suku musi.docx

8
Suku Musi atau dikenal pula dengan Suku Sekayu merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia. Nama ini merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang berasal dan bermukim di sepanjang tepian Sungai Musi. Suku Musi menuturkan Bahasa Musi atau disebut juga dengan Bahasa Sekayu yang merupakan salah satu rumpun bahasa Melayudengan ragam dialek "e" (seperti dalam ucapan "ember"). Populasi Suku Musi terkonsentrasi di Kabupaten Musi Banyuasin, namun juga tersebar hingga di tepian Sungai Musi di Kabupaten Musi Rawas, sebagian daerah Kabupaten Banyuasin, di sebagian wilayah Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, perantauan diKota Palembang (terutama di wilayah km.5 - km.12 Palembang), dan juga menyebar ke seluruh wilayah Indonesia terutama Pulau Jawa. Orang Musi memiliki peran yang cukup dominan dalam sosial dan politik di Provinsi Sumatera Selatan. Etimologi dan Sejarah Peta Persebaran Suku Musi di [[Pulau Sumatera]] (warna: hijau tua) Asal usul nama Suku Musi berasal dari Sungai Musi yang menjadi mata air sumber kehidupan awal masyarakat setempat. Trend pemberian nama suatu suku berdasarkan nama sungai setempat sering dijumpai pada suku lainnya di Provinsi Sumatera Selatan.

Upload: mumu-ea

Post on 02-Feb-2016

45 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: suku Musi.docx

Suku Musi atau dikenal pula dengan Suku Sekayu merupakan salah satu suku

bangsa di Indonesia. Nama ini merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan

beberapa suku bangsa yang berasal dan bermukim di sepanjang tepian Sungai Musi. Suku Musi

menuturkan Bahasa Musi atau disebut juga dengan Bahasa Sekayu yang merupakan salah satu

rumpun bahasa Melayudengan ragam dialek "e" (seperti dalam ucapan "ember").

Populasi Suku Musi terkonsentrasi di Kabupaten Musi Banyuasin, namun juga tersebar hingga di

tepian Sungai Musi di Kabupaten Musi Rawas, sebagian daerah Kabupaten Banyuasin, di

sebagian wilayah Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, perantauan diKota

Palembang (terutama di wilayah km.5 - km.12 Palembang), dan juga menyebar ke seluruh

wilayah Indonesia terutama Pulau Jawa. Orang Musi memiliki peran yang cukup dominan dalam

sosial dan politik di Provinsi Sumatera Selatan.

Etimologi dan Sejarah

Peta Persebaran Suku Musi di [[Pulau Sumatera]] (warna: hijau tua)

Asal usul nama Suku Musi berasal dari Sungai Musi yang menjadi mata air sumber kehidupan

awal masyarakat setempat. Trend pemberian nama suatu suku berdasarkan nama sungai

setempat sering dijumpai pada suku lainnya di Provinsi Sumatera Selatan.

Gadis Musi dengan busana tradisional pada masa kolonial

Page 2: suku Musi.docx

Namun, belakangan Suku Musi lebih diidentifikasikan sebagai "Orang Sekayu" atau "Suku

Sekayu". Hal ini dikarenakan pusat pemerintahan, layanan publik, sosial budaya dan

ekonomi Kabupaten Musi Banyuasin yang menjadi kantong populasi terbesar Suku Musi terletak

di Kota Sekayu.

Suku Musi termasuk kedalam rumpun melayu muda (Melayu Deutero) yang datang ke

kepulauan Nusantara pada tahun 500 SM setelah Melayu Proto. Suku Musi juga diduga

berkerabat dengan dengan Suku Palembang di hilir Sungai Musi, Suku Besemah di Pagar Alam,

dan Suku-suku di Pulau Bangka.

Seni dan Budaya

Busana adat yang dikenakan oleh duta wisata Kab. Musi Banyuasin (Kuyung Kupek)

Tari Stabek pada pembukaan Muba Expo

Kesenian dan budaya Musi sangat bercorak Melayu. Salah satu kesenian yang populer di

kalangan Orang Musi adalah Senjang. Senjang adalah jenis kesenian sastra lisan

(semacam Talibun) yang dipadukan dengan musik dan tarian dan biasanya dibawakan oleh

sepasang muda-mudi. Adapun tari tradisional Orang Musi adalah Tari Stabek yang dijadikan

tarian resmi penyambutan tamu agung yang berkunjung ke Kabupaten Musi Banyuasin. Tari

stabek diiringi musik tradisonal dan lagu yang dinyanyikan dalam bahasa musi.

Page 3: suku Musi.docx

Sosial Budaya

Suku Sekayu merupakan "manusia sungai" dan senang mendirikan rumah-rumah yang

langsung berhubungan dengan sungai Musi. Tidak seperti umumnya suku-suku di Indonesia,

suku Bugis, Minangkabau atau Jawa, suku Sekayu jarang berpindah-pindah ke tempat yang

jauh. Keinginan untuk lebih maju dan mencari keberuntungan mereka lakukan hanya sampai

di ibukota propinsi, yang biasa ditempuh dengan jalan darat, yang bisa dicapai kurang dari 3

jam ke arah selatan. Mereka memperoleh penghasilan dari pekerjaan yang berhubungan

dengan pertanian, perhutanan, berburu, memancing, transporasi (jasa pengangkutan),

pembangunan dan di pemerintahan termasuk mengajar. Suku Sekayu yang tinggal di

Palembang menduduki sektor-sektor pekerjaan yang penting, mulai dari guru besar/dosen

universitas, ahli riset, hartawan dan pengembang lahan, pekerja galangan dan penarik becak

(alat transportasi beroda tiga, menggunakan tenaga manusia).

Rumah-rumah di pedalaman suku Melayu Sekayu hampir menyerupai rumah panggung

(rumah berkaki panjang) entah itu didirikan di atas tanah atau di atas air. Sistem kekerabatan

berdasarkan hubungan patrilineal. Kewajiban para istri adalah memelihara peraturan dan

keharmonisan rumah tangga sehingga para suami dapat mengatakan `rumah tanggaku adalah

surgaku'. Kebanyakan keluarga menginginkan anak lelaki karena dianggap sebagai jaminan

bakal negeri (memperkuat kuasa mereka) dan jaminan kelanjutan garis keturunan mereka

(negakke jurai).

Agama/Kepercayaan

Suku Sekayu hampir 100% penganut Islam. Setiap desa di Sekayu memiliki, mesjid atau

langgar (rumah ibadat kecil) bahkan beberapa desa memiliki madrasah/mushola (pusat

pengajaran dan pendidikan agama). Mereka juga melaksanakan beberapa praktek kuasa gelap

(okultisme) dan kepercayaan animisme (roh-roh kebendaan), yang merupakan kebiasaan atau

hal yang biasa pada seluruh masyarakat Melayu di Indonesia. Mereka sering pergi ke dukun

(ahli nujum) di kala mengalami kesulitan fisik atau KEBUTUHAN emosi dan krisis seperti

keluarga tanpa anak, penyakit parah, gangguan mental atau untuk meramal nasib. Suku

Sekayu sulit menerima Kabar Baik oleh karena tiga hal, keterpencilan (suku ini memiliki

kebudayaan yang kokoh), kesalah pahaman (mereka berpikir bahwa umat Kristen percaya

pada tiga Tuhan dan bahwa kekristenan dibawa oleh kaum barat yang moralnya merosot),

Page 4: suku Musi.docx

ketakutan dan kecurigaan (anak-anak tidak berani beralih ke agama lain karena takut dibuang

dan terhilang dari keluarga, masyarakat dan takut kehilangan mata pencahariannya).

Mata Pencaharian

Hampir seluruh masyarakat Sekayu hidup pada bidang pertanian. Mereka menanam padi

sawah atau padi ladang, selain itu mereka juga menanam ubi kayu, jagung, kacang tanah dan

kedelai. Sementara itu tanaman karet, cengkeh dan kopi juga menjadi sektor perkebunan

utama mereka. Pada kerajinan industri rakyat yang terkenal dari wilayah Sekayu adalah

berupa batu-bata dan genteng. Masyarakat Sekayu yang bermukim di Palembang, beberapa

dari mereka sukses menduduki sektor pekerjaan penting, mulai dari guru, dosen universitas,

ahli riset, hartawan dan 

Bahasa

Bahasa yang diucapkan oleh masyarakat Musi, adalah bahasa Melayu Musi, yang masih

dekat dan mirip dengan bahasa Palembang. Bahasa Musi dikelompokkan ke dalam rumpun

bahasa Malayic.

Sedangkan asal usul orang Musi tidak diketahui secara pasti. Tetapi dari salah satu cerita

rakyat suku Sekayu mengatakan bahwa mereka dahulunya berasal dari suatu tempat yang

jauh di seberang laut, datang ke tanah ini bersama-sama dengan suku Palembang yang

kemungkinan adalah kerabat mereka pada masa lalu.

Pendapat lain mengatakan bahwa orang Musi merupakan bagian dari sub-suku Musi, yang

berada di kabupaten Musi Banyuasin, Banyuasin, Musi Rawas, Musi Rawas Utara, kota

Lubuk Linggau, dan kota palembang

Page 5: suku Musi.docx

ARTIKELSUKU MUSI

Disusun Oleh :

Nama : Windiyani Neni Fitriani

Kelas : XII RPL C

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANGDINAS PENDIDIKAN

SMK NEGERI 4 PANDEGLANGJl. Raya Saketi – Malingping KM. 07 Pandeglang Banten 42274