suseda 2009
TRANSCRIPT
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 1/57
DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH
PROVINSI JAWA BARATTAHUN 2009
Kerjasama
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat
Tahun 2009
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 2/57
DD A A TT A A SSOOSSII A A LL EEK K OONNOOMMII DD A A EER R A A HH
PPR R OO V V IINNSSII JJ A A W W A A BB A A R R A A TT
TT A A HHUUNN 22000099
ISBN : 979486.9945
Nomor Publikasi : 32520.0901
Katalog BPS : 4716.32
NASKAH:
Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi Jawa Barat
GAMBAR KULIT:
Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi Jawa Barat
DITERBITKAN OLEH:
BPS Provinsi Jawa Barat
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 3/57
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, dengan perkenan dan
Ridho‐Nya, Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah (Suseda) 2009 Jawa
Barat akhirnya dapat diselesaikan. Buku ini merupakan hasil kerjasama
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Barat
dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat.
Secara garis besar publikasi ini menyajikan data pokok sosial ekonomimasyarakat Jawa Barat yang meliputi data kependudukan, kesehatan,
pendidikan, penduduk bekerja, perumahan, pengeluaran rumah tangga dan
sosial budaya secara up to date dan berkelanjutan.
Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kelancaran penyusunan publikasi ini. Semoga buku ini
bermanfaat bagi keperluan perencanaan dan pembuatan kebijakan di
Provinsi Jawa Barat. Kritik dan saran dari para pembaca dan pengguna data
sangat kami harapkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandung, November 2009
Badan Pusat Statistik
Provinsi Jawa Barat
K e p a l a,
DRS. H. LUKMAN ISMAIL, MA.
Pembina Utama Madya
NIP. 19520515 197503 1002
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 4/57
KATA SAMBUTAN
KEPALA BADAN PERENCANAAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Arah pembangunan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yaitu menjadikan
masyarat Jawa Barat yang mandiri. Untuk menjadikan masyarakat yang mandiri
diperlukan kebijakan pembangunan yang akurat. Kebijakan yang akurat sangat
bergantung pada informasi atau indikator yang tepat.
Ketersediaan data secara rutin dan berkesinambungan menjadi sangat
strategis untuk digunakan dalam proses pembangunan. Survei Sosial Ekonomi
Daerah (Suseda) merupakan survei yang telah dilaksanakan secara rutin. Dimanacakupan datanya yaitu keadaan sosial dan ekonomi masyarakat Jawa Barat.
Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah (Suseda) Provinsi Jawa
Barat Tahun 2009 menggambarkan kondisi sosial ekonomi
masyarakat Jawa Barat terakhir.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada Badan Pusat Statistik
Provinsi Jawa Barat dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
publikasi ini. Semoga publikasi ini bermanfaat dan dapat memenuhi kebutuhan
semua pihak yang berkepentingan terhadap pembangunan.
Wasalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Bandung, Nopember 2009Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kepala,
Prof. Dr. Ir. DENY JUANDA P, DEA Pembina Utama Muda
NIP. 19570712 198403 1001
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 5/57
iii Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
KATA PENGANTAR i
KATA SAMBUTAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL LAMPIRAN vi
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 2
1.3. Jenis Data Yang Dikumpulkan 2
1.4. Sistematika Penyajian 4
BAB II. RINGKASAN 5
2.1. Kependudukan 5
2.2. Pendidikan 13
2.3. Kesehatan 23
2.4. Penduduk bekerja 28
2.5. Perumahan 31
2.6. Pengeluaran Rumahtangga 35
2.7. Sosial Budaya 36
DAFTAR PUSTAKA 41
LAMPIRAN TABEL 42 – 353
LAMPIRAN METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI 354‐373
Daftar Isi
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 6/57
iv Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
Halaman
Tabel 2.1. Jumlah Penduduk, Sex Ratio, Komposisi Umur dan
Angka Ketergantungan di Jawa Barat
Tahun 2007 ‐ 2009
12
Tabel 2.2. Penduduk Usia Sekolah, Angka Partisipasi Sekolah
(APS) dan Angka Buta Huruf di Jawa Barat
Tahun 2009
21
Tabel 2.3. Lama Balita Menyusui dan Persentase Penolong
Kelahiran Terakhir Menurut Jenis Kelamin di
Jawa Barat Tahun 2009
26
Tabel 2.4. Penduduk yang Bekerja Menurut Distribusi
Sektoral dan Status Pekerjaan di Jawa Barat
Tahun 2009
29
Tabel 2.5. Beberapa Indikator Fasilitas Perumahan
di Jawa Barat Tahun 2009
32
Tabel 2.6. Penduduk 10 Tahun ke Atas yang Merokok
di Jawa Barat Tahun 2009
37
Tabel 2.7. Pengeluaran Rumahtangga Untuk Konsumsi
Tembakau dan Sirih (Per kapita per bulan) di Jawa
Barat Tahun 2007‐2009
36
Daftar Tabel
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 7/57
v Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
Halaman
Gambar 2.1. Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di Jawa Barat
Tahun 2009 (Jiwa)
8
Gambar 2.2. Laju Pertumbuhan Penduduk Di Provinsi Jawa
Barat Selama Kurun Waktu 2003‐2009
11
Gambar 2.3. Pencapaian Angka Melek Huruf dan Rata‐rata LamaSekolah di Provinsi Jawa Barat Selama Kurun
Waktu 2007‐2009
17
Gambar 2.4. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas
Menurut Ijazah Tertinggi yang Dimiliki di Provinsi
Jawa Barat Tahun 2008 ‐ 2009
18
Gambar 2.5. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Jenjang
Pendidikan dan Jenis Kelamin di Provinsi JawaBarat Tahun 2009
22
Gambar 2.6. Kondisi Ekonomi Rumahtangga Tahun 2009
dibandingkan Tahun 2008
40
Daftar Gambar
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 8/57
vi Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
Halaman
TABEL 1. KEPENDUDUKAN
1.1 Penduduk menurut kabupaten/kota dan jenis kelamin 42
1.2 Penduduk menurut kabupaten/kota, jenis kelamin, dan kelompok
umur
43
1.3 Persentase penduduk menurut kabupaten/kota, jenis Kelamin, dan
kelompok umur
46
1.4 Penduduk menurut kabupaten/kota, jenis kelamin dan status
perkawinan
49
1.5 Persentase menurut kabupaten/kota, jenis kelamin dan status
perkawinan
52
1.6 Penduduk 10 tahun keatas menurut kabupaten/kota, jenis kelamin
dan status perkawinan
55
1.7 Persentase penduduk 10 tahun keatas menurut kabupaten/kota, jeniskelamin dan status perkawinan
58
1.8 Penduduk perempuan usia 15‐49 tahun menurut kabupaten/kota dan
kelompok umur
61
1.9 Persentase penduduk perempuan usia 15‐49 tahun menurut
kabupaten/kota dan kelompok umur
62
1.10 Penduduk perempuan usia 15‐49 tahun pernah kawin menurut
kabupaten/kota dan kelompok umur
63
1.11 Persentase penduduk perempuan pernah kawin usia 15‐49 tahun
menurut kabupaten/kota dan kelompok umur
64
1.12 Penduduk perempuan usia 15‐49 tahun berstatus kawin menurut
kabupaten/kota dan kelompok umur
65
Daftar Tabel Lampiran
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 9/57
vii Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
1.13 Persentase penduduk perempuan usia 15‐49 tahun berstatus kawin
menurut kabupaten/kota dan kelompok umur
66
1.14 Penduduk menurut kabupaten/kota dan kelompok umur (per jenis
kelamin)
67
1.15 Persentase penduduk menurut kabupaten/kota kelompok umur (per
jenis kelamin)
73
1.16 Penduduk usia 5‐24 tahun menurut kabupaten/kota, jenis kelamin
dan kelompok umur
79
1.17 Persentase penduduk usia 5‐24 tahun menurut kabupaten/kota, jenis
kelamin dan kelompok umur
82
TABEL 2. KESEHATAN
2.1 Penduduk menurut kabupaten/kota dan keluhan kesehatan utama
yang dialami sebulan yang lalu (per jenis kelamin)
85
2.2 Penduduk yang menderita sakit selama sebulan yang lalu menurut
kabupaten/kota dan jumlah hari sakit (per jenis kelamin)
91
2.3 Persentase penduduk yang menderita sakit selama sebulan yang lalu
menurut kabupaten/kota dan jumlah hari sakit (per jenis kelamin)
94
2.4 Penduduk yang pernah mengalami keluhan menurut kabupaten/kota,
jenis kelamin dan Apakah pernah berobat sendiri (per jenis kelamin)
97
2.5 Penduduk yang pernah mengalami keluhan menurut kabupaten/kota
dan Apakah pernah berobat jalan (per jenis kelamin)
100
2.6 Balita menurut kabupaten/kota dan penolong pertama kelahiran (per
jenis kelamin)
103
2.7 Persentase balita menurut kabupaten/kota dan penolong pertama
kelahiran (per jenis kelamin)
106
2.8 Balita menurut kabupaten/kota dan penolong terakhir kelahiran (per
jenis kelamin)
109
2.9 Persentase balita menurut kabupaten/kota dan penolong terakhir
kelahiran (per jenis kelamin)
112
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 10/57
viii Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
2.10 Balita menurut kabupaten/kota dan Apakah pernah diberi Air Susu
Ibu (per jenis kelamin)
115
2.11 Balita yang pernah disusui menurut kabupaten/kota dan lamanya
disusui (per jenis kelamin)
118
2.12 Persentase balita yang pernah disusui menurut kabupaten/kota dan
lamanya disusui (per jenis kelamin)
121
2.13 Balita Menurut Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan Apakah Sudah
Pernah Mendapat Imunisasi BCG
124
2.14 Balita Menurut Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan Apakah Sudah
Pernah Mendapat Imunisasi DPT
127
2.15 Balita Yang Pernah Mendapat Imunisasi DPT Menurut
Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan Frekuensi Mendapat Imunisasi
Tersebut
130
2.16 Persentase Balita Yang Pernah Mendapat Imunisasi DPT Menurut
Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan Frekuensi Mendapat Imunisasi
Tersebut
133
2.17 Balita Menurut Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan Apakah Sudah
Pernah Mendapat Imunisasi Polio
136
2.18 Balita Yang Pernah Mendapat Imunisasi Polio Menurut
Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan Frekuensi Mendapat Imunisasi
Tersebut
139
2.19 Persentase Balita Yang Pernah Mendapat Imunisasi Polio Menurut
Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan Frekuensi Mendapat ImunisasiTersebut
142
2.20 Balita Menurut Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan Apakah Sudah
Pernah Mendapat Imunisasi Campak/Morbili
145
2.21 Balita Menurut Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan Apakah Sudah
Pernah Mendapat Imunisasi Hepatitis B
148
2.22 Balita Yang Pernah Mendapat Imunisasi Hepatitis B Menurut
Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan Frekuensi Mendapat Imunisasi
Tersebut
151
2.23 Persentase Balita Yang Pernah Mendapat Imunisasi Hepatitis B
Menurut Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan Frekuensi Mendapat
Imunisasi Tersebut
154
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 11/57
ix Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
2.24 Balita yang Diperiksakan Ke Tenaga Kesehatan pada Saat Dalam
Kandungan Menurut Kabupaten/Kota dan Frekuensi pemeriksaan
pada Trimester I
157
2.25 Persentase Balita yang Diperiksakan Ke Tenaga Kesehatan pada Saat
Dalam Kandungan Menurut Kabupaten/Kota dan Frekuensipemeriksaan pada Trimester I
160
2.26 Balita yang Diperiksakan Ke Tenaga Kesehatan pada Saat Dalam
Kandungan Menurut Kabupaten/Kota dan Frekuensi pemeriksaan
pada Trimester II
163
2.27 Persentase Balita yang Diperiksakan Ke Tenaga Kesehatan pada Saat
Dalam Kandungan Menurut Kabupaten/Kota dan Frekuensi
pemeriksaan pada Trimester II
166
2.28 Balita yang Diperiksakan Ke Tenaga Kesehatan pada Saat Dalam
Kandungan Menurut Kabupaten/Kota dan Frekuensi pemeriksaan
pada Trimester III
169
2.29 Persentase Balita yang Diperiksakan Ke Tenaga Kesehatan pada Saat
Dalam Kandungan Menurut Kabupaten/Kota dan Frekuensi
pemeriksaan pada Trimester III
172
2.30 Balita Menurut Kabupaten/Kota dan Apakah Pernah Dibawa ke
Posyandu Sebulan Terakhir
175
2.31 Penduduk Usia 10 tahun Keatas Menurut Kabupaten/Kota dan
Apakah Merokok Sebulan Terakhir (per jenis kelamin)
178
2.32 Penduduk 10 Tahun ke Atas yang Menghisap Rokok Setiap
HariSelama Sebulan Terakhir Menurut Rata‐rata Konsumsi Rokok per
hari (batang) Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota
181
2.33 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas yang Menghisap Rokok Setiap
HariSelama Sebulan Terakhir Menurut Rata‐rata Konsumsi Rokok per
hari (batang) Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota
184
2.34 Rata‐rata Usia Pertama Kali Merokok Menurut Kabupaten/Kota 187
2.35 Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Apakah Melakukan Olahraga
Selama Seminggu Terakhir
188
2.36 Penduduk 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama
Seminggu Terakhir Menurut Tujuan Berolahraga
191
2.37 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga
Selama Seminggu Terakhir Menurut Tujuan Berolahraga
194
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 12/57
x Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
TABEL 3. PENDIDIKAN
3.1 Penduduk usia 5 tahun ke atas menurut kabupaten/kota dan
partisipasi bersekolah (per jenis kelamin)
197
3.2 Penduduk usia 10 tahun ke atas menurut kabupaten/kota dan
partisipasi bersekolah (per jenis kelamin)
200
3.3 Penduduk usia 7‐12 tahun menurut kabupaten/kota dan partisipasi
sekolah (per jenis kelamin)
203
3.4 Penduduk usia 13‐15 tahun menurut kabupaten/kota dan partisipasi
sekolah (per jenis kelamin)
206
3.5 Penduduk usia 16‐18 tahun menurut kabupaten/kota dan partisipasi
sekolah (per jenis kelamin)
209
3.6 Penduduk usia 19‐24 tahun menurut kabupaten/kota dan partisipasi
sekolah (per jenis kelamin)
212
3.7 Penduduk 10 tahun keatas menurut kabupaten/kota dan ijazah
tertinggi yang dimiliki (per jenis kelamin)
215
3.8 Persentase Penduduk 10 tahun keatas menurut kabupaten/kota dan
ijazah tertinggi yang dimiliki (per jenis kelamin)
219
3.9 Penduduk usia 10 tahun ke atas menurut kabupaten/kota dan
kemampuan membaca dan menulis (per jenis kelamin)
222
TABEL 4. KETENAGAKERJAAN
4.1 Penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja menurut
kabupaten/kota dan lapangan usaha (per jenis kelamin)
225
4.2 Persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja menurut
kabupaten/kota dan lapangan usaha (per jenis kelamin)
228
4.3 Penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja menurut
kabupaten/kota dan status pekerjaan utama (per jenis kelamin)
231
4.4 Persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja menurut
kabupaten/kota dan status pekerjaan utama (per jenis kelamin)
234
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 13/57
xi Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
4.5 Penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja menurut golongan umur
dan lapangan usaha (per jenis kelamin)
237
4.6 Persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja menurut
golongan umur dan lapangan usaha (per jenis kelamin)
240
4.7 Penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja menurut golongan umur
dan status pekerjaan utama (per jenis kelamin)
243
4.8 Persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja menurut
golongan umur dan status pekerjaan utama (per jenis kelamin)
246
TABEL 5. FERTILITAS DAN KELUARGA BERENCANA
5.1 Penduduk perempuan usia 10 tahun keatas yang pernah kawin
menurut kabupaten/kota dan umur perkawinan pertama
249
5.2 Persentase penduduk perempuan usia 10 tahun keatas yang pernah
kawin menurut kabupaten/kota dan umur perkawinan pertama
250
5.3 Penduduk perempuan usia 15‐49 tahun yang pernah kawin menurut
kabupaten/kota dan Prevalensi KB
251
5.4 Penduduk perempuan usia 15‐49 tahun berstatus kawin menurut
kabupaten/kota dan Prevalensi KB
252
5.5 Penduduk perempuan usia 15‐49 tahun berstatus kawin menurut
kabupaten/kota dan alat/cara KB yang sedang digunakan
252
5.6 Persentase penduduk perempuan usia 15‐49 tahun berstatus kawin
menurut kabupaten/kota dan alat/cara KB yang sedang digunakan
254
TABEL 6. PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
6.1 Rumahtangga menurut kabupaten/kota dan luas lantai rumah 255
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 14/57
xii Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
6.2 Persentase rumahtangga menurut kabupaten/kota dan luas lantai
rumah
256
6.3 Rumahtangga menurut kabupaten/kota dan jenis atap terluas 257
6.4 Persentase rumahtangga menurut kabupaten/kota dan jenis atapterluas
258
6.5 Rumahtangga menurut kabupaten/kota dan jenis lantai terluas 259
6.6 Rumahtangga menurut kabupaten/kota dan jenis dinding terluas 260
6.7 Persentase rumahtangga menurut kabupaten/kota dan jenis dinding
terluas
261
6.8 Rumahtangga menurut kabupaten/kota dan sumber penerangan 262
6.9 Persentase rumahtangga menurut kabupaten/kota dan sumber
penerangan
263
6.10 Rumahtangga menurut kabupaten/kota dan fasilitas air minum 264
6.11 Persentase rumahtangga menurut kabupaten/kota dan fasilitas air
minum
265
6.12 Rumahtangga menurut kabupaten/kota dan cara memperoleh air
minum
266
6.13 Rumahtangga menurut kabupaten/kota dan sumber air minum 267
6.14 Persentase rumahtangga menurut kabupaten/kota dan sumber air
minum
268
6.15 Rumahtangga menurut kabupaten/kota dan sumber air minum bersih 269
6.16 Rumahtangga menurut kabupaten/kota dan jarak ke penampungan 270
6.17 Rumahtangga menurut kabupaten/kota dan fasilitas tempat buang air
besar
271
6.18 Persentase rumahtangga menurut kabupaten/kota dan fasilitas
tempat buang air besar
272
6.19 Rumahtangga menurut kabupaten/kota dan jenis closet 273
6.20 Persentase rumahtangga menurut kabupaten/kota dan jenis closet 274
6.21 Rumahtangga menurut kabupaten/kota dan tempat pembuangan
tinja
275
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 15/57
xiii Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
6.22 Persentase rumahtangga menurut kabupaten/kota dan tempat
pembuangan tinja
276
TABEL 7. PENGELUARAN RUMAHTANGGA
7.1 Pengeluaran rata‐rata perkapita sebulan untuk sub golongan
makanan dan bukan makanan menurut golongan pengeluaran
perkapita sebulan (rupiah)
277
7.2 Persentase Pengeluaran rata‐rata perkapita sebulan untuk sub
golongan makanan dan bukan makanan menurut golongan
pengeluaran perkapita sebulan (rupiah) Jawa Barat
304
TABEL 8. SOSIAL BUDAYA
8.1 Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Kabupaten/Kota dan
Kebiasaan Menonton TV
331
8.2 Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Kabupaten/Kota dan
Kebiasaan Mendengarkan Radio
334
8.3 Penduduk Usia 10 tahun Keatas Menurut Kabupaten/Kota dan
Kebiasaan Membaca SuratKabar Selama Seminggu Yang Lalu
337
8.4 Penduduk usia 10 Tahun Keatas Menurut Kabupaten/Kota danKebiasaan Membaca Majalah/Tabloid Selama Seminggu Yang Lalu
340
8.5 Rumahtangga Menurut Kabupaten/Kota dan Apakah Ada Tidaknya
ART Yang Mendapat Pelayanan Kesehatan Gratis 6 Bulan Terakhir
343
8.6 Rumahtangga Menurut Kabupaten/Kota Yang Mendapat Pelayanan
Kesehatan Gratis 6 Bulan Terakhir Menurut Jenis Kartu
344
8.7 Persentase Rumahtangga Menurut Kabupaten/Kota Yang Mendapat
Pelayanan Kesehatan Gratis 6 Bulan Terakhir Menurut Jenis Kartu
345
8.8 Rumahtangga Menurut Kabupaten/Kota Dan Pembelian Beras
Murah/raskin Dalam 3 Bulan Terakhir
346
8.9 Rumahtangga Menurut Kabupaten/Kota Yang Membeli Raskin
Menurut Banyaknya Raskin Yang Dibeli Selama 3 Bulan Terakhir (Kg)
347
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 16/57
xiv Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
8.10 Persentase Rumahtangga Menurut Kabupaten/Kota Yang Membeli
Raskin Menurut Banyaknya Raskin Yang Dibeli Selama 3 Bulan
Terakhir (Kg)
348
8.11 Rumahtangga Menurut Kabupaten/Kota Yang Membeli Raskin pada 3
bulan terakhir menurut rupiah per kg yang dikeluarkan padapembelian raskin yang terakhir
349
8.12 Persentase Rumahtangga Menurut Kabupaten/Kota Yang Membeli
Raskin pada 3 bulan terakhir menurut rupiah per kg yang dikeluarkan
pada pembelian raskin yang terakhir
350
8.13 Rumahtangga Yang Pernah Membuat KTP/SIM/Mengurus STNK
Selama Setahun Yang lalu Menurut Kabupaten/Kota
351
8.14 Rumahtangga Yang Mengurus Sendiri Dalam Membuat
KTP/SIM/Mengurus STNK Selama Setahun Yang lalu Menurut
Kabupaten/Kota
352
8.15 Rumahtangga Yang Mengurus Sendiri Dalam Membuat
KTP/SIM/Mengurus STNK Selama Setahun Yang lalu Menurut
Kualitas Pelayanan Yang Diterima Dan Kabupaten/Kota
353
8.16 Rumahtangga Berdasarkan Persepsi Kondisi Ekonomi Rumahtangga
dibanding Tahun 2008 Menurut Kabupaten/Kota
354
8.17 Rumahtangga Berdasarkan Tingkat Keamanan Lingkungan Sekitar
Tempat Tinggal Yang Dirasakan Menurut Kabupaten/Kota
355
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 17/57
1 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
1.1 Latar Belakang
Pada era otonomi daerah dimana perencanaan pembangunan
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah maka diperlukan ketersediaan data
untuk level wilayah terkecil. Ketersediaan data sosial ekonomi secara rutin
dan berkesinambungan menjadi sangat strategis untuk digunakan dalam
proses pembangunan. Untuk mendukung ketersediaan data sosial ekonomi
dimaksud BPS Provinsi Jawa Barat melaksanakan Survei Sosial Ekonomi
Daerah (SUSEDA) setiap tahun. Survei Sosial Ekonomi Daerah (Suseda)
merupakan salah satu survei yang dilaksanakan BPS Provinsi Jawa Barat
bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Provinsi Jawa Barat. Suseda dirancang diantaranya untuk memenuhi
kebutuhan data yang menggambarkan karakteristik sosial ekonomi Jawa
Barat.
Data sosial ekonomi yang dapat menggambarkan tingkat
kesejahteraan rakyat sangat diperlukan. Data tersebut digunakan untuk
mengetahui apakah pembangunan yang dilaksanakan dapat dirasakan oleh
seluruh lapisan masyarakat utamanya yang berkaitan dengan aspek
pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Data yang dihasilkan dari kegiatan
Pendahuluan1
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 18/57
2 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
Suseda dapat memberi gambaran mengenai kondisi sosial ekonomi
masyarakat Jawa Barat. Kendala ketersediaan data dalam membuat
perencanaan pembangunan maupun untuk mengevaluasi hasil program yang
telah dilaksanakan dapat dielaborasi.
1.2 Tujuan
Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah diharapkan dapat
menyediakan data pokok sosial ekonomi masyarakat Jawa Barat secara
menyeluruh dan berkesinambungan. Data Sosial Ekonomi Daerah 2009
dapat digunakan untuk masukan penyusunan kebijakan maupun
mengevaluasi keberhasilan pembangunan.
Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah mengikuti dan memenuhi
kebutuhan data spesifik daerah, sebagai salah satu upaya memperkaya
kuantitas dan kualitas data yang disajikan. Setiap terbitan hasil Suseda
diharapkan dapat memberikan solusi bagi kebutuhan data yang semakin
beragam.
1.3 Jenis Data yang dikumpulkan
Di samping data pokok kesejahteraan masyarakat, ditampilkan juga
beberapa informasi lain sebagai upaya pemenuhan kebutuhan data bagi
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 19/57
3 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
perencanaan pembangunan. Beberapa jenis data yang disajikan secara
runtun dan berkelanjutan diantaranya adalah :
a. Keterangan umum anggota rumahtangga yaitu nama, hubungan dengan
kepala rumahtangga, jenis kelamin, umur, dan status perkawinan.
b. Keterangan umum kesehatan dan pendukung kesehatan yang disajikan
secara lebih luas.
c. Keterangan pendidikan anggota rumahtangga.
d. Keterangan anggota rumahtangga berumur 10 tahun ke atas tentang
kegiatan ekonominya.
e. Keterangan fertilitas bagi anggota rumahtangga wanita yang pernah
kawin dan keterangan Keluarga Berencana (KB) dari anggota
rumahtangga yang berstatus kawin.
f. Keterangan yang menyangkut karakteristik bangunan tempat tinggal,
fasilitas perumahan dan lingkungan.
g. Keterangan tentang konsumsi rumahtangga dan pengeluaran
rumahtangga, dan
h. Keterangan sosial ekonomi lainnya, merupakan informasi yang
bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan data yang semakin beragam
dan up to date.
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 20/57
4 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
1.4 Sistematika Penyajian
Penyajian data/tabel dalam publikasi ini dikelompokkan ke dalam
beberapa bagian. Bagian pertama memaparkan masalah kependudukan,
termasuk jumlah penduduk dan persentasenya, diantaranya mengenai
penduduk menurut jenis kelamin, umur, status perkawinan. Bagian kedua,
menyajikan tentang kondisi kesehatan penduduk yang mencakup keluhan
kesehatan utama, lama hari sakit, dan kondisi balita. Bagian ketiga
ditampilkan kondisi pendidikan penduduk yang mencakup partisipasi
sekolah, status pendidikan, tingkat pendidikan, dan melek huruf. Penduduk
yang bekerja ditampilkan pada bagian keempat, yang mencakup lapangan
pekerjaan penduduk dan status pekerjaan. Selanjutnya gambaran mengenai
fertilitas dan keluarga berencana disajikan pada bagian kelima, disusul
dengan data indikator makro mengenai perumahan pada bagian keenam, dan
ditutup dengan data pengeluaran rumahtangga dan data sosial budaya pada
bagian terakhir.
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 21/57
5 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
Secara ringkas hasil Survei Sosial Ekonomi Daerah tahun 2009 dapat
disampaikan sebagai berikut:
2.1 Kependudukan
Penduduk Jawa Barat berdasarkan hasil Suseda 2009 berjumlah
sebesar 42.693.951 jiwa terdiri dari penduduk laki‐laki sebesar 21.512.996
jiwa (50,39 persen) dan penduduk perempuan sebesar 21.180.995 jiwa
(49,61 persen). Perbandingan antara jumlah penduduk laki‐laki dengan
perempuan (sex ratio) sebesar 101,6. Artinya setiap 1.000 perempuan
berbanding dengan 1.016 laki‐laki. Peningkatan jumlah penduduk ini
disebabkan adanya pertumbuhan alami dan faktor migrasi netto yang positif
yang berarti migran masuk (in migration) ke Jawa Barat lebih besar
dibandingkan migran yang keluar (out migration). Seberapa besar jumlah
migran masuk ke Jawa Barat untuk saat ini baru bisa diperoleh dari kegiatan
Sensus Penduduk yang dilaksanakan setiap 10 tahun sekali atau dari Survei
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) yang dilaksanakan dipertengahan tahun
antara dua Sensus Penduduk.
Ringkasan2
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 22/57
6 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
Peningkatan jumlah penduduk ini disebabkan adanya fertilitas,
mortalitas dan migrasi. Fertilitas atau kelahiran merupakan salah satu faktor
penambah jumlah penduduk disamping migrasi masuk. Kelahiran bayi
membawa konsekuensi pemenuhan kebutuhan tumbuh kembang bayi
tersebut, termasuk pemenuhan gizi, kecukupan kalori, dan perawatan
kesehatan. Pada gilirannya, bayi ini akan tumbuh menjadi anak usia sekolah
yang memerlukan pendidikan. Selanjutnya anak tersebut akan masuk
angkatan kerja dan menuntut pekerjaan. Bayi perempuan akan tumbuh
menjadi remaja perempuan dan perempuan usia subur yang akan menikah
dan melahirkan bayi.
Tingkat kelahiran di masa lalu mempengaruhi tingginya tingkat
fertilitas masa kini. Jumlah kelahiran yang besar di masa lalu disertai dengan
penurunan kematian bayi akan menyebabkan bayi‐bayi tersebut tetap hidup
dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan tahun‐tahun
sebelumnya disaat kematian bayi masih tinggi. Lima belas tahun kemudian
bayi‐bayi ini akan membentuk kelompok perempuan usia subur. Meskipun
tingkat fertilitas sudah menurun, apabila jumlah ibunya besar, sebagai akibat
tingkat kelahiran yang tinggi dimasa lalu serta adanya perbaikan kesehatan,
maka jumlah bayi yang lahir masih tetap banyak. Pengetahuan tentang
fertilitas atau kelahiran dan KB serta indikator‐indikatornya sangat berguna
bagi para penentu kebijakan dan perencana program untuk merencanakan
pembangunan sosial terutama kesejahteraan Ibu dan anak.
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 23/57
7 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
Jumlah penduduk yang terus meningkat harus diantisipasi dengan
baik dan dilakukan secara komprehensif. Pemerintah daerah melalui Satuan
Kerja Perangkat Daerah dan intansi terkait lainnya perlu melakukan upaya
penanganan jumlah penduduk secara terpadu dan berkelanjutan agar laju
pertumbuhan penduduk tetap terkendali. Upaya ini perlu dibarengi dengan
usaha peningkatan kualitas sumber daya manusianya agar jumlah penduduk
yang besar tidak menjadi beban pembangunan, melainkan sebagai modal
dasar pembangunan. Di Indonesia, Jawa Barat masih merupakan provinsi
dengan jumlah penduduk terbesar dibandingkan dengan provinsi lain.
Peningkatan jumlah penduduk harus diantisipasi dan ditangani
dengan baik oleh OPD terkait dan dilakukan secara berkesinambungan. Hal
ini dilakukan agar laju pertumbuhan penduduk tetap terkendali. Adanya 2
instansi yang menangani KB di Jawa Barat yakni BKKBN dan BPPKB
diharapkan bisa saling mengisi dan berbagi peran dalam upaya
memperlambat laju pertumbuhan penduduk. Usaha peningkatan kualitas
sumber daya manusia juga terus diupayakan agar pendidikan wanita
semakin tinggi. Dengan meningkatnya pengetahuan wanita diharapkan
sosialisasi pengetahuan akan kesehatan reproduksi semakin mudah
dipahami. Harapannya usia perkawinan muda dapat sedikit dieliminir.
Dengan meningkatnya usia perkawinan maka umur reproduksinya bisa
semakin pendek. Kondisi ini bisa memberi andil berkurangnya kesempatan
memperoleh banyak anak sehingga diharapkan dapat terjadi penurunan
tingkat kelahiran.
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 24/57
8 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
Lima besar kabupaten/kota di Jawa Barat dengan peringkat jumlah
penduduk tertinggi berturut‐turut adalah Kabupaten Bogor (4,453.927 jiwa),
Kabupaten Bandung (3,148.951 jiwa), Kabupaten Garut (2,504.237 jiwa),
Kota Bandung (2,414.704 jiwa) dan Kabupaten Sukabumi (2,293.742 jiwa).
Sementara itu lima kabupaten/kota yang mempunyai penduduk paling
sedikit adalah Kota Banjar (184.577 jiwa), Kota Cirebon (304.152 jiwa), Kota
Sukabumi (311.559 jiwa), Kota Cimahi (547.862 jiwa), dan Kota Tasikmalaya
(640.324 jiwa).
Gambar 2.1 Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun
2009 (Jiwa)
0
500.000
1.000.000
1.500.000
2.000.000
2.500.000
3.000.000
3.500.000
4.000.000
4.500.000
J u m l a h P e n d u d u
k ( J i w a )
Sumber : Suseda 2009
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 25/57
9 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
Hakikat dari pembangunan yang dilaksanakan adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan penduduk. Penduduk dapat bekerja melakukan
aktivitas ekonomi, dapat berusaha, dapat memperoleh penghasilan sehingga
mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan hidup di lingkungan yang aman.
Akses informasi, berpola hidup sehat dan biaya sekolah idealnya dapat
dinikmati dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Data tentang
kependudukan menjadi hal yang sangat penting mengingat obyek
pembangunan itu sendiri adalah penduduk.
Kebijakan kependudukan yang menitikberatkan pada upaya
pengendalian jumlah penduduk masih perlu dilanjutkan. Fokus utama tetap
mengacu pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kebijakan
yang tepat akan berdampak positif dalam mengurangi berbagai kemacetan
sosial dan beban masyarakat.
Dalam melakukan perencanaan program pembangunan dan
mengimplementasikan program‐program tersebut secara nyata diperlukan
sumber daya manusia yang berkualitas. Berkualitas baik dari sisi
intelektualnya maupun sisi moral, emosi dan spiritualnya. Kecerdasannya
betul‐betul bisa ikut andil dalam merancang berbagai kebijakan yang
membawa kemajuan daerahnya dan berdampak positif pada peningkatan
taraf hidup masyarakat. Kualitas moral dan spiritual yang tinggi bisa
membawa orang disekitarnya menjadi orang yang peduli terhadap orang
lain, menjadi orang yang membawa manfaat bagi yang lainnya. Sebaliknya
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 26/57
10 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
moral dan spiritual yang rendah bisa berakibat menjadi manusia yang sibuk
memikirkan dirinya dan golongannya/kelompoknya.
Berdasarkan hasil Suseda 2009, jumlah penduduk perempuan usia 10
tahun ke atas yang pernah kawin mencapai sebanyak 12,48 juta jiwa (58,94
persen), sebesar 9,86 persen di antara mereka melakukan perceraian, baik
cerai hidup maupun cerai mati. Persentase cerai hidup sebesar 2,52 persen
sedangkan cerai mati mencapai sebesar 7,34 persen. Faktor yang
menyebabkan perceraian bisa karena akibat kesulitan ekonomi sehingga
sering terjadi pertengkaran keluarga maupun faktor lain seperti belum
siapnya fisik maupun mental karena perkawinan dilaksanakan saat usia
muda. Perkawinan usia muda berakibat pada panjangnya umur reproduksi
sehingga peluang memperoleh anak semakin besar. Dampaknya adalah
meningkatnya angka kelahiran.
Selama 6 (enam) tahun terakhir, laju pertumbuhan penduduk (LPP) di
Provinsi Jawa Barat dari tahun ke tahun relatif terus menurun. Pada periode
2003‐2004, LPP Provinsi Jawa Barat mencapai 2,6 persen menurun menjadi
2,1 persen pada periode berikutnya (tahun 2004‐2005). Pada periode tahun
2005‐2006 menjadi hanya sekitar 1,9 persen dan di periode tahun 2006‐
2007 LPP‐nya mengalami penurunan menjadi 1,8 persen. LPP periode 2007‐
2008 sebesar 1,7 persen dan LPP pada tahun 2008‐2009 sebesar 1,2 persen.
Pertumbuhan penduduk Jawa Barat (LPP) secara rata‐rata (dalam
rentang waktu enam tahun) dari tahun 2003‐2009 adalah 1,90 per tahun.
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 27/57
11 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
Pada tahun 2003 penduduk Jawa Barat sebanyak 38,13 juta dan enam tahun
kemudian menjadi 42,69 juta pada tahun 2009. Kestabilan dan terjaganya
pertumbuhan penduduk di Jawa Barat perlu terus dipertahankan oleh
pemerintah daerah beserta OPD terkait mengingat pertumbuhan penduduk
dan tingkat fertilitas yang tinggi berdampak pada penyediaan sarana dan
prasarana kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan dan ketersediaan
pangan.
Gambar 2.2. Laju Pertumbuhan Penduduk
Di Provinsi Jawa Barat Selama Kurun Waktu 2003-2009
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
2003‐2004 2004‐2005 2005‐2006 2006‐2007 2007‐2008 2008‐2009
LPP
Sumber: Diolah dari Suseda 2003-2009
Angka beban ketergantungan (Dependency Ratio) atau perbandingan
antara penduduk yang belum produktif ataupun yang sudah tidak produktif
lagi (usia 0‐14 tahun ditambah penduduk usia 65 tahun ke atas) dibagi
dengan penduduk usia produktif (usia 15‐64 tahun) Jawa Barat tahun 2007
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 28/57
12 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
mencapai sebesar 54,29. Pada tahun 2008 angka beban ketergantungan
sebesar 54,19 dan turun menjadi 52,55 pada tahun 2009. Artinya bahwa
pada tahun 2009, untuk setiap 100 penduduk usia produktif di Jawa Barat
menanggung sekitar 53 penduduk usia belum/tidak produktif.
Tabel 2.1. Jumlah Penduduk, Sex Ratio, Komposisi Umur
dan Angka Ketergantungan di Jawa Barat Tahun 2007-2009
Informasi Demografi 2007 2008 2009
1. Jumlah Penduduk 41.483.729 42.194.869 42.693.951
Laki‐laki 20.919.807 21.262.743 21.512.996
Perempuan 20.563.922 20.932.126 21.180.955
2. Sex Ratio 101,7 101,6 101,6
3. Komposisi Umur
0 – 14 12.366.396 12.486.226 12.433.538
15 – 64 26.886.432 27.365.737 27.986.588
65+ 2.230.901 2.342.906 2.273.825
4. Angka Ketergantungan 54,29 54,19 52,55
Sumber: Suseda 2007-2009
Diantara penduduk yang usianya di bawah 15 tahun ada sebagian
penduduk yang terpaksa bekerja membantu ekonomi orang tuanya, dan
sebagian penduduk usia di atas 65 tahun masih aktif melakukan kegiatan
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 29/57
13 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
ekonomi. Oleh karena itu indikator angka ketergantungan bukan merupakan
indikator yang sensitif. Naik turunnya angka beban ketergantungan tidak
bisa secara langsung diartikan sebagai naik turunnya tanggungan ekonomi
penduduk usia produktif terhadap usia belum/tidak produktif.
2.2 Pendidikan
Tersedianya pendidikan yang berkualitas dan pendidikan yang
terjangkau oleh lapisan masyarakat pada hakekatnya merupakan tujuan yang
ingin dicapai dari program pembangunan bidang pendidikan. Pendidikan
merupakan bagian penting dalam pembangunan suatu wilayah dalam upaya
memperoleh sumber daya yang tangguh. UUD 1945 pasal 31
mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
Demikian juga UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) pasal 5 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.
Pasal 6 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap warga negara yang berusia tujuh
sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar
(SD/sederajat dan SMP/sederajat).
Sumber daya yang berkualitas dapat dicapai melalui pendidikan yang
berkualitas. Perlu penanganan yang serius dari unsur pendidikan dan para
perencana pembangunan bidang pendidikan. Aspek peningkatan kualitas
pendidik, aspek sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, aspek
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 30/57
14 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
pemerataan, dan tidak kalah pentingnya adalah kesadaran masyarakat akan
arti penting pendidikan. SDM yang berkualitas siap bersaing di pasar kerja
dan berpeluang besar untuk memperoleh pekerjaan. SDM yang tangguh yang
mempunyai jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan bahkan berpeluang
untuk mengkreasi lapangan pekerjaan yang bisa menyerap tenaga kerja lain.
Pada gilirannya penduduk dapat memperoleh penghasilan dan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Salah satu program pembangunan bidang pendidikan adalah
pendidikan dasar sembilan tahun. Usaha untuk mendukung tercapainya
pendidikan dasar sembilan tahun telah dilakukan baik oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah. Diantaranya adalah program pendidikan gratis
pada tingkat sekolah dasar dan pemberian dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS). Program ini tampak dirasakan sekali manfaatnya oleh
masyarakat khususnya masyarakat di daerah terpencil di pedesaan.
Untuk memudahkan pendidikan lebih mudah diakses oleh
masyarakat, lebih dekat ke masyarakat memerlukan dukungan anggaran
pendidikan yang memadai baik dari APBN maupun APBD. Komitmen
pemerintah untuk mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20 persen
perlu diapresiasi. Hal ini dapat mendorong percepatan realisasi penyediaan
sarana dan prasarana pendidikan. Sarana dan prasarana yang rusak atau
membahayakan bisa segera direnovasi. Sarana dan prasarana yang belum
ada dan mendesak untuk diadakan, untuk mendekatkan pendidikan pada
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 31/57
15 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
masyarakat, bisa segera diadakan. Cita‐cita luhurnya adalah setiap
masyarakat dapat mengenyam pendidikan yang murah dan berkualitas yang
pembiayaannya ditanggung oleh pemerintah. Setiap program pemerintah
yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat perlu didukung,
perlu diawasi agar pelaksanaannya mencapai hasil yang dinginkan.
Pemanfaatan alokasi anggaran pendidikan harus benar‐benar dioptimalkan
untuk sebesar‐besar kemakmuran dan kemajuan rakyat.
Dari hasil Suseda dapat diperoleh gambaran pembangunan
pendidikan di Jawa Barat dilihat dari besarnya capaian angka melek huruf
(AMH). Persentase penduduk 10 tahun ke atas yang melek huruf di Jawa
Barat mencapai sekitar 94,66 persen pada tahun 2007 dan meningkat
menjadi 94,93 persen di tahun 2009. Kelompok penduduk yang buta huruf
juga menjadi fokus pembangunan bidang pendidikan. Dari tahun ke tahun
upaya penurunan kelompok yang buta huruf senantiasa diupayakan.
Diantaranya melalui pelayanan dan peningkatan kualitas pendidikan non
formal dengan indikator kinerja meningkatnya warga belajar dan kelompok
belajar keaksaraan. Angka Buta Huruf menggambarkan presentase pada
kelompok penduduk usia 10 tahun ke atas yang tidak dapat membaca dan
menulis.
Beberapa kendala dalam upaya pembangunan pendidikan antara lain
kurangnya tenaga pendidik di daerah. Disinyalir untuk tingkat SD masih ada
satu guru menangani beberapa kelas. Kesejahteraan guru yang masih rendah
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 32/57
16 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
khususnya guru non PNS sedikit demi sedikit harus mulai ditingkatkan agar
mereka bisa fokus dalam mengabdi menyampaikan ilmu pengetahuan.
Undang‐Undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen menuntut guru
memiliki keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu
tertentu yang diperoleh dari pendidikan profesi. Konsekuensi logis dari
profesionalisme, UU tersebut telah menetapkan bahwa guru berhak
memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimal dan jaminan
kesehatan sosial. Undang‐undang itu baru mencakup para guru yang PNS.
Dengan demikian masih ada pekerjaan rumah untuk meningkatkan
kesejahteraan guru Non PNS.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) cenderung menurun sejalan dengan
naiknya jenjang pendidikan. APS untuk jenjang SLTP lebih rendah dibanding
pada jenjang SD, dan semakin rendah pada jenjang pendidikan lanjutan atas
dan pendidikan tinggi. Berarti ada sebagian lulusan SD yang tidak
melanjutkan ke SMP, sebagian lulusan SLTP tidak mendaftar ke SLTA.
Dengan kata lain ada jenjang sekolah yang terputus dikalangan masyarakat,
khususnya penduduk usia sekolah.
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 33/57
17 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
Gambar 2.3. Pencapaian Angka Melek Huruf
Penduduk 10 Tahun ke Atas
Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2007-2009
94.66 94.66
94.93
94.5
94.55
94.6
94.65
94.7
94.75
94.8
94.85
94.9
94.95
2007 2008 2009
AMH
Sumber: Suseda 2007-2009
Kondisi tersebut bisa disebabkan antara lain karena ketiadaan
sarana dan prasarana sekolah di wilayah mereka sehingga enggan
menyekolahkan anaknya ke tempat yang jauh dari tempat tinggalnya.
Kemiskinan juga menjadi faktor penyebab lainnya. Masih ada yang berpola
pikir bahwa pendidikan belum tentu dapat menjamin perbaikan taraf
hidupnya. Pendidikan belum tentu menjamin seseorang bisa bekerja atau
tidak. Sosialisasi pentingnya pendidikan perlu terus disebarluaskan.
Walaupun kemiskinan mendera, anak‐anak mereka harus tetap diberi
kesempatan sekolah.
Pada tahun 2009, persentase penduduk usia 10 tahun ke atas di Jawa
Barat yang memiliki ijazah SD sebesar 37,05 persen. Sedangkan persentase
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 34/57
18 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
penduduk yang memiliki ijazah tertinggi SMP sederajat sebesar 17,74 persen,
yang memiliki ijazah SMU/SMK sebesar 18,16 persen; dan sebesar 5,25
persen yang memiliki ijazah perguruan tinggi (Akademi/Perguruan Tinggi).
Sebagai ilustrasi, dari setiap 1.000 orang penduduk 10 tahun ke atas di Jawa
Barat, 53 orang di antaranya berkesempatan menyelesaikan pendidikan
tingginya di berbagai level pendidikan antara lain Diploma I/II/III, Sarjana,
hingga program Master dan Doktor.
Gambar 2.4. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas
Menurut Ijazah Tertinggi yang Dimiliki Di Provinsi Jawa Barat
Tahun 2008-2009
0 5 10 15 20 25 30 35 40 T i d a k
p u n y
a
S D / M I
S L T P
/ s d r j t
S M U / s d r
j t
P T
2009 2008
Sumber: Suseda 2008 dan 2009
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 35/57
19 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
Untuk semua jenjang pendidikan, persentase penduduk yang tamat
SD, SMP, SMU/SMK , dan Perguruan Tinggi pada tahun 2009 lebih tinggi
dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2008. Kondisi ini diikuti dengan
menurunnya persentase penduduk yang tidak mempunyai ijazah SD.
Peningkatan persentase penduduk Jawa Barat yang mampu
menyelesaikan SMU/K ke atas perlu terus ditingkatkan melalui berbagai
program. Kebijakan Bantuan Operasional Sekolah, program BOS buku,
Program Khusus Bantuan Murid (BKM), program Bantuan Operasional
Manajemen Mutu (BOMM), program bea siswa, program peningkatan
kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi, serta realisasi pembangunan sarana
dan prasarana penunjang pendidikan perlu terus dijaga kesinambungannya.
Pendidikan jangan sampai menjadi barang yang mahal yang tidak terjangkau
oleh masyarakat.
Gambar 2.4 menunjukkan adanya peningkatan persentase penduduk
yang menyelesaikan jenjang pendidikan untuk semua tingkatan pada tahun
2009 dibanding dengan tahun 2008. Persentase penduduk usia 10 tahun ke
atas yang tidak memiliki ijazah menurun dari 28,33 menjadi 21,80 persen.
Sedangkan persentase penduduk yang menamatkan jenjang pendidikan SD
meningkat menjadi 37,05 persen dibanding tahun 2008 yang hanya
mencapai 34,92 persen. Sebesar 17,74 persen penduduk menamatkan
pendidikan SMP/sederajat. Kondisi ini meningkat 1,82 persen dibandingkan
dengan tahun 2008. Persentase penduduk yang tamat SMA meningkat 2,13
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 36/57
20 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
persen menjadi 18,16 persen dibanding kondisi tahun 2008. Sedangkan
untuk Perguruan Tinggi naik dari 4,81 persen pada tahun 2008 menjadi 5,25
persen pada tahun 2009. Dengan meningkatnya tingkat pendidikan
penduduk berarti meningkatnya kualitas SDM. Hal ini akan berkontribusi
pada kenaikan angka IPM Jawa Barat.
Indikator penting lainnya yang berkaitan dengan pendidikan selain
tingkat pendidikan yang ditamatkan adalah angka partisipasi sekolah dan
angka buta huruf. Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan indikator yang
menunjukkan partisipasi sekolah penduduk yang bersekolah. Hasil Suseda
2009 menginformasikan bahwa APS penduduk usia 7 – 12 tahun sebesar
97,73 persen. Pada tahun 2008 mencapai 96,00 persen. Artinya pada Tahun
2009 dari seluruh penduduk usia 7 – 12 tahun, yang masih bersekolah
sebesar 97,73 persen, sedangkan sebesar 2,27 ada yang tidak/belum
bersekolah dan yang sudah tidak bersekolah lagi.
APS kelompok penduduk usia 13 – 15 tahun sebesar 78,68 persen
pada tahun 2008 meningkat menjadi sebesar 81,38 persen pada tahun 2009.
Pada kelompok penduduk usia 16 – 18 tahun mencapai 42,59 persen naik
sebesar 2,12 persen dibanding kondisi pada tahun 2008. Secara umum untuk
semua jenjang pendidikan, APS di Jawa Barat mengalami peningkatan
dibanding keadaan pada tahun 2008. Semakin tinggi level pendidikan,
persentase penduduk yang bersekolah cenderung menurun karena
penduduk masih berfokus untuk menamatkan pendidikan dasar.
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 37/57
21 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
Tabel 2.2. Penduduk Usia Sekolah, Angka Partisipasi Sekolah (APS) dan
Angka Buta Huruf di Jawa Barat Tahun 2009
Indikator 2009
A. Penduduk Usia Sekolah
1. 7 – 12 tahun 5.267.985
2. 13 – 15 tahun 2.565.071
3. 16 – 18 tahun 2.318.277
B. Angka Partisipasi Sekolah (%)
1. APS usia 7‐12 tahun (SD) 97,73
2. APS usia 13‐15 tahun (SLTP) 81,38
3. APS usia 16‐18 tahun (SMU/K) 42,59
C. Angka Buta Huruf (%)
1. Total 5,08
2. Laki‐laki 2,87
3. Perempuan 7,31
Sumber: Suseda 2009
APS laki‐laki lebih tinggi dari pada perempuan pada jenjang SMA
sedang APS SD dan SMP terjadi kondisi sebaliknya. Hasil Suseda 2009
menunjukkan pada kelompok usia 7 – 12 tahun, APS laki‐laki sebesar 97,47
persen, lebih rendah dibandingkan perempuan yang sebesar 98,02 persen,
demikian pula pada kelompok usia 13 – 15 tahun, APS laki‐laki sebesar 80,43
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 38/57
22 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
persen sedangan APS perempuan sebesar 82,38 persen. Pada kelompok usia
16 – 18 tahun, APS perempuan 40,77 persen, lebih rendah dibandingkan APS
laki‐laki (44,24 persen). Keadaan tersebut tercermin pada gambar 2.5.
Gambar 2.5. Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin
di Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
9
8
, 0
8
2
, 3
8
4
0
, 7
7
4
4
, 2
4
8
0
, 4
3 9
7
, 4 7
4
2
, 5
9
8
1
, 3
8 9
7
, 7
0
20
40
60
80
100
120
APS SD APS SLTP APS SMU/K
Laki-laki
Perempuan
total
Sumber: Suseda 2009
Kemampuan membaca dan menulis membantu kemudahan
berkomunikasi. Dengan kemampuannya penduduk lebih mudah dalam
menyerap maupun menyampaikan informasi. Ketidakmampuan membaca
dan menulis menghambat masuknya pengetahuan. Ini akan berdampak pada
keterbelakangan dan ujungnya adalah kemiskinan. Lilitan kemiskinan
menjadi kendala kelompok masyarakat ini dalam mengakses pendidikan.
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 39/57
23 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
Terselenggaranya program keaksaraan fungsional dengan fokus penduduk
yang benar‐benar belum bisa membaca dan menulis membuka kesempatan
penduduk pada kelompok ini untuk bisa membaca dan menulis.
Data Suseda 2009 memperlihatkan bahwa angka buta huruf di Jawa
Barat mengalami penurunan dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2008.
Pada tahun 2008 penduduk 10 tahun ke atas yang buta huruf sebesar 5,33
persen. Pada tahun 2009 berkurang menjadi 5,08 persen. Bila hanya melihat
indikator ini, kondisi ini dapat mencerminkan adanya keberhasilan program
pembangunan bidang pendidikan di Jawa Barat. Perempuan masih lebih
tinggi dari pada angka buta huruf laki‐laki. Secara umum hal ini dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan laki‐laki lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat
pendidikan perempuan.
2.3 Kesehatan
Tujuan pembangunan kesehatan khususnya yang terkait dengan
kesehatan balita adalah menurunkan angka kematian bayi dan menurunkan
angka kematian ibu melahirkan. AKB merupakan indikator sensitif yang
berkaitan dengan ketersediaan, pemanfaatan, dan kualitas pelayanan
kesehatan, terutama pelayanan anak. Terkait pula dengan pendapatan
keluarga, jumlah anggota rumah tangga, pendidikan ibu, dan kecukupan gizi.
Berbagai program dilaksanakan oleh pemerintah untuk mewujudkan tujuan
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 40/57
24 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
tersebut antara lain program Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Bidan di
Desa (BDD), dan Pekan Imunisasi Nasional (PIN).
Kesehatan balita selain dipengaruhi oleh kesehatan ibu, juga
dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah penolong kelahiran. Data
penolong kelahiran bayi dapat dijadikan salah satu indikator kesehatan
terutama dalam hubungannya dengan tingkat kesehatan ibu dan anak serta
pelayanan kesehatan secara umum. Dilihat dari kesehatan ibu dan anak,
persalinan yang ditolong oleh tenaga medis (dokter, bidan, tenaga medis lain)
dianggap lebih baik dibandingkan dengan persalinan yang ditolong oleh
dukun, famili/lainnya.
Secara umum persentase kelahiran balita yang ditolong oleh tenaga
medis pada tahun 2009 meningkat dibandingkan dengan pada tahun 2008.
Sebaliknya persentase penolong kelahiran oleh dukun dan tenaga lainnya di
luar tenaga medis mengalami penurunan. Kondisi ini sangat
menggembirakan. Perlu terus disosialisasikan pentingnya melahirkan di
tempat pelayanan kesehatan agar kesadaran ibu hamil mau melahirkan di
fasilitas kesehatan dengan penolong kelahiran dokter atau bidan/tenaga
medis lain meningkat. Perlu didukung juga dengan ketersediaan tenaga
pelayanan kesehatan, sarana, dan prasarana kesehatan.
Penanganan proses persalinan sampai dengan pasca persalinan yang
berkualitas dan tepat waktu diharapkan akan mengurangi resiko kematian
bayi dan ibu. Dukun yang membantu proses persalinan tidak dikategorikan
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 41/57
25 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
dalam tenaga kesehatan lain walaupun pelatihan bagi dukun beranak juga
digalakkan oleh OPD terkait. Persentase penolong kelahiran balita oleh
dokter meningkat dari 12,49 persen pada tahun 2008 menjadi 13,22 persen
pada tahun 2009. Penolong kelahiran oleh bidan/tenaga medis sebesar 55,30
persen, naik 4,15 persen dibanding kondisi tahun 2008. Persalinan oleh
dukun menurun dari 35,81 persen menjadi 31,30 persen pada tahun 2009.
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) dalam waktu yang cukup pada balita
dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan penyakit lainnya
mengingat ASI merupakan mikronutrein penting bagi balita. ASI juga
merupakan salah satu faktor penting untuk perkembangan anak dan
merupakan zat yang sempurna untuk pertumbuhan bayi serta mempercepat
perkembangan berat badan. Lamanya balita diberi ASI yang terbaik adalah
sampai usia 24 bulan. Sejak lahir sampai usia enam bulan sebaiknya bayi
hanya diberi ASI saja. Setelah enam bulan bayi mulai dapat diberikan
makanan tambahan pendamping ASI sampai usia 2 tahun. Setelah usia
tersebut balita sudah siap disapih.
Persentase balita yang diberi ASI meningkat 0,63 point menjadi 94,93
persen pada tahun 2009 atau sebanyak 3,62 juta dari 3,82 juta balita di Jawa
Barat pernah diberi ASI. Persentase balita yang disusui oleh ibunya selama 2
tahun atau lebih pada tahun 2009 sebesar 34,12 persen. Tahun 2008 hanya
sebesar 33,70 persen balita dengan lama pemberian ASI sampai 2 tahun atau
lebih. Sedangkan disusui selama satu sampai kurang dari dua tahun
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 42/57
26 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
meningkat dari sebesar 38,94 persen pada tahun 2008 menjadi 39,80 persen
pada tahun 2009. Balita yang disusui kurang dari satu tahun turun dari 26,09
persen pada tahun 2008 menjadi 26,08 persen di tahun 2009.
Tabel 2.3. Lama Balita Menyusui dan
Persentase Penolong Kelahiran Terakhir Menurut Jenis Kelamin
di Jawa Barat Tahun 2009
Indikator Laki-laki Perempuan Jumlah
A. Balita
1. Jumlah Balita 1.950.972 1.866.33 3.817.303
2. Balita yang Disusui 1.837.415 1.786.28 3.623.701
3. % disusui > 24 bulan 34,04 34,20 34,12
4. % disusui 12‐23 bulan 39,80 39,78 39,80
5. % disusui < 12 bulan 26,16 26,02 26,08
B. % Penolong Kelahiran (terakhir)
1. Dokter 13,77 12,63 13,22
2. Bidan/Tenaga Medis 55,59 55,00 55,30
3. Dukun 30,47 32,17 31,30
4. Lainnya 0,17 0,20 0,18
Sumber: Suseda 2009
Imunisasi merupakan salah satu cara yang dilakukan dalam
pencegahan penyakit. Beberapa jenis imunisasi yang wajib diberikan pada
balita antara lain adalah BCG, Polio, DPT, dan Campak. Secara umum
persentase balita yang pernah mendapat imunisasi cukup tinggi yaitu di atas
79,00 persen untuk semua jenis imunisasi. Persentase balita mendapat
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 43/57
27 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
imunisasi tahun 2009 lebih besar dibanding kondisi pada tahun 2008 untuk
semua jenis imunisasi. Persentase balita pernah diimunisasi BCG (93,53
persen), DPT (90,91 persen), Polio (91,80 persen), Campak/Morbili(79,14
persen), dan Hepatitis B (86,73 persen). Dengan semakin tingginya cakupan
imunisasi diharapkan semakin banyak anak‐anak yang terlindung dari
penyakit. Disamping itu faktor penentu lain yang juga berpengaruh adalah
kualitas vaksin dan ketaatan petugas terhadap prosedur tata cara imunisasi.
Program jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin perlu
dilanjutkan. Tentu perlu dilakukan pengawasan yang ketat agar penyediaan
dana pemerintah untuk kesehatan masyarakat benar‐benar termanfaatkan
pada kelompok masyarakat miskin. Keterjangkauan pelayanan kesehatan
pada golongan lapisan masyarakat tersebut diharapkan dapat menstimulus
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Perluasan jangkauan dan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat dilakukan secara
berkelanjutan dengan disertai upaya menumbuhkan partisipasi masyarakat
melaksanakan perilaku hidup sehat. Sudah banyak upaya dilakukan
pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat antara lain
adalah menyediakan berbagai fasilitas kesehatan umum seperti puskesmas,
puskesmas pembantu, posyandu, pos obat desa, pondok bersalin desa, dan
penyediaan obat dan fasilitas air bersih. Upaya lain yang bisa dilakukan
adalah peningkatan penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang
merata dan berkualitas.
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 44/57
28 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
2.4 Penduduk Bekerja
Dalam Suseda hanya menyajikan keberadaan penduduk yang bekerja
menurut lapangan pekerjaan dan status pekerjaan. Pada sektor mana saja
sebagian besar penduduk Jawa Barat melakukan aktifitas ekonomi dan dalam
status apa mereka bekerja. Apakah mereka bekerja sebagai pengusaha
(orang yang berusaha) ataukah mereka berstatus buruh/karyawan, atau
pekerja keluarga/pekerja tak dibayar. Untuk data pengangguran dan variabel
ketenagakerjaan lainnya tidak ada di Suseda karena data yang terkait dengan
hal tersebut diperoleh melalui Survei Angkatan Kerja Daerah (Sakerda)
hingga mampu melakukan estimasi sampai tingkat kabupaten/kota.
Sektor pertanian masih merupakan lapangan usaha yang paling
banyak menyerap tenaga kerja. Dari tahun ke tahun persentasenya
mengalami penurunan. Dari 18,1 juta penduduk 10 tahun ke atas yang
bekerja, sebesar 25,77 persen bekerja di sektor pertanian. Pada tahun 2008
yang bekerja di sektor ini sebesar 26,10 persen; 24,90 persen di sektor
perdagangan (tahun 2008 sebesar 23,51 persen); 17,04 persen di sektor
industri (tahun 2008 sebesar 16,83 persen); 16,12 persen di sektor jasa
(tahun 2008 sebesar 16,61 persen); dan sebesar 16,17 persen tersebar di
berbagai sektor seperti keuangan, angkutan, konstruksi dan lain‐lain.
Tampak bahwa dari sisi penyerapan tenaga kerja pada sektor‐sektor yang
ada, sektor pertanian, perdagangan, industri, dan jasa paling banyak dipilih
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 45/57
29 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
masyarakat Jawa Barat. Dibandingkan dengan tahun 2008, terjadi
peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor industri dan perdagangan.
Tabel 2.4. Penduduk yang Bekerja Menurut Distribusi Sektoral dan
Status Pekerjaan Di Jawa Barat Tahun 2009
Indikator2009
N %
1. Jumlah Penduduk 10 Tahun Ke atas yang
Bekerja
18.100.542
2. Pola Distribusi Sektoral
2.1 Pertanian 4.663.608 26,77
2.2 Industri 3.084.878 17,04
2.3 Perdagangan 4.506.423 24,90
2.4 Jasa‐jasa 2.918.110 16,12
2.5 Lainnya 2.927.523 16,17
3. Pola Distribusi Status Pekerjaan
3.1 Berusaha sendiri 4.086.505 222,58
3.2 Berusaha dgn dibantu Buruh tdk tetap 2.280.817 12,60
3.3 Berusaha dengan Buruh Tetap 553.749 3,06
3.4 Buruh/karyawan 6.634.069 36,65
3.5 Pekerja keluarga
3.6 Lainnya
1.715.116
2.830.286
9,48
15,64
Sumber: Suseda 2009
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 46/57
30 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
Dilihat dari status pekerjaan, penduduk Jawa Barat yang bekerja
sebagian besar status pekerjaannya adalah buruh/karyawan (36,65 persen).
Sedangkan yang berusaha sendiri sebesar 22,58 persen, berusaha dibantu
buruh tetap maupun dibantu buruh tidak tetap sebesar 15,66 persen. Bekerja
dengan status sebagai pekerja keluarga/pekerja tidak dibayar turun dari
15,83 persen pada tahun 2008 menjadi 9,48 persen pada tahun 2009. Mereka
umumnya hanya sekedar membantu usaha yang dilakukan oleh orang tua
atau anggota rumahtangga lainnya dengan tingkat produktivitas yang rendah
dan biasanya tidak mendapatkan upah/gaji atau sekalipun ada balas jasa
yang diterimapun sangat rendah.
Produktivitas berkaitan dengan lamanya jam kerja seseorang. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi jam kerja seseorang. Chris Manning
(1984) mengatakan bahwa jumlah jam kerja sangat dipengaruhi oleh status
pekerjaan, jenis pekerjaan, dan lapangan usaha. Menurut Bukit dan Bakir
(1984) pendidikan merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi
jumlah jam kerja. Dengan pendidikan, kemampuan dan keahlian seseorang
akan meningkat. Dengan pendidikan yang tinggi seseorang lebih memiliki
daya saing dalam pasar kerja. Dengan ketrampilannya seseorang akan
mampu bekerja lebih baik dan lebih produktif. Dengan produktifitas yang
tinggi semakin meningkat waktu untuk bekerjanya.
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 47/57
31 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
2.5 Perumahan
Seiring dengan bertambahnya penduduk, maka kebutuhan akan
tempat tinggal juga meningkat. Rumah merupakan kebutuhan primer
manusia disamping pangan dan sandang. Meningkatnya kebutuhan rumah
bisa menjadi permasalahan dimasa yang akan datang apabila pembangunan
perumahan menggunakan lahan produktif. Alih fungsi lahan produktif
menjadi lahan tidak produktif (seperti untuk perumahan) harus diimbangi
dengan pembukaan lahan produktif baru. Apabila hal ini sulit dilakukan
maka alih fungsi lahan harus diatur dengan syarat‐syarat yang ketat agar
ketersediaan pangan ke depan tetap terjaga.
Besarnya permintaan rumah harus diimbangi dengan penyediaan
perumahan bagi penduduk. Tentu saja perumahan yang dimaksud bukan
rumah yang hanya sekedar bisa terteduh disaat hujan ataupun saat terik
matahari melainkan kondisi rumah yang nyaman dan memenuhi syarat
rumah yang sehat untuk ditempati. Kondisi rumah bisa memberi informasi
bagaimana tingkat kesejahteraan penghuni rumah tersebut. Bahkan lebih
luas lagi dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan suatu wilayah. Informasi
tentang perumahan menjadi penting untuk melihat sejauh masyarakat telah
menikmati rumah.
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 48/57
32 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
Tabel 2.5. Beberapa Indikator Fasilitas Perumahan
Di Jawa Barat Tahun 2009
Indikator2009
N %
1. Jumlah Rumah tangga 11.316.592
2. Rumah tangga dengan luas lantai
< 20 M2 612.005 5,41
20 – 49 M2 4.796.950 42,39
50 – 99 M2 4.538.333 40,10
> 100 M2 1.369.304 12,10
3. Rumah tangga berlantai tanah 661.924 5,85
4. Rumah tangga dengan atap rumah selain dari
genteng dan beton558.956 4,94
5. Rumah tangga dengan rumah berdinding kayu,
bambu dan lainnya2.393.334 21,15
6. Rumah tangga minum dari air sumur tidak
terlindung, air sungai,air hujan dan mata air1.361.083 12,03
7. Rumah tangga dengan sumber penerangan
selain listrik 150.814 1,34
Sumber: Suseda 2009
Semakin baik kondisi dan kualitas rumah semakin baik keadaan sosial
ekonominya. Kualitas rumah tinggal juga ditentukan oleh lengkap tidaknya
fasilitas suatu rumah. Fasilitas suatu rumah tinggal agar menjadi nyaman dan
sehat untuk ditinggali diantaranya dapat dilihat dari kualitas bahan
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 49/57
33 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
bangunan yang digunakan, faktor kesehatan, maupun fasilitas yang
digunakan dalam kehidupan sehari‐hari. Informasi penting terkait dengan
kondisi suatu rumah seperti luas lantai, jenis lantai, jenis atap terluas, jenis
dinding terluas, sumber air minum, cara memperoleh air minum,
penggunaan fasilitas air minum, tempat pembuangan tinja, fasilitas tempat
buang air besar, dan sumber penerangan dicakup dalam Suseda.
Secara umum pada tahun 2009 di Jawa Barat, rumahtangga yang
menempati rumah dengan luas lantai kurang dari 50 meter persegi sekitar
47,80 persen, sedangkan yang menempati rumah dengan luas lantai 100
meter persegi atau lebih hanya sekitar 12,10 persen. Rumahtangga yang
menempati rumah dengan luas lantai antara 50‐99 meter persegi sekitar
40,10 persen.
Untuk jenis lantai terluas, rumahtangga yang menggunakan jenis
lantai terluas bukan tanah (semen, tegel, keramik) mengalami peningkatan.
Hal ini menggambarkan terjadinya pergeseran perbaikan kesejahteraan
rumahtangga masyarakat Jawa Barat. Sebesar 94,15 persen rumah di Jawa
Barat sudah memakai material sebagai penutup lantai tanahnya (tahun 2008
sebesar 93,98 persen), sedangkan 5,85 persen rumah yang beralaskan tanah
(tahun 2008 sebesar 6,02 persen).
Sebagian besar masyarakat Jawa Barat menggunakan genteng sebagai
atap rumahnya. Menurut jenis atap yang digunakan, rumahtangga yang
tempat tinggalnya beratap genteng (93,17 persen), beton (1,90 persen), dan
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 50/57
34 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
lainnya seperti sirap, seng, asbes, ijuk (4,73 persen). Dilihat dari jenis dinding
yang digunakan, sebagian besar menggunakan tembok. Rumah tangga yang
rumahnya berdinding tembok sebesar 78,85 persen. Rumah yang berdinding
kayu sebesar 2,78 persen, berdinding bambu sebesar 18,21 persen, dan 0,15
persen berdinding bukan tembok, bukan kayu, dan bukan bambu.
Air merupakan kebutuhan hidup manusia baik digunakan sebagai air
minum maupun untuk keperluan lainnya. Dilihat dari cara memperoleh air
minum sebesar 29,38 persen rumahtangga di Jawa Barat memperoleh air
minum dengan cara membeli, dan sebesar 76,62 persen rumah tangga
dengan cara tidak membeli. Sumber air minum sangat mempengaruhi
kualitas air minum. Sumber air minum yang masih dianggap terbaik adalah
air dalam kemasan karena sifatnya yang higenis. Air kemasan/isi ulang
dikonsumsi oleh 14,93 persen rumahtangga di Jawa Barat. Kondisi ini
meningkat dibanding tahun 2008 yang mencapai sebesar 11,34 persen.
Sebagian besar menggunakan pompa (26,58 persen) dan sumur terlindung
(25,77 persen). Sedangkan rumahtangga yang menggunakan mata air
terlindung untuk kebutuhan air minumnya sebesar 8,81 persen. Masih ada
rumahtangga yang menggunakan sumber air minum yang kurang sehat yaitu
dari sumur tidak terlindung (6,90 persen), dan dari mata air tak terlindung
(4,00 persen). Sebesar 1,12 persen rumahtangga yang sumber air minumnya
berasal dari air sungai/air hujan/lainnya. Secara umum, rumah tangga yang
mengkonsumsi air bersih untuk minum sebesar 87,97 persen.
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 51/57
35 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
Sumber penerangan yang digunakan oleh rumah tangga di Jawa Barat
sebagian besar adalah listrik baik yang berasal dari PLN maupun non PLN
yaitu sebesar 98,66 persen Sisanya menggunakan sumber penerangan selain
listrik seperti petromak/aladin, pelita/sentir/obor, dan sumber penerangan
lainnya dengan sebesar 1,34 persen. Sehingga secara keseluruhan ada
peningkatan penggunaan listrik sebagai sumber penerangan utama rumah
tangga di Jawa Barat dibandingkan dengan tahun 2008.
2.6 Pengeluaran Rumahtangga
Data tentang pendapatan rumahtangga sulit diperoleh. Karena itu
proksi yang digunakan untuk mengetahui pendapatan rumahtangga
dilakukan melalui pengeluaran rumahtangga. Tingkat kesejahteraan suatu
rumahtangga dapat dilihat dari besarnya konsumsi atau pengeluaran yang
dikeluarkan oleh rumahtangga. Peningkatan konsumsi atau pengeluaran
rumahtangga, terutama pengeluaran untuk bukan makanan, menunjukkan
adanya peningkatan kesejahteraan rumahtangga yang bersangkutan.
Pada kelompok masyarakat perpendapatan rendah, pengeluaran
rumahtangganya sebagian besar digunakan untuk pengeluaran konsumsi
makanan. Kelompok ini akan mendahulukan pengeluaran untuk kebutuhan
makanan dibandingkan dengan kebutuhan non makanan. Seiring dengan
meningkatnya pendapatan, biasanya akan terjadi pergeseran pola konsumsi
pengeluaran. Persentase pengeluaran untuk makanan akan mengalami
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 52/57
36 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
penurunan dan persentase pengeluaran untuk non makanan akan meningkat.
Pola pengeluaran dapat dipakai sebagai salah satu alat untuk menilai tingkat
kesejahteraan (ekonomi) penduduk, dan perubahan komposisi pengeluaran
dapat memberikan indikasi perubahan pada tingkat kesejahteraan
masyarakat.
Pola pengeluaran per kapita rumah tangga di Jawa Barat hasil Suseda
2009, menunjukkan sebanyak 52,41 persen pengeluaran rumahtangga
digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan makanan. Sekitar 47,59 persen
untuk konsumsi bukan makanan.
2.7 Sosial budaya
Rokok mengandung kurang lebih 4.000 elemen‐elemen, dan
setidaknya 200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun
utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida. Peringatan
akan bahaya asap rokok bagi kesehatan yang tercantum dalam kemasan
bungkus rokok, dan demikian gencarnya kampanye akan bahaya rokok baik
yang dilakukan oleh pemerintah maupun lembaga lain yang peduli dengan
kesehatan masyarakat sedikit menampakkan hasilnya. Hal ini terlihat dari
terjadinya penurunan jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas yang merokok
selama sebulan terakhir pada tahun 2009 dibandingkan tahun 2008. Ini
memberi gambaran bahwa kebiasaan merokok di Jawa Barat sudah semakin
berkurang.
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 53/57
37 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
Hasil Suseda 2009 menunjukkan bahwa penduduk 10 tahun ke atas di
Jawa Barat yang merokok selama sebulan terakhir sebesar 10,90 juta jiwa
(31,52 persen), mengalami peningkatan dari tahun 2008 yang mencapai
9,92 juta jiwa perokok (29,09 persen). Rata‐rata usia pertama kali merokok
adalah usia 18 tahun dan persentase tertinggi jumlah batang rokok yang
dihisap adalah 12 – 23 batang yaitu sebanyak 43,98 persen.
Tabel 2.6. Penduduk 10 Tahun ke atas yang Merokok
Di Jawa Barat Tahun 2009
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki‐laki + Perempuan 10.896.740 jiwa 31,52 %
Perempuan 767.963 jiwa 4,46 %
Laki‐laki 10.128.777 jiwa 58,35%
Sumber: Suseda 2009
Peningkatan jumlah penduduk 10 tahun ke atas yang merokok diiringi
dengan peningkatan pengeluaran rumahtangga untuk tembakau dan sirih.
Persentase pengeluaran rumah tangga untuk tembakau dan sirih meningkat
pada tahun 2009. Bila pada tahun 2008 pengeluaran untuk kelompok ini
mencapai 6,23 persen, maka pada tahun 2009 menjadi sebesar 6,93 persen.
Secara nominal pengeluaran tembakau dan sirih juga memperlihatkan pola
yang menaik dari tahun ke tahun dari 2007 hingga 2009. Pada tahun 2007
konsumsi tembakau dan sirih sebesar Rp. 25.715,‐ per kapita per bulan. Pada
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 54/57
38 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
tahun 2008 meningkat menjadi Rp. 29.454,‐ dan di tahun 2009 menjadi Rp.
33.543,‐. Secara nominal peningkatan konsumsi rata‐rata tembakau dan sirih
lebih dikarenakan adanya kenaikan harga barang dan volume jumlah rokok
yang dikonsumsi.
Tabel 2.7. Pengeluaran rumahtangga untuk konsumsi Tembakau
dan sirih (per kapita per bulan)Jawa Barat Tahun 2007 - 2009
Konsumsi tembakau/sirih 2007 2008 2009
Konsumsi per kapita per bulan 25.715 29.454 33.543
Persentase terhadap total 7,01 % 6,23 % 6,93 %
Sumber: Suseda, 2007 – 2009
Berbagai informasi dan pengetahuan dapat disampaikan ke
masyarakat melalui media massa. Semakin sering seseorang mengakses
media tersebut maka cenderung wawasan pengetahuannya semakin luas dan
berkembang, meskipun faktor jenis acara atau informasi yang diakses juga
perlu diperhatikan.
Penduduk usia 10 tahun ke atas tahun 2009 yang memiliki kebiasaan
menonton televisi sebanyak 32,32 juta jiwa atau sekitar 93,51 persen,
sedangkan yang tidak menonton televisi sebanyak 2,24 juta atau sekitar 6,49
persen. Persentase yang cukup tinggi menunjukkan bahwa menonton televisi
sudah menjadi bagian dari keseharian masyarakat di Jawa Barat. Namun
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 55/57
39 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
tidak demikian halnya dengan mendengarkan radio, hanya sekitar 23,15
persen saja penduduk yang terbiasa mendengarkan radio.
Membaca surat kabar masih belum menjadi kebutuhan sebagian besar
masyarakat Jawa Barat. Budaya membaca masih rendah. Hal ini tampak dari
hasil Suseda 2009 bahwa hanya sekitar 5,31 juta atau sekitar 15,37 persen
penduduk 10 tahun ke atas yang membaca surat kabar pada periode
seminggu yang lalu sebelum pencacahan. Sebanyak 29,26 juta (84,63 persen)
tidak membaca surat kabar. Padahal banyak informasi dan pengetahuan yang
terkandung dalam media tersebut. Walaupun terjadi peningkatan kebiasaan
membaca surat kabar di masyarakat, minat baca di masyarakat perlu terus
ditumbuhkan.
Informasi mengenai rumahtangga terhadap akses kantor pelayanan
public, dari 11,32 juta rumah tangga, sekitar 4,49 juta rumah tangga atau 39,
64 persen yang melakukan pengurusan KTP/SIM atau STNK. Sebanyak 49,69
persen rumahtangga melakukan pengurusan KTP/SIM atau STNK sendiri dan
sisanya dilakukan melalui agen atau lainnya. Terkait dengan pelayanan yang
diberikan, sebanyak 74,76 persen merasa puas dengan pelayanan yang
diberikan.
Pada Suseda 2009 juga ditanyakan presepsi rumahtangga mengenai
kondisi ekonomi rumahtangga dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sebagian besar responden menjawab kondisi ekonomi rumahtangganya
sama saja dengan kondisi ekonomi tahun 2008 (62,60 persen). Sebanyak
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 56/57
40 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
14,20 persen rumahtangga merasa mengalami peningkatan kondisi ekonomi
pada tahun 2009 dan sekitar 23,20 persen mengalami penurunan kondisi
ekonomi rumahtangga.
Gambar 2.6 Presepsi Rumahtangga Terhadap Kondisi Ekonomi
Rumahtangga pada Tahun 2009 dibandingkan Tahun 2008
Meningkat; 14,20
Sama Saja; 62,60
Menurun; 23,20
Sumber : Suseda 2009
Harapan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintah selain
tercapainya kesejahteraan di bidang ekonomi juga tercapainya rasa aman.
Tingkat keamanan lingkungan sekitar tempat tinggal yang dirasakan oleh
rumahtangga relatif cukup baik 94,40 persen rumah tangga merasa aman,
4,69 persen merasa kurang aman, sebanyak 0,77 persen merasa tidak aman
dan sisanya tidak tahu.
5/13/2018 SUSEDA 2009 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/suseda-2009 57/57
41 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
BPS, 1999, “Statistik Pendidikan 1998 (Susenas), BPS, Jakarta
BPS, 2001, “Indikator Kesejahteraan Rakyat”, BPS, Jakarta
BPS, 2003, “Indikator Kesejahteraan Rakyat” , BPS, Jakarta
BPS, 2003, “Gambaran Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Provinsi Jawa
Barat” (Ringkasan Eksekutif Hasil Suseda 2003), BPS Provinsi Jawa
Barat, Bandung
BPS, 2008, “Statistik Kesejahteraan Rakyat” , BPS, Jakarta
Bapeda Jawa Barat ‐ BPS, 2003, “Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah
(Suseda) 2003 Jawa Barat , Bandung
Bapeda Jawa Barat ‐ BPS, 2004, “Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah
(Suseda) 2004 Jawa Barat , Bandung
Bapeda Jawa Barat ‐ BPS, 2005, “Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah(Suseda) 2005 Jawa Barat , Bandung
Bapeda Jawa Barat ‐ BPS, 2006, “Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah
(Suseda) 2006 Jawa Barat , Bandung
Bapeda Jawa Barat ‐ BPS, 2007, “Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah
(Suseda) 2007 Jawa Barat , Bandung
Bapeda Jawa Barat ‐ BPS, 2008, “Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah
(Suseda) 2008 Jawa Barat , Bandung
Bapeda Jawa Barat ‐ BPS, 2003, “Gambaran Pembangunan Manusia di Provinsi
Jawa Barat Tahun 2003, Bandung
Da tar Pustaka