skripsi pak sukran

Upload: dimyati-al-kindi

Post on 30-Oct-2015

54 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Konteks Penelitian Dalam Islam tujuan hidup manusia adalah untuk menyembah Allah. Kata menyembah meliputi segala perbuatan mematuhi Allah. Seorang Islam sejati berpegang teguh pada tujuan ini di sepanjang tahapan hidup mereka dari kanak-kank hingga dewasa dan mati [footnoteRef:2] Al-Quran mengajarkan bahwa menyembah Allah berarti menjalankan hidup menurut perintah-perintahNya itu. Hal ini mensyaratkan setiap orang islam untuk melaksanakan hokum-hukumNya, senantiasa berhubungan denganNya melalui sholat lima waktu sehari semalam, berpuasa selama bulan Ramadhan, membayar zakat kepada yang berhak menerimanya, dan pergi haji paling tidak sekali semur hidup. [2: Baharudin, Nahdlatul Wathan dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta: Genta Press, 2007), hal. 150]

Hakikat manusia sebagai abd tercermin dari ayat yang terdapat pada surah az-Zariyat ayat 51 yang menegaskan tentang fungsi manusia di muka bumi ini Artinya Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. [footnoteRef:3] [3: Depag, Al-Quran dan Terjemahan, (Jakarta: YPPI, 1993), hal 675]

Namun pengenalan dan pengabdian yang dilakukan oleh manusia sebagai manifestasi kepatuhan kepada Tuhannya hanya sebatas akal budi manusia. Untuk itu, Allah SWT. Memperkenalkan dan menunjukkan manusia bagaimana tata cara yang harus dilakukannya dalam melakukan peribadatan, sebagai bukti kepatuhannya kepada Allah.Hakikat dan kedudukan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Khalifah merupakan gambaran citra idial manusia yang telah diciptakan oleh Allah SWT. Dengan potensi yang dimilikinya, manusia mampu menentukan nasibnya sendiri, baik sebagai kelompok masyarakat maupun individu. Ia mampu berkreasi dan berkarya sesuai dengan kadar yang harus dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT terkait statusnya sebagai khalifah di muka bumi beserta unsure-unsur yang ada di dalamnya. [footnoteRef:4] [4: Ahmad Munjih Nasih, Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), hal 12]

Masalah pokok dari keterbelakangan bukanlah kurangnya bahan baku, melainkan ketidakmampuan penduduk desa untuk mengatasi keterbelakangan mereka dan menghilangkan rintangan-rintangan budaya seperti pasrah pada nasib dan ketergantungan baik secara individual maupun secara kelompok. Untuk itu, pembangunan masyarakat dapat dilakukan dengan proses pemberdayaan yang berarti bahwa pembangunan harus bersumber dari, oleh, dan untuk masyarakat. Upaya pemberdayaan masyarakat merupakan tuntutan utama pembangunan. Pada dimensi sosial budaya, masyarakat desa pada dasarnya memiliki masalah diantaranya kemiskinan dan keterbelakangan baik masyarakat tani maupun nelayan. Masyarakat nelayan memiliki masalah yang lebih kompleks dibandingkan dengan masyarakat tani, jika ditinjau dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya.Manusia memiliki kewajiban untuk melaksanakan semua perintah Allah dan manjeauhi segala larangannya. Kewajiban ini merupakan kewajiban yang diberikan kepada masing-masing individu. Tuan Guru sebagai figur yang telah memiliki pengetahuan yang luas tentang ajaran Islam memiliki kewajiban untuk memberikan pencerahan kepada umat Islam lainnya.Tuan Guru sebagai seorang figur yang memiliki kharisma dan sebagai figur yang memiliki visi dan misi untuk melakukan perbaikan baik dibidang agama maupun dibidang keduniawian dalam rangka melaksanakan fungsinya sebagai khalifah dimuka bumi ini. Berdasarkan fenomena tersebut maka ada ketertarikan untuk melakukan penelitian dengan judul Pola Dakwah Transformatif Para Tuan Guru di Desa Masbagik Kecamatan Masbagik Lombok Timur.B. Fokus Penelitian1. Bagaimanakah Pola Dakwah Transformatif Para Tuan Guru di Desa Masbagik Kecamatan Masbagik Lombok Timur?2. Apakah yang menjadi Kendala yang dihadapi Para Tuan Guru dalam melaksanakan dakwah transformatif di Desa Masbagik Kecamatan Masbagik Lombok Timur?3. Bagaimanakah Upaya yang dilakukan oleh para tuan guru dalam mengatasi kendala dakwah transformatif di Desa Masbagik Kecamatan Masbagik Lombok Timur?C. Tujuan dan Manfaat Penelitian1. Tujuan PenelitianBerdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:a. Untuk Mengetahui Pola Dakwah Transformatif Para Tuan Guru di Desa Masbagik Kecamatan Masbagik Lombok Timur.b. Untuk Mengetahui Kendala yang dihadapi Para Tuan Guru dalam melaksanakan dakwah transformatif di Desa Masbagik Kecamatan Masbagik Lombok Timur.c. Untuk Mengetahui Upaya yang dilakukan oleh para tuan guru dalam mengatasi kendala dakwah transformatif di Desa Masbagik Kecamatan Masbagik Lombok Timur.2. Manfaat PenelitianManfaat yang diajukan dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu sebagai berikut : a. Manfaat Teoritis 1) Secara teoritis manfaat penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tentang bagaimana cara melakukan pola dakwah transformatif.2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti lain yang ingin meneliti permasalahan yang sama dalam konteks yang berbeda.b. Manfaat Praktis1) Dapat menjadi pedoman bagi para Tuan Guru dalam melakukan dakwah.2) Dapat di jadikan sebagai acuan bagi para tokoh agama dan tokoh masyarakat. D. Definisi OperasionalUntuk menyamakan pemahaman tentang judul yang ingin diteliti, maka akan dibuat definisi tentang judul yang diangkat yaitu sebagai berikut:1. Tuan GuruTuan Guru adalah orang yang memiliki pengetahuan keagamaan yang luas yang kepadanya penduduk desa belajar pengetahuan. [footnoteRef:5] Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tuan guru adalah seorang yang memiliki pengetahuan yang luas dan dapat memberikan pembelajaran keagamaan kepada masyarakat. [5: Baharudin, Nahdlatul Wathan dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta: Genta Press, 2007),hal 65]

2. Dakwah TransformatifDakwah transformatif merupakan pola dakwah yang berusaha menjadikan setiap keadaan sebagai sarana melaksanakan dakwah. Pendekatan transformatif lebih mengarah kepada nilai-nilai kultural dalam menjalankan pola dakwah. Pendapat lain mengatakan bahwa dakwah transformatif merupakan pola dakwah yang menyesuaikan dengan objek dakwah yang dijadikan sebagai sasaran dakwah yaitu masyarakat setempat.[footnoteRef:6] [6: Anhar, Politik Tuan Guru, (Yogyakarta: Genta Press, 2011), hal 67]

E. Telaah PustakaUntuk menghindari proses repetisi, plagiasi, dan duplikasi maka diperlukan adanya telaah pustaka yaitu penulusuran karya-karya terdahulu yang memiliki kedekatan judul dengan penelitian yang diteliti.1. Humaidi, 2009 judul penelitian Pola Dakwah Tuan Guru Haji Syamsul Hadi dalam mengembangkan masyarakat Madani di Desa Batu Nyala.[footnoteRef:7] Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Tuan Guru Haji Syamsul Hadi menggunakan pola dakwah Kultural dalam mengembangkan masyarakat madani di Desa Batu Nyala. Pola dakwah tersebut telah mampu mengubah tatanan masyarakat yang ada di Desa Batu Nyala yang terbukti dari adanya semangat masyarakat untuk menjalankan aktivitas hidupnya yang di sesuaikan dengan aturan syariah Islamiah. [7: Humaidi, Pola Dakwah Tuan Guru Haji Syamsul Hadi dalam mengembangkan masyarakat Madani di Desa Batu Nyala , (Pancor: STKIP Hamzan Wadi Pancor, 2009)]

2. Nurhasanah, judul penelitian : Peranan Dakwah Tuan Guru Haji Hulaimi Umar dalam Membina Mentalitas Masyarakat Lajut Desa Lajut Kecamatan Praya Tengah.[footnoteRef:8] Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Dakwah Tuan Guru Haji Hulaimi Umar memiliki peranan yang cukup optimal dalam membina mentalitas Masyarakat Lajut Desa Lajut Kecamatan Praya Tengah. Hal ini terbukti dari adanya perubahan pengamalan serta pola hidup masyarakat Lajut Desa Lajut Kecamatan Praya Tengah setelah adanya dakwah yang dilakukan oleh Tuan Guru Haji Hulaimi Umar. [8: Nurhasanah, Peranan Dakwah Tuan Guru Haji Hulaimi Umar dalam Membina Mentalitas Masyarakat Lajut Desa Lajut Kecamatan Praya Tengah (Universitas Nahdatul Wathan Mataram, 2010)]

Kedua penelitian di atas memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini yang fokus pada Pola Dakwah Transformatif Para Tuan Guru di Desa Masbagik Kecamatan Masbagik Lombok Timur.

BAB IIKERANGKA TEORIA. Metode Dakwah pada Masyarakat PluralisKetika kita hidup dan berinteraksi dengan orang lain dari berbagai negeri dengan budaya yang berlainan, semua mendambakan kedamaian dan kebahagiaan. Hanya prasangka dan egosentrislah yang membuat orang-orang berprilaku seolah-olah mereka lebih baik daripada orang lain. [footnoteRef:9] [9: Mulyana dkk, Tafsir Warna Warni, (Yogyakarta: Genta Press, 2000), hal 231. ]

Al-Qurn memberi petujuk bahwa dalam melaksanakan dan memelihara persaudaraan Islam diperlukan sikap terbuka, yaitu sikap sedia mengakui kebenaran orang lain jika memang ternyata benar dan mengakui kesalahan diri sendiri jika memang ternyata salah. Hal ini tidak mudah untuk dilakukan, karena memerlukan tingkat ketulusan dan kejujuran yang amat sangat tinggi, sehingga tidak merasa benar sendiri.Pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran serta sistem penyebaran agama atau yang dalam Islam terkenal dengan istilah al-dakwah. Pemahaman yang benar terhadap semua persoalan pada gilirannya akan sangat bermanfaat dalam merespons problem pluralitas umat dalam berbagai segi yang akhir-akhir ini sering terkoyak.Menghadapi madu yang beragam tingkat pendidikan, strata sosial, dan latar belakang budaya, para dai memerlukan hikmah, sehingga ajaran Islam mampu memasuki ruang hati para madu dengan tepat. Oleh karena itu, para dai dituntut untuk mampu mengerti dan memahami sekaligus memanfaatkan latar belakangnya, sehingga ide-ide yang diterima dirasakan sebagai sesuatu yang menyentuh dan menyejukkan kalbunya.[footnoteRef:10] [10: M. Munir, dkk, Filsafat Dakwah, (Jakarta: Kaifa, 2003), hal 11-12]

Dai dan muballigh dalam menyampaikan pesan-pesan agama kepada masyarakat akan berhadapan dengan masyarakat yang majemuk. Dengan demikian, maka para dai dan muballigh harus mampu mengakomodir secara keseluruhan sasaran dakwah (madu) tersebut. Sehingga dalam pelaksanaan dakwah para dai dan muballigh dituntut memahami obyek dakwah dari berbagai segi.Para sabahat nabi dan umat Islam dari masa ke masa menerapkan prinsip dan nilai Ilahi dalam menciptakan kehidupan yang damai di tengah-tengah masyarakat yang berbeda agama, budaya, ras suku dan bangsa. Prinsip hubungan muslim dengan orang lain dijelaskan Allah SWT. dalam Al-Quran dan melalui utusanNya nabi Muhammad SAW. di mana harus terjalin atas dasar nilai persamaan, toleransi, keadilan, kemerdekaan, dan persaudaraan kemanusiaan (al-ikhwah al-insaniyah). Nilai-nilai Qurani inilah yang direkomendasikan Islam sebagai landasan utama bagi hubungan kemanusiaan yang berlatar belakang perbedaan ras, suku bangsa, agama, bahasa dan budaya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surah Al-Hujarat ayat 13 yang menerangkan tentang manusia yang di buat bersuku-suku dan berbangsa-bangsa dengan tujuan untuk saling kenal mengenal. Firman Allah tersebut dapat di lihat di bawah ini.

Artinya Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.[footnoteRef:11] [11: Depag, Al-Quran dan Terjemahan, (Jakarta: YPPI, 1995), hal 251]

Berdasarkan ayat tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa perbedaan karakter, warna kulit, bahasa dann bangsa pada manusia bertujuan agar antara manusia yang satu dengan yang lainnya saling mengenal serta bukan ditujukan untuk saling melihat perbedaan yang melahirkan perpecahan melainkan perbedaan tersebut justru dijadikan sebagai sarana untuk saling melengkapi.1. Dakwah yang Arif dan TransformatifBerbagai gambaran riil di lapangan menunjukkan bahwa merajut tali kerukunan dan toleransi di tengah pluralitas agama memang bukan perkara mudah. Beberapa faktor berikut jelas merupakan ancaman bagi tercapainya toleransi. Pertama, sikap agresif para pemeluk agama dalam mendakwahkan agamanya. Kedua, adanya organisasi-organisasi keagamaan yang cenderung berorientasi pada peningkatan jumlah anggota secara kuantitatif ketimbang melakukan perbaikan kualitas keimanan para pemeluknya. Ketiga, disparitas ekonomi antar para penganut agama yang berbeda.[footnoteRef:12]. Guna meminimalisir ancaman seperti ini (terutama ancaman pertama dan kedua), maka mau tidak mau umat Islam, demikian juga umat lain, dituntut untuk menata aktifitas penyebaran atau dakwah agama secara lebih proporsional dan dewasa. [12: Subhan, Dakwah dan Pluralisme, (Surabaya: Usaha Nasional, 2000), hal 28 ]

Kedewasaan ini perlu mendapat perhatian semua pihak karena upaya membina kerukunan umat beragama seringkali terkendala oleh adanya kenyataan bahwa sosialisasi ajaran keagamaan di tingkat akar rumput lebih banyak dikuasai oleh juru dakwah yang kurang peka terhadap kerukunan umat beragama. Semangat berdakwah yang tinggi dari para pegiat dakwah ini seringkali dinodai dengan cara-cara menjelek-jelekan milik (agama) orang lain.Terkait dengan ini, beberapa hal berikut tampaknya merupakan persoalan mendasar yang harus senantiasa diupayakan, jika Islam diharapkan menjadi rahmah untuk seluruh alam. Ketiga hal itu adalah (1), penyiapan dai yang arif sekaligus bersikap inklusif, bukan eksklusif; (2), memilih materi dakwah yang menyejukkan dan (3), dakwah berparadigma transformatif sebagai modal menuju kerjasama antar umat beragama. Yang pertama, erat kaitannya dengan penyiapan kompetensi personal seorang dai sedang sisanya kompetensi penunjang yang harus menjadi concern seorang pendakwah atau muballigh.

2. Dai yang Arif dan IntelektualTugas setiap umat Islam berkewajiban untuk tidak hanya melaksanakan ajaran agamanya, tetapi juga mendakwahkannya keadaan diri sendiri maupun orang lain di manapun dan kapan pun. Dakwah sebagai upaya penyebaran ajaran Islam merupakan misi suci sebagai bentuk keimanan setiap muslim akan kebenaran agama yang dianutnya. Al-Quran surah al-Nahl (16): 125 secara tegas menyebutkan,

ArtinyaSerulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.Dari ayat di atas, satu hal yang pasti dan mesti digaris bawahi adalah bahwa dakwah hendaknya dilakukan secara bijaksana dan penuh kedewasaan. Kedewasaan sebagai umat yang akan mengantarkan keluhuran Islam di mata kelompok lain serta menjadikan orang lain merasa aman (secure) dan tak terancam dengan Islam. Agar tujuan mulia seperti ini tercapai maka hal-hal berikut seyogyanya dimiliki oleh seorang dai dalam melakukan dakwah pada masyarakat plural. Pertama, menyadari heterogenitas masyarakat sasaran dakwah (madu) yang dihadapinya. Keragaman audiens sasaran dakwah menuntut metode dan materi serta strategi dakwah yang beragam pula sesuai kebutuhan mereka. Nabi sendiri melalui hadisnya menganjurkan pada kita untuk memberi nasehat, informasi kepada orang lain sesuai tingkat kemampuan kognisinya (uqulihim). Kedua, dakwah hendaknya dilakukan dengan menafikan unsur-unsur kebencian. Esensi dakwah mestilah melibatkan dialog bermakna yang penuh kebijaksanaan, perhatian, kesabaran dan kasih sayang. Hanya dengan cara demikian audiens akan menerima ajakan seorang dai dengan penuh kesadaran. Harus disadari oleh seorang dai bahwa kebenaran yang ia sampaikan bukanlah satu-satunya kebenaran tunggal, satu-satunya kebenaran yang paling absah. Karena, meskipun kebenaran wahyu agama bersifat mutlak adanya, tetapi keterlibatan manusia dalam memahami dan menafsirkan pesan-pesan agama selalu saja dibayang-bayangi oleh subyektifitas atau horizon kemanusiaan masing-masing orang.Ketiga, dakwah hendaknya dilakukan secara persuasif, jauh dari sikap memaksa karena sikap yang demikian di samping kurang arif juga akan berakibat pada keengganan orang mengikuti seruan sang dai yang pada akhirnya akan membuat misi suci dakwah menjadi gagal. Dan katakanlah, kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Maka, silahkan (secara sukarela) siapa yang hendak beriman berimanlah dan siapa yang ingkar silahkan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran Surah al-Baqarah ayat 256.

ArtinyaTidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. Keempat, menghindari pikiran dan sikap menghina dan menjelek-jelekkan agama atau menghujat Tuhan yang menjadi keyakinan umat agama lain. Tak ada salahnya jika etika berdakwah sedikit meniru etika periklanan. Salah satu etika yang jamak disepakai dalam kegiatan menawarkan sebuah produk ini adalah di samping tidak memaksa konsumen untuk membeli produk tertentu, juga larangan menghina atau menjelek-jelekkan produk lain. Jika hal itu dilakukan tentu pihak-pihak yang dirugikan akan melakukan somasi, protes dan dapat berakibat pada pengaduan pencemaran nama baik.Kelima, menenggang perbedaan dan menjauhi sikap ekstrimisme dalam bergama. Prinsip Islam dalam beragama adalah sikap jalan tengah, moderat (umatan wasathon). Sejumlah ayat al-Quraan dan al-Hadis secara tegas menganjurkan umat Islam untuk mengambil jalan tengah, menjauhi ekstrimisme, menghindari kekakuan atau kerigidan dalam beragama. Sikap ekstrimisme biasanya akan berujung pada sikap kurang toleran, mengklaim pendapat sendiri sebagai paling absah dan benar (truth claim) sementara yang lain salah, sesat, bidah (heterodoks). Alwi Shihab (1989) mengungkapkan pernyataan Ab Ishaq Al-Syatibi yang meyatakan, Kurangnya pengetahuan agama dan kesombongan adalah akar-akar bidah serta perpecahan umat, dan pada akhirnya dapat menggiring ke arah perselisihan internal dan perpecahan perlahan-lahan.[footnoteRef:13] [13: Ibid, hal 26]

Hal-hal di atas dan tentu saja ditambah dengan kompetensi personal yang harus dimiliki seorang dai, jika dilaksanakan secara sungguh-sungguh maka akan sangat berguna bagi upaya menjaga harmoni di antara semua penganut agama. Sebagai tambahan, kompetensi personal yang harus dimiliki seorang dai di atas hanya dapat tercapai jika dai tersebut tidak hanya mempunyai pengetahuan yang banyak tentang agamanya, tetapi juga memiliki pemahaman yang benar dalam menterjemahkan pesan-pesan moral agama Islam. Di samping itu, tentu saja prinsip-prinsip Islam tentang pluralisme dan penghargaan terhadapnya mestilah terinternalisasi secara baik dalam diri setiap dai. Prinsip Islam tentang pluralisme tergambar baik dalam landasan etik-normatif yang terdokumentasi dalam al-Quran dan al-Hadis maupun rekaman historis pengalaman Nabi Muhammad ketika mengalami perjumpaan dengan agama lain. B. Peranan Tuan Guru dalam Dalam Memberdayakan Masyarakat 1. Pengertian Tuan Guru Tuan Guru adalah orang yang memiliki pengetahuan keagamaan yang luas yang kepadanya penduduk desa belajar pengetahuan. [footnoteRef:14] Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tuan guru adalah seorang yang memiliki pengetahuan yang luas dan dapat memberikan pembelajaran keagamaan kepada masyarakat. [14: Baharudin, Nahdlatul Wathan dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta: Genta Press, 2007),hal 65]

Wawasan dan pengetahuannya yang luas tentang Islam, menyebabkan tuan guru selalu mempunyai pengikut, baik para pendengar informal yang senantiasa mengikuti pengajian atau ceramahnya maupun para santri yang tinggal di sekitar rumahnya.[footnoteRef:15] [15: Baharudin.., hal 65]

2. Peranan Tuan Guru di MasyarakatPada dasarnya peranan para Tuan Guru adalah meneruskan tugas Rasulullah Muhammad Saw, mereka adalah para pewaris Nabi yang berarti harus menyampaikan ajaran-ajaran Allah seperti yang termuat dalam al-Quran yang 30 juz (124 surat). Sebagai pewaris Nabi ia juga berarti harus menyampaikan ajaran-ajaran Nabi Muhammad (as-Sunnah).Peranan tuan guru sebagai pemimpin karismatik tidak bisa dipungkiri karena peranannya sangat sentral dan memiliki ruang lingkup yang luas. Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa pemimpin kharismatik didasarkan pada kualitas luar biasa yang dimiliki oleh seseorang sebagai pribadi. [footnoteRef:16] Lebih tegas lagi bahwa peranan Tuan Guru adalah merealisasikan ajaran-ajaran al-Quran dan as-Sunnah di tengah masyarakat sehingga al-Quran dan as-Sunnah dijadikannya sebagai pedoman dan penuntun hidupnya. [16: Baharuddin, Nahdlatul Wathan dan Perubahan Sosial (Yogyakarta: Genta Press, 2007), hal. 34]

Menghindarkan masyarakat dari pedoman ajaran-ajaran di luar al-Quran dan as-Sunnah, seperti animisme dan dinamisme serta ajarana-ajaran lain yang tidak dibenarkan oleh ajaran al-Quran dan as-Sunnah. Perana Tuan Guru sangatlah berat karena mereka harus mampu menerjemahkan bahasa al-Quran dan as-Sunnah ke dalam bahasa yang dapat dimengerti masyarakat. Namun, dibalik beratnya tugas itu terhampar kemulian dan rahmat Allah Swt sebagaimana firman Allah Swt dalam surat an-Nahl ayat 97 berbunyi

Artinya : Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnyaakan kami berikan kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri alasan kepada mereka dan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan[footnoteRef:17] [17: Depag, RI, al-Quran, ....hal. 417]

Para Tuan Guru dalam menghadapi perubahan-perubahan yang kompleks dalam masyarakat harus pandai-pandai menganalisa dan memberikan alternatif pemecahannya terhadap masyarakat, sehingga masyarakat tidak lagi dibingungkan oleh berbagai masalah dan berbagai perubahan. Ada dua faktor yang mendukung posisi kuat tuan guru, pertama, tuan guru adalah orang yang memiliki pengetahuan keagamaan yang luas yang kepadanya penduduk desa belajar pengetahuan. Kepesantrian dan pengetahuannya yang luas tentang Islam, menyebabkan tuan guru selalu mempunyai pengikut, baik para pendengar informal yang senantiasa menghadiri pengajian atau ceramahnya maupun para santri yang tinggal disekitar rumahnya. Kedua, tuan guru biasanya berasal dari keluarga berada. Meskipun tidak jarang ditemukan tuan guru yang miskin pada saat ia mulai mengajarkan Islam namun secara umum tuan guru berasal dari keluarga kaya. Dua faktor ini membuat tuan guru dipandang sebagai tokoh elite di desa-desa yang ada di Lombok. Santri dan para penduduk desa yang mentaatinya, sebagai para pengikutnya, merupakan sumber daya manusia yang menopang kedudukannya dan kepemimpinan tuan guru dalam masyarakat.[footnoteRef:18] [18: Baharudin, Nahdlatul Wathan dan perubahan social, (Yogyakarta: Genta Press, 2007), hal 65 ]

Dengan demikian, sebagai pemimpin agama Tuan Guru merupakan faktor pemersatu dalam tatanan sosial masyarakat, Tuan Guru menduduki posisi sentral dalam masyarakat pedesaan dan mampu mendorong mereka untuk bertindak kolektif. Dia mengambil peran sebagai proses hubungan antara ummat dengan Tuhan. C. Pemberdayaan Masyarakat a) Pengertian pemberdayaan masyarakat Para ilmuwan sosial dalam memberikan pengertian pemberdayaan mempunyai rumusan yang berbeda-beda dalam berbagai konteks dan bidang kajian, artinya belum ada definisi yang tegas mengenai konsep tersebut. Namun demikian, bila dilihat secara lebih luas, pemberdayaan sering disamakan dengan perolehan daya, kemampuan dan akses terhadap sumber daya untuk memenuhi kebutuhannya.[footnoteRef:19] [19: http://www.damandiri.or.id/file/dasminsiduipbbab2.pdf, 7 Mei 2012]

Oleh karena itu, agar dapat memahami secara mendalam tentang pengertian pemberdayaan maka perlu mengkaji beberapa pendapat para ilmuwan yang memiliki komitmen terhadap pemberdayaan masyarakat.[footnoteRef:20] Burhanudin mengemukakan bahwa pemberdayaan mengacu pada kata empowerment, yang berarti memberi daya, memberi power (kuasa), kekuatan, kepada pihak yang kurang berdaya. [footnoteRef:21] [20: Ibid,, hal. 3] [21: http://www.damandiri ibid, 7 Mei 2012]

Rustam efendi menjelaskan bahwa pemberdayaan pada hakekatnya bertujuan untuk membantu klien mendapatkan daya, kekuatan dan kemampuan untuk mengambil keputusan dan tindakan yang akan dilakukan dan berhubungan dengan diri klien tersebut, termasuk mengurangi kendala pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan.. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan keharusan untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, ketrampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan tanpa tergantung pada pertolongan dari hubungan eksterenal. Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa kemandirian mewujudkan kemandirian yaitu kemampuan seseorang untuk berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain baik dalam bentuk material maupun moral . [footnoteRef:22] [22: Mulyani Sumantri,.......... Hal 2.47]

b) Proses Pemberdayaan1) Pola PemberdayaanProses pemberdayaan mengandung dua Kecenderungan. Pertama, proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu lebih berdaya. Kecenderungan pertama tersebut dapat disebut sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan. Sedangkan Kecenderungan kedua atau Kecenderungan sekunder menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat berdaya yaitu: [footnoteRef:23] [23: http://www.kalteng.go.id/Indo/pemberdayaan_masyarakat2003.htm, tanggal 7 Mei 2012]

a) Mampu memahami diri dan potensinya, mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi perubahan ke depan).b) Mampu mengarahkan dirinya sendiric) Memiliki kekuatan untuk berundingd) Memiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama yang saling menguntungkan, dan e) Bertanggungjawab atas tindakannya. Slamet (2003) menjelaskan lebih rinci bahwa yang dimaksud dengan masyarakat berdaya adalah masyarakat yang tahu, mengerti, faham termotivasi, berkesempatan, memanfaatkan peluang, berenergi, mampu bekerjasama, tahu berbagai alternative, mampu mengambil keputusan, berani mengambil resiko, mampu mencari dan menangkap informasi dan mampu bertindak sesuai dengan situasi. Proses pemberdayaan yang melahirkan masyarakat yang memiliki sifat seperti yang diharapkan harus dilakukan secara berkesinambungan dengan mengoptimalkan partisipasi masyarakat secara bertanggungjawab.2) Tujuan dan Tahapan Pemberdayaan masyarakatJamasy (2004) mengemukakan bahwa konsekuensi dan tanggungjawab utama dalam program pembangunan melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat adalah berdaya atau memiliki daya, kekuatan atau kemampuan. Kekuatan yang dimaksud dapat dilihat dari aspek fisik dan material, ekonomi, kelembagaan, kerjasama, kekuatan intelektual dan komitmen bersama dalam menerapkan prinsip-prinsip pemberdayaan. Terkait dengan tujuan pemberdayaan, yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya/kemampuan yang dimiliki.[footnoteRef:24] Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik dan afektif serta sumber daya lainnya yang bersifat fisik/material. Kondisi kognitif pada hakikatnya merupakan kemampuan berpikir yang dilandasi oleh pengetahuan dan wawasan seseorang dalam rangka mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Kondisi konatif merupakan suatu sikap perilaku masyarakat yang terbentuk dan diarahkan pada perilaku yang sensitif terhadap nilai-nilai pemberdayaan masyarakat. [24: Ibid ]

Kondisi afektif adalah merupakan perasaan yang dimiliki oleh individu yang diharapkan dapat diintervensi untuk mencapai keberdayaan dalam sikap dan perilaku. Kemampuan psikomotorik merupakan Kecakapan keterampilan yang dimiliki masyarakat sebagai upaya mendukung masyarakat dalam rangka melakukan aktivitas pembangunan.

BAB IIIMETODE PENELITIANA. Pendekatan PenelitianDalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif. Karena data dan informasi yang peneliti kumpulkan lebih banyak bersifat keterangan-keterangan atau penjelasan yang bukan berbentuk angka. Menurut Bogdan dan Taylor mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.[footnoteRef:25] [25: Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), hal. 3]

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan melakukan studi tentang Pola Dakwah Transformatif Para Tuan Guru di Desa Masbagik Kecamatan Masbagik Lombok Timur.B. Kehadiran PenelitiPeneliti sebagai orang yang melakukan observasi mengamati dengan cermat terhadap obyek penelitian. Untuk memperoleh data tentang penelitian ini, maka peneliti terjun langsung ke lapangan. Kehadiran peneliti dalam penelitian ini berperan sebagai instrumen kunci yang langsung melibatkan diri dalam kehidupan subyek dalam waktu penelitian yang sudah ditetapkan peneliti untuk memperoleh data sesuai dengan ciri penelitian kualitatif. Sebelum peneliti hadir di lapangan peneliti memperoleh izin terlebih dahulu dari pihak-pihak atau instansi-instansi terkait yang bertanggungjawab sesuai dengan prosedur yang berlaku. Peneliti hadir sebagai pewawancara atau pengumpul data tanpa mempengaruhi kehidupan subyek. [footnoteRef:26] [26: Lexy J. Moleong, hal. 118. ]

C. Sumber DataUntuk memperoleh data dan informasi yang valid, akurat serta meyakinkan yang berkaitan dengan Pola Dakwah Transformatif Para Tuan Guru di Desa Masbagik Kecamatan Masbagik Lombok Timur. Sumber data dalam penelitian ini adalah Tuan Guru Haji Abdul Qadir BA, Tuan Guru Haji Ahmad Hasyat, Tuan Guru Haji Abdul Fatah Zen serta semua jamaah atau masyarakat yang ada di Desa Masbagik Selatan Kecamatan Masbagik Kabupaten Lombok Timur. D. Prosedur Pengumpulan dataProses pengumpulan data merupakan bagian terpenting dalam suatu penelitian, begitu pula dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tekhnik relevan dengan jenis penelitian kualitatif. Beberapa tekhnik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:a. Tekhnik ObservasiObservasi merupakan cara pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis. Observasi dilakukan menurut prosedur dan aturan tertentu sehingga dapat diulangi kembali oleh peneliti dan hasil observasi memberikan kemungkinan untuk ditafsirkan secara ilmiah. Observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap obyek penelitian.[footnoteRef:27] Observasi ada dua macam yaitu observasi langsung dan tidak langsung. [27: Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: SIC, 2001), hal 96 ]

1) Teknik Observasi LangsungObservasi langsung Adalah mengadakan pengamatan secara langsung (tanpa alat) terhadap gejala-gejala subyek yang diselidiki, baik pengamatan itu dilakukan di dalam situasi sebenarnya maupun dilakukan di dalam situasi buatan yang khusus diadakan.[footnoteRef:28] [28: Ibid, hal. 96]

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa observasi langsung adalah salah satu proses pengamatan dalam penelitian eksploratif yang observer langsung ambil bagian dalam keadaan obyek yang diobservasi.2) Teknik Observasi Tak LangsungObservasi Tak Langsung adalah mengadakan pengamatan terhadap gejala-gejala subyek yang diselidiki dengan perantara sebuah alat, pelaksanaannya bisa berlangsung dalam situasi sebenarnya maupun di dalam situasi buatan. [footnoteRef:29] [29: Yatim Riyanto, Metode ..., hal. 96]

Observasi digunakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung. Hal ini dilakukan karena peneliti turun langsung mengikuti proses pelaksanaan pembinaan yang dilakukan dalam melaksanakan Pola Dakwah Transformatif Para Tuan Guru di Desa Masbagik Kecamatan Masbagik Lombok Timur dan kendala yang di hadapi serta upaya-upaya strategis yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang ada. b. Tekhnik WawancaraWawancara merupakan metode pengumpulan data yang menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan subyek atau responden. [footnoteRef:30] Tekhnik wawancara dapat dibedakan atas dua jenis yaitu : [30: Yatim Riyanto, Metode....hal 82]

1) Tidak terstrukturWawancara ini sangat tergantung pada pewawancara sendiri yang tergantung pada spontanitasnya mengajukan pertanyaan kepada yang diwawancarai.[footnoteRef:31] [31: Moleong.., hal 135]

2) TerstrukturJenis ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang ditanyakan, pokok-pokok pertanyaan tidak perlu dipertanyakan secara berturutan. Pelaksanaan wawancara dan pengurutan pertanyaan disesuaikan dengan keadaan responden. Pada penelitian ini digunakan teknik wawancara yang tidak terstruktur. Hal ini dilakukan agar bisa melakukan proses wawancara secara lebih leluasa. Metode wawancara ini digunakan untuk mengetahui beberapa hal yaitu:a) Pola Dakwah Transformatif Para Tuan Guru di Desa Masbagik Kecamatan Masbagik Lombok Timur.b) Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan dakwah Dakwah Transformatif Para Tuan Guru di Desa Masbagik Kecamatan Masbagik Lombok Timur.c) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang dihadapi pelaksanaan dakwah Dakwah Transformatif Para Tuan Guru di Desa Masbagik Kecamatan Masbagik Lombok Timur. c. Tekhnik DokumentasiTeknik Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.[footnoteRef:32] [32: Suharsimi,............... hal. 231]

Metode dokumentasi merupakan metode yang penting dalam penelitian ini sebab data-data tertulis. Tekhnik ini digunakan untuk:1. Jumlah Penduduk yang ada di desa Masbagek Selatan .2. Pekerjaan ang dijalani oleh masyrakat Desa Masbagik[footnoteRef:33] [33: Moleong, .............. hal 56]

E. Teknik Analisis DataData yang telah peneliti kumpulkan selama mengadakan penelitian perlu diolah dan dianalisis dengan penuh ketelitian, keuletan dan secara cermat sehingga mendapatkan suatu kesimpulan tentang obyek-obyek penelitian yang baik. Menurut Nazir Analisis data adalah mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk dibaca.[footnoteRef:34] Berdasarkan definisi tersebut, analisis data dapat dikatakan sebagai suatu cara untuk mengolah dan memaparkan data secara terorganisir dan sistematis. Pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan aturan-aturan yang ada sesuai dengan metode penelitian yang digunakan. Dalam data ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yang lebih mengacu pada pengungkapan data sesuai dengan realita dan tidak menggunakan data statistik. [footnoteRef:35] [34: Nazir, Muh, Metode Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1983), hal.358] [35: Ibid, hal. 360]

Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis induktif. Analisis induktif yang artinya dengan menguraikan peristiwa-peristiwa atau data-data yang bersifat khusus untuk kemudian mengumpulkannya dengan bersifat general. Jadi, analisis data merupakan langkah lanjutan dari kegiatan pengumpulan data. Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan maksud agar data itu mempunyai arti dan mampu memberikan keterangan tentang populasi.[footnoteRef:36] [36: Ibid, hal. 362]

F. Validitas DataValiditas data adalah suatu yang dilakukan oleh peneliti dalam rangka untuk membuktikan data yang diperoleh dengan keadaan yang sesungguhnya dan kredibilitas data itu sendiri bertujuan untuk membuktikan apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan pertanyaan yang sebenarnya. Hal ini perlu dilakukan dalam upaya untuk memenuhi informasi yang dikemukakan oleh penulis sehingga mengandung nilai kebenaran. Usaha peneliti untuk memperoleh keabsahan data dapat dilakukan dengan beberapa tekhnik diantaranya: [footnoteRef:37] [37: Moleong, Metodologi ...,, hal. 325-329]

a) Perpanjangan keikutsertaanKeikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam mengumpulkan data, keikutsertaan hanya dilakukan dalam waktu yang lama. Dalam hal ini dengan melakukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada hasil penelitian.Dalam penelitian ini peneliti berusaha secara maksimal dalam proses mengumpulkan data. Hal ini dilakukan agar memperoleh data yang dibutuhkan sehingga waktu pelaksanaannya sesuai dengan jadwal penelitian yang telah ditentukan. Tetapi jika data yang dibutuhkan masih dirasakan belum cukup maka peneliti akan memperpanjang waktu penelitian agar data yang dikumpulkan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.b) Ketekunan Pengamatan Ketekunan pengamatan bermaksud "menentukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan daripada hal-hal tersebut dengan rinci. Pengamatan sangat dibutuhkan dalam pendekatan penelitian kualitatif dengan tujuan untuk menghindari data yang tidak benar yang diperoleh dari responden yang bisa jadi obyek akan menutup diri terhadap fakta yang sebenarnya. Oleh karena itu ketekunan peneliti dalam mengamati sangat dituntut lebih serius.

BAB IVPAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIANA. Gambaran Umum Lokasi Penelitian1. Letak GeografisWilayah Desa Masbagik Kecamatan Masbagik Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari 17 Desa yang ada di Kecamatan Masbagik Lombok Timur.[footnoteRef:38] Desa Masbagik Kecamatan Masbagik Kabupaten Lombok Timur letak administratif yang dapat ditandai dengan adanyajarak Desa dan dusun yang menjadi wilayahnya termasuk dekat, dapat ditempuh dalam waktu yang relatif singkat, sedangkan jarak dari pusat pemerintahan kecamatan 3 KM, jarak dari pusat pemerintahan ibu kota kabupaten sebanyak 12 KM. Alat-alat transportasi yang digunakan baik modern maupun tradisional, adalah mobil keri, cidomo, sepeda motor, dan angkutan lainya. [38: Dokumentasi, Buku Monografi Desa Masbagik, dikutip Tanggal 3 Mei 2013]

2. Keadaan Geografisa. Keadaan Alam Keadaan Alam di wilayah Desa Masbagik Kecamatan Masbagik Kabupaten Lombok Timur dapat dibedakan menjadi dua macam iklim, yaitu Panas dan dingin. Keadaan iklim tersebut erat kaitanya dengan peredaran musim yang biasa terjadi, rata-rata dua kali setiap tahun, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau oleh masyarakat di sana disebut Musim Kebali, sedangkan musim hujan disebut Musim Ketahun, yang rata-rata curah hujan berkisar 120 mm/tahun sedangkan ketinggian tanah dari permukaan laut mencapai ketinggian 250 M.[footnoteRef:39] [39: Dokumentasi, data Monografi desa Masbagik di kutip Tanggal 3 Mei 2013 ]

b. Keadaan pendudukJumlah penduduk Desa Masbagik Kecamatan Masbagik Kabupaten Lombok Timur akhir Mei 2013, seperti yang penulis kutip dalam buku rencana program kerja di Desa Masbagik berjumlah 18.034 jiwa yang terdiri atas laki-laki sebanyak 8100 jiwa dan perempuan sebanyak 9934 jiwa:[footnoteRef:40] [40: Dokumentasi, Data Jumlah Penduduk Desa Masbagik, dikutip tanggal 3 Mei 2013]

3. Keadaan sosial Budaya Penduduk di wilayah Desa Masbagik seluruhnya beragama Islam. Masyarakat di wilayah ini termasuk golongan yang fanatik baik terhadap agama Islam, adat istiadat, maupun tehadap organisasi. Hal ini tampak dari prilaku masyarakat sehari-hari.Wujud dari sikap fanatik prilaku masyarakat yang bersangkutan terhadap agama Islam yang dianggap telah membudaya dalam prilaku masyarakat seperti dalam bentuk-bentuk berikut:[footnoteRef:41] [41: Observasi, Tanggal 3 Mei 2013]

1) Adanya kebiasan masyarakat untuk mulai belajar tentang berbagai ilmu agama Islam yang dimulai sejak dini.2) Dilaksanakanya secara rutin acara-acara seperti Isra dan Miraj, Maulid Nabi, Khitanan, dan sebagainyaDi samping semaraknya kegiatan keagamaan diadakan pula kegiatan sosial sebagai berikut:1) Gotong royong untuk melakukan pembenahan sarana pertanian seperti sarana irigasi.2) Kegiatan pertanian di koordinasikan secara baik oleh kelompok tani.3) Masing-masing kelompok tani membuat program yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama anggota kelompok tani.B. Hasil Penelitian1. Pola Dakwah Transformatif Para Tuan Guru di Desa Masbagik Kecamatan Masbagik Lombok TimurMasyarakat Desa Masbagik merupakan masyarakat yang memiliki karakteristik yang dinamis dan memiliki semangat dalam bekerja. Sebagai masyarakat yang memiliki mata pencaharian sebagai pedagang, petani, kerja keras dan semangat hidup yang tinggi harus menjadi bagian yang tetap dipelihara dalam rangka mencapai cita-citanya. Sebagai masyarakat yang cukup dekat dari Kota Selong sebagai Ibu Kota Kabupaten Lombok Timur. Para tuan guru harus mampu memberikan pemahaman kegamaan kepada segenap warga masyarakat. Hal ini harus dilakukan agar masyarakat memiliki benteng yang kuat untuk menghadapi tantangan dinamika pergaulan kota Kabupaten.Kondisi ini amat disadari oleh para tuan guru yang ada di Desa Masbagik Kecamatan Masbagik. Para tuan guru berupaya memberikan pemahaman keagamaan kepada masyarakat dengan pola yang beragam. Keberagaman pola dakwah yang dilakukan secara umum memiliki karakteristik yang Manusia sebagai makhluk yang dimuliakan Allah di atas makhluk yang lain, dititahkan sebagai khalifah Allah dalam kehidupan dimuka bumi ini, pengertian khalifah atau pengganti berfungsi penugasan dan pembebanan (taklif) kepada manusia untuk melaksanakan tugas-tugas kehidupan di dunia. Dalam hal ini manusia dibekali potensi dan kekuatan fisik dan kemampuan berpikir.Dalam kehidupan sosial dituntut dan bertanggung jawab untuk mengajak, mengerjakan makruf sekaligus meninggalkan kemungkaran. Ini berarti manusia tidak bisa terlepas dari fungsi dakwah, bahwa dakwah mempunyai relevansi sepanjang masa, karena manusia tidak bisa lepas dari nafsu dan berbagai kecendrungan negatifnya. Manusia dengan hidup dan kehidupannya selalu mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan yang alami maupun yang dirancang oleh manusia itu sendiri, perubahan itu tidak selamanya menjadi lebih baik bahkan sering terjadi sebaliknya. Manusia akan mengalami krisis identitas dirinya sebagai makhluk yang mulia disisi Allah maupun sesamanya, karena itu dakwah juga mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan transformasi sosial yang berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memperoleh beberapa gambaran bahwa para tuan guru memiliki karakter yang menunjukkan pola dakwah transformatif yang pertama disebut idealized influence (pengaruh ideal).a. Idealized Influence (pengaruh ideal) Dimensi pertama ini digambarkan sebagai perilaku para tuan guru sebagai pemimpin keagamaan yang membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati dan sekaligus mempercayainya. Berdasarkan persepsi masyarakat Desa Masbagik, para tuan guru yang ada di Desa Masbagik termasuk tuan guru haji Abdul Qadir merupakan seorang tuan guru yang berusaha memberikan pemahaman kepada masyarakat dengan mengedepankan karakter yang baik, sehingga masyarakat Desa Masbagik mengagumi, menghormati dan memercayainya. Ia memberikan contoh nyata terhadap implementasi prinsip kejujuran, amanah, shidk dan tablig. Ia bersikap konsisten dengan apa yang diucapkannya dan berkomitmen untuk merealisasikan apa yang telah diucapkannya. Ia tidak membedakan status dan golongan, satu kata dan perbuatan, serta tidak menganggap bahwa dirinya adalah seorang tokoh agama yang harus dihargai melainkan ia adalah sorang figur ayah yang senantiasa memperhatikan anak-anaknya. Ia berkeinginan untuk membuka kran pengetahuan, membuka komunikasi publik dan berdialog dengan masyarakat. Implikasi yang ditimbul adalah partisispasi publik yang membawa efek meningkatkan peluang komunikasi antara ulamak dan masyarakat sehingga masyarakat dapat memahami nilai-nilai keagamaan yang pada gilirannya dapat di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.[footnoteRef:42] [42: Tuan Guru Haji Abdul Qadir pada tanggal 3 Mei 2013 pukul 08.30 sampai pukul 12.00) ]

Pendapat yang seirama dengan ungkapan tersebut di atas Bapak Qamarul Huda selaku tokoh masyarakat Desa Masbagik mengungkapkan bahwa bukan hanya Tuan Guru Haji Abdul Qadir yang berusaha memberikan contoh yang baik dalam berinteraksi dengan masyarakat namun Tuan Guru Haji Zainal Abidin sebagai salah seorang Tuan Guru yang ada di Desa Masbagik juga berupaya memberikan panutan dalam semua sendi kehidupan termasuk dalam bidang pemberdayaan masyarakat yang berupaya membina masyarakat agar memiliki karakter yang mandiri agamis dan penuh rasa tanggung jawab. Tuan Guru Haji Zainul Abidin memberikan contoh cara bergaul, cara berusaha dan cara berinteraksi dengan menekankan adanya praktik pada diri pribadinya. Ia membuat kelompok pengajian yang biasa di sebut majlis taklim. Dalam kegiatan majlis taklim yang di binanya ia berusaha membuka kran pemikiran masyarakat untuk senantiasa berjuang dan menjalankan perintah agama secara kaffah atau menyeluruh.[footnoteRef:43] [43: Haji Qamarul Huda , Wawancara tanggal 4 Mei pukul 15.30- 17.30]

Di sisi lain, kualitas keberagamaan masyarakat cendrung melemah, akibat perubahan nilai yang berkembang. Nilai-nilai spiritual Islam tidak lagi menjadi rujukan baku bagi kehidupan solidaritas Islam sebagai nilai Islam dalam bermasyarakat dan bernegara, mulai berhadapan dengan kecenderungan sikap individualistik yang mulai menggejala sebagai akibat kemajuan dunia usaha yang mengacu pada watak kompetitif.Nilai ekonomis semakin dominan, berpengaruh besar bagi makin berkembangnya etos ikhtiar yang pada gilirannya akan menghilangkan sikap tawakal dan lebih dari itu akan menghilangkan keimanan. Itulah yang terjadi dalam dampak perkembangan masyarakat baik dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempunyai pengaruh kuat. Kegiatan dakwah Islamiyah tidak bisa lepas dari lima unsur yang harus berjalan serasi dan seimbang, karena kegiatan dakwah merupakan proses interaksi antara dai dan sasaran dakwah yaitu masyarakat dengan strata sosialnya yang berkembang antara sasaran dakwah dan pelaku dakwah saling mempengaruhi bahkan saling menentukan keberhasilan dakwah, dimana antara keduanya menuntut porsi materi dan metode tertentu.b. Inspirational Motivation (Motivasi Inspirasi). Dalam dimensi ini tuan guru yang melakukan dakwah transformational digambarkan sebagai tokoh agama yang mampu mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap masyarakat, mendemonstasikan komitmennya, terhadap pelaksanaan nilai-nilai keagamaan yang terkandung dalam Islam, dan mampu menggugah spirit masyarakat melalui penumbuhan antusiasme dan optimisme. Tuan Guru Haji Irfan Halil merupakan sosok figur yang senantiasa bersemangat dalam melaksanakan dakwah serta pemberian contoh berupa perilaku yang konsisten dimana ketika telah memutuskan sesuatu, maka ia akan berusaha keras melaksanakannya, walaupun terkadang terkesan impossible. Ia selau bersemangat dalam melakukan apapun sehingga masyarakat kemudian bersemangat pula dalam melaksanakan tugasnya. Misalnya tentang komitemnnya dalam melaksanakan agendanya untuk membuat Lembaga Tadibul Ilmi yaitu lembaga yang bertujuan untuk merubah karakter generasi muda putus sekolah untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat menjadi tunjangan dalam hidupnya.[footnoteRef:44] [44: Haji Muhammad Juanini, Wawancara tanggal 7 Mei 2013, pukul 17.15- 18.00 Wita.]

Pengembangan dakwah Islamiyah merupakan proses interaksi dari serangkaian kegiatan terencana yang mengarah pada peningkatan kualitas keberagamaan Islam. Kualitas itu meliputi pemahaman ajaran Islam secara utuh dan tuntas, wawasan keberagamaan, penghayatan dan pengamalannya. Sebagai proses maka tuntutan dasarnya adalah perubahan sikap dan perilaku yang akan diorientasikan pada sumber nilai yang Islami. Pengembangan merupakan alat untuk mencapai tujuan dakwah Islamiyah, dalam proyeksi dan konstektualisasi ajaran Islam, proses transformasi sosial ini merupakan kejelian dan kepekaan sosial bagi setiap dai atau mubaligh agar mampu melakukan pendekatan kebutuhan yang dipandu oleh sumber nilai Islami.Efektivitas dakwah mempunyai dua strategi yang saling mempengaruhi keberhasilannya. Pertama, peningkatan kualitas keberagamaan dengan berbagai cakupannya seperti di atas, dan kedua, sekalipun mendorong perubahan sosial, ini berarti memerlukan pendekatan partisipatif disamping pendekatan kebutuhan. Dakwah bukan lagi menggunakan pendekatan yang hanya direncanakan secara sepihak oleh pelaku dakwah dan bukan pula hanya pendekatan tradisional mengutamakan besarnya masa.Untuk meletakkan pengembangan masyarakat atau pembangunan dalam dimensi agama, disamping memberi ajaran yang tertuang dalam bentuk Al-quran dan Hadits sebagai pedoman hidup, Allah menciptakan manusia terdiri dari lima komponen yaitu jasad, akal, perasaan, nafsu dan Ruh. Dari kemampuan yang diberikan oleh Allah di atas, manusia mempunyai tanggung jawab melaksanakan perintah-perintah- Nya dan meninggalkan larangannya secara stimulan.Perkembangan masyarakat kontemporer menunjukkan bahwa kita berada dalam masyarakat plural atau majemuk, adanya klaim kebenaran truth claim dan watak missioner dari setiap kepercayaan yang mengaku sebagai pemilik tunggal kebenaran dan keselamatan. Ditengah-tengah kehidupan masyarakat yang majemuk (plural), aktivitas dakwah yang merupakan ajakan yang dilakukan secara penuh hikmah dan kearifan, itulah sebabnya maka dalam menjalankan wajib dakwah kaum muslimin diperintahkan supaya berpedoman kepada wahyu Ilahi.Islam telah meletakkan dasar-dasar untuk menentukan tingkah laku baik dan buruk dan memberikan sumber yang tetap juga menentukan tingkah laku moral yaitu di dalam Quran dan Sunnah. Dasar-dasar itu menyangkut bagi kehidupan bermasyarakat. Kepribadian manusia Islami tercermin pada kedamaian jiwa dan keyakinannya terhadap masa depan dan mampu mengembangkan dengan baik pengalaman kehidupannya yang merupakan keseimbangan yang padat dengan keinginan kemanusiaan untuk menaklukkan alam dan memperoleh kesenangan.Untuk mengarahkan pandangan Islam pada realitas pembangunan yang sedang berjalan pada masyarakat berkembang ini. Dakwah bisa dilakukan secara lisan, tulisan ataupun dengan contoh teladan. Berdakwah tidak lain merupakan sebuah proses komunikasi, berkomunikasi kepada manusia dengan menggunakan pendekatan persuasif dengan begitu dai dapat diiringi dengan etika yang baik serta dengan penerapan tekhnik dan tekhnologi, dalam pelaksanaan pembangunan merupakan rangsangan yang kuat bagi kesadaran bermasyaakat sehingga diharapkan menjadi acuan bagi masyarakat dalam berprilaku pembangunan yang etis.Pada hakekatnya dakwah adalah usaha atau upaya untuk merubah suatu keadaan tertentu menjadi keadaan lain yang lebih baik menurut tolak ukur agama Islam. Perubahan yang dimaksud terjadi dengan menumbuhkan kesadaran dan kekuatan pada diri objek dakwah. Dari sisi lain perubahan berarti juga upaya menjadikan objek dakwah mengetahui, mengamati dan mengamalkan Islam sebagai pandangan dan jalan hidup. Dengan demikian dakwah juga merupakan proses untuk pendidikan masyarakat komunikasi, perubahan sosal atau pembangunan itu sendiri. Dengan demikian aktivitas dakwah Islam bukan hanya sekedar suatu dialog lisan melainkan dengan perbuatan atau karya yaitu dakwah bil hal.Dalam mencapai keberhasilan aktivitas dakwah Islam, banyak metode dakwah yang dapat dipilih dan digunakan salah satunya adalah metode yang diberikan oleh Rasulullah SAW yaitu percontohan secara langsung yang dikenal dengan Uwatun Hasanah. Efektif atau tidaknya suatu metode dakwah sangat bergantung beberapa hal yang melingkupinya baik prinsip-prinsip penggunaan, metode atau juga faktor-faktor yang mempengaruhi pemikiran dan penggunaan metode tersebut.Dalam merealisir ajaran Islam disemua segi kehidupan manusia. Konsepsi dakwah bukan hanya identik dengan tabligh tetapi meliputi semua segi kehidupan serta tabligh hanya merupakan bagian dari dakwah Islam. Jadi suatu kegiatan dapat dikatakan dakwah apabila mencangkup sistem usaha bersama orang beriman dalam rangka mewujudkan ajaran Islam dalam segi kehidupan sosial kultural. Dalam memandang dakwah menunjukkan dua hal; pertama, adanya organisasi (sistem) dakwah untuk menunaikan fardhu kifayah dan Kedua, pelaksanaan dakwah perorangan dalam hubungannya dengan kriteria di atas maka yang pertama dapat disebut dakwah dan kedua dapat disebut tabligh. Terbentuknya lembaga dakwah berangkat dari kesadaran individual untuk melaksanakan tabligh yang berkembang menjadi kesadaran kolektif untuk melaksanakan dakwah dalam suatu system tertentu dalam lembaga dakwah. Allah telah memberikan petunjuk bahwa dalam melaksanakan tugas wajib dakwah Islamiyah fisabillillah haruslah dengan suatu organisasi khusus, harus ada lembaga tersendiri seperti yang tercakup dalam surat Ali Imran ayat 102-105. Dalam ayat tersebut di atas mewajibkan agar umat Islam mendirikan jamaah khusus, satu organisasi yang bertugas diladang dakwah dan organisasi itu haruslah di atas dua asas pokok. Keimanan dan persaudaraan sehingga jamaah muslim akan sanggup menunaikan tugas beratnya dalam kehidupan manusia dan dalam sejarah manusia, tugas menyuruh mengerjakan yang maruf dan mencegah yang munkar menegakkan kehidupan di atas dasar maruf dan membersihkan dari kotoran munkar, serta diperingatkan jangan bercerai berai dan bersengketa supaya tetap kuat.Oleh karena itu untuk mendukung dakwah Islamiyah perlu adanya satu lembaga khusus yang bertugas dalam bidang dakwah Islamiyah berdasarkan asas keimanan dan persaudaraan tanpa adanya organisasi dan lembaga dakwah, dakwah Islamiyah tidak dapat berjalan dengan baik bahkan kemungkinan besar akan berhenti sama sekali.Semua itu merupakan perwujudan dari dakwah bil Hal, dakwah dengan perbuatan nyata. Rasulullah telah memberikan contoh dakwah bil Hal yaitu ketika pertama kali tiba di Madinah yang dilakukan Rasulullah adalah denganmembangun masjid Quba, menyatukan kaum Anshor dan Muhajirin dalam ikatan ukhuwah Islamiyah dan seterusnya. Kenyataan membuktikan betapa efektifnya dakwah bil hal tanpa mengabaikan dakwah bil lisan, maka dakwah bil hal seharusnya menjadi prioritas utama. Islam mengatur hubungan antar manusia, baik antar muslim dengan muslim, atau muslim dengan non muslim, apakah antara kedua belah pihak ada hubungan kekerabatan persaudaraan atau hubungan sosial dengan demikian satu sama lain saling menghargai keberadaannya. Masyarakat tidak saja menjadi objek tetapi menjadi subjek dalam pembangunan yang pada sisi lain akan mengembangkan keswadayaan dan sumber daya yang ada disekitar mereka. Dalam hal ini perlu peran serta baik perorang maupun lembaga yang dapat berperan sebagai motivator sebab pada dasarnya strategi pendekatan ini intinya usaha penyadaran masyarakat agar dapat mengembangkan sumber daya yang ada pada diri mereka, lingkungan dan alam sekitar untuk mendapatkan hasil lebih baik.Melihat fenomen tersebut di atas maka ada dua pola yang diterapkan oleh para tuan guru dalak melaksanakan aktivitas dakwah transformatif yang ada di Desa Masbagik yaitu dengan menanamkan Idealized Influence (pengaruh ideal) dan Inspirational Motivation (Motivasi Inspirasi). 2. Kendala yang dihadapi Para Tuan Guru dalam melaksanakan dakwah transformatif di Desa Masbagik Kecamatan Masbagik Lombok TimurSetiap perjuangan yang dilakukan, tentu akan mengalami tantangan dan hambatan berupa kendala yang menghambat terwujudnya perjuangan yang sedang dilakukan. Demikian pula halnya dengan perjuangan yang dilakukan oleh para Tuan yang ada di Desa Masbagik juga mendapatkan tantangan dan hambatan dalam melaksanakan dakwah transformatif. Kendala-kendala yang dihadapi dapat digolongkan dua yaitu yang berasal dari dalam diri keluarga para Tuan Guru dan yang berasal dari dalam anggota kelompok majlis taklim yang di binanya.Hal ini terbukti dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap para Tuan diantaranya Tuan Guru Haji Abdul Qadir yang mengatakan bahwa Kendala yang paling menonjol yang menjadi penghambat dalam menyelenggarakan dakwah transformatif adalah yang berasal dari keluarga. Pihak keluarga cendrung merasa kurang diperhatikan dan terkadang merasa malu dengan apa yang saya lakukan. Bahkan ada keluarga yang meminta saya untuk ikut membangun dan membesarkan madrasah yang dipimpinnya dan meminta saya untuk berhenti berdakwah menemui masyarakat serta menghentikan majlis taklim yang sudah saya rintis sejak lama. [footnoteRef:45] [45: Tuan Guru Haji Abdul Qadir, Wawancara tanggal 11 Mei 2013]

Demikian pula pendapat yang diutarakan oleh Haji Resim yang mengatakan bahwa bukan hanya Tuan Guru Haji Abdul Qadir yang memperoleh hambatan Tuan Guru Haji Zainul Abidin juga memperoleh hambatan yang berasal dari dalam keluarga maupun dari masyarakat. Selama ini para keluarga sering datang untuk meminta agar Tuan Guru Haji Zainul Abidin membuat pondok pesantren dan tidak lagi keliling berdakwah seperti apa yang dilakukan saat ini. Namun beliau menjawab keluarganya dengan sangat santun, ia mengatakan bahwa bertemu langsung dengan masyarakat memiliki nuansa tersendiri dan merupakan suatu kebahagiaan karena dapat melihat langsung kekurangan dan kelemahan pengamalan keagamaan yang dimiliki oleh masyarakat.[footnoteRef:46] [46: Haji Resim, Wawancara tanggal 15 Mei 2013 jam 17.30.]

Sementara itu hambatan yang datang dari masyarakat adalah adanya sebagian masyarakat yang tidak setuju dengan apa yang dilakukan oleh Tuan Guru Haji Zainul Abidin. Sebagian masyarakat ada yang beranggapan bahwa apa yang dilakukan oleh Tuan Guru Haji Zainul Abidin adalah sama halnya dengan apa yang dilakukan oleh jamaah tablig yang keliling kampung dan menginap di masjid. Padahal menurut Tuan Guru Haji Zainul Abidin ia hanya berupaya untuk mengikuti strategi dakwah yang dikembangkan oleh Rasulullah.[footnoteRef:47] [47: Haji Resim, Wawancara tanggal 15 Mei 2013 jam 17.30.]

Demikian pula halnya dengan hambatan yang di alami oleh Tuan Guru Haji Irfan Halil. Ia juga mendapat tantangan yang berasal dari dalam dan yang berasal dari luar. Kendala yang berasal dari dalam keluarga adalah adanya tuntutan dari keluarga untuk membuat lembaga pendidikan formal. Hal ini disebabkan karena dengan adanya lembaga formal tersebut dapat melakukan aktivitas dakwah secara lebih fokus. Hal ini sesuai dengan pendapat yang di utarakan oleh Tuan Guru Haji Irfan Halil yang mengatakan bahwa hambatan dalam melakukan dakwah transformatif yang langsung turun kelapangan adalah yang berasal dari dalam keluarga yang menginginkan agar dakwah yang dilakukan adalah dakwah dengan membuat lembaga pendidikan formal seperti madrasah diniyah dan lainnya.[footnoteRef:48] [48: Tuan Guru Haji Irfan Halil, Wawancara tanggal 17 Mei 2013]

Sedangkan tantangan yang berasal dari luar adalah terdapatnya sebagian masyarakat yang belum bisa menerima pola dakwah yang saya jalani sehingga masih sering dijumpai yang menolak ajakan dakwah yang saya lakukan. Namun dengan kegigihan dan keuletan akhirnya tantangan yang ada tersebut justru dijadikan sebagai motivasi untuk meningkatkan pola dakwah transformasi ini.[footnoteRef:49] [49: Tuan Guru Haji Irfan Halil, Wawancara tanggal 17 Mei 2013]

3. Upaya yang dilakukan oleh para tuan guru dalam mengatasi kendala dakwah transformatif di Desa Masbagik Kecamatan Masbagik Lombok TimurBetapapun kendala yang dihadapi dalam perjuangan dakwah yang dilakukan secara transformatif dengan kegigihan dan lapang dada semua kendala yang ada dapat dihadapi dan justru membuahkan hasil yang cukup gilang gemilang. Secara umum upaya yang dilakukan oleh para tuan guru untuk mengatasi kendala dakwah transformatif di Desa Masbagik Kecamatan Masbagik Lombok Timur adalaha. Memberikan penjelasan yang rasionalUntuk menghadapi segala kendala baik yang berasal dari dalam keluarga meupun yang berasal dari luar para tuan guru memberikan penjelasan yang rasional tentang betapa penting pola dakwah yang tidak memiliki tendensi lain selain hanya mengharap ridha Allah SWT. Demikian pula halnya penjelasan yang di berikan kepada masyarakat umum. Hal ini memiliki relevansi dengan ungkapan yang diutarakan oleh Tuan Guru Haji Abdul Qadir yang mengatakan bahwa untuk mengatasi kendala yang berasal dari dalam keluarga biasanya saya memberikan penjelasan secara rasional tentang visi dan misi serta orientasi yang ingin di wujdukan yaitu membentuk masyarakat yang memiliki karakter islami dengan memberikan tuntutan agama yang dilakukan secara berkala sekalipun masyarakat belum mengundang untuk minta di nasihati. Hal ini saya lakukan hanya semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah SWT. [footnoteRef:50] [50: Tuan Guru Haji Abdul Qadir, Wawancara tanggal 21 Mei 2013]

Hal ini juga selaras dengan ungkapan yang diutarakan oleh Tuan Guru Haji Zainul Abidin yang mengatakan bahwa strategi yang dilakukan oleh Tuan Guru Haji Abdul Qadir juga dilakukan oleh saya. Saya juga memberikan pemahaman dan penjelasan kepada keluarga dan masyarakat tentang visi dan misi untuk mewujudkan masyarakat yang islami dan mansiri. Dengan cara ini keluarga dan masyarakat dapat memahami secara baik konsep yang saya berikan.[footnoteRef:51] [51: Tuan Guru Haji Zainul Abidin, wawancara tangal 23 Mei 2013]

Kondisi ini juga dilakukan oleh Tuan Guru Haji Irfan Halil, ia mengatakan bahwa kepada keluarganya ia menjelaskan tujuan dan maksud yang ingin dicapai olehnya. Bahkan ia menambahkan bahwa dengan penjelasan yang rasional telah mampu menumbuhkan motivasi bagi keluarga saya untuk ikut terjun memberikan pemahaman keagamaan yang berorientasi pada terbentuknya khazanah islamiah yang mandiri dan penuh rasa tanggung jawab.[footnoteRef:52] [52: Tuan Guru Haji Irfan Halil, Wawancara tangal 25 Mei 2013]

b. Memberikan teladan yang baikDisamping memberikan penjelasan yang rasional langkah yang diambil untuk mengatasi hambatan dan kendala dalam berdakwah adalah dengan memberikan teladan yang baik terhadap keluarga. Teladan yang baik ini dilakukan dalam bekerja maupun dalam menepati semua ucapan yang dan janji yang di berikan kepada keluarga dan masyarakat.Hal ini sesuai dengan ungkapan yang diutarakan oleh Tuan Guru Haji Abdul Qadir yang mengatakan bahwa sebelum pergi menjalankan dakwah terlebih dahulu saya melakukan perbaikan dalam keluarga dengan memberikan teladan yang baik dalam setiap pekerjaan maupun perjuangan yang saya lakukan. Bahkan untuk urusan ekonomi benar-benar saya berjuang sekuat tenaga untuk memberikan kecukupan napkah dan terlebih dahulu baru melakukan dakwah secara transformatif. Dengan pola ini pihak keluarga juga mendukung apapun yang menjadi keputusan saya untuk saya lakukan termasuk usaha dakwah secara transformatif.[footnoteRef:53] [53: Tuan Guru Haji Abdul Qadir, Wawancara tanggal 27 Mei 2013]

Seirama dengan ungkapan tersebut Tuan Guru Haji Zainul Abidin juga mengungkapkan hal yang sama bahwa sebelum melakukan aktivitas dakwah transformatif terlebih dahulu melakukan pemenuhan kewajiban dalam keluarga untuk memenuhi ekonomi dan berusaha menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari. Hal inilah strategi yang saya lakukan untuk mengatasi kendala yang saya hadapi baik yang berasal dari dalam maupun dari dalam.[footnoteRef:54] [54: Tuan Guru Haji Zainul Abidin, wawancara tanggal 27 Mei 2013]

Namun berbeda halnya dengan Tuan Guru Haji Irfan Halil yang termasuk memiliki ekonomi yang cukup mapan. Ia justru memberikan teladan kepada anggota keluarganya untuk senantiasa bersedekah dan menjadi garda depan dalam memberikan santunan terhadap masyarakat. Dengan pola ini hubungan yang harmonis baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat dapat diwujudkan dengan baik dan semua hambatan dapat di atasi dengan baik.[footnoteRef:55] [55: Tuan Guru Haji Irfan Halil, Wawancara tanggal 2 Juni 2013]

Dengan melihat fenomena tersebut di atas maka dapat dikatakan bahwa segala hambatan yang di alami oleh para tuan guru dapat diatasi dengan baik. Upaya-upaya tersebut tidak terlepas dari adanya motivasi yang kuat untuk mewujudkan masyarakat yang islami dan mandiri sehingga umat islam tidak dianggap remeh oleh orang luar agama.

C. Pembahasan1. Pola Dakwah Transformatif Para Tuan Guru di Desa Masbagik Kecamatan Masbagik Lombok TimurBerdasarkan paparan data di atas dapat di katakan bahwa pola yang diterapakan oleh para Tuan Guru dalam melakukan dakwah transformatif adalah pola yang mengutamakan adanya pemberian contoh yang baik sehingga semua masyarakat memahami tentang hal yang baik dan hal yang buruk. Hal ini juga dilakukan. Keadaan ini didorong pula oleh kekurangan kemampuan masyarakat dalam menafsirkan pola tauhid dan pelaksanaan ibadah yang sesuai dengan ajaran Islam padahal konsep tauhid merupakan konsep dasar yang harus dimiliki oleh setiap muslim yang ada. Tauhid adalah hal pokok yang harus selalu didengungkan dan dihayati dengan baik. Bahkan beliau mengisyaratkan agar masalah tauhid lebih dikedepankan dengan mengatakan, permasalahan yang berkaitan dengan persoalan keimanan di fokuskan pada rukum iman, yaitu: pertama, keesaan Allah (tauhid). Setiap orang islam wajib percaya kepada Allah, satu-satunya Tuhan. Dala Alquran dijelaskan bahwa Allah adalah sang pendipta dan pembuat seluruh ummat manusia. Kepercayaan pada satu-satunya Tuhan yang benar merupakan merupakan suatu pencerminan dari konsep unik alam semesta, yang tidak menyamai apapun dan tidak ada yang bias dibandingkan dengan dia. Hal ini diperlukan karena permasalahan tauhid merupakan permasalahan yang berkaitan dengan idiologi yang harus dikembangkan sejak dini. Hal tersebut merupakan suatu komponen yang dibawa sejak lahir dan dapat dikembangkan kearah yang lebih baik. Fitrah adalah bentuk dari sistem yang diwujudkan Allah pada setiap mahluk. Fitrah yang berkaitan dengan manusia adalah apa yang diciptakan Allah kepada manusia yang berkaitan denga jasmani dan akalnya serta ruhnya.Dakwah transformatif merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan dakwah secara lebih konperhensif. Dakwah transformatif adalah suatu model pendekatan dan metode dakwah yang tidak hanya mengandalkan dakwah verbal (konvensional) untuk memberikan materi-materi keagamaan kepada masyarakat, yang memposisikan dai sebagai penyebar pesan-pesan keagamaan, tetapi juga menginternalisasikan pesan-pesan keagamaan ke dalam kehidupan riil masyarakat dengan cara melakukan pendampingan masyarakat secara langsung. Dengan demikian dakwah tidak hanya untuk memperkuat aspek religiusitas masyarakat melainkan juga memperkukuh basis sosial untuk mewujudkan transformasi sosial.Secara dikotomis, kita terbiasa membagi model dakwah menjadi dakwah bil liasan dan dakwah bil hal. Dalam pandangan Mas'udi, menyebut yang pertama sebagai dakwah dengan kalam yang terlalu verbal dan mengutamakan cuap-cuap yang sering kali hanya kosong. Sedang yang kedua disebutnya dakwah dengan sikap, dengan amaliah nyata alias action. Repotnya, dua model dakwah yang idealnya berjalan seimbang itu, cenderung timpang. Yang pertama berkembang pesat di tengah umat, sementara yang kedua tertatih-tatih. Ini jelas satu problem.[footnoteRef:56] [56: Masdar F. Mas'udi, "Dakwah, Membela Kepentingan Siapa" dalam Pesantren, No. 4/Vol.IV/1987, hal. 2.]

Peroblem lainnya, ada semacam kerancauan paradigma dalam konsep dakwah kita selama ini, baik dakwah bil lisan maupun dakwah bil hal. Yakni kecenderungan untuk menjadikan umat sebagai obyek dakwah yang pasif, yang harus dituntun karena kedho'ifan dan potensinya bertindak jahil, maka para da'i dan institusi dakwah, lantas bertindak sebagai penjaga garis agar umat tetap berpijak pada jalan lurus. Meminjam istilah Mansour Fakh, proses dakwah selama ini cenderung mengarah pada konsep 'komunikasi ala bank'. Masyarakat diibaratkan wadah kosong yang harus diisi dengan seperangkat keyakinan, nilai moral serta praktik kehidupan agar disimpan dan dikeluarkan sewaktu dibutuhkan.[footnoteRef:57] [57: Mansour Fakih, "Dakwah : Siapa yang diuntungkan ?" dalam Pesantren, No. 4/Vol.IV/1987, h. 9]

Dengan metode transformatif yang digunakan para tuan guru di desa Masbagik ini diharapkan tuan guru dan dai mempunyai peran ganda yaitu melakukan aktivitas penyebaran materi kegamaan dan melakukan pendampingan masyarakat untuk isu-isu sosial seperti korupsi, kolusi, perusakan lingkungan hidup, dan menjadi advokasi terhadap pelanggaran hak rakyat oleh negara seperti kasus penggususran, hak-hak perempuan, konflik antar agama, dan problem kemanusiaan lainnya. Oleh sebab itu, maka daI disamping sebagai ahli agama juga harus mampu menjadi agen perubahan sosial.Maka dalam konteks sosio-kultural proses dakwah harus mampu mengembalikan humanisasi umat yang telah lama runtuh dan terjebak suasana fatalistik. Proses dakwah sebagai gerakan pemanusiaan mesti dikembalikan pada kesadaran bahwa tak seorang pun boleh merasa berhak menjadi da'i. Sebaliknya, masyarakatlah yang harus menjadi da'i bagi mereka sendiri. Ini jauh dari pemahaman bahwa masyarakat yang lemah harus menjadi sasaran transfer pengetahuan dan nilai-nilai kelompok yang lebih kuat. Sebab itu, dakwah hendaknya diarahkan menuju proses dialog untuk menumbuhkan kesadaran akan potensi masyarakat sebagai makhluk kreatif, yang berkemampuan mengelola diri dan lingkungannya. Dengan begitu, esensi dakwah transformatif bukan mencoba merubah masyarakat, tetapi menciptakan kesempatan bagi masyarakat untuk merobah diri lewat kesadaran dan pemahaman terhadap masalah yang dihadapi mereka.[footnoteRef:58] [58: Mansour Fakih, "Dakwah : Siapa yang diuntungkan ?" dalam Pesantren, No. 4/Vol.IV/1987, hal. 11]

Dakwah transformatif dilakukan dalam dua metode, yaitu metode refleksi dan aksi. Daur refleksi dan aksi ini meniscayakan bahwa dakwah transformatif bukan sekedar dalam level verbal seperti pengajian, majlis taklim, ceramah dialog di radio dan televisi melainkan seorang dai harus menyentuh persoalan-persoalan riil yang menjadi problema masyarakat. Indikator keberhasilan dakwah transformatif, tercermin dalam hal-hal sebagai berikut :Pertama, Mendasarkan proses dakwah pada pemihakan terhadap kepentingan masyarakat. Itu berarti penolakan segala bentuk dakwah untuk kepentingan lain.Kedua, mengintensifkan dialog dan keterlibatan masyarakat guna membangun kesadaran kritis untuk memperbaiki keadaan.Ketiga, memfasilitasi masyarakat agar mampu memecahkan masalahanya sendiri serta melakukan transformasi sosial yang mereka kehendaki. Jadi bukan sekedar mengurai masalah masyarakat supaya dipecahkan pihak lain.Keempat, menjadikan dakwah sebagai media pendidikan dan pengembangan potensi masyarakat, sehingga dengan demikian masyarakat akan terbebas dari kejahilan dan kedha'ifan.[footnoteRef:59] [59: Nurcholish Madjid, "Akar Islam beberapa segi budaya Indonesia dan kemungkinan pengembangannya bagimasa depan bangsa", dalam Nurchlish MAdjid, Islam, Kemoderenan dan Keindonesiaan (Mizan, Bandung, 1994) hal. 67-68]

Sehingga dakwah secara transformatif dalam hal tersebut memiliki relevansi dengan beragam kegiatan yang telah dilakukan oleh para Tuan Guru di Desa Masbagik yang senantiasa memberikan pengarahan dan wejangan berupa nasihat agama yang dilakukan melalui kegiatan majlis taklim yang dibinanya.

2. Kendala yang dihadapi Para Tuan Guru dalam melaksanakan dakwah transformatif di Desa Masbagik Kecamatan Masbagik Lombok TimurSetiap perjuangan yang dilakukan mesti memiliki kendala. Demikian pula perjuangan yang dilakukan oleh para tuan guru. kendala yang beliau hadapi dikelompokkan menjadi dua yaitu yang berasal dari dalam dan yang berasal dari luar. Tidak mudah untuk menyusun strategi dakwah yang sesuai dalam konteks masyarakat yang multikultural seperti sekarang ini.Kesulitan menghadang tatkala kita menorehkan wajah ke depan langsung berhadapan dengan hamparan tatanan masyarakat informatif-industrial berserta segala dampak yang ditimbulkannya. Betapa rumitnya memetakan arah perkembangan masyarakat itu, sehingga kita gagap menyiasatinya. Itu semua mewujudkan bahwa tuntutan akan keharusan merubahstrategi komunikasi dakwah tidak bisa ditunda-tunda lagi.Kecenderungan peradaban global bukanlah sesuatu yang harus dihindari, melainkan dihadapi dengan penuh kearifan dan manusiawi. Iptek yang terus berkembang harus menjadi media pengembangan religiusitas dan jalan mendekatkan diri pada Allah. Pilihan iman dan Islam sebagai jalan hidup harus bersedia dan berani bergumul dalam dinamika sejarah yang sering keras dan tak peduli pada penderitaan manusia yang diakibatkannya.Masyarakat global saat ini juga menampakkan ciri-ciri sebagai masyarakat fungsional, masyarakat teknologis, saintifik, terbuka, pemiskinan agama, dan masyarakat permisif. Perlu disadari bahwa peradaban global-industrial merupakan tahapan sejarah abad ke-21 yang tak terelakkan. Tidak lama lagi Indonesia yang bertekat memasuki mekanisme pasar (perdagangan bebas) akan berada dalam pusaran peradaban tersebut. Peradaban industrial disamping membawa kemajuan dan kemudahan hidup, juga menimbulkan persoalan sosial dan budaya yang luas akibat ketidaksiapan mental dan fisik sebagian manusia.Harus pula disadari bahwa gerak pembangunan dan peradaban demikian disebabkan karena tidak seluruhnya terekam secara memadai dalam panduan cita-cita Islam. Pemikiran dan pembaharuan pemikiran Islam jauh dari pengalaman industrial, sehingga sulit diketemukan rujukan pemikiran Islam yang cukup berarti bagi penyelesaian berbagai persoalan kemanusian didalamnya.Disamping itu, gagasan pembaharuan tuan guru perlu diarahkan guna memberi sumber daya spiritual sebagai pondasi peradaban industrial. Dakwah persyarikatan harus dikembangkan sebagai strategi kebudayaan yang meliputi seluruh aspek kehidupan bagi upaya mewujudkan kemanusiaan sejati. Dakwah harus dapat memberi arah peradaban dan perubahan seluruh demensi kehidupan manusia dan masyarakat secara transformatif menuju kesejahteraan hidup duniawi yang Islami.Gerakan dakwah juga perlu menaruh perhatian terhadap berbagai persoalan pengiring yang muncul dalam masyarakat global-industrial. Berbagai persoalan tersebut akan berkaitan dengan tumbuhnya kawasan perumahan dan industri, perilaku dan tatanan sosial-budaya yang belum diketemukan rujukannya dalam pemikiran klasik, munculnyakelompok strategis baru (kelas menengah, generasi muda terdidik, profesional muda, politisi, birokrat, dan intelektual), kemiskinan material dan spritual, perluasan keterasingan dan penyimpangan sosial serta keagamaan, dan perluasan kaum pekerja buruh.Untuk operasional gerakan dakwah harus merupakan layanan sosial bagi penyelesaian hidup modern sebagai wujud tanggung jawab atau komitmen kemanusiaan. Untuk itu diperlukan perumusan dan penataan kembali etos dan struktur gerakan dakwah sehingga menempatkan Persyarikatan sebagai pengendali perubahan kearah kehidupan yang semakin manusiawi sejahtera, dinamis, dan berkemajuan atas dasar prinsip nilai ajaran Islam.Profesionalitas pelaku dakwah ditentukan oleh kemampuan memanfaatkan secara maksimal seluruh model media komunikasi sosial yang meliputi tv, radio, internet, buku, majalah dan koran disamping media sosial budaya lainnya. Namun, sesuai kecenderungan masyarakat global-industrial yang membelah keutuhan kemanusiaan menjadi bagianbagian yang rinci sulit diharapkan suatu sosok mubaligh yang memiliki kemampuan profesional generalistik. Karena itu pemanfaatan media di atas memerlukan pembagian kerja terprogram dan pelatihan yang terus menerus yang dapat dirubah dan dikembangkan sesuai tuntutan masyarakat.Dari gambaran masyarakat Masbagik terlihat bagaimana masyarakat menunjukkan ketidak pedulian dan sebagian lagi masyarakat memberikan kesempatan untuk menerima yang disampaikan tuan guru Iran Halil dan daI-daI yang lain. Masyarakat yang menunjukkan perlawanan terhadap dakwah transformatif menunjukkan kemiskinan spiritual masyarakat modern industrial perlu diantisipasi melalui layanan dan konsultasi dakwah, pengembangan hidup jamaah dan bimbingan pengkayaan spritual kehidupan modern. Pendekatan etis dan sufistis mungkin dapat dipertimbangkan guna memperkaya pengalaman ritual melalui pengembangan tradisi dzikir dalam pengertian luas.Masyarakat lapis bawah dan pekerja kasar seperti buruh akan meluas searah dengan pengembangan kawasan industri. Gerakan dakwah harus menaruh perhatian dan terlibat aktif menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi. Perlindungan dakwah dapat dilakukan tanpa harus berhadapan dengan berbagai kekuatan seperti kelompok masyarakat yang secara ekonomi lebih mapan atau penguasa dan perusahaan.Keterasingan sosial juga meluas searah perkembangan kantong-kantong industri terlepas dari lingkungan di masyarakat. Situasi demikian tidak hanya dialami oleh kaum marginal di perkotaan, tetapi juga kelompok elit yang terlepas dari struktur besaran masyarakat. Untuk kasus demikian perlu pengembangan semangat hidup jamaah yang tidak semata berdasar status dan profesi tetapi berbasis semangat kebersamaan dan tolong-menolong dalam arti luas.Keterasingan demikian juga dapat dialami akibat keagamaan yang reduksionistis dalam bentuk perilaku sempalan akibat ketidakmampuan mengintegrasikan ketentuan syari yang formal dengan tuntutan hidup industrial. Kondisi tersebut sering dihadapi generasi muda muslim berpendidikan. Untuk itu perlu dikembangkan pemikiran dan wawasan keagamaan yang menempatkan iptek dan kebudayaan sebagai jalan mendekati Tuhan di samping pemahaman substansi dan pesan moral firman Allah.Strategi dakwah sekarang harus mengarah pada penanganan masalah riil. Artinya bahwa kegiatan dakwah harus merupakan usaha pemecahan atau penyelesaian masalah kehidupan umat dan masyarakat di bidang sosial-budaya, ekonomi danpolitik dalam kerangka masyarakat modern. Dalam hal ini, konsep dakwah Muhammadiyah Gerakan Dakwah Jamaah menarik untuk dikembangkan. Namun sayangnya, konsep dakwah pemberdayaan masyarakat ini masih jauh dari jangkauan para mubaligh.Dengan memahami dakwah sebagai pemecahan masalah diharapkan membuahkan tiga kondisi:pertama, tumbuhnya kemandirian dan kepercayaan umat serta masyarakat sehingga berkembang sikap optimis.Kedua, tumbuhnya kepercayaan terhadap kegiatan dakwah guna mencapai tujuan kehidupan yang lebih ideal.Ketiga, berkembangnya suatu kondisi sosial dan ekonomi, politik serta iptek sebagai landasan peningkatan kualitas hidup umat.3. Upaya yang dilakukan oleh para tuan guru dalam mengatasi kendala dakwah transformatif di Desa Masbagik Kecamatan Masbagik Lombok Timur

BAB VPENUTUPB. Kesimpulan Berdasarkan hasil pada paparan data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:1. Pola yang diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat Desa Pengembur adalah dengan mengelola kegiatan majlis taklim dalam bentuk pengajian rutin yang dilaksanakan di rumahnya Tuan Guru Haji Arifin Syafii dan pengelolaan kelompok tani dalam bentuk pemanfaatan lahan pertanian yang masih kosong agar memiliki nilai ekonomis yang tinggi. 2. Kendala yang dihadapi dalam pemberdayaan dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu yang berasal dari dalam dan yang berasal dari luar. Yang berasal dari dalam muncul dari keluarga Tuan Guru haji Arifin SyafiI dalam bentuk keinginan para keluarga untuk menggatikan posisi anggota yang telah berjuang sejak awal dan para anggota dalam bentuk adanya sikap saling curiga sedangkan yang berasal dari luar adalah dari masyarakat yang tidak mengambil bagian baik dalam kegiatan majlis taklim maupun dalam kegiatan kelompok tani dalam bentuk melakukan propokasi terhadap kelompok tani bahwa kegaitan kelompok tani hanya untuk memperkuat ekonomi Tuan Guru Haji Arifin Syafii. 3. Tuan Guru Haji Arifin SyafiI memiliki peranan yang optimal dalam memberdayakan masyarakat Desa Pengembur yang terbukti dari keberhasilannya dalam mengembangkan majlis taklim dan kelompok tani bahkan masyarakat Desa Pengembur semakin memiliki etos kerja yang tinggi.C. Saran Bertitik tolak dari kesimpulan di atas maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:1. Kepada Kepala Desa Pengembur, diharapkan agar memberikan dukungan dalam mengembangkan masyarakat Desa pengembur kearah yang lebih baik2. Kepada Kelompok Tani, diharapkan agar lebih bersatu dan lebih kreatif dalam mengembangkan kelompok tani yang telah dimiliki3. Bagi peneliti lain, diharapkan agar melakukan penelitian yang lebih mendalam terutama yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat.

59