sukran iksan pascasarjana universitas gajah mada

13
IJSSE: Indonesian Journal of Social Science Education Volume 1, Nomor 1, Januari 2019 Sukran Iksan: Reproduksi Identitas Mahasiswa… 55 REPRODUKSI IDENTITAS MAHASISWA TERNATE DI YOGYAKARTA SUKRAN IKSAN Pascasarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta JL. Bulaksumur, Yogyakarta, Indonesia Email: [email protected] PENDAHULUAN Pembicaraan tentang Yogyakarta akan banyak istilah yang kita dapatkan, misalnya Yogyakarta sebagai kota pendidikan, Yogyakarta sebagai kota budaya dan lain-lain. Oleh karena itu Yogyakarta menjadi salah satu daerah tujuan utama mahasiswa untuk menuntut ilmu. Para mahasiswa berasal dari hampir seluruh daerah di Indonesia yang menjadikan Yogyakarta sebagai miniatur Indonesia. Daya tarik ini pertama disebabkan oleh jaminan kualitas pendidikan di Yogyakarta yang direpresentasikan dengan nama besar Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Universitas Islam Indonesia (UII), Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY), Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Universitas Sanata Darma dan Universitas Atma Jaya. Kedua, Abstract: Identity Reproductions of Ternate Student’s in Yogyakarta. This Study shows that identity is so important for an individual because it refers to boundaries that differs himself from others. In a group, identity will create a tradition or something that can be labeled as their ethnicity markers so they could differ themself from others. Symbols could be a typical identity characteristic to express something that important in the community as a domain to communicate in showing their existency or their identity. Moreover those symbols could connect them to another ethnics. Keywords: Identity Reproductions, Identity Constructions, Culture, Ternate, Yogyakarta Abstrak: Reproduksi Identitas Mahasiswa Ternate di Yogyakarta. Penelitian ini memperlihatkan bahwa identitas sangatlah penting bagi seorang individu karena identitas mengacu pada batasan yang membedakan diri sendiri dengan orang lain. Dalam satu kelompok identitas akan menciptakan suatu tradisi atau sesuatu yang bisa dikatakan sebagai penanda etnisitasnya dan bisa berbeda dengan etnis yang lain. Simbol-simbol nantinya menjadi ciri khas suatu identitas untuk mengekspresikan sesuatu yang dianggap penting dalam masyarakat sebagai suatu tempat komunikasi dalam menunjukan keberadaannya atau identitasnya. Simbol- simbol tersebut juga bisa menjadi penghubung dengan etnis yang lainnya. Kata Kunci: Reproduksi identitas, Konstruksi identitas, Budaya, Ternate, Yogyakarta

Upload: others

Post on 01-Dec-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

IJSSE: Indonesian Journal of Social Science Education Volume 1, Nomor 1, Januari 2019

Sukran Iksan: Reproduksi Identitas Mahasiswa… 55

REPRODUKSI IDENTITAS MAHASISWA TERNATE DI YOGYAKARTA

SUKRAN IKSAN Pascasarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

JL. Bulaksumur, Yogyakarta, Indonesia

Email: [email protected]

PENDAHULUAN Pembicaraan tentang Yogyakarta akan

banyak istilah yang kita dapatkan, misalnya Yogyakarta sebagai kota pendidikan, Yogyakarta sebagai kota budaya dan lain-lain. Oleh karena itu Yogyakarta menjadi salah satu daerah tujuan utama mahasiswa untuk menuntut ilmu. Para mahasiswa berasal dari hampir seluruh daerah di Indonesia yang menjadikan Yogyakarta sebagai miniatur Indonesia. Daya tarik ini pertama

disebabkan oleh jaminan kualitas pendidikan di Yogyakarta yang direpresentasikan dengan nama besar Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Universitas Islam Indonesia (UII), Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY), Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Universitas Sanata Darma dan Universitas Atma Jaya. Kedua,

Abstract: Identity Reproductions of Ternate Student’s in Yogyakarta. This Study shows that identity is so important for an individual because it refers to boundaries that differs himself from others. In a group, identity will create a tradition or something that can be labeled as their ethnicity markers so they could differ themself from others. Symbols could be a typical identity characteristic to express something that important in the community as a domain to communicate in showing their existency or their identity. Moreover those symbols could connect them to another ethnics. Keywords: Identity Reproductions, Identity Constructions, Culture, Ternate, Yogyakarta Abstrak: Reproduksi Identitas Mahasiswa Ternate di Yogyakarta. Penelitian ini memperlihatkan bahwa identitas sangatlah penting bagi seorang individu karena identitas mengacu pada batasan yang membedakan diri sendiri dengan orang lain. Dalam satu kelompok identitas akan menciptakan suatu tradisi atau sesuatu yang bisa dikatakan sebagai penanda etnisitasnya dan bisa berbeda dengan etnis yang lain. Simbol-simbol nantinya menjadi ciri khas suatu identitas untuk mengekspresikan sesuatu yang dianggap penting dalam masyarakat sebagai suatu tempat komunikasi dalam menunjukan keberadaannya atau identitasnya. Simbol-simbol tersebut juga bisa menjadi penghubung dengan etnis yang lainnya. Kata Kunci: Reproduksi identitas, Konstruksi identitas, Budaya, Ternate, Yogyakarta

IJSSE: Indonesian Journal of Social Science Education Volume 1, Nomor 1, Januari 2019

Sukran Iksan: Reproduksi Identitas Mahasiswa… 56

Yogyakarta menjadi pilihan karena faktor biaya hidup yang masih terjangkau bagi mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah.

Kondisi Yogyakarta dengan pendidikan yang berkualitas dan dengan biaya yang terjangkau ini telah menarik minat mahasiswa dari berbagai daerah, termasuk mahasiswa dari Maluku Utara umumnya dan Ternate khususnya. Etnis Ternate menjadi bagian dari etnis Jawa yang menjadi etnis dominan di Yogyakarta dan etnis pendatang seperti Aceh, Melayu, Minangkabau, Batak, Sunda, Madura, Dayak, Bugis Makasar, Manado, Maluku, hingga Papua. Mahasiswa Ternate, sebagaimana etnis-etnis lain di Yogyakarta, mereka adalah perantau dalam menuntut ilmu yang keluar dari kampung mereka untuk mengembangkan diri dan mencoba mencapai sesuatu yang lebih baik. Bagi mahasiswa ternate, meninggalkan kampung halaman merupakan tantangan besar, khususnya untuk meninggalkan tempat tinggal, keluarga, dan tradisi yang di tempat tujuan mengalami hal-hal yang berbeda dengan di daerah asal. Namun demikian, banyak orang Ternate yang tinggal dan hidup lama di Yogyakarta yang dapat menjadi tanda dari penerimaan sosial yang tinggi dari masyarakat setempat serta kemampuan adaptasi yang baik dari mahasiswa atau komunitas Ternate di Yogyakarta.

Identitas cultural suatu kelompok, menurut Hall dan Gay, merupakan pembeda suatu kelompok dengan kelompok lain yang didasarkan pada parameter tertentu dengan prinsip-prinsip tertentu (Sari, 2013). Identitas dapat terbentuk atas berbagai alasan cultural dan struktural. Kebudayaan yang

ditentukan oleh keadaan sekitar, lingkungan dan masyarakat yang mempengaruhi bagaimana kebudayaan dipersepsikan dan dijadikan dasar dalam pembentukan suatu identitas. Kebudayaan yang merupakan faktor penting dalam pembentukan identitas selanjutnya menjadi dasar di dalam pembedaan sekelompok orang lain. Menurut Pratt, pembeda sebagai faktor dapat bersumber pada keadaan sekitar, lingkungan dan masyarakat yang mempengaruhi bagaimana sesuatu dipersepsikan dan dijadikan dasar dalam pembentukan identitas sekelompok orang (dalam Sari 2013). Kebudayaan dapat diwakili oleh pembedaan etnis yang ada dalam suatu masyarakat dan memperlihatkan adanya latar belakang kebudayaan tertentu sehingga menentukan sikap dan perilaku.

Studi ini didasarkan pada suatu asumsi bahwa suatu kelompok etnis akan mampu mempertahankan budayanya dalam interaksinya dengan kelompok etnis yang lain. Sebagaimana dikatakan Barth, bahwa batas-batas budaya dapat bertahan meskipun kelompok-kelompok etnik tersebut saling berbaur, atau bahwa adanya perbedaan antar etnik tidak ditentukan oleh tidak terjadinya pembaruan, kontak dan pertukaran informasi, tetapi lebih kepada adanya proses-proses sosial yang berupa pemisahan dan penyatuan. Dengan cara ini perbedaan etnik tetap dipertahankan walaupun terjadi pertukaran peran dan keanggotaan di antara unit-unit tersebut. Ciri masing-masing kelompok etnik bukan ditentukan oleh tidak adanya interaksi dan penerimaan sosialnya, tetapi berdasarkan terbentuknya sistem sosial tertentu dalam interaksi antar etnis.

IJSSE: Indonesian Journal of Social Science Education Volume 1, Nomor 1, Januari 2019

Sukran Iksan: Reproduksi Identitas Mahasiswa… 57

Dalam hubungan cultural dengan struktur setempat yang bersifat interaktif, suatu kelompok etnis dapat memproduksi kebudayaan asalnya di tempat yang baru, karena kebudayaan bisa berfungsi sebagai landasan bagi pemaknaan realitas dan penyusunan strategi aksi dalam suatu lingkungan sosial (Abdullah, 2015). Dengan kata lain, kebudayaan asal dapat mengalami rekontekstualisasi dalam suatu lingkungan baru di luar kebudayaannya sendiri yang terdeteritorialisasi (Appadurai, 1991).

PEMBAHASAN

Keberadaan Mahasiswa Nusantara di Yogyakarta

Seperti yang telah dibicarakan banyak orang tentang kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan, kota budaya dan lain sebagainya yang membuat banyak para anak muda yang punya keinginan untuk datang di kota tersebut. Bukan hanya sekedar jalan-jalan di kota Yogyakarta tapi banyak juga yang punya impian untuk melanjutkan studi di kota ini. Oleh karena itu, di Yogyakarta banyak mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah. Hal tersebut mendasari perhatian dari pemerintah pemerintah daerah mendirikan asrama-asrama baik yang berskala Provinsi maupun tingkat Kabupaten/Kota misalnya ada asrama Nangroe Aceh Darusalam yang terletak di Jalan RA. Kartini Sagan, asrama Sumatra Utara di Jalan Kaliurang km 5, asrama Papua di Jalan Kusuma Negara dan asrama Sultan Baabullah (Maluku Utara) di Jalan Bausasran. Sedangkan asrama mahasiswa dalam skala kabupaten misalnya asrama Kabupaten Lingga di Jalan Janturan dan asrama Kabupaten Karimun di Jalan Babarsari, selain itu ada

asrama yang dipisahkan antara perempuan dan laki-laki misalnya asrama putra Sumatra Barat di Jalan Magelang dan asrama putri Bundo Kanduang (Sumbar) di Jalan Bintaran Tengah.

Seiring dengan banyaknya mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah, hal ini kemudian mengharuskan para mahasiswa untuk bersosialisasi dengan lingkungan pertemanan baru. Dengan demikian proses adaptasi antar mereka (mahasiswa) dengan latar belakang budaya yang berbeda ini menjadi sangat penting. Adaptasi yang dilakukan pun bukan hanya pada antar sesama mahasiswa namun dengan masyarakat Yogyakarta. Interaksi dengan masyarakat setempat menjadikan mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah tersebut menjadi lebih berperan aktif dalam untuk saling mensosialisasikan kebudayaan masing-masing yang berbeda tersebut, sehingga mahasiswa dan masyarakat setempat bisa saling mengenal budaya satu dengan yang lainnya.

Berbicara tentang adaptasi sama halnya dengan berbicara tentang hubungan penyesuaian antara kelompok yang satu dengan lingkungan sebagai keseluruhan yang didalamnya itu menjadi bagiannya. Sebab, adaptasi merupakan suatu tindakan yang penting dalam bersosialiasi dengan masyarakat yang berbeda. Adaptasi dilakukan agar segala sesuatu yang menjadi kepentingan dari kelompok–kelompok tersebut bisa terakomodasi dalam lingkungan yang baru. Adaptasi kemudian menjadi hal terpenting untuk komunikasi dengan kelompok lain dan lingkungan yang berbeda tersebut. Selain itu juga istilah yang dipakai oleh Abdullah (1999) menjelaskan bahwa:

IJSSE: Indonesian Journal of Social Science Education Volume 1, Nomor 1, Januari 2019

Sukran Iksan: Reproduksi Identitas Mahasiswa… 58

“…definisi yang dipakai oleh pemerintah orde baru ini adalah sebuah bounded system, dimana suatu masyarakat dan kebudayaan memiliki batas-batas yang jelas. Mereka dipisahkan antara satu dengan yang lain dengan batas geografis yang jelas. Selain itu, merekajuga memiliki system nilai yang dianggap sebagai pengikat solidaritas sosial sebagai suatu kesatuan yang sama…” (Abdullah, 1999).

Ketika individu ataupun kelompok tidak dapat mempertahankan identitas kebudayaan dan jati dirinya serta melakukan interaksi sehari-hari sesuai identitas kebudayaan masyarakat dominan, maka jalur atau strategi asimilasi didefinisikan. Saat individu atau kelompok tertarik untuk tetap memelihara kebudayaan aslinya, dan juga ikut berpartisipasi dalam melakukan interaksi dari orang dari kebudayaan lain sebagai bagian dari kesatuan masyarakat luas, hal ini disebut sebagai integrasi. Integrasi ini sering di identifikasi dengan proses akulturasi sebenarnya. Konsep lain, dimana ada suatu nilai yang ditempatkan pada pengkuhan budaya asal seseorang dan suatu keinginan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, maka separasi dapat didefinisikan.

Dengan berbagai budaya yang ada maka akan terjadi adaptasi seperti yang telah ditulis diatas dan bahkan sampai pada tingkatan akulturasi budaya itu sendiri, seperti apa yang di sampaikan oleh Kristi yang mengutip dari Koentjaraningrat bahwa:

“…Akulturasi akan terjadi bila ada sebuah kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu mengalami suatu

proses pertemuan dengan kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan kelompok tersebut. Nilai atau budaya baru itu diproses terlebih dahulu dalam jangka waktu tertentu di dalam keseharian kelompok sosial itu sehingga mempunyai corak yang sama dengan apa yang sudah ada di dalam kelompok sosial tadi…” (Kristi dalam Laksono, 2015).

Adaptasi dan akulturasi yang terjadi di Yogyakarta inilah yang dirasakan mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah Indonesia. Penentuan tempat untuk melanjutkan studi di Yogyakarta diikuti dengan konsekuensi mendestribusikan perbedaan budaya Yogyakarta dengan budaya asalnya sehingga mereka akan lebih mempelajari budaya dimana mereka akan tinggal selama masa studi. Hal ini akan dirasakan ketika para mahasiswa ini akan hidup dilingkungan dengan penduduk asli sehingga mereka harus lebih mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut. Setiap manusia tidak mungkin bisa hidup sendiri dan menyendiri karena mereka memerlukan aktualisasi, identitas dan juga eksistensi diri. Dengan terbentuknya kelompok-kelompok dalam masyarakat akan terbentuk pula pola perilaku yang mengacu pada aturan-aturan, nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dimanapun. Pada dasarnya manusia juga sangat membutuhkan suatu kelompok untuk beradaptasi dengan kelompok lainnya. Kesadaran akan kedudukan sosial merupakan hal yang penting dalam prinsip rukun dan hormat masyarakat Jawa. Interaksi sosial yang berlangsung harus menyadari dengan siapa interaksi

IJSSE: Indonesian Journal of Social Science Education Volume 1, Nomor 1, Januari 2019

Sukran Iksan: Reproduksi Identitas Mahasiswa… 59

tersebut sedang berlangsung. Stratifikasi ini menuntut suatu komunikasi yang berbeda dalam berinteraksi mengimplementasikan prinsip rukun dan hormat.

Sebagai pendatang di daerah lain sudah tentunya akan ada perbedaan kebiasaan antara pendatang dan penduduk asli. Oleh sebab itu, sebagai pendatang seharusnya bisa bersosialisasi dengan masyarakat asli dengan baik selain itu juga pendatang harus mengikuti aturan-aturan yang berlaku dalam lingkungan yang menjadi tempat tinggal baru tersebut. dengan demikian akan tercipta suasana yang aman dan harmoni seperti apa yang diinginkan bersama. Interaksi yang baik akan menghasilkan lingkungan yang damai. Hal ini mencerminkan kehidupan yang rukun dalam lingkungan masyarakat sehingga terjalin interaksi yang bai antara sesama masyarakat asli Yogyakarta dan pendatang.

Mahasiswa Ternate di Yogyakarta

Kisaran tahun 60-an orang Ternate sudah mulai datang ke Yogyakarta dengan tujuan untuk menimba ilmu dan mengembangkan sumber daya manusia, walaupun pada saat itu orang Ternate belum terlalu banyak yang datang ke Yogyakarta tapi semangat untuk menempuh pendidikan selalu dijunjung tinggi, dengan semangat itulah mereka kemudian dapat sampai di Yogyakarta. Generasi 60-an yang menimba ilmu di Yogyakarta terbilang cukup sukses, misalnya salah satu dari alumnus mahasiswa asal Ternate yang kuliah di Yogyakarta yakni Taib Armayn (mantan Gubernur Maluku Utara) dan beberapa tokoh lainnya sempat menduduki jabatan

penting di Maluku Utara. Setelah itu, generasi-generasi berikutnya datang ke Yogyakarta, hingga tahun 80-an jumlah mahasiswa asal Ternate sudah lumayan banyak sehingga Pemda Maluku Utara

mendirikan asrama mahasiswa Sultan Baabullah yang terletak di Jalan Bausasran. Keberadaan asrama, selain menjadi tempat tinggal mahasiswa, juga merupakan pusat kegiatan-kegiatan kemahasiswaan dalam pengembangan bakat para mahasiswa Maluku Utara dari berbagai kampus. Asrama Putra Baabullah (Maluku Utara) sendiri tepat berada diantara rumah-rumah warga Yogyakarta, sehingga mengharuskan para mahasiswa harus menyesuaikan dengan segala aturan di warga kampung tersebut. Interaksi antara penghuni asrama dengan pemuda maupun warga lainnya sejauh ini telah terjalin dengan dengan baik. Hal ini dapat terjadi, karena komunikasi antara penghuni asrama dengan warga setempat berjalan dengan sangat baik, komunikasi yang dijalin merupakan salah satu cara ini orang Ternate dalam menjaga nama baik mereka sebagai pendatang di lingkungan orang lain.

Dari pengalaman selama ini telah membuktikan bahwa orang Ternate lebih memilih Yogyakarta sebagai tempat yang menyenangkan untuk menutut ilmu, adapun alasan-alasannya karena selain banyaknya pilihan universitas yang ada di Yogyakarta, suasana Kota Yogyakarta juga dinilai kondusif dalam hal keamanan dan kenyamanan. Oleh sebab itu, Yogyakarta menjadi impian bagi banyak orang dari Maluku Utara terutama orang Ternate dan sangat bersemangat jika dapat menempuh pendidikan di kota ini. Seperti misalnya dewasa ini, cukup banyaknya pembukaan area tambang baru di Maluku Utara mendorong

IJSSE: Indonesian Journal of Social Science Education Volume 1, Nomor 1, Januari 2019

Sukran Iksan: Reproduksi Identitas Mahasiswa… 60

ketertarikan mahasiswa dari Ternate untuk masuk ke dalam jurusan yang berhubungan dengan dunia pertambangan, atas pertimbangan kualitas yang ditawarkan maka Yogyakarta merupakan kota tujuan yang lebih menarik untuk memilih jurusan pertambangan tersebut, salah satu perguruang tinggi yang paling diminati dalam bidang pertambangan diantaranya Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran”.

Perlu disadari bahwa tujuan utama orang Ternate datang ke Yogyakarta untuk mengenyam pendidikan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Selama mereka menempuh pendidikan di Yogyakarta mereka tinggal dan berbaur dengan masyarakat yang ada di lingkungan yang mereka tinggal. Sebagai manusia yang memerlukan hubungan interaksi dengan makhluk lainnya membuat aktivitas sehari-hari mahasiswa Ternate pun mengikuti trend yang berkembang dalam masyarakat Kota Yogyakarta itu sendiri. Sehingga secara dinamis mahasiswa asal Ternate dapat mengikuti gaya hidup orang Yogyakarta atau juga mengikuti gaya hidup mahasiswa pendatang lainnya baik itu dalam hal pakaian, trend wisata maupun kuliner yang sedang berkembang.

Selain pertimbangan kualitas dan banyaknya pilihan perguruan tinggi, daya tarik Yogyakarta lainnya adalah kenyamanan yang ditawarkan oleh Kota Yogyakarta, (Wawancara dengan responden 1, 9/3/2016). Banyak dari mahasiswa Ternate memilih Yogyakarta karena terpukau oleh cerita tentang kehidupan Yogyakarta yang menarik, misalnya saja cerita tentang Malioboro yang senantiasa ramai dikunjungi selama

24 Jam, atau alun-alun selatan yang menurut orang Ternate merupakan hal yang unik menguatkan keinginan mereka menempuh studi di Yogyakarta. Di samping itu, tidak sedikit pula yang memilih Yogyakarta atas pertimbangan biaya hidup yang lebih terjangkau. Pertimbangan lainnya adalah karena di Yogyakarta juga terdapat banyak perguruan tinggi ternama dan favorit seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), (Wawancara dengan responden 2, 11/03/2016). Tidak sedikit pula mahasiswa dari Ternate ini kuliah di Yogyakarta karena ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang pascasarjana yakni S2 dan S3 yang di kota-kota lain masih sangat terbatas, sehingga kota yang juga dijuluki sebagai “Kota Budaya” ini merupakan pilihan yang paling tepat.

Mahasiswa Ternate yang datang dan tinggal di Yogyakarta juga akan mengalami hal yang sama dengan mahasiswa dari luar Jawa lainnya yakni memiliki kesulitan tersendiri dalam beradaptasi dengan lingkungan baru. Dengan bertemunya berbagai kebudayaan yang berbeda inilah para mahasiswa akan bersosialisasi antara kelompok yang satu dengan yang lain baik dilingkungan yang mereka tinggal ataupun dilingkungan dimana mereka studi. Menurut salah satu informan, awalnya dia merasa banyak kendala adaptasi terutama yang berkenaan dengan makanan, biasanya makanan yang dimakan itu rasanya agak pedas, tetapi ketika berada di Yogyakarta makanan yang dimakannnya berasa manis, dia menambahkan bahwa seiring waktu dia kemudian bisa menerima dan hingga saat ini dia sudah bisa beradaptasi dengan baik terhadap makanan yang ada di Yogyakarta.

IJSSE: Indonesian Journal of Social Science Education Volume 1, Nomor 1, Januari 2019

Sukran Iksan: Reproduksi Identitas Mahasiswa… 61

Mahasiswa asal Ternate yang Kuliah di Yogyakarta semakin tahun bertambah dan semakin beragam dalam pemilihan universitas sesuai dengan jurusan yang disukai, hal ini terjadi karena calon mjahasiswa yang ingin kuliah sudah sedari awal memiliki gambaran pilihan jurusan yang nanti diambil dan tempat yang cocok untuk menjalani kuliahnya. Sementara itu memilih untuk kuliah diluar daerah seakan menjadi gaya baru bagi mahasiswa yang ada di Ternate bahkan diseluruh Maluku Utara. Yogyakarta menjadi salah satu pilihan diantara pilihan-pilihan yang tersedia lainnya seperti Makasar, Manado, Jakarta dan Bandung dengan alasan yang beragam disebutkan di awal tadi.

Relasi Mahasiswa Ternate dengan kelompok lain

Hubungan sosial antara satu dengan yang lain merupakan suatu hal yang tidak bisa dipungkiri lagi karena sebagai manusia sudah seharusnya saling membutuhkan sehingga tidak ada lagi batasan untuk saling kenal mengenal dengan orang lain yang berada dalam satu lingkungan. Hubungan sosial ini juga harus dibangun atas dasar sopan santun sehingga relasi yang terjalin akan jauh lebih baik. Kelompok yang berada dalam satu lingkungan yang notabene bukan lingkungan awal kelompok tersebut tinggal maka dengan relasilah mereka bisa berkomunikasi dengan kelompok lain dilingkungan yang baru tersebut. Hal ini dapat dilihat pada mahasiswa Ternate yang sedang menuntut ilmu di Yogyakarta dan telah tinggal di Kota Yogyakarta dalam kurun waktu 3-4 tahun merekapun kemudian akan tinggal dan berbaur dengan warga asli Yogyakarta serta

membangun relasi-relasi dengan warga Yogyakarta. Selain warga Yogyakarta mahasiswa Ternate juga akan berbaur dengan berbagai etnis yang juga tinggal di kota tersebut sehingga mahasiswa Ternate juga akan berelasi dengan kelompok atau etnis lain yang sama-sama tinggal di Yogyakarta. Dalam hal ini Yoseph A. Roucek mengemukakan bahwa “interasksi sosial adalah suatu proses yang bersifat timbal balik dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung melalui berita yang didengar dan dilihat” (Hadi,2012). Interaksi mahasiswa Ternate dengan penduduk asli (demikian juga dengan pendatang dari daerah lain) telah melahirkan suatu hubungan timbal balik yang memungkinkan terjadinya pertukaran nilai dan saling pengertian. Pertemuan kebudayaan pun terjadi secara berangsur-angsur.

Kebudayaan yang berbeda membuat para mahasiswa yang ada di Yogyakarta terutama yang tinggal di asrama dan rumah kos-kosan beradaptasi dengan masyarakat asli setempat sehingga memungkinkan terjalin komunikasi yang harmonis antara pendatang dengan orang asli. Dengan demikian terjadi suatu keadaan hidup bersama yang harmonis antara pendatang dan orang asli. Berbagai budaya yang berbeda hadir dan mendorong adanya komunikasi antar budaya. Komunikasi merupakan sistem dalam suatu masyarakat ataupun proses sosial karena komunikasi sangatlah penting ketika kita berada dalam satu lingkungan yang berbeda dengan yang lainnya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dilakukan tidak hanya antar golongan dalam kehidupan

IJSSE: Indonesian Journal of Social Science Education Volume 1, Nomor 1, Januari 2019

Sukran Iksan: Reproduksi Identitas Mahasiswa… 62

bermasyarakat, seperti halnya hubungan antara pendatang dan orang asli. Hal ini berarti keberhasilan interaksi sosial, yang ditandai dengan berlangsungnya pengaruh timbal balik antar berbagai segi kehidupan.

Berbicara tentang relasi maka tidak terlepas dari bagaimana orang Ternate memposisikan diri sebagai pendatang dilingkungan yang ia diami dan bisa bersosialisasi dengan warga asli agar relasi tetap terjaga dengan baik. Setiap manusia memiliki kesempatan untuk hidup berdampingan dengan orang lain dan berinteraksi dengan orang lain. Soekanto pernah mengatakan bahwa “interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok manusia, diantara orang perorangan dengan kelompok manusia. Selanjutnya apabila ada dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu” (dalam Hadi, 2012). Relasi yang dibangun antara pendatang dan orang asli Yogyakarta sangat dijaga, yang oleh mahasiswa Ternate dinilai bagian dari usaha dan komitmen mereka menjaga nama baik “keternateannya” dan mencoba menghapus stereotype yang selama ini menempatkan mahasiswa Ternate sebagai tertuduh. Stereotipe yang selama ada bersifat labeling yang menempatkan “orang timur” dalam satu kategori tanpa membedakan bahwa mereka adalah mahasiswa yang berasal dari Papua, Ambon, atau dari Ternate sehingga dicitrakan sama sebagai kelompok yang sering meminum minuman keras dan selalu membuat keributan.

Terlepas dari adanya tantangan dalam kehidupan antar etnis yang dialami oleh

mahasiswa Ternate, penduduk asli di Yogyakarta bersikap sangat terbuka sehingga penduduknya begitu ramah dan dapat mudah menerima orang lain. Hal ini terlihat bagaimana sikap antara mahasiswa pendatang dengan warga asli. Hal ini juga ditunjukkan oleh Purwaningsih yang meneliti pandangan penduduk asli terhadap pendatang. Untuk itu Purwaningsih mengatakan bahwa persepsi penghuni asrama tehadap orang Jawa ada yang positif ada yang negatif. Persepsi positif dikatakan bahwa orang Jawa itu sopan santun, ramah tamah, lemah lembut, dan terbuka bagi pendatang. Sedangkan persepsi negatif dikatakan terkait etnosentris Jawa. Namun demikian, interaksi antara pendatang dan penduduk setempat terjadi dengan baik. Mereka saling berintegrasi ketika ada kegiatan-kegiatan tertentu seperti kerja bakti, peringatan tujubelasan, dan kegiatan serupa lainnya. Intensitas interaksi antara mahasiswa pendatang dengan warga kampong juga dinilai akan tinggi jika mahasiswa tinggal berbaur dengan komunitas kampung (dalam Pratiwi, 2016).

Relasi yang dilakukan secara terbuka yang artinya bisa berbaur dengan masyarakat asli Yogyakarta yang berada dalam lingkungan tempat tinggal mahasiswa tersebut tampak, misalnya, di asrama Sultan Babullah yang ada di Bausasran, para pemuda maupun masyarakat dilingkungannya. Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat setempat selalu ada partisipasi dari mahasiswa pendatang dengan masyarakat setempat. Dengan adanya partisipasi tersebut maka akan terjadi interaksi sosial antara pendatang dan masyarakat asli. Partisipasi yang dilakukan, misalnya, ketika ada perayaan

IJSSE: Indonesian Journal of Social Science Education Volume 1, Nomor 1, Januari 2019

Sukran Iksan: Reproduksi Identitas Mahasiswa… 63

agustusan semua terlibat membersikan lingkungan sekitar.

Interaksi antara pendatang dan masyarakat asli dan interaksi antara sesama pendatangtelah menjadi ruang penegasan dan penyesuaian identitas. Interaksi ini tidak hanya terjadi sebagai dua kelompok tetapi juga melalui suatu proses sosial dapat mengubah relasi sebagai bagian dari suatu kelompok yang sama. Perkawinan merupakan faktor penting dalam integrasi yang kemudian juga mengubah pola tempat tinggal. Orang Ternate yang datang dan tinggal di Yogyakarta baik yang tinggal sementara atau lama bagi mereka yang sudah menikah dan kerja di Yogyakarta sudah tentu akan mencari tempat tinggal bersama dengan penduduk asli Yogyakarta maupun dengan suku lainnya yang sama-sama tinggal disuatu lingkungan. Demikian pula yang tinggal suatu rumah kos yang terdiri dari berbagai suku dari berbagai daerah, suatu proses pembelajaran budaya pun kemudian terjadi.

Mahasiswa yang ada di Yogyakarta cukup beragam bahkan bisa dibilang semua etnis di Indonesia ada diYogyakarta. Hal ini terlihat banyaknya asrama mahasiswa yang berasal dari daerah-daerah diwilayah Indonesia. Sementara itu mahasiswa yang berasal dari Maluku Utara juga ada di Yogyakarta dan hidup berdampingan dengan kebudayaan yang berbeda pula, maka dengan demikian secara alami terjadi interaksi antara mahasiswa dengan latar belakang budaya yang berbeda. Walaupun demikian sampai saat ini tidak ada konflik antara kelompok mahaiswa yang bebeda budaya tersebut.

EKSPRESI BUDAYA DAN IDENTITAS TERNATE Ekpresi Budaya Sebagai Identitas

Indonesia adalah Negara yang memiliki berbagai macam budaya yang berbeda di mana budaya Ternate adalah salah satunya. Ternate merupakan salah satu pulau yang ada di Propinsi Maluku Utara yang merupakan pusat perdagangan dan pendidikan di daerah tersebut sehingga Ternate menjadi ramai oleh berbagai suku bangsa. Suku yang berasal dari Maluku Utara sendiri maupun yang berasal dari luar Maluku Utara, misalnya Gorontalo, Bugis-Makasar, Jawa dan lain sebagainya. Dengan berbagai macam suku yang ada di Ternate maka akan terlihat budaya yang berbeda pula. Namun demikian budaya asli ternate tetap ditunjukan oleh orang ternate itu sendiri.

Setiap manusia yang berbudaya memiliki sesuatu untuk dapat diekspresikan dan dengan cara yang berbeda-beda dalam mengekspresi-kannya. Ada yang mengekspresikan dengan eksplisit agar dikenal oleh orang lain dan ada juga yang mengekspreikan dengan diam atau biasa-biasa saja dan tidak perlu untuk diketahui oleh orang lain. Mengekspreikan sesuatu yang berlebihan bisa saja dilakukan oleh siapa saja asalkan tidak mengganggu orang lain atau orang lain merasa terancam dengan ekspresi kita. Misalnya mahasiswa Ternate di Yogyakarta akan mengekspresikan dirinya agar terlihat berbeda dengan yang lainnya, biasanya ekpresi tersebut ditunjukan dengan cara berpakaian, (Wawancara dengan responden 3, 12/03/2016). Ekspresi semacam ini menurut Habermas akan melahirkan paradoks. Di satu sisi, ia merupakan lahan bagi manusia untuk aktualisasi sebuah kebebasan. Dalam

IJSSE: Indonesian Journal of Social Science Education Volume 1, Nomor 1, Januari 2019

Sukran Iksan: Reproduksi Identitas Mahasiswa… 64

budaya ekspresi manusia untuk menyalurkan hasrat kebebasannya bisa bermacam-macam. Satu diantara sekian banyak ekspresi itu dalam mengekspresikan budaya asal agar dikenal dengan orang lain (Jauhari, 2013)”

Identitas adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh seseorang, kelompok, lembaga atau bangsa lainnya. Dengan adanya ciri yang berbeda maka akanmuncul kekhasan serta keunikan tersendiri sehingga akan mampu memberikan kebanggaan bagi pemilik identitas tersebut. Salah satu peluang untuk menyatakan identitas dirinya ini adalah melalui kegiatan seni. Kegiatan seni dianggap potensial oleh karena itu mampu mengekspresikan identitas kelompoksecara alamiah. Melalui simbol budaya, seperti seni, mitos, keyakinan, dan harapan dari suatu kelompok dapat dinyatakan secara efektif dan otentik.

Indonesia memiliki berbagai suku bangsa dengan sejarah dan latar belakang budaya yang sangat beragam. Hal tersebut tercermin pula dari keragaman bentuk dan sifat kesenian yang muncul serta dapat kita warisi hingga saat ini. Sebagai ekspresi dari masyarakat pendukungnya, kesenian mengandung nilai-nilai luhur budaya bangsa yang tidak ternilai harganya. Kekayaan seni budaya nusantara telah mampu memberikan kita sebuah kebanggaan sebagai suatu bangsa yang berbudaya tinggi, (Sulistiawati, 2009). Sementara itu, menurut Hartati, “identitas daerah adalah salah satu ciri yang dimiliki oleh suatu daerah secara filosofis membedakan daerah tersebut dengan daerah lainnya. Berdasarkan pengertian yang demikian ini maka setiap daerah di Indonesia ini akan memiliki identitas

sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri, serta karakter dari daerah tersebut, (lihat www.srihartatiblog.com).

Ekspresi Kuliner Sebagai Representasi

Makanan merupakan suatu representasi identitas suatu daerah, yang dengan makanan kita bisa mengenali dari mana makanan tersebut berasal. Yogyakarta, misalnya, dikenal sebagai kota Gudeg, makanan khas Yogyakarta, atau kerak telor sebagai makanan khas Betawi, demikian pula ketika mendengar nama rendang maka yang terlintas dibenak kita adalah Padang. Palembang dikenal dengan Pempeknya, Demikianlah banyak daerah lain di Indonesia yang juga memiliki makanan khas. Ternate identik dengan makanan khas yang terbuat dari sagu, yakni “popeda”. Makanan khas suku-suku di wilayah timur Indonesia hampir semua terkait dengan sagu sebagai hasil pertanian pokok yang menjadi makanan pokok beberapa daerah.

Makanan selain sebagai kebutuhan pokok manusia, juga dewasa ini menjadi potensi sangat besar untuk mempromosikan pariwisata Indonesia di kancah internasional. Makanan dengan berbagai macam rasa membuat keistimewaan tersendiri untuk daerah tertentu, khususnya menjadi daya tarik ketika orang berwisata ke suatu daerah. Ternate juga memiliki nasi kuning yang khas yang menurut mahasiswa Ternate menjadi pembeda tersendiri. Nasi kuning Ternate berbeda dengan nasi kuning lainnya, baik dari prosespembuatannya maupun penyajiannya. Nasi kuning ternate disajikan dengan ikan kayumasak kering sehingga memiliki rasa khas dan berbeda dari nasi kuning lainnya. Nasi

IJSSE: Indonesian Journal of Social Science Education Volume 1, Nomor 1, Januari 2019

Sukran Iksan: Reproduksi Identitas Mahasiswa… 65

kuning Ternate (NasKuter) adalah salah satu makanan khas Ternate yang ada dikota Yogyakarta, dengan nama tersebut mencoba menunjukan ekspresi identitas Ternate dalam hal kuliner. Keberadaan kuliner ini memperlihatkan adanya suatu usaha aktif untuk menegaskan suatukeberadaan masyarakat Ternate di Yogyakarta. Awal-awal hadirnya “naskuter” di Yogyakarta menjadi tempat berkumpul mahasiswa-mahasiswa Ternate, namun demikian tidak semua mahasiswa Ternate selalu makan di Naskuter. Beberapa mahasiswa mengatakan bahwa makan di nasi kuning Ternate (Naskuter) jika ada duit saja karena harganya mahal dan porsinya sedikit, ditambah lagi naskuter sudah sedikit hilang rasa khas Ternatenya, (Wawancara dengan responden 4, 16/03/2016). Kini hadir lagi sebuah warung makan yang diberinama MasTer (masakan Ternate), menurut beberapa orang masakan Ternate lebih enak daripada masakan di Naskuter.

Sebagian yang datang ke warung nasi kuning Ternate ini lebih bersifat nostalgia, sebagai bagian dari usaha mereka mengenang kampung halaman. Dengan kata lain, makanan menjadi ruang kultural dalam reproduksi identitas di satu pihak yang melahirkan suatu citra kebudayaan. Di pihak lain, keberadaan kuliner daerah merupakan bentuk kesadaran baru di mana lokalitas menjadi suatu alat pertukaran yang memberikan warna dalam kehidupan yang lebih luas. Yogyakarta selain sebagai ruang publik yang mempertemukan berbagai kebudayaan daerah, khususnya karena keberadaan mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah. Pada saat yang sama Yogyakarta menjadi ruang global yang terbuka bagi ekspresi yang beragam.

KESIMPULAN

Studi ini menegaskan bahwa dalam berbagai persoalan yang terjadi dan melibatkan mahasiswa asal Ternate dan mahasiswa yang berasal mana saja serta masyarakat dilingkungan. Oleh sebab itu peran serta tanggung jawab yang besar oleh mahasiswa asal Ternate dalam menjaga dan mempertahankan identitasnya. Identitas Ternate di Yogyakarta akan bisa saja terpengaruh dengan kebudayaan lain jika tidak mampu mempertahankan identitasnya sendiri karena faktor lingkungan tempat mereka tinggal. Keberadaan orang Ternate di Yogyakarta merupakan bagian dari identitas Ternate sehigga bisa dilihat ikatan dan solidaritasnya sesama orang Ternate dalam berbagai proses sosial di lingkungan.

Sikap saling toleran dan menjaga solidaritas diantara pihak-pihak yang terlibat belumlah cukup tanpa dibarengi oleh saling mengisi segala kekurangan dan kelebihan dari masing-masing pihak. Untuk itu diperlukan suatu pengetahuan yang cukup mengenai latar belakang kehidupan dari kebudayaan masing-masing. Tentu saja pengetahuan yang sifatnya mengarah dan mendorong untuk terciptanya keadaan yang nyaman dan harmonis dalam berdampingan dalam suatu lingkungan. Pengetahuan ini menyangkut dengan kebudayaan masing-masing. Jika hal ini terwujud maka kedamaian dalam bertetangga dan lainnya bisa terjaga dengan baik.

Mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia terkumpul di Yogykarta sebagai pendatang begitu juga halnya dengan mashasiswa berasal dari Ternate. Maka Dengan demikian adanya

IJSSE: Indonesian Journal of Social Science Education Volume 1, Nomor 1, Januari 2019

Sukran Iksan: Reproduksi Identitas Mahasiswa… 66

keinginan dan memiliki kecenderungan untuk sering berkumpul dan menunjukan kehidupan kelompok atau komunitas berdasarkan etnisitas ke-Ternate-annya. Kelompok atau komunitas etnis Ternate ini berusaha mensosialisasikan eksistensinya di Yogyakarta dan mereka ingin menyampaikan bahwa mereka berbeda dengan lainnya terutama dengan etnis-etnis yang berasal dari Indonesia bagian timur. Kesadaran tersebut muncul ketika ada streotipe terhadap mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari Indonesia bagian Timur, sehingga muncul kesadaran dari mahasiswa asal Ternate untuk menentukan sikap tentang berbeda dengan yang lainnya.

Etnis Ternate yang berada di Yogyakarta baik yang sudah kerja dan tinggal menetap maupun yang masih tercatat sebagai mahasiswa. Etnis Ternate selalu berusaha menunjukan eksisitensi mereka di Yogyakarta dengan tujuan untuk menepis streotipe-streotipe yang mengucilkan mahasiswa yang berasal dari timur Indonesia. Hal ini membuatr ketidaknyamanan dalam kelompok mahasiswa Ternate yanga da di Yogyakarta karena etnis Ternate juga sering di sama-samakan dengan etnis lainnya yang berasal dari timur Indonesia juga seperti Ambon, Papua dan lainnya.

Tari-tarian daerah merupakan salah satu pilihan bagi mahasiswa asal Ternate dalam merepresentasikan suatu kebudayaan yang berbeda dengan budaya lainnya. Langkah ini menjadi bagian dari sosialisasi dari mahasiswa Ternate yang ingin dipandang berbeda. Usaha-usaha yang dilakukan dengan tujuan untuk lebih dikenal lagi oleh banyak orang di Yogyakarta tentang kebudayaan etnis Ternate, budaya

Ternate dan lainnnya, mahasiswa Ternate beberapa kali berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan oleh oraganisasi kedaerah lainnya, dengan maksud untuk tetap menjaga kerukunan antara sesama pendatang, namun demikian mahasiswa Ternate juga pernah berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat di Yogyakarta.

Identitas sangatlah penting dalam kehidupan bermasyarakat karena merupakan suatu ciri seseorang untuk mengetahui orang itu berasal dari mana. Identitas Ternate di Yogyakarta adalah salah satu etnis dari sekianbanyaknya etnis yang ada. Dengan kesadaran akan identitas maka etnis tersebut bisa paham bagaimana berinteraksi dengan kelompok etnisnya dan dengan etnis lainnya. dengan demikian kelompok etnis tersebut lebih saling memahami dan saling memperdulikan satu sama lain. Bentuk kepedulian sesama ini terlihat misalnya ada anak Ternate yang bermasalah maka seluruh anak-anak Ternate akan ikut membantu tanpa alasan apapun sebagai suatu solidaritas antar sesama mahasiswa yang berasal dari Ternate.

Etnis Ternate di Yogyakarta berusaha untuk memproduksi kebudayaannya dengan aktif yang menegaskan eksistensinya dalam lingkungan yang berbeda sehingga membuat orang Ternate harus beradaptasi dengan kelompok lainnya yang memiliki latar belakang yang jauh berbeda, dengan demikian akan terlihat dalam lingkungan masyarakat tentang dominan budaya Jawa, sementara itu budaya Ternate mencoba untuk keluar dari dominasi yang ada dalam lingkungannya hal ini menyangkut cara mempertahankan

IJSSE: Indonesian Journal of Social Science Education Volume 1, Nomor 1, Januari 2019

Sukran Iksan: Reproduksi Identitas Mahasiswa… 67

identitas Ternatenya pada lingkungan yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan. (2006). Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Ahmad, J. Tari: Ekspresi Budaya. Kompasiana, 29 November 2013.

Hadi, Amirul (Ed). (2012). Akulturasi Budaya Pada masyarakat Jawa di Kota Langsa. Aceh: BPNB Banda Aceh

Hall, Stuart. (1997). The Work of Reseptations. Dalam Stuart Hall (ed), Repsentations: Cultural Reseptation and Signifing Paractices. London: Sage Publications

Koentjaraningrat. (1984). Kamus IstilahAntropologi. Jakarta: pusat Pembinaan dan pembangunan bahasa departemen pendidikan dan kebudayaan.

Laksono dkk. (2015). Antropologi Pendidikan. Yogyakarta: Jurusan Antropologi Budaya.

Muhrotien, Andreas. (2012). Rekonstruksi Identitas Dayak. Yogyakarta: Tici

Purwaningsih, Ernawati, Sindu Galba,

Cristriyati Ariani. (2014). Interaksi Penghuni Asrama Mahasiswa Dengan Masyarakat Sekitar (Suatu Pijakan Awal Multikulturalisme). Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya (BNPB).

Sari, P.I. (2013). Konstruksi Identitas Komunitas Perbatasan: Perebutan Symbol Negara-Negara Di Desa Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan barat. Skripsi Jurusan

Antropologi Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, UGM. Yogyakarta.

Wawancara dengan reponden 1, 09/03/2016.

Wawancara dengan responden 2, 11/03/2016.

Wawancara dengan responden 3, 12/03/2016.

Wawancara dengan respodnen 4, 16/03/2016.