supervisi akademik dalam kaitannya - … · web viewpengawasan proses pembelajaran dilakukan pada...

46
SUPERVISI AKADEMIK DALAM KAITANNYA DENGAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (Makalah disampaikan pada Diklat Kepengawasan ) Para Guru Agama Kodya Denpasar 19 April 2008 ------------------------------------------------------------ --------- Oleh : Nyoman Dantes 1 I.Pendahuluan Dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan nasional telah ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi pendidikan tersebut adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Terkait dengan visi tersebut telah ditetapkan serangkaian prinsip untuk dijadikan landasan dalam pelaksanaan reformasi pendidikan. Salah satu prinsip tersebut adalah bahwa pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat, di mana dalam proses tersebut harus ada pendidik yang memberikan keteladanan dan mampu membangun kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Paradigma pengajaran yang telah berlangsung sejak lama lebih menitikberatkan peran pendidik dalam mentransfer pengetahuan kepada peserta didik. Paradigma tersebut bergeser pada paradigma pembelajaran yang memberikan peran lebih banyak kepada peserta didik untuk mengembangkan 1 Guru Besar Makro Pedagogik Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Bali 1

Upload: dinhnhi

Post on 02-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SUPERVISI AKADEMIK DALAM KAITANNYADENGAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN(Makalah disampaikan pada Diklat Kepengawasan )

Para Guru Agama Kodya Denpasar19 April 2008

---------------------------------------------------------------------Oleh : Nyoman Dantes1

I.PendahuluanDalam rangka pembaharuan sistem pendidikan nasional telah ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi pendidikan tersebut adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Terkait dengan visi tersebut telah ditetapkan serangkaian prinsip untuk dijadikan landasan dalam pelaksanaan reformasi pendidikan.

Salah satu prinsip tersebut adalah bahwa pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat, di mana dalam proses tersebut harus ada pendidik yang memberikan keteladanan dan mampu membangun kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran.

Paradigma pengajaran yang telah berlangsung sejak lama lebih menitikberatkan peran pendidik dalam mentransfer pengetahuan kepada peserta didik. Paradigma tersebut bergeser pada paradigma pembelajaran yang memberikan peran lebih banyak kepada peserta didik untuk mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk menyelenggarakan proses pendidikan yang didasarkan paradigma baru tersebut, diperlukan acuan dasar bagi setiap satuan pendidikan yang meliputi serangkaian kriteria (kriteria minimal) sebagai pedoman, yang saat ini dikenal dengan delapan standar mutu nasional pendidikan.

1 Guru Besar Makro Pedagogik Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Bali

1

Dalam kaitan dengan hal di atas, tujuan standar mutu pendidikan ditetapkan adalah untuk menjamin mutu proses transpormasi, mutu instrumental dan mutu kelulusan, yang meliputi : (1) standar isi, (2) standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan. (Bab IX UUSPN). Bila digambarkan dalam suatu diagram dapat diwujudkan sbb:

Gambar 1: Keterkaitan antara Aspek-Aspek Standar Mutu

II. Kajian Konsepsional mengenai Penjaminan mutu dalam kaitannya dengan

Supervisi Akademik

1.Hakekat Penjaminan Mutu

Bapak pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, sejak tahun 1920an telah mengumandangkan pemikiran bahwa pendidikan pada dasarnya adalah pemanusiakan manusia. Untuk itu suasana yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah suasana yang berprinsip pada kekeluargaan, kebaikan hati, empati, cintakasih dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya, tidak ada pendidikan tanpa dasar cinta kasih.

2

Pesertadidik

Standar Proses Pembelajaran

StandarIsi

StandarTenaga

StandarSar. & Pras.

StandarPembia-

yaan

StandarPenge-loaan

StandarPenilaian

StandarKomp.

Lulusan

Lingkungan

Lulusan

Dengan demikian pendidikan hendaknya membantu peserta didik untuk berkepribadian merdeka, sehat fisik, sehat mental, cerdas, serta menjadi anggota masyarakat yang berguna. Manusia merdeka adalah seseorang yang mampu berkembang secara utuh dan selaras dari segala aspek kemanusiannya dan mampu menghargai dan menghormati kemanusiaan setiap orang. Metode pendidikan yang paling tepat adalah sistem among yaitu metode pembelajaran yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh. Sementara itu prinsip penyelenggaraan pendidikan perlu didasarkan pada “Ing ngarso sung tulodho, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani”.

Tuntutan untuk melakukan pembaharuan yang sesuai dengan harkat peserta didik sebagai pribadi, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah melahirkan suatu cabang disiplin keilmuan yang relatif baru dan semula dikenal sebagai didaktik & metodik menjadi teknologi pembelajaran. Teknologi pembelajaran didefinisikan sebagai teori dan praktek dalam perancangan, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi proses dan sumber untuk keperluan belajar. Dalam bidang teknologi pembelajaran telah dikembangkan sejumlah teori dan praktek pembelajaran yang bersifat preskriptif, misalnya teori pembelajaran elaborasi, pembelajaran pengorganisasian awal, algoheuristik, pembelajaran inkuiri, dan pemaparan komponen.

Mengingat bahwa pendidikan itu merupakan suatu sistem dengan komponen-komponen yang saling berkaitan, maka keseluruhan sistem harus sesuai dengan ketentuan yang diharapkan atau standar. Untuk itu masing-masing komponen dalam sistem harus pula sesuai dengan standar yang ditentukan bersama. Hal ini mesti dilakukan dalam kaitan terjadinya penjaminan mutu pendidikan itu sendiri, karena; penjaminan mutu adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga konsumen, produsen, dan pihak lain yang berkepentingan memperoleh kepuasan. Bila dikaitkan dengan pengelolaan pendidikan, penjaminan mutu yang dimaksud adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan pendidikan secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga stakeholders memperoleh kepuasan. Untuk itu, dalam PP 19/2005 delapan standar tersebut di atas merupakan aspek-aspek yang harus memenuhi standar mutu dalam kaitan dengan penjaminan mutu suatu lembaga.

Sehubungan dengan kerangka konsep di atas, pada awal perkembangan pendidikan, masyarakatlah yang lebih berperan dalam menentukan standar mutu tersebut – masyarakat menentukan apakah lulusan pendidikannya bermutu dengan memberikan tugas dan penghargaan kepada mereka. Dalam perkembangan selanjutnya dengan meluasnya penyelenggaraan pendidikan formal pemerintah lebih berperan dalam menentukan standar mutu tersebut. Dalam kaitannya dengan itu, konsep penjaminan

3

mutu dapat ditinjau dari dua aspek yaitu : (1) aspek deduktif ; dimana lembaga pendidikan/sekolah mampu menetapkan dan mewujudkan visinya melalui pelaksanaan misinya, dan (2) aspek induktif; dimana lembaga pendidikan/sekolah, mampu memenuhi kebutuhan stakeholders (kebutuhan kemasyarakat/societal needs, kebutuhan dunia kerja/industrial needs, kebutuhan profesional/profesional needs). Konsep di atas dapat divisualisasi dalam gambar berikut.

III. Dasar Formal Supervisi Akademik

Dalam konstelasi antar delapan standar yang digambarkan pada pendahuluan, terlihat bahwa standar proses adalah merupakan suatu variabel yang sangat dipedulikan untuk dapat menghasilkan output yang memiliki kualitas kompetitif. Kualitas output tersebut sangat dipengaruhi oleh kualitas instrumental dan lingkungan. Maka dari itu sangat diperlukan terjadinya suatu proses pendidikan/pembelajaran yang optimal. Untuk menterjadikan proses pembelajaran tersebut optimal diperlukan berbagai usaha untuk

4

MUTU

Penjaminan Mutu Eksternal BAS/Lembaga

lain

PENJAMINMUTU

(Internal)Lembaga

Ybs

perbaikan dan peningkatan, seperti penyiapan sarana, peningkatan kualitas pengelolaan, dan lain sebagainya, termasuk pelaksanaan supervisi terhadap pengelolaan proses pembelajaran.

Dalam PP 19/2005 pasal 55 disebutkan bahwa: pengawasan satuan pendidikan meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan. Sedangkan pasal 57 menyebutkan bahwa : supervisi meliputi supervisi manajerial dan akademik dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh pengawas atau penilik satuan pendidikan dan kepala satuan pendidikan. Selanjutnya dalam penjelasan pasal 57 dinyatakan yang dimaksud supervisi akademik meliputi aspek-aspek pelaksanaan proses pembelajaran.

Dengan demikian jelas bahwa supervisi akademik bisa dilakukan oleh pengawas/penilik dan oleh kepala satuan pendidikan, dengan tujuan untuk perbaikan proses pembelajaran demi terjadinya optimalisasi peningkatan kualitas pembelajaran, yang pada gilirannya berdampak pada kualitas output. Bila dihubungkan dengan sisi akademik, supervisi seperti ini disebut juga dengan Supervisi Klinis (agar dirujuk tersendiri), yang telah terbukti berdampak signifikan pada kualitas pengelola proses pembelajaran.

IV. Pengawasan Proses Pembelajaran

Pengawasan proses pembelajaran adalah salah satu bentuk penjaminan mutu yang dilakukan secara internal (sekolah) untuk memberikan layanan bagi terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Sebagai bentuk pengawasan eksternal oleh pengawas/penilik, supervisi akademik juga dapat difungsikan sebagai pengawasan internal, dan dalam kaitan dengan itu, pengawasan proses pembelajaran menjadi tanggungjawab Kepala Sekolah selaku supervisor pembelajaran, guru bersangkutan sebagai proses evaluasi dan refleksi diri, serta oleh sejawat (guru) sebagai bentuk kepedulian terhadap mutu pembelajaran bidang sejenis/serumpun. Pengawasan proses pembelajaran dilakukan pada aspek perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses pembelajaran, yang dilaksanakan pada awal, tengah, dan akhir semester.

Pengawasan proses pembelajaran dalam pelaksanaanya mencakup kegiatan pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan langkah tindak lanjut. Pemantauan dilakukan dalam kerangka pengumpulan data, supervisi dilakukan dalam upaya pembinaan profesional guru, evaluasi dilakukan untuk mengidentifikasi sejauhmana proses pembelajaran telah dilaksanakan berdasarkan rencana, pelaporan dilakukan sebagai bentuk penyampaian hasil

5

evaluasi, dan tindak lanjut adalah program yang perlu dikembangkan sebagai implikasi dari hasil evaluasi. Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengawasan/supervisi antara lain adalah, prinsip:a. Tanggung jawab dan kewenangan

Pengawasan pembelajaran dilaksanakan sebagai bagian dari tanggung jawab dan kewenangan Pengawas-Penilik/Kepala Sekolah selaku supervisor pembelajaran, guru bersangkutan, dan sejawat guru sesuai dengan tanggung jawab dan kewenanangan masing-masing.

b. BerkelanjutanPengawasan pembelajaran dilaksanakan secara periodik dan terprogram yang harus diikuti dengan kegiatan tindak lanjut.

c. MendidikPengawasan pembelajaran dilaksanakan dalam fungsi pendidikan, ditujukan untuk perbaikan mutu pembelajaran dan terfokus pada aktivitas pembelajaran.

d. Pengembangan profesiPengawasan pembelajaran dilaksanakan dalam fungsi pengembangan profesi guru selaku agen pembelajaran.

e. Kerjasama kemitraanPengawasan pembelajaran dilakukan dalam bentuk kerjasama kemitraan dengan mengedepankan proses sentuhan kemanusiaan (high touch) sehingga membangkitkan semangat kerja optimal bagi guru.

f. DemokrasiPengawaan pembelajaran dilaksanakan dalam suasana keterbukaan dan kebersamaan.

Agar tujuan pengawasan mencapai sasaran, petugas yang melakukan pengawasan terhadap proses pembelajaran adalah yang memenuhi persyaratan sebagai berikut.a. Memiliki pemahaman dan berpengalaman dalam melaksanakan

proses pembelajaran yang sesuai dengan standar proses pembelajaran dalam rumpun matapelajaran tertentu.

b. Memiliki pemahaman dan kemampuan dalam melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan pengawasan proses pembelajaran.

c. Memiliki kemampuan memotivasi diri dan orang lain untuk mencapai standar proses pembelajaran yang ditetapkan.

6

d. Mampu menunjukkan keteladanan dalam sikap dan perilaku yang dapat membantu guru untuk mencapai kinerja ke arah standar proses pembelajaran yang ditetapkan.

e. Mampu menunjukkan kinerja pembelajaran yang mengaplikasikan prinsip-prinsip sebagaimana ditetapkan dalam standar proses pembelajaran.

Pengawasan proses pembelajaran sebagai bentuk penjaminan mutu pembelajaran, dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut.

a. Pemantauan1) Kegiatan pembelajaran yang perlu dipantau adalah

perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran sesuai dengan ketentuan minimal atau standar yang ditetapkan untuk masing-masing kegiatan pembelajaran dimaksudkan.

2) Kegiatan pemantauan diselenggarakan dengan menggunakan teknik pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, diskusi kelompok terfokus, kuesioner dan teknik pengumpulan data lain yang relevan.

b. Supervisi1) Kegiatan supervisi pembelajaran meliputi perencanaan proses

pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran sesuai dengan ketentuan minimal atau standar yang ditetapkan untuk masing-masing kegiatan pembelajaran.

2) Supervisi pembelajaran diselenggarakan dengan menggunakan teknik pemberian contoh, saran, nasehat, dan diskusi secara perorangan, kelompok, atau klasikal kepada guru melalui media lisan, tulisan, dan atau audio visual.

c. Evaluasi

1) Evaluasi pembelajaran untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup kegiatan (1) perencanaan proses pembelajaran, (2) pelaksanaan proses pembelajaran, dan (3) penilaian hasil pembelajaran sesuai dengan ketentuan minimal atau standar yang ditetapkan untuk masing-masing kegiatan pembelajaran.

7

2) Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara: a) membandingkan data yang diperoleh berkaitan dengan

proses pembelajaran dengan ketentuan minimal atau standar yang ditetapkan untuk masing-masing kegiatan pembelajaran,

b) mengidentifikasi kekuatan kinerja yang dapat ditunjukkan oleh guru dalam proses pembelajaran,

c) mengidentifikasi kondisi, kemampuan, serta suasana yang belum terlaksana oleh guru dalam proses pembelajaran.

3) Evaluasi proses pembelajaran dapat ditujukan kepada perorangan dan atau kelompok dengan memfokuskan pada keseluruhan kinerja guru dalam proses pembelajaran.

d. PelaporanHasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi terhadap masing-masing kegiatan proses pembelajaran dilaporkan oleh pelaksana pengawasan kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk ditindaklanjuti.

e. Tindak lanjut1) Tindak lanjut dilakukan sebagai implikasi dari hasil pemantauan,

supervisi, dan evaluasi baik yang berkenaan dengan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, maupun penilaian hasil pembelajaran.

2) Bentuk program tindak lanjut yang dapat dilakukan oleh pihak terkait berkaitan dengan hasil laporan pengawasan antara lain adalah: a) pemberian penguatan dan penghargaan terhadap guru yang

telah memenuhi standar,b) pemberian teguran yang bersifat mendidik terhadap guru

yang belum memenuhi standar,c) pemberian latihan atau kesempatan untuk mengikuti

pelatihan/ penataran lebih lanjut,

V. Tinjauan mengenai Standar Proses Pembelajaran

8

Dalam Bab I Ketentuan Umum SNP yang dimaksudkan dengan standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Tujuan standar nasional pendidikan adalah untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

Dalam Bab IV Pasal 19 ayat (1) SNP ditentukan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi (I2M3) peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dalam proses pembelajaran ditentukan pula agar pendidik memberikan keteladanan.

Standar yang langsung berkaitan dengan proses adalah standar kompetensi pendidik (guru) sebagai agen pembelajaran yang antara lain meliputi kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik ini merupakan kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Mutu pembelajaran dapat dikatakan gambaran mengenai baik-buruknya hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Proses pembelajaran dianggap bermutu bila berhasil mengubah sikap, perilaku dan keterampilan peserta didik terkait dengan tujuan pendidikannya. Mutu pendidikan sebagai sistem selanjutnya tergantung pada mutu komponen yang membentuk sistem, serta proses pembelajaran yang berlangsung hingga membuahkan hasil.

Secara konseptual, indikator mutu poses pembelajaran diartikan secara beragam, tergantung pada situasi dan lingkungan. Penelitian yang dilaksanakan oleh Conect di Amerika Serikat, yang hasilnya divalidasikan oleh the Center for Reseach on Educational Policy dari University of Memphis pada tahun 2005, menunjukkan adanya sejumlah indikator kualitas pembelajaran (instructional quality indicators), yang dikelompokkan ke dalam 10 kategori, yaitu; (1) lingkungan fisik yang kaya dan merangsang, (2) iklim kelas yang kondusif untuk belajar, (3) harapan yang jelas dan tinggi para peserta didik, (4) pembelajaran yang koheren dan berfokus, (5) wacana ilmiah yang merangsang pikiran, (6) belajar otentik, (7) asesmen diagnostik belajar yang teratur, (8) membaca dan menulis dan berkarya sebagai kegiatan regular, (9) pemikiran matematis, dan (10) penggunaan teknologi secara efektif.

9

Sedangkan, Education Review Office dari New Zealand menggambarkan serangkaian jalinan indikator proses yang terdiri atas; (1) tatakelola dan manajemen yang efektif; (2) kepemimpinan profesional, dan (3) kualitas pengajaran yang tinggi. Ketiga indikator tersebut melibatkan keluarga dan masyarakat, dan merupakan jaminan untuk memperoleh indikator lulusan yang dapat diukur. Kesemuanya itu perlu berlangsung dalam kondisi lembaga pendidikan yang positif dan aman.

Berdasarkan berbagai pengkajian, konsep mutu pembelajaran dapat disimpulkan mengandung lima rujukan, yaitu kesesuaian, daya tarik, efektivitas, efisiensi dan produktivitas pembelajaran. Rujukan kesesuaian meliputi indikator sebagai berikut: sepadan dengan karakteristik peserta didik, serasi dengan aspirasi masyarakat maupun perorangan, cocok dengan kebutuhan masyarakat, sesuai dengan kondisi lingkungan, selaras dengan tuntutan zaman, dan sesuai dengan teori, prinsip, dan/atau nilai baru dalam pendidikan.

Pembelajaran yang bermutu juga harus mempunyai daya tarik yang kuat; indikatornya meliputi diantaranya: kesempatan belajar yang tersebar dan karena itu mudah dicapai dan diikuti, isi pendidikan yang mudah dicerna karena telah diolah sedemikian rupa, kesempatan yang tersedia yang dapat diperoleh siapa saja pada setiap saat diperlukan, pesan yang diberikan pada saat dan peristiwa yang tepat, keterandalan yang tinggi, terutama karena kinerja lembaga dan lulusannya yang menonjol, keanekaragaman sumber, baik yang dengan sengaja dikembangkan maupun yang sudah tersedia dan dapat dipilih serta dimanfaatkan untuk kepentingan belajar, dan suasana yang akrab, hangat, dan merangsang.

Efektivitas pembelajaran seringkali diukur dengan tercapainya tujuan, atau dapat pula diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola suatu situasi, atau “doing the right things”. Pengertian ini mengandung ciri: bersistem (sistematik), yaitu dilakukan secara teratur atau berurutan melalui tahap perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan, sensitif terhadap kebutuhan akan tugas belajar dan kebutuhan pebelajar, kejelasan akan tujuan dan karena itu dapat dihimpun usaha untuk mencapainya, bertolak dari kemampuan atau kekuatan mereka yang bersangkutan (peserta didik, pendidik, masyarakat dan pemerintah).

Efisiensi pembelajaran dapat diartikan sebagai kesepadanan antara waktu, biaya, dan tenaga yang digunakan dengan hasil yang diperoleh atau dapat dikatakan sebagai mengerjakan sesuatu dengan benar. Ciri yang terkandung meliputi: merancang kegiatan pembelajaran berdasarkan model yang mengacu pada kepentingan, kebutuhan dan kondisi peserta didik, pengorganisasian kegiatan belajar dan pembelajaran yang rapi, misalnya lingkungan atau latar yang diperhatikan, pemanfaatan berbagai sumber daya dengan pembagian tugas seimbang, dan pengembangan serta pemanfaatan aneka sumber

10

belajar sesuai keperluan, pemanfaatan sumber belajar bersama, usaha inovatif yang merupakan penghematan, seperti misalnya pembelajaran jarak-jauh, pembelajaran terbuka tanpa harus membangun gedung dan mengangkat tenaga pendidik yang digaji secara tetap, mempertimbangkan berbagai faktor internal maupun eksternal (sistemik) untuk menyusun alternatif tindakan dan kemudian memilih tindakan yang paling menguntungkan.

Produktivitas pada dasarnya adalah keadaan atau proses yang memungkinkan diperolehnya hasil yang lebih baik dan lebih banyak. Produktivitas pembelajaran dapat mengandung arti: perubahan proses pembelajaran (dari menghafal dan mengingat ke menganalisis dan mencipta), penambahan masukan dalam proses pembelajaran (dengan menggunakan berbagai macam sumber balajar), peningkatan intensitas interaksi peserta didik dengan sumber belajar, atau gabungan ketiganya dalam kegiatan belajar-pembelajaran sehingga menghasilkan mutu yang lebih baik, keikutsertaan dalam pendidikan yang lebih luas, lulusan lebih banyak, lulusan yang lebih dihargai oleh masyarakat, dan berkurangnya angka putus sekolah.

Berbagai masukan antara lain kondisi peserta didik (kesehatan, kebugaran dll.), kualitas pendidik, kurikulum, terbatasnya anggaran, terbatasnya sarana dsb. merupakan faktor yang terkait erat dengan mutu. Kesemuanya itu memerlukan dukungan legalitas sebagai pedoman standar proses pembelajaran yang tidak sesuai dengan harapan merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap rendahnya mutu pendidikan.

Bila kita melihat kondisi pendidikan kita di lapangan, hingga saat ini proses pembelajaran belum dapat berlangsung secara efektif. Selama ini masih banyak digunakan paradigma pengajaran yang lebih menitikberatkan peran pendidik (guru) dan belum banyak memberikan peran yang lebih besar kepada peserta didik. Kurikulum yang banyak digunakan secara nasional maupun institusi, masih bersifat sarat isi, dan karena itu menyiratkan agar peserta didik menghafalkan isi pelajaran. Hal ini berarti bahwa pembelajaran hanya mampu mencapai tujuan belajar tahap awal atau rendah, dan menghalangi terbentuknya kemampuan untuk memecahkan masalah dan mencipta. Penyajian pelajaran oleh guru kebanyakan bersifat verbal dan karena itu lebih banyak merangsang belahan otak kiri, sementara rangsangan terhadap belahan otak kanan dengan pendekatan visual, holistik dan kreatif kurang mendapat perhatian. Kegiatan belajar dan pembelajaran lebih banyak berfokus pada penguasaan atas isi buku teks. Semua hal ini telah menyebabkan belajar yang membosankan dan mematikan kreativitas peserta didik.

Pembelajaran seharusnya diselenggarakan secara interaktif, inspiratif dalam suasana yang menyenangkan, menggairahkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,

11

dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk semua itu maka diperlukan adanya standar proses pembelajaran.

Berdasarkan PP No. 19 tahun 2005 standar proses pembelajaran meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk bisa terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Standar perencanaan proses pembelajaran didasarkan pada prinsip sistematis dan sistemik. Sistematik berarti secara runtut dan berkesinambungan, dan sistemik berarti mempertimbangan segala komponen yang berkaitan. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Perencanaan itu perlu disusun secara sistemik dan sistematis. Sistemik karena perlu mempertimbangkan berbagai faktor yang berkaitan, yaitu tujuan yang perlu meliputi semua aspek perkembangan peserta didik (kognitif, afektif, dan psikomotor), karakteristik peserta didik, karakteristik materi ajar yang meliputi fakta, konsep, prosedur dan meta-kognitif, kondisi lingkungan serta hal-hal lain yang menghambat atau menunjang terlaksananya pembelajaran. Sistematis karena perlu disusun secara runtut, terarah dan terukur, mulai jenjang kemampuan rendah hingga tinggi.

Standar pelaksanaan proses pembelajaran didasarkan pada prinsip terjadinya interaksi secara optimal antara peserta didik dengan guru, antara peserta didik sendiri, serta peserta didik dengan aneka sumber belajar termasuk lingkungan. Untuk itu perlu diperhatikan jumlah maksimal peserta didik dalam setiap kelas agar dapat berlangsung interaksi yang efektif. Di samping itu perlu diperhatikan beban pembelajaran maksimal per pendidik (guru) dalam satuan pendidikan dan ketersediaan buku teks pelajaran bagi setiap peserta didik. Namun bila kondisi riil belum memungkinkan perlu ditentukan rasio maksimal yang dapat digunakan bersama oleh peserta didik. Mengingat bahwa proses pembelajaran bukan hanya sekedar menyampaikan ajaran, melainkan juga pembentukan pribadi peserta didik yang memerlukan perhatian penuh dari pendidik, maka diperlukan ketentuan tentang rasio maksimal jumlah peserta didik setiap pendidik. Hal ini akan menjamin intensitas interaksi yang tinggi. Pengembangan daya nalar, etika, dan estetika peserta didik dapat dilakukan antara lain melalui budaya membaca dan menulis dalam proses pembelajaran. Selain itu budaya membaca dan menulis juga dapat menumbuhkan masyarakat yang gemar membaca, dan mampu mengekpresikan pikiran dalam bentuk tulisan. Pelaksanan proses pembelajaran perlu mempertimbangkan kemampuan pengelolaan kegiatan belajar.

12

Standar penilaian hasil pembelajaran ditentukan dengan menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik. Teknik penilaian tersebut dapat berupa tes tertulis, observasi, tes praktek, dan penugasan perseorangan atau kelompok. Penilaian secara individual melalui observasi dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam satu semester. Untuk memantau proses dan kemajuan belajar serta memperbaiki hasil belajar peserta didik perlu digunakan teknik penilaian portofolio/hasil karya, artefak, kolokium, esai, projek, evaluasi diri, kinerja dsbnya, yang bermuara pada asesmen otentik. Secara umum penilaian dilakukan atas segala aspek perkembangan peserta didik yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Standar pengawasan proses pembelajaran merupakan upaya penjaminan mutu pembelajaran bagi terwujudnya proses pembelajaran yang efektif dan efisien kearah tercapainya kompetensi yang ditetapkan. Pengawasan perlu didasarkan pada prinsip-prinsip tanggung jawab dan kewenangan, periodik, demokratis, terbuka, dan keberlanjutan. Pengawasan meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan. Upaya pengawasan pada hakikatnya merupakan tanggung jawab bersama semua pihak yang terkait, sesuai dengan ketentuan tentang hak, kewajiban warga negara, orangtua, masyarakat, dan pemerintah.

VI. Implementasinya dalam Standar Proses

Berdasarkan PP No. 19 tahun 2005 standar proses pembelajaran meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk bisa terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Dalam kaitan dengan diklat ini hanya dibahas tiga butir pertama.

1. Perencanaan Proses Pembelajaran

a.Pengertian

Perencanaan proses pembelajaran adalah proses perancangan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik. Berdasarkan PP No. 19 tahun 2005 pasal 20, standar perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sekurang-kurangnya memuat tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar.

Perencanaan proses pembelajaran disusun untuk memfasilitasi terjadinya proses pembelajaran yang (I2M3) yaitu; interaktif, inspiratif, menantang, menyenangkan, dan memotivasi peserta didik dalam mencapai kompetensi. Dalam hal ini, perencanaan

13

proses pembelajaran merupakan pedoman dalam melaksanakan, menilai, dan mengawasi proses pembelajaran.

b. Silabus Matapelajaran

Silabus adalah rencana pembelajaran yang berisikan standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, tujuan pembelajaran/indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus merupakan produk pengembangan/penjabaran kurikulum yang bersifat makro dan menyeluruh untuk mencapai SK dalam satu matapelajaran.

Silabus sebagai produk pengembangan kurikulum, secara rinci mencakup komponen identitas matapelajaran, SK, KD, indikator pencapaian, dan materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (bahan rujukan).

Prinsip-prinsip penyusunan silabus adalah sebagai berikut.

(a) IlmiahMateri perlajaran harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan untuk mendukung penguasaan kompetensi

(b) Sistematis dan sistemik Pengembangan silabus harus dilaksanakan secara runtut, serta berorientasi pada pencapaian kompetensi. Antar komponen silabus harus saling berhubungan secara fungsional, sinergis, dan terpadu dengan memperhatikan keseluruhan komponen pembelajaran sebagai suatu sistem yang utuh.

(c) RelevansiHarus ada keterkaitan antar komponen silabus mulai dari SK, KD sampai indikator pencapaian kompetensi sebagai satu kesatuan utuh dalam mencapai kompetensi.

(d) KonsistensiHarus ada hubungan yang konsisten antar semua komponen silabus.

(e) KecukupanCakupan materi pokok, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar (alat, media, dan bahan) harus memadai dalam membantupeserta didik mencapai kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

(f) Kontekstual dan aktual Penyusunan silabus dan semua komponennya harus memperhatikan kondisi lingkungan, norma dan tata nilai kehidupan masyarakat, perkembangan tuntutan

14

masyarakat, perkembangan ipteks, dan bersifat mutakhir tidak ketinggalan jaman.

(g) FleksibelPengembangan silabus harus memperhatikan keragaman peserta didik (peserta didik), menghindari bias gender, mengakomodasikan keragaman budaya, memperhatikan kecepatan belajar dan karakteristik individu, memperhatikan ketersediaan sumber belajar, suasana dan kondisi pembelajaran, mengakomodasikan keterpaduan lintas matapelajaran dan lintas aspek belajar, serta mempertimbangkan dinamika dan kearifan lokal masyarakat.

Mekanisme penyusunan silabus; minimal meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

(1). Menuliskan identitas mata pelajaran yang terdiri dari: nama satuan pendidikan(2). Menuliskan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) matapelajaran

sesuai dengan standar isi (SI). (3). Merumuskan indikator pencapaian kompetensi

Indikator merupakan petunjuk tingkat atau derajat pencapaian KD yang ditandai dengan perubahan perilaku peserta didik yang dapat diamati dan diukur sebagai hasil pengalaman belajar peserta didik. Indikator dikembangkan dengan mengacu pada KD, dimulai dengan analisis KD yang memperhatikan karakteristik dan kemampuan awal peserta didik. Indikator digunakan sebagai pedoman dalam mengembangkan prosedur dan instrumen penilaian

(4). Mengembangkan materi pokok pelajarana) Materi pembelajaran meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang

harus dipelajari peserta didik dalam rangka menguasai SK dan KD. b) Pengembangan materi pembelajaran harus memperhatikan relevansinya

dengan SK dan KD, struktur keilmuan, karakteristik dan kebutuhan peserta didik, kebermanfaatan, aktualitas, otentisitas, kedalaman, keluasan, dan kondisi lingkungan serta perkembangan ipteks.

(5). Materi pembelajaran dituliskan dalam bentuk materi pokok/rincian materi sesuai dengan SK dan KD.

2). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

a. Pengertian

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dijabarkan dari silabus, dan merupakan skenario proses pembelajaran untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. RPP memuat identitas mata pelajaran , deskripsi singkat matapelajaran, SK, KD, materi pokok/rincian materi ajar, pengalaman belajar, alokasi waktu, media dan sumber belajar, penilaian hasil belajar.

15

Guru pada setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran terjadi secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

b. Prinsip dalam penyusunan RPP sbb:

(1) Berorientasi pada silabus matapelajaranPerumusan tujuan pembelajaran/indikator pencapaian kompetensi, pemilihan materi pembelajaran, penyusunan urutan penyajian materi, serta penilaian hasil pembelajaran dilakukan dengan mengacu pada SK dan KD yang ada dalam silabus matapelajaran.

(2) Memperhatikan perbedaan individual peserta didik. RPP disusun dengan memperhatikan gender, kemampuan prasyarat, kemampuan awal, keragaman IQ, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, keragaman latar belakang budaya, norma dan tata nilai serta lingkungan peserta didik.

(3) Menerapkan teknologi secara efektif RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi secara terintegrasi dan sistematis dalam pembelajaran. Teknologi yang dimaksud mencakup cetak, audio, audiovisual, termasuk teknologi informasi dan komunikasi.

(4) Mendorong partisipasi aktif peserta didikProses pembelajaran dirancang dengan berfokus pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar, serta budaya membaca dan kemampuan menulis. Untuk itu harus diciptakan strategi pembelajaran interaktif yang memungkinkan peserta didik berupaya menemukan dan membangun sendiri pengetahuan dari apa yang dipelajari.

(5) Memberikan penguatan, umpan balik, pengayaan, dan remedialDalam penyusunan RPP harus dirancang program pemberian penguatan, umpan balik positif, pengayaan, dan remedial terhadap peserta didik untuk mengatasi hambatan belajarnya, dan untuk lebih memacu partisipasi peserta didik dalam kegiatan belajarnya.

(6) Keterkaitan dan keterpaduan RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, indikator pencapaian kompetensi, materi, metode, sumber belajar, penilaian, dan bahan rujukan dalam satu keutuhan pengalaman belajar. Di samping itu, RPP harus disusun dengan mengakomodasikan keterpaduan lintas matapelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

c. Penyusunan RPP

16

Standar penyusunan Satuan Acara Perkuliahan minimal meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

(1). Menuliskan identitas matapelajaran, meliputi:(a) nama satuan pendidikan, (b) nama matapelajaran, (c) kode matapelajaran, (d) bobot SKS, (e) semester, (f) prasyarat,

(2) Menuliskan deskripsi singkat matapelajaranMencantumkan secara singkat pokok-pokok isi matapelajaran yang meliputi, ruang lingkup materi yang akan dibahas, dan kegiatan praktik/praktikum yang akan dilakukan (jika ada).

(3). Menuliskan SK dan KD dari silabus matapelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pembelajaran tertentu.

(4). Mengembangkan materi pokok / rincian materi pelajaran (bila ini sudah

lengkap dicantumkan disilabus, dapat dipindahkan saja ke RPP) (a) Materi pembelajaran meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang harus

dipelajari peserta didik dalam rangka menguasai SK dan KD. (b) Pengembangan materi pembelajaran harus memperhatikan relevansinya dengan

SK dan KD, struktur keilmuan, karakteristik dan kebutuhan peserta didik, kebermanfaatan, aktualitas, otentisitas, kedalaman, keluasan, dan kondisi lingkungan serta perkembangan ipteks.

(c) Materi pembelajaran dituliskan dalam bentuk materi pokok/rincian materi sesuai dengan SK dan KD.

(5). Merancang pengalaman belajar Merancang pengalaman belajar pada hakikatnya akan berimplikasi dengan penggunaan model, pendekatan, strategi, metode, atau teknik pembelajaran yang memungkinkan peserta didik berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menantang, menyenangkan, dan memotivasi peserta didik untuk mengembangkan prakarsa dan kemandiriannya. Pengalaman belajar dapat berupa tuntutan aktivitas psikologis maupun pisik, seperti mengkaji, mendeskripsika, menjelaskan, berlatih, pemetaan, mengerjakan tugas-tugas secara individu/kelompok, dan sebagainya.Mencantumkan sumber belajar yang diperoleh dari berbagai sumber di lingkungan sekitar, atau melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Sumber belajar berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, sumber yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.

(6). Menentukan alokasi waktu (jam pertemuan) yang diperlukan untuk

17

melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk setiap KD.

(7). Menentukan media dan sumber belajar (a). Buku teks yang diwajibkan, buku referensi dan pengayaan. (b). Sumber belajar lain yang relevan dengan mata pelajaran, baik dalam bentuk pesan, orang, bahan, alat, teknik, maupun lingkungan. c) Mencantumkan sumber belajar yang diperoleh dari berbagai sumber di lingkungan sekitar, atau melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Sumber belajar berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, sumber yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi, serta lingkungan pisik, sosial, alam dan budaya.

(8). Merancang penilaian (asesmen);untuk pencapaian standar kompetensi

sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi yang telah dirumuskan, untuk pembelajaran tingkat peserta didik (adult education), harus dirancang secara eksplisit dalam penilaian proses dan produk. Bila mungkin dicantumkan prosedur penilaiannya, tugas dan tagihan yang harus dipenuhi peserta didik, bobot masing-masing tugas dan penilaian sebagai kriteria ketuntasan belajar.

2. Pelaksanaan Proses Pembelajaran

a. Pengertian

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan formal dilaksanakan dengan sistem klasikal yang menggunakan pendekatan kelompok besar, kelompok kecil, dan individual di dalam kelas maupun di luar kelas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain intensitas interaksi antara peserta didik dengan guru, antar peserta didik, dan antara peserta didik dengan sumber belajar,sarana dan prasarana, dan sebagainya

Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien serta berpusat pada peserta didik, pelaksanaan proses pembelajaran harus memenuhi sejumlah prinsip, persyaratan, dan mekanisme tertentu.

b. Prinsip

Pelaksanaan proses pembelajaran harus memenuhi prinsip-prinsip:

1). InteraktifAdanya hubungan timbal balik antara guru dengan peserta didik dan antar peserta didik.

2). InspiratifMendorong semangat belajar dan memunculkan gagasan baru pada peserta didik

18

3). MenyenangkanPeserta didik merasa aman, nyaman, betah, dan asyik mengikuti pembelajaran.

4). MenantangPeserta didik tertarik untuk memecahkan/menyelesaikan masalah, melakukan percobaan untuk menjawab keingintahuannya, dan tidak mudah menyerah, sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik/peserta didik.

5). Memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktifPeserta didik terlibat dalam setiap peristiwa belajar yang sedang dilakukan, misalnya aktif bertanya, mengerjakan tugas, dan aktif berdiskusi.

7). Mengembangkan prakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta didik

Proses pembelajaran harus dapat memberikan ruang yang cukup bagi berkembangnya prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.

8). Memberi keteladanan Guru memberikan keteladanan dalam bersikap, bertindak, dan bertuturkata baik di dalam maupun di luar kelas.

9). Mengembangkan budaya membaca dan menulis Guru memberi tugas membaca dan menulis/membuat karya untuk mendorong peserta didik gemar membaca dan menulis.

10). Memberikan penguatan dan umpan balikDalam situasi tertentu, pendidik/guru memberikan pujian atau memperbaiki respon peserta didik. Namur demikian tetap menjaga suasana agar peserta didik berani untuk berpendapat.

11). Memperhatikan perbedaan karakteristik peserta didikGuru memberikan pengayaan bagi peserta didik yang berkemampuan lebih dan remedial bagi peserta didik yang berkemampuan kurang atau mengalami kesulitan belajar. Guru menggunakan strategi pembelajaran yang bervariasi guna mengakomodasi keragaman karakteristik peserta didik.

12). Mengembangkan kerjasama dan kompetisi untuk mencapai prestasi Guru mengembangkan kemampuan bekerjasama melalui kerja kelompok, dan kemampuan berkompetisi melalui kerja individual, untuk memperoleh hasil optimal bukannya untuk saling menjatuhkan.

13). Memanfaatkan aneka sumber belajarGuru menggunakan berbagai sumber belajar yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan.

14). Mengembangkan kecakapan hidup Tumbuhnya kompetensi peserta didik dalam memecahkan/ menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari, termasuk berkomunikasi dengan baik dan

19

efektif, baik lisan maupun tulisan, mencari informasi, dan berargumentasi secara logis.

15). Menumbuhkan budaya akademis, nilai-nilai kehidupan, dan pluralismeTerbangunnya suasa hubungan peserta didik dan guru yang saling menerima, menghargai, akrab, terbuka, hangat, dan penuh empati, tanpa membedakan latar belakang dan status sosial-ekonomi.

d. MekanismeBerlandaskan prinsip di atas, proses pembelajaran, dapat mengacu

pelaksanaannya pada 5 tahapan, yaitu keterlibatan, eksplorasi, elaborasi, konfirmasi, dan penilaian hasil belajar.

1) PendahuluanKeterlibatan/engagementKeterlibatan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk memfokuskan perhatian peserta didik agar mereka siap untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap keterlibatan, antara lain melalui pemberian pertanyaan-pertanyaan pemicu oleh guru kepada peserta didik untuk mengkaitkan pengalaman belajar atau pengetahuan awal peserta didik dengan tujuan/indicator pencapaian kompetensi atau cakupan materi yang akan dipelajari.

(2) Inti Eksplorasi

Eksplorasi merupakan kegiatan dalam berupaya mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari. Topik/tema materi didasarkan pada Silabus dan RPP. Eksplorasi dilakukan berdasarkan panduan atau langkah-langkah pemandu yang telah disiapkan guru/ ditentukan bersama peserta didik dengan memanfaatkan beraneka sumber belajar yang tersedia. Beragam pendekatan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menantang, menyenangkan, dan memotivasi serta menarik minat peserta didik diterapkan dalam kegiatan eksplorasi. Langkah-langkah pemandu yang disiapkan guru mencerminkan langkah-langkah kegiatan belajar yang esensial untuk berbagai ranah pembelajaran. Dalam ranah pengetahuan (kognitif), di antara langkah belajar perlu ada kegiatan mengkaji dan menganalisis topik/tema materi. Dalam ranah keterampilan (psikomotor), di antara langkah belajar perlu ada kegiatan praktek melakukan keterampilan yang dipelajari. Sementara itu, dalam ranah sikap (afektif), di antara langkah belajar perlu ada kegiatan menghayati melalui berbagai aktivitas, misalnya pemodelan, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dll.

Dalam eksplorasi peserta didik terlibat dalam kegiatan belajar yang kooperatif dan kolaboratif melalui pembuatan peta konsep, diskusi, mendengarkan pendapat secara

20

cermat dan kritis, mencari informasi di internet, membaca buku acuan atau media cetak lainnya, mendengarkan informasi melalui kaset atau radio, menonton informasi visual melalui video atau siaran televisi, melakukan apresiasi, melakukan observasi di alam sekitarnya, melakukan percobaan-percobaan di laboratorium atau studio. Peserta didik, secara individual maupun secara kelompok, membuat catatan dan menulis laporan proses eksplorasi yang dilakukan. Dalam kegiatan eksplorasi, guru berfungsi sebagai nara sumber yang menjawab pertanyaan peserta didik jika peserta didik memperoleh kesulitan, yang memberi acuan informasi kepada peserta didik untuk melakukan eksplorasi lebih jauh, atau memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang berpartisipasi aktif.

ElaborasiElaborasi merupakan kegiatan peserta didik untuk menyampaikan hasil eksplorasi yang telah dilakukan secara lebih teliti, cermat dan rinci. Elaborasi dilakukan dalam bentuk penyajian hasil kerja kelompok, pameran produk yang dihasilkan peserta didik dalam eksplorasi, atau turnamen antar kelompok. Dalam kegiatan elaborasi, peserta didik memberikan komentar dan pertanyaan yang bersifat konstruktif terhadap hasil kerja yang disampaikan oleh temannya. Di samping itu, dalam elaborasi, peserta didik juga melakukan pengecekan hasil eksplorasi yang telah dilakukan terhadap sumber-sumber acuan lain yang tersedia.

KonfirmasiKonfirmasi merupakan kegiatan interaktif antara guru sebagai nara sumber ahli/ fasilitator dengan peserta didik untuk memberikan umpan balik terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi. Dalam kegiatan ini, guru juga dapat memanfaatkan berbagai sumber acuan untuk memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik. Sementara itu, peserta didik melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar yang telah dilakukan. Dari kegiatan konfirmasi, peserta didik akan mencapai kebermaknaan belajar dari pengalaman belajar yang telah dijalankan. Dampak pengiring dari kegiatan konfirmasi adalah rasa ingin tahu untuk menindaklanjuti kegiatan eksplorasi lebih luas dan lebih dalam.

(3) PenutupPenilaian hasil belajarPenilaian hasil belajar merupakan kegiatan pendidik bersama peserta didik untuk mengukur hasil yang diperoleh dari proses belajar. Hasil belajar diwujudkan dalam berbagai bentuk tugas mandiri yang dapat dipamerkan, diobservasi, atau dikumpulkan dalam portofolio peserta didik. Di samping itu, pengukuran hasil belajar juga dapat dilakukan melalui tes tertulis, tugas-tugas yang menunjukkan kumpulan kompetensi yang telah dicapai peserta didik, atau unjuk kerja. Hasil penilaian proses pembelajaran ditindaklanjuti dengan memberikan pembelajaran remedial, pengayaan, atau penugasan baik secara individual maupun kelompok. Di samping pada kegiatan penutup, penilaian proses juga dapat dilakukan pada saat kegiatan inti.

21

VII. Penjabarannya menjadi APKG

Berdasarkan kajian teoretik (referensi dan landasan formal) di atas, diharapkan pengelola proses pembelajaran khususnya di pendidikan formal oleh pendidik (guru) mendapatkan input atau masukan dari supervisor. Untuk mendapatkan kesepakatan akademik mengenai berbagai hal yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru, diajukan suatu (alternatif) Alat Penilaian Kemampuan Guru dalam mengelola proses pembelajaran. APKG ini diajukan dengan pertimbangan : (1) menyambut implementasi KTSP dipendidikan dasar dan menengah, dan (2) keperaktisan serta fesibilitas penggunaannya. APKG berikut terdiri dari APKG 1 (menyangkut Kemampuan Merencanakan Pembelajaran) dan APKG 2 (menyangkut Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran)

22

APKG 1Alat Penilaian Kemampuan Guru

(Kemampuan Merencanakan Pembelajaran)

Nama Guru :NIP :Sekolah :Mata Pelajaran :Standar Kompetensi (SK) :Kompetensi Dasar (KD) :Materi Pokok :Kelas/Semester :Alokasi Waktu :Tanggal :

No Aspek Yang Dinilai S k a l a/skor Total1 2 3 4 5 1 Perumusan Indikator

Pencapaian/ tujuan pembelajarana. Kejelasan dan kelengkapan cakupan rumusan b. Kesesuaian dengan KDc. Kesesuaian banyaknya indikator pencapaian dengan alokasi waktu

2 Pengorganisasian Pengalaman Belajar /kegiatan belajar siswaa. Variasi perumusan pengalaman belajar siswab. Perumusan pengalaman belajar sesuai dengan indikator pencapaianc. Lavel perumusan pengalaman belajar siswa sesuai dengan Indikator pencapaian

3 Pengorganisasian Materi Pembelajarana. Pemilihan Materi Pembelajaran

23

sesuai dengan indikator pencapaianb. Sistematika dan urutan materi pembelajaranc. Materi Pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa

4 Pendekatan dalam Pembelajarana.Kesesuaian Pendekatan (Strategi/metode) pembelajaran Dengan pengalaman belajar yang dirancangb. Kesesuaian Pendekatan (Strategi/metode) pembelajaran Dengan materi pembelajaranc Variasi Pendekatan (Strategi/metode) pembelajaran Yang dirancang

5 Kesesuaian Sumber/ Media Pembelajaran, dengan :a. Pencapaian indikator pencapaianb. Materi Pembelajaranc. Karakteristik siswa

6. Ketepatan dan kesesuaian Rancangan Langkah-langkah Pembelajarana. Rancangan langkah pembelajaran meliputi : tahapan peterlibatan siswa (engagement), eksplorasi, elaborasi, konfirmasi dan penilaian/ evaluasib. Ketepatan dan kesesuaian isi rancangan setiap langkah Pembelajaran dengan materi pembelajaran

24

c. Ketepatan dan kesesuaian isi rancangan setiap langkah Pembelajaran dengan pengalaman belajar yang dirancang

7 Penilaian hasil belajara. Kesesuaian teknik penilaian dengan indikator pencapaianb. Rancangan penilaian prosesc. Rancangan penilaian produk

8 Penunjang a. Kebersihan dan kerapian persiapanb. Ketepatan penggunaan bahasa tulis

S k o r Total APKG 1

25

APKG 2Alat Penilaian Kemampuan Guru

(Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran)

Nama Guru :NIP :Sekolah :Mata Pelajaran :Standar Kompetensi (SK) :Kompetensi Dasar (KD) :Materi Pokok :Kelas/Semester :Alokasi Waktu :Tanggal :

No Aspek Yang Dinilai S k a l a/skor Total1 2 3 4 5 1 Penyiapan Awal Kondisi

Pembelajarana. Penyiapan klas/lab/lapanganb. Memeriksa kehadiran siswac. Penyiapan media/alat pembelajaran

2 Membuka Pembelajarana. Melakukan kegiatan engagement dan atau apersepsib. Menyampaikan KD yang akan dicapai

3 Pengorganisasian Materi Pembelajaran pada kegiatan Intia. Penguasaan materi pembelajaranb. Sistematika dan urutan penyampaian materi pembelajaranc. Terjadinya kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi

26

dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan indikator pencapaian d. Ketepatan penggunaan alokasi waktu yang disediakan sesuai dengan tahapan/langkah pembelajaran

4 Pendekatan dalam Pembelajarana.Penggunaan berbagai Pendekatan (Strategi/metode) Pembelajaran secara tepat, logis dan variatif sesuai dengan pengalaman belajar yang dirancangb.Kesesuaian penggunaan Pendekatan (Strategi/metode) pembelajaran dengan materi Pembelajaranc Terciptanya proses pembelajaran yang kondusif dan I2M3

5 Penggunaan Sumber/ Media Pembelajarana. Penggunaan sumber/media dan alat bantu pembelajaran secara tepatb. Perancangan media dan alat bantu pembelajaran menarik minat siswa

6 Penilaian hasil belajara. Penilaian proses dilakukan secara variatif untuk tercapainya indikator pencapaian dan materi pembelajaranb. Penilaian produk dilakukan

27

sesuai dengan indikator pencapaian

7 Penunjang a. Penggunaan bahasab. Gaya mengajar c. Penampilan

8 Menutup Pembelajarana. Melakukan refleksi dan membuat rangkuman dengan melibatkan siswab. Melaksanakan tindak lanjut (pengayaan, remidial, tugas lainnya)

S k o r Total APKG 2

VII. Skoring APKG

Skoring (proses pemberian skor) untuk APKG 1 dan APKG 2, dapat dilakukan dengan berbagai cara, Salah satu cara yang sederhana dapat dilakukan dengan weighting aditive (dalam skala 100) sbb:

1.Penentuan skor APKG1 : a. Hitung skor individu dengan jalan menjumlahkan skor

masing-masing butir ( )a. Skor maksimal ideal ( ) adalah 23x5= 115b. Ubah skor individu menjadi skla 100 dengan jalan sbb:

Skala = x 100

c. Contoh : seorang guru mendapat skor total 85, maka

Skalanya =

2. Penentuan skor APKG 2:

a. Hitung skor individu dengan jalan menjumlahkan skor masing-masing butir ( ) b. Skor maksimal ideal ( ) adalah 21x5= 105 c. Ubah skor individu menjadi skla 100 dengan jalan sbb:

28

Skala = x 100

d. Contoh : seorang Guru mendapat skor total 85, maka

Skalanya = x100= 80,95

3. Menentukan skala (skor) gabungan dengan cara sbb :

Skor skala =

= 78,13

4. Menentukan Nilai Perolehan dengan kriteria PAP sbb :

Kriteria skla Nilai/ Kualifikasi90 - 100 4 / A (Sangat baik)75 - 89 3 / B (Baik) 65 - 74 2 / C (Cukup)40 - 64 1 / D (Kurang) 0 - 39 0 / E (Sangat kurang)

Sehingga Guru tersebut di atas memperoleh peringkat baik ( nilai 4 / B)

VIII. Penutup

Konsep di atas (diajukan sebagai pertimbangan saja) dan dirumuskan berdasarkan beberapa kajian teori dan antisipasi pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Hal tersebut baru menyangkut aspek yang terkait dengan penilaian Rencana dan Pelaksanaan Pembelajaran saja. Mengenai penilaian yang menyangkut komponen tugas non-mengajar dan komponen yang menyangkut supervisi managerial tidak dibahas dalam tulisan ini. Semoga bermanfaat dan selamat bertugas.

Daftar Pustaka

29

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : BSNP

Beeby, C.E., (1979). Assessment of Indonesia Education. London: Oxford University Press.

Buchori, M. (2000). Pendidikan Antisipatoris. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Delors, J. (1996). Learning: The Treasure Within. France: UNESCO Publishing.

Deming, Edwards W. American Association of School Administrators Conference, Washington, DC, January 1992. Seperti dikutip oleh Lee Jenkins. Improving Student Learning. Applying Deming Quality Principles in Education. Milwaukee,WI: ASOQ Press

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. 2003.

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta. 2005.

Hoy, Charles, Colin Bayne-Jardine and Margaret Wood. (2000). Improving Quality in Education. London: Falmer Press. 2006.

Miarso, Yusufhadi.(2004). Menyemai benih Teknologi Pembelajaran. Jakarta : Pustekkom Diknas & Kencana.

Nitko A.J. (1996). Educational Assessment of Students, 2nd Ed. Columbus Ohio : Prentice Hall.

O’Malley, J.M. & Valdez Pierce, L. (1996). Authentic Assessment for English Language Learners. New York: Addison-Wesley Publishing Company.

Popham, W.J. (1995). Classroom Assessment, What Teachers Need to Know. Boston: Allyn and Bacon.

Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta :Depdiknas R.I.

30

Salvia, J. & Ysseldyke, J.E. (1996). Assessment. 6th Edition. Boston: Houghton Mifflin Company.

Rolheiser, C. & Ross, J. A. (2005) Student Self-Evaluation: What Research Says and What Practice Shows. Internet download.

Wyaatt III, R.L. & Looper, S. (1999). So You Have to Have A Portfolio, a Teacher’s Guide to Preparation and Presentation. California: Corwin Press Inc.

31

SUPERVISI AKADEMIK DALAM KAITANNYADENGAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

Makalah disampaikan pada Diklat Kepengawasan Para Guru Agama Kodya Denpasar

19 April 2008

OLEHPROF. DR. NYOMAN DANTES

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA

32