sxc.hu menangkal virus melalui kuning telur · teran hewan institut pertanian bogor (ipb), bogor,...

1
26 | Pop Riset RABU, 24 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA U DARA siang di ka- wasan Fakultas Kedok- teran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor, Jawa Barat, masih dalam batas normal. Beberapa mahasiswa sibuk mengambil sampel darah ayam sebagai bahan uji laborato- rium. Ada pula dua mahasiswa asal Timor Leste turut bereksperi- men dalam rangka studi banding di kampus tersebut. “Ya, hampir setiap bulan, beberapa siswa dari negara lain dikirimkan untuk melakukan studi banding di fakul- tas kami,” ujar peneliti Agustin Indrawati membuka pembicaraan, Jumat (19/11). Sebagai peneliti senior IPB, Agus- tin berhasil melakukan sebuah pe- nelitian strategis unggulan. Salah satu yang terbaru yaitu Telur Ayam 3 in One Anti Flu Burung dan Anti Diare: Produksi, Efikasi dan Aplikasi- nya. Penelitian itu ia lakukan pada Maret-November 2009. Hasilnya Agustin terpilih menjadi peneliti terbaik dari Kementerian Riset dan Teknologi, juga dari Direk- torat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional. Keduanya ia raih di tahun ini. Sembuhkan diare Fokus Agustin mulanya berang- kat dari masalah diare yang biasa disebabkan infeksi mikroorganis- me--termasuk bakteri Escherichia coli dan Salmonella enteritidis, virus, jamur, dan parasit lain seperti ca- cing dan protozoa. Di Indonesia, penyakit itu tergolong mematikan. Ia nomor dua pada balita, nomor tiga pada bayi, dan nomor lima pada semua umur. Di negara berkembang, diare akibat infeksi mikroorganisme menyebabkan kematian 3 juta penduduk tiap tahunnya. “Dengan adanya tingkat kema- tian yang tinggi, saya mulai men- cari penangkal melalui ku ning telur yang relatif murah dan ber- manfaat,” jelasnya. Menurut Agustin, telur mampu memproduksi zat kebal (antibodi), bukan sekadar sumber protein se- perti yang diketahui masyarakat awam. Idenya menyuntikkan antigen kepada ayam sehingga selanjutnya antigen akan dialirkan melalui darah ke kuning telur. Dalam penelitian, ia menggu- nakan ayam petelur jenis isa brown leghorn. Jenis itu dapat mempro- duksi imunoglobulin. “Semua ayam bisa. Namun, saya memilih jenis ayam ini karena lebih mudah didapatkan di masyarakat kita,” jelasnya. Adapun antigen yang ia guna- kan untuk imunisasi adalah bakteri Escherichia coli dan Salmonella en- teritidis yang sudah dinonaktifkan dengan cara pemanasan. Kedua isolat masing-masing dibiakkan pada media brain heart infusion (BHI) 1.000 mililiter. Kemudian, itu diinkubasi pada suhu 37 derajat celsius selama 18 sampai 24 jam. “Antidiare ini kami (IPB) miliki sendiri sehingga tidak didatang- kan dari luar negeri,” ungkap ibu dua anak itu. Setelah itu, barulah Agustin menyuntikkan antigen. Proses an- tigen dilakukan sampai lima ming- gu. Setelah mendapatkan imunitas booster, keberadaan antibodi akan diuji menggunakan teknik imu- nodifusi (agar gel presipitation test /AGPT). Dari serum ayam yang meng- gunakan AGPT terlihat adanya suatu gambaran presipitasi pada gel. Gel itu akan muncul akibat adanya suatu ikatan antigen dan antibodi dari dari ayam yang telah diimunisasi. Setelah menunggu lima minggu, ayam yang diteliti itu pun bertelur. Agustin mulai melakukan uji labo- ratorium atas kuning telur yang dihasilkan. “Saat diteliti, kuning telur mengandung antivirus. Di dalamnya, sudah terkandung vak- sin,” jelas alumnus FKH Univer- sitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1989, itu. Setelah mendapatkan kuning te- lur, Agustin melakukan percobaan ke tikus putih. “Saya meneliti saat tikus terkena diare bisa diobati melalui anti-Escherichia coli dan Salmonella enteritidis. Beberapa hari kemudian, tikus pun bisa hidup normal,” sambungnya. Penangkal flu burung Tidak hanya menangkal diare, kuning telur hasil ayam penelitian itu juga berkhasiat menangkal vi- rus flu burung. Kuning telur (yolk) dari ayam yang diimunisasi sudah sangat terkenal sebagai salah satu sumber antibodi. Produksi im- munoglobulin yolk (IgY) dengan memanfaatkan kuning telur ayam sangat responsif dan persisten untuk produksi IgY. “Sebagai penangkal flu burung. Persentasenya sangat tinggi kare- na unsur kuning telur yang telah dihasilkan memiliki kandungan yang bermanfaat,” tutur Agustin. Kini, produk dari penelitiannya telah dialih bentuk menjadi kapsul. “Semua kami periksa melalui labo- ratorium sehingga dapat dijadikan serbuk untuk proses pengapsu- lan,” lanjutnya. Apakah antidiare dan antiflu burung itu bisa dikonsumsi ma- syarakat? Agustin hanya tersenyum. “Un- tuk sementara belum bisa dikon- sumsi karena perlu pengujian lan- jutan dari Kementerian Kesehatan RI,” jelas istri Dwi Restu Seta itu. Penelitian yang menelan biaya Rp100 juta itu telah membuktikan peneliti lokal mampu berkompe- tisi. “Sebenarnya bisa juga dila- kukan pada unggas lainnya. Na- mun, dana yang minim hanya bi sa dilakukan melalui ayam,” pungkasnya. Meski begitu, Agustin sudah berancang-ancang melakukan penelitian serupa dengan telur bebek. Adapun peneliti senior IPB, Ret- no D Soejodono, menilai penelitian Agustin itu harus mendapatkan hak paten melalui Kementerian Kesehatan. Tujuannya agar bisa mengeluarkan produk. “Apala- gi, penelitian dilakukan melalui proses yang bertahap dan keje- lian,” tukasnya. (M-4) [email protected] Menangkal Virus melalui Kuning Telur Iwan Kurniawan Kuning telur ayam berkhasiat menangkal diare dan virus H5N1. MI/ROMMY PUJIANTO SXC.HU KUNING TELUR BERKHASIAT: Agustin Indrawati, peneliti dan dosen Institut Pertanian Bogor, memegang kuning telur yang sudah dijadikan kapsul (kanan), di Bogor, Jawa Barat, Jumat (19/11). Agustin berhasil melakukan sebuah penelitian strategis unggulan. Salah satu yang terbaru, yaitu telur ayam antiflu burung dan antidiare.

Upload: nguyentram

Post on 08-Sep-2018

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

26 | Pop Riset RABU, 24 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

UDARA siang di ka-wasan Fakultas Kedok-teran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB),

Bogor, Jawa Barat, masih dalam batas normal. Beberapa mahasiswa sibuk mengambil sampel darah ayam sebagai bahan uji laborato-rium. Ada pula dua mahasiswa asal Timor Leste turut bereksperi-men dalam rangka studi banding di kampus tersebut. “Ya, hampir setiap bulan, beberapa siswa dari negara lain dikirimkan untuk melakukan studi banding di fakul-tas kami,” ujar peneliti Agustin

Indrawati membuka pembicaraan, Jumat (19/11).

Sebagai peneliti senior IPB, Agus-tin berhasil melakukan sebuah pe-nelitian strategis unggulan. Salah satu yang terbaru yaitu Telur Ayam 3 in One Anti Flu Burung dan Anti Diare: Produksi, Efi kasi dan Aplikasi-nya. Penelitian itu ia lakukan pada Maret-November 2009. Hasilnya Agustin terpilih menjadi peneliti terbaik dari Kementerian Riset dan Teknologi, juga dari Direk-torat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional. Keduanya ia raih di tahun ini.

Sembuhkan diareFokus Agustin mulanya berang-

kat dari masalah diare yang biasa

disebabkan infeksi mikroorganis-me--termasuk bakteri Escherichia coli dan Salmonella enteritidis, virus, jamur, dan parasit lain seperti ca-cing dan protozoa. Di Indonesia, penyakit itu tergolong mematikan. Ia nomor dua pada balita, nomor tiga pada bayi, dan nomor lima pada semua umur. Di negara ber kembang, diare akibat infeksi mi kroorganisme menyebabkan ke matian 3 juta penduduk tiap ta hunnya.

“Dengan adanya tingkat kema-tian yang tinggi, saya mulai men-cari penangkal melalui ku ning telur yang relatif murah dan ber-manfaat,” jelasnya.

Menurut Agustin, telur mampu memproduksi zat kebal (antibodi),

bukan sekadar sumber protein se-perti yang diketahui masyarakat awam. Idenya menyuntikkan an tigen kepada ayam sehingga se lanjutnya antigen akan dialirkan me lalui darah ke kuning telur.

Dalam penelitian, ia menggu-nakan ayam petelur jenis isa brown leghorn. Jenis itu dapat mempro-duksi imunoglobulin.

“Semua ayam bisa. Namun, sa ya memilih jenis ayam ini kare na lebih mudah didapatkan di masyarakat kita,” jelasnya.

Adapun antigen yang ia guna-kan untuk imunisasi adalah bakteri Escherichia coli dan Salmonella en-teritidis yang sudah dinonaktifkan dengan cara pemanasan. Kedua isolat masing-masing dibiakkan

pada media brain heart infusion (BHI) 1.000 mililiter. Kemudian, itu diinkubasi pada suhu 37 derajat celsius selama 18 sampai 24 jam. “Antidiare ini kami (IPB) miliki sendiri sehingga tidak didatang-kan dari luar negeri,” ungkap ibu dua anak itu.

Setelah itu, barulah Agustin me nyuntikkan antigen. Proses an-tigen dilakukan sampai lima ming-gu. Setelah mendapatkan imu n i tas booster, keberadaan antibodi akan diuji menggunakan teknik imu-nodifusi (agar gel presipitation test /AGPT).

Dari serum ayam yang meng-gunakan AGPT terlihat adanya suatu gambaran presipitasi pada gel. Gel itu akan muncul akibat adanya suatu ikatan antigen dan antibodi dari dari ayam yang telah diimunisasi.

Setelah menunggu lima minggu, ayam yang diteliti itu pun bertelur. Agustin mulai melakukan uji labo-ratorium atas kuning telur yang dihasilkan. “Saat diteliti, kuning telur mengandung antivirus. Di dalamnya, sudah terkandung vak-sin,” jelas alumnus FKH Univer-sitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1989, itu.

Setelah mendapatkan kuning te-lur, Agustin melakukan percobaan ke tikus putih. “Saya meneliti saat tikus terkena diare bisa diobati melalui anti-Escherichia coli dan Salmonella enteritidis. Beberapa hari kemudian, tikus pun bisa hidup normal,” sambungnya.

Penangkal flu burungTidak hanya menangkal diare,

kuning telur hasil ayam penelitian itu juga berkhasiat menangkal vi-rus fl u burung. Kuning telur (yolk) dari ayam yang diimunisasi sudah

sangat terkenal sebagai salah satu sumber antibodi. Produksi im-munoglobulin yolk (IgY) dengan memanfaatkan kuning telur ayam sangat responsif dan persisten untuk produksi IgY.

“Sebagai penangkal fl u burung. Persentasenya sangat tinggi kare-na unsur kuning telur yang telah dihasilkan memiliki kandungan yang bermanfaat,” tutur Agustin.

Kini, produk dari penelitiannya telah dialih bentuk menjadi kapsul. “Semua kami periksa melalui labo-ratorium sehingga dapat dijadikan serbuk untuk proses pengapsu-lan,” lanjutnya.

Apakah antidiare dan antiflu burung itu bisa dikonsumsi ma-sya rakat?

Agustin hanya tersenyum. “Un-tuk sementara belum bisa dikon-sumsi karena perlu pengujian lan-jutan dari Kementerian Kesehatan RI,” jelas istri Dwi Restu Seta itu.

Penelitian yang menelan biaya Rp100 juta itu telah membuktikan peneliti lokal mampu berkompe-tisi. “Sebenarnya bisa juga dila-kukan pada unggas lainnya. Na-mun, dana yang minim hanya bi sa dilakukan melalui ayam,” pung kasnya.

Meski begitu, Agustin sudah berancang-ancang melakukan penelitian serupa dengan telur bebek.

Adapun peneliti senior IPB, Ret-no D Soejodono, menilai penelitian Agustin itu harus mendapatkan hak paten melalui Kementerian Kesehatan. Tujuannya agar bisa mengeluarkan produk. “Apala-gi, penelitian dilakukan melalui proses yang bertahap dan keje-lian,” tukasnya. (M-4)

[email protected]

Menangkal Virus melalui Kuning Telur

Iwan Kurniawan

Kuning telur ayam berkhasiat menangkal diare dan virus H5N1.

MI/ROMMY PUJIANTO

SXC.HU

KUNING TELUR BERKHASIAT:

Agustin Indrawati, peneliti dan dosen

Institut Pertanian Bogor, memegang kuning telur

yang sudah dijadikan kapsul (kanan), di Bogor,

Jawa Barat, Jumat (19/11). Agustin berhasil

melakukan sebuah penelitian strategis

unggulan. Salah satu yang terbaru, yaitu telur ayam antiflu burung dan

antidiare.