suku bonai.docx
TRANSCRIPT
![Page 1: Suku Bonai.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072107/5695d41f1a28ab9b02a061f6/html5/thumbnails/1.jpg)
Suku Bonai
ritual adat suku Bonai
Suku Bonai, adalah satu suku yang masih mempertahankan hidup terasing di pedalaman
provinsi Riau. Suku Bonai bermukim di kabupaten Rokan Hulu di pesisir sungai Rokan Kiri,
sebagian kecil terdapat juga di sekitar sungai Rokan Kanan.
Konon nama Bonai berasal dari kata Manai dari bahasa Bonai, yang Manai yang kalau
diartikan kira-kira berarti "pemalas". Tidak diketahui apakah arti ini ada hubungannya
dengan identitas Bonai ini. Sedangkan pendapat lain mengatakan istilah Bonai karena di
wilayah pemukiman suku Bonai ini pada masa lalu banyak ditumbuhi pohon Bonai (sejenis
pohon ukuran menengah (tidak lebih dari 4 meter), berdaun kecil-kecil, buah bulat-bulat
berwarna kemerahan, berwarna hitam bila masak, rasanya agak asam. Buah bonai ini
merupakan bahan baku masakan ikan, dimasak dengan air secukupnya dan dijadikan kuah
ikan, dengan rasa kuah asam.
Urang Bonai (orang Bonai) di Rokan Kiri sangat memegang tradisi yang datang dari daerah
Bonai “kampong nonom” (kampung yang enam).
ritual pengobatan suku Bonai
Asal usul suku Bonai sendiri tidak diketahui secara pasti, karena yang tertinggal hanya
beberapa cerita rakyat di kalangan mereka sendiri.
![Page 2: Suku Bonai.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072107/5695d41f1a28ab9b02a061f6/html5/thumbnails/2.jpg)
Konon pada masa lalu ada dua orang Sultan bernama Sutan Harimau dan Jangguik yang
berasal dari Tapanuli Selatan dikarenakan pemanggilan Sultan diubah menjadi Sutan, Pada
saat Sutan Harimau menjumpai kampung-kampung yang enam tersebut dihantarkanlah satu
orang setiap kampung yang sudah dihuni sebelumnya oleh orang Sakai. Kampung enam
tersebut adalah 1. Bonai atau disebut juga Kampung Nogori, 2. Sontang, 3. Torusan Puyuh, 4.
Titian Gadiang, 5. Toluk Sono (Kasang Mungkai), 6. Sungai Murai (Muaro Dilam) (sekarang
termasuk ke dalam kecamatan Bonai Darussalam).
Lalu ke 6 kampung ini pun berkembang setelah kehadiran Sutan Harimau. Keturunan
kampung nonom tersebut ada yang merantau hingga ke kalimantan dan diperkirakan ke
Brunai Darussalam sekarang, menurut cerita turun temurun nama Brunai darussalam berasal
dari Bonai Darussalam berdasarkan daerah asal orang Bonai.
Suku Bonai yang dibawa oleh Sultan Harimau dan Janggui tadinya diperkirakan telah
beragama Islam, namun dari beberapa penutur diperkuat dari cerita yang disampaikan T.
Khairulzaman, nenek moyang mereka ini adalah dari suku Sakai-Bonai yang menempati
daerah sekitar pedalaman Tanjung Pauh, dan antara Toluk Sono dan Sontang, mereka ini
tidak mau memeluk Islam. Pertama mereka masuk melalui daerah Deo Limbuk, sebelumnya
mereka memasuki daerah ini sesuai cerita asal usul nama Ulak Patian. Daerah Deo Limbuk
terletak 3 km dari Ulak Patian sekarang, merupakan daerah dataran tinggi namun bisa
terendam banjir pada saat air dalam.
Urang Bonai (orang Bonai) di Ulak Patian
Asal-Usul suku Bonai di Ulak Patian berasal dari kampong nonom di Rokan Kiri kecamatan
Bonai Darussalam. Masyarakat suku Bonai di sana mengatakan, bahwa mereka berasal dari
Bonai Onom Batin dari kampung Titian Gadiang, sei. Murai dan Rao-rao (kampung letaknya
kualo sako) datang secara berkelompok sekitar tahun 1935 dengan mendaulatkan seorang
Bogodang bernama Mudo Kacak, mereka ini adalah suku Bonai yang belum beragama Islam.
Suku Bonai berada dalam budaya dan tradisi Islam suku Melayu, yang akhirnya membawa
mereka memeluk agama Islam. Sehingga saat ini hampir secara mayoritas masyarakat suku
Bonai telah memeluk agama Islam. Walaupun begitu beberapa tradisi adat lama mereka,
masih tetap dipertahankan.
![Page 3: Suku Bonai.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072107/5695d41f1a28ab9b02a061f6/html5/thumbnails/3.jpg)
Beberapa tradisi dan budaya suku Bonai, adalah :
Tari Buong Kwayang, tari pengobatan tradisional yang dikemas dalam tari tradisional, tari ini
telah menyerap syair bernuansa Islam (syair pembuka; salamualaikum sibolah
kanan, salamualaikum sibolah kiri)
Cegak, (awang-awang, selesai, baju), semacam tarian dalam acara perhelatan perkawinan dan
hari besar lainnya, di mana beberapa orang membaluti tubuhnya dengan latah (sampah daun)
daun pisang kering, lalu menari-nari yang diiringi oleh musik Gondang Borogong.
Tahan Kuli, sejenis acara adat (mirip debus) yaitu melukai diri tanpa bekas
Lukah Gilo, lukah yang menggila yang dipegang oleh beberapa orang.
Tahan Kulik, adalah penyaluran kebatinan bodeo dalam tradisi Islam (Silek Bangkik, Silek
21 hari dan Jonkobet).
Makanan khas Urang Bonai Ulak Patian, adalah:
Anyang Kalu, ikan kalu yang di iris-iris tubuhnya dan dicelupkan sesaat dalam air yang
mendidih, lalu di peraskan kulit kayu bintungan yang sudah ditokok (rasanya kolek), lalu
digiling spodeh, cabe, dan disiram dengan asam limau, boleh dioleskan ke ikan dan boleh
tidak.
Makanan ini adalah khas Ulak Patian, dahulu dijadikan hidangan penyambut tamu terhormat.
Setelah masuknya agama Islam ke dalam masyarakat suku Bonai, maka sebagian dari mereka
pecah masuk menjadi beberapa suku yang diakui oleh kerapatan adat Luhak kepenuhan, yaitu
Suku Molayu Panjang,
Suku Molayu Bosa,
Suku Kandangkopuh,
Suku Bono Ampu,
Suku Kuti,
Suku Moniliang
![Page 4: Suku Bonai.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072107/5695d41f1a28ab9b02a061f6/html5/thumbnails/4.jpg)
Adat Perkawinan umumnya seperti yang dilakukan oleh adat-istiadat Luhak Kepenuhan,
sedikit-sedikit membawa cara Bodeo, hanya sebagai tambahan dan pelengkap perayaan
perkawinan.
acara tari Kwayang suku Bonai
Masyarakat suku Bonai berbicara dalam bahasa Bonai, yang menurut para ahli bahasa
dikelompokkan ke dalam Rumpun Bahasa Melayu. Bahasa Bonai sekilas mirip dengan
bahasa Melayu, tetapi beberapa perbendaharaan kata juga mirip dengan bahasa Batak
Mandailing dan bahasa Minangkabau.
Saat ini kehidupan masyarakat suku Bonai sebenarnya telah banyak mengalami kemajuan
dalam berbagai sektor, seperti pendidikan dan kesehatan, tetapi di beberapa desa masih dalam
kondisi kurang layak. Kehidupan sehari-hari masyarakat suku Bonai, sebagian mencoba
berprofesi sebagai petani di ladang, dan bercocok-tanam sayur-sayuran serta buah-buahan.
Beberapa hewan ternak juga menjadi pilihan mereka untuk menambah penghasilan mereka.
![Page 5: Suku Bonai.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072107/5695d41f1a28ab9b02a061f6/html5/thumbnails/5.jpg)
ARTIKELSUKU BONAI
Disusun Oleh :
Nama : Lingga Munggara
Pandi
Kelas : XII TKR B
PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG
DINAS PENDIDIKAN
SMK NEGERI 4 PANDEGLANG
![Page 6: Suku Bonai.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072107/5695d41f1a28ab9b02a061f6/html5/thumbnails/6.jpg)
Jl. Raya Saketi – Malingping KM. 07 Pandeglang Banten 42274