studosss
DESCRIPTION
studi diagnostikTRANSCRIPT
1. Berat badan 20% lebih dari berat badan ideal (Camdem, 2009)2. Pengkajian BMI sebagai panduan menentukan tingkat obesitas (Srnka, 2001).
Perhitungan BMI dapat menggunakan hitungan height squared (kg/m2). Jika menggunakan unit konvensional, BMI dihitung dengan (lb/inch2) x 703.Nilai BMI antara 25 – 29,9 disebut dengan kelebihan berat badanNilai BMI antara 30 – 34,9 disebut obesitas tingkat INilai BMI antara 35 – 39,9 disebut obesitas tingkat IINilai BMI > 40 disebut obesitas beratPerhitungan BMI dapat dihitung secara manual atau dengan melihat tabel BMI .
3. Tanda pemeriksaan fisik lainnya pada pasien obesitas yang dapat ditemukan, meliputi : napas pendek, terlihat adanya penumpukan lemak pada seluruh tubuh.
Pengkajian Penatalaksanaan Medis
1. Terapi nonfarmakologia. Terapi dietb. Aktivitas fisikc. Terapi perilaku, pola hidup, pola makan, penurunan stress
2. Terapi farmakologia. Agen nonadrenergik
Phentermine (Ionamin – Celltech; Adipex-P – Gate; Fastin – GlaxoSmithKlien)
Orlidtat (Xenical – Roche) Sibutramine (Meridia – Abbott).
b. Agen serotonergik, seperti fluxetine (Prozac – Eli Lily) dan sertraline (Zoloft- Pfizer)
c. Produk natural3. Terapi Bedah
Terdapat dua intervensi bedah yang digunakan, yaitu reseksi lambung / gastroplasty dan gastric bypass yang dilakukan dengan tujuan untuk menurunkan intake kalori. Terapi bedah dilakukan apabila dengan terapi farmakologi dan nonfarmakologi tidak menghasilkan penurunan berat badan yang diharapkan.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang uumumnya ada pada pasien dengan obesitas pada saat dilakukan asuhan keperawatan di ruang rawat inap adalah sebagai berikut :
1. Ketidakseimbangan nutisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d ketidakseimbangan antara intake kalori dan pengeluaran tenaga, akumulasi lemak tubuh, obesitas.
2. Resiko ketidakadekuatan program pengobatan b.d salah persepsi, sumber informasi, penurunan motivasi
3. Aktual/ resiko pola napas tidak efektif b.d ventilasi tidak adekuat, penurunan daya tahan otot – otot pernapasan.
4. Gangguan konsep diri (gambaran diri rendah) b.d merasa bentuk tubuh tidak ideal
5. Resiko gangguan integritas jaringan kulit b.d gangguan elastisitas kulit, gangguan sirkulasi integritas kulit, keterlambatan penyembuhan luka, dermatitis, dan iritasi integritas jaringan
6. Hambatan mobilitas fisik b.d ketidakmampuan dalam melakukan pergerakkan normal.
Rencana Keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d ketidakseimbangan antara intake kalori dan pengeluaran tenaga, akumulasi lemak tubuh, obesitasTujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam setelah diberikan kelebihan nutrisi pasien terpenuhi.Kreteria evaluasi :
- Pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat- Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi program pengobatan obesitas- Pasien mendapatkan terapi farmakologis dan atau terapi bedah
Intervensi RasionalKaji status nutrisi pasien, timbang berat badan dan tinggi badan, ukur BMI.Kaji faktor yang bisa meningkatkan nafsu makan pasien
Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk menetapkan pilihan intervensi yang tepat
Kaji adanya penyakit gangguan metabolisme yang berhubungan dengan resiko obesitas, seperti diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit kardiovaskular.Kaji adanya riwayat pembedahan yang meningkatkan resiko obesitas, misalnya pengangkatan kelenjar pankreas
Mengidentifikasi faktor – faktor penyakit yang menjadi predisposisi obesitas
Kaji persepsi pasien dan keluarga tentag metode penurunan berat badan
Menggali faktor pendukung dalam menjalankan program terapi obesitas. Persepsi dan motivasi keluarga memberikan pengaruh positif terhadap penurunan berat badan.
Evaluasi adanya alergi makanan dan kontraindikasi makanan
Beberapa komponen makanan tertentu dan beberapa penyakit lain, seperti diabetes melitus, hipertensi, gout, dan lainnyamemberikan manifestasi terhadap persiapan komposisi makanan yang akan diberikan
Identifikasi pola dan jenis makanan yang dikonsumsi pasien.
Eksplorasi penting dalam menilai mekanisme intake makanan pada pasien obesitas
Kaji tingkat pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi dan pengetahuan terhadap aktivitas dan faktor lainnya, misalnya kondisi kehamilan
Terdapat dilema dalam kebutuhan nutrisi pasien obesitas dengan faktor – faktor yang diharuskan meningkatkan nutrisi seperti obesitas. Perawat melakukan intervensi kolaboratif dengan tim gizi untuk menetapkan jenis nutrisi yang dikonsumsi oleh pasien dan memberikan dukungan moral agar klien ikut serta dalam program intake nutrisi
Konsultasi dengan ahli gizi dan menentukan Pada pelaksanaan asuhan klinik, penentuan
kebutuha nutrisi yang sesuai dengan kondisi individu
kebutuhan nutrisi adalah kompetensi dari ahli gizi. Peran perawat adalah sebagai kolaborator klinik untuk menurunkan masalah pasien.
Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d ketidakseimbangan antara intake kalori dan pengeluaran tenaga, akumulasi lemak tubuh, obesitas
Intervensi RasionalSusun jadwal jangka pendek dan jangka panjang yang tepat secara individual kebutuhan nutrisi pasien
Dalam 1 pon jaringan adiposa berisi 3500 kcal (Srnka, 2001).Progresivitas penurunan berat badan yang dianjurkan adalah 500 kkal/minggu (Rock, 2004).Perawat juga mendorong pasien untuk melakukan perubahan asupan diet, terutama tentang pola hidup.
Anjurkan peningkatan intake cairan secara oral
Air membantu ekskresi berbagai produk dari penghancuran lemak (Newnam, 2009) dan membantu menurunkan resiko ketosis.
Anjurkan melakukan aktivitas latihan fisik Latihan fisik merupakan bagian integral dari program penurunan berat badan. Kombinasi antara diet dan program latihan akan meningkatkan hilangnya jaringan adiposa dibanding jaringan lainnya (Camdem, 2009)
Informasikan pada pasien tentang efek obat dan untuk selalu meminum obat penurun berat badan
Beberapa jenis obat seperti agen noradrenergik dan agen serotonergik mempunyai fungsi untuk menurunkan selera atau nafsu makan yang dapat menurunkan berat badan.
Resiko ketidakadekuatan program pengobatan b.d salah persepsi, sumber informasi, penurunan motivasiTujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam terjadi peningkatan perilakuKriteria evaluasi: Pernyataan subjektif pasien untuk ikut serta dalam program penurunan berat badan Pasien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup dan mengidentifikasi dukungan
personal/masyarakat yang dapat membantuIntervensi Rasional
Kaji tingkat pengetahuan, persepsi pasien tentang program penurunan berat badan
Membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan individual
Dorong pasien untuk menyadari bahwa ,kebiasaan terlalu banyak makan bisa mengkontribusi peningkatan obesitas
Peran perawat mengkaji ulang persepsi pasien atas hal yang telah dianjurkan, dengan mengklarifikasi motivasi yang secara subjektif tentang kesadaran untuk menurunkan kebiasaan makan terlalu banyak.
Anjurkan melakukan aktivitas latihan fisik Latihan fisik merupakan integral dari program penurunan berat badan. Kombinasi antara diet
dan program latihan akan meningkatkan hilangnya jaringan adiposa dibandingkan jaringan lainnya (Camdem, 2009)
Lakukan strategi modifikasi perilaku Perawat memberikan pengetahuan yang sesuai tingkat kemampuan pasien dalam memodifikasi perilaku, apabila diperlukan perawat melakukan kolaborasi dengan psikiater klinik dalam menunjang perubahan perilaku yang positif.
Anjurkan pada pasien untuk membaca setiap label yang ada pada kemasan nutrisi, terutama paket siap saji tentang menghindari yang bertulisan “tinggi kandungan lemak” atau “tinggi kalori”
Pemberian pengetahuan ini walaupun sederhana, tetapi efektif dalam membantu menurunkan intake lemak pada pasien obesitas dalam memenuhi kebutuhan nutrisi harian.
Berikan dukungan positif apabila didapatkan indikasi yang baik
Dukungan positif dari perawat akan meningkatkan koping individu dan termotivasi untuk melakukan kebiasaan positif untuk menurunkan obesitas
Beri pendidikan kesehatan lanjutan perawatan rumah
Materi pendidikan kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan individu dan dukungan dari keluarga dapat meningkatkan tingkat kepatuhan. Materi pendidikan, meliputi: Ukuran hidangan diet yang tepat Komposisi kalori dari makanan yang
sesuai Metode persiapan makanan untuk
menghindari paket siap saji
Aktual/resiko tinggi pola napas tidak efektif b.d ventilasi tidak adekuat, penurunan daya tahan otot-otot pernapasanTujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam tidak terjadi perubahan pola napasKriteria evaluasi: Pasien tidak sesak napas, RR dalam batas normal 16-20x/menit, respon batuk berkurang
Intervensi RasionalAuskultasi bunyi napas (crakles) Indikasi edema paru, sekunder akibat
dekompensasi jantungKaji adanya edema Curiga gagal kongestif/kelebihan volume
cairanIstirahatkan pasien dengan tirah baring optimal pada saat fase akut
Tirah baring merupakan bagian yang penting dari pengobatan gagal jantung kongestif, khususnya pada tahap akut dan sulit disembuhkan. Selain itu, untuk menurunkan seluruh kebutuhan kerja pada jantung, tirah baring membantu dalam menurunkan beban kerja dengan menurunkan volume intravaskuler melalui induksi diuresis berbaring.Istirahat akan mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung, dan
menurunkan tekanan darah. Lamanya berbaring juga merangsang diuresis karna berbaring akan memperbaiki perfusi ginjal. Istirahat juga mengurangi kerja otot pernapasan dan penggunaan oksigen. Frekuensi jantung menurun, yang akan memperpanjang periode diastolik pemulihan sehingga memperbaiki efisiensi kontraksi jantung.
Atur posisi tirah baring yang ideal. Kepala tempat tidur harus dinaikkan 20-30 cm (8-10 inci)
Pada posisi ini, aliran balik vena ke jantung (preeload) dan paru berkurang, kongesti paru berkurang, dan penekanan hepar ke diafragma menjadi minimal. Lengan bawah harus disokong dengan bantal untuk mengurangi kelelahan otot bahu akibat berat lengan yang menarik secara terus-menerus. Pasien yang dapat bernapas hanya pada posisi tegak (ortopnu) dapat didudukkan di sisi tempat tidur dengan kedua kaki disokong kursi, kepala dan lengan diletakkan di meja tempat tidur, serta vertebra lumbosakral disokong dengan bantal. Bila terdapat kongesti paru, maka lebih baik pasien didudukkan di kursi karna posisi ini dapat memperbaiki perpindahan cairan dari paru.
Aktual resiko tinggi pola napas tidak efektif b.d ventilasi tidak adekuat, penurunan daya
tahan otot – otot pernapasan
Intervensi Rasional
Kaji perubahan pada sensorik, contoh letargi,
cemas, dan depresi
dapat menunjukkan tidak adekuatnya perfusi
serebral sekunder terhadap penurunan curah
jantung
Berikan istirahat psikologi dengan
lingkungan dengan tenang.
stress emosi menghasilkan vasokonstriksi,
yang terkait dan meningkatkan TD, serta
meningkatkan frekuensi/ kerja jantung
Kolaborasi
pantau data laboratorium elektrolit kalsium
hipokalemia dapat membatasi keefektifan
terapi
Risiko gangguan integritas jaringan kulit b.d gangguan elastiitas kulit, gangguan sirkulasi
integritas kulit, keterlambatan penyembuhan luka, dermatitis, dan iritasi integritas jaringan.
Tujuan : Dalam waktu 1 = 24 jam resikogangguan integritas jaringan kulit tidak terjadi.
Kriteria evaluasi :
- pasien mampu melaksanakan teknik dalam menurunkan resiko gangguan integritas kulit.
Intervensi Rasional
Kaji kemampuan pola aktifitas dan latihan pasien pada beberapa pasien obesitas tingkat III,
aktfitas pasien sudah mengalami
hambatan. Kondisi ini meningkatkan
resiko gangguan integritas kulit.
Lakukan dan ajarkan mobilisasi miring kiri –
kanan tiap 2 jam.
Mencegah penekanan setempat yang
berlanjut pada nekrosis jaringan lunak.
Jaga kebersihan dan ganti sprei apabila kotor atau
basah.
mencegah stimulus kerusakan pada area
bokong yang beresiko terjadi dekubitus.
Beri motivasi pada pasien obesitas tingkat III
untuk ikut memelihara kondisi integritas jaringan
kulit.
pada beberapa pasien yang masih mampu
melakukan aktifitas penuruna resiko
gangguan integritas, maka peran perawat
adalah memberikan motivasi. Akan
tetapi, peran monitoring integritas
jaringan tetap perawat melakukan, lebih
intensif daripada pasien yang tidak
obesitas.
Hambatan mobilitas fisik b.d ketidak mampuan dalam melakukan pergerakan normal.
Tujuan : dalam waktu 7 x 24 jamhambatn mobilitas berkurang/ hilang atau teradaptasi.
Kriteria evaluasi :
- Pasien dan keluarga terlihat mampu melakukan mobilitsd ekstremita bawah secara
bertahap.
- Pasien dapat mengenal cara melakukan mobilitas dan secara koperatif melaksanakan
teknik mobilisasi secara bertahap.
Intervensi Rasional
Kaji kemampuan mobilitas ekstremitas. membantu dalam mengantisipasi dan
merencanakan pertemuan kebutuhan
individual.
Lakukan latihan ROM pada ekstremitas yang lakukan ROM yang optimal dapat
mengalami hambatan. menurunkan atrofi otot, perbaikan
sirkulasi perifer, dan mencegah
kontraktur pada ekstremitas bawah.
Kolaborasi untuk dilakukan bedah lipektomi
(Lewis, 2000).
lipektomi adalah pembedahan dengan
mengangkat jaringa adiposa pada
beberapa bagian tubuh. Dengan
menurunkan jaringan adiposa, maka
hambatan mobilisasi dapat diturunkan.
Gangguan konsep diri (gambaran diri rendah) b.d merasa bentuk tubuh tidak ideal.
Tujuan : dalam waktu 1x 24 jam terjad peningkatan gambaran diri.
Kriteria hasil :
- Pasien merasa harga dirinya naik, menggunakan koping adaptif, dan menyadari dapat
mengontrol perasaannya.
Intervensi Rasional
Bina hubungan saling keterbukaan. kesadaran diri sangat diperlukan dalam
membina hubungan teutapetik perawat –
pasien.
Kaji perasaan pasien saat ini. membantu perwat dalam mengidentifikasi
tingkat perasaan dari pasien.
Eksplorasi respons koping adaptif dan
malaadaptif terhadap masalahnya.
respon koping adaptif membantu dalam
proses menyelesaikan masalah klien.
Buat perencanaan yang realistik. pasien membutuhkan bantuan perawat untuk
mengatasi permasalahannya dengan cara
menentukan perencaaan yang lealistik.
Bantu pasien untuk melakukan tindakan yang
penting untuk mengubah respons maladaptif
dan mempertahankan pespons koping yang
adaptif.
penggunaan koping yang adaptif membantu
dalam proses penyelesaian masalah klien.
Observasi tingkat depresi. dengan mengobservasi tingkat depresi, maka
rencana perawatan lanjutan disusul dengan
tepat.
Beri dukungan psikologis. bentuk dukungan psikologis dapat
mempeerat hubungan perawat dan pasien
dengan permasalahan yang sedang
dihadapinya
Evaluasi
Evaluasi keperawatan diharapkan ada pada pasien dengan obesitas setelah dilakukan
asuhan keperawatan di ruang rawat inap, meliputi hal – hal sebagai berikut :
1. Kebutuhan nutrisi dapat diberikan sesuai dengan tingkat kebutuhan individual.
2. Pengetahuan pasien terpenuhi dan pasien berkeringat untuk mengikuti program
penurunan berat badan.
3. Tidak terjadi ketidakefektifan pola napas.
4. Terjadi peningkatan gambaran diri.
5. Integritas kulit optimal.
6. Kemampuan pergerakan meningkat.