studosss

12
1. Berat badan 20% lebih dari berat badan ideal (Camdem, 2009) 2. Pengkajian BMI sebagai panduan menentukan tingkat obesitas (Srnka, 2001). Perhitungan BMI dapat menggunakan hitungan height squared (kg/m 2 ). Jika menggunakan unit konvensional, BMI dihitung dengan (lb/inch 2 ) x 703. Nilai BMI antara 25 – 29,9 disebut dengan kelebihan berat badan Nilai BMI antara 30 – 34,9 disebut obesitas tingkat I Nilai BMI antara 35 – 39,9 disebut obesitas tingkat II Nilai BMI > 40 disebut obesitas berat Perhitungan BMI dapat dihitung secara manual atau dengan melihat tabel BMI . 3. Tanda pemeriksaan fisik lainnya pada pasien obesitas yang dapat ditemukan, meliputi : napas pendek, terlihat adanya penumpukan lemak pada seluruh tubuh. Pengkajian Penatalaksanaan Medis 1. Terapi nonfarmakologi a. Terapi diet b. Aktivitas fisik c. Terapi perilaku, pola hidup, pola makan, penurunan stress 2. Terapi farmakologi a. Agen nonadrenergik Phentermine (Ionamin – Celltech; Adipex-P – Gate; Fastin – GlaxoSmithKlien) Orlidtat (Xenical – Roche) Sibutramine (Meridia – Abbott). b. Agen serotonergik, seperti fluxetine (Prozac – Eli Lily) dan sertraline (Zoloft- Pfizer) c. Produk natural 3. Terapi Bedah Terdapat dua intervensi bedah yang digunakan, yaitu reseksi lambung / gastroplasty dan gastric bypass yang dilakukan dengan tujuan untuk menurunkan intake kalori. Terapi bedah dilakukan apabila dengan terapi farmakologi dan

Upload: ninamustika

Post on 08-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

studi diagnostik

TRANSCRIPT

Page 1: Studosss

1. Berat badan 20% lebih dari berat badan ideal (Camdem, 2009)2. Pengkajian BMI sebagai panduan menentukan tingkat obesitas (Srnka, 2001).

Perhitungan BMI dapat menggunakan hitungan height squared (kg/m2). Jika menggunakan unit konvensional, BMI dihitung dengan (lb/inch2) x 703.Nilai BMI antara 25 – 29,9 disebut dengan kelebihan berat badanNilai BMI antara 30 – 34,9 disebut obesitas tingkat INilai BMI antara 35 – 39,9 disebut obesitas tingkat IINilai BMI > 40 disebut obesitas beratPerhitungan BMI dapat dihitung secara manual atau dengan melihat tabel BMI .

3. Tanda pemeriksaan fisik lainnya pada pasien obesitas yang dapat ditemukan, meliputi : napas pendek, terlihat adanya penumpukan lemak pada seluruh tubuh.

Pengkajian Penatalaksanaan Medis

1. Terapi nonfarmakologia. Terapi dietb. Aktivitas fisikc. Terapi perilaku, pola hidup, pola makan, penurunan stress

2. Terapi farmakologia. Agen nonadrenergik

Phentermine (Ionamin – Celltech; Adipex-P – Gate; Fastin – GlaxoSmithKlien)

Orlidtat (Xenical – Roche) Sibutramine (Meridia – Abbott).

b. Agen serotonergik, seperti fluxetine (Prozac – Eli Lily) dan sertraline (Zoloft- Pfizer)

c. Produk natural3. Terapi Bedah

Terdapat dua intervensi bedah yang digunakan, yaitu reseksi lambung / gastroplasty dan gastric bypass yang dilakukan dengan tujuan untuk menurunkan intake kalori. Terapi bedah dilakukan apabila dengan terapi farmakologi dan nonfarmakologi tidak menghasilkan penurunan berat badan yang diharapkan.

Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang uumumnya ada pada pasien dengan obesitas pada saat dilakukan asuhan keperawatan di ruang rawat inap adalah sebagai berikut :

1. Ketidakseimbangan nutisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d ketidakseimbangan antara intake kalori dan pengeluaran tenaga, akumulasi lemak tubuh, obesitas.

2. Resiko ketidakadekuatan program pengobatan b.d salah persepsi, sumber informasi, penurunan motivasi

3. Aktual/ resiko pola napas tidak efektif b.d ventilasi tidak adekuat, penurunan daya tahan otot – otot pernapasan.

4. Gangguan konsep diri (gambaran diri rendah) b.d merasa bentuk tubuh tidak ideal

Page 2: Studosss

5. Resiko gangguan integritas jaringan kulit b.d gangguan elastisitas kulit, gangguan sirkulasi integritas kulit, keterlambatan penyembuhan luka, dermatitis, dan iritasi integritas jaringan

6. Hambatan mobilitas fisik b.d ketidakmampuan dalam melakukan pergerakkan normal.

Rencana Keperawatan

Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d ketidakseimbangan antara intake kalori dan pengeluaran tenaga, akumulasi lemak tubuh, obesitasTujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam setelah diberikan kelebihan nutrisi pasien terpenuhi.Kreteria evaluasi :

- Pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat- Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi program pengobatan obesitas- Pasien mendapatkan terapi farmakologis dan atau terapi bedah

Intervensi RasionalKaji status nutrisi pasien, timbang berat badan dan tinggi badan, ukur BMI.Kaji faktor yang bisa meningkatkan nafsu makan pasien

Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk menetapkan pilihan intervensi yang tepat

Kaji adanya penyakit gangguan metabolisme yang berhubungan dengan resiko obesitas, seperti diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit kardiovaskular.Kaji adanya riwayat pembedahan yang meningkatkan resiko obesitas, misalnya pengangkatan kelenjar pankreas

Mengidentifikasi faktor – faktor penyakit yang menjadi predisposisi obesitas

Kaji persepsi pasien dan keluarga tentag metode penurunan berat badan

Menggali faktor pendukung dalam menjalankan program terapi obesitas. Persepsi dan motivasi keluarga memberikan pengaruh positif terhadap penurunan berat badan.

Evaluasi adanya alergi makanan dan kontraindikasi makanan

Beberapa komponen makanan tertentu dan beberapa penyakit lain, seperti diabetes melitus, hipertensi, gout, dan lainnyamemberikan manifestasi terhadap persiapan komposisi makanan yang akan diberikan

Identifikasi pola dan jenis makanan yang dikonsumsi pasien.

Eksplorasi penting dalam menilai mekanisme intake makanan pada pasien obesitas

Kaji tingkat pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi dan pengetahuan terhadap aktivitas dan faktor lainnya, misalnya kondisi kehamilan

Terdapat dilema dalam kebutuhan nutrisi pasien obesitas dengan faktor – faktor yang diharuskan meningkatkan nutrisi seperti obesitas. Perawat melakukan intervensi kolaboratif dengan tim gizi untuk menetapkan jenis nutrisi yang dikonsumsi oleh pasien dan memberikan dukungan moral agar klien ikut serta dalam program intake nutrisi

Konsultasi dengan ahli gizi dan menentukan Pada pelaksanaan asuhan klinik, penentuan

Page 3: Studosss

kebutuha nutrisi yang sesuai dengan kondisi individu

kebutuhan nutrisi adalah kompetensi dari ahli gizi. Peran perawat adalah sebagai kolaborator klinik untuk menurunkan masalah pasien.

Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d ketidakseimbangan antara intake kalori dan pengeluaran tenaga, akumulasi lemak tubuh, obesitas

Intervensi RasionalSusun jadwal jangka pendek dan jangka panjang yang tepat secara individual kebutuhan nutrisi pasien

Dalam 1 pon jaringan adiposa berisi 3500 kcal (Srnka, 2001).Progresivitas penurunan berat badan yang dianjurkan adalah 500 kkal/minggu (Rock, 2004).Perawat juga mendorong pasien untuk melakukan perubahan asupan diet, terutama tentang pola hidup.

Anjurkan peningkatan intake cairan secara oral

Air membantu ekskresi berbagai produk dari penghancuran lemak (Newnam, 2009) dan membantu menurunkan resiko ketosis.

Anjurkan melakukan aktivitas latihan fisik Latihan fisik merupakan bagian integral dari program penurunan berat badan. Kombinasi antara diet dan program latihan akan meningkatkan hilangnya jaringan adiposa dibanding jaringan lainnya (Camdem, 2009)

Informasikan pada pasien tentang efek obat dan untuk selalu meminum obat penurun berat badan

Beberapa jenis obat seperti agen noradrenergik dan agen serotonergik mempunyai fungsi untuk menurunkan selera atau nafsu makan yang dapat menurunkan berat badan.

Resiko ketidakadekuatan program pengobatan b.d salah persepsi, sumber informasi, penurunan motivasiTujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam terjadi peningkatan perilakuKriteria evaluasi: Pernyataan subjektif pasien untuk ikut serta dalam program penurunan berat badan Pasien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup dan mengidentifikasi dukungan

personal/masyarakat yang dapat membantuIntervensi Rasional

Kaji tingkat pengetahuan, persepsi pasien tentang program penurunan berat badan

Membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan individual

Dorong pasien untuk menyadari bahwa ,kebiasaan terlalu banyak makan bisa mengkontribusi peningkatan obesitas

Peran perawat mengkaji ulang persepsi pasien atas hal yang telah dianjurkan, dengan mengklarifikasi motivasi yang secara subjektif tentang kesadaran untuk menurunkan kebiasaan makan terlalu banyak.

Anjurkan melakukan aktivitas latihan fisik Latihan fisik merupakan integral dari program penurunan berat badan. Kombinasi antara diet

Page 4: Studosss

dan program latihan akan meningkatkan hilangnya jaringan adiposa dibandingkan jaringan lainnya (Camdem, 2009)

Lakukan strategi modifikasi perilaku Perawat memberikan pengetahuan yang sesuai tingkat kemampuan pasien dalam memodifikasi perilaku, apabila diperlukan perawat melakukan kolaborasi dengan psikiater klinik dalam menunjang perubahan perilaku yang positif.

Anjurkan pada pasien untuk membaca setiap label yang ada pada kemasan nutrisi, terutama paket siap saji tentang menghindari yang bertulisan “tinggi kandungan lemak” atau “tinggi kalori”

Pemberian pengetahuan ini walaupun sederhana, tetapi efektif dalam membantu menurunkan intake lemak pada pasien obesitas dalam memenuhi kebutuhan nutrisi harian.

Berikan dukungan positif apabila didapatkan indikasi yang baik

Dukungan positif dari perawat akan meningkatkan koping individu dan termotivasi untuk melakukan kebiasaan positif untuk menurunkan obesitas

Beri pendidikan kesehatan lanjutan perawatan rumah

Materi pendidikan kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan individu dan dukungan dari keluarga dapat meningkatkan tingkat kepatuhan. Materi pendidikan, meliputi: Ukuran hidangan diet yang tepat Komposisi kalori dari makanan yang

sesuai Metode persiapan makanan untuk

menghindari paket siap saji

Aktual/resiko tinggi pola napas tidak efektif b.d ventilasi tidak adekuat, penurunan daya tahan otot-otot pernapasanTujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam tidak terjadi perubahan pola napasKriteria evaluasi: Pasien tidak sesak napas, RR dalam batas normal 16-20x/menit, respon batuk berkurang

Intervensi RasionalAuskultasi bunyi napas (crakles) Indikasi edema paru, sekunder akibat

dekompensasi jantungKaji adanya edema Curiga gagal kongestif/kelebihan volume

cairanIstirahatkan pasien dengan tirah baring optimal pada saat fase akut

Tirah baring merupakan bagian yang penting dari pengobatan gagal jantung kongestif, khususnya pada tahap akut dan sulit disembuhkan. Selain itu, untuk menurunkan seluruh kebutuhan kerja pada jantung, tirah baring membantu dalam menurunkan beban kerja dengan menurunkan volume intravaskuler melalui induksi diuresis berbaring.Istirahat akan mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung, dan

Page 5: Studosss

menurunkan tekanan darah. Lamanya berbaring juga merangsang diuresis karna berbaring akan memperbaiki perfusi ginjal. Istirahat juga mengurangi kerja otot pernapasan dan penggunaan oksigen. Frekuensi jantung menurun, yang akan memperpanjang periode diastolik pemulihan sehingga memperbaiki efisiensi kontraksi jantung.

Atur posisi tirah baring yang ideal. Kepala tempat tidur harus dinaikkan 20-30 cm (8-10 inci)

Pada posisi ini, aliran balik vena ke jantung (preeload) dan paru berkurang, kongesti paru berkurang, dan penekanan hepar ke diafragma menjadi minimal. Lengan bawah harus disokong dengan bantal untuk mengurangi kelelahan otot bahu akibat berat lengan yang menarik secara terus-menerus. Pasien yang dapat bernapas hanya pada posisi tegak (ortopnu) dapat didudukkan di sisi tempat tidur dengan kedua kaki disokong kursi, kepala dan lengan diletakkan di meja tempat tidur, serta vertebra lumbosakral disokong dengan bantal. Bila terdapat kongesti paru, maka lebih baik pasien didudukkan di kursi karna posisi ini dapat memperbaiki perpindahan cairan dari paru.

Aktual resiko tinggi pola napas tidak efektif b.d ventilasi tidak adekuat, penurunan daya

tahan otot – otot pernapasan

Intervensi Rasional

Kaji perubahan pada sensorik, contoh letargi,

cemas, dan depresi

dapat menunjukkan tidak adekuatnya perfusi

serebral sekunder terhadap penurunan curah

jantung

Berikan istirahat psikologi dengan

lingkungan dengan tenang.

stress emosi menghasilkan vasokonstriksi,

yang terkait dan meningkatkan TD, serta

meningkatkan frekuensi/ kerja jantung

Kolaborasi

pantau data laboratorium elektrolit kalsium

hipokalemia dapat membatasi keefektifan

terapi

Risiko gangguan integritas jaringan kulit b.d gangguan elastiitas kulit, gangguan sirkulasi

integritas kulit, keterlambatan penyembuhan luka, dermatitis, dan iritasi integritas jaringan.

Tujuan : Dalam waktu 1 = 24 jam resikogangguan integritas jaringan kulit tidak terjadi.

Page 6: Studosss

Kriteria evaluasi :

- pasien mampu melaksanakan teknik dalam menurunkan resiko gangguan integritas kulit.

Intervensi Rasional

Kaji kemampuan pola aktifitas dan latihan pasien pada beberapa pasien obesitas tingkat III,

aktfitas pasien sudah mengalami

hambatan. Kondisi ini meningkatkan

resiko gangguan integritas kulit.

Lakukan dan ajarkan mobilisasi miring kiri –

kanan tiap 2 jam.

Mencegah penekanan setempat yang

berlanjut pada nekrosis jaringan lunak.

Jaga kebersihan dan ganti sprei apabila kotor atau

basah.

mencegah stimulus kerusakan pada area

bokong yang beresiko terjadi dekubitus.

Beri motivasi pada pasien obesitas tingkat III

untuk ikut memelihara kondisi integritas jaringan

kulit.

pada beberapa pasien yang masih mampu

melakukan aktifitas penuruna resiko

gangguan integritas, maka peran perawat

adalah memberikan motivasi. Akan

tetapi, peran monitoring integritas

jaringan tetap perawat melakukan, lebih

intensif daripada pasien yang tidak

obesitas.

Hambatan mobilitas fisik b.d ketidak mampuan dalam melakukan pergerakan normal.

Tujuan : dalam waktu 7 x 24 jamhambatn mobilitas berkurang/ hilang atau teradaptasi.

Kriteria evaluasi :

- Pasien dan keluarga terlihat mampu melakukan mobilitsd ekstremita bawah secara

bertahap.

- Pasien dapat mengenal cara melakukan mobilitas dan secara koperatif melaksanakan

teknik mobilisasi secara bertahap.

Intervensi Rasional

Kaji kemampuan mobilitas ekstremitas. membantu dalam mengantisipasi dan

merencanakan pertemuan kebutuhan

individual.

Lakukan latihan ROM pada ekstremitas yang lakukan ROM yang optimal dapat

Page 7: Studosss

mengalami hambatan. menurunkan atrofi otot, perbaikan

sirkulasi perifer, dan mencegah

kontraktur pada ekstremitas bawah.

Kolaborasi untuk dilakukan bedah lipektomi

(Lewis, 2000).

lipektomi adalah pembedahan dengan

mengangkat jaringa adiposa pada

beberapa bagian tubuh. Dengan

menurunkan jaringan adiposa, maka

hambatan mobilisasi dapat diturunkan.

Gangguan konsep diri (gambaran diri rendah) b.d merasa bentuk tubuh tidak ideal.

Tujuan : dalam waktu 1x 24 jam terjad peningkatan gambaran diri.

Kriteria hasil :

- Pasien merasa harga dirinya naik, menggunakan koping adaptif, dan menyadari dapat

mengontrol perasaannya.

Intervensi Rasional

Bina hubungan saling keterbukaan. kesadaran diri sangat diperlukan dalam

membina hubungan teutapetik perawat –

pasien.

Kaji perasaan pasien saat ini. membantu perwat dalam mengidentifikasi

tingkat perasaan dari pasien.

Eksplorasi respons koping adaptif dan

malaadaptif terhadap masalahnya.

respon koping adaptif membantu dalam

proses menyelesaikan masalah klien.

Buat perencanaan yang realistik. pasien membutuhkan bantuan perawat untuk

mengatasi permasalahannya dengan cara

menentukan perencaaan yang lealistik.

Bantu pasien untuk melakukan tindakan yang

penting untuk mengubah respons maladaptif

dan mempertahankan pespons koping yang

adaptif.

penggunaan koping yang adaptif membantu

dalam proses penyelesaian masalah klien.

Observasi tingkat depresi. dengan mengobservasi tingkat depresi, maka

rencana perawatan lanjutan disusul dengan

tepat.

Beri dukungan psikologis. bentuk dukungan psikologis dapat

Page 8: Studosss

mempeerat hubungan perawat dan pasien

dengan permasalahan yang sedang

dihadapinya

Evaluasi

Evaluasi keperawatan diharapkan ada pada pasien dengan obesitas setelah dilakukan

asuhan keperawatan di ruang rawat inap, meliputi hal – hal sebagai berikut :

1. Kebutuhan nutrisi dapat diberikan sesuai dengan tingkat kebutuhan individual.

2. Pengetahuan pasien terpenuhi dan pasien berkeringat untuk mengikuti program

penurunan berat badan.

3. Tidak terjadi ketidakefektifan pola napas.

4. Terjadi peningkatan gambaran diri.

5. Integritas kulit optimal.

6. Kemampuan pergerakan meningkat.