sumber referensi mitke 2

Upload: ahyar

Post on 14-Jul-2015

270 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Salmonella typhi dan Demam TifoidSumber; Shvoong. 2008. Salmonella typhi dan Demam Tifoid. (Online). (http://id.shvoong.com/exact sciences/biology/2111494-salmonella typhi dan demam tifoid/, diakses 17 November 2011)

Tifoid berasal dari bahasa Yunani yang berarti smoke, karena terjadi penguapan panas tubuh serta gangguan kesadaran disebabkan demam yang tinggi. Penularan penyakit ini hampir selalu terjadi melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh kuman tifoid. Penularan penyakit ini terjadi karena makanan dan minuman, urin atau feases manusia yang tercemar kuman tifoid. Kuman masuk ke dalam tubuh bersama makanan atau minuman yang tercemar melalui lambung, kelenjar limfoid, usus halus dan kemudian masuk ke dalam peredaran darah. Bakteri tersebut masuk ke dalam peredaran darah berlangsung singkat, terjadi 24 72 jam tetapi belum menimbulkan gejala. Setelah akhir masa inkubasi 120 216 jam bakteri tersebut melepaskan endotoksin, menyebar ke seluruh tubuh dan menimbulkan gejala demam tifoid. Penyebab penyakit Typus ( Hepatitis A atau dulu orang menyebutnya sbg penyakit kuning krn seluruh tubuh si penderita berwarna kekuningan) adalah bakteri bernama Salmonella typhi. Sumber penyebab hepatitis, lebih banyak disebabkan kuman yang menempel di bekas cucian gelas, sendok, piring dan sebagainya dengan kondisi air cucian yang tak diganti, tangan yang kotor. Bakteri ini umumnya terdapat dalam makanan yang sudah basi, daging mentah, maupun kotoran. Ciri-ciri umum orang terkena typus adalah awalnya pusing seperti mau flu, demam disertai nyeri, mual dan lemas, panas, perut terasa mual dan sebah (penuh), badan terasa tidak enak dan lekas capek. Salmonella typhi merupakan bakteri penyebab diare yang disertai demam tifoid (tifoid fever) yang diawali demam lebih dari seminggu dan kondisi tubuh seseorang seperti akan menderita flu. Demam sukar turun walau sudah minum obat dan disertai nyeri kepala yang hebat.

Klasifikasi Salmonella typhi Kelas Ordo Family Genus Species : Psilopsida : Psilotales : Psilotaceae : Salmonella : Salmonella typhi

Habitat Inang bagi Salmonella adalah usus halus manusia dan hewan. Makanan dan minuman terkontaminasi merupakan mekanisme transmisi kuman Salmonella dan carrier adalah sumber infeksi. Salmonella typhi bisa berada dalam air, es, debu, sampah kering yang bila organisme ini masuk ke dalam vehicle yang cocok (daging, kerang dan sebagainya) akan berkembang biak mencapai dosis infekti. Dimensi Bakteri berbentuk batang, tidak berspora dan tidak bersimpai tetapi mempunyai flagel feritrik (fimbrae), pada pewarnaan gram bersifat gram negatif, ukuran 2 - 4 mikrometer x 0.5 - 0.8 mikrometer dan bergerak. Salmonella typhi merupakan bakteri fakultatif intraseluler. Salmonella juga memiliki dua pathogenicity island yaitu SPI-1 dan SPI-2. SP-2 mengandung gen esensial untuk infeksi sistemik, replikasi intraseluler dan TTSS (type III secretion system) yang melindungi bakteri untuk tetap hidup dari proses degradasi. Potensi Demam tifoid yang disebabkan oleh Salmonella typhi merupakan penyakit sistemik, bersifat endemik, dan masih merupakan problema kesehatan diberbagai Negara berkembang di dunia. Salmonella typhi memiliki protein adhesin type-] fimbriae sebagai faktor virulensi yang berpotensi imunogenik untuk membentuk SigA protektif guna menghambat proses adhesi dan kolonisasi sehingga tahap awal infeksinya dapat dicegah. Fisiologis Pada umumnya isolat kuman Salmonella dikenal dengan sifat sifat, gerak positif, reaksi fermentasi terhadap manitol dan sorbitol positif dan memberikan hasil negatif pada reaksi indol, laktosa, Voges Praskauer dan KCN. Sebagian besar isolat Salmonella yang berasal dari bahan klinik menghasilkan H2S. Samonella thypi hanya membentuk sedikit H2S dan tidak membentuk gas pada fermentase glukosa.

Isolasi Kencur (Kaempferia galanga) secara Kromatografi Lapis Tipis PreparatifSumber; Ariessa, Suci. 2011. Isolasi Kencur Kaempferia galangal. (Online). (http://succiariessa.blogspot.com/2011/05/isolasi kencur kaempferia galanga.html, diakses 17 November 2011)

Kencur merupakan temu kecil yang tumbuh subur di daerah dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air. Kencur (Kaempferia galanga) termasuk suku tumbuhan Zingiberaceae dan digolongkan sebagai tanaman jenis empon-empon yang mempunyai daging buah paling lunak dan tidak berserat. Rimpang kencur mempunyai aroma yang spesifik, daging buah kencur berwarna putih dan kulit luarnya berwarna coklat. Jumlah helaian daun kencur tidak lebih dari 2-3 lembar dengan susunan berhadapan. Bunganya tersusun setengah duduk dengan mahkota bunga berjumlah antara 4 sampai 12 buah, bibir bunga berwara lembayung dengan warna putih lebih dominan. Tumbuhan ini tumbuh baik pada musim penghujan. Kencur dapat ditanam dalam pot atau di kebun yang cukup sinar matahari, tidak terlalu basah dan di tempat terbuka. Nama tanaman ini antara lain adalah Kencur (indonesia, Jawa), Cikur (sunda), Ceuko (Aceh), Kencor (Madura), Cekuh (Bali), Kencur, sukung (Minahasa), Sauleh, Soul, Umpa (Ambon), Cekir (Sumba), Cekur (Malaysia), Pro hom (Thailand). Kencur memiliki kandungan kimia yaitu rimpang Kencur mengandung pati (4,14 %), mineral (13,73 %), dan minyak atsiri (0,02 %) berupa sineol, asam metil kanil dan penta dekaan, asam cinnamic, ethyl aster, asam sinamic, borneol, kamphene, paraeumarin, asam anisic, alkaloid dan gom. Berbagai masakan tradisional Indonesia dan jamu menggunakan kencur sebagai bagian resepnya. Kencur dipakai orang sebagai tonikum dengan khasiat menambah nafsu makan sehingga sering diberikan kepada anak-anak. Jamu beras kencur sangat populer sebagai minuman penyegar pula. Di Bali, urap dibuat dengan menggunakan daun kencur

Berikut adalah klasifikasi dari tanaman kencur Kerajaan: Plantae Divisi: Kelas: Ordo: Famili: Magnoliophyta Liliopsida Zingiberales Zingiberaceae

Upafamili: Zingiberoideae Genus: Spesies: Kaempferia Kaempferia galanga

Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya.Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya. Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnyabahan alami) tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah dibicarakan. Misalnya saja,karena komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas,beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah: 1. Tipe persiapan sampel 2. Waktu ekstraksi 3. Kuantitas pelarut 4. Suhu pelarut 5. Tipe pelarut

Minyak dapat diekstraksi dengan perkolasi, imersi, dan gabungan perkolasiimersi. Dengan metode perkolasi, pelarut jatuh membasahi bahan tanpa merendam dan berkontak dengan seluruh spasi diantara partikel. Sementara imersi terjadi saat bahan benar-benar terendam oleh pelarut yang bersirkulasi di dalam ekstraktor. Sehingga dapat disimpulkan:

1. Dalam proses perkolasi, laju di saat pelarut berkontak dengan permukaan bahan selalu tinggi dan pelarut mengalir dengan cepat membasahi bahan karena pengaruh gravitasi. 2. Dalam proses imersi, bahan berkontak dengan pelarut secara periodeik sampai bahan benar-banar terendam oleh pelarut. Oleh karena itu pelarut mengalir perlahan pada permukaan bahan, bahkan saat sirkulasinya cepat. 3. Untuk perkolasi yang baik, partikel bahan harus sama besar untuk mempermudah pelarut bergerak melalui bahan. 4. Dalam kedua prosedur, pelarut disirkulasikan secara counter-current terhadap bahan. Sehingga bahan dengan kandungan minyak paling sedikit harus berkontak dengan pelarut yang kosentrasinya paling rendah. 5. Metode perkolasi biasa digunakan untuk mengekstraksi bahan yang kandungan minyaknya lebih mudah terekstraksi. Sementara metode imersi lebih cocok digunakan untuk mengekstraksi minyak yang berdifusi lambat. 6. Ekstraksi bahan makanan biasa dilakukan untuk mengambil senyawa pembentuk rasa bahan tersebut. Misalnya senyawa yang menimbulkan bau dan/atau rasa tertentu.

Ada dua jenis ekstraktor yang lazim digunakan pada skala laboratorium, yaitu ekstraktor Soxhlet dan ekstraktor Butt. Pada ekstraktor Soxhlet, pelarut dipanaskan dalam labu didih sehingga menghasilkan uap. Uap tersebut kemudian masuk ke kondensor melalui pipa kecil dan keluar dalam fasa cair. Kemudian pelarut masuk ke dalam selongsong berisi padatan. Pelarut akan membasahi sampel dan tertahan di dalam selongsong sampai tinggi pelarut dalam pipa sifon sama dengan tinggi pelarut di selongsong. Kemudian pelarut seluruhnya akan menggejorok masuk kembali ke dalam labu didih dan begitu seterusnya. Peristiwa ini disebut dengan efek sifon. Prinsip kerja ekstraktor Butt mirip dengan ekstraktor Soxhlet. Namun pada ekstraktor Butt, uap pelarut naik ke kondensor melalui annulus di antara selongsong dan dinding dalam tabung Butt. Kemudian pelarut masuk ke dalam selongsong langsung lalu keluar dan masuk kembali ke dalam labu didih tanpa efek sifon. Hal ini menyebabkan ekstraksi Butt berlangsung lebih cepat dan berkelanjutan (rapid). Selain itu ekstraksinya juga lebih merata. Ekstraktor Butt dinilai lebih efektif daripada ekstraktor Soxhlet. Hal ini didasari oleh faktor berikut:

1. Pada ekstraktor Soxhlet cairan akan menggejorok ke dalam labu setelah tinggi pelarut dalam selongsong sama dengan pipa sifon. Hal ini menyebabkan ada bagian sampel yang berkontak lebih lama dengan cairan daripada bagian lainnya. Sehingga sampel yang berada di bawah akan terekstraksi lebih banyak daripada bagian atas. Akibatnya ekstraksi menjadi tidak merata. Sementara pada ekstraktor Butt, pelarut langsung keluar menuju labu didih. Sampel berkontak dengan pelarut dalam waktu yang sama. 2. Pada ekstraktor Soxhlet terdapat pipa sifon yang berkontak langsung dengan udara ruangan. Maka akan terjadi perpindahan panas dari pelarut panas di dalam pipa ke ruangan. Akibatnya suhu di dalam Soxhlet tidak merata. Sedangkan pada ekstraktor Butt, pelarut seluruhnya dilindungi oleh jaket uap yang mencegah perpindahan panas pelarut ke udara dalam ruangan.

Pembahasan Simplisia yang kami gunakan pada percobaan fitokimia adalah rimpang kencur dengan nama latin Kaempferia galanga dari Familli Zingiberaceae. Rimpang yang masih basah dipotong dan dikeringkan dibawah sinar matahari sebelum jam 09:00. Pengeringan ditujukan untuk menonaktifkan enzim yang ada pada rimpang tersebut. Setelah dikeringkan ditimbang berat kering simplisia kemudian sebagian dihaluskan untuk pengujian tes pendahuluan (tes skrining). Skrining test yang menunjukkan hasil positif hanya test pengujian adanya monoterpen dan seskuiterpen. Golongan monoterpen menunjukkan hasil positif dengan adanya warna ungu biru yang terbentuk. Berdasarkan hasil tes skrining simplisia percobaan difokuskan pada golongan monoterpenoid. Ekstraksi yang dilakukan adalah dengan cara ekstraksi panas yaitu soxhletasi karena simplisia yang akan diekstraksi adalah bagian keras tanaman yaitu rimpang sehingga perlu pemanasan agar pelarut dapat mengekstrak isolat yang diinginkan. Soxhletasi dapat menghasilkan ekstrak yang lebih banyak karena ekstraksi dilakukan secara berulang. Selain itu cara ekstraksi dengan soxhletasi dapat menghemat pelarut dibandingkan maserasi. Pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi adalah n-heksan sebab isolat yang diinginkan kemungkinan bersifat non polar (monoterpenoid). Prinsipnya adalah berdasarkan suka dan tidak suka suatu isolat dalam suatu pelarut. Jika isolat bersifat polar maka cenderung larut dan tertarik pada pelarut polar. Begitu juga pada isolat yang bersifat non polar akan menyukai pelarut non polar juga. Hasil soxhletasi dipisahkan dari pelarut n-heksan dan dipekatkan dengan cara Rotasi dan Evaporasi (Rotavapor). Ekstrak yang diperoleh dari rotavapor kemudian diuapkan dengan cara dibiarkan pada suhu kamar selama 2-3 hari sampai terbentuk ekstrak kental berwarna coklat yang disertai kristal putih. Ekstrak kental difraksinasi dalam berbagai perbandingan pelarut n-heksan : etil asetat dan etil asetat : metanol dengan metode Kromatografi Cair Vakum (KCV). Setiap fraksi memberikan hasil fraksinasi yang berbeda-beda. Proses identifikasi awal dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT). Pengembang yang digunakan adalah toluen : aseton dengan perbandingan 7 : 3. Semua fraksi hasil KCV ditotolkan pada pelat KLT. Identifikasi tahap selanjutnya digunakan kembali metode KLT pada

fraksi yang memiliki spot yang sama yaitu fraksi no 4, fraksi gabungan 8 dan 9, fraksi no 10, fraksi gabungan 11 dan 12, fraksi no 13 dan fraksi no 14. Proses isolasi digunakan metode Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP). Pengembang yang digunakan sama dengan proses identifikasi yaitu toluen : aseton dengan perbandingan yang sama yaitu 7 : 3. Pada pelat KLTP diperoleh hasil elusi berupa 2 pita yaitu bagian atas dan bagian bawah dan tidak berwarna kemudian dideteksi dibawah sinar UV pada panjang gelombang 365 nm. Kedua pita tersebut dikerok dan dilarutkan dalam metanol dan disaring. Filtratnya di uji secara Spektrofotometri UV-Visible. Puncak yang baik didapatkan dari pita pada bagian bawah dengan mengencerkan sebanyak 2 kali. Diperoleh panjang gelombang maksimum 277,6 nm dengan absorban 1,2271.

PERBANDINGAN DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Escherichia coli, Staphylococcus aureus, DAN Salmonella typhiSumber; Sukma, Riska. 2010. PERBANDINGAN DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Escherichia coli, Staphylococcus aureus, DAN Salmonella typhi. (Online). (http://digilib.unej.ac.id/gdl42/gdl.php?mod=browse&op=read&id=gdlhub-gdlriskasukma-3155, diakses 17 November 2010)

Kencur (Kaempferia galanga L.) sudah sejak lama dikenal dan ditanam di Indonesia. Tanaman kencur mempunyai kegunaan tradisional dan sosial cukup luas dalam masyarakat Indonesia (Rukmana, 1994: 10). Rimpang tanaman kencur mempunyai khasiat obat antara lain untuk menyembuhkan batuk dan mengeluarkan dahak (ekspektoansia), mencuci luka yang bernanah, borok atau kudis (Afriatini, 2001: 14). Khasiat lain dari kencur adalah untuk mengobati diare dan menghilangkan darah kotor (Ramadoni, 2008). Berbagai jenis penyakit yang menyerang tubuh manusia mulai dari ujung kaki sampai seluluh tubuh. Hampir semua bagian tubuh manusia diserang oleh mikroba patogen yang menyebabkan banyak jenis penyakit (Suriawiria, 1986: 210). Bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Samonella typhi merupakan jenis bakteri patogen yang menimbulkan penyakit. Penelitian yang dilakukan oleh Tewtrakul (2005) membuktikan bahwa minyak atsiri rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Gram positif yaitu Staphylococus aureus ATCC 25925, Streptococcus faecalis dan Bacillus subtilis dan bakteri Gram negatif yaitu Salmonella typhi, Shigella flexneri, Escherichia coli ATCC 25922. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas Jember. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode difusi agar dengan sumuran dengan kontrol positif tetrasiklin 0,01% dan kontrol negatif tween 80 1%.

Konsentrasi yang digunakan adalah konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, dan 100%. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 kali pengulangan. Analisis data dengan uji regresi untuk melihat pengaruh ekstrak etanol rimpang kencur terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Salmonella typhi, One-Way ANOVA menggunakan SPSS versi 15 for Windows, untuk menguji perbedaan diantara semua pasangan perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan dengan =0,05. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa Konsentrasi Hambatan Minimum (KHM) ekstrak etanol rimpang kencur terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli adalah pada konsentrasi 3%, Konsentrasi Hambatan Minimum (KHM) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus adalah pada konsentrasi 2%, sedangkan Konsentrasi Hambatan Minimum (KHM) terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella typhi adalah pada konsentrasi 2%. Berdasarkan hasil analisis uji regresi (Tabel 4.4, Tabel 4.5, dan Tabel 4.6) menunjukkan bahwa nilai signifikan sebesar 0,000