sumber ajaran islam

21
Sumber Ajaran Islam Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa sumber ajaran Islam adalah Al-Qur’an, al-Sunnah, atau al-Hadist, dan Ijtihad. Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa: 59). 1. Al-Qur’an a. Pengertian Al-Qur’an Al-Qur’an adalah firman Allah s.w.t. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. sebagai mukjizat melalui perantara Malaikat Jibril secara berangsur-angsur, yang ditulis dalam bahasa Arab tesusun atas mushaf-mushaf sebagai petunjuk bagi umat manusia dan bernilai ibadah bagi orang yang membacanya. Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari yang berlangsung

Upload: rizkamar

Post on 03-Oct-2015

223 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Sumber Ajaran Islam

TRANSCRIPT

Sumber Ajaran IslamDalam Al-Quran dijelaskan bahwa sumber ajaran Islam adalah Al-Quran, al-Sunnah, atau al-Hadist, dan Ijtihad.

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa: 59).1. Al-Qurana. Pengertian Al-QuranAl-Quran adalah firman Allah s.w.t. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. sebagai mukjizat melalui perantara Malaikat Jibril secara berangsur-angsur, yang ditulis dalam bahasa Arab tesusun atas mushaf-mushaf sebagai petunjuk bagi umat manusia dan bernilai ibadah bagi orang yang membacanya.Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari yang berlangsung antara tanggal 17 ramadhan setelah Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul sampai tanggal 9 Dzulhijjah menjelang wafatnya beliau. Hikmah diturunkannya Al-Quran secara berangsur-angsur dijelaskan dalam Al-Quran surat al-Furqan ayat 32.

Artinya: Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). (QS. Al-Furqan: 32)b. Kandungan Al-QuranAl-Quran berfungsi sebagai pedoman dan petunjuk bagi umat manusia hingga akhir zaman. Oleh karena itu, pembahasan yang ada di dalam Al-Quran mencakup wawasan yang luas dan fleksibel dan terus berkembang seiring dengan perubahan zaman. Kandungan yang termuat di dalam Al-Quran antara lain: Ajaran-ajaran tauhid dan keimanan Dasar-dasar ilmu pengetahuan dan pendidikan Kisah-kisah dan sejarah orang-orang dimasa lampau, sehingga dapat dijadikan pembelajaran bagi yang hidup di masa yang akan datang. Janji Allah s.w.t kepada orang yang beriman dan beramal shaleh dan ancaman atau siksa Allah s.w.t. bagi orang-orang yaang berbuat dosa. Prinsip-prinsip syariah yang berhubungan dengan kehidupan manusia agar selalu ada pada jalan yang benar.c. Kedudukan Al-QuranAl-Quran memiliki pedoman utama bagi umat Islam. Segala sesuatu persoalan selalu di kaitkan dengan Al-Quran sebagai petunjuk untuk menyelesaikan masalah. Semua ayat-ayat yang terkandung di dalam Al-Quran berkaitan dengan kehidupan sehari-hari seperti ibadah dan muamalah.d. Fungsi Al-QuranUmumnya, Al-Quran berfungsi sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi umat manusia untuk menuju ke jalan yang benar, sekaligus sebagai pembeda mana yang baik dan mana yang tidak.

Artinya: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).(QS. Al-Baqoroh: 185).Selain itu, Al-Quran juga kadang menjelaskan perkara yang tidak mungkin terwujud kecuali pada masa yang telah ditentukan (prediksi yang tidak diragukan lagi keakuratannya), dan dapat memaparkan suatu hukum dengan suatu sindiran atau kiasan. Al-Quran merupakan Kitab Pendidikan, sebagaimana dijelaskan Allah s.w.t. dalam Al-Quran: Artinya: Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (AsSunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS. Al-Jumuah, 62:2).2. Al-Sunnaha. Pengertian Al-SunnahAl-Sunnah memiliki beberapa istilah, antara lain adalah al-Hadist, al-Khabar, dan al-Atsar. Diantara tiga istilah tersebut terdapat beberapa pendapat, al-Hadist merupakan suatu amalan yang terbatas hanya untuk Nabi Muhammad s.a.w. saja, al-Sunnah merupakan suatu amalan yang dilakukan oleh para sahabat nabi, al-Khabar terbatas kepada apa yang datang dari selain Nabi Muhammad s.a.w., dan Al-Atsar tidak terbatas pada apa yang datang dari Nabi Muhammad s.a.w. maupun yang lainnya.Al-Sunnah secara etimologi adalah suatu cara atau kebiasaan, jalan panjang yang baik maupun yang buruk, atau disebut juga dengan tradisi. Al-Hadist secara etimologi berarti baru, dekat, dan kabar (berita). Secara terminologi Al-Sunnah dan Al-Hadist memiliki arti yang sama yaitu segala perkataan, perbuatan, dan taqrir Nabi Muhammad s.a.w. yang berkaitan dengan syariah. b. Kedudukan al-SunnahAl-Sunnah menempati kedudukan kedua setelah Al-Quran dalam sumber hukum islam. Posisi berikutnya ditempati oleh ijma dan qiyas. Al-Sunnah tidak dapat dipisahkan dari Al-Quran karena Al-sunnah berfungsi sebagai penjelas Al-Quran. Ada tiga fungsi Al-Sunnah terhadap Al-Quran, yaitu Bayan al-Taqrir wa al-Takid, yaitu menetapkan dan memperkuat apa yang telah disebutkan dalam Al-Quran sehingga maknanya tidak dipertanyakan lagiAyat yang ditaqriroleh al-Hadits tentu saja yang sudah jelas maknanya hanya memerlukan penegasan supaya jangan sampai kaum muslimin salah menyim-pulkan. Contoh: Firman Allah SWT:

Barangsiapa yang menyaksikan bulan ramadlan maka hendaklah shaum.(Qs.2:185)Ditegaskan oleh Rasulullah SAW: Shaumlah kalian karena melihat tanda awal bulan ramadlan dan berbukalah kalian karena melihat tanda awal bulan syawal.Hr. Muslim.

Kedua, Bayan al-Tafsir wa al-Tafshil, yakni sebagai penjelas dan perinci ayat-ayat Al-Quran yang masih bersifat global dan umum.Sunnah yang berfungsi bayn tafsir tersebut terdiri dari(1) tafshl- al-mujmal, (2) tabyn al-musytarak, (3) takhshish al-m.1. tafshl- al-mujmal,Haditsyang berfungsitafshl- al-mujmal, ialah yang merinci ayat al-Qur`n yang maknanya masih global.Contoh:a) Tidak kurang enam puluh tujuh ayat al-Qur`n yang langsung memerintah shalat, tapi tidak dirinci bagaimana operasionalnya, berapa rakaat yang harus dilakukan, serta apa yang harus dibaca pada setiap gerakan. Rasulullah SAW dengan sunnahnya memperagakan shalat secara rinci, hingga beliau bersabda: Shalatlah kalian seperti kalian melihat aku sedang shalat.Hr. Jamaah

b) Ayat-ayat tentang zakat, shaum, haji pun demikian memerlukan rincian pelaksanaannya.Ayat haji umpamanya menandaskan:Sempurnakanlah ibadah haji dan ibadah umrahmu karena Allah. (Qs.2:196)Rinciannya ialah pelaksanaan Rasulullah dalam ibadah haji wada dan beliau bersabda: Ambilah dariku manasik hajimu.Hr. Ahmad, al-Nasa`I, dan al-Bayhaqi.2. Tabyn al-MusytarakTabyn al-Musytarakialah menjelaskan ayat al-Qur`n yang mengandung kata bermakna ganda.Contoh: Firman Allah SWT: Wanita yang dicerai hendaklah menunggu masa iddah selama tiga quru. (Qs.2:228)PerkataanQuruadalah bentuk jama dari Qarin.Dalam bahasa Arab antara satu suku bangsa dengan yang lain ada perbedaan pengertianQarin.Ada yang mengartikan suci ada pula yang mengarti-kan masahaidl.Mana yang paling tepat perlu ada penjelasan. Rasul SAW bersabda: Thalaq hamba sahaya ada dua dan iddahnya dua kali haidl.Hr. Abu dawud, al-Turmudzi, dan al-Daruquthni.Dalam ketentuan hukum, hamba sahaya itu berlaku setengah dari orang merdeka. Jika hadits ini menetap-kan dua kali haidl, maka menurut sebagian pendapat, perkataanhaidlatniitu merupakan penjelas dariQar`inyangmusytarak,sehingga kesimpulannya bahwa wanita yang dicerai itu iddahnya tiga kali haid.

c. Takhshsh al-mTakhshsh al-mialah sunnah yang mengkhususkan atau mengecualikan ayat yang bermakna umum.Contoh:1) Firman Allah SWT: Diharamkan atasmu bangkai, darah dan daging babi.(Qs.5:3)Dalam ayat ini tidak ada kecuali, semua bangkai dan darah diharamkan untuk dimakan. Sunnah Rasulullah SAW mentakhshish atau mengecualikan darah dan bangkai tertentu. Sabda Rasululah saw: Telah dihalalkan kepada kita dua macam bangkai dan dua macam darah. Yang dimaksud dua macam bangkai adalah bangkai ikan dan bangkai belalang. sedangkan yang dimaksud dua macam darah adalah ati dan limpa.(Hadits Riwayat Ahmad, Ibnu Majah dan al-Bayhaqi.2) Firman Allah SWT: Allah mewasiatkan bahwa hak anakmu laki-laki adalah dua kali hak anakmu yang perempuan.Qs.4:11Dalam ayat ini tanpa kecuali atau berlaku umum bahwa semua anak mendapat warisan. Sedangkan keberlakuan hukum tersebut hanya untuk anak yang agamanya sama muslim. Sunnah Rasul memberikantakhshishatau pengcualian dengan sabdanya:

Seorang muslim tidak mewarisi orang kafir dan yang kafir tidak mewarisi seorang muslim.Hr. al-Bukhari dan Muslim

Ketiga, Bayan Tasyri, artinya penetapan, pembuatan, mewujudkan sendiri hukum yang belum ada di dalam Al-Quran.Suatu contoh, hadits tentang zakat fitrah, sebagai berikut: ( ) Artinya: bahwasannya Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah dari bulan Ramadhan atas manusia, satu sho' berupa kurma atau satu sho' berupa gandum kepada setiap orang merdeka, hamba baik laki-laki maupun perempuan yang Islam. (HR Muslim).

Hadits tersebut di atas merupakan bayan at tasyri', wajib diamalkan, sebagaimana mengamalkan hadits-hadits lainnya. Ibnu Qoyyim berkata, bahwa hadits-hadits Rasulullah SAW yang berupa tambahan terhadap Al Qur'an harus di ta'ati dan tidak boleh ditolak atau mengingkarinya. Ini bukan sikap Rasulullah mendahului Al Qur'an, melainkan semata-mata karena perintah.4. Bayan Al NasakhKetiga bayan yang pertama yang telah diuraikan diatas disepakati oleh para ulama, meskipun untuk bayan yang ketiga ada sedikit perbedaan definisinya saja. Untuk bayan jenis keempat ini terdapat perbedaan yang sangat tajam. Ada yang mengakui dan menerima fungsi hadits sebagai nasikhterhadap berbagai hukum Al quran dan ada juga yang menolaknya.Kata nasakh secara bahasa berarti ibthal (membatalkan), izalah (menghilangkan), tahwil(memindahkan), dantaghyir(mengubah). Banyak yang mengatakan bayan al nasakh ini banyak melalui pendekatan bahasa, sehingga diantara mereka terjadi perbedaan pendapat dalam mentarifkannya. Salah satu contoh yang biasa diajukan oleh ulama ialah hadits yang berbunyi : Tidak ada wasiat bagi ahli warisHadits diatas menurut mereka menasakh isi firman Allah STW: Diwajibkan atas kamu, apabila seseorang diantara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu bapak dan karib kerabatnya secara maruf(ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.(QS. Al Baqoroh/2:180)Sementara yang menolak nasakh ini adalah Imam Syafii dan sebagian besar pengikutnya, meskipun nasakh tersebut dengan hadits yang mutawatir. Kelompok lain yang menolak adalah sebagian besar pengikut madzhab zahiliyah dan kelompok khawarij.5. Ijtihada. Pengertian Ijtihad atau RayuSecara etimologi, ijtihad berari sungguh-sungguh. Yakni serius atau sungguh-sungguh dalam mencurahkan kemampuan untuk mendapatkan sesuatu.Ketika Nabi Muhammad s.a.w telah tiada, banyak persoalan-persoalan yang muncul dikalangan sahabat yang tidak terdapat dalam Al-Quran dan As-Sunnah, nabi pernah mengatakan bahwa:Apabila masalam din (agama) Anda kembalikanlah kepada saya, akan tetapi dalam masalah dunia Anda, Anda lebih tahu tentang dunia Anda.

Dalam hal tersebut Nabi Muhammad s.a.w. menjelaskan bahwa kita harus berpegang teguh terhadap agama Allah s.w.t. dan kembali ke Al-Quran serta As-Sunnah. Namun apabila ada suatu persoalan menyangkut masalah diri pribada ayau masalah dunia kita, maka kita sendirilah yang lebih mengerti dan tahu apa yang sebaiknya kita lakukan.Ijtihad merupakan sumber agama islam ketiga setelah Al-Quran dan Hadist. Ijtihad para ulama dapat digunakan untuk menentukan baik tidaknya hal yang kita lakukan, apabila hal tersebut tidak terdapat dalam Al-Quran.b. Kedudukan IjtihadBerbeda dengan al-Quran dan as-Sunnah, Ijtihad sebagai sumber hukum Islam yang ketiga terikat dengan ketentuan sebagai berikut:1. Yang ditetapkan oleh Ijtihad tidak melahirkan keputusan yang absolut, sebab Ijtihad merupakan aktivitas akal pikiran manusia yang relatif. Sebagai produk pikiran manusia yang relatif, maka keputusan Ijtihad pun relatif.2. Keputusan yang diterapkan oleh Ijtihad mungkin berlaku bagi seseorang, tetapi tidak berlaku bagi orang lain. Berlaku untuk satu masa / tempat, tetapi tidak berlaku pada masa / tempat yang lain.3. Keputusan Ijtihad tidak boleh bertentangan dengan al-Quran dan as-Sunnah.4. Berijtihad mempertimbangkan faktor motivasi, kemaslahatan umum, kemanfaatan bersama dan nilai-nilai yang menjadi ciri dan jiwa ajaran Islam.5. Ijtihad tidak berlaku dalam urusan Ibadah Makhdah.c. Dasar-dasar penggunaan Ijtihad1. Dasar hukum dibolehkannya ijtihad adalah al-Quran, sunnah, dan logika. 2. Dasarnya Q.S. an-Nisa (5): 59 yang berisi perintah untuk taat kepada Allah (dengan al-Quran sebagai sumber hukum), taat kepada Rasul-Nya (dengan Sunnah sebagai pedoman), dan taat kepada ulul amri, serta perintah untuk mengembalikan hal-hal yang dipertikaikan kepada Allah(al-Quran) dan Rasul-Nya (Sunnah).

Ijtihad sebagai sebuah metode atau cara dalam menghasilkan sebuah hukum terbagi ke dalam beberapa bagian, seperti berikut. d. Metode Ijtihad1. QiyasQiyas artinya reasoning by analogy. Makna aslinya adalah mengukur atau membandingkan atau menimbang dengan menimbangkan sesuatu. Contoh: pada masa nabi ada belum ada permasalahan padi. Dengan demikian diperlukan ijtihad dengan jalan qiyas dalam menentukan zakat.Qiyas berarti mempersamakan/menganalogikan masalah baru yang tidak tercantum dalam al-Quran atau hadis dengan yang sudah terdapat hukumnya dalam al-Quran dan hadis karena kesamaan sifat atau karakternya. Contoh qiyas adalah mengharamkan hukum minuman keras selain khamr seperti brendy,vodka,wisky, topi miring, dan narkoba karena memiliki kesamaan sifat dan karakter dengan khamr, yaitu memabukkan. Khamr dalam al-Quran diharamkan, sebagaimana firman Allah Swt. yang Artinya:"Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka, jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung. Dengan minuman keras dan judi itu, setan hanyalah bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu dan menghalang-halangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakansalatmaka tidakkah kamu mau berhenti?" (Al-Maaidah ayat 90-91)2. Ijma atau konsensusKata ijma berasal dari kata jamun yang artinya menghimpun atau mengumpulkan. Ijma mempunyai dua makna, yaitu menyusun dan mengatur sesuatu hal yang tidak teratur. Ijma adalah kesepakatan para ulama ahli ijtihad dalam memutuskan suatu perkara atau hukum. Contoh ijma di masa sahabat nabi adalah kesepakatan untuk menghimpun wahyu Ilahi yang berbentuk lembaran- lembaran terpisah menjadi sebuah mushaf al-Quran yang seperti kita saksikan sekarang ini. Oleh sebab itu, ia berarti menetapkan dan memutuskan suatu perkara, dan berarti pula sepakat atau bersatu dalam pendapat. Persetujuan pendapat berdasarkan dengan hasil ijma ini contohnya bagaimana masalah kelurga berencana.Ijma adalah kesepakatan para ulama tentang suatu perkara, meliputi:a. Ijma Qauli, yaitu para ulama berijtihad bersama-sama atau sendiri-sendiri tentang suatu masalah lalu memutuskan hukum yang sama.b. Ijma Amali, yaitu kesepakatan yang tidak diucapkan namun tercermin dalam kesamaan sikap dan pengamalan.c. Ijma Sukuti, yakni menyetujui dengan cara mendiamkan. Ulama tertentu mengetapkan hukum atas suatu perkara dan ulama lain tidak membantahnya.

3. IstihsanIstihsan artinya preference, makna aslinya ialah menganggap baik suatu barang atau menyukai barang itu menurut terminlogi para ahli hukum, berarti didasarkan atas kepentingan umum atau kepentingan keadilan, sebagai cotoh adalah peristiwa Ummar bin hatab yang tidak melaksanakan hukum potong tangan kepada seorang pencuri pada masa peceklik.4. Maslahat Al-MursalatMaslahat Al-Mursalat artinya adalah keputusan yang berdasarkan guna dan manfaat sesuai dengan tujuan hukum syara. Maslahah mursalah artinya penetapan hukum yang menitikberatkan pada kemanfaatan suatu perbuatan dan tujuan hakiki-universal terhadap syariat Islam. Misalkan seseorang wajib mengganti atau membayar atas kerugian kepada pemilik barang karena kerusakan diluarkesepakatan yang telah ditetapkan. Kepentingan umum yang menjadi dasar pertimbangan maslahat dari suatu peristiwa. Contoh metode ini adalah tentang khamar dan judi. Dala ketentuan nash bahwa khamar dan judi itu manfaat bagi manusia, tetapi bahayanya lebih besar daripada manfaatnya. Dari sebuah nash dapat dilihat bahwa suatu masalah yang mengandung masalahat dan manfaat, di dahulukan menolak mafsadat. Untuk ini terdapat kaidah, menolak kerusakan lebih diutamakan dari pada menarik kemaslahatannya, dan apabila berlawanan antara mafsadat dan maslahat dahulukanlah menolak mafsadat.Disamping itu masih terdapat metode ijtihad yang lain, seperti istidlal, Al-Urf dan Istishab.

DAFTAR PUSTAKAAhmad bin Hambal, Abu Abdillah, t.t. Musnad Ahmad bin Hambal. Beirut: Al Maktab Al IslamiAl Quran al- KarimAt-Tirmizi, Abu Isa Muhammad. JamiAt-Tirmizi. 1973 M. Syarah oleh: Abi al-Ula Muhammad Abd Rahhman Ibn Abd Rahim Al-Mubarakfury. Tuhfah Al-Ahwadzi. Beirut: Darul KutubBukhari, Imam. Shahih Bukhari. Syarah oleh: Ibn Hajar Al- Asqlany, al-Hafidz. Fathul Bari. Beirut: Dar. MarifahHamka, Prof. Dr. 1975. Pelajaran Agama Islam. Jakarta: Bulan BintangKaelany HD., Dr., MA. (2001). Islam Agama Universal. Depok: Media Rahma PressMubarak, Zakky. (2006). Karakteristik Muslim. DepokRazak, Nasruddin. (1989). Dienul Islam. Bandung: MaarifSuparta, Munzier. 2008. Ilmu Hadist. Jakarta: PT Grafindo PersadaZakiyah Derajat, Prof. Dr. Dkk. 1984. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: Ruhama