school dalam pendidikan isla

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 2, No. 1, Januari 2013 9

Syamsul Arifin

fokus belajar. mengajarkan pelajarnya untuk menjaga etika, tidak meng-ganggu oranglain, sebisa mungkin tidak keluar-masuk area ma’had dan riwaq, serta hendaklah menjauhi etika dan kebiasaan yang tidak baik.

Maka, secara historis menjelaskan kepada kita bahwasannya ma’had dan riwaq merupakan bentuk respon sosial dari keadaan yang dialami para pelajar dalam menuntut ilmu, dimana mereka menetap di sekolah ataupun lembaga pendidikannya yang jauh dari rumah tempat tinggal-nya, sehingga menuntut di adakannya ma’had dan riwaq. Terlebih sistem ma’had dan riwaq memberikan harapan besar untuk optimalisasi para pelajar / mahasiswa dalam tafaqquh fiddin. Apabila kita merefleksikan di zaman sekarang, banyak lembaga pendidikan yang mengadakan riwaq (asrama) yang lebih di kenal dengan boarding school sebagai upaya pen-jaminan mutu pendidikan dan karakter siswanya.

PENUTUP

Dari uraian diatas, memberikan deskripsi tentang tinjauan historis dan sosial tentang ma’had dan riwaq. Sehingg kita dapat menyimpul-kan bahwasannya kemunculan ma’had dan riwaq merupakan respon so-sial dari kemajuan perkembangan pendidikan Islam di masa itu. Hal ini dikarenakan halaqah-halaqah ulama di masjid sudah tidak tertampung lagi dan para pelajar maupun mahasiswa yang datang dari pelosok nege ri mesir maupun negri Islam lainnya membutuhkan tempat ber teduh ser-ta menyimpan barang-barang mereka agar mampu berkonsentrasi bela-jar secara maksimal. Pendidikan ma’had dan riwaq (asrama) merupakan solusi pembentukan karakter siswa dan optimalisasi pembelajaran. [ ]

Page 10: Syamsul arifin mahad dan riwaq sejarah sosial cikal pendidikan boarding school dalam pendidikan isla

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 2, No. 1, Januari 201310

Ma’had dan Riwaq: Sejarah Sosial Cikal Pendidikan Boarding School dalam Pendidikan Islam

ENDNOTES1 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tan-

tangan Millenium III, ( Jakarta: Kencana, 2012), hlm.v2 Ahmad Shalabi, Sejarah Pendidikan Islam, ( Jakarta: Bulan bintang), 1970,

hlm.923 Tim proyek pembinaan Prasarana dan sarana perguruan tinggi Agama/IAIN

di Jakarta, Sejarah Pendidikan Islam, cet.ke-2, ( Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1986), hlm.98

4 Oleh Jauhar Ash-Shiqili (Panglima tentara Abu Tamim, setahun setelah Di-nasti Fatimiyah menaklukkan Mesir) pada bulan Ramadhan tahun 361 H/Juni 875 M. dan pada tahun 378 H mengkhususkan Masjid Jami’ al-Azhar sebagai pusat pembelajaran dan penelitian.

5 Ahmad Shalabi, History of Muslim Education, (Beirut: Dar al-Kashshaf, 1954), hlm. 55

6 Ahmad Shalabi, History of Muslim Education, hlm.2217 Ahmad ‘Athiyatullah, Al-Qamus al-Islamiy, jld.2 (Mesir: Maktabah an-Nah-

dlah al-Misriyah, 1966), hlm.19668 Ibrahim Mustofa dkk., Mu’jam al-Washit, jld.1 (Beirut: Dar an-Nasyr),

hlm.3839 Tim Penyusun, al-Munjid fil Lughoh al-Arabiyah wal I’lam, cet. Ke-42, (Bei-

rut: Darul Masyruq), hlm.28810 Tim pustaka Azet, Leksikon Islam, ( Jakarta: Pustazet Perkasa, 1988), hlm.

64811 Ahmad ‘Athiyatullah, al-Qamus al-Islamiy, jld.2, hlm.58212 Yusuf Syukri Farhat, Mu’jam at-Tullab, cet. Ke-6, (Beirut: Dar al-Kutub al-

Alamiyah), 2007, hlm.41313 Yusuf Syukri Farhat, Mu’jam at-Tuhullab, hlm.41314 Tim Penyusun Pustaka Azet, Leksikon Islam, hlm.40815 Ibrahim Mustofa, al-Mu’jam al-Wasith, jld.2, hlm. 634

DAFTAR PUSTAKA

‘Athiyatullah, Ahmad al-Qamus al-Islamiy, Mesir: Maktabah an-Nahd-lah al-Misriyah, 1966

Azra, Azyumardi Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Millenium III, Jakarta: Kencana, 2012

Dodge, Bayard, Al-Azhar; a millenium of Muslim Learning, Washington: The Middle East Institute, 1961

Page 11: Syamsul arifin mahad dan riwaq sejarah sosial cikal pendidikan boarding school dalam pendidikan isla

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 2, No. 1, Januari 2013 11

Syamsul Arifin

Farhat,Yusuf Syukri., Mu’jam at-Tullab, cet. Ke-6, Beirut: Dar al-Kutub al-Alamiyah, 2007

Maher, Su’ad, al-Azhar ; atsar wa tsaqafah, cet. Ke-22, Iskandariyah: Maj-lis al-‘A’la lissu’un Islamiyah Wazaratul Auqaf, 2001

Maqdisi, George, Religion, Law and Learning in Clasical Islam, t.p.: Vari-orum, t.th.

Mustofa, Ibrahim dkk., Mu’jam al-Washit, t.p.: Dar an-Nasyr, t.th.Qomar, Mujamil, Epistimologi Pendidikan Islam, Jakarta: Penerbit Er-

langga, t.th.-----------, Pesantren; dari Transformasi metodologi menuju Demokra-

tisasi Institusi, Jakarta: Penerbit Erlangga, t.th.Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2011Riswant, Arif Munandar, Buku Pintar Islam, Bandung: Penerbit Mizan,

2010.Shalabi, Ahmad., History of Muslim Education, Beirut: Dar al-Kashshaf,

1954,------------, Sejarah Pendidikan Islam, terj. Muchtar Yahya dan M. Sanusi

Ma’arif, Jakarta: Bulan Bintang, 1970Tim proyek pembinaan Prasarana dan sarana perguruan tinggi Agama/

IAIN di Jakarta, Sejarah Pendidikan Islam, cet.ke-2, Jakarta: Di-rektorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1986.

Tim Penyusun, al-Munjid fil Lughoh al-Arabiyah wal I’lam, cet. Ke-42, Beirut: Darul Masyruq, t.th.

Tim pustaka Azet, Leksikon Islam, Jakarta: Pustazet Perkasa, 1988.Tritton, A.S., Material on Muslim Education in the Middle Ages, London:

Luzac & Co. Ltd., t.th.http://www.alazhar.gov.http://www.nu.or.id